edema paru bab i-iii+ hipertensi

74
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Edema paru akut merupakan kondisi di mana cairan terakumulasi di dalam paru-paru, biasanya diakibatkan oleh ventrikel kiri jantung yang tidak memompa secara adekuat. Edema paru akut terjadi oleh karena adanya aliran cairan dari darah ke ruang intersisial paru yang selanjutnya ke alveoli paru, melebihi aliran cairan kembali ke darah atau melalui saluran limfatik. Bertambahnya cairan dalam ruang di luar pembuluh darah paru-paru disebut edema paru akut. Edema paru akut merupakan komplikasi yang biasa dari penyakit jantung dan kebanyakan kasus dari kondisi ini dihubungkan dengan kegagalan jantung. Edema paru akut dapat menjadi kondisi kronik atau dapat berkembang dengan tiba-tiba dan dengan cepat menjadi ancaman hidup. Tipe yang mengancam hidup dari edema paru terjadi ketika sejumlah besar cairan tiba-tiba 1

Upload: nurul-izzah

Post on 22-Oct-2015

83 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

makalah seminar

TRANSCRIPT

Page 1: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Edema paru akut merupakan kondisi di mana cairan terakumulasi di dalam

paru-paru, biasanya diakibatkan oleh ventrikel kiri jantung yang tidak

memompa secara adekuat.

Edema paru akut terjadi oleh karena adanya aliran cairan dari darah ke rua

ng intersisial paru yang selanjutnya ke alveoli paru, melebihi aliran cairan

kembali ke darah atau melalui saluran limfatik. Bertambahnya cairan dalam

ruang di luar pembuluh darah paru-paru disebut edema paru akut. 

Edema paru akut merupakan komplikasi yang biasa dari penyakit jantung dan

kebanyakan kasus dari kondisi ini dihubungkan dengan kegagalan jantung.

Edema paru akut dapat menjadi kondisi kronik atau dapat berkembang

dengan tiba-tiba dan dengan cepat menjadi ancaman hidup. Tipe yang

mengancam hidup dari edema paru terjadi ketika sejumlah besar cairan tiba-

tiba berpindah dari pembuluh darah paru ke dalam paru,dikarenakan masalah

paru, serangan jantung, trauma, atau bahan kimia toksik. Ini dapat juga

menjadi tanda awal dari penyakit jantung koroner (Gray, et all, 2009).

Angka kejadian penyakit ini adalah sekitar 14 diantara 100.000

orang/tahun. Angka kematian melebihi 40%. Tanpa pengobatan yang tepat,

90% kasus berakhir dengan kematian. Bila pengobatan yang diberikan sesuai,

50% penderita akan selamat. Penderita yang bereaksi baik terhadap

pengobatan, biasanya akan sembuh total, dengan atau tanpa kelainan paru-

1

Page 2: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

paru jangka panjang. Penelitian Framingham menunjukkan mortalitas 5 tahun

sebesar 62% pada pria dan 42% wanita. Berdasar perkiraan tahun 1989, di

Amerika terdapat 3 juta penderita edema paru dan setiap tahunnya bertambah

400.000 orang. Walaupun angka-angka yang pasti belum ada untuk seluruh

Indonesia, dapat diperkirakan jumlah penderita akan bertambah setiap

tahunnya.

Mengingat begitu berbahayanya edema paru akut bagi kesehatan maka

kelompok akan membahas mengenai edema paru akut dan asuhan

keperawatan yang diberikan.Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan

keperawatan yang efektif dan mampu ikutserta dalam upaya penurunan angka

insiden edema paru akut melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan dan penanganan pasien dengan

diagnosa medis edema paru

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui definisi edema paru

b. Mengetahui klasifikasi edema paru

c. Mengetahui manifestasi klinis edema paru

d. Menjelaskan patofisiologi Edema paru

e. Mengetahui penatalaksaan edema paru

2

Page 3: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

f. Mengetahui proses pengkajian pada edema paru

g. Mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul pada edema paru

h. Mengetahui perencanaan keperawatan pada edema paru

3

Page 4: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Edema paru merupakan penimbunan cairan serosa atau serosanguinosa

yang berlebihan dalam ruang interstisial dan alveolus paru. Jika edema timbul

akut dan dan luas, sering menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Edema

paru dapat terjadi karena peningkatan tekanan hdrostatik dalam kapiler paru

(Price&Wilson, 2005).

Edema paru merupakan akumulasi cairan di paru-paru yang dapat

disebabkan tekanan intravascular (edema paru kardiak) yang tinggi atau

karena permeabilitas membrane kapiler (edema paru non kardiak) yang

mengakibatkan terjadinya ekstravasasi cairan secara cepat. Pada sebagian

besar edema paru secara klinis mempunyai kedua aspek tersebut, sebab sangat

sulit terjadi gangguan permeabilitas kapiler tanpa adanya gangguan tekanan

pada mikrovaskulasi atau sebaliknya (Sudoyono, DIPD-FKUI, 2006).

B. KLASIFIKASI

Menurut Sudoyono, dkk (2006), klasifikasi dari edema paru adalah :

1. Edema paru kardiogenik

Secara patofisiologi edema paru kardiogenik ditandai dengan transudasi

cairan dengan kandungan protein yang rendah ke paru, akibat terjadinya

peningkatan tekanan di atrium kiri dan sebagian kapiler paru. Transudasi

ini terjadi tanpa perubahan pada permeabilitas atau integritas dari

membrane alveoli-kapiler dan hasil akhir yang terjadi adalah penurunan

4

Page 5: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

kemampuan difusi, hipoksemia, dan sesak nafas. Salah satu faktor

penyebab udem paru kardiogenik yaitu hipertensi emergensi. Hipertensi

emergensi/gawat darurat memiliki gejala yang mengancam hidup

penderita. Gejalanya berupa adanya cairan di paru-paru, pembengkakan

atau perdarahan otak, sobeknya dinding pembuluh darah, serangan

jantung, stroke atau pre-eklamsia pada ibu hamil. Tekanan darah hipertensi

gawat darurat meningkat diatas 180/120 mmHg. Bisa juga terjadi tekanan

darah dibawah 180/120 mmHg tetapi disertai gangguan fungsi organ.

Untuk menghindari terjadinya komplikasi menetap, tekanan darah harus

sesegera mungkin diturunkan. Caranya dengan memberikan obat oral, obat

intravena (suntikan), atau dirawat inap (Ibrahim, G, 2008).

2. Edema paru nonkardiogenik

Edema paru nonkardiogenik merupakan terjadinya pengumpulan cairan di

paru akibat peningkatan permeabilitas membrane kapiler dan

mengakibatkan terjadinya ekstravasasi cairan yang berjalan cepat. Edema

paru nonkardiogenik juga dapat terjadi akibat terdapatnya perpindahan

cairan dari darah ke ruang interstisial atau ke alveoli yang melebihi jumlah

pengembalian cairan ke dalam pembuluh darah dan aliran cairan ke

pembuluh limfe. Sistem pembuluh limfatik yang terganggu juga berperan

dalam mencetuskan terjadinya edema paru. Sistem limfatik ini disiapkan

untuk menerima larutan, koloid dan cairan balik dari pembuluh darah.

Akibat tekanan yang lebih negatif di daerah interstitial prebronkial dan

perivaskuler dan dengan peningkatan kemampuan dari interstitial

5

Page 6: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

nonalveolar ini, cairan lebih sering meningkat jumlahnya di tempat ini

ketika kemampuan memompa dari saluran limfatik tersebut berlebihan.

Bila kapasitas dari saluran limfe melampaui dalam hal jumlah cairan maka

akan menyebabkan edema.

