bab 1,2,3

20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya memerlukan interaksi dengan orang lain. Untuk berinteraksi juga membutuhkan komunikasi yang baik. Bagi sebagian orang tua, inilah masa yang bisa cukup sulit, terutama dalam hal membangun komunikasi dengan anak remaja. Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja yang mencakup perubahan transisi biologis yaitu perubahan fisik yang terjadi pada remaja. Menurut Hewitt (1981, tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik, yaitu mempelajari atau mengajarkan sesuatu, mempengaruhi perilaku seseorang, mengungkapkan perasaan, menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain, hubungan dengan orang lain, menyelesaikaan sebuah masalah, mencapai sebuah tujuan, menurunkan tegangan dan menyelesaikan konflik, menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain. Dengan hal tersebut maka sangatlah penting seorang perawat untuk dapat melakukan komunikasi secara efektif. Peran perawat dalam melakukan komunikasi pada remaja adalah hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien akan pengalaman belajar dan juga merupakan pengalaman koreksi terhadap komunikasi klien. Disini perawat sebagai tim pelaksana dalam melakukan penyusunan asuhan keperawatan membina hubungan interpersonal yang sepaham dan saling bergantung 1

Upload: noyy

Post on 31-Jan-2016

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BAB

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1,2,3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dalam hidupnya memerlukan interaksi dengan orang lain. Untuk

berinteraksi juga membutuhkan komunikasi yang baik. Bagi sebagian orang tua,

inilah masa yang bisa cukup sulit, terutama dalam hal membangun komunikasi

dengan anak remaja. Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja yang

mencakup perubahan transisi biologis yaitu perubahan fisik yang terjadi pada remaja.

Menurut Hewitt (1981, tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik, yaitu

mempelajari atau mengajarkan sesuatu, mempengaruhi perilaku seseorang,

mengungkapkan perasaan, menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain,

hubungan dengan orang lain, menyelesaikaan sebuah masalah, mencapai sebuah

tujuan, menurunkan tegangan dan menyelesaikan konflik, menstimulasi minat pada

diri sendiri atau orang lain. Dengan hal tersebut maka sangatlah penting seorang

perawat untuk dapat melakukan komunikasi secara efektif. Peran perawat dalam

melakukan komunikasi pada remaja adalah hubungan yang terapeutik antara perawat

dan klien akan pengalaman belajar dan juga merupakan pengalaman koreksi terhadap

komunikasi klien. Disini perawat sebagai tim pelaksana dalam melakukan

penyusunan asuhan keperawatan membina hubungan interpersonal yang sepaham dan

saling bergantung dengan orang lain, peningkatan fungsi dan kemampuan untuk

memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan realistis yang jelas dan peningkatan

integritas diri. Dari latar belakang diatas, dijelaskan bahwa komunikasi seorang

perawat pada usia remaja adalah hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien

akan pengalaman belajar dan juga merupakan pengalaman koreksi terhadap

komunikasi klien. Oleh alasan itulah penulis ingin membahas makalah ini dengan

judul komunikasi pada usia remaja agar pembaca dapat mengetahui bagaimana cara

yang efektif berkomunikasi dengan anak usia remaja.

B. Rumusan Masalah

Latar belakang masalah yang telah dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara yang efektif berkomunikasi pada usia remaja?

1

Page 2: BAB 1,2,3

2. Hambatan apa ketika seseorang berkomunikasi pada usia remaja?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Agar dapat mengetahui cara yang efektif berkomunikasi pada usia remaja.

2. Agar dapat mengetahui hambatan seseorang berkomunikasi pada usia remaja.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan yang luas akan komunikasi pada usia

remaja.

2. Mahasiswa dapat memahami hambatan seseorang berkomunikasi pada usia

remaja.

2

Page 3: BAB 1,2,3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Komunikasi

Ada beberapa pengertian komunikasi menurut para ahli, yaitu sebagai berikut:

1. Menurut Hedward Depari, komunikasi adalah proses penyampaian gagasan,

harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang-lambang tertentu,

mengandung arti, dilakukan oleh penyampaian pesan ditujukan kepada

penerima pesan.

