b. matun ptk ipa

49
UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BUKIT RATA KOTA LANGSA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Penelitian Tindakan Kelas Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kenaikan Pangkat/golongan melalui angka kredit OLEH HALIMATUSSAKDIAH, S. Pd NIP. 196407271986102001

Upload: sri-indani

Post on 02-Aug-2015

79 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: B. Matun PTK IPA

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI

PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA SISWA

KELAS V SD NEGERI BUKIT RATA KOTA LANGSA

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Penelitian Tindakan KelasDiajukan untuk memenuhi salah satu syarat kenaikan

Pangkat/golongan melalui angka kredit

OLEH

HALIMATUSSAKDIAH, S. PdNIP. 196407271986102001

DINAS PENDIDIKAN KOTA LANGSA

SD NEGERI BUKIT RATA

2011

Page 2: B. Matun PTK IPA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks

Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Belajar

dapat menimbulkan perubahan sikap dan tingkah laku serta kecakapan pada

diri individu yang belajar yang dapat dimanfaatkannya di masa yang akan

datang. Pengertian belajar menurut Hilgard dan Bower dalam Purwanto

(1990: 84) bahwa:

Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).

Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.

Proses belajar terjadi karena siswa memperoleh sesuatu yang ada di

lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan

alam, benda-benda, hewan, tumbuhan dan manusia atau hal-hal yang

dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut tampak

sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar. Dari segi guru, Kompetensi

Dasar, indikator dan tujuan pembelajaran merupakan pedoman tindak

mengajar. Tujuan pembelajaran dijabarkan dari kurikulum yang berlaku

secara legal di sekolah. Tujuan kurikulum sekolah tersebut dijabarkan dari

tujuan pendidikan nasional yang terumus di dalam Undang-Undang

Page 3: B. Matun PTK IPA

pendidikan yang berlaku. Acuan pada kurikulum yang berlaku tersebut,

berarti juga mengaitkan pada bahan belajar yang harus diajarkan oleh guru.

Secara ideal pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan untuk melatih

siswa memiliki sikap ilmiah. Hal itu dapat dilakukan jika siswa mengalami

langsung untuk memahami tentang dirinya sendiri dan alam lingkungannya.

Jika anak terbiasa sejak dini memiliki jiwa peneliti tentang alam sekitarnya,

maka ia dapat menemukan sendiri prinsip-prinsip, teori-teori, konsep dan

fakta-fakta. Hal itu semua dapat terwujud jika guru menerapkan Pendekatan

Keterampilan Proses (PKP). Pelaksanaan PKP belum dapat dilaksanakan

secara baik. Karena dalam penerapannya banyak membutuhkan alat peraga

untuk melakukan percobaan dalam proses penemuan tersebut.

Selain sarana dan prasarana yang belum memadai komitmen guru

sangat diperlukan dalam pelaksanaan PKP. Dengan PKP ini siswa akan

memperoleh pengalaman langsung tentang alam sekitar sehingga aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dapat dikembangkan secara

holistik. Diharapkan hasil pembelajaran dapat bermakna pada kehidupan

anak baik dimasa sekarang atau setelah dewasa nanti. Pemahaman anak

yang diperolehmelalui penerapan PKP adalah ingatan jangka panjang atau

LTM ( Long Term Memory ) dan berfikir tingkat tinggi ( High thingking ).

Setelah diadakan penilaian autentic siswa diharapkan akan memperoleh

hasil yang optimal ditandai dengan sebagian besar anak sudah mencapai

KKM yang telah ditentukan.

Pada kenyataannya di sekolah guru masih menerapkan pembelajaran

konvensional, kebanyakan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan

Page 4: B. Matun PTK IPA

penugasan. Pembelajaran berpusat pada guru, siswa hanya sebagai obyek

pembelajaran. Guru hanya mentransfer informasi, pengetahuan kepada anak

didik. Pemahaman yang diperoleh anak hanya berupa ingatan, sehingga ia

mudah lupa karena pengetahuan yang diperolehnya bersifat ingatan jangka

pendek atau STM ( Short term memory). Karena pemilihan metode yang

monoton dalam pembelajaran menyebabkan siswa kurang bersemangat dan

hanya duduk, dengar dan catat saja. Anak kurang aktif baik secara

fisik,emosional maupun psikhisnya. Situasi kelas tenang karena anak

banyak mencatat saja, pikiran anak tidak tertantang untuk beraktifitas dan

kreatifitas siswa sangat rendah.

Setting kelas pada pembelajaran konvensional ini semua anak

berderet rapi menghadap ke depan, Interaksi hanya searah dari guru ke

siswa. Semua kegiatan didominasi oleh guru. Sumber belajar hanya dari

guru dan buku teks. Di kelaspun tidak tersedia sumber belajar lain yang

dapat digunakan sebagai referensi anak. Hanya buku teks merupakan satu-

satunya sumber belajar yang ada di kelas. Potensi anak tidak bisa

berkembang secara optimal. Padahal sebenarnya setiap siswa memiliki

potensi yang besar apabila potensi itu dikembangkan dengan diberi

kesempatan untuk mengembangkan potensi melalui aktifitas yang dirancang

oleh guru.

