askep edema paru
TRANSCRIPT
Definisi
Edema paru adalah penumpukan abnormal cairan didalam paru – paru, baik dalam spasium interstisial
atau dalam alveoli. ( Brunner and Suddarth, 2002 )
Edema paru terjadi dikarenakan aliran cairan dari pembuluh darah ke ruang intersisial paru yang
selanjutnya ke alveoli paru, melebihi aliran cairan kembali ke darah atau melalui saluran limfatik (1,3).
Edema paru terjadi ketika cairan yang disaring ke paru lebih cepat dari cairan yang dipindahkan.
Penumpukan cairan menjadi masalah serius bagi fungsi paru karena efisiensi perpindahan gas di alveoli
tidak bisa terjadi. Struktur paru dapat menyesuaikan bentuk edema dan yang mengatur perpindahan cairan
dan protein di paru menjadi masalah yang klasik (3).
1. Nadel M, Boushey M, Textbook of respiratory medicine. 3rd edition, vol. 2, Philadelphia, Pennsylvania.
54:1575-1614, 2000.
2. Ruggie N. Congestive heart failure. Med. Clin. North Am. 70:829-851, 1986.
3. Staub NC: Pulmonary edema. Physiol Rev 54:678-811, 1974.
MANIFESTASI KLINIK BRUNNER SUDDART
a. Serangan khas terjadi pada malam hari setelah berbaring selama beberapa jam dan biasanya didahului
dengan rasa gelisah, ansietas, dan tidak dapat tidur
b. Awitan sesak nafas mendadak dan rasa asfiksia (seperti kehabisan nafas), tangan menjadi dingin dan
basah, bantalan kuku menjadi sianosis, dan warna kulit menjadi abu-abu.
c. Nadi cepat dan lemah, vena leher distensi
d. Batuk hebat menyebabkan peningkatan jumlah sputum mukoid
e. Dengan makin berkembangnya edema paru, ansietas berkembang menjadi mendekati panik, pasien
mulai bingung kemudian stupor
f. Nafas menjadi bising dan basah,dapat mengalami asfiksia oleh cairan bersemu darah dan berbusa (dapat
tenggelam oleh cairan sendiri).
Gambaran klinis dapat dicari dari keluhan, tanda fisik dan perubahan radiografi (foto toraks). Gambaran
dapat dibagi 3 stadium, meskipun kenyataannya secara klinik sukar dideteksi dini (6).
Stadium 1 ditandai dengan distensi pembuluh kapiler paru yang prominen akan memperbaiki pertukaran
gas di paru dan sedikit meningkatkan kapasitas difusi gas CO. Keluhan pada stadium ini mungkin hanya
berupa sesak napas saat bekerja. Pemeriksaan fisik juga tak jelas menemukan kelainan, kecuali ronki
pada saat inspirasi karena terbukanya saluran napas yang tertutup pada saat inspirasi (6).
Pada stadium 2 terjadi edema paru intersisial. Batas pembuluh darah paru menjadi kabur, demikian pula
hilus juga menjadi kabur. Garis-garis yang memanjang dari hilus ke arah perifer (garis Kerley A), septa
interlobularis (garis Kerley B) dan garis-garis yang mirip sarang laba-laba pada bagian tengah paru (garis
Kerley C) menebal. Penumpukan cairan di jaringan intersisial, akan lebih memperkecil saluran napas
bagian kecil, terutama di daerah basal oleh karena pengaruh gravitasi. Mungkin pula terjadi refleks
bronkhokonstriksi. Sering terdapat takipnea (6).
Meskipun hal ini merupakan tanda gangguan fungsi ventrikel kiri, tetapi takipnea juga membantu
memompa aliran limfe sehingga penumpukan cairan intersisial diperlambat. Pada pemeriksaan spirometri
hanya terdapat sedikit perubahan saja (6).
Pada stadium 3 terjadi edema alveolar. Pertukaran gas sangat terganggu, terjadi hipoksemia dan
hipokapnia. Penderita nampak sesak sekali dengan batuk berbuih kemerahan. Kapasitas vital dan volume
paru yang lain turun dengan nyata. Terjadi right-to-left intrapulmonary shunt (6).
Penderita biasanya menderita hipokapnia, tetapi pada kasus yang berat dapat terjadi hiperkapnia dan
acute respiratory acidemia. Pada keadaan ini morphin harus digunakan dengan hati-hati (6).
Gangguan fungsi sistolik dan/atau diastolik ventrikel kiri, stenosis mitral atau keadaan lain yang
menyebabkan peningkatan tekanan atrium kiri dan kapiler paru yang mendadak tinggi akan menyebabkan
edema paru kardiak dan mempengaruhi pemindahan oksigen dalam paru sehingga tekanan oksigen arteri
menjadi berkurang. Di lain pihak rasa seperti tercekik dan berat pada dada menambah ketakutan penderita
sehingga denyut jantung dan tekanan darah meningkat yang menghambat lebih lanjut pengisian ventrikel
kiri. Kegelisahan dan napas yang berat semakin menambah beban jantung yang selanjutnya lebih
menurunkan fungsi jantung oleh karena adanya hipoksia. Apabila lingkaran setan ini tidak segera diputus
penderita akan meninggal (6).
Posisi penderita biasanya lebih enak duduk dan terlihat megap-megap. Terdapat napas yang cepat,
pernapasan cuping hidung, tarikan otot interkostal dan supraklavikula saat inspirasi yang menunjukkan
tekanan intrapleura yang sangat negatif saat inspirasi. Penderita sering berpegangan pada samping
tempat tidur atau kursi supaya dapat menggunakan otot pernapasan sekunder dengan balk. Penderita
mengeluarkan banyak keringat dengan kulit yang dingin dan sianotik menunjukkan isi semenit yang rendah
dan peningkatan rangsang simpatik (6).
Auskultasi pada permukaan terdengar ronki basah basal halus yang akhimya ke seluruh paru, apabila
keadaan bertambah berat: mungkin terdengar pula wheezing. Auskultasi jantung mungkin sukar karena
suara napas yang ramai, tetapi sering terdengar suara 3 dengan suara pulmonal yang mengeras (6).
ETIOLOGI
Secara patofisiologi penyakit dasar penyebab edema paru kardiogenik dibagi menjadi 3 kelompok :
a. Peningkatan Afterload (Pressure overload) :
Terjadi beban yang berlebihan terhadap ventrikel pada saat sistolik. Contohnya ialah
Hipertensi dan Stenosis Aorta.
b. Peningkatan preload (Volume overload) :
Terjadi beban yang berlebihan saat diastolik.Contohnya ialah Insufisiensi Mitral,
Insufisiensi Aorta, dan penyakit jantung dengan left-to-right shunt (Ventricular Septal Defect).
c. Gangguan Kontraksi Miokardium Primer :
Pada Infark Miokard Akut jaringan otot yang sehat berkurang, sedangkan pada
Kardiomiopati Kongestif terdapat gangguan kontraksi miokardium secara umum
PATOFLOW
PEMERIKSAAN DIAGNOSIS N PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang
a. Tes Diagnostik
1) Foto thoraks
Gambaran berkabut atau kesuraman yang merata dari sentral dan meluas seperti kupu-kupu (butterflay
pattern) disertai garis Kerley A,B dan C. Gambaran radoilogi seperti ini terlihat pada kedua tipe edema
paru. Pada edema paru nonkardiogenik, gambaran radiologi kadang-kadang tampak normal.
2) EKG
Elektrokardiografi (EKG) : Bisa sinus takikardia dengan hipertrofi atrium kiri atau fibrilasi atrium, tergantung
penyebab gagal jantung. Gambaran infark, hipertrofi ventrikel kiri atau aritmia bisa ditemukan.
b. Tes laboratorium :
1) Analisa gas darah pO2 rendah (hipoksemia), pCO2 mula-mula rendah dan kemudian hiperkapnea.
2) Enzim kardiospesifik meningkat jika penyebabnya infark miokard.
3) Darah rutin, ureum, kreatinin, , elektrolit, urinalisis, foto thoraks, EKG, enzim jantung (CK-MB, Troponin
T), angiografi koroner.
