bab 2
TRANSCRIPT
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prosedur Penegakan Diagnosa Pedodonsia
Pemeriksaan Subyektif
1. Identitas Pasien
Identitas anak (nama, jenis kelamin, usia tempat sekolah, dan
kelas) sangat penting diketahui untuk memperlancar perawatan,
tingkah laku dan kemampuan anak untuk adaptasi terhadap
lingkungan. Perlu juga diketahiu nama panggilan anak agar dapat
memanggil anak dengan nama panggilan sehari-hari. Hal tersebut
akan terasa akrab dan lebih memudahkan pendekatan, sehingga
lebih memperlancar pekerjaan dan mempercepay keberhasilan
perawatan gigi.
Nama orangtua berikut pekerjaannya perlu juga diketahui untuk
menentukan jenis perawatan yang sesuai dengan kemampuan
orangtua dan perawatan dapat disesuaikan dengan kesempatan
orangtua mengantar anaknya. Alamat rumah diperlukan untuk lebih
menegaskan identitas anak sehingga Kartu Status tidak tertukar
dengan pasien lain; selain itu juga untuk memperkirakan jarak
perjalanan ke klinik gigi serta lingkungan tempat tinggalnya.
Usia sangat penting diketahui untuk menyesuaikannya dengan
pertumbuhan serta perkembangan fisik dan mental anak. Sekolah
anak juga perlu diketahui untuk menilai apakah usia sesuai dengan
tingkat kelasnya; biasanya anak yang sudah bersekolah akan lebih
kooperatif dan rasa sosialnya lebih tinggi disbanding anak yang
belum sekolah (Suharsono, Ismu. 1991)
3
2. Keadaan Umum Pasien
Setelah diketahui dengan jelas identitas anak, selanjutnya orang
tua perlu menjawab kuisioner perihal keadaan umum. Data tersebut
diperlukan untuk menilai kesehatan umum anak saat ini, agar bila
perlu dapat diberikan saran untuk lebih memperbaiki kesehatan
umum tersebut.
Kuisioner dimulai dari penimbangan berat badan dan tinggi
badan. Data ini diperlukan untuk menilai sesuaikah berat badan
anak dengan tinggi serta usianya sekarang.Orang tua atau
pengantar perlu menjawab pertanyaan, apakah anak sedang dirawat
dokter umum/ spesialis dan alasan merawat. Hal ini diperlukan saat
kita melakukan tindakan dan perawatan. Pemberian obat secara
peroral perlu disesuaikan dengan obat yang sedang diminum. Perlu
dipertimbangkan pula apakah penyakit yang diderita anak tersebut
penyakit akut atau kronis; menular atau tidak dimana mungkin
akan membahayakan kesehatan operator. Perhatikan juga apakah
anak sedang demam (suhu badan lebih tinggi dari normal).
Keadaan ini perlu diketahui, karena suhu tinggi menghadirkan
kemungkinan adanya infeksi cukup berat, sehingga perlu
pengobatan untuk infeksi di dalam mulut atau di tempat lain.
Disamping itu juga dibutuhkan obat-obatan untuk menurunkan
suhu tubuh (Suharsono, Ismu. 1991)
3. Riwayat Kesehatan Gigi Pasien
Keadaan anak selama dalam kandungan sampai dilahirkan
perlu juga diteliti untuk menilai apakah hubungan dengan keadaan
gigi sekarang. Setiap keadaan dapat menjawab kemungkinan
etiologi dari kelainan yang dijumpai pada anak tersebut.
(Suharsono, Ismu. 1991).
4
4. Riwayat Medis
Pengisian kuisioner secara tepat akan menghasilkan data
menunjang keberhasilan perawatan. Kuisioner perihal riwayat medis
antara lain dibutuhkan untuk mencari kemungkinan hubungan antara
sakit yang dialami anak waktu lalu dengan kelainan gigi dan mulutnya.
Kejadian anak yang pernah menderita sakit berat atau malahan sampai
dirawat di rumah sakit, kemungkinan hubungan antara sakit yang
dialami anak waktu lalu dengan kelainan gigi dan mulutnya. Kejadian
anak yang pernah menderita sakit berat atau malahan sampai dirawat
di rumah sakit, kemungkinan saja berpengaruh terhadap keparahan
kerusakan giginya. (Suharsono, Ismu. 1991)
Keadaan anak yang mempunyai cirri sangat sensitive terhadap
makanan, minuman, atau bahan lain (anak yang alergi terhadap
sesuatu), harus diketahui juga, terutama anak yang sensitive tehadap
obat tertentu. Hal itu sangat berguna untuk menentukan alternative
pemberian obat ataupun tindakan lain bilamana anak
membutuhkannya.Kebiasaan buruk perlu diteliti bila kita ingin
mengetahui beberapa kelainan yang disebabkan oleh kebiasaan buruk.
Misalnya menghisap ibu jari, akan menyebabkan gigi anak protrusive.
Kebiasaan buruk ini harus segera dihentikan dengan metode
pendekatan psikologis sebaik-baiknya. Factor terpenting yang
menunjang keberhasilan perawatan kelainan akibat kebiasaan buruk
adalah ditemukannya etiologi kelainan fisik maupun mental.
Keberhasilan perawatan juga tergantung dari berat ringannya kelainan
dan kerjasama antara anak dengan dokter gigi yang merawatnya. Jadi
jelslah kini mengapa factor sebab, jenis, dan lamanya kebiasaan buruk
perlu diketahui. (Suharsono, Ismu. 1991).
Pengalaman anak sewaktu berobat ke dokter gigi penting juga
utuk diketahui. Kita harus lebih baik dari dokter gigi sebelumnya. Hal
5
ini tidak lain untuk mendapatkan simpati anak, sebab keadaan itu
menunjang kebersihan perawatan gigi anak tersebut. Pengalaman yang
buruk akan cukup membekas terhadap anak, sehingga untuk
melakukan perawatan gigi selanjutnya dibutuhkan pendekatan yang
telah dilakukan oleh dokter gigi lainnya. (Suharsono, Ismu. 1991)
5. Keluhan Utama Pasien
Setelah mengisi kuisioner, kemudian diadakan anamnesis untuk
mendapatkan data mengenai masalah pokok yang menyebabkan anak
dating ke dokter gigi. Kita perlu mendapatkan informasi tentang keluhan
utama, riwayat sakit, dan keluhan tambahan. Untuk itu perlu ditanyakan
mengapa dating ke dokter gigi. Kalau karena sakit gigi, hendaknya
ditanyakan gigi yang mana yang sakit dan sejak kapan. Termasuk juga:
bagaimana sakitnya (intensitas), sewaktu-waktu atau terus-menerus
(frekuensi sakinya) dan sudah diobati atau belum serta apa obatnya.
Kemudian ditanyakan pula apakah sekarang masih sakit dan sebelumnya
pernah berobat kemana saja, adakah gigi lain yang sakit, selain gigi yang
menjadi keluhan utama.
Semua pertanyaan tersebut dibutuhkan untuk menentukan
prioritas dan jenis perawatan yang tepat. Sedapat mungkin dokter gigi
memprioritaskan pemeriksaan dan perawatan terhadap gigi yang menjadi
keluhan utama anak, walaupun (sesuai dengan hasil pemeriksaan)
mungkin bukan gigi tersebut yang jelas masalah utama. (Suharsono, Ismu.
1991).
6
Pemeriksaan Obyektif
1. Pemeriksaan Ekstra-oral
Setiap kelainan ektraoral yang nampak yang dicatat selama
pencatatan riwayat dapat diperiksa lebih lanjut. Penampilan umum-
besar dan berat, cara berjalan, corak kulit, mata, bibir, simetri wajah,
dan kelenjar limfe (R.J Andlaw, 1992).
2. Pemeriksaan Intra-oral
Diharapkan agar kecemasan yang dirasakan oleh anak pada
kedatangannya dapat dikurangi atau dihilangkan selama periode
pencatatan riwayat. Kemudian, anak harus duduk dengan tenang pada
kursi perawatan.
Pemeriksaan awal yang dilakukan pada keadaan seperti ini tidak
perlu mendetail. Jika digunakan sonde harus diingat bahwa terlihatnya
alat yang tajam atau runcing dapat menyebabkan kecemasan dan
kecerobohan dalam mempergunakan alat tersebut dapat menyebabkan
timbulnya rasa sakit. Perawatan sederhana dapat dimulai dengan anak
dipangku orang tua, bila anak sudah percaya diri, ia akan dengan
senang hati duduk sendiri (R.J Andlaw, 1992).
1. Jaringan lunak : mukosa pipi, bibir, lidah, tonsil, palatum lunak,
palatum keras dan gingival.
2. Gigi : kebersihan mulut, keadaan gigi-gigi, posisi gigi-gigi-
crowding, spasing, drifting, oklusi.
Gejala Objektif
Gejala objektif ditentukan oleh pengujian dan observasi yang
dilakukan oleh seorang klinisi. Pengujian-pengujian tersebut adalah
sebagai berikut (Grossman,1995):
1) Pemeriksaan visual dan taktil
7
Uji klinis yang paling sederhana adalah pemeriksaan
berdasarkan penglihatan. Hal ini terlalu sering hanya dilakukan
sambil lalu selama pemeriksaan, dan sebagai hasilnya, banyak
informasi penting hilang. suatu pemeriksaan visual dan taktil
jaringan keras dan lunak yang cermat mengandalkan pada
pemeriksaan “three Cs”: color, contour, dan consistency (warna,
kontur dan konsistensi). Pada jaringan lunak, seperti gusi,
penyimpangan dari warna merah muda sehat dapat dengan mudah
dikenal bila terdapat inflamasi. Suatu perubahan kontur yang
timbul dengan pembengkakan, dan konsistensi jaringan yang
lunak, fluktuan, atau seperti bunga karang yang berbeda dengan
jaringan normal, sehat dan kuat adalah indikatif dari keadaan
patologik.
2) Perkusi
Uji ini memungkinkan seseorang mengevaluasi status
periodonsium sekitar suatu gigi. Gigi diberi pukulan cepat dan
tidak keras, mula-mula dengan jari dengan intensitas rendah,
kemudian intensitas ditingkatkan dengan menggunakan tangkai
suatu instrumen, untuk menentukan apakah gigi merasa sakit.