2. Menurut James AF. Stoner, komunikasi adalah proses dimana seorang

berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan.

3. Menurut John R. Schemerhom, komunikasi adalah proses antara pribadi dalam

mengirim danmenerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka.

Secara umum komunikasi dapat disebutkan sebagai proses pengiriman dan

penerimaan kabar atau berita (informasi) antara dua orang atau lebih dengan cara

efektif, sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Dengan mengaju kepada

beberapa definisi komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan atau

pengetahuan kepada pihak lain. Dengan mengacu beberapa definisi komunikasi

yang dikemukakan oleh paraahlinya, secara ringkas dapat disimpulkan bahwa

komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, pengetahuan kepada orang

lain. Walaupun definisi tersebut tidak mengungkapkan apakah alat-alat dan

perlengkapan yang digunakan, kita anggap saja bahwa yang dimaksudkan

termasuk pula penggunaan alat perlengkapannya (Barata, 2003:54).

B. Bentuk-bentuk Komunikasi Bentuk komunikasi dapat verbal, non-verbal atau abstrak.

Komunikasi verbal dapat melibatkan bahasa dan ekspresinya, vokalisasi dalam

bentuk tertawa, merintih atau berteriak atau implikasi dari hal-hal yang tidak

dikatakan dalam apa-apa yang tidak dikatakan. Komunikasi non-verbal sering disebut

bahasa tubuh dan meliputi posisi tubuh, pergerakan, ekspresi wajah, postur tubuh dan

reaksi. Komunikasi abstrak dapat berbentuk permainan, ekspresi, artistik, simbol,

foto, dan pilihan pakaian. Karena komunikasi verbal memungkinkan digunakannya

kontrol kesadaran yang lebih besar maka komunikasi verbal menunjukkan indikator

3

Page 4: BAB 1,2,3

perasaan sebenarnya yang kurang dapat diterima, terutama perasaan anak-anak (Wong

et al, 2008:138). Banyak faktor yang mempengaruhi proses komunikasi. Agar sukses

(sesuai dengan yang diharapkan), komunikasi harus dengan situasi, waktu yang tepat,

dan diungkapkan dengan jelas. Hal ini menunjukkan bahwa perawat memahami dan

menggunakan teknik-teknik komunikasi yang efektif, termasuk teknik mendengarkan.

Pesan verbal dan nonverbal harus sama yaitu dua atau lebih pesan yang dikirimkan

melalui tingkat yang berbeda tidak boleh bertolak belakang. Isu penting dalam

komunikasi adalah membiarkan saluran tetap terbuka dan memeriksa persepsi dengan

sering untuk mengkaji kualitas pemahaman (Wong et al, 2008:138).

C. Pengertian Remaja

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke

dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12 ampai 24 tahun, namun

pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa dan

bukan lagi remaja. Sebaliknya jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih

tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka tetap dimasukkan kedalam

kelomppok remaja. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada dianatara

fase anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif,

biologis dan emosi. Untuk mendeskripsikan remaja dari waktu ke waktu memang

berubah sesuai perkembangan zaman (Efendi dan Makhfudli,2004:221). Gunarsa dan

Gunarsa (2001) menyatakan bahwa remaja adalah masa peralihandari masa anak-anak

menuju masa dewasa dengan usia 11 sampai 21 tahun, disertai dengan perubahan

fisik, kepribadian, kognitif, psikososial dalam rangka pembentukkan identitas diri.

Suatu analisis yang dikemukakan oleh Monks, Knoers, dan Haditono (1996)

mengenal semua aspek perkembangan dalam masa remaja yang secara global

berlangsung antara usia 12-21 tahun yaitu usia 12-15 tahun: masa usia remaja awal,

15-18 tahun: masa remaja madya, 18-21 tahun: masa remaja akhir, akan

mengemukakan banyak faktor yang masing-masing perlu mendapat tinjauan sendiri

(Satiadarma,2004:62).

D. Tugas Perkembangan pada Usia Remaja Menurut Havighurst (dikutip oleh

Sarwono,1997) Tugas perkembangan remaja yaitu:

1) Menerima kondisi fisiknya dan memanfaatkan tubuhnya secara efektif.

4

Page 5: BAB 1,2,3

2) Menerimahubungan yang lebih matang dengan teman sebayanya dari jenis

kelamin manapun.

3) Menerima peran jenis masing-masing (laki-laki atau perempuan).

4) Berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap orang tua dan orang

dewasa lainnya.

5) Mempersiapkan karir ekonomi.

6) Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga.

7) Merencanakan tingkah laku sosial yangbertanggungjawab.

8) Mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah lakunya.

Selanjutnya Havighurst (dikutip oleh Sarwono, 1997) mengemukakan bahwa tercapai

atau tidaknya tugas-tugas perkembangan diatas ditentukan oleh 3 faktor yaitu

kematangan fisik, desakan dari masyarakat, dan motivasi dari individu yang

bersangkutan (Satiadarma,2004:62).

5

Page 6: BAB 1,2,3

BAB III

PEMBAHASAN

A. Berkomunikasi dengan Remaja

Remaja (usia 12 tahun lebih) menggunakan komunikasi verbal yang canggih

(misalnya komunikasi menggunakan media elektronik seperti sms, bbm, twitter, e-

mail, facebook) meskipun perilaku mereka belum menunjukkan tingkat komunikasi,

kognitif atau kematangan lebih tinggi. Remaja bisa berespons terhadap pendekatan-

pendekatan verbal dengan satu suku kata. Sikap berdiam diri, marah atau tingkah laku

lain perawat harus menghindari kecenderungan untuk berespons minimal dan perilaku

sosial yang diharapkan dengan menyelidik, konfrontasi, sikap terus bertanya, atau

sikap-sikap yang menghakimi. Mempermudah kontak awal dengan diskusi mengenal

teman, hobi, sekolah dan keluarga dapat memberikan waktu bagi remaja yang gelisah

untuk menyesuaikan diri. Keterbukaan dapat terjadi lebih mudah jika remaja dan

perawat terlihat dalam aktivitas bersama (Engel,2008:7-8). Sangat bermanfaat untuk

menanyakan kepada remaja apa yang mereka ketahui tentang kontak kesehatan dan

untuk menjelaskan rasional dari pengkajian kesehatan. Remaja mungkin mempunyai

perhatian terhadap privasi dari kerahasiaan dan kesempatan harus diberikan untuk

melengkapi beberapa atau semua pengkajian tanpa kehadiran orang tua. Perawat

wanita perlu sensitif terhadap potensi rasa malu remaja putra saat diperiksa perawat

wanita dan berikan selimut penutup serta meminimalkan sentuhan. Parameter

kerahasiaan harus dijelaskan terutama harus dijelaskan bahwa informasi yang

disampaikan bersifat rahasia kecuali perlu dilakukan intervensi. Remaja cenderung

menfokuskan perhatian pada citra diri dan fungsi tubuh, dan bila sesuai harus

diberikan umpan balik dari pengkajian. Diagram dan model dapat meningkatkan

umpan balik. Walaupun remaja tingkat pemahaman dan kosa kata nya yang tinggi,

mereka dapat berfungsi secara tidak konsisten pada tingkat kognitif yang lebih tinggi,

rinci, dan teknis. Remaja yang sadar diri mungkin enggan bertanya untuk klarifikasi

penjelasan yang tidak dimengerti (Engel,2008:7-8). Perkembangan komunikasi pada

usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah

mulai berpikir secara konseptual, sudah mulai menunjukkan perasaan malu, pada anak

usia remaja sering kali merenung tentang masa depan yang direfleksikan dalam

komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai menunjukkan ke arah yang lebih

6

Page 7: BAB 1,2,3

positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa peralihan anak

menjadi dewasa.

B. Cara Komunikasi yang Efektif pada Usia Remaja

Adapun cara komunikasi antara orang tua dan anak yang efektif pada usia remaja

yaitu meliputi: (Sofia Retnowati, 2013:3)

1. Membuka pintu, yaitu ungkapan orang tua yang memungkinkan anak untuk

membicarakan lebih banyak, mendorong anak untuk mendekat dan mencurahkan

isi hatinya dan yang penting menumbuhkan pada anak rasa diterima dan dihargai.

