bab 1 lbp
DESCRIPTION
lbpTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada perkembangan jaman sekarang ini, kesehatan merupakan sesuatu hal
yang sangat penting. Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis
penyakit, baik fisik, mental, dan sosial. Dari pengertian tersebut, kita memerlukan
suatu kesehatan yang optimal terutama pada saat melakukan aktivitas fungsional
sehari-hari. Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, akan sering menimbulkan
berbagai keluhan. Dan yang paling banyak adalah keluhan pada pinggang bawah
yang biasa disebut nyeri pinggang bawah (low back pain). Nyeri yang dirasakan
dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya.1
Prevalensi nyeri muskuloskeletal, termasuk low back pain, telah
dideskripsikan sebagai sebuah epidemik. Keluhan nyeri biasanya self limiting,
tetapi jika menjadi kronik, konsekuensinya serius. Hal ini akhirnya menyebabkan
turunnya produktivitas orang yang mengalami low back pain. 2
Menurut penelitian, sekitar 80% dari semua manusia mengalami Low back
pain (LBP). Dari semua kasus LBP yang terjadi, 70% disebabkan terjadinya
peregangan pada bagian lumbal, 10 % karena proses degeneratif yang disebabkan
karena usia, 4% karena hernia, 4% karena Osteoporosis, 3% karena stenosis
tulang belakang. 3
Di Indonesia nyeri pinggang merupakan masalah kesehatan yang nyata. Ia
merupakan penyakit nomor dua pada manusia setelah influenza. Kira-kira
80% penduduk pernah sekali merasakan nyeri punggung bawah. Pada setiap
saat lebih dari 10 % penduduk menderita nyeri pinggang. Insidensi nyeri
pinggang di beberapa negara berkembang lebih kurang 15-20% dari total
populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri pinggang akut maupun
kronik, termasuk tipe benigna. 2
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 1
Usia merupakan faktor yang mendukung terjadinya LBP, sehingga
biasanya di derita oleh orang berusia lanjut karena penurunan fungsi-fungsi
tubuhnya terutama tulangnya sehingga tidak lagi elastis. Selain itu faktor risiko
terhadap pekerjaan dipengaruhi aktivitas terlalu banyak duduk atau berdiri juga
merupakan faktor yang mendukung LBP. Ini dinamakan posisi tubuh kerja
statis, pekerjaan yang membuat tubuh terpapar dengan getaran seperti yang
dilakukan para masinis, pengemudi truk, mengoperasikan alat bergetar sering
mengangkat dan menarik benda berat banyak membungkuk dan berputar. 2
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian laporan ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan
klinik senior Departemen Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit Haji Medan dan
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mahasiswa tentang Low Back Pain
(LBP).
1.3. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah sebagai sarana untuk mengetahui
dan mempelajari lebih dalam mengenai Low Back Pain (LBP) berdasarkan teori
dan kasus yang ada.
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. Status Neurologi
1. Identitas Pribadi
Nama : Tn. D
Umur : 66 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Dusun I Pagar Marbo, Lubuk Pakam
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan
Status perkawinan : Menikah
Tanggal MRS : 8 Mei 2015
2. Anamnesa
Keluhan utama
Nyeri pinggang
Keluhan tambahan
Tidak ada
Riwayat penyakit sekarang
Os datang ke RSHM dibawa oleh isterinya dengan keluhan nyeri pinggang
dan tidak bisa bangun, dirasakan pasien ± 1 minggu SMRS. Sebelumnya Os ada
jatuh dalam waktu ± 1 minggu ini. Os mengaku nyeri tersebut bertambah berat
pada saat membungkuk. Selama ini Os ada menderita Hipertensi dan DM sejak
tahun 1978. Nyeri dirasakan berkurang saat berbaring. Nyeri dirasakan menjalar
dari pinggang ke paha belakang, betis, punggung sampai ke ujung kaki. Nyeri
dirasakan berkurang saat duduk dengan sanggahan bantal. Keluhan nyeri
pinggang sebenarnya sudah dirasakan sejak lama, tetapi hilang timbul. BAB (+)
dan BAK (+) Normal.
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 3
Riwayat penyakit terdahulu
- Hipertensi
- Diabetes Melitus
Riwayat penyakit pada keluarga
- Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama di sangkal
- Riwayat penyakit lain di keluarga Diabetes Melitus dan Hipertensi
Riwayat penggunaan Obat
- Os mengonsumsi obat DM dan Anti Hipertensi
ANAMNESA TRAKTUS
Traktus Sirkulatorius : Hipertensi
Traktus Respiratorius : Dalam batas normal
Traktus Urogenitalis : Dalam batas normal
Penyakit Terdahulu dan Kecelakaan : ±1 minggu yang lalu pasien
mengalami kecelakaan sepeda motor.
Intoksikasi dan Obat-obatan : tidak ada, disangkal
ANAMNESA KELUARGA
Faktor Herediter : Ayah (+) Hipertensi dan DM
Faktor Familier : Kakak dan Abang (+) Hipertensi dan DM
Lain-lain : tidak ada
ANAMNESA SOSIAL
Kelahiran dan Pertumbuhan: Normal
Imunisasi : Tidak jelas
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pensiunan
Perkawinan dan Anak : menikah, mempunyai 3 anak
PEMERIKSAAN JASMANI
PEMERIKSAAN UMUM
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 88 x/i
Frekuensi Nafas : 20 x/i
Temperatur : 36,5 oC
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 4
Kulit dan Selaput Lendir : Dalam batas normal
Kelenjar Getah Bening : Dalam batas normal
Persendian : Dalam batas normal
KEPALA DAN LEHER
Bentuk dan Posisi : Bulat dan medial
Pergerakan : Dalam batas normal
Kelainan Panca Indera : tidak ada
Rongga mulut dan Gigi : dalam batas normal
Kelenjar Parotis : dalam batas normal
Desah : tidak ada
Dan lain-lain : tidak ada
RONGGA DADA DAN ABDOMEN
Paru-paru
Inspeksi : simetris kanan = kiri
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas atas jantung ICS II, batas kanan linea sternalis kanan
ICS IV, batas kiri linea midclavicularis ICS I.
Auskultasi : HR x/I, Reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : simetris, datar
Palpasi : supple, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik (+) normal
GENITALIA
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 5
Toucher : Tidak dilakukan pemeriksaan
4. STATUS NEUROLOGI
SENSORIUM
KRANIUM
Bentuk : bulat lonjong
Fontanella : tertutup, keras
Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : tidak dilakukan pemeriksaan
Transiluminasi : tidak dilakukan pemeriksaan
REFLEKS
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
Biceps : ++ ++
Triceps : ++ ++
Radioperiost : ++ ++
APR : ++ ++
KPR : ++ ++
Strumple : ++ ++
Refleks Patologis
Babinski : - -
Oppenheim : - -
Chaddock : - -
Gordon : - -
Schaeffer : - -
Hoffman – Tromner : - -
Klonus Lutut : - -
Klonus Kaki : - -
Refleks Primitif : -/-
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 6
KOORDINASI
Lenggang : Baik
Bicara : Bicara spontan
Menulis : Tidak dilakukan pemeriksaan
Percobaan Apraksia : dalam batas normal
Mimik : Baik
Test telunjuk-telunjuk : Dalam batas normal
Tes Telunjuk-hidung : Dalam batas normal
Diadokhinesia : Dalam batas normal
Tes tumit-lutut : tidak dilakukan pemeriksaan
Tes Romberg : tidak dilakukan pemeriksaan
VEGETATIF
Vasomotorik : Dalam batas normal
Sudomotorik : Dalam batas normal
Pilo-erektor : Dalam batas normal
Miksi : Dalam batas normal
Defekasi : Dalam batas normal
Potensi dan Libido : tidak dilakukan pemeriksaan
VERTEBRA
Bentuk
Normal : DBN
Scoliosis : tidak ada kelainan
Hiperlordosis : tidak ada kelaianan
Pergerakan
Leher : DBN
Pinggang : ROM menurun
PERANGSANGAN MENINGEAL
Kaku Kuduk : -
Tanda Kernig : -
Tanda Brudzinski I : -
Tanda Brudzinski II : -
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 7
PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL
Muntah : -
Sakit Kepala : -
Kejang : -
NERVUS I Meatus Nasi Dextra Meastus Nasi
Sinistra
Normosmia : + +
Anosmia : - -
Parosmia : - -
Hiposmia : - -
NERVUS II Oculi Dextra (OD) Oculi Sinistra (OS)
Visus : tidak dilakukan pemeriksaan
Lapangan Pandang
Normal : + +
Menyempit : - -
Hemianopsia : - -
Scotoma : - -
Refleks Ancaman : + +
Fundus Oculi : tidak dilakukan pemeriksaan
NERVUS III, IV, VI Oculi Dextra (OD) Oculi Sinistra (OS)
Gerakan Bola Mata : + +
Nistagmus : - -
Pupil
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 8
Lebar : 3 mm 3 mm
Bentuk : bulat reguler bulat reguler
Refleks cahaya langsung : + +
Refleks cahaya tak : + +
langsung
Rima Palpebra : 7 mm 7 mm
Deviasi Konjugate : - -
Fenomena Doll’s Eye: + +
Strabismus : - -
NERVUS V Kanan Kiri
Motorik
Membuka dan Menutup Mulut: + +
Palpasi otot masseter & temporalis: + +
Kekuatan gigitan : + +
Sensorik
Kulit : + +
Selaput lendir : + +
Refleks kornea
Langsung : + +
Tidak langsung : + +
Refleks Masseter : dalam batas normal
Refleks Bersin : dalam batas normal
NERVUS VII
Motorik
Mimik : dalam batas normal
Kerut kening : dalam batas normal
Menutup mata : dalam batas normal
Meniup sekuatnya : dalam batas normal
Memperlihatkan gigi: sudut mulut simetris
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 9
Tertawa : sudut mulut simetris
NERVUS VIII Kanan Kiri
Auditorius
Pendengaran : DBN BDN
Test Rinne : TDP TDP
Test Weber : TDP TDP
Test Schwabach : TDP TDP
Vestibularis
Nistagmus : - -
Reaksi Kalori : TDP TDP
Vertigo : - -
Tinnitus : - -
NERVUS IX, X
Pallatum mole : Simetris
Uvula : Medial
Disfagia : -
Disartria : -
Disfonia : -
Refleks Muntah : +
Pengecapan 1/3 belakang : DBN
NERVUS XI
Mengangkat bahu : +/+
Fungsi otot sternokleidomastoideus : +/+
NERVUS XII
Lidah
Tremor : -
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 10
Atrofi : -
Fasikulasi : -
Ujung lidah sewaktu istirahat : medial
Ujung lidah sewaktu dijulurkan: medial
6. SISTEM MOTORIK
Trofi : normotrofi
Tonus : normotonus
Kekuatan Otot :
ESD: 5 5 5 5 5 ESS: 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
EID: 5 5 5 5 5 EIS: 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Sikap (Duduk-Berdiri-Berbaring ): nyeri bila duduk dan berdiri dalam
waktu lama
Gerakan Spontan Abnormal
Tremor : +
Khorea : -
Ballismus : -
Mioklonus : -
Ateotsis : -
Distonia : -
Spasme : -
Tic : -
Dan lain-lain : -
TES SENSIBILITAS
Eksteroseptif : nyeri (+), raba (+), suhu (+)
Propioseptif : gerak (+), posisi (+)
Fungsi kortikal untuk sensibilatas
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 11
Sterognosis : DBN
Pengenalan 2 titik : DBN
Grafestesia : DBN
TANDA PERANGSANGAN RADIKULER
Laseque : tidak ada nyeri/kelainan
Cross Laseque : tidak ada nyeri/kelainan
Tes Lhermitte : tidak ada nyeri/kelainan
Test Naffziger : tidak ada nyeri/kelainan
GEJALA-GEJALA SEREBELLAR
Ataksia : -
Disartria : -
Tremor : +
Nistagmus ; -
Fenomena Rebound : -
Vertigo : -
Dan lain-lain : -
GEJALA-GEJALA EKSTRAPRAMIDAL
Tremor : +
Rigiditas : -
Bradikinesia : -
Dan lain-lain : -
FUNGSI LUHUR
Kesadaran Kualitatif : compos mentis
Ingatan Baru : baik
Ingatan Lama : baik
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 12
Orientasi
Diri : baik
Tempat : baik
Waktu : baik
Situasi : baik
Intelegensia : baik
Daya Pertimbangan : baik
Reaksi Emosi : TDP
Afasia
Represif : baik
Ekspresif : baik
Apraksia : DBN
Agnosia
Agnosia visual : -
Agnosia jari-jari : -
Akalkulia : -
Disorientasi Kanan-Kiri : -
KESIMPULAN
KU : Nyeri Pinggang
T : Os datang ke RSHM dibawa oleh isterinya dengan keluhan nyeri
pinggang secara tiba-tiba yang dirasakan pasien ± 1 minggu SMRS. Os mengaku
nyeri tersebut bertambah berat pada membungkuk. Os ada riwayat terjatuh ± 1
minggu yang lalu. Nyeri dirasakan Os berkurang saat berbaring. Keluhan ini
sebenarnya sudah dirasakan sejak lama, tetapi hilang timbul. Os menderita
Hipertensi dan Diabetes Melitus sejak tahun 1978. BAB (+) dan BAK (+)
Normal.
Riwayat penyakit terdahulu
Hipertensi dan Diabetes Mellitus
Riwayat penyakit pada keluarga
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 13
- Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal.
- Riwayat penyakit Diabetes mellitus dan hipertensi dijumpai pada
Ayah,Kakak, Abang pasien.
Riwayat penggunaan Obat
Riwayat penggunaan obat hipertensi dan diabetes mellitus
STATUS PRESENS
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Nadi : 76 x/i
Frekuensi Nafas : 20 x/i
Temperatur : 36,4 oC
STATUS NEUROLOGI
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
B/T : +/+ +/+
APR/KPR : +/+ +/+
Refleks Patologis Kanan Kiri
Babinski : - -
Oppenheim : - -
Chaddock : - -
Gordon : - -
Schaeffer : - -
Hoffman – Tromner : - -
Klonus Lutut : - -
Klonus Kaki : - -
Refleks Primitif : -/-
Peningkatan Tekanan Intrakranial
Muntah : -
Sakit Kepala : -
Kejang : -
Perangsangan Meningeal
Kaku Kuduk : -
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 14
Tanda Kernig : -
Tanda Brudzinski I : -
Tanda Brudzinski II : -
Kekuatan Otot
ESD: 5 5 5 5 5 ESS: 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
EID: 5 5 5 5 5 EIS: 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium ( 08 Mei 2015)
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
A. Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin *9.9 g/dl 13 - 18
Hitung eritrosit *3.3 106 /µL 4.5 – 6.5
Hitung Leukosit 9.300 /µL 4000 – 11.000
Hematokrit *29.3 % 40 - 54
Hitung Trombosit 330.000 /µL 150.000 - 450.000
Index Eritrosit
MCV 89.7 fl 80 - 96
MCH 30.2 pg 27 - 31
MCHC 33.7 % 30 – 34
Hitung Jenis Leukosit
Eosinofil 1 % 1 - 3
Basofil 0 % 0 - 1
N. Stab *0 % 2 - 6
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 15
N. Seg *82 % 53 - 75
Limfosit *12 % 20 - 45
Monosit 5 % 4 - 8
Laju Endap Darah *68 mm/jam 0 – 10
B. Kimia Klinik
Glukosa Darah
Glukosa Darah Sewaktu *135 mg/dL < 140
Fungsi Hati
Bilirubin Total 0.36 mg/Dl 0.3 - 1
Bilirubin Direk 0.16 mg/dL < 0.25
Alkali Phospat * 262 U/I 15 - 70
AST (SGOT) 11 U/I < 40
ALT (SGPT) 7 U/I < 40
Fungsi Ginjal
Ureum *123 mg/dl 20 - 40
Kreatinin *2.58 mg/dl 0.6 – 1.1
CT scan lumbal tanpa kontras potongan axial 04-05-2015
Kedudukan tulang baik.
Corpus vertebra L2 picak
Pedicles intact
Tampak osteophytes pada vertebra lumbalis.
Disc spaces tampak normal.
Sacrum dan kedua sacroiliac joints normal.
Kesan:
o Fraktur kompresi ringan corpus L2 + Spndylosis lumbalis
DIAGNOSA
DIAGNOSA FUNGSIONAL: Low Back Pain
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 16
DIAGNOSA ETIOLOGIK : fraktur kompresi L2
DIAGNOSA ANATOMIK : Fraktur Kompresi ringan corpus L2
Spondylosis Lumbalis
DIAGNOSA KERJA : LBP ec. Fraktur kompresi L2
FOLLOW UP (12-19 Mei 2015)
Tanggal Pemeriksaan (VS, Neurologi) Diagnosis Penatalaksanaan
12/5/2015 S: nyeri pinggang
O: Compos mentis
TD: 140/90 mmHg
HR: 88 x/i
RR: 18x/i
Temp: 36,5 oC
TIK ↑: -
Rangsang meningeal: -
N. Kranialis
NI : Normosmia
NII,III : RC +/+ pupil isokor, 3
mm
NIII,IV,VI : gerak bola mata N
NV : buka/tutup mulut (+)
NVII : sudut mulut simetris
NVIII : pendengaran baik
NIX,X : uvula medial
NXI : angkat bahu (+)
NXII : lidah medial
Refleks Fisiologis
B/T: +/+
APR/KPR: +/+
Refleks Patologis
H/T: -/-
Babinski: -/-
LBP ec. Fraktur
kompresi ringan
pada corpus L2
+ spondylosis
lumbal
Inj ketorolac 1 amp/ 8 j
Inj ranitidine 1 amp/12 j
Inj Meticobalamin 1 amp / 12 j
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 17
Kekuatan motorik
ESD: 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5
EID: 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5
ESS: 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5
EIS: Nyeri
Nyeri
13/05/2015 S: nyeri pinggang
O: compos mentis
TD: 140/90 mmHg
HR: 83 x/i
RR: 22 x/i
Temp: 36,5 oC
TIK ↑: -
Rangsang meningeal: -
N. Kranialis
NI : Normosmia
NII,III : RC +/+ pupil isokor, 3
mm
NIII,IV,VI : gerak bola mata N
NV : buka/tutup mulut (+)
NVII : sudut mulut simetris
NVIII : pendengaran baik
NIX,X : uvula medial
NXI : angkat bahu (+)
NXII : lidah medial
Refleks Fisiologis
B/T: +/+
APR/KPR: +/+
Refleks Patologis
H/T: -/-
LBP ec.
