asam kafeat

197
SKRIPSI IDENTIFIKASI SENYAWA ASAM FENOLAT PADA SAYURAN INDIGENOUS INDONESIA Oleh: RIZA ARIS APRIADY F24050276 2010 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Upload: willy-bro

Post on 27-Sep-2015

27 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

#fitokimia

TRANSCRIPT

  • SKRIPSI

    IDENTIFIKASI SENYAWA ASAM FENOLAT PADA SAYURAN

    INDIGENOUS INDONESIA

    Oleh:

    RIZA ARIS APRIADY

    F24050276

    2010

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

  • IDENTIFIKASI SENYAWA ASAM FENOLAT PADA SAYURAN

    INDIGENOUS INDONESIA

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

    Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

    Fakultas Teknologi Pertanian

    Institut Pertanian Bogor

    Oleh:

    RIZA ARIS APRIADY

    F24050276

    2010

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

  • Judul Skripsi : Identifikasi Senyawa Asam Fenolat pada Sayuran Indigenous

    Indonesia

    Nama : Riza Aris Apriady

    NIM : F24050276

    Menyetujui Dosen Pembimbing,

    Dr. Ir. Nuri Andarwulan, M.Si.

    NIP: 19630701.198811.2.001

    Mengetahui,

    Ketua Departemen,

    Dr. Ir. Dahrul Syah

    NIP: 19650814.199002.1.001

    Tanggal Lulus: 22 Januari 2010

  • Riza Aris Apriady. F24050276. Identifikasi Senyawa Asam Fenolat pada

    Sayuran Indigenous Indonesia. Di Bawah Bimbingan Dr. Ir. Nuri Andarwulan,

    M.Si.

    ABSTRAK

    Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penghasil sayur-sayuran yang

    memiliki peran cukup signifikan dalam menghasilkan jenis sayur-sayuran di

    Indonesia. Spesies sayuran asli Indonesia yang berasal dari

    daerah/wilayah/ekosistem tertentu, termasuk spesies pendatang dari wilayah

    geografis lain tetapi telah berevolusi dengan iklim dan geografis wilayah

    Indonesia dinamakan sayuran indigenous. Beberapa balai penelitian seperti Balai

    Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) bekerjasama dengan Asian Vegetables

    Research Development Center (AVRDC) telah melakukan pendataan terhadap

    sayuran ini terutama yang mempunyai kandungan gizi dan non gizi yang

    bermanfaat secara fisiologis bagi tubuh manusia yaitu vitamin A, zat besi, dan

    antioksidan.

    Antioksidan merupakan senyawa yang sangat baik untuk menangkap

    radikal bebas. Keberadaan senyawa antioksidan ini akan mencegah penyakit

    kanker maupun penyakit degeneratif lainnya. Salah satu senyawa antioksidan

    yang penting yaitu senyawa polifenol. Senyawa polifenol yang ada di sayuran,

    buah-buahan, dan teh dapat mencegah penyakit degeneratif termasuk kanker

    melalui aktivitas antioksidatif dan/atau modulasi fungsi beberapa protein.

    Salah satu senyawa polifenol yang banyak terdapat pada sayuran yaitu

    flavonoid dan asam fenolat. Senyawa asam fenolat (phenolic acids) mendapatkan

    perhatian yang lebih dalam beberapa tahun terakhir ini karena pengaruhnya untuk

    kesehatan manusia. Sebagai polifenol, asam fenolat merupakan antioksidan yang

    sangat kuat dan memiliki aktivitas antibakteri, antivirus, antikarsinogenik,

    antiinflamasi, dan aktivitas vasodilatory. Selain itu asam fenolat juga mempunyai

    peranan untuk melindungi dari kanker dan penyakit jantung.

    Penelitian ini meneliti kandungan asam fenolat (asam klorogenat, asam

    kafeat, dan asam ferulat) pada dua puluh empat jenis sayuran indigenous

    Indonesia yang berasal dari Jawa Barat yaitu kenikir, kecombrang, kemangi,

    katuk, pohpohan, ginseng, takokak, lembayung, terubuk, labu siam, pepaya, mete,

    pakis, beluntas, mangkokan putih, mangkokan, kendondong cina, antanan,

    antanan beurit, krokot, turi, kelor, dan mengkudu. Bagian tanaman yang

    digunakan untuk penelitian ini bisa berupa daun, batang, dan seluruh bagian

    tanaman. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu persiapan sampel,

    pembuatan kurva standar dan Limit of Detection (LOD), analisis asam fenolat

    dengan HPLC, serta analisis statistik. Analisis asam fenolat dengan HPLC

    dilakukan secara dua ulangan duplo. Analisis statistik yang digunakan yaitu uji

    Tukey pada taraf 5%, uji T pada taraf 1%, dan principal component analysis

    (PCA).

    Hasil penelitian ini mendapatkan data kisaran asam klorogenat 0.0847.02

    mg per 100 gram sampel segar, asam kafeat 0.36 8.65 mg per 100 gram sampel

    segar, dan asam ferulat 0.09 5.02 mg per 100 gram sampel segar.

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 7 April

    1987, penulis adalah anak pertama dari Bapak Drs. Nazarudin,

    SH dan Sundari. Penulis memiliki dua orang adik perempuan

    yaitu Riska Pahyuni dan Ririn Wirdayani. Penulis menempuh

    pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 1 Bukit, Musi

    Banyuasin, Sumatra Selatan pada tahun 1993-1999, pendidikan

    lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri 22 Bandar Lampung pada tahun 1999-

    2002, dan pendidikan lanjutan tingkat atas di SMU Negeri 2 Bandar Lampung

    pada tahun 2002-2005.

    Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB pada

    tahun 2005. Penulis diterima di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB pada

    tahun 2006 setelah melalui satu tahun TPB (Tahap Persiapan Bersama). Selama

    menjadi mahasiswa di IPB (Institut Pertanian Bogor). Penulis aktif di berbagai

    kegiatan baik kegiatan akademik maupun kegiatan ektrakurikuler.

    Pada bidang akademik, penulis aktif dalam mengikuti berbagai lomba baik

    nasional maupun internasional di antaranya juara 3 dunia dalam lomba DSDC

    (Developing Solutions for Developing Countries Competition) di Anaheim,

    California pada bulan Juni 2009 dan mendapatkan penghargaan dari Menteri

    Pertanian RI terkait dengan prestasi internasional (DSDC), juara 1 debat bahasa

    Inggris IPB pada tahun 2007 dan 2008, finalis IEC (Innovative Entrepreneur

    Challenge) pada tahun 2008, mendapatkan pendanaan dari DIKTI dalam lomba

    program kreativitas mahasiswa, mendapatkan pendanaan dari IPB dalam program

    pengembangan kewirausahaan mahasiswa. Selain lomba penulis juga menjadi

    presenter dalam 37th

    International Forestry Student Symposium 2009, presenter di

    National Students Conference UNIKA Soegijapranata Semarang 2008,

    mendapatkan beasiswa PPA pada tahun 2006, menjadi asisten praktikum kimia

    dan biokimia pangan, menjadi asisten praktikum teknologi pengolahan pangan.

    Penulis pernah mengikuti training ISO 9001:2000, ISO 22000:2005, dan Sitem

    Manajemen Halal, terlibat dalam The International Technical Forum for

    Cooperation and Exchange between Korea and Indonesia pada tahun 2009,

    penulis juga aktif dalam mengikuti seminar-seminar yang terkait dengan teknologi

  • pangan maupun kewirausahaan, di antaranya yaitu International Nano Food

    Science Technology Conference di Anaheim, California pada tahun 2009, seminar

    Wirausaha Muda Mandiri 2009, dan seminar Nasional Ketahanan Pangan Bangsa.

    Pada bidang ekstrakurikuler penulis merupakan anggota dari IFT (Institute

    of Food Technologist), HMPPI (Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia),

    HIMITEPA (Himpunan Mahasiswa Teknologi Pangan), penulis pernah

    mengkoordinatori bidang akademik dan kerohanian di KEMALA (Kesatuan

    Mahasiswa Lampung) pada periode tahun 2005-2006. Penulis juga pernah

    menjadi ketua FCC (Food Chat Club) pada periode tahun 2008-2009. Penulis

    aktif dalam kepanitiaan kegiatan nasional seperti menjadi wakil pada kegiatan the

    7th

    National Students Paper Competition pada tahun 2008, menjadi PJK pada

    kegiatan BAUR 2007, dan menjadi penyuluh dalam kegiatan Penyuluhan

    Keamanan Pangan yang diselenggarakan oleh SEAFAST Center IPB. Dalam sela-

    sela kesibukan akademik dan penelitian, penulis menyibukkan dirinya dengan

    membuka caf bersama teman-temannya, caf tersebut diberi nama FRIENDS 24

    CAF yang menjual produk-produk seafood olahan yang siap santap dan siap saji.

    Penulis melakukan penelitian dengan judul IDENTIFIKASI

    SENYAWA ASAM FENOLAT PADA SAYURAN INDIGENOUS

    INDONESIA sebagai syarat untuk meraih gelar sarjana. Penelitian ini

    dikerjakan dibawah bimbingan Dr. Ir. Nuri Andarwulan, M.Si pada tahun 2010.

  • KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Alloh Azza wa jalla yang telah memberikan kekuatan

    pada penulis sehingga skripsi dengan judul Identifikasi Senyawa Asam Fenolat

    Pada Sayuran Indigenous Indonesia dapat diselesaikan. Shalawat serta salam

    semoga selalu tercurah kepada baginda Rasululloh Muhammad SAW karena

    beliau telah membawa jalan yang terang benderang kepada manusia. Penulisan

    skripsi ini tidak terlepas dalam bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis

    ingin menyampaikan terima kasih kepada:

    1. Ayah, Ibu, Riska, dan Ririn yang selalu mendoakan, memberikan nasihat,

    motivasi, kasih sayang, dan bantuan materil.

    2. Ibu Dr. Ir. Nuri Andarwulan, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang

    telah memberikan nasihat, motivasi, dan masukan dalam pembuatan skripsi ini.

    3. Dewi Kurniasih, Riska Rudiyanti Dewi selaku teman satu bimbingan yang

    selalu memberikan motivasi, masukan, dan doa. Terima kasih atas

    kebersamaannya dalam menggapai cita-cita.

    4. Teman-teman Friends 24 Cafe (Fahmi, Tiwi, Dilla, Widi, dan Widya).

    5. Teman-teman kosan (Dimas, Erwin, Muji, Sobur, Deni, Tri Erza, dan Sigit).

    6. Seluruh teman-teman ITP 42 yang telah bersama baik dalam keadaan senang

    maupun duka selama lebih kurang tiga tahun.

    7. Abah, mba Irin, mba Ria, dan kak Marto yang telah membantu penulis di

    Laboratorium SEAFAST Center IPB.

    Penulis menyadari skripsi ini tidak lepas dari kesalahan. Oleh karena itu

    penulis minta maaf dan dengan senang hati menerima kritik dan saran dari

    berbagai pihak. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk

    kehidupan manusia.

