bab 1 pendahuluan 1.1. lingkungan eksternal...
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Lingkungan Eksternal Perusahaan
CIMB Principal Asset Management (2015) mengeluarkan sebuah riset bahwa
meningkatnya kemakmuran sebuah negara akan meningkatkan kecenderungan
konsumsi makanan berat yang berbasis gandum. Riset tersebut berkorelasi linear
dengan meningkatnya kesibukan penduduk sebuah negara akan menaikkan
permintaan makanan yang membutuhkan penyajian yang mudah dan cepat seperti
mi-instan dan roti. Pertumbuhan konsumsi roti di Indonesia didukung dengan
perubahan gaya hidup satu dekade terakhir dan melonjaknya pertumbuhan gerai
ritel modern yang banyak menyediakan makanan siap saji. Gambar berikut
menunjukkan pertumbuhan penjualan roti di Indonesia dari tahun 2010 hingga
potensi pertumbuhan pada tahun 2020.
Gambar 1.1. Pertumbuhan Penjualan Roti di Indonesia
Sumber: CIMB Principal Asset Management 2015
2
Konsumsi roti per kapita Indonesia telah tumbuh dari US$ 0,8 di tahun 2005
menjadi US$ 3,6 di tahun 2014. Namun demikian konsumsi roti per kapita
Indonesia masih di bawah Malaysia dan Vietnam yang telah mencapai level US$
17 dan US$ 7 per kapita.
Gambar 1.2. Perbandingan Pangsa Pasar Roti Produksi Massal Tiga Negara
Sumber: CIMB Principal Asset Management 2015
Secara keseluruhan model bisnis roti di Indonesia dibagi menjadi tiga
kelompok berdasarkan penguasaan pasarnya yaitu usaha rumahan (home/small)
sebesar 70%, pabrik produksi massal (mass production) sebesar 18% dan toko roti
(boutique bakery) sebesar 12%.
Gambar 1.3. Perbandingan Model Bisnis Industri Roti Indonesia dan Penjualanya
Sumber: CIMB Principal Asset Management 2015
3
Dari berbagai varian roti di Indonesia, donat adalah salah satu roti yang
menjadi primadona masyarakat. Dibuktikan dengan banyaknya toko jejaring donat
yang tumbuh secara signifikan.
Tabel 1.1 Merek Toko Jejaring Donat di Indonesia
Merek Tahun Berdiri Jumlah Gerai
Dunkin Donuts 1950 200
J.CO Donuts 2005 114
Mokko Factory 2009 30
Donat Madu Cihanjuang 2010 127
Double Dipps 2008 100
1.1.1. Potensi Yogyakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu daerah otonom
(provinsi) di Indonesia dengan luas wilayah 3.133,15 km² dan jumlah penduduk
mencapai 3.542.078 jiwa. Secara geografis DIY terletak di bagian tengah-selatan
Pulau Jawa, pada 8º 30' - 7º 20' Lintang Selatan, dan 109º 40' - 111º 0' Bujur
Timur. DIY memiliki lima wilayah administrasi yaitu Kabupaten Kulon Progo,
Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunung Kidul serta
Kotamadya Yogyakarta yang sekaligus menjadi ibu kota Provinsi DIY
(Pramaratih, 2016).
Gambar 1.4. Peta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
4
1.1.1.1. Politik
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah khusus yang
kedudukannya diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004. Dalam
sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), DIY pernah dijadikan sebagai Ibukota Negara Republik
Indonesia (4 Januari 1946 - 27 Desember 1949). Tanggal 4 Januari kemudian
ditetapkan menjadi hari Yogyakarta Kota Republik pada tahun 2010. Pada saat ini
Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku
Buwono X dan Kadipaten Pakualaman dipimpin oleh Sri Paku Alam X yang
sekaligus menjabat sebagai Gubernur, dan Wakil Gubernur DIY. Keduanya
memainkan peran yang menentukan dalam memelihara nilai-nilai budaya, dan
adat istiadat Jawa dan merupakan pemersatu masyarakat Yogyakarta (Wikipedia,
2017).
