askep gigitan ular

15
ASKEP GIGITAN ULAR D I S U S U N OLEH : KELOMPOK V NAMA : BETRIZ MELVA MANAO LARISMA MANIK JEREMIA JODHIE J SITANGGANG FREDERICH PUTRA PRATAMA SILOTO GRASELLA VUSFITA SARI RUMAHORBO ERWIN PRADANA SIHOTANG 1202095

Upload: annabelle-minnie-swan

Post on 24-Sep-2015

11 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Muskuloskeletal

TRANSCRIPT

ASKEP GIGITAN ULARDISUSUNOLEH :KELOMPOK VNAMA :BETRIZ MELVA MANAOLARISMA MANIKJEREMIA JODHIE J SITANGGANGFREDERICH PUTRA PRATAMA SILOTOGRASELLA VUSFITA SARI RUMAHORBOERWIN PRADANA SIHOTANG

1202095

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIAFAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANANPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANMEDAN2014

ASKEP GIGITAN ULAR

A. KONSEP DASAR PENYAKIT1. PengertianRacun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa. Daya toksin bias ular tergantung pula pada jenis dan macam ular. Racun binatang adalah merupakan campuran dari berbagai macam zat yang berbeda yang dapat menimbulkan beberapa reaksi toksik yang berbeda pada manusia.Sebagian kecil racun bersifat spesifik terhadap suatu organ ; beberapa mempunyai efek pada hampir setiap organ. Kadang-kadang pasien dapat membebaskan beberapa zat farmakologis yang dapat meningkatkan keparahan racun yang bersangkutan. Komposisi racun tergantung dari bagaimana binatang menggunakan toksinnya. Racun mulut bersifat ofensif yang bertujuan melumpuhkan mangsanya;sering kali mengandung factor letal. Racun ekor bersifat defensive dan bertujuan mengusir predator; racun bersifat kurang toksik dan merusak lebih sedikit jaringan.

