asma bronkiale pada anak

25
Asma Bronkiale pada Anak Ivanalia Soli Deo 102012359 / E1 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA Koresponden: [email protected] Pendahuluan Asma adalah suatu penyakit yang dapat menyerang segala usia, termasuk anak-anak. Asma merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi trakea dan bronkus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan luas saluran napas bagian bawah. Penyakit ini hilang–timbul, dengan waktu serangan yang pendek. Serangan dari asma sendiri ada yang bersifat ringan, sedang, maupun berat. Meskipun asma bukan penyakit yang ditakuti karena tidak menimbulkan banyak kasus kematian, namun tetap harus dilakukan terapi dan pencegahan yang sesuai agar tidak terjadi gagal nafas. Pada PBL kali ini didapati kasus tentang seorang anak laki-laki berusia 6 tahun yang dibawa ibunya ke poliklinik RS karena sering batuk sejak 3 bulan yang lalu. Batuk terutama terjadi pada malam hari dan tidak disertai demam. Anak telah sering dibawa berobat ke puskesmas namun tidak banyak mengalami perubahan. Seminggu terakhir, batuk-pilek yang dialami anak semakin sering. Berdasarkan kasus tersebut, maka pada makalah kali ini akan dibahas lebih lanjut mengenai asma pada 1

Upload: chapinky

Post on 05-Jan-2016

39 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asma bronkial

TRANSCRIPT

Page 1: Asma Bronkiale Pada Anak

Asma Bronkiale pada AnakIvanalia Soli Deo 102012359 / E1

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Koresponden: [email protected]

Pendahuluan

Asma adalah suatu penyakit yang dapat menyerang segala usia, termasuk anak-

anak. Asma merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi trakea dan

bronkus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan luas

saluran napas bagian bawah. Penyakit ini hilang–timbul, dengan waktu serangan yang

pendek. Serangan dari asma sendiri ada yang bersifat ringan, sedang, maupun berat.

Meskipun asma bukan penyakit yang ditakuti karena tidak menimbulkan banyak

kasus kematian, namun tetap harus dilakukan terapi dan pencegahan yang sesuai agar

tidak terjadi gagal nafas.

Pada PBL kali ini didapati kasus tentang seorang anak laki-laki berusia 6 tahun

yang dibawa ibunya ke poliklinik RS karena sering batuk sejak 3 bulan yang lalu.

Batuk terutama terjadi pada malam hari dan tidak disertai demam. Anak telah sering

dibawa berobat ke puskesmas namun tidak banyak mengalami perubahan. Seminggu

terakhir, batuk-pilek yang dialami anak semakin sering. Berdasarkan kasus tersebut,

maka pada makalah kali ini akan dibahas lebih lanjut mengenai asma pada anak.

Semoga makalah ini dapat berguna bagi mahasiswa FK Universitas Kristen Krida

Wacana.

Pembahasan

Anamnesis

Anamnesis dapat dilakukan kepada pasien secara langsung apabila kondisinya

memungkinkan, namun dapat ditanyakan pula pada orang terdekat atau orang yang

mengantar pasien ke dokter. Sesuai dengan kasus, pertanyaan yang diajukan dapat

meliputi identitas diri, keluhan utama, sejak kapan keluhan utama muncul, keluhan

lain yang mungkin dirasakan, riwayat penyakit yang diderita saat ini, riwayat penyakit

dahulu, riwayat penyakit keluarga, pengobatan yang sudah dilakukan dan kondisi

sosial ekonomi pasien.

1

Page 2: Asma Bronkiale Pada Anak

Pertanyaan khusus yang dapat ditanyakan kepada pasien yang menderita asma,

antara lain: ditanyakan apakah wheezing hilang timbul (jika hilang timbul, ditanyakan

timbulnya saat apa), apakah disertai dengan sesak nafas maupun batuk (jika pasien

mengelukan adanya batuk, tanyakan juga frekuensi, warna dahak yang dikeluarkan,

dan juga apakah disertai darah), apakah pasien memiliki riwayat alergi, adakah

riwayat infeksi saluran nafas, adakah kegiatan jasmani yang dilakukan sebelum terjadi

wheezing, riwayat pengobatan asma, riwayat PPOK (penyakit paru obstruktif kronik);

riwayat penyakit jantung; maupun penyakit kanker.1

Sesuai dengan kasus didapatkan hasil anamnesis sebagai berikut:

Usia : 6thn

Keluhan Utama : Batuk sejak 3 bulan yang lalu, terutama

pada malam hari. Seminggu terakhir

menjadi semakin sering.

