analisis risiko kesehatan pajanan benzena melalui penentuan level trans trans muconic acid dalam...

103
ANA MELA ACI Diaju PROGR ALISIS R ALUI PEN ID DALA ukan seba FAKU RAM STU UNIVER RISIKO K NENTUAN AM URIN JAKA agai salah Sarjana K Z ULTAS KE UDI SAR KESEHA DE RSITAS I KESEHAT N LEVEL N PADA K ARTA UT h satu sya Kesehata SKRIP ZULIYAW 0806386 ESEHAT RJANA K ATAN LI DEPO ESEMBE INDONE TAN PAJ L TRANS KARYAW TARA 201 rat untuk an Masyar PSI WAN 6240 AN MAS ESEHAT INGKUNG OK ER 2010 ESIA ANAN BE S,TRANS WAN DI S 10 k memper rakat SYARAKA TAN MAS GAN ENZENA -MUCON SPBU ‘X’, roleh gela AT SYARAK A NIC , ar KAT

Upload: jzuliyawan7593

Post on 28-Jul-2015

2.309 views

Category:

Documents


28 download

DESCRIPTION

tulisan saya ini adalah mengenai analisis risiko pajanan benzena. umumnya penelitian risiko pajanan Benzena (dan zat – zat yang lain) di dapat dengan terlebih dahulu mengukur konsentrasinya pada media pajanan. namun pada penelitian ini, saya memulai dengan mengukur BIOLOGICAL EXPOSURE INDICES dari TRANS,TRANS-MUCONIC ACID sebagai indikator pajanan BENZENA terlebih dahulu dari urin karyawan SPBU. kemudian dengan persamaan yang saya dapatkan dari buku BIOLOGICAL MONITORING : A PRACTICAL>> FIELD MANUAL (AIHA, 2004), saya mendapatkan konsentrasi pajanan BENZENA di udara tanpa harus mengukur konsentrasinya

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

ANA

MELA

ACI

Diaju

PROGR

ALISIS R

ALUI PEN

ID DALA

ukan seba

FAKURAM STU

UNIVER

RISIKO K

NENTUAN

AM URIN

JAKA

agai salahSarjana K

Z

ULTAS KEUDI SARKESEHA

DE

RSITAS I

KESEHAT

N LEVEL

N PADA K

ARTA UT

h satu syaKesehata

SKRIP

ZULIYAW

0806386

ESEHATRJANA KATAN LI

DEPOESEMBE

INDONE

TAN PAJ

L TRANS

KARYAW

TARA 201

rat untukan Masyar

PSI

WAN

6240

AN MASKESEHATINGKUNGOK ER 2010

ESIA

ANAN BE

S,TRANS

WAN DI S

10

k memperrakat

SYARAKATAN MASGAN

ENZENA

-MUCON

SPBU ‘X’,

roleh gela

AT SYARAK

A

NIC

,

ar

KAT

Page 2: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010
Page 3: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010
Page 4: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010
Page 5: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

v  

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanallahu wata’ala, sebuah

pujian yang sangat layak saya sampaikan, karena dengan rahmat-Nya, saya dapat

menyelesaikan sebuah tulisan kecil dalam bentuk skripsi yang berjudul Analisis

Resiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans, Trans-

Muconic Acid dalam Urin Pada Karyawan di SPBU ‘X’, Jakarta Utara, dalam

rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat, jurusan Kesehatan Lingkungan pada Universitas Indonesia.

Semenjak awal perkuliahan sampai dengan penulisan skripsi ini, tak

terhitung banyak dukungan dan bantuan yang saya dapatkan dari berbagai pihak,

untuk itu ucapan tulus terimakasih saya sampaikan kepada:

Kedua orang tua, anak dan istri yang tak henti - hentinya mengalirkan doa,

memberikan semangat, membantu (terutama pada masa penyusunan skripsi) dan

merelakan sebagian haknya terabaikan.

(1) Bapak drg. Paripurna H,S.M.Kes (semoga ALLAH SUBHANALAHU

WATA’ALA mengampuni dosa dan menerima semua amal beliau), selaku

Kepala Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Utara saat penulis

mengajukan permohonan mendapatkan Tugas Belajar, yang telah

memberikan saya izin untuk mendaftar program Tugas Belajar.

(2) Bapak drg. Iwan Kurniawan, selaku Kepala Seksi Penyakit Menular Suku

Dinas Kesehatan masyarakat Jakarta Utara saat penulis mengajukan

permohonan mendapatkan Tugas Belajar, atas dorongan penuh bagi saya

untuk ikut mendaftar program Tugas Belajar. Terimakasih dok karena

memudahkan urusan untuk meningkatkan dan mengembangkan

kemampuan saya di jalur gratisan.

(3) Bapak Drs. Bambang Wispriyono, Apt.,Ph.D. selaku Dekan FKM UI dan

Pembimbing saya, yang masih memberikan kesempatan dalam kesempitan

kondisi saya, memacu saya untuk melakukan penelitian yang tidak biasa.

Terimakasih Pak, semoga ALLAH SUBHANALAHU WATA’ALA

memudahkan semua urusan Bapak dalam menjalankan tugas.

Page 6: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

vi  

(4) Bapak Drs. Abdur Rahman, M.Env. selaku penguji saya yang ramah dan

baik hati yang memperkenankan waktunya untuk berdiskusi dan

memberikan solusi.

(5) Ibu Febriyetty, SKM, MKM. yang menyediakan waktunya untuk menguji

saya, mudah-mudahan mendapatkan suasana yang nyaman dan

menenangkan di tempat tugas yang baru.

(6) Bapak Dedi, karyawan di SPBU ‘X’, yang telah menyediakan waktunya

untuk menemani saya dalam melakukan penelitian di tempat tugasnya.

(7) Bapak Sumadi, Karyawan Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok,

penghubung saya dengan SPBU ‘X’, terimakasih kang, juga untuk

dukungannya.

(8) Dosen dan staf Departemen Kesehatan Lingkungan, Pak Tusin dan Pak

Nasir, terimakasih untuk kebersamaan dan kenyamanan yang diberikan

selama saya mengikuti perkuliahan.

(9) Edy Sumanto, teman SMA saya, sahabat yang menyenangkan, saudara

yang penuh perhatian, penyemangat yang bersemangat. Jazakallahu

Khairan, semoga ALLAH SUBHANALAHU WATA’ALA membalas

kebaikan antum, memudahkan semua urusan dan memberikan jalan keluar

bagi setiap kebuntuan yang antum alami.

(10) Rekan-rekan satu kantor saya, Pak Toto, Mba Lisna, Mas Topo (apa kabar

kang? Terimakasih kaosnya), Mba Irma, Tariswan (selamat menempuh

S2), Yusniar, Pak Wahyudi, dr. Dience, dr. Yanti, Mbah Jack, kita begitu

dekat, bahkan ketika tuntutan pekerjaan memisahkan kita saat ini, rasa

dekat itu tetap ada di hati kita. Ada canda, celoteh, nasehat, ledekan, gosip,

sampai tangisan justru menjadikan kita semakin menikmati rasa 'keluarga'

itu (kutipan dr. Yanti).

(11) Bu Ava (Kepala Labkesda Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta),

terimakasih Bu atas potongan harga untuk pemeriksaan sampel penelitian

saya, Mba Nia (Sekretaris Dekan), terimakasih Mba atas setiap tanggal

dan jam yang saya pesan untuk ketemu Pak Bambang, teman-teman satu

angkatan, Mba Yanti, Dila, Pak Edy, Mas Dwi, Modrig (mudah-mudahan

pinggangnya cepet sembuh), Pak Erwanto (semangat Kapt!), Gita yang

Page 7: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

vii  

sudah sangat membantu saya (SUBHANALLAH, semoga ALLAH

SUBHANALAHU WATA’ALA membalas dengan banyak kebaikan,

jangan lupa tawaran saya soal “itu” masih berlaku), tetangga dan saudara

saya, Pakde Sakiman (terimakasih soal pelajaran hidup dan kehidupan),

Bude Bambang yang udah direpotin soal itungan Logaritma, Pakde Kris,

keluarga Pak Toto (terimakasih perhatiannya pada keluarga saya).

Sebagai penutup, saya berharap dan berdoa, semoga ALLAH

SUBHANALAHU WATA’ALA memberikan kebaikan dan keberkahan atas

dukungan dan bantuan semua pihak yang diberikan kepada saya. Skripsi saya

sangat jauh dari kata “sempurna”. Seperti Pak Rahman bilang, “penelitian boleh

salah, sehingga penelitian tidak akan pernah berhenti dilakukan”, untuk itu mohon

kiranya pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang akan sangat bermanfaat

buat saya.

Depok, 23 Desember 2010

Penulis

Page 8: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010
Page 9: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

ix  

ABSTRAK

Nama : Zuliyawan Program Studi : Sarjana Judul : Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan

Level Trans, Trans-Muconic Acid dalam Urin Pada Karyawan di SPBU ‘X’, Jakarta Utara 2010

Sejak ditemukannya bukti gangguan kesehatan akibat pajanan benzena pada pekerja pabrik ban di Swedia satu abad yang lampau, benzena telah menjadi salah satu bahan kimia yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia. Tidak ada batas terendah yang aman terhadap pemajanan senyawa kimia ini untuk mendapatkan resiko leukemia pada semua tingkat pajanan. Trans,trans-Muconid Acid (t,t-MA) adalah metabolit minor dari benzena yang dapat digunakan sebagai indikator biologi untuk pajanan benzena. Beberapa penelitian mengindikasikan hubungan kwantitas antara pajanan inhalasi dengan t,t-MA sebagai biomarker pajanan benzene. Karyawan SPBU, khususnya operator pengisian BBM adalah salah satu populasi pekerja yang memiliki tingkat resiko pajanan benzena yang tinggi, terutama melalui jalur inhalasi dalam waktu pajanan yang kontinyu. Untuk itu dilakukan penelitian mengenai analisis risiko kesehatan pajanan benzena melalui penentuan level t,t-MA dalam Urin Pada Karyawan di SPBU ‘X’ Jakarta Utara, untuk mengetahui besar resiko kesehatan pajanan inhalasi udara yang mengandung benzena yang mungkin dialami. Metode yang digunakan adalah analisis risiko kesehatan lingkungan, yaitu menghitung besar risiko individu dan populasi. Dilakukan perhitungan asupan dari variable konsentrasi benzena pada area pernapasan karyawan, berat badan karyawan, lama pajanan, frekwensi pajanan, durasi pajanan dan periode waktu rata-rata. Konsentrasi benzena didapat dengan melakukan konversi menggunakan persamaan log (MA, mg/g creatinine) = 0,429 log (A-benzen ppm) – 0,304. Besar risiko efek nonkanker didapat dengan membagi asupan dengan nilai RfC, sedangkan besar risiko efek kanker didapat dengan mengalikan asupan dengan Slope Factor. Pada estimasi risiko individu, karyawan yang memiliki risiko efek nonkanker (RQ>1) dengan durasi pajanan realtime, 3 tahun dan lifetime berturut-turut adalah 1 orang (10%), 2 orang (20%) dan 8 orang (80%). Sedangkan untuk risiko nonkanker (ECR > 10⁻⁴) berturut-turut adalah 1 orang (10%), 3 orang (30%) dan 8 orang (80%). Tidak terdapat risiko efek nonkanker untuk semua durasi pajanan pada estimasi risiko populasi, sedangkan untuk efek kanker, hanya pada durasi pajanan lifetime populasi karyawan memiliki risiko mendapatkan efek kanker. Di sarankan agar karyawan SPBU ‘X’ bekerja tidak lebih dari 3 tahun agar terlindung dari risiko kanker. Kata kunci : Benzena, Trans,trans-Muconic Acid, Karyawan SPBU, Analisis Risiko Kesehatan, Asupan, Besar Risiko.

Page 10: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

x  

ABSTRACT

Name : Zuliyawan Study Program: Bachelor of Degree Title : Health Risk Analysis Of Benzene Exposure Through Determination Levels Of Trans,trans-Muconic Acid In Urine On Employees In gas Station ‘X’ Jakarta Utara 2010

Since the discovery of evidence of health problems from exposure to benzene at the tire factory workers in Sweden a century ago, benzene has been one of the most dangerous chemicals to human health. There is no safe lower limit of exposure of this chemical compound to get a leukemia risk at all levels of exposure. Trans, trans-Muconid Acid (t, t-MA) is a minor metabolite of benzene that can be used as a biological indicator for benzene exposure. Some studies indicate the quantity relationship between inhalation exposure to t, t-MA as a biomarker of exposure to benzene. Employees filling stations, particularly the operator filling the fuel is one of the working population that has a high risk of exposure to benzene is high, mainly through the inhalation route in a time of continuous exposure. For that conducted research on the analysis of the health risks of benzene exposure by determining the level of t, t-MA in Urine On employees at the 'X' gas station Jakarta Utara, to know the health risks of exposure to inhalation of air containing benzene that may be experienced. The method used is the analysis of environmental health risks, namely computing the individual risk and population. The calculation of variable intake of benzene concentration in the respiratory area employees, employees' weight, length of exposure, exposure frequency, duration of exposure and the average time period. Concentrations of benzene obtained by converting the equation log (MA, mg / g creatinine) = 0.429 log (A-benzene ppm) - 0.304. Risk of non cancer effects are obtained by dividing the intake by the RFC, while the risk of cancer effects are obtained by multiplying the intake with the Slope Factor. At the risk estimates of individuals, employees who have a risk of non cancer effects (RQ> 1) with duration of exposure to real-time, 3 years and a lifetime in a row is 1 person (10%), 2 people (20%) and 8 people (80%). As for non cancer risk (ECR> 10 ⁻ ⁴) in a row is 1 person (10%), 3 people (30%) and 8 people (80%). There is no risk of non cancer effects for all the duration of exposure on estimates of population risk, while for the effects of cancer, only on the duration of lifetime exposure to employee population has the risk of getting cancer effects. At the ‘X’ gas stations suggest that employees work no more than 3 years to protect themselves from cancer risks. Keywords: Benzene, Trans,trans-Muconic Acid, Gas Station Employees, Health Risk Analysis, Intake, Risks.

Page 11: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

xi  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS …………………………..... ii SURAT PERNYATAAN …………………………………………........... iii LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………........... iv KATA PENGANTAR ……………………………………………………... v LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……….…. viii ABSTRAK ………………………………………………………………….. ix DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. xi DAFTAR TABEL….. ……………………………………………………… xiv DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. xv DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xvi 1 PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1.1 Latar Belakang………………………………………………………. 1 1.2 Perumusan Masalah………………………………………………….. 4 1.3 Pertanyaan Penelitian………………………………………………... 4 1.4 Tujuan………………………………………………………………... 5 1.4.1 Tujuan Umum………………………………………………… 5 1.4.1 Tujuan Khusus.………………………………………………… 5 1.5 Manfaat Penelitian…………………………………………………… 5 1.6 Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………… 6 2 TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………… 2.1 Tinjauan Tentang Benzena.......................................................... 7 2.1.1 Pengertian, Jenis dan Karakteristik............................................ 7 2.1.2 Sumber Pajanan Benzena…………………………………… 8 2.1.2.1 Sumber Alami……………………………………….. 8 2.1.2.2 Sumber Antropogenik……………………………….. 8 2.1.3 Jalur Pajanan Benzena………………………………………. 9 2.1.3.1 Inhalasi………………………………………………. 10 2.1.3.2 Ingesti..………………………………………………. 10 2.1.3.3 Kulit dan Mata…..…………….……………………. 10 2.1.4 Toksikokinetik Benzena dalam Tubuh……………………… 11 2.1.4.1 Absorbsi.....…………………………………………. 11 2.1.4.2 Distribusi……………………………………………. 12 2.1.4.3 Metabolisme……...…………….……………………. 12 2.1.4.4 Eliminasi……………………………………………. 14 2.1.5 Penggunaan Benzena………………………………………….. 14 2.1.6 Penetapan/Pengukuran Konsentrasi Benzena………………. 15 2.1.7 Efek Kesehatan Akibat Pajanan Benzena…………………... 16 2.1.7.1 Efek Pajanan Akut…………………………………… 17 2.1.7.2 Efek Pajanan Kronis………………………………… 18 2.1.8 Tanda dan Gejala Pajanan Benzena 19 2.1.8.1 Tanda dan Gejala Pajanan Akut……………………… 19 2.1.8.2 Tanda dan Gejala Pajanan Kronis…………………… 20 2.1.9 Batas Pajanan Benzena……………………………………… 20

Page 12: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

xii  

2.1.9.1 Batas pajanan udara…………………………………. 20 2.1.9.2 Batas pajanan air…..…………………………………. 20 2.1.9.3 Batas pajanan makanan………………………………. 21 2.1.10 Alat Perlindungan Diri……………………………………….. 21 2.1.11 Biomarker…………………………………………………….. 22 2.1.11.1 Definisi……………………………………………… 22 2.1.11.2 Jenis biomarker……..……………………………… 23 2.1.11.3 Biomarker pajanan benzena………………………… 24 2.1.11.4 Pengukuran trans,trans-Muconic Acid dalam

urin……………………………..………………….. 25

2.1.11.5 Biological exposures indices……………………… 25 2.2 Pajanan Benzena di SPBU…………………………………………... 27 2.3 Analisis Risiko dan Manajemen Risiko 27 2.3.1 Hazard Identification (Identifikasi Bahaya)…………………… 29 2.3.2 Exposure Assessment (Analisis Pemajanan)………………… 29 2.3.3 Dose-respons assessment (Penilaian dosis-respon)…………… 33 2.3.4 Risk characterization (Karakterisasi risiko)…………………… 35 2.3.5 Risk management (Manajemen risiko)…...…………………… 36 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN

DEFINISI OPERATIONAL …………………………………...…. 37

3.1 Kerangka Teori………………………………………………………. 37 3.2 Kerangka Konsep……………………………………………………. 37 3.3 Definisi Operasional…………………………………………………. 38 4 METODE PENELITIAN …………………………………………. 4.1 Rancangan Studi……………………………………………………... 40 4.2 Rancangan Sampel…………………………………………………... 40 4.2.1 Populasi sampel………………………………………………... 40 4.2.2 Perhitungan sampel……………………………………………. 41 4.2.3 Cara pengambilan spesimen biologis………………………….. 41 4.2.4 Cara pemeriksaan spesimen biologis………………………….. 41 4.3 Pengumpulan Data…………………………………………………... 42 4.3.1 Pengumpulan data variabel independen……………………... 42 4.3.2 Tempat dan waktu……………………………………………... 42 4.3.3 Pengorganisasian………………………..……………………... 42 4.4 Analisis Data………………………………………………………… 43 5 HASIL ……………………………………………………………… 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………………… 45 5.2 Level t,t-MA Dalam Urin……………………………………………. 45 5.3 Distribusi Variabel Antropogenik Dan Pola Aktifitas Faktor-faktor

Pemajanan…………………………………………………………… 46

5.3.1 Konsentrasi pajanan benzene………………………………….. 46 5.3.2 Umur karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara 48 5.3.3 Berat badan karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara 49 5.3.4 Lama bekerja Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara 49

Page 13: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

xiii  

5.4 Analisis Pemajanan………………………………………………….. 50 5.5 Karakteristik Risiko………………………………………………….. 53 5.6 Estimasi Risiko Populasi Karyawan SPBU yang Terpajan Benzena... 56 5.7 Manajemen Risiko…………………………………………………… 59 6 PEMBAHASAN ………………………………………………..….. 62 6.1 Sumber Pajanan Benzena di SPBU ‘X’……………………………... 62 6.2 Level t,t-MA dalam urin (µg/g creatinine)…………………………... 62 6.3 Distribusi Variabel Antropogenik Dan Pola Aktifitas Faktor-faktor

Pemajanan…………………………………………………………… 63

6.3.1 Konsentrasi pajanan benzene………………………………….. 63 6.3.2 Berat Badan Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara………………. 64 6.3.3 Lama Bekerja Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara…………….. 65 6.4 Analisis Pemajanan dan Perhitungan Intake………………………… 65 6.5 Karakteristik Resiko…………………………………………………. 66 6.6 Estimasi Resiko Populasi Karyawan SPBU ‘X’yang Terpajan

Benzen……………………………………………………………….. 67

6.7 Manajemen Risiko…………………………………………………… 68 7 KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………. 7.1 Kesimpulan…………………………………………………………... 70 7.2 Saran…………………………………………………………………. 71 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 73

Page 14: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

xiv  

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sifat Fisik dan Kimia Benzena……………………………….. 8 Tabel 2.2 Aspek – aspek Dalam Analisis Pajanan……………………… 30 Tabel 2.3 Beberapa nilai default faktor-faktor pemajanan

untuk

menghitung asupan berbagai jalur pajanan…………………... 32

Tabel 2.4 Dosis-respon Kuantitatif Nonkarsinogenik dan Karsinogenik Benzena……………………………………………………….

34

Tabel 5.1 Level t,t-MA dalam urin pada Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara…………………………………………………………..

46

Tabel 5.2 Distribusi Level t,t-MA dalam urin pada Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara……………………………………………

46

Tabel 5.3 Konsentrasi Pajanan Benzena Hasil Konversi kandungan t,t-MA Urin Pada Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara………….

47

Tabel 5.4 Distribusi Konsentrasi Pajanan Benzen (mg/M³) Hasil Konversi kandungan t,t-MA Urin pada Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara…………………………………………………

48

Tabel 5.5 Distribusi Umur Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara………… 48 Tabel 5.6 Umur Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara……………………. 48 Tabel 5.7 Distribusi Berat Badan Karyawan SPBU’X’ Jakarta Utara….. 49 Tabel 5.8 Distribusi Durasi Kerja Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara…. 50 Tabel 5.9 Distribusi Intake (Asupan) efek nonkanker berdasarkan

pajanan Benzena realtime, 3 tahun dan lifetime pada Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara…………………………..

51

Tabel 5.10 Distribusi Intake (Asupan) Efek Kanker Berdasarkan Pajanan Benzena realtime, 3 tahun dan lifetime Pada Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara……………………………………………

52

Tabel 5.11 Distribusi Risk Quotient (RQ) berdasarkan pajanan Benzena realtime, 3 tahun dan lifetime pada Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara…………………………………………………..

54

Tabel 5.12 Distribusi Risk Quotient realtime, 3 tahun dan lifetime Berdasarkan Perhitungan Individu Pada Sampel Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara………………………………………

54

Tabel 5.13 Distribusi Excess Cancer Risk realtime , 3 tahun dan lifetime Berdasarkan Perhitungan Individu Pada Sampel Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara………………………………………

55

Tabel 5.14 Distribusi Excess Cancer Risk realtime, 3 tahun dan lifetime Berdasarkan Perhitungan Individu Pada Sampel Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara………………………………………

56

Tabel 5.15 Data Hasil Perhitungan Pilihan Pengendalian Risiko Efek Kanker dengan Menurunkan Konsentrasi, Lama, Frekwensi dan Durasi Pajanan Benzena yang aman Pada Populasi Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara…………………………...