Suatu respon sensitif yang berbeda dari gigi disebelahnya, biasanya
menunjukkan adanya perisementitis (periodontitis). Walaupun
perkusi adalah suatu cara sederhana menguji, tetapi dapat
menyesatkan bila digunakan sebagai alat tunggal. Untuk
menghilangkan bias pada pihak pasien, harus diubah rentetan gigi
yang diperkusi pada tes yang berturut-turut. Sering juga, arah
pukulan harus diubah dari permukaan vertikal-oklusal ke
permukaan bukal atau lingual mahkota dan masing-masing tonjol
dipukul dengan urutan berbeda. Akhirnya, sambil mengajukan
pertanyaan pada pasien mengenai rasa sakit gigi tertentu, klinisi
akan memperoleh suatu respon yang lebih benar, bila pada waktu
8
yang sama diperhatikan gerakan badan pasien, reflex respon rasa
sakit, atau bahkan suatu respon yang tidak diucapkan. Jangan
melakukan perkusi gigi sensitif melebihi toleransi pasien. Masalah
ini dapat dihindari dengan melakukan tekanan ringan pada
beberapa gigi sebelum melakukan perkusi.
3) Palpasi
Tes sederhana ini dilakukan dengan ujung jari
menggunakan tekanan ringan untuk memeriksa konsistensi
jaringan dan respon rasa sakit. Meskipun sederhana, tetapi
merupakan suatu tes yang penting. Nilainya terletak dalam
menemukan pembengkakan yang meliputi gigi yang terlibat dan
menentukan hal-hal berikut : (1) apakah jaringan fluktuan
dancukup membesar untuk insisi dan drainase; (2) adanya,
intensitas dan lokasi rasa sakit; (3) adanya dan lokasi adenopati dan
(4) adanya krepitus tulang.
Bila palpasi digunakan untuk menentukan adenopati
sebaiknya berhati-hati bila melakukan palpasi nodus limfa pada
infeksi akut, untuk menghindari kemungkinan penyebaran infeksi
melalui pembuluh limfatik. Bila gigi-gigi posterior terinfeksi, maka
secara diagnostik nodus limfa submaksiler turut terlibat. Infeksi
pada gigi-gigi anterior bawah kemungkinan menyebabkan
9
Gambar 2. Tes perkusi. Sumber : Pathway of the Pulp. 6th ed.
pembengkakan nodus limfa submental. Bila infeksi terbatas pada
pulpa dan tidak berlanjut pada periodonsium, palpasi tidak
merupakan saran diagnostik. Palpasi, perkusi, mobilitas, dan
depresibilitas adalah lebih untuk menguji periodontium daripada
pulpa.
4) Mobilitas-Depresibilitas
Tes mobilitas digunakan untuk mengevaluasi integritas
apparatus pengikat di sekeliling gigi. Tes ini terdiri dari
menggerakkan suatu gigi ke arah lateral dalam soketnya dengan
menggunakan jari atau, lebih diutamakan, menggunakan tangkai
dua instrument. Tujuan tes ini adalah untuk menentukan apakah
gigi terikat kuat atau longgar pada alveolusnya. Jumlah gerakan
menunjukkan kondisi periodonsium; makin besar gerakannya,
makin jelek status periodontalnya.
Demikian pula, tes untuk depresibilitas adalah dengan
menggerakkan gigi ke arah vertikal dalam soketnya. Tes ini dapat
dilakukan dengan jari atau instrumen. Bila dijumpai depresibilitas,
kemungkinan untuk mempertahankan gigi berkisar antara jelek dan
tidak ada harapan.
Satu klasifikasi mobilitas menetapkan mobilitas derajat
pertama sebagai gerakan gigi yang nyata dalam soketnya; mobilitas
derajat kedua adalah gerakan gigi dalam jarak 1 mm, dan mobilitas
10
Gambar 3. Tes palpasi. Sumber : Pathway of the Pulp. 6th ed.
derajat ketiga adalah gerakan lebih besar daripada 1 mm atau bila
gigi dapat ditekan.
5) Radiografi
Radiografi adalah salah satu alat klinis paling penting untuk
membuat diagnosis. Alat ini memungkinkan pemeriksaan visual
struktur mulut yang tidak mungkin dapat dilihat dengan mata
telanjang. Tanpa alat ini tidak mungkin dilakukan diagnosis,
seleksi kasus, perawatan, dan evaluasi penyembuhan luka. Praktik
kedokteran gigi tidak mungkin dilakukan tanpa radiograf.
Untuk dapat menggunakan radiograf dengan tepat, seorang
klinisi harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk dapat memberikan interpretasi secara tepat.
Diperlukan suatu pengertian seksama tentang anatomi normal dan
anomalinya yang mendasarinya dan perubahan yang dapat timbul
yang disebabkan oleh ketuaan, trauma, penyakit dan penyembuhan.
Dengan demikian, baru bayangan hitam-putih berdimensi-dua yang
diproses pada film ini mempunyai arti.
11
Gambar 4. Tes mobilitas. Sumber : Pathway of the Pulp. 6th ed.
6) Uji listrik pulpa
Mengetes pulpa dengan listrik lebih cermat daripada
beberapa tes yang digunakan untuk menentukan vitalitas pulpa.
