aplikasi pemberian rotifera yang ditambah vitamin c dengan …

47
SKIRIPSI APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP DAN SINTASAN LARVA IKAN NILA (Oreochoromis niloticus) KALTUM 10594086414 PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019

Upload: others

Post on 01-Nov-2021

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

SKIRIPSI

APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C

DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP DAN SINTASAN LARVA

IKAN NILA (Oreochoromis niloticus)

KALTUM

10594086414

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

Page 2: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DI TAMBAH VITAMIN C

DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP SINTASA

LARVA IKAN NILA (Oreochoromis niloticus)

KALTUM

10594086414

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan

Pada Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammmadiyah Makassar

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

Page 3: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …
Page 4: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …
Page 5: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

HALAMAN HAK CIPTA

@ Hak Cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2019

Hak Cipta dilindungi undang – undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentinagan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Unismuh

Makassar

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Unismuh Makassar

Page 6: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

ABSTRAK

KALTUM 10594086414 Aplikasi Pemberian Rotifera Yang Ditambah

Vitamin C Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Sintasan Ikan Nila (Oreochoromi

Niloticus) di BPBAP Takalar Desa Mappakalompo, Kec. Gelesong Selatan, Kab.

Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan Dibawah bimbingan Dr.Ir. Hj. Andi Khaeriyah,

M.pd Dan Asni Anwar, S.Pi, M.Si Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui Rotifera yang perkaya vitamin C yang

optimal terhadap pertumbuhan dan sintasan larva ikan nila

Motedi pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara acak untuk

menjaga agar tidak ada orginasime yang terlalu kecil atau besar yang stabil pada saat

samlinh atau dalam hal ini metode penelitian yang digunakan adalah metode ulangan

yakni membandingkan antra perlakuan yang satudengan perlakuan yang lain

Berdasarkan hasil penelitian pemberian rotifera yang di tambah vitamin C

terhadap sintasan dan pertumbuhan ikan nila maka dapat di tarik kesimpulan dibawah

dosis yang optimal untuk pemberian rotifera terhadap vitamin C yaitu 2 gram

Untuk menghasilkan pertumbuhan dab sintasan yang baik untuk pemeliharaan

ikan lina disarankan para pembudidaya melakukan penkaya pakan dengan

mengunakan dosis vitamin C

Kata kunci Rotifera yang perkaya votamin C

Page 7: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

KATA PENGATAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat d karuniaNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini sebagai salah satu

rangkaian dalam pelaksanaan skripsi ini merupakan amanah atau tugas yang

diberikan dari kampus, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada

jurusan Budidaya Peraira

Sangat penulis sadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena

kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Namun didasari dengan keyakinan dan tekad

yang kuat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sampai selesai.

Ucapan terima kasih pula penulis sampaikan terkhusus buat Ayahanda Umar

dan Ibunda Hadiah, tercinta serta kakanda Hamdan yang telah tulus memberikan

dorongan dalam penyelesaian pendidikan.

Ucapan yang sama disampaikan kepada serta penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam pelaksanaan ujian

skripsi. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis persembahkan kepada :

1. Ibu Dr.Andi Khaeriyah, M.Pd, selaku pembimbing 1.

2. Asni Anwar, S.Pi.,M.Si selaku pembimbing 2.

3. Bapak Dr. Burhanuddin. S, MP. selaku Dekan Fakultas Pertanian , Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Page 8: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

4. Ibu Dr.Andi Khaeriyah,M.Pd, ,Selaku Ketua Program Studi Budidaya

Perairan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Tata Usaha Fakultas Pertanian Universutas

Muhammadiyah Makassar.

Dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan-kekurangan dan kekeliruan, maka

dari itu penulis sangat mengharapkan bantuan serta kritikan yang sifatnya

membangun sehingga laporan ini dapat sempurna serta kelak dapat bermanfaat bagi

yang membacanya. Besar harapan penulis semoga skripsi ini bisa menjadi patokan

dan petunjuk teknis dalam budidaya dibidang perikanan khususnya, lebih dan

kurangnya penulis ucapkan banyak-banyak terima kasih.

Wassalam...

Makassar, Juni 2019

Kaltum

DAFTAR ISI

Page 9: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ............................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iv

HALAMAN HAK CIPTA ................................................................................... v

ABSTRAK .......................................................................................................... vi

KATA PENGATAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii

1. PENDAHULUAN............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakan .......................................................................................... 1

1.2 Tujuan dan Kegunaan .............................................................................. 2

2. TINJAU PUSTAKAN ..................................................................................... 4

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila ........................................................ 4

2.2 Penyebaran Habitat dan Ikan Nila............................................................ 6

2.3 Kebiasaan Makanan Ikan Nila ................................................................. 7

2.4 Kebutuhan Zat Gizi Nila .......................................................................... 8

2.5 Stadia Perkembangan Larva ..................................................................... 9

2.6 Biologi Rotifera ........................................................................................ 11

2.7 Pertumbuhan Rotifera .............................................................................. 12

2.8 Vitamin c .................................................................................................. 16

3. METODE PENELITIAN ................................................................................ 17

3.1 Tempat dan Waktu ................................................................................... 17

3.2 Persiapan Wadah ..................................................................................... 17

3.3 Ikan Uji..................................................................................................... 17

3.4 Pemeliharaan Larva Ikan Nila .................................................................. 17

Page 10: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

3.5 Rancangan Percobaan ............................................................................. 18

3.6 Pertumbuhan Mutlak ................................................................................ 19

3.7 Kualitas Air .............................................................................................. 19

3.8 Analisis Data ............................................................................................ 19

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 20

4.1 Sintasan Larva Ikan Nila ......................................................................... 20

4.2 Pertumbuhan Mutlak ............................................................................... 21

4.3 Kualitas Air ............................................................................................. 23

5. PENUTUP ....................................................................................................... 25

5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 25

5.2 Saran ......................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKAR ....................................................................................... 27

LAMPIRAN .