Dalam rangka meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di DIY,
Pemerintah Daerah DIY melakukan sinergi dengan Pemerintah Daerah Jawa
Tengah (Bank Indonesia, 2016). Kedua pemerintah daerah melakukan kerjasama
dengan sebelas BUMN dalam mendukung pengembangan kawasan wisata di
wilayah Jogjakarta-Solo-Semarang (Joglosemar). Ditargetkan terjadi peningkatan
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke wilayah DIY dan Jawa
Tengah sebesar dua juta wisman. Program sinergi tersebut diluncurkan pada bulan
April 2016 yang diwujudkan dalam bentuk perjanjian kerjasama untuk promosi
pariwisata, pengembangan kawasan wisata dan integrasi antarmoda transportasi di
koridor Joglosemar.
5
Pengembangan Joglosemar fokus pada 4 program utama yaitu Destinasi
Wisata dan Event, Aksesibilitas dan Infrastruktur, Pemasaran dan Manajemen,
serta Pemberdayaan Masyarakat dan Pelestarian Lingkungan. Pada Program
Pengembangan Destinasi Wisata dan Event Joglosemar akan dibentuk 8 kluster
wisata yang menjadi daerah tujuan utama yaitu Dieng, Borobudur, Ambarawa,
Semarang, Jogja, Prambanan, Solo dan Sukuh-Tawangmangu. Pada Program
Aksesibilitas dan Infrastruktur, pemerintah menyiapkan New Yogyakarta
International Airport di Kabupaten Kulon Progo. Diharapkan melalui tambahan
bandara tersebut, kebijakan Open Sky Policy akan memberikan dampak langsung
terhadap perekonomian DIY. Pemberdayaan masyarakat dan pelestarian
lingkungan juga menjadi isu penting untuk dicermati oleh pelaku usaha karena
memiliki potensi untuk diselaraskan dengan program pemerintah.
1.1.1.2. Ekonomi
Bank Indonesia (2016), perekonomian DIY secara keseluruhan didorong oleh
pertumbuhan dari sisi permintaan yaitu pertumbuhan konsumsi rumah tangga
(4,29% yoy), investasi (6,34% yoy), dan impor (14,81% yoy). Secara keseluruhan
pertumbuhan perekonomian berada di kisaran 4,68% - 5,47%. Salah satu indikator
penilaian kinerja ekonomi suatu daerah adalah nilai inflasi. Sebuah daerah
dikatakan memiliki kinerja baik jika nilai inflasinya lebih rendah apabila
dibandingkan dengan nilai inflasi nasional. Kota Yogyakarta memiliki nilai inflasi
yang lebih baik dibandingkan dengan nilai inflasi rata-rata Nasional pada tahun
2011, 2013, 2014, dan 2015.
6
Tabel. 1.2 Perbandingan Inflasi Kota Yogyakarta dan Nasional
(Januari–Desember 2012= 100), 2011- 2015
Tahun
Kota Yogyakarta Nasional
Indeks Harga
Konsumen Inflasi
Indeks Harga
Konsumen Inflasi
2015 120,45 3,09 122,99 3,35
2014 116,84 6,59 119 8,36
2013 145,65 7,32 146,84 8,38
2012 135,72 4,31 135,49 4,30
2011 130,11 3,88 129,91 3,79
Sumber: Badan Pusat Statistik DIY, 2016
Tabel berikut menunjukkan pengeluaran rata-rata per kapita (rupiah) dalam
kurun waktu sebulan untuk makanan dan non makanan berdasarkan penggolongan
kelompok pengeluaran. Jumlah golongan pengeluaran per kapita sebulan
kelompok di atas 1.000.000 rupiah mencapai 33,46 persen. Jumlah tersebut
menunjukkan daya beli yang baik untuk masyarakat DIY selama tahun 2015.