Fraktur
Kompresi L2
Inj ketorolac 1 amp/ 8 j
Inj ranitidine 1 amp/12 j
Inj Meticobalamin 1 amp / 12 j
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 18
Babinski: -/-
Kekuatan motorik
ESD: 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5
EID: 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5
ESS: 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5
EIS: Nyeri
Nyeri
15/05/2015 S: sakit pinggang
O: compos mentis
TD:140/90 mmHg
HR: 83 x/i
RR: 20 x/i
Temp: 36,5 oC
TIK ↑: -
Rangsang meningeal: -
N. Kranialis
NI : Normosmia
NII,III : RC +/+ pupil isokor, 3
mm
NIII,IV,VI : gerak bola mata N
NV : buka/tutup mulut (+)
NVII : sudut mulut simetris
NVIII : pendengaran baik
NIX,X : uvula medial
NXI : angkat bahu (+)
NXII : lidah medial
Refleks Fisiologis
B/T: +/+
APR/KPR: +/+
Refleks Patologis
LBP ec.
Fraktur
Kompresi L2
Inj ketorolac 1 amp/ 8 j
Inj ranitidine 1 amp/12 j
Inj Meticobalamin 1 amp / 12 j
Paracetamol 500 mg 3x3
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 19
H/T: -/-
Babinski: -/-
Kekuatan motorik
ESD: 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5
EID: 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5
ESS: 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5
EIS: Nyeri
Nyeri
18/5/2015 S: nyeri pinggang
O: Compos mentis
TD: 140/80 mmHg
HR: 78 x/i
RR: 18x/i
Temp: 36,4 ºC
TIK ↑: -
Rangsang meningeal: -
N. Kranialis
NI : Normosmia
NII,III : RC +/+ pupil isokor, 3
mm
NIII,IV,VI : gerak bola mata N
NV : buka/tutup mulut (+)
NVII : sudut mulut simetris
NVIII : pendengaran baik
NIX,X : uvula medial
NXI : angkat bahu (+)
NXII : lidah medial
Refleks Fisiologis
B/T: +/+
APR/KPR: +/+
LBP ec. Fraktur
kompresi L2
Inj ketorolac 1 amp/ 8 j
Inj ranitidine 1 amp/12 j
Inj Meticobalamin 1 amp / 12 j
Paracetamol 500 mg 3x3
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 20
Refleks Patologis
H/T: -/-
Babinski: -/-
Kekuatan motorik
ESD: 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5
EID: 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5
ESS: 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5
EIS: 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5
19/5/2015 S: nyeri pinggang sebelah kiri
O: Compos mentis
TD: 130/80 mmHg
HR: 78 x/i
RR: 18x/i
Temp: 36,4 ºC
TIK ↑: -
Rangsang meningeal: -
N. Kranialis
NI : Normosmia
NII,III : RC +/+ pupil isokor, 3
mm
NIII,IV,VI : gerak bola mata N
NV : buka/tutup mulut (+)
NVII : sudut mulut simetris
NVIII : pendengaran baik
NIX,X : uvula medial
NXI : angkat bahu (+)
NXII : lidah medial
Refleks Fisiologis
B/T: +/+
LBP ec.
Fraktur
kompresi L2
Inj ketorolac 1 amp/ 8 j
Inj ranitidine 1 amp/12 j
Inj Meticobalamin 1 amp / 12 j
Paracetamol 500 mg 3x3
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 21
APR/KPR: +/+
Refleks Patologis
H/T: -/-
Babinski: -/-
Kekuatan motorik
ESD: 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5
EID: 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5
ESS: 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5
EIS: 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 22
3.1. Anatomi
Columna vertebralis adalah pilar utama tubuh merupakan struktur fleksibel
yang dibentuk oleh tulang-tulang tak beraturan, disebut vertebrae. Vertebrae
dikelompokkan sebagai berikut1: Cervicalis, Thoracalis, Lumbalis, Sakralis, dan
Coccygeus.