    Bogor, Januari 2010

    Penulis

    i

  • ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR. ........................................................................................ i

    DAFTAR ISI. ...................................................................................................... ii

    DAFTAR TABEL. .............................................................................................. iv

    DAFTAR GAMBAR. ......................................................................................... vi

    DAFTAR LAMPIRAN. ..................................................................................... ix

    I. PENDAHULUAN. ....................................................................................... 1

    A. LATAR BELAKANG. .............................................................................. 1

    B. TUJUAN. .................................................................................................. 3

    C. MANFAAT. .............................................................................................. 3

    II. TINJAUAN PUSTAKA. .............................................................................. 4

    A. SAYURAN INDIGENOUS. ...................................................................... 4

    B. ASAM FENOLAT (PHENOLIC ACID). .................................................. 6

    C. IDENTIFIKASI SENYAWA ASAM FENOLAT. ................................... 13

    III. BAHAN DAN METODE. ............................................................................ 16

    A. BAHAN DAN ALAT. .............................................................................. 16

    1. Bahan. ................................................................................................... 16

    2. Alat. ...................................................................................................... 18

    B. METODE. ................................................................................................. 18

    1. Persiapan Sampel. ................................................................................. 18

    2. Pembuatan Kurva Standar dan Limit of Detection (LOD). .................. 20

    3. Analisis Asam Fenolat pada Sayuran. .................................................. 21

    4. Analisis Statistik. .................................................................................. 23

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. .................................................................... 30

    A. KURVA STANDAR ASAM FENOLAT DAN LIMIT DETEKSI. ......... 30

    1. Standar Asam Fenolat Bentuk Tunggal. ............................................... 30

    2. Limit Deteksi. ....................................................................................... 32

    3. Standar Asam Fenolat Bentuk Campuran. ........................................... 34

    B. TOTAL FENOL. ....................................................................................... 36

    C. ANALISIS ASAM FENOLAT PADA SAYURAN INDIGENOUS. ...... 38

    D. REKAPITULASI HASIL DAN SENYAWA YANG

    BELUM TERIDENTIFIKASI PADA SAYURAN INDIGENOUS. ....... 96

  • iii

    E. ANALISIS STATISTIK ..........................................................................105

    V. KESIMPULAN DAN SARAN. ....................................................................114

    A. KESIMPULAN. ...................................................................................... 114

    B. SARAN. .................................................................................................. 115

    DAFTAR PUSTAKA. ........................................................................................116

    LAMPIRAN. .......................................................................................................120

  • iv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Kandungan Senyawa Flavonoid Pada Sebelas Sayuran Indigenous

    Jawa Barat (mg/100 gam sampel segar). ......................................... 5

    Tabel 2. Kandungan Senyawa Flavonoid Pada Tiga Belas Sayuran

    Indigenous Jawa Barat (mg/100 gam sampel segar). ....................... 6

    Tabel 3. Dua Puluh Empat Jenis Sayuran Indigenous Indonesia. ...................... 17

    Tabel 4. Perhitungan LOD Asam Klorogenat. ................................................... 32

    Tabel 5. Perhitungan LOD Asam Kafeat. .......................................................... 33

    Tabel 6. Perhitungan LOD Asam Ferulat. .......................................................... 33

    Tabel 7. Hasil Penginjeksian Standar Asam Fenolat dalam Bentuk Campuran. 35

    Tabel 8. Total Fenol Sayuran Indigenous. ......................................................... 37

    Tabel 9. Perhitungan Kandungan Asam Fenolat dengan

    Kurva Standar Campuran. .................................................................... 39

    Tabel 10. Perhitungan Kandungan Asam Fenolat dengan

    Eksternal Standar Campuran. ............................................................... 40

    Tabel 11. Perbandingan Perhitungan Kandungan Asam Fenolat

    antara Kurva Standar Campuran dan Eksternal Standar Campuran. ... 41

    Tabel 12. Perbandingan Luasan Area Kromatografi Ekstrak Mengkudu. ........... 43

    Tabel 13. Perbandingan Luasan Area Kromatografi Ekstrak Mangkokan. ......... 45

    Tabel 14. Perbandingan Luasan Area Kromatografi Ekstrak Daun Labu Siam. . 47

    Tabel 15. Perbandingan Luasan Area Kromatografi Ekstrak Daun Lembayung. 49

    Tabel 16. Perbandingan Luasan Area Kromatografi Ekstrak Daun Katuk. ......... 52

    Tabel 17. Perbandingan Luasan Area Kromatografi Ekstrak Daun Kemangi. .... 54

    Tabel 18. Perbandingan Luasan Area Kromatografi Ekstrak Daun Pakis. .......... 56

    Tabel 19. Perbandingan Luasan Area Kromatografi Ekstrak Daun Pohpohan. ... 59

    Tabel 20. Perbandingan Luasan Area Kromatografi Ekstrak Bunga Pepaya. ..... 61

    Tabel 21. Perbandingan Luasan Area Kromatografi Ekstrak Mangkokan Putih. 63

    Tabel 22. Perbandingan Luasan Area Kromatografi Ekstrak Kenikir. ................ 65

    Tabel 23. Perbandingan Luasan Area Kromatografi Ekstrak Daun Kelor........... 67

    Tabel 24. Perbandingan Luasan Area Kromatografi Ekstrak Daun Kucai. ......... 70

    Tabel 25. Perbandingan Luasan Area Kromatografi Ekstrak

    Daun Jambu Mete. ............................................................................... 72

  • v

    Tabel 26. Perbandingan Luasan Area Kromatografi Ekstrak Buah Takokak. ...... 74

    Tabel 27. Perbandingan Luasan Area Kromatografi Ekstrak Antanan. ................ 77

    Tabel 28. Perbandingan Luasan Area Kromatografi Ekstrak Krokot. .................. 79

    Tabel 29. Perbandingan Luasan Area Kromatografi Ekstrak Antanan Beurit. ..... 81

    Tabel 30. Perbandingan Luasan Area Kromatografi Ekstrak Daun Ginseng. ...... 83

    Tabel 31. Perbandingan Luasan Area Kromatografi Ekstrak

    Bunga Kecombrang. .............................................................................. 85

    Tabel 32. Perbandingan Luasan Area Kromatografi Ekstrak Daun Beluntas. ...... 88

    Tabel 33. Perbandingan Luasan Area Kromatografi Ekstrak Bunga Turi. ........... 90

    Tabel 34. Perbandingan Luasan Area Kromatografi Ekstrak Terubuk. ................ 92

    Tabel 35. Perbandingan Luasan Area Kromatografi Ekstrak Kedondong Cina. .. 95

    Tabel 36. Kandungan Asam Fenolat Pada Dua Puluh Empat Jenis

    Sayuran Indigenous Segar. .................................................................. 97

    Tabel 37. Kandungan Asam Fenolat pada Dua Puluh Empat Jenis

    Sayuran Indigenous Berdasarkan Bagian yang diteliti. ........................ 98

    Tabel 38. Rekapitulasi Kadar Air, Total Fenol, dan Asam Fenolat

    Sayuran Indigenous. ............................................................................ 101

    Tabel 39. Rekapitulasi Komponen yang Terdeteksi Pada Sampel

    Sayuran Indigenous Menggunakan HPLC. ........................................ 103

    Tabel 40. Rekapitulasi Area Unknown pada Waktu Retensi Tertentu. .............. 104

    Tabel 41. Uji T pada Perhitungan Kandungan Asam Fenolat antara

    Kurva Standar Campuran dan Eksternal Standar Campuran. ............. 105

    Tabel 42. Akar Ciri (Eigen Value), Proporsi, dan Kumulatif Keragaman

    dari Sembilan Variabel. .......................................................................107

    Tabel 43. Matriks Korelasi Sembilan Variabel. .................................................. 108

    Tabel 44. Nilai-Nilai Vektor dari Hubungan antara Masing-Masing

    Variabel dengan Komponen Utama. .................................................. 108

    Tabel 45. Akar Ciri, Proporsi, dan Kumulatif Tiga Variabel...............................110

    Tabel 46. Matriks Korelasi Total Fenol, Total Flavonoid, dan Total

    Asam Fenolat. ......................................................................................111

    Tabel 47. Nilai-Nilai Vektor dari Hubungan antara Masing-Masing

    Variabel dengan Komponen Utama. ................................................... 111

  • vi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Struktur Kimia : (a) turunan asam benzoat (b) turunan asam. ........ 7

    Gambar 2. Jalur Shikimate . ............................................................................... 9

    Gambar 3. Biosintesis Hidroksibenzoat, Hidroksinamat, dan Flavonoid. .......... 11

    Gambar 4. Biosintesis Asam Klorogenat. ........................................................... 12

    Gambar 5. Persiapan Sampel. ............................................................................. 24

    Gambar 6. Prosedur Analisis Total Fenol. .......................................................... 25

    Gambar 7. Metode Ekstraksi Asam Fenolat dari Sayuran Indigenous. .............. 26

    Gambar 8. Metode Hidrolisis Basa. ................................................................... 27

    Gambar 9. Metode Hidrolisis Asam. .................................................................. 28

    Gambar 10. Metode Pembuatan Standar Asam Fenolat. ...................................... 29

    Gambar 11. Kromatogram Standar Asam Klorogenat dengan Analisis HPLC. ... 30

    Gambar 12. Kromatogram Standar Asam Kafeat dengan Analisis HPLC. ......... 31

    Gambar 13. Kromatogram Standar Asam Ferulat dengan Analisis HPLC. .......... 31

    Gambar 14. Kromatogram Standar Campuran dengan Analisis HPLC. ............... 35

    Gambar 15. Kurva Standar Campuran Asam Klorogenat. .................................... 35

    Gambar 16. Kurva Standar Campuran Asam Kafeat. ........................................... 36

    Gambar 17. Kurva Standar Campuran Asam Ferulat ........................................... 36

    Gambar 18. Kromatogram Ekstrak Mengkudu dengan Analisis HPLC. .............. 43

    Gambar 19. Ko-kromatogram Ekstrak Mengkudu dengan Standar Campuran. ... 43

    Gambar 20. Kromatogram Ekstrak Mangkokan dengan Analisis HPLC. ............ 45

    Gambar 21. Ko-kromatogram Ekstrak Mangkokan dengan Standar Campuran. . 45

    Gambar 22. Kromatogram Ekstrak Daun Labu Siam dengan Analisis HPLC. .... 47

    Gambar 23. Ko-kromatogram Ekstrak Daun Labu Siam dengan

    Standar Campuran. ............................................................................ 47

    Gambar 24. Kromatogram Ekstrak Daun Lembayung dengan Analisis HPLC... 49

    Gambar 25. Ko-Kromatogram Ekstrak Daun Lembayung dengan

    Standar Campuran. ........................................................................... 49

    Gambar 26. Kromatogram Ekstrak Daun Katuk dengan Analisis HPLC. ........... 52

    Gambar 27. Ko-Kromatogram Ekstrak Daun Katuk dengan

    Standar Campuran. ........................................................................... 52

  • vii

    Gambar 28. Kromatogram Ekstrak Daun Kemangi dengan Analisis HPLC. ...... 54

    Gambar 29. Ko-Kromatogram Ekstrak Daun Kemangi dengan

    Standar Campuran. ........................................................................... 54

    Gambar 30. Kromatogram Ekstrak Daun Pakis dengan Analisis HPLC. ............ 56

    Gambar 31. Ko-Kromatogram Ekstrak Daun Pakis dengan Standar Campuran. 56

    Gambar 32. Kromatogram Ekstrak Daun Pohpohan dengan Analisis HPLC. ..... 59

    Gambar 33. Ko-Kromatogram Ekstrak Daun Pohpohan dengan

    Standar Campuran. ........................................................................... 59

    Gambar 34. Kromatogram Ekstrak Bunga Pepaya dengan Analisis HPLC. ....... 61

    Gambar 35. Ko-Kromatogram Ekstrak Bunga Pepaya dengan

    Standar Campuran. ........................................................................... 61

    Gambar 36. Kromatogram Ekstrak Mangkokan Putih dengan Analisis HPLC. .. 63

    Gambar 37. Ko-Kromatogram Ekstrak Mangkokan Putih dengan

    Standar Campuran. ............................................................................ 63

    Gambar 38. Kromatogram Ekstrak Kenikir dengan Analisis HPLC. .................. 65

    Gambar 39. Ko-Kromatogram Ekstrak Kenikir dengan Standar Campuran. ...... 65

    Gambar 40. Kromatogram Ekstrak Daun Kelor dengan Analisis HPLC............. 67

    Gambar 41. Ko-Kromatogram Ekstrak Daun Kelor dengan

    Standar Campuran. ........................................................................... 67

    Gambar 42. Kromatogram Ekstrak Daun Kucai dengan Analisis HPLC. ........... 70

    Gambar 43. Ko-Kromatogram Ekstrak Daun Kucai dengan Standar Campuran. 70

    Gambar 44. Kromatogram Ekstrak Daun Jambu Mete dengan Analisis HPLC. . 72

    Gambar 45. Ko-Kromatogram Ekstrak Daun Jambu Mete dengan

    Standar Campuran. ........................................................................... 72

    Gambar 46. Kromatogram Ekstrak Buah Takokak dengan Analisis HPLC. ....... 74

    Gambar 47. Ko-Kromatogram Ekstrak Buah Takokak dengan

    Standar Campuran. ........................................................................... 74

    Gambar 48. Kromatogram Ekstrak Antanan dengan Analisis HPLC. ................. 77

    Gambar 49. Ko-Kromatogram Ekstrak Antanan dengan Standar Campuran. ..... 77

    Gambar 50. Kromatogram Ekstrak Krokot dengan Analisis HPLC. ................... 79

    Gambar 51. Ko-Kromatogram Ekstrak Krokot dengan Standar Campuran. ....... 79

    Gambar 52. Kromatogram Ekstrak Antanan Beurit dengan Analisis HPLC . ..... 81

  • viii

    Gambar 53. Ko-Kromatogram Ekstrak Antanan Beurit dengan

    Standar Campuran. ........................................................................... 81

    Gambar 54. Kromatogram Ekstrak Daun Ginseng dengan Analisis HPLC. ....... 83

    Gambar 55. Ko-Kromatogram Ekstrak Daun Ginseng dengan

    Standar Campuran. ........................................................................... 83

    Gambar 56. Kromatogram Ekstrak Bunga Kecombrang dengan

    Analisis HPLC. ................................................................................ 85

    Gambar 57. Ko-Kromatogram Ekstrak Bunga Kecombrang dengan

    Standar Campuran. ........................................................................... 85

    Gambar 58. Kromatogram Ekstrak Daun Beluntas dengan Analisis HPLC. ....... 88

    Gambar 59. Ko-Kromatogram Ekstrak Daun Beluntas dengan

    Standar Campuran. ........................................................................... 88

    Gambar 60. Kromatogram Ekstrak Bunga Turi dengan Analisis HPLC. ............ 90

    Gambar 61. Ko-Kromatogram Ekstrak Bunga Turi dengan Standar Campuran. 90

    Gambar 62. Kromatogram Ekstrak Terubuk dengan Analisis HPLC. ................. 92

    Gambar 63. Ko-Kromatogram Ekstrak Terubuk dengan Standar Campuran. ..... 92

    Gambar 64. Kromatogram Ekstrak Kedondong Cina dengan Analisis HPLC. ... 95

    Gambar 65. Ko-Kromatogram Ekstrak Kedondong Cina dengan

    Standar Campuran. ........................................................................... 95

    Gambar 66. Biplot Hubungan Total Fenol, Asam Klorogenat, Asam Kafeat,

    Asam Ferulat, Myricetin, Luteolin, Quercetin, Apigenin,

    dan Kaempferol. ............................................................................ 109

    Gambar 67. Biplot Hubungan Antara Total Fenol, Total Asam Fenolat,

    dan Total Flavonoid. .......................................................................112

  • ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Gambar Dua Puluh Empat Sayuran Indigenous Indonesia. ........ 120

    Lampiran 2. Uji Tukeys Kadar Air Sayuran Indigenous Indonesia. ..............122

    Lampiran 3. Uji Tukeys Total Fenol Sayuran Indigenous Indonesia. ............124

    Lampiran 4. Uji Tukeys Asam Fenolat Pada Sayuran Indigenous

    Indonesia......................................................................................126

    Lampiran 5. Uji Tukeys Asam Klorogenat Sayuran Indigenous Indonesia. ..128

    Lampiran 6. Uji Tukeys Asam Kafeat Sayuran Indigenous Indonesia. .........130

    Lampiran 7. Uji Tukey Asam Ferulat Sayuran Indigenous Indonesia. ............132

    Lampiran 8. Kadar Air Sayuran Indigenous Indonesia. ...................................134

    Lampiran 9. Kadar Air Freeze Drier Sayuran Indigenous Indonesia. .............137

    Lampiran 10. Kurva Standar Total Fenol . ........................................................140

    Lampiran 11. Total Fenol Sayuran Indigenous Indonesia. ................................141

    Lampiran 12. Asam Klorogenat Sayuran Indigenous dengan

    Perhitungan Kurva Standar Campuran. ......................................147

    Lampiran 13. Asam Kafeat Sayuran Indigenous dengan

    Perhitungan Kurva Standar Campuran. ......................................153

    Lampiran 14. Asam Ferulat Sayuran Indigenous dengan

    Perhitungan Kurva Standar Campuran. ......................................159

    Lampiran 15. Asam Klorogenat Sayuran Indigenous dengan

    Perhitungan Eksternal Standar Campuran. ..................................165

    Lampiran 16. Kafeat Acid Sayuran Indigenous dengan

    Perhitungan Eksternal Standar Campuran. ..................................171

    Lampiran 17. Asam Ferulat Sayuran Indigenous dengan

    Perhitungan Eksternal Standar Campuran. ..................................177

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Indonesia merupakan negara yang kaya sumber daya alam baik hasil

    perikanan, pertanian, maupun perkebunan. Tanaman sayuran di Indonesia

    sangat banyak dan bervariasi. Akan tetapi masih banyak dari sayuran tersebut

    yang belum dimanfaatkan dan diidentifikasi secara ilmiah kandungan senyawa

    yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh manusia. Pemanfaatannya masih

    terbatas hanya sebagai lalapan maupun campuran gulai. Sayuran sangat

    diperlukan oleh tubuh untuk memenuhi asupan vitamin, mineral, dan serat

    seseorang setiap harinya.

    Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penghasil sayur-sayuran yang

    memiliki peran cukup signifikan dalam menghasilkan jenis sayur-sayuran di

    Indonesia. Spesies sayuran asli Indonesia yang berasal dari

    daerah/wilayah/ekosistem tertentu, termasuk spesies pendatang dari wilayah

    geografis lain tetapi telah berevolusi dengan iklim dan geografis wilayah

    Indonesia dinamakan sayuran indigenous (Anonim, 2007). Beberapa balai

    penelitian seperti Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) bekerjasama

    dengan Asian Vegetables Research Development Center (AVRDC) telah

    melakukan pendataan terhadap sayuran ini terutama yang mempunyai

    kandungan gizi dan non gizi yang bermanfaat secara fisiologis bagi tubuh

    manusia yaitu vitamin A, zat besi, dan antioksidan.

    Antioksidan merupakan senyawa yang sangat baik untuk menangkap

    radikal bebas. Keberadaan senyawa antioksidan ini akan mencegah penyakit

    kanker maupun penyakit degeneratif lainnya. Salah satu senyawa antioksidan

    yang penting yaitu senyawa polifenol. Senyawa polifenol yang ada pada

    sayuran, buah-buahan, dan teh dapat mencegah penyakit degeneratif termasuk

    kanker melalui aktivitas antioksidatif dan/atau modulasi fungsi beberapa

    protein. Contohnya konsumsi senyawa polifenol dapat mereduksi kematian

    akibat penyakit jantung koroner (Hertog, 1995) dengan cara menekan oksidasi

    lipoprotein berat jenis rendah (Meyer, 1998). Polifenol menunjukkan sifat

    antagonis dengan reseptor karsinogenesis seperti faktor pertumbuhan

  • 2

    asepidermal (Agullo, 1997), dan reseptor arylhidrokarbon (Ashida et al., 2000).

    Polifenol mengatur sekresi senyawa sitokin, meregulasi siklus sel (Frey et al.,

    2001) dan ekspresi protein kinase dalam proliferasi sel tumor (Kobuchi et al.,

    1999). Senyawa polifenol juga menginduksi ekspresi enzim antikarsinogenik

    (Williamson et al., 1996). Dalam percobaan pada hewan, konsumsi senyawa

    polifenol dapat menekan karsinogenesis dari beberapa karsinogen (Yang et al.,

    2001). Kemampuan yang dimiliki oleh polifenol untuk menangkap radikal

    bebas serta memiliki aktivitas antioksidan mempunyai peranan yang penting

    untuk melindungi sel dan jaringan dari stres oksidatif dan efek biologis lain

    yang berhubungan dengan penyakit kronis (Rimbach et al., 2005). Senyawa

    polifenol dapat menekan efek di dalam usus. seperti efek dalam mengikat besi,

    menangkap nitrogen reaktif, klorin, dan spesies oksigen, serta menghambat

    cyclooxygenases dan lipoxygenases (Halliwell et al., 2005).

    Salah satu senyawa polifenol yang banyak terdapat di sayuran yaitu

    flavonoid dan asam fenolat. Batari (2007) telah melakukan penelitian terhadap

    sebelas jenis sayuran indigenous Jawa Barat yaitu kenikir, beluntas,

    mangkokan, kemangi, pohpohan, katuk, antanan, ginseng, kecombrang,

    kedondong cina, dan krokot mengenai kandungan senyawa flavonoid (Flavonol

    dan Flavone) pada sayuran tersebut. Selain itu Rahmat (2009) juga telah

    melakukan penelitian mengenai kandungan senyawa flavonoid (Flavonol dan

    Flavone) pada tiga belas jenis sayuran indigenous Jawa Barat yaitu mengkudu,

    mangkokan putih, labu siam, lembayung, pakis, pepaya, kelor, kucai, turi,

    jambu mete, terubuk, takokak, dan antanan beurit.

    Pada penelitian ini dilakukan identifikasi senyawa asam fenolat yang

    terdapat pada sayuran indigenous Indonesia yang berasal dari Jawa Barat.

    Asam fenolat memiliki dua jenis golongan yaitu golongan asam hidroksinamat

    dan golongan asam hidroksibenzoat. Asam fenolat yang dominan terdapat pada

    sayuran adalah golongan asam hidroksinamat (Shahidi dan Naczk, 1995).

    Bentuk senyawa asam hidroksinamat yang terdapat pada sayuran yaitu asam p-

    koumarat, asam ferulat, asam kafeat, dan asam klorogenat. Sedangkan menurut

    hasil penelitian Sakakibara et al. (2003) senyawa asam fenolat yang banyak

    terdapat pada sayuran yaitu asam ferulat, asam kafeat, dan asam klorogenat.

  • 3

    Dengan demikian pada penelitian ini diidentifikasi keberadaan senyawa asam

    ferulat, asam kafeat, dan asam klorogenat pada sayuran indigenous Indonesia

    yang berasal dari Jawa Barat.

    Jenis sayuran yang digunakan pada penelitian ini adalah sayuran lokal

    yang banyak dan sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Bagian

    tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian yang sering

    dikonsumsi oleh masyarakat. Sayuran yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah sayuran yang digunakan juga oleh Batari (2007) yaitu kenikir, beluntas,

    mangkokan, kemangi, pohpohan, katuk, antanan, ginseng, kecombrang,

    kedondong cina, dan krokot maupun yang digunakan oleh Rahmat (2009) yaitu

    mengkudu, mangkokan putih, labu siam, lembayung, pakis, pepaya, kelor,

    kucai, turi, jambu mete, terubuk, takokak, dan antanan beurit.

    B. TUJUAN

    Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kandungan komponen

    asam fenolat (asam klorogenat, asam kafeat, dan asam ferulat) pada dua puluh

    empat jenis sayuran indigenous Indonesia.

    C. MANFAAT

    Manfaat penelitian ini adalah mendapatkan data mengenai kandungan

    komponen asam fenolat (asam klorogenat, asam kafeat, dan asam ferulat) pada

    dua puluh empat jenis sayuran indigenous Indonesia sehingga dapat

    dimanfaatkan lebih lanjut.

  • 4

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. SAYURAN INDIGENOUS

    Sayuran indigenous Indonesia adalah spesies sayuran asli Indonesia yang

    berasal dari daerah/wilayah/ekosistem tertentu, termasuk spesies pendatang

    dari wilayah geografis lain tetapi telah berevolusi dengan iklim dan geografis

    wilayah Indonesia (Anonim, 2007). Sayuran ini biasa digunakan oleh

    masyarakat sebagai lalapan, campuran gulai, maupun obat.

    Perkembangan budaya dan teknologi menyebabkan perkembangan

    sayuran indigenous menjadi terdesak, maka potensi sayuran ini harus digali

    dan dikaji kembali untuk mendapatkan manfaat yang lebih baik dalam

    meningkatkan gizi keluarga. Pada penelitian ini diidentifikasi kandungan asam

    fenolat dari sayuran indigenous tersebut. Sayur yang digunakan adalah sayur-

    sayuran yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dan banyak tumbuh di

    Indonesia yang berasal dari provinsi Jawa Barat. Bagian dari sayur-sayuran

    indigenous yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian yang biasa

    dikonsumsi (dapat berupa batang, daun, bunga atau seluruh bagian tanaman).

