hubungan pajanan kebisingan dengan tekanan …

17
HUBUNGAN PAJANAN KEBISINGAN DENGAN TEKANAN DARAH TINGGI PADA TEKNISI LOKOMOTIF DI DIPO LOKOMOTIF JATINEGARA TAHUN 2017 Fahreza Mohamad Aditama dan Sri Tjahyani Budi Utami Kesehatan Lingkungan , Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Kesehatan Lingkungan , Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Email: [email protected] Abstrak Dipo Lokomotif Jatinegara merupakan tempat perawatan lokomotif kereta api yang menghasilkan bising dalam pekerjaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan di Dipo Lokomotif Jatinegara dan mencari faktor-faktor seperti usia, masa kerja, perilaku merokok, konsumsi alkohol, riwayat keturunan, obesitas serta pemakaian alat pelindung telinga (APT) dengan terjadinya penyakit tekanan darah tinggi. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional dan jumlah sampel yang didapatkan sebanyak 51 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran tingkat kebisingan pada area Monthly Check dan Daily Check Dipo Lokomotif serta pajanan bising harian secara langsung di lapangan. Penyakit tekanan darah tinggi diukur melalui alat Spyhgmomanomter. Hasil pengukuran tingkat kebisingan di area Daily Check dipo lokomotif diketahui berada diatas Nilai Ambang Batas. Hasil pengukuran tekanan darah tinggi dari 51 responden diperoleh teknisi yang menderita tekanan darah tinggi sebanyak 13 orang (25,5%). Analisis pajanan bising efektif dengan terjadinya hipertensi menggunakan uji chi square diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan. Namun, analisis antara masa kerja dan tingkat obesitas dengan terjadinya hipertensi mendapatkan hasil hubungan yang signifikan. Sedangkan analisis antara variabel umur, riwayat keturunan, penggunaan APT, konsumsi alkohol dan merokok dengan terjadinya hipertensi diperoleh hubungan yang tidak signifikan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan gangguan hipertensi yang dialami teknisi lebih disebabkan oleh masa kerja dan obesitas. Rekomendasi yang diberikan yaitu penggunaan alat pelindung telinga yang sesuai secara konsisten dan rotasi pekerja per area baik DC atau MC dilakukan dengan jangka waktu yang tidak terlalu lama. Kata kunci: teknisi perawatan lokomotif, hipertensi, kebisingan area, pajanan bising efektif Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017

Upload: others

Post on 08-Nov-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN PAJANAN KEBISINGAN DENGAN TEKANAN …

HUBUNGAN PAJANAN KEBISINGAN DENGAN TEKANAN DARAH

TINGGI PADA TEKNISI LOKOMOTIF

DI DIPO LOKOMOTIF JATINEGARA TAHUN 2017

Fahreza Mohamad Aditama dan Sri Tjahyani Budi Utami

Kesehatan Lingkungan , Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Kesehatan Lingkungan , Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak

Dipo Lokomotif Jatinegara merupakan tempat perawatan lokomotif kereta api yang menghasilkan bising dalam pekerjaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan di Dipo Lokomotif Jatinegara dan mencari faktor-faktor seperti usia, masa kerja, perilaku merokok, konsumsi alkohol, riwayat keturunan, obesitas serta pemakaian alat pelindung telinga (APT) dengan terjadinya penyakit tekanan darah tinggi. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional dan jumlah sampel yang didapatkan sebanyak 51 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran tingkat kebisingan pada area Monthly Check dan Daily Check Dipo Lokomotif serta pajanan bising harian secara langsung di lapangan. Penyakit tekanan darah tinggi diukur melalui alat Spyhgmomanomter. Hasil pengukuran tingkat kebisingan di area Daily Check dipo lokomotif diketahui berada diatas Nilai Ambang Batas. Hasil pengukuran tekanan darah tinggi dari 51 responden diperoleh teknisi yang menderita tekanan darah tinggi sebanyak 13 orang (25,5%). Analisis pajanan bising efektif dengan terjadinya hipertensi menggunakan uji chi square diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan. Namun, analisis antara masa kerja dan tingkat obesitas dengan terjadinya hipertensi mendapatkan hasil hubungan yang signifikan. Sedangkan analisis antara variabel umur, riwayat keturunan, penggunaan APT, konsumsi alkohol dan merokok dengan terjadinya hipertensi diperoleh hubungan yang tidak signifikan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan gangguan hipertensi yang dialami teknisi lebih disebabkan oleh masa kerja dan obesitas. Rekomendasi yang diberikan yaitu penggunaan alat pelindung telinga yang sesuai secara konsisten dan rotasi pekerja per area baik DC atau MC dilakukan dengan jangka waktu yang tidak terlalu lama. Kata kunci: teknisi perawatan lokomotif, hipertensi, kebisingan area, pajanan bising efektif

Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017

Page 2: HUBUNGAN PAJANAN KEBISINGAN DENGAN TEKANAN …

Association Between Noise Exposure with Hypertension in Locomotive Technician at

Jatinegara Locomotive Depot 2017

Abstract

Jatinegara Locomotive Depot is a place of locomotive maintanance where produce noise in daily basis. The purpose of this research is to describe noise level at Dipo Lokomotif and determine factors between age, duration of work, smoking habit, alcohol consumption, heredity, obesity and use of hearing protective equipment with hypertension . This research using cross sectional study with total sample 51 people. Collecting data is done by noise level meter at daily check and monthly check area. Hypertension is measured with Spyhgmomanomter. The result is noise level at Daily Check above threshold value. 13 out of 51 respondens (25,5 %) suffered hypertension. Based on statistic analysis done with chi square test showed no significant relationship between noise dose effective, age, heredity, use of hearing protective equipment, alcohol consumption and smoke with hypertension. However, duration of work and obesity found significally associated with hypertension. Recommendation for this problem to utilization of hearing personal protective equipment consistently and rotating between technician in DC or MC with a period of not too long.

Keywords: Locomotive Technician, hyperetension, noise area, noise dose effective

Pendahuluan

Kereta api adalah salah satu transportasi umum yang banyak digunakan dalam

kehidupan modern. Salah satu kegiatan pengelolaan kereta api adalah melakukan kegiatan

perawatan lokomotif atau gerbong. Kegiatan perawatan lokomotif dan gerbong akan

menghasilkan bahaya kesehatan kerja yang memajan para teknisi yang ada di lingkungan

kerja dipo perawatan. Salah satu bahaya tersebut berasal dari lingkungan fisik yaitu

kebisingan. Menurut Permenaker No 13 Tahun 2011 kebisingan diartikan sebagai semua

suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat alat produksi dan/atau alat alat kerja

yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

Tekanan darah atau hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat di negara maju

dengan prevalensi global sebesar 30-40% di populasi usia dewasa (Hajjar,2008). Dengan

prevalensi terbesar berada di Benua Afrika sebesar 46% dan terendah di Benua Eropa sebesar

35 %(WHO, 2008). Di Indonesia sendiri, penderita hipertensi dengan umur diatas 18 tahun

sebesar 26,5% dengan prevalensi hipertensi di Provinsi DKI Jakarta mencapai 20 %

(Riskedas,2013). ). Di lingkungan Daop 1 Jakarta PT Kereta Api Indonesia(Persero) jumlah

pegawai yang menderita hipertensi menduduki peringkat teratas dalam data penyakit Top 10

di Klinik Manggarai .

Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017

Page 3: HUBUNGAN PAJANAN KEBISINGAN DENGAN TEKANAN …

Kegiatan Perawatan lokomotif di area Monthly Check (MC) dan Daily Check (DC) di

Dipo Lokomotif Jatinegara menimbulkan kebisingan yang tinggi dan dalam waktu yang lama.

Kebisingan dengan intensitas tinggi dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan non

auditory salah satunya adalah gangguan sistem endokrin yang terjadi terhadap para teknisi.

Salah satu tanda gangguan endokrin seseorang terganggu adalah adanya kenaikan tekanan

darah, jika terus menerus akan menyebabkan tekanan darah tinggi/hipertensi.

Oleh karena itu, adanya bahaya bising pada proses kerja perawatan lokomotif yang

memajan teknisi inilah yang membuat peneliti ingin mengetahui hubungan antara tekanan

darah tinggi dengan intensitas kebisingan yang diukur pada teknisi kereta api Dipo Lokomotif

Jatinegara Tahun 2017.

Tinjauan Teoritis

Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 46 Tahun 1996 , kebisingan

adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu

yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Menurut

World Health Organization (1999) terdapat berbagai macam sumber kebisingan yang dapat

memberi dampak bagi masyarakat, yaitu kebisingan dari industri, transportasi dan dari

pemukiman dan area hiburan. Sementara untuk jenis jenis sumber, menurut Buchari (2007),

bising dikelompokkan menjadi Irritating noise atau bising yang mengganggu,

Damaging/injurious noise atau bising yang merusak, dan Masking noise atau bising yang

menutupi.

Bising yang dianggap merusak atau mengganggu ketika melewati suatu nilai ambang

batas. Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Trasnmigrasi (Permenkertrans) nomor 13

Tahun 2011, Nilai ambang batas adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebgai

kadar/intensitas rata rata tertimbang waktu( time weighed average ) yang dapat diterima

tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, sehari-hari untuk waktu

tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam perbulan (Permenakertrans,2011).

Bising memiliki dampak terhadap semua aspek khususnya pada kesehatan.

Kebisingan memiliki banyak efek kesehatan sehingga kebisingan dijadikan sebagai fokus

kesehatan masyarakat meskipun belum ditangani secara serius. Beberapa dari efek kesehatan

dari kebisingan adalah Noise Induced Heading Loss (NIHL), gangguan ketika tidur,

Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017

Page 4: HUBUNGAN PAJANAN KEBISINGAN DENGAN TEKANAN …

perubahan tekanan darah, iritasi dan penurunan performa di tempat kerja dan sekolah(Goines

and Hagler, 2007). Konsep model kebisingan mempengaruhi kesehatan bisa dilihat dalam

gambar.