Keluhan Lain : (-) demam

Riwayat Pengobatan : Berobat ke puskesmas, tapi tidak

banyak perubahan

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan kesadaran,

pemeriksaan tanda-tanda vital, inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan

tanda-tanda vital meliputi: tekanan darah, nadi, frekuensi napas, dan suhu badan. Pada

inspeksi dilihat apakah bentuk dada simetris, tertinggal pada gerakan napas, dan

apakah trakea terletak ditengah. Hidung, rongga mulut, hendaknya diperiksa bila ada

sumbatan. Jika diperlukan sputum dapat diperiksa untuk mencari adanya sel radang

terutam eosinofil dan bakteri. Perhatikan apakah ada massa tumor, edema, peninggian

tekanan vena jugularis, dan pembesaran kelenjar getah bening.

Pada palpasi dilakukan perabaan untuk melihat adanya rasa nyeri,

tumor/benjolan, penyempitan/pelebaran sela iga, dan pergerakan thoraks. Pada

pemeriksaan auskultasi, didengarkan apakah ada bunyi patologis. Pada penderita

asma akan didapatkan bunyi wheezing. Bunyi wheezing dapat dikalsifikasikan

menjadi dua yaitu lokal dan merata. Wheezing yang terjadi lokal atau setempat

mungkin disebabkan oleh obstruksi seperti pada karsinoma bronkus dan benda asing

atau stenosis yang menetap, sifat wheezingnya monotonal. Sedangkan wheezing yang

tersebar luas dapat disebabkan oleh bronchitis kronik, emfisema, atau penyakit paru

2

Page 3: Asma Bronkiale Pada Anak

obstruktif kronik. Wheezing yang sifatnya intermiten (misalnya hanya pada malam

hari/dini hari) mengarah ke asma, sedangkan bila terjadi pada waku berbaring

mungkim edema paru atau aspirasi. Wheezing yang terjadi tiba-tiba dan lokal

mungkin disebabkan oleh benda asing atau edema paru.1

Dari hasil pemeriksaan didapatkan:

Tanda-tanda vital : Normal

Inspeksi : Takipnea (pernafasan abnormal cepat dan dangkal)

Auskultasi : Wheezing

Pemeriksaan Penunjang2

1. Uji Faal Paru

Uji faal paru dikerjakan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil

provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan, dan mengikuti perjalanan penyakit.

Pemeriksaan faal paru yang penting pada asma ialah PEFR (peak expiratory flow

rate), FEV1 (forced expiratory volume 1 second), FVC (forced vital capasity),

FEV1/FVC. Uji faal paru tidak selalu mudah dilakukan terutama pada anak dibawah

umur 5-6 tahun. Sebaiknya tiap anak dengan asma di uji faal parunya pada tiap

kunjungan. “Peak flow meter” adalah yang paling sederhana, sedangkan dengan

spirometer memberikan data yang lebih lengkap.

FVC, PEFR, dan rasio FEV1/FVC berkurang > 15% dari nilai normalnya.

Perpanjangan waktu ekspirasi paksa biasanya ditemukan, walaupun PEFR dan

FEV1/FVC hanya berkurang sedikit. Inflasi berlebihan yang biasanya gterlihat secara

klinis akan digambarkan sebagai meningginya isi total paru (TLC), isi kapasitas

residu fungsional dan isi residu. Di luar serangan, faal paru tersebut umumnya akan

kembali normal kecuali pada asma yang berat.

Gambar 1. Gambaran Tes Fungsi Faal Paru pada Penderita Asma

3

Page 4: Asma Bronkiale Pada Anak

2. Foto Rontgen Toraks

Pemeriksaan ini perlu dilakukan dan pada foto akan tampak corakan paru yang

meningkat. Hiperinflasi terdapat pada serangan akut dan pada asma kronik.

Atelektasis juga sering ditemukan. Setiap anak penderita asma yang berkunjung

pertama kalinya perlu dibuat foto rontgen parunya. Foto ini dibuat terutama untuk

menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit lain. Foto perlu diulang bila ada

indikasi misalnya dugaan adanya pneumonia atau pneumotoraks. Rontgen foto sinus

paranasalis perlu juga bila asmanya sulit terkontrol.

Gambar 2. Reversible Hyperinflation dengan Asma

3. Pemeriksaan Darah, Eosiinofil dan Uji Tuberculin

Pemeriksaan eosinofil dalam darah, secret hidung dan dahak dapat menunjang

diagnosis asma. Eosinofil dapat ditemukan dalam darah tepi, secret hidung dan

sputum. Dalam sputum dapat ditemukan Kristal Charcot-Leyden dan spiral

Crushman. Bila ada infeksi mungkin akan didapatkan pula lekositosis

polimorfonukleus. Uji tuberculin penting bukan saja karena di Indonesia masih

banyak tuberculosis, tetapi juga karena kalau ada tuberculosis dan tidak diobati,

asmanya pun mungkin sukar dikontrol.

4

Page 5: Asma Bronkiale Pada Anak

4. Uji Kulit Alergi dan Imunologi

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk. Masing-masing cara

mempunyai keuntungan dan kerugiannya. Allergen yang digunakan adalah allergen

yang banyak didapat di daerahnya. Hasil positif harus dicocokkan dengan keadaan

penderita sehari-hari. Bila ada hubungan yang jelas baru uji kulit tersebut berarti.

Kedua cara uji kulit alergi tersebut dapat memberikan hasil positif palsu dalam

presentase kecil dan mempunyai korelasi yang baik dengan IgE yang beredar. Perlu

diingat bahwa reaksi ini dapat ditekan dengan pemberian antihistamin.

Pemeriksaan IgE atau kalau mungkin IgE spesifik dapat memperkuat diagnosis

dan menentukan pengelolaannya. Tetapi bila tidak dapat ditemukan kelainan ini

diagnosis asma belum dapat disingkirkan. Uji alergi kulit berguna untuk menunjukkan

allergen yang potensial sebagai pencetus. Hasil uji alergi kulit harus dihubungkan

dengan keadaan klinis, dan bila cocok itulah allergen pencetus yang sesuai.

Working Diagnosis: Asma Bronkiale

1. Definisi2

Asma merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi trakea dan

bronkus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan luas

saluran napas bagian bawah. Asma sendiri sebenarnya merupakan penyakit yang

hilang–timbul, dengan waktu serangan yang pendek.

2. Epidemiologi3

Penyakit asma merupakan kelainan yang sangat sering ditemukan dan

diperkirakan 4–5% populasi penduduk di Amerika Serikat terjangkit oleh penyakit

ini. Asma bronkial terjadi pada segala usia tetapi terutama dijumpai pada usia dini.

Sekitar separuh kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan sepertiga kasus lainnya

terjadi sebelum usia 40 tahun. Pada usia kanak-kanak terdapat predisposisi laki-

laki:perempuan = 2:1 yang kemudian menjadi sama pada usia 30 tahun.

Kira-kira 2–20% populasi anak dilaporkan pernah menderita asma. Belum ada

penyelidikan menyeluruh mengenai angka kejadian asma pada anak di Indonesia,

namun diperkirakan berkisar antara 5–10%. Dilaporkan di beberapa negara angka

kejadian asma meningkat, misalnya di Jepang. Australia dan Taiwan. Woolcock dan

Konthen pada tahun 1990 di Bali mendapatkan prevalensi asma pada anak dengan

hiperreaktivitas bronkus 2,4% dan hiperreaktivitas bronkus serta gangguan faal paru

adalah 0,7%.

5

Page 6: Asma Bronkiale Pada Anak

3. Etiologi4

Rangsangan yang dapat mencetus serangan asma dapat dikelompokkan dalam

tujuh kategori besar: alergenik, farmakologik, lingkungan, pekerjaan, infeksi,

berhubungan dengan olahraga, dan emosional. Alergen pada asma alergik bergantung

pada respon IgE yang dikontrol oleh limfosit T dan B dan diaktivasi oleh interaksi

antigen dengan ikatan sel mast – IgE. Sebagian besar alergen asma tersebar oleh

udara, dan untuk menghasilkan status sensitivitas membutuhkan waktu yang cukup

lama. Setelah terjadi sensitisasi, pasien dapat menampakkan respon yang hebat,

bahkan kontak dalam hitungan menit dapat menghasilkan eksaserbasi signifikan pada

penyakit ini. Asma alergik biasanya musiman, paling banyak ditemukan pada anak-

anak dan dewasa muda. Sedangkan yang bukan musiman dapat ditimbulkan dari

alergi terhadap bulu, serpihan kulit binatang, kutu debu, jamur, dan antigen

lingkungan lain yang ada secara kontinyu.

Gambar 3. Beberapa Faktor Penyebab Asma

Rangsangan farmakologis juga dapat menyebabkan asma. Obat yang paling sering

berhubungan dengan fase akut asma adalah aspirin (NSAID), zat warna seperti

tartazin, antagonis ß-adrenergik, dan senyawa sulfit. Tipe yang sensitif aspirin

terutama pada orang dewasa, walaupun terdapat juga pada anak-anak. Terdapat

reaktivitas silang antara aspirin dengan NSAID yang menginhibisi prostaglandin G/H

sintase 1. Pasien dengan sensitivitas terhadap aspirin dapat didesensitisasi dengan

pemberian aspirin harian, sehingga terjadi toleransi silang dengan NSAID lainnya.

6

Page 7: Asma Bronkiale Pada Anak

Antagonis ß-adrenergik pada individ dengan asma dapat menghambat saluran

napas dengan meningkatkan reaktivitas saluran napas dan harus dihindari. Bahkan

antagonis ß-adrenergik selektif beta 1 memiliki kecenderungan tersebut dalam dosis

yang lebih tinggi. Terdapat fakta bahwa penggunaan lokal penghambat beta 1 pada

mata untuk mengobati glaukoma berhubungan dengan memburuknya asma. Senyawa

sulfit, yang digunakan secara luas pada makanan dan industri farmasi sebagai zat

untuk sanitasi dan pengawet, dapat menimbulkan penyumbatan saluran napas bagi

orang yang sensitif. Paparan terjadi karena memakan makanan dan obat-obatan yang

mengandung zat-zat tersebut.

Faktor lingkungan juga diketahui dapat menimbulkan asma. Penyebab asma dari

lingkungan biasanya berkaitan dengan kondisi iklim yang meningkatkan konsentrasi

polutan dan antigen atmosfir. Kondisi ini terdapat pada wilayah indutri berat dan

perkotaan padat dan seringkali nerhubungan dengan perubahan suhu atau siluasi lain

yang menimbulkan udara tidak mengalir. Dalam keadaan ini, walaupun populasi

secara umum dapat mengalami gangguan pernapasan, pasien dengan asma dan

penyakit pernapasan yang lain dapat terpengaruh lebih buruk.

Pekerjaan seseorang bisa dihubungkan pula dengan terjadinya asma, sebab dari

hasil laporan diketahui bahwa bbstruksi saluran parnapasan akut dan kronis berkaitan

dengan paparan sejumlah besar senyawa yang digunakan dalam berbagai macam

industri (umumnya senyawa dengan berat molekul tinggi). Senyawa dengan berat

molekul tinggi menimbulkan asma dengan menghasilkan reaksi imunologis,

sedangkan senyawa dengan berat molekul rendah merupakan senyawa yang memiliki

efek konstriktor bronkus.

Infeksi saluran napas merupakan rangsangan yang paling sering menimbulkan

eksaserbasi akut pada asma. Virus saluran napas dan bukan bakteri atau alergi

terhadap mikroorganisme adalah faktor etiologi yang paling utama. Pada anak yang

masih kecil, penyebab infeksi yang paling penting adalah virus pernapasan sinsisial

dan virus parainfluenza. Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa, Rhinovirus

dan virus influenza merupakan patogen yang dominan.

Kegiatan olahraga dapat pula menimbulkan asma. Biasanya serangan timbul

setelahnya, dan tidak timbul selama olahraga. Semakin tinggi tingkat ventilasi dan

semakin dingin udara menentukan parahnya obstruksi saluran napas. Mekanisme yang

ditimbulkan oleh olahraga dalam menimbulkan obstruksi berhubungan dengan

hiperemia yang dipengaruhi suhu dan kebocoran kapiler pada dinding saluran napas.

7

Page 8: Asma Bronkiale Pada Anak

Faktor psikologis yang dapat memperburuk atau meringankan asma. Perubahan pada

diameter saluran napas berhubungan dengan aktivitas eferen n.vagus, tetapi mungkin

juga endorfin memiliki peran. Peran faktor psikologis mungkin bervariasi antara satu

pasien dengan yang lain dan antara satu serangan dengan serangan yang lain.