    Sayuran tersebut diantaranya adalah Kenikir (Cosmos caudatus H.B.K),

    beluntas (Pluchea indica (L.) Less.), mangkokan putih (Nothopanax

    scutellarium (Burm.f.) Fosb.), mangkokan (Nothopanax scutellarius (Burm.f.)

    Merr.), kendondong cina (Polyscias pinnata), kecombrang (Etlingera elatior

    (Jack) R.M.Sm.), kemangi (Ocimum americanum L.), katuk (Sauropus

    androgynus (L.) Merr.), antanan (Centelia asiatica (L.) Urb.), antanan beurit

    (Hydrocotyle sibthorpioides Lmk.), pohpohan (Pilea melastomoides (Poir.)

    Bl.), ginseng (Talinum triangulare (Jacq.) Willd.), krokot (Portulaca oleracea

    L.), turi (Sesbania grandiflora (L.) Pers.), kucai (Allium schoenoprasum L.),

    takokak (Solanum torvum Swartz), kelor (Moringa pterygosperma Gaertn.),

    mengkudu (Morinda citrifolia L.), lembayung (Vigna unguiculata (L.) Walp.),

    terubuk (Saccharum edule Hassk.), labu siam (Sechium edule (Jacq.) Swartz.),

    pepaya (Carica papaya L.), jambu mete (Anacardium occidentale L.), dan

    pakis (Arcypteris irregularis (C.Presl) Ching.).

  • 5

    Batari (2007) telah melakukan penelitian terhadap sebelas sayuran

    indigenous Indonesia yaitu kenikir, beluntas, mangkokan, kemangi, pohpohan,

    katuk, antanan, ginseng, kecombrang, kedondong cina, dan krokot. Penelitian

    Batari (2007) menunjukkan bahwa kesebelas sayuran indigenous Jawa Barat

    tersebut mengandung senyawa flavonoid (flavonol dan flavones), lihat Tabel 1.

    Rahmat (2009) telah melakukan penelitian yang serupa pada tiga belas sayuran

    indigenous Jawa Barat yaitu mengkudu, mangkokan putih, labu siam,

    lembayung, pakis, pepaya, kelor, kucai, turi, jambu mete, terubuk, takokak, dan

    antanan beurit. Penelitian Rahmat (2009) menunjukkan bahwa ketiga belas

    sayuran indigenous Jawa Barat tersebut mengandung senyawa flavonoid

    (flavonol dan flavone), lihat Tabel 2. Senyawa flavonoid adalah salah satu

    antioksidan yang penting bagi tubuh manusia untuk menjaga kesehatan.

    Sayuran indigenous di atas mengandung senyawa flavonoid (antioksidan)

    sehingga baik untuk menjaga kesehatan tubuh manusia.

    Sampel

    Flavonoid (mg/100 gram sampel segar) Total Fenol

    (mg/100 gram

    sampel segar) Flavonol Flavon

    Myricetin Quercetin Kaempferol Luteolin Apigenin

    Kenikir - 51.28 0.90 - - 150.01

    Beluntas 0.90 5.21 0.28 - - 83.12

    Mangkokan - 3.69 1.74 - - 94.30

    Kecombrang - 1.18 - - - 80.61

    Kemangi - 1.89 2.47 2.12 0.74 81.18

    Katuk - 4.50 138.14 - - 149.32

    Kedondong Cina - 28.48 23.71 - - 79.06

    Antanan 0.13 12.31 8.57 - - 46.32

    Pohpohan - 1.76 0.25 0.33 - 70.11

    Daun ginseng - 0.41 3.52 - - 48.91

    Krokot - 0.30 - - - 33.46

    Tabel 1. Kandungan Senyawa Flavonoid pada Sebelas Sayuran Indigenous

    Jawa Barat (mg/100 gram sampel segar)

    Ket :

    - : Tidak terdeteksi Sumber : Batari (2007)

  • 6

    B. ASAM FENOLAT (PHENOLIC ACID)

    Senyawa asam fenolat mendapatkan perhatian yang lebih dalam beberapa

    tahun terakhir ini karena pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. Sebagai

    polifenol, asam fenolat merupakan antioksidan yang sangat kuat dan memiliki

    aktivitas antibakteri, antivirus, antikarsinogenik, antiinflamasi, dan aktivitas

    vasodilatory (Duthie et al., 2000). Selain itu asam fenolat juga mempunyai

    peranan untuk melindungi dari kanker dan penyakit jantung (Manach, 2004).

    Asam fenolat merupakan metabolit sekunder yang sering ditemukan pada

    tanaman. Senyawa asam fenolat mempunyai peranan yang penting pada

    tumbuhan yaitu sebagai bahan pendukung dinding sel (Wallace dan Fry, 1994).

    Asam fenolat membentuk bagian integral pada struktur dinding sel, umumnya

    dalam bentuk bahan polymeric seperti lignin, membantu proses mekanik, dan

    halangan bagi invasi mikroba. Lignin merupakan senyawa organik yang paling

    banyak di bumi setelah selulosa (Wallace dan Fry, 1994). Turunan asam

    fenolat terdiri dari dua jenis yaitu asam hidroksibenzoat dan asam

    Sampel

    Konsentrasi Flavonoid (mg/100 gram sampel segar)

    Total Fenol

    (mg/100 gram

    sampel segar)

    Flavonol Flavon

    Myricetin Quercetin Kaempferol Luteolin Apigenin

    Bunga turi - 2.76 18.47 - - 31.62

    Kucai 2.69 4.46 7.65 - - 35.04

    Takokak 2.30 0.66 - - - 92.91

    Daun kelor - 95.84 20.79 1.32 - 133.59

    Pucuk

    mengkudu - 23.67 9.75 - - 39.23

    Lembayung - 27.35 3.33 - 12.97 49.53

    Terubuk - 0.44 - - - 23.73

    Mangkokan - 12.67 12.95 - 6.87 74.19

    Daun labu

    siam 12.49 13.81 9.72 - - 74.27

    Bunga papaya - 18.85 5.47 - 11.95 44.47

    Pucuk mete 8.28 125.39 9.91 - - 614.72

    Pakis - 7.42 2.10 - - 34.57

    Antanan beurit 1.57 37.51 10.85 - - 121.06

    Tabel 2. Kandungan Senyawa Flavonoid pada Tiga Belas Sayuran

    Indigenous Jawa Barat (mg/100 gram sampel segar)

    Ket :

    - : Tidak terdeteksi Sumber : Rahmat (2009)

  • 7

    hidroksinamat. Perbedaan kedua turunan dari senyawa asam fenolat ini terletak

    pada pola hidroksilasi dan metoksilasi cincin aromatiknya. Struktur kimia

    kedua senyawa tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Aktivitas biologis yang

    penting pada senyawa benzoat, klorogenat, kafeat, ferulat, dan asam galat

    adalah kemampuan aktivitas sitoprotektifnya dan kemampuan dalam

    menghambat karsinogenesis, mutagenesis, dan generasi tumor (Birosova,

    2005).

    Gambar 1. Struktur Kimia : (a) turunan asam benzoat (b) turunan asam

    sinamat (Mattila et al., 2002)

    Senyawa asam fenolat pada tumbuhan disintesis oleh tumbuhan melalui

    jalur Shikimate (Hkkinen, 2000). Jalur shikimate merupakan hasil dari

    biosintesis senyawa chorismate yang dapat berfungsi sebagai prekursor

    terbentuknya biosintesis senyawa aromatik asam amino triptofan, fenilalanin,

    dan tirosin. Jalur shikimate biasa terdapat pada tumbuhan dan mikroorganisme.

    Shikimate disintesis dari substrat fosfoenolpiruvat dan eritrosa 4-fosfat. Kedua

    prekursor ini merupakan hasil dari jalur glikolisis dan jalur fosfat pentosa dan

    mengalami kondensasi menjadi 3-deoxy-D-arabino-heptulosonate 7-phosphate

    (DAHP) oleh enzim DAHP synthase. Tahapan selanjutnya yaitu pembentukan

    3-dehydroquinate oleh enzim 3-dehydroquinate synthase, 3-dehydroshikimate

    oleh enzim 3-dehydroquinate dehydratase, dan terakhir shikimate oleh enzim

    shikimate dehydrogenase. Shikimate kemudian dirubah menjadi shikimate 3-

    phosphate oleh enzim shikimate kinase, dan setelah itu menjadi 5-

    (a)

    (b)

  • 8

    enolpyruvylshikimate 3-phosphate (EPSP) oleh enzim 5-enolpyruvylshikimate

    3-phosphate synthase. EPSP kemudian dirubah menjadi chorismate oleh enzim

    chorismate synthase. Chorismate adalah cabang untuk membentuk asam amino

    aromatik, yaitu triptofan pada bagian yang satu, dan fenilalanin serta tirosin

    pada bagian yang lainnya. Jika diperhatikan secara seksama pada bagian akhir

    jalur shikimate, biosintesis fenilalanin dan tirosin terdapat pada Gambar 2

    karena mereka merupakan prekursor kelas penting yaitu senyawa asam fenolat,

    fenilpropanoid, dan beberapa kelas senyawa asam fenolat lainnya. Pada proses

    ini membutuhkan perubahan chorismate menjadi prephenate yang dikatalisis

    oleh chorismate mutase dan arogenate yang dikatalisis oleh prephenat

    aminotransferase. Enzim arogenate dehydratase merubah arogenate menjadi

    fenilalanin, sedangkan enzim arogenate dehydrogenase menghasilkan tirosin.

    Jalur biosintesis shikimate (Shikimate Pathway) pada tumbuhan dapat dilihat

    pada Gambar 2.

    Pembentukan asam hidroksinamat (kafeat, ferulat, 5-hydroxyferrulic, dan

    asam sinapat) dari asam p-koumarat membutuhkan dua jenis reaksi yaitu

    hidroksilasi dan metilasi. Adanya pelekatan Gugus Hidroksil pada asam p-

    koumarat akan membentuk asam kafeat (Gambar 3), pembentukan ini

    dikatalisis oleh monophenol mono-oxygenases, grup enzim tanaman yang

    sudah sangat terkenal (Macheix et al., 1990). Metilasi pada asam kafeat akan

    membentuk asam ferulat, yang bersamaan dengan asam p-koumarat,

    merupakan prekursor lignin (Gambar 3). Metilasi ini dikatalisis oleh

    omethyltransferase (Macheix et al., 1990). Asam kafeat merupakan substrat

    untuk 5-hydroxyferrulic acid, yang akan menghasilkan asam sinapat sebagai

    hasil dari o-metilasi.

    Pembentukan turunan asam hidroksinamat membutuhkan pembentukan

    hydroxycinnamte-CoAs, contoh p-coumaroyl-CoA dikatalisis oleh

    hydroxycinnamoyl-CoA ligase atau oleh oglycosyl transferase.

    hydroxycinnamate-CoAs masuk kedalam berbagai macam reaksi

    phenylpropanoid. (Gambar 3), seperti kondensasi dengan malonyl-CoA

    membentuk flavonoid atau reduksi NADPH-dependent membentuk lignin.

    Selain itu hydroxycinnamate-CoAs dapat berkonjugasi dengan asam organik

  • 9

    (Strack, 1997). Di biosintesis turunan gula asam hidroksinamat, transfer

    glukosa dari uridine diphosphoglucose menjadi asam hidroksinamat dikatalisis

    oleh glucosyl transferase (Strack, 1997).