Gambar 1 Konsep model kebisingan mempengaruhi kesehatan

Sumber: (Transportation noise exposure and children’s health and cognition,2008)

Salah satu gangguan akibat kebisingan adalah gangguan kardiovaskular, termasuk

gangguan tekanan darah tinggi /Hiperrtensi. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan

darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolic ≥90mmHg. Menurut banyak

penelitian, hipertensi berasosiasi dengan penyakit kardiovaskular, obesitas, atherosclerosis,

hyperuricacidema (Yeh et al, 2009). Hipertensi juga dapat mempengaruhi struktur dan fungsi

dari pembuluh arteri kecil, arterioles da pembuluh darah lainnya dan dapat menyebabkan

kerusakan pada suatu tingkat tertentu kepada organ target seperti ginjal, mata dan otak, dan

penyebab dari stroke (Hock et al, 1995; Lee et al, 2010).

Pada umumnya, penderita hipertensi tidak menunjukkan gejala selama bertahun tahun.

Gejala akan muncul jika terjadi kerusakan organ yang bermakna. Apabila hipertensi tidak

diketahui dan tidak pernah dilakukan pemeriksaan kesehatan, maka hipertensi akan langsung

mengakibatkan kematian akibat gagal jantung, stroke, atau kerusakan ginjal. Untuk itu,

diperlukan deteksi dini berupa pemeriksaan tekanan darah secara teratur yang penting dalam

perawatan hipertensi (Price and Wilson, 2012).

Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017

Page 5: HUBUNGAN PAJANAN KEBISINGAN DENGAN TEKANAN …

Penyakit Tekanan darah tinggi akibat kebsingan dapat dipengaruhi oleh faktor faktor

lainnya, berupa:

Karakteristik dan Perilaku

1. Riwayat Genetis 2. Umur dan Jenis Kelamin 3. Detak Jantung Istirahat 4. Indeks Massa Tubuh 5. Konsumsi Alkohol 6. Merokok 7. Emosi 8. Masa Kerja 9. Penggunaan Alat Pelindung Telinga

Hipotesis kebisingan dapat memepengaruhi tekanan darah muncul karena kebisingan

dapat memicu respon sistem saraf otonomi dan endrokrin yang mempengaruhi sistem

kardiovaskular dan mungkin menjadi faktor resiko kardiovaskular (Berglund et all 1995).

Efek ini bisa terlihat dalam pajanan jangka panjang dengan intensitas bising lebih dari

65 dB atau pajanan akut dengan intensitas bising lebih dari 80-85 dB(Berglund et all 1995).

Pajanan akut kebisingan akan menyebabkan koklea akan langsung meneruskan kebisingan ke

otak bagian samping (pusat pendengaran). Otak akan mengaktifkan respon hormonal dan

saraf menimbulkan rangsangan dan meningkatkan aktivitas syaraf simpatis, dalam bahasa

umum kita kenal dengan stress. Rangsangan juga dapat mempengaruhi fungsi kelenjar

adrenal, membuat peningkatan sementara dalam tekanan darah, denyut jantung dan

vasoconstriction sebagaimana ditinjukkan gambar .

Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017

Page 6: HUBUNGAN PAJANAN KEBISINGAN DENGAN TEKANAN …

Gambar 2 Skema reaksi kebisingan dapat menyebabkan pertumbuhan penyakit kardiovaskular, sebagai contoh

hipertensi sebagai respon dari reaksi stress yang menyebabkan kebisingan (Modifikasi dari Munzel, et al)

Sumber: (European Heart Journal (2016) 37, 934)

Rangsangan dan peningkatan aktivitas saraf simpatis yang terjadi secara berulang-

ulang dalam jangka waktu yang cukup lama akan dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah

yang menetap, hal ini dianggap merupakan hipotesa terjadinya hipertensi esensial.

Kebisingan akan menstimulasi, melalui saraf simpatis akan menyebabkan kenaikan

tekanan darah dengan meningkatkan resistansi peripheral total dan kontraksi myocardial.

Stimulasi bising berulang akan mempercepat perubahan struktur vaskular di pembuluh darah

peripheral resistance dan mekanisme ini akan membuat kenaikan tekanan darah secara

permanen hingga ke tingkat hipertensi.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional. Waktu penyusunan penelitian

ini dimulai dari bulan Februari sampai bulan Mei. Sedangkan, waktu pengambilan data

dilakukan pada akhir Bulan April – Awal Mei 2017. Lokasi penelitian ini dilakukan di Dipo

Lokomotif PT Kereta Api Indonesia (Persero) Jatinegara, Jakarta Timur, DKI Jakarta..

Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh pegawai Dipo Lokomotif Jatinegara yang

berjumlah 84 orang. Sedangkan, sampel dari penelitian ini adalah teknisi lokomotif di area

Daily Check dan Monthly Check dengan jumlah 51 orang, dengan kriteria inklusi adalah

teknisi usia 20 s/d 55 tahun dan bekerja di Dipo Lokomotif Jatinegara unit Monthly Check

dan Daily Check minimal 1 tahun.

