ptk ipa terpadu

41
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di dalam interaksi belajar mengajar, guru memegang kendali utama untuk keberhasilan tercapainya tujuan pembelajaran. Guru harus memiliki ketrampilan mengajar, mengelolah tahapan pembelajaran, memanfaatkan metode pembelajaran, menggunakan media dan mengalokasikan waktu. Ketrampilan guru mengajar salah satunya memberikan variasi, yaitu usaha guru untuk menghilangkan kebosanan siswa dalam menerima pelajaran. Di dalam proses belajar mengajar diharapkan materi pelajaran yang akan disampaikan dapat di terima dan diharapkan dapat dipahami seluruh siswa dengan baik.Untuk itu diperlukan teknik penyampaian materi atau metode mengajar yang tepat dan efektif dalam penyampaiannya. Keberhasilan mengajar ditentukan oleh metode mengajar yang digunakan untuk menyampaikan suatu materi pelajaran.Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Berdasarkan pengamatan peneliti selama mengajar di SMP Negeri 1 Pantai Labu, khususnya pelajaran IPA, guru belum semaksimal mungkin menggunakan metode pembelajaran yang efektif dan 1

Upload: iqbaladriansyah

Post on 24-Jul-2015

1.871 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ptk Ipa Terpadu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Di dalam interaksi belajar mengajar, guru memegang kendali utama

untuk keberhasilan tercapainya tujuan pembelajaran. Guru harus memiliki

ketrampilan mengajar, mengelolah tahapan pembelajaran, memanfaatkan

metode pembelajaran, menggunakan media dan mengalokasikan waktu.

Ketrampilan guru mengajar salah satunya memberikan variasi, yaitu usaha

guru untuk menghilangkan kebosanan siswa dalam menerima pelajaran.

Di dalam proses belajar mengajar diharapkan materi pelajaran yang

akan disampaikan dapat di terima dan diharapkan dapat dipahami seluruh

siswa dengan baik.Untuk itu diperlukan teknik penyampaian materi atau

metode mengajar yang tepat dan efektif dalam penyampaiannya. Keberhasilan

mengajar ditentukan oleh metode mengajar yang digunakan untuk

menyampaikan suatu materi pelajaran.Metode mengajar guru yang kurang

baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.

Berdasarkan pengamatan peneliti selama mengajar di SMP Negeri 1

Pantai Labu, khususnya pelajaran IPA, guru belum semaksimal mungkin

menggunakan metode pembelajaran yang efektif dan efisien,mereka masih

menggunakan metode ceramah dan diskusi informasi sehingga siswa

kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran, siswa merasa bosan,

jenuh dan ini mengakibatkan hasil belajar siswa rendah.

Dari uraian di atas perlu dikembangkan metode pengajaran yang lebih

menyenangkan dan menekankan rasa tanggung jawab serta dapat melibatkan

seluru siswa sehingga siswa dapat memahami dan mengerti tentang pelajaran

tersebut, yaitu pengajaran kooperative dengan teknik Numbered Head

Together. Pengajaran kooperative adalah suatu sistem yang didalamnya

terdapat unsur-unsur yang terkait. Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam

pembelajaran cooperative adalah (Sagala, 2009).

1. Saling ketergantungan positif

2. Interaksi tatap muka

1

Page 2: Ptk Ipa Terpadu

3. Akuntabilitas individual

4. Ketrampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau sosial yang

secara sengaja diajarkan.

Beberapa keunggulan pengajaran komperatif adalah

1. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial

2. Mengembangkan kegembiraan belajar sejati

3. Memungkinkan para siswa belajar tentang sikap

4. Ketrampilan, informasi, prilaku sosial

5. Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara

hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekan.

Teknik Numbered Head Together dikembangkan oleh (Sagala, 2008)

dengan melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam

suatu pelajaran dan memeriksa pemahaman mereka tentang isi pelajaran

tersebut, sehingga diharapkan siswa lebih bertanggung jawab dan dapat

dipahami oleh seluruh anggota kelompoknya. Teknik ini dapat meningkatkan

kerja sama siswa pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif yang

bertujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik (Sagala, 2009).

Dari uraian di atas penulis ingin meneliti tentang hasil belajar siswa

dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together.

Dalam penerapan itu penulis mengharapkan pembelajaran lebih bermakna

bagi siswa, hal ini tentunya akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar

siswa. Oleh sebab itu penulis mengambil judul : “Upaya Meningkatkan

Hasil Belajar Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Numbered Heads Together Kelas

VIII-1 di SMP Negeri 1 Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang”

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah dalam

penelitian ini adalah :

Apakah dengan pembelajaran kooperatif Numbered heads together dapat

meningkatkan hasil belajar Pertumbuhan dan Perkembangan pada siswa

kelas VIII-1 di SMP Negeri 1 Pantai Labu

2

Page 3: Ptk Ipa Terpadu

1.3 Pembatasan masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu luas ruang lingkupnya dan lebih

terarah, maka penelitian ini di beri batasan masalah sebagai berikut :

1. Siswa yang akan menjadi penelitian adalah siswa kelas VIII-1 SMP

Negeri 1 Pantai Labu.