Tulang belakang (vertebra) dibagi dalam dua bagian. Di bagian ventral
terdiri atas korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh discus intervebra dan
ditahan satu sama lain oleh ligamen longitudinal ventral dan dorsal. Bagian dorsal
tidak begitu kokoh dan terdiri atas masing-masing arkus vertebra dengan lamina
dan pedikel yang diikat satu sama lain oleh berbagai ligament di antaranya
ligament interspinal, ligament intertansversa dan ligament flavum. Pada prosesus
spinosus dan transverses melekat otot-otot yang turut menunjang dan melindungi
kolum vertebra. 4
Di samping berfungsi sebagai penyangga beban, discus berfungsi pula
sebagai peredam kejut. Diskus ini terbentuk oleh annulus fibrosus yang
merupakan anyaman serat-serat fibroelastik hingga membentuk struktur mirip
gentong. Tepi atas dan bawah gentong melekat pada “end plate” vertebra,
sedemikian rupa hingga terbentuk rongga antar vertebra. Rongga ini berisi
nukleus pulposus suatu bahan mukopolisakarida kental yang banyak mengandung
air. 4
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 23
3.2. Defenisi
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah adalah nyeri yang
dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal (inflamasi),
maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri yang berasal dari punggung bawah
dapat berujuk kedaerah lain atau sebaliknya yang berasal dari daerah lain
dirasakan di daerah punggung bawah/refered pain. 1
LBP adalah nyeri punggung bawah yang berasal dari tulang belakang,
otot, saraf atau struktur lain pada daerah tersebut. Nyeri di daerah punggung
antara sudut bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor).
Nyeri juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal
paha. Dengan demikian LBP adalah gangguan muskuloskeletal yang pada daerah
punggung bawah yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan aktivitas tubuh
yang kurang baik. 2
3.3. Klasifikasi
1. Klasifikasi Menurut International Association for the Study of Pain (IASP)
Low Back Pain Akut, telah dirasakan kurang dari 3 bulan.
Low Back Pain Kronik, telah dirasakan sekurangnya 3 bulan.
Low Back Pain Subakut, telah dirasakan minimal 5-7 minggu, tetapi tidak
lebih dari
12 minggu. 5
3.4. Etiologi
a. LBP Traumatik
Trauma pada unsur miofasial
Setiap hari beribu-ribu orang mendapat trauma miofasial, mengingat
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 24
banyaknya pekerja kasar yang gizinya kurang baik dengan kondisi
kesehatan badan yang kurang optimal, terlalu banyak duduk dan terlalu
kaku karena tidak mengadakan gerakan-gerakan untuk mengendurkan
urat dan ototnya. LBP jenis ini disebabkan oleh lumbosakral strain dan
pembebanan berkepanjangan yang mengenai otot, fasia dan atau
ligament.
Trauma pada komponen keras
Akibat trauma karena jatuh fraktur kompresi dapat terjadi di vertebrata
torakal bawah atau vertebra lumbal atas. Fraktur kompresi dapat terjadi
juga pada kondisi tulang belakang yang patalogik. Karena trauma yang
ringan (misal jatuh terduduk dari kursi pendek), kolumna vertebralis
yang sudah osteoporotik mudah mendapat fraktur kompresi.
b. LBP akibat proses degenerative
Spondilosis
Perubahan degeneratif pada vertebra lumbosakralis dapat terjadi pada
korpus vertebra berikut arkus dan prosesus artikularis serta ligament
yang menghubungkan bagian-bagian ruas tulang belakang satu dengan
yang lain. Pada spondilosis terjadi rarefikasi korteks tulang belakang,
penyempitan discus dan osteofit-osteofit yang dapat menimbulkan
penyempitan dari foramina intervetebralis.
Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Perubahan degeneratif dapat juga mengenai annulus fibrosus discus
intervertebralis yang bila pada suatu saat terobek yang dapat disusul
dengan protusio discus intervertebralis yang akhirnya menimbulkan
hernia nuKleus pulposus (HNP). HNP paling sering mengenai discus
intervertebralis L5-S1 dan L4-L5.
Osteoatritis
Pada osteoatritis terjadi degenerasi akibat trauma kecil yang terjadi
berulang-ulang selama bertahun-tahun. Terbatasnya pergerakan
sepanjang kolumna vertebralis pada osteoatritis akan menyebabkan
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 25
tarikan dan tekanan pada otot-otot/ ligament pada setiap gerakan
sehingga menimbulkan LBP.