Penelitian ini mengumpulkan data melalui pengukuran primer dan sekunde.

Pengukuran langsung kebisingan area menggunakan alat Sound Level Meter, pajanan bising

personal dengan alat Noise Dose Meter, pengukuran tekanan darah menggunakan

Spyhgmomanometer serta kuesioner. Data sekunder menggunakan data Medical Check Up PT

KAI (Persero) bulan April 2017.

Dalam penelitian ini peneliti akan memberikan informasi mengenai variabel dependen

yaitu gambaran tekanan darah yang ada di teknisi Dipo Lokomotif Jatinegara lalu melihat

seberapa besar penderita tekanan darah tinggi yang ada. Lalu, variabel independennya yaitu

gambaran kebisingan yang ada di Dipo Lokomotif jatinegara baik dalam bentuk area dan

masing masing individu yang terpajan. Dapat dilihat gambaran variabel lainnya juga seperti

Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017

Page 7: HUBUNGAN PAJANAN KEBISINGAN DENGAN TEKANAN …

usia, masa kerja, tingkat obesitas, riwayat keturunan, konsumsi alkohol, merokok, dan

penggunaan Alat Pelindung Telinga.

Pengukuran kebisingan personal dilakukan dengan membagi teknisi di Dipo

Lokomotif Jatinegara menjadi kelompok dengan pajanan yang sama berdasarkan jenis

pekerjaan yang disebut dengan Similar Exposure Group (SEG) dan menggunakan Noise Dose

Meter.

Terdapat 6 SEG yang dijadikan sebagai acuan dalam penentuan pajanan kebisingan

personal, yaitu

1. SEG 1 merupakan teknisi bagian angin di area Monthly Check

2. SEG 2 merupakan teknisi bagian diesel di area Monthly Check

3. SEG 3 merupakan teknisi bagian elektrik di area Monthly Check

4. SEG 4 merupakan teknisi bagian mekanik di area Monthly Check

5. SEG 5 merupakan teknisi bagian Rangka Atas di area Daily Check

6. SEG 6 merupakan teknisi bagian Rangka Bawah di area Daily Check

Hasil Penelitian

A. Analisis Univariat

Dari hasil pengukuran kebisingan dengan menggunakan Noise Dose Meter diperoleh

data yang dijabarkan dalam tabel berikut

Tabel 1 Gambaran Kategori Kebisingan Efektif

Kebisingan Jumlah Persentase (%)

≤ 85 dbA 27 52,9

> 85 dbA 24 47,1

Berdasarkan Tabel 1, jumlah teknisi yang memiliki pajanan kebisingan efektif (Leq

efektif) ≤85 dbA adalah 27 orang (52,9%) dan > 85 dbA adalah 24 Orang (47,1%).

Pengukuran Tekanan darah dilakukan bersamaan dengan kebisingan untuk

mengurangi bias. Pengukuran tekanan darah dilakukan ketika responden bersiap-siap sebelum

bekerja. Kategori didasarkan atas Infodatin Kemenkes Tahun 2015.

Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017

Page 8: HUBUNGAN PAJANAN KEBISINGAN DENGAN TEKANAN …

Tabel 2 Gambaran Hasil Pengukuran Tekanan Darah Teknisi Dipo Lokomotif

Tekanan Darah Jumlah Persentase (%)

Normal 38 74,5

Hipertensi 13 25,5

Pada tabel 2 dari 51 responden yang diukur tekanan darahnya, ditemukan 13

responden (25,5%) yang memiliki tekanan darah tinggi atau hipertensi dan 38 responden

(74,5 %) yang memiliki tekanan darah normal

Pada tabel 3 Dapat dilihat distribusi variabel umur dan masa kerja pada teknisi Dipo

Lokomotof Jatinegara. Dapat dilihat dalam penelitian ini bahwa umur minimal yang

ditemukan ialah berusia 20 tahun dan maksimal pada usia 55 tahun. Sedangkan rata-ratanya

berada pada umur 29,14 tahun dan standar deviasi 7,518.. Dapat dilihat dalam penelitian ini

bahwa masa kerja minimal yang ditemukan ialah berusia 1 tahun dan maksimal pada usia 35

tahun. Sedangkan rata-ratanya berada pada umur 6,51 tahun dan standar deviasi 6,703.

Table 2 Distribusi Variabel Umur dan Masa Kerja Pada Pengungsi Korban Banjir

Kabupaten Bandung tahun 2016

Karakteristik n=51

Min Max Mean SD

Umur 20 55 29,14 7,518

Masa Kerja 1 35 6,51 6,703

Karakteristik responden dalam penelitian ini digambarkan melalui variabel obesitas,

status merokok, riwayat keturunan darah tinggi, status alkohol, dan penggunaan alat

pelindung telinga.

Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017

Page 9: HUBUNGAN PAJANAN KEBISINGAN DENGAN TEKANAN …

Tabel 3 Diskripsi obesitas, status merokok, alkohol,

dan riwayat penyakit responden

Obesitas Jumlah Persentase (%) Tidak Obesitas 40 78,4 Obesitas 11 21,6 Status Merokok Jumlah Persentase (%) Tidak Merokok 28 54,9 Merokok 23 45,1 Konsumsi Alkohol Jumlah Persentase (%) Tidak Ada 51 100 Ada 0 0 Riwayat Penyakit Jumlah Persentase (%) Tidak Ada 41 80,4 Ada 10 19,6 Total 51 100

Dari tabel 3, berdasarkan status obesitas responden, dari 51 responden, sebanyak 40

responden (78,4%) berstatus tidak obesitas dan responden yang berstatus obesitas sebanyak

11 orang (21,6%). Untuk variabel status merokok, didapatkan hasil bahwa mayoritas

responden tidak merokok dengan jumlah 28 orang (54,9%).. Untuk variabel riwayat penyakit,

mayoritas responden tidak memiliki riwayat keturunan darah tinggi sebesar 41 orang (80,4%)

dan responden yang memiliki riwayat keturunan darah tinggi sebanyak 10 orang (19,6%).

Variabel konsumsi alkohol semua responden dengan jumlah 51 orang (100%) menyatakan

bahwa tidak mengonsumsi alkohol.

Tabel 4 Diskripsi penyediaan dan pemakaian alat pelindung telinga

Penyediaan APT Jumlah Persentase (%) Tidak Disediakan 5 9,8 Disediakan 46 91,2 Frekuensi Pemakaian Jumlah Persentase (%) Selalu 17 33,33 Kadang-kadang 28 54,91 Tidak Pernah 6 11,77 Total 51 100

Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017

Page 10: HUBUNGAN PAJANAN KEBISINGAN DENGAN TEKANAN …

Dari tabel 4 pada penyediaan Alat Pelindung Telinga, dari 51 responden, sebagian

besar responden dengan jumlah 46 orang (91,2%) berpendapat Alat Pelindung Telinga

mereka telah disediakan oleh Tempat Kerja. Jumlah responden yang berpendapat tidak

disediakan APT dalam bekerja sebanyak 5 orang (9,8%). Untuk penggunaan Alat Pelindung

Telinga, 28 responden (60,9 %) memakai dalam frekuensi kadang kadang ,17 responden

(33,3%), dan 6 orang (11,8%) yang tidak pernah menggunakan alat pelindung telinga yang

disediakan.

B. Analisis Bivariat

Pada bagian ini akan dibahas hubungan antara variabel independen dengan dependen

yaitu kebisingan dengan tekanan darah tinggi, serta variabel lain dengan independen yaitu

usia, masa kerja, tingkat obesitas, riwayat keturunan, konsumsi alkohol, merokok, dan

penggunaan Alat Pelindung Telinga dengan tekanna darah tinggi

. Analisis menggunakan menggunakan Chi Square dan regresi logistik karena

penggunaan data kategorik-kategorik. Hasil analisis bivariat akan disajikan dalm bentuk

analisis bivariat dan Odds Ratio (OR) dan untuk mengetahui hubungan antar variable

digunakan chi square.

Pada tabel 5 dari 27 responden dengan pajanan kebisingan selama 8 jam kurang dari

85 dbA yang memiliki tekanan darah normal sebanyak 22 orang (81,5 %) dan yang

mengalami tekanan darah tinggi sebanyak 5 orang 18,5%). Sedangkan dari 16 responden

dengan pajanan kebisingan lebih dari 85 dbA memiliki tekanan darah normal sebanyak 16

orang (66,6%) dan yang mengalami tekanan darah tinggi sebanyak 8 orang (33,3 %).

Pada tabel 5 dari 45 responden teknisi berusia kurang dari 40 tahun yang memiliki

tekanan darah normal sebanyak 34 orang (75,3%) dan yang mengalami hipertensi sebanyak

11 orang (24,4%). Sedangkan dari 6 responden teknisi yang memiliki usia lebih dari dan sama

dengan 40 tahun memiliki tekanan darah normal sebanyak 4 orang (66,7%) dan yang

mengalami hipertensi sebanyak 2 orang (33,3%). Dari 22 responden teknisi memiliki masa

kerja kurang dari 5 tahun yang memiliki tekanan darah normal sebanyak 20 orang (90,9%)

dan yang mengalami hipertensi sebanyak 2 orang (9,1 %). Sedangkan dari 29 responden

teknisi yang memiliki masa kerja lebih dari dan sama dengan 5 tahun memiliki tekanan darah

normal sebanyak 18 orang (62,1%) dan yang mengalami hipertensi sebanyak 11 orang

(37,9%).

