bab 1
TRANSCRIPT
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diare merupakan peningkatan frekuensi dan perubahan konsistensi buang air besar menjadi
lembek atau air.1,2 Diare akut berlangsung kurang dari 14 hari, yang biasanya dikuti mual,
muntah, nyeri perut, gejala sistemik, atau malnutrisi.3,4 Di Indonesia, diare masih merupakan
penyebeb kematian utama pada bayi dan anak. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) 2001 yang diselenggarakan Depkes RI diare menempati urutan ketiga (10%) dari 10
penyebab kematian balita setelah gangguan perinatal (26%) dan penyakit saluran nafas
(26%).2
Manajemen umum diare akut pada anak dan bayi difokuskan pada pencegahan dan
pengobatan dehidrasi dengan memberikan cairan yang cukup, mencegah kekurangan nutrisi
dengan memberikan makanan selama dan setelah diare,
mengurangi durasi serta mencegah kejadian diare berulang dengan memberikan suplemen
zink.5,10,11
Beberapa dekade terakhir ini telah banyak studi mengenai penanganan diare akut
khususnya pemakaian zink dan prebiotik. Suatu meta analisis mendapatkan bahwa
suplementasi zink secara bermakna menurukan frekuensi, berat serta morbiditas diare akut.4
Pemberian prebiotik Lactobacillus sp juga terbukti efektif dalam penatalaksanaan diare akut.5
Studi awal pemakaian kombinasi prebiotik dan zink, memberikan diet yang diberi tambahan
kombinasi zink dan prebiotik untuk terapi diare akut pada anak di bawah usia 1 tahun,
didapatkan penurunan berat dan lamanya diare.6 Namun belum diketahui apakah kombinasi
keduanyan lebih baik dibandingkan dengan pemberian zink tunggal untuk mengurangi
keparahan diare akut.
Selain penggunaan suplemen zink, dalam dekade terakhir telah banyak studi
mengenai penanganan diare akut, salah satunya adalah penggunaan asam folat.14,15 Hasil studi
pendahuluan di Afrika Selatan menunjukkan bahwa asam folat oral secara signifikan
mengurangi durasi diare akut pada anak.14
Sejak tahun 1980-an, beberapa peneliti juga telah mulai mempertanyakan apakah
defisiensi mikronutrien tertentu dapat berhubungan dengan penyakit diare.5 Pada saluran
pencernaan, defisiensi vitamin A dapat sebagai faktor risiko maupun akibat diare.6
Telah banyak studi mengenai manfaat pemberian vitamin A pada diare akut dalam
beberapa dekade terakhir, namun masih kontroversial.6 Penelitian di Indonesia mengenai
manfaat vitamin A terhadap prevalensi diare dan terhadap insiden dan durasi diare pernah
dilakukan di Aceh (1991)9 dan Jawa Barat (1996)10, dan mendapat jasil bahwa tidak ada
manfaat suplementasi vitamin A terhadap prevalensi, insiden, maupun durasi diare. Nmaun
belum pernah ada penelitian di Indonesia mengenai manfaat vitamin A terhadap keparahan
diare.
1.2 Perumusan Masalah