bab 1 pendahuluan 1.1. lingkungan eksternal...

18
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Lingkungan Eksternal Perusahaan CIMB Principal Asset Management (2015) mengeluarkan sebuah riset bahwa meningkatnya kemakmuran sebuah negara akan meningkatkan kecenderungan konsumsi makanan berat yang berbasis gandum. Riset tersebut berkorelasi linear dengan meningkatnya kesibukan penduduk sebuah negara akan menaikkan permintaan makanan yang membutuhkan penyajian yang mudah dan cepat seperti mi-instan dan roti. Pertumbuhan konsumsi roti di Indonesia didukung dengan perubahan gaya hidup satu dekade terakhir dan melonjaknya pertumbuhan gerai ritel modern yang banyak menyediakan makanan siap saji. Gambar berikut menunjukkan pertumbuhan penjualan roti di Indonesia dari tahun 2010 hingga potensi pertumbuhan pada tahun 2020. Gambar 1.1. Pertumbuhan Penjualan Roti di Indonesia Sumber: CIMB Principal Asset Management 2015

Upload: hadung

Post on 07-Apr-2019

284 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Lingkungan Eksternal Perusahaan

CIMB Principal Asset Management (2015) mengeluarkan sebuah riset bahwa

meningkatnya kemakmuran sebuah negara akan meningkatkan kecenderungan

konsumsi makanan berat yang berbasis gandum. Riset tersebut berkorelasi linear

dengan meningkatnya kesibukan penduduk sebuah negara akan menaikkan

permintaan makanan yang membutuhkan penyajian yang mudah dan cepat seperti

mi-instan dan roti. Pertumbuhan konsumsi roti di Indonesia didukung dengan

perubahan gaya hidup satu dekade terakhir dan melonjaknya pertumbuhan gerai

ritel modern yang banyak menyediakan makanan siap saji. Gambar berikut

menunjukkan pertumbuhan penjualan roti di Indonesia dari tahun 2010 hingga

potensi pertumbuhan pada tahun 2020.

Gambar 1.1. Pertumbuhan Penjualan Roti di Indonesia

Sumber: CIMB Principal Asset Management 2015

2

Konsumsi roti per kapita Indonesia telah tumbuh dari US$ 0,8 di tahun 2005

menjadi US$ 3,6 di tahun 2014. Namun demikian konsumsi roti per kapita

Indonesia masih di bawah Malaysia dan Vietnam yang telah mencapai level US$

17 dan US$ 7 per kapita.

Gambar 1.2. Perbandingan Pangsa Pasar Roti Produksi Massal Tiga Negara

Sumber: CIMB Principal Asset Management 2015

Secara keseluruhan model bisnis roti di Indonesia dibagi menjadi tiga

kelompok berdasarkan penguasaan pasarnya yaitu usaha rumahan (home/small)

sebesar 70%, pabrik produksi massal (mass production) sebesar 18% dan toko roti

(boutique bakery) sebesar 12%.

Gambar 1.3. Perbandingan Model Bisnis Industri Roti Indonesia dan Penjualanya

Sumber: CIMB Principal Asset Management 2015

3

Dari berbagai varian roti di Indonesia, donat adalah salah satu roti yang

menjadi primadona masyarakat. Dibuktikan dengan banyaknya toko jejaring donat

yang tumbuh secara signifikan.

Tabel 1.1 Merek Toko Jejaring Donat di Indonesia

Merek Tahun Berdiri Jumlah Gerai

Dunkin Donuts 1950 200

J.CO Donuts 2005 114

Mokko Factory 2009 30

Donat Madu Cihanjuang 2010 127

Double Dipps 2008 100

1.1.1. Potensi Yogyakarta

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu daerah otonom

(provinsi) di Indonesia dengan luas wilayah 3.133,15 km² dan jumlah penduduk

mencapai 3.542.078 jiwa. Secara geografis DIY terletak di bagian tengah-selatan

Pulau Jawa, pada 8º 30' - 7º 20' Lintang Selatan, dan 109º 40' - 111º 0' Bujur

Timur. DIY memiliki lima wilayah administrasi yaitu Kabupaten Kulon Progo,

Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunung Kidul serta

Kotamadya Yogyakarta yang sekaligus menjadi ibu kota Provinsi DIY

(Pramaratih, 2016).

