anatomi fisiologi.doc

22
A. Anatomi fisiologi Paru-paru terletak sedemikian rupa sehingga setiap paru-paru berada di samping mediastinum. Oleh karenanya, masing-masing paru-paru dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan pembuluh-pembuluh besar serta struktur- struktur lain dalam mediastinum. Masing-masing paru-paru berbentuk konus dan diliputi oleh pleura viseralis. Paru-paru terbenam bebas dalam rongga pleuranya sendiri, dan hanya dilekatkan ke mediastinum oleh radiks pulmonalis. Masing- masing paru-paru mempunyai apeks yang tumpul, menjorok ke atas dan masuk ke leher sekitar 2,5 cm di atas klavikula. Di pertengahan permukaan medial, terdapat hilus pulmonalis, suatu lekukan tempat masuknya bronkus, pembuluh darah dan saraf ke paru-paru untuk membentuk radiks pulmonalis. Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan dibagi oleh fisura oblikua dan fisura horisontalis menjadi 3 lobus, yaitu lobus superior, medius dan inferior. Sedangkan paru-paru kiri dibagi oleh fisura oblikua menjadi 2 lobus, yaitu lobus superior dan inferior. Setiap bronkus lobaris, yang berjalan ke lobus paru-paru, mempercabangkan bronkus segmentalis. Setiap bronkus segmentalis yang masuk ke lobus paru-paru secara struktural dan fungsional adalah independen, dan dinamakan segmen bronkopulmonalis. Segmen ini berbentuk piramid, mempunyai

Upload: ridhael-rira

Post on 30-Jan-2016

5 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Anatomi fisiologi.doc

A. Anatomi fisiologi

Paru-paru terletak sedemikian

rupa sehingga setiap paru-paru berada

di samping mediastinum. Oleh

karenanya, masing-masing paru-paru

dipisahkan satu sama lain oleh jantung

dan pembuluh-pembuluh besar serta

struktur-struktur lain dalam mediastinum. Masing-masing paru-paru berbentuk

konus dan diliputi oleh pleura viseralis. Paru-paru terbenam bebas dalam rongga

pleuranya sendiri, dan hanya dilekatkan ke mediastinum oleh radiks pulmonalis.

Masing-masing paru-paru mempunyai apeks yang tumpul, menjorok ke atas dan

masuk ke leher sekitar 2,5 cm di atas klavikula. Di pertengahan permukaan

medial, terdapat hilus pulmonalis, suatu lekukan tempat masuknya bronkus,

pembuluh darah dan saraf ke paru-paru untuk membentuk radiks pulmonalis.

Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan dibagi oleh fisura

oblikua dan fisura horisontalis menjadi 3 lobus, yaitu lobus superior, medius dan

inferior. Sedangkan paru-paru kiri dibagi oleh fisura oblikua menjadi 2 lobus, yaitu

lobus superior dan inferior.

Setiap bronkus lobaris, yang berjalan ke lobus paru-paru, mempercabangkan

bronkus segmentalis. Setiap bronkus segmentalis yang masuk ke lobus paru-paru

secara struktural dan fungsional adalah independen, dan dinamakan segmen

bronkopulmonalis. Segmen ini berbentuk piramid, mempunyai apeks yang

mengarah ke radiks pulmonalis dan basisnya mengarah ke permukaan paru-paru.

Tiap segmen dikelilingi oleh jaringan ikat, dan selain bronkus juga diisi oleh arteri,

vena, pembuluh limfe dan saraf otonom.

Asinus adalah unit respiratori fungsional dasar, meliputi semua struktur dari

bronkhiolus respiratorius sampai ke alveolus. Dalam paru-paru manusia, terdapat

kira-kira 130.000 asini, yang masing-masing terdiri dari tiga bronkhiolus

respiratorius, tiga duktus alveolaris dan 17 sakus alveolaris.

Alveolus adalah kantong udara terminal yang berhubungan erat dengan

jejaring kaya pembuluh darah. Ukurannya bervariasi, tergantung lokasi

Page 2: Anatomi fisiologi.doc

anatomisnya, semakin negatif tekanan intrapleura di apeks, ukuran alveolus akan

semakin besar. Ada dua tipe sel epitel alveolus. Tipe I berukuran besar, datar dan

berbentuk skuamosa, bertanggungjawab untuk pertukaran udara. Sedangkan tipe

II, yaitu pneumosit granular, tidak ikut serta dalam pertukaran udara. Sel-sel tipe II

inilah yang memproduksi surfaktan, yang melapisi alveolus dan memcegah

kolapnya alveolus. Sirkulasi pulmonal memiliki aliran yang tinggi dengan tekanan

yang rendah (kira-kira 50 mmHg). Paru-paru dapat menampung sampai 20%

volume darah total tubuh, walaupun hanya 10% dari volume tersebut yang

tertampung dalam kapiler. Sebagai respon terhadap aktivitas, terjadi peningkatan

sirkulasi pulmonal.

Yang paling penting dari sistem ventilasi paru-paru adalah upaya terus

menerus untuk memperbarui udara dalam area pertukaran gas paru-paru. Antara

alveoli dan pembuluh kapiler paru-paru terjadi difusi gas yang terjadi berdasarkan

prinsip perbedaan tekanan parsial gas yang bersangkutan.

Sebagian udara yang dihirup oleh seseorang tidak pernah sampai pada

daerah pertukaran gas, tetapi tetap berada dalam saluran napas di mana pada

tempat ini tidak terjadi pertukaran gas, seperti pada hidung, faring dan trakea.

Udara ini disebut udara ruang rugi, sebab tidak berguna dalam proses pertukaran

gas. Pada waktu ekspirasi, yang pertama kali dikeluarkan adalah udara ruang rugi,

sebelum udara di alveoli sampai ke udara luar. Oleh karena itu, ruang rugi

merupakan kerugian dari gas ekspirasi paru-paru. Ruang rugi dibedakan lagi

menjadi ruang rugi anatomik dan ruang rugi fisiologik. Ruang rugi anatomik

meliputi volume seluruh ruang sistem pernapasan selain alveoli dan daerah

pertukaran gas lain yang berkaitan erat. Kadang-kadang, sebagian alveoli sendiri

tidak berungsi atau hanya sebagian berfungsi karena tidak adanya atau buruknya

aliran darah yang melewati kapiler paru-paru yang berdekatan. Oleh karena itu,

dari segi fungsional, alveoli ini harus juga dianggap sebagai ruang rugi dan disebut

sebagai ruang rugi fisiologis.

Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada

pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen dipungut

melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernapas, oksigen masuk melalui trakea

Page 3: Anatomi fisiologi.doc

dan pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan darah di dalam

kapiler pulmonaris.

Hanya satu lapisan membran , yaitu membran alveoli-kapiler, memisahkan

oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh

hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini, dipompa di dalam

arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan

oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen.

Di dalam paru-paru, karbon dioksida adalah salah satu hasil buangan

metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli

dan setelah melalui pipa bronkhial dan trakhea, dinafaskan keluar melalui hidung

dan mulut.

Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner atau pernafasan

eksterna :

1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam alveoli

dengan udara luar.

2. Arus darah melalui paru-paru

3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat dari

setiapnya dapat mencapai semua bagian tubuh

4. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2 lebih

mudah berdifusi daripada oksigen.

Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru

menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan lebih banyak darah

datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2.

Jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam arteri

bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak untuk memperbesar

kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi yang dengan

demikian terjadi pengeluaran CO2 dan memungut lebih banyak O2.

Page 4: Anatomi fisiologi.doc

B. Definisi

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang

disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang

ditularkan melalui udara yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada

jaringan yang terinfeksi.

Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup

terutama di paru atau berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi.

Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke

hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe.

Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah virus masuk ke dalam tubuh.

Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau

ketidakefektifan respon imun.

C. Tanda dan gejala

1. Tanda

a. Penurunan berat badan

b. Anoreksia

c. Dispneu

d. Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning

2. Gejala

a. Demam

Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi

oleh daya tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman

TBC yang masuk.

b. Batuk

Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk

kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif

(menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena

terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus

dinding bronkus.

Page 5: Anatomi fisiologi.doc

c. Sesak Nafas

Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana

infiltrasinya sudah setengah bagian paru.

d. Nyeri Dada

Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis)

e. Malaise

Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit

kepala, meriang, nyeri otot dan keringat malam.

D. Etiologi

TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang

aerobic tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar

UV. Bakteri yang jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis

dan M. Avium.

Penyebabnya adalah kuman Mycobacterium tuberculosa. Sejenis kuman yang

berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 /mm dan tebal 0,3-0,6 /mm.

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid ini adalah yang

membuat kuman lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman ini tahan

hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat bertahan-tahan

dalam lemari es).

     

E. Patofisiologi

Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu reaksi jaringan yang

aneh di dalam paru-paru meliputi : penyerbuan daerah terinfeksi oleh makrofag,

pembentukan dinding di sekitar lesi oleh jaringan fibrosa untuk membentuk apa

yang disebut dengan tuberkel. Banyaknya area fibrosis menyebabkan

meningkatnya usaha otot pernafasan untuk ventilasi paru dan oleh karena itu

menurunkan kapasitas vital, berkurangnya luas total permukaan membrane

respirasi yang menyebabkan penurunan kapasitas difusi paru secara progresif dan

rasio ventilasi-perfusi yang abnormal di dalam paru-paru dapat mengurangi

oksigenasi darah.

Page 6: Anatomi fisiologi.doc

Penularan penyakit ini disebabkan karena kontak dengan dahak atau menghirup

titik-titik air dari bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi kuman tuberculosis,

anak-anak sering mendapatkan penularan dari orang dewasa di sekitar rumah

maupun saat berada di fasilitas umum seperti kendaraan umum, rumah sakit dan

dari lingkungan sekitar rumah. Oleh sebab inilah masyarakat di Indonesia perlu

sadar bila dirinya terdiagnosis tuberculosis maka hati hati saat berinteraksi dengan

orang lain agar tidak batuk sembarangan , tidak membuang ludah sembarangan

dan sangat dianjurkan untuk bersedia memakai masker atau setidaknya sapu

tangan atau tissue.

F. Pathway

Page 7: Anatomi fisiologi.doc

G. Manifestasi Klinis

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang

timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu

khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa

secara klinik.

1. Gejala sistemik/umum, antara lain sebagai berikut:

a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan

malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam

seperti influenza dan bersifat hilang timbul.

b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.

c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

2. Gejala khusus, antara lain sebagai berikut:

a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan

sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan

kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”,

suara nafas melemah yang disertai sesak.

b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai

dengan keluhan sakit dada.

c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang

pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di

atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.

d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan

disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam

tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

H. Komplikasi

Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada

penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :

Page 8: Anatomi fisiologi.doc

1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya

jalan napas.

2. Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus

akibat retraksi bronchial.

3. Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan

jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.

4. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.

I. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan Laboratorium

1. Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif

penyakit

2. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan

cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.

3. Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm

atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen)

menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara

berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang

secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi

disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.

4. Anemia bila penyakit berjalan menahun

5. Leukosit ringan dengan predominasi limfosit

6. LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali

normal pada tahap penyembuhan.

7. GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan

paru.

8. Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel

raksasa menunjukkan nekrosis.

9. Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi;

contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat

ditemukan pada TB paru kronis luas.

Page 9: Anatomi fisiologi.doc

b. Radiologi

1. Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi

sembuh primer atau efusi cairan perubahan menunjukan lebih luas TB

dapat termasuk rongga akan fibrosa. Perubahan mengindikasikanTB yang

lebih berat dapat mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax

tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma menonjol ke

atas.

2. Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan

bronchus atau kerusakan paru karena TB.

3. Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC adalah penebalan

pleura, efusi pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio

lusen dipinggir paru atau pleura).

c. Pemeriksaan fungsi paru

Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara

residu: kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap

infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.