    Gambar 2. Jalur shikimate (Vermerris dan Nicholson, 2006)

    Ket:

    Enzim yang terlibat dalam jalur shikimate yaitu: (a) DAHP synthase (E.C. 2.5.1.54), (b) 3-dehydroquinate synthase (E.C. 4.2.3.4), (c) 3-dehydroquinate dehydratase (E.C. 4.2.1.10), (d) shikimate dehydrogenase (E.C. 1.1.1.25), (e) shikimate kinase (E.C 2.7.1.71), (f) 5-enolpyruvylshikimate 3-phosphate synthase (E.C. 2.5.1.19), (g) chorismate synthase (E.C. 4.2.3.5), (h) chorismate mutase (E.C. 5.4.99.5), (i) prephenate aminotransferase (E.C. 2.6.1.78 and E.C. 2.6.1.79), (j) arogenate dehydratase (E.C. 4.2.1.91), dan (k) arogenate dehydrogenase (E.C. 1.3.1.43, E.C. 1.3.1.78, E.C. 1.3.1.79).

  • 10

    Banyak jalur untuk biosintesis asam hidroksibenzoat pada tanaman, jalur

    pembentukan ini tergantung dari jenis tanamannya. Asam hidroksibenzoat

    dapat dibentuk dari jalur shikimate (Gambar 3), terutama dari dehydroshikimic

    acid. Reaksi ini merupakan reaksi utama untuk pembentukan gallic acid

    (Haddock et al., 1982). Selain itu asam hidroksibenzoat juga dapat dibentuk

    melalui degradasi asam hidroksinamat, sama seperti proses oksidasi pada

    asam lemak, senyawa antaranya yaitu cinnamoyl-CoA esters (Macheix et al.,

    1990) (Gambar 3). Asam hidroksibenzoat dapat juga dibentuk melalui

    degradasi senyawa flavonoid (Strack, 1997). Penjelasan lebih detail mengenai

    proses pembentukan hidroksibenzoat, hidroksinamat, dan flavonoid melalui

    jalur shikimate dapat dilihat pada Gambar 3. Senyawa asam klorogenat

    merupakan senyawa ester dari gabungan senyawa asam kafeat dan senyawa

    quinic acids. Secara ringkas pembentukan asam klorogenat dapat dilihat pada

    Gambar 4.

    Asam hidroksibenzoat pada tumbuhan biasanya terdapat dalam bentuk

    terikat. Asam hidroksibenzoat merupakan komponen struktur kompleks seperti

    lignin dan tannin yang dapat dihidrolisis (Shahidi et al., 1995). Asam

    hidroksibenzoat juga ditemukan dalam bentuk asam organik dan turunan gula

    (Schuster dan Herrmann, 1985). Secara umum kandungan asam

    hidroksibenzoat di dalam tumbuhan rendah kecuali blackberry, raspberry

    (Morsel dan Herrmann, 1974), black currant, red currant (Stohr dan

    Herrmann, 1975a), dan strawberry (Stohr dan Herrmann, 1975b). Senyawa

    hidroksibenzoat banyak terdapat pada sayuran seperti bawang (Schmidtlein dan

    Herrmann, 1975a) dan horseradish (Schmidtlein dan Herrmann, 1975b),

    dengan komponen asam hidroksibenzoat yang dominan yaitu senyawa

    protocatechuic, p-hydroxybenzoic, dan gallic acid.

    Asam hidroksinamat banyak terdapat di dalam bahan pangan yang

    berasal dari tumbuh-tumbuhan. Asam hidroksinamat biasanya terdapat dalam

    bentuk terikat dan jarang ditemukan dalam bentuk bebasnya. Proses

    pengolahan buah dan sayuran dengan (Azar et al., 1987), sterilisasi (Rivas dan

    Luh, 1968) dan fermentasi dalam pembuatan anggur (Singleton, 1980)

    berkontribusi dalam pembentukan asam hidroksinamat bebas di dalam produk.

  • 11

    Keterangan:

    : Reaksi yang dikatalisis oleh satu jenis enzim

    : Reaksi yang dikatalisis oleh lebih dari satu jenis enzim

    CA4H : cinnamic acid 4-hydroxylase

    CHS : chalcone synthase

    4CL : 4-coumarate: coenzyme a ligase

    PAL : phenylalanine ammonialyase

    Gambar 3. Biosintesis hidroksibenzoat, hidroksinamat, dan flavonoid (Hkkinen,

    2000)

  • 12

    Gambar 4. Biosintesis asam klorogenat (Cadenas dan Packer, 2002)

    Senyawa asam kafeat merupakan asam hidroksinamat yang banyak

    ditemukan pada buah-buahan. Asam kafeat banyak ditemukan pada plums,

    apel, apricots, blueberries, dan tomat dengan kandungan asam kafeat lebih dari

    75 %. Senyawa asam p-koumarat merupakan senyawa asam hidroksinamat

    yang banyak terdapat pada buah sitrus dan nanas (Macheix et al., 1989).

    Mattila dan Hellstrm (2007) menambahkan bahwa senyawa asam

    hidroksinamat yang banyak ditemukan yaitu kafeat, p-koumarat, dan asam

    ferulat, biasanya terdapat di bahan pangan dalam bentuk ester sederhana

    dengan quinic acid atau glukosa. Bentuk terikat dari senyawa asam

    hidroksinamat ditemukan dalam bentuk ester asam hidroksinamat yaitu quinic,

  • 13

    shikimic, tartaric acids, dan senyawa turunan gulanya. Mattila dan Hellstrm

    (2007) menambahkan bahwa asam hidroksinamat yang terkenal dalam bentuk

    terikat yaitu asam klorogenat yang merupakan gabungan dari asam kafeat dan

    quinic acids. Sedangkan menurut hasil penelitian (Sakakibara et al., 2003)

    senyawa asam fenolat yang banyak terdapat pada sayuran yaitu asam ferulat,

    asam kafeat, dan asam klorogenat.

    C. IDENTIFIKASI SENYAWA ASAM FENOLAT

    Analisis kimia dengan metode kromatografi didasarkan pada pemisahan

    komponen yang terpartisi diantara dua fase dalam suatu kesetimbangan

    dinamis dan mengalir. Proses ini dilakukan dengan menggerakkan suatu fase

    secara mekanis (fase gerak), relatif terhadap fase lainnya.

    Secara teori pemisahan kromatografi yang paling baik akan diperoleh

    jika fase diam mempunyai luas permukaan sebesar-besarnya, sehingga

    memastikan kesetimbangan yang baik antar fase. Persyaratan kedua agar

    pemisahan baik adalah fase gerak harus bergerak dengan cepat sehingga difusi

    sekecil-kecilnya. Untuk memperoleh permukaan fase diam yang luas, pada

    sebagian besar sistem kromatografi digunakan penjerap atau penyangga berupa

    serbuk halus. Untuk memaksa fase gerak bergerak lebih cepat melalui fase

    diam yang terbagi pada serbuk halus harus digunakan tekanan tinggi. Dengan

    dipenuhinya kedua persayaratan tersebut, diperoleh teknik kromatografi cair

    yang paling kuat yakni HPLC (High Performance Liquid Chromatography).

    Jadi pada HPLC fase gerak dialirkan dengan cepat dan hasilnya dideteksi

    dengan instrumen.

    Komponen utama dari sistem HPLC adalah pompa (tekanan tetap dan

    volume tetap), penginjeksi, kolom (ekternal dan internal), detektor, dan

    rekorder atau sistem data yang terintegrasi (Rounds dan Gregor, 2003).

    Parameter-parameter yang akan mempengaruhi sistem kerja pada HPLC antara

    lain diameter dari kolom HPLC, ukuran partikel, ukuran lubang pada fase

    diam, dan tekanan pompa.

    Terdapat lima tipe HPLC yaitu normal phase chromatography, reversed

    phase chromatography, ion-exchange chromatography, size-exclusion

  • 14

    chromatography, dan affinity chromatography (Rounds dan Gregor, 2003).

    Pada penelitian ini, tipe HPLC yang digunakan adalah reversed phase

    chromatography (RP-HPLC). Fase diam dari HPLC jenis ini adalah senyawa

    nonpolar, sedangkan fase geraknya polar. Karena hal tersebutlah maka

    komponen yang akan keluar dahulu adalah komponen yang polar dibandingkan

    yang nonpolar.

    Lebih dari 70% teknik pemisahan dengan metode HPLC menggunakan

    tipe reversed phase. Beberapa contoh teknik pemisahan yang menggunakan

    metode RP-HPLC adalah analisis protein dari tanaman, protein dari biji-bijian,

    analisis vitamin larut air dan larut lemak, pemisahan karbohidrat, dan

    penentuan unsur-unsur pokok dari minuman ringan. reversed phase HPLC

    dengan metode deteksi yang sangat bervariasi, digunakan untuk menganalisis

    lemak (Rounds dan Gregor, 2003).

    Antioksidan, seperti butylated hydroxylanisole (BHA) dan butylated

    hydroxytoluene (BHT), dapat diekstrak dari bahan pangan kering dan dianalisis

    dengan menggunakan detektor UV dan fluoresens secara bersamaan. Bahan

    pangan basah, pigmen (seperti klorofil, karotenoid, dan antosianin), dan

    komponen Asam Fenolat (seperti vanili) dapat pula dianalisis dengan

    menggunakan metode RP-HPLC (Rounds dan Gregor, 2003).

    Kolom reversed phase chromatography lebih sulit untuk rusak

    dibandingkan dengan kolom silika normal. Hal ini dikarenakan kolom RP-

    HPLC terdiri atas alkil turunan silika dan tidak pernah digunakan dengan

    larutan basa (karena larutan basa akan menghancurkan ikatan silika). Kolom

    RP-HPLC dapat digunakan dengan larutan asam tetapi tidak boleh kontak

    terlalu lama karena asam dapat menimbulkan korosi pada logam yang ada

    dalam peralatan HPLC. Kandungan logam pada kolom HPLC harus dijaga agar

    tetap rendah supaya dapat memberikan hasil terbaik pada pemisahan

    komponen. Salah satu cara untuk mengetahui kandungan logam di dalam

    kolom HPLC adalah dengan menginjeksikan campuran dari 2,2- dan 4,4-

    bipiridin. Bila terdapat ion logam di permukaan silika, maka senyawa 2,2-

    bipiridin akan mengkelat logam tersebut dan peak dari senyawa yang akan

  • 15

    diidentifikasi menjadi tidak teratur sehingga dapat memberikan hasil yang

    tidak sesuai.

    Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mendeteksi komponen fenolik

    dalam bahan pangan dengan metode HPLC. Komponen fenolik merupakan

    senyawa aromatik, oleh karena itu, senyawa tersebut akan memberikan

    penyerapan yang baik pada panjang gelombang sinar UV. Asam fenolat

    merupakan bagian dari senyawa fenolik. Panjang gelombang yang digunakan

    untuk menentukan komponen asam fenolat yaitu 290 nm untuk asam kafeat,

    asam ferulat, dan asam klorogenat. (Singh et al., 2008). Fase gerak yang

    digunakan dalam identifikasi senyawa asam fenolat dengan HPLC adalah

    metanol-0.4% asam asetat (80:20, v/v) (Singh et al., 2008).

    Pemisahan senyawa asam fenolat dilakukan menggunakan kolom RP C-

    18 (4.6 x 150 mm, 5m) dengan kolom guard C-18. Fase gerak yang

    digunakan yaitu metanol-0.4% asam asetat (80:20, v/v), laju alir 1 mL/menit,

    panjang gelombang 290 nm, dan kondisi isokratik (Singh et al., 2008).

    Keuntungan utama dari HPLC adalah kemampuannya untuk menangkap

    komponen dengan stabilitas panas yang terbatas ataupun yang bersifat volatil.

    HPLC merupakan metode yang sangat sensitif, tepat, selektif, dan memiliki

    tingkat otomatisasi yang tinggi, sehingga lebih sederhana dalam

    pengoperasiannya. Di samping itu, HPLC banyak digunakan untuk analisis

    karena kemudahan injeksi, deteksi, dan pengolahan data serta dapat digunakan

    untuk berbagai macam sampel seperti sampel cairan, padatan yang dilarutkan,

    maupun sampel yang labil terhadap pemanasan. Modern HPLC telah banyak

    diaplikasikan seperti pemisahan, identifikasi, pemurnian, dan penghitungan

    komponen yang bervariasi.

