asuhan keperawatan pasien dengan ispa
DESCRIPTION
ispa merupakan suatu infeksi penapasan yang banyak dialami oleh anak- anak. banyak orang mengartikan bahwa ispa adalah infeksi saluran pernapasan atas. tapi, arti sebenarnya ispa adalah infeksi saluran pernapasan akut. infeksi ini didapat dari polusi udara.TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
ISPA merupakan penyakit penyebab utama kematian bayi dan
sering menempati urutan pertama angka kematian balita. Penanganan dini
terhadap penyakit ISPA terbukti dapat menurunkan angka kematian. ISPA
juga sangat erat hubungannya dengan sanitasi lingkungan dan perilaku
hidup bersih, terutama budaya cuci tangan. Oleh sebab itu, upaya
intervensi yang berupa kegiatan penyuluhan dan promosi kesehataan harus
didorong untuk mencegah penyakit ini.
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2002 melaporkan hasil Survei
Demografi Kesehatan Indonesia ( SDKI ) yang menyebutkan bahwa
prevalensi untuk ISPA adalah 9.8% pada tahun1991 dengan kelompok
usia tertinggi adalah kelompok usia 12- 23 bulan. Pada tahun 1994,
angkanya meningkat menjadi 10% dengan prevalensi 6- 35 bulan. Untuk
prevalensi usia 6- 11 bulan, angaknya menurun menjadi 9% pada tahun
1997. Dan di tahun 2002 angkanya menurun lagi menjadi 8% dengan
prevalensi 6- 23 bulan.
Namun, di tahun 2012 ini, prevalensinya meningkat. Ini
dikarenakan musim kemarau yang berkepanjangan di beberapa daerah di
Indonesia. Yang mana saat kemarau debu- debu, asap kendaraan, dan
faktor- faktor penyebab lainnya dalam kapisitas jumlah yang banyak,
terutama di jalan- jalan besar atau perkotaan. Sehingga penderita ISPA
yang terdata, sebagian besar adalah anak- anak atau balita.
1
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, menjelaskan, dan
mengaplikasikan tentang asuhan keperawatan pada pasien ISPA. Serta
dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik dan benar terhadapa
pasien.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan definisi dari ISPA.
b. Mampu menjelaskan klasifikasi dari ISPA.
c. Mampu menjelaskan etiologi dari ISPA.
d. Mampu menjelaskan patofisiologi dari ISPA.
e. Mampu menjelaskan manifestasi klinis dari ISPA.
f. Mampu menjelaskan penatalaksanaan dari ISPA.
g. Mampu menjelaskan pemeriksaan fisik dari ISPA.
h. Mampu menjelaskan asuhan keperawatan dari ISPA.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Definisi
ISPA adalah penyakit salauran pernapasan akut dengan perhatian
khusus pada radang paru ( pneumonia ), dan bukan penyakit telinga dan
tenggorokan ( Widoyono, 2011 ).
Infeksi saluran pernapasan akut ( ISPA ) adalah penyakit saluran
pernapasan yang bersifat akut dengan berbagai gejala ( sindrom )
(Widoyono, 2011 ).
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan
atas. Yang benar, ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran
Pernafasan Akut, yang meliputi saluran pernapasan bagian atas dan
saluran pernapasan bagian bawah. Penyakit infeksi akut yang menyerang
salah satu atau lebih bagian dari saluran napas mulai dari hidung (saluran
bagian atas) hingga jaringan di dalam paru-paru (saluran bagian bawah).
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni ‘infeksi’, ‘saluran
pernapasan’, dan ‘akut’, dimana pengertiannya adalah sebagai berikut :
1. Infeksi
Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernapasan
Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari
hidung sampai gelembung paru (alveoli), beserta organ-organ di
sekitarnya.
3. Infeksi Akut
3
Adalah Infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut.
2.2. Klasifikasi
Klasifikasi penyakit ISPA sebagai berikut:
a) Bukan pneumonia
Mencakup kelompok pasien balita dengan batuk yang tidak
menunjukkan gejala peningkatan frekuensi napas, serta tidak
menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke arah
dalam. Contohnya adalah common cold, faringitis, tonsilitis, dan
otitis.
b) Pneumonia
Didasarkan pada adanya batuk atau kesukaran bernapas. Untuk
diagnosis gejala ini yaitu berdasarkan pada usia. Batas dari frekuensi
napas cepat pada anak berusia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun
yakni 50 x/ m, serta untuk anak yang berusia 1 sampai kurang dari 5
tahun yakni 40x/ m.
c) Pneumonia berat
Berdasarkan pada batuk atau kesukaran bernapas disertai sesak
napas atau tarikan pada dinding dada bagian bawah ke arah dalam (
chest indrawing ) pada anak berusia 2 bulan sampai kurang dari 5
tahun. Untuk anak usia 2 tahun, diagnosis pneumonia berat ditandai
dengan adanya napas cepat, dengan frekuensi pernapasan adalah
60x/ m atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat pada dinding dada
bagian bawah ke arah dalam ( severe chest indrawing ).
2.3. Etiologi
a) Bakteri: diplococcus pneumoniae, pneumococcus, streptococcus
pyogenes, staphylococcus aaureus, haemophilus influenzae, dan lain-
lain.
4
b) Virus: influenza, adenovirus, sitomegalovirus.
c) Jamur: aspergilus sp., candida albicans, histoplasma, dan lain-lain.
d) Aspiarasi: makanan, asap kendaraan bermotor, BBM ( bahan bakar
minyak) biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda
asing (biji-bijian, mainan plastik kecil, daan lain-lain).
Walaupun penyebab ISPA beraneka ragam, tetapi penyebab
terbanyaknya adalah infeksi dari virus dan bakteri. Penyebab infeksi ini
dapat berdiri sendiri ataupun bersama- sama secara simultan. Penyebab
ISPA akibat infeksi virus berkisar 90- 95% terutama ISPA atas. Walaupun
demikian peranan bakteri cukup besar.
2.4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari ISPA ini dapat kita klasifikasikan sebagai
berikut:
a. ISPA ringan ditandai dengan gejala batuk, pilek, serak dan atau
tanpa panas (demam).
b. ISPA sedang ditandai dengan gejala pada ISPA ringan, disertai satu
atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a) Pernapasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur
kurang dari satu tahun.
b) Pernapasan lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur
satu tahun
1) Suhu badan 39ºC.
2) Tenggorokan berwarna merah.
3) Bercak-bercak merah di kulit seperti campak.
4) Sakit ditelinga atau mengeluarkan nanah dari lubang
telinga.
5) Pernapasan berbunyi seperti mengorok ( mendengkur ).
c. ISPA berat, gejala ISPA ringan atau sedang disertai satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut :
5
1) Nadi lebih dari 160 kali per menit atau tidak teratur.
2) Retraksi sel iga ke dalam pada waktu bernafas.
3) Sianosis.
4) Nafas cuping hidung.
5) Tidak sadar atau kesadrannya menurun.
6) Rensil atau faring ada membran.
Untuk lebih singkatnya kita juga dapat melihat manifestasi klinis
yang umum pada pasien, diantaranya:
a) Demam.
b) Meningismus
Gejala meningitis disertai penyakit demam akut atau dehidrasi tanpa
infeksi meningens.
c) Anorexia.
d) Abdominal pain.
e) Sumbatan pada jalan napas.
f) Batuk.
g) Suara napas wheezing.
2.5. Patofisiologi
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :
a) Tahap prepatogenesis: penyebab telah ada tetapi belum
menunjukkan reaksi apa-apa.
b) Tahap inkubasi: virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.
Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya rendah.
c) Tahap dini penyakit: dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul
gejala demam dan batuk.
d) Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal
akibat pneumonia.
6
2.6. Penatalaksanaan
2.6.1. Penatalaksanaan Keperawatan
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk
standar pengobatan penyakit ISPA yang nantinya akan berdampak
mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus- kasus batuk atau pilek
biasa. Serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat.
Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang
pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang
yang penting bagi pederita ISPA.
