optimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam...

127
OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI EKSIPIEN DALAM PEMBUATAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Lucia Esti Purwandari NIM : 038114061 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

Upload: lamlien

Post on 25-May-2019

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI EKSIPIEN DALAM PEMBUATAN

GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SECARA GRANULASI BASAH

DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Lucia Esti Purwandari NIM : 038114061

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007

Page 2: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI EKSIPIEN DALAM PEMBUATAN

GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SECARA GRANULASI BASAH

DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Lucia Esti Purwandari NIM : 038114061

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007

ii

Page 3: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

iii

Page 4: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

iv

Page 5: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dunia ini penuh dengan kebaikan..........

Hal-hal kecil yang mendatangkan kesenangan..........

Namun Kristus memenuhi hidup kita dengan sukacita,

Yang melampaui segala harta dunia

Tuhan, kiranya aku menjadi cahaya gemilang,

Dalam segala perkataan dan perbuatan,

Kasih-Mu yang terpancar melalui hidupku,

Kiranya menuntun seseorang kepada-Mu

(Sper)

          

  

Kupersembahkan karya kecil ini untuk : Tuhan Yesus Kristus Juru Selamatku 

Bapak‐ibu tercinta sebagai rasa hormat dan baktiku….. Adikku Anggara dan Sinta Teman‐teman angkatan 2003 

Sahabat‐sahabatku untuk segala dukungannya Almamaterku 

  

v

Page 6: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

PRAKATA

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat, rahmat, dan penyertaan yang dilimpahkan kepada penulis dalam

penyusunan skripsi ini hingga selesai. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana farmasi (S. Farm) pada program studi ilmu

farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan,

bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Agatha Busi Susiana Lestari, S.Si., Apt., yang telah banyak meluangkan

waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

4. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan motivasi dan arahan kepada penulis.

5. Ibu Rini Dwiastuti, S.Farm., Apt., selaku dosen penguji yang telah

memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

vi

Page 7: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

6. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah

memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak Prof. Dr. Sudibyo Martono, M. Si., Apt., selaku dosen yang telah

memberikan arahan, saran, dan bantuan kurkumin baku hasil sintesis.

8. Bapak Ign. Kristio Budiasmoro, M.Si., selaku dosen yang telah meluangkan

waktu untuk memberi pengarahan dan saran kepada penulis demi

kesempurnaan skripsi ini.

9. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen yang telah meluangkan

waktu untuk memberi pengarahan dan saran kepada penulis demi

kesempurnaan skripsi ini.

10. Bapak Musrifin, Mas Agung, Bapak Iswandi, Bapak Sukiran, Mas Ottok, Mas

Wagiran, dan Mas Andri, selaku laboran yang telah memberikan bantuan

selama penelitian ini berlangsung.

11. Rekan-rekan kelompok effervescent (Tyas Ayu Puspita dan Made Dwi

Rantiasih ), atas kerja sama dan kebersamaannya mulai dari awal penelitian

sampai akhir penyusunan skripsi ini. Nunuk yang telah banyak memberikan

bantuan selama penelitian berlangsung.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan

bantuan kepada penulis.

Penulis telah berusaha untuk menyelesaikan skripsi ini sebaik mungkin.

Namun, penulis menyadari bahwa penyajian skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun,

vii

Page 8: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Harapan penulis skripsi ini dapat

berguna dan bermanfaat bagi para pembaca.

Penulis

viii

Page 9: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

ix

Page 10: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

INTISARI

Temulawak termasuk jenis temu-temuan yang mempunyai banyak khasiat. Granul effervescent dipilih sebagai alternatif bentuk sediaan karena dapat memberikan sensasi yang menyegarkan, nyaman, mudah digunakan, dan penyiapan larutan dengan dosis obat yang tepat dapat dilakukan dalam waktu seketika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah granul effervescent yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan uji sifat fisik granul effervescent yang berlaku, mengetahui efek yang paling dominan dalam menentukan masing-masing sifat fisik granul effervescent, dan mencari komposisi optimum yang dapat menghasilkan granul effervescent yang baik. Penelitian ini dilakukan berdasarkan metode desain faktorial, dengan 2 faktor dan 2 level. Sifat fisik granul effervescent yang diuji untuk melihat faktor yang paling dominan adalah kecepatan alir, kandungan lembab, dan waktu larut. Uji sifat fisik tersebut digunakan untuk menentukan area komposisi optimum formula granul effervescent yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa granul effervescent yang dihasilkan memenuhi persyaratan uji kecepatan alir, kandungan lembab, dan waktu larut. Natrium bikarbonat berpengaruh dominan terhadap semua sifat fisik granul effervescent. Pada level yang diteliti diperoleh area komposisi optimum campuran asam sitrat-asam tartrat dan natrium bikarbonat yang menghasilkan granul effervescent dengan sifat fisik yang dikehendaki. Kata kunci : asam sitrat, asam tartrat, natrium bikarbonat, granul effervescent,

ekstrak rimpang temulawak, metode desain faktorial

x

Page 11: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

ABSTRACT

Turmeric was claimed of having many indications. Effervescent granules were chosen as the alternative of dosage form because effervescent granules gave the fresh sensation, comfortable, easy to use, and preparation of liquid with accurate dosage could be done as soon as possible. This research was aimed to find out whether effervescent granules which was produced could fulfill the requirement of valid effervescent granules’ physical properties test, to know the most dominant effect in defining each of effervescent granules’ physical properties, and to find out the optimum composition which could produce good effervescent granules. This research was done according to factorial design method, with two factors and two levels. The effervescent granules’ physical properties that are tested to find out the most dominant factors are flow rate, moisture content, and dissolution time. These physical properties tests were used to get to know the most optimum composition area of granules formula produced. The result of this research showed that effervescent granules which were produced had fulfilled the test requirement of flow rate, moisture content, and dissolution time. sodium bicarbonate had a dominant effect toward the entire physical properties of effervescent granules. At this researched level, the optimum composition of combination between citric acid-tartaric acid and sodium bicarbonate which was produced a certain physical properties of effervescent granules was found. Keywords: citric acid, tartaric acid, sodium bicarbonate, effervescent granules,

turmeric extract, factorial design method.

xi

Page 12: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... v

PRAKATA…………………………………………………………………….. vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………………. ix

INTISARI……………………………………………………………………… x

ABSTRACT……………………………………………………………………. xi

DAFTAR ISI…………………………………………………………………… xii

DAFTAR TABEL………………………………………………………………xvii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………... xix

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. xx

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang......……………………………………………………… 1

1. Permasalahan...…………………………………………………....... 4

2. Keaslian penelitian..……………………………………………....... 4

3. Manfaat penelitian.............................................................................. 5

B. Tujuan Penelitian……………………………………………………….. 5

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

A. Temulawak

1. Nama ………..…………………………………………………….... 7

xii

Page 13: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

2. Morfologi…………………………………………………………... 7

3. Kandungan kimia…………………………………………………... 8

4. Sifat dan khasiat……………………………………………………. 8

B. Kurkumin……………………………………………………………….. 9

C. Ekstrak………………………………………………………………….. 10

D. Maserasi………………………………………………………………… 11

E. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri………………………… 12

F. Granul Effervescent…………………………………………………….. 14

G. Metode Pembuatan Granul Effervescent

1. Metode kering……………………………………………………… 16

2. Metode basah………………………………………………………. 16

H. Bahan Tambahan pada Pembuatan Granul Effervescent

1. Sumber asam………………………………………………………. 18

2. Sumber karbonat…………………………………………………… 19

3. Bahan pengisi………………………………………………………. 19

4. Bahan pengikat………………………………………………......... 19

I. Pemerian Bahan

1. Asam sitrat……………………………………………………........ 19

2. Asam tartrat………………………………………………………... 20

3. Natrium bikarbonat………………………………………………… 20

4. Laktosa…………………………………………………………….. 20

5. Aspartam…………………………………………………………… 21

6. Polivinil pirolidon (PVP)………………………………………….. 22

xiii

Page 14: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

J. Sifat Fisik Granul Effervescent

1. Sifat alir…………………………………………………………….. 23

2. Kandungan lembab granul……………………………………......... 24

3. Waktu larut……………………………………………………......... 25

K. Desain Faktorial………………………………………………………… 25

L. Landasan Teori………………………………………………………….. 28

M. Hipotesis………………………………………………………………… 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian………………………………………… 30

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian…………………………………………………… 30

2. Definisi operasional………………………………………………….. 31

C. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan penelitian……………………………………………………… 33

2. Alat penelitian………………………………………………………... 34

D. Skema Jalannya Penelitian……………………………………………… 35

E. Tata Cara Penelitian

1. Pengumpulan rimpang temulawak…………………………………. 36

2. Determinasi tanaman dan rimpang temulawak…………………...... 36

3. Pembuatan simplisia dan pembuatan serbuk simplisia rimpang

temulawak………………………………………………………...... 36

4. Pembuatan ekstrak rimpang temulawak dengan menggunakan

pelarut etanol 96%.............................................................................. 37

xiv

Page 15: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

5. Standarisasi ekstrak rimpang temulawak………………………....... 38

6. Perhitungan dosis………………………………………………....... 41

7. Penentuan level rendah dan level tinggi asam sitrat-asam tartrat

dan natrium bikarbonat…………………………………………….. 41

8. Optimasi formula granul effervescen t ekstrak rimpang

temulawak………………………………………………………….. 41

9. Pembuatan granul effervescent dengan metode granulasi basah....... 42

10. Uji sifat fisik granul effervescent ekstrak rimpang temulawak……. 43

11. Penentuan profil sifat fisik granul effervescent dan area

komposisi…………………………………………………………… 43

12. Analisis hasil……………………………………………………….. 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Determinasi Tanaman Temulawak……………………………… 45

B. Penyiapan Simplisia dan Pembuatan Serbuk Temulawak……................ 45

C. Hasil Pembuatan Ekstrak Rimpang Temulawak……………………….. 46

D. Penetapan Kadar Kurkumin

1. Pembuatan kurva baku kurkumin…...……………………………… 48

2. Penetapan recovery dan koefisien variasi………………………….. 49

3. Penetapan kadar kurkumin dalam sampel ekstrak rimpang

temulawak menggunakan KLT densitometri ………………............ 49

E. Hasil Standarisasi Ekstrak Rimpang Temulawak

1. Pemeriksaan organoleptis ekstrak rimpang temulawak………........ 50

2. Hasil uji daya lekat……………………………………………........ 51

xv

Page 16: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

3. Hasil uji viskositas………………………………………………….. 52

4. Hasil uji kandungan lembab………………………………………… 53

5. Hasil uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT)……………………......... 53

F. Formulasi dan Pembuatan Granul Effervescent………………………... 57

G. Hasil Uji Sifat Fisik Granul Effervescent

1. Kecepatan alir…………………………………………………......... 60

2. Kandungan Lembab………………………………………………… 63

3. Waktu larut……………………………………………………......... 66

H. Contour Plot Sifat Fisik Granul………………………………………… 69

I. Penentuan Area Formula Granul Effervescent Optimum......................... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……………………………………………………………... 75

B. Saran……………………………………………………………………. 75

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... 76

LAMPIRAN……………………………………………………………………. 80

BIOGRAFI PENULIS…………………………………………………………..105

xvi

Page 17: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

DAFTAR TABEL

Tabel I Rancangan percobaan desain faktorial dengan 2 faktor

dan 2 level....………………………………………………… 26

Tabel II Level rendah dan level tinggi formula granul effervescent

ekstrak rimpang temulawak………………………………….. 41

Tabel III Formula granul effervescent ekstrak rimpang temulawak…… 42

Tabel IV Hubungan antara kadar kurkumin baku dengan area

kromatogram……………..……………………………… 48

Tabel V Hasil uji daya lekat, viskositas, dan kandungan lembab

ekstrak rimpang temulawak………………………………….. 50

Tabel VI Hasil uji deteksi bercak kurkumin baku, kurkumin dalam ekstrak

rimpang temulawak, dan demetoksikurkumin dalam ekstrak

rimpang temulawak secara KLT..……..................................... 56

Tabel VII Hasil pengukuran uji sifat fisik granul effervescent ekstrak

rimpang temulawak………….………………………………. 60

Tabel VIII Hasil perhitungan efek sifat fisik granul berdasarkan

desain faktorial……………………………………….....……. 60

Tabel IX Hubungan antara kadar kurkumin baku dengan area

kromatogram………...……………………………………….. 81

Tabel X Hasil recovery 0,12 µg/µl………………………..…………… 82

Tabel XI Hasil recovery 0,14 µg/µl………………………..…………… 82

Tabel XII Hasil recovery 0,18 µg/µl………………………..…………… 82

xvii

Page 18: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

Tabel XIII Hasil recovery 0,23 µg/µl………………………..…………… 82

Tabel XIV Hasil recovery 0,35 µg/µl………………………..…………… 82

Tabel XV Kadar kurkumin dalam sampel ekstrak rimpang temulawak.... 83

Tabel XVI Hasil uji daya lekat ekstrak rimpang temulawak…………...... 85

Tabel XVII Hasil uji viskositas ekstrak rimpang temulawak……………... 85

Tabel XVIII Hasil penimbangan ekstrak dalam uji kandungan lembab…… 85

Tabel XIX Hasil uji kandungan lembab ekstrak rimpang temulawak…… 86

Tabel XX Hasil uji kecepatan alir granul effervescent………………….. 92

Tabel XXI Hasil uji kandungan lembab granul effervescent…………….. 92

Tabel XXII Hasil uji waktu larut granul effervescent…………………….. 92

Tabel XXIII Respon kecepatan alir granul effervescent…………………… 93

Tabel XXIV Respon kandungan lembab granul effervescent……………… 96

Tabel XXV Respon waktu larut granul effervescent………………………. 97

Tabel XXVI Pengaruh asam terhadap kecepatan alir………………………. 98

Tabel XXVII Pengaruh basa terhadap kecepatan alir……………………….. 98

Tabel XXVIII Pengaruh asam terhadap kandungan lembab…………………. 98

Tabel XXIX Pengaruh basa terhadap kandungan lembab.…………………. 98

Tabel XXX Pengaruh asam terhadap waktu larut…………………………. 99

Tabel XXXI Pengaruh basa terhadap waktu larut….………………………. 99

xviii

Page 19: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur kurkumin……………………………………………….... 9

Gambar 2 Struktur demetoksikurkumin…………………………………….. 9

Gambar 3 Skema jalannya penelitian………………………………………… 35

Gambar 4 Kurva hubungan antara kadar kurkumin standar dengan area

kromatogram……………………………………………………… 48

Gambar 5 Foto hasil KLT pada UV 254 nm…………………………………. 54

Gambar 6 Foto hasil KLT pada UV 365 nm…………………………………. 55

Gambar 7 Pengaruh level campuran asam (a) dan basa (b) terhadap kecepatan

alir granul effervescent……………………………………………. 61

Gambar 8 Pengaruh level campuran asam (a) dan basa (b) terhadap kandungan

lembab granul effervescent………………………………………... 64

Gambar 9 Pengaruh level campuran asam (a) dan basa (b) terhadap waktu

larut granul effervescent………………………………………... 67

Gambar 10 Contour plot kecepatan alir granul effervescent………………….. 70

Gambar 11 Contour plot kandungan lembab granul effervescent…………….. 71

Gambar 12 Contour plot waktu larut granul effervescent…………………...... 72

Gambar 13 Contour plot super imposed granul effervescent ekstrak rimpang

temulawak………………………………………………………… 74

Gambar 14 Kromatogram kurva baku…………………………………………. 84

Gambar 15 Kromatogram sampel…………………………………………….. 86

Gambar 16 Foto tanaman temulawak………………………………………… 100

xix

Page 20: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

Gambar 17 Foto rimpang temulawak………………………………………… 101

Gambar 18 Foto ekstrak rimpang temulawak yang digunakan dalam

penelitian…………………………………………………………. 102

Gambar 19 Foto granul dan larutan granul effervescent formula 1………….. 103

Gambar 20 Foto granul dan larutan granul effervescent formula a………….. 103

Gambar 21 Foto granul dan larutan granul effervescent formula b………….. 104

Gambar 22 Foto granul dan larutan granul effervescent formula ab………… 104

xx

Page 21: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat pengesahan determinasi tanaman temulawak…………… 80

Lampiran 2 Hubungan antara kadar kurkumin baku dengan area

kromatogram untuk pembuatan kurva baku……………………. 81

Lampiran 3 Hasil recovery………………………………………………….. 82

Lampiran 4 Hasil penetapan kadar kurkumin dalam sampel……………….. 83

Lampiran 5 Perhitungan dosis ekstrak rimpang temulawak………………... 84

Lampiran 6 Hasil uji daya lekat, viskositas, dan kandungan lembab ekstrak

rimpang temulawak………………............................................. 85

Lampiran 7 Perhitungan nilai Rf kurkumin baku, kurkumin dalam sampel

ekstrak, dan demetoksikurkumin dalam sampel ekstrak

berdasarkan hasil KLT…………………………………………. 87

Lampiran 8 Penentuan level rendah dan level tinggi asam sitrat-asam tartrat

dan natrium bikarbonat………………………………………… 88

Lampiran 9 Hasil uji kecepatan alir, kandungan lembab, dan waktu larut

granul effervescent …………………………………………….. 92

Lampiran 10 Perhitungan desain faktorial uji sifat fisik granul effervescent.... 93

Lampiran 11 Hasil perhitungan nilai kecuraman kurva (slope) berdasarkan

perhitungan regresi linier………………………………………. 98

Lampiran 12 Foto tanaman temulawak………………………………………. 100

Lampiran 13 Foto rimpang temulawak………………………………………. 101

xxi

Page 22: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

Lampiran 14 Foto ekstrak rimpang temulawak yang digunakan dalam

pembuatan granul effervescent………………………………… 102

Lampiran 15 Foto granul dan larutan granul effervescent ekstrak rimpang

temulawak…………………………………………………….. 103

xxii

Page 23: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Temulawak termasuk salah satu jenis temu-temuan yang paling banyak

digunakan sebagai bahan baku obat tradisional dan merupakan tanaman asli

Indonesia (Dalimarta, 2003). Banyak khasiat dari rimpang temulawak, misalnya

sebagai obat batu empedu, mengobati radang kronis kandung empedu, mengobati

gangguan fungsi hati, dan penambah nafsu makan.

Penggunaan temulawak sebagai obat tradisional mempunyai kelemahan,

antara lain kurang tepat dosis dan mempunyai keterbatasan dalam hal bentuk

sediaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan formulasi untuk

menghasilkan bentuk sediaan yang sesuai yang dapat diterima oleh masyarakat.

Granul effervescent dipilih sebagai alternatif bentuk sediaan yang sesuai karena

dapat memberikan sensasi yang menyegarkan, nyaman, mudah digunakan, dan

penyiapan larutan dengan dosis obat yang tepat dapat dilakukan dalam waktu

seketika. Granul effervescent merupakan granul yang mengandung campuran

asam dan basa, yang bila ditambah dengan air, asam dan basanya akan bereaksi

menghasilkan karbondioksida. Dengan demikian, obat yang diberikan dalam

bentuk sediaan granul effervescent akan memberikan sensasi yang menyegarkan

yang disebabkan oleh pelepasan karbondioksida (Ansel, 1989).

Telah dilakukan suatu penelitian oleh Sari (2006) tentang optimasi

formula granul effervescent ekstrak rimpang temulawak dengan kombinasi asam

1

Page 24: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

2

sitrat dan asam tartrat aplikasi metode desain faktorial. Dalam penelitian tersebut

diuji sifat fisik granul effervescent yang dibuat dengan kombinasi asam (asam

sitrat dan asam tartrat). Basa yang digunakan adalah natrium bikarbonat. Namun,

penelitian tersebut tidak membahas pengaruh natrium bikarbonat dalam

menentukan sifat fisik granul effervescent yang dibuat. Berdasarkan penelitian

tersebut, dilakukan penelitian lanjutan dengan meneliti kombinasi asam dan basa

yang digunakan sebagai eksipien pada pembuatan granul effervescent ekstrak

rimpang temulawak. Basa (natrium bikarbonat) mempunyai peranan penting

dalam memformulasi suatu sediaan effervescent karena natrium bikarbonat

merupakan sumber karbondioksida utama (sebesar 52% CO2) yang menentukan

sistem effervescent yang dihasilkan. Sifat natrium bikarbonat yang tidak

higroskopis akan mencegah terjadinya penyerapan lembab yang berlebih, dimana

lembab yang terkandung dalam natrium bikarbonat adalah kurang dari 1% pada

suhu kamar.