  • 16

    III. BAHAN DAN METODE

    A. BAHAN DAN ALAT

    1. Bahan

    Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah bahan

    untuk membuat larutan standar asam fenolat, bahan untuk membuat ekstrak

    sayuran indigenous, dan bahan untuk analisis kimia. Bahan-bahan yang

    digunakan dalam pembuatan larutan standar adalah standar asam kafeat

    (Sigma-Aldrich), standar asam ferulat (Sigma-Aldrich), dan standar asam

    klorogenat (Sigma-Aldrich), water for chromatography (MERCK), dan

    methanol HPLC grade (MERCK).

    Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan ekstrak sayuran

    adalah dua puluh empat jenis sayuran indigenous Indonesia yang berasal

    dari provinsi Jawa Barat yaitu kenikir, kecombrang, kemangi, katuk,

    pohpohan, ginseng, takokak, lembayung, terubuk, labu siam, pepaya, mete,

    pakis, beluntas, mangkokan putih, mangkokan, kendondong cina, antanan,

    antanan beurit, krokot, turi, kelor dan mengkudu. Bagian yang digunakan

    dalam penelitian ini bisa berupa daun, batang, dan seluruh bagian tanaman,

    methanol (MERCK), BHA (Sigma-Aldrich), asam asetat (MERCK), dan

    aquadest. Kedua puluh empat jenis sayuran tersebut telah berhasil

    diidentifikasi oleh pihak Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat

    Penelitian Biologi-LIPI Bogor dengan Kepala Bidang Botani LIPI adalah

    Dr. Eko Baroto Walujo, APU. Tabel 3 menunjukkan secara lengkap kedua

    puluh empat jenis sayuran indigenous Indonesia yang berasal dari provinsi

    Jawa Barat, bagian yang digunakan dalam penelitian, serta daerah tempat

    asal sayuran indigenous tersebut diperoleh.

    Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis kimia adalah methanol

    (MERCK), asam asetat (MERCK), alufo, water for chromatography

    (MERCK), folin ciocalteu (MERCK), Na2CO3 (MERCK), aquadest, standar

    asam galat (Sigma-Aldrich), dan etanol (MERCK).

  • 17

    Tabel 3. Dua Puluh Empat Jenis Sayuran Indigenous Indonesia

    Spesies Nama

    Indonesia

    Bagian yang

    digunakan Sumber

    Morinda citrifolia L. Mengkudu Daun Muda Kebun Petani

    Dramaga

    Nothopanax scutellarius (Burm.f.)

    Merr. Mangkokan Daun Muda

    Kebun Petani

    Dramaga

    Sechium edule (Jacq.) Swartz. Labu Siam Daun Muda Pasar Bogor

    Vigna unguiculata (L.) Walp. Lembayung Daun Muda Pasar Bogor

    Sauropus androgynus (L.) Merr. Katuk Daun Muda Pasar Bogor

    Ocimum americanum L. Kemangi Daun Muda Pasar Bogor

    Arcypteris irregularis (C.Presl)

    Ching Pakis Daun Muda Pasar Bogor

    Pilea melastomoides Pohpohan Daun Muda Pasar Bogor

    Carica papaya L. Pepaya Bunga Pasar Bogor

    Nothopanax scutellarium (Burm.f.)

    Fosb.

    Mangkokan

    Putih Daun Muda

    Kebun Petani

    Dramaga

    Cosmos caudatus H.B.K. Kenikir Daun Muda Pasar Bogor

    Moringa pterygosperma Gaertn. Kelor Daun Muda Kebun Petani

    Dramaga

    Allium schoenoprasum L. Kucai Seluruh Bagian Pasar Bogor

    Anacardium occidentale L. Jambu Mete Daun Muda Pasar Bogor

    Solanum torvum Swartz. Takokak Buah Pasar Bogor

    Centelia asiatica (L.) Urb. Antanan Seluruh Bagian Kebun Petani

    Dramaga

    Portulaca oleracea L. Krokot Daun dan

    Batang

    Kebun Petani

    Dramaga

    Hydrocotyle sibthorpioides Lmk. Antanan Beurit Seluruh Bagian Kebun Petani

    Dramaga

    Talinum triangulare (Jacq.) Willd. Ginseng Daun Muda Pasar Bogor

    Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm. kecombrang Bunga Pasar Bogor

    Pluchea indica (L.) Less. Beluntas Daun Muda Kebun Petani

    Dramaga

    Sesbania grandiflora (L.) Pers. Turi Bunga Kebun Petani

    Dramaga

    Saccharum edule Hassk Terubuk Bunga Pasar Bogor

    Polyscias pinnata Kedondong

    cina Daun Muda

    Kebun Petani

    Dramaga

  • 18

    2. Alat

    Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat untuk

    membuat larutan standar, ekstrak sayuran, dan analisis. Pada pembuatan

    larutan standar alat-alat yang digunakan adalah labu takar, gelas ukur, pipet

    mohr, pipet tetes, neraca analitik, dan spatula. Alat-alat yang digunakan

    untuk membuat ekstrak sayuran adalah freezer, blender, freeze dryer, Buchi

    Rotavapor, neraca analitik, blender kering, labu takar, gelas piala, gelas

    ukur, pipet mohr, pipet tetes, spatula, baskom, botol gelap, ultrasonic

    Branson 3510,VELP Scientific vortex, IEC Centra-8 centrifuge, dan pisau.

    Pada proses analisis, alat-alat yang digunakan adalah High Performance

    Liquid Chromatography (HPLC) UV Vis Hewlet Packard Agilent 1100

    series. Kolom HPLC RP C-18 (4.6 x 150 mm, 5m), alat injektor sampel

    HPLC, filter syringe 0.45m (PTFE), vial, oven, neraca analitik, desikator,

    VELP Scientific vortex, labu takar, gelas piala, tabung reaksi, spatula,

    gegep, ultrasonic Branson 3510, Shimadzu UV-2450 UV Vis

    spectrophotometer, IEC Centra-8 centrifuge, dan cawan alumunium.

    B. METODE

    Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu persiapan sampel,

    pembuatan kurva standar dan Limit of Detection (LOD), analisis asam fenolat

    dengan HPLC, serta analisis statistik. Analisis asam fenolat dengan HPLC

    dilakukan secara dua ulangan duplo.

    1. Persiapan Sampel

    Mula-mula sampel dicuci sampai bersih, kemudian ditiriskan.

    Selanjutnya sayuran dibekukan dalam freezer selama satu malam untuk

    memudahkan proses pengeringan vakum. Waktu pengeringan dengan freeze

    dryer dapat berlangsung selama satu sampai dua hari tergantung dari

    banyaknya sampel. Setelah sampel kering, dilakukan penghancuran

    menggunakan blender kering sampai dihasilkan sampel kering bubuk yang

    lolos ayakan 32 mesh. Sampel tersebut kemudian dikemas dalam plastik

    ber-seal dan disimpan dalam freezer. Sampel siap untuk digunakan dalam

  • 19

    ekstraksi. Tahap persiapan sampel dapat dilihat pada Gambar 5. Selanjutnya

    dilakukan analisis kadar air dan total fenol pada sampel. Analisis kadar air

    dilakukan secara satu ulangan duplo sedangkan analisis total fenol

    dilakukan secara dua ulangan duplo.

    Analisis Kadar Air menggunakan metode yang dikembangkan oleh

    AOAC (1984). Penetapan kadar air merupakan cara untuk mengukur

    banyaknya air yang terdapat di dalam suatu bahan pangan. Analisis kadar air

    dilakukan pada sampel sayuran segar (awal) dan pada sampel sayuran

    setelah freeze drying. Penentuan kadar air ini dilakukan dengan metode

    pengeringan dengan oven biasa. Prinsip dari metode ini adalah air

    dikeluarkan dari sampel dengan cara menguapkan air yang terdapat dalam

    bahan pangan.

    Persiapan yang perlu dilakukan adalah cawan alumunium yang akan

    digunakan terlebih dahulu dikeringkan dalam oven pada suhu 100oC selama

    15 menit kemudian didinginkan dalam desikator Selama 10 menit.

    Selanjutnya cawan ditimbang dengan menggunakan neraca analitik. Sampel

    ditimbang sebanyak kurang lebih 5 gram kemudian dikeringkan dalam oven

    selama kurang lebih 6 jam. Setelah itu didinginkan dalam desikator

    kemudian ditimbang. Sampel kembali dikeringkan dalam oven selama 30

    menit lalu ditimbang kembali. Perlakuan terakhir ini diulangi terus hingga

    diperoleh berat kering yang relatif konstan (berat dianggap konstan jika

    selisih berat sampel kering yang ditimbang 0,0003 gram).

    W = bobot contoh sebelum dikeringkan (g)

    W1 = bobot (contoh + cawan) sesudah dikeringkan (g)

    W2 = bobot cawan kosong (g)

    Analisis Total Fenol menggunkan metode yang dikembangkan oleh

    Shetty et al. (1995) yang dikutip oleh Ishartani (2004). Penentuan total fenol

    bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa fenol pada sampel. Sampel

    kering beku bubuk mula-mula diambil sebanyak 50.0 mg dan dilarutkan

    Kadar air (%) = W - (W1-W2) x 100%

    W

  • 20

    dalam 2.5 mL etanol 95%, kemudian divorteks. Setelah itu dilakukan

    sentrifuse terhadap campuran tersebut selama 5 menit dengan kecepatan

    putaran 358 g. Supernatan diambil sebanyak 0,5 mL dan dimasukkan ke

    dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 0.50 mL etanol 95%, 2.5 mL

    aquadest, dan 2.5 mL reagen folin ciocalteu 50%. Campuran tersebut

    didiamkan dahulu selama 5 menit, lalu ditambahkan 0.5 mL Na2CO3 5%

    dan divorteks. Setelah itu, sampel disimpan dalam ruang gelap selama satu

    jam, lalu dilakukan pengukuran dengan spektrofotometer pada panjang

    gelombang 725 nm. Prosedur penentuan total fenol dapat dilihat secara

    ringkas pada Gambar 6. Standar yang digunakan dalam penentuan total

    fenol adalah asam galat yang dibeli dari Sigma-Aldrich. Standar asam galat

    dibuat dengan variasi konsentrasi antara 50 250 mg/L.

    2. Pembuatan Kurva Standar dan Limit of Detection (LOD)

    a. Pembuatan larutan Standar (Mattila dan kumpulainen, 2002)

    Sebanyak 24 mg standar yang tersedia dilarutkan dalam 12 mL methanol

    62.5%, sehingga diperoleh standar stock dengan konsentrasi 2000

    g/mL. selanjutnya diambil 3.125 mL dari standar stock dimasukan ke

    dalam labu takar 10 mL, kemudian ditambahkan methanol 62.5% hingga

    volume mencapai 10 mL, sehingga konsentrasi yang diperoleh adalah

    625 g/mL. Setelah itu dibuat larutan standar campuran dengan cara

    mencampur ketiga standar yang ada. Volume untuk larutan standar yang

    dicampur sama besar yaitu 1:1 (v/v). Larutan standar campuran yang

    digunakan dalam penelitian ini terdiri atas lima konsentrasi, yaitu 125,

    250, 375, 500, dan 625 g/mL. Pembuatan larutan standar campuran

    dengan konsentrasi 125, 250, 375, 500, dan 625 g/mL dilakukan dengan

    melakukan pengenceran dari larutan standar campuran yang memiliki

    konsentrasi 625 g/mL. Proses pembuatan larutan standar yang

    dibutuhkan pada penelitian ini dapat dilihat secara ringkas pada Gambar

    10.

  • 21

    b. Injeksi larutan standar ke kolom HPLC (Singh et al., 2008).