61

Page 15: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

xv  

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Metabolisme Benzena………………………………………………13

Page 16: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

xvi  

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat ijin penelitian SPBU ‘X; Lampiran 2 Hasil pemeriksaan Laboratorium t,t-MA urin karyawan SPBU ‘X’ Lampiran 3 Kuesioner

Page 17: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

  

Universitas Indonesia  

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu bahan kimia yang keberadaan dan penggunaannya tersebar luas

adalah benzena. Benzena secara luas digunakan di Amerika Serikat dan berada di

daftar 20 bahan kimia terbesar yang diproduksi. Sumber benzena di udara ambient

antara lain adalah asap rokok, pembakaran dan penguapan bensin yang

mengandung Benzena (lebih dari 5%), industri petrokimia, serta proses

pembakaran. Rata-rata konsentrasi benzena di udara perkotaan dan pedesaan

adalah sekitar 1 µg/M³ sampai 5-20 µg/M³. Konsentrasi lebih tinggi benzena di

dalam dan luar ruangan akan ditemukan di sekitar sumber emisi seperti Stasiun

Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) (WHO-Europe, 2000).

Sejak ditemukannya bukti gangguan kesehatan akibat pajanan benzena

pada pekerja pabrik ban di Swedia satu abad yang lampau, benzena telah menjadi

salah satu bahan kimia yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia (Snyder

dan Rutgers, 2009). Benzena adalah karsinogenik pada manusia melalui pajanan

inhalasi, pajanan benzena di lingkungan kerja telah dikaitkan terutama dengan

peningkatan insiden leukemia myeloblastic atau erythroblastic myeloid akut dan

kronis dan leukemia limfoid di antara para pekerja (Tennessee University, 2009).

Tidak ada batas terendah yang aman terhadap pemajanan senyawa kimia ini untuk

mendapatkan resiko leukemia pada semua tingkat pajanan. WHO memberikan

peringatan bahwa setiap pajanan benzena setingkat 1 µg/M³ akan terdapat 4 – 8

tambahan kasus leukemia per sejuta populasi selama masa hidup (Larbey, 1994

dalam Haryanto, 2005). Apabila menggunakan the UK Department of the

Environment Guidelines sebesar 5 ppb (18.6 µg/M³) akan terdapat tambahan

sebesar 1.000 kasus leukemia di kota sebesar London selama masa hidup. Pajanan

oleh benzena bisa terjadi saat pengisian BBM, selama di perjalanan, dan di

jalanan karena emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor. Sebesar 79%

benzena di lingkungan berasal dari emisi kendaraan bermotor pengguna bensin

tanpa timbal (Haryanto, 2005).

1

Page 18: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

2  

Universitas Indonesia  

Populasi pekerja yang bekerja pada industri yang memproduksi atau

menggunakan benzena dapat terpajan dengan tingkat pajanan tertinggi (NIOSH,

2005). Karyawan SPBU, khususnya operator pengisian BBM adalah salah satu

populasi pekerja yang memiliki tingkat resiko pajanan benzena yang tinggi,

terutama melalui jalur inhalasi dalam waktu pajanan yang kontinyu. Egeghy et al

(2000) menyebutkan bahwa, pembeli BBM secara swalayan terpajan benzena

yang antara lain diemisikan dari proses pembakaran bahan bakar, dari tanki

penyimpanan bawah tanah, tumpahan BBM, dan dari perpindahan uap dari tangki

bahan bakar. Dari jumlah tersebut, perpindahan uap bahan bakar dianggap sebagai

proses yang paling bertanggung jawab atas sebagian besar pajanan. ATSDR

(2007) mengestimasikan bahwa rata-rata pajanan benzena terhadap pekerja pada

area SPBU adalah sebesar 0,12 ppm.

Pernapasan (inhalasi) adalah jalur pajanan benzena yang dominan terhadap

manusia. Pajanan singkat dengan konsentrasi yang tinggi dapat terjadi saat

pengisian BBM kendaraan (WHO – Europe, 2000). Penilaian pajanan dapat

dilakukan melalui pengukuran udara ambient (ambient air monitoring) dan

pengukuran bahan biologis (biological monitoring). Penilaian pajanan secara

akurat merupakan langkah penting, baik dalam hal penilaian resiko maupun studi

epidemiologi, yang melibatkan pajanan potensial oleh agent lingkungan. Berbagai

metode telah digunakan untuk menilai pajanan terhadap manusia. Antara lain

metode berdasarkan kedekatan manusia dengan sumber pajanan secara temporal

dan spasial, dan metode pengukuran materi biologis manusia (Biomarker).

Pendekatan melalui metode pengukuran materi biologis manusia merupakan "gold

standar" untuk penilaian pajanan secara akurat (Needhal LL et al, 1999).

Beberapa Biomarker pajanan terhadap lingkungan dapat digunakan untuk

mengestimasikan konsentrasi pajanan (IPCS, 2000).

Trans,trans-Muconid Acid (t,t-MA) adalah metabolit minor dari benzena

yang dapat digunakan sebagai indikator biologi untuk pajanan benzena (Ducos et

al, 1992). Meskipun t,t-MA telah diidentifikasi sebagai hasil dari metabolisme

benzena di awal abad ini, aplikasinya sebagai biomarker untuk pajanan benzena

pada lingkungan kerja baru dikenal akhir – akhir ini saja (Scherer G, Renner T,

Meger M,1998). t,t-MA dalam urin dapat digunakan sebagai indikator yang

Page 19: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

3  

Universitas Indonesia  

sensitif dan spesifik untuk pemantauan biologi, terutama untuk pajanan rendah

benzena (Liu L et al, 1996). Beberapa penelitian mengindikasikan hubungan

kwantitas antara pajanan inhalasi dengan t,t-MA sebagai biomarker pajanan

benzena (WHO, 1996).

Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) merupakan

prasarana umum yang disediakan oleh PT. Pertamina untuk masyarakat luas guna

memenuhi kebutuhan bahan bakar. Pada umumnya SPBU menjual bahan bakar

sejenis premium, solar, pertamax dan pertamax plus (PT. Pertamina, 2009). Bahan

bakar minyak adalah campuran lebih dari 500 senyawa Hydrocarbon yang mudah

menguap, dan benzena adalah senyawa Hydrocarbon yang menjadi perhatian

utama dalam penelitian yang menjelaskan gangguan kesehatan akibat pajanan

bensin (Keenan et al, 2009).

Berdasarkan penelusuran literatur dari berbagai sumber, peneliti

mendapatkan bahwa tidak ditemukan penelitian mengenai t,t-MA sebagai

Biomarker pajanan benzena pada karyawan SPBU di Indonesia. Penelitian yang

ada mengenai pajanan benzena pada operator SPBU antara lain yang berhubungan

dengan kadar hemoglobin darah (Maywati, 2000), kadar fenol dalam urin

(Pudyoko, 2010) dan analisis paparan benzena terhadap profil darah (Ramon,

2007).

Berbagai penelitian di luar negeri telah banyak dilakukan untuk mengukur

t,t-MA dalam urin sebagai Biomarker pajanan benzena. Penelitian t,t-MA dalam

urin sebagai Biomarker pajanan benzena pada petugas kebersihan di SPBU di

Thailand, dilakukan oleh Viroj Wiwanitkit et al (2001), dengan kesimpulan bahwa

terdapat perbedaan level t,t-MA dalam urin yang bermakna antara kelompok

petugas kebersihan di SPBU dengan kelompok kontrol yang berasal dari

penduduk sekitar SPBU (p < 0.05). Hal yang sama juga ditemukan pada penelitian

oleh Jamsai Suwansaksri (2000), yang melakukan penelitian level trans,trans-

Muconic Acid dalam urin pada kelompok mekanik dan kontrol, serta oleh

Thummachinda (2002) yang melakukan penelitian pada kelompok nelayan dan

kontrol.

Dalam hal penilaian resiko kesehatan terhadap pajanan lingkungan,

peneliti juga tidak menemukan hasil penelitian yang memanfaatkan biomarker

Page 20: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

4  

Universitas Indonesia  

pajanan sebagai titik awal penilaian resiko kesehatan terhadap populasi yang

beresiko. Metode penilaian resiko kesehatan terhadap pajanan lingkungan

(termasuk benzena) yang umum adalah dengan mengukur konsentrasi pada media

lingkungan.

1.2 Perumusan Masalah

Viroj Wiwanitkit et al (2007) menyebutkan bahwa t,t-MA urin diukur

untuk mendiagnosa akumulasi benzena, guna menentukan toksisitas akut dan

pajanan kronis benzena, apabila konsentrasi t,t-MA dalam urin tinggi, hal tersebut

menandakan bahwa telah terjadi pajanan tinggi dari benzena. Inoue et al (1989)

mengestimasikan bahwa paru – paru akan mengabsorbsi konsentrasi senyawa

benzena sebanyak 50% dari konsentrasi pajanan, dan sebanyak 1,9% dari yang

terabsorsi tersebut akan diekskresikan ke dalam urin sebagai t,t-MA. Sedangkan

Ghittori, S, et al. (1994) mendapatkan hasil dari penelitian yang dilakukan,

sebuah persamaan yang menghubungkan konsentrasi biomarker t,t-MA dalam

urine dengan konsentrasi benzena dalam area pernapasan. Adapun bentuk

persamaan tersebut adalah : log (MA, mg/g creatinine) = 0,429 log (A-benzen

ppm) – 0,304, dengan besar hubungan (korelasi) yang kuat (r = 0,58).

Dari beberapa hal tersebut di atas, mengundang peneliti untuk mengadakan

penelitian tentang level kandungan t,t-MA dalam urin sebagai biomarker indikator

pajanan benzena, kemudian melakukan konversi berdasarkan persamaan Ghittori,

S, et al. (1994), untuk mendapatkan konsentrasi pajanan benzena pada area

pernapasan karyawan, yang kemudian digunakan untuk penilaian resiko kesehatan

pada karyawan stasun pengisian bahan bakar umum (SPBU).

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Berapakah level kandungan t,t-MA dalam urin sebagai biomarker

indikator pajanan benzena pada karyawan SPBU di SPBU ‘X’ Jakarta

Utara?

2. Berapakah konsentrasi benzena di area pernapasan pada karyawan SPBU

di SPBU ‘X’ Jakarta Utara?

Page 21: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

5  

Universitas Indonesia  

3. Seberapa jauh kemungkinan resiko pajanan inhalasi udara yang

mengandung benzena pada karyawan SPBU di SPBU ‘X’ Jakarta Utara?

4. Bagaimana cara mengurangi resiko akibat pajanan inhalasi udara yang

mengandung benzena pada karyawan SPBU di SPBU di SPBU ‘X’ Jakarta

Utara?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui besar resiko kesehatan pajanan inhalasi udara yang

mengandung benzena yang mungkin dialami karyawan SPBU di SPBU ‘X’

Jakarta Utara.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui kandungan t,t-MA dalam urin sebagai biomarker indikator

pajanan benzena pada karyawan SPBU di SPBU ‘X’ Jakarta Utara.

2. Mengestimasi konsentrasi benzena di area pernapasan pada karyawan

SPBU di SPBU ‘X’ Jakarta Utara.

3. Mengestimasi tingkat resiko akibat pajanan inhalasi benzena pada

karyawan SPBU di SPBU ‘X’ Jakarta Utara.

4. Merumuskan cara mengurangi resiko akibat pajanan inhalasi benzena

pada karyawan SPBU di SPBU ‘X’ Jakarta Utara.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Diharapkan peneliti mendapatkan tambahan wawasan dan ilmu

pengetahuan mengenai metode analisa resiko kesehatan akibat pajanan

benzena, dengan memanfaatkan kandungan t,t-MA dalam urin sebagai

biomarker indikator pajanan benzena pada pada karyawan SPBU.

2. Bagi Manajemen SPBU

Memberikan informasi bagi manajemen SPBU dan karyawan dalam

perencanaan dan pengelolaan kesehatan keselamatan kerja.

3. Bagi Universitas Indonesia

Page 22: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

6  

Universitas Indonesia  

Diharapkan dapat menambah referensi dan informasi tentang metode

analisa resiko kesehatan akibat pajanan benzena, dengan menggunakan t,t-

MA dalam urin untuk menghitung konsentrasi pajanan pada karyawan

SPBU.

1.6 Ruang Lingkup

Jenis penelitian ini adalah penelitian mengenai analisa resiko kesehatan

akibat pajanan inhalasi benzena, dengan menggunakan t,t-MA sebagai biomarker

pajanan benzena untuk mendapatkan konsentrasi pajanan benzena di udara

pernapasan karyawan. Penelitian dilakukan pada bulan Nopember sampai dengan

Desember 2010. Tempat penelitian adalah SPBU ‘X’ Jakarta Utara.

Data mengenai level kandungan t,t-MA dalam urin sebagai hasil

metabolisme benzena adalah data primer, yang didapat dengan mengambil sampel

urin pada karyawan SPBU, yang kemudian dilakukan pemeriksaan pada

Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta, menggunakan metode

Liquid Chromatography Mass Spectra (LCMS). Data konsentrasi benzena pada

udara pernapasan karyawan didapat dengan melakukan konversi berdasarkan

persamaan Ghittori, S, et al. (1994).

Data mengenai jenis pekerjaan dan durasi kerja adalah data primer dengan

melakukan wawancara, sedangkan berat badan adalah data primer yang didapat

dengan melakukan penimbangan.

 

Page 23: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

  

Universitas Indonesia  

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Benzena

Benzena adalah senyawa paling stabil dengan ukuran yang terkecil dari

senyawa aromatik (Kongtip, 2009). Senyawa ini adalah jenis pelarut yang paling

sering dijadikan objek penelitian (WHO, 1996). WHO (1996) dan ATSDR (2007)

menyebutkan bahwa, benzena merupakan senyawa hidrokarbon aromatik rantai

tertutup tidak jenuh, mempunyai nama lain benzol, cyclohexatrene, phenyl

hydride, atau coal naphta.

Benzena tersebar luas di lingkungan karena penggunaannya dalam

berbagai proses industri dan secara alami terkandung dalam BBM bensin.

Benzena adalah bahan baku dalam sintesis kimia dan telah digunakan sebagai

pelarut yang utama. Benzena bersifat lipofilik, sehingga Benzena merupakan

pelarut yang sangat baik. Digunakan dalam cat, thinner, tinta, lem, dan karet.

Kehadiran benzena di udara biasanya dihasilkan oleh kegiatan yang berhubungan

dengan proses pekerjaan bahan kimia atau industri BBM, termasuk fasilitas

bongkar muat bensin dan pembakaran mesin (misalnya, mobil, mesin pemotong

rumput, dan pemecah salju). Benzena merupakan komponen polusi udara baik

dalam ruangan ataupun luar ruangan. Benzena memiliki aroma yang

menyenangkan dan dapat terdeteksi pada konsentrasi 1,5-4,7 ppm (ATSDR,

2006).

2.1.1 Pengertian, Jenis dan Karakteristik

Benzena adalah senyawa hidrokarbon aromatik. Dalam suhu ruangan,

benzena adalah cairan tidak berwarna, mudah menguap dengan bau aromatik yang

khas. sedikit larut dalam air tetapi sangat mudah larut dengan pelarut organik,

benzena akan mengapung di permukaan air. Mendidih pada suhu 80,1°C dan

sangat mudah terbakar serta dapat menyebar ke sumber api. Uapnya sangat mudah

meledak, memiliki titik leleh 5,5°C dan spontan terbakar pada suhu 498°C

(ATSDR, 2007).

7

Page 24: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

8  

Universitas Indonesia  

Tabel 2.1 Sifat Fisik dan Kimia Benzena

No Sifat Fisik dan Kimia Keterangan

1. Nama kimia Benzena 2. Rumus kimia C6H6 3. Berat molekul 78.11 gr/mol 4. Berat jenis pada15°C 0.8787 5. Bau Aromatik 6. Warna Tidak Berwarna 7. Titik leleh 5.5°C 8. Titik didih 80.1°C 9. Titik nyala -11.1°C 10. Kelarutan dalam air pada 25°C 0,188% w/w atau 1.8 gr/L 11. Kelarutan dalam pelarut Alkohol, chlorofom, ether,

carbon disulfide, acetone, oils, carbon tetrachloride, glacial acetic acid

12. Suhu spontan terbakar 498°C Sumber : ATSDR (2007)

IPCS (1993) dan NIOSH (2005) menetapkan nilai konversi untuk benzena 1 ppm

= 3,2 mg/M3 , pada suhu 20 °C dan tekanan normal atmosfir.

2.1.2 Sumber Pajanan Benzena

Benzena dapat terbentuk melalui proses alami maupun hasil dari kegiatan

manusia.

2.1.2.1 Sumber Alami

Benzena terbentuk dari proses alami dan hasil dari kegiatan manusia,

Sumber alami termasuk gunung merapi dan kebakaran hutan. Benzena juga secara

alami terkandung dalam minyak mentah, BBM dan asap rokok.

2.1.2.2 Sumber Antropogenik

Sebagian besar sumber pajanan benzena adalah berasal dari asap rokok,

bengkel, pembakaran kendaraan bermotor dan emisi dari industri. sumber pajanan

yang lain berasal dari uap atau gas dari produk-produk yang mengandung

benzena seperti lem, cat, lilin pelapis peralatan rumah tangga dan sabun deterjen.

Sekitar 20% dari pajanan berasal dari knalpot dan emisi dari industri. Di Amerika

Serikat, setengah dari sumber pajanan berasal dari asap rokok. Rata-rata jumlah

Page 25: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

9  

Universitas Indonesia  

asupan benzena yang terserap perokok (32 batang per hari) adalah sekitar 1,8 mg

per hari. Jumlah ini lebih besar 10 kali lipat dibandingkan dengan rata-rata asupan

benzena per hari dari orang yang tidak merokok. Pada tahun 2004 diperkirakan

jumlah emisi benzena yang dilepaskan di Amerika Serikat dari 968 pabrik atau

industri yang menggunakan benzena ke atmosfir, air permukaan dan tanah

berturut-turut adalah sebesar 3.055 M³, 7 M³ dan 11 M³ (ATSDR, 2007).

Bersama dengan toluene, ethylBenzena dan xylenes, benzena adalah

komponen terbesar dari BBM. Sumber pajanan utama terhadap populasi secara

umum adalah berasal dari knalpot kendaraan bermotor karena kehadirannya

dalam BBM, benzena juga diproduksi melalui reaksi kimia selama proses

pembakaran mesin (Department of Justice and Attorney-General, 2010).

Konsentrasi lebih tinggi benzena di dalam dan luar ruangan akan

ditemukan di sekitar sumber emisi seperti Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum

(SPBU) (WHO-Europe, 2000). Sumber utama yang berasal dari proses penguapan

adalah penguapan dari BBM, yang mengandung 1-5% Benzena (WHO, 1996).

Benzena telah dideteksi ditemukan dalam botol air minum, minuman keras

dan makanan. Kebocoran dari gudang penyimpanan BBM bawah tanah dapat

menyebabkan kontaminasi air tanah. Pada sisi lain, pajanan juga dapat dihasilkan

dari menghirup benzena pada saat mandi, keramas dan memasak dengan

menggunakan air yang telah terkontaminasi (ATSDR, 2007).

Pekerja pada industri yang membuat atau menggunakan benzena

(petrokimia, penyulingan minyak bumi, tambang batubara, pabrik ban,

penyimpanan dan distribusi benzena, penyimpanan dan distribusi BBM yang

mengandung benzena) dapat terpajan dengan level yang tinggi. Pekerja lain yang

dapat terpajan benzena adalah pekerja yang bekerja di tungku batu bara pada

industri baja, percetakan, pabrik sepatu, teknisi laboratorium, pemadam kebakaran

dan operator SPBU (ATSDR, 2007).

2.1.3 Jalur Pajanan Benzena

Jalur pajanan menunjukkan perbedaan jalan masuk bahan/materi ke dalam

tubuh, dapat melalui kulit, saluran pencernaan dan saluran pernapasan (IPCS,

2000). Meskipun pajanan yang berasal dari lingkungan dan tempat kerja dapat

Page 26: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

10  

Universitas Indonesia  

melalui inhalasi, ingesti dan kulit. Inhalasi dan kulit adalah jalur yang menjadi

perhatian utama pada beberapa skenario pajanan (ATSDR, 2007).

2.1.3.1 Inhalasi

Inhalasi adalah jalur pajanan yang dominan. Konsentrasi ambang bau

Benzena (1,5-5 ppm) umumnya memberikan peringatan yang cukup tentang

bahaya akut. Uap Benzena lebih berat daripada udara dan dapat menyebabkan

sesak napas di ruang tertutup, berventilasi buruk atau di dataran rendah.

Jalur pajanan inhalasi menyebabkan terjadinya asupan harian sebesar 99%

dari seluruh jalur pajanan. Laporan kasus pada pajanan inhalasi akut telah ada

sejak awal tahun 1900. Kejadian kematian tiba-tiba terjadi setelah beberapa jam

pajanan. Tidak diketahui berapa konsentrasi benzena yang ditemukan pada

korban. Namun diperkirakan bahwa pajanan sebesar 20.000 ppm selama 5-10

menit akan mengakibatkan hal kejadian yang fatal (ATSDR, 2007).

2.1.3.2 Ingesti

Benzena sebagai kontaminan masuk melalui air minum, makanan dan

sayur-sayuran (IPCS, 2000). Absorpsi benzena yang efektif melalui pencernaan

dapat mengakibatkan intoksikasi akut, walaupun data kuantitatif pada manusia

masih kurang (WHO, 1996). Tidak ada informasi tentang absorpsi oral dari

benzena pada larutan encer, diasumsikan bahwa absorpsi oral dari air adalah

hampir 100% (Ramon, 2007).

Laporan kasus kematian pada pajanan ingesti akut telah ada sejak awal

tahun 1900. Tidak diketahui berapa konsentrasi benzena yang ditemukan pada

korban. Namun diperkirakan bahwa pajanan sebesar 10 mL adalah dosis

mematikan bagi manusia.

2.1.3.3 Kulit dan Mata

Benzena yang memercik di mata dapat mengakibatkan rasa sakit dan

cedera pada kornea. Tidak terdapat penelitian yang berhubungan dengan kematian

hewan percobaan setelah terjadi pajanan Benzena pada kulit. Sebuah penelitian

kohort terhadap 338 pekerja laki-laki menemukan 3 kematian. Kematian ini

Page 27: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

11  

Universitas Indonesia  

disebabkan oleh leukimia pada mekanik, yang biasanya menggunakan BBM

untuk membersihkan onderdil kendaraan dan mencuci tangan mereka (Hunting et

al, 2005 dalam ATSDR, 2007).

2.1.4 Toksikokinetik Benzena dalam Tubuh

Benzena adalah bahan kimia yang larut dalam lemak. Benzena terdistribusi

pada tempat yang berbeda, tergantung kandungan lemak dari organ (WHO, 1996).