Penggunaan alat peraga, media pembelajaran dan KIT IPA belum

dimanfaatkan secara optimal. Sebenarnya sekolah memiliki hal tersebut

secara cukup. Kadang-kadang sekolah dalam hal ini Kepala Sekolah dan

guru enggan untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan KIT

Page 5: B. Matun PTK IPA

tersebut. Alasanya bermacam-macam antara lain: memakan waktu yang

lama, mengejar materi yang harus disampaikan belum selesai, atau bahkan

beralasan banyak memerlukan dana untuk biaya operasional. Di kelas belum

disediakan perangkat kelas yang dapat memotivasi siswa agar mereka dapat

mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Di kelas belum tersedia

Kontrak Belajar yang menjadi kesepakatan bersama sebagai tata tertib di

kelas.

Ketika diadakan evaluasi di akhir pembelajaran banyak siswa yang

belum bisa mencapai KKM. Padahal KKM yang ditetapkan hanya 65. Dari

siswa kelas V setelah diadakan ulangan harian hanya 60 % dari jumlah anak

yang telah mencapai KKM. Guru harus mengadakan Program Perbaikan

kepada 40 % siswa yang belum mencapai KKM. Jika hal ini terus berlanjut

maka peningkatan mutu pendidikan sulit untuk segera diwujudkan. Secara

nasional Departemen Pendidikan Nasional memberi rambu-rambu KKM

ideal adalah 75 %. Dengan demikian perlu adanya suatu penerapan

pendekatan proses belajar yang baik agar KKM yang telah ditentukan dapat

tercapai secara maksimal.

Berdasarkan latar belakang dan pendapat tersebut di atas, maka

penulis tertarik untuk membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

berjudul : “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPA melalui Pendekatan

Keterampilan Proses pada Siswa Kelas V SD Negeri Bukit Rata Kota

Langsa Tahun Pelajaran 2010/2011”.

Page 6: B. Matun PTK IPA

1.2 Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Apakah dengan Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dapat

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Bukit

Rata Kota Langsa Tahun Pelajaran 2010/2011?

2. Bagaimana Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses yang efektif

agar dapat Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri

Bukit Rata Kota Langsa Tahun Pelajaran 2010/2011?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah dengan Penerapan Pendekatan Keterampilan

Proses dapat Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD

Negeri Bukit Rata Kota Langsa Tahun Pelajaran 2010/2011.

2. Untuk mengetahui bagaimana Penerapan Pendekatan Keterampilan

Proses yang efektif agar dapat Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa

Kelas V SD Negeri Bukit Rata Kota Langsa Tahun Pelajaran 2010/2011.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat bagi siswa

a. Dengan penerapan keterampilan proses siswa menjadi lebih

aktif dalam belajar.

Page 7: B. Matun PTK IPA

b. Dengan langkah-langkah penerapan keterampilan proses

siswa terangsang untuk bersikap ilmiah dalam kehidupan sehari-hari.

c. Meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan senang pada

pembelajaran, khususnya pembelajaran IPA.

2. Manfaaat bagi guru

a. Guru dapat mengembangkan alat peraga PKP yang murah, mudah

didapat, lebih menarik dan bervariasi sehingga dapat melibatkan

siswa secara aktif dan kreatif dalam pembelajaran IPA.

b. Guru dapat membuat skenario pembelajaran yang menantang siswa

untuk berfikir tingkat tinggi sehingga pengetahuan siswa masuk

dalam ingatannya dalam jangka waktu yang panjang (Long Term

Memory).

3. Manfaat bagi sekolah

a. SD Negeri Bukit Rata dapat lebih meningkatkan hasil belajar

khususnya mata pelajaran IPA.

b. Hasil penelitian ini dapat diujicobakan pada mata pelajaran lain dan

kelas yang berbeda.

c. Hasil penelitian ini dapat dilaksanakan dan menjadi bahan penelitian

selanjutnya.

Page 8: B. Matun PTK IPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang

pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan

pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa,

baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau

keluarganya sendiri. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti

belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan

oleh para pendidik khususnya para guru. Untuk lebih jelasnya mengenai

pengertian belajar, berikut ini dikutip beberapa definisi yang dikemukakan

oleh para ahli.

Pengertian belajar menurut Slameto (2003:2) bahwa belajar sebagai

“Suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Salah satu

pertanda seorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkat laku

dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan

yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (Psikomotor)

maupun menyangkut nilai dan sikap (afektif). Sejalan dengan pendapat

tersebut Hintzman dalam Syah (1995:89) yaitu: “Belajar adalah suatu

perubahan yang terjadi dalam diri organisme disebabkan oleh pengalaman

yang mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut”. Apabila dalam

Page 9: B. Matun PTK IPA

proses belajar belum terdapat perubahan tingkah laku pada siswa, maka

belum dapat dikatakan padanya telah berlangsung proses belajar.

