analisis praktik klinikkeperawatan kesehatan...

69
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA KLIEN GAGALGINJAL KRONIS DENGAN INTERVENSI PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION DI RUANG PENYAKIT DALAM LANTAI V SELATAN RSUP FATMAWATI KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ners keperawatan. SUKRON 1106130210 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS DEPOK JULI 2014 Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Upload: others

Post on 19-Jan-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN

MASYARAKAT PERKOTAAN PADA KLIEN GAGALGINJAL

KRONIS DENGAN INTERVENSI PROGRESSIVE MUSCLE

RELAXATION DI RUANG PENYAKIT DALAM

LANTAI V SELATAN RSUP FATMAWATI

KARYA ILMIAH AKHIR – NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ners

keperawatan.

SUKRON

1106130210

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI NERS

DEPOK

JULI 2014

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 2: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 3: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 4: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 5: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat,

dan ridho-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir – Ners ini.

Karya Ilmiah Akhir – Ners ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai gelar Ners Keperawatan pada Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia.

Saya sebagai penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir – Ners ini tidak akan

selesai tanpa bantuan, bimbingan, dan dorongan semangat dari berbagai pihak

selama proses penyusunannya. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Ibu Dra. Juniati Sahar, Ph.D., selaku Dekan FIK UI;

2. Ibu Lestari Sukmarini, S.Kp., M.N. selaku pembimbing akademik yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dan

membimbing saya selama penyusunan Karya Ilmiah Akhir.

3. Ibu Fajar Triwaluyanti, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.An, selaku program studi

Ners;

4. Ibu Ns. Tatik Wahyuni, S. Kep. selaku pembimbing klinik yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dan

membimbing saya selama praktik Mata Ajar Praktik Klinik Keperawatan

Kesehatan Masyarakat Perkotaan peminatan Keperawatan Medikal Bedah.

5. Istri dan kedua anak saya tercinta yang telah mencurahkan kasih sayang dan

memberikan dukungan moral dan materiil selama penyusunan Karya Ilmiah

Akhir.

6. Teman-teman seperjuangan praktik klinik yang telah memberikan semangat

dan bersedia berbagi banyak informasi dalam menyelesaikan Karya Ilmiah

Akhir ini.

7. Seluruh staf Ruang Rawat Penyakit Dalam Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati atas kerja sama dan bantuannya selama saya melakukan praktik

PK-KKMP KMB.

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 6: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

v

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya dan membalas kebaikan semua

yang telah membantu penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini dengan pahala yang

berlipat ganda.

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Ilmiah Akhir ini tidak luput dari

kesalahan, karena itu kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan.

Besar pula harapan saya agar Karya Ilmiah Akhir ini dapat memberikan

informasi, gambaran pengalaman, dan melahirkan penelitian yang bermanfaat

bagi pengembangan ilmu keperawatan dan masyarakat.

Depok, 12 Juli 2014

Penulis

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 7: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

vii

ABSTRAK

Nama : Sukron

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul : Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Perkotaan padav Klien Gagal Ginjal Kronis dengan Intervensi

Progressive Muscle Relaxation di Ruang Penyakit Dalam

Lantai V selatan RSUP Fatmawati

Gagal Ginjal Kronis merupakan salah satu masalah perkotaan. Gaya hidup yang

tidak sehat pada masyarakat perkotaan seperti konsumsi makanan dan minuman

olahan, kurang aktivitas, merokok, penggunaan alkohol, dan obat-obatan

meningkakan risiko masalah kesehatan seperti hipertensi dan diabetes melitus.

Kedua masalah kesehatan tersebut merupakan dua penyebab utama terjadinya

Gagal Ginjal Kronis (GGK). Salah satu masalah yang terjadi pada pasien Gagal

Ginjal adalah intoleransi aktifitas disebabkan kelelahan/fatigue baik fisik maupun

spikologis. Tujuan penulisan ini adalah untuk melakukan analisis praktik

Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada pasien GGK dan intervensi

mengenai Progressive Muscle Relaxation dalam mengatasi kelelahan/Fatigue

pada pasien Gagal Ginjal Kronis. Rekomendasi penulisan ini ialah agar perawat

dapat mengajarkan latihan Progressive Muscle Relaxation kepada pasien Gagal

Ginjal Kronis yang mengalami intoleransi aktifitas karena kelelehan/ fatigue

Kata kunci: aktivitas, gaya hidup, gagal ginjal kronis, kelelahan, keperawatan

kesehatan masyarakat perkotaan, Progressive Muscle Relaxation

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 8: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

viii

ABSTRACT

Name : Sukron

Study Program : Nursing

Title : Analysis of Urban Health Nursing Practice toward Chronic

Kidney Disease Patient with Progressive Muscle

Relaxation Intervention in Internal Disease Ward, 5th

Floor South, RSUP Fatmawati.

Chronic Kidney Disease is one of the urban health problem that related to

unhealthy lifestyles such as instant packaged food consuming, less activity,

smoking, alcohol consuming, and drugs consuming. Those unhealthy lifestyles

increase health risk problems such as hypertension and diabetes mellitus. Both

diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

intolerance which caused by physical and psychological fatigue is one of the

problem in patient with Chronic Kidney Disease. This study aimed to analyse the

Urban Health Nursing in CKD patients and intervention of Progressive Muscle

Relaxation to overcome fatigue in patient with CKD. This study recommends

nurses to teach Progressive Muscle Relaxation to patient with chronic kidney

disease who experience activity intolerance which caused by fatigue.

Key words : activiy, chronic kidney disease, lifestyle, fatigue, progressive muscle

relaxation, urban health nursing

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 9: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

ix

DAFTAR ISI

Halaman judul i

Halaman Pernyataan Orisinalitas ii

Halaman Persetujuan iii

Kata Pengantar iv

Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi vi

Abstrak vii

Daftar Isi ix

1. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan Penulisan 6

1.2.1 Tujuan Umum 6

1.2.2 Tujuan Khusus 6

1.3 Manfaat Penulisan 6

1.3.1 Manfaat Aplikatif 6

1.3.2 Manfaat Keilmuan 6

1.3.3 Manfaat Metodologi 7

2. TINJAUAN PUSTAKA 8

2.1 Konsep dan Teori Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan 8

2.2 Karakteristik Kesehatan Masyarakat Perkotaan 9

2.3 Konsep at risk dan vulnerable 10

2.4 Gagal Ginjal Kronis 14

2.4.1 Definisi Gagal Ginjal Kronis 14

2.4.2 Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronis 14

2.4.3 Penyebab Gagal Ginjal Kronis 15

2.4.4 Tanda dan Gejala Gagal Ginjal Kronis 15

2.4.5 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronis 16

2.4.6 Manajemen Gagal Ginjal Kronis 17

2.4.7 Komplikasi Gagal Ginjal Kronis.................................................. 19

3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 21 3.1 Pengkajian 20

3.2 Diagnosa Keperawatan 26

3.3 Rencana Asuhan Keperawatan 27

3.4 Catatan Perkembangan 33

4. ANALISIS SITUASI 43

4.1 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP dan

Konsep Kasus Terkait 43

4.2 Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait 47

4.3 Alternatif Pemecahan yang dapat Dilakukan 52

5. PENUTUP 54

5.1 Kesimpulan 54

5.2 Saran 56

DAFTAR REFERENSI

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 10: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

1

Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

Pendahuluan diperlukan untuk memberikan gambaran awal mengenai analisis

praktik klinik keperawatan yang dilakukan. Komponen yang akan diuraikan

dalam bab ini meliputi latar belakang, tujuan penulisan dan manfaat penulisan.

