bab 2

37
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prosedur Penegakan Diagnosa Pedodonsia Pemeriksaan Subyektif 1. Identitas Pasien Identitas anak (nama, jenis kelamin, usia tempat sekolah, dan kelas) sangat penting diketahui untuk memperlancar perawatan, tingkah laku dan kemampuan anak untuk adaptasi terhadap lingkungan. Perlu juga diketahiu nama panggilan anak agar dapat memanggil anak dengan nama panggilan sehari- hari. Hal tersebut akan terasa akrab dan lebih memudahkan pendekatan, sehingga lebih memperlancar pekerjaan dan mempercepay keberhasilan perawatan gigi. Nama orangtua berikut pekerjaannya perlu juga diketahui untuk menentukan jenis perawatan yang sesuai dengan kemampuan orangtua dan perawatan dapat disesuaikan dengan kesempatan orangtua mengantar anaknya. Alamat rumah diperlukan untuk lebih menegaskan identitas anak sehingga Kartu Status tidak tertukar dengan pasien lain; selain itu juga untuk memperkirakan jarak perjalanan ke klinik gigi serta lingkungan tempat tinggalnya. 3

Upload: diah-andryantini

Post on 11-Aug-2015

56 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prosedur Penegakan Diagnosa Pedodonsia

Pemeriksaan Subyektif

1. Identitas Pasien

Identitas anak (nama, jenis kelamin, usia tempat sekolah, dan

kelas) sangat penting diketahui untuk memperlancar perawatan,

tingkah laku dan kemampuan anak untuk adaptasi terhadap

lingkungan. Perlu juga diketahiu nama panggilan anak agar dapat

memanggil anak dengan nama panggilan sehari-hari. Hal tersebut

akan terasa akrab dan lebih memudahkan pendekatan, sehingga

lebih memperlancar pekerjaan dan mempercepay keberhasilan

perawatan gigi.

Nama orangtua berikut pekerjaannya perlu juga diketahui untuk

menentukan jenis perawatan yang sesuai dengan kemampuan

orangtua dan perawatan dapat disesuaikan dengan kesempatan

orangtua mengantar anaknya. Alamat rumah diperlukan untuk lebih

menegaskan identitas anak sehingga Kartu Status tidak tertukar

dengan pasien lain; selain itu juga untuk memperkirakan jarak

perjalanan ke klinik gigi serta lingkungan tempat tinggalnya.

Usia sangat penting diketahui untuk menyesuaikannya dengan

pertumbuhan serta perkembangan fisik dan mental anak. Sekolah

anak juga perlu diketahui untuk menilai apakah usia sesuai dengan

tingkat kelasnya; biasanya anak yang sudah bersekolah akan lebih

kooperatif dan rasa sosialnya lebih tinggi disbanding anak yang

belum sekolah (Suharsono, Ismu. 1991)

3

2. Keadaan Umum Pasien

Setelah diketahui dengan jelas identitas anak, selanjutnya orang

tua perlu menjawab kuisioner perihal keadaan umum. Data tersebut

diperlukan untuk menilai kesehatan umum anak saat ini, agar bila

perlu dapat diberikan saran untuk lebih memperbaiki kesehatan

umum tersebut.

Kuisioner dimulai dari penimbangan berat badan dan tinggi

badan. Data ini diperlukan untuk menilai sesuaikah berat badan

anak dengan tinggi serta usianya sekarang.Orang tua atau

pengantar perlu menjawab pertanyaan, apakah anak sedang dirawat

dokter umum/ spesialis dan alasan merawat. Hal ini diperlukan saat

kita melakukan tindakan dan perawatan. Pemberian obat secara

peroral perlu disesuaikan dengan obat yang sedang diminum. Perlu

dipertimbangkan pula apakah penyakit yang diderita anak tersebut

penyakit akut atau kronis; menular atau tidak dimana mungkin

akan membahayakan kesehatan operator. Perhatikan juga apakah

anak sedang demam (suhu badan lebih tinggi dari normal).

Keadaan ini perlu diketahui, karena suhu tinggi menghadirkan

kemungkinan adanya infeksi cukup berat, sehingga perlu

pengobatan untuk infeksi di dalam mulut atau di tempat lain.

Disamping itu juga dibutuhkan obat-obatan untuk menurunkan

suhu tubuh (Suharsono, Ismu. 1991)

3. Riwayat Kesehatan Gigi Pasien

Keadaan anak selama dalam kandungan sampai dilahirkan

perlu juga diteliti untuk menilai apakah hubungan dengan keadaan

gigi sekarang. Setiap keadaan dapat menjawab kemungkinan

etiologi dari kelainan yang dijumpai pada anak tersebut.

(Suharsono, Ismu. 1991).

4

4. Riwayat Medis

Pengisian kuisioner secara tepat akan menghasilkan data

menunjang keberhasilan perawatan. Kuisioner perihal riwayat medis

antara lain dibutuhkan untuk mencari kemungkinan hubungan antara

sakit yang dialami anak waktu lalu dengan kelainan gigi dan mulutnya.

