askep ckd hemodialisa.doc

24
Landasan Teori CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DEFINISI GGK adalah kerusakan nephron pada kedua ginjal yang bersifat progresif dan irreversible. Dimana tubuh gagal mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Smeltzer & Bare, 2001). Walaupun tidak jelas tahapan pada GGK, penyakit yang progresif ini dapat dibagi kedalam 2 tahap 1. Diminished renal reserve. Tahap ini ditandai danya BUN dan kreatini serum dalam batas normal, dan tidak menunjukkan adanya gejala-gejala. 2. Renal insufficiency. Tahap ini terjadi saat GFR kira- kira 25% dari normal. Kadar BUN dan kreatini serum akan meningkat. Mudah lelah dan merasa lemah merupakan gejala yang sering dirasakan. Gagal ginjal yang progresif, nyeri kepala, nausea, dan pruritus akan terjadi sebagai akibat kehilangan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasi urine. 3. End-stage renal disease (ESRD) atau uremia. Tahap akhir yang terjadi ketika GFR kurang dari 5% sampai 10% dari normal atau bersihan kreatinin kurang darti 5 sampai 10 ml/menit. Pada tahap ini banyak pasien yang mengalami kesulitan dalam ADLnya sebab pengaruh penumpukan dan perkembangan gejala. Klasifikasi GGK/CKD

Upload: jeril-riski-malara

Post on 21-Dec-2015

84 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep CKD Hemodialisa.doc

Landasan Teori

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

DEFINISI

GGK adalah kerusakan nephron pada kedua ginjal yang bersifat

progresif dan irreversible. Dimana tubuh gagal mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan

uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Smeltzer

& Bare, 2001).

Walaupun tidak jelas tahapan pada GGK, penyakit yang progresif ini

dapat dibagi kedalam 2 tahap

1. Diminished renal reserve. Tahap ini ditandai danya BUN dan

kreatini serum dalam batas normal, dan tidak menunjukkan

adanya gejala-gejala.

2. Renal insufficiency. Tahap ini terjadi saat GFR kira-kira 25%

dari normal. Kadar BUN dan kreatini serum akan meningkat.

Mudah lelah dan merasa lemah merupakan gejala yang sering

dirasakan. Gagal ginjal yang progresif, nyeri kepala, nausea, dan

pruritus akan terjadi sebagai akibat kehilangan kemampuan

ginjal untuk mengkonsentrasi urine.

3. End-stage renal disease (ESRD) atau uremia. Tahap akhir

yang terjadi ketika GFR kurang dari 5% sampai 10% dari normal

atau bersihan kreatinin kurang darti 5 sampai 10 ml/menit. Pada

tahap ini banyak pasien yang mengalami kesulitan dalam ADLnya

sebab pengaruh penumpukan dan perkembangan gejala.

Klasifikasi GGK/CKD

Tahap

DESKRIPSI GFR

1 Kerusakan Ginjal dengan GFR normal meningkat ± 902 Kerusakan Ginjal,GFR Ringan 60-893 GFR Sedang 30-594 GFR Berat 15-295 Gagal Ginjal <15

Page 2: Askep CKD Hemodialisa.doc

ETIOLOGI

Glomerulonefritis * Ginjal Polikistik

Nefropathy analgesik * Nefropati diabetik

Nefropathy refluks * Hipertensi

Obstruksi gout * Hipoplasia congenital

MANIFESTASI KLINIS

o Umum : Fobia, malaise, gagal

tumbuh

o Kulit : Pucat, mudah lecet, rapuh,

petekie, memar

o Pernapasan : Hiperventilasi asidosis,

edema paru, efusi pleural

o Mata : Fundus hipertensif, mata

merah

o Kardiovaskuler : Hipertensi, takikardi,

disritmia, miokardiopati, perikarditis,

tamponade jantung, gagal jantung

o Gastrointestinal : Anoreksia, nausea, gastritis, malnurisi, diare,

ulserasi mulut,

rasa pahit pada mulut

o Hematologi: Anemia, koagulopati, defisiensi trombosit

o Endokrin : Amenorea, disfungsi seksual, infertilitas,

hiperparatiroidism

intoleransi glukosa

o Kemih : Nocturia, poliuria, haus,

proteinuria, penyakit ginjal yang

Mendasarinya

o Imunologis : Peningkatan suhu, lekositosis,

infeksi, septikemia

o Reproduksi : Penurunan libido, impotensi,

infertilitas, gynaecomasti

Page 3: Askep CKD Hemodialisa.doc

PATOFISIOLOGI

Perjalanan umum GGK melalui 3 tahap

1. Stdium I: Penurunan cadangan ginjal

Kreatinin serum dan kadar BUN normal

Asimptomatik

2. Stadium II : Insufisiensi ginjal

Kadar BUN meningkat (Tergantung pada kadar protein

dalam diit)