Gigitan ular Bisa(racun) ular menyebabkan kira-kira 8.000 dari 45.000 gigitan ular yang terjadi setiap tahun di Amerika serikat dan menyebabkan 9 sampai 15 kematian.Anak antara usia 1-9 tahun adalah korban yang biasa ditemui.Jumlah terbesar gigitan terjadi selama siang hari pada musim panas.Bisa gigitan ular adalah kedaruratan medis.Bisa ular ditemukan pada setiap Negara bagian di Amerika Serikat.Bagian yang berbeda dari Negara dan dunia mempunyai tipe ular berbeda.Karena bisa ular adalah kedaruratan medis,perawat harus mengenal tipe ular yang ada didaerah tersebut.Bisa ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai efek fisiologik yang luas atau bervariasi.Sistem multiorgan,terutama neurologic,kardiovaskular,system pernafasan mungkin terpengaruh.Bantuan awal pertama pada daerah gigitan ular meliputi mengistirahatkan korban,melepaskan benda yang mengikat seperti cincin,memberikan kehangatan,membersihkan luka dengan balutan steril,dan imobilisasi bagian bawah tinggi jantung.Es atau torniket tidak digunakan.Evaluasi awal di Departemen kedaruratan dilakukan dengan cepat meliputi: Menentukan apakah ular berbisa atau tidak. Menentukan dimana dan kapan gigitan terjadi dan sekitar gigitan. Menetapkan urutan kejadian,tandadan gejala(bekasgigi,nyeri,edema,dan eritema jaringan yang digigit dan didekatnya). Menentukan keparahan dampak keracunan. Memantau tanda vital. Mengukur dan mencatat lingkar ekstremitas sekitar gigitan atau area pada beberapa titik. Dapatkan data laboratorium yang tepat(mis:HDL urinalis,dan pemeriksaan pembekuan).Proses dan prognosis gigitan ular bergantung pada jenis dan jumlah bisa dimana terjadi gigitan,dan kesehatan umum,usia serta ukuran korban.Tidak ada protocol khusus untuk penatalaksanaan gigitan ular.Pedoman umum meliputi 1. Dapatkan data dasar laboratorium.2. Jangan gunakan es,torniket,heparin,atau kortikosteroid selama tahap akut.Kortikosteroid dikontraindikasikan pada 6-8 Jam pertama setelah gigitan karena agens ini mendepresi produksi antibody dan menyembunyikan kerja antivenin(antitoksin untuk bisa ular).3. Cairan parenteral dapat digunakan untuk penatalaksanaan hipotensi.Jika vasopresin digunakan untuk penanganan hipotensi penggunaan harus dalam jangka pendek.4. Bedah eksplorasi terhadap gigitan jarang diindikasikan.5. Observasi pasien dengan teliti selama 6 jam;pasien tidak pernah dibiarkan tanpa perhatian.Pemberian antivenin(antitoksin).Antivenin paling efektif diberikan dalam 12 jam dari gigitan ular.Dosis bergantung pada tipe ular dan perkiraan keperahan gigitan.Anak membutuhkan lebih banyak antivenin daripada orang dewasa karena tubuhnya lebih kecil dan lebih rentan terhadap efek toksik bisa.Uji kulit atau mata harus dilakukan sebelumnya untuk dosis awal untuk mendeteksi alergi terhadap antivenin.Sebelumnya memberikan antivenin dan setiap 15 menit setelahnya,sekitar bagian yang terkena diperiksa.Antivenin diberikan dengan tetesan IV kapanpun mungkin,meskipun pemberian ini dapat dilakukan.Bergantung pada keparahan gigitan antivenin dicairkan dengan 500-1000 ml salin normal;volume cairan mungkin diturunkan untuk anak.Infus dimulai perlahan dan kecepatan meningkat setelah 10 menit jika tidak ada reaksi.Dosis total harus diinfus selama 4-5 jam pertama setelah keracunan.Dosis awal diulang sampai dengan gejala menurun.Setelah gejala menurun,sekitar daerah yag terkena harus diukur setiap 30-60 menit selama 48 jam kemudian.Penyebab yang paling umum dari reaksi serum adalah infuse antivenin yag terlalu cepat,meskipun sekitar 3% dari pasien dengan uji kulit negative mengembangkan reaksi tidak berhubungan dengan kecepatan infus.Reaksi terdiri dari perasaan penuh diwajah,urtikaria,pruritus,keletihan dan khawatir.Gejala ini mungkin diikuti dengan takikardia,nafas pendek,hipotensia,dan syok.Pada situasi ini,infuse harus dihentikan segera dan diberikan difenhidramin IV.Vasopresor digunakan jika terdapat syok.Resusitasi kedaruratan harus siap pada saat antivenin diberikan.2. PenyebabKarena gigitan ular yang berbisa, yang terdapat 3 famili ular yang berbisa, yaitu Elapidae, Hidrophidae, dan Viperidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan local, seperti edema dan pendarahan. Banyak bisa yang menimbulkan perubahan local, tetapi tetap dilokasi pada anggota badan yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae tidak terdapat lagi dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam .Daya toksik bisa ular yang telah diketahui ada 2 macam :a. Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic)Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang menyerang dan merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan menghancurkan stroma lecethine ( dinding sel darah merah), sehingga sel darah menjadi hancur dan larut (hemolysin) dan keluar menembus pembuluh-pembuluh darah, mengakibatkan timbulnya perdarahan pada selaput tipis (lender) pada mulut, hidung, tenggorokan, dan lain-lain.b. Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan- jaringan sel saraf sekitar luka gigitan yang menyebabkan jaringan- jaringan sel saraf tersebut mati dengan tanda-tanda kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam (nekrotis). Penyebaran dan peracunan selanjutnya mempengaruhi susunan saraf pusat dengan jalan melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf pernafasan dan jantung. Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh limphe.

3. Tanda dan gejalaGejala-gejala awal terdiri dari satu atau lebih tanda bekas gigitan ular,rasa terbakar, nyeri ringan, dan pembengkakan local yang progresif. Bila timbul parestesi, gatal, dan mati rasa perioral, atau fasikulasi otot fasial, berarti envenomasi yang bermakna sudah terjadi. Bahaya gigitan ular racun pelarut darah adakalanya timbul setelah satu atau dua hari, yaitu timbulnya gejala-gejala hemorrhage (pendarahan) pada selaput tipis atau lender pada rongga mulut, gusi, bibir, pada selaput lendir hidung, tenggorokan atau dapat juga pada pori-pori kulit seluruh tubuh. Pendarahan alat dalam tubuh dapat kita lihat pada air kencing (urine) atau hematuria, yaitu pendarahan melalui saluran kencing. Pendarahan pada alat saluran pencernaan seperti usus dan lambung dapat keluar melalui pelepasan (anus). Gejala hemorrhage biasanya disertai keluhan pusing-pusing kepala, menggigil, banyak keluar keringat, rasa haus,badan terasa lemah,denyut nadi kecil dan lemah, pernapasan pendek, dan akhirnya mati.

4. Komplikasi a. Syok hipovolemikb. Edema paruc. Kematiand. Gagal napas

5. Pemeriksaan penunjang / diagnosticPemeriksaan laboratorium dasar, Pemeriksaaan kimia darah, Hitung sel darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial,hitung trombosit, urinalisis, dan penentuan kadar gula darah, BUN, dan elektrolit. Untuk gigitan yang hebat, lakukan pemeriksaan fibrinogen, fragilitas sel darah merah, waktu pembekuan, dan waktu retraksi bekuan.