Kejadian anak yang pernah menderita sakit berat atau malahan sampai

dirawat di rumah sakit, kemungkinan hubungan antara sakit yang

dialami anak waktu lalu dengan kelainan gigi dan mulutnya. Kejadian

anak yang pernah menderita sakit berat atau malahan sampai dirawat

di rumah sakit, kemungkinan saja berpengaruh terhadap keparahan

kerusakan giginya. (Suharsono, Ismu. 1991)

Keadaan anak yang mempunyai cirri sangat sensitive terhadap

makanan, minuman, atau bahan lain (anak yang alergi terhadap

sesuatu), harus diketahui juga, terutama anak yang sensitive tehadap

obat tertentu. Hal itu sangat berguna untuk menentukan alternative

pemberian obat ataupun tindakan lain bilamana anak

membutuhkannya.Kebiasaan buruk perlu diteliti bila kita ingin

mengetahui beberapa kelainan yang disebabkan oleh kebiasaan buruk.

Misalnya menghisap ibu jari, akan menyebabkan gigi anak protrusive.

Kebiasaan buruk ini harus segera dihentikan dengan metode

pendekatan psikologis sebaik-baiknya. Factor terpenting yang

menunjang keberhasilan perawatan kelainan akibat kebiasaan buruk

adalah ditemukannya etiologi kelainan fisik maupun mental.

Keberhasilan perawatan juga tergantung dari berat ringannya kelainan

dan kerjasama antara anak dengan dokter gigi yang merawatnya. Jadi

jelslah kini mengapa factor sebab, jenis, dan lamanya kebiasaan buruk

perlu diketahui. (Suharsono, Ismu. 1991).

Pengalaman anak sewaktu berobat ke dokter gigi penting juga

utuk diketahui. Kita harus lebih baik dari dokter gigi sebelumnya. Hal

5

ini tidak lain untuk mendapatkan simpati anak, sebab keadaan itu

menunjang kebersihan perawatan gigi anak tersebut. Pengalaman yang

buruk akan cukup membekas terhadap anak, sehingga untuk

melakukan perawatan gigi selanjutnya dibutuhkan pendekatan yang

telah dilakukan oleh dokter gigi lainnya. (Suharsono, Ismu. 1991)

5. Keluhan Utama Pasien

Setelah mengisi kuisioner, kemudian diadakan anamnesis untuk

mendapatkan data mengenai masalah pokok yang menyebabkan anak

dating ke dokter gigi. Kita perlu mendapatkan informasi tentang keluhan

utama, riwayat sakit, dan keluhan tambahan. Untuk itu perlu ditanyakan

mengapa dating ke dokter gigi. Kalau karena sakit gigi, hendaknya

ditanyakan gigi yang mana yang sakit dan sejak kapan. Termasuk juga:

bagaimana sakitnya (intensitas), sewaktu-waktu atau terus-menerus

(frekuensi sakinya) dan sudah diobati atau belum serta apa obatnya.

Kemudian ditanyakan pula apakah sekarang masih sakit dan sebelumnya

pernah berobat kemana saja, adakah gigi lain yang sakit, selain gigi yang

menjadi keluhan utama.

Semua pertanyaan tersebut dibutuhkan untuk menentukan

prioritas dan jenis perawatan yang tepat. Sedapat mungkin dokter gigi

memprioritaskan pemeriksaan dan perawatan terhadap gigi yang menjadi

keluhan utama anak, walaupun (sesuai dengan hasil pemeriksaan)

mungkin bukan gigi tersebut yang jelas masalah utama. (Suharsono, Ismu.

1991).

6

Pemeriksaan Obyektif

1. Pemeriksaan Ekstra-oral

Setiap kelainan ektraoral yang nampak yang dicatat selama

pencatatan riwayat dapat diperiksa lebih lanjut. Penampilan umum-

besar dan berat, cara berjalan, corak kulit, mata, bibir, simetri wajah,

dan kelenjar limfe (R.J Andlaw, 1992).

2. Pemeriksaan Intra-oral

Diharapkan agar kecemasan yang dirasakan oleh anak pada

kedatangannya dapat dikurangi atau dihilangkan selama periode

pencatatan riwayat. Kemudian, anak harus duduk dengan tenang pada

kursi perawatan.

Pemeriksaan awal yang dilakukan pada keadaan seperti ini tidak

perlu mendetail. Jika digunakan sonde harus diingat bahwa terlihatnya

alat yang tajam atau runcing dapat menyebabkan kecemasan dan

kecerobohan dalam mempergunakan alat tersebut dapat menyebabkan

timbulnya rasa sakit. Perawatan sederhana dapat dimulai dengan anak

dipangku orang tua, bila anak sudah percaya diri, ia akan dengan

senang hati duduk sendiri (R.J Andlaw, 1992).

1. Jaringan lunak : mukosa pipi, bibir, lidah, tonsil, palatum lunak,

palatum keras dan gingival.

2. Gigi : kebersihan mulut, keadaan gigi-gigi, posisi gigi-gigi-

crowding, spasing, drifting, oklusi.

Gejala Objektif

Gejala objektif ditentukan oleh pengujian dan observasi yang

dilakukan oleh seorang klinisi. Pengujian-pengujian tersebut adalah

sebagai berikut (Grossman,1995):

1) Pemeriksaan visual dan taktil

7

Uji klinis yang paling sederhana adalah pemeriksaan

berdasarkan penglihatan. Hal ini terlalu sering hanya dilakukan

sambil lalu selama pemeriksaan, dan sebagai hasilnya, banyak

informasi penting hilang. suatu pemeriksaan visual dan taktil

jaringan keras dan lunak yang cermat mengandalkan pada

pemeriksaan “three Cs”: color, contour, dan consistency (warna,

kontur dan konsistensi). Pada jaringan lunak, seperti gusi,

penyimpangan dari warna merah muda sehat dapat dengan mudah

dikenal bila terdapat inflamasi. Suatu perubahan kontur yang

timbul dengan pembengkakan, dan konsistensi jaringan yang

lunak, fluktuan, atau seperti bunga karang yang berbeda dengan

jaringan normal, sehat dan kuat adalah indikatif dari keadaan

patologik.