Hati memiliki fungsi penting dalam metabolisme benzena, yang menghasilkan

produksi beberapa metabolit. Pada tingkat pajanan rendah, benzena dengan cepat

dimetabolisme dan diekskresikan terutama sebagai metabolit kemih terkonjugasi.

Pada tingkat pajanan yang lebih tinggi, sebagian besar dari dosis benzena yang

diabsorbsi diekskresikan sebagai senyawa induk yang dihembuskan melalui udara

pernapasan (ATSDR, 2007).

2.1.4.1 Absorbsi

Benzena dengan cepat diabsorbsi melalui saluran pernapasan dan

pencernaan. Penyerapan melalui kulit cepat tetapi tidak luas, hal ini disebabkan

karena benzena yang menguap dengan cepat. Sekitar 50% dari benzena yang

dihirup diabsorbsi setelah pajanan 4 jam pada konsentrasi sekitar 50 ppm benzena

di udara. Sebuah penelitian in vivo pada manusia menunjukkan bahwa terjadi

absorbsi sekitar 0,05% dari dosis benzena yang diaplikasikan pada kulit,

sedangkan pada penelitian in vitro kulit manusia, penyerapan benzena secara

konsisten sebanyak 0,2% setelah pajanan dosis antara 0,01-520 mikroliter per

persegi sentimeter. Belum ada penelitian absorbsi melalui oral pada manusia.

Pada hewan, di sedikitnya 90% dari benzena diserap setelah konsumsi pada dosis

340-500 miligram per kilogram per hari (mg/kg/hari) (ATSDR, 2006).

Setengah dari benzena yang terhirup dalam konsentrasi tinggi akan masuk

ke dalam saluran pernafasan yang kemudian masuk ke dalam aliran darah. Hal

yang sama terjadi jika pajanan benzena melalui makanan dan minuman, sebagian

besar benzena akan masuk ke dalam jaringan gastrointestinal, kemudian masuk

kedalam jaringan darah. Sejumlah kecil benzena masuk melalui kulit melalui

kontak langsung antara kulit dengan benzena atau produk yang mengandung

Page 28: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

12  

Universitas Indonesia  

benzena. Di dalam jaringan darah, benzena akan beredar ke seluruh tubuh dan

disimpan sementara di dalam lemak dan sumsum tulang, kemudian akan

dikonversi menjadi metabolit di dalam hati dan sumsum tulang. Sebagian besar

hasil metabolisme akan keluar melalui urin dengan waktu sekitar 48 jam setelah

pajanan.

Apabila tidak segera dikeluarkan melalui ekspirasi, benzena akan

diabsorbsi ke dalam darah. Benzena larut dalam cairan tubuh dalam konsentrasi

rendah dan secara cepat dapat terakumulasi dalam jaringan lemak karena

kelarutannya yang tinggi dalam lemak. Uap benzena mudah diabsorbsi oleh darah

yang sebelumnya diabsorbsi oleh jaringan lemak.

Benzena masuk ke dalam tubuh dalam bentuk uap melalui inhalasi dan

absorbsi terutama melalui paru‐paru, jumlah uap benzena yang diinhalasi sekitar

40 ‐ 50% dari keseluruhan jumlah benzena yang masuk ke dalam tubuh. Benzena

mudah diabsorbsi melalui saluran pernafasan, ketahanan paru‐paru mengabsorbsi

benzena kira - kira 50% untuk pajanan sebesar 2‐100 cm3/m3 selama beberapa jam

pajanan (ATSDR 2007).

2.1.4.2 Distribusi

Benzena terdistribusi ke seluruh tubuh melalui absorbsi dalam darah,

karena benzena adalah lipofilik, maka distribusi terbesar adalah dalam jaringan

lemak. Jaringan lemak, sumsum tulang dan urin mengandung Benzena kira‐kira

20 kali lebih banyak dari yang terdapat dalam darah. Kadar benzena dalam otot

dan organ 1‐3 kali lebih banyak dibandingkan dalam darah. Sel darah merah

mengandung benzena dua kali lebih banyak dari pada dalam plasma (ATSDR

2005 dalam Pudyoko 2010).

2.1.4.3 Metabolisme

Meskipun metabolisme benzena telah dipelajari secara ekstensif, proses

terjadinya toksisitas Benzena belum sepenuhnya dipahami. Umumnya dipahami

bahwa efek kanker dan nonkanker disebabkan oleh satu atau lebih metabolit

reaktif dari benzena. Metabolit diproduksi di hati, kemudian dibawa ke sumsum

Page 29: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

 

 

tulang di

yang sedik

Ta

benzena

Benzena

adalah bah

reaksi oks

dan non e

yang utam

dengan a

kathekol,

dari fenol

yang lain,

produk re

2005 dalam

Sumber : N

mana toksi

kit terdapat

ahap pertam

oksida den

oksida kem

han yang di

sidasi ini, b

enzimatik. B

ma adalah f

sam sulfat

karbon dio

merupakan

, kathekol d

eaksi dari b

m Pudyoko

Nebert et al. 2

isitas benze

dalam sum

ma metabol

ngan katali

mudian men

ihasilkan se

beberapa me

Biotransform

fenol yang

atau gluk

oksida dan

n metabolit

dan quinol,

benzena den

o 2010).

Me

2002; Ross 20

ena terlihat

msum tulang

lisme di h

is cytochro

ncapai kese

cara langsu

etabolit seku

masi Benzen

dieksresika

kuronat. Sej

asam muko

benzena da

asam merk

ngan guana

Gambaretabolisme

00 dalam ATS

. Metabolis

(ATSDR, 2

ati adalah

ome p‐450‐eimbangan

ung oleh rea

under akan

na dalam tu

an lewat ur

jumlah kec

onat. Gluko

alam urin ya

kapturat, tra

anine, N‐7‐p

r 2.1 Benzena

SDR , 2007

Unive

sme benzen

2007).

oksidasi b

‐dependent‐dengan ex

aksi biotrans

terbentuk s

ubuh berupa

rin dalam b

cil dimetab

oronida dan

ang paling u

ans‐trans‐m

phenyl‐guan

ersitas Indo

na dalam ju

benzena me

‐monooxyge

xepin. Meta

sformasi. Se

secara enzim

a metabolit

bentuk konj

bolisme me

n konjugat

utama. Kon

muconic acid

nanine (AT

13

onesia

umlah

enjadi

enase.

abolit

etelah

matik

akhir

jugasi

enjadi

sulfat

njugat

d dan

TSDR

Page 30: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

14  

Universitas Indonesia  

2.1.4.4 Eliminasi

Eliminasi benzena dalam tubuh terjadi melalui proses eksresi dan ekhalasi,

benzena terutama dieksresikan di dalam urin sebagai metabolit khususnya

konjugasi phenol, glucuronic dan sulphuric acid, dan ekhalasi ke udara dalam

bentuk yang tidak berubah. Diperkirakan sesudah terpajan Benzena di tempat

kerja pada tingkat 100 cm3/m3, sejumlah 13,2% fenol, 10,2% quinol, 1,9 % t.tMA,

1,6 % kathekol, dan 0,5% 1,2,4,-benzenatriol dari jumlah yang diabsorpsi,

diekskresikan lewat urin sesudah jam kerja. Proporsi benzena yang diabsorpsi

kemudian dieksresikan melalui ekshalasi adalah sebanyak 8-17%. Sejumlah kecil

benzena juga terdeteksi dalam urin, waktu paruh tergantung pada disposisi

benzena pada beberapa bagian tubuh. Waktu paruh yang lebih pendek dilaporkan

kira-kira 10-15 menit, sedang 40-60 menit, dan lama 16-20 jam. Bagian dari

benzena yang diabsorpsi tanpa diubah adalah 12-50% lewat udara ekspirasi dan

kurang dari 1% lewat urin. Jumlah rata-rata fenol yang dieliminasi adalah sekitar

30% dari dosis yang diabsorpsi. Untuk benzena yang tidak mengalami reaksi

metabolisme, proses berlangsung reversibel, dan benzena diekskresikan melalui

paru-paru (ATSDR, 2005 dalam Ramon, 2007).

2.1.5 Penggunaan Benzena

Pada tahun 1825, Faraday mengisolasi benzena dari bentuk gas menjadi

cair. Benzena pertama kali disintesa oleh Mitscherlich pada tahun 1833 dengan

menyaring benzoic acid dengan kapur. Benzena pertama kali menjadi zat yang

komersil pada tahun 1849 yang berasal dari light oil yang merupakat derivat dari

aspal batubara dan dari industri perminyakan (ATSDR, 2007).

Benzena adalah salah satu komoditas bahan kimia utama di dunia.

Sebagian besar penggunaannya (85% dari produksi) adalah sebagai perantara

dalam produksi bahan kimia lainnya, terutama stirena (untuk styrofoam dan

plastik lainnya), kumena (Untuk berbagai resin), dan sikloheksana (untuk nilon

dan serat sintetis lainnya). Benzena adalah bahan baku yang penting untuk

pembuatan karet sintetis, permen karet, pelumas, pewarna, farmasi, dan bahan

Page 31: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

15  

Universitas Indonesia  

kimia pertanian. Benzena ditambahkan ke dalam bahan bakar bermotor bebas

timbal untuk meningkatkan kinerja (ATSDR, 2006).

Pemanfaatan benzena sangat luas di bidang industri, komersial dan ilmu

pengetahuan. Benzena digunakan sebagai penambah oktan dan anti-knock

(bersama dengan toluena dan xilena) pada BBM. Beberapa industri menggunakan

benzena untuk membuat plastik, resin, serat sintetik. Benzena juga digunakan

untuk membuat beberapa jenis minyak pelumas, bahan karet, bahan pencelup,

sabun, obat – obatan, lem perekat dan pestisida (NIOSH, 2005).

Benzena telah digunakan pula secara luas sebagai bahan pelarut, terutama

dibidang laboratorium, industri cat, perekat, cairan penghapus cat, pelumas,

perabotan karet dan industri sepatu. Telah dilaporkan pula bahwa uap benzena

dideteksi pada beberapa produk seperti lem karpet, detergent dan lilin pelapis

(Wallace et al, 1987 dalam IPCS, 1993).

2.1.6 Penetapan/Pengukuran Konsentrasi Benzena

Sampling dan analisis dapat dilakukan melalui pengumpulan uap benzena

atau tabung penyerapan arang. Analisis kimia berikutnya dilakukan dengan

menggunakan Gas Chromatography. Keuntungan dari metode ini adalah,

perangkat sampling kecil, portabel, dan tidak terdapat cairan. Gangguan yang

terjadi sangat minimal, dan jika terdapat masalah, dapat dihilangkan dengan

mengubah kondisi kromatografi. Sampel dianalisis dengan menggunakan metode

dan instrumen yang cepat.

Metode yang tersedia untuk penentuan benzena di udara, sedimen air,

tanah, makanan, asap rokok, dan minyak bumi dan produk minyak bumi, sebagian

besar melibatkan pemisahan dengan Gas Chromatography (GC) yang dideteksi

melalui Flame Ionization nyala (FID) atau Photoionization (PID) atau dengan

Mass Spectrometry massa (MS).

Pengukuran benzena di udara (ambien dan tempat kerja) biasanya

melibatkan langkah prekonsentrasi di mana sampel dilewatkan melalui sebuah

penyerap padat. Umumnya adsorben yang digunakan adalah resin TenaxR, silika

gel, dan karbon aktif. Prekonsentrasi benzena juga bisa dilakukan dengan

perangkap kriogenik langsung pada kolom. Tehnik GC / FID atau / GC PID

Page 32: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

16  

Universitas Indonesia  

memiliki batas deteksi yang rendah, dari konsentrasi rendah dalam satuan ppb

(µg/M3) sampai konsentrasi rendah dalam satuan ppt (Ng/M3). Sedangkan

metode GC / MS memiliki batas deteksi konsentrasi yang rendah dalam satuan

ppb (µg/M3).

Meskipun GC / FID dan GC / PID memberikan sensitivitas lebih besar dari

GC / MS, namun tehnik GC / MS umumnya dianggap lebih handal untuk

pengukuran benzena pada sampel yang mengandung beberapa komponen yang

memiliki karakteristik yang serupa. Atomic line molecular spectrometry (ALMS)

telah dikembangkan untuk memantau benzena dan senyawa organik lainnya pada

udara ambient. Batas deteksi adalah 800 µg/M3 (250 ppb).

Benzena di tempat kerja dapat diukur dengan instrumen portabel yang

dapat langsung dibaca. Real-time continuous Monitoring Systems dan Passive

Dosimeters memiliki kepekaan jangkauan dalam ppm (mg/M3). Di Amerika

Serikat, prosedur penggunaan Charcoal yang diikuti dengan analisis GC / MS

adalah prosedur yang sensitif yang menjadi pilihan untuk pengukuran Benzena di

udara.

Benzena dalam media air, tanah, endapan dan makanan diisolasi melalui

metode Purge and Trap, yang kemudian di analisis dengan metode GC / MS, GC /

FID atau GC / PID. Gas inert seperti nitrogen digunakan untuk membersihkan

sampel, Benzena terjebak pada zat pengabsorbsi seperti TenaxR atau arang aktif,

kemudian diikuti oleh desorpsi termal. Sensitivitas dari metode ini dapat

mendeteksi pada konsentrasi rendah dalam satuan mg / liter (IPCS, 1993).

Metode lain juga tersedia untuk mendeteksi Benzena di media lingkungan

lain seperti asap rokok, bensin, dan bahan bakar jet serta asapnya. Pemisahan dan

pendeteksian dengan tehnik HPLC / UV, GC / FID, dan GC / MS telah digunakan

untuk analisis ini. Sensitivitas dan keandalan metode ini tidak dapat dibandingkan

karena kurangnya data (ATSDR, 2007).

2.1.7 Efek Kesehatan Akibat Pajanan Benzena

Orang yang hanya terpajan uap benzena tidak menimbulkan risiko besar

kontaminasi sekunder kepada orang lain. Orang dengan pakaian atau kulit yang

terkontaminasi dengan cairan benzena dapat menyebabkan kontaminasi sekunder

Page 33: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

17  

Universitas Indonesia  

melalui kontak langsung atau melalui inhalasi uap beracun. Bau harum aromatik

benzena secara umum memberikan cukup peringatan atas bahaya akut. Benzena

diserap dengan cepat dan ekstensif setelah inhalasi dan konsumsi. Walaupun

penyerapan melalui kulit rendah namun, penyerapannya dapat berkontribusi

terhadap beban total tubuh.

2.1.7.1 Efek Pajanan Akut

Efek pajanan akut benzena dengan konsentrasi tinggi pada sistem syaraf,

kulit, sistem pernapasan dan pencernaan dapat segera terjadi setelah pajanan. Efek

Neurologis adalah efek yang pertama muncul di pusat sistem saraf. Reaksi

anestesi benzena di pusat sistem saraf mirip dengan gas anestesi lain, pertama

merangsang eksitasi diikuti oleh depresi, dan jika pajanan terus terjadi, kematian

dapat terjadi karena kegagalan pernapasan. Efek pada kulit, pernapasan dan efek

gastrointestinal disebabkan sifat iritasi dari benzena.

Umumnya, gejala keracunan pada Sistem Syaraf Pusat jelas segera terlihat

setelah pajanan inhalasi dengan konsentrasi tinggi (3.000 ppm selama 5 menit),

dan 30 sampai 60 menit setelah pajanan ingesti. Efek ringan termasuk sakit

kepala, sakit kepala ringan, pusing, kebingungan, mual, gangguan aktifitas, dan

penglihatan kabur. Efek yang lebih parah termasuk tremor, depresi saluran

pernafasan, kebingungan, kehilangan kesadaran, koma dan kematian.

Ketidaksadaran mungkin berkepanjangan, meskipun sebagian besar korban cepat

sadar setelah mereka dijauhkan dari sumber pajanan.

Pajanan akut uap benzena dapat mengiritasi membran mukosa saluran

pernapasan. Dengan pajanan 20.000 ppm selama 5 menit, akumulasi cairan di

paru-paru dan saluran pernapasan dapat terjadi. Paru-paru yang terendam cairan

yang mengandung benzena dapat menyebabkan terjadinya perdarahan parah

karena radang paru-paru.

Pajanan benzena dengan konsentrasi sangat tinggi (lebih dari 1.000 ppm)

dapat menurunkan ambang dari otot jantung ke efek epinefrin. Efek ini biasanya

reversibel jika pajanan dihentikan.

Benzena dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan karena merupakan

pelarut lemak, maka benzena melarutkan lemak pada kulit, terutama setelah

Page 34: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

18  

Universitas Indonesia  

pajanan berulang atau lama dengan cairan. Benzena dapat menghasilkan eritema,

sensasi terbakar, dan pada beberapa kasus, dapat menyebabkan edema parah dan

bahkan melepuhnya kulit.

Jika tertelan, benzena dapat mengiritasi perut, menyebabkan mual,

muntah, dan diare. Dosis oral yang diperkirakan mematikan adalah 100 mL

(Sekitar 1 g/kg, untuk seorang pria dengan berat 75 kg), meskipun dosis kecil

sebesar 15 mL atau 50 mg/kg dilaporkan telah pula dapat menyebabkan kematian.

Konsentrasi tinggi dari uap benzena dapat menyebabkan iritasi dan

kaburnya pandangan mata. Ketika benzena terpercik ke mata, dapat menyebabkan

nyeri terbakar dan pengelupasan permukaan mata. Benzena yang diserap melalui

kulit dapat menyebabkan keracunan sistemik.

2.1.7.2 Efek Pajanan Kronis

Pajanan berulang benzena tingkat tinggi (200 ppm) dapat mengakibatkan

efek SSP yang persisten. Pajanan kronis benzena di tempat kerja telah dikaitkan

dengan gangguan hematologi (yaitu, trombositopenia, anemia aplastik,

pansitopenia, dan akut myelgenous leukemia). Pajanan kronis mungkin lebih

serius untuk anak-anak karena periode pajanan potensial yang berlangsung lama.

EPA memperkirakan bahwa pajanan benzena seumur hidup pada

konsentrasi 4 ppb di udara akan menghasilkan 1 tambahan kasus leukemia dalam

10.000 orang yang terpajan. EPA juga memperkirakan bahwa pajanan benzena

seumur hidup pada konsentrasi 100 ppb dalam air minum akan menambah 1 kasus

kanker tambahan dalam 10.000 orang yang terpajan (ATSDR, 2006).

Benzena tidak termasuk dalam bahan kimia beracun yang mempengaruhi

reproduksi dan perkembangan janin, namun, telah terbukti bahwa benzena dapat

melewati plasenta. Tidak ada informasi kandungan benzena di air susu ibu atau

terjadinya transfer kandungan benzena yang didapat bayi dari ibu saat menyusu.

Benzena telah terbukti menyebabkan efek imunologi pada manusia setelah

pajanan inhalasi untuk jangka waktu menengah dan kronis. Efek tersebut

termasuk kerusakan tanggapan humoral (antibodi) dan selular (Leukosit).

Benzena menyebabkan penurunan tingkat peredaran leukosit pada pekerja pada

pajanan konsentrasi rendah (30 ppm), dan penurunan tingkat sirkulasi antibodi

Page 35: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

19  

Universitas Indonesia  

pada pekerja yang terpajan benzena dengan konsentrasi 3-7 ppm. Penelitian lain

telah menunjukkan penurunan limfosit manusia dan unsur darah lainnya setelah

terpajan, efek ini terlihat pada tingkat pajanan 1 ppm atau kurang (ATSDR, 2006).

EPA, IARC, dan Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan

Amerika Serikat telah menyimpulkan bahwa benzena adalah karsinogen terhadap

manusia. Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Amerika Serikat

menetapkan benzena adalah karsinogen berdasarkan bukti yang menunjukkan

hubungan kausal antara paparan benzena dan kanker. IARC mengklasifikasikan

benzena di Grup 1 (karsinogenik pada manusia), sedangkan EPA

mengklasifikasikan benzena dalam Kategori A (terbukti karsinogen pada

manusia) berdasarkan bukti yang meyakinkan pada manusia didukung oleh bukti

dari studi hewan. Benzena ditetapkan karsinogen pada manusia untuk semua rute

pajanan. Hematologi neoplasma seperti leukemia akut myelogenous telah

didokumentasikan terjadi pada pajanan kronis dengan konsentrasi rendah (10

ppm).

2.1.8 Tanda dan Gejala Pajanan Benzena

2.1.8.1 Pajanan Akut

Benzol jag adalah istilah yang digunakan para pekerja untuk menjelaskan

gejala kebingungan, euforia, dan gaya berjalan goyah terkait dengan pajanan

benzena akut. Tergantung pada besarnya dosis, orang yang menelan Benzena

mungkin mengalami efek ini 30 sampai 60 menit setelah benzena dikonsumsi.

Dalam satu laporan kasus, dosis oral 10 mililiter dilaporkan menghasilkan hal

yang mengejutkan, muntah, takikardia, pneumonitis, mengantuk, delirium, kejang,

koma, dan kematian. Gejala lain termasuk iritasi bronkial dan laring setelah

pajanan inhalasi. Pulmonary edema telah dilaporkan. Pajanan ingesti dapat

menyebabkan nyeri substernal, batuk, suara serak, dan rasa terbakar pada mulut,

faring, dan kerongkongan tak lama setelah konsumsi. Hal ini juga dapat

menyebabkan sakit perut, mual, dan muntah (ATSDR, 2006).

Page 36: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

20  

Universitas Indonesia  

2.1.8.2 Pajanan Kronis

Gejala awal pajanan kronis benzena sering tidak spesifik tetapi

menunjukkan tanda yang bervariasi. Demam akibat infeksi atau manifestasi

trombositopenia, seperti perdarahan diatesis dengan perdarahan dari gusi, hidung,

kulit, saluran pencernaan, atau di tempat lain, kelelahan, dan anoreksia. Dalam

sebuah studi kohort terhadap sekitar 300 pekerja pada industri percetakan yang

menggunakan tinta pelarut dan pengencer berisi 75 sampai 80% benzena. Setelah

diuji, 22 orang memiliki kelainan hematologi berat. Setelah dilakukan

penghentian pajanan selama setahun terhadap pekerja, sebagian besar pasien pulih

setelah pajanan berhenti (ATSDR, 2006).

2.1.9 Batas Pajanan Benzena

Internal Agency for Research on Cancer (IARC), mengindikasikasikan

bahwa tidak ada tingkat pajanan yang aman untuk semua jalur pajanan benzena.

2.1.9.1 Batas pajanan udara

ACGIH menetapkan untuk pajanan 8 jam waktu kerja (TWA) sebesar 0.5

ppm dan pajanan singkat 15 menit (STEL) sebesar 2.5 ppm, NIOSH menetapkan

untuk pajanan 10 jam waktu kerja (TWA) sebesar 0.1 ppm dan pajanan singkat 15

menit (STEL) sebesar 1 ppm dan OSHA menetapkan untuk pajanan 8 jam waktu

kerja (TWA) sebesar 1 ppm dan pajanan singkat 15 menit (STEL) 5 ppm

(ATSDR, 2007).