4. Patofisologi2

Seperti telah dikemukakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya

asma, sehingga belum ada patogenesis yang dapat menerangkan semua penemuan

pada penyakit asma. Tampilan fisiologis dan klinis asma berasal dari interaksi antara

jaringan dengan sel radang yang berinfiltrasi pada epitel permukaan saluran napas,

mediator radang, dan sitokin. Sel yang memiliki peranan yang penting dalam respon

radang adalah sel mast, eosinofil, limfosit, dan sel epitel saluran napas. Sel mast dapat

terangsang oleh berbagai pencetusan misalnya alergen, infeksi, exercise, dan lain-lain.

Setiap jenis sel tersebut dapat mengeluarkan mediator dan sitokin untuk

menginisiasi dan mengamplifikasi inflamasi akut dan juga perubahan patologis dalam

jangka panjang. Mediator yang dilepaskan menghasilkan reaksi radang yang cepat

dan hebat dan menimbulkan konstriksi bronkus, kongesti vaskular, pembentukan

edema, meningkatkan produksi mukus, dan menghambat transport mukosiliaris.

Reaksi cepat tersebut dapat diikuti dengan reaksi yang kronis.

Eosinofil memiliki peran yang penting dalam komponen infiltratif. Interleukin

(IL) 5 menstimulasi pelepasan sel-sel ini ke dalam sirkulasi dan bertahan. Jika telah

teraktivasi, sel-sel ini menjadi sumber kaya leukotrien, dan melepaskan protein

granuler dan radikal bebas derivat oksigen mampu merusak epitel saluran napas,

kemudian masuk ke lumen bronkial dalam bentuk badan Creola. Disamping

menghilangkan fungsi sawar dan sekretori, kerusakan tersebut merangsang

pengeluaranan sitokin kemotaktik, yang menimbulkan peradangan lebih lanjut.

Gambar 4. Patofisiologi Asma

8

Page 9: Asma Bronkiale Pada Anak

5. Gejala Klinis

Secara klinis asma dibagi dalam tiga stadium, yaitu Stadium I, II, dan III. Stadium

I adalah saat dimana terjadinya edema dinding bronkus dan batuk paroksismal karena

iritasi dan batuk kering. Sputum yang kental dan mengumpul merupakan benda asing

yang merangsang batuk tersebut. Pada Stadium II, sekresi bronkus bertambah banyak

dan batuk dengan dahak yang jernih dan berbusa. Pada stadium ini anak akan mulai

merasa sesak nafas berusaha bernafas lebih dalam. Ekspirium memanjang dan

terdengar bunyi mengi. Tampak otot nafas tambahan turut bekerja.2

Terdapat retraksi suprasternal, epigastrium dan mungkin juga sela iga. Anak lebih

senang duduk dengan membungkuk, tangan menekan pada tepi tempat tidur atau

kursi. Anak tampak gelisah, pucat, dan sianosis sekitar mulut. Toraks membungkuk

kedepan dan lebih bulat serta bergerak lambat pada pernafasan. Pada anak yang lebih

kecil, cenderung terjadi pernafasan abdominal, retraksi suprasternal dan intercostal.2

Stadium III, obstruksi atau spasme lebih berat, aliran udara sangat sedikit

sehingga suara nafas hampir tidak terdengar. Stadium ini sangat berbahaya karena

sering disangka ada perbaikan. Juga batuk seperti ditekan. Pernapasan dangkal, tidak

teratur dan frekuensi nafas mendadak meninggi.2

Pada anak, gambaran klinis asma dibagi menjadi 3 yaitu: asma episodic jarang,

asma episodic sering, dan asma kronik/presisten. Asma episodic jarang biasanya

terdapat pada anak umur 3-6 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus

saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun. Lamanya

serangan paling lama beberapa hari saja dan jarang merupakan serangan yang berat.

Gejala-gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung

sekitar 3-4 hari. Sedangkan batuk-batuknya dapat berlangsung 10-14 hari. Manifestasi

alergi lainnya misalnya eksim jarang didapatkan pada golongan ini. Tumbuh kembang

anak biasanya baik. di luar derangan tidak ditemukan kelainan. Waktu remisi

berminggu-minggi sampai berbulan-bulan. Golongan ini merupakan 70-75% dari

populasi asma anak.5

Asma episodic sering, 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur

sebelum 3 tahun. Pada permulaan, serangan berhubungan denga infeksi saluran nafas

akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya

orangtua menghubungkan dengan perubahan udara, adanya alerggen, aktivitas fisik

dan stress. Banyak kasus yang tidak jelas pencetusnya. Banyaknya serangan 3-4 kali

dalam satu tahun dan tiap kali serangan beberapa hari smapia beberapa minggu.

9

Page 10: Asma Bronkiale Pada Anak

Frekuensi serangan paling tinggi pada umur 8-13 tahun. Pada golongan lanjut kadang-

kadang sukar dibedakan dengan golongan asma kronik atau persisten. Umumnya

gejala paling jelek terjadi pada malam hari dengan batuk dan mengi yang dapat

mengganggu tidur. Pada golongan ini jarang ditemukan gangguan pertumbuhan.5

Pada 25% anak golongan asma presisten/kronik, serangan pertama terjadi

sebelum umur 6 tahu, 75% sebelum umur 3 tahun. Lima puluh persen anak terdapat

mengi yang lama pada 2 tahun pertama dan pada 50% sisanya serangannya episodic.

Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi salura nafas yang persisten

dan hampir selalu terdapat mengi tiap hari. Pada malam hari sering terganggu oleh

batuk dan mengi. Aktivitas fisik sering menyebabkan mengi. Dari waktu ke waktu

terjadi serangan yang berat dan sering memerlukan perawatan rumah sakit.5

6. Penatalaksanaan5

Pada serangan asma, tujuan tatalaksananya adalah untuk meredakan penyempitan

jalan napas secepat mungkin, mengurangui hipoksemia, mengembalikan fungsi paru

ke keadaan normal secepatnya, dan untuk mencegah kekambuhan. Penanganan awal

terhadap pasien adalah pemberian β-agonis secara nebulisasi. Garam fisiologis dapat

ditambahkan dalam cairan nebulisasi. Nebulisasi serupa dapat diulang dua kali lagi

dalam selang 20 menit. Pada pemberian ketiga dapat ditambahkan obat antikolinergik.

Beberapa peneliti menganjurkan pemberian obat antikolinergik bersama-sama dengan

β-agonis pada saat serangan sedang dan berat.

6.1 Serangan Ringan

Jika dengan sekali nebulisasi pasien menunjukkan respons yang baik (complete

response), berarti derajat serangannya ringan. Pasien diobservasi selama 1-2 jam, jika

respons tersebut bertahan (klinis tetap baik), pasien dapat dipulangkan. Yang harus

diingat adalah, pasien harus dibekali obat bronkodilator (hirupan atau oral) yang

diberikan tiap 4-6 jam. Pada keadaan tertentu seperti jika pencetus serangannya

adalah virus, dan ada riwayat serangan asma sedang/berat, maka dapat ditambahkan

steroid oral jangka pendek/shortcourse (3-5 hari). Pada anak asma episodic sering dan

asma persisten, obat controller (pengendali) harus tetap diberikan pada saat pasien

pulang.

10

Page 11: Asma Bronkiale Pada Anak

6.2 Serangan Sedang

Jika dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali, pasien hanya menunjukkan

respons parsial (incomplete respons), kemungkinan derajat serangannya sedang.

Untuk itu perlu dinilai ulang derajatnya sesuai pedoman di atas. Jika serangannya

memang termasuk serangan sedang, berikan oksigen 2 l/menit, kemudian pasien

dobservasi dan ditangani di ruang rawat sehari. Pada keadaan serangan sedang

sebaiknya dipasang jalur parenteral untuk persiapan darurat. Pada keadaan alat

nebulizer tidak tersedia, maka sebagai alternative lain dapat digunakan inhaler (MDI=

Metered Dose Inhaler) yang dihubungkan dengan spacer.

6.3 Serangan Berat

Bila dengan 3 kali nebulisasi berturut-turut pasien tidakm enunjukkan respons

(poor response), yaitu gejala dan tanda serangan masih ada, maka pasien harus

diruang rawat inap. Oksigen 2-4L/menit diberikan sejak awal termasuk saat

nebulisasi. Pasang jalur parenteral dan lakukan foto toraks, jika sejak penilaian awal

pasin mengalami serangan berat, nebulisasi cukup diberikan sekali langsung dengan

β-agonis dan antikolinergik.

Bila pasien menunjukkan gejala dan tanda ancaman henti napas, pasien harus

langsung dirawat di ruang rawat intensif. Untuk pasien dengan serangan berat dan

ancaman hnti napas, langsung dibuat foto rontgen toraks guna mendeteksi komplikasi

pneumotoraks dan/atau pneumomediastinum.

Pada tatalaksana di atas, terlihat bahwa peran nebulisasi sangat penting perannya

pada saat serangan asma. Namun sampai saat ini belum semua dokter memiliki alat

nebulisasi di tempat praktek maupun di klinik/rumah sakitnya, maka penggunaan obat

adrenalin sebagai alternative dapat digunakan. Adrenalin diberikan secara subkutan,

dengan dosis 0,01 ml/kgBB/kali, dengan dosis maksimalnya 0,3 ml/kali. Sesuai

dengan panduan tatalaksana di IGD, adrenalin dapat diberikan 3 kali berturut-turut

dengan selangan 20 menit.

11

Page 12: Asma Bronkiale Pada Anak

7. Komplikasi

Bila serangan asma sering terjadi dan telah berlangsung lama, maka akan terjadi

emfisema dan mengakibatkan perubahan bentuk toraks yaitu toraks membungkuk ke

depan dan memanjang. Pada foto rontgen toraks terlihat diafragma letak rendah,

gambaran jantung menyempit, corakan hilus kiri dan kanan bertambah. entuk dada

brung dapat dinilai dari perbaikan pertumbuhannya.rang tua. Pada asma kronik dan

berat dapat terjadi bentuk dada burung dara dan tampak sulkus Harrison.6

Bila sekret banyak dan kental, salah satu bronkus dapat tersumbat sehingga dapat

terjadi atelektasis pada lobus segmen yang sesuai. Bila atelektasis berlangsung lama

dapat berubah menjadi bronkiektasis dan bila ada infeksi terjadi bronkopneumonia.

Serangan asma yang terus menerus dan beberapa hari serta berat dan tidak dapat

diatasi dengan obat-obatan disebut status asmatikus. Bila tidak dtolong dengan

semestinya dapat menyebabkan gagal pernapasan, gagak jantung, bahkan kematian.3

8. Prognosis2

Prognosis jangka panjang asma anak pada umumnya baik. sebagian besar asma

anak hilang atau berkurang dengan bertambahnya umur. Sekitar 50% asma episodic

jarang sudah menghilang pada umur 10-14 tahun dan hanya 15% yang menjadi asma

kronik pada umur 21 tahun. Dua puluh persen asma episodic sering sudah tidak

timbul pada masa akil baliq, 60% tetap sebagai asma episodic sering dan sisanya

sebagai asma episodic jarang. Hanya 5% dari asma kronik/persisten yang dapat

menghilang pada umur 21 tahun, 20% menjadi asma episodic jarang. Secara

keseluruhan dapat dikatakan 70-80% asma anak bila diikuti sampai dengan umur 21

tahun asmanya sudah menghilang.

9. Pencegahan

Serangan eksaserbasi akut asma dapat dicegah dengan menghindari faktor

pencetus asma yang tergantung pada penyebab asma masing-masing pasien.

Identifikasi dan penghindaran alergen di rumah dan tempat kerja harus sebisa

mungkin dilakukan. Penghindaran yang benar-benar terhadap paparan tungau debu

rumah, hewan-hewan peliharaan, dan faktor pekerjaan berhubungan dengan perbaikan

nyata pada gejala-gejala pernapasan, fungsi paru-paru dan hiperresponsivitas saluran

napas. Membuang hewan peliharaan, terutama kucing, dari dalam rumah akan sangat

efektif bila disertai pembersihan dan pencucian rumah untuk menghilangkan alergen

12

Page 13: Asma Bronkiale Pada Anak

yang mungkin tertinggal yang bisa tetap berada pada konsentrasi yang cukup untuk

merangsang asma dalam waktu yang lama.

Differential Diagnosis2

1. Bronkitis Kronik/Batuk Kronik Berulang (BKB)

Bronkitis kronik adalah suatu keadaan klinis yang disebabkan oleh berbagai

penyebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu

berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3X dalam 3 bulan dengan atau tanpa

gejala respiratorik lainnya. Etiologinya dapat disebabkan oleh Rhinovirus,

Parainfluenza, Influenza, Adenovirus, Enterovirus, maupun bakteri (H.influenza,

Strep.pneumonia, Staf.aureus).