Demikian juga halnya dengan pendapat Hilgard dan Bower dalam

Purwanto (1990:84) bahwa:

Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah proses perubahan pada diri manusia baik berupa perubahan

pengetahuan maupun perubahan tingkah laku dari tidak baik menjadi baik,

dari sesuatu yang dikenalnya untuk kemudian dikuasai atau dimiliki dan

dipergunakan dimasa yang akan datang.

2.1.2 Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil dari proses belajar itu sendiri.

Menurut Nawawi (1992:100) bahwa: “Prestasi belajar diartikan sebagai

tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah

dan dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai

sejumlah materi tertentu”.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa prestasi

belajar seorang siswa merupakan tingkat kemampuan dalam mempelajari

suatu materi pembelajaran dan hasilnya dinyatakan dalam bentuk angka

yang merupakan derajat keberhasilan yang dicapai seseorang dalam belajar.

Page 10: B. Matun PTK IPA

Dalam memperoleh prestasi belajar yang baik kerajinan dan

ketekunan sangat berpengaruh sekali, demikian juga halnya dengan tehnik

dan metode belajar yang dipergunakan para siswa tersebut serta motivasi

atau minat belajar untuk mendapatkan hasil belajar yang memuaskan.

Selanjutnya Natawijaya (1995:94) mengatakan: “Sukses dari belajar

tidak tergantung dari kepandaian dan ketekunan saja, sukses itu tergantung

juga dari cara belajar efektif”. Berarti pendapat tersebut menekankan bahwa

kepandaian bukanlah satu-satunya yang menentukan keberhasilan dalam

belajar, sebab ketekunan dengan cara yang tidak tepat sama artinya berusaha

belajar tanpa tujuan. Ketekunan belajar disertai dengan cara dan metode

yang tepat sesuai dengan jenis pelajaran yang akan dipelajari cenderung

akan membawa hasil yang memuaskan.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa

Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, guru dan orangtua

selalu mengharapkan agar siswanya memperoleh hasil yang sebaik-baiknya

sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijabarkan dalam tujuan

instruksional. Namun kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil

belajar (prestasi belajar) sebagaimana yang diharapkan.

Kegiatan belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling

berhubungan satu sama lainnya. Apabila salah satu faktor tersebut

mengalami gangguan, proses belajar akan mengalami gangguan pula. Hal

ini disebabkan karena siswa mengalami kesulitan dalam belajar yang bisa

saja disebabkan oleh faktor intern maupun faktor ekstern. Faktor-faktor

Page 11: B. Matun PTK IPA

yang mempengaruhi prestasi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat

digolongkan menjadi dua golongan saja yaitu faktor intern dan faktor

ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang

sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar

individu.

1. Faktor Intern

Faktor ini terdiri atas dua aspek, yaitu :

a. Kondisi Fisiologis

Kondisi fisiologis pada umumnya dapat mempengaruhi prestasi

belajar seseorang. Misalnya: anak-anak yang kekurangan gizi kemampuan

belajarnya di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, hal ini

dikarenakan mereka lebih cepat lelah, mata mengantuk, tidak mudah

menerima pelajaran dan sebagainya.Beberapa bagian segi fisiologi:

- Kondisi fisik

Kondisi fisik umumnya berpengaruh terhadap prestasi belajar. Anak

yang sehat dan segar jasmaninya akan dapat belajar dengan baik,

bersemangat tanpa jenuh. Dengan demikian anak tersebut bisa mencapai

prestasi yang baik pula. Sebaliknya bagi anak yang belajar dalam kondisi

yang kurang menguntungkan, seperti keadaan lelah, kurang gizi dan sering

sakit cenderung akan mengakibatkan kurang baik pula terhadap prestasi

belajarnya.

- Kondisi panca indera

Di samping kondisi fisik yang telah dikemukakan di atas, hal yang tidak

kalah pentingnya adalah kondisi panca indera terutama penglihatan dan

Page 12: B. Matun PTK IPA

pendengaran, karena sebagian informai diterima manusia dengan

menggunakan indera penglihatan dan pendengaran. Normalnya kondisi

panca indera merupakan syarat utama dan mutlak untuk memperoleh ilmu

pengetahuan secara jelas dan tepat. Hal tersebut di atas sesuai dengan

pendapat yang dikemukakan oleh Suryabrata (1995:256) bahwa : “Baiknya

berfungsi panca indera adalah syarat utama untuk dapat berlangsungnya

belajar dengan baik”.

b. Kondisi Psikologis

Kondisi psikologi merupakan salah satu kondisi yang turut

mempengaruhi prestasi belajar anak.

Yang termasuk ke dalam kondisi psikologi antara lain adalah:

1. Minat

Kreativitas yang dilakukan akan membawa hasil yang memuaskan,

lebih cepat dan lebih sempurna apabila kegiatan dilakukan dengan peuh

minat. Sebaliknya seseorang yang didorong untuk melakukan sesuatu

perubahan bila minat dan perhatiannya tidak tertuju ke arah tersebut, maka

sulit baginya mempengaruhi hasil seperti yang diharapkan.