    Larutan standar campuran dengan berbagai konsentrasi tersebut

    diinjeksikan ke dalam kolom RP C-18 (4.6 x 150 mm, 5m) dengan

    kolom guard C-18. Fase gerak yang digunakan yaitu metanol-0.4%

    asam asetat (80:20, v/v), laju alir 1 mL/menit, volume yang diinjeksikan

    20 l, panjang gelombang 290 nm, dan kondisi isokratik.

    c. Pembuatan kurva standar

    Hasil dari kromatogram standar campuran pada berbagai konsentrasi

    (125, 250, 375, 500, dan 625 g/mL ) kemudian dimasukkan ke dalam

    satu grafik. Dari data masing-masing, dibuat persamaan garis untuk

    masing-masing standar yang akan digunakan pada perhitungan Limit of

    Detection (LOD) masing-masing standar. Persamaan garis tersebut juga

    digunakan pada perhitungan komponen asam fenolat yang terdapat di

    sampel.

    d. Perhitungan limit deteksi (Rounds dan Nielsen, 2000)

    Limit of Detection (LOD) atau limit deteksi diperoleh dengan cara

    menginjeksikan standar campuran sebanyak sepuluh kali. Konsentrasi

    yang digunakan untuk menentukan LOD adalah konsentrasi yang

    terendah yaitu 125 g/mL. Setelah diperoleh kesepuluh area tersebut,

    dimasukkan kedalam persamaan kurva standar masing-masing, sehingga

    diperoleh konsentrasi dan standar deviasinya. Besarnya LOD adalah tiga

    kali dari nilai standar deviasi.

    3. Analisis Asam Fenolat pada Sayuran

    a. Ekstraksi Senyawa Asam Fenolat dari Sayuran Indigenous (Mattila dan Kumpulainen, 2002) dengan modifikasi

    Ekstraksi senyawa asam fenolat dari sayuran indigenous Indonesia

    melalui tiga tahap yaitu tahap pertama pengekstrakan dengan methanol

    62.5%, tahap kedua hidrolisis basa, dan tahap ketiga hidrolisis asam.

    Tahap pertama yaitu pelarutan sebanyak 0.5 gram sampel kering beku ke

    dalam 7 mL methanol 62,5% yang mengandung 10% asam asetat

    (85:15;v/v) dan 2 g/L BHA sebagai antioksidan. Kemudian divortex agar

    campuran homogen. Selanjutnya sampel tersebut di ultrasonik selama 30

  • 22

    menit. Kemudian volume sampel dibuat menjadi 10 mL dengan cara

    menambahkan air destilata (aquadest) ke dalamnya. Setelah itu diambil 1

    mL sampel, kemudian disaring dengan penyaring berdiameter 0.45m

    filter syringe (PTFE) maka didapatkan asam fenolat yang larut (soluble

    phenolic acid) dan sampel tersebut siap untuk diinjeksikan ke dalam

    kolom HPLC. Tahap kedua adalah hidrolisis basa, 9 mL sampel sisa

    pengekstrakan tahap pertama dilanjutkan dengan proses hidrolisis basa.

    Hasil ekstrak sampel dari hidrolisis basa merupakan insoluble phenolic

    acid. Selanjutnya hasil ekstrak tersebut diinjeksikan ke kolom HPLC.

    Tahap ketiga ialah hidrolisis asam, tahapan ini melanjutkan tahap kedua

    yaitu melakukan proses hidrolisis asam pada lapisan aqueous hasil

    pengekstrakan dengan tahap kedua. Hasil pengekstrakan tahap ketiga ini

    merupakan insoluble phenolic acid yang tahan proses hidrolisis basa.

    Setelah itu hasil pengekstrakan diinjeksikan ke kolom HPLC. Hidrolisis

    basa dan asam dilakukan karena asam fenolat berada dalam bentuk

    terikat, dengan demikian fungsi dari hidrolisis basa dan asam di sini

    untuk membebaskan asam fenolat tersebut dari berbagai senyawa lainnya

    yang ada di tanaman. Setelah dapat maka sampel siap untuk diinjeksikan

    ke kolom HPLC. Pada proses awal pengujian ekstrak sampel sayuran

    melalui ketiga tahapan ekstraksi menunjukkan bahwa senyawa asam

    fenolat yang diinginkan (asam klorogenat, asam kafeat, dan asam ferulat)

    terdapat pada ekstrak sampel yang menggunakan tahapan ekstraksi tahap

    pertama tanpa dilanjutkan ke tahap kedua dan ketiga. Oleh karena itu

    proses penelitian selanjutnya hanya menggunakan tahapan ekstraksi

    tahap pertama saja. Prosedur ekstraksi asam fenolat dari sayuran

    indigenous dapat dilihat pada Gambar 7. Adapun prosedur hidrolisis basa

    dan hidrolisis asam dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9.

    . b. Injeksi ekstrak sampel ke kolom HPLC (Singh et al., 2008).

    Ekstrak sampel yang telah disaring dengan syringe filter 0.45 m,

    diinjeksikan ke dalam kolom RP C-18 (4.6 x 150 mm, 5m) dengan

    kolom guard C-18. Fase gerak yang digunakan yaitu metanol-0.4% asam

  • 23

    asetat (80:20, v/v), laju alir 1 mL/menit, volume yang diinjeksikan 20 l,

    panjang gelombang 290 nm, dan kondisi isokratik.

    c. Pembuatan Ko-kromatogram

    Pembuatan ko-kromatogram dilakukan dengan cara menginjeksikan

    ektrak sampel yang telah ditambahkan standar campuran. Volume

    pencampuran yang digunakan yaitu 1:1 (v/v). Konsentrasi standar

    campuran yang digunakan adalah konsentrasi tertinggi yaitu 625 g/mL.

    Pembuatan ko-kromatogram ini bertujuan memvalidasi keberadaan

    senyawa asam fenolat yang diinginkan (asam klorogenat, asam kafeat,

    dan asam ferulat) pada sampel. Standar campuran yang digunakan untuk

    membuat ko-kromatogram berfungsi sebagai eksternal standar.

    d. Identifikasi asam fenolat pada sampel

    Hasil dari kromatogram sampel kemudian dibandingkan dengan

    kromatogram standar campuran. Penentuan komponen yang terdapat

    pada sampel dilihat berdasarkan waktu retensi masing-masing standar.

    Dari area yang diperoleh, dihitung konsentrasinya dengan menggunakan

    persamaan garis dari kurva standar campuran yang sudah diperoleh.

    Selain itu dilakukan pula perhitungan dengan menggunakan eksternal

    standar, yaitu dengan membandingkan luas area komponen pada sampel

    dengan luas area pada standar campuran. Standar campuran yang

    digunakan sebagai eksternal standar adalah standar campuran dengan

    konsentrasi yang tertinggi (625 g/mL).

    4. Analisis Statistik

    Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari uji

    Tukey, uji T, dan Principal Component Analysis (PCA). Uji Tukey

    digunakan pada taraf 5% untuk melihat apakah perlakuan yang diberikan

    pada sampel berpengaruh nyata atau tidak. Uji T digunakan untuk

    membandingkan perhitungan kandungan asam fenolat antara kurva standar

    campuran dan eksternal standar campuran pada sampel pada taraf 1%. PCA

    (Principal Component Analysis) merupakan metode statistik yang dapat

    mengidentifikasi suatu keragaman dinamakan principal component analysis

  • 24

    yang dapat menjelaskan jumlah keragaman dari yang terbesar hingga yang

    jumlah keragaman terkecil yang tersembunyi. Analisis ini dapat

    menjelaskan 75 % - 90 % dari total keragaman dalam data yang mempunyai

    25 sampai 30 variabel hanya dengan dua sampai tiga principal component

    (Meilgaard et al., 1999).

    Gambar 5. Persiapan sampel

    Penyimpanan dalam freezer

    Sampel kering beku (bubuk)

    Sampel

    Pencucian

    Penghancuran dengan blender kering

    Freeze drying selama 48 jam

    Sampel kering beku

    Pembekuan selama 24 jam

    Penirisan

  • 25

    Gambar 6. Prosedur analisis total fenol

    endapan

    50.0 miligram sampel

    kering beku (bubuk)

    0.5 ml supernatan

    supernatan

    Pelarutan

    Pemusingan selama 5 menit

    dengan kecepatan 358 g

    2.5 ml

    etanol 95%

    0.5 ml etanol 95%

    2.5 ml Folin

    Ciocalteau 50%

    2.5 ml aquadest

    0.5 ml

    Na2CO3 5%

    Pencampuran

    Pendiaman selama 5 menit

    Pencampuran

    Penyimpanan dalam ruang

    gelap selama 1 jam

    Pembacaan absorbansi dengan spektrofotometer

    pada panjang gelombang 725 nm

  • 26

    Gambar 7. Metode ekstraksi asam fenolat dari sayuran indigenous

    9 ml sampel sisanya dilakukan

    Hidrolisis basa (Tahap 2)

    kemudian hidrolisis asam (Tahap 3)

    Ambil 1 ml sampel (Tahap 1)

    Soluble Phenolic

    Acid

    Insoluble

    Phenolic Acid

    (Pencampuran sampai volume 10 ml)

    7 ml Campuran

    Metanol 62.5%

    (2 g/L BHA 10%

    Asam Asetat

    (85:15;v/v))

    0.5 g sampel

    kering beku

    Gelas piala

    100 ml

    Vortex

    Ultrasonik 30 menit

    Gelas piala

    100 ml Aquadest

    Saring dengan saringan

    berdiameter 0.45m

    syringe filter (PTFE)

  • 27

    Gambar 8. Metode hidrolisis basa

    Ditutup, Stirer (magnetic stirer) selama 16 jam pada suhu ruangan (20 oC)

    Pemipetan lapisan organic phase (supernatan)

    12 ml Air destilata

    (1% Asam

    Askorbat dan

    0.415% EDTA) dan

    5 ml NaOH 10 M

    Sentrifuse 201 g selama 10 menit

    Pengekstrakan 3x (15 ml campuran dietil eter dingin dan etil asetat (1:1;v/v))

    Vortex 45 detik

    Pengaturan pH menjadi pH 2 dengan HCl 6N

    Terdapat 2 lapisan yaitu lapisan organic phase dan aqueous

    Lakukan hidrolisis asam

    pada lapisan aqueous

    Evaporasi dengan rotary vacuum

    Residu dilarutkan kembali sebanyak 3kali

    dalam 1.5 ml metanol/air (75:25;v/v), buat

    sampai volume 5 ml (labu takar)

    penyaringan dengan diameter 0.45m Syringe

    Filter (PTFE)

    Gelas

    piala 50

    ml

    9 ml

    sampel

    Disemprotkan nitrogen

    Insoluble Phenolic Acid

  • 28

    Gambar 9. Metode hidrolisis asam

    Pemipetan lapisan organic phase (supernatan)

    Lapisan aqueous

    Gelas piala

    50 ml 2.5 ml HCl

    pekat 12 N

    Pengekstrakan 3x (15 ml campuran dietil eter dingin dan etil asetat (1:1;v/v))

    Sentrifuse 201 g selama 10 menit

    Inkubasi dalam water bath suhu 85oC selama 30 menit

    Vortex 45 detik

    Terdapat 2 lapisan yaitu lapisan organic phase dan aqueous

    residu (lapisan

    aqueous)

    Evaporasi dengan rotary vacuum

    Residu dilarutkan kembali sebanyak 3kali

    dalam 1.5 ml metanol/air (75:25;v/v), buat

    sampai volume 5 ml (Labu takar)

    penyaringan dengan diameter 0.45m Syringe

    Filter (PTFE)

    Insoluble Phenolic Acid

  • 29

    Gambar 10. Metode pembuatan standar asam fenolat

    24 mg standar

    asam fenolat

    Pelarutan

    12 ml MeOH(aq)

    62.5%

    Standar stock

    MeOH(aq)

    62,5%

    3.125 ml

    standar stock

    Larutan standar

    asam fenolat

    Pencampuran

    (sampai volume 10 ml)

    Labu takar 10 ml

  • 30

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. KURVA STANDAR ASAM FENOLAT DAN LIMIT DETEKSI

    1. Standar Asam Fenolat Bentuk Tunggal

    Pembuatan standar asam fenolat dalam bentuk tunggal ditujukan

    untuk mengetahui waktu retensi dari masing-masing standar asam fenolat

    sehingga dapat diketahui benar kapan munculnya senyawa yang

    diidentifikasi. Konsentrasi yang digunakan dalam pembuatan standar

    tunggal ini yaitu 625 g/mL untuk masing-masing standar asam fenolat.

    Hasil penginjeksian masing-masing standar asam fenolat yang digunakan

    dijelaskan sebagai berikut:

    a. Asam klorogenat

    Puncak senyawa asam klorogenat muncul pada kisaran menit ke-2.0

    sampai menit ke-2.2. Gambar 11 menunjukkan kromatogram standar

    asam klorogenat pada konsentrasi 625 g/mL dengan analisis HPLC.