Page 11: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Morfologi Ikan Nila 5

2. Kurva Pertumbuhan Rotifera 13

Page 12: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Kebutuhan Zat Gizi Nila 9

2. Tingkat Kelangsungan Hidup 20

3. Pertumbuhan Mutlak 21

4. Kualitas Air 23

Page 13: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

Lampiran 1. Hasil uji onova 28

Lampiran 2. Alat dan bahan yang digunakan 31

Lampiran3. Dokumentasi kegiatan penelitain 32

Page 14: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

I. PENDAHULUAN

I.I. Latar belakang

Pemeliharaan larva ikan nila merupakan faktor yang mempengaruhi

penyediaan kualitas dan kuantitas benih yang baik. Pemeliharaan larva sangat

menentukan keberhasilan kegiatan pembenihan ikan. Hal ini disebabkan larva

merupakan salah satu stadia paling kritis dalam siklus hidup ikan (sumiarti 2000

dalam wijaya 2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan larva yaitu

kuning telur serta kualitas air seperti suhu, pH, oksigen, salinitas dan cahaya

(Kamler,1992).

Terjadinya kematian pada larva setelah mencapai umur D3 diduga karena

cadangan makanan berupa kuning telur (yolksac) sudah habis sehingga larva harus

mendapatkan makanan dari luar sebagai sumber energi untuk melangsungkan

hidupnya. Pemberian pakan pada larva nila yang tepat waktu, mutu jenis dan ukuran

akan menjamin untuk laju pertumbuhan dan kelulus hidupan yang tinggi (Priyono et

al., 2011). Beberapa larva yang bertahan hidup setelah hari ketiga karena masih

tersisanya cadangan makanan yang berupa kuning telur dimana terdapat cadangan

energi yang lebih tinggi sehingga dapat menyebabkan larva masih dapat bertahan

hidup (Ediwarman, 2006; Hijriyati, 2012). Pada masa ini terjadi pergantian sumber

nutrisi endogen ke nutrisi eksogen. Larva pada awalnya melakukan penyerapan

kuning telur dan butir minyak sebagai nutrisi endogen, menjelang habisnya

persediaan kuning telur dan butir minyak tersebut maka larva akan memulai

mencerna makanan dari luar untuk mendapatkan energi (Helfman et al., 1997).

Page 15: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

Pakan alami merupakan unsur terpenting dalam menunjang pertumbuhan dan

kelangsungan hidup ikan. Menurut Wahyuningsih (2009), jenis-jenis ikan budidaya

komersial yang dipelihara secara semi-intensif, pakan yang dimakan sepenuhnya

mengandalkan suplai yang diberikan oleh pembudidaya. Sedangkan ikan yang

dipelihara secara tradisional atau ikan yang hidup bebas di alam, hanya

memanfaatkan pakan yang tersedia secara alami.

Vitamin C diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan Kualitas

cadangan energi tersebut sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan perkembangan

larva. Kualitas energi yang kurang baik menimbulkan gangguan pada perkembangan

larva dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, ketersediaan pakan

larva berkualitas sangat dibutuhkan agar kualitas dan kelangsungan hidup larva dapat

meningkat. penambahan vitamin C dengan dosis yang berbeda memberikan pengaruh

nyata terhadap pertumbuhan mutlak dan efisiensi pemanfaatan pakan namun tidak

memberikan pengaruh nyata terhadap kelulus hidupan. Dosis vitamin C yang dapat

ditambahkan pada pakan alami Menurut Kursistiyanto et al., (2013)

I.2. Tujuan dan kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis Rotifera. yang optimal untuk

meningkatkan pertumbuhan dan sintasa larva ikan nila.

Kegunaan penulisan ini adalah sebagai bahan informasi tentang penggunaan

pakan alami jenis Rotifera. yang di tambah vit c untuk meningkatkan pertumbuhan

dan sintasa larva ikan nila (Oreochoromis niloticus).

Page 16: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.I. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila

Kingdom : AnimaliaFilum: Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Osteichtyes

Subkelas : Acanthopterygii

Ordo : Percomorphi

Subordo : Percoidea

Famili : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) menurut Saanin (1968), mempunyai ciri-

ciri bentuk tubuh bulat pipih, punggung lebih tinggi, pada badan dan sirip ekor

(caundal fin) ditemukan garis lurus (vertikal). Pada sirip punggung ditemukan garis

lurus memanjang. Ikan Nila (oreochormis niloticus) dapat hidup diperairan tawar dan

mereka menggunakan ekor untuk bergerak, sirip perut, sirip dada dan penutup insang

yang keras untuk mendukung badannya. Nila memiliki lima buah Sirip, yaitu sirip

punggung (dorsal fin), sirip data (pectoral fin) sirip perut (ventral fin), sirip 3

anal (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya memanjang dari bagian

atas tutup ingsang sampai bagian atas sirip ekor. Terdapat juga sepasang sirip dada

Page 17: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

dan sirip perut yang berukuran kecil dan sirip anus yang hanya satu buah berbentuk

agak panjang. Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya satu buah dengan bentuk

bulat.

Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai konsumsi

cukup tinggi. Bentuk tubuh memanjang dan pipih kesamping dan warna putih

kehitaman atau kemerahan. Ikan nila berasal dari Sungai Nil dan danau-danau

sekitarnya.Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang

beriklim tropis dan subtropis. Di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat

hidup baik (Sugiarto, 1988). Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya

enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah (Sumantadinata, 1981).Terdapat tiga

jenis ikan nila yang dikenal, yaitu nila biasa, nila merah (nirah) dan nila albino

(Sugiarto, 1988). Menurut Saanin (1984), ikan nila (Oreochromis niloticus)

mempunyai klasifikasi sebagai berikut:

Gambar 1 Ikan nila (Oreochromis niloticus) Saanin (1968)

Page 18: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

2.2. Penyebaran Dan Habitat Ikan Nila

Penyebaran dan Habitat Ikan Nila berasal dari daerah Afrika bagian timur,

terutama di Sungai Nil dan perairan yang terhubung dengan sungai tersebut, seperti

Danau Tanganyika. Oleh karena itulah ikan nila memiliki nama latin sesuai dengan

nama asal habitatnya, Orechromis Niloticus. Ikan tersebut kemudian mulai menyebar

ke daerah Timur Tengah, Amerika, Eropa dan negara-negara Asia, setelah dibawa

oleh bangsa Eropa. Saat ini, ikan nila telah dibudidayakan di semua

propinsidiindonesia(suyanto,2003).