Tabel 1.3 Pengeluaran Rata-Rata per Kapita Sebulan untuk Makanan dan Non Makanan
menurut Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan di D.I. Yogyakarta, 2015
Golongan
Pengeluaran per
Kapita Sebulan
Rumah tangga Pengeluaran
Makanan
Pengeluaran
Non Makanan
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
< 100.000 88 0,01 60.429 66,12 30.967 33,88
100.000 – 149.999 1.854 0,17 87.787 65,28 46.7 34,72
150.000 – 199.999 11.46 1,02 119.464 66,06 61.387 33,94
200.000 – 299.999 89.161 7,96 156.291 60,78 100.862 39,22
300.000 – 499.999 271.514 24,23 240.068 60,39 157.486 39,61
500.000 – 749.999 227.795 20,33 330.741 53,44 288.122 46,56
750.000 – 999.999 143.741 12,83 410.738 47,46 454.613 52,54
> 1.000.000 374.864 33,46 579.943 28,88 1.428.508 71,12
Jumlah 1.120.477 100 365.012 39,31 563.591 60,69
Sumber: Badan Pusat Statistik DIY, 2016
7
Berdasarkan survei yang dilakukan Bank Indonesia (2016) Indeks Keyakinan
Konsumen (IKK) DIY menguat (128,92 poin). Hal ini menujukkan konsumen
optimis dengan kondisi perekonomian DIY. Kondisi tersebut didukung
peningkatan Indeks Penghasilan (130,67 menjadi 138,00). Peningkatan
penghasilan menunjukkan tambahan kemampuan ekonomi yang dimiliki
konsumen sehingga dapat menjadi penopang konsumsi sekaligus menunjukkan
indikator ketahanan konsumen dari sisi ekonomi.
1.1.1.3. Sosial
Tabel 1.4 Proyeksi Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
di D.I. Yogyakarta (x 1000), 2015-2018
Kelompok
Umur
Jumlah Penduduk Proyeksi
2015 2016 2017 2018
Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita
0-4 140,1 134,1 140,7 134,7 141,3 135,2 141,7 135,6
4-9 137,1 129,6 138,9 131,8 140,7 133,9 142,6 136,1
9-14 134,6 127,9 135,5 128,6 136,1 129,1 136,9 129,5
15-19 134,7 130,4 134,6 129,8 135,5 130,4 137 131,6
20-24 156,7 152,7 155 151,2 152,5 148,6 149,6 145,6
25-29 157,9 150,5 161,2 153,5 163,2 156,3 163,9 157,9
30-34 138,6 137,4 141 139,1 144,1 141,2 147,8 143,9
35-39 131,6 134,3 132,4 134,8 133,5 135,8 135 136,9
40-44 129,8 134,3 130,1 134,2 130,3 133,9 130,4 133,9
45-49 125,8 133,4 127 134,2 127,9 134,5 128,5 134,5
50-54 113,2 122,9 115,4 125,3 117,7 127,5 120 129,4
55-59 96,7 102,7 99,7 107,1 102,4 110,9 104,8 114,3
60-64 74,3 78,5 78,1 82,1 81,8 86,3 85,3 90,8
65-69 52,4 61,2 54,3 62,8 57,1 64,6 60,3 66,9
70-74 39,5 50 39,9 50,4 40,4 50,9 40,9 51,7
75+ 55,8 80,5 56,1 81,4 56,4 82,2 56,8 82,8
Jumlah 1818,8 1860,4 1839,9 1881,0 1860,9 1901,3 1881,5 1921,4
Sumber: Badan Pusat Statistik DIY, 2016
Jumlah penduduk Provinsi DIY sebanyak 3.457.491 jiwa (BPS DIY, 2016).
Penduduk perkotaan sebanyak 2.297.261 jiwa (66,44%) dan pedesaan sebanyak
1.160.230 jiwa (33,56%). Persentase distribusi penduduk menurut kabupaten/kota
8
bervariasi dari yang terendah sebesar 11,24 persen di Kota Yogyakarta hingga
yang tertinggi sebesar 31,62 persen di Kabupaten Sleman. Rata-rata tingkat
kepadatan penduduk adalah 1.104 jiwa/km2 dengan laju pertumbuhan penduduk
sebesar 1,04 persen/tahun.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah pengukuran perbandingan dari
harapan hidup, pendidikan, dan standar hidup untuk semua negara di seluruh
dunia. Tabel berikut membandingkan IPM kelima daerah di DIY. Dari lima
daerah tersebut, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman menempati nilai IPM
tertinggi.
