asuhan keperawatan pada pasien fraktur.pptx

Click here to load reader

Upload: niaratna-rukhia

Post on 27-Sep-2015

47 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR

NIA RATNA RUKHIAH043-315-13-1-029ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTURKONSEP DASAR PENYAKITPengertianFraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Smeltzer & Bare, 2002 : 2357).Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. (Price & Wilson, 2006 : 1365).Fraktur adalah pemecahan suatu bagian, khususnya tulang ; pecahan atau ruptur pada tulang (Dorland, 1998 : 446).

2ETIOLOGIFaktor PredisposisiFraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrim. Meskipun tulang patah, jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan saraf, dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang.

ETIOLOGI1.Trauma langsung/direct traumaYaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang.2.Trauma yang tak langsung/indirect traumaMisalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada pegelangan tangan.3.Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/ adaresiko terjadinya penyakityang mendasaridan hal ini disebut dengan fraktur patologis.4.Kekerasan akibat tarikan ototPatah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

PatofisiologiTulang kortikal mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan memuntir, fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan memuntir mendadak dan bahkan kontraksi ekstrem, sehinggga tulang mengalami kegagalan menahan tekanan terutama tekanan membengkok, memutar, dan tarikan. Fraktur akan mempengaruhi jaringan sekitarnya yaitu perusakan pada saraf sensori, kerusakan jaringan lemak dapat menyebabkan luka terbuka sehingga memungkinkan terjadinya infeksi. Untuk kerusakan pembuluh darah dapat menyebabkan perdarahan, inflamasi, dan rupture tendon sehingga terjadinya penekanan saraf akan menyebabkan nyeri. Selain itu juga akan mempengaruhi korteks tulang dan periosteum sehingga akan mengalami deformitas dan pemendekan tulang, hal itu menyebabkan ekstremitas terganggu.(Chairuddin Rasjad, 1998)Manifestasi KlinisManifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas, pembengkakan local, dan perubahan warna.Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang tempat melengketnya otot.LANJUTANPada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. (uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat).Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.

lanjutanManifestasi klinis fraktur antara lain adalah didapatkan riwayat trauma, hilangnyafungsi, tanda-tanda inflamasi yang berupa nyeri akut dan berat, pembengkakan lokal, merah akibat perubahan warna, dan panas pada daerah tulang yang patah. Selain itu ditandai juga deformitas, dapat berupa angulasi, rotasi, atau pemendekan, serta krepitasi. Apabila fraktur terjadi pada ekstremitas atau persendian, maka akan ditemui keterbatasan LGS (lingkup gerak sendi). Pseudoartrosis dan terlihat gerak abnormal.KOMPLIKASIKomplikasi awalSyok hipovolemik atau traumatik : bisa berakibat fatal dalam beberapa jam setelah cedera. Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan ( baik kehilangan darah eksternal maupu tak kelihatan) dan kehilangan cairan ekstremitas, toraks, pelvis dan vertebra.Emboli lemak : dapat terjadi dalam 48 jam atau lebihKoagulopati intravaskuler diseminata (KID) : sekelompok kelainan pendarahan dengan berbagai penyebab, termasuk trauma massif. Manifestasi KID meliputi : ekimosis (memar), pendarahan yang tidak terduga setelah pembedahan, dan pendarahan dari membrane mukosa, tempat penusukan jarum infus, saluran gastrointestinal dan kemihSindrom kompartemen : berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanen jika tidak ditangani segera. Sindrom kompartemen merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Biasanya pasien akan merasa nyeri pada saat bergerak. Ada 5 tanda syndrome kompartemen:Pain: nyeriPallor: pucatPulsesness: tidak ada nadiParestesia: rasa kesemutanParalysis:kelemahan sekitar lokasi terjadinya syndrome kompartemen.InfeksiTromboemboli paru)

Komplikasi lambat :Penyatuan terlambat atau tidak ada penyatuan Penyatuan terlambat terjadi bila penyembuhan tidak terjadi dengan kecepatan normal untuk jenis dan tempat fraktur tertentu. Penyatuan terlambat mungkin berhubungan dengan infeksi sistemik dan distraksi ( tarikan jauh ) fragmen tulang. Pada akhirnya fraktur menyembuh.Hal ini dapat disemabuhkan dengan graft tulang.Dimana graft tulang memberikan kerangka untuk invasi sel-sel tulang.Nekrosis Avaskuler TulangNekrosis avaskuler terjadi bila tulang kehilangan asupan darah dan mati. Dapat terjadi setelah fraktur (khususnya kolum femoris), dislokasi, terapi kortikosteroid dosis tinggi berkepanjangan, penyakit ginjal kronik, dan penyakit lain. Tulang yang mati mengalami tulang kolaps atau diabsorpsi dan diganti dengan tulang yang baru.