Edema paru nonkardiogenik dapat diklasifikasikan berdasarkan

ketidakseimbangan “starling force” yakni sebagai berikut:

a. Peningkatan vena pulmonalis

Edema paru akan terjadi hanya apabila tekanan kapiler pulmonal

meningkat sampai melebihi tekanan osmotic koloid plasma, yang

biasanya berkisar 28mmHg. Sedangkan nilai normal dari tekanan vena

pulmonalis adalah 8-12mmHg, yang merupakan batas aman dari

mulainya terjadinya edema paru. Etiologi dari keadaan ini adalah

sebagai berikut:

1) Tanpa gagal ventrikel kiri (Stenosis mitral)

2) Sekunder akibat gagal ventrikel kiri

3) Peningkatan tekanan kapiler paru sekunder akibat peningkatan

tekanan arterial paru (edema paru overperfusi)

b. Penurunan tekanan onkotik plasma

Hipoalbuminemia saja tidak menimbulkan edema paru, diperlukan

juga peningkatan tekanan tekanan kapiler paru. Peningkatan tekanan

yang sedikit saja pada hipoalbuminemia akan menimbulkan edema

paru. Hipoalbuminemia dapat menyebabkan perubahan konduktivitas

6

Page 7: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

cairan rongga interstitial, sehingga cairan dapat berpindah dengan lebih

mudah diantara sistem kapiler dan limfatik.

c. Peningkatan negativitas dari tekanan interstitial

Edema paru dapat terjadi akibat perpindahan yang cepat dari udara

pleural. Keadaan ini yang sering menjadi etiologi adalah sebagai

berikut:

1) Perpindahan yang cepat pada pengobatan pneumotoraks dengan

tekanan negatif yang besar. Keadaan ini disebut edema paru re-

ekspansi. Edema biasanya terjadi unilateral dan seringkali

ditemukan dari gambaran radiologis dengan penemuan klinis yang

minimal.

2) Tekanan negatif pleura yang besar akibat obstruksi jalan nafas dan

peningkatan volume ekspirasi akhir misalnya pada asma bronchial.

EPK NEPKAnamnesisacute cardiac event (+) Jarang

Penemuan klinisPeriferS3 Gallop/KardiomegaliJvp Ronki

Dingin (low flow state)(+)Meningkat Basah

Hangat (high flow state), nadi kuat(-)Tidak meningkatKering

LaboratoriumEKGFoto torakEnzim KardiakProtein cairan edema

Iskemik/infarkDistribusi perihilerBisa meningkat<0.5

Biasanya normalDistribusi perihilerBiasanya normal>0.7

Sumber : Sudoyono, dkk (2006, DIPD-FK-UI)

7

Page 8: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

C. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Sudoyono, dkk (2006), ada beberapa manifestasi klinis yang timbul

pada umumnya tergantung dari jenis etiologi edema, namun secara umum

manifestasi klinisnya adalah sebagai berikut:

1. Dispnea

2. Sesak hebat

3. Sianosis

4. Berkeringat malam

5. Batuk dengan sputum atau darah

6. Ronki

8

Page 9: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

Faktor kardiogenik Faktor non-kardiogenik

Isufisiensi limfatik Unkwnown

ARSD

Gagal jantung kiri Pulmonary EmbolismEclamasiaHigh altitude Pulmonary edema

Post. Lung transplantLymphangitic carsinomiclosisSilicosis

PnemoniaAspirasi As. LambungBahan Toksik inhalan

KetidakseimbanganStaling Force

TekananOnkotik

Interstitial ↑

TekananNegative

Interstitial ↑

Tekanan Kapiler Paru

TekananOnkotik Plasma ↓

D. PATOFISIOLOGI

9

Cairan berpindah ke interstitial

Akumulasi cairan berlebih (transudat / eksudat)

Alveoli terisi cairan

Cardiac ouput ↓ Pemasangan alat bantu nafas (ventilator)

O2 jaringan↓ Gangguan pertukaran gas

Bed rest fisik Pemasangan selang endotrakheal

Page 10: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

E. PENATALAKSANAAN

Menurut Sudoyono, dkk (2006), penatalaksanaan pada pasien edema paru

adalah:

1. Terapi oksigen

Oksigen 40-50% diberikan sampai 8 L/menit. Jika kondisi pasien makin

memburuk, timbul sianosis, makinsesak, takipnea, ronki bertambah,

hipoventilasi, maka perlu dilakukan intubasi endotrakeal, suction dan

penggunaan ventilator

2. Nitrogliserin sublingual atau intravena

Nitrogliserin diberikan jika tekanan darah sistolik >95mmHg

3. Morfin sulfat

Diberikan 3-5 mg i.v., dapat diulangi tiap 15 menit.

4. Diuretic

Diberikan furosemid 40-80 mg i.v., bolus dapat diulangi atau ditingkatkan

dosis setelah 4 jam atau dilakukan drip sampai dicapai produksi urin

1ml/kg BB/jam

5. Obat untuk menstabilkan klinis hemodinamik

Dapat diberikan nitrofusid jika pasien tidak memberikan respon yang baik

dengan terapi nitrat, atau hipertensi berat.

Dapat juga diberikan dopamine, dan digitalis bila ada fibrilasi atrium.

6. Obat trobolitik pada pasien infark miokard akut

7. Intubasi dan ventilator, pada pasien dengan hipoksia berat, asidosis atau

tidak berhasil dengan terapi oksigen

10

Page 11: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

F. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Point yang penting dalam riwayat keperawatan :

a. Umur

b. Alergi terhadap obat, makanan tertentu.

c. Pengobatan terakhir.

d. Pengalaman pembedahan.

e. Riwayat penyakit dahulu.

f. Riwayat penyakit sekarang.

g. Pemeriksaan fisik

1) Sistem Pernapasan :

a) Sesak napas

b) Nyeri, batuk-batuk.

c) Terdapat retraksi klavikula/dada.

d) Pengambangan paru tidak simetris.

e) Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.

f) Pada perkusi ditemukan suara sonor/hipersonor/timpani,

hematotraks (redup)

g) Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang

berkurang/menghilang.

h) Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.

i) Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.

j) Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.

11

Page 12: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

2) Sistem Kardiovaskuler :

a) Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.

b) Takhikardia, lemah

c) Pucat, Hb turun /normal.

d) Hipotensi.

3) Sistem Persyarafan :

a) Tidak ada kelainan.

4) Sistem Perkemihan.

a) Tidak ada kelainan.

5) Sistem Pencernaan :

a) Tidak ada kelainan.

6) Sistem Muskuloskeletal - Integumen.

a) Kemampuan sendi terbatas.

b) Ada luka bekas tusukan benda tajam.

c) Terdapat kelemahan.

d) Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub

kutan.

7) Sistem Endokrine :

a) Terjadi peningkatan metabolisme.

b) Kelemahan.

8) Sistem Sosial / Interaksi.

a) Tidak ada hambatan.

9) Spiritual :

12

Page 13: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

a) Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.

10) Pemeriksaan Diagnostik :

a) Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area

pleural.

b) Pa Co2 kadang-kadang menurun.

c) Pa O2 normal / menurun.

d) Saturasi O2 menurun (biasanya).

e) Hb mungkin menurun (kehilangan darah).

f) Toraksentesis : menyatakan darah/cairan,

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

Diagnosa DO/DS NIC NOC1. Bersihan

jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan: infeksi, disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas,asma, trauma, obstruksi jalan nafas, spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan

DS:1. dispneuDO:1. penurunan

suara nafas2. orthopneu3. cianosis4. kelainan suara

nafas (rales, wheezing)

5. kesulitan berbicara

6. batuk7. produksi

sputum8. gelisah9. perubahan

frekuensi dan irama nafas

1. pastikan kebutuhan oral/trakheal suctioning

2. berikan O23. anjurkan pasien

untuk istirahat dan nafas dalam

4. posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

5. lakukan fisioterapi dada jika perlu

6. keluarkan sekret dengan batuk atau suction

7. auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

8. berikan bronkodilator

9. monitor status hemodinamik

1. status respirasi: ventilasi baik

2. respirasi status: jalan nafas paten

3. kontrol aspirasi: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa jam pasien menunjukkan keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan kriteria hasil: pasien dapat:

- mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis, dan dispneu (mampu mengeluarkan sputum, bernafas

13

Page 14: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat dialveolus, adanya benda asing di jalan nafas.