Tabel 1.5 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) DIY, 2015
Kabupaten/
Kota
Indeks
Kesehatan
Indeks
Pendidikan
Indeks
Pengeluaran IPM
D.I. Yogyakarta 84.12 71.75 77.4 77.59
Kulonprogo 84.61 65.66 65.84 71.52
Bantul 82.21 71.14 81.11 77.99
Gunung Kidul 82.60 57.42 64.57 67.41
Sleman 83.96 78.14 81.62 81.20
Yogyakarta 83.46 83.35 86.92 84.56
Sumber: Badan Pusat Statistik DIY, 2016
Data demografi DIY menunjukkan suku bangsa mayoritas adalah Jawa
sebanyak 3.020.157 jiwa (96,82%) dengan sisanya adalah kelompok minoritas
Sunda sebanyak 17.539 (0,56%), Melayu sebanyak 10.706 jiwa (0,34%), dan
Tionghoa sebanyak 9.942 jiwa (0,32%). Mayoritas penduduk DIY beragama
Islam (91,4%), Katolik (5,4%), Protestan (2,9%) dan Lain-lain (0,3%). Bahasa
yang digunakan oleh penduduk DIY adalah bahasa Jawa serta bahasa Indonesia.
9
Tabel 1.6 Anggaran Belanja APBN DIY Berdasarkan Program (2015-2016)
NO URAIAN
APBN 2015 APBN 2016
ANGGARAN
(Rp. JUTA) SHARE
ANGGARAN
(Rp. JUTA) SHARE
1 Program Pendidikan Tinggi 1.480.707 25,86% 1.369.494 12.21%
2 Program Pendidikan Islam 943.000 16,47% 871.732 14.77%
3 Program Pembinaan Upaya Kesehatan 884.924 15,45% 974.463 16.52%
4 Program Lain-Lain 2.417.556 42,22% 2.684.457 45.5%
Jumlah 5.726.187 100% 5.900.146 100%
Sumber: Bank Indonesia, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional DIY November 2016
Tabel di atas menunjukkan, Program Pendidikan Islam menempati anggaran
kedua tertinggi bahkan di atas Program Pembinaan Upaya Kesehatan. Dapat
disimpulkan Pemerintah DIY memberikan porsi program Agama Islam yang
tinggi pada alokasi pengelolaan belanja Negara.
1.1.1.4. Teknologi
Nilai IPM yang tinggi berkorelasi lurus terhadap daya belajar dan penguasaan
teknologi. Dibuktikan dengan nilai IPM bidang pendidikan Yogyakarta yang
tinggi seperti pada paparan Tabel 1.5. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil
riset Markplus (2014) tentang logo baru Yogyakarta, bahwa salah satu unsur
penting logo baru adalah teknologi (netizen). Dapat disimpulkan bahwa
masyarakat DIY pada umumnya menguasai dan menggunakan teknologi dalam
kehidupan mereka sehari-hari.
Badan Koordinator Penanaman Modal (2016) menyatakan seluruh wilayah
Kota Yogyakarta telah terlayani oleh jaringan telekomunikasi kabel maupun non
kabel. Fasilitas telekomunikasi tidak hanya untuk komunikasi telepon, namun
sudah berkembang pesat untuk permintaan kebutuhan Teknologi Informasi (TI)
10
seperti internet. Fasilitas hotspot di ruang publik tersebar hampir di seluruh
wilayah Kota Yogyakarta. Jumlah sambungan telepon kabel yang berlangganan di
PT. Telkom tumbuh positif dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 10 persen per
tahun. Banyaknya jumlah menara BTS dengan sebaran yang relatif merata, cukup
untuk memenuhi kebutuhan telekomunikasi bagi pelaku usaha, termasuk juga
untuk pengembangan teknologi informasi.
Selain komunikasi, energi listrik DIY yang disediakan PT. PLN juga
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini seiring dengan peningkatan
kebutuhan atau permintaan dari pelanggan rumah tangga maupun bisnis. Produksi
energi listrik DIY pada tahun 2013 mencapai 2.392 juta KwH, atau rata-rata
meningkat sebesar 7,12 persen per tahun.
1.1.1.5. Lingkungan Alam
Menurut Pitana dan Diarta (2009), DIY memiliki tiga sektor unggulan dalam
satu area geografis yaitu sektor pariwisata, sektor perdagangan, dan sektor
pendidikan. Sektor pariwisata DIY menjadi salah satu tujuan wisata domestik dan
mancanegara dengan destinasi berupa wisata alam, wisata sejarah dan budaya,
serta wisata kuliner. Secara geografis, DIY diuntungkan dengan jarak antar lokasi
objek wisata yang terjangkau, dan mudah untuk ditempuh. Sektor pariwisata
memberikan dampak langsung terhadap sektor perdagangan yang dibuktikan
melalui pertumbuhan produk kerajinan serta olahan khas daerah. Predikat Kota
Pelajar merupakan bukti kualitas sektor pendidikan yang menjadikan DIY salah
satu rujukan di Indonesia untuk melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan
tinggi.
11
1.1.1.6. Legalitas
Tribun Jogja (2012), langkah mengurus izin buka usaha langkah pertama
dengan membuat surat pernyataan tertulis pada wali kota atau bupati atau pejabat
yang ditunjuk dengan menggunakan formulir yang sudah disiapkan beserta
lampiran berkas-berkas sebagai berikut:
a) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon.
b) Dokumen untuk mengelola lingkungan hidup terkecuali untuk usaha yang
bisa menyebabkan masalah lingkungan taraf kecil.
c) Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atau gambar kondisi.
d) Denah arah usaha serta gambar kondisi (site plan).
e) Fotokopi akta pendirian atau cabang perusahaaan untuk usaha yang
berbadan hukum.
f) Surat pernyataan tak keberatan untuk yang memiliki usaha atas sewa area
bila area usahanya bukan hanya punya sendiri.
g) Kesepakatan dari tetangga lebih kurang area usaha yang diketahui oleh
pejabat RT, RW, Lurah serta Camat.
h) Izin masalah HO.
i) Surat kuasa untuk yang tidak bisa mengurus sendiri.
j) Stopmap warna kuning.
k) Sertifikat tanah atau bukti kepemilikan.
12
Pemerintah Daerah (Pemda) DIY menerapkan kemudahan akses perizinan
untuk mendorong investasi dan pengembangan industri melalui Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang didukung layanan perizinan secara online dan
SMS Gateway. Pemda DIY juga memberikan pelayanan perizinan secara paralel
sehingga dalam satu waktu pelaku usaha dapat memperoleh lebih dari satu jenis
izin yang diproses secara bersamaan. Diharapkan cara tersebut dapat
mempermudah proses investasi sehingga menarik minat investor (Bank Indonesia,
2016).
Berbagai upaya yang telah dilakukan diantaranya peningkatan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP), peningkatan peran BPMPT sebagai clearing house
dan peningkatan upaya promosi penanaman modal. Upaya pertama dilakukan
melalui perbaikan pelayanan (sederhana, efisien, pro-bisnis), implementasi system
tracking permohonan investasi, sinkronisasi pelayanan PTSP dengan tingkat
pusat, provinsi dan kabupaten serta penerapan sistem pelayanan informasi dan
perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE, SIPO, EPERMIT). Selain itu
peningkatan peran BPMPT juga ditingkatkan melalui layanan konsultasi dan
fasilitas untuk proyek-proyek potensial dan optimalisasi peran sebagai Investor
Relations Unit dan help desk di tingkat daerah. Kegiatan promosi juga perlu
dilakukan guna memperkenalkan potensi daerah di tingkat nasional maupun
global. Melalui berbagai upaya tersebut diharapkan dapat menarik investor untuk
berinvestasi di Daerah Istimewa Yogyakarta.
13
1.1.2. Potensi Bisnis Donat Yogyakarta
Bank Indonesia (2016) menyatakan pertumbuhan ekonomi DIY tahun 2017
diperkirakan meningkat dibandingkan tahun 2016. Pertumbuhan ekonomi tahun
2017 diperkirakan tumbuh sebesar 5%-5,4% (yoy), meningkat dibandingkan tahun
2016 yang diperkirakan sebesar 4,8%-5,2% (yoy). Dari sisi permintaan, akselerasi
konsumsi rumah tangga seiring perbaikan daya beli masyarakat pasca kenaikan
UMK 2017. Dari sisi investasi, pembangunan bandara baru dan proyek
infrastruktur pemerintah mendorong peningkatan investasi ditengah lemahnya
investasi swasta. Dari sisi lapangan usaha, kinerja penyedia akomodasi dan makan
minum terakselerasi seiring peningkatan frekuensi penyelenggaraan Meeting,
Incentive, Convention and Exhibition (MICE) dan jumlah wisatawan. Sinergi
antar BUMN untuk pengembangan pariwisata DIY - Jawa Tengah, diperkirakan
mampu mendorong kinerja sektor-sektor yang mendukung pariwisata.