Gambar 1.4. Peta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

4

1.1.1.1. Politik

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah khusus yang

kedudukannya diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004. Dalam

sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI), DIY pernah dijadikan sebagai Ibukota Negara Republik

Indonesia (4 Januari 1946 - 27 Desember 1949). Tanggal 4 Januari kemudian

ditetapkan menjadi hari Yogyakarta Kota Republik pada tahun 2010. Pada saat ini

Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku

Buwono X dan Kadipaten Pakualaman dipimpin oleh Sri Paku Alam X yang

sekaligus menjabat sebagai Gubernur, dan Wakil Gubernur DIY. Keduanya

memainkan peran yang menentukan dalam memelihara nilai-nilai budaya, dan

adat istiadat Jawa dan merupakan pemersatu masyarakat Yogyakarta (Wikipedia,

2017).

Dalam rangka meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di DIY,

Pemerintah Daerah DIY melakukan sinergi dengan Pemerintah Daerah Jawa

Tengah (Bank Indonesia, 2016). Kedua pemerintah daerah melakukan kerjasama

dengan sebelas BUMN dalam mendukung pengembangan kawasan wisata di

wilayah Jogjakarta-Solo-Semarang (Joglosemar). Ditargetkan terjadi peningkatan

jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke wilayah DIY dan Jawa

Tengah sebesar dua juta wisman. Program sinergi tersebut diluncurkan pada bulan

April 2016 yang diwujudkan dalam bentuk perjanjian kerjasama untuk promosi

pariwisata, pengembangan kawasan wisata dan integrasi antarmoda transportasi di

koridor Joglosemar.

5

Pengembangan Joglosemar fokus pada 4 program utama yaitu Destinasi

Wisata dan Event, Aksesibilitas dan Infrastruktur, Pemasaran dan Manajemen,

serta Pemberdayaan Masyarakat dan Pelestarian Lingkungan. Pada Program

Pengembangan Destinasi Wisata dan Event Joglosemar akan dibentuk 8 kluster

wisata yang menjadi daerah tujuan utama yaitu Dieng, Borobudur, Ambarawa,

Semarang, Jogja, Prambanan, Solo dan Sukuh-Tawangmangu. Pada Program

Aksesibilitas dan Infrastruktur, pemerintah menyiapkan New Yogyakarta

International Airport di Kabupaten Kulon Progo. Diharapkan melalui tambahan

bandara tersebut, kebijakan Open Sky Policy akan memberikan dampak langsung

terhadap perekonomian DIY. Pemberdayaan masyarakat dan pelestarian

lingkungan juga menjadi isu penting untuk dicermati oleh pelaku usaha karena

memiliki potensi untuk diselaraskan dengan program pemerintah.

1.1.1.2. Ekonomi

Bank Indonesia (2016), perekonomian DIY secara keseluruhan didorong oleh

pertumbuhan dari sisi permintaan yaitu pertumbuhan konsumsi rumah tangga

(4,29% yoy), investasi (6,34% yoy), dan impor (14,81% yoy). Secara keseluruhan

pertumbuhan perekonomian berada di kisaran 4,68% - 5,47%. Salah satu indikator

penilaian kinerja ekonomi suatu daerah adalah nilai inflasi. Sebuah daerah

dikatakan memiliki kinerja baik jika nilai inflasinya lebih rendah apabila

dibandingkan dengan nilai inflasi nasional. Kota Yogyakarta memiliki nilai inflasi

yang lebih baik dibandingkan dengan nilai inflasi rata-rata Nasional pada tahun

2011, 2013, 2014, dan 2015.

6

Tabel. 1.2 Perbandingan Inflasi Kota Yogyakarta dan Nasional

(Januari–Desember 2012= 100), 2011- 2015

Tahun

Kota Yogyakarta Nasional

Indeks Harga

Konsumen Inflasi

Indeks Harga

Konsumen Inflasi

2015 120,45 3,09 122,99 3,35

2014 116,84 6,59 119 8,36

2013 145,65 7,32 146,84 8,38

2012 135,72 4,31 135,49 4,30

2011 130,11 3,88 129,91 3,79

Sumber: Badan Pusat Statistik DIY, 2016

Tabel berikut menunjukkan pengeluaran rata-rata per kapita (rupiah) dalam

kurun waktu sebulan untuk makanan dan non makanan berdasarkan penggolongan

kelompok pengeluaran. Jumlah golongan pengeluaran per kapita sebulan

kelompok di atas 1.000.000 rupiah mencapai 33,46 persen. Jumlah tersebut

menunjukkan daya beli yang baik untuk masyarakat DIY selama tahun 2015.