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut:
USIA <2 BULAN
TANDA Napas cepat: ≥60x per
menit atau
Tarikan dinding dada
bagiian bawah ke arah
dalam yang kuat
Tidak ada napas cepat:
<60x per menit atau
Tidak ada tarikan
dinding dada bagian
bawah ke arah dalam
KLASIFIKAS
I
PNEUMONIA BERAT BUKAN PNEUMONIA
TINDAKAN Kirim segera ke sarana
rujukan
Beri antibiotik satu
dosis
a. Beri nasihat cara perawatan
di rumah
Jaga agar bayi tidak
kedinginan
Teruskan pemberian ASI
dan berikan ASI lebih
sering
Bersihkan hidung bila
tersumbat
b. Anjurkan ibu untuk
kembali kontrol, bila:
7
Keaadaan bayi memburuk
Napas menjadi cepat
Bayi suliit bernapas
Bayi sulit untuk minum
USIA 2 BULAN SAMPAI <5 TAHUN
TANDA Tarikan dinding
dada bagian bawah
ke arah dalam
Tidak ada tarikan
dinding dada
bagian bawah ke
arah dalam
Napas cepat:
2 bln- <12 bln:
≥50x per menit
1 thn- <5 thn :
≥40x per menit
Tidak ada
tarikan dinding
dada bagian
bawah ke arah
dalam
Tidak ada napas
cepat : 2 bln-
<12 bln: <50x
per menit
1 thn- <5thn:
<40x per menit.
KLASIFIKAS
I
PNEUMONIA
BERATPNEUMONIA
BUKAN
PNEUMONIA
TINDAKAN Rujuk segera ke
sarana kesehatan
Beri antibiotik
satu dosis bila
jarak saarana
kesehatan jauh
Obati bila
Nasihati ibu u/
melakukan
perawatan di
rumah
Beri antibiotik
selama 5hari
Anjurkan ibu u/
Jika batuk
brlangsung
selama 30 hari,
rujuk u/
pemeriksaan
lanjutan
Obati penyakit
8
demam
Obati bila ada
wheezing
kontrol setelah 2
hari/ lebih cepat
billa keadaan
anak memburuk
Obati bila
demam
Obati bila ada
wheezing
lain bila ada
Nasihati ibu u/
melakukan
perawatan
dirumah
Obati bila
demam
Obati bila ada
wheezing
Selain penatalaksanaan yang dicantumkan dalam tabel,
penatalaksanaan lain yang dapat kita lakukan antara lain:
a) Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari.
b) Meningkatkan makanan bergizi.
c) Bila demam beri kompres dan banyak minum.
d) Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan
sapu tangan yang bersih.
e) Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak
terlalu ketat.
f) Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak
tersebut masih menyusui.
2.6.2. Penatalaksanaan Medis
a. Suportif: meningkatkan daya tahan tubuh, berupa nutrisi yang
adekuat, pemberian multivitamin, dll.
b. Antibiotik: Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab utama,
yang ditujukan pada S. pneumonia, H. Influensa dan S. Aureus.
c. Mengatasi panas ( demam ) dengan memberikan parasetamol
atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam
9
harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam
untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai
dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.
Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih,
celupkan pada air ( tidak perlu air es ).
d. Mengatasi batuk. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman
yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok
teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok the, diberikan
tiga kali sehari.
2.7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik di fokuskan pada pengkajian sistem pernapasan :
1) Pengkajian tanda – tanda vital dan kesadaran klien.
2) Inspeksi :
a) Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan.
b) Tonsil tampak kemerahan dan edema.
c) Tampak batuk tidak produktif.
d) Tidak ada jaringna parut pada leher.
e) Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan
tambahan,pernapasan cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi.
3) Palpasi
a) Adanya demam.
b) Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/
nyeri tekan pada nodus limfe servikalis.
c) Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid.
4) Perkusi
Mendengar suara paru, yang normalnya itu suara resonance.
10
5) Auskultasi
Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
2.8. Asuhan Keperawatan
2.8.1. Dasar Data Pengkajian
a) Aktivitas/ Istirahat
Gejala: kelemahan, kelelahan, insomnia.
Tanda: letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
b) Sirkulasi
Gejala: riwayat adanya/ GJK kronis
Tanda: takikardi, penampilan kemerahan atau cepat.
c) Integritas ego
Gejala: banyaknya stresor, masalah finansial.
d) Makanan/ Cairan
Gejala: kehilangan napsu makan, mual/ muntah. Riwayat diabetes
melitus
Tanda:
Distensi abdomen
Hiperaktif bunyi usus
Kulit kering dengan turgos buruk
Penampilan kakeksia ( malnutrisi )
e) Neurosensori
Gejala: sakit kepala daerah frontal ( influenza ).
Tanda: perubahan mental ( bingung, somnolen ).
f) Nyeri/ Kenyamanan
Gejala:
Sakit kepala.