10.berikan pelembab udara kassa basah Nacl lembab

11.berikan antibiotik12.atur intake cairan13.monitor respirasi

dan status O214.pertahankan

hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan sekret

15.jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan peralatan O2, suction, inhalasi

dengan mudah, tidak ada pursed lips).

- Menunjukkan jalan nafas yan paten (pasien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi nafas dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

- Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor penyebab

- Saturasi O2 dalam batas normal

- Foto thoraks dalam batas normal

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan irama jantung, stroke volume, preload dan afterload, kontraktilitas jantung.

DS:1. Kelelahan

DO:1. Aritmia,

takikardi, bradikardi

2. Palpititasi,oedema

3. Peningkatan/penurunan JVP

4. Distensi vena jugularis

5. Kulit dingin dan lembab

6. Penurunan denyut nadi perifer

1. evaluasi adanya nyeri dada

2. catat adanya disritmia jantung

3. catat adanya tanda dan gejala penurunan kardiak output

4. monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung

5. monitor balance cairan

6. monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia

1. efektif pompa jantung

2. Circulation Status

3. Vital Sign Status

4. Tissue perfusion: perifer

Setelah dilakukan asuhan selama………penurunan kardiak output klien teratasi dengan criteriahasil:- Tanda Vital

dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)

14

Page 15: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

7. Oliguria, kapilari refill lambat

8. Nafas pendek/sesak nafas

9. Perubahan warna kulit

10. Batuk11. Bunyi

jantung S3/S4

12. kecemasan

7. atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan

8. monitor toleransi aktivitas pasien

9. monitor adanya dispneu, fatigue, takipneu, orthopneu

10. anjurkan pasien untuk menurunkan stres

11. monitor TTV12. monitos VS

saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri

13. auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

14. monitor TTV sebelum, selama, dan setelah aktivitas

15. monitor pola,frekuensi,dan irama nafas

16. monitor adanya cushing triad (tekanan nadi melebar, bradikardia, peningkatan sistolik)

- Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan

- Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites

- Tidak ada penurunan kesadaran

- AGD dalam batas normal

- Tidak ada distensi venaleher

15

Page 16: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

17. kelola pemberian obat anti aritmia, inotropik, nitrogliserin, vasodilator

18. kelola pemberian antikoagulan untuk cegah trombus

19. minimalkan stres lingkungan

3. Pola Nafas tidak efektif B.d

Hiperventilasi- Penurunan energi/kelelahan, Perusakan/pelemahanmuskulo-skeletal- Kelelahan otot pernafasan- Hipoventilasi sindrom- Nyeri- Kecemasan- Disfungsi Neuromuskuler- Obesitas- Injuri tulang belakang

DS:1. Dispneu2. Nafas

pendekDO:

1. Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi

2. Penurunan pertukaran udara per menit

3. Menggunakan otot pernafasan tambahan

4. Orthopnea

5. Pernafasan pursed-lip

6. Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama

7. Penurunan

1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

2. Pasang mayo bila perlu

3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu

4. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

6. Berikan bronkodilator :

7. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab

8. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

9. Monitor

1. Respiratory status : Ventilation

2. Respiratory status : Airway patency

3. Vital sign Status

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama………..pasien menunjukkan keefektifan pola nafas, dibuktikan dengan criteriahasil:- Mendemonstra

sikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg

16

Page 17: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

kapasitas vital

8. Respirasi: < 11 – 24 x /mnt

respirasi dan status O2

10. Bersihkan mulut, hidung dan secret Trakea

11. Pertahankan jalan nafas yang paten

12. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi

13. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

14. Monitor vital sign

15. Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.

16. Ajarkan bagaimana batuk efektif

17. Monitor pola nafas

mudah, tidakada pursed lips)

- Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

- Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

4. Gangguan Pertukaran gas

 ketidakseimbangan perfusiventilasi,perubahan membrankapiler-alveolar

DS:1. sakit

kepala ketika bangun

2.  Dyspnoe3. Gangguan

penglihatan

DO:1. Penuruna

n CO22. Takikardi

1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

2. Pasang mayo bila perlu

3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu

4. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

1. Respiratory Status : Gas exchange

2. Keseimbangan asam Basa, Elektrolit

3. Respiratory Status : ventilation

4. Vital Sign Status

Setelah dilakukan

17

Page 18: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

3. Hiperkapnia

4. Keletihan5. Iritabilitas6. Hypoxia7. Kebingun

gan8. Sianosis9.  warna

kulit abnormal (pucat, kehitaman)

10. Hipoksemia

11. Hiperkarbia

12.  AGD abnormal

13. pH arteri abnormal

14. frekuensi dan kedalaman nafas abnormal

5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

6. Berikan bronkodilator

7. Berikan pelembab udara

8. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

9. Monitor respirasi dan status O2

10. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostals

11. Monitor suara nafas, seperti dengkur

12. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot

13. Auskultasi suara nafas, catat area

tindakankeperawatan selama ….Gangguan pertukaranpasien teratasi dengankriteria hasi:

- Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat

- Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda-tanda distress pernafasan

- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

- Tanda tanda vital dalam rentang normal

- AGD dalam batas normal

- Status neurologis dalam batas normal

18

Page 19: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

5. Kelebihan Volume Cairan

Berhubungan dengan:Mekanismepengaturan melemah, Asupan cairanberlebihan

DS/DO:1. Berat

badan meningkat pada waktu yang singkat

2. Asupan berlebihan dibanding output

3. Distensi vena jugularis

4. Perubahan pada polanafas, dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara nafas abnormal (Rales atau crakles), pleural effusion

5. Oliguria, azotemia

6. Perubahan status mental, kegelisahan,kecemasan

1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

2. Pasang urin kateter jika diperlukan

3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )

4. Monitor vital sign

5. Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena leher, asites)

6. Kaji lokasi dan luas edema

7. Monitor masukan makanan / cairan

8. Monitor status nutrisi

9. Berikan diuretik sesuai interuksi

10. Kolaborasi pemberian obat:

11. Monitor berat badan

12. Monitor elektrolit

13. Monitor tanda dan gejala dari Odema

1. Electrolit and acid base balance

2. Fluid balance3. Hydration

Setelah dilakukan tindakankeperawatan selama ….Kelebihan volume cairanteratasi dengan kriteria:- Terbebas dari

edema, efusi, anaskara

- Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopnu

- Terbebas dari distensi vena jugularis,

- Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign DBN

- Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau bingung

19

Page 20: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

6. Kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan :Eksternal :- Hipertermia atauhipotermia- Substansi kimia- Kelembaban- Faktor mekanik (misalnya :alat yang dapatmenimbulkan luka,tekanan, restraint)- Immobilitas fisik- Radiasi- Usia yang ekstrim- Kelembaban kulit- Obat-obatanInternal :- Perubahan statusmetabolik- Tonjolan tulang- Defisit imunologi- Berhubungan dengandengan perkembangan- Perubahan sensasi- Perubahan status nutrisi(obesitas, kekurusan)

DS/DO:Gangguan pada bagian tubuh- Kerusakan lapisa kulit(dermis)- Gangguan permukaan kulit(epidermis)

1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

2. Hindari kerutan pada tempat tidur

3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali

5. Monitor kulit akan adanya kemerahan

6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan

7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

8. Monitor status nutrisi pasien

9. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

10. Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan

11. Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman

1. Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes

2. Wound Healing : primer dan sekunder

Setelah dilakukan tindakankeperawatan selama…..kerusakan integritas kulitpasien teratasi dengankriteria hasil:- Integritas kulit

yang baik bias dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)

- Tidak ada luka/lesi pada kulit

- Perfusi jaringan baik

- Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang

- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

- Menunjukkan terjadinya proses

20

Page 21: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

- Perubahan status cairan- Perubahan pigmentasi- Perubahan sirkulasi- Perubahan turgor(elastisitas kulit)

luka, karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus

12. Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan luka

13. Kolaburai ahli gizi pemberian diae TKTP, vitamin

14. Cegah kontaminasi feses dan urin

15.  Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril

16. Berikan posisi yang mengurangi tekananpada luka

penyembuhan luka

7. Intoleransi aktivitas

Berhubungan dengan :Tirah Baringatau imobilisasi, Kelemahanmenyeluruh, Ketidakseimbangan antara supleioksigen dengankebutuhan, Gaya hidup yang

DS:1. Melapork

an secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan.

2. Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivit

1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas

2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan

3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat

4. Monitor pasien akan adanya

1. Self Care : ADLs

2. Toleransi aktivitas

3.  Konservasi energi

Setelah dilakukan tindakankeperawatan selama ….Pasien bertoleransi terhadapaktivitas dengan KriteriaHasil :

- Berpartisipasi

21

Page 22: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

dipertahankan. as.DO :

1. Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas

2. Perubahan ECG :aritmia, iskemia

kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan

5. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis pucat, perubahan hemodinamik)

6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

7. Kolaborasikan dengan TenagaRehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.

8. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukanBantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social

9. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan

dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

- Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secaramandiri

- Keseimbangan aktivitas dan istirahat

22

Page 23: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

10. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek

11. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai

12. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang

13. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas

14. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

15. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan

23

Page 24: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

BAB III

PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

A. Identitas Pasien

1. Nama pasien : Ny. S

2. Umur : 64 Tahun

3. Jenis Kelamin : Wanita

4. Alamat : Kuta Alam, Banda Aceh

5. Pekerjaan : Ibu RT

6. Pendidikan Terakhir : SMP

7. Suku : Aceh

8. Agama : Islam

9. Status : Menikah

10. No Reg/No. CM : 117815

11. Tanggal masuk : 23 Desember 2013

12. Diagnosa medis : Oedem Paru, Hipertensi Emergensi

13. Tanggal pengkajian : 25 Desember 2013

B. Status Kesehatan

1. Keluhan Utama

Nyeri dada dan sesak

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien Pasien masuk dengan akut lung edema dan hipertensi emergensi,

tiba di ICCU pada pukul 23.05 wib dengan kondisi sesak dan gelisah,

edema ekstremitas bawah, asites (+),

3. Riwayat penyekit sebelumnya

Pasien mengatakan sebelumnya menderita hipertensi dan didiagnosa

hepatitis sejak 2 tahun lalu. Kemudian mengkonsumsi obat hipertensi dan

hepatitis, namun setelah konsul dengan dokter pasien tidak minum obat

hepatitis lagi sejak 1,5 tahun yang lalu.

24

Page 25: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

4. Upaya yang dilakukan

Saat mengalami keluhan penyakit saat ini pada tanggal 23 Desember 2013

pada pukul 23.05 wib, pasien langsung dibawa ke ruang ICCU di RSUD

Zainal Abidin Banda Aceh.

C. Riwayat kesehatan yang lalu

1. Riwayat penyakit dahulu

Menurut keterangan pasien dan keluarga sebelumnya pernah menderita

penyakit hipertensi sejak 5 tahun yang lalu dan hepatitis sejak 2 tahun

yang lalu

2. Pernah dirawat : menurut keterangan pasien, pasien sebelumnya tidak

pernah dirawat

3. Pernah dioperasi : menurut keterangan pasien tidak pernah di operasi.

4. Riwayat elergi: pasien mengatakan memiliki riwayat alergi debu dan

sering bersin saat pagi, alergi obat tidak ada.

D. Riwayat kesehatan keluarga

1. Menurut keterangan pasien, ada anggota keluarga yang mengalami

penyakit hipertensi dan tidak ada yang mengalami penyakit menular

seperti TBC, Kusta dan lain-lainnya.

2. Diagram Keluarga

25

Page 26: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

Keterangan :

: meninggal

: Laki-laki hidup

: Perempuan hidup

: Pasien

E. Pola Kebiasaan

1. Pola nutrisi

Sebelum sakit, pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan lauk

pauk, ikan dan sayur serta kadang-kadang dengan buah-buahan. Pasien

sangat senang dengan makanan berkuah dan bersantan. Selama sakit

pasien mengatakan tidak ada perubahan pada pola nutrisinya, hanya diet

pasien yang mengalami perubahan yaitu pasien mendapat diet lunak dan

rendah lemak.

2. Pola minum

Pasien mengatakan sebelum sakit minum teratur 7-8 gelas perhari (±

1500-2000 ml) dan selama sakit pola minum pasien mengalami perubahan

dengan minum 1000-1200 ml/hari , pasien terpasang infuse RL.

3. Pola eliminasi

Pasien mengatakan sebelum sakit, pola BAB nya 1-2 kali sehari

dengan konsistensi lunak, berwarna kuning kecoklatan, berbau khas dan

tidak ada sisa makanan.

Selama dirawat pasien mengatakan sejak dirawat tidak keinginan untuk

BAB, sudah 3 2 hari rawatan belum BAB. Pasien terpasang kateter dan

diapers.

4. Pola tidur

Pasien mengatakan sebelum sakit pola tidur pasien tidur 8 jam

perhari dari jam 22.00 wib sampai jam 06.00 wib ditambah tidur siang dari

26

Page 27: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

jam 14.00 wib sampai pukul 15.00 wib. Selama sakit pola tidur pasien

terganggu dimana sering terbangun saat tidur dan merasa lemah serta

pusing setelah bangun tidur.

5. Pola rekreasi

Sebelum sakit pasien pernah melakukan rekreasi kepantai bersama

keluarga sekitar 1 kali dalam sebulan, namun selama sakit pasien hanya

bedrest ditempat tidur.

6. Pola aktivitas

Sebelum sakit, pasien dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari dan

bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Selama sakit pasien mengatakan tidak dapat beraktivitas seperti

biasanya karena kondisi kaki kanan dan tangan kanan yang bengkak

(oedem).

7. Personal hygiene

Pasien mengatakan sebelum sakit pasien mandi dua kali sehari

dengan memakai sabun mandi, menggosok gigi dua kali sehari dan

mencuci rambut tiga kali dalam seminggu. Selama sakit pasien terlihat

bersih dan rapi serta diseka oleh perawat satu kali sehari di pagi hari.

8. Aspek sosial

Sebelum sakit pasien mengatakan pasif dalam kegiatan-kegiatan

yang dilakukan di desanya.

Selama sakit hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga terlihat abik,

dapat dilihat dari banyaknya anggota keluarga atau tetangga yang

mengunjungi pasien serta hubungan pasien dengan petugas kesehatan

terlihat baik.

27

Page 28: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

9. Aspek psikologis

Pasien mengatakan khawatir dengan keadaan penyakitnya, pasien

mengatakan pasrah dan menyerahkan segala sesuatu kepada Allah SWT.

Pasien jarang mengeluh dan menanyakan tentang kondisinya. Namun

keluarga selalu menanyakan kondisi dan perkembangan pasien.

10. Aspek spiritual

Pasien adalah penganut agama islam, ia mengatakan sebelum sakit

taat menjalankan perintah Allah SWT, namun selama sakit tidak terlihat

pasien menjalankan ibadah, pasien hanya bisa berdoa serta berdzikir

kepada SWT akan kesembuhannya.

F. Pengkajian Fisik

1. Pengkajian Umum (pengkalian dilakukan pada tanggal 25 Desember

2013)

a. Keadaan umum : Lemah

b. Kesadaran : compos mentis

c. Tanda-tanda vital : tekanan darah : 140/67 mmHg

Denyut nadi : 93 x/m

Pernapasan : 33 x/m

Temperatur : 36,5 0C

2. Pengkajian Fisik

1. Kepala

Inspeksi : simetris, kulit kepala kurang bersih, rambut kurang rapi dan

terdapat ketombe pada kulit kepala, dan tidak ada pembengkakan.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

2. Mata

Inspeksi : simetris, bersih, konjungtiva anemi, sclera tidak ikterik,

penglihatan tidak kabur dan silau terhadap cahaya

28

Page 29: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

3. Hidung

Inspeksi : secret tidak ada, mukosa hidung lembab, polip tidak ada.