Meskipun vitalitas pulpa tergantung pada sirkulasi darah
intrapulpa, tidak pernah ditemukan tes klinis yang praktis untuk
menguji sirkulasi. Tester listrik bila digunakan untuk menguji
vitalitas pulpa, malahan menggunakan stimulasi saraf. Tujuannya
adalah untuk merangsang respon pulpa dengan mengenakan arus
listrik yang makin meningkat pada gigi. Suatu respon positif
merupakan suatu indikasi vitalitas dan membantu dalam
menentukan normalitas atau abnormalitas pulpa tersebut. Tidak
adanya respon terhadap stimulus listrik dapat merupakan indikasi
adanya nekrosis pulpa.
7) Uji termal
Tes ini meliputi aplikasi dingin dan panas pada gigi, untuk
menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal. Meskipun
keduanya merupakan tes sensitivitas, tetapi tidak sama dan
12
Gambar 5. Tes elektrik. Sumber : Pathway of the Pulp. 6th ed.
digunakan untuk alasan diagnosis yang berbeda. Suatu respon
terhadap dingin menunjukkan pulpa vital, tanpa memperhatikan
apakah pulpa itu normal atau abnormal. Suatu respon abnormal
terhadap panas biasanya menunjukkan adanya gangguan pulpa atau
periapikal yang memerlukan perawatan endodontik.
Tes panas. Tes panas dapat dilakukan dengan cara yang
berbeda-beda yang menghasilkan derajat temperatur yang berbeda.
Daerah yang akan dites diisolasi dan dikeringkan, kemudian udara
hangat dikenakan pada permukaan gigi yang terbuka dan respon
pasien dicatat. Bila diperlukan temperatur yang lebih tinggi untuk
mendapatkan suatu respon, harus digunakan air panas, burnisher
panas, guta-percha panas atau kompoun panas atau sembarang
instrument yang dapat menghantarkan temperatur yang terkontrol
pada gigi. Bila menggunakan benda padat, seperti guta-perca
panas, panas tersebut dikenakan pada bagian sepertiga oklusobukal
mahkota terbuka. Bila tidak timbul respon, bahan dapat
dipindahkan ke bagian sentral mahkota atau lebih dekat dengan
serviks gigi. Bila timbul suatu respon, benda panas harus segera
diambil. Harus dijaga untuk tidak menggunakan panas yang
berlebihan atau memperpanjang aplikasi panas pada gigi.
Tes dingin. Aplikasi dingin dapat dilakukan dengan
berbagai cara yang berbeda. Suatu cucuran udara dingin dapat
dikenakan langsung pada mahkota gigi yang sebelumnya
dikeringkan dan juga pada tepi gusi. Bila tidak timbul respon, gigi
dapat diisolasi dengan isolasi karet dan disemprot dengan etil
klorida yang begitu cepat menguap sehingga mengabsorpsi panas
dan dengan demikian mendinginkan gigi. Suatu cara yang lebih
umum adalah meletakkan kapas yang dibasahi dengan etil klorida
pada gig yang dites. Meskipun temperaturnya tidak sedingin
seperti bila digunakan semprotan etil klorida, umumnya cukup
dingin untuk mendapatkan suatu respon yang absah.
13
8) Uji anestesi
Tes ini terbatas bagi pasien yang sedang merasa sakit pada
waktu dites, bila tes yang biasanya digunakan gagal untuk
memungkinkan seseorang mengidentifikasi gigi. Tujuannya adalah
untuk menganestesi gigi tunggal berturut-turut sampai rasa
sakitnya hilang dan terbatas pada gigi tertentu.
Caranya sebagai berikut : menggunakan injeksi infiltrasi
atau intraligamen, lakukan injeksi pada gigi yang paling belakang
pada daerah yang dicurigai sebagai penyebab rasa sakit. Bila rasa
sakitnya tetap ada setelah gigi dianestesi penuh, lakukan anestesi
gigi disebelah mesialnya, dan lanjutkan melakukan demikian
sampai sakitnya hilang. bila sumber rasa sakit tidak dapat
ditentukan, baik pada gigi rahang atas dan rahang bawah, harus
diberikan suatu injeksi alveolar inferior (blok mandibular).
Hilangnya rasa sakit tentu saja menunjukkan keterlibatan gigi
mandibular, dan lokalisasi gigi yang khusus dilakukan dengan
injeksi intraligamen, bila anestesi sudah habis efeknya. Tes ini
jelas merupakan suatu usaha terakhir dan mempunyai suatu
keuntungan dibandingkan “tes kavitas” karena selama tes kavitas
dapat terjadi kerusakan iatrogenic.
9) Uji kavitas
Tes ini memungkinkan seseorang menentukan vitalitas
pulpa. Tes ini dilakukan bila cara diagnosis lain gagal. Tes kavitas
14
Gambar 6. Tes anestesi dengan injeksi intraligamen. Sumber : Pathway of the Pulp. 6th ed.
dilakukan dengan cara mengebur melalui pertemuan email dentin
gigi tanpa anestesi. Pengeburan harus dilakukan dengan kecepatan
rendah dan tanpa air pendingin. Sensitivitas atau nyeri yang
dirasakan oleh pasien yang merupakan suatu petunjuk vitalitas
pulpa; tidak diindikasikan untuk perawatan endodontik. Semen
sedatif kemudian diletakkan di dalam kavitas dan pencarian
sumber rasa sakit diteruskan. Bila tidak dirasakan sakit, preparasi
kavitas boleh dilanjutkan sampai kamar pulpa dicapai. Bila seluruh
pulpa nekrotik, perawatan endodontik dapat dilanjutkan tanpa rasa
sakit dan dalam kebanyakan kasus tanpa anestesi.