Nyeri dada ( pleuritik ), meningkat oleh batuk; nyeri dada
substernal ( influenza ).
Mialgia, artralgia
11
Tanda: melindungi area yang sakit ( pasien umumnya tidur pada sisi
yang sakit untuk membatasi gerakan ).
g) Pernapasan
Gejala:
Riwayat adanya/ ISK kronis, PPOM, merokok sigaret.
Takipnea, dipsnea progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot
aksesori, pelebaran nasal.
Tanda:
Sputum: merah muda, berkarat, atau purulen.
Perkusi: pekak di atas area yang konsolidasi.
Fremitus: taktil dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi.
Gesekan friksi pleural.
Bunyi napas: menurun atau tak ada di atas area yang terlibat, atau
napas bronkial.
Warna: pucat atau sianosis bibir/ kuku.
h) Keamanan
Gejala:
Riwayat gangguan sistem imun, mis. SLE, AIDS, penggunaan
steroid atau kemoterapi, institusionalisasi, ketidakmampuan umum.
Demam ( mis. 38,5- 39.60C ).
Tanda:
Berkeringat
Menggihil berulang, gemetar
Kemerahan mungkin ada pada kasus rubela atau varisela.
2.8.2. Masalah Keperawatan
1) Hipertermi
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan.
3) Nyeri akut.
4) Resiko tinggi penularan infeksi.
12
13
2.8.3. Intervensi dan Rasional
DiagnosaTujuan & Kriteria
HasilIntervensi Rasional
Hipertermi
berhubungan
dengan proses
inspeksi
Dalam waktu 3 x 24 jam
setelah diberikan
diharapkan suhu tubuh
klien dapat normal, yakni
berkisar antara 360C-
37,5oC.
Kriteria Hasil:
1. Suhu menjadi normal
360C- 37,5oC.
2. TTV normal.
Mandiri
1. Observasi tanda – tanda vital
2. Anjurkan pada klien/keluarga
umtuk melakukan kompres dingin
(air biasa) pada kepala / axial.
3. Anjurkan klien untuk
menggunakan pakaian yang tipis
dan yang dapat menyerap keringat
seperti terbuat dari katun.
4. Atur sirkulasi udara.
R/: Pemantauan tanda vital yang
teratur dapat menentukan
perkembangan perawatan
selanjutnya.
R/: Dengan menberikan kompres
maka aakan terjadi proses konduksi/
perpindahan panas dengan bahan
perantara.
R/: Proses hilangnya panas akan
terhalangi untuk pakaian yang tebal
dan tidak akan menyerap keringat.
R/: Penyedian udara bersih.
14
5. Anjurkan klien untuk minum
banyak ± 2000 – 2500 ml/ hr.
6. Anjurkan klien istirahat ditempat
tidur selama fase febris penyakit
Kolaborasi
Dalam pemberian terapi, obat
antimikrobial dan antipiretika.
R/: Kebutuhan cairan meningkat
karena penguapan tubuh meningkat.
R/: Tirah baring untuk mengurangi
metabolism dan panas.
R/: Untuk mengontrol infeksi
pernapasan,menurunkan panas.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
berhubungan
dengan anoreksia
Dalam waktu 3 x 24 jam
setelah diberikan
diharapkan nutrisi klien
dapat terpenuhi.
Kriteria hasil:
1. Klien dapat mencapai
BB yang direncanakan
mengarah kepada BB
Mandiri
1. Kaji kebiasaan diet, input-output
dan timbang BB setiap hari
2. Berikan makan pporsi kecil tapi
sering dan dalam keadaan hangat
R/: Berguna untuk menentukan
kebutuhan kalori menyusun tujuan
berat badan, dan evaluasi
keadekuatan rencana nutrisi.
R/: Untuk menjamin nutrisi adekuat/
meningkatkan kalori total
15
normal.
2. Klien dapat
mentoleransi diet yang
dianjurkan.
3. Tidak menunujukan
tanda malnutrisi.
3. Beriakan oral sering, buang sekret
berikan wadah khusus untuk sekali
pakai dan tisu serta ciptakan
lingkungan bersih dan
menyenamgkan.
4. Tingkatkan tirai baring.
Kolaborasi
Konsul ahli gizi untuk memberikan
diet sesuai kebutuhan klien
R/: Nafsu makan dapat dirangsang
pada situasi rileks, bersih dan
menyenangkan.