Reaksi terhadap alat fiksasi interna Alat fiksasi interna biasanya diambil setelah penyatuan tulang telah terjadi, namun pada kebanyakan pasien alat tersebut tidak diangkat sampai menimbulkan gejala. Nyeri dan penurunan fungsi merupakan indicator utama telah terjadinya masalah. Masalah tersebut meliputi kegagalan mekanis (pemasangan dan stabilisasi yang tak memadai), kegagalan material (alat yang cacat atau rusak), berkaratnya alat, menyebabkan inflamasi local, respon alergi terhadap campuran logam yang digunakan, dan remodeling osteoporotic di sekitar alat fiksasi (stress yang dibutuhkan untuk memperkuat tulang diredam oleh alat tersebut, mengakibatkan osteoporosis disuse). Bila angkat diangkat, tulang perlu dilindungi dari fraktur kembali sehubungan dengan osteoporosis, struktur tulang yang terganggu dan trauma. Remodeling tulang akan mengembalikan kekuatan structural. (Brunner & Suddath, Keperawatan Medikal Bedah Vol 3, hal 2365 -2368 )

KLASIFIKASIKlasifikasi klinisFraktur tertutup ( simple / closed fracture ). Suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar (menyebabkan robeknya kulit.)Fraktur terbuka ( compound / open fracture ). Fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam) atau from without (dari luar). Fraktur terbuka dapat dibagi atas tiga derajat (menurut R. Gustillo), yaitu :

Derajat Iluka < 1 cmkerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remukfraktur sederhana, transversal, oblik, atau koinutif ringankontaminasi minimalDerajat IIlaserasi > 1 cmkerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulsefraktur kominutif sedangkontaminasi sedang

Derajat IIITerjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan neurovascular serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat III terbagi atas :IIIA : Fragmen tulang masih dibungkus jaringan lunakIIIB : Fragmen tulang tak dibungkus jaringan lunak terdapat pelepasan lapisan periosteum, fraktur kontinuitifIIIC : Trauma pada arteri yang membutuhkan perbaikan agar bagian distal dapat diperthankan, terjadi kerusakan jaringan lunak hebat.

Fraktur dengan komplikasi (compicated fracture) Fraktur yang disertai dengan komplikasi misalnya malunion, delayed union, infeksi tulang(Arif Mansjoer dkk, 2000 : 346)Klasifikasi EtiologisFraktur traumatik : terjadi karena trauma yang tiba-tiba.Fraktur patologis : terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di dalam tulang.Fraktur stress : terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu.

Klasifikasi komplit / tidak komplitFraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal)Fraktur tidak komplit adalah patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang

Klasifikasi menurut garis khusus frakturGreenstic, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkok.Transfersal,fraktur sepanjang garis tengah tulang.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang (lebih tidak stabil disbanding transfersal).Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.Kominutif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.

Depresi, fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah).Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang).Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendon pada perlekatannya.Epifiseal, fraktur melalui epifisis.Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.(Smeltzer & Bare, 2002 : 2358)Berdasarkan jumlah garis Fraktur kominutif : garis patah lebih dari satu dan saling berhubunganFraktur segmental : garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan. Bila dua garis patah disebut pula fraktur bifokalFraktur multiple : garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya, misalnya fraktur femur, fraktur kruris, dan fraktur tulang belakangMenurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnyaTidak bergeser (undisplaced), garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser, periosteumnya masih utuhBergeser (displaced), terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi :>dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan overlapping)>dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut)>dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauhi)(Arif Mansjoer dkk, 2000 : 346)Pemeriksaan DiagnostikPemeriksaan rontgen : menentukan lokasi / luasnya fraktur / traumaFig. 1. Showing the right sided comminuted clavicle fracture.The signs of a pneumothorax are clearly visible.

Fig. 2. Showing the pneumothorax on a conventional Xthorax. There are no ribfractures

Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI: memperlihatkan fraktur; juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan tulang.Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vascular dicurigai.Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel). Peningkatan jumlah SDP adalah respon stress normal setelah trauma.Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi multiple atau cedera hatiPemeriksaan diagnostika.Pemeriksaan RadiologiSebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah pencitraan menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-ray:1)Bayangan jaringan lunak.2)Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik atau juga rotasi.3)Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.4)Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.

Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti:1)Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga mengalaminya.2)Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.3)Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa.4)Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.

b.Pemeriksaan Laboratorium1)Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.2)Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.3)Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.

.Pemeriksaan lain-lain1)Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.2)Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.3)Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.4)Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang berlebihan.5)Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.6)MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur

PENATALAKSANAAN MEDISEmpat tujuan utama dari penanganan fraktur adalah :1.Untuk menghilangkan rasa nyeri.Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun karena terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut. Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa nyeri dan juga dengan tehnik imobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang fraktur). Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara pemasangan bidai atau gips.

Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.

Pemasangan gipsMerupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah.Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :oImmobilisasi dan penyangga frakturoIstirahatkan dan stabilisasioKoreksi deformitasoMengurangi aktifitasoMembuat cetakan tubuh orthotik

Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah :oGips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaanoGips patah tidak bisa digunakanoGips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klienoJangan merusak / menekan gipsoJangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggarukoJangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama

gips

.2Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang lama. Untuk itu diperlukan lagi tehnik yang lebih mantap seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, atau fiksasi internal tergantung dari jenis frakturnya sendiri.a.Penarikan (traksi) :Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah. Metode pemasangan traksi antara lain :Traksi manualTujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan emergencyTraksi mekanik, ada 2 macam :oTraksi kulit (skin traction)Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.oTraksi skeletalMerupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakanbalanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan metal.

Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :Mengurangi nyeri akibat spasme ototMemperbaiki & mencegah deformitasImmobilisasiDifraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)Mengencangkan pada perlekatannyaPrinsip pemasangan traksi :Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarikBerat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar reduksi dapat dipertahankanPada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khususTraksi dapat bergerak bebas dengan katrolPemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai

.b.Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang.Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang yang telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat, dan paku.

Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patahKesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada didekatnyaDapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadaiTidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lainPerawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus-kasus yang tanpa komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan fungsi sendi dan fungsi otot hampir normal selama penatalaksanaan dijalankan

1)FIKSASI INTERNAIntramedullary nailideal untuk fraktur transversal, tetapi untuk fraktur lainnya kurang cocok. Fraktur dapat dipertahankan lurus dan terhadap panjangnya dengannail, tetapi fiksasi mungkin tidak cukup kuat untuk mengontrol rotasi.Nailingdiindikasikan jika hasil pemeriksaan radiologi memberi kesan bahwa jaringan lunak mengalami interposisi di antara ujung tulang karena hal ini hampir selalu menyebabkannon-union.Keuntunganintramedullary nailingadalah dapat memberikan stabilitas longitudinal serta kesejajaran (alignment) serta membuat penderita dpat dimobilisasi cukup cepat untuk meninggalkan rumah sakit dalam waktu 2 minggu setelah fraktur. Kerugian meliput anestesi, trauma bedah tambahan dan risiko infeksi.

Closed nailingmemungkinkan mobilisasi yang tercepat dengan trauma yang minimal, tetapi paling sesuai untuk fraktur transversal tanpa pemendekan.Comminuted fracturepaling baik dirawat denganlocking nailyang dapat mempertahankan panjang dan rotasi

FIKSASI EKSTERNABila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan massa kalus terlihat pada pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada minggu ke enam,cast bracedapat dipasang. Fraktur denganintramedullary nailyang tidak memberi fiksasi yangrigidjuga cocok untuk tindakan ini.

3. Agar terjadi penyatuan tulang kembaliBiasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. Namun terkadang terdapat gangguan dalam penyatuan tulang, sehingga dibutuhkan graft tulang. 4.Untuk mengembalikan fungsi seperti semulaImobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan kakunya sendi. Maka dari itu diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkin.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATANPengkajian ( Doenges, 2000 : 761 )Aktifitas / IstirahatTanda : keterbatasan/ kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri)SirkulasiTanda : hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri / ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah) Takikardi (respon stress, hipovolemia)Penurunan / tak ada nadi pada bagian distal yang cedera; pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkenaPembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cedera