J. Pencegahan

a. Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan sejak anak

masih kecil agar terhindar dari penyakit tersebut.

b. Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera diobati

sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi

penularan.

c. Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak.

d. Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan.

e. Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak melakukan

kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah dengan dosis tinggi

dan hidup secara sehat. Terutama rumah harus baik ventilasi udaranya

dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah.

Page 10: Anatomi fisiologi.doc

f. Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan

dahak di sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol

atau bahan lain yang dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja

serta menenangkan pikiran.

K. Penatalaksanaan dan Pengobatan

1. Aktivitas Bakteriosid

Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang tumbuh

(metabolismenya masih aktif). Aktivitas bakteriosid biasanya diukur dengan

kecepataan obat tersebut membunuh atau melenyapkan kuman sehingga

pada pembiakan akan didapatkan hasil yang negatif (2 bulan dari permulaan

pengobatan).

2. Aktivitas Sterilisasi

Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang pertumbuhannya lambat

(metabolismenya kurang aktif). Aktivitas sterilisasi diukur dari angka

kekambuhan setelah pengobatan dihentikan. Dalam pengobatan penyakit

Tuberculosis dahulu hanya dipakai satu macam obat saja. Kenyataan dengan

pemakaian obat tunggal ini banyak terjadi resistensi. Untuk mencegah

terjadinya resistensi ini, terapi tuberculosis dilakukan dengan memakai

perpaduan obat, sedikitnya diberikan dua macam obat yang bersifat bakterisid.

Dengan memakai perpaduan obat ini, kemungkinan resistensi awal dapat

diabaikan karena jarang ditemukan resistensi terhadap dua macam obat atau

lebih serta pola resistensi yang terbanyak ditemukan ialah INH (Isoniazid).

3. Jenis-jenis obat yang dipakai:

1. Obat-obat primer:

a. Isoniazid (INH)

b. Rifampicin

c. Pirazinamid

d. Streptomisin

e. Etambutol

2. Obat-obat skunder

Page 11: Anatomi fisiologi.doc

a. Etionamid

b. Protionamid

c. Sikloserin

d. Kanamisin

e. P.A.S.A (Para Amino Salicylic Acid)

f. Tiasetazon

g. Viomisin

h. Kapreomisin

Obat Dosis harian

(mg/kgbb/hari)

Dosis 2x/minggu

(mg/kgbb/hari)

Dosis 3x/minggu

(mg/kgbb/hari)              

INH     5-15 (maks 300

mg)

15-40

(maks. 900 mg)

       15- 40 (maks. 900

mg)

 Rifampisin10-20

(maks. 600 mg)

10-20

(maks. 600 mg)

      15-20 (maks. 600

mg)

  Pirazinamid 15-40 (maks. 2 g) 50-70 (maks. 4 g)       15-30 (maks. 3 g)

Etambutol   15-25 (maks. 2,5 g) 50 (maks. 2,5 g)       15-25 (maks. 2,5 g)

   Streptomisin 15-40 (maks. 1 g) 25-40 (maks. 1,5 g)       25-40 (maks. 1,5 g)

L. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau

sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan

permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang

kental, edema bronchial.

c. Gangguan keseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea, anoreksia,

penurunan kemampuan finansial.

Page 12: Anatomi fisiologi.doc

d. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.

Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan

Tujuan ( NOC ) Intervensi ( NIC ) Rasional

Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.

Setelah diberikan tindakan keperawatan kebersihan jalan napas efektif, dengan criteria hasil:

Mempertahankan jalan napas pasien.

Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.

Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas.

Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi.

Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.

a. Kaji  ulang fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot aksesori.

b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.

c. Berikan pasien posisi semi atau Fowler, Bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan napas dalam.

d. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlu.

e. Pertahankan intake cairan minimal 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi.

f. Lembabkan udara/oksigen inspirasi.

g. Kolaborasi:Berikan obat: agen mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid sesuai indikasi.

a. Penurunan bunyi napas indikasi atelektasis, ronki indikasi akumulasi secret/ketidakmampuan membersihkan jalan napas sehingga otot aksesori digunakan dan kerja pernapasan meningkat.

b. Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru atau luka bronchial yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut .

c. Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan peningkatan gerakan sekret agar mudah dikeluarkan.

d. Mencegah obstruksi/aspirasi. Suction dilakukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.

e. Membantu mengencerkan secret sehingga mudah dikeluarkan.

f. Mencegah pengeringan

Page 13: Anatomi fisiologi.doc

membran mukosa.g. Menurunkan

kekentalan sekret, lingkaran ukuran lumen trakeabronkial, berguna jika terjadi hipoksemia pada kavitas yang luas.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang kental, edema bronchial.

Setelah diberikan tindakan keperawatan pertukaran gas efektif, dengan kriteria hasil: 

Melaporkan tidak terjadi dispnea.

Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal.

Bebas dari gejala distress pernapasan.

a. Kaji dispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal. Peningkatan upaya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan kelemahan.

b. Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan warna kulit, membran mukosa, dan warna kuku. 

c. Demonstrasikan/anjurkan untuk mengeluarkan napas dengan bibir disiutkan, terutama pada pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.

d. Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu aktivitas sesuai kebutuhan.

e. Monitor GDA.

f. Kolaborasi: Berikan oksigen sesuai indikasi.

a. Tuberkulosis paru dapat rnenyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-pani yang berasal dari bronkopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural effusion dan meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.

b. Akumulasi secret dapat menggangp oksigenasi di organ vital dan jaringan.

c. Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan napas.

d. Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi.

e. Menurunnya saturasi oksigen (PaO2) atau meningkatnya PaC02 menunjukkan perlunya penanganan yang

Page 14: Anatomi fisiologi.doc

lebih. adekuat atau perubahan terapi.

f. Membantu mengoreksi hipoksemia yang terjadi sekunder hipoventilasi dan penurunan permukaan alveolar paru.

Gangguan keseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea, anoreksia, penurunan kemampuan finansial.

Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi adekuat, dengan kriteria hasil:  Menunjukkan berat

badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi.

Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat.

a. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare.

b. Kaji ulang  pola diet pasien yang disukai/tidak disukai. 

c. Monitor intake dan output secara periodic.

d. Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB).

e. Anjurkan bedrest.f. Lakukan perawatan mulut

sebelum dan sesudah tindakan pernapasan.

g. Anjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.

h. Kolaborasi: Rujuk ke ahli gizi untuk menentukan komposisi diet.

i. Awasi pemeriksaan laboratorium. (BUN, protein serum, dan albumin).

a. Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat

b. Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet pasien.

c. Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.

d. Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.

e. Membantu menghemat energi khusus saat demam terjadi peningkatan metabolik.

f. Mengurangi rasa tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan yang dapat merangsang muntah.

g. Memaksimalkan intake nutrisi dan menurunkan iritasi gaster.

Page 15: Anatomi fisiologi.doc

h. Memberikan bantuan dalarn perencaaan diet dengan nutrisi adekuat unruk kebutuhan metabolik dan diet.

i. Nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan perubahan program terapi.

Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap

Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeridapat berkurang atau terkontrol, dengan KH: 

Menyatakan nyeri berkurang atauterkontrol

Pasien tampak rileks

a. Observasi karakteristik nyeri, mis tajam, konstan , ditusuk. Selidiki perubahan karakter /lokasi/intensitas nyeri.

b. Pantau TTV  c. Berikan tindakan nyaman

mis, pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang, relaksasi/latihan nafas

d. Tawarkan pembersihan mulut dengan sering..

e. Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batukikasi.

f. Kolaborasi dalam pemberian analgesik sesuai indikasi

a. Nyeri merupakan respon subjekstif yang dapat diukur.

b. Perubahan frekuensi jantung TD menunjukan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan untuk perubahan tanda vital telah terlihat. 

c. Tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.

d. Pernafasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.

e. Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan upaya

Page 16: Anatomi fisiologi.doc

batuk.f. Obat ini dapat

digunakan untuk menekan batuk non produktif, meningkatkan kenyamanan