EPA tidak menetapkan standar udara ambient untuk benzena, namun

memberlakukan larangan yang dirancang untuk menurunkan emisi industri

benzena sebesar 90% selama 20 tahun ke depan.

2.1.9.2 Batas pajanan air

Peraturan Nasional Air Minum yang diumumkan EPA tahun 1987

mengatur tingkat kontaminan maksimum untuk benzena sebesar 0,005 ppm (5

ppb).

Page 37: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

21  

Universitas Indonesia  

2.1.9.3 Batas pajanan makanan

Efektif sejak April 1988, FDA melarang penggunaan benzena pada

makanan, dan menetapkan bahwa benzena hanya dapat menjadi bahan aditif tidak

langsung dalam perekat yang digunakan untuk kemasan makanan.

Indonesia telah menetapkan ambang batas benzena di udara melalui Surat

Edaran Menteri Tenaga Kerja no 01 tahun 1997 yang diadopsi menjadi SNI no

19‐0232‐2005 tahun 2005 tentang nilai ambang batas zat kimia lingkungan kerja

sebesar 10 ppm.

2.1.10 Alat Perlindungan Diri

Jika perlengkapan perlindungan pernapasan berfungsi dengan baik, maka

seharusnya pajanan dapat diminimalkan. Namun hal tersebut harus dibuktikan dan

tidak sekedar sebuah asumsi. Terutama pada pajanan timah dan benzene, alat

perlindungan pernapasan sangat dibutuhkan (AIHA).

Alat perlindungan diri (APD) adalah alat yang mempunyai kemampuan

untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tenaga

kerja dari bahaya di tempat kerja. APD dipakai setelah usaha rekayasa

(engineering) dan cara kerja yang aman (work practice) telah maksimum. Namun

pemakaian APD bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut. Sebagai usaha

terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja, APD haruslah enak dipakai, tidak

mengganggu kerja dan memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya.

Alat pelindung pernapasan berfungsi untuk memberikan perlindungan

terhadap sumber – sumber bahaya di udara tempat kerja seperti kekurangan

oksigen, pencemaran oleh partikel, pencemaran oleh gas atau uap. Ada tiga jenis

alat pelindung diri pernapasan yaitu : 1) respirator yang bersifat memurnikan

udara, 2) respirator yang dihubungkan dengan suplai udara bersih dan 3)

respirator pemasok oksigen.

Sebelum memilih alat pelindung pernapasan yang sesuai, ada beberapa

faktor yang harus dipertimbangkan :

1. Sifat bahaya (partikulat, gas, uap dan lain-lain)

2. Cukup tanda-tanda adanya zat pencemar

Page 38: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

22  

Universitas Indonesia  

3. Kadar zat pencemar

4. Kegawatan bahaya (akibat bila alat pernapasan tidak berfungsi)

5. Lamanya (panjangnya waktu dalam lingkungan yang tercemar)

6. Lokasi (sehubungan dengan sumber udara segar)

7. Jalan (ke dan dari tempat yang tercemar)

8. Aktivitas pemakai yang diperkirakan (kekuatan fisiknya)

9. Mobilitas pemakai

10. Pasnya pada muka dan kenyamanan

Untuk pajanan inhalasi benzena dengan konsentrasi kurang atau sama

dengan 10 ppm, 50 ppm dan 100 ppm tipe masker pelindung pernapasan yang

digunakan berturut-turut adalah half mask respirator with organic vapor catridge,

full faceplace with organic vapor catridge dan full faceplace powered with

organic vapor catridge (Gunawan, 2000).

2.1.11 Biomarker

Berbagai jaringan, cairan tubuh, dan produk-produk ekskresi berpotensi

berguna untuk penentuan metabolit in vivo: misalnya, (a) darah atau fraksinya, air

liur, dan susu; (b) jaringan adiposa, cerumen, gigi, rambut, dan kuku, dan (c) urin,

tinja, dan udara pernapasan. Jika jaringan dapat dikumpulkan dari mayat yang di

otopsi, dapat memiliki jangkauan yang lebih luas yang dapat digunakan dalam

studi pajanan seumur hidup untuk bahan kimia yang terakumulasi dalam tubuh.

Logam hadir dalam jaringan atau cairan tubuh (misalnya, timbal dalam darah,

tulang atau gigi, kadmium di ginjal, dan merkuri dalam rambut), mereka mungkin

hadir sebagai metabolit. Untuk tujuan pemantauan pajanan, mereka biasanya

ditentukan sebagai logam, dan bukan sebagai metabolit (Slorach, 1991).

2.1.11.1 Definisi

Biomarker adalah istilah umum pada pengukuran yang spesifik yang

menghubungkan sistem biologi dan agent lingkungan (Marek Jakubowski and

Malgorzata, 2005). Penilaian pajanan secara akurat merupakan langkah penting,

baik dalam hal penilaian risiko maupun studi epidemiologi, yang melibatkan

Page 39: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

23  

Universitas Indonesia  

pajanan potensial oleh agent lingkungan. Berbagai metode telah digunakan untuk

menilai pajanan terhadap manusia. Antara lain metode berdasarkan kedekatan

manusia dengan sumber pajanan secara temporal dan spasial, dan metode

pengukuran materi biologis manusia (Biomarker). Pendekatan melalui metode

pengukuran materi biologis manusia merupakan "gold standar" untuk penilaian

pajanan secara akurat (Needhal LL et al, 1999).

Toniolo et al (1997) dalam Richard Albertini et al (2006) menyebutkan

bahwa Biomonitoring adalah analisis pengukuran biomarker pada unit unit

jaringan spesifik atau produk tubuh (Darah, urine, dll). Biomarker adalah setiap

zat, struktur, atau proses yang diukur yang mengindikasikan adanya pajanan atau

kerentanan serta untuk memprediksi kejadian kesakitan atau penyakit. Sedangkan

EPA (2004) mendefinisikan Biomarker sebagai perubahan yang terukur dari

bahan kimia, sel atau jaringan pada media biologis, seperti pada jaringan, sel, atau

cairan manusia atau hasil dari interaksi antara agen xenobiotic dan beberapa

molekul target.

Biomarker termasuk gen yang spesifik, lesi prakanker atau polip, dan

tanda-tanda yang dapat membatu diagnosa. Biomarker tidak hanya berupa

penanda prognosis saja, namun juga dapat berupa hasil pemeriksaan medis atau

hasil uji klinis (seperti analisa kepadatan mineral tulang, EEGs, atau x-ray),

pemeriksaan perubahan perilaku/kognitif, pertumbuhan atau pengukuran fisik

lainnya atau hasil observasi (seperti berat lahir, panjang, lingkar kepala, atau

menghitung bubungan sidik jari) (EPA, 2004).

2.1.11.2 Jenis Biomarker

Terdapat tiga pembagian biomarker, yaitu biomarker pajanan (Biomarker

exposure), biomarker efek (Biomarker effect) dan biomarker kerentanan

(Biomarker susceptibility) (EPA, 2004).

Biomarker pajanan merupakan penanda dalam sistem biologis yang

menunjukkan apakah pajanan telah terjadi atau tidak (Medeiros, 2010). Biomarker

pajanan termasuk bahan kimia dalam bentuk awal pajanan, hasil metabolisme atau

reaksi dalam cairan atau jaringan tubuh. Indikator biologis menggambarkan

kehadiran atau ketidak hadiran sebuah bahan atau zat dalam tubuh. Slorach (1991)

Page 40: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

24  

Universitas Indonesia  

menyebutkan kriteria metabolit yang dapat dijadikan indikator pajanan bahan

kimia sebagai berikut:

1. Metabolit harus spesifik untuk bahan kimia yang bersangkutan;

2. Proses metabolisme bahan kimia dalam suatu organisme yang diukur

harus diketahui;

3. Seperti pada semua pemantauan, metode sampling dan analisa yang

digunakan harus dapat diandalkan dan jaminan kualitas analisis harus

dilakukan untuk memperoleh hasil yang valid.

Biomarker efek digunakan untuk mengukur perkembangan dari sebuah

penyakit seperti benzo-pyrene-DNA adducts, produksi antigen, benjolan tumor

dan gene suppression. Biomarker kerentanan mengindikasikan keadaan subklinis

dari sebuah penyakit atau perlindungan potensial melawan efek negatif dari

pajanan (EPA, 2004).

2.1.11.3 Biomarker pajanan Benzena

WHO (1996) dan Taylor et al (1996) menyebutkan bahwa, Biomarker

yang dapat dijadikan indikator pajanan Benzena antara lain adalah Benzena dalam

darah, Benzena dalam urin, Benzena dalam udara pernapasan, phenol dalam

urin, cathecol dalam urin, hydroquinon dalam urin, 1,2,4 trihydroxiBenzena dalam

urin, phenylmercapturic acid dalam urin dan trans, trans-Muconic Acid dalam

urin.

Trans, trans-Muconic Acid adalah metabolit minor dari benzena yang

dapat digunakan sebagai indikator biologi untuk pajanan Benzena (Ducos et al,

1992). Meskipun t,t-MA telah diidentifikasi sebagai metabolit urin benzena di

awal abad ini, aplikasinya sebagai biomarker untuk pajanan benzena pada

lingkungan kerja baru dikenal akhir-akhir ini saja (Scherer G, Renner T, Meger

M,1998). Level dari t,t-MA dalam urin dapat dipertimbangkan sebagai biomarker

yang dapat dipercaya pada pajanan benzena di lingkungan kerja (Apostoli, 2000

dalam Cocco et al, 2002).

t,t-MA dalam urin dapat digunakan sebagai indikator yang sensitif dan

spesifik untuk pemantauan biologi, terutama untuk pajanan rendah benzena (Liu L

Page 41: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

25  

Universitas Indonesia  

et al, 1996). T,t-MA dalam urin dapat mendeteksi pajanan benzena dengan

konsentrasi sampai 0.1 ppm (ACGIH, 2003). Suwansaksri dan Wiwanitkit (2000)

merekomendasikan penggunaan Biomarker trans,trans-Muconic Acid dalam urin,

untuk memonitor pajanan Benzena terhadap pekerja dengan risiko tinggi pajanan.

Beberapa penelitian mengindikasikan hubungan kuantitas antara pajanan

inhalasi benzene dengan konsentrasi t,t-MA dalam urin (WHO, 1996). Inoue et al

(1989) mengestimasikan bahwa paru-paru akan menyerap konsentrasi senyawa

benzena sebanyak 50% dari konsentrasi pajanan, dan sebanyak 1,9% dari yang

terserap tersebut akan diekskresikan ke dalam urin sebagai t,t-MA. Sedangkan

Ghittori, S, et al. (1994) mendapatkan hasil dari penelitian yang dilakukan,

sebuah persamaan yang menghubungkan konsentrasi biomarker t,t-MA dalam

urine dengan konsentrasi benzena dalam area pernapasan. Adapun bentuk

persamaan tersebut adalah : log (MA, mg/g creatinine) = 0,429 log (A-benzen

ppm) – 0,304, dengan besar hubungan (korelasi) yang kuat (r = 0,58).

2.1.11.4 Pengukuran trans, trans-Muconic Acid dalam urin

Eskresi Trans, trans-Muconic Acid dalam urin berada pada puncaknya

setelah pajanan, dengan waktu paruh beberapa jam, sehingga Sampel urin harus

segera dikumpulkan setelah pajanan terjadi (WHO, 1996).

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) adalah metode

termudah dalam penentuan t,t-MA dalam urin yang dapat digunakan untuk

memonitor pajanan benzena terhadap pekerja (Suwansaksri dan Wiwanitkit,

2000). t,t-MA dalam urin sebagai Biomarker juga dapat ditentukan dengan

metode Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) dan Liquid

Chromatography-Mass Spectrometry (LC-MS).

2.1.11.5 Biological exposure indices

Pemantauan biologi memerlukan pengukuran konsentrasi dari bahan

kimia pada media biologis yang terpajan dan merupakan indikator dari

penyerapan zat (ACGIH, 2003).

Biological exposure indices (BEI) adalah nilai referensi yang

dimaksudkan untuk digunakan dalam praktik higiene industri sebagai pedoman

Page 42: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

26  

Universitas Indonesia  

atau rekomendasi untuk membantu dalam mengendalikan potensi bahaya

kesehatan di tempat kerja. Nilai referensi yang diberikan sebagai rekomendasi

untuk praktik yang baik tanpa jaminan bahwa nilai tersebut memberikan batas

yang jelas antara kondisi aman dan tidak aman. Biological exposure indices

merupakan tingkat penentu yang paling mungkin diamati dalam spesimen yang

dikumpulkan dari pekerja sehat yang telah terpajan bahan kimia melalui pajanan

inhalasi yang sama selama 8 jam waktu kerja (ACGIH, 2003).

BEI dapat memainkan peran yang signifikan dalam evaluasi dan kontrol

terhadap pajanan bahan kimia berbahaya di tempat kerja. BEI menentukan tingkat

industri bahan kimia, perubahan metabolit atau biokimia yang terkait dengan

pajanan dan sebagian besar Biological exposure indices dihubungkan dengan nilai

ambang batas (NAB) yang sesuai (Morgan, 1996).

Istilah creatinine corrects adalah istilah yang diberikan untuk

pengenceran urin yang berasal dari adanya asupan cairan ke dalam urin. Untuk

tujuan agar dapat dilakukan perbandingan dengan BEI, analisa creatinine pada

sampel segar urin harus dilakukan (AIHA).

ACGIH (2006) merekomendasi BEI pada akhir waktu kerja, terhadap

pajanan benzena dengan biomarker t,t-MA dalam urin sebesar 500 µg/gram

creatinine.

2.2 Pajanan Benzena di SPBU

SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum) merupakan

prasarana umum yang disediakan oleh PT. Pertamina untuk masyarakat luas guna

memenuhi kebutuhan bahan bakar. Pada umumnya SPBU menjual bahan bakar

sejenis premium, solar, pertamax dan pertamax plus (PT. Pertamina, 2009). Bahan

bakar minyak (BBM) adalah campuran lebih dari 500 senyawa Hydrocarbon yang

mudah menguap, dan Benzena adalah senyawa Hydrocarbon yang menjadi

perhatian utama dalam penelitian yang menjelaskan gangguan kesehatan akibat

pajanan bensin (Keenan et al, 2009).

Populasi pekerja yang bekerja pada industri yang memproduksi atau

menggunakan benzena dapat terpajan dengan tingkat pajanan tertinggi (NIOSH,

2005). Operator pengisian BBM pada SPBU adalah salah satu populasi pekerja,

Page 43: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

27  

Universitas Indonesia  

yang memiliki tingkat risiko pajanan benzena yang tinggi, terutama melalui jalur

inhalasi dalam waktu pajanan yang kontinyu. Egeghy et al (2000) menyebutkan

bahwa, pembeli BBM secara swalayan terpajan benzena yang antara lain

diemisikan dari proses pembakaran bahan bakar, dari tanki penyimpanan bawah

tanah, tumpahan BBM, dan dari perpindahan uap dari tangki bahan bakar. Dari

jumlah tersebut, perpindahan uap bahan bakar dianggap sebagai proses yang

paling bertanggung jawab atas sebagian besar pajanan. ATSDR (2007)

mengestimasikan bahwa rata – rata pajanan benzena terhadap pekerja pada area

SPBU adalah sebesar 0,12 ppm.

2.3 Analisis Risiko dan Manajemen Risiko

Analisis Risiko adalah proses yang bertujuan untuk menghitung atau

memperkirakan risiko pada suatu organisme sasaran, sistem atau populasi,

termasuk identifikasi ketidak pastian yang menyertainya, setelah terpajan oleh

agent tertentu, dengan memperhatikan karakteristik yang melekat pada agent yang

menjadi perhatian dan karakteristik sistem sasaran yang spesifik (IPCS, 2004).

Sedangkan Louvar & Louvar (1998) menyebutkan bahwa Risk Asessment atau

Analisis Risiko merupakan suatu tahapan proses untuk melihat hubungan antara

pajanan bahan kimia dan agent fisik dengan efek negatif yang mungkin terjadi.

Risk Asessment adalah penilaian tingkat efek dari kemungkinan bahaya pada

populasi atau ekosistem akibat pajanan suatu agent. Commonwealth of Australia

(2002) mendefinisikan Analisis Risiko sebagai proses memperkirakan potensi

dampak dari bahan kimia, fisik, mikrobiologis atau bahaya psikososial pada

populasi yang spesifik, atau sistem ekologi pada kondisi yang spesifik dan waktu

yang tertentu.

Analisis risiko bisa dilakukan untuk pemajanan bahaya lingkungan yang

telah lampau (post exposure), dengan efek yang merugikan sudah atau belum

terjadi, bisa juga dilakukan sebagai suatu prediksi risiko untuk pemajanan yang

akan datang (Rahman, 2007). Rahman (2007) menyebutkan bahwa ada dua

kemungkinan kajian ARKL yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Evaluasi di atas meja (Desktop Evaluation), selanjutnya disebut ARKL Meja;

2. Kajian lapangan (Field Study), selanjutnya disebut ARKL Lengkap.

Page 44: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

28  

Universitas Indonesia  

ARKL Meja dilakukan untuk menghitung estimasi risiko dengan segera

tanpa harus mengumpulkan data dan informasi baru dari lapangan. Kajian ini

biasanya dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan khalayak ramai yang

(bisa) menimbulkan kepanikan meluas, mencegah provokasi yang dapat memicu

ketegangan sosial, atau dalam situasi kecelakaan dan bencana. ARKL Lengkap

biasanya berlangsung dalam suasana normal, tidak ada tuntutan mendesak namun

perlu dilakukan sebagai tindakan proaktif untuk melindungi dan meningkatan

kesehatan masyarakat. Evaluasi di atas meja hanya membutuhkan konsentrasi risk

agent dalam media lingkungan bermasalah, dosis referensi risk agent dan nilai

default faktor-faktor antropometri pemajanan untuk menghitung asupan.

ARKL lengkap pada dasarnya sama dengan evaluasi di atas meja namun

didasarkan pada data lingkungan dan faktor-faktor pemajanan antropometri

sebenarnya yang didapat dari lapangan, bukan dengan asumsi atau simulasi.

Kajian ini membutuhkan data dan informasi tentang jalur pemajanan dan populasi

berisiko. Berikut ádalah langkah-langkah ARKL, baik ARKL Meja maupun

ARKL lengkap.

Berikut adalah langkah-langkah ARKL, baik ARKL Meja maupun ARKL

lengkap.

2.3.1 Hazard Identification (Identifikasi Bahaya)

Identifikasi bahaya, atau hazard identification, adalah tahap awal ARKL

untuk mengenali sumber risiko. Informasinya bisa ditelusuri dari sumber dan

penggunaan risk agent memakai pendekatan agent oriented (WHO, 1983).

Identifikasi bahaya juga bisa dilakukan dengan mengamati gejala dan penyakit

yang berhubungan dengan toksisitas risk agent di masyarakat yang telah

terkumpul dalam studi-studi sebelumnya, baik di wilayah kajian atau di tempat-

tempat lain. Penelusuran seperti ini dikenal sebagai pendekatan disease oriented

(WHO 1983). Dengan cara ini identifikasi keberadaan risk agent yang potensial

dan aktual dalam media lingkungan dapat digunakan untuk analisis dosis-respon

(Rahman, 2007).

Identifikasi bahaya dimulai dengan mengetahui besar toksisitas suatu

bahan (profil toksisitas), dengan mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi

Page 45: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

29  

Universitas Indonesia  

terkait toksisitas suatu bahan kimia. Studi pada tingkat sel dapat membantu untuk

mengetahui tingkat toksisitas kemudian studi pada hewan dan manusia dapat

memperlihatkan/ mengembangkan profil toksisitas suatu zat. Hazard

Identification adalah suatu proses mengenal semua bahaya dari suatu bahan

dengan potensinya untuk membahayakan individu atau lingkungan (Louvar &

Louvar, 1998).

Berdasarkan studi-studi yang dilakukan dengan hasil akhir efek yang

mungkin terjadi dapat disimpulkan, apakah hazard (bahan kimia) tersebut dapat

membahayakan kesehatan manusia. Dengan menggunakan penggabungan antara

studi pada hewan atau pengamatan pada populasi manusia, dapat dilakukan studi

epidemiologi untuk membuktikan toksisitas suatu hazard . Studi pada manusia

akan sangat jelas memberikan gambaran toksisitas hazard tersebut pada manusia,

akan tetapi akan membutuhkan banyak waktu dan uang, serta seringkali terdapat

variable yang sulit dikontrol (Gilbert, 2004).

2.3.2 Exposure Assessment (Analisis Pemajanan)

Exposure atau Pemajanan adalah proses yang menyebabkan organisme

kontak dengan bahaya. Pemajanan adalah penghubung antara bahaya dan risiko.

Pemajanan dapat terjadi karena risk agent terhirup dalam udara, tertelan bersama

air atau makanan, terserap melalui kulit atau kontak langsung dalam kasus radiasi

(Kolluru et al, 1996).

Exposure assessment atau Analisis pemajanan disebut juga penilaian

kontak, bertujuan untuk mengenali jalur-jalur pajanan risk agent agar jumlah

asupan yang diterima individu dalam populasi berisiko bisa dihitung (Rahman,

1997).

Page 46: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

30  

Universitas Indonesia  

Tabel 2.2 Aspek – aspek Dalam Analisis Pajanan

No Aspek Keterangan

1. Agent Biologis, kimia dan fisika Agent tunggal, campuran dan berganda 2. Sumber Antropogenik/non antropogenik, area/titik, Bergerak /diam, indoor/outdoor 3. Media pembawa Udara, air, tanah, debu, makanan dan produk 4. Jalur pajanan Menghirup udara yang terkontaminasi, makan makanan yang terkontaminasi, menyentuh permukaan benda 5. Konsentrasi pajanan mg/m3(udara), mg/kg(makanan), mg/liter(air) 6. Rute pajanan Inhalasi, ingesti, kontak kulit, rute berganda 7. Durasi Detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, seumur hidup 8. Frekwensi Kontinu, intermiten, bersiklus, acak 9. Latar pajanan Pemukiman/bukan pemukiman, lingkungan kerja/bukan lingkungan kerja, indoor/outdoor 10. Populasi terpajan Populasi, sub populasi, individu 11. Lingkup geografis Tempat/sumber spesifik, local, regional, nasional, internasional, global 12. Kerangka waktu Masa lalu, masa sekarang, masa depan, trend

Sumber : Kolluru et al (1996) dalam Sianipar (2009)

Penilaian pajanan dinilai dengan menilai rute pajanan yang paling banyak

terjadi, seperti melalui oral/ingesti, inhalasi atau kulit/absorbsi. Seberapa banyak

absorbsi yang mungkin diterima dari tiap rute pajanan tersebut, informasi terkait

jumlah (konsentrasi), durasi dan frekwensi pajanan yang mungkin diterima.