    Gambar 11. Kromatogram standar asam klorogenat dengan

    analisis HPLC

  • 31

    b. Asam kafeat

    Puncak senyawa asam kafeat muncul pada kisaran menit ke-2.8 sampai

    ke-3.2. Gambar 12 menunjukkan kromatogram asam kafeat pada

    konsentrasi 625 g/mL dengan analisis HPLC.

    Gambar 12. Kromatogram standar asam kafeat dengan analisis HPLC

    c. Asam ferulat

    Puncak senyawa asam ferulat muncul pada kisaran menit ke-6.7 sampai

    ke-7.3. Gambar 13 menunjukkan kromatogram asam ferulat pada

    konsentrasi 625 g/mL dengan analisis HPLC.

    ]

    Gambar 13. Kromatogram standar asam ferulat dengan analisis

    HPLC

  • 32

    2. Limit Deteksi

    Perhitungan limit deteksi dilakukan dengan cara menginjeksikan standar

    campuran sebanyak sepuluh kali. Konsentrasi yang digunakan untuk

    menentukan LOD adalah konsentrasi yang terendah yaitu 125 g/mL.

    Setelah diperoleh kesepuluh area tersebut, dimasukkan kedalam persamaan

    kurva standar masing-masing, sehingga diperoleh konsentrasi dan standar

    deviasinya. Besarnya LOD adalah tiga kali dari nilai standar deviasi

    (Rounds dan Nielsen, 2000). Berikut ini hasil perhitungan LOD untuk

    masing-masing standar asam fenolat.

    a. Asam klorogenat

    Nilai limit deteksi senyawa asam klorogenat yaitu 0.97 (g/mL) . untuk

    lebih jelas mengenai cara perhitungannya lihat Tabel 4.

    b. Asam kafeat

    Nilai limit deteksi senyawa asam kafeat yaitu 0.83 (g/mL) . untuk lebih

    jelas mengenai cara perhitungannya lihat Tabel. 5

    replication Area (g/mL)

    1 5486.82 126.67

    2 5474.69 126.38

    3 5455.19 125.92

    4 5477.87 126.46

    5 5461.85 126.08

    6 5444.66 125.67

    7 5470.33 126.28

    8 5477.17 126.44

    9 5453.63 125.89

    10 5454.06 125.90

    Mean (X) 5465.63 126.17

    Stdev 13.65 0.32

    % RSD 0.25 0.26

    LOD= 3x stdev 0.97

    LOD= 0.97

    Tabel 4. Perhitungan LOD Asam klorogenat

  • 33

    c. Asam ferulat

    Nilai limit deteksi senyawa asam ferulat yaitu 0.80 (g/mL) . untuk lebih

    jelas mengenai cara perhitungannya lihat Tabel 6.

    Tabel 6. Perhitungan LOD Asam ferulat

    replication Area (g/mL)

    1 10909.70 127.36

    2 10898.30 127.23

    3 10851.10 126.71

    4 10854.25 126.75

    5 10874.70 126.97

    6 10869.25 126.91

    7 10919.40 127.47

    8 10855.40 126.76

    9 10905.70 127.32

    10 10883.10 127.07

    Mean (X) 10882.09 127.05

    Stdev 25.04 0.28

    % RSD 0.23 0.22

    LOD= 3x stdev 0.83

    LOD= 0.83

    replication Area (g/mL)

    1 11255.40 127.95

    2 11290.50 128.35

    3 11289.10 128.33

    4 11288.90 128.33

    5 11244.80 127.83

    6 11282.10 128.26

    7 11260.90 128.02

    8 11229.80 127.67

    9 11230.30 127.67

    10 11268.80 128.11

    Mean (X) 11264.06 128.05

    Stdev 23.71 0.27

    % RSD 0.21 0.21

    LOD= 3x stdev 0.80

    LOD= 0.80

    Tabel 5. Perhitungan LOD Asam kafeat

  • 34

    3. Standar Asam Fenolat Bentuk Campuran

    Pada sayuran terdapat berbagai macam jenis senyawa fenolik baik

    senyawa asam fenolat, flavonoid, maupun senyawa-senyawa fenolik

    dalam bentuk lainnya. Pembuatan standar asam fenolat dalam bentuk

    campuran dimaksudkan agar dapat mengetahui urutan keluar dan waktu

    retensi masing-masing standar asam fenolat ketika dicampur

    sebagaimana yang terjadi pada sampel sayuran yang dianalisis.

    Pembuatan standar campuran dilakukan dengan cara mencampur

    ketiga standar asam fenolat dengan perbandingan 1:1 pada tingkat

    konsentrasi yang sama yaitu pada konsentrasi 625 g/mL. Adapun

    konsentrasi yang dibuat untuk standar campuran yaitu 125, 250, 375,

    500, dan 625 g/mL. Pembuatan variasi konsentrasi tersebut dengan cara

    mengencerkan standar asam fenolat dalam bentuk campuran pada

    konsentrasi 625 g/mL. Data dari hasil penginjeksian standar campuran

    dibuat kurva standar campuran dan persamaan garis untuk masing-

    masing standar asam fenolat dalam bentuk campuran. Persamaan garis

    yang didapat dari kurva standar campuran akan digunakan untuk

    melakukan perhitungan senyawa asam fenolat yang terdapat pada sampel

    sayuran indigenous. Contoh kromatogram standar campuran yang

    menggunakan konsentrasi tertinggi 625 g/mL dapat dilihat pada

    Gambar 14.

    Persamaan garis untuk asam klorogenat yaitu y = 42.34x + 123.6,

    dengan nilai r2 = 0.999. LOD asam klorogenat = 0.97 (g/mL) Kurva

    standar campuran asam klorogenat dapat dilihat pada Gambar 15.

    Persamaan garis asam kafeat yaitu y = 90.07x -561.7, dengan nilai r2 =

    0.998. LOD asam kafeat = 0.83 (g/mL). Kurva standar campuran asam

    kafeat dapat dilihat pada Gambar 16. Persamaan garis asam ferulat yaitu

    y = 88.66x -88.99, dengan nilai r2 = 0.999. LOD asam ferulat = 0.80

    (g/mL). Kurva standar campuran asam ferulat dapat dilihat pada Gambar

    17. Data hasil penginjeksian standar asam fenolat dalam bentuk

    campuran dapat dilihat pada Tabel 7.

  • 35

    Tabel 7. Hasil penginjeksian standar asam fenolat dalam bentuk campuran

    Gambar 14. Kromatogram standar campuran dengan analisis HPLC

    Gambar 15. Kurva standar asam klorogenat dalam bentuk campuran

    No Standar Asam

    Fenolat

    Rt/waktu

    retensi (menit

    ke-)

    Persamaan kurva

    standar campuran

    Limit deteksi

    (LOD) g/mL

    1 Asam

    klorogenat 2.0-2.2 y = 42.34x + 123.6 0.97

    2 Asam kafeat 2.8-3.2 y = 90.07x -561.7 0.83

    3 Asam ferulat 6.7-7.3 y = 88.66x -88.99 0.80

    Konsentrasi

    (g/mL) Area

    0 0

    125 5391

    250 10959

    375 15773

    500 21734

    625 26285

  • 36

    Gambar 16. Kurva standar asam kafeat dalam bentuk campuran

    Gambar 17. Kurva standar asam ferulat dalam bentuk campuran

    B. TOTAL FENOL

    Total fenol merupakan perkiraan kasar jumlah senyawa fenolik yang

    terdapat dalam suatu bahan. Pengukuran total fenol yang dilakukan dalam

    penelitian ini menggunakan metode yang mereaksikan ekstrak bahan dengan

    senyawa folin. Senyawa folin dapat bereaksi dengan gugus kromofor pada

    fenolik dan dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang

    725 nm.

    Pengukuran total fenol dilakukan dengan membandingkan fenol yang ada

    dalam bahan dengan kurva standar fenol yang dibuat dari asam galat. Selain

    asam galat kurva standar juga dapat mengunakan asam tanat. Pemilihan bahan

    yang akan dijadikan standar tergantung bentuk mayoritas fenol yang terdapat

    dalam bahan yang diuji. Pada sampel kali ini total fenol mayoritas berupa

    polimer asam galat.

    Konsentrasi

    (g/mL) Area

    0 0

    125 10788

    250 20602

    375 33613

    500 44570

    625 55941

    Konsentrasi

    (g/mL) Area

    0 0

    125 11232

    250 21681

    375 32807

    500 44738

    625 55252

  • 37

    Perhitungan total fenol pada sampel dilakukan dengan menggunakan

    persamaan garis dari kurva standar asam galat. Konsentrasi asam galat yang

    dibuat adalah 50,100, 150, 200, dan 250 mg/L. Persamaan garis total fenol

    yaitu y = 0.0036x-0.0280 dengan nilai r2 = 0.9963. Kurva standar asam galat

    dapat dilihat pada Lampiran 10. Perhitungan total fenol, pada sampel dilakukan

    berdasarkan berat basah dan berat kering sampel. Basis berat basah berarti

    kandungan fenol dihitung sebanyak berapa miligram dalam 100 gram sampel

    segar, sedangkan perhitungan berdasarkan basis kering berarti kandungan fenol

    dihitung sebanyak berapa miligram dalam 100 gram sampel kering. Dari hasil

    analisis total fenol dua puluh empat sampel, diketahui bahwa total fenol

    terbanyak berdasarkan berat kering terdapat pada daun jambu mete (4418.4

    mg) dan terkecil pada mangkokan (227.7 mg). Nilai total fenol dari dua puluh

    empat sampel yang dianalisis dapat dilihat pada Tabel 8 dan untuk perhitungan

    total fenol pada sampel selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11.

    No Sampel Wet Basis Dry Basis

    [ ] (mg / 100 g sampel segar) [ ] (mg/ 100 g sampel kering)

    1 Mengkudu 72.72 499.99

    2 Mangkokan 40.36 227.74

    3 Daun Labu Siam 66.46 498.94

    4 Daun Lembayung 112.55 719.83

    5 Daun Katuk 138.01 632.66

    6 Daun Kemangi 86.89 690.72

    7 Daun Pakis 61.56 573.51

    8 Daun Pohpohan 121.52 986.69

    9 Bunga Pepaya 66.75 601.90

    10 Mangkokan Putih 179.88 1016.83

    11 Daun Kenikir 342.06 1736.69

    12 Daun Kelor 107.00 432.75

    13 Daun Kucai 21.01 272.86

    14 Daun Jambu Mete 847.41 4418.38

    15 Buah Takokak 158.92 790.12

    16 Antanan 200.52 1097.23

    17 Krokot 82.66 692.69

    18 Antanan Beurit 144.81 922.37

    19 Daun Ginseng 64.64 790.76

    20 Bunga kecombrang 256.99 2511.45

    21 Daun Beluntas 742.54 3868.59

    22 Bunga Turi 38.43 393.19

    23 Terubuk 87.65 754.68

    24 Kedondong cina 189.08 1297.72

    Tabel 8. Total Fenol Sayuran Indigenous

  • 38

    C. ANALISIS ASAM FENOLAT PADA SAYURAN INDIGENOUS

    Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap dua puluh empat jenis

    sayuran indigenous Indonesia mengenai kandungan asam fenolat (asam

    klorogenat, asam kafeat, dan asam ferulat), didapatkan bahwa sebagian besar

    sayuran indigenous Indonesia mengandung asam fenolat terutama asam

    klorogenat, asam kafeat, dan asam ferulat. Hanya sebagian kecil yang tidak

    mengandung ketiga senyawa asam fenolat tersebut diantaranya yaitu

    mengkudu, daun jambu mete, daun beluntas, dan kedondong cina yang hanya

    mengandung klorogenat dan asam ferulat, sedangkan daun pakis dan antanan

    beurit hanya mengandung klorogenat dan asam kafeat, terakhir bunga turi

    hanya mengandung asam ferulat.

    Penentuan asam fenolat (asam klorogenat, asam kafeat, dan asam ferulat)

    pada sampel