Tabel 1.7 Risiko Pendorong dan Penghambat Pertumbuhan Ekonomi DIY Triwulan 1 2017
Sektor Pendorong Penghambat
Konsumsi
Rumah
Tangga
(Permintaan)
(1) Peningkatan konsumsi masyarakat
seiring dengan perbaikan daya beli
(2) Kenaikan UMK 2017 meningkatkan
penghasilan masyarakat
(3) Tren kenaikan kunjungan wisata
(1) Masih lemahnya kondisi ekonomi
domestik
Investasi
(Permintaan)
(1) Pembangunan bandara New
Yogyakarta International Airport (NYIA)
(2) Implementasi kebijakan pengampunan
pajak (tax amnesty)
(1) Investasi pemerintah yang belum
terealisasi di awal tahun
(2) Pelaku usaha yang masih menahan
investasi seiring dengan perkembangan
ekonomi global dan domestik
Industri Pengolahan
(Penawaran)
(1) Peningkatan permintaan ekspor seiring dengan perbaikan kondisi ekonomi global
(2) Kenaikan jumlah wisatawan saat
liburan dan lebaran mendorong
peningkatan permintaan domestik
(1) Pemulihan ekonomi global yang masih lambat sehingga berdampak pada
permintaan ekspor
(2) Peningkatan biaya produksi seiring
dengan kenaikan UMK 2017
Penyedia
Akomodasi
dan Makan
Minum
(Penawaran)
(1) Peningkatan frekuensi
penyelenggaraan MICE terutama oleh
lapangan usaha swasta
(2) Kenaikan jumlah wisatawan saat
liburan sekolah dan lebaran
(1) Penghematan anggaran yang dilakukan
oleh pemerintah terutama untuk
penyelenggaraan rapat sehingga berpotensi
menghambat perkembangan MICE
(2) Jumlah penerbangan Bandara
Adisutjipto yang terbatas
14
Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional pada Agustus 2016 menunjukkan
peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja yang tercatat 71,96% dan
penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka yang tercatat 2,58%. Hasil survei
tersebut berkorelasi dengan peningkatan pekerja di sektor informal (UMKM). Dua
sektor utama yang berperan besar dalam peningkatan tenaga kerja adalah sektor
perdagangan, sektor hotel dan restoran (Bank Indonesia, 2016).
Survei di atas didukung oleh Witoyo (2015) yang menyatakan 83.000 unit
usaha atau lima puluh persen dari jumlah UMKM di DIY didominasi oleh industri
di bidang kuliner dan minuman. Salah satu usaha makanan tersebut adalah toko
donat. Berikut adalah beberapa merek toko donat di DIY yang dikelola secara
profesional, level korporasi maupun UMKM.
Tabel 1.8 Merek Toko Donat di DIY
No Merek Status Level Bisnis Jumlah Gerai
1 Dunkin Donuts Nasional Korporasi 4
2 J.CO Donuts Nasional Korporasi 4
3 Donat Madu Cihanjuang Nasional UMKM 2
4 Kuki Donat Lokal UMKM 1
5 Daim Donat Lokal UMKM 4
Semua gerai dalam tabel di atas berada di dalam area Ring Road. Secara
geografis yang berada di dalam area Ring Road hanya kota Yogyakarta dan
sebagian Kabupaten Sleman. Kedua wilayah tersebut memiliki potensi terbaik
berdasarkan data geografis, Indeks Pembangunan Manusia, dan pengeluaran per
kapita perbulan.