2. Kecerdasan

Seseorang dapat dikatakan cerdas atau memiliki intelegensi yang

tinggi apabila ia dapat dengan mudah dan berhasil menyelesaikan tugas

dengan cepat dan baik. Kecerdasan dan intelegensi adalah potensi yang

dibawa sejak lahir, atau dapat dikatakan intelegensi merupakan kemampuan

dasar yang dimiliki seseorang dalam belajar. Faktor kecerdasan sangat

penting dalam kegiatan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryabrata

Page 13: B. Matun PTK IPA

(1995:11) yaitu “Kecerdasan besar perannya dalam berhasil tidaknya

seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan.

Orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar dari para

orang yang kurang cerdas”. Sebaliknya bagi anak yang kurang cerdas atau

bodoh sering mengalami kesulitan dalam belajar. Dalam menanggapi

pelajaran yang diberikan guru ia harus memperhatikan penjelasan dengan

berulang-ulang atau harus secara mendetil baru bisa mengerti.

3. Kecakapan (Vocational)

Kecakapan adalah kemampuan seseorang untuk memahami dengan

cepat sekaligus dapat bereaksi melalui tingkah laku dengan cepat dan benar.

Semakin tinggi tingkat kecakapan seseorang, semakin tinggi pula

keberhasilannya dalam belajar.

4. Bakat

Bakat merupakan kemampuan bawaan seseorang sebagai potensi

yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat menghasilkan

prestasi dalam kegiatan tertentu. Berbakat pada umumnya ialah suatu

kemampuan yang bersifat pembawaan (sejak lahir) dan dapat dikembangkan

karena latihan, dengan ini manusia dapat berprestasi dalam bidang kegiatan

tertentu, yang jauh menonjol di atas tingkatan rata-rata. Dengan demikian

jelaslah bahwa bakat menentukan prestasi seseorang. Anak yang berbakat

secara mental mencirikan memiliki kemampuan yaitu mereka mampu

mengerjakan tugas-tugas mental yang memiliki kadar kesukaran yang

tinggi. Sebagai contoh : seorang anak yang mempunyai bakat dibidang

teknologi kemungkinan anak kesulitan bila kepadanya diberikan kegiatan

Page 14: B. Matun PTK IPA

bidang sosial. Atau sebaliknya anak didik (siswa) yang berbakat dibidang

sosial cenderung tidak menyukai bidang eksakta teknologi dan sebagainya.

Dalam hal ini guru yang paling banyak dan paling mampu mengenal anak

didiknya mana yang berbakat dan mana yang tidak berbakat.

5. Motivasi Belajar

Dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai sumber

penggerak dalam diri siswa sehingga menimbulkan gairah didalam aktivitas

belajarnya, serta menentukan arah pencapaian hasil belajar yang akan

diperoleh. Nasution (2004:76) mengemukakan bahwa : “Motivasi adalah

usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga seseorang anak

ingin melakukannya. Anak yang mempunyai intelegensi tinggi mungkin

gagal dalam pelajarannya jika kekurangan motivasi”. Motivasi belajar

merupakan keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar. Motivasi ini menjamin kelangsungan

kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi tujuan

pembelajaran. Motivasi menunjukkan kepada motif yang sudah

diaktualisasikan.

6. Cara Belajar Siswa

Hasil belajar siswa yang dicapai sangat tergantung pada cara belajar

yang digunakan. Cara belajar yang tepat dan baik akan memberikan

hasil yang memuaskan

namun dalam situasi belajar tertentu akan memerlukan suatu cara belajar

tertentu pula. Dengan demikian jelas bahwa cara belajar akan

mempengaruhi prestasi belajar yang dicapai oleh seseorang.

Page 15: B. Matun PTK IPA

7. Pengetahuan Dasar

Pengetahuan dasar merupakan pengetahuan yang dimiliki dari suatu

jenjang pendidikan, dimana pengetahuan tersebut merupakan bekal bagi

dirinya untuk dikembangkan atau sebagai landasan untuk berpijak dalam

melanjtukan studinya pada jenjang berikutnya.

Pengetahuan dasar yang dimiliki seseorang sangat mempengaruhi

keberhasilan seseorang dalam prestasi akademik. Kurangnya pengetahuan

dasar tentang suatu mata pelajaran kemungkinan akan mengalami

bermacam-macam rintangan, tetapi apabila pengetahuan dasar itu

dilanjutkan dengan jenjang pengetahuan yang sesuai dengan pengetahuan

dasar tersebut, maka untuk meraih keberhasilan terhadap prestasi belajar

akan lebih mudah.

2. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang berasal atau datang dari luar

lingkungan siswa. Faktor ini yang disebut juga faktor lingkungan, dapat

mempengaruhi belajar dan hasil belajar siswa yang termasuk kedalam

faktor ekstern antara lain:

a. Lingkungan Alam

Lingkungan alam juga dapat mempengaruhi proses belajar dan

hasil belajar seseorang. Seseorang yang belajar dalam suhu udara yang

segar akan lebih baik hasilnya dari pada dalam suasana panas dan pengap.