Pada tabel 5 dari 40 responden teknisi tidak mengalami obesitas yang memiliki

tekanan darah normal sebanyak 33 orang (82,5%) dan yang mengalami hipertensi sebanyak 7

Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017

Page 11: HUBUNGAN PAJANAN KEBISINGAN DENGAN TEKANAN …

orang (17,5%). Sedangkan dari 11 responden teknisi yang memiliki mengalami obesitas

memiliki tekanan darah normal sebanyak 5 orang (45,5%) dan yang mengalami hipertensi

sebanyak 6 orang (54,5%). Dari 28 responden teknisi dengan status tidak merokok yang

memiliki tekanan darah normal sebanyak 22 orang (78,6%) dan yang mengalami hipertensi

sebanyak 6 orang (21,4 %). Sedangkan dari 23 responden dengan status merokok aktif

memiliki tekanan darah normal sebanyak 16 orang (69,6%) dan yang mengalami hipertensi

sebanyak 7 orang (30,4%).

Pada tabel 5.15 dari 41 responden teknisi dengan status tidak memiliki riwayat

keturunan yang memiliki tekanan darah normal sebanyak 31 orang (75,6%) dan yang

mengalami hipertensi sebanyak 10 orang (24,4 %). Sedangkan dari 10 responden dengan

status merokok aktif memiliki tekanan darah normal sebanyak 7 orang (70 %) dan yang

mengalami hipertensi sebanyak 3 orang (30 %).

Tabel 5 Rangkuman analisis Chi-Square jumlah pajanan kebisingan efektif, usia, masa kerja, obesitas, status emrokok, konsumsi alkohol, dan riwayat keturunan dengan

tekanan darah tinggi

Variabel

Tekanan Darah Total OR

(95% CI)

Nilai

P Normal Hipertensi

N % n % N %

Kebisingan ≤ 85 dbA 22 81,5 5 18,5 27 100 2,2 0,336

> 85 dbA 16 66,7 8 33,3 24 100 0,606-7,989

Total 38 74,5 13 25,5 51 100

Usia Teknisi < 40 tahun 34 75,6 11 24,4 45 100 1,545 0,638

≥ 40 tahun 4 66,7 2 33,3 6 100 0,248-9,619

Total 38 74,5 14 25,5 51 100

Masa kerja < 5 tahun 21 95,5 1 4,5 22 100 14,824 0,003

≥ 5 tahun 17 58,6 12 41,4 29 100 1,748-125,723

Total 38 74,5 13 25,5 24 100

Obesitas Tidak Obesitas 33 82,5 7 17,5 40 100 5,657

1,340-

23,878

0,021 Obesitas 5 45,5 6 54,5 11 100

Total 38 74,5 13 25,5 51 100

Status

Merokok

Tidak Merokok 22 78,6 6 21,4 28 100 1,604 0,529

Merokok 16 69,6 7 30,4 23 100 0.452-5,692

Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017

Page 12: HUBUNGAN PAJANAN KEBISINGAN DENGAN TEKANAN …

Konsumsi

Alkohol

Tidak 38 74,5 13 25,5 51 100 - -

Iya 0 0 0 0 0 0

Total 38 74,5 13 25,5 51 100

Riwayat Keturunan

Tidak 31 75,6 10 24,4 41 100 1,329 0,288-6,128

0,701 Iya 7 70 3 30 10 100

Total 38 74,5 13 25,5 51 100

Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017

Page 13: HUBUNGAN PAJANAN KEBISINGAN DENGAN TEKANAN …

Tabel 6 analisis Regresi Logistik jumlah pajanan kebisingan efektif, usia, masa kerja, obesitas, status emrokok, konsumsi alkohol, dan riwayat keturunan dengan tekanan

darah tinggi

Frekuensi

Pemakaian Alat

Pelindung Telinga

Tekanan Darah Total OR

(95% CI) Nilai P Normal Hipertensi

N % N % N %

Tidak pernah 4 66,7 2 33,3 6 100 1,200 0,855

Kadang-kadang 22 78,6 6 21,4 28 100 0,655 0,547

Selalu 12 70,6 5 29,4 17 100

Total 38 74,5 13 25,5 51 100

Pembahasan

Penelitian ini menyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara

kebisingan dengan tekanan darah tinggi dimana nilai p value lebih dari 0,05 (p=0,298). Hal

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aldy Dharma (2014) dimana tidak terdapat

hubungan signifikan antara kebisingan pada 60 pekerja di laki laki unit produksi PT X dengan

terjadinya tekanan darah tidak normal (p value 0,387; OR 1,825). Berdasarkan pada

pengukuran dan observasi, nilai hasil pengukuran kebisingan personal semua kelompok

pekerja menunjukkan nilai melebihi Nilai Ambang Batas yang ditetapkan. Meski, nilai

tersebut akan dikurangi penggunaan Alat Pelindung Telinga, yang pemakaiannya sulit untuk

ditentukan disebabkan ketidakkonsistenan teknisi

Penelitian ini menyatakan tidak adanya hubungan yang signifikan antara usia dengan

tekanan darah tinggi dimana signifikan dimana nilai p value lebih dari 0,05(p=0,638). Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mashallah Aghilinejad dkk (2008) dimana tidak

ada hubungan secara signifikan antara usia dengan kejadian hipertensi pada 218 pekerja di

bengkel usaha kecil di Iran.