Stenosis Spinal
Vertebrata lumbosakralis yang sudah banyak mengalami penekanan,
penarikan, benturan dan sebagainya dalam kehidupan sehari-hari
seseorang, sudah tentu akan memperlihatkan banyak kelainan
degeneratif di sekitar discus intervertebralis dan persendian fasetal
posteriornya.
c. LBP akibat penyakit inflamasi
Artrit is rematoid
Artritis rematoid termasuk penyakit autoimun yang menyerang
persendian tulang. Sendi yang terjangkit mengalami peradangan,
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan kemudian sendi mengalami
kerusakan. Akibat sinovitis (radang pada sinovium) yang menahun,
akan terjadi kerusakan pada tulang rawan, sendi, tulang, tendon, dan
ligament di sendi.
Spondilitis angkilopoetika
Kelainan pada artikus sakroiliaka yang merupakan bagian dari
poliartritis rematoid yang juga didapatkan di tempat lain. Rasa nyeri
timbul akibat terbatasnya gerakan pada kolumna vertebralis , artikulus
sakroiliaka, artikulus kostovertebralis dan penyempitan foramen
intervertebralis.
d. LBP akibat gangguan metabolisme
Osteoporosis merupakan satu penyakit metabolik tulang yang ditandai
oleh menurunnya massa tulang, oleh karena berkurangnya matriks dan
mineral tulang disertai dengan kerusakan mikro arsitektur dari jaringan
tulang, dengan akibat menurunnya kekuatan tulang, sehingga terjadi
kecenderungan tulang mudah patah. LBP pada orang tua dan lanjut usia,
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 26
terutama kaum wanita, seringkali disebabkan oleh osteoporosis. Sakitnya
bersifat pegal. Nyeri yang tajam atau radikular. Dalam hal itu terdapat
fraktur kompresi yang menjadi komplikasi osteoporosis tulang belakang.
e. LBP akibat neoplasma
Tumor benigna
Osteoma osteoid yang bersarang di pedikel atau lamina vertebra dapat
mengakibatkan nyeri hebat yang dirasakan terutama pada malam hari.
Hemangioma merupakan tumor yang berada di dalam kanalis
vertebralis dan dapat membangkitkan LBP.
Tumor maligna
Tumor ganas di vertebra lumbosakralis dapat bersifat primer dan
sekunder. Tumor primer yang sering dijumpai adalah mieloma
multiple. Tumor sekunder yaitu tumor metastatik mudah bersarang di
tulang belakang, oleh karena tulang belakang kaya akan pembuluh
darah.
f. LBP psikoneurotik
Beban psikis yang dirasakan berat oleh penderita, dapat pula
bermanifestasi sebagai nyeri punggung karena menegangnya otot-ototnya.
LBP karena problem psikoneuretik misalnya disebabkan oleh histeria,
depresi, atau kecemasan. LBP karena masalah psikoneurotik adalah yang
tidak mempunyai dasar organic dan tidak sesuai dengan kerusakan
jaringan atau batas-batas anatomis, bila ada kaitaan dengan patologi
organik maka nyeri yang dirasakan tidak sesuai dengan penemuan
gangguan fisiknya. 6
3.5. Faktor Resiko
Faktor resiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan,
etnis, merokok, kehamilan, pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat
yang berulang-ulang, membungkuk, duduk lama dan psikososial. 6
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 27
3.6. Patofisiologi
Rasa nyeri pada LBP diakibatkan oleh terjadinya tekanan pada susunan
saraf tepi yang terjepit pada area tersebut. Secara umum kondisi ini seringkali
terkait dengan trauma mekanik akut, namun dapat juga sebagai akumulasi dari
beberapa trauma dalam kurun waktu tertentu. Akumulasi trauma dalam jangka
panjang seringkali ditemukan pada tempat kerja.
Kebanyakan kasus LBP terjadi dengan adanya pemicu seperti kerja
berlebihan, penggunaan kekuatan otot berlebihan, ketegangan otot, cedera otot,
ligamen, maupun diskus yang menyokong tulang belakang. Namun, keadaan ini
dapat juga disebabkan oleh keadaan non-mekanik seperti peradangan pada
ankilosing spondilitis dan infeksi, neoplasma, dan osteoporosis.
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan.
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya
nosireseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri
dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf
misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut
saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler dimana terjadi akumulasi
saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukkan ini menyebabkan timbulnya
mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsangan mekanikal dan termal. 3
3.7. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, pemeriksaan klinis umum,
pemeriksaan neurologik dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesa
Dalam anamnesa perlu diketahui penyebab LBP mungkin terjadi
robekan otot, peregangan otot, atau iritasi. Lama dan frekuensi
serangan biasanya terjadi dalam beberapa minngu sampai beberapa
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 28
bulan. Lokasi dan penyebaran nyeri sering terjadi di daerah lumbo
sakral.