Gejala utama yang terlihat pada pederiita bronkitis kronis adalah batuk baik yang

produktif maupun yang kering. Selain itu kadangkala ditemukan wheezing, rasa nyeri

di dada, dan memburuk saat malam hari. Karena itulah, pada anak yang datang

dengan gejala seperti bronkitis kronis, harus dipikirkan pula kemungkinan terjadinya

asma. Williams dan McNicol pada tahun 1969 telah menemukan kesamaan klinis,

patologi dan epidemologi antara bronkitis kronik dan asma. Pengobatan yang dapat

dilakukan antara lain dengan pemberian bronkodilator bila berhubungan dengan asma

dan antibiotik seperti ampisilin maupun eritromisin bila diperlukan.

Gambar 5. Gambaran Bronkiolus Penderita Bronkitis

13

Page 14: Asma Bronkiale Pada Anak

2. Bronkiolitis Akut

Penyakit ini merupakan suatu sindrom obstruksi bronkiolus yang sering di derita

bayi dan anak kecil yang berumur kurang dari 2 tahun. Angka kejadian tertinggi rata-

rata ditemukan pada usia 6 bulan. Penyebabnya sebagian besar (50%) dikarenakan

Respiratory syncytial virus. Sebagian lagi disebabkan oleh parainfluenza virus, Eaton

agent (Mycoplasma pneumonia), adenovirus dan beberapa virus lain.

Bronkiolitis akut biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas,

disertai dengan batuk pilek untuk beberapa hari, biasanya tanpa disertai kenaikan

suhu. Anak mulai mengalami sesak nafas, makin lama makin hebat, pernafasa

dangkat dan cepat dan disertai dengan serangan batuk. Pada pemeriksaan terdengar

ekspirium memamjam disertai dengan mengi (Wheezing). Keadaan ini harus

dibedakan dengan asma yang kadang-kadang juga timbul pada usia muda. Anak

dengan asma akan memberikan respon terhadap pengobatan dengan bronkodilator,

sedangkan anak dengan bronkiolitis tidak.

Gambar 6. Bronkiolus pada Penderita Bronkiolitis

Kesimpulan

Asma merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi trakea dan

bronkus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan luas

saluran napas bagian bawah. Rangsangan yang dapat mencetus serangan asma antara

lain: alergenik, farmakologik, lingkungan, pekerjaan, infeksi, berhubungan dengan

olahraga, dan emosional. Patofisiologi asma terkait dengan terjadinya proses radang

yang kemudian dengan cepat menimbulkan konstriksi bronkus, kongesti vaskular,

pembentukan edema, meningkatkan produksi mukus, dan menghambat transport

mukosiliaris. Pada anak, gambaran klinis asma dibagi menjadi: asma episodic jarang,

14

Page 15: Asma Bronkiale Pada Anak

asma episodic sering, dan asma kronik/presisten. Penatalaksanaan asma ditujukan

untuk meredakan penyempitan jalan napas secepat mungkin, mengurangi hipoksemia,

mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal secepatnya, dan untuk mencegah

kekambuhan.

Daftar Pustaka

1. Setiati S, Purnamasari D, Rinaldi I, Ranitya R, Pitoyo CW. Lima puluh masalah kesehatan di bidang ilmu penyakit dalam. Edisi 1. Jakarta; FKUI; 2008.h.202-5.

2. Staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI. Ilmu kesehatan anak. Edisi 11. Jakarta; Infomedika; 2007.h.1198-228.

3. Isselbacher. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit dalam. Edisi 13. Volume 3. Editor Edisi bahasa Indonesia : Ahmad H. Asdie. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta, 2000.

4. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson textbook of pediatrics. Edisi 15. Jakarta; EGC; 1999.h.775-90.

5. Supriyanto B. Tatalaksana serangan asma pada anak. Dalam: Departemen ilmu kesehatan anak FKUI. Edisi 1. Jakarta; Balai penerbit FKUI; 2004.h.60-9.

6. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Asma : Pedoman Diagnosis dan Penatalaksaan di Indonesia. Balai Penerbit FKUI : Jakarta, 2004.

15