Berdasarkan hasil observasi, keadaan sumber daya manusia saat ini di Dipo Lokomotif

Jatinegara baru mengalami proses perekrutan teknisi 3 tahun yang lalu, sehingga banyak usia

teknisi yang masih berada dikisaran usia 20 tahunan. Namun, struktur usia pekerja yang

banyak merupakan pekerja dengan kisaran usia sekitar 30 tahun dengan rata rata usia 29,14

tahun.

Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017

Page 14: HUBUNGAN PAJANAN KEBISINGAN DENGAN TEKANAN …

Penelitian ini menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan

tekanan darah tinggi dimana nilai p value kurang dari 0,05(p=0,003). Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Indah Kurniawati tahun 2015 bahwa terdapat hubungan

signifikan antara lama masa kerja lebih dari 6 tahun dengan kejadian hipertensi pada petugas

pelabuhan di Pelabuhan Tanjung Priok (p=0,002;OR:2,76). Hubungan signifikan antara masa

kerja dengan tekanan darah tinggi ini kemungkinan dipengaruhi akibat faktor lain yaitu

kewajiban penggunaan Alat Pelindung Telinga dari pihak perusahaan sudah dimulai dari

tahun 2014.

Penelitian ini menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara obesitas dengan

tekanan darah tinggi dimana nilai p value lebih kecil dari 0,05(p=0,021). Hal ini berbeda

dengan penelitian yang dilakukan oleh Imas Latifah dkk (2013) dimana ada hubungan secara

signifikan antara kegemukan dengan kejadian hipertensi pada pekerja perusahaan catering

ACS (p value=0,5, PR=1,138). Berdasarkan hasil observasi dan wawancarai, rata rata pekerja

yang mengalami obesitas terjadi ketika mereka sudah bekerja di Dipo Lokomotif Jatinegara.

Penelitian ini menyatakan tidak adanya hubungan yang signifikan antara status

merokok dengan tekanan darah tinggi dimana nilai p value lebih dari 0,05(p=0,529). Hal ini

berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rega Larosa (2015) dimana ada hubungan

secara signifikan antara status merokok dengan kejadian hipertensi pada pekerja pabrik gula

Tasikmadu (p value=0,002).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancarai, pekerja yang mempunyai status

merokok iya, mempunyai rentang rokok yang dihisap per harinya antara 10-16 batang.

Mereka rata rata telah menjadi perokok selama 11,48 tahun dengan paling minimal 2 tahun

dan paling maksimal 35 tahun.

Pada variabel konsumsi alkohol, hasil uji statistik seluruh responden bersifat homogen

yaitu seluruh teknisi tidak mengkonsumsi alkohol sehingga tidak dapat dilihat hubungan

antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi pada teknisi dipo lokomotif.

Penelitian ini menyatakan tidak adanya hubungan yang signifikan antara riwayat

keturunan dengan tekanan darah tinggi dimana nilai p value lebih dari 0,05(p=0,071). Hal ini

berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Paskah R. Situmorang (2014) dimana ada

hubungan secara signifikan antara riwayat keturunan dengan kejadian hipertensi pada pekerja

pabrik gula Tasikmadu (p value=0,000).

Berdasarkan hasil wawancara, umumnya responden tidak tahu persis apakah orang

tuanya mempunyai hipertensi atau tidak. Hal ini karena responden merasa orang tua nya

sehat. Menurut Kaplan (2002), orang tua yang menderita hipertensi memilliki resiko lebih

Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017

Page 15: HUBUNGAN PAJANAN KEBISINGAN DENGAN TEKANAN …

besar anaknya untuk mengalami hipertensi, karena ada beberapa gen yang berhubungan

dengan hipertensi.

Penggunaan Alat Pelindung Telinga dengan frekuensi pemakaian kadang kadang

memiliki resiko (OR 1,200) dan pemakaian selalu merupakan faktor protektif terhadap

adanya tekanan darah tinggi pada teknisi (OR=0,655). Hal ini menunjukkan bahwa teknisi

dengan pemakaian alat pelindung telinga kadang kadang memiliki resiko terkena tekanan

darah tinggi 1,2 kali dibandingkan teknisi yang memakai alat pelindung telinga secara tidak

pernah. Hasil analisis menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan dimana nilai p

value lebih dari 0,05 (p=0,855 dan 0.547). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan

oleh Dr Sigit Nugraha (2005) dimana ada hubungan secara signifikan antara penggunaan Alat

Pelindung Diri terhadap kebisingan dengan kejadian hipertensi pada pekerja pabrik gula

Tasikmadu (p value=0,02; OR=3,6).

Hasil dari observasi dan wawancara, penggunaan Alat Pelindung Telinga beberapa

Teknisi Dipo Lokomotif Jatinegara mengalami perbedaan. Ada yang menjawab selalu, namun

dalam observasi tidak selalu memakai. Ketidakdisiplin ini disebabkan oleh beberapa alasan

seperti lupa atau khilaf karena mereka merasa lingkungan kerja tidak bising sehingga hanya

memakai APT jika terlalu bising, juga APT yang digunakan kurang nyaman sehingga

mengganggu proses kerja perawatan.