Dalam formulasi granul effervescent ini, pemilihan kombinasi asam

sitrat-asam tartrat dan natrium bikarbonat sesuai dengan formulasi garam

effervescent resmi yang masih ada (Ansel, 1989). Sediaan effervescent biasanya

diolah dari kombinasi asam sitrat dan asam tartrat dan tidak dari asam tunggalnya,

karena penggunaan asam tunggal akan menimbulkan kesukaran. Jika hanya

digunakan asam sitrat saja, maka akan menghasilkan campuran yang lekat dan

sukar menjadi granul. Jika hanya asam tartrat sebagai asam tunggal, maka granul

effervescent yang dihasilkan akan mudah menggumpal dan akan menghasilkan

reaksi effervescent yang prematur (Ansel, 1989). Asam tartrat lebih mudah larut

Page 25: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

3

daripada asam sitrat. Asam sitrat mempunyai kekuatan asam yang tinggi, sifat alir

bagus, tidak begitu higroskopis dibandingkan dengan asam tartrat, dan relatif

murah. Kandungan lembab diminimalkan dengan tetap menjaga kondisi

percobaan, yaitu dilakukan pada ruangan dengan kelembaban relatif antara 50-

53%. Dengan demikian, penggunaan kombinasi asam sitrat-asam tartrat dan

natrium bikarbonat sangat penting dalam pembuatan granul effervescent. Oleh

karena itu, perlu dilakukan optimasi asam sitrat-asam tartrat dan natrium

bikarbonat untuk menghasilkan granul effervescent yang memenuhi persyaratan.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode desain faktorial.

Metode desain faktorial dapat digunakan untuk mengetahui efek asam sitrat-asam

tartrat, efek natrium bikarbonat, atau efek interaksi asam sitrat-asam tartrat dan

natrium bikarbonat yang dominan dalam menentukan sifat fisik granul

effervescent. Efek-efek tersebut dilihat untuk mengetahui faktor mana yang paling

dominan dalam menentukan perubahan respon, kombinasi asam sitrat-asam

tartrat, natrium bikarbonat, atau interaksi asam sitrat-asam tartrat dan natrium

bikarbonat. Juga dapat diketahui area komposisi optimum asam sitrat-asam tartrat

dan natrium bikarbonat berdasarkan contour plot super imposed, dimana area

tersebut diprediksi sebagai formula optimum granul effervescent ekstrak rimpang

temulawak dengan kombinasi asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat,

terbatas pada level yang diteliti.

Page 26: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

4

1. Permasalahan

a. Apakah granul effervescent yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan

kecepatan alir, kandungan lembab, dan waktu larut granul effervescent yang

baik?

b. Efek manakah yang paling dominan, efek campuran asam sitrat-asam tartrat,

efek natrium bikarbonat, atau efek interaksi, dalam menentukan kecepatan

alir, kandungan lembab, dan waktu larut granul effervescent yang baik?

c. Apakah campuran asam sitrat-asam tartrat dan natrium bikarbonat dengan

komposisi tertentu dapat menghasilkan area yang optimum untuk pembuatan

granul effervescent ekstrak rimpang temulawak?

2. Keaslian penelitian

Beberapa penelitian mengenai sediaan effervescent ekstrak rimpang

temulawak yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut :

1. optimasi formula tablet effervescent ekstrak rimpang temulawak (Curcuma

xanthorrhiza Roxb.) dengan kombinasi asam sitrat dan asam tartrat : aplikasi

metode desain faktorial (Wulandari, 2006).

2. optimasi formula granul effervescent ekstrak temulawak (Curcuma

xanthorrhiza Roxb.) dengan kombinasi asam sitrat dan asam tartrat aplikasi

metode : desain faktorial (Sari, 2006).

3. optimasi campuran asam tartrat dan asam fumarat sebagai eksipien pada

pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak (Curcuma

xanthorrhiza Roxb.) secara granulasi basah : aplikasi desain faktorial

(Chrystyani, 2005).

Page 27: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

5

4. optimasi natrium sitrat dan asam fumarat dalam pembuatan granul effervescent

ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) secara granulasi basah

(Natalia, 2006).

Sejauh pustaka yang telah ditelusuri peneliti, penelitian mengenai

optimasi campuran asam sitrat-asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai

eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak

(Curcuma xanthorrhiza Roxb) secara granulasi basah dengan metode desain

faktorial belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Dari penelitian ini diharapkan ada manfaat teoritis yang dicapai yaitu

memperkaya pengetahuan ilmu kefarmasian, khususnya mengenai penggunaan

campuran asam sitrat-asam tartrat dan natrium bikarbonat serta pengaruhnya

terhadap sifat fisik granul effervescent.

b. Manfaat praktis

Manfaat praktis yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu menghasilkan

suatu sediaan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak yang berkhasiat,

mudah digunakan, praktis, dan dapat diterima oleh masyarakat.

B. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui apakah granul effervescent yang dihasilkan dapat memenuhi

persyaratan kecepatan alir, kandungan lembab, dan waktu larut granul

effervescent yang baik.

Page 28: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

6

2. Mengetahui apakah efek campuran asam sitrat-asam tartrat, efek natrium

bikarbonat, atau efek interaksi yang dominan dalam menentukan kecepatan

alir, kandungan lembab, dan waktu larut granul effervescent yang baik.

3. Mengetahui ada tidaknya area komposisi optimum campuran asam sitrat-asam

tartrat dan natrium bikarbonat yang dapat menghasilkan granul effervescent

yang memenuhi persyaratan kecepatan alir, kandungan lembab, dan waktu

larut.

Page 29: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Temulawak

1. Nama

a. Nama tanaman : Curcuma xanthorrhiza Roxb.

b. Sinonim : C. zerumbed majus Rumph.

c. Nama daerah : Sumatera : temulawak. Jawa : koneng gede, temu raya, temu

besar, aci koneng, koneng tegel, temulawak. Madura : temulobak. Bali : Tommo.

Sulawesi Selatan : tommon. Ternate : karbanga

d. Nama simplisia : Curcumae Rhizoma (rimpang temulawak)

(Dalimarta, 2003).

2. Morfologi

Temulawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuh merumpun

berbatang semu yang dapat mencapai ketinggian 2–2,5 m. Tiap rumpunnya terdiri

atas beberapa tanaman dan tiap tanaman memiliki 2–9 helai daun. Daun tanaman

temulawak berbentuk panjang dan agak lebar. Lamina daun dan seluruh ibu tulang

daun bergaris hitam. Panjang daun sekitar 50–55 cm, lebarnya 18 cm, dan tiap

helai daun melekat pada tangkai daun yang posisinya menutupi secara teratur

(Anonim, 1979 b). Perbungaan bentuk bulir, daun pelindung bentuk corong,

kelopak berwarna putih, mahkota bentuk tabung warna putih kekuningan, benang

sari kuning muda, kepala sari putih, putik kuning keputihan. Buah kotak warna

putih kekuningan (Soedibyo, 1998).

7

Page 30: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

8

Rimpang temulawak dibedakan atas rimpang induk (empu) dan rimpang

cabang. Rimpang induk (empu) bentuknya jorong atau gelendong, berwarna

kuning tua atau coklat kemerahan, bagian dalam berwarna jingga coklat. Rimpang

cabang keluar dari rimpang induk, ukurannya lebih kecil, tumbuh ke arah

samping, bentuknya bermacam-macam, warnanya lebih muda. Akar-akar di

bagian ujung membengkak, membentuk umbi yang kecil. Rimpang temulawak

termasuk yang paling besar di antara semua rimpang marga Curcuma.

Rimpangnya dipanen jika bagian-bagian tanaman yang ada di atas tanah sudah

mulai kering dan mati. Biasanya sekitar 9 – 24 bulan (Dalimarta, 2003).

3. Kandungan kimia

Kandungan kimia dari temulawak antara lain : minyak atsiri, kurkumin,

zat pati, dan xantorhizol (Soedibyo, 1998). Fraksi kurkuminoid mempunyai aroma

yang khas dan tidak toksik, terdiri dari kurkumin yang mempunyai aktivitas

antiradang dan demetoksikurkumin (Dalimarta , 2003). Kandungan kurkumin

dalam rimpang temulawak berkisar antara 1,6%-2,22% dihitung berdasarkan berat

kering (Rukmana, 1994).

4. Sifat dan khasiat

Rimpang berbau aromatik tajam, rasanya pahit agak pedas. Rimpang

temulawak digunakan untuk pengobatan dan mengatasi : hepatitis, sakit kuning

(jaundice), radang ginjal, radang kronis kandung empedu (kolesistitis kronik),

meningkatkan aliran empedu ke saluran cerna, perut kembung, tidak nafsu makan

(anoreksia), demam, pegal linu, rematik, memulihkan kesehatan setelah

melahirkan, sembelit, diare, batu empedu (kolelitiasis), kolesterol darah tinggi

Page 31: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

9

(hiperkolesterolemia), haid tidak lancar, flek hitam di muka, jerawat, wasir, dan

produksi ASI sedikit (Dalimarta, 2003).

B. Kurkumin

Fraksi kurkuminoid dari rimpang temulawak terdiri dari kurkumin dan

desmetoksikurkumin (Dalimarta, 2003). Fraksi kurkuminoid dari rimpang

temulawak yang mempunyai aktivitas farmakologi utama adalah kurkumin.

Kandungan kurkumin dalam rimpang temulawak berkisar antara 1,6-2,22%

dihitung berdasarkan berat kering. Kurkumin mempunyai khasiat yaitu

meningkatkan sekresi empedu, menghilangkan nyeri sendi, menurunkan kadar

kolesterol darah, antibakteri, mencegah perlemakan sel hati, antihepatotoksik, dan

antioksidan (Rukmana, 1994).

Struktur kurkuminoid (Stahl, 1985) yaitu :

HO

H3CO

CH

CH

C

O

H2C C

O

CH

CH

OH

OCH3 Gambar 1. Struktur kurkumin

HO

H

CH

CH

C

O

H2C C

O

CH

CH

OH

OCH3 Gambar 2. Struktur demetoksikurkumin

Nama kimia dari kurkumin adalah 1,7-bis (4-hidroksi-3-metoksifenil)-

1,6-heptadiene-3,5-dione dengan rumus molekul C21H20O6 dan mempunyai bobot

Page 32: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

10

molekul 368,4. Dalam bentuk murni, kurkumin berwarna orange kekuningan dan

berbentuk hablur. Kurkumin bersifat tidak larut dalam air, eter, tetapi relatif lebih

mudah larut dalam pelarut organik seperti etanol, methanol, asam asetat glasial.

Kurkumin sangat peka terhadap cahaya, baik dalam bentuk padatan maupun

larutan. Degradasinya akan berjalan lebih cepat di bawah sinar ultraviolet

(Tonnesen dan Karisen, 1985).

Kelarutan kurkumin dalam air adalah 0,1 mg/ml (Anonim, 2006).

Kurkumin yang mempunyai titik lebur 184oC– 185oC diisolasi pertama kali pada

tahun 1815. Kurkumin tersebut tidak larut dalam air tetapi larut dalam etanol dan

aseton. Pada tahun 1910, kurkumin tersedia dalam bentuk kristalin (Majeed,

Badmaev, Shivakumar, dan Rajendran, 1995).

C. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang dibuat dengan

menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok di luar pengaruh

cahaya matahari langsung. Sebagai cairan penyari, digunakan air, eter, atau

campuran etanol dan air (Anonim, 1979 a).

Pada ekstrak tumbuhan (umumnya konsentrasi etanolnya berbeda-beda),

jika bahan pengekstraksinya diuapkan sebagian atau seluruhnya, maka diperoleh

ekstrak yang dikelompokkan menurut sifat-sifatnya menjadi :

1. ekstrak encer (extractum tenue). Sediaan seperti itu memiliki konsistensi madu

dan dapat dituang.

Page 33: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

11

2. ekstrak kental (extractum spissum). Sediaan ini liat dalam keadaan dingin dan

tidak dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30%. Sediaan obat

ini pada umumnya juga tidak sesuai lagi dengan persyaratan masa kini.

Tingginya kandungan air menyebabkan suatu instabilitas sediaan obat

(kontaminasi bakteri) dan bahkan instabilitas bahan aktifnya (penguraian

secara kimia). Selain itu, ekstrak kental sulit untuk ditakar (penimbangan dan

sebagainya) .

3. ekstrak kering (extractum siccum). Ekstrak ini memiliki konsistensi kering dan

mudah digosokkan. Melalui penguapan cairan pengekstraksi dan pengeringan

terbentuk suatu produk yang memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%.

4. ekstrak cair (extractum fluidum). Merupakan suatu ekstrak yang dibuat

sedemikian rupa sehingga satu bagian simplisia sebanding dengan dua

(kadang – kadang lebih) bagian ekstrak cair (Voigt, 1994).

D. Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan

merendam serbuk dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding

sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan

larut dan dengan adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam

dan di luar sel, maka larutan yang terpekat akan terdesak keluar. Cairan penyari

yang digunakan dapat berupa air, etanol, atau campuran air dan etanol (Anonim,

1986). Maserasi merupakan proses yang paling tepat dimana obat yang sudah

halus memungkinkan untuk direndam dalam cairan penyari sampai meresap dan

Page 34: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

12

melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut (Ansel,

1989).

Dilihat dari sisi teknologi farmasinya, maserasi merupakan pilihan

metode ekstraksi yang tepat, karena proses operasional metode ini mudah

dilakukan dan bisa menghasilkan ekstrak secara maksimal. Proses maserasi tidak

membutuhkan operator khusus karena metode ini bisa dikerjakan oleh kebanyakan

orang berdasarkan prosedur kerja yang ada. Proses yang dilakukan dalam

maserasi bisa dikontrol dengan menyamakan kondisi semua percobaan. Secara

ekonomis, maserasi merupakan metode ekstraksi yang membutuhkan biaya lebih

murah daripada metode ekstraksi yang lain. Dengan demikian, proses ekstraksi

yang dilakukan akan lebih terstandar karena proses maserasi dapat dikontrol

dengan mudah (Ansel, 1989).

E. Kromatografi Lapis Tipis Densitometri

Ada dua cara dasar untuk melakukan KLT kuantitatif. Pada cara

pertama, senyawa yang akan ditetapkan kadarnya diukur langsung pada lapisan.

Pada cara kedua, senyawa diambil dari lapisan dan diukur, biasanya secara

spektrofotometri. KLT densitometri merupakan salah satu metode analisis

kuantitatif dengan cara kerja yang sederhana dan cepat (Gritter, Bobit, dan

Scwarting, 1991). Penetapan kadar suatu senyawa dengan metode ini dilakukan

dengan mengukur kerapatan bercak senyawa yang dipisahkan dengan cara KLT,

dan dibandingkan dengan kerapatan bercak senyawa standar yang dielusi

bersama-sama (Hardjono, 1985).

Page 35: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

13

KLT densitometri juga digunakan untuk pemisahan kurkumin dari

turunan demetoksinya. KLT densitometri mengandung zat penyerap berupa

serbuk halus yang dilapiskan pada lempeng, yang disebut sebagai fase diam. Fase

geraknya berupa medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Fase

gerak bergerak di dalam fase diam. Harga Rf diidentifikasikan sebagai

perbandingan perambatan suatu zat terhadap jarak perambatan (Anonim, 1995).

Kurkumin dapat ditetapkan kadarnya dengan teknik KLT densitometri pada 265

nm, namun sensitivitasnya hanya 0,4 μg. Pada penetapan kadar kurkumin dalam

kunyit oleh Martono (1996), diperoleh bahwa metode KLT densitometri mampu

menghitung kadar sampai 0,009 μg. Metode analisis ini cukup valid karena dapat

menghasilkan nilai recovery mendekati 100% dengan koefisien variasi kurang

dari 5%, serta limit of determination sebesar 0,009 μg (Martono, 1996).

Ada dua cara penetapan kadar dengan alat densitometer. Pertama, setiap

kali penetapan ditotolkan sediaan baku dari senyawa yang bersangkutan dan

dielusi bersama dalam satu lempeng, kemudian luas daerah di bawah kurva

(AUC) sampel dibandingkan dengan harga AUC zat baku. Yang kedua, dengan

membuat kurva baku hubungan antara jumlah zat baku dengan AUC. Kurva baku

diperoleh dengan membuat totolan zat baku pada pelat KLT dengan bermacam-

macam konsentrasi (minimal tiga macam konsentrasi). Bercak yang diperoleh

dicari AUCnya dengan alat densitometer (Supardjan, 1987).

Page 36: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

14

F. Granul Effervescent

Granul effervescent merupakan granul atau serbuk kasar sampai kasar

sekali dan mengandung unsur obat dalam campuran kering, biasanya terdiri dari

campuran natrium bikarbonat, asam sitrat, dan asam tartrat yang bila ditambahkan

dengan air, asam dan basanya akan bereaksi membebaskan karbondioksida (CO2)

sehingga menghasilkan buih. Granul effervescent sangat cocok untuk produk

dengan rasa yang pahit dan asin karena akan menutupi rasa tersebut (Ansel,

1989).

Granul effervescent dimaksudkan terlarut dalam air sebelum diberikan

kepada pasien (Allen, 2002). Kelembaban relatif dalam pembuatan granul

effervescent sangat penting karena penyerapan lembab dapat mempengaruhi

terjadinya reaksi effervescent. Kelembaban relatif untuk pembuatan granul

effervescent yaitu 25% pada temperatur 25oC atau kurang. Hal tersebut

dimaksudkan untuk mencegah terserapnya uap air dari udara oleh bahan kimia

sehingga menimbulkan reaksi effervescent yang prematur (Mohrle, 1980).

Granul effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi asam sitrat dan

asam tartrat daripada hanya dengan menggunakan satu macam asam saja, karena

penggunaan asam tunggal saja akan menimbulkan kesukaran. Apabila asam

tartrat digunakan sebagai asam tunggal, maka granul yang dihasilkan akan mudah

kehilangan kekuatannya dan akan mudah menggumpal, sedangkan jika asam sitrat

saja akan menghasilkan campuran yang lekat dan sukar untuk digranul (Ansel,

1989).

Page 37: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

15

Keuntungan granul effervescent sebagai suatu bentuk sediaan adalah

nyaman dan mudah dilakukan, penyiapan larutan dengan dosis obat yang tepat

yang dapat dilakukan dalam waktu yang seketika. Granul effervescent dapat

menghasilkan rasa yang enak karena adanya karbonat yang dapat membantu

memperbaiki rasa beberapa obat tertentu. Pembuatan bentuk sediaan granul

effervescent dapat mengatasi kesulitan yang ditemui pada sediaan tablet

effervescent, dimana adanya kandungan lembab selama proses pentabletan dapat

menyebabkan terjadinya reaksi effervescent dini sehingga tablet tidak stabil secara

kimia (Lindberg, Engfors, dan Ericsson, 1992).

Kerugian dari granul effervescent adalah kesulitan untuk menjaga

kualitas granul effervescent karena pada saat penyimpanan memerlukan

pengemasan secara khusus di dalam kantong lembaran aluminium kedap udara

(Lachman dan Lieberman, 1989). Harga granul effervescent relatif mahal karena

mahalnya eksipien yang digunakan dan diperlukannya fasilitas produksi yang

khusus (Lindberg dkk., 1992).

G. Metode Pembuatan Granul Effervescent

Ada dua macam metode pengolahan granul effervescent yaitu metode

kering dan metode basah. Langkah awal yang dilakukan yaitu menentukan

formula yang tepat untuk sediaan yang akan menghasilkan pembuihan yang

efektif dan penggunaan asam–basa yang tersedia secara efisien, granul yang

stabil, dan produk yang rasanya nyaman serta manjur (Ansel, 1989).