4. Telinga

Inspeks : serumen tidak ada, tidak ada gangguan pendengaran.

e. Mulut

Inspeksi : slanosis tidak ada, mukosa bibir lembab, terdapat satu gigi

berlubang, tidak ada gigi palsu

f. Leher

Inspeksi : dapat digerakkan kekiri dan kekanan

Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah

bening, tidak terdapat nyeri

g. Thorak

Inspeksi : simetris, pergerakan dada kiri dan kanan sama

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, teraba hangat dan lembab, saat

dilakukan ekspansi dada posterior didapatkan gerakan ekspansi dada

memisahkan ibu jari (jari menjauhi garis vertebra)

Auskultasi : baunyi jantung 1 > bunyi jantung II, bunyi paru terdengar

ronki, khususnya di bagian lobus bawah paru.

h. Abdomen

Inspeksi : peristaltic +, ada asites

Palpasi : tidak ada nyeri pada 9 regio

Auskultasi : peristaltic usus 9 x/m

i. Ekstremitas atas

turgor kulit kurang elastis, kekuatan otot 4444 4444, tidak ada edema

j. Ekstramitas bawah

turgor kulit baik, kekuatan otot 3333 3333, ada udem derajat 2

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 23 Desember 2013

Haemoglobin : 9.9

Hematokrit : 31% (4.1-10.5%)

29

Page 30: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

Leukosit : 9.4 x 103 /ul (4.1-10.5 x 103 )

Trombosit : 95 x 103 (150x400)

Diabetes

KGS : 221

Fungsi Ginjal

Kreatinin : 0.7 (0.6-1.1 mg/dl)

Ureum : 0.37

Kimia Darah

Chlorida : 111

Kalium : 5.1 (3.5-4.5 meq/L)

Natrium :146 (135-145 meq/dl)

Serologi

HbsAg : (+)

H. Terapi/ Pengobatan

Terapi/ pengobatan:

Injeksi Parenteral/drip Oral

Ceftriaxone 10 mg IUVD RL 10tts Plavix 1x75 mg

Arixtra 2.5 ml/hari Drip Cedocard 50/50 Valsartan 1x160 mg

Bisolvon Aspilet 1x80 mg

Lasix Azitromycin 1x500 mg

Codein 3x10 mg

1. Ceftriaxone

- Farmakokinetik:

Ceftriaxone diabsorpsi lengkap setelah pemberian IM dengan kadar

plasma maksimum rata-rata antara 2-3 jam setelah pemberian. Dosis

multipel IV atau IM dengan interval waktu 12-24 jam, dengan dosis 0,5-2g

menghasilkan akumulasi sebesar 15-36 % diatas nilai dosis tunggal.

- Farmakodinamik:

30

Page 31: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

Efek bakterisida ceftriaxone dihasilkan akibat penghambatan sintesis

dinding kuman. Ceftriaxone mempunyai stabilitas yang tinggi terhadap

beta-laktanase, baik terhadap penisilinase maupun sefalosporinase yang

dihasilkan oleh kuman gram-negatif, gram-positif.

- Indikasi:

Untuk infeksi-infeksi berat dan yang disebabkan oleh kuman-kuman gram

positif maupun gram negatif yang resisten terhadap antibiotika lain :

1. Infeksi saluran pernafasan

2. Infeksi saluran kemih

3. Infeksi gonoreal

4. Septisemia bakteri

5. Infeksi tulang dan jaringan

6. Infeksi kulit

- Kontraindikasi :

Hipersensitif terhadap cephalosporin dan penicillin (sebagai reaksi alergi

silang).

2 Arixtra

Fondaparinux atau arixtra adalah anticoagulant (pengencer darah) yang

mencegah pembentukan gumpalan darah. Fondaparinux juga digunakan

bersamaan dengan Warfarin (Coumadin) untuk mencegah DVT, termasuk

pulmonary embolism (penyumbatan pembuluh darah paru-paru).

- Indikasi:

Digunakan untuk mencegah jenis gumpalan darah yang disebut deep vein

thrombosis (DVT), yang bisa menyebabkan gumpalan darah dalam paru-

paru (pulmonary embolism). DVT dapat terjadi setelah jenis pembedahan

tertentu.

- Dosis:

UA/NSTEMI (Unstable Angina/Non ST-Elevation Myocardial Infarction):

2.5 mg SC sehari 1 kali hingga 8 hari atau sampai keluar dari rumah sakit.

31

Page 32: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

- Efek Samping:

Efek Hematologis (perdarahan, anemia); Efek GI (N/V, konstipasi, diare);

Efek CV (edema, hipotensi, hepertensi, angina, PCI yang mengarah pada

catheter thrombosis); Efek CNS (insomnia, sakit kepala, pusing,

kebingungan); Efek Dermatologis (ruam, purpura).

- Instruksi Khusus:

a. Jangan diberikan melalui rute intramuskular (IM route).

b. Berkontra-indikasi pada pasien dengan perdarahan yang signifikan,

endocarditis bacterial akut, hipersensitif terhadap obat, kerusakan

ginjal akut, dan pasien dengan berat badan kurang dari 50 kg.

c. Gunakan dengan hati-hati pada pasien yang lebih tua dan dalam

keadaan kerusakan ginjal sedang.

d. Hindari penggunaan 24 jam sebelum dan 48 jam setelah pembedahan

CABG (Coronary Artery Bypass Grafting).

3. Lasix

Lasix merupakan obat yang mengandung furosemid. Furosemid adalah

obat golongan diuretik, yang dapat mencegah tubuh dari menyerap terlalu

banyak garam. Furosemid diberikan untuk membantu mengobati retensi

cairan (edema) dan pembengkakan yang disebabkan oleh kegagalan

jantung kongestif, penyakit hati, penyakit ginjal, atau kondisi medis

lainnya. Obat ini bekerja dengan bertindak pada ginjal untuk

meningkatkan aliran urin.

Furosemid juga digunakan sendiri atau bersama-sama dengan obat lain

untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi). Tekanan darah tinggi

menambah beban kerja jantung dan arteri. Jika terus untuk waktu yang

lama, jantung dan arteri mungkin tidak berfungsi dengan baik. Kondisi

tersebut dapat merusak pembuluh darah otak, jantung, dan ginjal,

mengakibatkan stroke, gagal jantung, atau gagal ginjal. Tekanan darah

tinggi juga dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Masalah-masalah

ini mungkin kurang mungkin terjadi jika tekanan darah dapat

dikendalikan. Obat ini hanya tersedia dengan resep dokter.

32

Page 33: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

- Indikasi

a. Edema karena penyakit jantung

b. Edema karena penyakit hati (asites)

c. Edema karena penyakit ginjal

d. Insufisiensi jantung akut, terutama pada edema paru

e. Untuk mengurangi produksi kemih akibat gestoses (yang berhubungan

dengan kehamilan nephrosis), setelah memulihkan vol cairan normal.

f. Edema karena luka bakar

g. Untuk mendukung diuresis paksa pada kasus keracunan

4. Cedocard

Cedocard digunakan untuk mencegah atau mengobati nyeri dada (angina).

Obat ini mengandung Isosorbide Dinitrat yang merupakan vasodilator dan

bekerja dengan merelaksasi pembuluh darah ke jantung, sehingga suplai

darah dan oksigen ke jantung meningkat. Obat ini merupakan tablet

sublingual (dihisap dibawah lidah). Obat ini termasuk kategori C, yaitu

studi pada hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin (teratogenik

atau embryocidal atau lainnya). Obat ini tidak berinteraksi dengan baik

dengan beberapa jenis obat dan obat ini hanya bisa diperoleh dengan

menggunakan resep dokter. Golongan obat Isosorbide Dinitrat mengontrol

nyeri dada tetapi tidak menyembuhkan. Menghentikan penggunaan obat

secara tiba-tiba dapat menyebabkan nyeri dada. Isosorbide Dinitrat dapat

kehilangan efektifitasnya bila digunakan dalam jangka waktu yang lama.