Oleh karena itu perlu disediakan khusus untuk belajar ruangan yang

dilengkapi dengan jendela atau lubang fentilasi sehingga dapat terjadi

sirkulasi udara dalam ruangan belajar. Begitu pula dengan alat penerangan

Page 16: B. Matun PTK IPA

dalam belajar, biasanya belajar pada malam hari tentu memakai lampu yang

kadang-kadang tidak begitu terang, sehingga dapat mengganggu kesehatan

mata, lebih-lebih kalau belajar sampai larut malam. Untuk mengatasi hal ini

belajar pada pagi hari atau sore lebih baik, karena pada umumnya cahaya

alam lebih terang sehingga seseorang dapat belajar dengan sebaik-baiknya.

b. Lingkungan Sosial

Masalah lingkungan sosial ini sangat besar pengaruhnya bagi anak

untuk belajar. Lingkungan sosial antara lain adalah sebagai berikut:

1. Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga adalah tempat pertama anak mengenal dan

mengecap pendidikan dari orang tua. Keluarga termasuk salah satu dari 3

(tiga) lingkungan pendidikan (Tri Pusat Pendidikan), dimana sistem dan

kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan keluarga akan sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan belajar anak.

Cara orang tua mendidik anak dalam satu keluarga sangat

menentukan hasil belajar anak di sekolah. Orang tua yang selalu

memanjakan anaknya menyebabkan anaknya menjadi siswa yang kurang

bertanggung jawab dan selalu takut menghadapi tantangan. Di samping itu

juga bagi orang tua yang terlalu keras mendidik anaknya, juga akan

membuat anak menjadi penakut, sehingga dalam mengerjakan sesuatu

jiwanya tidak pernah merasa aman. Demikian pula dalam belajar, dia selalu

tidak dapat memusatkan perhatiannya terhadap pelajaran.

Dorongan orang tua terhadap anak dalam belajar dan keadaan

ekonomi juga mempengaruhi prestasi belajar anak. Kasih sayang dari orang

Page 17: B. Matun PTK IPA

tua dan keharmonisan dalam keluarga merupakan salah satu syarat bagi

anak untuk dapat belajar dengan baik.

2. Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan lingkungan yang sangat besar pengaruhnya

terhadap proses hasil belajar seseorang karena sekolah merupakan tempat

berlangsungnya proses belajar

mengajar secara formal. Lingkungan ini diperoleh dari beberapa hal antara

lain:

a. Interaksi guru dengan murid

Proses belajar mengajar pada dasarnya adalah interaksi antara guru

dengan murid dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Guru yang

kurang mampu mengadakan interaksi dengan murid-muridnya akan dapat

menimbulkan suasana belajar yang kaku, kurang hidup dan tidak

bersemangat, sehingga murid kurang berpartisipasi secara aktif dalam

proses belajar mengajar.

b. Faktor kurikulum

Dalam proses belajar mengajar kedudukan kurikulum sangat

penting, karena kurikulum digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan belajar mengajar di SMA. Bagi guru kurikulum berfungsi sebagai

pedoman kerja dan pedoman untuk mengadakan evaluasi. Sejalan dengan

hal tersebut Soemanto (2003:18) menyatakan bahwa fungsi kurikulum

adalah sebagai berikut:

1. Sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir

pengalaman belajar pada anak didik.

Page 18: B. Matun PTK IPA

2. Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan

anak dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.

Dengan demikian jelaslah bahwa kedudukan kurikulum sangat

penting dalam proses pembelajaran, oleh karena itu guru harus memahami

isi kurikulum dan dapat menggunakannya dengan benar.

c. Materi pelajaran

Setiap mata pelajaran mempunyai materi yang berbeda, dengan

tingkat kesukaran yang berbeda pula. Tingkat kesukaran suatu materi yang

dipelajari besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Semakin banyak unsur

yang terlibat dalam satu masalah, makin kompleks problemanya dan makin

tinggi pula tingkat kesukarannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution

(2004:202) yang menyatakan : “Makin banyak unsur yang terlibat dalam

suatu masalah, makin kompleks problem itu makin tinggi kesukarannya.

Semakin mudah materi pelajaran semakin mudah pula memperoleh hasil

yang baik”. Untuk materi pelajaran yang mempunyai tingkat kesukaran

tinggi, maka dalam mengerjakannya memerlukan suatu langkah yang dapat

sesuai dengan materi yang diajarkan. Pelaksanaan langkah-langkah yang

tepat akan mempermudah siswa untuk mempelajari dan memahami materi

pelajaran tersebut.

d. Cara penyajian pelajaran

Dalam penyajian, guru tidak hanya menggunakan suatu metode

mengajar, tetapi perlu diselingi dengan metode lain seperti diskusi, ceramah,

tanya jawab dan metode lain yang sesuai dengan materi pelajaran. Hal ini

Page 19: B. Matun PTK IPA

dilakukan agar siswa tidak merasa bosan dan mengantuk sehingga proses

belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.

e. Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi pola pikir seseorang. Kehidupan dalam masyarakat tidak

lepas dari adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat tertentu. Adat

istiadat pada dasarnya sangat membantu dalam proses belajar, namun karena

ada sebagian masyarakat yang beranggapan negatif terhadap pendidikan

formal khususnya dapat menghambat prestasi belajar siswa. Perkembangan

ilmu pengetahuan dalam bidang elektronika antara lain radio, televisi, tape

recorder, pada dasarnya dapat membantu siswa dalam belajar.