2. Materi yang akan di teliti adalah materi Pertumbuhan dan Perkembangan

pada makhluk hidup.

1.4 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulis dalam mengadakan

penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa setelah proses

pembelajaran Kelangsungan Hidup Organime pada Makhluk Hidup dengan

menggunakan teknik Numbered Heads Together.

1.5 Manfaat penelitian

Setelah penelitian ini dilaksanakan, hasilnya diharapkan dapat memberi

manfaat kepada :

1. Siswa : Dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam

pelajaran IPA.

2. Guru : Sebagai informasi tentang alternatif model pembelajaran kooperatif

dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Sekolah : sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu sekolah

3

Page 4: Ptk Ipa Terpadu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi belajar

Belajar adalah sesuatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamamnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya

Mukaromah (2008), Belajar merupakan perubahan tingkah laku secara

menyeluruh baik yang tampak kearah positif yaitu perubahan ke arah

kemajuan dan perbaikan.

Menurut Mukaromah (2008), Belajar dipahami sebagai tahapan

perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognitif. Menurut (Prahatamaputra,2008) Pada tingkatan permulaan belajar,

aktivitas belajar belum teratur, banyak hasil yang perlu dipisahkan dan masih

banyak kesalahan-kesalahan yang masih diperbuat, tetapi dengan adanya

usaha yang maksimun dan latihan yang terus menerus dengan kondisi belajar

yang baik dan adanya dorongan yang membantu maka kesalahan itu makin

lama berkurang, proses makin teratur, keraguan makin hilang dan akan timbul

ketetapan.

Menurut (Harlini, 2008) belajar adalah suatu aktivitas mental atau fisik

yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

ketrampilan. Nilai sikap perubahan ini bersikap secara relatip konstan dan

berkelas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut (Daryanto, 2010)

belajar sebagai proses atau aktivitas diisyaratkan banyak sekali oleh hal-hal

atau faktor-faktor yaitu : faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa dan

faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar.

Dalam belajar, siswa tidak hanya mendengar, tetapi juga aktif

melakukan sesuatu kegiatan di mana fisik, mental dan sosial ikut terlibat. Hal

ini dapat dikatakan bahwa belajar merupakan proses aktif mengerjakan

4

Page 5: Ptk Ipa Terpadu

sesuatu melalui kegiatan yan dilaukan, oleh karena itu guru perlu menciptakan

suasana belajar yang aktif, di mana dapat melibatkan siswa untuk

berpartisipasi secara aktif dalam belajar mengajar, yaitu dengan menambah

variasi model pembelajaran yang menarik atau menyenangkan, melibatkan

siswa, meningkatkan aktivitas dan meningkatkan hasil belajar serta tanggung

jawab siswa, sehingga peristiwa belajar akan dapat terlihat dengan terjadinya

interaksi dua arah antara pengajar dan peserta didik.

2.2 Jenis-Jenis Belajar

Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang

memiliki corak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik dari aspek

materi dan metodenya untuk ini menurut (Daryanto, 2010) mengatakan bahwa

jenis-jenis belajar terdiri dari :

a) Belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah

untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang

tidak nyata. Contohnya matematika, kimia, kosmografi, astronomi dan

agama seperti tauhid.

b) Belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang

berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot neuromusculer.

Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai ketrampilan jasmani

tertentu, contohnya berolah raga, seni musik, melukis, memperbaiki

benda-benda, menari dan sebagainya.

c) Belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan

masalah tersebut tujuan untuk menguasai pemahaman dan kecakapan

dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga,

masalah keluarga, masalah kelompok, dan masalah-masalah lain yang

berhubungan dengan masyarakat.

d) Belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara

sistimatis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh

kemampuan kecakapan kognotif untuk memecahkan masalah secara

rasional, lugas, dan tuntas.

5

Page 6: Ptk Ipa Terpadu

e) Belajar yang menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional

(sesuai dengan akal sehat). Tujuannya untuk memperoleh aneka ragam

kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep- konsep.

f) Belajar Kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru

atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan

selain menggunakan perintah, suri teladan, dan pengalaman khusus, juga

menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya untuk memperoleh

sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan

positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual).

g) Belajar mempertimbangkan (judgment) arti penting atau nilai suatu objek.

Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan

kecakapan rana rasa (affective skills) yaitu kemampuan menghargai secara

tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi

musik dan sebagainya.

h) Belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek

pengetahuan tertentu. Selain jenis-jenis belajar diatas, (Sagala, 2009) juga

membagi jenis-jenis belajar yang berbeda, berikut penulis uraikan dibawah

ini :

1. Belajar bagian (part learning, fractioned learning) umumnya belajar

bagian dilakukan oleh sesorang bila dihadapkan pada materi belajar

yang bersifat luas atau ekstensif.

2. Belajar dengan wawasan (learning by insight) konsep ini

diperkenalkan oleh W.Kohler, salah seorang tokoh psikologi Gestalt.

wawasan (insight) merupakan pokok utama dalam pembicaraan

psikolagi belajar dan proses berpikir. Dan wawasan berorientasi pada

data yang bersifat tingkah laku.

3. Belajar diskriminatif (discriminatif learning) ialah sebagai suatu usaha

untuk memilih beberapa sifat situasi/simulus dan menjadikannya

sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

4. Belajar global/keseluruhan (global whole learning) dimana bahan

pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajar

menguasainya

6

Page 7: Ptk Ipa Terpadu

5. Belajar insindetal (incindental learning) belajar disebut insindetal bila

tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu

mengenai materi belajar yang akan diujikan.

6. Belajar instrumental (instrumental learning) yaitu reaksi-reaksi

seseorang siswa yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang

mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah,

hukuman, berhasil atau gagal.

7. Belajar intersional (intersional learning) belajar dalam arah tujuan.

8. Belajar laten (latent learning) yaitu perubahan-perubahan tingkah laku

yang terlihat tidak terjadi secara segera.

9. Belajar mental (mental learning) yaitu perubahan tingkah laku yang

mungkin terjadi disini tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa

perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari.

10. Belajar produktif (produktive learning) menurut Joyce dan Weil

memberikan arti belajar produktif sebagai belajar dengan trasfer yang

maksimum. Belajar adalah mengatur kemungkinan untuk melakukan

trasnfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi yang lain.

11. Belajar verbal (verbal learning) yaitu belajar mengenai materi verbal

dengan melalui latihan dan ingatan.

Sebelum pembelajaran ini diterapkan maka seorang guru hendaknya

merencanakan terlebih dahulu tentang langkah-langkah yang harus

dilaksanakan dalam pembelajaran ini.

2.3 Model Pembelajaran

Untuk mengajarkan suatu materi pelajaran guru harus mampu

memilih strategi, pendekatan dan metode yang sesuai dengan karekteritis

materi pelajaran, agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. Bila guru

tidak dapat memilih strategi belajar yang sesuai dengan kareteristik materi

pelajaran, maka hasil belajar yang diharapkan tidak mungkin akan tercapai

secara optimal.

Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran.

Metode pembelajaran atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran

mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur.

7

Page 8: Ptk Ipa Terpadu

Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai

oleh strategi atau metode tertentu, yaitu : raisional teoritik yang logis yang

disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajjran yang akan di capai, tingkah laku

mengajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat di capai. (Uno,

2008)

2.4. Pembelajaran Kooperatif

Menurut (Hamalik, 2010) pembelajaran kooperatif adalah suatu

sistem pengajaran yang memberi kesempatan pada anak didik untuk salung

bekerja sama dengan sesama siswa.Pembelajaran kooperati dibentuk dengan

mengelompokan siswa berdasarkan berbagai macam perbedaan latar

belakang dan menuntut siswa bekerja sama, memungkinkan semua kelompok

dapat menguasai materi sehingga dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik

untuk keberhasilan kelompok.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran koperatif di bentuk dengan

mengelompokan siswa berdasarkan berbagai macam perbedaan latar

belakang dan menuntut siswa bekerja sama, memungkinkan semua anggota

kelompok dapat menguasi materi sehingga dapat menyelesaikan tugas-

tugasakademik untuk mencapai keberhasilan kelompok. Langkah-langkah

pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase

(1)

Tingkah Laku Guru

(2)

Fase- 1

Menyampaikan tujuan dan motivasi

siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang

ingin di capai pada pembelajaran tersebut dan motivasi

siswa belajar

Fase-2

menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan

demontrasi atau lewat bahan bacaan

Fase-3

Mengorganisasikan siswa dalam

kelompok-kelompok bekerja dan

belajar

Guru menjelaskan pada siswa bagaimana caranya

membentuk kelompok belajar dan membantu setiap

kelompok agar melakukan transasi secara efisien

Fase-4

Membimbing kelompok-kelompok

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada

saat mereka mengerjakan tugas

8

Page 9: Ptk Ipa Terpadu

bekerja dan belajar

Fase-5

Evaluasi

Guru mengevaluasikan hasil belajar tentang materi

yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok

mepersentasikan hasil kerjanya

Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya

maupun hasil belajar individu maupun kelompok

2.5. Pengertian Numbered Heads Together

Numbered Heads Together adalah suatu teknik yang dikembangkan

untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup

dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi

pelajaran tersebut (Hamalik, 2010).

Menurut Robert Slavin dan rekan-rekan sejawatnya di Jhons Hopkins

University dalam (Arends, 2008) Numbered Heads Together yaitu dengan

melibatkan para siswa dalam meriview bahan yang tercakup dalam suatu

pelajaran yang memeriksa pemehaman mereka tentang isi pada pelajaran

tersebut.

2.6. Langkah-langkah Numbered Heads Together

Langkah-langkah teknik Numbered Heads Together adalah sebagai

berikut :

1. Penomoran (Numbering)

Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang beranggota 3-5

orang dan memberi mereka nomor.

2. Pengajuan pertanyaan (Questioning)

Guru mengajukan pertanyaan pada siswa dan pertanyaan dapat

bervariasi

3. Berpikir bersama (Heads Together)

Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan menyakinkan

bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut

4. Pemberiaan jawaban (Answering)

9

Page 10: Ptk Ipa Terpadu

Guru menyebutkan satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok

dengan mempunyai nomor yang sama menggakat tangan dan

menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. (Sagala, 2009)

2.7. Hasil Belajar Siswa

Dalam setiap mengikuti pelajaran diharapkan siswa belajar dengan

baik dapat membantu siswa mencapai tujuan dan hasil belajar yang diperoleh

akan baik pula. Menurut (Arends, 2008) dalam kegiatan mental orang

menyusun hubungan antara kegiatan-kegiatan informasih yang telah diperoleh

sebagai pengertian. Orang jadi memahami dan menguasai hubungan-

hubungan tersebut sehingga orang dapat memahami pemahaman dan

penguasaan bahan pelajaran yang dikuasi.

Hal ini berarti hasil belajar adalah suatu bukti keberhasilan yang

diperoleh oleh siswa dalam memahami suatu materi pelajaran yang berupa

nilai biasanya diperoleh melalui hasil tes. Hasil belajar IPA Terpadu yaitu

hasil belajar yang diperoleh dalam belajar IPA terpadu.

Untuk mengukur keberhasilan seseorang dalam memahami pelajaran

dapat menggunakan tes yang disajikan dalam bentuk angka atau nilaii

tertemtu. Nilai yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang

diperoleh setelah proses belajar mengajar berlangsung.

Sebagaimana telah dikemukakan diatas bahwa belajar adalah proses

perubahan tingkah laku yang diakibatkan pengalaman atau sebagai hasil

interaksi individu dengan lingkungannya. Ini berarti bahwa tujuan suatu

kegiatan belajar ialah mencapai perubahan tingkah laku, baik yang mencakup

ilmu pengetahuan, ketrampilan maupun aspek sikap. Perubahan itu

diharapkan sesuai dengan tujuan belajar yang telah ditetapkan. Hai inilah

yang merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah-sekolah, atau di

lembaga-lembaga pendidikan, yang mengharapkan dari individu atau peserta

didik yang belajar dapat memperoleh suatu keberhasilan atau prestasi dalam

belajarnya.

Keberhasilan suatu proses setiap orang memiliki pandangan yang

berbeda-beda namun Djamarah menyatakan “ Suatu proses belajar

10

Page 11: Ptk Ipa Terpadu

mengajar tentang suatu bahan pelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan

instruksional dapat tercapai’’. Lebih jauh juga dinyatakan keberhasilan

belajar seorang siswa apabila dia memperoleh nilai dengan baik atau dapat

menyelesaikan pendidikan tepat waktunya dengan ditandai pencapaian

standar nilai yang telah ditetapkan.

Disisi lain (Hamalik, 2010) menggambarkan “Prestasi belajar siswa

dalam mengikuti pendidikan di sekolah ditandai dengan memperoleh nilai

yang telah sesuai dengan tolak ukur atau standar penilaian yang sering

di sebut juga dengan prestasi belajar”.

(Daryanto, 2010) mengemukakan bahwa “pengertian prestasi belajar

dapat oprasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai rapor,

indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan, dan

semacamnya.

Dari beberapa pengertian prestasi belajar diatas, dapat diartikan

prestasi belajar itu dengan keberhasilan siswa dalam menempuh pendidikan

baik di sekolah (formal) maupun di luar sekolah (informal) yang berupa

nilai, raport, indeks prestasi belajar dan predikat keberhasilan berupa

piagam, atau penghargaan yang diberikan pada individu atau siswa.

11

Page 12: Ptk Ipa Terpadu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Defiisi Operasional Variabel

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang

hal tersebut, kemudian di tarik kesimpulannya (Arifin, 2009).