1.1 Latar Belakang

Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan

irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme

dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia.

(Smeltzer&Bare,2002). Berdasarkan National Kidney Fundation (NKF) Kidney

Disease Outcome Quality Initiative (K/DOQI) Guidelines update tahun 2002,

definisi penyakit gagal ginjal kronis adalah kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan

berupa kelainan struktur ginjal yang dapat atau tanpa disertai penurunan laju

filtrasi glomerulus, di tandaidengan kelainan patologidan tanda-tanda kerusakan

ginjal. (Azis, Farid et al, 2008).

Penyakit ginjal kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan masalah

kesehatan diseluruh dunia Angka kejadian CKD pada tahun 2006 adalah 360 dari

1 juta populasi, meningkat 2,1% sejak 2005, (National Institute of Diabetes and

Digestive abd Kidney Disease (NIDDKD), 2008). Insiden GGK di Indonesia

mencapai 200-300 pasien baru dari setiap 1 juta penduduk (DepKes RI, 2004).

The Australian and New Zealand Dialysis and Transplant Registry (ANZDATA)

melaporkan dari 1708 pasien baru dengan GGK pada tahun 1999, empat penyebab

tertinggi adalah glumerulonefritis, nefropati diabetik, hipertensi, dan penyakit

ginjal polikistik (Terrill, 2002). Sedangkan menurut Perhimpunan Nefrologi

Indonesia (PERNEFRI) tahun 2006 penderita gagal ginjal kronik mencapai

70.000 orang dengan keseluruhan membutuhkan hemodialisa. Tingginya insiden

tersebut berkaitan dengan faktor risiko GGK yang erat dengan perilaku dan gaya

hidup masyarakat urban.

1

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 11: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

2

Universitas Indonesia

Sejak tahun 2007, mayoritas populasi di dunia tinggal di area urban. Urban dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti berkenaan dengan kota atau bersifat

kekotaan. Masyarakat urban berarti orang yang berpindah dari desa ke kota.

Kondisi tersebut diperkirakan akan semakin bertambah dimana 60% penduduk

dunia akan tinggal di perkotaan pada tahun 2030 dan akan meningkat menjadi

70% pada tahun 2050. Hal tersebut mungkin terjadi mengingat besarnya

kesempatan bagi masyarakat untuk mengakses pekerjaan, pendidikan, dan

kesehatan di kota. Namun, padatnya penduduk yang berada dalam satu wilayah

juga memiliki konsekuensi perubahan kondisi lingkungan yang dapat berdampak

bagi kesehatan. Berdasarkan kondisi tersebut, isu ini menjadi perhatian bagi

Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) dengan

mengangkat topik “A year-long focus on urbanization and health” pada hari

kesehatan dunia tahun 2010. (World Health Organization /WHO, 2010)

Kesehatan masyarakat urban tersebut memberikan banyak peluang bagi

keperawatan terkait dengan perkembangan kebijakan publik sehat dan kota serta

komunitas sehat. Keperawatan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang

dibutuhkan untuk bekerja dengan komunitas sebagai mitra, dalam memfasilitasi

promosi kesehatan komunitas, kebijakan publik sehat dan kota serta komunitas

sehat (Anderson & McFarlane, 2006). Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia melalui mata ajar Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Perkotaan (PK-KKMP) sesuai dengan peminatan mahasiswa berdasarkan

keilmuan dalam keperawatan, dimana dalam karya tulis ini yaitu peminatan

Keperawatan Medikal Bedah. Mahasiswa praktik menerapkan ilmu dan teknologi

keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien pada aggregate

(kelompok) dewasa dengan masalah kesehatan yang lazim terjadi di perkotaan.

Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Pekotaan (PK-KKMP)

peminatan KMB dilakukan di ruang rawat penyakit dalam lantai V selatan RSUP

Fatmawati. Ruang rawat yang menjadi lahan praktik merupakan ruang rawat

penyakit dalam yang memberi asuhan keperawatan klien dengan kasus hepatologi,

endokrin metabolik, ginjal hipertensi, hematologi, tropik infeksi, dan keperawatan

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 12: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

3

Universitas Indonesia

kritis. Kapasitas ruang rawat penyakit dalam lantai V selatan sebanyak 46 tempat

tidur yang terdiri dari 6 tempat tidur HCU dan 40 tempat tidur rawat inap kelas

III. 40 tempat tidur terbagi atas ruangan-ruangan dengan subspesialisasi penyakit

dalam.

RSUP Fatmawati merupakan rumah sakit rujukan dari berbagai daerah khususnya

Jakarta dan sekitarnya. Wilayah tersebut merupakan wilayah perkotaan dimana

tingkat urbanisasi yang tinggi, pertambahan penduduk yang pesat, dan terdapat

perubahan lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, pasien yang datang atau

mendapatkan pelayanan keperawatan sebagian besar adalah masyarakat

perkotaan. Ruang rawat lantai V selatan merupakan ruang rawat kelas III dimana

pasien sebagian besar merupakan pasien yang menggunakan jaminan kesehatan.

Kelompok tersebut dapat dikategorikan poor population.

Selama melakukan praktik KKMP, praktikan menentukan kasus yang menjadi

peminatan sesuai dengan sub spesialisasi yang ada di ruang rawat. Kasus yang

dikelola adalah kasus penyakit dalam sesuai dengan peminatan KMB. Adapun

kasus yang dikelola merupakan kasus yang juga menjadi masalah kesehatan yang

lazim terjadi pada masyarakat perkotaan. Berdasarkan hal tersebut, praktikan

menjadikan kasus ginjal yaitu Gagal Ginjal Kronis sebagai kasus peminatan.

Selama 5 minggu, praktikan mengelola 5 pasien dengan kasus 3 GGK DM

dimana satu pasien dijadikan kelolaan utama dan 4 pasien sebagai resume.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa padatnya penduduk yang berada

dalam satu wilayah juga memiliki konsekuensi perubahan kondisi lingkungan

yang dapat berdampak bagi kesehatan. Perubahan lingkungan, polusi udara,

kemiskinan, perumahan tidak layak, kriminalitas, pengangguran dan masalah

sosial menjadi karakteristik dari masyarakat urban (Allender, Rector, & Warner,

2010). Kota juga cenderung mempromosikan gaya hidup tidak sehat seperti diet

yang bergantung pada makanan olahan, perilaku duduk terus menerus (kurang

aktivitas), merokok, dan penggunaan alkohol dan zat lainnya yang secara

langsung berkaitan dengan terjadinya obesitas dan kejadian penyakit

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 13: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

4

Universitas Indonesia

karsiovaskuler, jantung, stroke, beberapa jenis kanker, diabetes, dan penyakit

kronis lainnya (WHO, 2010). Gaya hidup yang tidak sehat seperti konsumsi

makanan dan minuman olahan serta penyakit kardiovaskuler dan diabetes

merupakan faktor risiko terjadinya Gagal Ginjal Kronis (GGK).

Keterkaitan antara perilaku dan gaya hidup terhadap terjadinya GGK terlihat dari

pasien yang dikelola oleh praktikan selama praktik di Ruang Rawat Penyakit

Dalam Lantai V Selatan RSUP Fatmawati. Ke tiga pasien tersebut berasal dari

wilayah urban yaitu dari Kota Jakarta, Depok, dan Bogor. Dua pasien memiliki

riwayat gaya hidup mengonsumsi minuman tradisional dan suplemen dalam

jangka waktu yang lama dan makanan instan seperti mie instan serta minuman

yang bersoda seperti coka cola, sprite dan jamu-jamu tradisional. Satu pasien

memiliki riwayat darah tinggi sejak 5 tahun yang lalu.

Hipertensi merupakan penyakit yang diakibatkan oleh stres dan pola makan yang

tidak sehat (konsumsi makanan olahan) dimana penyakit ini merupakan penyakit

yang lazim muncul pada masyarakat perkotaan. Hipertensi yang berlangsung lama

mengakibatkan terjadinya penyumbatan pembuluh darah ke ginjal sehingga sel

ginjal mengalami kerusakan secara betahap hingga akhirnya mengalami gagal

ginjal (Price & Wilson, 2005). Faktor risiko pada pasien lain adalah konsumsi

obat tradisional dan suplemen yang dapat mengakibatkan kerusakan ginjal.

Berdasarkan hasil pengawasan, sampling dan pengujian laboratorium sejak Juni

2008 hingga Mei 2009, diketahui 60 item obat tradisional dan suplemen

mengandung Sibutramin Hidroklorida, Sildenafil Sitrat, Tadalafil Deksametason,

Fenilbutason, Asam Mefenamat, Metampiron dan Parasetamol (Kemenkes RI,

2012). Penggunaan bahan-bahan kimia obat tersebut dalam waktu lama dan tanpa

pengawasan dokter dapat mengakibatkan kerusakan pada ginjal. Insiden GGK

pada pasien-pasien dengan faktor risiko tersebut cenderung terlambat dalam

mendeteksi dini gangguan ginjal.

Urbanisasi yang cepat yang tanpa diiringi dengan kesiapan pemerintah yang baik

akan mengakibatkan berbagai dampak bagi kesehatan. Banyak kasus, terutama di

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 14: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

5

Universitas Indonesia

negara berkembang, kecepatan urbanisasi telah melampaui kemampuan

pemerintah untuk membangun infrastruktur penting sehingga pertumbuhan

pelayanan kesehatan tidak memadai terkait infrastruktur air, sanitasi, pendidikan

kesehatan, dan pelayanan kesehatan (WHO, 2010), yang mengakibatkan

kurangnya pengetahuan masyarakat terkait GGK dan deteksi dininya. Hal tersebut

terlihat dari ketiga pasien yang dikelola oleh praktikan dimana ketiga pasien

tersebut baru terdiagnosa gagal ginjal kronis pada tahap akhir dan salah satu

pasien yang dijadikan kelolaan utama.

Sifat penyakit gagal ginjal kronis yang tidak dapat disembuhkan menimbulkan

banyak masalah kesehatan baik fisik maupun psikologis. Sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Suryadinata (2006) bahwa gagal ginjal terminal bukan hanya

membawa dampak fisiologik pada pasien, tetapi juga menghadapkan pada

masalah psikologis dan psikososial. Gagal ginjal kronis tidak dapat membaik

bahkan cenderung memburuk. Pengobatan yang diberikan bertujuan untuk

memperlambat perburukan ginjal dan mempertahankan ginjal sehat lebih lama

(NKDEP, 2012). Peran perawat dalam kondisi tersebut adalah melakukan upaya

promotif dan preventif.

Upaya promotif perawat merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat dan upaya preventif merupakan upaya menghindari

suatu kejadian sebelum terjadi (Anderson & McFarlane, 2006). Berdasarkan

kondisi pasien yang dikelola oleh praktikan maka upaya yang dilakukan adalah

preventif sekunder dimana tujuan pencegahan adalah menghentikan proses

penyakit dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Selain itu, berdasarkan riwayat

terjadinya GGK pada pasien kelolaan dapat dirumuskan upaya promotif bagi

masyarakat. Upaya promotif dan preventif tersebut dapat tercapai dengan analisis

praktik KKMP peminatan KMB pada pasien dengan gagal ginjal kronis.

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 15: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

6

Universitas Indonesia

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan umum

Menggambarkan analisis asuhan keperawatan pada klien dengan masalah Gagal

Ginjal Kronis melalui pendekatan KKMP-KMB.

1.2.2 Tujuan khusus

a. Memaparkan teori dan konsep KKMP dan masalah kesehatan Gagal Ginjal

Kronis

b. Menggambarkan asuhan keperawatan (pengkajian, perumusan diagnosa,

perencanaan, implementasi, dan evaluasi) pada kasus Gagal Ginjal Kronis

c. Menggambarkan analisis terhadap penerapan teori dan konsep KKMP dalam

memberikan asuhan keperawatan pada klien kelolaan dengan Gagal Ginjal

Kronis.

d. Menggambarkan analisis intervensi keperawatan pada klien dengan GGK

berdasarkan evidence based nursing.

1.3 Manfaat Penulisan

Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi tiga aspek

yaitu:

1.3.1 Manfaat Aplikatif

Penulisan ini bermanfaat membrikan informasi dan masukan bagi pemberi

pelayanan keperawatan mengenai gambaran analisis asuhan keperawatan pada

klien dengan gagal ginjal kronis dengan pendekatan konsep KKMP.

1.3.2 Manfaat Kelimuan

Penulisan ini bermanfaat bagi perawat pendidik dan peserta didik keperawatan

dengan memberi informasi tentang pengalaman langsung praktikan dalam

menerapkan asuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronis melalui

pendekatan KKMP.

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 16: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

7

Universitas Indonesia

1.3.3 Manfaat Kajian Berikutnya

Karya ilmiah akhir ini menganalisis satu intervensi pada masalah keperawatan

kecemasan dan fatigue/kelelahan menggunakan progressive muscle relaxation

(PMR) . Analisis intervensi tersebut dapat menjadi acuan awal bagi peneliti yang

ingin melakukan penelitian terkait efektifitas PMR untuk mengatasi kecemasan

dan kelelahan pada pasien Gagal Ginjal Kronis.

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 17: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

8

Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dan Teori Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan

Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) merupakan suatu proses

koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan teori,

konsep, dan prinsip masalah kesehatan daerah perkotaan melalui penerapan ilmu

dan teknologi keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien

dalam seluruh rentang kehidupan, mulai saat konsepsi sampai dengan mencapai

ajal (Permatasari, 2013). Meskipun pelayanan keperawatan sebagian besar berada

pada level individu, asuhan keperawatan yang diberikan harus memiliki pengaruh

yang kuat yang ditujukan kepada level populasi atau masyarakat, dan lebih tinggi

kepada level sistem pelayanan (Allender, Rector, & Warner, 2010).

Salah satu cara mewujudkannya adalah dengan melakukan asuhan keperawatan

dengan pendekatan Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan. Model yang

dikembangkan oleh Anderson (2000) menjelaskan bahwa komunitas sebagai mitra

memiliki dua faktor sentral; pertama, fokus pada komunitas sebagai mitra

(ditandai dengan roda pengkajian komunitas di bagian atas dan menyatukan

anggota masyarakat sebagain intinya). Kedua, penerapan proses keperawatan.

Asuhan keperawatan dengan pendekatan model ini adalah dengan memberikan

asuhan keperawatan individu tanpa melupakan bahwa individu merupakan bagian

dari komunitas.

Penerapan asuhan keperawatan komunitas dengan model ini menganggap semua

intervensi bersifat preventif. Terdapat tiga tingkatan preventif atau pencegahan

yaitu: primer, sekunder, dan tersier dalam praktik kesehatan komunitas.

Pencegahan primer adalah usaha sungguh-sungguh untuk menghindari suatu

penyakit atau tindakan kondisi kesehatan yang merugikan melalui kegiatan

promosi kesehatan dan tindakan perlindungan. Pencegahan sekunder adalah

deteksi dini dan pengobatan terhadap kondisi kesehatan yang merugikan.

Pencegahan tersier merupakan pencegahan yang dilakukan jika penyakit atau

8

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 18: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

9

Universitas Indonesia

kondisi tertentu telah menyebabkan kerusakan pada individu. Tujuan pencegahan

tersier adalah membatasi kecacatan dan merehabilitasi atau meningkatkan

kemampuan masyarakat semaksimal mungkin (Anderson & McFarlane, 2006).

Gambar 2.1 Model komunitas sebagai mitra

Sumber: Anderson & McFarlane, 2006.

2.2 Karakteristik Kesehatan Masyarakat Perkotaan

Setelah mengetahui model keperawatan terkini mengenai keperawatan kesehatan

masyarakat, maka selanjutnya adalah mengetahui karakteristik dari masyarakat

atau komunitas yang menjadi target yaitu masyarakat perkotaan (urban

community). WHO (2010) menjelaskan bahwa tata kota merupakan faktor

terpenting yang mempengaruhi kesehatan masyarakat perkotaan. Pertumbuhan

penduduk kota dapat melampaui kemampuan pemerintah dalam menyediakan

fasilitas. Hal tersebut mengakibatkan pelayanan kesehatan, penyediaan air dan

sanitasi, edukasi, dan infrastruktur yang tidak adekuat dalam memenuhi

kebutuhan masyarakat.

Dampak dari urbanisasi adalah meningkatnya proses urbanisasi menimbulkan

dampak-dampak terhadap kesehatan, lingkungan kota, baik dari segi tata kota,

EVALUASI

PENCEGAHAN

TERSIER

PENCEGAHAN

SEKUNDER

PENCEGAHAN

PRIMER

INTERVENSI

RENCANA

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

KOMUNITAS

DERAJAT REAKSI STRESOR ANALISIS

PENGKAJIAN

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 19: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

10

Universitas Indonesia

masyarakat, maupun keadaan sekitarnya. (Herlianto, 2005). Sedangkan dampak

urbanisasi terhadap kesehatan dan lingkungan kota. Masih tingginya penyakit

menular seperti Malaria, Diare, Demam Berdarah diiringi meningkatnya penyakit

tidak menular seperti jantung, kanker, hipertensi, stroke dan diabetes, dan diikuti

munculnya New Emerging Infectious Diseases, seperti Flu Burung dan juga pada

masalah air bersih dan sanitasi lingkungan. Juga dengan makin maraknya orang di

kota menyebabkan makin malesnya orang memasak sehingga banyaknya

bermunculan makanan – makanan cepat saji (junk food), banyaknya orang yang

meniru kebiasaan yang tidak baik seperti merokok, minuman alkohol dan

pemakaian narkotika. Semua ancaman tersebut ada di masyarakat perkotaan

akibat dari interaksi yang kompleks antara masyarakat, fasilitas kesehatan, dan

pelayanan kesehatan terutama pada penduduk kota menengah ke bawah (WHO,

2010).

Karakteristik-karakteristik masyarakat perkotaan tersebut mengakibatkan mereka

menjadi populasi yang berisiko mengalami masalah kesehatan. Kurangnya

informasi dan kurangnya kesadaran masyarakat akibat fasilitas edukasi yang

belum adekuat karena pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dapat

mengakibatkan tidak adekuatnya deteksi dini penyakit sehingga individu

mengalami penyakit kronis. Sakit kronis adalah suatu kondisi tidak adanya

resolusi proses penyakit (Anderson & McFarlane, 2006). Asuhan keperawatan

individu dengan kondisi kesehatan kronis ini membutuhkan pendekatan yang

holistik.

2.3 Konsep at risk dan vulnerable

Berdasarkan karakteristik masyarakat perkotaan yang memiliki berbagai kondisi,

perawat dapat mengidentifikasi individu atau kelompok terhadap risiko terjadinya

masalah kesehatan berdasarkan konsep at risk dan vulnerable. Konsep risiko atau

faktor resiko merupakan hal familiar bagi perawat kesehatan komunitas yang

berfokus pada pencegahan penyakit atau upaya preventif. Risiko merupakan suatu

kemungkinan terjadinya hal yang merugikan, contoh seseorang yang sehat

terekspose faktor spesifik yang dapat menyebabkan sebuah penyakit. Faktor risiko

merupakan ekspose dari spesifik resiko seperti merokok, stress tinggi, kabisingan,

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 20: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

11

Universitas Indonesia

dan bahan kimia. Dengan kata lain, istilah risiko berarti kondisi kesehatan yang

dihasilkan dari interaksi seperti faktor genetik, gaya hidup, jenis kelamin, usia,

dan lingkungan tempat tinggal atau pekerjaan. Interaksi dengan faktor-faktor

tersebut dapat mengakibatkan masalah kesehatan pada seseorang.

Populasi atau vulnerabel grup merupakan sub-grup dalam populasi dimana

mereka mimiliki kemungkinan lebih besar mengalami masalah kesehatan sebagai

hasil dari terpapar risiko atau mereka mengalami afek yang lebih buruk dari

masalah kesehatan dibandingkan populasi pada umumnya (Stanhope & Lancaster,

1992). Orang-orang yang termasuk populasi vulnurabel adalah mereka yang

terpapar atau memiliki banyak resiko atau kombinasi dari beberapa faktor risiko

yang membuat mereka lebih sensitif atau lebih rentan mengalami masalah

kesehatan daripada yang lain. Kerentanan atau kelebihsensitifan seseorang atau

kelompok terhadap faktor resiko disebut dengan vulnerability. Perawat

diharapkan dapat mengidentifikasi individu atau kelompok berada pada kondisi at

risk atau vulnerable sehingga dapat menentukan intervensi yang tepat.

Untuk memahami konsep vulnerabiliti, perlu diketahui bahwa ada beberapa

dimensi dari vulnerabiliti yang saling berinteraksi secara dinamis. Dimensi

tersebut adalah limited control (keterbatasan kontrol), victimization,

disadvantaged status (status yang merugikan), disenfranchisement (tidak memiliki

hak memberi suara), powerlessness (ketidakberdayaan), dan health risks (resiko

kesehatan). Dimensi-dimensi tersebut dapat membantu perawat dalam memahami

konsep vulnerabiliti.

a. Limited control

Dalam model yang dikemukakan oleh Dever “Health-Field Concept”, setiap

individu memiliki kontrol terhadap status kesehatan masing-masing tetapi

tidak secara komplit. Kontrol terhadap kesehatan dipengaruhi oleh faktor

biologis, lingkungan, dan sistem pelayanan kesehatan. Dalam model tersebut

dijelaskan bahwa individu berbagi kontrol dan tanggung jawab terhadap

status kesehatannya dengan masyarakat (lingkungan dan sistem pelayanan

kesehatan). Artinya, status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 21: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

12

Universitas Indonesia

individu atau biologis dan faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan.

Contoh, status kesehatan seorang tunawisma dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan dan kebijakan pelayanan kesehatan.

b. Victimization

Kontrol individu terhadap status kesehatannya bukan hanya berasal dari

dirinya sendiri. Kontrol atau pilihan gaya hidup seseorang dapat dipengaruhi

dari luar individu. Pilihan-pilihan individu terutama pada individu dengan

keterbatasan sosial ekonomi dapat mengakibatkan individu memilih pilihan

lain selain untuk meningkatkan status kesehatannya, maka status

kesehatannya atau kontrol terhadap kesehatannya dikorbankan.

c. Disadvantaged status

Kelompok vurnerabel mamiliki keterbatasan terhadap keterlibatan dengan

perencanaan kesehatan. Kelompok ini merupakan kelompok minoritas

dimana perencanaan kesehatan biasanya menentukan fokus pelayanan

kesehatan untuk kebutuhan mayoritas. Contoh, kelompok anak yang kabur

dari rumah atau anak jalanan tidak termasuk debagai focus pelayanan

kesehatan.

d. Disenfranchisement

Merupakan perasaan terpisah dengan bagian penting sebuah masyarakat.

Individu tidak memiliki keterikatan emosi dan keterlibatan dalam masyarakat.

KKelompok ini seperti tidak dianggap keberadaannya dalam masyarakat yang

mengakibatkan mereka tidak memiliki sosial support yang penting dalam

mengefektifkan kesehatan emosional dan fisik.

e. Powerlessness

Kelompok vulnerabel memiliki barbagai ketidakmampuan baik secara

sosioekonomi ataupun pendidikan. Ketidakcukupan sumber financial

misalnya, membuat individu memiliki keterbatasan dalam melakukan

berbagai pilihan termasuk dalam kontrol status kesehatan.

f. Health risks

Dimensi lainnya adalah faktor resiko. Seperti yang telah dibahas di atas

bahwa faktor resiko merupakan perjalanan alami sebuah penyakit yang

dipengaruhi oleh kondisi fisik dan lingkungan. Individu atau kelompok at risk

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 22: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

13

Universitas Indonesia

mengalami kondisi dimana mereka menjadi lebih rentan dan mungkin

mengalami masalah kesehatan.

Sebuah kelompok menjadi kelompok vulnerabel bukan tanpa sebab. Sebuah

kelompok dapat termasuk kelompok vulnerabel dipengaruhi oleh faktor

predisposisi atau penunjang yang menyebabkan mereka menjadi lebih rentan

mengalami berbagai masalah kesehatan. Faktor predisposisi tersebut adalah status

sosioekonomi, faktor terkaitusia, dan faktor terkait kondisi kesehatan, serta

pengalaman hidup.

a. Status sosial ekonomi

Status sisial ekonomi individu atau kelompok menjadi faktor predisposisi

kelompok tersebut memiliki kerentanan mengalami masalah kesehatan.

Hal ini dikarenakan ketidakmampuan atau keterbatasanan kemampuan

kelompok untuk mengakses pelayanan kesehatan, melaksanakan gaya

hidup sehat, dan memenuhi kebutuhan nutrisi.

b. Age-related causes

Usia dapat menjadi salah satu faktor predisposisi dari kerentanan terhadap

masalah kesehatan. Hal ini terkait dengan kemampuan individu dalam

beradaptasi dengan stressor. Kemampuan adaptasi tersebut dipengaruhi

oleh kondisi fisiologis dan perkembangan individu.

c. Health-related causes

Perubahan kondisi fisiologis normal individu merupakan salah satu faktor

seseorang menjadi rentan terhadap masalah kesehatan. Perubahan-

perubahan tersebut dapat berupa proses dari sebuah penyakit (penyakit

kronik, HIV, hepatitis, dan lain-lain), kecelakaan, dan masalah congenital.

d. Pengalaman hidup

Sebuah pengalaman dalam hidup seseorang atau kelompok dapat

mempengaruhi perkembangan baik fisiologis maupun emosional yang

dapat mengakibatkan mereka rentan mengalami masalah kesehatan.

Sebagai contoh orang-orang yang mengalami bencana alam, orang-orang

yang mengalami kekerasan, kemampuan adaptasi dan koping mereka

terhadap sresor baru akan terpengaruh.

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 23: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

14

Universitas Indonesia

2.4 Gagal Ginjal Kronis

2.4.1 Definisi Gagal Ginjal Kronis

Gagal ginjal kronis (GGK) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan

ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme

dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

sampah nitrogen lain dalam darah) (Smeltzer, 2001). Gagal ginjal kronis

merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat (biasanya

beberapa tahun) dimana defisiensi jumlah total nefron yang berfungsi dan

kombinasi gangguan yang tidak dapat dielakkan lagi (Price & Wilson, 2005).

Sumber lain menyebutkan bahwa gagal ginjal kronis adalah penurunan fungsi

ginjal yang diikuti dengan kerusakan struktur glomerulus atau tubulus pada nefron

dan berlanjut hingga ginjal tidak dapat mempertahankan fungsi homeostasis

(Terrill, 2002). Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

gagal ginjal kronis merupakan defisiensi jumlah total nefron yang berfungsi yang

mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara bertahap dan ireversibel sehingga

ginjal tidak dapat mempertahankan fungsi homeostasis.

2.4.2 Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronis

Individu dengan diabetes melitus, tekanan darah tinggi, gangguan kardiovaskuler,

riwayat keluarga dengan GGK, dan usia lebih dari 65 tahun memiliki risiko

mengalami GGK (NKF, 2010). Dengan kata lain bahwa gagal ginjal kronis

merupakan komplikasi dari masalah-masalah kesehatan tersebut. Jika diabetes dan

hipertensi tidak terkonrol, maka kedua faktor risiko tersebut akan menjadi

penyebab terjadinya GGK.

2.4.3 Penyebab Gagal Ginjal Kronis

Gagal ginjal kronis merupakan penyakit yang memiliki banyak penyebab.

Penyebab utama gagal ginjal kronis antara lain adalah diabetes melitus, hipertensi,

penyakit kardiovaskuler, dan riwayat gagal ginjal pada keluarga (NKDEP, 2012).

The Australian and New Zealand Dialysis and Transplant Registry (ANZDATA)

melaporkan dari 1708 pasien baru dengan GGK pada tahun 1999, empat penyebab

tertinggi adalah glumerulonefritis, nefropati diabetik, hipertensi, dan penyakit

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 24: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

15

Universitas Indonesia

ginjal polikistik (Terrill, 2002). Selain penyebab-penyebab tersebut, banyak

penyebab lain yang dapat mengakibatkan GGK yang dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

Tabel 2.1 Klasifikasi Penyebab Gagal Ginjal Kronis

Klasifikasi Penyakit Penyakit

Penyakit infeksi

tubulointerstisial

Pielonefritis kronik atau refluks nefropati

Penyakit peradangan Glomerulonefritis

Penyakit vaskular

hipertensif

Nefrosklerosis benigna; Nefrosklerosis maligna;

Stenosis arteria renalis

Gangguan jaringan ikat Lupus erimatosus sistemik; Poliarteritis nudosa;

Sklerosis sistemik progresif

Gangguan kongenital dan

herediter

Panyakit ginjal polikistik; Asidosis tubulus ginjal

Penyakit metabolik Diabetes melitus; Gout; Hiperparatiroidisme;

Amiloidosis

Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesik; Nefropati timah

Nefropati obstruktif Traktus urinarius bagian atas:

Batu, neoplasma, fibrosis retroperitonial

Traktus urinarius bagian bawah:

Hipertrofi prostat, striktur uretra, anomali

kongenital leher vesika urinaria dan uretra

(Price & Wilson, 2005)

2.4.4 Tanda dan Gejala Gagal Ginjal Kronis

Kerusakan nefron pada ginjal mengakibatkan ginjal mengalami penurunan fungsi

baik fungsi ekskretori maupun nonekskretori. Pada fungsi ekskretori, ginjal

mengalami penurunan fungsi dalam membuang zat sisa produk metabolisme yang

akhirnya terakumulasi dalam darah dan mengakibatkan gangguan di berbagai

sistem tubuh. Kondisi tersebut disebut sindrom uremia dimana kadar ureum

meningkat di dalam darah. Selain fungsi ekskretori, fungsi noneksretori ginjal pun

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 25: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

16

Universitas Indonesia

mengalami gangguan. Penurunan produksi eritropoetin mengakibatkan penderita

mengalami anemia (Black & Hawks, 2005).

Tabel 2.2 Tanda dan Gejala Sindrom Uremia

Sistem Tubuh Tanda dan Gejala

Kardiovaskuler Hipertensi; pitting edema (kaki, tangan, sakrum);

edema periorbital; friction rub perikardial;

pembesaran vena leher

Integumen Warna kulit abu-abu mengkilat; kulit kering, bersisik;

pruritus; ekimosis; kuku tipis dan rapuh; rambut tipis

dan kasar

Pernapasan Krekels; sputum kental dan liat; napas dangkal;

pernapasan kussmaul

Gastrointestinal Napas berbau amonia; ulserasi dan perdarahan pada

mulut; anoreksia, mual, muntah; konstipasi dan diare;

perdarahan dari saluran GI

Neurologi Kelemahan dan keletihan; konfusi; disorientasi;

kejang; kelemahan pada tungkai; rasa panas pada

telapak kaki; perubahan perilaku

Muskuluskeletal Kram otot; kekuatan otot hilang; fraktur tulang; foot

drop

Reproduktif Amenore, atrofi testikuler

(Smeltzer & Bare, 2001)

2.4.5 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronis

Sesuai dengan karakternya yang progresif, gagal ginjal diklasifikasikan dalam

berbagai tahap dilihat dari laju filtrasi glomerulus atau glomerulus filtration rate

(GFR).

- Nilai GFR 60 atau lebih berada pada rentang normal.

- Nilai GFR kurang dari 60 berarti penyakit ginjal.

- Nilai GFR kurang dari 15 berarti gagal ginjal. (NKDEP, 2013)

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 26: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

17

Universitas Indonesia

National Kidney Foundation (NKF) (2010) mengklasifikasikan gagal ginjal ke

dalam lima tahap sebagai berikut:

Tabel 2.3 Tahapan Gagal Ginjal

Tahap Deskripsi GFR

1 Kerusakan ginjal (proteinuria)

dengan nilai GFR normal

>90

2 Kerusakan ginjal dengan penurunan

GFR ringan

60-89

3 Penurunan GFR sedang 30-59

4 Penurunan GFR berat 15-29

5 Gagal ginjal <15

Sumber: NKF, 2010.

2.4.6 Manajemen Gagal ginjal kronik

a. Pembatasan cairan

Asupan cairan yang terlalu bebas pada pasien dengan gagal ginjal dapat

menyebabkan kelebihan beban sirkulasi, edema, dan intoksitasi cairan.

- Biasanya cairan yang diperbolehkan pada pasien dengan gagal ginjal kronik

adalah 500-600 mL dalam 24 jam (Smeltzer & Bare, 2001).

- Aturan umum untuk asupan cairan adalah keluaran urin dalam 24 jam

ditambah 500 mL mencerminkan kehilangan cairan yang tidak disadari

(Price & Wilson, 2005).

- Kebutuhan yang diperbolehkan pada pasien yang mendapat transfusi

(anefrik) adalah 800 mL/hari (Price & Wilson, 2005).

b. Pembatasan diet: konsumsi garam, protein, fosfat, dan kalium.

(1) Konsumsi garam 1-2 gr / hari setara dengan 2/3 sendok teh

- membaca setiap label makanan untuk mengetahui kandungan natrium

- menghindari makanan siap saji, makanan kaleng, dan makanan yang

dibekukan

- memasak makanan tanpa garam

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 27: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

18

Universitas Indonesia

(2) Diit rendah protein

Diit rendah protein pada pasien GGK bertujuan untuk mencegah

penumpukan sisa metabolisme protein dalam darah. Konsumsi protein 0,6

gr/kgBB/hari untuk pasien gagal ginjal berat pradialisis. Konsumsi protein

1 gr/kgBB/hari untuk pasien yang melakukan dialisis secara teratur.

Protein yang dikonsumsi harus memiliki nilai biologis tinggi (mengandung

asam amino esensial lengkap) seperti daging, susu, telur, ayam, ikan.

Pasien dianjurkan pemasukan kalori tinggi dari karbohidrat (jika tidak ada

Diabetes Melitus) (Price & Wilson, 2005; Smeltzer & Bare, 2001).

(3) Pembatasan konsumsi fosfat

Tujuannya untuk mencegah penyakit tulang akibat kelebihan fosfat dalam

darah. Makanan yang mengandung tinggi fosfat antara lain kacang-

kacangan dan produk susu. Diet rendah protein biasanya secara sekaligus

meliputi diet rendah fosfat.

(4) Pembatasan konsumsi kalium

Tujuannya mencegah hiperkalemia yang dapat mengakibatkan aritmia

jantung. Makanan tinggi kalium antara lain alpukat, pisang, kiwi, dan

melon.

c. Pencegahan cidera/perdarahan

Penurunan fungsi ginjal mengakibatkan peningkatan risiko perdarahan, karena

itu pasien perlu melakukan pencegahan perdarahan dengan: menggunakan sikat

gigi halus; menghindari konstipasi; menghindari menghembus hidung dengan

keras; menghindari latihan keras/olahraga kontak (Doengoes, Moorhouse,

Geissler, 1999).

d. Aktivitas

Aktivitas rutin sesuai kemampuan dapat dilakukan oleh penderita gagal ginjal.