Kadar kreatinin serum meningkat

Nokturia dan poliuria (Karena kegagalan pemekatan)

Ada 3 derajat insulin ginjal

a) Ringan

40%-80% fungsi ginjal dalam keadaan normal

b) Sedang

15-40% Fungsi ginjal normal

c) Kondisi berat

2%-20% fungsi ginjal normal

3. Stadium III : Gagal ginjal normal

Kadar ureu dan kreatinin sangat tinggi

Ginjal suda tidak dapat menjaga hemostatis cairan dan

elektrolit

Air kemih atau urine isoosmotis dan plasma dengan BJ 1.010

Patofisiologi umum GGKHipotesis briker (Hipotesis nefron yang utuh)

“Bila nefron terserang enyakit maka seluruh unitnay akan hancurnamuns sisa nefron yang masih utuh tetap bekerja normal

Jumlah nefron turun secara progresif

Ginjal melakukan adaptasi (komposisi)- Sisa nefron mengalami hipertropi

- Peningkatan kecepatan filtrasi, beban solute dan reabsorbsi tubuh

Dalam riap nefron meskipun GFR untuk saluran masa nefron menurun

dibawah normal

Page 4: Askep CKD Hemodialisa.doc

kehilangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankanjika 75% masa neron harus kecepatan filtrasi dan beban

bagi tiap nefron meningkat

Keseimbangan glomerulus dan tubulus tidak dapat dipertahankan

Fleksibilitas proses ekskresi dan konfensi solute dan air menurunSedikit perubahan pada diit mengakibatkan keseimbangan

terganggu

Kehilangan kemampuan memekatkan atau mengencerkan kembali BJ 1.010

Atau 2,85 Mos ml (= konsentrasi plasma)

Poliuria, noktoria nefron tidak dapat lagi mengompensasi dengan tepat terhadap

Kelebihan dan kekurangan Na stsu air

Toksemit urenik, gagal ginjal tahap akhir

Penuunan GFR

Kreatinin meningkat prod met. Prot tertimbun peningkatan phospat serum

Dalam darah dan penurunan kal serum Sekresi pertahanan

Tubuh tdak dapat berespon dengan normal

Page 5: Askep CKD Hemodialisa.doc

Kalsium di tulang menururn

Met aktif vit D Menurur

Perubahan tulang atau Osteodistrofi ginjal

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

BUN serum * Asam

urat darah dan urine

Creatinine serum * USG

ginjal

Elektrolit serum * CT-

Scan ginjal

Urinalisis *

Intravenous pielografi (IVP)

Osmolaritas urine *

Biopsi ginjal

Elektrolit urine *

Klirens Creatinine

POTENSIAL KOMPLIKASI

o Penurunan funsi ginjal yang progresif

o Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

o Infeksi/sepsis

o Hemoragik

o Kegagalan kerdiovaskuler

o Gagal pernapasan

PENATALAKSANAAN MEDIS

o Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

o Pembatasan cairan, penimbangan BB setiap tindakan HD (pre

dan post)

o Obat-obatan: diuretik, antihipertensi, antasida, kayexalate,

Vitamin D, multivitamin, ferosulfat, kalsium, natrium bikarbonat

Page 6: Askep CKD Hemodialisa.doc

PENATALAKSANAAN DIET

Tinggi karbohidrat, rendah protein, rendah kalium, rendah

natrium, nutrisi parenteral total.

Transfusi darah, dialysis peritoneal, hemodialisis, transplantasi

ginjal, pengobatan komplikasi.

Landasan Teori

HEMODIALISIS

Dialisis: Merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan

cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak

mampu melaksanakan proses tersebut.

Hemodialisis: Merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien

dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi

dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa

minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium

terminal yang membutuhkan terapi jangka panjang atau

terapi permanen.

Tujuan dialisis: Untuk mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan

pasien sampai fungsi ginjal pulih sementara.