Jika serangan angina (nyeri dada) terjadi lebih sering, berlangsung lebih

lama, atau lebih parah, berkonsultasilah dengan dokter.

- Indikasi

1. Cedocard 5 mg, Cedocard 10 mg, dan Cedocard Retard 20 mg:

a. Angina pektoris

b. Profilaksis serangan angina pada penyakit jantung koroner kronis

c. Angina setelah infark miokardium (rusaknya jaringan jantung akibat

suplai darah yang tidak adekuat) d. Gagal jantung.

2. Cedocard 20 mg:

33

Page 34: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

a. Pengobatan & pencegahan angina pektoris

b. Angina pectoris yang parah

c. Refractory CHF (Congenital Heart Failure)

3. Cedocard IV infusion:

a. Unresponsive CHF, terutama pasca infark miokard

b. mengontrol refractory angina pectoris

- Kontraindikasi

1. Anemia

2. Hipotensi

3. Syok kardiogenik

4. Pada penggunaan sildenafil, tadalafil, vardenafil

5. Aspilet

Aspilet merupakan salah satu nama obat paten dari Aspirin. Aspirin

termasuk dalam kategori obat non-steroidal anti-inflammatory drug

(NSAID). NSAID memiliki efek anti- inflamasi, analgesik, dan antipiretik,

serta dapat menghambat agregasi trombosit. Mekanisme kerja dari obat ini

adalah terkait dengan penghambatan aktivitas COX-1, yang berperan

untuk metabolisme enzim utama dari asam arakidonat yang merupakan

prekursor prostaglandin yang memainkan peran utama dalam patogenesis

peradangan, nyeri dan demam. Pengurangan prostaglandin (terutama E1)

di pusat termoregulasi menyebabkan penurunan suhu tubuh akibat

perluasan pembuluh darah pada kulit dan sekresi keringat meningkat. Efek

analgesik yang baik karena memiliki efek sentral (pusat) dan perifer (tepi).

Mengurangi agregasi trombosit, adhesi platelet dan pembentukan trombus

melalui penekanan sintesis tromboksan A2 dalam trombosit. Mengurangi

risiko infark miokard pada stenocardia yang tidak stabil. Obat ini efektif

untuk pencegahan primer penyakit kardiovaskular dan pencegahan

sekunder infark miokard. Obat ini dapat meningkatkan aktivitas

fibrinolitik dan mengurangi plasma konsentrasi vitamin K dalam faktor-

faktor koagulasi (II, VII, IX, X). Meningkatkan tingkat komplikasi

perdarahan dalam pelaksanaan prosedur bedah.

34

Page 35: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

- Indikasi

1. Rheumatoid arthritis

2. Demam selama penyakit menular dan inflamasi

3. Untuk mengatasi nyeri

4. Neuralgia

5. Mialgia

6. Sakit kepala

7. Pencegahan penyakit berbasis trombosis dan emboli

8. Pencegahan primer dan sekunder infark miokard

- Kontraindikasi

1. Pasien yang sensitif dengan aspirin

2. Tukak lambung

3. Perdarahan subkutan

4. Hemofilia

5. Trombositopenia

6. Pasien dengan terapi antikoagulan

6. Plavix

Clopidogrel dengan nama paten Plavix merupakan obat anti pembekuan

darah yang menghambat pembentukan bekuan di pembuluh darah

sehingga dapat mencegah terjadinya serangan jantung dan stroke yang

diakibatkan dari penyumbatan pembuluh darah. Risiko terbesar pemberian

obat ini adalah terjadinya perdarahan. Perdarahan terkadang hanyalah

perdarahan samar atau tersembunyi. Tanda-tanda terjadinya perdarahan

yang harus segera dilaporkan adalah urin (air seni) yang berwarna hitam

atau kemerahan, feses atau tinja hitam, dan kejadian memar-memar yang

tidak biasa. Perdarahan dapat berujung menjadi anemia dengan gejala

lemas dan lelah. Efek samping lainnya dari clopidogrel adalah diare dan

reaksi alergi yang menyebabkan rash atau kemerahan.

35

Page 36: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

- Indikasi

Untuk menghambat pembentukan bekuan di pembuluh darah sehingga

dapat mencegah terjadinya serangan jantung dan stroke yang diakibatkan

dari penyumbatan pembuluh darah.

- Efek Samping:

1. Efek GI (N/V, gangguan pencernaan, gastritis, diare dan konstipasi).

2. Efek Hematologis (perdarahan GI, perdarahan intrakranial, memar,

purpura, epistaksis, hematoma, hematuria).

3. Dermatologis (ruam dan gatal-gatal).

7. Codein

Codein merupakan analgesik agonis opioid. Efek kodein terjadi apabila

kodein berikatan secara agonis dengan reseptor opioid di berbagai tempat

di susunan saraf pusat. Efek analgesik kodein tergantung afinitas kodein

terhadap reseptor opioid tersebut.Kodein dapat meningkatkan ambang rasa

nyeri dan mengubah reaksi yang timbul di korteks serebri pada waktu

persepsi nyeri diterima dari thalamus.Kodein juga merupakan antitusif

yang bekerja pada susunan saraf pusat dengan menekan pusat batuk.

- Indikasi:

- Antitusif

- Analgetik

- Kontraindikasi:

Asma bronkial, emfisema paru-paru, trauma kepala, tekanan intrakranial

yang meninggi, alkoholisme akut, setelah operasi saluran empedu.

- Efek Samping:

- Dapat menimbulkan ketergantungan.

- Mual, muntah, idiosinkrasi, pusing, sembelit.

- Depresi pernafasan terutama pada penderita asma, depresi jantung dan

syok.

- Peringatan dan Perhatian:

- Hati-hati penggunaan pada pasien dengan infark miokardial dan

penderita asma.

36

Page 37: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

- Hindari minuman beralkohol.

- Tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan karena dapat menyebabkan

kerusakan fungsi hati.

- Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita penyakit ginjal.

- Hati-hati pada pemberian jangka panjang

8. Valsartan

Valsartan kelompok obat yang disebut angiotensin II receptor antagonists.

Valsartan menjaga pembuluh darah dari penyempitan, yang mengurangi

tekanan darah dan meningkatkan aliran darah. Valsartan kadang diberikan

bersamaan dengan obat tekanan darah lainnya.

- Indikasi

Untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi)

- Efek Samping:

1. Biasanya menetap dan ringan: Efek CNS (kepeningan); Efek Cv (hipotensi

orthostatik yang berhubungan dengan dosis, yang mungkin terjadi secara

khusus pada pasien yang kekurangan volume); kerusakan ginjal.

2. Efek lainnya yang agak jarang: ruam, angioedema, mengangkat LFTs

(liver function tests); myalgia.

- Instruksi Khusus:

- Pasien yang kekurangan volume (misalnya terapi diuretik dosis tinggi)

mungkin mengalami hipotensi dan harus dimulai dengan dosis rendah.

- Gunakan dengan hati-hati pada pasien renal artery stenosis, kerusakan

ginjal atau kerusakan hati.

I. Hasil Pemeriksaan Radiologi dan lainnya

1. Hasil radiologi

Kesimpulan : Cardiomegali dengan kongesti paru

37

Page 38: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah1

2

DS : “lemas, sesak dan batuk, sesak memberat saat batuk, pusing, sulit tidur”

DO : 1. k/u lemah2. Terpasang infuse RL 10 tts

3. Pasien berada posisi orthopnue 4. Terdapat edema derajat 2 pada

ekstremitas bawah5. Terdapat asites6. Kulit tampak kering di akral

bawah7. TTV :

TD : 140/67 , N : 93, T : 36.5°C, RR : 25 x/menit

DS : “pusing saat bangun dan duduk, sesak memberat saat batuk,”

DO : 1. k/u lemah2. terpasang Oksigen 2 L/menit3. hasil rontgen menunjukkan

adanya edema paru4. posisi ortophnue5. RR : 25x/menit6. Akral atas dan bawah teraba

hangat 7. Tingkat ketergantungan : 38. Kekuatan otot

4444 44443333 3333

perubahan preload dan afterload,

Ketidakseimbangan ventilasi paru, penurunan ekspansi baru akibat akumulasi cairan di paru

Penurunan Curah Jantung

Gangguan pertukaran gas

3 DS : “sesak, pusing, lemas, sulit tidur, terasa pegal/kram otot”.

DO :1. Terpasang kateter sejak

tanggal 23 Desember 20132. Terpasang diapers3. Diit cairan 1000-1200 cc/hari

Penurunan curah jantung

Kelebihan volume cairan

38

Page 39: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

4. Balance cairan : -912 Intake : 958Output : 1870

5. Pasien menghabiskan ½ porsi makan yang disediakan

6. Terdapat asites7. Terdapat edema derajat 18. Terpasang infuse RL 10tts

9. Kulit terlihat kering

39

Page 40: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NoDiagnosa

KeperawatanRencana Keperawatan

NIC NOC1 Penurunan Curah

Jantung Berhubungan dengan perubahan preload dan afterload,

1. Evaluasi sesak2. Evaluasi hasil interpretasi

EKG 3. Catat adanya tanda dan

gejala penurunan cardiac output, monitor tanda-tanda vital

4. Monitor balance cairan 5. Monitor respon pasien

terhadap efek obat yang diberikan

6. Atur periode latihan dan istirahat untuk mengurangi kelelahan otot

7. Monitor toleransi aktivitas 8. Anjurkan untuk relaksasi9. Monitor tanda vital saat

pasien duduk dan berbaring10. Monitor jumlah, bunyi dan

irama jantung11. Monitor frekuensi , irama

dan pola pernafasan12. Monitor suhu, warna, dan

kelembapan kulit13. Monitor adanya cushing

triad (tekanan nadi melebar, bradikardi, dan peningkatan sistolik)

14. Minimalkan stress lingkungan

15. Kolaborasi diet cairan dan nutrisi

1. Keefektifan pompa jantung2. Perubahan sirkulasi3. Perubahan tanda-tanda vital4. Perfusi jaringan perifer

Setelah dilakukan asuhan keperawatan, penurunan kardiak output klien teratasi dengan criteria hasil :

1. Tanda vital dalam rentang normal

2. Dapat mentoleransi aktivitas3. Tidak ada

keletihan/berkurang4. Asites, edema paru dan

perifer berkurang/tidak ada5. Tidak ada penurunan

kesadaran6. AGD dalam batas normal7. Tidak ada distensi vena

leher8. Warna kulit normal

40

Page 41: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

2 Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan Ketidakseimbangan ventilasi paru, penurunan ekspansi baru akibat akumulasi cairan di paru

1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

2. Keluarkan secret dengan batuk efektif

3. Auskultasi bunyi nafas4. Atur intake dan output

cairan5. Monitor pola, frekuensi,

dan kecepatan pernapasan6. Monitor vital sign7. Pertahankan jalan nafas

yang paten8. Observasi adanya

hipoventilasi9. Berikan bronkodilator

sesuai indikasi10. Ajarkan teknik relaksasi

dan nafas dalam

1. Menunjukkan jalan nafas yang paten

2. Tanda vital dalam batas normal

3. Mendemonstrasikan batuk efektif dan nafas dalam

3 Kelebihan volume cairan berhubungan denganPenurunan curah jantung

1. Pertahankan intake dan output cairan

2. Pemasangan kateter sesuai indikasi

3. Monitor vital sign4. Monitor masukan dan

haluaran nutrisi5. Kaji lokasi dan luas edema6. Monitor perubahan dari

edema7. Berikan diuretic sesuai

indikasi8. Monitor hasil lab

1. Terbebas dari edema2. Bunyi nafas bersih3. Terbebas dari distensi

vena jugularis4. Terbebas dari kelelahan

dan kecemasan

41

Page 42: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

CATATAN PERKEMBANGAN

No Hari/Tgl Evaluasi1 24 Des 2013 S : “terasa sesak, batuk, sesak memberat saat batuk,

lemas,pusing saat bangun tidur dan duduk”

O :

1. k/u lemah 2. Terpasang monitor bedside3. Terpasang infuse RL 10tts 4. Terpasang oksigen 2L/menit5. Terpasang syringpump furosemid 1cc/jam6. Posisi pasien orthopnue7. Terdengar ronkhi saat diauskultasi8. Terpasang kateter sejak 23 Des 20139. Terdapat edema derajat 2 pada ekstremitas bawah10. Batuk disertai sputum berwarna putih kental11. Terdapat asites12. Tingkat ketergantungan : 213. Kekuatan otot :

4444 44443333 3333

14. Pasien tampak gelisah dan sering mengatur posisi duduk

15. Vital sign pada pukul :TD : 146/67, N : 93, T : 36.5°C, RR:25x/menit

A : penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload dan afterload, kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan curah jantung, ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat akumulasi cairan

P :

1. Mengatur posisi pasien 2. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac

output, monitor tanda-tanda vital, pantau hemodinamik pasien

3. Monitor nutrisi dan balance cairan 4. Monitor respon pasien terhadap efek obat yang

diberikan

42

Page 43: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

5. Evaluasi hasil interpretasi EKG6. Monitor toleransi aktivitas 7. Anjurkan untuk relaksasi

I :

1. Mencatat hasil perkembangan vital sign dari monitor bedside perjam

2. 09.00 wib :Mengatur posisi nyaman3. 10.00 wib : injeksi ceftriaxone, injeksi arixtra4. 10.30 wib : pasien menghabiskan 2 potong kue5. 11.00 wib : Mencatat intake dan output cairan, dan

injeksi KSR6. 12.00 wib : oral/ valsartan, azitromycin7. 14.00 wib : ij/ bisolvon, oral/codein8. 22.00 wib : ij/bisolvon, oral/azitromycin, oral/codein9. 06.00 wib : oral/arixtra, ij/bisolvon, oral/obat batuk10. Mengevaluasi respon pasien terhadap efek obat yang

diberikan11. Mengevaluasi hasil interpretasi EKG12. Mengkaji tingkat ketergantungan pasien13. Menganjurkan teknik relaksasi dan batuk efektif,

serta memberikan air hangat

E : Setelah dilakukan askep, didapatkan criteria hasil :1. k/u lemah2. Edema derajat 23. Pasien dapat mendemonstrasikan batuk efektif4. Batuk masih disertai sputum5. Pasien tampak sering mengantuk6. Kapiler refill 2 detik7. Vital sign :

TD : 138/72, N : 90x/menit, T:36.4°C, RR : 248. Pasien belum BAB sejak hari rawatan pertama9. Balance cairan : -557

intake : 793output : 1350

2 25 Des 2013 S : “terasa sesak, batuk, sesak memberat saat batuk, lemas,pusing saat bangun tidur dan duduk, sulit tidur”

43

Page 44: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

O :

1. k/u lemah 2. Terpasang monitor bedside3. Terpasang infuse RL 10tts 4. Terpasang oksigen 2L/menit5. Posisi pasien orthopnue6. Terdengar ronkhi saat diauskultasi7. Terpasang kateter sejak 23 Des 20138. Terdapat edema derajat 2 pada ekstremitas bawah9. Batuk disertai sputum berwarna putih kental10. Terdapat asites11. Tingkat ketergantungan : 212. Kekuatan otot :

4444 44443333 3333

13. Kulit tampak kering, dan terdapat buli (luka lepuh) di area pemasangan diapers

14. Vital sign pada pukul :TD : 140/67, N : 93, T : 36.5°C, RR:24x/menit

A : penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload dan afterload, kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan curah jantung, ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat akumulasi cairan

P :