Page 38: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

16

1. Metode kering

Metode kering dilakukan dengan cara granulasi kering. Granulasi kering

disempurnakan dengan menggunakan peralatan khusus yang disebut roller

compactor. Prosedur granulasi kering yang lain adalah slugging dimana slugs

akan dikempa dengan menggunakan alat pengempa tablet. Kedua prosedur

tersebut digunakan untuk bahan-bahan yang tidak bisa dibuat dengan metode

granulasi basah. Metode ini akan meningkatkan kerapatan (Mohrle, 1980).

Cara ini membutuhkan lebih sedikit waktu sehingga lebih ekonomis

daripada granulasi basah. Campuran serbuk dialirkan ke dalam cetakan tablet

yang besar kemudian dikempa. Massa kompak ini disebut sebagai slugs. Slugs

dihancurkan dengan dilewatkan pada sebuah kassa untuk menghasilkan bentuk

granul dengan sifat alir yang lebih seragam daripada bentuk campuran serbuk

masing-masing (Rubinstein, 1994).

2. Metode basah

Metode basah pada pembuatan granul effervescent dilakukan dengan

cara granulasi basah. Granulasi basah meliputi pencampuran bahan-bahan kering

dengan granulating fluid untuk menghasilkan massa granul. Granulasi basah

dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu dengan pemanasan, dengan cairan

nonreaktif, dan dengan cairan reaktif.

a. Dengan pemanasan. Metode klasik dalam granulasi effervescent meliputi

pelepasan air dari formulasi bahan hidrat pada temperatur rendah untuk

membentuk massa granul. Bahan yang sering digunakan untuk tujuan ini adalah

asam sitrat. Jika jumlah air yang ada dalam asam sitrat maksimal, maka persentase

Page 39: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

17

kandungan air dalam asam sitrat adalah 8,5 % (Mohrle, 1980). Sumber asam,

karbonat, dan bahan aktif dicampur dan dipanaskan hingga seluruh komponen di

dalamnya melepaskan air yang dimilikinya dan granul dapat terbentuk.

Pengadukan yang berulang-ulang diperlukan untuk menghasilkan keseragaman

komponen dalam formulasi. Kemudian granul diayak dengan cepat dan

dikeringkan dengan hati-hati (Wolfram, Tritthart, Psikerning, Andre, Kolb, dan

Gottfried, 1999).

b. Dengan cairan nonreaktif. Granulating fluid secara perlahan-lahan

ditambahkan ke dalam campuran komponen formula hingga granulating fluid

tersebut terdistribusi merata. Bahan pengikat larut alkohol seperti PVP dilarutkan

ke dalam granulating fluid kemudian ditambahkan ke dalam campuran

komponen. Massa yang terbentuk dikeringkan dalam oven. Setelah granul kering,

diayak untuk mendapatkan ukuran partikel yang diperlukan (Mohrle, 1980).

c. Dengan cairan reaktif. Granulating fluid yang sering digunakan dalam

metode ini adalah air. Proses ini sulit dikendalikan saat massa granul yang

terbentuk harus cepat dikeringkan untuk menghentikan reaksi effervescent yang

terjadi. Bahan-bahan yang dipilih harus dengan cepat melepaskan air yang telah

diserap. Setelah formulasi lengkap, granul langsung dapat dihasilkan (Mohrle,

1980).

H. Bahan Tambahan Dalam Pembuatan Granul Effervescent

Pemilihan bahan tambahan dalam pembuatan granul effervescent lebih

sulit dibandingkan dengan pemilihan bahan tambahan dalam pembuatan granul

Page 40: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

18

konvensional. Kesulitan ini terkait dengan adanya kandungan lembab dalam

granul effervescent. Granul effervescent mudah hancur karena sumber asam dan

sumber karbonat akan bereaksi menghasilkan gas karbondioksida dengan adanya

air. Keberadaan air sangat mempengaruhi reaksi effervescent yang terjadi. Jika

penyerapan air terjadi setelah proses pembuatan granul, akan menyebabkan granul

menjadi tidak stabil. Bahan penyusun granul dipilih dalam bentuk anhidrat yang

sedikit atau tidak menyerap air dan bentuk hidrat yang stabil. Sifat lain yang

penting dalam pembuatan granul adalah kelarutan. Jika bahan penyusun granul

yang digunakan tidak larut, reaksi effervescent tidak akan terjadi dan granul akan

sulit hancur (Mohrle, 1980). Bahan-bahan tambahan yang digunakan dalam

pembuatan granul effervescent antara lain :

1. sumber asam

Sumber asam yang digunakan dalam pembuatan tablet effervescent

tersedia dari tiga sumber, yaitu food acid, anhidrida asam, dan garam asam.

Food acid paling banyak digunakan. Food acid tersedia di alam dan

digunakan untuk bahan tambahan makanan yang dapat dikonsumsi. Yang

termasuk food acid yaitu asam sitrat, asam tartrat, asam fumarat, asam malat,

asam adipat, dan asam suksinat. Bentuk anhidrat dari food acid dapat

digunakan dalam produk effervescent. Ketika bercampur dengan air, asam

anhidrat terhidrolisis menjadi bentuk asamnya yang akan bereaksi dengan

sumber karbonat menghasilkan reaksi effervescent (Mohrle, 1980).

Page 41: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

19

2. sumber karbonat

Sumber karbonat digunakan sebagai bahan penghancur dan sebagai

sumber gas karbondioksida pada produk effervescent. Sumber karbonat yang

biasa digunakan dalam produk effervescent adalah natrium bikarbonat

(NaHCO3) dan natrium karbonat (Na2CO3) (Mohrle, 1980).

3. bahan pengisi

Pada pembuatan sediaan obat dalam jumlah yang sangat kecil, diperlukan

bahan pengisi untuk memungkinkan suatu formulasi, karena bahan pengisi ini

menjamin granul mempunyai ukuran dan massa yang dibutuhkan (Voigt,

1994).

4. bahan pengikat

Bahan pengikat merupakan suatu bahan yang dapat mengikat bahan-

bahan lain menjadi satu. Bahan pengikat diperlukan untuk membantu

menghasilkan suatu granul. Bahan pengikat yang digunakan dalam pembuatan

granul effervescent harus bersifat larut dalam air. Contoh bahan pengikat larut

air yaitu polyvinylpyrrolidone atau polyvinylpyrrolidone-poly (vinyl acetat)-

copolymer (Lindberg dkk., 1992).

I. Pemerian Bahan

1. Asam sitrat

Asam sitrat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari

100,5% C6H8O7, dihitung terhadap zat anhidrat. Pemerian : hablur bening, tidak

berwarna atau serbuk hablur granul sampai halus, putih; tidak berbau atau praktis

Page 42: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

20

tidak berbau; rasa sangat asam. Bentuk hidrat mekar dalam udara kering (Anonim,

1995). Asam sitrat tersedia dalam bentuk anhidrat atau monohidrat. Dalam

penelitian ini digunakan asam sitrat anhidrat sebagai sumber asam. Asam sitrat

sangat mudah larut dalam air dan mudah larut dalam etanol (Lindberg dkk., 1992).

2. Asam tartrat

Pemerian : hablur, tidak berwarna atau serbuk hablur halus sampai

granul, warna putih; tidak berbau; rasa asam dan stabil di udara (Anonim, 1995).

Asam tartrat sangat mudah larut dalam air, yaitu larut dalam kurang dari satu

bagian air dan dalam 2,5 bagian alkohol (Lindberg dkk., 1992).

3. Natrium bikarbonat

Natrium bikarbonat mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak

lebih dari 100,5% NaHCO3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian: serbuk hablur, putih. Stabil di udara kering, tetapi dalam udara lembab

secara perlahan-lahan terurai. Larutan segar dalam air dingin, tanpa dikocok,

bersifat basa terhadap lakmus. Kebasaan bertambah bila larutan dibiarkan,

digoyang kuat atau dipanaskan. Kelarutan : larut dalam air, tidak larut dalam

etanol (Anonim, 1995). Ukuran partikel bervariasi dari serbuk sampai granul.

Natrium bikarbonat bersifat tidak higroskopis dan pada temperatur ruangan

mempunyai kandungan lembab kurang dari 1% (Lindberg, 1992).

4. Laktosa

Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu. Dalam bentuk anhidrat

atau mengandung satu molekul air (hidrat). Pemerian : serbuk atau massa hablur,

keras, putih atau putih krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis. Stabil di udara

Page 43: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

21

tetapi mudah menyerap bau. Kelarutan : mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air

dan lebih mudah larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak

larut dalam kloroform dan dalam eter (Anonim, 1995).

5. Aspartam

Aspartam mempunyai rasa manis yang intensif. Aspartam stabil ketika

kering. Aspartam akan terdegradasi dengan pemanasan yang lama. Hal ini dapat

diatasi dengan pemanasan menggunakan temperatur tinggi dan waktu yang

singkat, kemudian dilakukan pendinginan dengan cepat (Allen, 2002).

Aspartam termasuk golongan tiga pemanis yang paling banyak

digunakan dalam industri makanan dan obat, selain sukrosa dan sakarin. Aspartam

merupakan pemanis yang dihasilkan dari sintesis kimia. Keunggulannya

dibandingkan sukrosa dan sakarin adalah rasa yang timbul sesudah dicoba, yaitu

tidak menimbulkan rasa pahit (Ansel, 1989).

Berdasarkan keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

Republik Indonesia nomor : HK. 00.05.5.1.4547 tentang persyaratan penggunaan

bahan tambahan pangan pemanis buatan dalam produk pangan, aspartam masih

dapat digunakan sebagai bahan pemanis buatan. Aspartam masih dapat digunakan

karena aspartam masih dinyatakan aman sebagai bahan pemanis buatan untuk

ditambahkan ke dalam bahan pangan. Pada sediaan yang menggunakan aspartam

sebagai pemanis buatan harus diberi label peringatan fenilketonuria (Anonim,

2004).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor

722/Menkes/PER/IX/88 tentang bahan tambahan makanan, aspartam merupakan

Page 44: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

22

pemanis buatan yang dapat digunakan tiap hari/kg BB atau termasuk ADI

(Acceptable Daily Intake). Dosis yang masih dapat digunakan adalah 0-40 mg/kg

BB. Dengan demikian, untuk orang yang mempunyai berat badan 50 kg dapat

mengkonsumsi aspartam dengan dosis maksimal 2000 mg/hari (Anonim, 1994).

6. Polivinil pirolidon (PVP)

Polivinil pirolidon merupakan bahan pengikat yang paling efektif untuk

granul effervescent. Bahan ini biasanya ditambahkan ke dalam serbuk untuk

digranul, kemudian dibasahi dengan granulating fluid, atau dengan larutan berair,

alkohol atau hidroalkoholik granulating fluid (Mohrle, 1980). Polivinil pirolidon

mudah larut dalam air, dapat meningkatkan kelarutan bahan obat dalam air dan

tidak meninggalkan residu. Polivinil pirolidon dalam larutan dengan konsentrasi

0,5–3% dapat sekaligus meningkatkan kelarutan granul (Voigt, 1994).

Polivinil pirolidon atau povidon adalah hasil polimerisasi 1-vinilpirolid-

2-on. Dalam berbagai bentuk polimer dengan rumus molekul (C6H9NO)n, bobot

molekul berkisar antara 10.000 hingga 700.000. Berupa serbuk putih kekuningan,

berbau lemah atau tidak berbau, higroskopik. Mudah larut dalam air, dalam etanol

(95%) dan dalam kloroform P. Kelarutannya tergantung dari bobot molekul rata-

rata. Praktis tidak larut dalam eter P (Anonim, 1979).

J. Sifat Fisik Granul Effervescent

Pemeriksaan terhadap sifat fisik granul penting untuk dilakukan, sebab

akan menentukan kualitas granul yang dihasilkan. Pemeriksaan sifat fisik granul

yang dilakukan yaitu sifat alir, kandungan lembab granul, dan waktu larut granul.

Page 45: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

23

1. Sifat alir

Sifat alir suatu bahan dihasilkan dari beberapa gaya, antara lain gaya

gesekan, tegangan permukaan, mekanik, elektrostatik, dan Van der Waals. Sifat

alir granul sangat penting untuk memastikan pencampuran granul yang efisien.

Ada tiga macam uji yang dapat digunakan untuk penentuan sifat alir, yaitu uji

kecepatan alir, sudut diam, dan pengetapan (Banker dan Anderson, 1986).

a. Kecepatan alir. Ditimbang 100 gram granul, dimasukkan ke dalam corong

yang ujung tangkainya tertutup. Tutup pada ujung tangkai dibuka dan granul

dibiarkan mengalir keluar sampai habis. Waktu alirnya dicatat mulai dari saat

tutup dibuka sampai seluruh granul habis keluar. Granul dikatakan mengalir baik

apabila waktu yang diperlukan oleh 100 gram granul untuk keluar dari corong

tidak lebih lama dari 10 detik (Guyot, cit., Fudholi, 1983).

b. Sudut diam. Ditimbang 100 gram granul kemudian dimasukkan ke dalam alat

penguji sudut diam berupa tabung kaca yang tengahnya dilengkapi dengan suatu

lingkaran, sementara lubang bagian bawah ditutup. Setelah permukaan tabung

terisi rata oleh granul, tutup bagian bawah dibuka dan granul dibiarkan keluar

sampai berhenti. Tinggi kerucut yang terbentuk dicatat. Sudut diam granul

dihitung dengan rumus :

Tg β = h / r

β = sudut diam, h = tinggi kerucut, dan r = jari-jari kerucut

Granul dikatakan mengalir baik jika sudut diamnya berkisar antara 25o-45o

(Wadke, Serajuddin, dan Jacobson, 1980).

Page 46: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

24

c. Pengetapan. Pengetapan menunjukkan penurunan volume sejumlah granul

atau serbuk akibat hentakan dan getaran.

Indeks pengetapan (T) = Vo

VtVo −

Vo = volume awal, Vt = volume setelah pengetapan

Kriteria sifat alir dan indeks pengetapan

% Indeks pengetapan Deskripsi sifat alir 5 – 15 Excellent (free flowing granules) 12 – 16 Good (free flowing powdered granules) 18 – 21 Fair (powdered granules) 23 – 28 Poor (very fluid powdered) 28 – 35 Poor (fluid cohesive powdered) 35 – 38 Very poor (fluid cohesive powdered)

>40 Extremely poor (cohesive powdered)

2. Kandungan lembab granul

Bahan-bahan obat menunjukkan kecenderungan menyerap lembab.

Kandungan air dapat mempengaruhi sifat fisika kimia sediaan padat.

Keseimbangan kandungan air dapat mempengaruhi aliran, kekerasan granul, serta

stabilitas obat. Kandungan lembab granul effervescent perlu diketahui untuk

melihat apakah terjadi reaksi effervescent yang prematur, sehingga dapat

mengakibatkan jumlah gas karbondioksida yang dihasilkan berkurang, sehingga

berpengaruh pada kenyamanan orang yang mengkonsumsi sediaan effervescent.

Selain itu, kandungan lembab granul effervescent perlu diketahui karena

kandungan lembab akan mempengaruhi sifat alir granul effervescent yang

dihasilkan (Wadke dkk., 1980). Persyaratan kandungan lembab granul

effervescent yaitu 0,4–0,7% (Dash, 2000).

Page 47: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

25

3. Waktu larut

Waktu larut sediaan effervescent merupakan salah satu karakteristik yang

penting. Salah satu keunggulan dari sediaan effervescent adalah memiliki waktu

larut yang cepat, yaitu kurang dari 120 detik (Mohrle, 1980). Granul effervescent

membentuk larutan yang jernih dengan residu dari bahan-bahan yang tidak

terlarut terbentuk seminimal mungkin (Lindberg dkk., 1992).

K. Desain Faktorial

Desain faktorial adalah pendekatan eksperimental yang dilakukan

dengan meneliti efek dari suatu variabel eksperimental dengan menjaga variabel

lain konstan. Desain faktorial digunakan dalam percobaan untuk menentukan

secara simulasi efek dari beberapa faktor dan interaksinya secara signifikan.

Signifikan ini berarti adanya perubahan dari level rendah ke level tinggi pada

faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan yang besar pada respon

(Bolton, 1990).

Desain faktorial ini mengandung beberapa pengertian, yaitu faktor, level,

efek, dan respon. Faktor adalah setiap besaran yang mempengaruhi respon (Voigt,

1994). Level merupakan nilai atau tetapan untuk faktor. Pada percobaan dengan

desain faktorial perlu ditetapkan level yang diteliti meliputi level rendah dan level

tinggi. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi tingkat dari faktor.

Efek faktor atau interaksi merupakan rata-rata respon pada level tinggi dikurangi

rata-rata respon pada level rendah. Respon merupakan sifat atau hasil percobaan

yang diamati. Respon yang diukur harus dapat dikuantitatifkan (Bolton, 1990)

Page 48: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

26

Desain faktorial merupakan pilihan aplikasi persamaan regresi, yaitu

teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu

atau lebih variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa

persamaan matematika (Bolton, 1990).

Desain faktorial dua faktor dan dua level berarti ada dua faktor (misal

sifat alir dan viskositas) yang masing-masing faktor diuji pada level yang berbeda,

yaitu level rendah dan level tinggi. Dengan desain faktorial dapat didesain

percobaan untuk mengetahui faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan

terhadap suatu respon. Desain faktorial dalam suatu percobaan dengan dua faktor

memberikan pertanyaan sebagai berikut :

a. Apakah faktor I memiliki pengaruh signifikan terhadap suatu respon?

b. Apakah faktor II memiliki pengaruh signifikan terhadap suatu respon?

c. Apakah interaksi faktor I dan faktor II memiliki pengaruh signifikan terhadap

suatu respon ? (Bolton, 1990).

Notasi formula desain faktorial dengan dua faktor dan dua level :

Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level

Formula Faktor I Faktor II Interaksi

1 - - + a + - - b - + - ab + + +

Keterangan :

- = level rendah

+ = level tinggi

Page 49: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

27

formula 1 = faktor I pada level rendah, faktor II pada level rendah

formula a = faktor I pada level tinggi, faktor II pada level rendah

formula b = faktor I pada level rendah, faktor II pada level tinggi

formula ab = faktor I pada level tinggi, faktor II pada level tinggi

Optimasi campuran dua bahan (dua faktor) dengan dua level desain faktorial (two

level faktorial design) dilakukan berdasarkan rumus :

Y = b0 + b1 (A) + b2 (B), b12 (A)(B), di mana :

Y = respon hasil yang diamati

b0, b1, b2, dan b12 = koefisien yang dihitung dari data hasil percobaan

A dan B = level bagian A dan B yang nilainya dari –1 sampai +1

(Bolton, 1990).

Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata

respon pada level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah. Perhitungan efek :

Efek faktor I = ( ) ( )2

1+−+ baba

Efek faktor II = ( ) ( )2

1+−+ abab

Efek interaksi = ( ) ( )2

1 baab +−+

Adanya interaksi dapat dilihat dari grafik hubungan respon dan level.

Jika grafik menunjukkan garis sejajar, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada

interaksi antar eksipien dalam menentukan respon. Jika grafik menunjukkan garis

yang tidak sejajar, maka dapat dikatakan bahwa ada interaksi antar eksipien dalam

menentukan respon (Bolton, 1990).

Page 50: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

28

L. Landasan Teori

Temulawak telah dikenal oleh masyarakat sebagai salah satu bahan baku

obat tradisional. Kurkumin yang terkandung dalam temulawak mempunyai

banyak khasiat. Granul effervescent merupakan salah satu hasil dari

pengembangan formulasi. Granul effervescent mengandung komponen asam dan

basa sehingga akan bereaksi melepaskan karbondioksida ketika terjadi kontak

dengan air.

Kombinasi asam sitrat-asam tartrat dan natrium bikarbonat digunakan

sebagai eksipien pada pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.

Reaksi effervescent yang menghasilkan sensasi menyegarkan sangat dipengaruhi

oleh basa yang digunakan. Natrium bikarbonat merupakan sumber karbondioksida

utama (sebesar 52% CO2) yang menentukan sistem effervescent yang dihasilkan.