Tujuan hemodialisis: Untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksin

dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan.

Prinsip-prinsip yang mendasari hemodialisis:

1.Difusi: Toksin dan zat limbah dengan cara bergerak dari darah yang

memiliki konsentrasi tinggi ke cairan dialisat dengan

konsentrasi lebih rendah.

2.Osmosis: Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui

proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan

menciptakan gradien tekanan yaitu bergerak dari tekanan

Page 7: Askep CKD Hemodialisa.doc

yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih

rendah (dialisat).

3.Ultrafiltrasi: Gradien dapat ditingkatkan melalui penambahan

tekanan negatif pada mesin dialysis. Tekanan negatif

diterapkan pada alat ini sebagai kekuatan penghisap

pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air.

Penatalaksanaan pasien yang mengalami HD jangka panjang

Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani

hemodialisis mengingat adanya efek uremia. Diet rendah protein akan

mengurangi penumpukan limbah nitrogen dengan meminimalkan

gejala.

Komplikasi Terapi dialisis:

o Hipotensi dapat terjadi selama dialisis ketika cairan dikeluarkan

o Emboli udara merupakan komplikasi yang jarang tetapi juga

dapat terjadi jika udara memasuki sistem vaskuler pasien

o Nyeri dada dapat terjadi karena pCO2 menurun bersamaan

dengan terjadinya sirkulasi darah diluar tubuh

o Pruritus dapat terjadi selama terapi dialisis ketika produk akhir

metabolisme meninggalkan kulit

o Kram otot dan nyeri terjadi ketika cairan dan elektrolit dengan

cepat meninggalkan ruang ekstra sel

Page 8: Askep CKD Hemodialisa.doc

A. DATA DEMOGRAFI

1. Identitas Penderita

Nama : Tn. N.M

Umur : 36 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Airmadidi

Suku/Bangsa : Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Status Pernikahan : Menikah

Pekerjaan : Swasta

Tanggal Pengkajian : Selasa, 5 juni 2012

2. Penanggung jawab

Nama : Ny. N.N

Umur : 33 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : PNS

Hubungan dengan klien : Isteri

B. KELUHAN UTAMA

Adanya Penurunan Fungsi ginjal

C. RIWAYAT KESEHATAN

Riwayat Kesehatan Sekarang

Penderita datang ke Renal Unit untuk dilakukan tindakan

hemodialisa yang ke - 101 kali.

Riwayat Kesehatan Dahulu

Sebelumnya penderita pernah dirawat inap di RS Gunung Maria

Tomohon dengan keluhan sesak nafas 1 hari sebelum masuk RS,

Page 9: Askep CKD Hemodialisa.doc

badan lemah, mual muntah, panas badan. Dianjurkan untuk

dilakukan tindakan hemodialisis dan mulai pada tahun 2011

dilakukan tindakan hemodialisis.

Riwayat kesehatan keluarga

Di dalam keluarga hanya penderita yang menderita penyakit CKD

Riwayat Psikososial

Perilaku verbal: Keluarga menyampaikan keluhan yang dialami

penderita dan disampaikan juga oleh penderita

Perialku non verbal: Ekspresi wajah nampak tenang

D. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Compos mentis

3. Tanda-tanda vital : T : 150/90 mmHg R : 20 x/m

N : 70 x/m Sb : 36,5 C

4. Berat Badan : Pre HD = 56 kg Post HD = 53,5 kg

5. Pemeriksaan Head to toe

a. Kepala : Bentuk bulat, rambut pendek, warna hitam, tidak

ada luka

Mata : Tidak terdapat edema palpebra, penglihatan baik,

Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus

Hidung : Simetris kiri dan kanan

Mulut : Mukosa mulut lembab, bau amoniak, caries (-)

Telinga : Tidak ada serumen, pendengaran baik

b. leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid, trachea berada di posisi

garis tengah

c. Thorax : Cor: SI dan SII normal

Pulmo: Ronchi -/- , Wheezing -/-

Pergerakan dada kiri dan kanan simetris

d. Abdomen : Perut datar

e. Ekstremitas

Page 10: Askep CKD Hemodialisa.doc

- Atas : lengan kiri atas terbatas karena terpasang Cimino

- Bawah : Tidak ada edema

f. Genitalia dan anus: tidak ada kelainan

g. Kulit : Uremic frost

E. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

1) Nutrisi

- Selera makan : baik

- Frekuensi : 3 kali sehari

- Menu makanan : nasi, ikan , sayur

- Pantangan : tidak ada pantangan

2) Cairan

- Jenis minuman : air putih

- Frekuensi : 4 -5 gelas per hari (1000 cc)

