anosmia paper

25
BAB I PENDAHULUAN Indra penghidu yang merupakan fungsi nervus olfaktorius, sangat erat hubungannya dengan indra pengecap yang dilakukan oleh nervus trigeminus, karena seringkali kedua sensoris ini bekerja bersama-sama. Stimulusnya juga sama-sama berupa rangsangan kimiawi, bukan rangasangan fisika seperti pada penglihatan dan pendengaran. Reseptor organ penghidu terdapat region olfaktorius berjalan melalui lubang-lubang pada lamina kribrosa os etmoid menuju bulbus olfaktorius didasar fossa kranii anterior. 1,2,3,4,5 Partikel bau dapat mencapai reseptor penghidu bila menarik nafas dengan kuat atau partikel tersebut larut dalam lendir yang selalu ada dipermukaan mukosa daerah olfaktorius. Gangguan penghidu akan terjadi bila ada yang menghalangi sampainya partikel bau ke reseptor saraf atau ada kelainan pada n.olfaktorius, mulai dari reseptor sampai pusat olfaktorius. 1,2,3,4,5 Kelainan penghidu meliputi berbagai macam jenis penyakit yaitu hiposmia, anosmia, parosmia dan kakosmia 1,2,3,4,5 Anosmia merupakan suatu tidak adanya/hilangnya sensasi penciuman, dalam hal ini berarti hilangnya kemampuan mencium 1

Upload: rendimariori

Post on 08-Dec-2014

170 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Indra penghidu yang merupakan fungsi nervus olfaktorius, sangat erat

hubungannya dengan indra pengecap yang dilakukan oleh nervus trigeminus, karena

seringkali kedua sensoris ini bekerja bersama-sama. Stimulusnya juga sama-sama berupa

rangsangan kimiawi, bukan rangasangan fisika seperti pada penglihatan dan

pendengaran. Reseptor organ penghidu terdapat region olfaktorius berjalan melalui

lubang-lubang pada lamina kribrosa os etmoid menuju bulbus olfaktorius didasar fossa

kranii anterior.1,2,3,4,5

Partikel bau dapat mencapai reseptor penghidu bila menarik nafas dengan kuat

atau partikel tersebut larut dalam lendir yang selalu ada dipermukaan mukosa daerah

olfaktorius. Gangguan penghidu akan terjadi bila ada yang menghalangi sampainya

partikel bau ke reseptor saraf atau ada kelainan pada n.olfaktorius, mulai dari reseptor

sampai pusat olfaktorius. 1,2,3,4,5

Kelainan penghidu meliputi berbagai macam jenis penyakit yaitu hiposmia,

anosmia, parosmia dan kakosmia 1,2,3,4,5

Anosmia merupakan suatu tidak adanya/hilangnya sensasi penciuman, dalam hal

ini berarti hilangnya kemampuan mencium atau membau dari indera penciuman.

Hilangnya sensasi ini bisa parsial ataupun total.

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. ANATOMI HIDUNG

A. ANATOMI HIDUNG BAGIAN LUAR

Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung bagian dalam. Hidung bagian luar

menonjol pada garis tengah diantara pipi dan bibir atas. Struktur hidung luar dibedakan

atas tiga bagian, yaitu yang paling atas adalah sebuah kubah yang tidak dapat digerakkan,

dibawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan, dan yang paling

bawah adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan.1,2,3,4

Gambar.1 Anatomi Hidung

Hidung luar berbentuk pyramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah:1

1. Pangkal hidung (bridge)

2. Dorsum nasi

2

3. Puncak hidung (apeks)

4. Ala nasi

5. Kolumela

6. Lubang hidung (nares anterior)

Gambar 2. Anatomi hidung luar

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang rawan yang dilapisi oleh kulit,

jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi melebarkan dan menyempitkan

lubang hidung.1,2,4,6

Kerangka tulang terdiri dari :1,2,4,6

1. Sepasang os nasalis (tulang hidung)

2. Prosesus frontalis os maksila

3. Prosesus nasalis os frontalis

Kerangka tulang rawan terdiri dari :1,2,4,6

1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior

2. Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (kartilago ala mayor)

3. Beberapa pasang kartilago ala minor

4. Tepi anterior kartilago septum nasi1,2,4,6

3

Gambar 3. Kerangka tulang dan tulang rawan pada hidung12

Gambar 4. Kerangka tulang dan tulang rawan pada hidung13

4

B. ANATOMI HIDUNG BAGIAN DALAM

Rongga hidung atau kavum nasi terbentuk terowongan dari depan ke belakang,

dipisahkan oleh septum nasi bagian tengahnya. Kavum nasi bagian anterior disebut nares

anterior dan bagian posterior disebut nares posterior (koana yang menghubungkan kavum

nasi dengan nasofaring). Dengan adanya septum nasi maka kavum nasi dibagi menjadi

dua ruangan yang membentang dari nares sampai koma (apertura posterior). Kavum nasi

ini berhubungan dengan sinus frontal, sinus sfenoid, fossa kranial anterior dan fossa

kranial media. Batas-batas kavum nasi : 1,2,3,4,5,6

Posterior : berhubungan dengan nasofaring

Atap : os nasal, os frontal, lamina kribriformis etmoidale, korpus

sfenoidale dan sebagian os fomer.

Lantai : merupakan bagian yang lunak, kedudukannya hampIr horizontal,

bentuknya konkaf dan bagian dasar ini lebih lebar dari pada bagian atap.

Bagian ini dipisahkan dengan kavum oris oleh palatum durum.

Medial : septum nasi yang membagi kavum nasi menjadi dua ruangan

(dekstra dan sinistra), pada bagian bawah apeks nasi, septum nasi dilapisi oleh

kulit, jaringan subkutan dan kartilago alaris mayor. Bagian dari septum yang

terdiri dari kartilago ini disebut sebagai septum pars membranosa = kolumna

Lateral : dibentuk oleh bagian dari os medial, os maksila, os lakrima, os

etmoid, konka nasalis inferior, palatum dan os sphenoid. Konka nasalis

suprema, superior, dan media merupakan tonjolan dari tulang etmoid.

Sedangkan konka nasalis inferior merupakan tulang yang terpisah. Ruangan di

atas dan belakang konka nasalis superior adalah resesus sfeno-etmoid yang

berhubungan dengan sinus sphenoid. Kadang-kadang konka nasalis suprema

dan meatus nasi suprema terletak di bagian ini. 1,2,3,4,5,6

5

Gambar 5. Anatomi hidung dalam14

1. Vestibulum

Terletak tepat dibelakang nares anterior, dilapisi oleh kulit yang mempunyai banyak

kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut vibrisae.

2. Septum nasi

Septum nasi dibentuk oleh bagian tulang dan tulang rawan. 1,3,6

Bagian tulang terdiri dari :

Lamina perpendikularis os etmoid

Vomer

Krista nasalis maksilla

Krista nasalis palatine. 1,3,6

Bagian tulang rawan terdiri dari :

Kartilago septum (lamina kuadrangularis)

Kolumela. 1,3,6

6

3. Kavum nasi

Dasar hidung

Dasar hidung dibentuk oleh prosesus palatine os maksilla dan prosesus

horizontal os palatum.

Atap hidung

Terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os nasal, prosesus

frontalis os maksilla, korpus eitmoid dan korpus sphenoid. Sebagian besar

atap hidung dibentuk oleh lamina kribrosa yang dilalui filamen - filamen

olfaktorius yang berasal dari permukaan cranial konka superior.

Dinding lateral

Dinding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontalis os

maksilla, os lakrimalis, konka superior, konka media, konka inferior lamina

perpendikularis os palatum dan lamina pterigoideus medial.

Konka

Pada dinding lateral hidung terdapat 4 buah konka. Yaitu terbesar dan

letaknya paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka

media dan konka superior, sedangkan yang terkecil disebut konka suprema. Konka

suprema ini biasanya rudimenter. Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang

melekat pada os maksilla dan labirin etmoid.

Meatus nasi

Diantara konka – konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit

yang disebut meatus. Meatus inferior terletak diantara konka inferior dengan dasar

hidung dan dinding lateral rongga hidung. Disini terdapat muara sinus maksilla, sinus

frontal dan sinus etmoid anterior. Pada meatus superior yang merupakan ruang

diantara konka superior dan konka media terdapat muara sinus etmoid posterior dan

sinus sphenoid.

Dinding medial

Dinding medial adalah septum nasi.

4. VASKULARISASI HIDUNG

7

Bagian superior rongga hidung mendapat perdarahan dari a.etmoid anterior dan

posterior yang merupakan cabang dari a.oftalmikus berasal dari a.karotis interna. Bagian

inferior hidung mendapat perdarahan dari cabang a.maksilaris interna, diantaranya adalah

ujung a.palatina mayor dan a.sfenopaltina yang keluar dari foramen sfenopalatina

bersama n.sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di belakang ujung posterior konka

media.1,2,4,5,6

Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari cabang-cabang a.fasialis. pada

bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang a.sfenopalatina, a.etmoid

anterior, a.labialis superior dan a.palatina mayor, yang disebut pleksus Kiesselbach

(Little’s area) yang letaknya superficial dan mudah cedera oleh trauma, sehingga sering

menjadi sumber epistaksis pada anak-anak dan dewasa muda.1,2,4,5,6

Gambar 6: perdarahan hidung

Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalanan berdampingan

dengan arterinya. Vena-vena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke vena

oftalmika superior yang berhubungan dengan sinus kavernosus.1,2,4,5,6

8

Gambar 7. Vaskularisasi hidung15

5. PERSARAFAN HIDUNG4

a. Nervus olfaktorius

Sebagai saraf sensible (sataf pembau) masuk melalui lubang-lubang di lamina

cribrosa etmoidalis.

b. Nervus trigeminus

Mempunyai cabang n.oftalmikus dengan cabang kecil n.nasalis posterior superior

dan n.nasalis anterior superior untuk mempersarafi dinding lateralis cavum nasi

superior dan concha nasalis media.

c. Nervus etmoidalis anterior

Merupakan cabang dari n.oftalmikus masuk ke dalam cavum nasi melalui lubang

frontal di lamina cribrosa ossis etmoidalis.

d. Nervus palatines anterior

Nervus ini masuk ke dalam cavum nasi melalui lubang dalam pars

perpendikularis ossis palatini.

9

2. FISIOLOGI HIDUNG1,2,3,4,5

a. Sebagai jalan nafas

Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik setinggi konka media

dankemudian turun ke bawah kea rah nasofaring, sehingga aliran udara ini berbentuk

lengkungan atau arkus.

Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan kemudian mengikuti jalan yang

sama seperti udara inspirasi. Akan tetapi di bagian depan aliran udara memecah, sebagian

lagi kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari

nasofaring.

b. Pengantur kondisi udara (air conditioning)

Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara

yang akan masuk ke dalam alveolus. Fungsi ini dilakukan dengan cara mengatur

kelembaban udara dan mengatur suhu. Mengatur kelembabab udara dilakukan oleh palut

lendir.

Pada musim panas, udara hamper jenuh dengan uap air, penguapan dari lapisan

ini sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya. Fungsi mengatur suhu

dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan

konka dan septum yang luas sehinga radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan

demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang lebuh 370C.

c. Sebagai penyaring dan pelindung

Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri

yang dilakukan oleh : Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi; Silia dan Palut lender

(mucous blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada palut lendir dan partikel-partikel

yang besar akan dilekuarkan cdengan reflex bersin. Palut lender ini akan dialirkan dengan

nasofaring oleh gerakan silia. Enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri

disebut lysozime.

d. Indra penghidu

Hidung juga bekerja sebagai indra penghidu dengan adanya mukosa olfaktorius

pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum.

10

e. Resonasi suara

Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan bernyanyi. Sumbatan hidung

akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau.

f. Proses bicara

Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng) dimana

rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk aliran

udara.

11

g. Refleks nasal

Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran

cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh: iritasi mukosa hidung menyebabkan

refleks bersin dan nafas berhenti. Rangsang bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar

liur, lambung dan pankreas.

Definisi

Anosmia adalah tidak adanya/hilangnya sensasi penciuman, dalam hal ini berarti

hilangnya kemampuan mencium atau membau dari indera penciuman. Hilangnya sensasi

ini bisa parsial ataupun total.1,2,3,4,7,8,9,10

Etiologi 4,5,6,7,8,9,10

Anosmia disebabkan oleh berbagai macam penyebab antara lain yaitu :

1. Defek konduktif

a. Proses inflamasi / peradangan dapat mengakibatkan gangguan pembauan.

b. Adanya massa / tumor dapat menyumbat rongga hidung sehinga menghalangi

aliran adorant / ke epitel olfaktorius.

c. Abnormalitas development (misalnya ensefalokel, kista dermoid) juga dapat

menyebabkan obstruksi.

d. Pasien pasca laringektomi atau trakheotomi dapat menderita hisposmia karena

berkurang atau tidak adanya aliran udara yang melalui hidung.

2. Defek sentral / sensorineural

a. Proses infeksi / inflamasi menyebabkan defek sentral gangguan pada transmisi

sinyal.

b. Penyebab congenital menyebabkan hilangnya struktur syaraf.

c. Gangguan endokrin (hipotiroidisme, hipoadrenalisme, DM) berpengaruh pada

fungsi pembauan.

12

d. Trauma kepala, operasi otak atau perdarahan subarachnoid dapat

menyebabkan regangan, kerusakan atau terpotongnya fila olfaktoria yang

halus dan mengakibatkan anosmia.

e. Toksitisitas dari obat – obatan sistemik dan inhalasi

f. Defisiensi gizi (vit A, thiamin, zink) terbukti dapat mempengarui pembauan.

13

Faktor resiko1,2,3,4,7,8,9,10

Faktor resiko dari anosmia adalah:

a. Proses degenerative patologi (penyakit Parkinson, Alzheimer)

b. Proses degenaratife normal (penuaan)

c. Lingkungan

d. Perokok

e. Pencemaran bahan kimia

f. Cuaca

g. Virus bakteri pathogen

h. Usia: Dengan bertambahnya usia seseorang jumlah neuron

olfaktorius lambat laun akan berkurang sehingga mengurangi daya

penciuman

i. Jenis kelamin: Perempuan lebih beresiko menderita anosmia

karena jumlah bulu hidung relative lebih sedikit daripada pria dan

imunitas yang kurang sehingga beresiko terhadap infeksi pada

hidung.

Tanda dan gejala anosmia1,2,3,4,7,8,9,10

a. Berkurangnya kemampuan dan bahkan sampai tidak bisa mendeteksi bau.

b. Gangguan pembau yang timbul bisa bersifat total / tidak bisa mendeteksi seluruh bau.

c. Dapat bersifat parsial / hanya sejumlah bau yang dapat dideteksi.

d. Dapat juga bersifat spesifik (hanya satu / sejumlah kecil yang dapat dideteksi)

e. Kehilangan kemampuan merasa / mendeteksi rasa dalam makanan yang di makan.

f. Berkurangnya nafsu makan.

Patofisilogi anosmia2,3,4,5,6,7,8,9,10

Indra penciuman dan pengecapan tergolong ke dalam system penginderaan

kimia(chemosensation). Proses yang kompleks dari mencium dan mengecap di mulai ketika

molekul–molekul dilepaskan oleh substansi di sekitar kita yang menstimulasi sel syaraf khusus

14

dihidung, mulut atau tenggorokan. Sel–sel ini menyalurkan pesan ke otak, dimana bau dan rasa

khusus di identifikasi. Sel – sel olfaktori (saraf penciuman) di stimulasi oleh bau busuk di sekitar

kita. Contoh aroma dari mawar adonan pada roti. Sel–sel saraf ini ditemukan di sebuah tambahan

kecil dari jaringan terletak diatas hidung bagian dalam, dan mereka terhubung secara langsung ke

otak penciuman (olfaktori) terjadi karena adanya molekul–molekul yang menguap dan masuk

kesaluran hidung dan mengenal olfactory membrane. Manusia memiliki kira–kira 10.000 sel

reseptor berbentuk rambut. Bila molekul udara masuk, maka sel–sel ini mengirimkan impuls

saraf (Loncent, 1988). Pada mekanisme terdapat gangguan atau kerusakan dari sel–sel olfaktorus

menyebabkan reseptor dapat mengirimkan impuls menuju susunan saraf pusat. Ataupun terdapat

kerusakan dari sarafnya sehingga tidak dapat mendistribusikan impuls reseptor menuju efektor,

ataupun terdapat kerusakan dari saraf pusat di otak sehingga tidak dapat menterjemahkan

informasi impuls yang masuk.

Pemeriksaan diagnostik anosmia2,3,4,5,6,7,8,9,10

Pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan rinoskopi anterior dan posterior untuk ,elihat apakah ada kelainan anatomic

yang menyebabkan sumbatan hidung, perubahan mukosa hidung, tanda-tanda infeksi dan adanya

tumor.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penghidu sederhana

Pasien dicoba untuk menghidu alkohol, kopi, minyak wangi, setelah itu pasien dicoba

untuk menghidu amoniak. Amoniak akan merangasang n.Trigeminus, bukan n.olfaktorius.

15

CT scan dan MRI dibutuhkan untuk menyingkirkan neoplasma pada fossa kranii anterior

yang tidak diduga sebelumnya, sinusitis paranasolik dan neoplasma pada rongga hidung dan

sinus paranasalis.

Pemeriksaan Laboratorium : gula darah, pemeriksaan reduksi urine dll.

Penatalaksanaan anosmia2,3,4,5,6,7,8,9,10

a. Pengobatan yang dapat digunakan untuk memperbaiki kehilangan sesuai penciuman

antara lain antihistamin bila diindikasi penderita alergi

b. Berhenti merokok dapat meningkatkan fungsi penciuman

c. Koreksi operasi yang memblok fisik dan mencegah kelebihan dapat digunakan

dekongostan nasal.

d. Suplemen zink kadang direkomendasikan

e. Kerusakan neuro olfaktorius akibat infeksi virus prognosisnya buruk, karena tidak dapat

di obati.

f. Terapi vitamin sebagian besar dalam bentuk vitamin A

16

Prognosis5

Dampak dari disfungsi olfaktorius sangat tergantung dari etiologinya. Disfungsi

olfaktorius karena sumbatan oleh polip, neoplasma, pembengkakan mukosa atau deviasi septum

dapat kembali normal. Ketika sumbatan dihilangkan, kemampuan olfaktorius akan kembali

normal. Namun jika terjadi kerusakan pada nervus olfactorius maka pronosisnya buruk.

17

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar N et al. Anatomi dan Fisisologi Hidung. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorokkan – Kepala Leher. Ed 6. FKUI. Jakarta. Hal:

119-122

2. Soepardi EA, Iskandar N et al. Gangguan Penghidu. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga

Hidung dan Tenggorokkan – Kepala Leher. Ed 6. FKUI. Jakarta. Hal: 160-161

3. Adam GE, Boies LR. Anatomi dan Fisiologi Hidung, Buku Ajar Penyakit THT. Edisi

6.EGC. Jakarta.1997Hal:174-188

4. Snell S Richard, Neuroanantomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Ed 5. EGC,

Jakarta 2006, Hal: 370-396

5. Ballenger JJ.Olfactory Disfunction in Ballenger’s Otolaringology Head and Neck

Surgery, Ed 16, P:561-576

6. Mardjono M, Anosmia dalam Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat, Jakarta, 2008,

Hal:115-116.

7. Anosmia Causes, Symptoms and Treatment Available in

www.everydayhealth.com/health-center/anosmia.aspx

8. Anosmia available in www.nhs.uk/anosmia/pages/introduction.aspx

9. Anosmia Available in en.wikipedia.org/wiki/Anosmia

10. Gangguan Penciuman/Penghidu Available in thtkl.wordpress.com/2008/09/25gangguan-

penciumanpenghidu/

18