15
1.2. Lingkungan Internal Perusahaan
Abata Donuts didirikan pada bulan April tahun 2015. Dimulai dari diskusi
antar anggota komunitas Tangan di Atas (TDA) Solo pada bulan Maret tahun
2015 untuk membangun usaha bersama yang profesional. Pemilihan donat
didasarkan pada salah satu usaha pendiri adalah donat bakar. Adapun pendiri
Abata Donuts sebagai berikut:
a) Pramudi Ringga Permana = General Manager dan Finance
b) Labieb Faqihuddien = Human Resources dan General Affair
c) Khoyrul Fauzan = Marketing
d) Iwan Crismanto = Operation
Status kepemilikan perusahaan dibagi sesuai keempat pendiri di atas dengan
porsi saham sama rata masing-masing sebesar dua puluh lima persen. Badan
hukum yang digunakan berbentuk Perseroan Komanditer (CV) dengan nama CV.
Abata Barokah Group. Gerai pertama beroperasi pada tanggal 22 Juli 2015
dengan alamat Jl. Yosodipuro no 52D, Solo. Untuk mengembangkan gerai-gerai
baru, Abata Donuts membangun kantor pusat (Head Office) dengan bentuk badan
usaha berupa Perseroan Terbatas (PT) dan kepemilikan oleh tiga orang yaitu
Pramudi Ringga Permana, Labieb Faqihuddien dan Khoyrul Fauzan.
Abata Donuts merupakan sebuah merek yang identik dengan donat premium,
pilihan utama keluarga, serta dikelola secara syar’i. Salah satu keunggulan yang
dimiliki Abata Donuts adalah donat yang dihasilkan diproses menggunakan air
Zam-zam. Air Zam-zam merupakan air suci bagi umat muslim yang didatangkan
16
langsung dari Negara Arab Saudi. Bahan baku yang digunakan adalah bahan-
bahan terbaik dikelasnya, seperti coklat jenis glaze yang langsung meleleh ketika
digigit karena coklat tersebut didesain sesuai dengan suhu tubuh manusia. Untuk
menjaga standar mutu dan interaksi dengan konsumen, desain di dalam gerai
menggunakan konsep dapur terbuka. Produk yang berkualitas, kemasan yang
cantik, pelayanan yang cepat, gerai yang nyaman serta lokasi gerai yang strategis
menjadi beberapa keunggulan Abata Donuts untuk terus berkembang, tumbuh,
dan barokah.
Gambar 1.5. Gerai Abata Donuts Solo (Area Display dan Area Muka Gerai)
1.3. Rumusan Masalah
Abata Donuts memiliki potensi besar untuk dikembangkan secara masif di
kota-kota lain selain Solo. Penulisan rencana bisnis ini bertujuan untuk
menemukan formulasi pengembangan Abata Donuts di Yogyakarta. Rumusan
masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah bagaimana formulasi rencana
bisnis di Yogyakarta mampu menjadi sebuah kajian komprehensif yang terstandar
dengan memperhatikan lingkungan eksternal dan internal.
17
1.4. Pertanyaan Penelitian
Apakah Abata Donuts memiliki kelayakan bisnis secara ekonomi dan non
ekonomi di Yogyakarta?
1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menyusun dan mengkaji kelayakan rencana bisnis
Abata Donuts di Yogyakarta.
1.6. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat langsung sebagai pedoman ekspansi bisnis
Abata Donuts di Yogyakarta serta dapat digunakan sebagai acuan penelitian
kewirausahaan bagi peneliti-peneliti berikutnya.
1.7. Sistematika Penulisan
Tesis ini ditulis dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I berisi uraian lingkungan eksternal dan lingkungan internal perusahaan
sebagai dasar acuan rumusan masalah dan tujuan penelitian Rencana Bisnis Abata
Donuts Yogyakarta.
BAB II berisi landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini dan
digambarkan dalam sebuah kerangka penelitian.
BAB III berisi paparan metoda penelitian yang dijelaskan melalui jenis data
yang digunakan, sumber data, langkah pengumpulan data, waktu pelaksanaan
pengumpulan data, dan berbagai metoda yang relevan dengan penelitian ini.
18
BAB IV berisi strategi dan rencana bisnis secara fungsional antara lain visi,
misi dan tujuan perusahaan, rencana pemasaran, rencana operasi, rencana sumber
daya manusia, rencana keuangan, analisis sensitivitas, analisis kelayakan, serta
strategi keluar bisnis.
BAB V berisi rencana aksi yang dijabarkan menggunakan matriks kegiatan
serta ukuran kinerja matriks tersebut.