askep pieolonefritis akut
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN PILONEFRITIS AKUT
A. Definisi Pielonefritis
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang
sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama
1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka
dapat menimbulkan gejala lanjut yang disebut dengan pielonefritis kronis.
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan
jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002:
1436).
Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul
secara hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002: 668)
B. Macam-Macam Pielonefritis
Ginjal merupakan bagian utama dari sistem saluran kemih yang terdiri
atas organ-organ tubuh yang berfungsi memproduksi maupun menyalurkan air
kemih (urine) ke luar tubuh. Berbagai penyakit dapat menyerang komponen-
komponen ginjal, antara lain yaitu infeksi ginjal.
Pielonefritis dibagi menjadi dua macam yaitu :
1. Pielonefritis kronis
2. Pyelonefritis akut
1. Pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang
karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang
berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai.Infeksi bakteri dari
saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi
ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri
dalam urin. Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel
inflamasi. Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut
kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta
glomerulus terjadi. Pyelonefritis akut merupakan salah satu penyakit ginjal
yang sering ditemui.
Gangguan ini tidak dapat dilepaskan dari infeksi saluran kemih.
Infeksi ginjal lebih sering terjadi pada wanita, hal ini karena saluran kemih
bagian bawahnya (uretra) lebih pendek dibandingkan laki-laki, dan saluran
kemihnya terletak berdekatan dengan vagina dan anus, sehingga lebih cepat
mencapai kandung kemih dan menyebar ke ginjal. Insiden penyakit ini juga
akan bertambah pada wanita hamil dan pada usia di atas 40 tahun. Demikian
pula, penderita kencing manis/diabetes mellitus dan penyakit ginjal lainnya
lebih mudah terkena infeksi ginjal dan saluran kemih.
2. Pielonefritis kronis
Pyelonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga
karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin.Pyelonefritis
kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang
berulangkali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal
failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut
progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan
ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa
tahun atau setelah infeksi yang gawat.Pembagian PielonefritisPielonefritis
akutSering ditemukan pada wanita hamil, biasanya diawali dengan hidro
ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar.
C. Etiologi
1. Bakteri (Escherichia coli, Klebsielle pneumoniac, Streptococus fecalis, dll).
Escherichia coli merupakan penyebab 85% dari infeksi.
2. Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat.
3. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih
kembali ke dalam ureter.
4. Kehamilan
5. Kencing Manis
6. Keadaan-keadaan menurunnya imunitas untuk melawan infeksi.
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah
oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan
ureter di tempat masuknya ke kandung kemih. Berbagai penyumbatan fisik pada
aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik air
kemih dari kandung kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya infeksi ginjal.
D. Tanda dan Gejala
Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba. Kemudian dapat
disertai menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual, dan muntah. Pada
beberapa kasus juga menunjukkan gejala ISK bagian bawah yang dapat berupa
nyeri berkemih dan frekuensi berkemih yang meningkat.
Dapat terjadi kolik renalis, di mana penderita merasakan nyeri hebat yang
desebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena adanya iritasi akibat
infeksi atau karena lewatnya batu ginjal. Bisa terjadi pembesaran pada salah satu
atau kedua ginjal. Kadang juga disertai otot perut berkontraksi kuat.
Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih
sulit untuk dikenali.
1. Pyelonefritis akut ditandai dengan :
a. Pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal
b. Pada pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil,
nausea,
c. Nyeri pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan fisik.
d. Pada perkusi di daerah CVA ditandai adanya tenderness.
e. Klien biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa hari.
f. Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria dengan
bau yang tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel darah putih.
E. Patofisiologi
Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis,
Pseudomonas aeruginosa, dan Staphilococus aureus yang menginfeksi ginjal
berasal dari luar tubuh yang masuk melalui saluran kemih bagian bawah (uretra),
merambat ke kandung kemih, lalu ke ureter (saluran kemih bagian atas yang
menghubungkan kandung kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal, yang kemudian
menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu 24-48 jam. Infeksi
bakteri pada ginjal juga dapat disebarkan melalui alat-alat seperti kateter dan
bedah urologis. Bakteri lebih mudah menyerang ginjal bila terdapat hambatan
atau obstruksi saluran kemih yang mempersulit pengeluaran urin, seperti adanya
batu atau tumor.
Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang
tidak lazim. Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Kalik dan
pelvis ginjal juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghsilkan fibrosis
dan scarring. Pielonefritis kronis muncul stelah periode berulang dari pielonefritis
akut. Ginjal mengalami perubahan degeneratif dan menjadi kecil serta atrophic.
Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal.
F. PatoflowBakteri
Masuk Sal. Kemih Masuk sel darqah
Obstruksi Ginjal
Aliran balik ginjal oleh bakteri
Nyeri akut
Peradangan/ infeksi ginjal
DemamHematuria
Perubahan rasa nyaman
Gang. Pola tidur
Kurang pengetahuan
Ansietas
Penguapan berlebihan
Gang. Nutrisi
Nafsu makan menurun
Mukosa kering
Hipertermia
Resiko kurang Vol. Cairan
G. Komplikasi
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut (Patologi
Umum & Sistematik J. C. E. Underwood, 2002: 669)
1. Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah
pada area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila guinjal,
terutama pada penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya
obstruksi.
2. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang
dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem
kaliks mengalami supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat
adanya pus.
3. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan
meluas ke dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.
Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir
(mulai dari hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan
parut), hipertensi, dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai
organisme pengurai urea, yang mangakibatkan terbentuknya batu)
(Brunner&Suddarth, 2002: 1437).
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk memperkuat diagnosis pielonefritis adalah:
Intoleransi aktivitas
1. Whole blood
2. Urinalisis
3. USG dan Radiologi : USG dan rontgen bisa membantu
menemukan adanya batu ginjal, kelainan struktural atau penyebab
penyumbatan air kemih lainnya
4. BUN
5. Creatinin
6. Serum Electrolytes
7. Biopsi ginjal
8. Pemeriksaan IVP : Pielogram intravena (IVP)
mengidentifikasi perubahan atau abnormalitas struktur
I. Pencegahan
Untuk membantu perawatan infeksi ginjal, berikut beberapa hal yang harus
dilakukan:
1. Minumlah banyak air (sekitar 2,5 liter ) untuk membantu pengosongan
kandung kemih serta kontaminasi urin.
2. Perhatikan makanan (diet) supaya tidak terbentuk batu ginjal
3. Banyak istirahat di tempat tidur
4. Terapi antibiotika
Untuk mencegah terkena infeksi ginjal adalah dengan memastikan tidak
pernah mengalami infeksi saluran kemih, antara lain dengan memperhatikan cara
membersihkan setelah buang air besar, terutama pada wanita. Senantiasa
membersihkan dari depan ke belakang, jangan dari belakang ke depan. Hal
tersebut untuk mencegah kontaminasi bakteri dari feses sewaktu buang air besar
agar tidak masuk melalui vagina dan menyerang uretra. Pada waktu pemasangan
kateter harus diperhatikan kebersihan dan kesterilan alat agar tidak terjadi infeksi.
Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan
infeksi ginjal mempunyai khasiat sebagai antiradang, antiinfeksi, menurunkan
panas, dan diuretik (peluruh kemih). Tumbuhan obat yang dapat digunakan,
antara lain :
1. Kumis kucing (Ortthosiphon aristatus)
2. Meniran (Phyllanthus urinaria)
3. Sambiloto (Andrographis paniculata)
4. Pegagan (Centella asiatica)
5. Daun Sendok (Plantago major)
6. Akar alang-alang (Imperata cyllindrica)
7. Rambut Jagung (Zea mays)
8. Krokot (Portulaca oleracea)
9. Jombang (Taraxacum mongolicum)
10. Rumput mutiara(Hedyotys corymbosa)
J. Penatalaksanaan Medik
Infeksi ginjal akut setelah diobati beberapa minggu biasanya akan sembuh
tuntas. Namun residu infeksi bakteri dapat menyebabkan penyakit kambuh
kembali terutama pada penderita yang kekebalan tubuhnya lemah seperti
penderita diabetes atau adanya sumbatan/hambatan aliran urin misalnya oleh batu,
tumor dan sebagainya.
Penatalaksanaan medis menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun
2007:
1. Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobial
seperti trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ, Septra), gentamycin
dengan atau tanpa ampicilin, cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama
14 hari.
2. Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa
nyaman, dan meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat
farmakologi tambahan antispasmodic dan anticholinergic seperti oxybutinin
(Ditropan) dan propantheline (Pro-Banthine).
3. Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan ginjal
secara progresif.
Penatalaksanaan keperawatan menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith
tahun 2007:
1. Mengkaji riwayat medis, obat-obatan, dan alergi.
2. Monitor Vital Sign
3. Melakukan pemeriksaan fisik
4. Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien.
5. Mengumpulkan spesimen urin segar untuk urinalisis.
6. Memantau input dan output cairan.
7. Mengevaluasi hasil tes laboratorium (BUN, creatinin, serum electrolytes)
8. Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti prosedur
pengobatan. Karena pada kasus kronis, pengobatan bertambah lama dan
memakan banyak biaya yang dapat membuat pasien berkecil hati.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PYLONEFRITIS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Anak wanita dan wanita dewasa mempunyai insidens infeksi saluran kemih
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria.
2. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama : Nyeri punggung bawah dan disuria
b. Riwayat penyakit sekarang : Masuknya bakteri kekandung
kemih sehingga menyebabkan infeksi
c. Riwayat penyakit dahulu : Mungkin klien pernah mengalami
penyakit seperti ini sebelumnya
d. Riwayat penyakit keluarga : ISK bukanlah penyakit
keturunan
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : Kurangnya pengetahuan klien
tentang pencegahan
b. Pola instirahat dan tidur : Istirahat dan tidur klien mengalami gangguan
karena gelisah dan nyeri.
c. Pola eminasi : Klien cenderung mengalami disuria dan sering kencing
d. Pola aktivitas : Akativitas klien mengalami gangguan karena rasa nyeri
yang kadang dating.
4. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
1) TD : normal / meningkat
2) Nadi : normal / meningkat
3) Respirasi : normal / meningkat
4) Temperatur : meningkat
b. Data focus
1) Inpeksi : Rrekuensi miksi b (+), lemah dan lesu, urin keruh
2) Palpasi : Suhu tubuh meningkat
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Infeksi berhubungan dengan adanya bakteri pada ginjal.
2. Hipertermi berhubungan dengan respon imunologi
terhadap infeksi.
3. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan,
frekuensi, dan atau nokturia) berhubungan dengan infeksi pada ginjal.
4. Nyeri berhubungan dengan infeksi pada ginjal.
5. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di
rumah.
6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis,
dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Infeksi berhubungan dengan adanya bakteri pada ginjal.
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam infeksi dapat teratasi dengan:NOC :
1. Immune Status2. Knowledge : Infection
control3. Risk control
Kriteria Hasil :1. Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi2. Mendeskripsikan proses
penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya,
3. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
4. Jumlah leukosit dalam batas normal
5. Menunjukkan perilaku hidup sehat
NIC :Infection Control (Kontrol infeksi)1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
lain2. Pertahankan teknik isolasi3. Batasi pengunjung bila perlu4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
pelindung8. Pertahankan lingkungan aseptik selama
pemasangan alat9. Ganti letak IV perifer dan line central dan
dressing sesuai dengan petunjuk umum10. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
infeksi kandung kencing 11. Tingkatkan intake nutrisi12. Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lokal2. Monitor hitung granulosit, WBC3. Monitor kerentanan terhadap infeksi4. Batasi pengunjung5. Saring pengunjung terhadap penyakit menular6. Partahankan teknik aspesis pada pasien yang
beresiko7. Pertahankan teknik isolasi k/p8. Berikan perawatan kuliat pada area epidema9. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase10. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah11. Dorong masukkan nutrisi yang cukup12. Dorong masukan cairan13. Dorong istirahat14. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
sesuai resep15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi16. Ajarkan cara menghindari infeksi17. Laporkan kecurigaan infeksi18. Laporkan kultur positif
2. Hipertermi berhubungan dengan respon imunologi terhadap infeksi.
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam hipertermi dapat teratasi dengan:NOC : ThermoregulationKriteria Hasil :1. Suhu tubuh dalam
rentang normal2. Nadi dan RR dalam
rentang normal3. Tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak ada pusing
NIC :Fever treatment1. Monitor suhu sesering mungkin2. Monitor IWL3. Monitor warna dan suhu kulit4. Monitor tekanan darah, nadi dan RR5. Monitor penurunan tingkat kesadaran6. Monitor WBC, Hb, dan Hct7. Monitor intake dan output8. Berikan anti piretik9. Berikan pengobatan untuk mengatasi
penyebab demam10.Selimuti pasien11.Lakukan tapid sponge12.Kolaborasipemberian cairan intravena13.Kompres pasien pada lipat paha dan aksila14.Tingkatkan sirkulasi udara15.Berikan pengobatan untuk mencegah
terjadinya menggigil
Temperature regulation1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam2. Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu3. Monitor TD, nadi, dan RR4. Monitor warna dan suhu kulit5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi7. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh8. Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan
akibat panas9. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
10. Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan
12. Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign Monitoring1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas6. Monitor kualitas dari nadi7. Monitor frekuensi dan irama pernapasan8. Monitor suara paru9. Monitor pola pernapasan abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit11. Monitor sianosis perifer12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
3. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) berhubungan
dengan infeksi pada ginjal.
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam perubahan pola eliminasi dapat teratasi dengan:
4. Nyeri berhubungan dengan infeksi pada ginjal.
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam nyeri dapat teratasi dengan:NOC :
1. Pain Level,
2. Pain control,
3. Comfort level
Kriteria Hasil :1. Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri, mampu
Pain Management1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam rentang normal
lampau6. Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri15. Tingkatkan istirahat16. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi4. Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
9. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
5. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode
pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam kecemasan dapat teratasi dengan:NOC :
1. Anxiety control2. Coping3. Impulse control
Kriteria Hasil :1. Klien mampu
mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
3. Vital sign dalam batas normal
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh
NIC :
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
pelaku pasien3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur4. Pahami prespektif pasien terhdap situasi
stres5. Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut6. Berikan informasi faktual mengenai
diagnosis, tindakan prognosis 7. Dorong keluarga untuk menemani anak8. Lakukan back / neck rub9. Dengarkan dengan penuh perhatian10. Identifikasi tingkat kecemasan 11. Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan12. Dorong pasien untuk mengungkapkan
dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
perasaan, ketakutan, persepsi13. Instruksikan pasien menggunakan teknik
relaksasi14. Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan
6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya sumber informasi.
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam klien dapat mengetahui informasi yang dibutuhkan dengan:NOC :
1. Kowlwdge : disease process
2. Kowledge : health Behavior
Kriteria Hasil :1. Pasien dan keluarga
menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
NIC :
Teaching : disease Process
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan penyebab,
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.
dengna cara yang tepat 6. Sediakan informasi pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang tepat 7. Hindari harapan yang kosong 8. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi
tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat