askep pieolonefritis akut

38
LAPORAN PENDAHULUAN PILONEFRITIS AKUT A. Definisi Pielonefritis Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka dapat menimbulkan gejala lanjut yang disebut dengan pielonefritis kronis. Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002: 1436). Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002: 668) B. Macam-Macam Pielonefritis

Upload: hendra-hishe

Post on 05-Aug-2015

133 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP Pieolonefritis Akut

LAPORAN PENDAHULUAN PILONEFRITIS AKUT

A. Definisi Pielonefritis

Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang

sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama

1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka

dapat menimbulkan gejala lanjut yang disebut dengan pielonefritis kronis.

Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan

jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002:

1436).

Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul

secara hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002: 668)

B. Macam-Macam Pielonefritis

Ginjal merupakan bagian utama dari sistem saluran kemih yang terdiri

atas organ-organ tubuh yang berfungsi memproduksi maupun menyalurkan air

kemih (urine) ke luar tubuh. Berbagai penyakit dapat menyerang komponen-

komponen ginjal, antara lain yaitu infeksi ginjal.

Pielonefritis dibagi menjadi dua macam yaitu :

1. Pielonefritis kronis

2. Pyelonefritis akut

Page 2: ASKEP Pieolonefritis Akut

1. Pyelonefritis akut

Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang

karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang

berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai.Infeksi bakteri dari

saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi

ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri

dalam urin. Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel

inflamasi. Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut

kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta

glomerulus terjadi. Pyelonefritis akut merupakan salah satu penyakit ginjal

yang sering ditemui.

Gangguan ini tidak dapat dilepaskan dari infeksi saluran kemih.

Infeksi ginjal lebih sering terjadi pada wanita, hal ini karena saluran kemih

bagian bawahnya (uretra) lebih pendek dibandingkan laki-laki, dan saluran

kemihnya terletak berdekatan dengan vagina dan anus, sehingga lebih cepat

mencapai kandung kemih dan menyebar ke ginjal. Insiden penyakit ini juga

akan bertambah pada wanita hamil dan pada usia di atas 40 tahun. Demikian

pula, penderita kencing manis/diabetes mellitus dan penyakit ginjal lainnya

lebih mudah terkena infeksi ginjal dan saluran kemih.

2. Pielonefritis kronis

Pyelonefritis kronis  juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga

karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin.Pyelonefritis

Page 3: ASKEP Pieolonefritis Akut

kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang

berulangkali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal

failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut

progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan

ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa

tahun atau setelah infeksi yang gawat.Pembagian PielonefritisPielonefritis

akutSering ditemukan pada wanita hamil, biasanya diawali dengan hidro

ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar.

C. Etiologi

1. Bakteri (Escherichia coli, Klebsielle pneumoniac, Streptococus fecalis, dll).

Escherichia coli merupakan penyebab 85% dari infeksi.

2. Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat.

3. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih

kembali ke dalam ureter.

4. Kehamilan

5. Kencing Manis

6. Keadaan-keadaan menurunnya imunitas untuk melawan infeksi.

Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah

oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan

ureter di tempat masuknya ke kandung kemih. Berbagai penyumbatan fisik pada

aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik air

Page 4: ASKEP Pieolonefritis Akut

kemih dari kandung kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan

terjadinya infeksi ginjal.

D. Tanda dan Gejala

Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba. Kemudian dapat

disertai menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual, dan muntah. Pada

beberapa kasus juga menunjukkan gejala ISK bagian bawah yang dapat berupa

nyeri berkemih dan frekuensi berkemih yang meningkat.

Dapat terjadi kolik renalis, di mana penderita merasakan nyeri hebat yang

desebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena adanya iritasi akibat

infeksi atau karena lewatnya batu ginjal. Bisa terjadi pembesaran pada salah satu

atau kedua ginjal. Kadang juga disertai otot perut berkontraksi kuat.

Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih

sulit untuk dikenali.

1. Pyelonefritis akut ditandai dengan :

a. Pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal

b. Pada pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil,

nausea,

c. Nyeri pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan fisik.

d. Pada perkusi di daerah CVA ditandai adanya tenderness.

e. Klien biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa hari.

Page 5: ASKEP Pieolonefritis Akut

f. Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria dengan

bau yang tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel darah putih.

E. Patofisiologi

Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis,

Pseudomonas aeruginosa, dan Staphilococus aureus yang menginfeksi ginjal

berasal dari luar tubuh yang masuk melalui saluran kemih bagian bawah (uretra),

merambat ke kandung kemih, lalu ke ureter (saluran kemih bagian atas yang

menghubungkan kandung kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal, yang kemudian

menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu 24-48 jam. Infeksi

bakteri pada ginjal juga dapat disebarkan melalui alat-alat seperti kateter dan

bedah urologis. Bakteri lebih mudah menyerang ginjal bila terdapat hambatan

atau obstruksi saluran kemih yang mempersulit pengeluaran urin, seperti adanya

batu atau tumor.

Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang

tidak lazim. Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Kalik dan

pelvis ginjal juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghsilkan fibrosis

dan scarring. Pielonefritis kronis muncul stelah periode berulang dari pielonefritis

akut. Ginjal mengalami perubahan degeneratif dan menjadi kecil serta atrophic.

Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal.

Page 6: ASKEP Pieolonefritis Akut

F. PatoflowBakteri

Masuk Sal. Kemih Masuk sel darqah

Obstruksi Ginjal

Aliran balik ginjal oleh bakteri

Nyeri akut

Peradangan/ infeksi ginjal

DemamHematuria

Perubahan rasa nyaman

Gang. Pola tidur

Kurang pengetahuan

Ansietas

Penguapan berlebihan

Gang. Nutrisi

Nafsu makan menurun

Mukosa kering

Hipertermia

Resiko kurang Vol. Cairan

Page 7: ASKEP Pieolonefritis Akut

G. Komplikasi

Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut (Patologi

Umum & Sistematik J. C. E. Underwood, 2002: 669)

1. Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah

pada area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila guinjal,

terutama pada penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya

obstruksi.

2. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang

dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem

kaliks mengalami supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat

adanya pus.

3. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan

meluas ke dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.

Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir

(mulai dari hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan

parut), hipertensi, dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai

organisme pengurai urea, yang mangakibatkan terbentuknya batu)

(Brunner&Suddarth, 2002: 1437).

H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan untuk memperkuat diagnosis pielonefritis adalah:

Intoleransi aktivitas

Page 8: ASKEP Pieolonefritis Akut

1. Whole blood

2. Urinalisis

3. USG dan Radiologi : USG dan rontgen bisa membantu

menemukan adanya batu ginjal, kelainan struktural atau penyebab

penyumbatan air kemih lainnya

4. BUN

5. Creatinin

6. Serum Electrolytes

7. Biopsi ginjal

8. Pemeriksaan IVP : Pielogram intravena (IVP)

mengidentifikasi perubahan atau abnormalitas struktur

I. Pencegahan

Untuk membantu perawatan infeksi ginjal, berikut beberapa hal yang harus

dilakukan:

1. Minumlah banyak air (sekitar 2,5 liter ) untuk membantu pengosongan

kandung kemih serta kontaminasi urin.

2. Perhatikan makanan (diet) supaya tidak terbentuk batu ginjal

3. Banyak istirahat di tempat tidur

4. Terapi antibiotika

Untuk mencegah terkena infeksi ginjal adalah dengan memastikan tidak

pernah mengalami infeksi saluran kemih, antara lain dengan memperhatikan cara

membersihkan setelah buang air besar, terutama pada wanita. Senantiasa

Page 9: ASKEP Pieolonefritis Akut

membersihkan dari depan ke belakang, jangan dari belakang ke depan. Hal

tersebut untuk mencegah kontaminasi bakteri dari feses sewaktu buang air besar

agar tidak masuk melalui vagina dan menyerang uretra. Pada waktu pemasangan

kateter harus diperhatikan kebersihan dan kesterilan alat agar tidak terjadi infeksi.

Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan

infeksi ginjal mempunyai khasiat sebagai antiradang, antiinfeksi, menurunkan

panas, dan diuretik (peluruh kemih). Tumbuhan obat yang dapat digunakan,

antara lain :

1. Kumis kucing (Ortthosiphon aristatus)

2. Meniran (Phyllanthus urinaria)

3. Sambiloto (Andrographis paniculata)

4. Pegagan (Centella asiatica)

5. Daun Sendok (Plantago major)

6. Akar alang-alang (Imperata cyllindrica)

7. Rambut Jagung (Zea mays)

8. Krokot (Portulaca oleracea)

9. Jombang (Taraxacum mongolicum)

10. Rumput mutiara(Hedyotys corymbosa)

J. Penatalaksanaan Medik

Infeksi ginjal akut setelah diobati beberapa minggu biasanya akan sembuh

tuntas. Namun residu infeksi bakteri dapat menyebabkan penyakit kambuh

kembali terutama pada penderita yang kekebalan tubuhnya lemah seperti

Page 10: ASKEP Pieolonefritis Akut

penderita diabetes atau adanya sumbatan/hambatan aliran urin misalnya oleh batu,

tumor dan sebagainya.

Penatalaksanaan medis menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun

2007:

1. Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobial

seperti trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ, Septra), gentamycin

dengan atau tanpa ampicilin, cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama

14 hari.

2. Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa

nyaman, dan meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat

farmakologi tambahan antispasmodic dan anticholinergic seperti oxybutinin

(Ditropan) dan propantheline (Pro-Banthine).

3. Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan ginjal

secara progresif.

Penatalaksanaan keperawatan menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith

tahun 2007:

1. Mengkaji riwayat medis, obat-obatan, dan alergi.

2. Monitor Vital Sign

3. Melakukan pemeriksaan fisik

4. Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien.

5. Mengumpulkan spesimen urin segar untuk urinalisis.

Page 11: ASKEP Pieolonefritis Akut

6. Memantau input dan output cairan.

7. Mengevaluasi hasil tes laboratorium (BUN, creatinin, serum electrolytes)

8. Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti prosedur

pengobatan. Karena pada kasus kronis, pengobatan bertambah lama dan

memakan banyak biaya yang dapat membuat pasien berkecil hati.

Page 12: ASKEP Pieolonefritis Akut

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PYLONEFRITIS

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

Anak wanita dan wanita dewasa mempunyai insidens infeksi saluran kemih

yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria.

2. Riwayat penyakit

a. Keluhan utama : Nyeri punggung bawah dan disuria

b. Riwayat penyakit sekarang : Masuknya bakteri kekandung

kemih sehingga menyebabkan infeksi

c. Riwayat penyakit dahulu : Mungkin klien pernah mengalami

penyakit seperti ini sebelumnya

d. Riwayat penyakit keluarga : ISK bukanlah penyakit

keturunan

3. Pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : Kurangnya pengetahuan klien

tentang pencegahan

b. Pola instirahat dan tidur : Istirahat dan tidur klien mengalami gangguan

karena gelisah dan nyeri.

Page 13: ASKEP Pieolonefritis Akut

c. Pola eminasi : Klien cenderung mengalami disuria dan sering kencing

d. Pola aktivitas : Akativitas klien mengalami gangguan karena rasa nyeri

yang kadang dating.

4. Pemeriksaan fisik

a. Tanda-tanda vital

1) TD : normal / meningkat

2) Nadi : normal / meningkat

3) Respirasi : normal / meningkat

4) Temperatur : meningkat

b. Data focus

1) Inpeksi : Rrekuensi miksi b (+), lemah dan lesu, urin keruh

2) Palpasi : Suhu tubuh meningkat

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Infeksi berhubungan dengan adanya bakteri pada ginjal.

2. Hipertermi berhubungan dengan respon imunologi

terhadap infeksi.

3. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan,

frekuensi, dan atau nokturia) berhubungan dengan infeksi pada ginjal.

4. Nyeri berhubungan dengan infeksi pada ginjal.

5. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di

rumah.

Page 14: ASKEP Pieolonefritis Akut

6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis,

dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

Page 15: ASKEP Pieolonefritis Akut

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Infeksi berhubungan dengan adanya bakteri pada ginjal.

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam infeksi dapat teratasi dengan:NOC :

1. Immune Status2. Knowledge : Infection

control3. Risk control

Kriteria Hasil :1. Klien bebas dari tanda dan

gejala infeksi2. Mendeskripsikan proses

penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya,

3. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

4. Jumlah leukosit dalam batas normal

5. Menunjukkan perilaku hidup sehat

NIC :Infection Control (Kontrol infeksi)1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien

lain2. Pertahankan teknik isolasi3. Batasi pengunjung bila perlu4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci

tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien

5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah

tindakan keperawatan7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat

pelindung8. Pertahankan lingkungan aseptik selama

pemasangan alat9. Ganti letak IV perifer dan line central dan

dressing sesuai dengan petunjuk umum10. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan

infeksi kandung kencing 11. Tingkatkan intake nutrisi12. Berikan terapi antibiotik bila perlu

Page 16: ASKEP Pieolonefritis Akut

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan

lokal2. Monitor hitung granulosit, WBC3. Monitor kerentanan terhadap infeksi4. Batasi pengunjung5. Saring pengunjung terhadap penyakit menular6. Partahankan teknik aspesis pada pasien yang

beresiko7. Pertahankan teknik isolasi k/p8. Berikan perawatan kuliat pada area epidema9. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap

kemerahan, panas, drainase10. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah11. Dorong masukkan nutrisi yang cukup12. Dorong masukan cairan13. Dorong istirahat14. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik

sesuai resep15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala

infeksi16. Ajarkan cara menghindari infeksi17. Laporkan kecurigaan infeksi18. Laporkan kultur positif

Page 17: ASKEP Pieolonefritis Akut

2. Hipertermi berhubungan dengan respon imunologi terhadap infeksi.

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam hipertermi dapat teratasi dengan:NOC : ThermoregulationKriteria Hasil :1. Suhu tubuh dalam

rentang normal2. Nadi dan RR dalam

rentang normal3. Tidak ada perubahan

warna kulit dan tidak ada pusing

NIC :Fever treatment1. Monitor suhu sesering mungkin2. Monitor IWL3. Monitor warna dan suhu kulit4. Monitor tekanan darah, nadi dan RR5. Monitor penurunan tingkat kesadaran6. Monitor WBC, Hb, dan Hct7. Monitor intake dan output8. Berikan anti piretik9. Berikan pengobatan untuk mengatasi

penyebab demam10.Selimuti pasien11.Lakukan tapid sponge12.Kolaborasipemberian cairan intravena13.Kompres pasien pada lipat paha dan aksila14.Tingkatkan sirkulasi udara15.Berikan pengobatan untuk mencegah

terjadinya menggigil

Temperature regulation1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam2. Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu3. Monitor TD, nadi, dan RR4. Monitor warna dan suhu kulit5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan

Page 18: ASKEP Pieolonefritis Akut

hipotermi6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi7. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya

kehangatan tubuh8. Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan

akibat panas9. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan

suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan

10. Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan

11. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan

12. Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,

atau berdiri4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan

bandingkan5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan

setelah aktivitas6. Monitor kualitas dari nadi7. Monitor frekuensi dan irama pernapasan8. Monitor suara paru9. Monitor pola pernapasan abnormal

Page 19: ASKEP Pieolonefritis Akut

10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit11. Monitor sianosis perifer12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi

yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)

13. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

Page 20: ASKEP Pieolonefritis Akut

3. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) berhubungan

dengan infeksi pada ginjal.

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam perubahan pola eliminasi dapat teratasi dengan:

4. Nyeri berhubungan dengan infeksi pada ginjal.

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam nyeri dapat teratasi dengan:NOC :

1. Pain Level,

2. Pain control,

3. Comfort level

Kriteria Hasil :1. Mampu mengontrol nyeri

(tahu penyebab nyeri, mampu

Pain Management1. Lakukan pengkajian nyeri secara

komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

5. Evaluasi pengalaman nyeri masa

Page 21: ASKEP Pieolonefritis Akut

menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

5. Tanda vital dalam rentang normal

lampau6. Evaluasi bersama pasien dan tim

kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau

7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

9. Kurangi faktor presipitasi nyeri10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri

(farmakologi, non farmakologi dan inter personal)

11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi

13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri15. Tingkatkan istirahat16. Kolaborasikan dengan dokter jika

ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

17. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Page 22: ASKEP Pieolonefritis Akut

Analgesic Administration1. Tentukan lokasi, karakteristik,

kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat

2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi

3. Cek riwayat alergi4. Pilih analgesik yang diperlukan

atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu

5. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri

6. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal

7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur

8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

9. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

10. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

Page 23: ASKEP Pieolonefritis Akut

5. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode

pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam kecemasan dapat teratasi dengan:NOC :

1. Anxiety control2. Coping3. Impulse control

Kriteria Hasil :1. Klien mampu

mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas

2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas

3. Vital sign dalam batas normal

4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh

NIC :

Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)

1. Gunakan pendekatan yang menenangkan 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap

pelaku pasien3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang

dirasakan selama prosedur4. Pahami prespektif pasien terhdap situasi

stres5. Temani pasien untuk memberikan

keamanan dan mengurangi takut6. Berikan informasi faktual mengenai

diagnosis, tindakan prognosis 7. Dorong keluarga untuk menemani anak8. Lakukan back / neck rub9. Dengarkan dengan penuh perhatian10. Identifikasi tingkat kecemasan 11. Bantu pasien mengenal situasi yang

menimbulkan kecemasan12. Dorong pasien untuk mengungkapkan

Page 24: ASKEP Pieolonefritis Akut

dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

perasaan, ketakutan, persepsi13. Instruksikan pasien menggunakan teknik

relaksasi14. Barikan obat untuk mengurangi

kecemasan

6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan

dengan kurangnya sumber informasi.

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam klien dapat mengetahui informasi yang dibutuhkan dengan:NOC :

1. Kowlwdge : disease process

2. Kowledge : health Behavior

Kriteria Hasil :1. Pasien dan keluarga

menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan

NIC :

Teaching : disease Process

1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik

2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat

4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat

5. Identifikasi kemungkinan penyebab,

Page 25: ASKEP Pieolonefritis Akut

2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.

dengna cara yang tepat 6. Sediakan informasi pada pasien tentang

kondisi, dengan cara yang tepat 7. Hindari harapan yang kosong 8. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi

tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat

9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit

10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau

mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan

12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat

13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat

14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat