askep klien dengan edema paru

Upload: jenes-sigakole

Post on 02-Jun-2018

261 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    1/27

    Dibuat Untuk Memenuhi

    Nilai Tugas Semester Pendek

    Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat I

    OLEH:

    1. Ricky Yohanes Novendra

    2. Yoseph R. Riberu

    3. Juventus Babo

    Keperawatan Semester 6

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

    CITRA HUSADA MANDIRI KUPANG

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    2012

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    2/27

    TINJAUAN TEORI

    A. Konsep Dasar Penyakit

    1. Pengertian

    Edema paru adalah suatu keadaan terkumpulnya cairan

    patologi diekstravaskuler dalam paru (Muttaqin, 2008)

    Edema Paru adalah penimbunan cairan serosa atau

    serosanguinosa yang berlebihan dalam ruang intersisial dan alveolus

    paru (Price, 2005).

    Edema paru adalah timbunan cairan abnormal dalam paru, baik

    dirongga intersisialis maupun dalam alveoli (Smeltzer, 2001).

    2. Etiologi

    a. Sindroma Kongesti Vena: edema paru dapat terjadi karena kelebihan

    cairan intravaskuler. Sindroma ini sering terjadi pada klien yang

    mendapat cairan kristaloid atau darah intravena dalam jumlah besar

    terutama pada klien dengan gangguan fungsi ginjal (Muttaqin, 2008).

    b. Udema Neurogenik : keadaan ini terjadi pada klien dengan gangguan

    system saraf pusat. Diduga dasar mekanisme edema paru

    neurogenik adalah adanya rangsangan hipotalamus yang

    menyebabkan rangsangan pada system adrenergic, yang kemudian

    menyebabkan pergeseran volume darah dari sirkulasi sistemik ke

    sirkulasi pulmonal dan penurunan komplien ventrikel kiri (Muttaqin,

    2008).

    c. Perubahan permeabilitas kapiler

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    3/27

    Infeksi (bakteri atau virus), pneumonia, reaksi imunologis dapat

    terjadi peningkatan permeabilitas kapiler paru sehingga terjadi

    pergesaran cairan intravaskuler ke ekstravaskuler (Price, 2005).

    d. Peningkatan tekanan vaskuler paru (Price, 2005)

    1) Penyebab jantung

    Gagal jantung kiri, stenosis mitral, subakut endokarditis bakterial

    2) Penyebab bukan jantung

    Fibrosis vena pulmonalis, stenosis vena pulmonalis congenital,

    penyakit oklusi vena pulmonalis.

    e. Penurunan tekanan onkotik

    Penyakit gagal Ginjal, gangguan hati dapat terjadi hipoalbumin

    sehingga terjadi peningkatan permeabilitas kapiler (Price, 2005).

    f. Penyebab campuran atau tidak diketahui

    Emboli paru, bypass kardiopulmoner, kelebihan dosis narkotik (Price,

    2005).

    g. Keracunan inhalasi

    Edema paru yang disebabkan karena inhalasi bahan kimia toksik

    dapat menyebabkan lesi paru. Zat yang bersifat toksik seperti klorin,

    oksida nitrogen, ozon, sulfur dioksida, oksida metalik, uap asam dan

    lain-lain (Muttaqin, 2008).

    3. Tanda dan gejala (Ingram and Braunwald, 1988).

    Gejala yang paling umum dari pulmonary edema adalah sesak

    napas. Ini mungkin adalah penimbulan yang berangsur-angsur jika

    prosesnya berkembang secara perlahan, atau ia dapat mempunyai

    penimbulan yang tiba-tiba pada kasus dari pulmonary edema akut.

    Gejala-gejala umum lain mungkin termasuk mudah lelah, lebih cepat

    mengembangkan sesak napas daripada normal dengan aktivitas yang

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    4/27

    biasa (dyspnea on exertion), napas yang cepat (tachypnea),

    kepeningan, atau kelemahan.

    Tingkat oksigen darah yang rendah (hypoxia) mungkin

    terdeteksi pada pasien-pasien dengan pulmonary edema. Lebih jauh,

    atas pemeriksaan paru-paru dengan stethoscope, dokter mungkin

    mendengar suara-suara paru yang abnormal, sepeti rales atau crackles

    (suara-suara mendidih pendek yang terputus-putus yang

    berkoresponden pada muncratan cairan dalam alveoli selama

    bernapas).

    Manifestasi klinis Edema Paru secara spesifik juga dibagi dalam

    3 stadium:

    a. Stadium 1.

    Adanya distensi dan pembuluh darah kecil paru yang prominen akan

    memperbaiki pertukaran gas di paru dan sedikit meningkatkan

    kapasitas difusi gas CO. Keluhan pada stadium ini mungkin hanya

    berupa adanya sesak napas saat bekerja. Pemeriksaan fisik juga tak

    jelas menemukan kelainan, kecuali mungkin adanya ronkhi pada saat

    inspirasi karena terbukanya saluran napas yang tertutup pada saat

    inspirasi.

    b. Stadium 2.

    Pada stadium ini terjadi edema paru intersisial. Batas pembuluh

    darah paru menjadi kabur, demikian pula hilus juga menjadi kabur

    dan septa interlobularis menebal (garis Kerley B). Adanya

    penumpukan cairan di jaringan kendor inter-sisial, akan lebih

    memperkecil saluran napas kecil, terutama di daerah basal oleh

    karena pengaruh gravitasi. Mungkin pula terjadi refleks

    bronkhokonstriksi. Sering terdapat takhipnea. Meskipun hal ini

    merupakan tanda gangguan fungsi ventrikel kiri, tetapi takhipnea juga

    membantu memompa aliran limfe sehingga penumpukan cairan

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    5/27

    intersisial diperlambat. Pada pemeriksaan spirometri hanya terdapat

    sedikit perubahan saja.

    c. Stadium 3.

    Pada stadium ini terjadi edema alveolar. Pertukaran gas sangat

    terganggu, terjadi hipoksemia dan hipokapnia. Penderita nampak

    sesak sekali dengan batuk berbuih kemerahan. Kapasitas vital dan

    volume paru yang lain turun dengan nyata. Terjadi right-to-left

    intrapulmonary shunt. Penderita biasanya menderita hipokapnia,

    tetapi pada kasus yang berat dapat terjadi hiperkapnia dan acute

    respiratory acidemia. Pada keadaan ini morphin hams digunakan

    dengan hati-hati.

    Edema Paru yang terjadi setelah Infark Miokard Akut biasanya

    akibat hipertensi kapiler paru. Namun percobaan pada anjing yang

    dilakukan ligasi arteriakoronaria, terjadi edema paru walaupun tekanan

    kapiler paru normal, yang dapat dicegah de-ngan pemberian

    indomethacin sebelumnya. Diperkirakan bahwa dengan menghambat

    cyclooxygenase atau cyclic nucleotide phosphodiesterase akan

    mengurangi edema paru sekunder akibat peningkatan permeabilitas

    alveolar-kapiler; pada manusia masih memerlukan penelitian lebih

    lanjut. Kadang kadang penderita dengan Infark Miokard Akut dan

    edema paru, tekanan kapiler pasak parunya normal; hal ini mungkin

    disebabkan lambatnya pembersihan cairan edema secara radiografi

    meskipun tekanan kapiler paru sudah turun atau kemungkinan lain pada

    beberapa penderita terjadi peningkatan permeabilitas alveolar-kapiler

    paru sekunder oleh karena adanya isi sekuncup yang rendah seperti

    pada cardiogenic shock lung.

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    6/27

    4. Patofisiologi Pathway dan Respon Masalah Keperawatan

    Gangguan difusi O2& CO2

    Cairan bocor keCairan bocor

    ke intersisialis

    Penumpukan cairan pada alveoli

    Kerusakan epiteliumalveolar

    gg. endotheliumkapiler

    Peningkatan permeabilitas

    membarane alveokapiler

    Peningkatantekanan

    hidrostatik

    Gagal ginjal dan gg. hepar

    hipoalbuminemia

    Gagal jantung kiri

    Ketidakmampuan memompa

    darah ke ventrikel kiri

    Darah terhenti di atrium kiri

    Darah kembali ke paru2

    Peningkatan permeabilitas

    membran alveolokapiler

    Gangguan

    Endotelium

    Kapiler

    Kerusakan

    Ephitelium

    alveolar

    Hubungan inter

    endotelial

    tegang

    Cairan bocor

    ke alveoli

    Kebocorancairan

    MRS Hospitalisas

    AnsietaEdema paru

    Pneumonia

    Infeksi pada alveoli Akumulasi cairan diparu-paru

    Protein darah

    mengalir ke

    interstisial

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    7/27

    Suplai O2ke jantung Gangguan difusi O2

    & CO2

    B1 (Breathing) B2 (blood) B3 (brain)

    peningkatan CO2 dan

    penurunan O2

    Perubahanperfusi

    jaringan perifer

    Kontraksi jantung

    Resiko cidera

    Penurunan kesadaran

    Kapasitas vital dan

    volume paru

    menurun

    Kebersihan

    jalan napas

    Suplai O2ke jaringan Tekanan pengisian

    diastolic

    Sianosis, akral dingin, CRT >

    2 detik Volume sekuncup

    Penurunan curah

    jantung

    Gangguan difusi O2& CO2

    Peningkatan usaha

    bernapas,

    Ketidakefektifan pola

    napas

    Gangguan

    pertukaran Gas

    Gangguan difusi O2& CO2

    Sekresi yang kental

    atau berlebihan

    Napas sesak danberbuhi

    kemerahan

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    8/27

    Suplai O2kejaringan otot

    Lemah, lelah

    Intoleran aktivitas

    B6 (bone)

    katabolisme proteindan lemak

    Metabolism anaerob

    konstipasi

    Immobolisasi

    Peristaltik usus

    menurun

    Distensi abdomen

    Mual, muntah

    Nutrisi kurang dari

    kebutuhan tubuh

    B5 (bowel)

    Suplai O2 ke usus

    Peningkatan

    asam lambung

    Nafsu makan

    menurun

    B4 (bladder)

    Suplai O2ke ginjal

    Perfusi ginjal

    Resiko Kelebihan volume

    cairan

    Edema, peningkatan BB, produksi urine

    Retensi Na dan air oleh ginjal

    Aktivasi system

    renin angiotensin

    GFR

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    9/27

    5. Komplikasi udema paru

    a. Dapat terjadi gagal nafas

    b. Gagal jantung

    c. Pneumonia

    d. Syok septik

    6. Pemeriksaan penunjang ( Smeltzer, 1997)

    a. BGA: terjadi penurunan PaO2 dan peningkatan PCO2 akibat adanya

    hipoksemia.

    b. Thorax photo: tampak gambaran infiltrate alveolar tersebar di seluruh

    paru menandakan adanya oedem paru.

    c. Laboratorium: leukosit meningkat bila terjadi infeksi.

    d. Echo Cardio Grafi: untuk mengetahui fungsi jantung. Tampak adanya

    penurunan fungsi jantung yang ditandai dengan penurunan EF.

    e. EKG: untuk melihat adanya takikardi supraventrikular atau atrial.

    Juga untuk memprediksi adanya iskemi, IMA dan CVA yang

    berhubungan dengan edema paru kardiogenik.

    7. Penatalaksanaan medis (Price, 2005)

    a. Oksigenasi

    Oksigen diberikan dengan konsentrasi yang adekuat untuk

    mengurangi hipoksia dan dispneu. Bila tanda-tanda hipoksia

    menetap, oksigen harus diberikan dengan tekanan positif intermitten

    atau kontinu.

    b. Diuretic (contoh Lasix)

    Diberikan secara iv untuk memberi efek diuretik yang cepat.

    c. Posisi semifowler

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    10/27

    Pasien diposisikan dalam posisi semifowler untuk membantu

    mengurangi akhir balik vena ke jantung. Pasien diposisikan dengan

    tungkai dan kaki dibawah, sebaiknya kaki menggantung sisi tempat

    tidur.

    d. Aminofilin

    Bila pasien mengalami wheezing dan terjadi bronkospasme yang

    berarti, maka perlu untuk merelaksasi bronkospasme

    e. Morfin

    Morfin diberikan secara intravena dalam dosis kecil untuk

    mengurangi kecemasan dan dispnu sehingga darah dapat

    didistribusikan dari sirkulasi paru ke bagian tubuh yang lain

    f. Digitalis

    Untuk meningkatkan kontraksitilitas jantung. perbaikan kontraktilitas

    akan menurunkan tekanan diastole.

    g. Antibiotik

    Diberikan untuk mengatasi infeksi. Pemberian antibiotic sebaiknya

    diberikan setelah diperoleh hasil kultur dan uji kepekaan terhadap

    kuman penyebab.

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    11/27

    B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

    1. Pengkajian Data Fokus

    a. Identitas pasien

    Umur: bayi dan dewasa tua cenderung mengalami, dibandingkan

    remaja/ dewasa muda.

    b. Keluhan utama: sesak napas, Mudah lelah, napas cepat dan

    hipoksia.

    c. Riwayat penyakit sekarang

    Sesak nafas, cyanosis, batuk-batuk, slem pink proty disertai dengan

    demam tidak khas, keringat dingin, gelisah, takikardia, kulit tampak

    pucat, dan akral dingin

    d. Riwayat penyakit dahulu

    Predileksi penyakit sistemik atau berdampak sistemik seperti sepsis,

    penyakit paru, seperti pneumonia, emboli paru, jantung (gagal

    jantung kiri, penyakit katup jantung), ginjal.

    e. ADL

    1) Nutrisi: sesak nafas akan membuat nafsu makan menurun

    2) Eliminasi: dapat terjadi penurunan jumlah urine

    3) Aktivitas istirahat: aktivitas istirahat dapat terganggu akibat adanya

    sesak nafas.

    4) Hygiene personal: hygiene personal tidak dapat dilakukan secara

    mandiri.

    f. Psikososialspiritual

    Pasien juga gelisah, cemas, depresi, takut, peningkatan ketegangan.

    kebiasaan merokok dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung

    yang nantinya akan menimbulkan terjadinya udema paru.

    g. pemeriksaan fisik

    1) B1 (Breathing)

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    12/27

    Sesak nafas, dada tertekan, pernafasan cuping hidung,

    hiperventilasi, batuk (produktif/ non produktif), sputum banyak,

    penggunaan otot bantu pernafasan, SpO2 , PO2 , PCO2 ,

    pernafasan diafragma dan perut meningkat, laju pernafasan

    meningkat, ronchi pada lapang pandang paru, kulit pucat,

    cyanosis.

    2) B2 (Blood)

    Denyut nadi meningkat, denyut jantung tidak teratur, suara jantung

    tambahan, banyak keringat, suhu kulit meningkat, kemerahan,

    akral dingin dan lembab, CRT> 2 detik, tekanan darah meningkat

    3) B3 (Brain)

    Gelisah, penurunan kesadaran, kejang, GCS menurun, reflex

    menurun

    4) B4 (Bladder)

    Produksi urine menurun, VU(vesika urinaria) teraba lembek.

    5) B5 (Bowel)

    Kadang mual, muntah, bising usus normal.6) B6 (Bone)

    Lemah, cepat lelah, tonus otot menurun, sensasi nyeri sendi

    berkurang.

    2. Diagnosa Keperawatan

    1. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan sekresi

    yang kental atau berlebihan sekunder akibat asma yang di tandai

    dengan takipneu, pernafasan cupping hidung , nadi meningkat.

    DS: klien mengatakan susah bernapas

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    13/27

    DO: dyspnea, takhypnea, menggunakan oto bantu pernapasan,

    napas pendek, adanya retraksi dinding dada.

    2. Ketidakefektifan Bersihan jalan napas berhubungan dengan :

    intubasi, ventilasi, proses penyakit, kelemahan dan kelelahan

    DS: mengeluh sesak napas

    DO: batuk (produktif dan non produktif), ronchy, crakles, demam,

    hemopitisis dan dispnea.

    3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan

    transport oksigen melalui alveolar dan membrane kapiler

    DS: klien mengeluh nyeri tekan pada dada.

    DO: edema, penurunan nadi, warna kulit pucat, bradikardi, akral

    dingin, sianosis, penurunan suplai O2.CRT < 2 dtik, takipnea.

    4. Resiko cedera berhubungan dengan kesadaran menurun.

    5. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai

    O2 dengan kebutuhan tubuh.

    DS: klien mengatakan merasa letih dan merasa lemah pada saat

    melalukan aktivitas.DO: respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas, ketidak

    nyamanan setelah beraktivitas, dispnea setelah aktivitas,

    6. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan

    preload, penurunan kontraktilitas dan penurunan curah jantung.

    DS: klien mengatakan gelisah, klien mengatakan susah BAK.

    DO: edema, gangguan elektrolit, perubahan pola pernapasan,

    penurunan tekanan vena ventrikel, peningkatan BB, produksi urine

    .

    7. Kostipasi berhubungan dengan berhubungan dengan imobilisasi

    DS: klien mengatakan tidak dapat mengeluarkan veses, nyeri pada

    saat devekasi.

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    14/27

    DO: bising usus hiperaktif, keletihan umum, perkuisi abdomen

    pekak, muntah,

    8. Kebutuhan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

    dengan muntah, anoreksia dan gangguan pencernaan.

    DS: klien mengatakan merasa mual, kurang selera makan

    DO: bising usus hiperaktif, ketidak mampuan mencerna makanan,

    mengeluh gangguan sensasi rasa, membran mukosa pucat, muntah

    9. Penurunan curah jantung b.d perubahan volume sekuncup

    DS:klien mengeluh pusing pada saat beraktivitas ringan dan berat

    DO: vertigo,dispenea,adanya sianosis, aritmia,

    10. Ansietas b.d hospitalisasi

    DS: klien merasa takut pada lingkungan yang baru dihadapinya

    DO: klien tampak :-cemas,gelisah, ketakutan, bingung, stres.

    3. Intervensi Keperawatan

    a. Penurunan curah jantung b.d perubahan volume sekuncup

    Goal: klien akan meningkatkan curah jantung yang efektif selama

    dalam perawatan

    Objektive: klien tidak akan mengalami perubahan volume sekuncup

    Outcomes: dalam waktu 3x 24 jam perawatan klien

    1) Tidak mengeluh pusing pada saat beraktivitas ringan dan berat

    2) Klien tidak akan mengalami vertigo,

    3) Klien tidak akan mengalami dispenea,

    4) Tidak ada sianosis,

    5) Tidak ada aritmia,

    Intervensi:

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    15/27

    1) Ajarkan kepada pasien tentang bagaimana melakukan teknik

    pengurangan stres

    R/. untuk menurunkan ansietas dan menghindari komplikasi

    cardiac

    2) Bantu pasien untuk menghindari aktifitas yang terlalu banyak

    R./ yang dapat meningkatkan kebutuhan oksingen mio cardia.

    3) Berikan oksingen, sesuai instruksi

    R/.untuk meningkatkan suplai oksingen ke mio kardium.

    4) Berikan obat anti aritmia, bila diprogramkan.

    R/. Untuk mengurangi atau menghentikan aritmia.

    5) Pantau nadi apikal dan radial sekurang-kurangnya setiap 4jam.

    R./. untuk mendekteksi aritmia secara lebih baik.

    6) Observasi irama nadi minimal setiap 4 jam, dan laporkan ketidak

    teraturannya.

    R/. Aritmia dapat mengindikasikan komplikasi yang menuntut

    intervensi yang cepat.

    b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan transport

    oksigen melalui alveolar dan membran kapiler yang ditandai dengan

    dispneu, CRT>2 detik, sianosis, retraksi dada, RR.12-20x/menit,

    penggunaan otot bantu pernafasan.

    Goal : Klien tidak akan mengalami perfusi jaringan selama dalam

    perawatan.

    Objective : Klien tidak akan mengalami gangguan transport oksigen

    dan membrane kapiler.

    Outcomes : Dalam waktu 3 x 24 jam klien akan tidak mengalami

    perfusi jaringan, setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan

    kriteria hasil:

    1) Klien tidak akan mengalami nyeri tekan pada dada

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    16/27

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    17/27

    c. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan retensi

    secret/produksi secret yang banyak yang ditandai dengan ekspansi

    paru tidak maksimal, ronkhi +, takipnoe, batuk dengan secret yang

    sulit dikeluarkan

    Goal : Klien akan mempertahankan keefektifan poal napas selama

    dalam perawatan.

    Objective : Klien tidak akan mengalami retensi secret selama dalam

    perawatan.

    Outcomes : Dalam waktu 3 x 24 jam perawatan klien menunjukkan

    pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan

    kriteria hasil:

    1) Klien tidak akan mengalami sesak napas

    2) Napas normal 12-20x/mnt,

    3) Tidak menggunakan otot bantu pernapasan,

    4) Tidak ada retraksi dinding dada.

    Intervensi:

    1) Motivasi pasien untuk nafas dalam dan batuk efektif, fisio terapi

    nafas

    R/ Untuk memudahkan secret keluar dan memudahkan upaya

    bernafas dalam dan meningkatkan drainase secret untuk

    memudahkan pembersihan nafas.

    2) Auskultasi bunyi nafas

    R/ Bunyi nafas menurun/tak ada bila jalan nafas obstruksi

    sekunder

    3) Berikan posisi semi fowler

    R/ Posisi semi fowler memungkinkan ekspansi paru dan

    memudahkan untuk bernafas.

    4) Obsevasi frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    18/27

    R/ Frekuensi nafas biasanya meningkat dan sesak terjadi karena

    adanya peningkatan kerja nafas, ekspansi dada terbatas

    berhubungan dengan atelektasis.

    5) Kolaborasi dalam pemberian oksigen

    R/ Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.

    d. Ketidakefektifan Bersihan jalan napas berhubungan dengan:

    intubasi, ventilasi, proses penyakit, kelemahan dan kelelahan

    Goal : klien akan mempertahankan keefektifan bersihan jalan napas

    selama dalam perawatan.

    Objective : klien tidak akan mengalami intubasi,ventilasi, proses

    penyakit, kelemahan dan kelelahan selama perawatan.

    Outcomes : klien tidak akn mengalami sesak napas, tidak mengalami

    batuk (produktif dan non produktif), tidak ada bunyi napas tambahan,

    tidak mengalami demam.

    Intervensi:

    1) Jelaskan pada pasien setiap prosedur tindakan dan tujuan

    dilakukan tindakan.

    Rasional: dengan penjelasan pasien akan mengerti sehingga

    kooperatif terhadap tindakan yang dilakukan.

    2) Lakukan hisap lendir bila ronchii terdengar

    R/ Tekanan penghisapan tidak lebih 100-200 mmHg.

    Hiperoksigenasi dengan 4-5 kali pernafasn dengan O2 100 %

    dan hiperinflasi dengan 1 kali VT menggunakan resusitasi

    manual atau ventilator. Auskultasi bunyi nafas setelah

    penghisapan

    3) Auskultasi bunyi nafas tiap 2-4 jam

    R/ Monitor produksi sekret

    4) Beri fisioterapi dada sesuai indikasi

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    19/27

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    20/27

    6) Tekanan vena ventrikel normal,bb kembali normal

    7) Produksi urine normal

    Intervensi

    1) Jelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan

    R/ pengetahuan yang memadai memungkinkan pasien kooperatif

    terhadap tindakan keperawatan yang diberikan

    2) Hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran cairan

    selama 24 jam.

    R/ mengetahui adanya keseimbangan cairan dalam tubuh

    3) Intake cairan peroral harus dibatasi.

    R/ intake cairan peroral yang berlebihan menyebabkan

    bertambahnya volume cairan dalam tubuh sehingga dapat

    memperberat terjadinya edema.

    4) Timbang berat badan tiap hari

    R/ peningkatan berat badan menandakan tidak adanya respon

    terhadap terapi dalam mengurangi kelebihan cairan.

    5) Kolaborasi dalam pemberian diuretic (lasix)

    R/ mengatasi retensi cairan yang berlebihan dengan cara

    menghambat reabsorbsi natrium dan kalium pada asenden loop

    of handle dan selanjutnya dapat mengurangi preload dan tekanan

    pengisian yang berlebihan.

    6) Observasi :

    a) Tekanan darah

    R/ hipertensi menunjukkan kelebihan volume cairan dan dapat

    menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru, gagal

    jantung.

    b) Tanda-tanda edema, BB, kulit

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    21/27

    R/ tidak adanya tanda-tanda edema, BB turun dan kulit tidak

    mengkilap atau menegang menunjukkan berkurangnya volume

    cairan dalam tubuh dan membaiknya fungsi kerja jantung.

    f. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah,

    anoreksia dan gangguan pencernaan.

    Goal :Klien akan mempertahankan status nutrisi yang adekuat

    selama dalam perawatan.

    Objective : klien tidak akan mengalami muntah, anoreksia, dan

    gangguan pencernaan selama dalam perawatan.

    Outcomes : dalam waktu 1 x 24 jam perawatan:

    1) Klien tidak mengatakan mual, selera makan kembali bertambah

    2) Bising usus kembali normal

    3) Mampuan mencerna makanan dengan baik

    4) Tidak mengeluh gangguan pada sensasi rasa

    5) Membran mukosa lembab

    6) Tidak muntah

    Intervensi

    1) Jelaskan pentingnya asupan nutrisi bagi tubuh

    R/ nutrisi dapat membantu metabolisme dalam pembentukan

    antibody sehingga meningkatkan daya tahan tubuh

    2) Ciptakan suasana makan yang nyaman (misal jauhkan pispot)

    R/ mengurangi mual dan muntah sehingga meningkatkan nafsu

    makan

    3) Pertahankan kebersihan mulut yang baik

    R/ mulut bersih memberikan rasa nyaman sehingga nafsu makan

    meningkat

    4) Berikan makanan porsi kecil dan sering

    R/ mencegah mual muntah

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    22/27

    5) Kolaborasi dalam pemberian nutrisi parenteral (dextrose)

    R/ dextrose mengandung glukosa untuk memperbaiki

    keseimbangan nutrisi

    6) Observasi keluhan nafsu makan, BB dan keadaan umum pasien

    R/ peningkatan BB, nafsu makan menunjukkan adanya perbaikan

    asupan nutrisi

    g. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai O2

    dengan kebutuhan tubuh ditandai dengan sesak nafas saat

    beraktifitas, RR>24x/menit, nadi>100x/menit, sianosis, kelemahan.

    Goal : klien akan mempertahankan toleransi aktivitas selama dalam

    perawatan.

    Objective : klien tidak akan mengalami ketidakseimbangan suplai O2

    selama dalam perawatan.

    Outcomes : Dalam waktu 1 x 24 jam perawatan klien akan

    mempertahankan toleransi aktivitas dengan criteria hasil:

    1) Klien tidak akan merasa letih

    2) Klien tidak merasa lemah pada saat melalukan aktivitas

    3) Respon frekuensi jantung normal terhadap aktivitas

    4) Merasa nyamanan setelah beraktivitas

    5) tidak mengalami dispnea setelah aktivitas

    Intervensi:

    1) Jelaskan pada pasien tentang keadaan dan tindakan yang akan

    dilakukan

    Rasional: dengan penjelasan pasien memahami kondisinya dan

    akan kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan

    2) Ubah posisi pasien tiap beberapa waktu tertentu (miring atau

    duduk)

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    23/27

    Rasional: mobilisasi pasif dapat memprtahankan kekuatan otot/

    sendi dan meningkatkan sirkulasi

    3) Atur posisi slang ventilator dalam kondisi aman

    Rasional: slang tidak menghalangi mobilisasisehingga pasien

    tidak takut untuk bergerak

    4) Berkolaborasi dengan petugas fisioterapi untuk latihan pasif

    Rasional: latihan rentang gerak mempertahankan kelenturan

    sendi, mencegah kontraktur dan membantu menurunkan

    ketegangan otot.

    5) Observasi respon fisiologis terhadap peningkatan aktifitas

    (respirasi, denyut dan irama jantung,tekanan darah.)

    Rasional: untuk menyakinkan frekuensinya kembali normal.

    h. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kesadaran menurun.

    Goal : Klien tidak akan mengalami resiko cedera selama dalam

    perawatan.

    Objective : Klien tidak akan mengalami penurunan kesadaran selama

    dalam perawatan.

    Outcomes : Dalam waktu 1 x 24 jam klien tidak mengalami resiko

    cedera selama dalam perawatan, dengan criteria hasil:, tidak ada

    tanda-tanda cidera.malnutrisi, hipoksia jaringan, fisik( misalnya:

    integritas kulit tidak utuh, imobilitas fisik.)

    Intervensi:

    1) Jelaskan pada pasien dan kelurga setiap tindakan yang akan

    dilakukan.

    Rasioanal : dengan penjelasan diharapkan pasien dan keluarga

    menjadi kooperatif.

    2) Anjurkan pasien minta tolong bila membutuhkan sesuatu.

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    24/27

    Rasional: supaya kebutuhan pasien terpenuhi dan pasien tidak

    terlalu banyak bergerak.

    3) Pasang alat pengaman/pagar di sekeliling sisi tempat tidur.

    Rasional: pemasangan pengaman mencegah pasien jatuh dari

    tempat tidur.

    4) Merubah posisi secara bertahap, terlebih dari posisi tidur ke

    posisi duduk atau berdiri.

    Rasional: tidur dalam waktu lama mengakibatkan volume darah

    yang bersirkulasi sedikit, perfusi ke otak menurun, pasien bisa

    pusing saat bangun tidur.

    5) Hindarkan barang-barang yang membahayakan dari sekitar

    jangkauan pasien.

    Rasional: untuk mencegah terjadinya kecelakaan.

    i. Konstipasi berhubungan dengan imobilisasi.

    Goal : klien tidak akan mengalami konstipasi selama dalam

    perawatan.

    Objective : klien tidak akan mengalami imobilisasi selama dalam

    perawatan.

    Outcomes : dalam waktu 1 x 24 jam klien tidak akan mengalami :

    konstipasi dengan criteria hasil:

    1) Dapat BAB dengan normal

    2) Tidak mengalami nyeri saat devekasi

    3) Bising usus kembali normal

    4) Tidak mengalami keletihan umum

    5) Tidak mengalami muntah

    Intervensi:

    1) Jelaskan kepada pasien untuk tidak mengejan saat defekasi

    Rasional : mengejan dapat meningkatkan kerja otot jantung.

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    25/27

    2) Beri diet tinggi serat.

    Rasional: tinggi serat akan membantu terbentuknya feses.

    3) Bantu klien mobilisasi sesuai indikasi.

    Rasional: mobilisasi memungkinkan meningkatkan peristaltic

    usus.

    4) Kolaborasi dalam pemberian obat pencahar/ minyak pelumas

    feses.

    Rasional: mungkin dibutuhkan untuk membantu merangsang

    fungsi defekasi, kesulitan saat defekasi dapat meningkatkan

    kebutuhan oksigen.

    5) Observasi abdomen klien setiap 4-8 jam terhadap tanda distensi,

    bising usus, flatus, dan lapor pada dokter jika terdapat perubahan

    abnormal.

    Rasional : konstipasi dapat memicu respon valsava sehingga

    menurunkan kontraktilitas miokard.

    j. Ansietas b.d hospitalisasi

    Goal: klien akan menurunkan tingkat ansietas selama dalam

    perawatan

    Objective: klien tidak akan mengalami hospitalisasi selama dalam

    perawatan

    Outcomes: dalam waktu 1x 24 jam perawatan klien:

    1) Tidak merasa takut pada lingkungan yang baru dihadapinya

    2) Tidak tampak cemas

    3) Tidak tampak gelisah

    4) Tidak takut

    5) Tidak bingung

    6) Tidak mengalami stres

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    26/27

    Intervensi

    1) Motivasi klien untuk mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam

    aktifitas yang ia rasa menyenangkan

    R/. untuk membangun rasa kontrol

    2) Berikan penjelasan yang benar kepada pasien tentang semua

    tindakan

    R/. untuk menghindari terlalu banyak informasi

    3) Secara seksama, perhatikan kebutuhan fisik klien.berikan

    makanan bergizi dan tingkatkan kualitas tidur disertai langkah-

    langkah yang memberikan rasa nyaman.

    R./ menciptakan kesejahtraan dan menyakinkan klien bahwa

    kebutuhannya akan terpenuhi.

    4. Implementasi Keperawatan

    Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana

    tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat.

    5. Evaluasi Keperawatan

    Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah

    keperawatan telah teratasi,tidak teratasi atau teratasi sebagian dengan

    mengacu pada criteria evaluasi.

  • 8/10/2019 Askep Klien Dengan Edema Paru.

    27/27

    DAFTAR PUSTAKA

    Carpenito, Lynda Juall. 1999. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. 2000.

    Alih Bahasa:I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. Jakarta: EGC.

    Donges, Marilynn E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. 2000. Alih

    Bahasa: Brahm U. Jakarta: EGC.

    Latief, Said. A, dkk. 2002. Anesthesiologi. Jakarta: Bagian Anestesiologi

    dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan

    Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta: EGC.

    Price, Sylvia Anderson. 2002. Patofisiologi: Konsep-konsep Klinis Proses-

    proses Penyakit. 2005. Alih Bahasa: Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC

    Smeltzer, Suzanne C. 1997. Buku Ajar Keperawataan Medikal Bedah

    Brunner & Suddarth. Edisi 8. Vol 1. 2002. Alih Bahasa: Agung

    Waluyo. Jakarta: EGC.

    Raden, Fahmi. 2010http://forum.um.ac.id/index.php?topic=9246.0

    http://forum.um.ac.id/index.php?topic=9246.0http://forum.um.ac.id/index.php?topic=9246.0http://forum.um.ac.id/index.php?topic=9246.0http://forum.um.ac.id/index.php?topic=9246.0