Rontgen dada, foto polos dada merupakan pemeriksaan laboratorium yang praktis untuk mendeteksi
edema paru. Kerugiannya adalah kurang sensitif dalam mendeteksi perubahan kecil cairan paru dan hanya
bersifat semikuantitatif (6,7).
Gambaran radiologi yang ditemukan : Pelebaran atau penebalan hilus (pelebaran pembuluh darah di
hilus); Corakan paru meningkat (lebih dari 1/3 lateral); Kranialisasi vaskuler; Hilus suram (batas tidak jelas);
fibrosis (gambaran seperti granuloma-granuloma kecil atau nodul milier); gambaran air bronchogram
terlihat pada beberapa kasus edema paru (6,7).
Analisa gas darah, meskipun kurang spesifik, PO2, PCO2, dan pH merupakan penunjuk yang informatif
dalam menilai fungsi paru pada edema. Analisa gas darah tidak sensitif pada fase awal edema. PO2 arteri
meningkat pada stadium awal dari peningkatan tekanan edema karena peningkatan tekanan pembuluh
darah. PCO2 arteri, pada stadium awal cenderung rendah. Perubahan PCO2 menandakan terjadinya
penurunan ventilasi alveolar (8).
ASKEP
DATA FOKUS PENGKAJIAN (WAWANCARA, PEM FISIK, PEM DIAG
2.1.1 Mencakup nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama dan alamat.
2.1.2 Keluhan Utama Sesak nafas.
2.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Apakah ada keluhan nyeri dada, sesak, takinardi, berkeringat, malaise, konstipasi.
2.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Kadang – kadang ada hypertensi, apakah pernah demam, reumatik, bedah jantung, penyakit
katup janung dan penyakit jantung bawaan.
2.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama, penyakit jantung, lainnya dan DM.
2.1.6 Tingkat Pengetahuan Pasien dan Keluarga.
Ditanya tentang seberapa jauh pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakitnya.
2.1.7 Faktor Resiko
Apakah penderita merokok atau minum – minuman keras, kebiasaan makan – makanan berlemak atau
sering mengkonsumsi daging.
2.1.8 Riwayat Sosial Ekonomi
Tanyakan tentng provesi pasien dan usaha pertolongan bila ada keluarga yang sakit
2.1.9 Riwayat spiritual
Tanyakan tentang kepercayaan yang dianut, hal ini penting karena untuk memberikan asuhan
keperawatan kita dapat menyesuaikan kekuasaan yang dianut pasien sepanjang hal tersebut tidak
bertentangan denga terapi yang harus ditaati
2.1.10 Riwayat alergi
Tanyakan apakah anda alergi makanan, obat hal ini berhubungan dengan diit dan obat-obatan
2.1.11 Kebiasaan hidup sehari-hari
Menyangkut cairan, makanan, eliminasi, kebersihan diri, aktivitas dan istirahat
2.1.12 Pemeriksaan Fisik
Mata : Konjunctiva dan sklera
Leher : Peningkatan JVP.
Paru : Bentuk, pergerakan dada, pernafasan frekwensi, irama, suara nafas dan suara nafas
tambahan.
Jantung : Tekanan darah, nadi dan suara jantung.
Abdomen : Asites dan bising usus.
Ekstrimitas : Kelembapan dan odem.
2.1.13 Pemeriksaan Penunjang
- Elektro magnetic (ECG) Didapatkan deviasi sumbu jantung kiri, hipertensi ventrikel kiri,
pembesaran atrium kiri, didapatkan gelombang P pulmonal atau gelombang p mitral (bila etiologinya mitral
stenosis)
- Pemeriksaan foto torax Jantung nampak membesar atau kardiomegali disertai pembesaran
ventrikel kiri dan atrium kanan, paru menunjukkan adanya kongestif ringan sampai odem paru yang
ditandai dengan gambaran butterfly apparance atau claudy lung.
ANALISA DATA
No.Data focus Etiologi Masalah keperawatan
Do:
Ds:
bagan