Asam sitrat–asam tartrat perlu dikombinasikan karena penggunaan asam tunggal

saja akan menimbulkan kesukaran pada pembuatan granul effervescent. Jika

hanya digunakan asam sitrat saja, maka akan menghasilkan campuran yang lekat

dan sukar menjadi granul. Jika hanya asam tartrat sebagai asam tunggal, maka

granul effervescent yang dihasilkan akan mudah menggumpal dan akan

menghasilkan reaksi effervescent yang prematur (Ansel, 1989). Dengan demikian,

penggunaan kombinasi asam sitrat-asam tartrat dan natrium bikarbonat sangat

penting dalam pembuatan granul effervescent dan perlu dilakukan optimasi asam

sitrat-asam tartrat dan natrium bikarbonat untuk menghasilkan granul effervescent

yang memenuhi persyaratan.

Page 51: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

29

Untuk memprediksi formula optimum granul effervescent dapat

digunakan metode desain faktorial. Dengan desain faktorial dapat didesain

percobaan untuk mengetahui faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan

terhadap suatu respon. Dengan desain faktorial dapat diketahui area komposisi

optimum berdasarkan contour plot super imposed, terbatas pada level yang

diteliti.

M. Hipotesis

Diduga antara asam sitrat-asam tartrat, natrium bikarbonat, dan interaksinya

terdapat faktor dominan yang menentukan sifat fisik granul effervescent ekstrak

rimpang temulawak yang memenuhi persyaratan. Pada komposisi tertentu,

campuran asam sitrat-asam tartrat dan natrium bikarbonat diduga dapat

menghasilkan granul effervescent yang memenuhi persyaratan.

Page 52: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni dengan

rancangan penelitian menggunakan aplikasi desain faktorial.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas

1) Level campuran asam sitrat-asam tartrat

Level rendah campuran asam sitrat-asam tartrat : 500 mg (asam sitrat

316 mg, asam tartrat 184 mg)

Level tinggi campuran asam sitrat-asam tartrat : 800 mg (asam sitrat 505

mg, asam tartrat 295 mg)

2) Level natrium bikarbonat

Level rendah natrium bikarbonat : 585 mg

Level tinggi natrium bikarbonat : 936 mg

b. Variabel tergantung : sifat fisik granul, meliputi : kecepatan alir, kandungan

lembab, dan waktu larut.

c. Variabel pengacau terkendali, meliputi : kelembaban relatif ruangan, suhu

ruangan, dan sifat fisik ekstrak.

30

Page 53: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

31

d. Variabel pengacau tak terkendali : kondisi penyimpanan bahan yang

digunakan dalam pembuatan granul effervescent.

2. Definisi operasional

a. Granul effervescent ekstrak rimpang temulawak adalah suatu bentuk sediaan

padat yang tersusun atas serbuk kasar sampai kasar sekali, mengandung

ekstrak rimpang temulawak sebagai bahan obat dengan kombinasi asam sitrat-

asam tartrat sebagai sumber asam dan natrium bikarbonat sebagai sumber

basa. Sumber asam dan sumber basa akan bereaksi membebaskan

karbondioksida dengan adanya air.

b. Ekstrak rimpang temulawak adalah sediaan kental yang dibuat dengan

menyari rimpang temulawak menggunakan pelarut etanol 96% dengan metode

maserasi, kemudian dilakukan proses penguapan etanol.

c. Eksipien adalah bahan tambahan pada pembuatan granul effervescent ekstrak

temulawak. Eksipien yang digunakan pada penelitian ini yaitu : asam sitrat-

asam tartrat sebagai sumber asam, natrium bikarbonat sebagai sumber basa,

laktosa sebagai bahan pengisi dan pengering, PVP sebagai bahan pengikat,

dan aspartam sebagai pemanis.

d. Sifat fisik granul effervescent adalah parameter yang menentukan baik

tidaknya granul yang dibuat, meliputi kecepatan alir, kandungan lembab, dan

waktu larut.

e. Kecepatan alir adalah kecepatan yang diperlukan granul effervescent dengan

bobot 100 gram untuk mengalir melewati corong Hopper. Kandungan lembab

adalah jumlah lembab yang terkandung dalam granul effervescent. Waktu larut

Page 54: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

32

adalah waktu yang diperlukan oleh granul effervescent untuk larut dalam 200

ml air dengan pengadukan ringan sebanyak 20 kali.

f. Desain faktorial adalah suatu desain yang dapat digunakan untuk menentukan

secara simulasi efek dari beberapa faktor dan interaksinya secara signifikan

dan mengetahui faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan terhadap

suatu respon.

g. Level dalam penelitian ini adalah level rendah dan level tinggi asam sitrat-

asam tartrat yaitu 500 mg dan 800 mg, serta level rendah dan level tinggi

natrium bikarbonat yaitu 585 dan 936 mg.

h. Respon adalah hasil percobaan yang perubahannya dapat diamati secara

kuantitatif. Respon dalam penelitian ini adalah sifat fisik granul (kecepatan

alir, kandungan lembab, waktu larut)

i. Efek adalah perubahan pengaruh faktor terhadap respon karena adanya variasi

level yang dapat dihitung secara matematis dengan metode desain faktorial

dengan menghitung selisih antara rata-rata respon level tinggi dan rata-rata

respon level rendah. Efek pada penelitian ini adalah efek asam sitrat–asam

tartrat, efek natrium bikarbonat, dan efek interaksi.

j. Formula optimum granul effervescent adalah komposisi asam sitrat–asam

tartrat dan natrium bikarbonat yang dapat menghasilkan sifat fisik granul

effervescent yang memenuhi persyaratan, yaitu kecepatan alir granul lebih dari

10 gram/detik, waktu larut granul 60-120 menit dengan disertai pengadukan

sebanyak 20 kali, dan kandungan lembab granul 0,4-0,7%.

Page 55: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

33

k. Contour plot sifat fisik granul effervescent adalah grafik yang memuat nilai

respon sifat fisik granul effervescent berdasarkan persamaan desain faktorial.

l. Contour plot super imposed adalah gabungan dari masing-masing contour plot

sifat fisik granul effervescent yang digunakan untuk menentukan area

komposisi optimum.

C. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan penelitian

a. Bahan pembuatan ekstrak temulawak

Rimpang temulawak yang diperoleh dari Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta

dengan umur 2 tahun, etanol 96 % (kualitas teknis), aquadest, dan heksan (kualitas

teknis).

b. Bahan pembuatan granul effervescent

Ekstrak rimpang temulawak, asam sitrat (kualitas farmasetis), asam tartrat

(kualitas farmasetis), natrium bikarbonat (kualitas farmasetis), laktosa (kualitas

farmasetis), aspartam (kualitas farmasetis), polivinil pirolidon (kualitas

farmasetis), dan etanol 70 % (kualitas teknis).

c. Bahan untuk analisis KLT Densitometri

Etanol (pro analisis), kloroform (pro analisis), aquadest, kurkumin baku hasil

sintesis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, TLC Aluminium sheets precoated

silica gel 60 F254 (20 x 20 cm) tebal 0,2 mm (E. Merck)

Page 56: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

34

2. Alat penelitian

Neraca analitik (Metler Toledo 603002), mesin penyerbuk (Cross Brath

Mill Merk Retch Mitamura Riken Yoga, Jerman), alat untuk maserasi (bejana

Stainless), waterbath (Memmert), Termometer (Celcius), stopwatch (Alba Sport

Timer), seperangkat alat Kromatografi Lapis Tipis Densitometer : Dual

Wavelength Chromatoscanner Shimadzu CS-930 digabungkan dengan data

recorder Shimadzu DR-2, Direct Reading Microbalance Shimadzu Type LM-20

(Readibility 0,01 mg), pipet Gilson, seperangkat alat uji daya lekat, oven

(Memmert), alat pengukur waktu alir granul (berupa corong dan tutupnya),

dehumidifier (AOSIS D125), pengayak granul (Laboratory Sieve Mesh 12, 14,

16), viscotester (TipeVT-04 E), alat-alat gelas (Pyrex) : Erlenmeyer, Bekker glass,

gelas ukur, cawan Petri, batang pengaduk.

Page 57: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

35

D. Skema Jalannya Penelitian

Pengumpulan bahan dan determinasi tanaman temulawak

Pembuatan simplisia dan pembuatan serbuk simplisia rimpang temulawak

Pembuatan ekstrak rimpang temulawak

Pengujian ekstrak rimpang temulawak yang meliputi organoleptis, viskositas,

kandungan lembab, daya lekat, dan KLT-Densitometri

Pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak secara granulasi basah

Pembuatan granul asam Pembuatan granul basa

Keringkan dalam oven (45oC, 3 hari) Keringkan dalam oven (45oC, 3 hari)

Campur granul asam dan granul basa

Uji sifat fisik granul yang meliputi waktu larut, kandungan lembab, dan kecepatan alir

Analisis data

Kesimpulan

Gambar 3. Skema jalannya penelitian

Page 58: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

36

E. Tata Cara Penelitian

1. Pengumpulan rimpang temulawak

Simplisia rimpang temulawak diperoleh dari Samigaluh, Kulon Progo,

Yogyakarta sebanyak 200 kilogram.

2. Determinasi tanaman dan rimpang temulawak

Determinasi tanaman temulawak dilakukan di Laboratorium

Farmakognosi Fitokimia, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Determinasi dilakukan berdasarkan acuan buku Atlas Tumbuhan

Obat Indonesia (Dalimarta, 2003). Hasil determinasi digunakan untuk memastikan

bahwa tanaman yang diteliti adalah benar Curcuma xanthorrhiza Roxb.

3. Pembuatan simplisia dan pembuatan serbuk simplisia rimpang

temulawak

a. Sortasi basah. Rimpang temulawak dipisahkan dari bahan-bahan pencemar

seperti tanah dan rimpang lain selain temulawak.

b. Pencucian. Dilakukan pencucian rimpang temulawak pada air mengalir,

sambil disikat untuk menghilangkan tanah yang masih menempel.

c. Perajangan. Sebelum dipotong, rimpang temulawak terlebih dahulu

dibersihkan kulitnya, selanjutnya rimpang dipotong dengan ketebalan kurang

lebih 3 mm dengan arah melintang.

d. Pengeringan. Rimpang yang sudah dipotong dijemur di bawah sinar matahari

dan ditutup dengan kain hitam. Untuk memaksimalkan pengeringan, setelah agak

kering, simplisia tersebut kembali dikeringkan dalam oven dengan suhu kurang

lebih 50oC.

Page 59: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

37

e. Sortasi kering. Simplisia yang sudah cukup kering dipilih kembali untuk

memisahkan simplisia dari bahan-bahan asing yang mungkin mencemari dan

untuk memilih simplisia temulawak yang bagus (tidak ditumbuhi kapang).

f. Penyerbukan. Setelah simplisia cukup kering, yang ditandai dengan mudah

patah atau hancur saat diremas, simplisia tersebut diserbuk dengan menggunakan

mesin penyerbuk. Selanjutnya serbuk diayak dengan pengayak no. 8/24.

g. Penyimpanan. Simplisia yang sudah diserbuk kemudian ditempatkan dalam

wadah plastik yang diluarnya ditutup dengan alumunium foil agar tidak ditembus

cahaya, serta diberi silica gel sebagai pengering dan pengawet.

4. Pembuatan ekstrak rimpang temulawak dengan menggunakan pelarut

etanol 96%

Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut

etanol 96%. Serbuk ditimbang sebanyak 12 kg dimaserasi dengan 60 liter etanol

96% selama 4 hari. Setelah 4 hari, maserat yang dihasilkan disaring dengan

menggunakan kain penyaring. Pada maserat ditambahkan etanol 96% hingga

volume ekstrak sama seperti volume awal (ditambah etanol 96% ad 60 liter).

Maserat didiamkan selama 2 hari dan didekantasi untuk memisahkan amilum.

Kemudian dilakukan purifikasi dengan corong pisah menggunakan pelarut

heksan. Jumlah heksan yang digunakan sama dengan banyaknya maserat hasil

dekantasi. Lapisan bawah (bagian etanol) yang mengandung ekstrak rimpang

temulawak diambil, sedangkan lapisan atas (bagian heksan) dibuang. Maserat

yang dihasilkan diuapkan di atas Waterbath pada suhu 50-60oC hingga berat

ekstrak tinggal 1/9 dari berat serbuk yang diekstrak. Ekstrak yang diperoleh

Page 60: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

38

kemudian ditimbang, lalu ditempatkan di dalam wadah gelap dan disimpan di

tempat sejuk.

5. Standarisasi ekstrak rimpang temulawak

a. Pemeriksaan organoleptis. Pemeriksaan organoleptis meliputi warna, bau,

rasa, dan konsistensi ekstrak.

b. Kandungan lembab. Ekstrak rimpang temulawak ditimbang sebanyak 10

gram, dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam, kemudian

ditimbang. Masukkan kembali ke dalam oven dan tiap 1 jam ditimbang sampai

perbedaan antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25% (Anonim,

1995).

Kandungan lembab ditentukan dengan rumus :

MC = ekstrakakhirbobot

ekstrakakhirbobotekstrakawalbobot − x 100 %

c. Uji viskositas. Uji dilakukan dengan menggunakan viscotester Tipe VT-04 E.

Viscotester dipasang pada statip. Ekstrak dimasukkan ke dalam bejana stainless

steel dan dipilih rotor yang sesuai dengan konsistensi ekstrak. Rotor dipasang

pada alat uji dan diatur hingga rotor tercelup ke dalam ekstrak lalu alat uji

dihidupkan. Ketika rotor mulai jalan, indikator viskositas akan menunjukkan nilai

viskositas dari sampel yang diuji. Pembacaan viskositas sesuai dengan standar

kalibrasi, dimana untuk tipe VT-04 digunakan satuan dPa.S. Skala yang

ditunjukkan oleh jarum rotor dicatat sesuai dengan nomor yang dipakai.

d. Uji daya lekat. Uji dilakukan dengan menggunakan dua gelas objek. Gelas

objek ditandai seluas 2,5 x 2,5 cm kemudian ditentukan titik tengahnya. Kurang

Page 61: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

39

lebih 50 mg ekstrak diletakkan pada titik tengah tersebut kemudian ditutup dengan

gelas objek lain dan ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Kedua gelas

objek yang sudah saling melekat dipasang pada alat uji dengan diberi beban 80

gram. Dicatat waktu yang digunakan hingga kedua gelas objek terpisah.

e. Uji kualitatif dengan Kromatografi Lapis Tipis. 25 mg ekstrak dilarutkan

dalam 5 ml etanol (pro analisis), kemudian ditotolkan sebanyak 1 μl pada

lempeng silica gel 60 F254. Jarak pengembangan 6,5 cm. Silica gel 60 F254

digunakan sebagai fase diam, sedangkan fase geraknya adalah campuran

kloroform : etanol : aquadest (25 : 0,96 : 0,04). Deteksi bercak dilakukan dengan

menggunakan sinar ultraviolet pada λ 254 nm dan 365 nm. Kemudian dihitung

nilai Rf dengan rumus :

Rf = )(

)(tancmbercakanpengembangjarak

cmbercakperambajarak

f. Uji kuantitatif ekstrak rimpang temulawak.

1) Pembuatan kurva baku kurkumin

Dibuat larutan induk kurkumin dengan menimbang 25,0 mg kurkumin

baku hasil sintesis, larutkan dalam etanol (pro analisis) ad 25,0 ml.

Kemudian dibuat seri larutan baku dengan mengencerkan larutan induk

hingga diperoleh larutan yang mengandung kurkumin 0,12; 0,14; 0,18;

0,23; dan 0,35 µg/µl (masing-masing sebanyak 4 kali). Semua seri

larutan baku harus terlindung dari cahaya. Seri larutan baku ditotolkan

sebanyak 1 μl pada lempeng silica gel 60 F254 kemudian segera

dikembangkan dalam bejana yang telah dijenuhi dengan campuran

Page 62: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

40

kloroform : etanol : aquadest (25 : 0,96 : 0,04). Pengembangan

dilakukan setinggi 6,5 cm. Segera keluarkan lempeng silika gel,

dikeringkan dan secepatnya discanning dengan densitometer pada λ 420

nm. Kemudian dihitung persamaan garis regresi linier untuk digunakan

sebagai persamaan garis regresi kurva baku. Pada 3 replikasi yang lain

dihitung kadar kurkumin (yang diperoleh kembali) dengan menggunakan

persamaan garis regresi kurva baku. Selanjutnya dihitung nilai perolehan

kembali dan koefisien variasinya.

2) Penetapan kadar kurkumin dalam ekstrak

Penetapan kadar kurkumin dilakukan dengan melarutkan 25,0 mg

sampel dalam 5,0 ml etanol (pro analisis). Kadar kurkumin dalam

ekstrak dihitung berdasarkan kromatogram yang memiliki nilai Rf sama

dengan Rf kurkumin baku menggunakan persamaan regresi kurva baku.

Sampel ditotolkan sebanyak 1 μl pada lempeng silica gel 60 F254,

kemudian segera dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah

dijenuhi dengan campuran kloroform : etanol : aquadest (25 : 0,96 :

0,04). Pengembangan dilakukan setinggi 6,5 cm. Segera keluarkan

lempeng silica gel, dikeringkan dan secepatnya discanning dengan

densitometer pada λ 420 nm. Dilakukan perhitungan kadar kurkumin

dalam sampel berdasarkan persamaan regresi kurva baku yang telah

diperoleh.

Page 63: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

41

6. Perhitungan dosis

Dosis kurkumin dalam ekstrak temulawak sebagai perangsang penciutan

kandung empedu pada penelitian efek kurkumin pada kandung empedu manusia

adalah 20 mg (Lelo, Rasyid, Zain-Hamid, 1998).

Berdasarkan hasil KLT densitometri, kadar kurkumin rata-rata yang

terkandung dalam ekstrak rimpang temulawak adalah sebesar 6,11 ± 0,39%. Jika

dosis tiap formula granul effervescent 1 x minum sebesar 20 mg, maka berat

ekstrak rimpang temulawak yang digunakan adalah:

327,33mg mg1006,11mg20mg

=x ≈ 327 mg

7. Penentuan level rendah dan level tinggi asam sitrat-asam tartrat dan

natrium bikarbonat

Tabel II. Level rendah dan level tinggi formula granul effervescent ekstrak rimpang temulawak

Formula Asam sitrat (mg) Asam tartrat (mg) Natrium bikarbonat (mg)

1 316 184 585 a 505 295 585 b 316 184 936 ab 505 295 936

8. Optimasi Formula Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak

Pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak dibuat dalam empat

formula dengan variasi sumber asam (asam sitrat-asam tartrat) dan sumber basa

(natrium bikarbonat).

Page 64: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

42

Tabel III. Formula granul effervescent ekstrak temulawak

Formula Bahan 1 a b ab Ekstrak temulawak 327 mg 327 mg 327 mg 327 mg Asam tartrat 184 mg 295 mg 184 mg 295 mg Asam sitrat 316 mg 505 mg 316 mg 505 mg Natrium bikarbonat 585 mg 585 mg 936 mg 936 mg Laktosa 884 mg 884 mg 884 mg 884 mg Polivinil pirolidon 3 % 10 mg 10 mg 10 mg 10 mg Aspartam 100 mg 100 mg 100 mg 100 mg

9. Pembuatan granul effervescent dengan metode granulasi basah

Timbang bahan-bahan sesuai dengan formula masing-masing.

Penimbangan bahan dilakukan untuk 100 kemasan granul. Dilakukan pembuatan

granul effervescent pada kelembaban relatif (Rh) antara 50-53%. Buat larutan

PVP 3% yang dilarutkan dalam etanol 70%. Buat granul asam, dengan

mencampurkan asam sitrat dan asam tartrat, kemudian tambahkan laktosa dan

aspartam, aduk secara merata. Tambahkan ekstrak rimpang temulawak ke dalam

campuran asam dan campur secara merata. Tambahkan PVP 3% sedikit demi

sedikit dan secukupnya sampai terbentuk massa yang dapat digranul. Keringkan

dalam oven pada suhu 45oC selama 3 hari. Granul asam diayak dengan ayakan no.

mesh 16. Buat granul basa dengan mencampur natrium bikarbonat dengan PVP

3% sedikit demi sedikit sampai terbentuk massa yang dapat digranul. Keringkan

dalam oven pada suhu 45oC selama 3 hari. Granul basa diayak dengan ayakan no.

mesh 16. Campur granul asam dengan granul basa. Kemudian lakukan uji sifat

fisik granul.

Page 65: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

43

10. Uji sifat fisik granul effervescent ekstrak rimpang temulawak

a. Sifat alir

Uji sifat alir granul effervescent dilakukan dengan uji kecepatan alir. Ditimbang

100 gram granul, dimasukkan ke dalam corong yang ujung tangkainya tertutup.

Tutup pada ujung tangkai dibuka dan granul dibiarkan mengalir keluar sampai

habis. Waktu alirnya dicatat mulai dari saat tutup dibuka sampai seluruh granul

habis keluar (Guyot, cit., Fudholi, 1983).

b. Kandungan lembab granul

Lima gram granul diletakkan pada cawan petri dan dimasukkan ke dalam oven

dengan suhu 105oC, yang sebelumnya telah dipanaskan selama 15 menit. Bobot

granul mula-mula dan sesudah pemanasan dihitung (Ansel, 1989). Granul

dipanaskan sampai perbedaan antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari

0,25% (Anonim, 1995).

MC = granulakhirbobot

granulakhirbobotgranulawalbobot − x 100 %

c. Waktu larut

Masukkan granul sesuai bobot granul pada tiap formula ke dalam gelas yang

berisi 200 ml air. Catat waktu yang diperlukan granul untuk larut dalam air

dengan stopwatch (Mohrle, 1980).

11. Penentuan profil sifat fisik granul effervescent dan area komposisi

Respon untuk semua kombinasi dapat diprediksi dengan persamaan desain

faktorial, Y = b0 + b1 (A) + b2 (B), b12 (A)(B), di mana :

Y = respon hasil percobaan yang diamati

a = level faktor I : asam sitrat–asam tartrat

Page 66: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

44

b = level faktor II : natrium bikarbonat

ab = level faktor I (asam sitrat–asam tartrat) dikalikan level faktor II

(natrium bikarbonat)

b0, b1, b2, b12 = koefisien yang dihitung dari hasil percobaan

12. Analisis hasil

Data kuantitatif yang diperoleh dianalisis secara matematis

menggunakan persamaan desain faktorial. Dari persamaan desain faktorial ini

akan dibuat contour plot sifat fisik granul effervescent ekstrak rimpang

temulawak. Dari masing-masing contour plot disatukan menjadi contour plot

super imposed untuk mengetahui area komposisi optimum asam sitrat–asam

tartrat dan natrium bikarbonat, terbatas pada level yang diteliti.

Page 67: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Determinasi Tanaman Temulawak

Penelitian tentang pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang

temulawak ini diawali dengan melakukan determinasi tanaman dan rimpang

temulawak yang akan digunakan sebagai sumber zat aktif dalam sediaan granul

effervescent. Determinasi tanaman dan rimpang temulawak dilakukan di

Laboratorium Farmakognosi Fitokimia, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta. Determinasi dilakukan berdasarkan kunci determinasi.

Determinasi dilakukan dengan menggunakan acuan buku Atlas Tumbuhan Obat

Indonesia (Dalimarta, 2003). Tujuan determinasi adalah untuk memastikan bahwa

tanaman yang diteliti adalah benar Curcuma xanthorrhiza Roxb.

Hasil determinasi menunjukkan bahwa bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah benar-benar temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

B. Penyiapan Simplisia dan Pembuatan Serbuk Rimpang Temulawak

Rimpang temulawak yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

daerah Samigaluh, Kulonprogo pada bulan Oktober 2005. Rimpang yang

digunakan ini kurang lebih berumur 2 tahun.

Langkah awal dalam pembuatan serbuk rimpang temulawak adalah

melakukan pencucian terhadap rimpang temulawak yang akan diserbuk.

Pencucian dilakukan di bawah air mengalir dengan tujuan untuk menghilangkan

45

Page 68: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

46

semua kotoran yang masih melekat. Rimpang kemudian dikupas dan diiris tipis-

tipis kurang lebih setebal 2,5 mm lalu dikeringkan. Pengeringan dilakukan di

bawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam. Tujuan pengeringan adalah

untuk mengurangi kandungan lembab yang ada dalam rimpang temulawak. Hal

ini akan mencegah terjadinya pembusukan rimpang oleh cendawan, sehingga

kualitas simplisia tidak menurun dan tidak rusak. Setelah simplisia kering yang

ditandai dengan mudahnya simplisia untuk dipatahkan, selanjutnya dilakukan

penyerbukan. Serbuk yang dihasilkan diayak dengan ayakan no. 8/24. Pembuatan

serbuk bertujuan untuk memperluas kontak antara permukaan serbuk simplisia

dengan cairan penyari yang akan digunakan dalam proses ekstraksi. Dari hasil

pembuatan serbuk diperoleh bahwa kurang lebih 180 kg rimpang dapat

menghasilkan kurang lebih 15 kg serbuk.

C. Hasil Pembuatan Ekstrak Rimpang Temulawak

Ekstraksi serbuk rimpang temulawak dilakukan dengan metode

maserasi. Cairan penyari yang digunakan adalah etanol 96%. Maserasi merupakan

cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan merendam serbuk dalam cairan

penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga

sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan dengan adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam dan di luar sel, maka larutan yang

terpekat akan terdesak keluar.

Cairan penyari yang digunakan adalah etanol 96%. Penggunaan etanol

sebagai pelarut akan bisa menyari kurkumin, karena kurkumin bersifat larut dalam

Page 69: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

47

etanol. Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi, karena maserasi dapat

mengekstrak bahan dalam jumlah yang besar, sehingga ekstraksi dapat dilakukan

sekaligus. Selain itu, maserasi juga dapat digunakan untuk menstandarisasi

ekstrak, terkait dengan banyaknya kurkumin yang dapat tersari, sehingga ekstrak

yang dihasilkan juga reprodusibel. Dengan demikian, ekstraksi dengan proses

yang sama akan dapat mengekstrak kurkumin dengan jumlah yang kurang lebih

sama.

Maserasi dilakukan selama 4x24 jam pada suhu kamar (27oC). Serbuk

yang telah terekstrak disaring dengan menggunakan kain untuk memisahkan

ekstrak dari ampasnya. Ekstrak cair yang dihasilkan didiamkan selama 2 hari,

kemudian didekantasi. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghilangkan amilum

yang terkandung dalam ekstrak. Kemudian dilakukan purifikasi dengan ekstraksi

pelarut menggunakan pelarut heksan. Heksan merupakan pelarut nonpolar,

sehingga semua komponen nonpolar yang terkandung dalam ekstrak akan masuk

ke dalam fase heksan, sedangkan kurkumin akan lebih banyak masuk ke dalam

fase etanol. Tujuan purifikasi adalah untuk menghilangkan senyawa-senyawa

nonpolar seperti oleoresin yang tidak dikehendaki dalam pembuatan ekstrak ini.

Ekstrak yang dihasilkan kemudian dipekatkan dengan penguapan di atas

waterbath. Pemekatan dilakukan sampai bobot akhir ekstrak tinggal 1/9 dari bobot

awal serbuk.

Dari ekstraksi yang dilakukan diperoleh bahwa kurang lebih 12 kg

serbuk dapat menghasilkan kurang lebih 600 gram ekstrak.

Page 70: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

48

D. Penetapan Kadar Kurkumin

1. Pembuatan kurva baku kurkumin

Kurva hubungan antara kadar kurkumin baku dengan area kromatogram

untuk pembuatan kurva baku disajikan dalam gambar dan tabel berikut :

0.1

0.3

0.5

0.7

0.9

1.1

1.3

0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

Gambar 4. Kurva hubungan antara kadar kurkumin baku dengan area kromatogram

Tabel IV. Hubungan antara kadar kurkumin baku dengan area kromatogram

Are

a K

rom

atog

ram

x 1

05

Y = 4,1110X -0,2369

Kadar kurkumin (µg/µl)

Kadar kurkumin (µg/µl) Area (x 105) 0,12 0,27107 0,14 0,32107 0,18 0,50799

0,23 0,70440 0,35 1,20423

Page 71: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

49

Dari hasil analisis hubungan antara kadar kurkumin vs kromatogram

dengan persamaan korelasi, diperoleh persamaan garis regresi untuk kurva baku,

yaitu Y= 4,1110X - 0,2369 dengan nilai koefisien korelasi r = 0,9995. Nilai

koefisien korelasi yang diperoleh memenuhi persyaratan data linieritas, yaitu lebih

dari 0,999 (Mulja dan Hanwar, 2003). Dengan demikian, kurva baku yang

dihasilkan tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk perhitungan penetapan

kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak.

2. Penetapan recovery dan koefisien variasi

Hasil perhitungan recovery menunjukkan bahwa perolehan kembali

kurkumin pada kadar 0,12 µg/µl sebesar 98,67% dengan koefisien variasi sebesar

0,34%, pada kadar 0,14 µg/µl perolehan kembali yang dihasilkan adalah 101,38%

dengan koefisien variasi sebesar 0,35%, pada kadar 0,18 µg/µl perolehan kembali

yang dihasilkan adalah 99,65% dengan koefisien variasi sebesar 1,62%, pada

kadar 0,23 µg/µl perolehan kembali yang dihasilkan adalah 99,48% dengan

koefisien variasi sebesar 0,74%, pada kadar 0,35 µg/µl perolehan kembali yang

dihasilkan adalah 100,94% dengan koefisien variasi sebesar 0,96% . Hasil yang

diperoleh tersebut masuk dalam rentang nilai perolehan kembali yaitu pada

rentang 98-102% dan nilai koefisien variasi yang kurang dari 2% (Mulja dan

Hanwar, 2003).

3. Penetapan kadar kurkumin dalam sampel ekstrak rimpang temulawak

menggunakan KLT densitometri

Metode analisis kurkumin yang terkandung dalam sampel ekstrak

rimpang temulawak dilakukan secara KLT densitometri. Teknik pengukuran

Page 72: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

50

dengan KLT densitometri didasarkan pada refleksi, dimana sinar yang datang

sebagian diserap dan sebagian lagi dipantulkan. Banyaknya sinar yang

direfleksikan akan ditangkap oleh suatu alat yang disebut sebagai photomultiplier

yang akan diteruskan ke pencatat atau recorder untuk diubah menjadi puncak atau

kromatogram. Luas puncak atau tinggi puncak sesuai dengan konsentrasi senyawa

pada noda yang diukur kerapatannya (Mintarsih, 1990).

Hasil uji penetapan kadar kurkumin dalam sampel ekstrak rimpang

temulawak menunjukkan bahwa kadar rata-rata kurkumin dalam ekstrak rimpang

temulawak yang dihasilkan adalah sebesar 6,11% dengan nilai SD sebesar 0,39.

E. Hasil Standarisasi Ekstrak Rimpang Temulawak

Tabel V. Hasil uji daya lekat, viskositas, dan kandungan lembab ekstrak rimpang temulawak

Uji ekstrak Nilai ( X ± SD)

Daya lekat (detik) 0,34 ± 0,01

Viskositas (dPa.S) 1,68 ± 0,06

Kandungan lembab (%) 32,88 ± 7,56

Standarisasi ekstrak rimpang temulawak dilakukan agar ekstrak yang

dihasilkan menjadi terstandar, baik prosedur uji maupun kualitas bahan yang

digunakan. Hasil standarisasi ekstrak yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan organoleptis ekstrak rimpang temulawak

Pemeriksaan awal yang dilakukan dalam standarisasi ekstrak rimpang

temulawak adalah pemeriksaan organoleptis. Pemeriksaan yang dilakukan

Page 73: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

51

meliputi konsistensi ekstrak, bau, warna, dan rasa ekstrak. Hasil sari pemeriksaan

organoleptis ekstrak adalah sebagai berikut :

Konsistensi : agak kental

Warna : coklat kehitaman

Bau : khas aromatis

Rasa : pahit

2. Hasil uji daya lekat

Daya lekat ekstrak rimpang temulawak diketahui dengan menghitung

waktu rata-rata yang dibutuhkan ekstrak untuk melepaskan kedua object glass

yang saling berlekatan. Uji daya lekat dilakukan dengan tujuan agar ekstrak

rimpang temulawak yang dihasilkan mempunyai kualitas yang sepadan untuk

digunakan sehingga kualitas granul effervescent yang dihasilkan juga sepadan. Uji

daya lekat ekstrak rimpang temulawak merupakan hasil dari kemampuan ekstrak

untuk melekat. Semakin besar waktu lekat ekstrak, maka akan semakin tinggi pula

daya lekatnya.

Dalam pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak, daya

lekat mempengaruhi daya ikat granul yang dihasilkan. Ekstrak dengan daya lekat

yang besar akan menghasilkan granul dengan daya ikat yang besar juga.

Kelengketan ekstrak rimpang temulawak pada formulasi berperan sebagai

pengikat. Dari data yang diperoleh, hasil uji daya lekat ekstrak temulawak sebesar

0,34±0,01 detik, dihitung dari waktu yang dibutuhkan untuk melepaskan object

glass.

Page 74: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

52

3. Hasil uji viskositas

Uji viskositas ekstrak dilakukan dengan menggunakan viscotester tipe

VT-04 E. Dari data yang diperoleh, hasil uji viskositas ekstrak temulawak sebesar

1,68 ± 0,06 dPa.S terhitung dari nilai yang ditunjukkan oleh jarum pada

viscotester. Uji daya lekat perlu dilakukan dengan tujuan sebagai standarisasi

ekstrak rimpang temulawak yang dibuat. Sifat fisik ekstrak yang berbeda akan

menghasilkan granul dengan sifat fisik yang berbeda pula. Dengan standarisasi

ekstrak ini diharapkan jika menggunakan ekstrak dengan standar yang sama maka

granul effervescent yang dihasilkan kurang lebih juga sama. Viskositas suatu

cairan menunjukkan kecepatan mengalirnya cairan. Viskositas ekstrak

mencerminkan kekentalan ekstrak rimpang temulawak yang dibuat. Semakin

kental suatu cairan, semakin besar gaya yang diperlukan untuk membuatnya

mengalir pada kecepatan tertentu (Martin, 1993).

Dalam pembuatan granul effervescent ekstrak temulawak, viskositas

akan mempengaruhi pencampuran bahan-bahan saat granulasi. Viskositas ekstrak

yang terlalu tinggi akan mempersulit proses granulasi. Hal ini terjadi karena

ekstrak yang terlalu kental akan semakin sulit untuk bercampur homogen dengan

bahan-bahan yang lain. Viscotester tipe VT-04E bekerja dengan berdasarkan

prinsip hambatan pemutaran rotor oleh ekstrak yang diuji. Semakin kental ekstrak

yang dihasilkan, semakin besar pula daya hambat ekstrak terhadap permutaran

rotor. Bentuk dan ukuran rotor disesuaikan dengan ekstrak yang dihasilkan

sehingga rotor tetap dapat berputar dalam ekstrak yang diuji. Dalam penelitian ini

digunakan rotor nomor 3.

Page 75: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

53

4. Hasil uji kandungan lembab

Uji kandungan lembab ekstrak rimpang temulawak dilakukan

menggunakan oven sebagai alat pemanas dengan cara menimbang ekstrak

sebelum dan setelah pemanasan. Pemanasan dilakukan pada suhu 105oC. Selisih

antara dua penimbangan berat ekstrak sesudah pemanasan berturut-turut tidak

lebih dari 0,25% (Anonim, 1995). Berkurangnya berat ekstrak dianggap sebagai

hilangnya pelarut yang ada dalam ekstrak akibat pemanasan. Dengan demikian

akan diketahui persentase kandungan lembab yang ada dalam ekstrak dengan

membandingkan selisih berat ekstrak sebelum dan setelah pemanasan terhadap

berat akhir ekstrak. Berdasarkan data yang diperoleh, ekstrak yang dipanaskan

selama 14 jam mempunyai kandungan lembab rata-rata sebesar 32,88±7,56 %.

Pada saat melakukan uji, selisih berat dua kali penimbangan selalu konstan,

bahkan lebih besar, padahal uji sudah dilakukan selama berhari-hari. Hal ini

mungkin disebabkan karena sudah terjadi penguraian ekstrak, dimana ekstrak

yang berasal dari bahan tumbuhan mengandung komponen karbon yang dapat

mengalami penguraian menjadi H2O dan CO2 dengan adanya pemanasan (Voigt,

1994). Adanya H2O dari hasil penguraian akan meningkatkan kandungan lembab

ekstrak. Hal inilah yang menyebabkan penurunan selisih dua kali penimbangan

terus-menerus konstan. Uji dihentikan pada saat selisih dua kali penimbangan

berat ekstrak mendekati 0,25% yaitu pada jam ke-14.

5. Hasil uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Fase diam : Silica gel 60 F254

Fase gerak : kloroform : etanol : aquadest (25 : 0,96 : 0,04)

Page 76: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

54

Standar : kurkumin baku hasil sintesis

Jarak pengembangan : 6,5 cm

Deteksi bercak dilakukan pada UV 254 nm dan UV 365 nm untuk

memastikan bahwa bercak yang dimaksud adalah bercak tunggal kurkumin. Dari

deteksi yang dilakukan diketahui bahwa bercak yang dihasilkan adalah bercak

tunggal kurkumin karena memiliki warna bercak yang sama dengan warna bercak

kurkumin baku. Hasil deteksi bercak kurkumin baku , kurkumin dan demetoksi

kurkumin dalam sampel ekstrak rimpang temulawak dapat dilihat dalam gambar

5, 6, dan tabel VI.

S1 S2 S3 X1 X2 X3 S4 S5 S6

Gambar 5. Foto hasil KLT pada UV 254 nm

Keterangan gambar :

S1 : baku kurkumin dengan kadar 0,12 µg/µl

S2 : baku kurkumin dengan kadar 0,14 µg/µl

Page 77: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

55

S3 : baku kurkumin dengan kadar 0,18 µg/µl

S4 : baku kurkumin dengan kadar 0,23 µg/µl

S5 : baku kurkumin dengan kadar 0,35 µg/µl

X1 : sampel 1

X2 : sampel 2

X3 : sampel 3

2 2 2

1 1 1

S1 S2 S3 X1 X2 X3 S4 S5 S6

Gambar 6. Foto hasil KLT pada UV 365 nm

Keterangan gambar :

1 : bercak demetoksikurkumin

2 : bercak kurkumin

S1 : baku kurkumin dengan kadar 0,12 µg/µl

S2 : baku kurkumin dengan kadar 0,14 µg/µl

S3 : baku kurkumin dengan kadar 0,18 µg/µl

Page 78: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

56

S4 : baku kurkumin dengan kadar 0,23 µg/µl

S5 : baku kurkumin dengan kadar 0,35 µg/µl

X1 : sampel 1

X2 : sampel 2

X3 : sampel 3

Tabel VI. Hasil uji deteksi bercak kurkumin baku, kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak, dan demetoksikurkumin dalam ekstrak rimpang

temulawak secara KLT

Bercak Rf Visual Deteksi UV 254nm

Deteksi UV365nm

Kurkumin baku 0,54 Kuning Coklat kekuningan

Kuning kehijauan

Kurkumin 0,54 Kuning Coklat kekuningan

Kuning kehijauan

Demetoksikurkumin 0,39 Kuning Coklat kekuningan

Kuning kehijauan

Uji kualitatif kurkumin bertujuan untuk memastikan bahwa ekstrak

temulawak yang digunakan sebagai bahan aktif pembuatan granul mengandung

kurkumin. Dalam pembuatan granul effervescent ini, kurkumin merupakan bahan

aktif yang berkhasiat sebagai perangsang penciutan kandung empedu. Dari hasil

uji KLT densitometri diperoleh dua bercak. Pada bercak pertama, dari hasil

pengamatan secara visual, dengan deteksi UV 254 nm, dan dengan deteksi UV

365 nm, dihasilkan bahwa antara bercak kurkumin baku dan bercak ekstrak

rimpang temulawak mempunyai harga Rf dan warna bercak yang sama, sehingga

dapat dikatakan bahwa ekstrak rimpang temulawak yang dibuat ini mengandung

kurkumin. Bercak lain yang terdapat dalam ekstrak rimpang temulawak yang

Page 79: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

57

mempunyai harga Rf lebih rendah daripada Rf kurkumin baku dan mempunyai

warna yang sama dengan kurkumin baku diduga merupakan bercak turunan

kurkumin yang lain, yaitu demetoksikurkumin.

F. Formulasi dan Pembuatan Granul Effervescent

Setelah diperoleh ekstrak rimpang temulawak, maka langkah selanjutnya

adalah melakukan formulasi untuk mendapatkan formula granul effervescent.

Studi formulasi suatu sediaan obat mempunyai cakupan yang cukup luas, meliputi

pemilihan bahan-bahan baik dari bahan aktif sampai bahan tambahan lainnya,

bentuk sediaan, cara produksi, pemilihan alat produksi, lingkungan, serta

packagingnya. Kondisi bahan baku yang berbeda, seperti ekstrak kental, ekstrak

kering akan mempengaruhi komposisi formulasinya. Dalam formulasi ini

digunakan bahan baku ekstrak rimpang temulawak yang mempunyai konsistensi

agak kental, dengan bentuk sediaan granul effervescent. Sediaan effervescent

penggunaannya praktis, mudah, dan menyenangkan dibandingkan dengan bentuk

sediaan yang lain. Penggunaan sediaan granul effervescent ini dapat disiapkan

dalam waktu yang seketika dengan dosis yang tepat, sehingga bentuk sediaan ini

diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif bentuk sediaan obat dari bahan

alam.

Formula yang dibuat dalam penelitian ini menggunakan variasi jumlah

sumber asam dan basa yang digunakan. Granul effervescent biasanya diolah dari

suatu kombinasi asam, misalnya asam sitrat dan asam tartrat, karena penggunaan

asam tunggal saja akan menimbulkan kesukaran (Ansel, 1989). Sumber asam

Page 80: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

58

yang digunakan adalah campuran asam sitrat dan asam tartrat, sedangkan sumber

basa yang digunakan adalah natrium bikarbonat. Natrium bikarbonat merupakan

bagian terbesar sumber karbonat dengan kelarutan yang sangat baik di dalam air,

tidak higroskopis, serta tersedia secara komersil mulai dari bentuk bubuk sampai

granul (Ansel, 1989). Penggunaan asam dan basa dalam formulasi sediaan

effevescent sangat penting, karena dengan penambahan air pada bahan-bahan

asam akan menyebabkan asam-asam tersebut terhidrolisis kemudian akan

melepaskan asam yang dalam proses selanjutnya akan bereaksi dengan bahan

karbonat dan terbentuk gas CO2, sehingga terjadi reaksi effervescent.

Adapun reaksi antara asam sitrat maupun asam tartrat dengan natrium

bikarbonat adalah sebagai berikut :

Reaksi antara natrium bikarbonat dengan asam sitrat :

3NaHCO + H3C6H5O7 → Na3C6H5O7 + 3H20 + 3CO2

natrium bikarbonat asam sitrat

Reaksi antara natrium bikarbonat dengan asam tartrat :

2NaHCO3 + H2C4H4O6 → Na2C4H4O6 + 2H2O + 2CO2

natrium bikarbonat asam tartrat

Jumlah campuran asam yang digunakan dalam formulasi ini dihitung

dari perbandingan optimum antara asam sitrat dan asam tartrat berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Sari (2006). Terlebih dahulu ditetapkan bobot

granul yang akan dibuat. Persentase asam dalam suatu tablet effevescent adalah

25-40% digunakan untuk menghitung jumlah level asam. Dari hasil perhitungan

diperoleh bahwa level rendah campuran asam yang digunakan adalah 500 mg

Page 81: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

59

(184 mg asam tartrat dan 316 mg asam sitrat). Level tinggi campuran asam yang

digunakan adalah 800 mg (295 mg asam tartrat dan 505 mg asam sitrat).

Perhitungan level basa dilakukan berdasarkan perhitungan secara stoikhiometri.

Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa level rendah basa yang digunakan adalah

585 mg, sedangkan level tinggi basa yang digunakan adalah 936 mg.

Setelah penentuan level campuran asam dan basa selesai, maka

dilanjutkan dengan pembuatan granul effervescent. Pembuatan granul asam dan

granul basa dipisah agar tidak terjadi reaksi effervescent yang prematur. Pada

granul asam mengandung ekstrak temulawak yang ditambah dengan sumber asam

(asam sitrat dan asam tartrat), PVP sebagai bahan pengikat, aspartam sebagai

bahan pemanis, dan laktosa sebagai bahan pengisi, sedangkan pada granul basa

hanya mengandung natrium bikarbonat yang ditambah dengan PVP sebagai bahan

pengikat.

Semua proses yang dilakukan, baik formulasi maupun uji sifat fisik

granul effervescent dilakukan dalam ruangan dengan kelembaban relatif antara 50-

53% dengan tujuan untuk menghindari pengaruh kelembaban terhadap reaksi

asam dan basanya.

G. Hasil Uji Sifat Fisik Granul Effervescent

Setelah dilakukan pembuatan granul effervescent, dilanjutkan dengan uji

sifat fisik granul effervescent yang meliputi uji kecepatan alir, kandungan lembab,

dan waktu larut. Hasil uji yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Page 82: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

60

Tabel VII. Hasil pengukuran uji sifat fisik granul effervescent ekstrak rimpang temulawak

Sifat fisik granul F(1) F(a) F(b) F(ab)

Kecepatan alir (g/dt) 64,89±1,39 65,09±0,96 65,10±1,34 65,39±1,38

Kandungan lembab (%) 0,69±0,06 0,67±0,12 0,66±0,08 0,64±0,14

Waktu larut (detik) 97,96±1,26 119,09±0,54 94,90±2,60 84,64±2,73

Hasil yang telah diperoleh tersebut kemudian diolah dengan

menggunakan aplikasi desain faktorial. Dari perhitungan besarnya masing-masing

efek, diperoleh hasil seperti yang tertera pada tabel VIII :

Tabel VIII. Hasil perhitungan efek berdasarkan desain faktorial

Sifat fisik granul Efek A Efek B Efek interaksi

Kecepatan alir 0,24 0,25 0,04

Kandungan lembab |-0,02| |-0,03| 1,99x10-3

Waktu larut 5,43 |-18,76| |-15,70|

Keterangan :

Efek A : efek campuran asam sitrat-asam tartrat

Efek B : efek natrium bikarbonat

Efek interaksi : efek interaksi antara campuran asam sitrat-asam tartrat dan

natrium bikarbonat

1. Kecepatan alir

Pengukuran sifat alir pada penelitian ini dilakukan dengan menghitung

kecepatan alir granul effervescent yang dibuat. Pengukuran kecepatan alir

merupakan metode penentuan sifat alir secara langsung dengan menggunakan

Page 83: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

61

corong ukur dan stopwatch. Pengukuran dilakukan dengan menghitung waktu

yang dibutuhkan sejumlah granul untuk mengalir keluar dari corong pengukur

waktu alir. Kecepatan alir granul yang baik diperlukan untuk memberikan

kemudahan pada saat pengepakan (packaging). Berdasarkan acuan Guyot dalam

Fudholi (1983), waktu alir untuk 100 gram granul sebaiknya tidak melebihi 10

detik. Dengan kata lain bahwa granul yang baik mempunyai kecepatan alir tidak

kurang dari 10 gram/detik. Berdasarkan data pada tabel VII, keempat formula

granul yang dihasilkan mempunyai kecepatan alir lebih dari 10 gram/detik.

Dengan demikian, granul effervescent ekstrak temulawak yang dihasilkan dalam

penelitian ini memenuhi syarat kecepatan alir granul yang baik.

Untuk melihat hubungan antara pengaruh peningkatan level campuran

asam (asam sitrat-asam tartrat) dan level basa terhadap kecepatan alir granul

effervescent, dapat dilihat dalam grafik berikut :

a b

Gambar 7. Pengaruh level campuran asam (a) dan basa (b) terhadap kecepatan alir granul effervescent

Peningkatan kecepatan alir pada penggunaan basa level tinggi lebih

tajam dibandingkan pada penggunaan basa level rendah. Dengan meningkatnya

Pengaruh asam terhadap kecepatan alir

64.864.9

6565.165.265.3

65.465.5

500 550 600 650 700 750 800

Asam (mg)

Kec

epat

an a

lir

(g/d

etik

)

level rendah basa level tinggi basa

Pengaruh basa terhadap kecepatan alir

64.8

64.9

65

65.165.2

65.3

65.4

65.5

585 635 685 735 785 835 885 935

Basa (mg)

Kec

epat

an a

lir (g

/det

ik)

level rendah asam level t iggi asam

`

Page 84: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

62

level campuran asam, perubahan kecepatan alir granul effervescent lebih

dipengaruhi oleh penggunaan basa level tinggi daripada penggunaan basa level

rendah. Hal ini dapat dilihat pada gambar 7a bahwa pada penggunaan basa level

tinggi menghasilkan kurva perubahan kecepatan alir yang lebih curam

dibandingkan pada penggunaan basa level rendah. Hal ini ditunjukkan dengan

nilai kecuraman (slope) pada basa level tinggi (9,5556 x 10-4) lebih besar daripada

slope pada basa level rendah (6,6667 x 10-4).

Peningkatan kecepatan alir granul effervescent pada penggunaan

campuran asam level tinggi lebih tajam dibandingkan pada penggunaan campuran

asam level rendah. Dengan meningkatnya level basa, perubahan kecepatan alir

granul effervescent lebih dipengaruhi oleh penggunaan campuran asam level

tinggi daripada penggunaan campuran asam level rendah. Hal ini dapat dilihat

pada gambar 7b bahwa pada penggunaan campuran asam level tinggi

menghasilkan kurva perubahan kecepatan alir yang lebih curam dibandingkan

pada penggunaan campuran asam level rendah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai

kecuraman (slope) pada asam level tinggi (8,4520 x 10-4) lebih besar daripada

slope pada asam level rendah (5,9829 x 10-4).

Gambar 7a dan 7b memperlihatkan kurva yang tidak sejajar pada

masing-masing grafik. Hal ini menunjukkan bahwa antara campuran asam dan

basa terjadi interaksi dalam menentukan kecepatan alir granul effervescent.

Kedua fenomena yang tersirat dalam gambar 7a dan 7b dapat dijelaskan

melalui perhitungan desain faktorial. Hasil perhitungan desain faktorial kecepatan

alir granul menunjukkan bahwa besarnya efek campuran asam adalah 0,24, efek

Page 85: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

63

basa adalah 0,25, dan efek interaksinya 0,04. Dapat dilihat bahwa campuran asam,

basa, dan interaksi campuran asam dan basa masing-masing memiliki efek

meningkatkan kecepatan alir granul effervescent, namun efek basa lebih besar

dibandingkan dengan efek campuran asam maupun efek interaksinya. Dengan

demikian diprediksi bahwa basa lebih dominan dalam menentukan kecepatan alir

granul effevescent. Hal ini disebabkan karena penggunaan natrium bikarbonat

akan mempengaruhi kerapuhan granul yang dihasilkan. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan, semakin banyak jumlah natrium bikarbonat yang digunakan akan

menghasilkan granul effervescent yang semakin tidak rapuh. Semakin tidak rapuh

granul yang dihasilkan, maka granul tersebut akan semakin tahan terhadap

goncangan mekanis sehingga fine partikel yang dihasilkan akan semakin sedikit.

Dengan kata lain, granul akan semakin mudah mempertahankan ukuran granul

yang dihasilkan sehingga kecepatan alir yang diperoleh juga akan semakin baik.

2. Kandungan lembab

Pada penelitian ini dilakukan uji kandungan lembab untuk mengetahui

kandungan lembab pada granul effervescent kering. Kandungan lembab dalam

granul dapat mempengaruhi sifat alir dan stabilitas granul selama penyimpanan.

Kandungan lembab granul yang terlalu tinggi akan menyebabkan terjadinya reaksi

effervescent yang prematur sehingga granul menjadi tidak stabil. Kandungan

lembab granul yang terlalu rendah dapat menyebabkan granul menjadi rapuh,

sedangkan kandungan granul yang terlalu tinggi dapat menyebabkan granul sulit

mengalir dan tidak stabil selama penyimpanan (Voigt, 1994). Granul effervescent

yang baik memiliki kandungan lembab 0,4-0,7% (Dash, 2000). Pengukuran

Page 86: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

64

kandungan lembab pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan oven pada

suhu 105oC. Hasil pengukuran kandungan lembab granul effervescent dapat

dilihat dalam tabel VII. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa keempat formula

granul yang dihasilkan memiliki kandungan lembab 0,4-0,7%. Dengan demikian,

keempat formula granul memenuhi syarat kandungan lembab granul yang baik,

terbatas pada level yang diteliti.

Untuk melihat hubungan antara pengaruh peningkatan level campuran

asam (asam sitrat-asam tartrat) dan level basa terhadap kandungan granul

effervescent, dapat dilihat dalam grafik berikut :

Pengaruh asam terhadap kandungan lembab

0.630.640.650.660.670.680.69

0.7

500 550 600 650 700 750 800

Asam (mg)

Kan

dung

an le

mba

b

level rendah basa level tinggi basa

Pengaruh basa terhadap kandungan lembab

0.630.640.650.660.670.680.69

0.7

585 635 685 735 785 835 885 935

Basa (mg)

Kan

dung

an le

mba

b

level rendah asam level tinggi asam

a b Gambar 8. Pengaruh level campuran asam (a) dan basa (b) terhadap

kandungan lembab granul effervescent

Dengan meningkatnya level campuran asam, perubahan kandungan

lembab granul effervescent lebih dipengaruhi oleh penggunaan basa level rendah

daripada penggunaan basa level tinggi. Hal ini dapat dilihat pada gambar 8a

bahwa pada penggunaan basa level rendah menghasilkan kurva perubahan

kandungan lembab yang lebih curam dibandingkan pada penggunaan basa level

Page 87: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

65

tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai kecuraman (slope) pada basa level rendah

(-7,8667 x 10-5) lebih besar daripada slope pada basa level tinggi (-6,5389 x 10-5).

Dengan meningkatnya level basa, perubahan kandungan lembab granul

effervescent lebih dipengaruhi oleh penggunaan campuran asam level rendah

daripada penggunaan campuran asam level tinggi. Hal ini dapat dilihat pada

gambar 8b bahwa pada penggunaan campuran asam level rendah menghasilkan

kurva perubahan kandungan lembab yang lebih curam dibandingkan pada

penggunaan campuran asam level tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai

kecuraman (slope) pada asam level rendah (-9,5204 x 10-5) lebih besar daripada

slope pada asam level tinggi (-8,3856 x 10-5).

Gambar 8a dan 8b memperlihatkan kurva yang tidak sejajar pada

masing-masing grafik. Hal ini menunjukkan bahwa antara campuran asam dan

basa terjadi interaksi dalam menentukan kandungan lembab granul effervescent.

Kedua fenomena yang tersirat dalam gambar 8a dan 8b dapat dijelaskan

melalui perhitungan desain faktorial. Hasil perhitungan desain faktorial

kandungan lembab granul menunjukkan bahwa besarnya efek campuran asam

adalah |-0,02|, efek basa adalah |-0,03|, dan efek interaksi campuran asam dan basa

adalah 1,19x10-3. Dapat dilihat bahwa campuran asam, basa, masing-masing

memiliki efek menurunkan kandungan lembab granul effervescent, sedangkan

interaksi campuran asam dan basa memiliki efek meningkatkan kandungan

lembab granul effervescent. Efek basa lebih besar dibandingkan dengan efek

campuran asam maupun efek interaksinya. Dengan demikian diprediksi bahwa

basa lebih dominan dalam menentukan kandungan lembab granul effevescent.

Page 88: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

66

Sumber asam dan basa yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam dan basa

anhidrat. Tipe anhidrat dapat meminimalkan kandungan lembab granul

effervescent yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa granul

effervescent yang dihasilkan memiliki kandungan lembab. Hal ini mungkin terjadi

karena selama penyimpanan terjadi penyerapan lembab oleh bahan-bahan yang

digunakan dalam pembuatan granul effervescent. Kemampuan natrium bikarbonat

dalam menyerap lembab selama penyimpanan lebih kecil daripada campuran

asam, sehingga lembab yang terkandung dalam natrium bikarbonat lebih sedikit

daripada lembab yang terkandung dalam campuran asam. Dengan demikian,

semakin banyak jumlah natrium bikarbonat yang digunakan dalam pembuatan

granul efferverscent akan semakin menurunkan kandungan lembab granul

effervescent yang dihasilkan.

3. Waktu larut

Pengamatan waktu larut granul effervescent dilakukan dengan

melarutkan sejumlah granul sesuai dengan bobot masing-masing formula ke

dalam 200 ml air. Waktu larut granul effervescent menggambarkan cepat atau

lambatnya granul efferverscent larut di dalam air. Proses larutnya granul

effervescent diawali dengan adanya penetrasi air ke dalam granul effervescent.

Bahan pengikat yang digunakan dalam penelitian in adalah PVP 3% (Polivinil

Pirolidon). PVP mempunyai sifat hidrofilik yang akan mempermudah terjadinya

penetrasi air ke dalam granul effervescent, sehingga akan mempercepat larutnya

granul effervescent di dalam air.

Page 89: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

67

Adanya penetrasi air ke dalam granul effervescent akan menyebabkan

terjadinya reaksi antara asam dan basa yang melepaskan CO2 yang lama-kelamaan

akan menyebabkan granul menjadi hancur, dan akhirnya terlarut. Menurut Mohrle

(1980), waktu larut granul effervescent yang baik adalah kurang dari 120 detik dan

membentuk larutan yang jernih, sehingga residu yang tidak terlarut dalam air

harus seminimal mungkin.

Hasil uji waktu larut granul effervescent dapat dilihat dalam tabel VII.

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa hasil uji waktu larut dari

keempat formula granul effervescent telah memenuhi syarat waktu larut granul

effervescent yang baik, yaitu kurang dari 120 detik, dengan menghasilkan larutan

yang berwarna kuning.

Untuk melihat hubungan antara pengaruh peningkatan level campuran

asam dan level basa terhadap perubahan waktu larut granul effervescent, dapat

dilihat dalam grafik berikut :

a b Gambar 9. Pengaruh level campuran asam (a) dan basa (b) terhadap

waktu larut granul effervescent

Pengaruh asam terhadap waktu larut

80859095

100105110115120

500 550 600 650 700 750 800Asam (mg)

Wak

tu la

rut

level rendah basa level tinggi basa

Pengaruh basa terhadap waktu larut

80859095

100105110115120

585 635 685 735 785 835 885 935

Basa (mg)

Wak

tu la

rut

level rendah asam level tinggi asam

Page 90: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

68

Dengan meningkatnya level campuran asam, perubahan waktu larut

granul effervescent lebih dipengaruhi oleh penggunaan basa level rendah daripada

penggunaan basa level tinggi. Hal ini dapat dilihat pada gamba 9a bahwa pada

penggunaan basa level rendah menghasilkan kurva perubahan waktu larut yang

lebih curam dibandingkan pada penggunaan basa level tinggi. Hal ini ditunjukkan

dengan nilai kecuraman (slope) pada basa level rendah (0,0704) lebih besar

daripada slope pada basa level tinggi (-0,0342).

Dengan meningkatnya level basa, perubahan waktu larut granul

effervescent lebih dipengaruhi oleh penggunaan campuran asam level tinggi

daripada penggunaan campuran asam level tinggi. Hal ini dapat dilihat pada

gambar 9b bahwa pada penggunaan campuran asam level tinggi menghasilkan

kurva perubahan waktu larut yang lebih curam dibandingkan pada penggunaan

campuran asam level rendah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai kecuraman (slope)

pada asam level tinggi (-0,0982) lebih besar daripada slope pada asam level

rendah (-8,7085 x 10-3).