Pemeriksaan Fisik
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
a) Inspeksi
b) Palpasi dan perkusi
c) Pemeriksaan tanda vital (vital sign)
Pemeriksaan Neurologik
Pemeriksaan neurologik meliputi pemeriksaan motorik, sensorik,
refleks fisiologik dan patologik, serta percobaan-percobaan atau test
untuk menentukan apakah sarafnya ada yang mengalami kelainan.
Pemeriksaan Penunjang
Foto polos vertebra lumbosakral, Bone scan, mielografi, CT Scan
(Computerized Tomography), MRI (Magnetic Resonance Imaging),
ultrasonografi, biopsi tertutup vertebra lumbal, densitometri tulang. 7
3.8. Penatalaksanaan
Medikamentosa
Pemberian obat anti inflamasi non steroid (OAINS) diperlukan untuk
jangka waktu pendek disertai dengan penjelasan kemungkinan efek
samping dan interaksi obat. Tidak dianjurkan penggunaan muscle
relaxan karena memiliki efek depresan. Pada tahap awal, apabila
didapati pasien dengan depresi premorbid atau timbul depresi akibat
rasa nyeri, pemberian anti depresan dianjurkan. Untuk pengobatan
simptomatis lainnya, kadang-kadang memerlukan campuran antara
obat analgesik, antiinflamasi, OAINS, dan penenang.
Tirah Baring
Pada tirah baring, penderita harus tetap berbaring di tempat tidur
selama beberapa hari dengan sikap tertentu.
Mobilisasi
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 29
Pada fase permulaan, mobilisasi dilakukan dengan bantuan korset.
Manfaat pemakaian korset adalah untuk membatasi gerak, mengurangi
aktivitas otot (relaksasi otot), membantu mengurangi beban terhadap
vertebra dan otot paraspinal, dan mendukung vertebra dengan
peninggian tekanan intra abdominal.
Traksi Pelvis
Bermanfaat untuk relaksasi otot, memperbaiki lordosis serta memaksa
penderita melakukan tirah baring total. Bukti-bukti menunjukkan
bahwa traksi tidak bermanfaat untuk meregangkan discus yang
menyempit.
Fisioterapi
Terapi ini bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi lokal, merelaksasi
otot, memperbaiki extensibilitas jaringan ikat.
Terapi Operatif
Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif selama
2-3 minggu tidak memberikan hasil yang nyata, atau terhadap kasus
fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik. 5
3.9. Prognosis
Biasanya pasien sembuh rata-rata dalam 7 minggu. Tetapi sering dijumpai
episode nyeri berulang. Dan sebanyak 80% pasien mengalami keterbatasan dalam
derajat tertentu selama 12 bulan, mungkin hanya 10-15% yang mengalami
disabilitas berat. Status pasien setelah 2 bulan terapi merupakan indikator untuk
meramalkan status pasien pada bulan ke-12. 7
BAB 1V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
LBP akibat trauma karena jatuh fraktur kompresi dapat terjadi di
vertebrata torakal bawah atau vertebra lumbal atas. Fraktur kompresi dapat terjadi
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 30
juga pada kondisi tulang belakang yang patalogik. Karena trauma yang ringan
(misal jatuh terduduk dari kursi pendek), kolumna vertebralis yang sudah
osteoporotik mudah mendapat fraktur kompresi.
Secara umum, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan terhadap kasus
ini sesuai dengan teori, namun perlu dilakukan pengkajian terhadap penyakit lain
yang menyertai.
4.2. Saran
Mahasiswa yang sedang menjalani kepaniteraaan klinik perlu terus
melatih kemampuan melakukan pemeriksaan fisik khusunya neurologis, sehingga
tanda khas dari suatu kelainan dapat dikenali.
DAFTAR PUSTAKA
1. Maher, Salmond dan Pellino. 2002. Low Back Pain Syndrome.
Philadelphia: FA Davis Company
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 31
2. Yuliana. 2011. Low Back Pain. RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung. CDK
185/Vol.38 no.4/Mei-Juni 2011.
3. NN. Low Back Pain. Universitas Sumatera Utara.
4. Meliala, L. dan Pinzon, R. 2004. Patofisiologi dan Penatalaksanaan Nyeri
Punggung Bawah. Dalam Meliala, L. et al. Kumpulan Makalah Pain
Symposium: Toward Mechanism Based Treatment, hal 109-116.
Yogyakarta: Medikagama Press.
5. Bimariotejo. (2009). Low Back Pain (LBP).
6. RS Immanuel Bandung. 2009. Klinik Fisiotherapi Rumah Sakit Imanuel
Bandung.
7. Ehrilch, G.E. 2003. Low Back Pain. Bulletin of the World Health
Organization; 81. Halaman 671-676.
LAPKAS NEURO LOW BACK PAIN Page 32