Tempat pajanan terjadi merupakan salah satu identifikasi pajanan, seperti pajanan

terjadi di sekolah rumah, tempat kerja atau area lain, informasi ini dapat

membantu dalam menentukan populasi berisiko. Informasi populasi terpajan

mungkin dapat digunakan untuk merancang studi yang cocok pada penelitian

hazard dan untuk langkah selanjutnya, yaitu hubungan dosis respon. Penilaian

pajanan adalah evaluasi kualitatif dan kuantitatif kemungkinan asupan bahan

kimia melalui makanan dari suatu sumber (IPCS, 2009).

Risk agent bisa berada di dalam tanah, di udara, air, atau pangan seperti

ikan, daging, telur, susu, sayur-mayur dan buah –buahan (Rahman, 2007). Asumsi

efek agent merugikan dapat terjadi pada pajanan oral, inhalasi dan absorbsi kulit

dengan material yang mengandung agent tertentu. Perhitungan dengan

menggunakan rumus Intake persamaan (1) (Louvar and Louvard, 1998) , yaitu :

Page 47: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

31  

Universitas Indonesia  

(1)

I = Asupan (intake), mg/kg/hari

C = Konsentrasi risk agent, mg/M3 untuk medium udara, mg/L untuk

air minum, mg/kg untuk makanan atau pangan

R = Laju asupan atau konsumsi, M3/jam untuk inhalasi, L/hari untuk

air minum, g/hari untuk makanan

tE = Lama pajanan, jam/hari

fE = Frekuensi pajanan, hari/tahun

Dt = Durasi pajanan, tahun (real time

atau proyeksi, 30 tahun untuk nilai

default residensial)

Wb = Berat badan, kg

tavg

= Perioda waktu rata-rata (Dt×365 hari/tahun untuk zat nonkarsinogen, 70

tahun×365 hari/tahun untuk zat karsinogen)

Konsentrasi risk agent dalam media lingkungan diperlakukan menurut

karakteristik statistiknya. Jika distribusi konsentrasi risk agent normal, bisa

digunakan nilai arithmetic meannya. Jika distribusinya tidak normal, harus

digunakan log normal atau mediannya. Normal tidaknya distribusi konsentrasi

risk agent bisa ditentukan dengan menghitung coefficience of variance (CoV),

yaitu SD dibagi mean. Jika CoV ≤20% distribusi dianggap normal dan karena itu

dapat digunakan nilai mean.

Sebelum nilai default nasional tersedia berdasarkan hasil survey maka tE,

fE

dan Wb

hasil studi pencemaran udara di 9 kota padat transportasi (Nukman et al.

2005) dapat dipakai sebagai nilai numerik faktor antropometri pemajanan. Nilai

numerik lainnya terpaksa harus diambil dari Exposure Factors Handbook (EPA

1990). Nilai numerik beberapa variabel Persamaan (1) dicantumkan dalam Tabel

4. Tabel ini mungkin belum mencukupi karena ada beberapa kasus dengan tata

guna lahan (land use) lain belum tercantum. US-EPA mengingatkan bahwa data

Page 48: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

32  

Universitas Indonesia  

setempat yang spesifik bisa menghasilkan nilai default berbeda dengan Tabel 4,

tergantung dari karakteristik antropometri dan pola aktivitas populasi yang

bersangkutan.

Tabel 2.3 Beberapa nilai default faktor-faktor pemajanan

a untuk menghitung asupan

berbagai jalur pajanan Tata Guna

Lahan Jalur

pajanan Asupan Harian Frekwensi

Pajanan (hari/tahun)

Durasi Pajanan (tahun)

Berat badan (kg)

Residensial

Industri & Komersial

Pertanian

Rekreasi

Air minum Tanah & debu (tertelan) Inhalasi (terhirup) Air minum Tanah & debu (tertelan) Tanaman pekarangan Air minum Tanah & debu (tertelan) Inhalasi (terhirup) Ikan tangkapan

2 L (dewasa)

1 L (anak-anak)

200 mg (anak-anak) 100mg (dewasa)

20 M3 (dewasa)

12 M3 (anak-anak)

1 L

50 mg

42 g (buah) 80 g (sayur)

2 L (dewasa)

1 L (anak-anak)

200 mg (anak-anak)

100 mg (dewasa)

20 M3 (dewasa)

54 g

350

350

350 350

350

350

250

250

350

350

350 350

350

350

30

6

6 24

30

6

25

25

30

30

6 24

30

30

70 kg 55 kgb

15 kg

15 kg 70 kg 55 kgb

70 kg 55 kgb

15 kg

70 kg 55 kgb

70 kg 55 kgb

70 kg 55 kgb

70 kg 55 kgb

15 kg

15 kg 70 kg 55 kgb

70 kg 55 kgb

70 kg 55 kgb

aKecuali disebutkan, semua angka berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA, 1990). bNukman et al (2005) Sumber : Rahman (2007)

Page 49: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

33  

Universitas Indonesia  

2.3.3 Dose-respons assessment (Penilaian dosis-respon)

Analisis dosis-respon, disebut juga dose-response assessment atau toxicity

assessment, menetapkan nilai-nilai kuantitatif toksisitas risk agent untuk setiap

bentuk spesi kimianya. Toksisitas dinyatakan sebagai dosis referensi (reference

dose, RfD) untuk efek-efek nonkarsinogenik dan Cancer Slope Factor (CSF) atau

Cancer Unit Risk (CCR) untuk efek-efek karsinogenik.

Analisis dosis-respon merupakan tahap paling menentukan karena ARKL

hanya bisa dilakukan untuk risk agent yang sudah ada dosis-responnya. RfD

adalah toksisitas kuantitatif nonkarsinogenik, menyatakan estimasi dosis pajanan

harian yang diprakirakan tidak menimbulkan efek merugikan kesehatan meskipun

pajanan berlanjut sepanjang hayat (IPCS 2004a). Dosis referensi dibedakan untuk

pajanan oral atau tertelan (ingesi, untuk makanan dan minuman) yang disebut RfD

(saja) dan untuk pajanan inhalasi (udara) yang disebut reference concentration

(RfC).

Dalam analisis dosis-respon, dosis dinyatakan sebagai risk agent yang

terhirup (inhaled), tertelan (ingested) atau terserap melalui kulit (absorbed) per kg

berat badan per hari (mg/kg/hari). Respon atau efek nonkarsinogenik, yang

disebut juga efek sistemik, yang ditimbulkan oleh dosis risk agent tersebut dapat

beragam, mulai dari yang tidak teramati yang sifatnya sementara, kerusakan organ

yang menetap, kelainan fungsional yang kronik, sampai kematian. Dosis yang

digunakan untuk menetapkan RfD adalah yang menyebabkan efek paling rendah

yang disebut NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) atau LOAEL (Lowest

Observed Adverse Effect Level). NOAEL adalah dosis tertinggi suatu zat pada

studi toksisitas kronik atau subkronik yang secara statistik atau biologis tidak

menunjukkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia sedangkan

LOAEL berarti dosis terendah yang (masih) menimbulkan efek. RfD atau RfC

diturunkan dari NOAEL atau LOAEL menurut Persamaan (2):

(2)

Page 50: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

34  

Universitas Indonesia  

UF adalah uncertainty factor (faktor ketidakpastian) dengan UF1

= 10

untuk variasi sensitivitas dalam populasi manusia (10H, human), UF2

= 10 untuk

ekstrapolasi dari hewan ke manusia (10A, animal), UF3

= 10 jika NOAEL

diturunkan dari uji subkronik, bukan kronik, UF3

= 10 bila menggunakan LOAEL

bukan NOAEL dan MF adalah modifying factor bernilai 1 s/d 10 untuk

mengakomodasi kekurangan atau kelemahan studi yang tidak tertampung UF.

Menentukan dosis-respon suatu risk agent sangat sulit, membutuhkan data

dan informasi studi toksisitas yang asli dan lengkap, ahli-ahli kimia, toksikologi,

farmakologi, biologi, epidemiologi dan spesialis-spesialis lain yang berhubungan

dengan toksisitas dan farma-kologi zat. Namun, saat ini RfD, RfC, SF dan UCR

zat-zat kimia dalam berbagai spesi, termasuk fomulanya, telah ada dalam

pangkalan data Integrated Risk Information System dari US-EPA (IRIS 2007)

yang tersedia di http://www.epa.gov/iris dan pangkalan data TOXNET di

http://www.nlm/ yang lebih besar daripada IRIS. Ada ratusan spesi kimia zat yang

telah dimasukkan ke dalam daftar IRIS dan sudah ditabulasi (Louvar and Louvar

1998) sehingga bisa langsung digunakan (Rahman, 2007).

Di bawah ini adalah dosis-respon benzena untuk efek nonkarsinogenik dan

karsinogenik.

Tabel 2.4 Dosis-respon Kuantitatif Nonkarsinogenik dan Karsinogenik Benzena

Dosis-respon Kuantitatif Nonkarsinogenik Dosis-respon Kuantitatif Karsinogenik

RfC Efek Sumber Data CSF Efek Sumber Data

3 x 10⁻² mg/M³, di

konversi ke dalam

satuan

(mg/kg/hari) :

0,03 mgM³

+ 20M³

harix 1

70kg

= 0,0086

Penurunan

jumlah

limposit

Penelitian

Rothman et al.,

1996 pada

pajanan

inhalasi di

lingkungan

kerja

2,73E-02

(mg/kg/hari)⁻1

Leukemia Rinsky et al.,

1981, 1987;

Paustenbach et

al., 1993;

Crump and

Allen, 1984;

Crump, 1992,

1994; U.S.

EPA, 1998

Page 51: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

35  

Universitas Indonesia  

2.3.4 Risk characterization (Karakterisasi risiko)

Karakterisasi risiko adalah penghubung antara risiko dengan manajemen

risiko. Asupan manusia (intake) dibandingkan dengan konsentrasi acuan (RfD

atau RfC). Rasio antara asupan dengan RfD atau RfC dikenal dengan bilangan

risiko (Risk quotients), disingkat RQ. Dalam Analisa Risiko Kesehatan

Lingkungan (ARKL), RQ menyatakan kemungkinan risiko yang potensial terjadi.

Semakin besar RQ di atas 1, semakin besar pula kemungkinan risiko itu terjadi.

Dan sebaliknya, jika nilai RQ kurang dari 1, maka semakin kecil kemungkinan

risiko kesehatan itu terjadi (Kolluru et al, 1996 dalam Sianipar, 2009).

Rahman (2007) menyebutkan bahwa Karakteristik risiko kesehatan

dinyatakan sebagai Risk Quotient (RQ, Tingkat Risiko) untuk efek-efek

nonkarsinogenik (ATSDR 2005; EPA 1986; IPCS 2004; Kolluru 1996; Louvar

and Louvar 1998) dan Excess Cancer Risk (ECR) untuk efek-efek karsinogenik

(EPA, 2005). RQ dihitung dengan membagi asupan nonkarsinogenik (Ink

) risk

agent dengan RfD atau RfC-nya menurut Persamaan (3):

(3)

Hasil perhitungan RQ akan diketahui:

a. Jika RQ > 1 maka konsentrasi agent berisiko dapat menimbulkan efek

merugikan kesehatan

b. Jika RQ ≤ 1 maka konsentrasi agent belum berisiko dapat menimbulkan efek

merugikan kesehatan

ECR dihitung dengan mengalikan CSF dengan asupan karsinogenik risk agent (Ik)

menurut Persamaan (4):

ECR = CSF× Ik

(4)

Page 52: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

36  

Universitas Indonesia  

EPA membatasi ECR pada rentang 10-4 sampai dengan 10-6, ECR

dinyatakan sebagai jumlah penduduk yang terkena efek merugikan yang dapat

terkenan efek yang merugikan yang dapat berkembang sebagai kanker untuk

setiap 10.000, 100.000 atau 1.000.000 penduduk.

2.3.5 Risk management (Manajemen risiko)

Berdasarkan karakterisasi risiko, dapat dirumuskan pilihan-pilihan

manajemen risiko untuk meminimalkan RQ dan ECR dengan memanipulasi

(mengubah) nilai faktor-faktor pemajanan yang tercakup dalam Persamaan (1)

sedemikian rupa sehingga asupan lebih kecil atau sama dengan dosis referensi

toksisitasnya. Pada dasarnya hanya ada dua cara untuk menyamakan Ink

dengan

RfD atau RfC, yaitu menurunkan konsentrasi risk agent atau mengurangi waktu

kontak. Ini berarti hanya variabel-variabel Persamaan (1) tertentu saja yang bisa

diubah-ubah nilainya (Rahman, 2007).

Manajemen risiko adalah proses pengambilan keputusan yang

menyertakan pertimbangan politik, sosial, ekonomi dan faktor-faktor tehnis yang

relevan dengan informasi yang didapat dari penilaian risiko, yang berhubungan

dengan bahaya. Manajemen risiko digunakan untuk membangun, menganalisa,

memilih dan mengimplementasikan pilihan untuk mengurangi risiko. Risk

manajemen terdiri dari 3 elemen, evaluasi risiko, pengendalian emisi dan pajanan,

serta monitoring risiko (IPCS, 2009).

 

Page 53: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

  

Universitas Indonesia  

BAB 3

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI

OPERASIONAL

3.1 Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan kepustakaan mengenai benzena dan analisis resiko

kesehatan akibat pajanan benzena , maka dapat disusun kerangka teori sebagai

berikut:

3.2 Kerangka Konsep

Proses sejak analisis pajanan sampai dengan penilaian resiko kesehatan

pajanan benzena pada manusia membutuhkan variabel konsentrasi, laju asupan,

lama pajanan, frekwensi pajanan, durasi pajanan, berat badan dan periode waktu

rata – rata.

37

Page 54: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

38  

Universitas Indonesia  

3.3 Definisi Operasional Variabel Definisi

Operational Alat ukur Cara ukur Skala

Urin trans,trans-Muconic Acid

Konsentrasi Biomarker pajanan benzene dalam urin

Liquid Chromatography Mass Spectra (LCMS)

Pengukuran Lab. Kesda Provinsi DKI Jakarta

Rasio

Konsentrasi (C)

Konsentrasi Benzena dalam udara inhalasi karyawan SPBU

Kalkulator ESB 7.1.0. Tabel logaritma

Konversi dengan persamaan persamaan Ghittori, S, et al. (1994): log (MA, mg/g creatinine) = 0,429 log (A-benzen ppm) – 0,304

Rasio

Laju Inhalasi (R)

Banyaknya udara yang dihirup manusia dewasa (karyawan) M3 per jam.

Default US - EPA 0,83 M3/jam

Literatur Rasio

Lama Pajanan (t

E )

Jumlah jam karyawan terpajan Benzena inhalasi dalam satu hari

Nukman et al (2005), Kep Menaker No. 102/Men/VI/2004 8 jam

Literatur Rasio

Frekuensi Pajanan (f

E)

Jumlah hari karyawan terpajan Benzena inhalasi dalam satu tahun

Default US - EPA 350 hari/tahun

Literatur

Rasio

Durasi Pajanan (D

t)

Lamanya karyawan terpajan Benzena dari udara inhalasi

Pajanan real time, 3 tahun

dan proyeksi

30 tahun untuk nilai default residensial

kuesioner mewawancarai karyawan dan literatur

Rasio

Berat badan (W

b)

Berat badan karyawan pada waktu penelitian

Secca (Timbangan dengan ketelitian 0,1 kg)

Mengukur berat badan karyawan

Rasio

Periode waktu rata-rata (t

avg)

Periode waktu rata-rata karyawan terpajan Benzena dari udara ambien

Proyeksi: Untuk efek non karsinogenik : 30 tahun x 365 hari/tahun Untuk efek karsinogenik : 70 tahun x 365 hari/tahun

Literatur Rasio

Page 55: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

39  

Universitas Indonesia  

Variabel Definisi Operational

Alat ukur Cara ukur Skala

Intake/asupan (I)

Banyaknya benzena yang masuk kedalam tubuh karyawan SPBU melalui saluran pernapasan per satuan berat badan per hari.

Rumus

Berdasarkan perhitungan dengan rumus

Rasio

RfC Estimasi jumlah maksimum agen (bahan kimia) per kilogram berat badan dimana populasi yang terpajan setiap hari selama hidupnya tidak menyebabkan risiko kesehatan (IPCS, 2009)

berdasarkan US EPA untuk Benzene = 3 x 10-2 mg/M3, laju asupan 20 M3/hari, 70 kg berat badan, maka didapat RfC sebesar 0,0086 mg/kg/hari

Konversi Rasio

CSF toksisitas kuantitatif karsinogenik , menyatakan estimasi dosis pajanan harian yang diprakirakan tidak menimbulkan efek merugikan kesehatan meskipun pajanan berlanjut sepanjang hayat (IPCS 2009)

CSF berdasarkan The Risk Assessment Information System untuk Benzene = 2.73E-02 (mg/kg/hari)⁻1

Literatur Rasio

Karakteristik Risiko efek non karsinogenik (RQ)

Perbandingan asupan dengan RfC RQ > 1: Kemungkinan berpotensi terjadinya efek yang merugikan bagi kesehatan karyawan RQ ≤ 1 Kemungkinan belum atau tidak berpotensi terjadinya risiko efek yang merugikan bagi kesehatan karyawan

Perhitungan dengan pendekatan bilangan risiko atau risk Quotient (RQ) Rumus:

Berdasarkan perhitungan dengan rumus

Rasio

Karakterisrik Risiko efek karsinogenik (ECR)

Perkalian asupan dengan CSF

Rumus : ECR = CSF× I

k

Berdasarkan perhitungan dengan rumus

Rasio

 

Page 56: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

Universitas Indonesia

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Studi

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah

desain analisis risiko kesehatan lingkungan. Paradigma analisis risiko untuk

kesehatan masyarakat pertama kali diusulkan oleh National Academy of Sciences

of the United States of America tahun 1983 dan difokuskan pada penilaian risiko

efek kanker terhadap pajanan bahan kimia melalui makanan. Pengambilan

keputusan di bidang kesehatan masyarakat terhadap risiko yang mungkin terjadi

dari pajanan bahan kimia, menghasilkan beberapa keputusan yang dapat diambil.

Tujuan utama adalah untuk mengimplementasikan aksi dari manajemen risiko

yang dapat menurunkan risiko itu sendiri. Proses pengambilan keputusan terdiri

dari 3 langkah utama. Penelitian, penilaian risiko dan manajemen risiko (IPCS.

2009).

Adapun IPCS (2009) memberikan langkah-langkah penilaian risiko

sebagai berikut :

a) Identifikasi bahaya (hazard identification) dengan mengumpulkan informasi

terkait zat/bahan yang akan diteliti, baik karakteristik ataupun toksisitasnya;

b) Analisis pajanan (exposure assessment), yaitu dengan menilai rute pajanan

(inhalasi), jumlah pajanan, serta durasi dan frekuensi;

c) Analisis efek (dose-response assessment), yaitu mengidentifikasi efek

merugikan yang diakibatkan oleh zat/bahan tersebut, dan;

d) Karakteristik risiko (risk characterization), yaitu memperkirakan risiko yang

mungkin muncul akibat pajanan.

4.2 Rancangan Sampel

4.2.1 Populasi Sampel

Subjek dalam penelitian ini adalah sebanyak 28 orang karyawan SPBU ‘X’

Jakarta Utara. 28 orang karyawan tersebut terdiri dari 19 orang adalah karyawan

operator mesin pompa bahan bakar minyak kendaraan, 6 orang adalah karyawan

40

Page 57: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

41

Universitas Indonesia

bagian administrasi, masing-masing 1 orang penjaga toko, keamanan, petugas

kebersihan.

4.2.2 Perhitungan Sampel

Dengan menggunakan tehnik Purposive Sampling, jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah 10 karyawan. 2 orang bekerja di dalam ruangan sebagai

karyawan administrasi, dan 8 orang bekerja di luar ruangan sebagai operator

mesin pompa bahan bakar minyak kendaraan.

4.2.3 Cara Pengambilan Spesimen Biologis

Sampel yang diambil adalah urin, yang diambil setelah akhir waktu kerja

(WHO, 1996). Satu sampel urin dikumpulkan pukul 15.00 sampai dengan 16.00

WIB setelah akhir waktu kerja shift pertama (06.00 sampai dengan 14.00),

terhadap 10 orang tersebut di atas. Pengumpulan urin menggunakan wadah dari

kaca. Jumlah sampel urin kira – kira 25 ml, jumlah yang cukup apabila akan

dilakukan analisa ulang (WHO, 1996).

4.2.4 Cara Pemeriksaan Spesimen Biologis

Penetapan kadar metabolit benzena dilakukan di Laboratorium Kesehatan

Daerah Provinsi DKI Jakarta, yang dilakukan dengan metode Liquid

Chromatography Mass Spectra. Adapun langkah-langkah pemeriksaan adalah

sebagai berikut :

1. Siapkan sampel, blanko dan QC (standar t,t-MA)

2. Siapkan tabung dan beri identitas

3. Pipet 2 mL sampel, blanko, QC ke dalam tiap tabung sesuai identitas

4. Buat deret standar

- 25 ppb ~ 50 uL dari standar t,t-MA 1 ppm

- 50 ppb ~ 100 uL dari standar t,t-MA 1 ppm

- 100 ppb ~ 200 uL dari standar t,t-MA 1 ppm

- 200 ppb ~ 400 uL dari standar t,t-MA 1 ppm

- 400 ppb ~ 800 uL dari standar t,t-MA 1 ppm

5. Catat seluruh identitas tabung ke dalam lembar kerja

Page 58: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

42

Universitas Indonesia

6. Siapkan seppak cartridge dan cuci dengan 3 mL methanol dan 3 mL

aquabidest, agar partikel aktif

7. Lewatkan sampel, blanko dan QC ke dalam seppak cartridge

8. Untuk mengikat t,t-MA, Cuci dengan 3 mL aquabidest, dilanjutkan dengan 3

mL Buffer Phospat 5 mMolar, pH 7 dan 3 mL asam asetat 1%

9. Agar t,t-MA turun, lakukan elusi dengan 4 mL asam asetat 4%

10. Sisanya diekstraksi 2 kali dengan 5 mL Ethyl asetat selama 30 menit

11. Pisahkan fasa organic ke dalam tabung yang lain

12. Keringkan fasa organic dengan gas N2

13. Larutkan kembali tabung 150 uL fase gerak

14. Pindahkan ke dalam vial ulir

15. Inject sampel dengan LCMS, untuk mendapatkan luas area sampel t,t-MA

terhadap urin

4.3 Pengumpulan Data

4.3.1 Pengumpulan data variabel independen

Pengumpulan data berupa berat badan dan durasi kerja didapat dengan

wawancara, dilakukan setelah selesai pekerjaan, menjelang pulang, kemudian

meminta kesediaan karyawan berkenan untuk diambil sampel urinnya.

4.3.2 Tempat dan waktu

Pengambilan sampel urin dilakukan di SPBU ’X” Jakarta Utara. Waktu

penelitian dilakukan dari bulan Nopember sampai dengan Desember 2010.