R/: Untuk mengurangi kebutuhahan
metabolik
R/: Metode makan dan kebutuhan
kalori didasarkan pada situasi atau
kebutuhan individu untuk
memberikan nutrisi maksimal.
Nyeri akut
berhubungan
dengan inflamasi
pada membran
Dalam waktu 3 x 24 jam
setelah diberikan
diharapkan nyeri klien
berkurang dan terkontrol.
Mandiri
1. Teliti keluhan nyeri. Catat
intensitasnya ( dengan skala 0 –
10 ), faktor memperburuk atau
R/: Identifikasi karakteristik nyeri &
factor yang berhubungan merupakan
suatu hal yang amat penting untuk
memilih intervensi yang cocok &
16
mukosa faring dan
tonsil. Kriteria hasil:
1. Skala nyeri yang
dialami klien turun
menjadi 4 ataupun 3.
meredakan lokasimya, lamanya,
dan karakteristiknya.
2. Anjurkan klien untuk menghindari
alergen / iritan terhadap debu,
bahan kimia, asap,rokok. Dan
mengistirahatkan/meminimalkan
berbicara bila suara serak.
3. Anjurkan untuk melakukan kumur
air garam hangat
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi
Steroid oral, IV, & inhalasi
Analgesik
untuk mengevaluasi ke efektifan
dari terapi yang diberikan.
R/: Mengurangi bertambah beratnya
penyakit.
R/: Peningkatan sirkulasi pada
daerah tenggorokan serta
mengurangi nyeri tenggorokan.
R/: Kortikosteroid digunakan untuk
mencegah reaksi alergi /
menghambat pengeluaran histamine
dalam inflamadi
pernapasan.Analgesic untuk
mengurangi rasa nyeri.
Resiko tinggi
penularan infeksi
Dalam waktu 3 x 24 jam
setelah diberikan tindakan
Mandiri
1. Batasi pengunjung sesuai indikasi
R/: Menurunkan potensial terpalan
pada penyakit infeksius.
17
berhubungan
dengan tidak
kuatnya pertahanan
sekunder ( adanya
infeksi penekanan
imun )
diharapkan klien tidak
mengalami penularan
infeksi dan pertahanan
tubuh meningkat.
Kriteria hasil:
1. Tidak terjadi penularan.
2. Tidak terjadi
komplikasi.
2. Jaga keseimbangan antara istirahat
dan aktifitas.
3. Tutup mulut dan hidung jika
hendak bersin, jika ditutup dengan
tisu buang segera ketempat sampah
4. Tingkatkan daya tahan tubuh,
terutama anak usia dibawah 2
tahun, lansia dan penderita
penyakit kronis. Dan konsumsi
vitamin C, A dan mineral seng atau
anti oksidan jika kondisi tubuh
menurun / asupan makanan
berkurang
R/: Menurunkan konsumsi
/kebutuhan keseimbangan O2 dan
memperbaiki pertahanan klien
terhadap infeksi, meningkatkan
penyembuhan.
R/: Mencegah penyebaran patogen
melalui cairan
R/: Malnutrisi dapat mempengaruhi
kesehatan umum dan menurunkan
tahanan terhadap infeksi
18
Kolaborasi
Pemberian obat sesuai hasil kultur R/: Dapat diberikan untuk
organiasme khusus yang
teridentifikasi dengan kultur dan
sensitifitas / atau di berikan secara
profilatik karena resiko tinggi
19
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Akut ) adalah penyakit atau
infeksi saluran pernapasan yang bersifat akut akibat masuknya
mikroorganisme melalui saluran pernapasan.
Manifestasi klinis dari penyakit ini biasanya pasien akan
menunjukkan demam, sesak napas, menigismus, batuk, anorexia, dan
lain- lain. Mengapa salah satu dari manifestasi klinisnya pasien
menunjukkan anorexia? Karena akibat dari inflamasi pada saluran
pernapasan, menyebabkan nafsu makan pasien menurun sehingga tidak
ada suplai nutrisi yang masuk ke tubuh pasien.
3.2. Saran
a) Saran untuk perawat, agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang
tepat dan benar kepada pasien dengan ISPA.
b) Untuk mahasiswa, dapat menambah wawasan tentang penyakit ISPA dan
meningkatkan keterampilan dalam memberikan tindakan yang tepat
kepada klien.
20