Habitat atau lingkungan tempat tumbuh dan berkembang biak ikan nila

sangat bervariasi. Memang, ikan ini dikenal memiliki daya adaptasi yang sangat

bagus terhadap perubahan lingkungan hidup. Oleh karena itu, ikan nila dapat

dibudidayakan di berbagai tempat dengan kondisi perairan yang bervariasi, baik di

dataran rendah maupun dataran tinggi. Kondisi perairan yang bisa dijadikan sebagai

tempat untuk pemeliharaan ikan nila adalah air tawar, air payau, bahkan masih

mampu bertahan hidup di air asin, dengan nilai pH air berkisar antara 6-8,5. Kadar

garam yang ideal untuk pertumbuhannya antara 0-35 permil. Ikan nila air tawar dapat

dipindahkan ke air asin dengan adaptasi yang bertahap, dengan kadar garam yang

ditingkatkan sedikit demi sedikit. Jika pemindahan dilakukan secara mendadak, dari

air tawar ke air asin dengan kadar garam tinggi, dapat mengakibatkan stress, bahkan

berpotensi menimbulkan kematian dalam jumlah besar. (Suyanto, 2003).

Ikan nila kecil relatif lebih mudah beradaptasi dibanding dengan ikan nila

dewasa, oleh sebab itu, pemindahan ikan nila ke habitat lain sebaiknya dilakukan saat

Page 19: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

masih anakan. Ikan ini juga mampu bertahan hidup baik di perairan dangkal maupun

dalam. Oleh sebab itu, ikan ini juga sering dibudidayakan di waduk-waduk yang

memiliki perairan relatif dalam, dengan sistem budidaya Karamba Jaring Apung.

Bahkan akhir-akhir ini, budidaya ikan nila sudah dilakukan dengan sistem Karamba

Jaring Apung di laut. Menurut (Panggabean 2009),

Suhu optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya antara 25-30 derajat

Celcius, sehingga budidaya ikan nila akan lebih efisien jika dilakukan di dataran

rendah hingga menengah. Untuk mengetahui bagaimana cara budidaya ikan nila yang

efektif, Menurut (Panggabean 2009),

2.3. Kebiasaan Makan Ikan Nila

Ikan nila memakan makanan alami berupa plankton, perifiton dan tumbuh-

tumbuhan lunak seperti hydrilla, ganggang sutera dan klekap. Oleh karena itu, ikan

nila digolongkan ke dalam omnivora (pemakan segala). Untuk budidaya, ikan nila

tumbuh lebih cepat hanya dengan pakan yang mengandung protein sebanyak 20-25%

Dari penelitian lebih lanjut kebiasaan makan ikan nila berbeda sesuai tingkat usianya.

Benih-benih ikan nila ternyata lebih suka mengkomsumsi zooplankton, seperti

rototaria, copepoda dan cladocera. Ikan nila ternyata tidak hanya mengkonsumsi

jenis makanan alami tetapi ikan nila juga memakan jenis makanan tambahan yang

biasa diberikan, seperti dedak halus, tepung bungkil kacang, ampas kelapa dan

sebagainya.

Page 20: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

Ikan nila aktif mencari makan pada siang hari. Pakan yang disukai oleh ikan nila

adalah pakan ikan yang banyak mengandung protein terutama dari pakan buatan yang

berupa pelet. (Aslamyah, 2008).

2.4. Kebutuhan zat gizi nila

Pada dasarnya kebutuhan zat gizi ikan sangat tergantung pada jenis serta

tingkatan stadianya. Ikan pada singkatan stadia dini (berusia

muda) umumnya memerlukan komposisi pakan dengan kandungan protein lebih

tinggi dibandingkan dengan stadia lanjut (berusia dewasa) karena pada tingkat stadia

dini zat makanan tersebut difungsikan untuk mempertahankan hidup dan juga untuk

pertumbuhannya.

Sifat fisik dan bentuk pakan yang diberikan juga sangat tergantung pada jenis ikan

serta tingkatan stadia ikan yang dibudidayakan. Jenis ikan yang hidup di dasar

perairan, seperti udang dan lele, memerlukan pakan yang mudah tenggelam,

sedangkan jenis ikan lainnya yang hidup di permukaan air memerlukan pakan yang

dapat melayang serta tidak cepat tenggelam. Dilihat dari bentuknya, ikan pada

tingkatan stadia dini memerlukan pakan berbentuk tepung (powder) atau remah

(crumble), sedangkan pada tingkatan stadia lanjut berbentuk pelet.

Nila termasuk pemakan segala (omnivora) dengan kecenderungan pemakan

tumbuh-tumbuhan (herbivora). Kebutuhan za gizi nila seperti pada Tabel 1.

Page 21: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Nila

Zat Gizi Stadia/Umur/Ukuran Kebutuhan (%) Referensi

Protein

Asam amino

esensial

- Agrinin

- Lisin

- Treonin

- Histidin

- Isoleusin

- Leusin

- Metionin +

sistin

- Fenilalanin +

tirosin

- Triptofan

- Valin

Lemak

Karbohidrat

Vitamin

Mineral

Larva

Juvenil

Semua ukuran

Semua ukuran

Semua ukuran

Semua ukuran

Semua ukuran

Semua ukuran

Semua ukuran

35

25 – 30

20 – 25

4,2

5,1

3,8

1,7

3,1

3,4

3,2

5,5

1,0

2,8

6 – 8

6 – 10

25

0,5 – 10

0,25 – 0,5

< 0,9

Santiago et al

(1982)

Santiago et al

(1982)

Litbang deptan

(1989)

Santiago et al

(1988)

Litbang deptan

(1989)

Jauncey & Rose

(1982)

Sumber : Bautista, et al (1994)

2.5. Stadia Perkembangan Larva

Larva ikan yang baru menetas

adalah mulut belum terbuka, cadangan kuning telur dan butiran minyak masih

sempurna dan larva yang baru menetas bersifat pasif. Hari ke dua

mulut mulai terbuka. Selanjutnya benih mulai berusaha.