2) Perkusi

Uji ini memungkinkan seseorang mengevaluasi status

periodonsium sekitar suatu gigi. Gigi diberi pukulan cepat dan

tidak keras, mula-mula dengan jari dengan intensitas rendah,

kemudian intensitas ditingkatkan dengan menggunakan tangkai

suatu instrumen, untuk menentukan apakah gigi merasa sakit.

Suatu respon sensitif yang berbeda dari gigi disebelahnya, biasanya

menunjukkan adanya perisementitis (periodontitis). Walaupun

perkusi adalah suatu cara sederhana menguji, tetapi dapat

menyesatkan bila digunakan sebagai alat tunggal. Untuk

menghilangkan bias pada pihak pasien, harus diubah rentetan gigi

yang diperkusi pada tes yang berturut-turut. Sering juga, arah

pukulan harus diubah dari permukaan vertikal-oklusal ke

permukaan bukal atau lingual mahkota dan masing-masing tonjol

dipukul dengan urutan berbeda. Akhirnya, sambil mengajukan

pertanyaan pada pasien mengenai rasa sakit gigi tertentu, klinisi

akan memperoleh suatu respon yang lebih benar, bila pada waktu

8

yang sama diperhatikan gerakan badan pasien, reflex respon rasa

sakit, atau bahkan suatu respon yang tidak diucapkan. Jangan

melakukan perkusi gigi sensitif melebihi toleransi pasien. Masalah

ini dapat dihindari dengan melakukan tekanan ringan pada

beberapa gigi sebelum melakukan perkusi.

3) Palpasi

Tes sederhana ini dilakukan dengan ujung jari

menggunakan tekanan ringan untuk memeriksa konsistensi

jaringan dan respon rasa sakit. Meskipun sederhana, tetapi

merupakan suatu tes yang penting. Nilainya terletak dalam

menemukan pembengkakan yang meliputi gigi yang terlibat dan

menentukan hal-hal berikut : (1) apakah jaringan fluktuan

dancukup membesar untuk insisi dan drainase; (2) adanya,

intensitas dan lokasi rasa sakit; (3) adanya dan lokasi adenopati dan

(4) adanya krepitus tulang.

Bila palpasi digunakan untuk menentukan adenopati

sebaiknya berhati-hati bila melakukan palpasi nodus limfa pada

infeksi akut, untuk menghindari kemungkinan penyebaran infeksi

melalui pembuluh limfatik. Bila gigi-gigi posterior terinfeksi, maka

secara diagnostik nodus limfa submaksiler turut terlibat. Infeksi

pada gigi-gigi anterior bawah kemungkinan menyebabkan

9

Gambar 2. Tes perkusi. Sumber : Pathway of the Pulp. 6th ed.

pembengkakan nodus limfa submental. Bila infeksi terbatas pada

pulpa dan tidak berlanjut pada periodonsium, palpasi tidak

merupakan saran diagnostik. Palpasi, perkusi, mobilitas, dan

depresibilitas adalah lebih untuk menguji periodontium daripada

pulpa.

4) Mobilitas-Depresibilitas

Tes mobilitas digunakan untuk mengevaluasi integritas

apparatus pengikat di sekeliling gigi. Tes ini terdiri dari

menggerakkan suatu gigi ke arah lateral dalam soketnya dengan

menggunakan jari atau, lebih diutamakan, menggunakan tangkai

dua instrument. Tujuan tes ini adalah untuk menentukan apakah

gigi terikat kuat atau longgar pada alveolusnya. Jumlah gerakan

menunjukkan kondisi periodonsium; makin besar gerakannya,

makin jelek status periodontalnya.

Demikian pula, tes untuk depresibilitas adalah dengan

menggerakkan gigi ke arah vertikal dalam soketnya. Tes ini dapat

dilakukan dengan jari atau instrumen. Bila dijumpai depresibilitas,

kemungkinan untuk mempertahankan gigi berkisar antara jelek dan

tidak ada harapan.

Satu klasifikasi mobilitas menetapkan mobilitas derajat

pertama sebagai gerakan gigi yang nyata dalam soketnya; mobilitas

derajat kedua adalah gerakan gigi dalam jarak 1 mm, dan mobilitas

10

Gambar 3. Tes palpasi. Sumber : Pathway of the Pulp. 6th ed.

derajat ketiga adalah gerakan lebih besar daripada 1 mm atau bila

gigi dapat ditekan.

5) Radiografi

Radiografi adalah salah satu alat klinis paling penting untuk

membuat diagnosis. Alat ini memungkinkan pemeriksaan visual

struktur mulut yang tidak mungkin dapat dilihat dengan mata

telanjang. Tanpa alat ini tidak mungkin dilakukan diagnosis,

seleksi kasus, perawatan, dan evaluasi penyembuhan luka. Praktik

kedokteran gigi tidak mungkin dilakukan tanpa radiograf.

Untuk dapat menggunakan radiograf dengan tepat, seorang

klinisi harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang

diperlukan untuk dapat memberikan interpretasi secara tepat.

Diperlukan suatu pengertian seksama tentang anatomi normal dan

anomalinya yang mendasarinya dan perubahan yang dapat timbul

yang disebabkan oleh ketuaan, trauma, penyakit dan penyembuhan.