4.3.3 Pengorganisasian

Sebelum pengambilan data, dilakukan proses perijinan kepada pihak

SPBU ’X’ Jakarta Utara. Setelah itu, pengumpulan data dilakukan oleh 1 orang

(peneliti), yang akan mengambil sampel urin. Kegiatan dilakukan selama 1 hari,

waktu yang cukup untuk pengambilan sampel urin terhadap 10 orang.

Page 59: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

43

Universitas Indonesia

4.4 Analisis Data

Asumsi efek merugikan agen adalah hanya pada pajanan

inhalasi/pernapasan, yaitu menghirup udara yang mengandung Benzene.

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan Rumus Intake, yaitu:

Untuk melakukan perhitungan Nilai Intake, asumsi-asumsi yang digunakan yaitu:

1) Konsentrasi (C) agen didapat dengan melakukan konversi kandungan t,t-MA

dalam urin hasil pemeriksaan laboratorium (mg/M3)

2) Laju Asupan (R) 20 M3 untuk dewasa, berdasarkan US-EPA Default Exposure

Factor dengan efek pajanan bukan kanker atau tidak menyebabkan kanker.

3) Lama pajanan (tE

) 8 jam diperoleh dari peraturan jam kerja karyawan, dan

hasil penelitian Nukman et al (2005).

4) Frekuensi pajanan (fE) 350 hari per tahun berdasarkan US-EPA Default

Exposure Factor dengan efek pajanan bukan kanker atau tidak menyebabkan

kanker dan hasil penelitian Nukman et al (2005).

5) Durasi pajanan (Dt) 30 tahun untuk dewasa, berdasarkan US-EPA Default

Exposure Factor.

6) Berat badan (Wb), berat orang dewasa berdasarkan US-EPA Default Exposure

Factor dengan efek pajanan bukan kanker atau tidak menyebabkan kanker

adalah 70 kg, dan 55 kg berdasarkan Nukman et al (2005). Namun data berat

badan didapat dari pengambilan sampel berat badan pada karyawan.

7) Periode waktu rata-rata (tavg

) yaitu 365 hari selama 30 tahun untuk dewasa

berdasarkan faktor pajanan non-karsinogen dan 70 tahun untuk pajanan

karsinogen.

Dengan menggunakan asumsi – asumsi di atas, maka didapat Intake dalam

satuan mg/kg/hari. Penilaian dosis respon dihitung berdasarkan nilai RfC Benzena

sebesar 3 x 10-2 mg/M3 (US EPA) untuk efek nonkanker dan berdasarkan nilai

CSF Benzena sebesar 2.73E-02 mg/kg/hari (RAIS).

Page 60: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

44

Universitas Indonesia

Karateristik risiko nonkanker diketahui dengan melakukan perhitungan

dengan rumus:

a. Ink = Intake nonkanker dari hasil perhitungan penilaian pajanan (mg/kg/hari)

b. RfC = Dosis atau konsentrasi referensi (mg/M3) dalam perhitungan ini yang

dipergunakan adalah RfC karena pajanan melalui inhalasi.

Hasil perhitungan RQ akan diketahui

a) Jika RQ > 1 maka konsentrasi agen berisiko dapat menimbulkan efek

merugikan kesehatan.

b) Jika RQ ≤1 maka konsentrasi agen belum berisiko dapat menimbulkan efek

kesehatan.

Karateristik risiko kanker diketahui dengan melakukan perhitungan

dengan rumus:

ECR = CSF× Ik

a. Ik = Intake kanker dari hasil perhitungan penilaian pajanan (mg/kg/hari)

b. CSF = Dosis atau konsentrasi referensi (mg/kg/hari)⁻1 .

EPA membatasi ECR pada rentang 10-4 sampai dengan 10-6, ECR

dinyatakan sebagai jumlah penduduk yang terkena efek merugikan yang dapat

terkena efek yang merugikan yang dapat berkembang sebagai kanker untuk setiap

10.000, 100.000 atau 1.000.000 penduduk (Rahman, 2007).

Page 61: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

  

Universitas Indonesia  

BAB 5

HASIL

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi SPBU ‘X’ terletak di Jakarta Utara. SPBU ini memiliki 3 tempat

penyimpanan BBM bawah tanah untuk Premium, Pertamax dan Solar dengan

kapasitas secara berurutan adalah 90 ton, 26 ton dan 32 ton. Terdapat 5 mesin

pompa bahan bakar yaitu, 1 mesin pompa untuk Solar, 3 untuk premium dan 1

untuk Pertamax. Jumlah seluruh karyawan adalah sebanyak 28 orang, yang terdiri

dari 6 orang bagian administrasi (5 laki-laki, 1 perempuan), 19 orang operator

mesin bahan bakar minyak (9 laki-laki, 10 perempuan) dan masing-masing 1

orang laki-laki untuk petugas keamanan, petugas kebersihan dan penjaga toko.

Untuk operator mesin bahan bakar minyak, dari hari Senin sampai dengan

Jumat terbagi menjadi 3 shift. Shift pertama bertugas sejak pukul 06.00 sampai

dengan 14.00 WIB, Shift kedua bertugas sejak pukul 14.00 sampai dengan 22.00

WIB dan Shift ketiga bertugas sejak pukul 22.00 sampai dengan 06.00 WIB.

Sedangkan untuk hari Sabtu dan Minggu, hanya terbagi menjadi 2 Shift, Shift

pertama bertugas sejak pukul 06.00 sampai dengan 14.00 WIB dan Shift kedua

bertugas sejak pukul 14.00 sampai dengan 22.00 WIB.

5.2 Level t,t-MA dalam urin

Terdapat dua nilai level t,t-MA yang masuk ke dalam urin, yang pertama

menggambarkan level t,t-MA yang masuk ke dalam urin (µg/L ), dan yang kedua

adalah level t,t-MA setelah dilakukan koreksi terhadap creatinine (µg/g

creatinine). Tabel 5.1 adalah hasil pemeriksaan kadar t,t-MA dalam urin sebagai

biomarker pajanan benzena yang dilakukan pada bulan November 2010 pada

karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara.

45

Page 62: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

46  

Universitas Indonesia  

Tabel 5.1 Level t,t-MA dalam urin pada Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara No. Responden Konsentrasi

(µg/L) Creatinin (mg/dL)

Kadar (µg/g Creatinin)

1. Responden 1** 2,85 124 2,3 2. Responden 2** 15,33 338 4,54 3. Responden 3** 45,55 476,5 9,56 4. Responden 4* 38,51 421 9,15 5. Responden 5** 16,92 161 10,51 6. Responden 6* 8,71 75 11,62 7. Responden 7** 37,88 314,5 12,04 8. Responden 8** 25,27 121 20,88 9. Responden 9** 76,86 312,5 24,59 10. Responden 10** 214,01 291 73,54

*Karyawan administrasi **Operator mesin pompa BBM

Tabel 5.2 Distribusi Level t,t-MA dalam urin pada Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara

 

5.3 Distribusi Variabel Antropogenik Dan Pola Aktifitas Faktor-faktor

Pemajanan

5.3.1 Konsentrasi pajanan benzena

Untuk mendapatkan konsentrasi pajanan benzena dalam area pernapasan,

digunakan persamaan : log (MA, mg/g creatinine) = 0,429 log (A-benzen ppm) –

0,304 (Ghittori, S, et al, 1994). Responden pertama akan digunakan sebagai

contoh perhitungan.

Konsentrasi t,tMA dalam urin responden pertama sebesar 2.3 µg/g creatinin,

dikonversi ke dalam satuan mg/g creatinine, maka konsentrasi t,t-MA

responden pertama menjadi sebesar 0,0023 mg/g creatinine.

Konsentrasi pajanan benzene pada area pernapasan responden pertama dihitung

sebagai berikut :

Variabel Mean Median SD Minimal

Maksimal Skewness Std. Error

Level t,t-MA dalam urin

(µg/g Creatinin)

17,87 20,67150

2,3 2,588 6,5369

11,06 73,54

Page 63: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

47  

Universitas Indonesia  

log (MA, mg/g creatinine) = 0,429 log (A-benzen ppm) – 0,304 log 0,0023 = 0,429 log A – 0,304 log (2,3 x log 10-3) = 0,429 log A – 0,304 log 2,3 x log 10-3 = 0,429 log A – 0,304 log 2,3 – 3 = 0,429 log A – 0,304 0,3617 – 3 = 0,429 log A – 0,304 0,3617 – 3 + 0,304 = 0,429 log A -2,1243 = 0,429 log A log A = -2,1243 : 0,429 log A = -5,44 = 0,560 – 6 = log 3,63 – log 1000000 = log (3,63 : 1000000) = log 0.00000363 A = 0.00000363 ppm A = 0.00363 mg/M3

Tabel 5.3 Konsentrasi Pajanan Benzena Hasil Konversi kandungan t,t-MA Urin Pada

Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara

No. Responden Kandungan t,t-MA urin

(µg/g creatinine)

Kandungan t,t-MA urin

(mg/g creatinine)

Konsentrasi Pajanan Benzena

(mg/M3) 1. Responden 1** 2,3 0.0023 0.00363 2. Responden 2** 4,54 0.00454 0.0174 3. Responden 3** 9,56 0.00956 0.102 4. Responden 4* 9,15 0.00915 0.0911 5. Responden 5** 10,51 0.01051 0.126 6. Responden 6* 11,62 0.01162 0.1585 7. Responden 7** 12,04 0.01204 0.17 8. Responden 8** 20,88 0.02088 0.616 9. Responden 9** 24,59 0.02459 0.911 10. Responden 10** 73,54 0.07354 11.83

*Karyawan administrasi **Operator mesin pompa BBM

Konsentrasi pajanan benzena tertinggi sejumlah 11.83 mg/M³ pada

responden ke sepuluh. Sedangkan pajanan terendah pada responden pertama

dengan konsentrasi 0,00363 mg/M³. Ditemukan bahwa ternyata responden dengan

konsentrasi pajanan terendah adalah karyawan operator mesin pompa BBM

(responden pertama), jauh di bawah karyawan bagian administrasi (responden ke-

empat dan ke-enam).

Page 64: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

48  

Universitas Indonesia  

Tabel 5.4 Distribusi Konsentrasi Pajanan Benzen (mg/M³) Hasil Konversi kandungan

t,t-MA Urin pada Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara

Dari hasil analisis data didapatkan nilai mean dan median konsentrasi

pajanan benzena pada pekerja SPBU adalah 1,4026 mg/M³.dan 0,1423 mg/M³,

dengan nilai skewness 3,126. Artinya data konsentrasi pajanan benzena tidak

berdistribusi normal. sehingga nilai konsentrasi yang mewakili adalah nilai

median, yaitu 0,1423 mg/M³.

5.3.2 Umur Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara

Tabel 5.5 Distribusi Umur Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara

Diketahui bahwa rata-rata umur responden adalah 20 tahun dengan standar

deviasi 1,7 dan median 20 tahun. Umur minimal responden diketahui adalah 18

tahun dan maksimal 23 tahun.

Tabel 5.6 Umur Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara Umur

(tahun) Jumlah Persentase (%)

18 3 30 20 4 40 21 1 10 22 1 10 23 1 10

Total 10 100

Variabel Mean Median SD Minimal

Maksimal Skewness Std. Error

Konsentrasi Pajanan Benzen (mg/m³)

1,4026 3,67537

0,00363 3,126 1,16226

0,1423 11,83

Variabel Mean Median SD

Minimal

Maksimal

Umur (tahun)20

1,7 18

20 23

Page 65: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

49  

Universitas Indonesia  

Dari 10 responden diketahui sebanyak 4 orang beumur 20 tahun (20%) dan 3

orang berumur 18 tahun (30%). Sedangkan selain itu umur responden adalah lebih

dari 20 tahun.

5.3.3 Berat Badan Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara

Tabel 5.7 Distribusi Berat Badan Karyawan SPBU’X’ Jakarta Utara

Berat badan responden diketahui berdistribusi normal dengan rata-rata

50,3 kg (95% CI: 43,41-57,19) dengan standar deviasi 9,6. Berat badan terendah

38 kg dan yang tertinggi 64 kg, 95% dapat diyakini bahwa rata-rata berat badan

responden berada pada 43,41 sampai dengan 57,19 kg.

5.3.4 Lama Bekerja Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara

Tabel 5.8 Distribusi Durasi Kerja Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara

Dari hasil analisis data durasi kerja diketahui masa kerja responden

minimal 1 bulan dan maksimal 24 bulan atau 2 tahun. Nilai rata-rata yang didapat

adalah 9,5 bulan (95% CI: 4,68-14,32) dengan standar deviasi 6,7. Dari hasil

estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa masa kerja

responden berada pada 4,68 bulan sampai 14,32 bulan.

Variabel Mean Median SD Minimal

Maksimal 95% CI Skewness Std. Error

Berat Badan (kg) 50,3

9,62738

43,41-57,19 0,259 0,687 47,5 64

Variabel Mean Median SD Minimal

Maksimal 95% CI Skewness Std. Error

Lama Kerja / Dt (Bulan)

9,5 6,737

1 4,68-14,32 0,958 0,687

8 24

Page 66: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

50  

Universitas Indonesia  

5.4 Analisis Pemajanan dan Perhitungan Intake

Untuk melakukan analisis pajanan dilakukan perhitungan intake (asupan)

benzena dengan memasukan nilai variabel yang dibutuhkan dalam perhitungan.

Data konsentrasi yang dimasukan dalam perhitungan adalah data konsentrasi

pajanan atau konsentrasi Benzena dilingkungan yang didapat dari nilai kadar

Trans‐Trans‐Muconic Acid yang sudah diukur sebelumnya. Intake (asupan) yang

dihitung adalah berdasarkan kondisi pajanan realtime, 3 tahun (UU RI No. 13

Tahun 2003 tentang Ketenaga Kerjaan, batas waktu maksimal kontrak kerja

karyawan) dan lifetime.

Intake I

Perhitungan Intake Individu sebagai contoh akan dilakukan pada responden

pertama dengan data-data yang dimiliki oleh responden pertama, antara lain:

a Perhitungan Intake pada pajanan nonkanker.

I 0,00363 mg

M 0,83 mjam 8 jam

hr 350 hrth

14 th

47 kg 30 th 365 hrth

1,1E 05 mg/kg/hari

I 0,00363 mg

M 0,83 mjam 8 jam

hr 350 hrth 3 th

47 kg 30 th 365 hrth

4,94E 05 mg/kg/hari

I 0,00363 mg

M 0,83 mjam 8 jam

hr 350 hrth 30 th

47 kg 30 th 365 hrth

4,94E 04 mg/kg/hari

Perhitungan intake pajanan nonkanker dilakukan pada pajanan realtime, 3

tahun dan lifetime. Yang membedakan pajanan realtime, 3 tahun dan lifetime

Page 67: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

51  

Universitas Indonesia  

adalah nilai waktu/durasi pajanan, yaitu pada pajanan realtime durasi yang

diperhitungkan adalah durasi sebenarnya atau lama responden telah bekerja di

SPBU tersebut. Pada pajanan 3 tahun, nilai durasi yang digunakan adalah durasi

batas waktu maksimal kontrak kerja karyawan berdasarkan UU RI No. 13 Tahun

2003 tentang Ketenaga Kerjaan. Sedangkan pada pajanan lifetime nilai durasi

yang digunakan adalah nilai default untuk pajanan lifetime nonkanker, yaitu 30

tahun.

Nilai konsentrasi (C) adalah nilai konsentrasi pajanan pada responden

pertama, nilai laju inhalasi (R) adalah nilai default laju inhalasi (20 m3 per hari)

yang dikonvert kedalam jam, sehingga didapatkan nilai 0,83 m3/jam. Waktu

/lama pajanan (te), adalah nilai waktu pajanan responden selama 1 hari, yaitu 8

jam/hari. Nilai ini sama pada semua responden karena lama jam kerja responden

adalah 8 jam dalam 1 shift. Durasi pajanan (Dt) pada masing-masing responden

berbeda tergantung telah berapa lama responden bekerja. Nilai berat badan (Wb)

yang dimasukkan pada perhitungan analisis risiko pada individu adalah nilai berat

badan masing-masing individu yang pasti berbeda.

Tabel 5.9 Distribusi Intake (Asupan) efek nonkanker berdasarkan pajanan Benzena

realtime, 3 tahun dan lifetime pada Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara

No. Responden Realtime (mg/kg/hari)

3 tahun (mg/kg/hari)

lifetime (mg/kg/hari)

1. Responden 1** 1,1E-05 4,94E-05 4.94E-04 2. Responden 2** 5,79E-05 1,74E-04 1.74E-03 3. Responden 3** 3,18E-05 1,14E-03 1.14E-02 4. Responden 4* 6,26E-05 9,39E-04 9.39E-03 5. Responden 5** 7,46E-05 1,34E-03 1.34E-02 6. Responden 6* 5,93E-04 2,67E-03 2.67E-02 7. Responden 7** 5,75E-04 2,59E-03 2.59E-02 8. Responden 8** 2,73E-03 8,2E-02 8.20E-02 9. Responden 9** 6,07E-03 1,46E-02 1.46E-01 10. Responden 10** 2,33E-02 1,68E-01 1.68

*Karyawan administrasi **Operator mesin pompa BBM

Page 68: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

52  

Universitas Indonesia  

b Perhitungan Intake pada pajanan kanker

I 0,00363 mg

M 0,83 mjam 8 jam

hr 350 hrth

14 th

47 kg 70 th 365 hrth

4,7E 06 mg/kg/hari

I 0,00363 mg

M 0,83 mjam 8 jam

hr 350 hrth 3 th

47 kg 70 th 365 hrth

2,12E 05 mg/kg/hari

I 0,00363 mg

M 0,83 mjam 8 jam

hr 350 hrth 30 th

47 kg 70 th 365 hrth

2,12E 04 mg/kg/hari

Pada pajanan benzena yang dapat berakibat kanker, perhitungan yang dilakukan

hampir sama, yang berbeda hanya nilai periode waktu rata –rata pajanan untuk

kanker adalah 70 tahun.

Tabel 5.10 Distribusi Intake (Asupan) Efek Kanker Berdasarkan Pajanan Benzena realtime, 3 tahun dan lifetime Pada Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara

No. Responden Realtime

(mg/kg/hari) 3 tahun

(mg/kg/hari) lifetime

(mg/kg/hari) 1. Responden 1** 4.70E-06 2.12E-05 2.12E-04 2. Responden 2** 2.79E-05 1.25E-04 1.25E-03 3. Responden 3** 1.46E-04 4.37E-04 4.37E-03 4. Responden 4* 2.31E-05 4.16E-04 4.16E-03 5. Responden 5** 2.40E-04 7.19E-04 7.19E-03 6. Responden 6* 4.67E-04 7.00E-04 7.00E-03 7. Responden 7** 2.27E-05 8.17E-04 8.17E-03 8. Responden 8** 8.93E-04 4.02E-03 4.02E-02 9. Responden 9** 2.60E-03 6.24E-03 6.24E-02 10. Responden 10** 1.00E-02 7.20E-02 7.20E-01

*Karyawan administrasi **Operator mesin pompa BBM

Page 69: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

53  

Universitas Indonesia  

5.5 Karakteristik Risiko

Karakteristik risiko untuk efek nonkanker dapat diketahui dengan dengan

membagi nilai Intake dengan RfD atau RfC.

Asumsi setelah diketahui hasil RQ antara lain:

Jika RQ > 1 maka konsentrasi agen berisiko dapat menimbulkan efek

merugikan kesehatan.

Jika RQ ≤ 1 maka konsentrasi agen belum berisiko dapat menimbulkan efek

kesehatan.

Sedangkan karakteristik untuk efek kanker dapat diketahui dengan mengalikan

nilai Intake dengan nilai CSF.

ECR LADD atau Intake

a Perhitungan Risk Quotient (RQ) pada Individu untuk pajanan nonkanker

(pada responden pertama):

RQ 4.70E 06 mg/kg/hr

0,0086 mg/kg/hr0,0013

RQ 2.12E 05 mg/kg/hr

0,0086 mg/kg/hr0,0057

RQ 2.12E 04 mg/kg/hr

0,0086 mg/kg/hr0,057

Diketahui pada responden pertama RQ pada pajanan realtime, 3 tahun dan

pajanan lifetime berturut – turut adalah 0,0013; 0,0057 dan 0,057 (RQ ≤ 1), ini

menunjukan bahwa seluruh durasi pajanan belum memiliki risiko nonkanker.

Page 70: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

54  

Universitas Indonesia  

Tabel 5.11 Distribusi Risk Quotient (RQ) berdasarkan pajanan Benzena realtime, 3

tahun dan lifetime pada Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara

No. Nama Responden Realtime 3 tahun lifetime 1. Responden 1** 0.0013 0.0057 0.0574 2. Responden 2** 0.0067 0.0202 0.2021 3. Responden 3** 0.0037 0.1330 1.3302 4. Responden 4* 0.0728 0.1092 1.0922 5. Responden 5** 0.0087 0.1561 1.5610 6. Responden 6* 0.0689 0.3100 3.1005 7. Responden 7** 0.0669 0.3009 3.0087 8. Responden 8** 0.3180 0.9539 9.5395 9. Responden 9** 0.7054 1.6929 16.9295 10. Responden 10** 2.7141 19.5415 195.4149

*Karyawan administrasi **Operator mesin pompa BBM

Tabel 5.12

Distribusi Risk Quotient realtime, 3 tahun dan lifetime Berdasarkan Perhitungan Individu Pada Sampel Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara Risk

Quotient Jumlah Total

Orang Persentase RQ

realtime RQ ≤ 1 9 90

RQ > 1 1 10 10 RQ

3 tahun RQ ≤ 1

RQ > 1

8

2

80

20

10

RQ Lifetime RQ ≤ 1 2 20

RQ > 1 8 80 10

diketahui nilai RQ dari seluruh responden antara lain; pada pajanan realtime

terdapat 1 orang (10%) dengan nilai RQ>1 dan 9 orang (10%) dengan nilai RQ≤1,

Pada pajanan 3 tahun terdapat 2 orang (20%) dengan nilai RQ>1 dan 8 orang

(80%) dengan nilai RQ≤1, pada pajanan lifetime, terdapat 8 orang (80%) dengan

nilai RQ>1 dan 2 orang (20%) dengan nilai RQ≤1.

Page 71: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

55  

Universitas Indonesia  

b Perhitungan Risiko Kanker (ECR) Individu pada pajanan yang

mengakibatkan kanker (pada responden pertama):

ECR LADD atau Intake

ECR 4.70E 06 2,73 10 1.28E 07

ECR 2.12E 05 2,73 10 5.78E 07

ECR 2.12E 04 2,73 10 5.78E 06

Perhitungan risiko kanker (ECR) pada responden pertama pada pajanan realtime,

3 tahun dan lifetime berturut-turut adalah 1.28E 07, 5.78E 07 dan 5.78E 06.

ECR pada semua durasi pajanan belum memiliki resiko kanker terhadap karyawan

SPBU.

Tabel 5.13 Distribusi Excess Cancer Risk realtime , 3 tahun dan lifetime Berdasarkan

Perhitungan Individu Pada Sampel Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara No. Nama Responden realtime 3 tahun lifetime 1. Responden 1** 1.28E-07 5.78E-07 5.78E-06 2. Responden 2** 7.61E-07 3.42E-06 3.42E-05 3. Responden 3** 3.97E-06 1.19E-05 1.19E-04 4. Responden 4* 6.31E-07 1.14E-05 1.14E-04 5. Responden 5** 6.54E-06 1.96E-05 1.96E-04 6. Responden 6* 1.27E-05 1.91E-05 1.91E-04 7. Responden 7** 6.20E-07 2.23E-05 2.23E-04 8. Responden 8** 2.44E-05 1.10E-04 1.10E-03 9. Responden 9** 7.10E-05 1.70E-04 1.70E-03 10. Responden 10** 2.73E-04 1.97E-03 1.97E-02

*Karyawan administrasi **Operator mesin pompa BBM

Page 72: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

56  

Universitas Indonesia  

Tabel 5.14 Distribusi Excess Cancer Risk realtime, 3 tahun dan lifetime Berdasarkan

Perhitungan Individu Pada Sampel Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara Risk

Quotient Jumlah Total

Orang Persentase ECR

realtime ECR < 10⁻⁴ 9 90

ECR > 10⁻⁴ 1 10 10 ECR

3 tahun ECR < 10⁻⁴

ECR > 10⁻⁴

7

3

70

30

10

ECR lifetime ECR < 10⁻⁴ 2 20

ECR > 10⁻⁴ 8 80 10

Diketahui nilai ECR dari seluruh responden antara lain; pada pajanan realtime

terdapat 1 orang (10%) dengan nilai ECR>10−4

dan 9 orang (90%) dengan nilai

ECR<10−4

, pada pajanan 3 tahun terdapat 3 orang (30%) dengan nilai ECR>10−4

dan 7 orang (70%) dengan nilai ECR<10−4

, pada pajanan lifetime terdapat 8 orang

(80%) dengan nilai ECR>10−4

dan 2 orang (20%) dengan nilai ECR<10−4

.

5.6 Estimasi Risiko Populasi Karyawan SPBU yang Terpajan Benzena

Perhitungan Risiko populasi pada pajanan Benzena dilakukan pada durasi

pajanan realtime ,3 tahun dan lifetime. Yang membedakan perhitungan populasi

dengan individu adalah nilai variabel yang dimasukkan pada perhitungan ini

merupakan nilai yang mewakili nilai tiap-tiap variabel pada populasi.

Nilai konsentrasi (C) adalah nilai konsentrasi pajanan benzena yang

mewakili nilai pajanan pada populasi pekerja, yaitu 0,1423 mg/M³ yang didapat

dari perhitungan data yang didapat dengan melihat kenormalan data. Nilai laju

inhalasi (R) yang digunakan sama seperti pada perhitungan individu, yaitu nilai

default laju inhalasi (20 m3 per hari) yang dikonvert kedalam jam, sehingga

didapatkan nilai 0,83 m3/jam. Waktu/lama pajanan (te), adalah nilai waktu

pajanan responden selama 1 hari, yaitu 8 jam/hari. Nilai ini sama pada semua

responden karena lama jam kerja responden adalah 8 jam dalam 1 shift.

Durasi pajanan (Dt) pada masing-masing responden berbeda tergantung

telah berapa lama responden bekerja untuk pajanan realtime. Berdasarkan

Page 73: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

57  

Universitas Indonesia  

pengolahan data, diketahui bahwa data durasi responden bekerja berdistribusi

normal, sehingga durasi yang digunakan adalah data mean sebesar 9,5 bulan (0.8

tahun).

Pajanan 3 tahun dihitung untuk mempertimbangkan waktu maksimal

seorang karyawan diperkerjakan di dalam sebuah perusahaan. Sedangkan untuk

pajanan lifetime digunakan nilai default (30 tahun untuk nonkanker dan 70 tahun

untuk kanker). Nilai berat badan (Wb) yang dimasukkan pada perhitungan analisis

risiko populasi adalah nilai berat badan dari distribusi data yang dianggap

mewakili populasi, yaitu 50,3 kg.

Perhitungan Estimasi Populasi pada pajanan Benzena nonkanker adalah

sebagai berikut:

I 0,1423 mg

M 0,83 mjam 8 jam

hr 350 hrth 0,8 th

50,3 kg 30 th 365 hrth

0,00048 mg/kg/hari

I 0,1423 mg

M 0,83 mjam 8 jam

hr 350 hrth 3 th

50,3 kg 30 th 365 hrth

0,00181 mg/kg/hari

I 0,1423 mg

M 0,83 mjam 8 jam

hr 350 hrth 30th

50,3 kg 30 th 365 hrth

0,01808 mg/kg/hari

Berdasarkan perhitungan intake didapatkan nilai 0,00048 mg/kg/hari untuk

pajanan realtime, 0,00181mg/kg/hari untuk pajanan 3 tahun dan 0,01808 mg/kg/

hari untuk pajanan lifetime.

Perhitungan Risk Quotient:

RQ 0,00048 mg/kg/hr0,0086 mg/kg/hr

0,016

Page 74: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

58  

Universitas Indonesia  

RQ 0,00181 mg/kg/hr0,0086 mg/kg/hr

0,06

RQ 0,01808 mg/kg/hr0,0086 mg/kg/hr

0,6

Nilai estimasi risiko nonkanker (RQ) pada populasi pekerja SPBU yang

terpajan Benzena untuk pajanan realtime, 3 tahun dan lifetime berturut-turut

adalah 0,016; 0,06 dan 0,6. Dari nilai tersebut, diketahui bahwa karyawan

SPBU belum berisiko terkena efek nonkanker pada semua durasi pajanan.

Perhitungan Estimasi Populasi pada pajanan Benzen yang berakibat kanker

adalah sebagai berikut :

I 0,1423 mg

M 0,83 mjam 8 jam

hr 350 hrth 0,8 th

50,3 kg 70 th 365 hrth

0,0002 mg/kg/hari

I 0,1423 mg

M 0,83 mjam 8 jam

hr 350 hrth 3 th

50,3 kg 70 th 365 hrth

0,00077 mg/kg/hari

I 0,1423 mg

M 0,83 mjam 8 jam

hr 350 hrth 30th

50,3 kg 70 th 365 hrth

0,0077 mg/kg/hari

Pada perhitungan intake untuk risiko kanker didapatkan nilai 0,0002 mg/kg/hari

pada durasi realtime, 0,00077 mg/kg/hari untuk pajanan 3 tahun dan 0,0077 mg/

kg/hari pada durasi lifetime.

Page 75: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

59  

Universitas Indonesia  

Perhitungan Risiko kanker:

ECR 0,0002 2,73 10 5,58E 06

ECR 0,00077 2,73 10 2,12E 05

ECR 0,0077 2,73 10 2,12E 04

Nilai estimasi risiko kanker (ECR) pada populasi pekerja SPBU yang terpajan

Benzena untuk pajanan realtime, 3 tahun dan lifetime berturut-turut adalah

5,58E-06; 2,12E-05 dan 2,12E-04.

5.7 Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu upaya untuk melindungi populasi yang

terpajan dengan berbagai cara, dapat dengan menghindari kontak, mengurangi

kontak atau menggunakan alat perlindungan. Namun dalam perhitungan Analisis

Risiko Kesehatan, manajemen risiko yang dilakukan adalah dengan

memperhitungkan setiap komponen /variabel sehingga ditemukan batas aman

yang dapat melindungi populasi, yaitu dengan menurunkan konsentrasi pajanan,

mengurangi waktu keterpajanan atau durasi keterpajanan, dan frekuensi pajanan.

Pada prinsip ARKL, pengelolaan risiko nonkanker dilakukan apabila RQ

> 1 (nukman et al., 2005) dan ECR > 10-4. Upaya manajemen risiko dilakukan

dengan cara memanipulasi komponen yang ada kecuali nilai RfC, sehingga nilai

RQ = 1 untuk non karsinogenik dan nilai ECR = 10-4 untuk karsinogenik.

Dari hasil perhitungan untuk efek nonkanker, diketahui bahwa konsentrasi

benzena pada semua durasi pajanan belum berisiko dapat menimbulkan efek

merugikan kesehatan pada populasi karyawan SPBU (RQ ≤ 1), sehingga tidak

diperlukan suatu manajemen risiko. Pada perhitungan untuk efek kanker,

diketahui bahwa hanya pada durasi pajanan lifetime, konsentrasi benzena berisiko

dapat menimbulkan efek merugikan kesehatan pada populasi karyawan SPBU

(ECR > 10-4), sehingga diperlukan suatu manajemen risiko untuk melindungi

populasi karyawan SPBU yang terpajan.

Beberapa pilihan manajemen risiko yang dapat dilakukan antara lain

adalah menurunkan konsentrasi pajanan (C), mengurangi waktu kontak,

diantaranya dapat dilakukan dengan mengurangi lama pajanan (te), mengurangi

Page 76: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

60  

Universitas Indonesia  

frekuensi pajanan (fe) dan mengurangi durasi pajanan (dt). Menurunkan

konsentrasi pajanan dilakukan dengan menggunakan nilai batas ECR aman (10-4)

dan nilai CSF . Nilai ECR aman dibagi dengan nilai CSF untuk mendapatkan nilai

intake. Setelah diketahui nilai intake, nilai tersebut kemudian digunakan pada

persamaan (1).

Perhitungan intake pada kegiatan manajemen risiko efek karsinogenik

pada karyawan SPBU ‘X’ adalah sebagai berikut :

Intake = 10-4

0,0273

= 0.0037 mg/kg/hari 

a. Penurunan konsentrasi pajanan benzena

0.0037 mg/kg/hari = C mg

M3 × 0,833 M3

jam × 8 jamhr ×350 hr

th ×30 tahun

50,3 kg× 70 tahun ×365 hari

CmgM3 =

0,0037 mg/kg/hari× 50,3 kg× 70 tahun ×365 hari

0,833 M3

jam × 8 jamhr ×350 hr

th ×30 tahun

= 0,068 mg/M3

b. Mengurangi waktu kontak, diantaranya dapat dilakukan dengan mengurangi

lama pajanan (te), mengurangi frekuensi pajanan (fe) dan mengurangi durasi

pajanan (dt)

Mengurangi lama pajanan benzena (te)

0.0037 mg/kg/hari = 0,1423 mg

M3 × 0,833 M3

jam × te jamhr ×350 hr

th ×30 tahun

50,3 kg× 70 tahun ×365 hari

te jamhr

= 0,0037 mg/kg/hari× 50,3 kg× 70 tahun ×365 hari

0,1423 mgM3 × 0,833 M3

jam × 350 hrth ×30 tahun

= 3,8 jam/hari

Dibulatkan menjadi 4 jam dalam 1 hari kerja.

Page 77: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

61  

Universitas Indonesia  

Mengurangi frekuensi pajanan benzena (fe)

0.0037 mg/kg/hari = 0,1423 mg

M3 × 0,833 M3

jam × 8 jamhr ×fe hr

th ×30 tahun

50,3 kg× 70 tahun ×365 hari

fehrth

= 0,0037 mg/kg/hari× 50,3 kg× 70 tahun ×365 hari

0,1423 mgM3 × 0,833 M3

jam × 8 jamhr × 30 tahun

= 167,15 hari/tahun

Dibulatkan menjadi 167 hari/tahun.

Mengurangi durasi pajanan benzena (dt)

Durasi pajanan dapat langsung ditentukan sebesar 3 tahun terhadap

karyawan SPBU ‘X’, hasil perhitungan estimasi risiko kanker terhadap

populasi karyawan SPBU yang terpajan benzene dengan durasi pajanan 3

tahun ternyata belum berisiko untuk mendapatkan efek kanker pada

populasi tersebut.

Tabel 5.15 Data Hasil Perhitungan Pilihan Pengendalian Risiko Efek Kanker dengan

Menurunkan Konsentrasi, Lama, Frekwensi dan Durasi Pajanan Benzena yang aman Pada Populasi Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara

Komponen ARKL Data Awal Variabel Aman

Konsentrasi (C) 0,1423 mgM3 0,068

mgM3

Lama Pajanan (te) 8 jamhr

4 jamhr

Frekuensi pajanan (fe)

350 hari

tahun 167

haritahun

Durasi pajanan (fe) 30 tahun 3 tahun

 

Page 78: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

  

Universitas Indonesia  

BAB 6

PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan data primer dengan mengambil sampel urin

karyawan SPBU, untuk melihat level t,t-MA sebagai biomarker pajanan benzena.

Jika terdapat zat metabolit t,t-MA tersebut, maka dapat dibuktikan bahwa

karyawan tersebut telah terpajan benzena pada lingkungan kerja SPBU. Data

kemudian di analisis dengan analisis resiko kesehatan lingkungan untuk

memperkirakan kemungkinan resiko kesehatan yang akan muncul akibat pajanan

tersebut.

6.1 Sumber Pajanan Benzena di SPBU ‘X’

Terdapat beberapa sumber pajanan Benzena potensial pada SPBU ‘X’

Jakarta Utara. Sumber pajanan tetatp adalah di antaranya adalah 3 tempat

penyimpanan BBM bawah tanah untuk Premium, Pertamax dan Solar dengan

kapasitas secara berurutan adalah 90 ton, 26 ton dan 32 ton. Kemudian 5 mesin

pompa bahan bakar yaitu, 1 mesin pompa untuk Solar, 3 untuk premium dan 1

untuk Pertamax. Sedangkan sumber tidak tetap adalah yang berasal dari

pembakaran kendaraan bermotor yang mengantri untuk membeli bahan bakar

minyak pada SPBU tersebut.

6.2 Level t,t-MA dalam urin (µg/g creatinine)

Kadar Trans‐Trans‐Muconic Acid dari hasil pemeriksaan sampel urin

karyawan SPBU membuktikan terjadinya pajanan benzena terhadap populasi

karyawan SPBU. Dari hasil pemeriksaan tersebut, diketahui bahwa level

kandungan t.t-MA rata-rata 17,87 µg/g creatinine, dengan nilai maksimal 73,54

µg/g creatinine dan nilai minimal 2,3 µg/g creatinine. Nilai ini masih berada di

bawah nilai biological exposure indices (BEI), yang ditetapkan oleh ACGIH (500

µg/g creatinine). Namun hal tersebut tidak berarti populasi karyawan aman

terhadap efek merugikan dari pajanan benzena. ACGIH (2003) menyebutkan

bahwa Biological exposure indices (BEI) adalah nilai referensi yang dimaksudkan

untuk digunakan dalam praktik higiene industri sebagai pedoman atau

62

Page 79: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

63  

Universitas Indonesia  

rekomendasi untuk membantu dalam mengendalikan potensi bahaya kesehatan di

tempat kerja. Nilai referensi yang diberikan sebagai rekomendasi untuk praktik

yang baik tanpa jaminan bahwa nilai tersebut memberikan batas yang jelas antara

kondisi aman dan tidak aman. Sehingga kondisi tersebut tetap harus menjadi

sebuah perhatian, karena risiko terhadap timbulnya efek merugikan kesehatan

tetap menjadi ancaman bagi karyawan SPBU.

Level t,t-MA dalam urin pada karyawan SPBU ‘X’ masih lebih rendah jika

dibandingkan dengan hasil penelitian tentang kandungan t,t-MA pada operator

SPBU di Thailand (Wiwanitkit, 2001), dengan rentang level t,t-MA antara 4

sampai dengan 12,49 mg/g creatinine.

6.3 Distribusi Variabel Antropogenik Dan Pola Aktifitas Faktor-faktor

Pemajanan

6.3.1 Konsentrasi pajanan benzena

Data level t,t-MA yang didapat dikonversikan menjadi data konsentrasi

pemajanan berdasarkan persamaan : log (MA, mg/g creatinine) = 0,429 log (A-

benzen ppm) – 0,304 (Ghittori, S, et al, 1994).

Konsentrasi pajanan benzena tertinggi sejumlah 11.83 mg/M³ pada

responden ke sepuluh. Sedangkan pajanan terendah pada responden pertama

dengan konsentrasi 0,00363 mg/M³. Ditemukan bahwa terdapat 2 orang karyawan

pada bagian administrasi yang ternyata terpajan dengan konsentrasi pajanan yang

tidak rendah (responden ke empat dan ke-enam), lebih tinggi daripada beberapa

karyawan operator mesin pompa bahan bakar. Hal ini sangat dimungkinkan

karena walaupun pintu selalu dalam keadaan tertutup, aktifitas keluar masuk

karyawan dari dan ke ruang administrasi sangat sering terjadi, sehingga benzena

yang diemisikan dari beberapa sumber dilingkungan SPBU dengan mudah dapat

masuk ke dalam ruangan, kemudian akan terjadi akumulasi konsentrasi karena

tidak terjadi pengenceran udara. Selain itu, karyawan operator mesin pompa

melakukan absensi dan brifing setelah selesai bertugas di ruangan administrasi,

sehingga kulit dan pakaian kerja yang mereka gunakan dapat menghantarkan uap

benzena ke dalam ruangan akibat percikan atau tumpahan bahan bakar.

Page 80: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

64  

Universitas Indonesia  

Konsentrasi pajanan yang digunakan dalam perhitungan individu

merupakan konsentrasi dari masing-masing individu, sedangkan konsentrasi yang

digunakan untuk menghitung resiko populasi merupakan konsentrasi yang

mewakili populasi, dalam penelitian ini konsentrasi 0,1423 mg/M³, adalah nilai

median yang dianggap mewakili distribusi data yang tidak normal.

Jika dibandingkan dengan batas aman (NAB) yang ditentukan oleh

ACGIH, NIOSH dan OSHA (0,5 ppm, 0,1 ppm dan 1 ppm), konsentrasi benzena

di lingkungan SPBU ‘X’ masih berada jauh di bawah nilai NAB yang ditetapkan

untuk pajanan selama 8 jam di tempat kerja. Konsentrasi pajanan benzena pada

populasi karyawan SPBU ‘X’ sebesar 0,1423 mg/M³ atau setara dengan 0,044

ppm berdasarkan konversi pada suhu 200C dan tekanan normal atmosfir, 1 ppm =

3,2 mg/M3 (NIOSH, 2005 dan IPCS, 1993), dan masih pula jauh berada di bawah

estimasi ATSDR (2007) yang menyebutkan bahwa rata – rata pajanan benzena

terhadap pekerja pada area SPBU di dunia hanyalah sebesar 0,12 ppm.

Konsentrasi ini pun masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil

penelitian di Thailand dengan rentang konsentrasi pajanan antara 0,76 ppm

sampai dengan 4,14 ppm (Wiwatnitkit, 2001).

6.3.2 Berat Badan Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara

Besarnya nilai intake berbanding lurus dengan nilai konsentrasi bahan

kimia, laju asupan, frekuensi pajanan dan durasi pajanan, yang artinya semakin

besar nilai tersebut maka akan semakin besar asupan seseorang. Sedangkan

asupan berbanding terbalik dengan nilai berat badan dan periode waktu rata-rata,

yaitu semakin besar berat badan maka akan semakin kecil resiko kesehatannya.

Rata-rata berat badan pekerja 50,3 yang digunakan dalam perhitungan, namun

demikian dasar perhitungan ini mengacu pada EPA yang notabene menggunakan

pengukuran dengan dasar berat badan orang barat dewasa yaitu dengan nilai

default 70 tahun. Berdasarkan konsep ARKL semakin rendah berat badan maka

akan semakin beresiko, sehingga kemungkinan resiko orang Indonesia untuk

mendapatkan efek yang merugikan dari pajanan suatu bahan/zat lebih tinggi.

Page 81: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

65  

Universitas Indonesia  

6.3.3 Lama Bekerja Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara

Masa kerja karyawan SPBU 34.14310 di Sunter Jakarta Utara, rata-rata 9,5

bulan dengan 1 orang yang baru bekerja selama 1 bulan dan 1 orang pula yang

telah bekerja selama 2 tahun. Masa kerja sangat mempengaruhi pajanan dan nilai

asupan yang kemudian dapat menimbulkan resiko kesehatan. Undang – Undang

Republik Indonesia No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang

mengisyaratkan batas waktu maksimal 3 tahun bagi pengusaha untuk

memperkerjakan karyawan, secara tidak langsung memberikan perlindungan

kepada karyawan SPBU terhadap pajanan dan nilai asupan senyawa benzena

dalam waktu yang lebih lama.

EPA memperkirakan bahwa pajanan benzena seumur hidup pada

konsentrasi 4 ppb di udara akan menghasilkan 1 tambahan kasus leukemia dalam

10.000 orang yang terpajan (ATSDR, 2006).

6.4 Analisis Pemajanan dan Perhitungan Intake

Dalam penelitian ini perhitungan intake dilakukan dengan membedakan

durasi pajanan, yaitu durasi untuk pajanan realtime (perhitungan berdasarkan

waktu pajanan yang sebenarnya), pajanan 3 tahun dan pajanan lifetime (dengan

durasi pajanan seumur hidup). Pada pajanan nonkarsinogenik periode waktu rata-

rata selama 30 tahun untuk orang dewasa. Sedangkan pada karsinogenik selama

70 tahun. Nilai resiko (RQ) Pajanan nonkarsinogenik dapat diperhitungkan jika

diketahui nilai RfD atau RfC, sedangkan pada karsinogenik dapat diperhitungkan

jika diketahui nilai Slope Factor. Besarnya nilai intake berbanding lurus dengan

nilai konsentrasi bahan kimia, laju asupan, frekuensi pajanan dan durasi pajanan,

yang artinya semakin besar nilai tersebut maka akan semakin besar asupan

seseorang. Sedangkan asupan berbanding terbalik dengan nilai berat badan dan

periode waktu rata-rata, yaitu semakin besar berat badan maka akan semakin kecil

resiko kesehatan.

Dari hasil perhitungan dapat diketahui intake realtime (nk) pada populasi

karyawan SPBU adalah sebesar 0,00048 mg/kg/hari. Sedangkan intake 3 tahun

(nk) adalah sebesar 0,00181 mg/kg/hari, dan intake lifetime (nk) adalah sebesar

0,01808 mg/kg/hari.

Page 82: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

66  

Universitas Indonesia  

Dari hasil perhitungan dapat diketahui intake realtime (k) pada populasi

karyawan SPBU adalah sebesar 0,0002 mg/kg/hari. Sedangkan intake 3 tahun

adalah sebesar 0,00077 mg/kg/hari dan untuk intake lifetime (k) adalah sebesar

0,0077 mg/kg/hari.

Dari perhitungan tersebut, ternyata durasi pajanan sangat berpengaruh

terhadap nilai intake, semakin lama karyawan bekerja maka nilai intake akan

semakin tinggi dan risiko untuk mendapatkan efek yang merugikan kesehatan pun

akan semakin tinggi pula.