Tabel 1.3 Pengeluaran Rata-Rata per Kapita Sebulan untuk Makanan dan Non Makanan

menurut Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan di D.I. Yogyakarta, 2015

Golongan

Pengeluaran per

Kapita Sebulan

Rumah tangga Pengeluaran

Makanan

Pengeluaran

Non Makanan

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

< 100.000 88 0,01 60.429 66,12 30.967 33,88

100.000 – 149.999 1.854 0,17 87.787 65,28 46.7 34,72

150.000 – 199.999 11.46 1,02 119.464 66,06 61.387 33,94

200.000 – 299.999 89.161 7,96 156.291 60,78 100.862 39,22

300.000 – 499.999 271.514 24,23 240.068 60,39 157.486 39,61

500.000 – 749.999 227.795 20,33 330.741 53,44 288.122 46,56

750.000 – 999.999 143.741 12,83 410.738 47,46 454.613 52,54

> 1.000.000 374.864 33,46 579.943 28,88 1.428.508 71,12

Jumlah 1.120.477 100 365.012 39,31 563.591 60,69

Sumber: Badan Pusat Statistik DIY, 2016

7

Berdasarkan survei yang dilakukan Bank Indonesia (2016) Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK) DIY menguat (128,92 poin). Hal ini menujukkan konsumen

optimis dengan kondisi perekonomian DIY. Kondisi tersebut didukung

peningkatan Indeks Penghasilan (130,67 menjadi 138,00). Peningkatan

penghasilan menunjukkan tambahan kemampuan ekonomi yang dimiliki

konsumen sehingga dapat menjadi penopang konsumsi sekaligus menunjukkan

indikator ketahanan konsumen dari sisi ekonomi.

1.1.1.3. Sosial

Tabel 1.4 Proyeksi Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

di D.I. Yogyakarta (x 1000), 2015-2018

Kelompok

Umur

Jumlah Penduduk Proyeksi

2015 2016 2017 2018

Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita

0-4 140,1 134,1 140,7 134,7 141,3 135,2 141,7 135,6

4-9 137,1 129,6 138,9 131,8 140,7 133,9 142,6 136,1

9-14 134,6 127,9 135,5 128,6 136,1 129,1 136,9 129,5

15-19 134,7 130,4 134,6 129,8 135,5 130,4 137 131,6

20-24 156,7 152,7 155 151,2 152,5 148,6 149,6 145,6

25-29 157,9 150,5 161,2 153,5 163,2 156,3 163,9 157,9

30-34 138,6 137,4 141 139,1 144,1 141,2 147,8 143,9

35-39 131,6 134,3 132,4 134,8 133,5 135,8 135 136,9

40-44 129,8 134,3 130,1 134,2 130,3 133,9 130,4 133,9

45-49 125,8 133,4 127 134,2 127,9 134,5 128,5 134,5

50-54 113,2 122,9 115,4 125,3 117,7 127,5 120 129,4

55-59 96,7 102,7 99,7 107,1 102,4 110,9 104,8 114,3

60-64 74,3 78,5 78,1 82,1 81,8 86,3 85,3 90,8

65-69 52,4 61,2 54,3 62,8 57,1 64,6 60,3 66,9

70-74 39,5 50 39,9 50,4 40,4 50,9 40,9 51,7

75+ 55,8 80,5 56,1 81,4 56,4 82,2 56,8 82,8

Jumlah 1818,8 1860,4 1839,9 1881,0 1860,9 1901,3 1881,5 1921,4

Sumber: Badan Pusat Statistik DIY, 2016

Jumlah penduduk Provinsi DIY sebanyak 3.457.491 jiwa (BPS DIY, 2016).

Penduduk perkotaan sebanyak 2.297.261 jiwa (66,44%) dan pedesaan sebanyak

1.160.230 jiwa (33,56%). Persentase distribusi penduduk menurut kabupaten/kota

8

bervariasi dari yang terendah sebesar 11,24 persen di Kota Yogyakarta hingga

yang tertinggi sebesar 31,62 persen di Kabupaten Sleman. Rata-rata tingkat

kepadatan penduduk adalah 1.104 jiwa/km2 dengan laju pertumbuhan penduduk

sebesar 1,04 persen/tahun.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah pengukuran perbandingan dari

harapan hidup, pendidikan, dan standar hidup untuk semua negara di seluruh

dunia. Tabel berikut membandingkan IPM kelima daerah di DIY. Dari lima

daerah tersebut, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman menempati nilai IPM

tertinggi.