Selanjutnya memasuki hari ke tiga, larva ikan mulai mencari makan, pada saat

Page 22: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

tersebut cadangan kuning telurnya pun telah menipis yaitu tinggal 25 –

30% dari volume

awal.Sirip dada mulai terbentuk sejak benih baru menetas meskipun belum

memiliki jari-jari. Pada hari kedua bakal sirip punggung, sirip lemak dan sirip

ekor masih menyatu dengan sirip dubur. Jari jari sirip dubur muncul pada hari ke 5

dan lengkap pada hari ke 10. Pigmen mata pada larva yang

baru menetas sudah terbentuk dan hari ke 2 mata telah berfungsi. Insang

pada hari ke sudah terbentuk dan berkembang sesuai umur larva. Pada umur 10

hari insang sudah mulai berfungsi.

Kuning telur ikan patin, mas, lele, baung dan sebagainya habis terserap

pada hari ke 3. Sedangkan ikan nila, gurame, bawal kuning telurnya

terserap setelah umur 4 hari. Perbedaan kecepatan penyerapan kuning

telur ini terjadi karena ukuran kuning telur yang berbeda dan pengaruh faktor

lingkungan terutama suhu dan kandungan oksigen terlarut Kamler

dan Kohno ( 1992 ) mengatakan semakin tinggi suhu maka penyerapan

kuning telur semakin cepat. Kuning telur yang diserap berfungsi sebagai

materi dan energi bagi benih untuk pemeliharaan, diferensiasi, pertumbuhan dan

aktivitas rutin. Buddington (1988) fungsi utama kuning

telur adalah untuk pemeliharaan dan aktivitas serta relatif kecil untuk

differensiasi. Laju penyerapan kuning telur benih ikan baung dan patin pada fase awal

menetas lambat, kemudian cepat dan lambat lagi berlangsung secara

eksponensial. Penyerapan lambat menjelang hingga habis terserap.

Page 23: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

Heming dan Buddington ( 1988 ) bahwa penyerapan kuning telur

berlangsung secara eksponensial. Penyerapan lambat menjelang kuning

telur habis terserap diduga disebabkan oleh berkurangnya luas permukaan sejalan

dengan penyusutan kantung kuning telur perubahan komposisi kuning telur

2.6. Biologi Rotifera

Rotifera adalah hewan multiseluler dengan rongga tubuh yang sebagian dilapisi

oleh mesoderm organisme ini memiliki spesialisasi sistem organ dan saluran

pencermaan lengkap yang meliputi mulut dan anus. Karena karakteristik ini semua,

rotifera diakui sebagai hewan, meskipun mereka mikroskopis (Zooplankton).

Sebagian besar spesies rotifera memiliki ukuran sekitar 200 hingga 500 mikrometer.

Namun beberapa spesies, seperti rotifera neptunia mungkin lebih panjang dari satu

milimeter (Orstan 1999)

Klasifikasi Rotifera. adalah sebagai berikut (Hibberd, 1981):

Kingdom : Animalia

Filum : Rotifera

Kelas : Bdelloidea

Famili : Phillodinidae

Genus : Rotaria

Spesies : Rotaria neptunia

Panjang tubuh rotifer antara 60-273 Um dengan lebar antara 92-170 Um. Pada

pemeliharaan larva, pakan yang diperlukan pertama kalinya sangat tergantung kepada

Page 24: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

ukuran jenis pakan yang sesuai dengan mulut larva. Dengan adanya perkembangan

ilmu pengetahuan tentang jasad pakan maka telah.

Rotifera dengan berbagai gizi dikarenakan rotifera merupakan hewan yang

dapat menyerap berbagai nutrisi dari jenis makanan yang dicerna, semakin banyak

nutrisi dalam pakan rotifera, semakin baik nilai gizi rotifera untuk makanan larva

ikan. (Maula, 2010).

2.7. Pertumbuhan Rotifera.

Sebagaian besar larva ikan umumnya memakan tumbuhan dan atau hewan

yang berukuran 4-200 mikron. Jenis tumbuhan dan hewan tersebut termasuk

didalamnya adalah plankton, yakni organisme yang hidup melayang dalam air

gerakannya selalu mengikuti arus

Lima fase pertumbuhan (Kartikasari, 2010)yaitu:

1. Fase lag disebut sebagai fase adaptasi kondisi lingkungan yang ditandai dengan

peningkatan populasi yang tidak nyata.

2. Fase eksponensial disebut sebagai fase pertumbuhan, ditandai dengan peningkatan

laju pertumbuhan beberapa kali lipat.

3. Fase pengurangan pertumbuhan yang ditandai dengan terjadinya penurunan

pertumbuhan jika dibandingkan dengan fase eksponensial.

4. Fase stasioner yang ditandai dengan laju pertumbuhan stabil.

5. Fase kematian ditandai dengan laju kematian lebih tinggi dari laju pertumbuhan

sehingga kepadatan populasi berkurang.

Page 25: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

Kurva pertumbuhan Rotifera. dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 2. Kurva pertumbuhan Rotifera.

2.6.2. Parameter yang Mempengaruhi Pertumbuhan

1. pH

Nilai pH pada media tumbuh mikroalga akan menentukan kemampuan biologi

mikroalga dalam memanfaatkan unsur hara, sehingga pH optimum sangat penting

untuk menunjang pertumbuhan Rotifera sp. yang optimal. Nilai pH yang baik untuk

pertumbuhan Rotifera sp. berkisar antara 8,5-9,5 (Suryati, 2002).

2. Salinitas

Page 26: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

Salinitas berpengaruh terhadap organisme air dalam mempertahankan tekanan

osmotik dan mengakibatkan terjadinya hambatan proses fotosintesis (Edhy et al.,

2003). Salinitas yang optimal untuk pertumbuhan Spirulina sp. berkisar antara 20 - 30

ppt (Wicaksonoet al., 2014). Ketersediaan oksigen di dalam media kultur merupakan

faktor penting untuk fitoplankton, karena secara langsung dipakai sebagai bahan

untuk membentuk molekul-molekul organik melalui proses fotosintesis.

3. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan

fitoplankton. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses kimia, biologi dan fisika,

peningkatan suhu dapat menurunkan suatu kelarutan bahan dan dapat menyebabkan

peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi fitoplankton diperairan. Secara

umum suhu optimal dalam kultur fitoplnkton berkisar antara 20-24oC. Suhu dalam

kultur diatur sedemikian rupa bergantung pada medium yang digunakan. Suhu di

bawah 16oC dapat menyebabkan kecepatan pertumbuhan turun, sedangkan suhu

diatas 36oC dapat menyebabkan kematian. Beberapa fitoplankton tidak tahan

terhadap suhu yang tinggi. Pengaturan suhu dalam kultur fitoplankton dapat

dilakukan dengan mengalirkan air dingin ke botol kultur atau dengan menggunakan

alat pengatur suhu udara (Taw, 1990)

4. Cahaya

Cahaya merupakan sumber energi dalam proses fotosintesis yang berguna

untuk pembentukan senyawa karbon organik. Intensitas cahaya sangat menentukan

pertumbuhan fitoplankton yaitu dilihat dari lama penyinaran dan panjang gelombang

Page 27: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

yang digunakan untuk fotosintesis. Cahaya berperan penting dalam pertumbuhan

mikroalga, tetapi kebutuhannya bervariasi yang disesuaikan dengan kedalaman kultur

dan kepadatannya. Kedalaman dan kepadatan kultur yang lebih tinggi menyebabkan

intensitas cahaya yang dibutuhkan tinggi. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat

menyebabkan fotoinhibisi dan pemanasan. Penggunaan lampu dalam kultur

mikroalga minimal dinyalakan 18 jam per hari, hal tersebut dilakukan sampai

mikroalga dapat tumbuh dengan konstan dan normal.(Coutteau, 1996)

5. Karbondioksida

Karbondioksida diperlukan oleh fitoplankton untuk memenbantu proses

fotosintesis. Karbondioksida dengan kadar 1-2 % biasanya sudah cukup digunakan

dalam kultur fitoplankton dengan intensitas cahaya yang rendah. Kadar

karbondioksida yang berlebih dapat menyebabkan pH kurang dari batas optimum

sehingga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan fitoplankton (Taw, 1990).

6. Nutrien

Fitoplankton mendapatkan nutrien dari air laut yang sudah mengandung

nutrien yang cukup lengkap. Namun pertumbuhan fitoplankton dengan kultur dapat

mencapai optimum dengan mencapurkan air laut dengan nutrien yang tidak

terkandung dalam air laut tersebut. Nutrien tersebut dibagi menjadi makronutrien dan

mikronutrien, makronutrien meliputi nitrat dan fosfat. Makronutrien yang berupa

nitrat dan fospat merupakan pupuk dasar yang mempengaruhi pertumbuhan

fitoplankton. Nitrat adalah sumber nitrogen yang penting bagi fitoplankton baik di air

laut maupun di air tawar. Bentuk kombinasi lain dari nitrogen seperti amonia, nitrit,

Page 28: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

dan senyawa organik dapat dapat digunakan apabila kekurangan nitrat. Mikronutrien

organik merupakan kombinasi dari beberapa vitamin yang berbeda-beda. Vitamin

tersebut antara lain B12, B1 dan Biotin. Mikronutrien tersebut digunakan fitoplankton

untuk berfotosintesis (Taw, 1990)

7. Aerasi

Aerasi dalam kultur mikroalga diguanakan untuk proses pengadukan

medium kultur. Pengadukan sangat penting dilakukan yang bertujuan untuk

mencegah terjadinya pengendapan sel, nutrien dapat tersebar sehingga mikroalga

dalam kultur mendapatkan nutrien yang sama, mencegah sratifikasi suhu, dan

meningkatkan pertukaran gas dari udara ke medium. (Taw, 1996).

2.8. Vitamin c

Peningkatan nilai nutrisi pakan buatan dapat dilakukan dengan penambahan

vitamin C sehingga diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan Kualitas

cadangan energi tersebut sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan perkembangan

larva. Kualitas energi yang kurang baik menimbulkan gangguan pada perkembangan

larva dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, ketersediaan pakan

larva berkualitas sangat dibutuhkan agar kualitas dan kelangsungan hidup larva dapat

meningkat. penambahan vitamin C dengan dosis yang berbeda memberikan pengaruh

nyata terhadap pertumbuhan bobot mutlak dan efisiensi pemanfaatan pakan namun

tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kelulushidupan. Dosis vitamin C yang

dapat ditambahkan pada pakan alami Menurut Kursistiyanto et al., (2013)

Page 29: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan waktu penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Mei 2018 bertempat

di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar Sulawesi Selatan.

3.2. Persiapan Wadah

Wadah pemeliharaan larva ikan nila serta peralatan lainnya dibersihkan lalu

dikeringkan. Wadah untuk pemeliharaan larva ikan nila disusun sesuai dengan

susunan yang telah ditentukan, wadah diisi dengan air bersih yang telah dipasangkan

aerasi.

3.3. Ikan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian yaitu larva ikan nila

(Oreochoromis niloticus) yang berumur 4 hari setelah lepas dari kuning telur. Yang

didapatkan di BPBAP Takalar

3.4. Kultur Pakan Rotifera sp

Kepadatan populasi yang digunakan pada awal kultur Rotifera sp adalah

sebanyak 973,99 sel//ml. Rotifera sp yang ditambah vit c sebanyak 100 mg air laut

1800 ml. Mengacu pada penelitian Jadid R. et. al. (2017).

Page 30: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

3.5. Pemeliharaan Larva Ikan nila

Wadah pemeliharaan berjumlah 12 buah yang sudah siap pakai disusun secara

acak. Penebaran larva yaitu 14 ekor/wadah dalam wadah 5 liter Pemeliharaan

dilakukan selama 30 hari, pengamatan tingkat kelangsungan hidup larva ikan nila

dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Pemberian pakan diberikan dua kali sehari

(50% dari dosis) pada pagi dan sore hari.

3.6. Rancangan Percobaans

Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan 4 perlakuan masing-masing 3 ulangan sehingga berjumlah 12 unit

percobaan. Perlakuan yang diuji yaitu perbedaan dosis pemberian pakan rotifera.

yang ditambah vitamin c, terhadap larva ikan nila, yaitu:

Perlakuan A = Pemberian Rotifera. Dengan dosis 1 liter/ 1 g vitamin c

Perlakuan B = Pemberian Rotifera dengan dosis 1 liter/ 1,5 g vitamin c

Perlakuan C = Pemberian Rotifera dengan dosis 1 liter/ 2 g vitamin c

Perlakuan D =Pemberian Rotifera tampa vitamin c (kontrol)

A. Pengukuran Parameter

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah

B. Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup dihitung berdasarkan persamaan Effendie, 1997):

SR = Nt × 100

No

Keterangan:

SR = Kelulusan hidup (%)

Page 31: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

Nt = Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor)

No = Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)

3.7. Pertumbuhan Mutlak

Pertumbuhan mutlak larva ikan nila dihitung dengan menggunakan rumus

menurut Effendi (1997):

W = Wt – Wo

Keterangan:

W = Pertumbuhan mutlak (g)

Wt = Berat ikan pada akhir penelitian (g)

Wo = Berat ikan pada awal penelitian (g)

3.8. Kualitas Air

Selama penelitian berlangsung dilakukan pengukuran beberapa parameter

kualitas air. Parameter kualitas air yang diukur meliputi temperatur menggunakan

thermometer, derajat keasaman (pH) dengan menggunakan pH meter, salinitas

dengan menggunakan handfraktometer, oksigen terlarut (DO) menggunakan DO

meter. Parameter suhu, pH, salinitas dan oksigen terlarut diukur dua kali sehari pada

pukul 07:00 dan 17:00 WITA.

3.9. Analisis Data

Page 32: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

Data dari hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar

kemudian dilakukan analisa menggunakan program SPSS versi 20 yang meliputi

Analysis of varians (ANOVA) dngan uji F pada selang kepercayaan 95 %.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sintasan Larva Ikan Nila

Rata-rata kelangsungan hidup ikan nila selama pemeliharaan disajikan

pada Tabel 2. Yang diberi Rotifera yang perkaya vitamin C

Perlakuan ulangan

Rata-rata (%) 1 2 3

A

B

C

(Kontrol)

78,67

85,71

92,86

57,14

71,43

92,86

85,71

50,01

85,71

71,43

92,86

64,28

78,6

83,33

90,48

73,81

Padal tabel diatas nilai sintasan tertinggi terdapat pada perlakuan C (2 gram)

yaituh sebesar 90,48%, di susun perlakuan B (1,5 gram) dan A (1 gram) sebesar

83,33% dan 78,6% sedangkan kelangsungan hidup terendah terdapat pada perlakuan

D (0 gram)yaitu sebesar 73,81%. Berdasarkan analisis sidik ragam (ANOVA)

Page 33: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

diperoleh 0.004, maka perlakauan yang diberikan dengan penambahan vitamin c

pada pakan berpengaruh nyata (P<0,005) terhadap sintasan ikan nila (lampiran 2).

Berdasarka sidim ragam menunjukan bahwa pemberian Rotifera yang perkaya

vitamin C dengan ini juga tidak menyebabkan kematatian ataupun terhadap Rotifera

yang perkaya vitamin C dalam meningkatkan kekebalan tubuh, sehingga tingkat

kelulus hidupan meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Jusadi et al. (2006)

bahwa pemberian Rotifera yang perkaya vitamin C berperan penting dalam

menormalkan fungsi kekebalan tubuh dan mengurangi stres.

4.2. Pertumbuhan mutlak

Hasil Pertumbuhan mutlak larva ikan Nila sesuai perlakuan pemberian dosis

pakan berbeda yang dicampur dengan vitamin C selama 30 hari, menunjukkan

pertumbuhan mutlak seperti yang terlihat pada tabel 3.

Tabel 3. pertumbuhan mutlak.

Perlakuan Ulangan

Rata-rata (g) 1 2 3

A

B

C

(Kontrol)

2,34

3,51

3,09

1,04

1,66

2,28

4,17

0,95

1,76

3,15

2,63

1,19

1,92

2,98

3,29

1,06

Hasil penelitian yang disajikan pada tabel 3. menunjukkan bahwa rata-rata

peningkatan pertumbuhan ikan nila yang tertinggi terdapat pada perlakuan C dengan

rata-rata 3,29 gram, kemudian perlakuan B dengan 2,98 gram dan pertumbuhan

Page 34: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

tingkat pertumbuhan terendah pada perlakuan A dengan 1,59 gram kemudian

perlakuan D dengan rata-rata 1.06 gram tampa vitamin c. Hasil analisis sidik ragam

(ANOVA) terdapat perlakuan yang diberinya pengaruh yang nyata (P<0,005)

terhadap pertumbuhan. Pada uji Duncan, semua rata-rata terletak pada subset yang

tidak berbeda, sehingga semua perlakuan yang diberikan tidak berbeda secara nyata

(lampiran 1).

Tingginya pertumbuhan mutlak pada perlakuan C bahwa Rotifera yang

perkaya vitamin C yang diberikan sesuai dengan yang di butuhkan larva ikan nila,

Terjadinya peningkatan pertumbuhan larva ikan nila setelah pemberian rotifera yang

di perkaya vitamin C dapat digunakan oleh tubuh untuk keperluan, sehingga pakan

yang dikonsumsi dapat digunakan untuk pertumbuhan. Sesuai dengan pendapat

Sunarto et al., (2008) Rotifera dibutuhkan oleh ikan untuk proses dalam tubuh dalam

dampak pertumbuhan. Jusadi et al., (2006) Rotifera dibutuhkan larva ikan nila bahwa.

Pertumbuhan terkait dengan energi yang masuk kedalam tubuh ikan. Maka dapat

disimpulkan bahwa Rotifera yang perkaya vitamin C yang diberikan sesuai untuk

pertumbuhan larva ikan nila dan tidak menyebabkan kematian.

Page 35: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

4.3. Kualitas air

Parameter-parameter kualitas air yang diamati selama penelitian dapat

dilihat pada Tabel 4.

No parameter kisaran yang kisaran yang diperoleh

diperoleh

1 Suhu (oC) 27-28oC 28-29

oC (Tancung,2007)

2 pH 6,7-7,6 6-5,7,5 (Suprapto 2005),

3 Do (ppm) 6-7,3 >3 ppm (Anonymous, 2002)

Para meter kualitas air yang diamatin adalah (DO), suhu, pH, salinitas,

ammonia pengamatan dilakukan pada pagi hari sembelum pemberian pakan pada

ikan dan pengamatan dilakukan setiap pengamatan ikan. Dari hasil penelitian pada

masing wadah diketahui nilai faktor kimia air seperti pada tabel berikut.

Kisaran suhu air pada waktu penelitian 27-28oC, kisaran tersebut masih

dalam kondisi layak bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila, sesuai

pendapat Kordi dan Tancung, (2007) kisaran suhu yang optimum untuk pertumbuhan

ikan nila yaitu 28-29oC dan tumbuh dengan baik pada suhu 23-28

oC. suhu yang

Page 36: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

rendah dapat menyebabkan rendahnya laju konsumsi pakan pada ikan, sedangkan

suhu yang tinggi menyebabkan tingkat konsumsi pakan menjadi berhenti.

Kisaran salinitas pada waktu penelitian 10 ppt kisaran ini masih optimum bagi

ikan nila. Salinitas menunjukkan kisaran yang tinggi karena sumber air yang

digunakan berasal dari air tawar. ikan menyukai salinitas yang tidak terlalu tinggi,

yaitu 10-30 ppt, namun ikan dapat tumbuh baik pada salinitas 5-45 ppt (Amri dan

Kanna 2008). Salinitas berperan dalam proses osmoregulasi dan proses molting.

Pengaturan osmoregulasi mempengaruhi metabolisme tubuh ikan dalam

menghasilkan energi. Pada lingkungan hiperosmootik, ikan akan cenderung

meminum air lebih banyak kemudian insang dan permukaan tubuh membuang

natrium klorida. Sedangkan pada salinitas yang rendah (hiposmootik) ikan akan

menyeimbangkan perolehan air dengan mengekresikan banyak urine, pengambilan

NaCl melalui insang (Ariyani et.,al 2008).

Oksigen terlarut yang diperoleh pada saat penelitian berkisar antara 3-6 ppm.

Pada kisaran tersebut ikan nila masih dapat tumbuh, sesuai pendapat (Anonymous,

2002) Kandungan oksigen terlarut yang dapat menunjang kehidupan ikan nila pada

kondisi ideal 6 ppm, kondisi tumbuh 3 ppm sedangkan kondisi untuk bertahan hidup

1,0-1,5 ppm.

Kisaran pH selama penelitian berkisar 7-7,5 batas toleransi organisme

terhadap derajat keasaman bervariasi. Derajat keasaman (pH) adalah suatu ukuran

dari konsentrasi ion hydrogen dan menunjukkan suasana air tersebut, apakah bereaksi

Page 37: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

basah atau asam. Menurut Suprapto (2005), kisaran pH optimal untuk pertumbuhan

ikan adalah 6-5,7 dan dapat mentoleransi pH dengan kisaran 6,5-9.

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pemberian rotiferah yang perkaya vitamin C

terhadap sintasan dan pertumbuhan ikan nila maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

dosis yang optimal untuk pemberian rotiferah terhadap vitamin C yaitu 2 gram.

5.2. Saran

Berdasarkan hasilkan sintasan dan pertumbuhan yang baik untuk

pemeliharaan ikan nila disarankan pembudidaya melakukan.

Page 38: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

DAFTAR PUSTAKAR

Ahmad,DN. 1991. Pengelolaan Peubah Mutu Air Yang Penting Dalam Tambak

Udang Intensif. Dirjen Perikanan bekerja sama dengan IDRC Jakarta. 40

halaman.

Aliabbas, A. 2002. Kualitas Rotifera. Akibat Lama Penyinaran Nata de Nanno.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut PertanianBogor. Skripsi. Hal 4

Amri, K. dan I.Kanna. 2008. Budidaya ikan nila Secara Intensif, Semi Intensif, dan

Tradisional, PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

Anonim, 2003. Litopenaeus vannamei sebagai alternative budidaya Ikan saat ini. PT.

Central Proteinaprima (Charoen Pophand Group) Surabaya. 16 hal

Anonymous. 2002. Budidaya Ikan nila (Litopaneaus vannamei). Technical servis

Departemen. PT. Central Protein prima. Charond Pokhphand Surabaya. 35

halaman.

Ariyani, D., Susanto, Sumadi, Iswandi, 2008. Pengaruh Perubahan Salinitas

TerhadapVirulensi WSSV Pada Udang Putih Litopenaeus

vannamei.UniversitasLampung. ISBN/978-979-1165-74-7.

Djunaidah, I.S., M.I. Toelihere, Effendie, S. Sukimin dan E. Riani. 2004.

Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Kepiting Bakau (Scylla

paramamosain) yang Dipelihara pada Substrat Berbeda. [Skripsi]. Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, 9 (I): 20-25

Effendi, M.I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Page 39: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

Fachrullah, Muhammad Rezza. 2011. Laju Pertumbuhan Mikroalga Biofuel Jenis

Chlorella sp. dan Rotifera. yang Dikultivasi Menggunakan Air Limbah Hasil

Penambangan Timah di Pulau Bangka. Skripsi. Bogor : IPB. 102 hlm.

Haliman,R.W. dan Dian, A.S. 2005. Ikan nila. Penebar Swadaya Jakarta, 76 hal.

Haliman R.W dan D. Adijaya, 2005. Klasifikasi Ikan nila Penebar Swadaya. Jakarta

Halver. 1972. The Vitamins In Fish Nutrition. Academic Press. Inc.

Washington.Hariati, A.M. 1989. Makanan Ikan. Diklat Kuliah. Fakultas

Perikanan.UniversitasBrawijaya Malang. 155 hal.

Handjani dan W. Widodo. 2010. Nutrisi Ikan. UMM Press. Universitas

Muhammadiyah Malang. Malang. Hal 62-75

Hibberd, D.J. (1981). Notes on the Taxonomy and Nomenclature of the Alga Classes

Eustigmatophyceae and Tribophyceae (synonym Xanthophyceae) Journal of

the Linnean Society of London, Botany.

Isnansetyo, A dan Kurniastuty.1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan

Zooplankton.Yogyakarta : Kanisius.

Jusadi, D., B.A. Dewantara dan I. Mokoginta. 2006. Pengaruh Kadar L-Ascorby l2

Phosphat Magnesium yang Berbeda Sebagai Sumber Vitamin C dalam

PakanTerhadap Pertumbuhan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Ukuran

Sejari. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian

Bogor, 5(1): 21-29.

Kartikasari, D. 2010. Pengaruh Penggunaan Media Yang Berbeda Terhadap

Kemampuan Penyerapan Logam Berat Pb Pada Rotifera. Skripsi. Fakultas

Pertanian Universitas Lampung. Lampung.

Page 40: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

Lawalata, I. J. 2011. Pemberian Beberapa Kombinasi ZPT Terhadap Regenerasi

Tanaman Gloxinia (Siningia speciosa) dari Eksplan Batang dan Daun Secara

In Vitro. J.Exp. Life Sci. 1(2). Hal 83-84.

Maula, R.N. 2010. Optimasi Kultivasi Mikroalga Laut Nannochloropsis Oculata

Dengan Perlakuan Pupuk Urea Untuk Produksi Lemak Nabati. Skripsi.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Malang.

Muchlisin, Z.A., A. Damhoeri, R. Fauziah, Muhammadar dan M. Musman. 2003.

Pengaruh beberapa jenis pakan alami terhada pertumbuhan dan kelangsungan

hiudp benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Biologi, 3(2): 105-113.

Purnomowati, Ida, dkk. 2007. Ragam Olahan Bandeng. Cetakan I. Yogyakarta :

Kanisius.

Sari, A.S.P. and A. Manan. 2012. Pola Pertumbuhan Rotifera Pada Skala

Laboratorium, Intermediet, dan Massal. Fakultas Perikanan dan Kelautan,

Univeristas Airlangga, Surabaya. 4(2):123-127

Page 41: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

LAMPIRAN 1.

ANOVA

PERTUMBUHAN

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 9.411 3 3.137 10.685 .004

Within Groups 2.349 8 .294

Total 11.759 11

pertumbuhan

LSD

(I) perlakuan (J) perlakuan

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

perlakuan A perlakuan B -1.06000* .44241 .043 -2.0802 -.0398

perlakuan C -1.37667* .44241 .014 -2.3969 -.3565

perlakuan D .86000 .44241 .088 -.1602 1.8802

perlakuan B perlakuan A 1.06000* .44241 .043 .0398 2.0802

perlakuan C -.31667 .44241 .494 -1.3369 .7035

perlakuan D 1.92000* .44241 .002 .8998 2.9402

perlakuan C perlakuan A 1.37667* .44241 .014 .3565 2.3969

perlakuan B .31667 .44241 .494 -.7035 1.3369

perlakuan D 2.23667* .44241 .001 1.2165 3.2569

perlakuan D perlakuan A -.86000 .44241 .088 -1.8802 .1602

perlakuan B -1.92000* .44241 .002 -2.9402 -.8998

perlakuan C -2.23667* .44241 .001 -3.2569 -1.2165

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 42: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

perlakuan D 3 57.1400

perlakuan A 3 78.6033

perlakuan B 3 83.3333

perlakuan C 3 90.4767

Sig. 1.000 .108

ANOVA

SINTASAN

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1854.356 3 618.119 10.386 .004

Within Groups 476.102 8 59.513

Total 2330.458 11

sintasan

LSD

(I) perlakuan (J) perlakuan

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

perlakuan A perlakuan B -4.73000 6.29882 .474 -19.2551 9.7951

perlakuan C -11.87333 6.29882 .096 -26.3984 2.6518

perlakuan D 21.46333* 6.29882 .009 6.9382 35.9884

perlakuan B perlakuan A 4.73000 6.29882 .474 -9.7951 19.2551

perlakuan C -7.14333 6.29882 .290 -21.6684 7.3818

perlakuan D 26.19333* 6.29882 .003 11.6682 40.7184

perlakuan C perlakuan A 11.87333 6.29882 .096 -2.6518 26.3984

perlakuan B 7.14333 6.29882 .290 -7.3818 21.6684

perlakuan D 33.33667* 6.29882 .001 18.8116 47.8618

perlakuan D perlakuan A -21.46333* 6.29882 .009 -35.9884 -6.9382

Page 43: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

perlakuan B -26.19333* 6.29882 .003 -40.7184 -11.6682

perlakuan C -33.33667* 6.29882 .001 -47.8618 -18.8116

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

perlakuan D 3 1.0600

perlakuan A 3 1.9200

perlakuan B 3 2.9800

perlakuan C 3 3.2967

Sig. .088 .494

Page 44: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

LAMPIRAN 2.

Gambar 1. Oksigen Terlarut (DO)

Gambar 2. Salinometer

Gambar 3. Persiapan Wadah

Page 45: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

Gambar 4. Vitamin c

Gambar 5. Pemberian pakan

Gambar 6. Mengukur air salinometer

Page 46: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

Gambar 7. Mengukur oksigen terlarut (DO)

Gambar 8. Hasil penelitian larva ikan nila

Page 47: APLIKASI PEMBERIAN ROTIFERA YANG DITAMBAH VITAMIN C DENGAN …

RIWAYAT HIDUP

KALTUM dilahirkan di dompo pada tanggal 26 April 1994,

sebagai anak kelima dari ayah yang bernama Umar.dan ibu

bernama Hadia. Penulis merupakan anak kelima dari lima

bersaudara. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SD

Negeri 1 kilo dan tamat pada tahun 2007. Penulis kemudian

melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 kilo dan tamat pada tahun 2009 kemudian

melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1Kilo dan lulus pada tahun 2012. Dan pada

tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah

Makassar, Fakultas Pertanian, program studi Budidaya Perairan.

Penulis akhirnya melakukan penelitian di BPBAP Takalar sebagai tugas akhir dalam

tahap penyelesaian study dengan judul ” APLIKASI PEMBERIAN FROTIFERA

YANG DI TAMBAH VITAMIN C DENGAN DOSIS YANG BERBEDA

TERHADAP DAN SINTASAN LARVA IKAN NILA(OREOCHOROMIES NILOTICUS)

dibawah bimbingan Dr.Ir.Hj.Andi Khaeriyah,M.Pd dan Asni Anwar,S.pi.,M.Si