3.1.1 Model pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together adalah

suatu model pembelajaran dengan teknik memberikan kesempatan

pada siswa untuk saling membagi ide-ide dan mempertimbangkan

jawaban yang paling benar (Rohani, 2004)

3.1.2 Hasil belajar IPA Terpadu dalam penilitian ini adalah kemampuan

siswa menyelesaikan soal tes pelajaran IPA Terpadu yang

merupakan nilai harian Untuk Kompetensi Dasar Memahami

kelangsungan hidup makhluk hidup.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-1 SMP Negeri 1

Pantai Labu Tahun pelajaran 2011/2012. Dengan jumlah siswa sebanyak 35

orang, yaitu 22 orang siswa perempuan dan 13 orang siswa laki-laki.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII-1 SMP Negeri 1 Pantai

Labu. Dan Lakukan sejak bulan Februari sampai bulan Juni 2011.

3.4 Metode penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatka data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu (Arifin, 2009). Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode diskritif developmental, yaitu bertujuan

mengambarkan bagaimana penerapan model pembelajaran Numbered Heads

Together meningkatkan hasil belajar siswa.

12

Page 13: Ptk Ipa Terpadu

PermasalahanPerencanaan Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I

Pengamatan /Pengumpulan data I

Refleksi I

Revisi Tindakan I PerencanaanTindakan II

Pelaksanaan Tindakan II

Siklus I

3.5 Desain penetian

Penelitian tindakan memiliki disain yang berupa daur spiral dengan

empat langka yang utama, yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan dan

refleksi. Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Sumber : (Arifin, 2009)

13

Pengamatan/Pengumpulan data IIRefleksi II

Solusi dan Temuan

Siklus II

Siklus IIIRefleksi III

Pengamatan/Pengumpulan data III

Solusi dan temuan

Page 14: Ptk Ipa Terpadu

Keterangan gambar :

A. Permasalahan

Mencari informasi untuk memahami dan mengetahui kesulitan belajar

siswa kelas VIII-1 di SMP Negeri 1 Pantai Labu.

B. Rencana Tindakan

1. Menetapkan jumlah siklus (3 siklus). Setiap siklus yang dilakukan 3

atau 4 kali tatap muka. Kompetesi dasar yang akan diberikan yaitu

1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan

2. Menetapkan kelas yang digunakan sebagai subyek penelitian yaitu

kelas VIII-1 SMP Negeri 1 Pantai Labu.

3. Menetapkan jenis media pembelajaran yang akan digunakan yaitu

charta adaptasi hewan dan tumbuhan serta persilangan dihibrid.

4. Menyusun RPP dan menyiapkan alat tes berupa soal-soal bentuk

uraian.

5. Menyusun LKS

6. Menetapkan cara pengambilan data

7. Menetapkan cara menganalisis data

C. Pelaksanaan Tindakan I

1. Membagi siswa dalam delapan kelompok dan membagi siswa

dengan nomor 1-5 atau 1-4 pada setiap kelompoknya.

2. Menyajikan materi pembelajaran

3. Diberikan materi diskusi

4. Dalam diskusi kelompok, guru mengarahkan kelompok

5. Salah satu siswa dari setiap kelompok diskusi akan menjawab

pertanyaan sesuai dengan nomor pertanyaan dan nomor yang ada

pada siswa

6. Guru memberikan kuis atau pertanyaan

7. Siswa diberikan kesempatan untuk memberikan pertanyaan dan

8. Jawaban

9. Penguatan dan kesimpulan secara bersama-sama.

14

Page 15: Ptk Ipa Terpadu

D. Refleksi 1

Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila ada peningkatan hasil

belajar peserta didik dengan menggunakan penerapan model pembelajaran

Numbered Heads Together. Dan peserta didik dapat menyelesaikan tugas

kelompok sesuai dengan waktu yang telah disediakan.

F. Revisi Tindakan

Dari hasil refleksi I dilakukan perencanaan tindakan tahap II,

pelaksanaan tindakan II, pengamatan/pengumpulan data II, refleksi II dan

seterusnya sampai skenario pembelajaran dapat diselesaikan.