PEMERIKSAAN TAMBAHAN (BILA PERLU)
Radiografi
Kadang-kadang pemeriksaan klinis dapat memberikan
semua keterangan yang diperlukan mengenai pasien, disini
mungkin tidak diperlukan radiografi. Bagaimanapun juga,
radiografi biasanya diperlukan satu atau alasan-alasan berikut (R.J
Andlaw, 1992):
1. Untuk mendiagnosis karies gigi pada permukaan gigi yang tidak
bisa dilihat pada pemeriksaan klinis.
2. Untuk mendeteksi kelainan pada perkembangan gigi.
3. Untuk menemukan gangguan khusus, misalnya kondisi jaringan
periapikal yang berhubungan dengan gigi-gigi nonvital atau
yang mengalami trauma.
15
2.2 Dental Health Education Pada Pasien
2.2.1 Petunjuk menggosok gigi
Walaupun lebih dari 5096 anak-anak di Inggris menyatakan
menggosok giginya sekurang-kurangnya- 2 kali sehari, kebanyakan
mempunyai debris pada gigi-giginya (Todd dan Dodd,1985); hal ini
menunjukkan bahwa menggosok gigi, biasanya dilakukan dengan tidak
efisien. Dalam mengajar anak untuk menggosok gigi-gigi mereka,
tujuannya- haruslah memberi instruksi dan mendorong semangat
mereka untuk mengeluarkan semua debris dan plak dari semua per-
mukaan gigi yang dapat dijangkau. (R.J Andlaw, 1992)
Tidak mudah untuk menguasai teknik menggosok gigi dan
sejumlah anak tidak mempunyai ketrampilan untuk itu. Ini khususnya
terjadi pada anak-anak kecil di bawah usia 5-6 tahun, dan pada mereka
yang cacat fisik atau mental. Untuk membantu pasien-pasien seperti di
atas, dokter gigi harus melibatkan orang tua (atau pengasuh) yang harus
didorong untuk menerima tanggung jawab.Anak-anak harus didorong
untuk menggosok gigi-giginya sendiri, orang tua juga boleh
membantu.Petunjuk yang menyangkut teknik, harus diberikan pada
orang tua.Sikat gigi listrik dapat pula digunakan untuk pasien-pasien
tersebut.
Telah diperkenalkan beberapa teknik menggosok gigi. Tidak
terdapat bukti bahwa teknik yang satu lebih baik dari teknik yang lain
dalam menghilangkan plak gigi, walaupun mungkin dapat diharapkan
bahwa teknik Scrub lebih dapat masuk sulkus gingiva atau daerah
interdental dibanding teknik yang lain. Semua teknik, kecuali teknik
Scrub memerlukan ketrampilan. Memaksakan satu metode yang sulit
dilakukan oleh anak akan melemahkan semangat anak untuk
menggosok gigi. Biasanya lebih bijaksana untuk mulai dengan teknik
Scrub dan memperkenalkan satu dari teknik lainnya hanya bila telah
terjadi kemajuan dalam mengembangkan minat dan kerja sama anak.
Teknik Bass belakangan ini lebih disukai balk di Inggris maupun di
16
Amerika Serikat.Jika orang tua menggosok gigi anaknya, dapat dian-
jurkan memakai metode Bass sehingga anak dapat belajar meniru
teknik tersebut.
Jika tidak diinstruksikan, biasanya anak akan meminta tolong pada
orang tua untuk digosokan giginya. Pendekatan yang jauh lebih baik di-
gambarkan dalam gambar 3.3, cara ini memberikan tahanan yang baik
pada kepala anak sehingga, orangtua lebih dapat mengendalikan segala-
nya. Orangtua harus diintruksikan untuk menggunakan jari-jari tangan kiri
untuk menarik pipi dan bibir anak seperlunya, supaya jangkauan sikat gigi
lebih baik; kebanyakan orangtua tidak akan melakukan hal ini, kecuali
diinstruksikan, mereka hanya akan mempergunakan tangannya untuk
menahan kepala anak. Orangtua harus dinasihatkan untuk mulai
menggosok gigi anaknya segera setelah gigi yang pertama erupsi, sehingga
menggosok gigi dapat diterima sebagai bagian dari mandi yang rutin.
17
Hubungan antara menggosok gigi dan gingivitis mudah
didemonstrasikan; setiap dokter gigi menganggap bahwa gingivitis
marginalis berhubungan dengan endapan plak dan pencegahan gingivitis
adalah menggosok gigi dengan efisien. Hubungan ini dikukuhkan melalui
studi klinis pada orang dewasa dan anak-anak,(Koch dan Lindhe, 1965).
Akan tetapi, hubungan di antara menggosok gigi dan karies gigi kurang
jelas. Pada masing-masing pasien, diperkenalkannya teknik menggosok
gigi yang efisien akan diikuti oleh misalnya terhentinya lesi-lesi servikal
yang dini, tetapi berbagai studi pada kelompok anak hanya
memperlihatkan hubungan yang lemah antara oral hygiene dan karies gigi
(Andlaw, 1978; Sut Cliffe, 1983). Mungkin gosok gigi harus dilakukan
dengan sangat efisien supaya mempunyai pengaruh dalam mencegah
karies gigi, selain itu, pengaruhnya dibatasi oleh kenyataan bahwa bulu
keras pada sikat gigi tidak bisa masuk pada pit atau fissure yang dalam
atau ruangruang interdental.