2.1.4 Karakteristik Pembelajaran IPA

Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan

menggunakan prinsip – prinsip diantaranya yaitu:

1. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu:

(a) Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

(b) Belajar untuk memahami dan menghayati,

(c) Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,

(d) Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan

(e) Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenagkan.

2. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi

dan multi media, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan

Page 20: B. Matun PTK IPA

memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dengan prinsip

alam takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan

berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan

alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan).

3. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial

dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan

dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi

kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat

diidentifikasikan Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak

berdampak buruk terhadap lingkungan. Pembelajaran IPA SD/MI

menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui

penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Standar kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI

merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh

peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap

satuan pendidikan.

Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik

untuk membangun kemampuan , bekerja ilmiah,dan pengetahuan sendiri

yang difasilitasi oleh guru mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar

peserta didik memiliki kemampuan :

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan,keindahan dan keteraturan alam ciptaannya.

Page 21: B. Matun PTK IPA

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep- konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturanya sebagai salan satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan , konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs (KTSP, 2006).

IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam berarti ”Ilmu” tentang

”Pengetahuan Alam” artinya pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang

dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif.

Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat sedang

obyektif artinya sesuai dengan obyeknya, sesuai dengan kenyataannya, atau

sesuai dengan pengalaman pengamatan panca indranya. IPA diperoleh

melalui penelitian dengan menggunakan langkah- langkah tertentu yang

disebut Metode Ilmiah. Anak usia SD tidak diajarkan membuat suatu

penelitian secara lengkap, tetapi dapat mulai diperkenalkan secara bertahap,

misalnya melakukan pengamatan yang cermat, kemudian melaporkan hasil

pengamatannya itu kepada rekan-rekan sekelasnya.

Page 22: B. Matun PTK IPA

Proses sangat penting dalam menunjang perkembangan anak didik secara

utuh karena dapat melibatkan aspek psikologis anak meliputi kognitif,

afektif dan psikomotoris dalam proses dapat dikembangkan sikap ilmiah.

Menurut Darmojo (1993:56) ada sembilan aspek sikap ilmiah pada anak

usia Sekolah Dasar (SD) yaitu:

1. Sikap ingin tahu(curiousity)2. Ssikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality)3. Sikap kerja sama( co operation)4. Sikap tidak putus asa (perseverence)5. Sikap tidak berprasangka (open mindedness)6. Sikap mawas diri (self criticism)7. Sikap bertanggung jawab (responsibility)8. Sikap berfikir bebas (independence in thinking)9. Sikap kedisiplinan diri (self discipline)

IPA dapat dipandang sebagai produk, sebagai proses dan sebagai

pengembang sikap ilmiah. Jadi proses IPA adalah metode ilmiah, untuk

anak SD dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan. Adapun

tahapannya meliputi tahap : (1) Observasi, (2) Klasifikasi, (3) Interpetasi,

(4) Prediksi, (5) Hipotesis, (6) Mengendalikan variabel, (7) Merencanakan

dan melaksanakan penelitian, (8) Inferensi, (9) Aplikasi, (10) Komunikasi.

2.1.5 Pendekatan Keterampilan Proses (PKP)

Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) dapat diartikan sebagai

wawasan atau anutan pengembangan keterampilan–keterampilan intelektual,

sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar

yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Pendekatan keterampilan proses

pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan

untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikaskan

Page 23: B. Matun PTK IPA

hasilnya. Menurut Mukminan (2003:2) menyatakan bahwa pendekatan yang

sekarang dikenal dengan keterampilan proses dan cara belajar siswa aktif

(CBSA) masih belum banyak terwujud, serta pembelajaran kurang

memperhatikan ketuntasan belajar secara individual.

Pendekatan keterampilan proses dimaksudkan untuk

mengembangkan kemampuan–kemampuan yang dimiliki oleh individu

siswa. Dimyati dan Mudjiono (2002:138) memuat ulasan pendekatan

keterampilan proses yang diambil dari pendapat Funk (1985) sebagai

berikut:

(1) Pendekatan keterampilan proses dapat mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan siswa. Siswa terdorong untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena lebih memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan;

(2) Pembelajaran melalui keterampilan proses akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya ceritakan, dan atau mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan;

(3) Keterampilan proses dapat digunakan oleh siswa untuk belajar proses dan sekaligus produk ilmu pengetahuan. Pendekatan Keterampilan Proses sains memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuwan.

Dari uraian di atas dapat diutarakan bahwa dengan penerapan

pendekatan keterampilan proses menuntut adanya keterlibatan fisik dan

mental-intelektual siswa. Hal ini dapat digunakan untuk melatih dan

mengembangkan keterampilan intelektual atau kemampuan berfikir siswa.

Selain itu juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa

untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu

atau pengetahuan. Selanjutnya dapat digunakan untuk menyelesaikan

masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari secara obyektif dan rasional.