3) Pola Eliminasi

- BAK : 3 kali sehari (± 900 cc), warna kuning, bau khas amoniak

- BAB : 1 kali sehari, konsistensi lembek

4) Pola aktivitas: Penderita hanya melakukan aktivitas ringan dan

kadang-kadang dibantu oleh keluarga

5) Pola istirahat dan tidur: Kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi

6) Personal Hygiene

- Mandi : 2 kali sehari

F. TEST DIAGNOSTIK

Tanggal 27 Februari 2012

Ureum : 125 mg/dl

Creatinine : 13,5 mg/dl

Natrium : 139 mmol/L

Kalium : 4,9 mmol/L

Chlorida : 100 mEq/L

Terapi Medis

Page 11: Askep CKD Hemodialisa.doc

Heparin : awal : 2000

u

Selanjutnya : 2000 u

Quick Blood: 200 ml/menit

Quick Dialisat : 500 u ml/menit

TMP : 140 mmHg

UFR : 625 mm/jam

PENGELOMPOKKAN DATA

Data Subjektif

- Penderita mengatakan pergerakan dibatasi oleh karena

sementara terpasang alat hemodialisis

- Penderita mengatakan badan terasa lemah

Data Objektif

- Lengan kiri terpasang alat hemodialisis

- ADL dibantu sebagian

- Penderita tampak lemah

- Kulit Kering

- Turgor kulit kembali cepat

- Akral Hangat

- BB HD lalu = 52,5 kg

- BB pre HD = 56 Kg

III. ANALISA DATA

No DATA ETIOLOGI/PENYEBAB MASALAH

1 DS :

- Penderita

mengatakan

pergerakan dibatasi

karena terpasang alat

hemodialisis

Terpasangnya alat

hemodialisis pada

Tangan kiri

Gangguan

Mobilitas Fisik

Page 12: Askep CKD Hemodialisa.doc

- Penderita

mengatakan badan

terasa lemah

DO :

- Lengan kiri

terpasang alat

hemodialisis

- ADL dibantu

sebagian

- Penderita tampak

lemah

Keterbatasan gerak

dan aktivitas

2 DS : -

DO :

- Kulit Kering

- Turgor kulit

kembali cepat

- Akral Hangat

- BB HD lalu = 52,5

kg

- BB pre HD = 56

Kg

Peningkatan tekanan

arteri afferen

Merangsang sel

Juxtaglomerulus

Angiotensin I

Angiotensin II

Sekresi aldosteron

Retensi Na & air

Resti gangguan

keseimbangan

cairan,

elektrolit ;

lebih/kurang

Page 13: Askep CKD Hemodialisa.doc

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi

1 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan prosedur dialisis yang ditandai dengan :Ds : - klien mengatakan

pergerakan dibatasi karena sementara dipasang alat hemodialisis

- klien mengatakan badan terasa lemah

Do : - Lengan kiri terpasang alat hemodialisis

- ADL dibantu sebagian

- Klien tampak lemah

Klien dapat mempertahankan peningkatan mobilitas/fungsi optimal selama prosedur hemodialisis, dengan kriteria hasil :- Klien tidak takut

untuk melakukan aktifitas/mobilitas selama prosedur hemodialisis

1. Kaji keterbatasan

aktifitas

2. Ubah posisi selama

tirah baring

- Untuk mengetahui

tingkat aktifitas

klien

- Untuk mencegah

ketidaknyamanan

saat prosedur

hemodialisis

- Kerja sama dan

13.30

- Mengkaji

keterbatasan

klien tiap 2 jam

untuk mengetahui

tingkat

kemampuan klien

dalam melakukan

aktifitas.

Hasil: klien

mengatakan tidak

dapat bergerak

secara bebas

karena dilengan

kiri klien

terpasang alat

hemodialisis.

Jam : 17.10

S :

- Klien mengatakan

pergerakan sudah

kembali normal

karena alat

hemodialisis

telah dilepas.