Kesimpulan

Nilai kebisingan area kerja Dipo Lokomotif Jatinegara yang masih dibawah Nilai

Ambang Batas sesuai Permenakertrans No 13 tahun 2011 adalah area kerja Monthly Check

dengan nilai kebisingan 83,98 dbA. Untuk area kerja Daily Check ditemukan pengukuran

melebihi Nilai Ambang Batas yaitu 87,38 dbA. Sementara, pengukuran pajanan kebisingan

personal dari alat Noise Dose Meter menunjukkan sebanyak 16 teknisi (31,4%) terpapar

kebisingan selama 8 jam melebihi angka NAB yang ditetapkan sebesar 85 dbA.

Hasil uji statistik dan analisis menyatakan tidak ada hubungan signifikan antara

kebisingan dengan tekanan darah tinggi (p=0,336; OR=2,2) pada teknisi dipo lokomotif

Jatinegara Tahun 2017.

Hasil uji statistik dan analisis menyatakan diantara variabel pendukung, hanya

variabel obesitas dan masa kerja teknisi yang berhubungan signifikan terhadap variabel

dependen (p<0.05). Sehingga faktor yang mempengaruhi hubungan paparan kebisingan

Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017

Page 16: HUBUNGAN PAJANAN KEBISINGAN DENGAN TEKANAN …

dnegan kejadian tekanan darah tinggi/hipertensi pada teknisi dipo lokomotif Jatinegara Tahun

2017 adalah obesitas dan masa kerja teknisi dipo Lokomotif Jatinegara tahun 2017.

Saran

1. Untuk Perusahaan rutin melakukan pengukuran kebisingan pada area yang berpotensi

menimbulkan kebisingan tinggi

2. Memberikan pelatihan penggunaan alat pelindung telinga baik penggunaan

earplug/earmuff serta informasi mengenai efek buruk dari kebisingan kepada teknisi dipo

lokomotif Jatinegara

3. Rutin melakukan pengecekan terhadap kualitas dan kuantitas earmuff dan earplug yang

ada di Dipo Lokomotif Jatinegara

4. Rutin melakukan rotasi kerja terutama pada teknisi di unit Daily Check karena

keterpaparan kebisingan yang melebihi nilai ambang batas.

5. Melakukan Fit Test sebelum melakukan pengadaan Alat Pelindung Telinga, untuk

membuat teknisi nyaman menggunakan APT.

6. Untuk penelitian selanjutnya , perlu ditambahkan faktor stress atau emosi sehingga bisa

membuat penelitian bahaya bising menjadi lebih fokus

Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017

Page 17: HUBUNGAN PAJANAN KEBISINGAN DENGAN TEKANAN …

Universitas Indonesia 17

Daftar Pustaka

Anon, (2017). [online] Canadian Centre for Occupational Health & Safety. Available at:

https://www.ccohs.ca/oshanswers/phys_agents/noise_measurement.html [Accessed 17

Feb. 2017].

Barman, S., Barrett, K., Boitano, S. and Brooks, H. (2010). Ganong's review of medical

physiology. 23rd ed. McGraw-Hill Companies, pp.203-207.

Basha, A.1994.Obesitas Pada Hipertensi Regulasi Sistem Krdiovaskular. Jakarta:Kardiologi

Indonesia

Berglund B, Lindvall T.Schewala DH.1999.Guidelines for Community Noise.Geneva.World

Health Organizations

Bodin et al (2009). Road Traffic Noise and Hypertension : Result from a cross sectional

public health survey in Southern Sweden. Environmental Health, 8,38

Departemen Kesehatan.2006.Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit

Hipertensi. Jakarta:Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Departemen

Kesehatan RI.

Dharma Putra, Aldy.2014. Analisis Hubungan Dosis Pajanan Kebisingan Dengan Tekanan

Darah Pada Teknisi di Unit Produksi PT X Tahun 2014(Skripsi).FKM UI:Dipok

Griefahn B, Schuemer-Kohrs A, Schuemer R, Moehler U, Mahnert P.2000.Physiological,

subjective, and behavioral responses during sleep to noise from rail and road traffic.

Noise Health 3(9):59-71

Goines, L, Hagler, L. Noise Pollution: A Modern Plague. Southern Medical Journal.March

2007; 100(3):287-293

Méline, J., Van Hulst, A., Thomas, F. and Chaix, B. (2015). Road, rail, and air transportation

noise in residential and workplace neighborhoods and blood pressure (RECORD

Study). Noise and Health, 17(78), pp.308-310.

Miller, J.D. Effects of noise on people. Journal of the Acoustical Society of America, 1974,

56i, 729-764.

NIDC Fact Sheet. Noise-Induced Hearing Loss. U.S. Department of Health and Human

Services, National Institute of Health, National Institute of Deafness and other

Communication Disorders.

Pedoman Pengendalian Hipertensi. (2015). Jakarta: Kementerian Kesehatan, pp.23-26.

Hubungan pajanan ..., Fahreza Mohamad Aditama, FKM UI, 2017