NeurosensoriGejala : hilang gerakan / sensasi, spasme ototKebas / kesemutan (parestesis)Tanda :deformitas local: angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi, spasme otot, terlihat kelemahan/ hilang fungsi.Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ ansietas atau trauma lain).Nyeri / KenyamananGejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan / kerusakan tulang; dapat berkurang pada imobilisasi), tak ada nyeri akibat kerusakan saraf.Spasme / kram otot (setelah imobilisasi).KeamananTanda : laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warnaPembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba - tiba).Diagnosa KeperawatanNyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan keluhan nyeri, distraksi, fokus pada diri sendiri / fokus menyempit, wajah menunjukkan nyeri, peilaku berhati-hati, melindungi, perubahan tonus otot, respon otonomik.Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan mekanik (tekanan,teriris,gesekan) ditandai dengan keluhan gatal, nyeri, kebas, tekanan pada area yang sakit / area sekitar, gangguan permukaan kulit, invasi struktur tubuh, destruksi lapisan kulit / jaringan.Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuscular : nyeri / ketidaknyamanan, terapi restriktif (imobilisasi tungkai) ditandai dengan ketidakmampuan untuk bergerak sesuai tujuan dalam lingkungan fisik, menolak untuk bergerak, keterbatasan rentang gerak, penurunan kekuatan / kontrol otot.Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran darah / emboli lemak, perubahan membran alveolus / kapiler, interstitisial, edema paru kongestiKurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajannya informasi, salah interpretasi informasi ditandai dengan pertanyaan / permintaan informasi, pernyataan salah konsepsi.Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, kerusakan kulit, trauma jaringan prosedur invasive, traksi tulang.PK Syok HipovolemikPK Sindrom Kompartemen

Diagnosa 1 : Nyeri akutNyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisikDitandai dengan : keluhan nyeri, distraksi, fokus pada diri sendiri / fokus menyempit, wajah menunjukkan nyeri, perilaku berhati-hati, melindungi, perubahan tonus otot, respon otonomik.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam, diharapkan nyeri yang dialami pasien terkontrol dengan kriteria hasil : Pasien dapat mengkaji factor penyebab , durasi terjadinya nyeri Pasien melaporkan nyerinya terkontrolPasien dapat menggunakan teknik non-analgetik untuk menangani nyeri.

Intervensi : Lakukan pengkajian secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, qualitas, intensitas nyeri dan factor presipitasi.R/ : mempengaruhi pilihan / pengawasan keefektifan intervensi. Observasi respon nonverbal dari ketidaknyamanan terutama ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif.R/ : Tingkat ansietas dapat mempengaruhi persepsi/ reaksi terhadap nyeri.Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan penerimaan respon nyeri pasien.R/ : Strategi komunikasi terapeutik dapat membantu untuk menentukan intervensi yang diperlukan.Kaji efek pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup (ex : tidur,aktivitas, kognisi, perasaan, hubungan, pekerjaan)R/ : Mengetahui pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup pasien.Ajarkan menggunakan teknik nonanalgetik (relaksasi progresif, latihan napas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan terapeutik, akupresure)R/ : memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan kekuatan otot; dapat meningkatkan harga diri dan kemampuan koping.Kontrol factor - factor lingkungan yang yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan (ruangan, suhu, cahaya, dan suara)R/ : memberikan ketenangan kepada pasien sehingga nyeri tidak bertambahSediakan informasi tentang nyeri seperti : penyebab nyeri, berapa lama nyeri itu akan berakhir, antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.R/ : Meningkatkan pengetahuan pasienLaksanakan penggunaan kontrol analgetik, jika perlu.R/ : Analgetik dapat menurunkan nyeri dan atau spasme ototSTADIUM PENYEMBUHAN FRAKTUR

Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu: 1.Stadium Satu-Pembentukan HematomaPembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali.

2.Stadium Dua-Proliferasi SelulerPada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum, dan bone marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yg menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.

3.Stadium Tiga-Pembentukan KallusSelsel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.

4.Stadium Empat-KonsolidasiBila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.

5.Stadium Lima-RemodellingFraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya.

Ekstremitas bawah

Ekstremitas atas

Faktor resiko frakturMenurut JurnalAssociations of Birth Weight and Length, Childhood Size, and Smoking with BoneFractures during Growth: Evidence from a Birth Cohort StudyFraktur pada lengan bawah bagian distal berhubungan dengan rendahnya kepadatan/densitas tulang tubuh, lengan bawah, pinggul, dan lumbar pada anak laki-laki dan perempuan.Berkurangnya densitas mineral pada tulang merupakan factor risiko untuk fraktur pada masa pertumbuhanRendahnya densitas mineral pada tulang dapat memprediksi fraktur baru pada anak perempuan diatas umur 4 tahun.Seorang anak yang pernah mengalami paling sedikit 1 kali patah tulang merupakan factor risiko untuk mengalami fraktur tulang lagi di waktu mendatang, sama dengan orang dewasa.Tingginya berat badan pada masa pertumbuhan berhubungan dengan meningkatnya risiko fraktur pada lengan bawah bagian distal.Selain itu risiko fraktor juga terjadi pada anak yang sering berolahraga(risiko cidera), rendahnya intake ASI, menggunanakan obat steroid, rendahnya konsumsi kalsium, dan konsumsi minuman kola.Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwalebih dari setengah anak anak pernah mengalami fraktur paling sedikit satu fraktur sebelum usia 18 tahun.Tingginya berat badan dan tinggi badan merupakan factor risiko fraktur, khususnya selama masa prapubertas. Merokok pada masa remaja juga merupakan factor risiko fraktur pada masa remaja