Page 24: B. Matun PTK IPA

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses

sains merupakan kegiatan intelektual yang biasa dilakukan oleh para

ilmuwan dalam menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk-produk

sains. Keterampilan proses dalam pengajaran sains merupakan suatu model

atau alternatif pembelajaran sains yang dapat melibatkan siswa dalam

tingkah laku dan proses mental, seperti ilmuwan. Funk (1985) dalam

Dimyati dan Mudjiono, (2002:140) mengutarakan bahwa berbagai

keterampilan proses dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu : keterampilan

proses dasar (basic skill) dan keterampilan terintegrasi (integarted skill).

Keterampilan proses dasar meliputi kegiatan yang berhubungan dengan

observasi, klasifikasi, pengukuran, komunikasi, prediksi, inferensi. Bila kita

kaji lebih lanjut yaitu sebagai berikut :

1. Observasi

Melalui kegiatan mengamati, siswa belajar tentang dunia sekitar

yang fantastis. Manusia mengamati objek-objek dan fenomena alam dengan

melibatkan indera penglihat, pembau, pengecap, peraba, pendengar.

Informasi yang diperoleh itu, dapat menuntut interpretasi siswa tentang

lingkungan dan menelitinya lebih lanjut. Kemampuan mengamati

merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu

serta hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan proses yang lain.

Mengamati merupakan tanggapan terhadap berbagai objek dan peristiwa

alam dengan pancaindra. Dengan obsevasi, siswa mengumpulkan data

tentang tanggapan-tanggapan terhadap objek yang diamati.

Page 25: B. Matun PTK IPA

2. Klasifikasi

Sejumlah besar objek, peristiwa, dan segala yang ada dalam

kehidupan di sekitar, lebih mudah dipelajari apabila dilakukan dengan cara

menentukan berbagai jenis golongan. Menggolongkan dan mengamati

persamaan, perbedaan dan hubungan serta pengelompokan objek

berdasarkan kesesuaian dengan berbagai tujuan. Keterampilan

mengidentifikasi persamaan dan perbedaan berbagai objek peristiwa

berdasarkan sifat-sifat khususnya sehingga didapatkan golongan atau

kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud.

3. Komunikasi

Manusia mulai belajar pada awal-awal kehidupan bahwa komunikasi

merupakan dasar untuk memecahkan masalah. Keterampilan menyapaikan

sesuatu secara lisan maupun tulisan termasuk komunikasi.

Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai penyampaikan dan

memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk

suara, visual, atau suara dan visual (Dimyati dan Mudjiono, 2002:143).

Contoh membaca peta, tabel, garfik, bagan, lambang-lambang, diagram,

demontrasi visual.

3. Pengukuran

Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur

dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.

Keterampilan dalam menggunakan alat dalam memperoleh data dapat

disebut pengukuran.

Page 26: B. Matun PTK IPA

4. Prediksi

Predeksi merupakan keterampilan meramal yang akan terjadi,

berdasarkan gejala yang ada. Keteraturan dalam lingkungan kita

mengizinkan kita untuk mengenal pola dan untuk memprediksi terhadap

pola-pola apa yang mungkin dapat diamati. Dimyati dan Mudjiono

(2002:144) menyatakan bahwa memprediksi dapat diartikan sebagai

mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi

pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau

kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip

dalam pengetahuan.

6. Inferensi

Melakukan inferensi adalah menyimpulkan. Ini dapat diartikan

sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau

peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui.

Keterampilan terintegrasi merupakan perpaduan dua kemampuan

keterampilan proses dasar atau lebih. Keterampilan terintegrasi terdiri atas:

mengidentifikasi variabel, tabulasi, grafik, diskripsi hubungan variabel,

perolehan dan proses data, analisis penyelidikan, hipotesis ekperimen.

a. Identifikasi variabel : Keterampilan mengenal ciri khas dari faktor yang

ikut menentukan perubahan

b. Tabulasi : Keterampilan penyajian data dalam bentuk tabel, untuk

mempermudah pembacaan hubungan antar komponen (penyusunan data

menurut lajur-lajur yang tersedia)

Page 27: B. Matun PTK IPA

c. Grafik : Keterampilan penyajian dengan garis tentang turun naiknya

sesuatu keadaan.

d. Diskripsi hubungan variabel : Keterampilan membuat

sinopsis/pernyataan hubungan faktor-faktor yang menentukan

perubahan.

e. Perolehan dan proses data : Keterampilan melakukan langkah secara

urut untuk meperoleh data.

f. Analisis penyelidikan : Keterampilan menguraikan pokok persoalan atas

bagian-bagian dan terpecahkannya permasalahan berdasarkan metode

yang konsisten untuk mencapai pengertian tentang prinsip-prinsip dasar.

g. Hipotesis : Keterampilan merumuskan dugaan sementara.

h. Ekperimen : Keterampilan melakukan percobaan untuk membuktikan

suatu teori/penjelasan berdasarkan pengamatan dan penalaran.