18
2.2.2 Instruksi flossing
Penggunaan dental floss memungkinkan plak dihilangkan dari
permukaan aproksimal gigi yang tidak dapat dijangkau sikat
gigi.Idealnya, flossing dilakukan di samping menggosok gigi sebagai
bagian latian oral hygiene sehari-hari.Akan tetapi, flossing sulit
dilakukan, dan memerlukan latihan yang lama sebelum benar-benar
menguasai. Kebanyakan anak memerlukan dorongan terus menerus
untuk menjaga standar gosok gigi yang baik, dan oleh karena itu tidak
beralasan untuk mengharapkan semua anak dapat melakukan prosedur
tambahan yang lain. Oleh karenanya, flossing harus diperkenlkan pada
anak dengan teknik yang mudah dan efisien sebagai bagian dari
prosedur menggosok gigi disertai dengan sedikit antusiasme. Pada
mereka dapat diperlihatkan bagaimana menggunakan floss pada gigi-
gigi anterior terlebih dahulu, kemudian diperluas ke gigi-gigi posterior.
Atau cara lain, orang tua yang termotivasi untuk menggunakan floss
dapat didorong untuk melakukan flossing pada gigi-gigi anaknya.
Penting bagi dokter gigi atau ahli kesehatan untuk mengawasi prosedur
ini secara berkala, karena teknik flossing yang salah dapat
mengakibatkan lebih banyak kerusakan dari pada kebaikan yang di-
harapkan.
Nasihat berikut dapat diberikan pada anak dan orang tua
(gambar-gambar ada di belakang).
1. Gunakan floss yang unwaxed (tidak dilapisi lilin). Floss yang waxed
(dilapisi malam/lilin) dapat meninggalkan lapisan lilin pada
permukaan gigi yang dapat menghambat penyerapan fluor dari pasta
gigi atau pemberian fluor topikal.
2. Potong floss kira-kira 30-40 cm panjangnya dan dengan ringan putar
ujungnya di sekitar jari tengah.
3. Ujung jari atau ibu jari tempat floss tidak lebih dari 2 cm jaraknya,
supaya dapat mengendalikan floss dengan baik.
19
4. Lewatkan floss dengan perlahan-lahan melalui titik kontak dengan
menggerakkan floss ke arah buko-lingual sampai masuk perlahan-
lahan. Hindari pemaksaan yang kasar karena dapat membuat trauma
pada papila interdental.
5. Gerakkan floss dengan perlahan-lahan ke arah okluso gingival dan
buko-lingual terhadap tiap permukaan proksimal; floss harus dapat
melebar dibawah margin gingiva.
6. Setelah melakukan flossing semua gigi-gigi, kumur mulut dengan
kuat untuk mengeluarkan plak dan debris yang berada pada ruang
interdental.
Efek flossing pada karies gigi telah diselidiki hanya pada satu
penelitian terlihat bahwa insidens karies pada permukaan aproksimal gigi
molar susu berkurang setelah dilakukan flossing tiap hari selama 20 bulan
oleh asisten riset. (Wright, Banting dan Feasby,1977).
2.2.3 Penyuluhan diet
Untuk kesehatan umum yang optimal diperlukan diet yang baik
dan seimbang, hal ini penting bagi ibu dan janin selama kehamilan dan
untuk anak yang sedang bertumbuh.Akan tetapi, tidak terdapat bukti
20
bahwa defisiensi nutrisi selama periode perkembangan gigi mempengaruhi
gigi atau jaringan lunak mulut sedemikian sehingga kelak lebih mudah
terkena penyakit gigi.Lain dengan kemungkinan penambahan diet dengan
fluor, tidak ada anjuran khusus yang perlu diberikan mengenai nilai nutrisi
dari diet dan hubungannya dengan kesehatan mulut.
Faktor yang paling penting dalam hubungan diet dengan kesehatan
gigi adalah frekuensi konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat
yang dimurnikan. Setelah makan makanan yang mengandung karbohidrat,
akan dihasilkan asam dalam plak gigi (Stephan, 1940). Sewaktu asam
menekan pH plak di bawah PH 5,5, terjadi demineralisasi email, dan hal
ini umumnya dianggap sebagai tahap awal dalam proses terjadinya karies
gigi. Makin sering keadaan asam di bawah pH 5,5 terjadi dalam plak,
makin cepat karies terbentuk dan berkembang; hubungan ini telah diperli-
hatkan dalam berbagai penelitian (Andlaw, 1977). Jadi, tujuan yang paling
penting dalam penyuluhan diet dalam hubungannya dengan kesehatan gigi
adalah mendorong pasien mengendalikan frekuensi makanan yang
mengandung karbohidrat.
Walaupun bakteri mulut dapat memecah banyak karbohidrat
menjadi asam, akan tetapi yang paling terlibat pada karies gigi adalah suk-
rose (Rugg, Gunn dan Edgar, 1984). Sayangnya, sukrose merupakan unsur
dari kebanyakan-makanan kecil.