Tabel 1.5 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) DIY, 2015

Kabupaten/

Kota

Indeks

Kesehatan

Indeks

Pendidikan

Indeks

Pengeluaran IPM

D.I. Yogyakarta 84.12 71.75 77.4 77.59

Kulonprogo 84.61 65.66 65.84 71.52

Bantul 82.21 71.14 81.11 77.99

Gunung Kidul 82.60 57.42 64.57 67.41

Sleman 83.96 78.14 81.62 81.20

Yogyakarta 83.46 83.35 86.92 84.56

Sumber: Badan Pusat Statistik DIY, 2016

Data demografi DIY menunjukkan suku bangsa mayoritas adalah Jawa

sebanyak 3.020.157 jiwa (96,82%) dengan sisanya adalah kelompok minoritas

Sunda sebanyak 17.539 (0,56%), Melayu sebanyak 10.706 jiwa (0,34%), dan

Tionghoa sebanyak 9.942 jiwa (0,32%). Mayoritas penduduk DIY beragama

Islam (91,4%), Katolik (5,4%), Protestan (2,9%) dan Lain-lain (0,3%). Bahasa

yang digunakan oleh penduduk DIY adalah bahasa Jawa serta bahasa Indonesia.

9

Tabel 1.6 Anggaran Belanja APBN DIY Berdasarkan Program (2015-2016)

NO URAIAN

APBN 2015 APBN 2016

ANGGARAN

(Rp. JUTA) SHARE

ANGGARAN

(Rp. JUTA) SHARE

1 Program Pendidikan Tinggi 1.480.707 25,86% 1.369.494 12.21%

2 Program Pendidikan Islam 943.000 16,47% 871.732 14.77%

3 Program Pembinaan Upaya Kesehatan 884.924 15,45% 974.463 16.52%

4 Program Lain-Lain 2.417.556 42,22% 2.684.457 45.5%

Jumlah 5.726.187 100% 5.900.146 100%

Sumber: Bank Indonesia, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional DIY November 2016

Tabel di atas menunjukkan, Program Pendidikan Islam menempati anggaran

kedua tertinggi bahkan di atas Program Pembinaan Upaya Kesehatan. Dapat

disimpulkan Pemerintah DIY memberikan porsi program Agama Islam yang

tinggi pada alokasi pengelolaan belanja Negara.

1.1.1.4. Teknologi

Nilai IPM yang tinggi berkorelasi lurus terhadap daya belajar dan penguasaan

teknologi. Dibuktikan dengan nilai IPM bidang pendidikan Yogyakarta yang

tinggi seperti pada paparan Tabel 1.5. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil

riset Markplus (2014) tentang logo baru Yogyakarta, bahwa salah satu unsur

penting logo baru adalah teknologi (netizen). Dapat disimpulkan bahwa

masyarakat DIY pada umumnya menguasai dan menggunakan teknologi dalam

kehidupan mereka sehari-hari.

Badan Koordinator Penanaman Modal (2016) menyatakan seluruh wilayah

Kota Yogyakarta telah terlayani oleh jaringan telekomunikasi kabel maupun non

kabel. Fasilitas telekomunikasi tidak hanya untuk komunikasi telepon, namun

sudah berkembang pesat untuk permintaan kebutuhan Teknologi Informasi (TI)

10

seperti internet. Fasilitas hotspot di ruang publik tersebar hampir di seluruh

wilayah Kota Yogyakarta. Jumlah sambungan telepon kabel yang berlangganan di

PT. Telkom tumbuh positif dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 10 persen per

tahun. Banyaknya jumlah menara BTS dengan sebaran yang relatif merata, cukup

untuk memenuhi kebutuhan telekomunikasi bagi pelaku usaha, termasuk juga

untuk pengembangan teknologi informasi.

Selain komunikasi, energi listrik DIY yang disediakan PT. PLN juga

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini seiring dengan peningkatan

kebutuhan atau permintaan dari pelanggan rumah tangga maupun bisnis. Produksi

energi listrik DIY pada tahun 2013 mencapai 2.392 juta KwH, atau rata-rata

meningkat sebesar 7,12 persen per tahun.