3.6 Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Tes hasil Belajar

Data hasil belajar di ambil dengan memberikan tes bentuk uraian

pada setiap akhir siklus.Tes yang diberikan terdiri dari beberapa

soal- soal yang materi pokok Pertumbuhan dan Perkembangan

3.7. Teknik analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik analisisDeskriptif kuatitatif. Dari hasil belajar dianalisis dengan

menggunakan Percentages correction (hasil yang di capai setiap siswa

dihitung dari persentase jawaban yang benar). Dapat dinyatakan dengan

rumus :

R S = ---- x 100% (Arifin, 2009) N S = nilai yang diharapkan (dicari)

R = Jumlah skor dari item atau soal yang di jawab benar

N = Skor maksimun dari tes tersebut

Untuk ketuntasan klasikal dinyatakan dalam bentuk persentase sebagai

berikut :

15

Page 16: Ptk Ipa Terpadu

∑ T Persentase daya serap tuntas = ------- x 100% ∑ K

Dimana :

T = siswa

K = siswa klasikal

Dari persentasi hasil belajar siswa bisa ditafsirkan tentang

ketuntasan Belajar siswa sesuai dengan Departemen Pendidikan Nasional

( 2003:43) Sebagai berikut :

a. Ketuntasan perorangan. Siswa dikatakan berhasil/tuntas, jika

mencapai taraf penguasaan Minimal 60%.Taraf penguasaan

kurang dari 60% diberikan remidi materi Pokok yang belum

dikuasai.

b. Klasikal atau suatu kelas dikatakan berhasil/tuntas jika paling

sedikit 65% dari jumlah kelompok atau kelas tersebut telah

mencapai ketuntasan perorangan. Apabila sudah mencapai 65%

dari banyaknya siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar

maka kelas tersebut dapat melanjutkan pada materi selanjutnya.

Tabel 1 Kriteria Ketuntasan Belajar

Ketuntasan Skor Tes

Tuntas

Tidak Tuntas

≥ 65-100

< 65

16

Page 17: Ptk Ipa Terpadu

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian diuraikan dalam tahapan yang berupa siklus-siklus

pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas. Dalam

penelitian ini pembelajaran dilakukan dalam tiga siklus sebagaimana pemaparan

berikut ini.

4.1 Siklus Pertama

Siklus pertama terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan,

pelaksanaan, observasi hasil belajar dan refleksi serta replaning.

4.1.1 Perencanaan (planning)

1. Membuat rencana pembelajara dengan menggunakan penerapan

model pembelajaran Numbered Heads Together.

2. Membuat lembar kerja siswa.

3. Menyusun alat evaluasi pembelajarn

4.1.2 Pelaksanaan (Acting)

Pada saat awal pembelajaran pada siklus pertama ini, pelaksanaan

belum sesuai dengan rencana. Hal ini disebabkan:

1. Sebagian kelompok belum terbiasa dengan kondisi belajar yang

menggunakan penerapan model pembelajaran Numbered Heads

Together.

2. Sebagian kelompok belum memahami langkah-langkah pembelajaran

Numbered Heads Together.

4.1.3 Hasil belajar (Evaluasi)

Hasil belajar siswa pada siklus I, penguasaan materi dalam

pembelajaran ini masih tergolong kurang baik ketuntasan secara

perorangan maupun secara klasikal, hal ini dapat kita amati pada tabel 2

dibawah ini.

17

Page 18: Ptk Ipa Terpadu

Tabel 2 Distribusi dan Frekuensi Tes Ketuntasan Klasikal Setelah pembelajaran Numbered Heads Together

Ketuntasan Skor Tes X1 F1 X1 F1 Persentase

Tuntas 80 – 100 90,5 7 634 20

Tuntas 60 - 79 69,5 10 695 28.5

Tidak Tuntas 40 – 59 49,5 12 594 34,3

Tidak Tuntas 20 – 39 29,5 6 177 17,1

Tidak Tuntas 0 - 19 9,5 - - -

Jumlah 35 2100

Rata-rata 60.00

Grafik 1 Perolehan Hasil Belajar siswa pada siklus I

4.1.4 Refleksi dan Perencanaan Ulang ( Reflecting and Replaning)

Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus

pertama adalah sebagai berikut.

1. Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan

menggunakan pembelajaran Numbered Heads Together.

2. Hasil evaluasi pada siklus pertama mencapai rata-rata kelas 60,00. Dan

didapatkan persentase ketuntasan belajar mencapai 51,43% ini berarti

kelas VIII-1 Belum tuntas belajar.

18

0 - 19 20 - 39 40 - 59 60 - 79 80 - 100 jumlah0

5

10

15

20

25

30

35

Tidak Tuntas

Tidak Tuntas

Tidak Tuntas

Tuntas

Tuntas

Page 19: Ptk Ipa Terpadu

3. Masih ada kelompok yang belum dapat menyelesaikan tugas dengan

waktu yang telah ditentukan. Hal ini karena anggota belum terbiasa

menyelesaikan tugas dengan bekerja sama dan anggota masih

menyelesaikan tugas secara individu, serta ada beberapa kelompok

yang masih bingung dalam menyelesaikan tugasnya.

4. Masih ada kelompok yang kurang mampu dalam mempersentasikan

hasil dari kegiatan.

Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan

keberhasilan yang telah di capai pada siklus pertama, maka pada

pelaksaan siklus ke dua dapat di buat perencanaan sebagai berikut:

1. Guru perlu mengolah waktu dengan baik.

2. Lebih insentif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan

3. Melatih pentingnya berpikir bersama dan berkerjasama dalam

kelompok Serta dapat menyelesaikan tugas dengan tepat waktu

4.2 Siklus Kedua

Siklus kedua terdiri dari empat tahap, yakni perencanaa,

pelaksanaan observasi hasil belajar dan refleksi serta replaning.

4.2.1 Perencanaan (Planing)

Planing pada siklus kedua baedasarkan replaning siklus pertama yaitu:

1. Guru perlu mengolah waktu dengan baik.

2. Lebih insentif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan

3. Melatih pentingnya berpikir bersama dan berkerjasama dalam

kelompok

4. Membuat perangkat pembelajaran Numbered Heads Together yang

lebih mudah dipahami oleh siswa.

4.2.2 Pelaksanaan (Acting)

Suasana pembelajaran sudah mengarah pada model pembelajaran

Numbered Heads Together.

1. Tugas yang diberikan pada kelompok berupa LKS mampu

dikerjakan dengan antusias dan begitu juga dengan menjawab kuis.

19

Page 20: Ptk Ipa Terpadu

2. Sebagaian besar siswa telah termotivasi untuk bertanya dan

menjawab pertanyaan.

3. Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai

tercipta.

4.2.3 Hasil belajar (Evaluasi)

Hasil belajar pada siklus kedua dapat di lihat pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3 Distribusi dan Frekuensi Tes Ketuntasan Klasikal Setelah pembelajaran Numbered Heads Together

Ketuntasan Skor Tes VIII-1 F1 VIII-1 F1 Persentase

Tuntas 80 – 100 90,5 7 634 20

Tuntas 60 - 79 69,5 14 973 40

Tidak Tuntas 40 – 59 49,5 12 594 34,3

Tidak Tuntas 20 – 39 29,5 2 59 5,7

Tidak Tuntas 0 - 19 9,5 - - -

Jumlah 35 2260

Rata-rata 65

Grafik 2 Perolehan Nilai Hasil Belajar siswa pada siklus II

Berdasarkan tabel 3 hasil ualangan/hasil belajar siswa dalam

pembelajaran pada siklus ke II terdapat peningkatan dengan jumlah

20

0 - 19 20 - 39 40 - 59 60 - 79 80 - 100

jumlah

0

5

10

15

20

25

30

35

Tidak Tuntas

Tidak Tuntas

Tidak Tuntas

Tuntas

Tuntas

Page 21: Ptk Ipa Terpadu

a. Hasil evaluasi penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pada

siklus kedua juga tergolong sedang karena rerata kelas 65%

sedangkan ketuntasan belajar mencapai 60%.Hal ini belum mencapai

ketuntasan belajar .

b. Hasil ulangan harian kedua mengalami peingkatan dari rerata

51,43% menjadi 60.00%

4.2.4 Refleksi dan Perencanaan Ulang

1. Pada siklus kedua ini, siswa sudah mengarah pada model

pembelajaran

2. Numbered Heads Together .Siswa sudah dapat membangun kerja

sama dalam kelompok dan memahami cara menyelasaikan tugas yang

diberikan.

3. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan

4. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja dengan baik.

4.3 Siklus ketiga

4.3.1 Perencanaan (planing)

Planing pada siklus ketiga berdasarkan reflaning siklus kedua yaitu :

1. Guru perlu mengolah waktu dengan baik.

2. Lebih insentif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan

3. Melatih pentingnya berpikir bersama dan berkerjasama dalam

kelompok

4. Membuat perangkat pembelajaran Numbered Heads Together

yang lebih baik.

4.3.2 Pelaksanaan (acting)

a. Suasana pembelajaran sudah lebih mengarah pada model

pembelajaran Numbered Heads Together .Tugas yang telah diberikan

guru pada setiap kelompok dengan menggunakan lembar kegiatan

siswa dapat dikerjakan dengan baik.Dan dalam kelompok, siswa

sudah mampu menunjukan saling membantu dalam mengerjakan

tugas.