Masalah-masalah penyuluhan diet luar biasa banyaknya. Banyak
orang telah memperoleh kebiasaan makanan dan minuman manis sejak
bayi juga makan kudapan dan menganggap ini adalah normal dan
merupakan kebiasaan yang dapat diterima. Bagi pasien merubah
kebiasaan ini berarti merubah dasar tabiat; Untuk merubah kebiasaan ini
dokter gigi menghadapi tantangan yang besar.Agar berhasil, metode yang
digunakan dalam penyuluhan diet harus direncanakan tidak hanya untuk
memberi kejelasan tetapi membujuk anak dan orang tua untuk
bertindak.Setidak- tidaknya bagi anak kecil perlu keterlibatan orang tua.
21
Mudah untuk menjelaskan alasan-alasan mengendalikan frekuensi
makanan.Kepada anak dan orang tua dapat diberikan secara singkat garis
besar produksi asam pada gigi (mungkin dengan peralatan visual),
termasuk interaksi bakteri dan makanan dalam plak. Hal tersebut
merupakan tanggung jawab dokter gigi yaitu memberi penjelasan pada
pasien, akan tetapi biasanya pengaruhnya terbatas dan oleh karena itu
mungkin tidak memotivasi pasien untuk memperbaiki kebiasaan dietnya.
Selama ini be lum diketahui adanya metode yang dapat memberikan
pengaruh sesuai yang diinginkan. Sebaiknya buat suatu lembaran diet, di
mana orang tua diminta mencatat diet anak selama beberapa
hari.Keuntungan metode ini adalah bahwa orang tua (dan anak jika cukup
besar) menjadi aktif terlibat dalam mencatat diet, dan nasihat yang
kemudian diberikan adalah bersifat pribadi, didasarkan pada diet masing-
masing anak.
Idealnya, penyuluhan diet harus diberikan pada ibu-ibu segera
setelah melahirkan anak: lebih mudah membangun kebiasaan yang baik
dari pada merubah kebiasaan yang buruk di kemudian hari. Khususnya
pada ibu-ibu, harus diperingatkan jangan membiarkan bayi minum dari
botol tanpa batas atau menggunakan dot sebagai penenang, khususnya
pada waktu malam. Karies rampant pada gigi geligi bayi disebabkan oleh
kontak gigi-gigi dengan sari buah-buahan atau bahkan susu dalam waktu
lama. Yang disukai bayi adalah sirup vitamin, yang mempunyai
kandungan gula dan asam yang tinggi.
2.2.4 Penyuluhan Kesehatan Gigi di sekolah-sekolah
Penyuluhan kesehatan gigi paling sering ditujukan pada anak-anak
sekolah, khususnya- anak sekolah dasar. Terbukti ada perbaikan jangka
pendek tentang kesehatan gigi dan kebersihan mulut (Addy dan Edmunds,
1977; Furniss, 1978; Howat et al, 1984; Hodge et al, 1985), tetapi per-
baikan-perbaikan ini umumnya tidak menetap (Rayner dan Cohen, 1971).
22
Penguatan yang terus menerus, tidak diragukan lagi adalah penting dan
bermanfaat besar, hanya dapat dipemleh jika orangtua dapat
dilibatkan.Sayangnya hal ini biasanya tidak praktis.
Akhir-akhir ini telah terjadi perubahan terhadap pendekatan
penyuluhan kesehatan gigi di sekolah-sekolah.Tekanannya telah berubah
pada pengembangan program yang dapat dikaitkan ke dalam pekerjaan
sekolah dan digunakan oleh guru-guru sekolah.Beberapa program telah
dikembangkan dan ditest di Inggris.Pada sekolah dasar (Mc Intyre, Wight
dan Blunkhorn, 1984; Towner, 1984), pada sekolah menengah (Craft et al,
1981, Arnold dan Doyle, 1984) dan dalam kelompok pra sekolah
(Cmucher et al, 1985).Umumnya studi-studi ini me nunjukka bahwa
program-program dapat diterima oleh para guru atau anak-anak,
pengetahuan mengenai kesehatan gigi dapat ditingkatkan, dan beberapa
perbaikan pada tingkah laku kesehatan gigi dapat diperoleh (dilihat
melalui perbaikan kebetsihan mulut dan kesehatan gusi).Pada sejumlah
sekolah lanjutan, beberapa bulan setelah program berakhir, hasil yang
ditunjukkan adalah tetap terpeliharanya beberapa perbaikan (Craft,
Croucher dan Dickinson, 1981) tetapi bukti manfaat jangka panjang belum
ada (Arnold dan Doyle, 1984).
2.2.5 TOPIKAL APLIKASI FLUOR (TAF)
Penggunaan atau pemberian four dapat dilakukan dengan bantuan
dan kerja sama dari orang tua agar dapat mendapatkan hasil yang
maksimal.
Metode yang digunakan oleh dokter gigi
a. Aplikasi topical larutan atau gel
Ide memakai larutan flour pada gigi-gigi muncul segera setelah
peragaan di Amerika Serikat mengenai pengaruh flour pada pencegahan
karies bila disertakan dalam persediaan air untuk masyarakat. Teknik
pertama dari pemakaian flour secara topical yang menunjukkan hasil
23
efektif adalah penggunaan larutan netral sodium fluoride 2%.