1.1.1.5. Lingkungan Alam

Menurut Pitana dan Diarta (2009), DIY memiliki tiga sektor unggulan dalam

satu area geografis yaitu sektor pariwisata, sektor perdagangan, dan sektor

pendidikan. Sektor pariwisata DIY menjadi salah satu tujuan wisata domestik dan

mancanegara dengan destinasi berupa wisata alam, wisata sejarah dan budaya,

serta wisata kuliner. Secara geografis, DIY diuntungkan dengan jarak antar lokasi

objek wisata yang terjangkau, dan mudah untuk ditempuh. Sektor pariwisata

memberikan dampak langsung terhadap sektor perdagangan yang dibuktikan

melalui pertumbuhan produk kerajinan serta olahan khas daerah. Predikat Kota

Pelajar merupakan bukti kualitas sektor pendidikan yang menjadikan DIY salah

satu rujukan di Indonesia untuk melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan

tinggi.

11

1.1.1.6. Legalitas

Tribun Jogja (2012), langkah mengurus izin buka usaha langkah pertama

dengan membuat surat pernyataan tertulis pada wali kota atau bupati atau pejabat

yang ditunjuk dengan menggunakan formulir yang sudah disiapkan beserta

lampiran berkas-berkas sebagai berikut:

a) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon.

b) Dokumen untuk mengelola lingkungan hidup terkecuali untuk usaha yang

bisa menyebabkan masalah lingkungan taraf kecil.

c) Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atau gambar kondisi.

d) Denah arah usaha serta gambar kondisi (site plan).

e) Fotokopi akta pendirian atau cabang perusahaaan untuk usaha yang

berbadan hukum.

f) Surat pernyataan tak keberatan untuk yang memiliki usaha atas sewa area

bila area usahanya bukan hanya punya sendiri.

g) Kesepakatan dari tetangga lebih kurang area usaha yang diketahui oleh

pejabat RT, RW, Lurah serta Camat.

h) Izin masalah HO.

i) Surat kuasa untuk yang tidak bisa mengurus sendiri.

j) Stopmap warna kuning.

k) Sertifikat tanah atau bukti kepemilikan.

12

Pemerintah Daerah (Pemda) DIY menerapkan kemudahan akses perizinan

untuk mendorong investasi dan pengembangan industri melalui Pelayanan

Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang didukung layanan perizinan secara online dan

SMS Gateway. Pemda DIY juga memberikan pelayanan perizinan secara paralel

sehingga dalam satu waktu pelaku usaha dapat memperoleh lebih dari satu jenis

izin yang diproses secara bersamaan. Diharapkan cara tersebut dapat

mempermudah proses investasi sehingga menarik minat investor (Bank Indonesia,

2016).

Berbagai upaya yang telah dilakukan diantaranya peningkatan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu (PTSP), peningkatan peran BPMPT sebagai clearing house

dan peningkatan upaya promosi penanaman modal. Upaya pertama dilakukan

melalui perbaikan pelayanan (sederhana, efisien, pro-bisnis), implementasi system

tracking permohonan investasi, sinkronisasi pelayanan PTSP dengan tingkat

pusat, provinsi dan kabupaten serta penerapan sistem pelayanan informasi dan

perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE, SIPO, EPERMIT). Selain itu

peningkatan peran BPMPT juga ditingkatkan melalui layanan konsultasi dan

fasilitas untuk proyek-proyek potensial dan optimalisasi peran sebagai Investor

Relations Unit dan help desk di tingkat daerah. Kegiatan promosi juga perlu

dilakukan guna memperkenalkan potensi daerah di tingkat nasional maupun

global. Melalui berbagai upaya tersebut diharapkan dapat menarik investor untuk

berinvestasi di Daerah Istimewa Yogyakarta.