Gambar 9a dan 9b memperlihatkan kurva yang tidak sejajar pada

masing-masing grafik. Hal ini menunjukkan bahwa antara campuran asam dan

basa terjadi interaksi dalam menentukan waktu larut granul effervescent.

Kedua fenomena yang tersirat dalam gambar 9a dan 9b dapat dijelaskan

melalui perhitungan desain faktorial. Hasil perhitungan desain faktorial waktu

larut granul menunjukkan bahwa besarnya efek campuran asam adalah 5,43, efek

basa adalah |-18,76|, dan efek interaksi campuran asam dan basa adalah |-15,70|.

Dapat dilihat bahwa campuran asam memiliki efek memperlama waktu larut

Page 91: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

69

granul effervescent, sedangkan basa dan interaksi campuran asam dan basa

masing-masing memiliki efek mempersingkat waktu larut granul effervescent.

Efek basa lebih besar dibandingkan dengan efek campuran asam maupun efek

interaksinya. Dengan demikian diprediksi bahwa basa lebih dominan dalam

menentukan waktu larut granul effevescent. Semakin banyak jumlah natrium

bikarbonat yang digunakan, kandungan lembab granul effervescent yang

dihasilkan akan semakin kecil. Hal ini akan mempengaruhi waktu larut granul

effervescent yang dihasilkan. Saat granul dimasukkan ke dalam air, semakin

rendah kandungan lembab granul, maka akan semakin mudah untuk menarik air

yang ada di sekitarnya sehingga granul akan mudah pecah dan akhirnya terlarut.

Dengan demikian, semakin banyak jumlah basa yang digunakan, maka waktu

larut granul yang dihasilkan juga akan semakin cepat.

H. Contour Plot Sifat Fisik Granul

Dari masing-masing uji sifat fisik granul yang dilakukan akan diperoleh

persamaan berdasarkan desain faktorial. Persamaan desain faktorial tersebut

digunakan untuk membuat contour plot masing-masing sifat fisik granul,

kemudian dipilih kurva yang dikehendaki dan dibuat grafik super imposed dalam

suatu contour plot. Area formula granul yang optimum ditentukan berdasarkan

grafik super imposed dari gabungan sifat fisik granul.

Dari hasil pengujian kecepatan alir granul effervescent diperoleh suatu

persamaan berdasarkan desain faktorial, yaitu Y = 64,4457 + 0,0002 (A) + 0,0002

(B) + 8,2305 x 10-7 (A)(B), dimana Y adalah kecepatan alir (gram/detik), A

Page 92: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

70

adalah level campuran asam (asam sitrat-asam tartrat), dan B adalah level basa.

Berdasarkan persamaan desain faktorial tersebut dibuat suatu contour plot.

Kecepatan alir

585

635

685

735

785

835

885

935

500 550 600 650 700 750 800

Asam (mg)

Bas

a (m

g)

64,9 g/dt 65 g/dt 65,1 g/dt 65,2 g/dt 65,3 g/dt

Gambar 10. Contour plot kecepatan alir granul effervescent

Dari contour plot di atas dapat ditentukan komposisi campuran asam dan

basa yang diinginkan untuk menghasilkan kecepatan alir granul effervescent

tertentu. Karena nilai dari kecepatan alir yang dihasilkan memenuhi syarat

kecepatan alir granul effervescent yang baik menurut Guyot (1983) yaitu tidak

kurang dari 10 gram/detik, maka dari contour plot dapat ditentukan komposisi

campuran asam dan basa yang diinginkan untuk menghasilkan kecepatan alir

granul effervescent tertentu, terbatas pada level yang diteliti. Semua area dipilih

sebagai area optimum untuk menghasilkan kecepatan alir seperti yang

dikehendaki, sehingga diperoleh area yang cukup luas yang memenuhi syarat

kecepatan alir granul yang baik pada level yang diteliti.

Page 93: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

71

Dari hasil pengujian kandungan lembab granul effevescent diperoleh

suatu persamaan berdasarkan desain faktorial, yaitu Y = 0,7998 - 0,0001 (A) -

0,0001 (B) + 3,7828 x 10-8 (A)(B), dimana Y adalah kandungan lembab granul

effervescent (%), A adalah level campuran asam (asam sitrat-asam tartrat), dan B

adalah level basa. Berdasarkan persamaan desain faktorial tersebut dapat dibuat

suatu contour plot. Dari contour plot di bawah ini dapat ditentukan komposisi

campuran asam (asam sitrat-asam tartrat) dan basa yang diinginkan untuk

menghasilkan kandungan lembab granul effervescent tertentu, terbatas pada level

yang diteliti.

Kandungan lembab

585

635

685

735

785

835

885

935

500 550 600 650 700 750 800

Asam (mg)

Bas

a (m

g)

0,645 % 0,655 % 0,665 %0,675 % 0,685 % 0,69 %

Gambar 11. Contour plot kandungan lembab granul effervescent

Berdasarkan kurva di atas, ternyata semuanya memenuhi persyaratan

kandungan lembab granul effervescent yang baik menurut Dash (2000) yaitu 0,4-

0,7%. Oleh karena itu semua area dipilih sebagai area yang optimum untuk

menghasilkan kandungan lembab granul effervescent seperti yang diinginkan,

Page 94: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

72

sehingga diperoleh area yang cukup luas yang memenuhi syarat kandungan

lembab granul yang baik pada level yang diteliti.

Dari hasil perhitungan desain faktorial waktu larut granul effervescent

diperoleh persamaan Y = -19,3870+0,2449 (A)+0,1404 (B)-0,0003 (A)(B),

dimana Y adalah waktu larut granul effevescent (detik), A adalah level campuran

asam (asm sitrat-asam tartrat), dan B adalah level basa. Berdasarkan persamaan

tersebut dibuat suatu contour plot waktu larut granul effervescent.

Waktu larut

585

635

685

735

785

835

885

935

500 550 600 650 700 750 800Asam (mg)

Bas

a (m

g)

85 dtk 90 dtk 95 dtk100 dtk 110 dtk 115 dtk

Gambar 12. Contour plot waktu larut granul effervescent

Dengan contour plot tersebut dapat ditentukan area komposisi optimum

granul effervescent untuk memperoleh respon waktu larut granul seperti yang

dikehendaki, terbatas pada level yang diteliti. Waktu larut granul effervescent

yang dikehendaki adalah kurang dari 120 detik (Mohrle, 1980). Oleh karena itu

semua area dipilih sebagai area yang optimum untuk menghasilkan waktu larut

Page 95: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

73

granul effervescent seperti yang diinginkan, sehingga diperoleh area yang cukup

luas yang memenuhi syarat waktu larut granul yang baik pada level yang diteliti

I. Penentuan Area Formula Granul Effervescent Optimum

Dari contour plot masing-masing uji sifat fisik granul yang sudah

ditentukan area optimumnya, dibuat suatu contour plot super imposed dengan

menggabungkan area optimum dari masing-masing contour plot uji sifat fisik

granul effervescent, kemudian ditentukan area komposisi optimum campuran

asam (asam sitrat-asam tartrat) dan basa (natrium bikarbonat) sebagai formula

otimum granul effervescent, terbatas pada level yang diteliti.

Formula optimum granul effervescent ekstrak rimpang temulawak dapat

diprediksi dengan mencari area komposisi optimum untuk seluruh uji sifat fisik

granul effervescent yang dilakukan. Kurva area optimum uji sifat fisik granul

effervescent yang telah dipilih digabungkan dalam suatu contour plot super

imposed. Pada level yang diteliti ditemukan area komposisi optimum campuran

asam (asam sitrat-asam tartrat) dan basa (natrium bikarbonat) untuk semua uji

sifat fisik granul effervescent.

Page 96: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

74

Gambar 13. Contour plot super imposed granul effervescent ekstrak

rimpang temulawak

Dari hasil contour plot super imposed tersebut dapat ditemukan area

yang diprediksi sebagai area komposisi optimum granul effervescent ekstrak

rimpang temulawak pada level yang diteliti.

585

635

685

735

785

835

885

935

500 550 600 650 700 750 800Asam (mg)

Bas

a (m

g)

kecepatan alir (65,1 g/dt) kandungan lembab (0,645 %)waktu larut (90 dtk) kecepatan alir (65 g/dt)kandungan lembab (0,685 %)

Page 97: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. granul effervescent dari setiap formula yang dihasilkan memenuhi syarat uji

kecepatan alir, kandungan lembab, dan waktu larut.

2. natrium bikarbonat diprediksi berpengaruh dominan terhadap semua uji sifat

fisik yang dilakukan dalam penelitian ini.

3. pada level yang diteliti, diperoleh area komposisi optimum campuran asam

sitrat-asam tartrat dan natrium bikarbonat yang menghasilkan granul

effervescent dengan sifat fisik yang dikehendaki.

B. Saran

Meninjau penelitian yang telah dilakukan disarankan untuk dilakukan

penelitian lanjutan untuk membuat tablet effervescent ekstrak rimpang temulawak

dengan menggunakan komposisi optimum hasil penelitian ini.

75

Page 98: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

76

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, E., 2003, Khasiat dan Manfaat Temulawak : Rimpang Penyembuh Aneka Penyakit, 1-3, 12-13, Agromedia Pustaka, Jakarta

Allen, V.L., 2002, The Art, Science and Technology of Pharmaceutical

Compounding, 2nd Ed, 99-101, American Pharmaceutical Assosiation, Washington D.C

Anonim, 1979a, Farmakope Indonesia, Edisi III, 6-9, 782, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1979b, Materia Medika Indonesia, Edisi III, 63-67, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1986, Sediaan Galenika, 5-20, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta Anonim, 1994, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :

722/Menkes/Per/IX/1988 tentang bahan tambahan makanan, Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 4-6, 48, 53, 488, 515, 601, 771,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 2004, Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia,http://www.pom.go.id/public/hukum_perundangan/pdf/Kep.Ka.BPOM-Pemanis, Diakses pada 17 April 2006

Anonim, 2006, Product Information Curcumin, http://www.caymanchem.com,

Diakses pada 19 September 2006 Ansel, H.C., 1989, Introduction to Pharmaceutical Dosage Form, diterjemahkan

oleh Farida Ibrahim, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, 147-148, 214, 244-245, 249, 255, 261-264, Indonesia University Press, Jakarta

Banker, G.S., and Anderson, N.R., 1986, Tablet, in Lacman, L., Lieberman, H.A.,

and Kanig, L., The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, Jilid II, Ed. III, 463-737, Universitas Indonesia Press, Jakarta

Bolton, S., 1990, Pharmaceutical Statistics, Practical and Clinical Application,

2nd Ed., 308-337, Marcel Dekker , Inc., New York

Page 99: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

77

Chrystyani, N.B., 2005, Optimasi Campuran Asam Tartrat dan Asam Fumarat Sebagai Eksipien Pada Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Secara Granulasi Basah : Aplikasi Desain Faktorial, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Dalimarta, S., 2003, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid II, 182-185, Trubus

Agriwidya, Jakarta Dash, K.A., 2000, Evaluation of Quick Disintegrating Calcium Carbonate

Tablets, http://www.pharmscitech.com, Diakses pada 03 Maret 2006 Fassihi and Kanfer, 1986, Effect of Compressibility and Powder Flow Properties

on Tablet Weight Variation in Drug Development and Industrial Pharmacy, 12th , Marcel Dekker, Afrika

Fudholi, A., 1983, Metode Formulasi dalam Kompresi Direk, Medika no. 7, 586-

593 Gritter, R.J., Bobit, J.M., dan Scwarting, A.G., 1991, Pengantar Kromatografi,

diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Edisi II, 147-154, Institut Teknologi Bandung, Bandung

Hardjono, S., 1985, Kromatografi, 32-34, Laboratorium Analisa Kimia Fisika

Pusat, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Lachman, L., dan Lieberman, H.A., 1989, The Teory and Practice of Industrial

Pharmacy, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Jilid II, Edisi III, 3-5, 43-54, 141-143, 158-166, 643-644, 648-658, 673-732, Universitas Indonesia Press, Jakarta

Lelo, A., Rasyid, A., Misra, Hamid, Z., 1998, Efek Kurkumin pada Kandung

Empedu Manusia : Dalam Bentuk Sediaan Tablet, Kapsul, dan Bubuk, Majalah Kedokteran UNIBRAW, vol. XIV, No. 3, 131-132

Lindberg, N., Engfors, H., Ericsson, T., 1992, Encyclopedia of Pharmaceutical

Technology, Effervescent Pharmaceutical in Swarbricck, J., Boylan, J.C., Vol 5, 45-71, Marcel Dekker, Inc., New York

Majeed, M., Badmaev, V., Shivakumar, U., Rajendran, R., 1995, Curcuminoid

Antioxidant Phytonutriens, Nutriscience Publisher Inc., Piscataway, New Jersey

Martin, Alfred, 1993, Farmasi Fisik, edisi III, Jilid II, Edisi III, 1077-1193,

Universitas Indonesia Press, Jakarta

Page 100: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

78

Martono, S., 1996, Penentuan Kadar Kurkumin Secara Kromatografi Lapis Tipis-Densitometri, Laporan Penelitian, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Mintarsih, E.R.R., 1990, Penetapan Kadar Alkaloid Kinnina Dalam Akar, Batang,

dan Daun Chinchona succirubra Pavon et Klotzch Dari Daerah Kaliurang Secara Spektrodensitometri (TLC-Scanner), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Mohrle, R., 1980, Effervescent Tablet, in Lieberman, H.A., Lachman, L., (eds),

Pharmaceutical Dosage Form, Tablet, Vol. I, 284-362, Penerbit Warner Lambert Company, Morris Pliains, New Jersey

Mulja, M., dan Hanwar, D., 2003, Prinsip-Prinsip Cara Berlaboratorium Yang

Baik, Majalah Farmasi Airlangga, III, 2, 31-36 Natalia, L., 2006, Optimasi Natrium Sitrat dan Asam Fumarat Dalam Pembuatan

Granul Effervescent Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Secara Granulasi Basah, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Rubinstein, M.H., 1994, Tablet in Aulton, Michael E., Pharmaceutics The Science

of Dosage Form Design, 304-308, ELBS with Curchill Livingtone, Hongkong

Rukmana, R., 1994, Temulawak Tanaman Rempah dan Obat , 16, Kanisius,

Yogyakarta Sari, Y.P., 2006, Optimasi Formula Granul Effervescent Ekstrak Temulawak

(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Dengan Kombinasi Asam Sitrat dan Asam Tartrat Aplikasi Metode : Desain Faktorial, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Soedibyo, B.B.A., Mooryati, 1998, Alam Sumber Kesehatan, Manfaat dan

Kegunaan, 368-370, Balai Pustaka, Jakarta Stahl, 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, diterjemahkan

oleh Patmawinata, K., dan Sudiro, I., 2-17, 190-195, Institut Tekhnologi Bandung, Bandung

Supardjan, A.M., 1987, Pemisahan Tetrasiklin dan Hasil Uraiannya dalam

Sediaan Tetrasiklin Secara KLT Densitometri, Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian, Penerbit Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Page 101: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

79

Tonnesen, H.H., dan Karisen, J., 1985, Studies of Curcumin and Curcuminoid V. Alkaline, Degradation of Curcumin, 132-134, 180, Z. Lebensm Unters Forsch, Departemen of Galenical Pharmacy, Norway

Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi ke-5, 10-11, 165-167,

172, 177,199-202, 219-224, 579-580, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Wadke, D.A., Serajuddin, A.T.M., and Jacobson, H., 1980, Preformulation

Testing, in Lieberman, H.A., Lachman, L., and Schawtz, J.B., Pharmaceutical Dosage Form : Tablet, Vol I, 2nd Ed., 53-57, Marcel Dekker, Inc., New York

Wehling and Fred, 2004, Effervescent Composition Including Stevia, http://

www.Pharmcast.com, Diakses pada 16 April 2006 Wolfram, Tritthart, Psikerning, Maria Andre, Kolb, Gottfried, 1999, Effervescent

Formulation, http://www.Pharmacast.com.patents, Diakses pada 03 Maret 2006

Wulandari, F., 2006, Optimasi Formula Tablet Effervescent Ekstrak Rimpang

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Dengan Kombinasi Asam Sitrat dan Asam Tartrat : Aplikasi Metode Desain Faktorial, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Page 102: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

80

Page 103: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

81

LAMPIRAN

Lampiran 2. Hubungan antara kadar kurkumin baku dengan areakromatogram untuk pembuatan kurva baku.

Gambar 14. Kromatogram kurva baku

Tabel IX. Hubungan antara kadar kurkumin baku dengan areakromatogram

Kadar kurkumin (µg/µl)Area (x 105)

0,12 0,27107

0,14 0,32107

0,18 0,50799

0,23 0,70440

0,35 1,20423

A= -0,2369

B = 4,1110

r = 0,9995

Persamaan garis regresi Y = 4,1110x - 0,2369

Page 104: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

82

Lampiran 3. Hasil recovery

Tabel X. Hasil recovery 0,12 µg/µl

ReplikasiAUC(105)

Kadar(µg/µl)

XKadar(µg/µl)

SDCV(%)

Recovery(%)

XRecovery

(%)1 0,25323 0,1192 99,332 0,25030 0,1185 98,753 0,25113 0,1187

0,1188 0,0004 0,3498,92

98,67

Tabel XI. Hasil recovery 0,14 µg/µl

ReplikasiAUC(105)

Kadar(µg/µl)

XKadar(µg/µl)

SDCV(%)

Recovery(%)

XRecovery

(%)1 0,34572 0,1417 101,212 0,34675 0,1420 101,433 0,34986 0,1427

0,1421 0,0005 0,35101,93

101,38

Tabel XII. Hasil recovery 0,18 µg/µl

ReplikasiAUC(105)

Kadar(µg/µl)

XKadar(µg/µl)

SDCV(%)

Recovery(%)

XRecovery

(%)1 0,50084 0,1795 99,722 0,51193 0,1822 101,223 0,48841 0,1764

0,1794 0,0029 1,6298,00

99,65

Tabel XIII. Hasil recovery 0,23 µg/µl

ReplikasiAUC(105)

Kadar(µg/µl)

XKadar(µg/µl)

SDCV(%)

Recovery(%)

XRecovery

(%)1 0,71065 0,2305 100,222 0,70359 0,2288 99,483 0,69668 0,2271

0,2288 0,0017 0,7499,74

99,48

Tabel XIV. Hasil recovery 0,35 µg/µl

ReplikasiAUC(105)

Kadar(µg/µl)

XKadar(µg/µl)

SDCV(%)

Recovery(%)

XRecovery

(%)1 1,21533 0,3533 100,942 1,22949 0,3567 101,913 1,20151 0,3499

0,3533 0,0034 0,9699,97

100,94

Page 105: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

83

Lampiran 4. Hasil penetapan kadar kurkumin dalam sampel(etanol 96% : aquadest = 100 : 0)

Tabel XV. Kadar kurkumin dalam sampel ekstrak rimpang temulawak

SampelAUC(105)

Kadar(%) X

(%)SD

CV(%)

1 1,13544 6,23

2 1,04244 6,04

3 1,04803 5,98

4 0,98238 5,50

5 1,09248 6,22

6 1,16177 6,69

6,11 0,39 6,38

Gambar 15. Kromatogram sampel

Page 106: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

84

Lampiran 5. Perhitungan dosis ekstrak rimpang temulawak

Khasiat yang diharapkan dalam sediaan temulawak ini adalah sebagai

penciutan volume kandung empedu (kolestiasis). Zat aktif yang berperan dalam

temulawak adalah senyawa kurkumin. Untuk mengetahui berapa banyak ekstrak

rimpang temulawak yang harus dittimbang, maka perlu untuk mengetahui kadar

kurkumin yang terdapat dalam ekstrak yang digunakan.