Kekurangan teknik ini adalah, diperlukan suatu seri yaitu 4 kali
pemakaian dengan jarak kira-kira 1 minggu.Pencarian bahan-bahan
yang lebih eektif terus dilaksanakan sampai pada diperkenalkannya
larutan Stannous Flourida 8%. Akan tetapi, Stannous Flourida
mempunyai kekurangan tertentu; tidak stabil dalam bentuk larutan
(perlu mempersiapkan larutan segar setiap kali perawatan), dan dapat
menyebabkan stain kecoklatan pada email yang mengalami
hipomineralisasi atai demineralisasi(misalnya, pada lesi karies yang
awal dan pada tepi restorasi); stain ini tampak jelek apalagi bila terjadi
pada gigi-gigi anterior.
Sudah terbukti bahwa stain yang terjadi pada lesi dini bahkan
menguntungkan karena membuat lesi terlihat dan akan merupakan
tanda bila lesi berhenti. Acidulated Phosphate Fluorida (APF)sekarang
umum digunakan untuk aplikasi secara topical. Komposisi APF adalah
2% sodium fluoride dan 0,3% asam hidroflorat dalam 0,1 M asam
orthofosforic, pHnya kira-kira 3,3.
APF tersedia dalam bentuk larutan atau gel, dan stabil bila
disimpan dalam tempat dari plastic atau politen.Rasanya lebih disukai
daripada stannous fluoride, dan diperbaiki dengan penambahan bahan
aroma. APF tidak menyebabkan stain pada email.
Larutan atau gel dapat diberikan pada gigi baik secara langsung
maupun tidak langsung.Langsung menggunakan aplikasi kapas
sedangkan secara tidak langsung dalam sebuah sendok. Selain itu juga
tersedia varnish yang mengandung 5% sodium flourida yang diberikan
melalui teknik langsung.
b. Varnish Flour
Karena varnish mudah kering dengan cepat setelah aplikasi pada
gigi, hal ini berguna khususnya sewaktu merawat anak-anak kecil.
Varnish ini juga mudah digunakan saat merawat karies pada tempat-
24
tempat tertentu, misalnya dimeniralisasi email yang dini pada tepi
servikal gigi anak yang lebih besar dan orang dewasa.
c. Pasta Profilaksis
Pasta yang mengandung flour untuk memebersihkan gigi-gigi seperti
ini biasanya digunakan sebelum pemakain larutan, gel, atau varnish.
Metode yang dilakukan oleh pasien
a. Penggunaan pasta gigi Fluor
b. Tablet dan tetes flour
c. Larutan kumur yang mengandung flourida
2.2.6 PIT DAN FISSURE SEALENT
Pengaruh fluor topical atau sistemik di dalam mencegah karies gigi
adalah terutama pada permukaan-permukaan gigi yang halus; pengaruhnya
pada pit dan fisur adalah sangat sedikit. Ini mungkin karena daerah
cekungan yang terlindung pit dan fisur memberikan kondisi yang baik
untuk terjadinya karies dan karena fluor tidak cukup kuat untuk
menahannya.
Ide sealing pit dan fisur sebelum pit dan fisur terserang karies
bukan merupakan hal yang baru, tetapi pada usaha-usaha awal
keberhasilannya terbatas karena adhesi bahan-bahan test pada email tidak
cukup. Keberhasilan teknik sealing belakangan ini didasarkan pada
penemuan bahwa adhesi akrilik dan resin komposit terhadap email
bertambah besar jika email di etsa terlebih dahulu dengan asam.
Biasanya digunakan asam fosfat dengan konsentrasi 30-50% untuk
etsa email. Aplikasi selama 1 menit menghilangkan kira-kira 10
milimikron email permukaan dan etsa permukaan di bawahnya sampai
kedalaman 20 milimikron. Etsa meghasilkan lapisan email yang porous
sehingga resin dapat mengalir, porositas ini memberikan permukaan untuk
adhesi resin dan juga merupakan retensi mekanis yang sangat baik.
25
Resin yang digunakan sebagai sealant belakangan ini didasarkan
pada resin “Bis GMA” yang dikembangkan oleh Bower.(1963); “Bis
GMA” adalah reaksi yang dihasilkan oleh bis (4-hidroxyphenyl)
dimethylmethane dan glycidyl methacrylate. Terdapat dua tipe: yaitu yang
mengalami polimerisasi setelah pencampuran komponen “katalis” dan
“universal“ (tipe autopolimerisasi), dan yang mengalami polimerisasi
hanya setelah terkena sumber sinar yang sesuai.
Kebanyakan resin yang telah digunakan sebagai fisur sealant
adalah “unfilled”; yaitu, mereka tidak mengandung partikel-partikel filler.
Karena penggabungan filler ke dalam resin meningkatkan daya tahan
terhadap abrasi, terdapat beberapa alas an dalam menggunakan filled resin
untuk fisur sealing.
Dengan melihat bahwa permukaan oklusal gigi molar tetap
pertama dan kedua sangat mudah terkena karies, fisur sealing adalah
perawatan preventif yang ideal untuk gigi-gigi ini. Permukaan lain yang
dapat di seal adalah fisur-fisur oklusal premolar dan molar susu, groove
bukal molar rahang bawah, groove palatal molar rahang atas, dan pit
palatal insisivus rahang atas. Sealing khususnya ditujukan bagi gigi-gigi
yang mempunyai pit dan fisur yang dalam dan untuk pasien beresiko
tinggi. Gigi-gigi harus di seal sesegera mungkin setelah erupsi.
26