13

1.1.2. Potensi Bisnis Donat Yogyakarta

Bank Indonesia (2016) menyatakan pertumbuhan ekonomi DIY tahun 2017

diperkirakan meningkat dibandingkan tahun 2016. Pertumbuhan ekonomi tahun

2017 diperkirakan tumbuh sebesar 5%-5,4% (yoy), meningkat dibandingkan tahun

2016 yang diperkirakan sebesar 4,8%-5,2% (yoy). Dari sisi permintaan, akselerasi

konsumsi rumah tangga seiring perbaikan daya beli masyarakat pasca kenaikan

UMK 2017. Dari sisi investasi, pembangunan bandara baru dan proyek

infrastruktur pemerintah mendorong peningkatan investasi ditengah lemahnya

investasi swasta. Dari sisi lapangan usaha, kinerja penyedia akomodasi dan makan

minum terakselerasi seiring peningkatan frekuensi penyelenggaraan Meeting,

Incentive, Convention and Exhibition (MICE) dan jumlah wisatawan. Sinergi

antar BUMN untuk pengembangan pariwisata DIY - Jawa Tengah, diperkirakan

mampu mendorong kinerja sektor-sektor yang mendukung pariwisata.

Tabel 1.7 Risiko Pendorong dan Penghambat Pertumbuhan Ekonomi DIY Triwulan 1 2017

Sektor Pendorong Penghambat

Konsumsi

Rumah

Tangga

(Permintaan)

(1) Peningkatan konsumsi masyarakat

seiring dengan perbaikan daya beli

(2) Kenaikan UMK 2017 meningkatkan

penghasilan masyarakat

(3) Tren kenaikan kunjungan wisata

(1) Masih lemahnya kondisi ekonomi

domestik

Investasi

(Permintaan)

(1) Pembangunan bandara New

Yogyakarta International Airport (NYIA)

(2) Implementasi kebijakan pengampunan

pajak (tax amnesty)

(1) Investasi pemerintah yang belum

terealisasi di awal tahun

(2) Pelaku usaha yang masih menahan

investasi seiring dengan perkembangan

ekonomi global dan domestik

Industri Pengolahan

(Penawaran)

(1) Peningkatan permintaan ekspor seiring dengan perbaikan kondisi ekonomi global

(2) Kenaikan jumlah wisatawan saat

liburan dan lebaran mendorong

peningkatan permintaan domestik

(1) Pemulihan ekonomi global yang masih lambat sehingga berdampak pada

permintaan ekspor

(2) Peningkatan biaya produksi seiring

dengan kenaikan UMK 2017

Penyedia

Akomodasi

dan Makan

Minum

(Penawaran)

(1) Peningkatan frekuensi

penyelenggaraan MICE terutama oleh

lapangan usaha swasta

(2) Kenaikan jumlah wisatawan saat

liburan sekolah dan lebaran

(1) Penghematan anggaran yang dilakukan

oleh pemerintah terutama untuk

penyelenggaraan rapat sehingga berpotensi

menghambat perkembangan MICE

(2) Jumlah penerbangan Bandara

Adisutjipto yang terbatas

14

Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional pada Agustus 2016 menunjukkan

peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja yang tercatat 71,96% dan

penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka yang tercatat 2,58%. Hasil survei

tersebut berkorelasi dengan peningkatan pekerja di sektor informal (UMKM). Dua

sektor utama yang berperan besar dalam peningkatan tenaga kerja adalah sektor

perdagangan, sektor hotel dan restoran (Bank Indonesia, 2016).

Survei di atas didukung oleh Witoyo (2015) yang menyatakan 83.000 unit

usaha atau lima puluh persen dari jumlah UMKM di DIY didominasi oleh industri

di bidang kuliner dan minuman. Salah satu usaha makanan tersebut adalah toko

donat. Berikut adalah beberapa merek toko donat di DIY yang dikelola secara

profesional, level korporasi maupun UMKM.

Tabel 1.8 Merek Toko Donat di DIY

No Merek Status Level Bisnis Jumlah Gerai

1 Dunkin Donuts Nasional Korporasi 4

2 J.CO Donuts Nasional Korporasi 4

3 Donat Madu Cihanjuang Nasional UMKM 2

4 Kuki Donat Lokal UMKM 1

5 Daim Donat Lokal UMKM 4

Semua gerai dalam tabel di atas berada di dalam area Ring Road. Secara

geografis yang berada di dalam area Ring Road hanya kota Yogyakarta dan

sebagian Kabupaten Sleman. Kedua wilayah tersebut memiliki potensi terbaik

berdasarkan data geografis, Indeks Pembangunan Manusia, dan pengeluaran per

kapita perbulan.