Faktor resiko frakturMenurut JurnalPattern of fractures across pediatric age groups: analysis of individual and lifestyle factorsPada penelitian dalam jurnal ini didapatkan bahwa anak laki-lakimempunyai risiko fraktur lebih tinggi daripada anak perempuan.Dengan bertambahnya umur rasio anak laki-laki/perempuan partisipasi dalam berolahraga meningkat, sedangkan intake kalsium dan waktu untuk bermalas-malasan berkurang. Presentasi keseluruhan dari anak anak 0-16 tahun yang mengalami (sedikitnya 1) fraktur, lebih tinggi anak laki-laki(42%) daripada anak perempuan (27%).Tetapi kejadian fraktur tiga tahun lebih awal terjadi pada anak perempuan daripada anak laki-laki.Meningkatnya fraktur selama masa prapubertas terjadi karena ketidaksesuaian antara tinggi badan dan mineralisasi tulang.77% kasus fraktur disebabkan karena trauma low-energy (terutama karena jatuh) yang lebih sering terjadi pada anak laki-laki usia sekolah dan remaja.Meningkatnya pasrtisipasi dalam olahraga menyebabkan tingginya insiden fraktur pada remaja.Rendahnya intake kalsium dihubungkan dengan penurunan densitas tulang dan risiko fraktur pada anak. Teknik mengkaji nyeriHAL-HAL YANG PERLU DIKAJIKarakteristik Nyeri (PQRST)P(Provokative) : faktor yg mempengaruhi gawat dan ringannya nyeriQ(quality):seperti apa-> tajam, tumpul, atau tersayatR(region) : daerah perjalanan nyeriS(severity/SKALA NYERI) : keparahan / intensitas nyeriT(time) : lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri

MACAM SKALA NYERISKALA NUMERISSKALA DESKRIPTIFSKALA ANALOG VISUALSKALA OUCHERSKALA WAJAH

Konsep orthopedyterapi fraktur diperlukan konsep 4R yaitu : rekognisi, reduksi/reposisi, terensi/fiksasi, dan rehabilitasi.Rekognisi atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa yang benar sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena perencanaan terapinya dapat dipersiapkan lebih sempurna.Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembailikan fragmen-fragmen fraktur semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau keadaan letak normal.Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau menahan fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita fraktur tersebut dapat kembali normal.

Lo fraktur mallunion sinistraKomplikasi Dalam Waktu Lamaa.Delayed Union (Penyatuan tertunda)Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang.b.Non union (tak menyatu)Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa. Kadang kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor faktor yang dapat menyebabkan non union adalah tidak adanya imobilisasi, interposisi jaringan lunak, pemisahan lebar dari fragmen contohnya patella dan fraktur yang bersifat patologis..c.MalunionKelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan deformitas, angulasi atau pergeseran.Sinistra berarri kananArteri dorsalis pedis

Arteridorsalis pedis adalah kelanjutan dari arteri tibialis anterior, yang bercabang ke arkuata tarsallateraldanmedial, dan arteri plantar dalam.Pulsadorsalis pedis adalah denyut nadi yang dirasakan di bagian ataskaki, antara tulangmetatarsalpertama dan kedua.Pada8 sampai 10 persenpopulasi, denyutan ini tidak dapatterdeteksi.Kontraktur sendiKontraktur adalah terbatasnya mobilitassendisebagai akibat dari perubahan patologis pada permukaan sendi atau jaringan lunak yang secara fungsional berhubungan dengan sendi.Kontraktur bisafleksor,ekstensor,abduktor,aduktor, dan lainnya sesuai dengan posisi dominannya. Menurut asal, kontraktur bisabawaanatau dapatan. Penyebab kontraktur bawaan adalah keterbelakangan perkembangan otot-otot dan sendi (tortikolis, artrogriposis, kaki pengkor, dan sebagainya) dan penutup kulit (membran kulit antara jari). Kontraktur dapatan mungkin dermatogenik, desmogenik, miogenik, tendogenik, artrogenik atau neurogenik.