Beberapa pernyataan yang bersifat membuka antara lain: “Saya mengerti.. “

Ya..hm.. “Oh ya..” Coba ceritakan lebih banyak..”ibu koq tertarik

ya..”Kelihatannya kamu seneng ya..

2. Mendengar aktif, kemampuan orang tua untuk menguraikan perasaan anak dengan

tepat, jadi orang tua mengerti perasaan anak yang dikirim anak lewat bahasa

verbal maupun non verbalnya. Keuntungan dari mendengar aktif, antara lain:

menolong anak tidak takut terhadap perasaan (positif-negatif); mengembangkan

hubungan yang sangat dengan orang tua; memudahkan anak memecahkan

masalahnya; meningkatkan kemampuan anak untuk mendengar pendapat orang

tua; meningkatkan tanggung jawab anak

3. Komunikasi dengan empatik, prinsip Komunikasi Empatik: “Berusaha mengerti

lebih dahulu, baru dimengerti”. Dalam mendengarkan empatik, kita sebagai orang

tua berusaha masuk kedalam kerangka pikiran perasaan anak remaja kita. Kita

sebagai orang tua tidak hanya mendengar dengan telinga tapi dengan mata dan

hati. Hati kita merasakan, memahami, menyelami dan berintuisi dengan

permasalahan yang sedang dialami oleh anak remaja kita. Mata kita mengamati

pesan-pesan non verbal yang diekspresikan oleh anak kita. Kita menggunakan

otak kanan sekaligus otak kiri. Mendengar Empatik adalah mendengar untuk

mengerti baik secara emosional sekaligus intelektual, bukan dengan maksud untuk

menjawab, mengendalikan atau memanipulasi orang lain. Memang tidak mudah

untuk dapat menjalin komunikasi yang positif dengan anak remaja kita yang

sedang mengalami berbagai gejolak dalam dirinya. Tetapi tidak berarti tidak bisa.

Pemahaman dan pengertian kita sebagai orang tua atas kesulitan-kesulitan yang

sedang dialami anak remaja kita merupakan hal sangat penting. Anak remaja kita

membutuhkan pengertian dari orang tuanya bahwa ia sedang mengalami proses

7

Page 8: BAB 1,2,3

perubahan. Sikap ini akan mendukung terjalinnya komunikasi yang positif dengan

anak remaja.

C. Hambatan Komunikasi pada Remaja

Komunikasi merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi manusia dalam

melakukan interaksi dengan sesama. Kita pada suatu waktu merasakan komunikasi

yang kita lakukan menjadi tidak efektif karena kesalahan dalam menafsirkan pesan

yang kita diterima. Hal ini terjadi karena setiap manusia mempunyai keterbatasan

dalam menelaah komunikasi yang disampaikan. Kesalahan dalam menafsirkan pesan

bisa disebabkan karena tiga hal yaitu: (Nailul Himmah, 2013:2)

1. Hambatan Fisik :

a. Sinyal nonverbal yang tidak konsisten.

Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi, tidak melihat kepada lawan bicara,

tetap dengan aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita dan

mampengaruhi proses komunikasi yang berlangsung.

b. Gangguan Noises.

Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi,

jarak yang jauh, dan lain sebagainya. Dapat saja ini menjadi faktor penentu

materi komunikasi kita tidak dipahami. Anda terus menyampaikan materi

sementara kegaduhan pun Anda biarkan. Buatlah aturan yang disepakati agar

kegaduhan tidak berlangsung tanpa kendali. Tidak apa-apa ada kegaduhan,

namun jangan dibiarkan terlalu lama. Gaduh untuk jangka waktu 1 menit.

Setelah itu, fokus lagi dalam pembelajaran.

c. Gangguan fisik (gagap, tuli, buta).

Adanya gangguan fisik seperti gagap, tunawicara, tunanetra, dan sebagainya.

Terimalah mereka apa adanya. Mereka pasti memiliki potensi unggul lain

yang perlu digali. Anda harus siap menerima kenyataan tersebut seraya

mencari cara agar tidak terjadi hambatan komunikasi misalnya dengan cara

belajar bahasa yang mereka dapat pahami.

d. Teknik bertanya yang buruk.