15

1.2. Lingkungan Internal Perusahaan

Abata Donuts didirikan pada bulan April tahun 2015. Dimulai dari diskusi

antar anggota komunitas Tangan di Atas (TDA) Solo pada bulan Maret tahun

2015 untuk membangun usaha bersama yang profesional. Pemilihan donat

didasarkan pada salah satu usaha pendiri adalah donat bakar. Adapun pendiri

Abata Donuts sebagai berikut:

a) Pramudi Ringga Permana = General Manager dan Finance

b) Labieb Faqihuddien = Human Resources dan General Affair

c) Khoyrul Fauzan = Marketing

d) Iwan Crismanto = Operation

Status kepemilikan perusahaan dibagi sesuai keempat pendiri di atas dengan

porsi saham sama rata masing-masing sebesar dua puluh lima persen. Badan

hukum yang digunakan berbentuk Perseroan Komanditer (CV) dengan nama CV.

Abata Barokah Group. Gerai pertama beroperasi pada tanggal 22 Juli 2015

dengan alamat Jl. Yosodipuro no 52D, Solo. Untuk mengembangkan gerai-gerai

baru, Abata Donuts membangun kantor pusat (Head Office) dengan bentuk badan

usaha berupa Perseroan Terbatas (PT) dan kepemilikan oleh tiga orang yaitu

Pramudi Ringga Permana, Labieb Faqihuddien dan Khoyrul Fauzan.

Abata Donuts merupakan sebuah merek yang identik dengan donat premium,

pilihan utama keluarga, serta dikelola secara syar’i. Salah satu keunggulan yang

dimiliki Abata Donuts adalah donat yang dihasilkan diproses menggunakan air

Zam-zam. Air Zam-zam merupakan air suci bagi umat muslim yang didatangkan

16

langsung dari Negara Arab Saudi. Bahan baku yang digunakan adalah bahan-

bahan terbaik dikelasnya, seperti coklat jenis glaze yang langsung meleleh ketika

digigit karena coklat tersebut didesain sesuai dengan suhu tubuh manusia. Untuk

menjaga standar mutu dan interaksi dengan konsumen, desain di dalam gerai

menggunakan konsep dapur terbuka. Produk yang berkualitas, kemasan yang

cantik, pelayanan yang cepat, gerai yang nyaman serta lokasi gerai yang strategis

menjadi beberapa keunggulan Abata Donuts untuk terus berkembang, tumbuh,

dan barokah.

Gambar 1.5. Gerai Abata Donuts Solo (Area Display dan Area Muka Gerai)

1.3. Rumusan Masalah

Abata Donuts memiliki potensi besar untuk dikembangkan secara masif di

kota-kota lain selain Solo. Penulisan rencana bisnis ini bertujuan untuk

menemukan formulasi pengembangan Abata Donuts di Yogyakarta. Rumusan

masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah bagaimana formulasi rencana

bisnis di Yogyakarta mampu menjadi sebuah kajian komprehensif yang terstandar

dengan memperhatikan lingkungan eksternal dan internal.

17

1.4. Pertanyaan Penelitian

Apakah Abata Donuts memiliki kelayakan bisnis secara ekonomi dan non

ekonomi di Yogyakarta?

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menyusun dan mengkaji kelayakan rencana bisnis

Abata Donuts di Yogyakarta.

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat langsung sebagai pedoman ekspansi bisnis

Abata Donuts di Yogyakarta serta dapat digunakan sebagai acuan penelitian

kewirausahaan bagi peneliti-peneliti berikutnya.

1.7. Sistematika Penulisan

Tesis ini ditulis dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I berisi uraian lingkungan eksternal dan lingkungan internal perusahaan

sebagai dasar acuan rumusan masalah dan tujuan penelitian Rencana Bisnis Abata

Donuts Yogyakarta.

BAB II berisi landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini dan

digambarkan dalam sebuah kerangka penelitian.

BAB III berisi paparan metoda penelitian yang dijelaskan melalui jenis data

yang digunakan, sumber data, langkah pengumpulan data, waktu pelaksanaan

pengumpulan data, dan berbagai metoda yang relevan dengan penelitian ini.

18

BAB IV berisi strategi dan rencana bisnis secara fungsional antara lain visi,

misi dan tujuan perusahaan, rencana pemasaran, rencana operasi, rencana sumber

daya manusia, rencana keuangan, analisis sensitivitas, analisis kelayakan, serta

strategi keluar bisnis.

BAB V berisi rencana aksi yang dijabarkan menggunakan matriks kegiatan

serta ukuran kinerja matriks tersebut.