6.5 Karakteristik Resiko

Karakteristik resiko dapat ditentukan dari hasil perbandingan intake

dengan nilai dosis referensi yang diperbolehkan, dengan hubungan semakin besar

intake maka akan semakin besar resiko. Nilai RfC 0,03 dari Benzene adalah

0,0086 mg/kg/hr (EPA, 2003) dan nilai Slope Factor (SF) 2,73 x10-2

(http://rais.ornl.gov/tox/profiles/Benzene_ragsa.html). Nilai ini digunakan baik

pada pajanan realtime , 3 tahun maupun lifetime. Berdasarkan hasil perhitungan

didapatkan pekerja yang memiliki resiko kesehatan dengan pekerja yang belum

memiliki resiko kesehatan, hal ini dipengaruhi oleh besar asupan yang masuk

kedalam tubuh.

Pada pajanan realtime terdapat 1 orang karyawan (10%) dengan nilai

RQ>1 dan 9 orang karyawan (10%) dengan nilai RQ≤1, Pada pajanan 3 tahun

terdapat 2 orang karyawan (20%) dengan nilai RQ>1 dan 8 orang karyawan (80%)

dengan nilai RQ≤1, pada pajanan lifetime, terdapat 8 orang karyawan (80%)

dengan nilai RQ>1 dan 2 orang karyawan (20%) dengan nilai RQ≤1. Terdapat

peningkatan jumlah responden yang memiliki risiko efek nonkanker seiring

bertambahnya durasi pajanan.

Efek pajanan akut benzena dengan konsentrasi tinggi pada sistem syaraf,

kulit, sistem pernapasan dan pencernaan dapat segera terjadi setelah pajanan. Efek

Neurologis adalah efek yang pertama muncul di pusat sistem saraf. Reaksi

anestesi benzena di pusat sistem saraf mirip dengan gas anestesi lain, pertama

merangsang eksitasi diikuti oleh depresi, dan jika pajanan terus terjadi, kematian

Page 83: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

67  

Universitas Indonesia  

dapat terjadi karena kegagalan pernapasan. Efek pada kulit, pernapasan dan efek

gastrointestinal disebabkan sifat iritasi dari Benzene (ATSDR, 2007).

Pada risiko efek kanker, pajanan realtime terdapat 1 orang (10%) dengan

nilai ECR>10−4

dan 9 orang (90%) dengan nilai ECR<10−4

, pada pajanan 3 tahun

terdapat 3 orang (30%) dengan nilai ECR>10−4

dan 7 orang (70%) dengan nilai

ECR<10−4

, pada pajanan lifetime terdapat 8 orang (80%) dengan nilai ECR>10−4

dan 2 orang (20%) dengan nilai ECR<10−4

. Terdapat peningkatan jumlah

responden yang memiliki risiko efek kanker seiring bertambahnya durasi pajanan.

Tidak ada batas terendah yang aman terhadap pemajanan senyawa kimia

ini untuk mendapatkan resiko leukemia pada semua tingkat pajanan. WHO

memberikan peringatan bahwa setiap pajanan benzena setingkat 1 µg/M³ akan

terdapat 4 – 8 tambahan kasus leukemia per sejuta populasi selama masa hidup

(Larbey, 1994 dalam Haryanto 2005).

EPA, IARC, dan Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan

Amerika Serikat telah menyimpulkan bahwa benzena adalah karsinogen terhadap

manusia. Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Amerika Serikat

menetapkan benzena adalah karsinogen berdasarkan bukti yang menunjukkan

hubungan kausal antara paparan benzena dan kanker. IARC mengklasifikasikan

Benzene di Grup 1 (karsinogenik pada manusia), sedangkan EPA

mengklasifikasikan benzena dalam Kategori A (terbukti karsinogen pada

manusia) berdasarkan bukti yang meyakinkan pada manusia didukung oleh bukti

dari studi hewan. Benzena ditetapkan karsinogen pada manusia untuk semua rute

pajanan. Hematologi neoplasma seperti leukemia akut myelogenous telah

didokumentasikan terjadi pada pajanan kronis dengan konsentrasi rendah (10

ppm).

6.6 Estimasi Resiko Populasi Karyawan SPBU ‘X’yang Terpajan Benzen

Dari hasil perhitungan estimasi resiko nonkanker (RQ) terhadap populasi

karyawan SPBU pada pajanan realtime sebesar 0,016, pada pajanan 3 tahun

sebesar 0,06 dan pajanan lifetime sebesar 0,6.

Nilai estimasi risiko kanker (ECR) pada populasi pekerja SPBU yang

terpajan benzena untuk pajanan realtime, 3 tahun dan lifetime berturut-turut

Page 84: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

68  

Universitas Indonesia  

adalah 5,58E-06; 2,12E-05 dan 2,12E-04. Dari nilai tersebut, hanya pada pajanan

lifetime yang memiliki risiko untuk mendapatkan efek kanker (ECR>10 ),

artinya bahwa semua responden karyawan SPBU memiliki risiko mendapatkan

efek kanker untuk durasi pajanan lifetime, sehingga diperlukan manajemen resiko

lebih lanjut.

6.7 Manajemen Risiko

Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan pada prinsipnya harus dilakukan

dalam bentuk pengelolaan resiko jika nilai RQ>1 dan ECR>10-4. Manajemen

resiko yang dapat dilakukan antara lain menurunkan konsentrasi pajanan (C),

mengurangi waktu kontak, diantaranya dapat dilakukan dengan mengurangi lama

pajanan (te), mengurangi frekuensi pajanan (fe) dan mengurangi durasi pajanan

(dt).

Menurunkan konsentrasi pajanan yang aman dilakukan dengan

mengganti nilai intake dengan nilai RfC pada pajanan nonkanker, sedangkan nilai

komponen lain yang digunakan sesuai dengan keadaan saat sampling. Nilai RfC

dianggap sebagai nilai asupan aman sehingga didapatkan nilai konsentrasi aman.

Perlakuan perhitungan yang sama dilakukan pada pajanan efek kanker, namun

nilai yang menggantikan nilai intake adalah nilai CSF = 2,73 x10-2 mg/kg/hr.

Dari perhitungan, diketahui bahwa seluruh karyawan pada seluruh durasi

pajanan belum memiliki resiko untuk mendapatkan efek nonkanker (RQ≤1),

sehingga tidak diperlukan manajemen resiko lebih lanjut. Sedangkan untuk risiko

kanker, diketahui bahwa hanya pada pajanan lifetime karyawan SPBU memiliki

risiko mendapatkan efek kanker (ECR 2,12E-04), artinya terdapat 2 orang dalam

10.000 populasi yang kemungkinan berisiko mendapatkan efek kanker sehingga

membutuhkan manajemen risiko lebih lanjut.

Konsentrasi pajanan benzena terhadap karyawan SPBU ‘X’ tergantung

pada kandungan benzena dalam bahan bakar minyak dan dipengaruhi oleh kondisi

pencemaran benzena pada udara ambient di lingkungan SPBU. Sedangkan

variable waktu berhubungan dengan ketentuan/peraturan kerja yang telah

disepakati antara karyawan dan manajemen SPBU, yang mengaju kepada

peraturan ketenagakerjaan. Hasil perhitungan pada kegiatan manajemen risiko

Page 85: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

69  

Universitas Indonesia  

terhadap konsentrasi, lama, frekwensi dan durasi pajanan berturut-turut adalah

0,068 mg/M3, 4 jam/hari, 167 hari/tahun dan 3 tahun.

Dari hasil tersebut, pilihan yang dapat diambil sebagai upaya pengedalian

efek karsinogenik bagi populasi karyawan SPBU ‘X’, dengan konsentrasi pajanan

benzena sebesar 0,1423 mg/M3, lama pajanan 8 jam/hari, frekwensi pajanan 350

hari/tahun dengan berat badan 50,3 kg , adalah menetapkan durasi pajanan paling

lama adalah 3 tahun. Dan bila melihat peraturan ketenagakerjaan di Indonesia

(UU RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga Kerjaan) yang mengisyaratkan

mengenai kontrak kerja maksimal 3 tahun terhadap seorang karyawan, maka

pilihan manajemen risiko di atas sangat tepat, karena secara tidak langsung

peraturan tersebut ternyata memberikan perlindungan bagi karyawan SPBU ‘X’

untuk menghindari efek kanker akibat pajanan benzena di SPBU.

Penggunaan masker half mask respirator with organic vapor catridge

pada konsentrasi pajanan benzena kurang atau sama dengan 10 ppm (Gunawan,

2000), dapat dijadikan sebagai alternatif lain, apabila dikemudian hari terjadi

perubahan kondisi/ peraturan yang memungkinkan manajemen SPBU ‘X’ untuk

memperkerjakan karyawan secara tetap atau lebih lama dari 3 tahun.

.

 

Page 86: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

Universitas Indonesia

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian analisis risiko pajanan benzena pada pekerja SPBU

dapat disimpulkan beberapa hal antara lain:

1. Karyawan pada SPBU ‘X’ dapat diklasifikasikan sebagai pekerja dengan

resiko tinggi pajanan Benzena. Mereka secara konstan terpajan benzena karena

berada pada lingkungan yang mengemisikan benzena yang berasal dari mesin

pompa bahan bakar minyak saat pengisian BBM, gudang penyimpanan bahan

bakar minyak, serta yang dikeluarkan oleh knalpot kendaraan pada saat antrian

pengisian bahan bakar.

2. Karyawan SPBU ‘X’ Jakarta Utara berdasarkan pemeriksaan laboratorium,

ternyata terbukti telah terpajan benzene, dengan indikator t,t-MA dalam urin,

dengan nilai maksimal 73,54 µg/g creatinine, nilai minimal 2,3 µg/g creatinine

dan nilai rata – rata 17,87 µg/g creatinine, masih berada jauh di bawah nilai

biological exposure indices (500 µg/g creatinine).

3. t,t-MA dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi Benzena pada wilayah

pernapasan karyawan SPBU ‘X’.

4. Dari hasil hasil konversi level t,t-MA dalam urin, didapatkan bahwa

konsentrasi pajanan benzena terhadap populasi karyawan SPBU ‘X’ Jakarta

Utara sebesar 0,1423 m/M3, atau setara dengan 0,044 ppm. Nilai ini masih

berada jauh di bawah nilai ambang batas. Jika dibandingkan dengan beberapa

standar (ACGIH, NIOSH, OSHA) serta Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja no

01 tahun 1997 yang diadopsi menjadi SNI no 19-0232-2005 tahun 2005

tentang nilai ambang batas zat kimia di lingkungan kerja.

5. Populasi karyawan SPBU ‘X’ belum memiliki risiko untuk mendapatkan efek

nonkanker pada semua durasi pajanan (RQ≤1).

6. Populasi karyawan SPBU ‘X’ memiliki risiko mendapatkan efek kanker pada

durasi pajanan lifetime (ECR>10−4

).

70

Page 87: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

71

Universitas Indonesia

7. Berdasarkan perhitungan manajemen resiko efek kanker yang dapat diambil

adalah menetapkan durasi pajanan paling lama adalah 3 tahun terhadap

populasi karyawan SPBU ‘X’.

7.2 Saran

Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Kepada manajemen SPBU ‘X’ Jakarta Utara

a. Menetapkan masa kerja karyawan tidak boleh lebih dari 3 tahun.

b. Pelaksanaan absensi dan briefing pada SPBU ‘X’ Jakarta Utara setelah

selesai bertugas agar tidak dilakukan di dalam ruang administrasi, karena

dapat menambah konsentrasi pajanan benzena di dalam ruangan, yang

berasal dari pakaian/kulit yang terciprat bahan bakar minyak dan

pernapasan eskhalasi dari karyawan operator mesin pompa bahan bakar

minyak sesaat setelah selesai bertugas.

Sebuah penelitian mengenai penggunaan alat pelindung diri (Gunawan,

2000) berupa half mask respirator catridge tipe for organic vapors pada

pajanan benzena, menghasilkan terjadinya penurunan bermakna kadar fenol

dalam urin terhadap pekerja, dan dengan mempertimbangkan agent yang

sama, hal tersebut dapat pula diterapkan terhadap pajanan benzena dengan

biomarker t,t-MA dalam urin.

c. Pemeriksaan secara berkala kadar Biomarker pajanan benzene, terutama

t,t-MA, untuk memantau kondisi konsentrasi benzena pada udara ambient/

area pernapasan karyawan SPBU.

2. Kepada Pemerintah dalam hal ini Menteri Tenaga Kerja

Meninjau kembali nilai ambang batas yang telah ditetapkan untuk konsentrasi

benzena di lingkungan kerja, karena konsentrasi yang sedikit pun ternyata

memiliki efek kanker terhadap karyawan SPBU. yang telah ditetapkan saat ini

(10 ppm).

Page 88: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

72

Universitas Indonesia

3. Bagi PT. Pertamina

Di masa depan, PT. Pertamina perlu membuat SPBU dengan sistem swalayan,

sehingga populasi beresiko terhadap pajanan Benzena semakin berkurang.

4. Bagi Universitas Indonesia

Perlunya penelitian lebih lanjut dengan memperbesar sampel dari beberapa

SPBU dari beberapa daerah, sehingga hasil serta manajemen risiko yang

didapat mewakili populasi karyawan SPBU di Indonesia

Page 89: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

  

Universitas Indonesia  

DAFTAR PUSTAKA

Albertini, R, et al. (2006). The Use of Biomonitoring Data in Exposure and Human Health. USA. Environmental Health Perspectives, Volume 114.

Ardyani,G. (2010). Analisis Resiko Kesehatan Anak Sekolah dasar Akibat Pengkonsumsian jajanan Yang Mengandung Formalin Pada Dua Sekolah Di Kecamatan Pancoranmas, Depok 2010 [Skripsi]. Depok. FKM-UI.

AIHA. (2004). Biological Monitoring: A Practical Field Manual. AIHA Guideline 1.

ATSDR. (2006). Case Studies in Environmental Medicine, Benzene Toxicity. U.S. Department of Health and Human Service.

ATSDR. (2007). Toxicological Profile for Benzene. U.S. Department of Health and Human Service.

Cocco, P, et al. (2002). Trans,trans -Muconic acid excretion in relation to environmental exposure to benzene. Italy. University of Cagliari.

Ducos, P, et al. (1992). trans,trans-Muconic acid, a reliable biological indicator for the detection of individual benzene exposure down to the ppm level. France. International Archives of OCC Environmental Health.

Egeghy, P, P, et al. (2000). Environmental and Biological Monitoring of Benzene during Self-Service Automobile Refueling. USA. Environmental Health Perspectives, Volume 108, Number 12.

EPA. (2004). User’s Guide Biomarkers Data Base. SER’S GUIDE Biomarkers Database. USA. Environmental Protection Agency’s.

Ghittori, S, et al. (1994). Evaluation of occupational exposure to benzene by urinalysis. Italy. University of Pavia,

Gunawan, S. (2000). Manfaat Pemakaian Masker Terhadap Perubahan Kadar Fenol Dalam Urin Akibat Pajanan Benzene di Unit Penatalaksanaan Limbah PT. V Kalimantan Timur, 2000 [Thesis]. Depok. FKM-UI. 

Haryanto, B. (2005). Dampak Kesehatan Pencemaran Udara. Urbant Air Quality Improvement Project. Jakarta. Bappenas.

IPCS (2009). Environmental Health Criteria 239.Principles for Modelling Dose – Response For The Risk Assessment of Chemical. Human Exposure Assessment. WHO.

IPCS (2000). Environmental Health Criteria 214. Human Exposure Assessment. WHO. UNEP.

IPCS (1993). Environmental Health Criteria 150. Benzene. WHO. Inoue, O, et al. (1989). Urinary Trans, Trans-Muconic Acid as an indicator of

exposure to benzene. Japan. Tohoku University School of Medicine. Integrated Risk Information System. (2003). Benzene; CASRN 71-43-2;

04/17/2003. http://www.epa.gov/IRIS/subst/0276.htm#carc (Diakses 11 Desember 2010).

Jakubowski, M and Malgorzata. (2005). Biological Monitoring of exposure : Trends and keys development. Poland. Nofer Institut of Occupational Medicine.

Keenan, J,J, et al. (2009). Gasoline: A complex chemical mixture or a dangerous vehicle for benzene exposure. USA. ChemRisk, Inc., San Francisco, CA.

73

Page 90: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

74  

Universitas Indonesia  

Kongtip, et al. (2009). Trans Muconic Acid by Gas Chromatography in Gasoline Service Attendants.

Larry K. Lowry. (2003). Biological Exposure Indices (BEIs) Process and Use. USA. ACGIH. 

Liu, L, et al. (1996). Urine level of trans, trans-muconic acid used as an index of internal dose of exposure to benzene.

Louvar FL and Louvar BD. (1998). Health and Environmental Risk Analysis Volume 2. New Jersey, Prentice Hall PTR.

Maywati, Sri. (2000). Hubungan Lama Pemaparan Senyawa Benzena Dalam Bahan Bakar Motor Dengan Kadar Hemoglobin Darah Operator SPBU di Semarang, Studi Kasus Pada 6 Lokasi SPBU di Semarang [Tesis]. Semarang. FKM-UNDIP. 

Medeiros, A, M, et al. (1996). Potensial Biomarkers of Benzene Exposure. Journal of Toxicology and Environmental Health, Part A, 51: 6, 519 — 539. USA. Exxon Biomedical Sciences, Inc. 

Michael S. Morgan. (1996). The Biological Exposure Indices: A Key Component in Protecting Workers from Toxic Chemicals. Washington. Department of Environmental Health, University of Washington, Seattle.

NIOSH. (2005). Pocket Guide to Chemical Hazards. http://www.bt.cdc.gov/agent/benzene/basics/facts.asp (Diakses 10 Nopember 2010.

Needham LL, et al. (1999). Exposure assessment: serum levels of TCDD in Seveso, Italy.

Nukman, A. (2005). Analisis Dan Manajemen Resiko Kesehatan Pencemaran Udara, Studi Kasus di Sembilan Kota Besar Padat Transportasi. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 4 No. 2, 270-289. Indonesia. Subdit Pengendalian Dampak Pencemaran Udara, Ditjen P2M & PL Depkes RI dan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri FKM-UI, Depok.

Presiden Republik Indonesia. (2003). Undang Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenaga Kerjaan. Indonesia. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39.

P J Boogaard, N J van Sittert. (1995). Biological monitoring of exposure to benzene: a comparison between S-phenylmercapturic acid, trans,trans-muconic acid, and phenol. Netherlands. Shell Internationale Petroleum Maatschappij BV.

Paustenbach, D and Galbraith, D. (2006). Biomonitoring and Biomarkers: Exposure Assessment Will Never Be the Same. USA. ChemRisk Inc, Environmental Health Perspectives, Volume 114, Number 8.

Pudyoko, S. (2010). Hubungan Pajanan Benzene dengan Kadar Fenol Daalam Urin dan Gangguan Sistem Hematopoietic pada Pekerja Instalasi BBM [Tesis]. Semarang. FKM-UNDIP.

PT. Pertamina. (2009). Info SPBU. http://sppbe.pertamina.com/spbu.aspx#spbu2 (Diakses tanggal 10 Nopember).

Rahman, A. (2007). Public Health Assessment : Model Kajian Prediktif Dampak Lingkungan dan Aplikasinya untuk Manajemen Risiko Kesehatan. Depok. Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri FKM-UI.

Ramon, A. (2007). Analisis Paparan Benzena Terhadap Profil Darah Pada Pekerja Industri Pengolahan Minyak Bumi [Tesis]. Semarang. FKM-UNDIP.

Page 91: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

75  

Universitas Indonesia  

Sianipar, R, H. (2009). Analisis Resiko Paparan Hydrogen sulfida Pada Masyarakat Sekitar TPA Sampah Terjun kecamatan Medan Marelan [Tesis]. Medan. FKM-USU.

Suwansakri, J and Wiwanitkit, V. (2000). Urine Trans, Trans-Muconic Acid Determination For Monitoring of Benzene Exposure in Mechanics. Bangkok. Chulalongkorn University. 

Snyder, R. (2009). A century of research on the hematotoxic effects of benzene and aims of the Symposium. USA. The State University of New Jersey School of Pharmacy and the Environmental and Occupational Health Sciences Institute, Piscataway, NJ, USA.

Scherer, G, et al.(1998). Analysis and evaluation of trans,trans-muconic acid as a biomarker for benzene exposure.

Slorach, S, A. (1991). Measurement of Metabolites as Indicators of Exposure to Chemicals, Methods for Assessing Exposure of Human and Non-Human Biota. USA. Scope.

Tennessee University. (2009). RAGs A Format for Benzene - CAS Number 71432. http://rais.ornl.gov/tox/profiles/Benzene_ragsa.html (Diakses 13 Desember 2010).

Thummachinda, S. (2002). High Urine Trans, Trans-Muconic Acid Levels Among Fishermen From a Thai Rural Village. Bangkok. Chulalongkorn University.

Wiwanitkit, V, et al. (2007). A Correlative Study on Red Blood Cell Parameters and Urine Trans, Trans-Muconic Acid in Subjects with Occupational Benzene Exposure.

WHO. (2000). Air Quality Guidelines for Europe. Geneva. World Health Organisation.

WHO. (1996). Biological Monitoring of Chemical Exposure in the Work place Guidelines, Volume 2. Geneva. WHO.

Workplace Health and Safety Queensland. (2010). Benzene Health Surveillance Guidelines. Australia. Department of Justice and Attorney-General.

Wiwanitkit, V, et al. (2001). Urine Trans, Trans-Muconic Acid as Biomarker for Benzene Exposure in Gas Attendants in Bangkok, Thailand. Bangkok. Chulalongkorn University.

Xia-Min Hu, et al. (2006). High-performance Liquid Chromatographic Determination of Urinary Trans, Trans-Muconic Acid Excreted by Workers Occupationally Exposed to Benzene. China. Wuhan University of Science and Technology.

 

Page 92: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010
Page 93: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010
Page 94: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010
Page 95: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010
Page 96: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010
Page 97: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010
Page 98: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010
Page 99: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010
Page 100: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010
Page 101: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010
Page 102: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010
Page 103: Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level Trans Trans Muconic Acid Dalam Urin Pada Karyawan SPBU X Jakarta Utara 2010

3  

Universitas Indonesia  

LAMPIRAN

KUESIONER No.__

Terimakasih atas kesediaan dan kerjasamanya untuk menjawab kuesioner

kegiatan penelitian ini. Kuesioner ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang

masa kerja karyawan sebagai variable perhitungan dalam penelitian yang

dilakukan penulis.

Petunjuk pengisian kuesioner (untuk pewawancara)

V. Nama Pewawancara : ________________________

• Isi bagian pertanyaan yang digaris bawahi

• Beri tanda silang pada angka di depan jawaban yang tersedia

• Lakukan kegiatan penimbangan berat badan dengan alat yang telah

disediakan untuk pertanyaan mengenai berat badan

VI. Identitas Responden

15. Nama : _________________

16. Jenis Kelamin : _________________

17. Umur : _________________

18. Berat Badan : _________________

19. Sudah berapa lama bekerja : _________________

20. Berapa lama bekerja dalam satu hari? : _________________

21. Jenis pekerjaan apa yang dilakukan di SPBU ‘X’?

5. Pengisian BBM kendaraan

6. Pekerjaan Administrasi