- Klien mengatakan

badan sudah tidak

lemah lagi

O :

- Alat HD dilengan

kiri telah dilepas

- ADL dapat

dilakukan sendiri

Page 14: Askep CKD Hemodialisa.doc

3. Libatkan keluarga

dalam membantu

pemenuhan ADL

selama hemodialisis

bantuan dari

keluarga akan

memberikan

dorongan bagi

klien/meningkatka

n koping klien

15.30

- Menganjurkan

kepada klien

untuk merubah

posisi tidur sesuai

yang diinginkan

mis : miring

kiri/kanan untuk

mencegah

perasaan tidak

menyenangkan/

bosan.

Hasil: klien dapat

mengerti dan

dapat melakukan

miring

kiri/kanan.

16.30

- Menganjurkan

keluarga untuk

membantu klien

A :

- Masalah teratsi

P :

- Berikan motivasi

kepada klien

untuk tidak takut

bergerak/

beraktifitas saat

prosedur HD

selanjutnya.

Page 15: Askep CKD Hemodialisa.doc

untuk makan dan

minum selama

prosedur dialisis.

Hasil: selama

proses HD klien

tidak makan/

minum.

2 Resti gangguan keseimbangan cairan, elektrolit ; lebih/kurang berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mengeluarkan cairan/elektrolit, ditandai dengan:Ds : -Do:

- Kulit Kering- Turgor kulit kembali

cepat- Akral Hangat- BB HD lalu = 52,5

kg

Setelah diberi tindakan keperawatan selama 1x24 jam, klien dapat menunjukkan cairan dan elektrolit dalam batas normal:- Sesak, edema,

ronchi, dan efusi pleura tidak terjadi.

- Elektrolit dan albumin serta TTV dalam batas normal.

- Intake dan output cairan sesuai yang diharapkan.

1. Timbang BB sebelum dialisis dilakukan.

2. Tempatkan klien pada posisi terlentang.

3. Ukur TTV dan tekanan hemodinamik selama dilakukan dialisis.

- Penurunan BB waktu pengukuran dengan tepat adalah pengukuran ultrafiltrasi dan pembuangan cairan.

- Memaksimalkan aliran balik vena bila terjadi hipotensi.

- Hipotensi, takikardi dan penurunan tekanan hemodinamik menunjukkan

13.00- Menimbang BB

sebelum dilakukan dialisis.

Hasil : BB= 56 kg.

13.05- Menempatkan

klien pada posisi terlentang.

Hasil : klien berbaring dalam posisi terlentang.

14.10- Mengukur TTV

17.00S :

-O :

- Sesak, edema, ronchi, dan efusi tidak terjadi

- TTV post HDTD: 160/90 mmHgN: 80 x/mR: 24 x/m

- BB post HD = 53,5 kg

- Target dialisis tercapai 2,5 kg.

Page 16: Askep CKD Hemodialisa.doc

4. Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan.

kekurangan cairan.

- Membantu mengevaluasi status cairan.

dan tekanan hemodinamik.

Hasil: TD: 150/90

mmHg N: 70 x/m R: 20 x/m QB: 200 ml/mnt QD: 500 ml/mnt AP: 0 mmHg VP: 80 mmHg TMP: 140 mmHg UFR: 625

mm/jam

15.10- Mengukur TTV

dan tekanan hemodinamik.

Hasil: TD: 150/90

mmHg N: 74 x/m R: 20 x/m QB: 200 ml/mnt QD: 500 ml/mnt AP: 0 mmHg

A : Masalah tidak terjadi

P : Pertahankan intervensi (lanjut HD 2x seminggu).

Page 17: Askep CKD Hemodialisa.doc

VP: 80 mmHg TMP: 140 mmHg UFR: 625

mm/jam

16.10- Mengukur TTV

dan tekanan hemodinamik.

Hasil: TD: 150/90

mmHg N: 74 x/m R: 20 x/m QB: 200 ml/mnt QD: 500 ml/mnt AP: 0 mmHg VP: 80 mmHg TMP: 140 mmHg UFR: 625

mm/jam

16.45- Mengukur TTV

dan tekanan hemodinamik.

Hasil:

Page 18: Askep CKD Hemodialisa.doc

TD: 160/90 mmHg

N: 80 x/m R: 24 x/m QB: 200 ml/mnt QD: 500 ml/mnt AP: 0 mmHg VP: 80 mmHg TMP: 140 mmHg UFR: 625

mm/jam

17.00- Mengkaji

pemasukan dan pengeluaran cairan.

Hasil: Masukan:

makan: - minum: - Haluaran:

BAK/urine : -