Berdasarkan hasil KLT-densitometri didapatkan kadar rata-rata kurkumin

dalam ekstrak rimpang temulawak sebesar 6,11 ± 0,39 %. Dalam 40 gram serbuk

rimpang temulawak menjadi 4,4 gram ekstrak rimpang temulawak (1/9 berat

serbuk mula-mula), sehingga kadar kurkumin dalam rimpang kering temulawak

sebesar: %68,0serbukgram900

kurkumin6,11gram .

Dosis tiap tablet effervescent 1 x minum sebesar 20 mg untuk penciutan

volume kandung empedu (Lelo,A., Rasyid,A., Zain-Hamid,R., 1998). Dari hasil

tersebut, maka berat ekstrak rimpang temulawak yang digunakan adalah:

327,33mgmg1006,11mg

20mgx ≈ 327 mg

Page 107: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

85

Lampiran 6. Hasil uji daya lekat, viskositas, dan kandungan lembab ekstrakrimpang temulawak

Tabel XVI. Hasil uji daya lekat ekstrak rimpang temulawak

Pengulangan uji Daya lekat (detik)

1 0,342 0,353 0,344 0,355 0,346 0,32

X 0,34SD 0,01

Tabel XVII. Hasil uji viskositas ekstrak rimpang temulawak

Pengulangan uji Viskositas (dPa.S)

1 1,752 1,703 1,604 1,605 1,706 1,70

X 1,68SD 0,06

Tabel XVIII. Hasil penimbangan ekstrak dalam uji kandungan lembab

1 2 3 4 5 6Bobot cawan (g)

84,3736 85,4820 76,4438 87,1474 96,2843 89,8713Bobot cawan +ekstrak (g)

94,4387 95,5178 86,4774 97,1568 10,.2993 99,8983

Bobot awalekstrak (g)

10,0651 10,0358 10,0336 10,0094 10,0150 10,0270

Bobot cawan +ekstrak setelah 5jam

92,2311 93,9559 85,1770 NA NA NA

Oven1 jam (g) 91,9894 93,7800 85,0150 NA NA NA2 jam (g) 91,8426 93,7316 84,9606 NA NA NA3 jam (g) 91,6044 93,5560 84,7600 NA NA NA4 jam (g) 91,5218 93,4804 84,6592 NA NA NA

Page 108: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

86

5 jam (g) 91,4527 93,4076 84,5980 NA NA NA6 jam (g) 91,3528 93,3212 84,4858 NA NA NA7 jam (g) 91,2880 93,2639 84,4305 NA NA NA8 jam (g) 91,2281 93,1907 84,3698 NA NA NA9 jam (g) 91,1986 93,1683 84,3429 94,6349 104,1386 97,5226Bobot akhirekstrak (g)

6,8250 7,6863 7,8991 7,4875 7,8543 7,6513

Keterangan : NA = Not Available

Kandungan lembab (MC) ekstrak ditentukan dengan rumus :

MC =ekstrakakhirbobot

ekstrakakhirbobotekstrakawalbobot x 100 %

Tabel XIX. Hasil uji kandungan lembab ekstrak rimpang temulawak

Pengulangan uji Bobot awal (g) Bobot akhir (g) Kandungan lembab (%)1 10,0651 6,8250 47,47402 10,0358 7,6863 30,56743 10,0336 7,8991 27,02214 10,0094 7,4875 33,68155 10,0150 7,8543 27,50986 10,0270 7,6513 31,0496

X 32,8841SD 7,5562

Page 109: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

87

Lampiran 7. Perhitungan nilai Rf kurkumin baku , kurkumin dalam sampelekstrak, dan demetoksikurkumin dalam sampel ekstrakberdasarkan hasil KLT

1. Contoh perhitungan Rf kurkumin baku

Rf standar 1 =cm

cm

5,6

5,3= 0,54

2. Contoh perhitungan Rf kurkumin dalam sampel ekstrak

Rf sampel 1 =cm

cm

5,6

5,3= 0,54

3. Contoh perhitungan Rf demetoksikurkumin dalam sampel ekstrak

Rf sampel 1 =cm

cm

5,6

6,2= 0,40

Page 110: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

88

Lampiran 8. Penentuan level rendah dan level tinggi asam sitrat-asamtartrat dan natrium bikarbonat

Berdasarkan penelitian Sari (2006) dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma yang berjudul Optimasi Formula Granul Effervescent Ekstrak Temulawak

(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dengan Kombinasi Asam Sitrat dan Asam Tartrat

Aplikasi Metode : Desain Faktorial, diperoleh perbandingan asam sitrat dan asam

tartrat yang dapat menghasilkan area optimum tanpa memperhitungkan hasil uji

kandungan lembab granul effervescent. Kompoisi optimum dicapai dengan

perbandingan asam sitrat : asam tartrat = 480 : 280. Berdasarkan perbandingan

optimum asam sitrat dan asam tartrat tersebut, dapat dihitung level rendah dan

level tinggi asam sitrat dan asam tartrat berdasarkan persentase standar sumber

asam yang digunakan dalam suatu sediaan effervescent. Level natrium bikarbonat

ditentukan berdasarkan reaksi antara natrium bikarbonat dengan asam sitrat dan

asam tartrat dengan perhitungan stoikhiometri. Persentase standar untuk

penggunaan asam dalam suatu sediaan effervescent adalah 25-40% dari bobot

tablet (Wehling and Fred, 2004). Nilai 25% asam digunakan sebagai level rendah

dan nilai 40% asam digunakan sebagai level tinggi. Bobot granul yang ingin

dicapai adalah 2000 mg.

1. Perhitungan level rendah dan level tinggi campuran asam (asam sitrat

dan asam tartrat)

a. Level rendah untuk campuran asam

Jumlah asam yang digunakan = 25% x 2000 mg = 500 mg

Page 111: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

89

Asam sitrat =mg

mg

760

480x 500 mg = 315,789 mg ≈ 316 mg

Asam tartrat =mg

mg

760

280x 500 mg = 184,211 mg ≈ 184 mg

Jumlah level rendah campuran asam sitrat-asam tartrat

= jumlah level rendah (asam sitrat + asam tartrat)

= (316 + 184) mg

= 500 mg

b. Level tinggi untuk campuran asam

Jumlah asam yang digunakan = 40% x 2000 mg = 800 mg

Asam sitrat =mg

mg

760

480x 800 mg = 505,263 mg ≈ 505 mg

Asam tartrat =mg

mg

760

280x 800 mg = 294,737 mg ≈ 295 mg

Jumlah level tinggi campuran asam sitrat-asam tartrat

= jumlah level tinggi (asam sitrat + asam tartrat)

= (505 + 295) mg

= 800 mg

2) Perhitungan Level Rendah dan Level Tinggi Natrium Bikarbonat

Reaksi antara natrium bikarbonat dengan asam sitrat :

3NaHCO3 + H3C6H5O7 Na3C6H5O7 + 3H20 + 3CO2

Reaksi antara natrium bikarbonat dengan asam tartrat :

2NaHCO3 + H2C4H4O6 Na2C4H4O6 + 2H2O + 2CO2

Page 112: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

90

a. Level rendah natrium bikarbonat (untuk campuran asam level rendah)

Level rendah natrium bikarbonat untuk 315,789 mg asam sitrat

mol asam sitrat = 1/3 mol natrium bikarbonat

sitratasamBM

sitratasamberatmg= 1/3 x

bikarbonatnatriumBM

bikarbonatnatriumberatmg

14,210

789,315= 1/3 x

01,84

X = 378,739 mg

Level rendah natrium bikarbonat untuk 184,211 mg asam tartrat

mol asam tartrat = ½ mol natrium bikarbonat

tartratasamBM

tartratasamberatmg= ½ x

bikarbonatnatriumBM

bikarbonatnatriumberatmg

09,150

211,184= ½ x

01,84

X = 206,217 mg

Jumlah natrium bikarbonat level rendah = 378,739 + 206,217 mg

= 584,956mg ≈ 585 mg

b. Level tinggi natrium bikarbonat (untuk campuran asam level tinggi)

Level tinggi natrium bikarbonat untuk 505,263 mg asam sitrat

mol asam sitrat = 1/3 mol natrium bikarbonat

sitratasamBM

sitratasamberatmg= 1/3 x

bikarbonatnatriumBM

bikarbonatnatriumberatmg

Page 113: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

91

14,210

263,505= 1/3 x

01,84

X = 605,984 mg

Level tinggi natrium bikarbonat untuk 294,737 mg asam tartrat

mol asam tartrat = ½ mol natrium bikarbonat

tartratasamBM

tartratasamberatmg= ½ x

bikarbonatnatriumBM

bikarbonatnatriumberatmg

09,150

737,294= ½ x

01,84

X = 329,947 mg

Jumlah natrium bikarbonat level tinggi = 605,984 mg + 329,947 mg

= 935,931 mg ≈ 936 mg

Page 114: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

92

Lampiran 9. Hasil uji kecepatan alir, kandungan lembab, dan waktu larutgranul effervescent

Tabel XX. Hasil uji kecepatan alir granul effervescent (gram/detik)

Pengulangan uji Formula 1 Formula a Formula b Formula ab1 66,67 64,10 65,36 62,892 64,10 65,36 64,10 65,363 64,10 64,10 63,69 66,674 66,67 66,67 66,67 66,675 64,10 64,94 64,10 65,366 63,69 65,36 66,67 65,36X 64,89 65,09 65,10 65,39

SD 1,39 0,96 1,34 1,38

Tabel XXI. Hasil uji kandungan lembab granul effervescent (%)

Pengulangan uji Formula 1 Formula a Formula b Formula ab1 0,6077 0,5618 0,7249 0,59542 0,7131 0,7126 0,5889 0,55393 0,7271 0,5676 0,6653 0,51794 0,6454 0,7033 0,7333 0,54695 0,7805 0,8656 0,7059 0,76976 0,6887 0,6100 0,5437 0,8605X 0,6938 0,6702 0,6603 0,6407

SD 0,0613 0,1157 0,0778 0,1403

Tabel XXII. Hasil uji waktu larut granul (detik)

Pengulangan uji Formula 1 Formula a Formula b Formula ab1 97,81 119,32 90,89 90,002 99,25 119,57 96,00 83,973 96,50 118,66 97,84 83,504 97,51 119,60 94,15 83,875 97,00 119,15 93,38 84,316 99,68 118,25 97,15 82,17X 97,96 119,09 94,90 84,64

SD 1,26 0,54 2,60 2,73

Page 115: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

93

Lampiran 10. Perhitungan desain faktorial uji sifat fisik granul effervescent

Rumusan yang berlaku dalam metode desain faktorial yaitu :

Y = b0 + b1 (A) + b2 (B) + b12 (A)(B)

Keterangan :

Y = respon hasil percobaan atau hasil uji dari sifat fisik yang diamati

a = level campuran asam sitrat dan asam tartrat (500 mg dan 800 mg)

b = level natrium bikarbonat (585 mg dan 936 mg)

ab = level campuran asam sitrat dan asam tartrat dikalikan level natrium

bikarbonat

b0, b1, b2, b12 = koefisien yang dapat dihitung dari hasil percobaan dengan cara

eliminasi dan substitusi

Contoh perhitungan desain faktorial uji sifat fisik granul

Kecepatan alir granul effervescent

Tabel XXIII. Respon kecepatan alir granul effevescent

Formula Asam Basa Interaksi Respon (g/detik)1 - - + 64,89a + - - 65,09b - + - 65,10ab + + + 65,39

Keterangan :

Asam : - = level rendah asam (500), + = level tinggi asam (800)

Basa : - = level rendah basa (585), + = level tinggi basa (936)

Page 116: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

94

Efek asam =

2

1 baba

=

2

89,6410,6539,6509,65

=2

99,12947,130

=2

48,0

= 0,24

Efek basa =

2

1 abab

=

2

89,6409,6510,6539,65

=2

98,12948,130

=2

50,0

= 0,25

Efek interaksi =

2

1 baab

=

2

10,6509,6539,6589,64

=2

19,13027,130

=2

08,0

= 0,04

Y = b0 + b1 (A) + b2 (B) + b12 (A)(B)

(1) 64,89 = bo + 500 b1 + 585 b2 + 292500 b12

(a) 65,09 = b0 + 800 b1 + 585 b2 + 468000 b12

(b) 65,10 = b0 + 500 b1 + 936 b2 + 468000 b12

(ab) 65,39 = b0 + 800 b1 + 936 b2 + 748800 b12

Page 117: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

95

Eliminasi (1) dan (a)

64,89 = b0 + 500 b1 + 585 b2 + 292500 b12

65,09 = b0 + 800 b1 + 585 b2 + 468000 b12 _-0,20 = -300 b1 – 175500 b12 ……….(I)

Eliminasi (b) dan (ab)

65,10 = b0 + 500 b1 + 936 b2 + 468000 b12

65,39 = b0 + 800 b1 + 936 b2 + 748800 b12 _-0,29 = -300 b1 – 280800 b12 ………(II)

Eliminasi (I) dan (II)

-0,20 = -300 b1 – 175500 b12

-0,29 = -300 b1 – 280800 b12 _0,09 = 105300 b12

b12 = 8,2305 x 10-7

Substitusi b12 ke (I)

-0,2 = -300 b1 – 175500 b12

-0,2 = -300 b1 – 175500 (8,2305 x 10-7)-0,2 = -300 b1 – 0,1444-300 b1 = -0,0556b1 = 0,0001

Eliminasi (1) dan (b)

64,89 = b0 + 500 b1 + 585 b2 + 292500 b12

65,10 = b0 + 500 b1 + 936 b2 + 468000 b12 _-0,21 = -351 b2 – 175500 b12 ……….(III)

Eliminasi (a) dan (ab)

65,09 = b0 + 800 b1 + 585 b2 + 468000 b12

65,39 = b0 + 800 b1 + 936 b2 + 748800 b12 _-0,30 = -351 b2 – 280800 b12 ……….(IV)

Substitusi b12 ke (III)

-0,21 = -351 b2 – 175500 b12

-0,21 = -351 b2 – 175500 (8,2305 x 10-7)-0,21 = -351 b2 – 0,1444

Page 118: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

96

-351 b2 = -0,0656b2 = 0,0001

Subsitusi b1, b2, b12 ke (1)

64,89 = b0 + 500 b1 + 585 b2 + 292500 b12

64,89 = b0 + 500 (0,0001) + 585 (0,0001) + 292500 (8,2305 x10-7)

64,89 = b0 + 0,0926 + 0,1093 + 0,240764,89 = b0 + 0,4426b0 = 64,4457

Y = b0 + b1(A) + b2 (B) + b12 (A)(B)

Persamaan desain faktorial untuk kecepatan alir granul :

Y = 64,4457 + 0,0001 (A) + 0,0001 (B) + 8,2305 x 10-7 (A)(B)

Kandungan lembab granul effervescent

Tabel XXIV. Respon kandungan lembab granul effervescent

Formula Asam Basa Interaksi Respon (%)1 - - + 0,6938a + - - 0,6702b - + - 0,6603ab + + + 0,6407

Keterangan :

Asam : - = level rendah asam (500), + = level tinggi asam (800)

Basa : - = level rendah basa (585), + = level tinggi basa (936)

Persamaan desain faktorial untuk kandungan lembab granul :

Y = 0,7998 - 0,0001 (A) - 0,0001 (B) + 3,7828 x 10-8 (A)(B)

Page 119: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

97

Waktu larut granul effervescent

Tabel XXV. Respon waktu larut granul effervescent

Formula Asam Basa Interaksi Respon (detik)1 - - + 97,96a + - - 119,10b - + - 94,90ab + + + 84,64

Keterangan :

Asam : - = level rendah asam (500), + = level tinggi asam (800)

Basa : - = level rendah basa (585), + = level tinggi basa (936)

Persamaan desain faktorial untuk kandungan lembab granul :

Y = -19,3870 + 0,2449 (A) + 0,1404 (B) - 0,0003 (A)(B)

Page 120: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

98

Lampiran 11. Hasil perhitungan nilai kecuraman kurva (slope) berdasarkanperhitungan regresi linier

Tabel XXVI. Pengaruh asam terhadap kecepatan alir

Asam LR basa (585) LT basa (936)500 64,89 65,10800 65,09 65,39

A = 64,555b = 6,6667 x 10-4

r = 0,9999

A = 64,6206b = 9,5556 x 10-4

r = 0,9999

Tabel XXVII. Pengaruh basa terhadap kecepatan alir

Basa LR asam (500) LT asam (800)585 64,89 65,09936 65,10 65,39

A = 64,5383b = 5,9829 x 10-4

r = 0,9999

A = 64,5939b = 8,4520 x 10-4

r = 0,9999

Tabel XXVIII. Pengaruh asam terhadap kandungan lembab

Asam LR basa (585) LT basa (936)

500 0,6938 0,6603

800 0,6702 0,6407A = 0,7331

b = -7,8667 x 10-5

r = -1

A = 0,6930b = -6,5389 x 10-5

r = -0,9999

Tabel XXIX. Pengaruh basa terhadap kandungan lembab

Basa LR asam (500) LT asam (800)

585 0,6938 0,6702

936 0,6603 0,6407A = 0,7494

b = -9,5204 x 10-5

r = -0,9999

A = 0,7192b = -8,3856 x 10-5

r = -0,9999

Page 121: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

99

Tabel XXX. Pengaruh asam terhadap waktu larut

Asam LR basa (585) LT basa (936)

500 97,9583 94,9017

800 119,0916667 84,6367A = 62,7361b = 0,0704r = 0,9999

A = 112,01b = -0,0342

r = -1

Tabel XXXI. Pengaruh basa terhadap waktu larut

Basa LR asam (500) LT asam (800)

585 97,9583 119,0917

936 94,9017 84,6367A = 103,0528

b = -8,7085 x 10-3

r = -1

A = 176,5167b = -0,0982r = -0,9999

Page 122: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

100

Lampiran 12. Foto tanaman temulawak

Gambar 16. Foto tanaman temulawak

Page 123: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

101

Lampiran 13. Foto rimpang temulawak

Gambar 17. Foto rimpang temulawak

Page 124: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

102

Lampiran 14. Foto ekstrak rimpang temulawak yang digunakan dalampembuatan granul effervescent

Gambar 18. Foto ekstrak rimpang temulawak yang digunakan dalampembuatan granul effervescent

Page 125: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

103

Lampiran 15. Gambar granul dan larutan granul effervescent ekstrakrimpang temulawak

Gambar 19. Foto granul dan larutan granul effervescent formula 1

Gambar 20. Foto granul dan larutan granul effervescent formula a

Page 126: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

104

Gambar 21. Foto granul dan larutan granul effervescent formula b

Gambar 22. Foto granul dan larutan granul effervescent formula ab

Page 127: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … fileoptimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

105

BIOGRAFI PENULIS

Lucia Esti Purwandari lahir di Sleman

pada tanggal 18 November 1984, adalah putri

pertama dari 3 bersaudara, pasangan Antonius

Suparjo dan Barbara Sunarni. Penulis skripsi

berjudul “Optimasi Campuran Asam Sitrat–Asam

Tartrat dan Natrium Bikarbonat Sebagai

Eksipien Dalam Pembuatan Granul Effervescent

Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma

xanthorrhiza Roxb.) Secara Granulasi Basah

Dengan Metode Desain Faktorial” ini pernah menempuh pendidikan di TK

Kanisius Klepu pada tahun 1990 dan melanjutkan pendidikan di SD Kanisius

Klepu pada tahun 1991 sampai dengan tahun 1997, kemudian di SLTP Pangudi

Luhur Moyudan hingga tahun 2000. Kemudian penulis melanjutkan studi di SMU

Pangudi Luhur Van Lith pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2003. Setelah

menempuh pendidikan SMU, penulis melanjutkan studi di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama studi di Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta, penulis memperoleh pengalaman sebagai :

1. Asisten Praktikum Farmasetika Dasar pada tahun 2004-2005, 2005-2006

2. Asisten Praktikum Farmasi Fisika pada tahun 2005-2006

3. Asisten Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Liquid Semisolid pada tahun

2005-2006

4. Asisten Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Solid pada tahun 2004-2005

5. Asisten Praktikum Farmakologi Dasar pada tahun 2004-2005

6. Asisten Praktikum Toksikologi Dasar pada tahun 2005-2006