1. Mengatur posisi pasien 2. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac

output, monitor tanda-tanda vital, pantau hemodinamik pasien

3. Monitor nutrisi dan balance cairan 4. Monitor respon pasien terhadap efek obat yang

diberikan5. Evaluasi hasil interpretasi EKG6. Monitor toleransi aktivitas 7. Anjurkan untuk relaksasi8. Personal hygiene

I :

1. Mencatat hasil perkembangan vital sign dari monitor bedside perjam

44

Page 45: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

2. 09.00 wib :Mengatur posisi nyaman3. 10.00 wib : injeksi ceftriaxone, injeksi arixtra4. 10.30 wib : pasien menghabiskan 2 potong kue5. 11.00 wib : Mencatat intake dan output cairan, dan

injeksi KSR6. 12.00 wib : oral/ valsartan, azitromycin7. 14.00 wib : ij/ bisolvon, oral/codein8. 22.00 wib : ij/bisolvon, oral/azitromycin, oral/codein9. 06.00 wib : oral/arixtra, ij/bisolvon, oral/obat batuk,

menyeka pasien, pemberian baby oil pada kulit, massage

10. Mengevaluasi respon pasien terhadap efek obat yang diberikan

11. Mengevaluasi hasil interpretasi EKG12. Mengkaji tingkat ketergantungan pasien13. Menganjurkan teknik relaksasi dan batuk efektif,

serta memberikan air hangat

E : Setelah dilakukan askep, didapatkan criteria hasil :1. k/u lemah2. Edema derajat 23. Pasien dapat mendemonstrasikan batuk efektif4. Batuk masih disertai sputum5. Pasien tampak sering mengantuk6. Kapiler refill 2 detik7. Akral teraba hangat8. Hasil visit dokter pada pukul 11.00 wib:

Furosemid 1cc/jam stop diganti ij/lasic, Th/ KSR, Amlodipin

9. Vital sign :TD : 138/72, N: 90, T : 36.4°C, RR : 24x/menit

10. Balance fluid : -912intake : 958output : 1870

26 Desember 2013 S : “sesak dan batuk sudah berkurang, tidur sudah enakan, sputum sudah berkurang, merasa dingin”

O :

1. k/u sedang

45

Page 46: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

2. Terpasang monitor bedside3. Terpasang infuse RL 10tts 4. Terpasang oksigen 2L/menit5. Posisi pasien orthopnue6. Terdengar ronkhi saat diauskultasi7. Tingkat ketergantungan : 115. Kekuatan otot :

4444 44443333 3333

8. Terdapat edema derajat 2 pada ekstremitas bawah9. Batuk disertai sputum berwarna putih agak cair, dan

sudah berkurang10. Terdapat asites11. Vital sign pada pukul :

TD : 136/67, N : 66, T : 36.5°C, RR:24x/menit

A : penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload dan afterload, kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan curah jantung, ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat akumulasi cairan

P :

1. Mengatur posisi pasien 2. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac

output, monitor tanda-tanda vital, pantau hemodinamik pasien

3. Monitor nutrisi dan balance cairan 4. Monitor respon pasien terhadap efek obat yang

diberikan5. Evaluasi hasil interpretasi EKG6. Monitor toleransi aktivitas 7. Anjurkan untuk relaksasi8. Personal hygiene

I :

1. Mencatat hasil perkembangan vital sign dari monitor bedside perjam

2. 09.00 wib :Mengatur posisi nyaman3. 10.00 wib : injeksi ceftriaxone, injeksi arixtra4. 10.30 wib : pasien menghabiskan 2 potong kue5. 11.00 wib : Mencatat intake dan output cairan, dan

46

Page 47: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

injeksi KSR6. 12.00 wib : oral/ valsartan, azitromycin7. 14.00 wib : ij/ bisolvon, ij/ lasix, oral/codein8. 22.00 wib : ij/bisolvon, ij/lasix, oral/azitromycin,

oral/codein, laxadyn9. 06.00 wib : oral/arixtra, ij/bisolvon, oral/obat batuk10. Mengevaluasi respon pasien terhadap efek obat yang

diberikan11. Mengevaluasi hasil interpretasi EKG12. Mengkaji tingkat ketergantungan pasien13. Menganjurkan teknik relaksasi dan batuk efektif,

serta memberikan air hangat

E : Setelah dilakukan askep, didapatkan criteria hasil :1. k/u sedang2. Edema derajat 23. Pasien dapat mendemonstrasikan batuk efektif4. Batuk masih disertai sputum5. Pasien tampak sering mengantuk6. Kapiler refill 2 detik7. Vital sign :

TD : 140/67, N: 75x/menit, T : 36.4°C, RR : 24x/menit

8. Balance cairan : -793intake : 957output : 1750

27 Desember 2013 S : “sesak dan batuk sudah berkurang, tidur sudah enakan, sputum sudah berkurang”

O :

1. k/u sedang2. Terpasang monitor bedside3. Terpasang infuse RL 10tts 4. Posisi pasien orthopnue5. Terdengar ronkhi saat diauskultasi6. Terdapat edema derajat 2 pada ekstremitas bawah7. Batuk disertai sputum sudah berkurang8. Tingkat ketergantungan : 19. Kekuatan otot :

4444 4444

47

Page 48: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

3333 333310. Terdapat asites11. Vital sign pada pukul :

TD : 130/67, N : 68, T : 36.5°C, RR:24x/menit

A : penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload dan afterload, kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan curah jantung, ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat akumulasi cairan

P :

1. Mengatur posisi pasien 2. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac

output, monitor tanda-tanda vital, pantau hemodinamik pasien

3. Monitor nutrisi dan balance cairan 4. Monitor respon pasien terhadap efek obat yang

diberikan5. Evaluasi hasil interpretasi EKG6. Monitor toleransi aktivitas 7. Anjurkan untuk relaksasi8. Personal hygiene

I :

1. Mencatat hasil perkembangan vital sign dari monitor bedside perjam

2. 09.00 wib :Mengatur posisi nyaman, memberikan selimut

3. 10.00 wib : injeksi ceftriaxone, injeksi arixtra4. 10.30 wib : pasien menghabiskan 2 potong kue5. 11.00 wib : Mencatat intake dan output cairan, dan

injeksi KSR6. 12.00 wib : oral/ valsartan, azitromycin7. 14.00 wib : ij/ bisolvon, ij/ lasix, oral/codein8. 22.00 wib : ij/bisolvon, ij/lasix, oral/azitromycin,

oral/codein, laxadyn9. 06.00 wib : oral/arixtra, ij/bisolvon, oral/obat batuk10. 06.30 wib : menyeka pasien, mengganti diapers11. Mengevaluasi respon pasien terhadap efek obat yang

diberikan

48

Page 49: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

12. Mengevaluasi hasil interpretasi EKG13. Mengkaji tingkat ketergantungan pasien14. Menganjurkan teknik relaksasi dan batuk efektif,

serta memberikan air hangat

E : Setelah dilakukan askep, didapatkan criteria hasil :1. k/u sedang2. Edema derajat 23. Hemodinamik mulai stabil4. Pasien dapat mendemonstrasikan batuk efektif5. Batuk masih disertai sputum6. Kapiler refill 2 detik7. Monitor bedside, oksigen, dan cairan infuse di

lepas8. Hasil visit dokter jam 11.30, pasien sudah dapat

rawat ruangan9. Vital sign :

TD : 138/72, N: 75x/menit, T : 36.5°C, RR : 24x/menit

10. Balance cairan : -320intake : 975output : 1295

49

Page 50: Edema Paru Bab I-III+ Hipertensi

Daftar Pustaka

1. Doenges E Mailyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta:

EGC.

2. Ibrahim, G. 2008. Menu Sehat Penakluk Hipertensi, Cetakan 1. Jakarta:

DeMedia.

3. Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit,

Ed4. Jakarta: EGC.

4. Smeltzer c Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah,

Brunner and Suddarth’s, Ed8. Vol.1, Jakarta: EGC.

5. Sudoyono,dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.

6. Harrison. 1995. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume3. Yogyakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

50