Ternyata kita yang tidak memiliki kemampuan bertanya, tidak akan sanggup

menggali pemahaman orang lain, tidak sanggup mengetahui apa yang

dirasakan orang lain. Oleh karena itu, kembangkan selalu teknik bertanya

8

Page 9: BAB 1,2,3

kepada orang lain. Bahwa setiap individu memiliki modalitas belajar yang

berbeda-beda.

e. Teknik menjawab yang buruk.

Kesulitan seseorang memahami materi yang disampaikan karena komunikator

tidak mampu menjawab dengan baik. Pertanyaan bukannya dijawab,

melainkan dibiarkan. Pertanyaan justru dijawab tidak tepat. Salah satu teknik

menjawab yang buruk adalah komunikator tidak memberikan kesempatan

individu menyelesaikan pertanyaan lalu langsung di jawab oleh komunikator.

f. Kurang menguasai materi.

Ini faktor yang sangat jelas. Begitu Anda tidak menguasai materi, itulah

hambatan komunikasi Anda. Kompetensi profesional salah satu maknanya

adalah Anda menguasai materi secara mendalam bahkan ditambahkan lagi,

meluas.

g. Kurang persiapan.

Bagaimana mungkin proses penyampaian materi atau pembelajaran dapat

optimal jika kita tidak menyiapkan perencanaan dengan baik. Oleh karena itu,

pastikan bahwa kita telah merencanakan pembelajaran.

2. Hambatan Psikologis :

a. Mendengar.

Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau

informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan

tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.

b. Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.

Seringkali kita mengabaikan informasi yang menurut kita tidak sesuai dengan

ide, gagasan dan pandangan kita padahal kalau dicermati sangat berhubungan

dengan ide kita, padahal ada kalanya gagasan kita yang kurang benar.

c. Menilai sumber.

Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak kecil

yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung

mengabaikannya.

d. Pengaruh emosi.

9

Page 10: BAB 1,2,3

Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi.

apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan

ditanggapinya.

e. Kecurigaan.

Kembangkanlah sikap berbaik sangka kepada semua orang. Kita hendaklah

berpikir baik atau positif bahwa materi ini bisa dipahami oleh semua orang.

Komunikator curiga pada komunikan akan membawa suasana pembelajaran

tidak kondusif.

f. Tidak jujur.

Karakter dasar komunikator mestilah ditampilkan selama pembelajaran

berlangsung dan juga di luar pembelajaran. Kita harus jujur. Jangan bohong.

Jujurlah jika memang tidak tahu. Ilmu itu sangat banyak. Sarana memperoleh

ilmu pun sangat beragam.

g. Tertutup.

Jika ada kita yang memiliki sikap tertutup atau introvert dalam proses

pembelajaran, sebaiknya jangan menjadi komunikator. Sebab dalam proses itu

diperlukan kerjasama, keterbukaan, kehangatan, dan keterlibatan.

h. Destruktif.

Jelas sikap ini akan menjadi penghambat aliran komunikasi. Cegahlah sedini

mungkin oleh kita. Jika sikap destruktif itu muncul, lakukan segera

penanganannya secara bijak atau sesuai prosedur yang berlaku.

i. Kurang dewasa.

Kita memang perlu menyadari sikapnya dalam proses pembelajaran. Bedakan

ketika kita berbicara dengan anak-anak, remaja atau dengan orang yang lebih

tua.

j. Kurang respek.

Kurang menghormati. Belajarlah dengan kondisi realitas yang ada. Bahwa

audien adalah manusia yang perlu diakui potensinya, perlu diapresiasi

kemampuannya sekecil apa pun, perlu diselamatkan dari upaya penghakiman

di hadapan individu lainnya. Seseorang tidak mampu memahami pembelajaran

bukan karena tidak mampu, tetapi ada hambatan psikologi.

k. Kebiasaan menjadi pembicara dan pendengar yang buruk.

10

Page 11: BAB 1,2,3

Semua ada ilmunya. Menjadi pembicara dan pendengar yang baik pun, ada

ilmunya. Oleh sebab itu, jadilah individu yang selalu belajar. Termasuk belajar

menjadi pembicara yang baik dan pendengar yang baik.

3. Semantik :

a. Persepsi yang berbeda.

Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak

sama dengan si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan

pertengkaran, diantara pengirim dan penerima pesan. Setiap individu memiliki

latar belakang yang berbeda. Itu adalah wajar dan real. Yang perlu dilakukan

adalah kesepakatan antara komunikator dan komunikan bahwa inilah tujuan

komunikasi yang ingin kita raih. Oleh karena itu, sampaikanlah tujuan tersebut

kepada komunikan dengan jelas.

b. Kata yang berarti lain bagi orang yang berbeda.

Kita sering mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita.

Seseorang menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda

bagi orang yang menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima

menit, setengah jam atau satu jam kemudian. Pastikanlah kita menggunakan

bahasa pengantar yang bisa dipahami oleh orang lain (komunikan). Hindari

menggunakan istilah yang tidak diketahui komunikan. Jika ingin

menggunakan istilah, jelaskanlah padanya dengan bahasa yang mudah

dipahami. Kita akan mudah menjelaskan materi jika dibantu dengan bahasa

komunikan.

c. Terjemahan yang salah.

Ada kalanya dalam komunikasi terdapat istilah asing yang belum diketahui

oleh kita. Kita jangan merasa malu jika memang belum tahu. Ambillah kamus

bahasa Indonesia atau kamus istilah umum atau istilah dalam bidang studi

tertentu sebagai sahabat dalam menerjemahkan kata atau istilah yang tidak

diketahui.

d. Semantik yaitu pesan bermakna ganda.

Anda pastilah mengetahui bahwa ada kemungkinan pesan yang dikirim

bermakna ganda, lebih dari 1 arti. Inilah salah satu penyebab

miscommunication. Contoh “Untuk memahami materi Hipertensi pada lanjut

11

Page 12: BAB 1,2,3

usia tadi, kerjakanlah 10 soal pada buku yang kamu pegang” Informasi

perintah ini tidak jelas. Buku yang mana yang dimaksud? Halaman berapa?

Hindari penggunaan kalimat bermakna ganda.

e. Belum berbudaya baca, tulis, dan budaya diam.

Penyampaian materi pembelajaran Anda agar maksimal perlu ditunjang

dengan pelaksanaan budaya yang baik di dalam kelas. Tumbuhkan kebiasaan

bahwa ketika Anda menjelaskan, peserta didik memperhatikan. Ketika Anda

meminta mereka menjawab, mereka memberikan respons jawaban. Ketika

seorang peserta didik sedang menjawab, peserta didik lain diminta menyimak.

Jangan sampai sebaliknya, ketika Anda sedang menjelaskan, para peserta

didik justru saling berbicara. Ketika mereka disuruh bertanya, tidak satu pun

bertanya. Bahkan Anda dapat menumbuhkan budaya saling koreksi jawaban

antar peserta didik dapat dilakukan di bawah bimbingan Anda.

12

Page 13: BAB 1,2,3

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada BAB III menyimpulkan bahwa: komunikasi adalah

suatu proses penyampaian informasi, gagasan atau pengetahuan kepada pihak lain.

Remaja ialah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. bentuk komunikasi

ada 2: Verbal dan non-verbal. Remaja (usia 12 tahun lebih) menggunakan komunikasi

verbal yang canggih, meskipun perilaku mereka belum menunjukkan tingkat

komunikasi, kognitif atau kematangan lebih tinggi. Adapun hambatan komunikasi:

hambatan fisik, hambatan psikologi dan hambatan semantik atau hambatan dalam

mengartikan.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan diatas penulis menyarankan kepada para remaja untuk

melakukan komunikasi yang sesuai kepada orang tua atau teman sebaya dan

menyarankan kepada orang tua untuk mendidik anaknya cara berkomunikasi yang

benar dan sesuai dengan tingkatan.

13

Page 14: BAB 1,2,3

DAFTAR PUSTAKA

Wong, Dona L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol 1 Wong. EGC: Jakarta

Montyp Satiadarma. 2004. Jurnal Provitae. Buku Obor: Jakarta Barata

Atep Adya. 2003. Komunikasi. Elek Media Komputindo: Jakarta

Engel, Joyce. 2008. Pengkajian Pediatrik. EGC: Jakarta

14