Dengan demikian, baru bayangan hitam-putih berdimensi-dua yang

diproses pada film ini mempunyai arti.

11

Gambar 4. Tes mobilitas. Sumber : Pathway of the Pulp. 6th ed.

6) Uji listrik pulpa

Mengetes pulpa dengan listrik lebih cermat daripada

beberapa tes yang digunakan untuk menentukan vitalitas pulpa.

Meskipun vitalitas pulpa tergantung pada sirkulasi darah

intrapulpa, tidak pernah ditemukan tes klinis yang praktis untuk

menguji sirkulasi. Tester listrik bila digunakan untuk menguji

vitalitas pulpa, malahan menggunakan stimulasi saraf. Tujuannya

adalah untuk merangsang respon pulpa dengan mengenakan arus

listrik yang makin meningkat pada gigi. Suatu respon positif

merupakan suatu indikasi vitalitas dan membantu dalam

menentukan normalitas atau abnormalitas pulpa tersebut. Tidak

adanya respon terhadap stimulus listrik dapat merupakan indikasi

adanya nekrosis pulpa.

7) Uji termal

Tes ini meliputi aplikasi dingin dan panas pada gigi, untuk

menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal. Meskipun

keduanya merupakan tes sensitivitas, tetapi tidak sama dan

12

Gambar 5. Tes elektrik. Sumber : Pathway of the Pulp. 6th ed.

digunakan untuk alasan diagnosis yang berbeda. Suatu respon

terhadap dingin menunjukkan pulpa vital, tanpa memperhatikan

apakah pulpa itu normal atau abnormal. Suatu respon abnormal

terhadap panas biasanya menunjukkan adanya gangguan pulpa atau

periapikal yang memerlukan perawatan endodontik.

Tes panas. Tes panas dapat dilakukan dengan cara yang

berbeda-beda yang menghasilkan derajat temperatur yang berbeda.

Daerah yang akan dites diisolasi dan dikeringkan, kemudian udara

hangat dikenakan pada permukaan gigi yang terbuka dan respon

pasien dicatat. Bila diperlukan temperatur yang lebih tinggi untuk

mendapatkan suatu respon, harus digunakan air panas, burnisher

panas, guta-percha panas atau kompoun panas atau sembarang

instrument yang dapat menghantarkan temperatur yang terkontrol

pada gigi. Bila menggunakan benda padat, seperti guta-perca

panas, panas tersebut dikenakan pada bagian sepertiga oklusobukal

mahkota terbuka. Bila tidak timbul respon, bahan dapat

dipindahkan ke bagian sentral mahkota atau lebih dekat dengan

serviks gigi. Bila timbul suatu respon, benda panas harus segera

diambil. Harus dijaga untuk tidak menggunakan panas yang

berlebihan atau memperpanjang aplikasi panas pada gigi.

Tes dingin. Aplikasi dingin dapat dilakukan dengan

berbagai cara yang berbeda. Suatu cucuran udara dingin dapat

dikenakan langsung pada mahkota gigi yang sebelumnya

dikeringkan dan juga pada tepi gusi. Bila tidak timbul respon, gigi

dapat diisolasi dengan isolasi karet dan disemprot dengan etil

klorida yang begitu cepat menguap sehingga mengabsorpsi panas

dan dengan demikian mendinginkan gigi. Suatu cara yang lebih

umum adalah meletakkan kapas yang dibasahi dengan etil klorida

pada gig yang dites. Meskipun temperaturnya tidak sedingin

seperti bila digunakan semprotan etil klorida, umumnya cukup

dingin untuk mendapatkan suatu respon yang absah.

13

8) Uji anestesi

Tes ini terbatas bagi pasien yang sedang merasa sakit pada

waktu dites, bila tes yang biasanya digunakan gagal untuk

memungkinkan seseorang mengidentifikasi gigi. Tujuannya adalah

untuk menganestesi gigi tunggal berturut-turut sampai rasa

sakitnya hilang dan terbatas pada gigi tertentu.

Caranya sebagai berikut : menggunakan injeksi infiltrasi

atau intraligamen, lakukan injeksi pada gigi yang paling belakang

pada daerah yang dicurigai sebagai penyebab rasa sakit. Bila rasa

sakitnya tetap ada setelah gigi dianestesi penuh, lakukan anestesi

gigi disebelah mesialnya, dan lanjutkan melakukan demikian

sampai sakitnya hilang. bila sumber rasa sakit tidak dapat

ditentukan, baik pada gigi rahang atas dan rahang bawah, harus

diberikan suatu injeksi alveolar inferior (blok mandibular).

Hilangnya rasa sakit tentu saja menunjukkan keterlibatan gigi

mandibular, dan lokalisasi gigi yang khusus dilakukan dengan

injeksi intraligamen, bila anestesi sudah habis efeknya. Tes ini

jelas merupakan suatu usaha terakhir dan mempunyai suatu

keuntungan dibandingkan “tes kavitas” karena selama tes kavitas

dapat terjadi kerusakan iatrogenic.

9) Uji kavitas

Tes ini memungkinkan seseorang menentukan vitalitas

pulpa. Tes ini dilakukan bila cara diagnosis lain gagal. Tes kavitas

14

Gambar 6. Tes anestesi dengan injeksi intraligamen. Sumber : Pathway of the Pulp. 6th ed.

dilakukan dengan cara mengebur melalui pertemuan email dentin

gigi tanpa anestesi. Pengeburan harus dilakukan dengan kecepatan

rendah dan tanpa air pendingin. Sensitivitas atau nyeri yang

dirasakan oleh pasien yang merupakan suatu petunjuk vitalitas

pulpa; tidak diindikasikan untuk perawatan endodontik. Semen

sedatif kemudian diletakkan di dalam kavitas dan pencarian

sumber rasa sakit diteruskan. Bila tidak dirasakan sakit, preparasi

kavitas boleh dilanjutkan sampai kamar pulpa dicapai. Bila seluruh

pulpa nekrotik, perawatan endodontik dapat dilanjutkan tanpa rasa

sakit dan dalam kebanyakan kasus tanpa anestesi.

PEMERIKSAAN TAMBAHAN (BILA PERLU)

Radiografi

Kadang-kadang pemeriksaan klinis dapat memberikan

semua keterangan yang diperlukan mengenai pasien, disini

mungkin tidak diperlukan radiografi. Bagaimanapun juga,

radiografi biasanya diperlukan satu atau alasan-alasan berikut (R.J

Andlaw, 1992):

1. Untuk mendiagnosis karies gigi pada permukaan gigi yang tidak

bisa dilihat pada pemeriksaan klinis.

2. Untuk mendeteksi kelainan pada perkembangan gigi.

3. Untuk menemukan gangguan khusus, misalnya kondisi jaringan

periapikal yang berhubungan dengan gigi-gigi nonvital atau

yang mengalami trauma.

15

2.2 Dental Health Education Pada Pasien

2.2.1 Petunjuk menggosok gigi

Walaupun lebih dari 5096 anak-anak di Inggris menyatakan

menggosok giginya sekurang-kurangnya- 2 kali sehari, kebanyakan

mempunyai debris pada gigi-giginya (Todd dan Dodd,1985); hal ini

menunjukkan bahwa menggosok gigi, biasanya dilakukan dengan tidak

efisien. Dalam mengajar anak untuk menggosok gigi-gigi mereka,

tujuannya- haruslah memberi instruksi dan mendorong semangat

mereka untuk mengeluarkan semua debris dan plak dari semua per-

mukaan gigi yang dapat dijangkau. (R.J Andlaw, 1992)

Tidak mudah untuk menguasai teknik menggosok gigi dan

sejumlah anak tidak mempunyai ketrampilan untuk itu. Ini khususnya

terjadi pada anak-anak kecil di bawah usia 5-6 tahun, dan pada mereka

yang cacat fisik atau mental. Untuk membantu pasien-pasien seperti di

atas, dokter gigi harus melibatkan orang tua (atau pengasuh) yang harus

didorong untuk menerima tanggung jawab.Anak-anak harus didorong

untuk menggosok gigi-giginya sendiri, orang tua juga boleh

membantu.Petunjuk yang menyangkut teknik, harus diberikan pada

orang tua.Sikat gigi listrik dapat pula digunakan untuk pasien-pasien

tersebut.

Telah diperkenalkan beberapa teknik menggosok gigi. Tidak

terdapat bukti bahwa teknik yang satu lebih baik dari teknik yang lain

dalam menghilangkan plak gigi, walaupun mungkin dapat diharapkan

bahwa teknik Scrub lebih dapat masuk sulkus gingiva atau daerah

interdental dibanding teknik yang lain. Semua teknik, kecuali teknik

Scrub memerlukan ketrampilan. Memaksakan satu metode yang sulit

dilakukan oleh anak akan melemahkan semangat anak untuk

menggosok gigi. Biasanya lebih bijaksana untuk mulai dengan teknik

Scrub dan memperkenalkan satu dari teknik lainnya hanya bila telah

terjadi kemajuan dalam mengembangkan minat dan kerja sama anak.

Teknik Bass belakangan ini lebih disukai balk di Inggris maupun di

16

Amerika Serikat.Jika orang tua menggosok gigi anaknya, dapat dian-

jurkan memakai metode Bass sehingga anak dapat belajar meniru

teknik tersebut.

Jika tidak diinstruksikan, biasanya anak akan meminta tolong pada

orang tua untuk digosokan giginya. Pendekatan yang jauh lebih baik di-

gambarkan dalam gambar 3.3, cara ini memberikan tahanan yang baik

pada kepala anak sehingga, orangtua lebih dapat mengendalikan segala-

nya. Orangtua harus diintruksikan untuk menggunakan jari-jari tangan kiri

untuk menarik pipi dan bibir anak seperlunya, supaya jangkauan sikat gigi

lebih baik; kebanyakan orangtua tidak akan melakukan hal ini, kecuali

diinstruksikan, mereka hanya akan mempergunakan tangannya untuk

menahan kepala anak. Orangtua harus dinasihatkan untuk mulai

menggosok gigi anaknya segera setelah gigi yang pertama erupsi, sehingga

menggosok gigi dapat diterima sebagai bagian dari mandi yang rutin.

17

Hubungan antara menggosok gigi dan gingivitis mudah

didemonstrasikan; setiap dokter gigi menganggap bahwa gingivitis

marginalis berhubungan dengan endapan plak dan pencegahan gingivitis

adalah menggosok gigi dengan efisien. Hubungan ini dikukuhkan melalui

studi klinis pada orang dewasa dan anak-anak,(Koch dan Lindhe, 1965).

Akan tetapi, hubungan di antara menggosok gigi dan karies gigi kurang

jelas. Pada masing-masing pasien, diperkenalkannya teknik menggosok

gigi yang efisien akan diikuti oleh misalnya terhentinya lesi-lesi servikal

yang dini, tetapi berbagai studi pada kelompok anak hanya

memperlihatkan hubungan yang lemah antara oral hygiene dan karies gigi

(Andlaw, 1978; Sut Cliffe, 1983). Mungkin gosok gigi harus dilakukan

dengan sangat efisien supaya mempunyai pengaruh dalam mencegah

karies gigi, selain itu, pengaruhnya dibatasi oleh kenyataan bahwa bulu

keras pada sikat gigi tidak bisa masuk pada pit atau fissure yang dalam

atau ruangruang interdental.

18

2.2.2 Instruksi flossing

Penggunaan dental floss memungkinkan plak dihilangkan dari

permukaan aproksimal gigi yang tidak dapat dijangkau sikat

gigi.Idealnya, flossing dilakukan di samping menggosok gigi sebagai

bagian latian oral hygiene sehari-hari.Akan tetapi, flossing sulit

dilakukan, dan memerlukan latihan yang lama sebelum benar-benar

menguasai. Kebanyakan anak memerlukan dorongan terus menerus

untuk menjaga standar gosok gigi yang baik, dan oleh karena itu tidak

beralasan untuk mengharapkan semua anak dapat melakukan prosedur

tambahan yang lain. Oleh karenanya, flossing harus diperkenlkan pada

anak dengan teknik yang mudah dan efisien sebagai bagian dari

prosedur menggosok gigi disertai dengan sedikit antusiasme. Pada

mereka dapat diperlihatkan bagaimana menggunakan floss pada gigi-

gigi anterior terlebih dahulu, kemudian diperluas ke gigi-gigi posterior.

Atau cara lain, orang tua yang termotivasi untuk menggunakan floss

dapat didorong untuk melakukan flossing pada gigi-gigi anaknya.

Penting bagi dokter gigi atau ahli kesehatan untuk mengawasi prosedur

ini secara berkala, karena teknik flossing yang salah dapat

mengakibatkan lebih banyak kerusakan dari pada kebaikan yang di-

harapkan.

Nasihat berikut dapat diberikan pada anak dan orang tua

(gambar-gambar ada di belakang).

1. Gunakan floss yang unwaxed (tidak dilapisi lilin). Floss yang waxed

(dilapisi malam/lilin) dapat meninggalkan lapisan lilin pada

permukaan gigi yang dapat menghambat penyerapan fluor dari pasta

gigi atau pemberian fluor topikal.

2. Potong floss kira-kira 30-40 cm panjangnya dan dengan ringan putar

ujungnya di sekitar jari tengah.

3. Ujung jari atau ibu jari tempat floss tidak lebih dari 2 cm jaraknya,

supaya dapat mengendalikan floss dengan baik.

19

4. Lewatkan floss dengan perlahan-lahan melalui titik kontak dengan

menggerakkan floss ke arah buko-lingual sampai masuk perlahan-

lahan. Hindari pemaksaan yang kasar karena dapat membuat trauma

pada papila interdental.

5. Gerakkan floss dengan perlahan-lahan ke arah okluso gingival dan

buko-lingual terhadap tiap permukaan proksimal; floss harus dapat

melebar dibawah margin gingiva.

6. Setelah melakukan flossing semua gigi-gigi, kumur mulut dengan

kuat untuk mengeluarkan plak dan debris yang berada pada ruang

interdental.

Efek flossing pada karies gigi telah diselidiki hanya pada satu

penelitian terlihat bahwa insidens karies pada permukaan aproksimal gigi

molar susu berkurang setelah dilakukan flossing tiap hari selama 20 bulan

oleh asisten riset. (Wright, Banting dan Feasby,1977).

2.2.3 Penyuluhan diet

Untuk kesehatan umum yang optimal diperlukan diet yang baik

dan seimbang, hal ini penting bagi ibu dan janin selama kehamilan dan

untuk anak yang sedang bertumbuh.Akan tetapi, tidak terdapat bukti

20

bahwa defisiensi nutrisi selama periode perkembangan gigi mempengaruhi

gigi atau jaringan lunak mulut sedemikian sehingga kelak lebih mudah

terkena penyakit gigi.Lain dengan kemungkinan penambahan diet dengan

fluor, tidak ada anjuran khusus yang perlu diberikan mengenai nilai nutrisi

dari diet dan hubungannya dengan kesehatan mulut.

Faktor yang paling penting dalam hubungan diet dengan kesehatan

gigi adalah frekuensi konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat

yang dimurnikan. Setelah makan makanan yang mengandung karbohidrat,

akan dihasilkan asam dalam plak gigi (Stephan, 1940). Sewaktu asam

menekan pH plak di bawah PH 5,5, terjadi demineralisasi email, dan hal

ini umumnya dianggap sebagai tahap awal dalam proses terjadinya karies

gigi. Makin sering keadaan asam di bawah pH 5,5 terjadi dalam plak,

makin cepat karies terbentuk dan berkembang; hubungan ini telah diperli-

hatkan dalam berbagai penelitian (Andlaw, 1977). Jadi, tujuan yang paling

penting dalam penyuluhan diet dalam hubungannya dengan kesehatan gigi

adalah mendorong pasien mengendalikan frekuensi makanan yang

mengandung karbohidrat.

Walaupun bakteri mulut dapat memecah banyak karbohidrat

menjadi asam, akan tetapi yang paling terlibat pada karies gigi adalah suk-

rose (Rugg, Gunn dan Edgar, 1984). Sayangnya, sukrose merupakan unsur

dari kebanyakan-makanan kecil.

Masalah-masalah penyuluhan diet luar biasa banyaknya. Banyak

orang telah memperoleh kebiasaan makanan dan minuman manis sejak

bayi juga makan kudapan dan menganggap ini adalah normal dan

merupakan kebiasaan yang dapat diterima. Bagi pasien merubah

kebiasaan ini berarti merubah dasar tabiat; Untuk merubah kebiasaan ini

dokter gigi menghadapi tantangan yang besar.Agar berhasil, metode yang

digunakan dalam penyuluhan diet harus direncanakan tidak hanya untuk

memberi kejelasan tetapi membujuk anak dan orang tua untuk

bertindak.Setidak- tidaknya bagi anak kecil perlu keterlibatan orang tua.

21

Mudah untuk menjelaskan alasan-alasan mengendalikan frekuensi

makanan.Kepada anak dan orang tua dapat diberikan secara singkat garis

besar produksi asam pada gigi (mungkin dengan peralatan visual),

termasuk interaksi bakteri dan makanan dalam plak. Hal tersebut

merupakan tanggung jawab dokter gigi yaitu memberi penjelasan pada

pasien, akan tetapi biasanya pengaruhnya terbatas dan oleh karena itu

mungkin tidak memotivasi pasien untuk memperbaiki kebiasaan dietnya.

Selama ini be lum diketahui adanya metode yang dapat memberikan

pengaruh sesuai yang diinginkan. Sebaiknya buat suatu lembaran diet, di

mana orang tua diminta mencatat diet anak selama beberapa

hari.Keuntungan metode ini adalah bahwa orang tua (dan anak jika cukup

besar) menjadi aktif terlibat dalam mencatat diet, dan nasihat yang

kemudian diberikan adalah bersifat pribadi, didasarkan pada diet masing-

masing anak.

Idealnya, penyuluhan diet harus diberikan pada ibu-ibu segera

setelah melahirkan anak: lebih mudah membangun kebiasaan yang baik

dari pada merubah kebiasaan yang buruk di kemudian hari. Khususnya

pada ibu-ibu, harus diperingatkan jangan membiarkan bayi minum dari

botol tanpa batas atau menggunakan dot sebagai penenang, khususnya

pada waktu malam. Karies rampant pada gigi geligi bayi disebabkan oleh

kontak gigi-gigi dengan sari buah-buahan atau bahkan susu dalam waktu

lama. Yang disukai bayi adalah sirup vitamin, yang mempunyai

kandungan gula dan asam yang tinggi.

2.2.4 Penyuluhan Kesehatan Gigi di sekolah-sekolah

Penyuluhan kesehatan gigi paling sering ditujukan pada anak-anak

sekolah, khususnya- anak sekolah dasar. Terbukti ada perbaikan jangka

pendek tentang kesehatan gigi dan kebersihan mulut (Addy dan Edmunds,

1977; Furniss, 1978; Howat et al, 1984; Hodge et al, 1985), tetapi per-

baikan-perbaikan ini umumnya tidak menetap (Rayner dan Cohen, 1971).

22

Penguatan yang terus menerus, tidak diragukan lagi adalah penting dan

bermanfaat besar, hanya dapat dipemleh jika orangtua dapat

dilibatkan.Sayangnya hal ini biasanya tidak praktis.

Akhir-akhir ini telah terjadi perubahan terhadap pendekatan

penyuluhan kesehatan gigi di sekolah-sekolah.Tekanannya telah berubah

pada pengembangan program yang dapat dikaitkan ke dalam pekerjaan

sekolah dan digunakan oleh guru-guru sekolah.Beberapa program telah

dikembangkan dan ditest di Inggris.Pada sekolah dasar (Mc Intyre, Wight

dan Blunkhorn, 1984; Towner, 1984), pada sekolah menengah (Craft et al,

1981, Arnold dan Doyle, 1984) dan dalam kelompok pra sekolah

(Cmucher et al, 1985).Umumnya studi-studi ini me nunjukka bahwa

program-program dapat diterima oleh para guru atau anak-anak,

pengetahuan mengenai kesehatan gigi dapat ditingkatkan, dan beberapa

perbaikan pada tingkah laku kesehatan gigi dapat diperoleh (dilihat

melalui perbaikan kebetsihan mulut dan kesehatan gusi).Pada sejumlah

sekolah lanjutan, beberapa bulan setelah program berakhir, hasil yang

ditunjukkan adalah tetap terpeliharanya beberapa perbaikan (Craft,

Croucher dan Dickinson, 1981) tetapi bukti manfaat jangka panjang belum

ada (Arnold dan Doyle, 1984).

2.2.5 TOPIKAL APLIKASI FLUOR (TAF)

Penggunaan atau pemberian four dapat dilakukan dengan bantuan

dan kerja sama dari orang tua agar dapat mendapatkan hasil yang

maksimal.

Metode yang digunakan oleh dokter gigi

a. Aplikasi topical larutan atau gel

Ide memakai larutan flour pada gigi-gigi muncul segera setelah

peragaan di Amerika Serikat mengenai pengaruh flour pada pencegahan

karies bila disertakan dalam persediaan air untuk masyarakat. Teknik

pertama dari pemakaian flour secara topical yang menunjukkan hasil

23

efektif adalah penggunaan larutan netral sodium fluoride 2%.

Kekurangan teknik ini adalah, diperlukan suatu seri yaitu 4 kali

pemakaian dengan jarak kira-kira 1 minggu.Pencarian bahan-bahan

yang lebih eektif terus dilaksanakan sampai pada diperkenalkannya

larutan Stannous Flourida 8%. Akan tetapi, Stannous Flourida

mempunyai kekurangan tertentu; tidak stabil dalam bentuk larutan

(perlu mempersiapkan larutan segar setiap kali perawatan), dan dapat

menyebabkan stain kecoklatan pada email yang mengalami

hipomineralisasi atai demineralisasi(misalnya, pada lesi karies yang

awal dan pada tepi restorasi); stain ini tampak jelek apalagi bila terjadi

pada gigi-gigi anterior.

Sudah terbukti bahwa stain yang terjadi pada lesi dini bahkan

menguntungkan karena membuat lesi terlihat dan akan merupakan

tanda bila lesi berhenti. Acidulated Phosphate Fluorida (APF)sekarang

umum digunakan untuk aplikasi secara topical. Komposisi APF adalah

2% sodium fluoride dan 0,3% asam hidroflorat dalam 0,1 M asam

orthofosforic, pHnya kira-kira 3,3.

APF tersedia dalam bentuk larutan atau gel, dan stabil bila

disimpan dalam tempat dari plastic atau politen.Rasanya lebih disukai

daripada stannous fluoride, dan diperbaiki dengan penambahan bahan

aroma. APF tidak menyebabkan stain pada email.

Larutan atau gel dapat diberikan pada gigi baik secara langsung

maupun tidak langsung.Langsung menggunakan aplikasi kapas

sedangkan secara tidak langsung dalam sebuah sendok. Selain itu juga

tersedia varnish yang mengandung 5% sodium flourida yang diberikan

melalui teknik langsung.

b. Varnish Flour

Karena varnish mudah kering dengan cepat setelah aplikasi pada

gigi, hal ini berguna khususnya sewaktu merawat anak-anak kecil.

Varnish ini juga mudah digunakan saat merawat karies pada tempat-

24

tempat tertentu, misalnya dimeniralisasi email yang dini pada tepi

servikal gigi anak yang lebih besar dan orang dewasa.

c. Pasta Profilaksis

Pasta yang mengandung flour untuk memebersihkan gigi-gigi seperti

ini biasanya digunakan sebelum pemakain larutan, gel, atau varnish.

Metode yang dilakukan oleh pasien

a. Penggunaan pasta gigi Fluor

b. Tablet dan tetes flour

c. Larutan kumur yang mengandung flourida

2.2.6 PIT DAN FISSURE SEALENT

Pengaruh fluor topical atau sistemik di dalam mencegah karies gigi

adalah terutama pada permukaan-permukaan gigi yang halus; pengaruhnya

pada pit dan fisur adalah sangat sedikit. Ini mungkin karena daerah

cekungan yang terlindung pit dan fisur memberikan kondisi yang baik

untuk terjadinya karies dan karena fluor tidak cukup kuat untuk

menahannya.

Ide sealing pit dan fisur sebelum pit dan fisur terserang karies

bukan merupakan hal yang baru, tetapi pada usaha-usaha awal

keberhasilannya terbatas karena adhesi bahan-bahan test pada email tidak

cukup. Keberhasilan teknik sealing belakangan ini didasarkan pada

penemuan bahwa adhesi akrilik dan resin komposit terhadap email

bertambah besar jika email di etsa terlebih dahulu dengan asam.

Biasanya digunakan asam fosfat dengan konsentrasi 30-50% untuk

etsa email. Aplikasi selama 1 menit menghilangkan kira-kira 10

milimikron email permukaan dan etsa permukaan di bawahnya sampai

kedalaman 20 milimikron. Etsa meghasilkan lapisan email yang porous

sehingga resin dapat mengalir, porositas ini memberikan permukaan untuk

adhesi resin dan juga merupakan retensi mekanis yang sangat baik.

25

Resin yang digunakan sebagai sealant belakangan ini didasarkan

pada resin “Bis GMA” yang dikembangkan oleh Bower.(1963); “Bis

GMA” adalah reaksi yang dihasilkan oleh bis (4-hidroxyphenyl)

dimethylmethane dan glycidyl methacrylate. Terdapat dua tipe: yaitu yang

mengalami polimerisasi setelah pencampuran komponen “katalis” dan

“universal“ (tipe autopolimerisasi), dan yang mengalami polimerisasi

hanya setelah terkena sumber sinar yang sesuai.

Kebanyakan resin yang telah digunakan sebagai fisur sealant

adalah “unfilled”; yaitu, mereka tidak mengandung partikel-partikel filler.

Karena penggabungan filler ke dalam resin meningkatkan daya tahan

terhadap abrasi, terdapat beberapa alas an dalam menggunakan filled resin

untuk fisur sealing.

Dengan melihat bahwa permukaan oklusal gigi molar tetap

pertama dan kedua sangat mudah terkena karies, fisur sealing adalah

perawatan preventif yang ideal untuk gigi-gigi ini. Permukaan lain yang

dapat di seal adalah fisur-fisur oklusal premolar dan molar susu, groove

bukal molar rahang bawah, groove palatal molar rahang atas, dan pit

palatal insisivus rahang atas. Sealing khususnya ditujukan bagi gigi-gigi

yang mempunyai pit dan fisur yang dalam dan untuk pasien beresiko

tinggi. Gigi-gigi harus di seal sesegera mungkin setelah erupsi.

26