Keterampian proses tersebut merupakan keterampilan proses yang

harus diaplikasikan pada pendidikan di sekolah oleh guru. Pembelajaran

sains menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh

pengetahuan dan mengembangkan sikap ilmiah. Hal ini bisa tercapai apabila

dalam pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses baik

keterampilan proses dasar maupun keterampilan proses terintegrasi

(terpadu) seperti terungkap di atas.

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan Pendekatan

Keterampilan Proses ( PKP ) yang dilaksanakan di SD/MI adalah sebagai

berikut :

a. Observasi dengan mengalami suatu peristiwa sendiri.

Page 28: B. Matun PTK IPA

b. Prediksi dengan menyampaikan Opini tentang peristiwa yang dialami.

c. Hipotesis : merumuskan dugaan sementara.

d. Melakukan Percobaan/Eksprimen tentang pernafasan menggunakan

Model Pernafasan Manusia.

e. Perolehan dan proses data ; melakukan langkah demi langkah

percobaan untuk memperoleh data.

f. Komunikasi : melaporkan hasil diskusi kelompok atau menyampaikan

perolehan berupa fakta, prinsip-prinsip.

Jika Pendekatan Keterampilan Proses diterapkan ada beberapa

keuntungan yang diperolehnya , antara lain sebagai berikut :

1. Siswa akan memperoleh pengertian yang tepat tentang hakekat

pengetahuan.

2. Siswa memperoleh kesempatan bekerja dengan ilmu pengetahuan dan

merasa senang.

3. Siswa memperoleh kesempatan belajar proses memperoleh dan

memproduk ilmu pengetahuan.

2.2 Deskripsi Kondisi Sekolah

SD Negeri Bukit Rata merupakan salah satu dari beberapa sekolah

yang ada di kawasan Kota Langsa. SD Negeri Bukit Rata terletak di Desa

Bukit Rata di Jalan AFD. V PTP I Kota Langsa. Jarak sekolah dengan

kantor Camat lebih kurang sekitar 2 Km. Sekolah ini berdiri pada tahun

1956. Jumlah guru pada saat ini yaitu 17 orang dengan jumlah siswa

Page 29: B. Matun PTK IPA

sebanyak 95 orang. Sekolah ini memiliki sarana dan prasarana sekolah yang

cukup baik/memadai.

2.3 Hipotesis dan Tindakan

Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap suatu masalah yang

hendak diteliti yang kebenarannya perlu dibuktikan melalui hasil penelitian.

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan maka dalam penelitian

tindakan kelas ini dapat dikemukakan bahwa hipotesis adalah melalui

pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

kelas V SD Negeri Bukit Rata Kota Langsa Tahun Pelajaran 2010/2011.

Page 30: B. Matun PTK IPA

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Bukit Rata yang terletak di

Desa Bukit Rata di Jalan AFD. V PTP I Kota Langsa

3.2 Waktu dan Lama Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 10 Februari 2011. Adapun

lama penelitian yaitu lebih kurang satu bulan, sampai tanggal 12 Maret

2011.

3.3 Subyek Penelitian

Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas

V di SD Negeri Bukit Rata Kota Langsa yang berjumlah 19 orang.

3.4 Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang tidak dapat

dipengaruhi oleh suatu hal atau variabel lain, tetapi variabel bebas dapat

menjadi sebab yang berpengaruh terhadap variabel lain yaitu variabel

terikat.

1. Variabel bebas

Varabel bebas dalam penelitian adalah Penggunaan Pendekatan

Keterampilan Proses.

Page 31: B. Matun PTK IPA

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Peningkatan prestasi

belajar IPA yang diperoleh siswa setelah siswa mengikuti pembelajaran

dengan menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yaitu berupa :

a. Tes akhir pembelajaran.

b. Observasi proses pembelajaran.

c. Interview setelah proses pembelajaran.

d. Lembar pengamatan terhadap siswa pada masing-masing siklus.

3.6 Teknik Pembahasan

Untuk mengetahui keberhasilan seperti dalam rencana tindakan

maka dapat dilihat dari kinerja. Indikator keberhasilan tindakan dapat dilihat

pada indikator kemampuan siswa dalam menerapkan konsep belajar yang

diberikan guru. Indikator keberhasilan yang digunakan didapatkan dari

standar dan kualitas mutu sekolah di SD Negeri 1 Bukit Rata yaitu sebesar

65 %. Indikator keberhasilan tersebut dilihat dari kemampuan siswa untuk

dapat menerapkan konsep belajar dengan Pendekatan Keterampilan Proses

dalam mata pelajaran IPA, yaitu 80% dari keseluruhan siswa dalam sempel

penelitian telah mencapai ketuntasan belajar ( KKM ), dengan nilai minimal

65.

Page 32: B. Matun PTK IPA

3.7 Rancangan Tindakan

Untuk memudahkan penulis di dalam melakukan penelitian, maka

dirancang dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu

perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penyusunan tiap tahapan

pada tiap siklus dirancang sesuai dengan yang akan dicapai. Dalam hal ini

peneliti memilih Pembahasan tentang Pernafasan Manusia.

Siklus I

Perencanaan :