6. Penatalaksanaan Medik

a. Pertolongan pertama, jangan menunda pengiriman kerumah sakit. Apabila penanganan medis tersedia dalam beberapa jam, satu-satunya tindakan dilapangan adalah immobilisasi pasien dan pengiriman secepatnya. Jika penanganan lebih dari 3-4 jam dan jika envenomasi sudah pasti, melakukan pemasangan torniket limfatik dengan segera dan insisi dan penghisapan dalam 30 menit sesudah gigitan, immobilisasi, dan pengiriman secepatnya, lebih baik pada suatu usungan, merupakan tindakan yang paling berguna. Bila memungkinkan, pertahankan posisi ekstremitas setinggi jantung. Jika dapat dikerjakan dengan aman, bunuhlah ular tersebut untuk identifikasi.

b. Lakukan evaluasi klinis lengkap dan pesanlah untuk pemeriksaan laboratorium dasar, hitung sel darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, waktu protombin, waktu tromboplastin parsial, hitung trombosit, urinalisis, dan penentuan gadar gula darah, BUN, dan elektrolit. Untuk gigitan yang hebat, lakukan pemeriksaan fibrinogen, fragilitas sel darah merah, waktu pembekuan, dan waktu retraksi bekuan.

c. Derajat envenomasi harus dinilai, dan observasi 6 jam untuk menghindari penilaian keliru dan envenomasi yang berat.

d. Mulai larutan salin IV pada semua pasien; berikan oksigen, dan tangani syok jika ada.

e. Pertahankan posisi ekstremitas setinggi jantung; turniket di lepas hanya bila syok sudah diatasi dan anti bisa diberikan.

f. Beberapa sumber menganjurkan eksplorsi bedah dini untuk menentukan kedalaman dan jumlah jaringan yang rusak.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Contoh KasusTuan Abdul usia 30tahun dibawa ke UGD RSUD Gambiran karena sebelumnya tangannya digigit ularcobra. Tuan Abdul mengeluh rasa sakit di seluruh persendian tubuh,pusing,demam, menggigil, nyeri kepala, nyeri perut, mua ldan muntah. Dari pemeriksaan fisik ditemukan bekas gigitan di tangan kanan yang membengkak. Pembengkakan tersebut mengalami perubahan warna.

2. PengkajianGejala tak segera muncul tetapi 15 menit sampai 2 jam kemudian setelah korban digigit ular. Kondisi korban setelah digigit :a. Reaksi emosi yang kuat, penglihatan kembar, mengantukb. Sakit kepala, pusing, dan pingsanc. Mual atau muntah dan diare, gigitan biasanya pada tungkai atau kakid. Daerah gigitan bengkak, kemerahan, memare. Sukar bernapas dan berkeringat banyak

3. Diagnosa Keperawatana.Gangguan Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksinb.Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamusc.Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak adekuat

4. Rencana Tindakan

a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan reaksi endotoksinIntervensi :- Auskultasi bunyi nafas- Pantau frekuensi pernapasan- Atur posisi klien dengan nyaman dan atur posisi kepala lebih tinggi- Motivasi / Bantu klien latihan nafas dalam- Observasi warna kulit dan adanya sianosis- Kaji adanya distensi abdomen dan spasme otot- Batasi pengunjung klien- Pantau seri GDA- Bantu pengobatan pernapasan (fisioterapi dada)- Beri O2 sesuai indikasi (menggunakan ventilator)

b. Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamusIntervensi :- Pantau suhu klien, perhatikan menggigil atau diaforesis- Pantau suhu lingkungan, batasi linen tempat tidur- Beri kompres mandi hangat- Beri antipiretik- Berikan selimut pendingin

c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak adekuatIntervensi :- Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai indikasi- Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas terhadap klien- Ubah posisi klien sesering mungkim minimal 2 jam sekali-Batasi penggunaan alat atau prosedur infasive jika memungkinkan- Lakukan insfeksi terhadap luka alat infasif setiap hari- Lakukan tehnik steril pada waktu penggantian balutan- Gunakan sarung tangan pada waktu merawat luka yang terbuaka atau antisipasi dari kontak langsung dengan ekskresi atau sekresi- Pantau kecenderungan suhu mengigil dan diaphoresis- Inspeksi flak putih atau sariawan pada mulut- Berikan obat antiinfeksi (antibiotic)

5. Pathway

6. Evaluasia. Menunjukan GDA dan frekuensi dalam batas normal dengan bunyi nafas vesikulerb. Tidak mengalami dispnea atau sianosisc. Mendemontrasikan suhu dalam batas normald. Tidak mengalami komplikasi yang berhubungane. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeks

DAFTAR PUSTAKAKeperawatan Medical Bedah Bunner & Suddart Edisi 8 Hal 2490Askep Gadar Pengarang Ns.Paula Krisanty Penerbit Trans Info Media Indonesia Hal 201