21

Page 22: Ptk Ipa Terpadu

b. Siswa sudah mampu berpikir bersama dalam munguasai materi

melalui diskusi antar sesama anggota kelompok.

c. Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah

lebih tercipta

4.3.3 Hasil Belajar dan Evaluasi

a. Hasil belajar dan evaluasi pada siklus III dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 4 Distribusi dan Frekuensi Tes Ketuntasan Klasikal Setelah pembelajaran Numbered Heads Together

Ketuntasan Skor Tes VIII-1 F1 VIII-1 F1 Persentase

Tuntas 80 – 100 90,5 9 814,5 25,7

Tuntas 60 - 79 69,5 17 1181,5 48,6

Tidak Tuntas 40 – 59 49,5 8 396 22,9

Tidak Tuntas 20 – 39 29,5 1 29,5 2,8

Tidak Tuntas 0 - 19 9,5 - - -

Jumlah 35 2421,5

Rata-rata 69.19

b. Hasil evaluasi siklus III pengguasaan siswa terhadap materi

pembelajaran 69,19. Ini menunjukan bahwa ketuntasan belajar secara

klasikal sudah tercapai. Dan pada siklus ketiga ini terjadi kenaikan

pada rerata nilai ulangan harian menjadi 74,20%

22

Page 23: Ptk Ipa Terpadu

Grafik 3. Perolehan Nilai Hasil Belajar siswa pada siklus III

4.3.4 Refleksi (Reflecting)

Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus ketiga ini

adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan rata-rata kelas nilai harian dari 59,99 pada siklus I (ulangan

harian I) dan meningkat pada siklus kedua pada ulangan kedua dengan

rata-rata kelas 64,5,kemudian terjadi peninkatan kembali pada siklus

ketiga dengan rata-rata kelas 69.19. Sehingga pada siklus ketiga ini

ketuntasan secara klasikal telah tercapai.

b. Meningkatkan kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran.Hal ini

berdasarkan hasil evaluasi pada siklus ketiga yang telah mencapai

ketuntasan belajar secara klasikal dengan rata-rata 74,20%.

23

0 - 19 20 - 39 40 - 59 60 - 79 80 - 100

jumlah0

5

10

15

20

25

30

35

Tidak Tun-tasTidak Tun-tasTidak Tun-tas

Page 24: Ptk Ipa Terpadu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa :

1. Penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together dapat

meningkatkan hasil belajar (Ulangan harian) pada siklus I rata-rata

59,99% pada siklus kedua pada (ulangan harian kedua) dengan rata-rata

64,5%,kemudian terjadi peninkatan kembali pada siklus ketiga dengan

rata-rata 69.19%.Sehingga pada siklus ketiga ini ketuntasan secara

klasikal telah tercapai.

2. Melalui pembelajaran model pembelajaran Numbered Heads Together,

siswa membangun sendiri pengetahuan, menemukan langkah-langkah

dalam mencari penyelesaian dari suatu materi yang harus dikuasai oleh

siswa, baik secara individu maupun dalam kelompok.

3. Dengan model pembelajaran Numbered Heads Together ini,

pembelajaran IPA Terpadu lebih menyenangkan.

5.2 Saran

Dengan terbuktinya Penerapan model pembelajaran Numbered Heads

Together dapat meningkatkan hasil belajae siswa dalam mata pelajaran IPA

Terpadu, maka kami sarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Numbered

Heads Together diharapkan para guru dapat menjadikan model

pembelajaran ini sebagai suatu alternatif dalam meningkatkan hasil

belajar siswa.

2. Karena kegiatan ini sangan bermanfaat, khususnya bagi guru dan

siswa,maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara

berkesinambungan dalam pelajaran pengetahuan sosial maupun

pelajaran lain.

24

Page 25: Ptk Ipa Terpadu

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R, (2008), Learning to Teach Belajar untuk Mengajar Edisi ke Tujuh Buku Dua, Pustaka Belajar, Yogyakarta

Arifin, Z., (2009), Evaluasi Pembelajaran, PT. Rosdakarya, Bandung

Daryanto, (2010). Belajar dan Mengajar, Yerama Widya, Bandung

Hamalik, O., (2010), Proses Belajar Mengajar, PT Bumi Aksara, Jakarta

Harlini, S., (2008), Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Sosial dengan Menerapkan Pembelajaran Number Head Together pada Materi Sistem Reproduksi Manusia di Kelas XI IPA MA Muhammadiyah 01 Medan, Laporan hasil penelitian, FMIPA Universitas Negeri Medan

Krisno, A.M, Mucharam, T.T, Mampuono, Suhada, I, (2008), Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP/ MTs, PT Mentari Pustaka, Jakarta

Rohani, A., (2004), Pengelolaan Pengajaran. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Mukaromah, (2008), Penerapan Model bermain peran dalam meningkatkan prestasi belajar Bahasa Inggris siswa kelas VII SMP Negeri 2 Paciran Lamongan, Laporan Hasil Penelitian, Fakultas Ilmu Pendidikan UM

Sagala, S, (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Alfabeta, IKAPI

Prahatamaputra, A, (2008), Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan, Penggunaan Metode Bermain Peran dalam Meningkatkan Pemahaman Materi Sintesis Protein, Vol.3 No.1

Uno, H.B, (2008), Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, PT. Bumi Aksara, Jakarta

25