Aktivitas membantu mempertahankan tonus otot dan rentang gerak sendi,

menurunkan risiko sehubungan dengan imobilisasi (termasuk demineralisasi

tulang) dan mencegah kelemahan (Doengoes, Moorhouse, Geissler, 1999).

e. Penanganan anemia

Anemia terjadi karena penurunan produksi hormon eritropoetin untuk

pembentukan sel darah merah. Terapi epogen (eritropoetin manusia

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 28: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

19

Universitas Indonesia

rekombinan) diberikan secara intravena atau subkutan 2-3 kali seminggu.

Pasien dengan GGK mendapat suplemen besi dan asam folat. Transfusi darah

untuk pasien yang membutuhkan koreksi segera.

f. Medikasi

Pasien dengan GGK dianjurkan membaca semua label produk (obat, makanan,

suplemen) yang dikonsumsi. Pasien juga dilarang mengkonsumsi suplemen

atau obat tanpa konsultasi pada petugas medis.

g. Hemodialisa

Hemodialisis membersihkan dan menyaring darah menggunakan mesin untuk

sementara membersihkan tubuh dari limbah berbahaya, kelebihan garam, dan

kelebihan cairan. Hemodialisis membantu mengontrol tekanan darah dan

membantu tubuh menjaga keseimbangan bahan kimia penting seperti kalium,

natrium, kalsium, dan bikarbonat.

2.4.7 Komplikasi Gagal Ginjal Kronis

Komplikasi dari GGK menurut Smeltzer & Bare (2001) adalah hiperkalemia;

perikarditis, efusi perikardial, dan tamponade jantung; hipertensi; anemia; dan

penyakit tulang. Hiperkalemia terjadi akibat penurunan ekskresi, asidosis

metabolik, katabolisme, dan masukan diet berlebih. Perikarditis, efusi perikardial,

dan tamponade jantung terjadi akibat retensi produk sampah uremik dan dialisis

yang tidak adekuat. Hipertensi terjadi akibat retensi cairan dan natrium serta

malfungsi sistem renin-angiotensin-aldosteron. Anemia terjadi akibat penurunan

eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah, perdarahan gastrointestinal

akibat iritasi oleh toksin, dan kehilangan darah selama hemodialisis. Penyakit

tulang serta kalsifikasi metastatik terjadi akibat retensi fosfat, kadar kalsium

serum yang rendah, metabolisme vitamin D abnormal, dan peningkatan kadar

alumunium (Smeltzer & Bare, 2001).

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 29: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

20

Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KASUS KELOLAAN UTAMA

Gambaran Kasus:

Tn. B (34 tahun) di rawat di lantai 5 selatan di kamar 524 pada tanggal 23 Mei

2014. Pasien masuk dari IGD sejak tanggal 23 mei 2014. Datang dengan keluhan

tidak dapat BAK sejak 2 minggu, perut membesar, sejak kurang lebih 4-5 bulan

klien mengatakan BAK sedikit-sedikit, warna seperti teh, kemudian bertahap

seluruh badan membengkak mulai wajah, lengan, perut sampai dengan kekaki

terutama kaki sebelah kiri. Klien mengeluh mual, muntah, kulit kering terasa

gatal-gatal dan bibir pecah-pecah. Klien mengatakan dibawa ke rumah sakit

karena sulit bernapas dan tidak mau makan. Sebelumnya klien memiliki riwayat

penyakit tumor di anus kurang lebih 1 tahun sudah di bawa kerumah sakit, tetapi

klien menolak untuk dilakukan operasi pengangkatan tumor karena takut di buat

anus buatan. Pada akhirnya klien memutuskan untuk melakukan pengobatan

tradisional dengan menkonsumsi obat-obat tradisonal seperti jamu-jamuan dan

racikan obat tradisonal kurang lebih 1 tahun, klien memiliki kebiasaan sejak kecil

sering mengkonsumsi mie instan sampai dengan dewasa.

3.1. PENGKAJIAN

Pengkajian secara lengkap diperolah praktikan selama dua hari, pada tanggal 26

Mei 2014. Adapun hasil pengkajian tersebut adalah sebagai berikut:

a. Aktivitas/istirahat

Tn. B sebelum sakit bekerja sebagai buruh pembuat jok sofa. Sudah kurang lebih

1 tahun klien mengatakan hanya dirumah saja karena tidak bisa beraktivitas

karena badannya tidak kuat untuk bekerja di karenakan lemas, pusing dan tidak

kuat untuk berjalan karena sesak bila berjalan terlalu jauh. Klien mengatakan

lebih suka beraktivitas daripada hanya diam tidak melakukan apa-apa.klien

mengatakan sulit lebih suka beraktivitas daripada hanya diam tidak melakukan

apa-apa. Untuk beristirahat, sering terbangun pada saat tidur karena sesak. Tn B

biasa beristirahat hanya pada malam hari dari pukul 21.00 atau 22.00 hingga

03.00 WIB. Ia mengatakan tidak biasa tidur siang. Saat pengkajian, Tn. B

20

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 30: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

21

Universitas Indonesia

mengeluh tidak bisa tidur karena merasa lemas, pusing, dan berat ditengkuk. Tn B

1 tahun sudah tidak bekerja hanya dirumah saja. Ia mengetahui bahwa ia tidak

dapat beraktivitas berat, jika merasa lemas ia akan beristirahat sebentar. Ia

mengatakan bahwa lebih suka beraktivitas daripada hanya diam tidak melakukan

apa-apa. Sesak (+) pada posisi supine, sesak berkurang pada posisi semi fowler.

Kesadaran compos mentis. Massa/tonus otot: sebanding, postur: tegap, rentang

gerak: sempurna, tremor (-), deformitas (-), kekuatan otot sama pada keempat

ekstremitas.

b. Sirkulasi

Tn. B mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi, riwayat penyakit jantung (-)

ada edema pada keempat ekstremitas, batuk (+), perubahan jumlah urin (+). TD:

160/90 mmHg, N: 95x/menit, RR: 26x/menit, S: 36,5oC. BJ I dan II normal,

teratur, kuat; murmur (-), gallop (-), DVJ (-), CRT < 3 detik, konjugtiva pucat,

sklera tidak ikterik, membran mukosa kering, akral teraba dingin, warna pink

normal.

c. Integritas ego

Tn. B mengatakan bahwa ia adalah orang yang aktif. Sehari-hari ia bekerja

sebagai pembuat jok sofa. Ia orang mudah bergaul dan senang berkumpul dan

mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. Klien mengatakan

tidak senang berdiam diri dirumah, klien senang berolah raga sepak bola, sebelum

sakit klien sering mengikuti latihan sepak bola yang ada didekat tempat

tinggalnya. Tetapi sejak kurang lebih 1 tahun , sejak di vonis terkena tumor anus

klien hanya bisa beraktivitas di sekitar rumahnya karena badannya lemas dan

pusing . klien sebelumnya tidak mengetahui bahwa ginjalnya bermasalah dan

harus cuci darah. Tn B beragama Islam dan terlihat berdoa selama di rawat. Tn. B

mengatakan semenjak di vonis tumor anus dan menolak operasi klien mengatakan

mengkonsumsi obat-obat tradisional yang disarankan oleh orang-orang agar

tumornya mengecil kurang lebih satu tahun mengkonsumsi obat tradisional yang

berganti-ganti yang pada akhirnya kurang lebih 4-5 bulan kencingnya berkurang

dan 2 minggu sebelum masuk rumah sakit kencingnya benar-baner sedikit dan

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 31: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

22

Universitas Indonesia

badan mulai dari wajah sampai kaki bengkak, dan akhirnya terdiagnosa gagal

ginjal Stage V dan harus cuci darah. Selama di rawat seluruh biaya pengobatan di

tanggung oleh jamkesda. Tn. B mengatakan belum mendapat informasi terkait

pembatasan cairan, garam, dan diit pada gagal ginjal kronis. Tn. B mengatakan

ingin segera pulang dan kangen kedua anaknya yang dititip di adiknya, klien juga

mengatakan sudah bercerai dengan istrinya semenjak klien sakit-sakit. Klien

pasrah bahwa penyakitnya adalah ujian dari Tuhan. Tn B tenang dan kooperatif

saat berkomunikasi. Sesekali ia terlihat tidak nyaman karena sulit tidur, mual, dan

pusing.

d. Eliminasi

Pola BAB diare, tidak terasa di pampers, karakter feses cair berhampas, riwayat

perdarahan (+), hemeroid (-), pola BAK 3-4x/hari (sebelum masuk rumah sakit),

saat ini terpasang kateter urin, produksi (+) tanggal 26-05-2014 urine 200

cc/24jam setelah HD, karakteristik: kuning. Abdomen: nyeri tekan (-), massa (-),

bising usus (+), kandung kemih teraba lunak.

e. Makanan/cairan

Tn.B makan 3 kali sehari dan menghabiskan porsinya, namun saat ini klien

mengeluh mual, dan muntah; tidak mau menghabiskan makanannya; hanya makan

2-3 sendok; nafsu makan berkurang; mulut terasa pahit dan klien mengatakan

minum dibatasi hanya se botol minuman mineral 600 cc. Diet ginjal 1700

kkal/hari, protein 48 gr, tampak mual, edema wajah lengan, perut, dan ekstremitas

bawah grade 3+ terutama kaki kiri, kaki kanan grade 1+, TB: 165 cm, BB: 58 kg;

turgor kulit elastis; membran mukosa kering; ada asites; bising usus (+);.

Biokimia: Hb : 6,4 g/dl, leukosit : 6,8 ribu/ul, ureum 432, creatinin : 364. Fisik

klinik : Keadaan umum tampak sakit sedang, klien lebih sering berbaring ditempat

tidur, TD 160/90 mmHg, Nadi : 95 x/menit S: 37,5 oC, mukosa bibir kering, bibir

pecah-pecah.

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 32: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

23

Universitas Indonesia

f. Higiene

Aktivitas sehari-hari saat ini dibantu perawat dan keluarga untuk mandi, toileting,

berpakaian, makan. Waktu mandi yang diinginkan adalah pagi dan sore. Klien

mengatakan kulit gatal-gatal dan kering, klien mengatakan bila kekamar mandi

pusing. Penampilan umum bersih; cara berpakaian sesuai; bau badan (-); kondisi

kulit kepala berminyak; kutu (-), kulit dampak kering, klien tampak mengaruk-

garuk.

g. Neurosensori

Pusing (+), sakit kepala (+) di bagian tengkuk, kesemutan (+), riwayat stroke (-),

gangguan penglihatan (-), gangguan pendengaran (-). Orientasi waktu, tempat,

dan orang baik; kesadaran compos mentis; kooperatif; memori saat ini dan yang

lalu jelas.

h. Nyeri/ketidaknyamanan

Lokasi di kaki kiri daerah pedis yang bengkak, intensitas 4, frekuensi terus

menerus, tidak menjalar. Tn. B mengerutkan muka bila alih posisi kaki

i. Pernapasan

Sesak (+); terpasang O2 4 lt/menit nasal kanul. Batuk (+) tidak produktif; RR:

26x/menit; penggunaan otot (-); ronchi -/-; sianosis (-).

j. Keamanan

Alergi(-), riwayat transfusi (-). Rencana tranfusi PRC 500 cc on HD ke-2,

integritas kulit: kulit kering, edema, pruritus (+), tampak mengaruk-garuk, hasil

fosfor : 10.20 ( 2.40-5.10 ) hiperfosfotemia

k. Seksualitas

Gejala (subjektif)

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 33: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

24

Universitas Indonesia

l. Interaksi sosial

Status perkawinan cerai hidup dengan ibu dan kedua anaknya dan adik kandung,

peran sebagai ayah dari kedua anaknya. Tn B mengatakan bahwa ibu dan adiknya

sudah menganjurkan untuk berobat kerumah sakit klien selalu menolak dan takut.

Keputusan diambil oleh dirinya sendiri; tidak ada hambatan dalam

berkomunikasi. Bicara jelas, pola bicara normal dapat dimengerti; komunikasi

dengan petugas kesehatan dan keluarga bersifat dua arah, kooperatif; interaksi

dengan keluarga harmonis.

m. Penyuluhan/pembelajaran

Bahasa dominan bahasa Indonesia; dapat membaca; pendidikan SLTP;

keyakinan/kesehatan dilakukan: Tn. B mengatakan merasa terpukul saat

didiagnosa gagal ginjal. Ia pasrah terhadap semua tindakan yang akan

dilakukabaik untuk kesembuhan Tn B mengatakan bahwa saat ini ia hanya

memasrahkan kondisinya kepada Tuhan. Tn. B mengatakan ia tidak mau terlihat

lemah dan sakit di hadapan keluarganya, sebisa mungkin ia akan melakukan

aktivitas dan gaya hidup seperti orang sehat kecuali jika tubuhnya sudah tidak

sanggup. Tn. B belum mengetahui tentang penyakitnya, dan pengobatannya.

Obat-obatan :

B12 3x50 (oral) CaCo3 3x500 (oral)

Asam Folat 1x15 gr (oral) Ambroxol 3x15 ml

Bicnat 3x 500 (oral) paracetamol 3x500 mg

Lasix injeksi 2x2 Ampul

Diagnosa masuk HCU perdokter: syok CKD st.V on HD, suspec Ca. Recti.

Harapan pasien terhadap perawatan: Tn. B mengatakan ingin merasa sehat

kembali seperti sebelumnya dirawat, pusing dan mual bisa hilang. Riwayat

keluhan terakhir: pusing dan mual muntah.

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 34: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

25

Universitas Indonesia

n. Hasil pemeriksaan penunjang (26-05-2013)

Tabel 3.1 Hasil Laboratorium

Hematologi Analisa Gas Darah

Hemoglobin 6,4 gr/dl ↓ pH 7.386 N↓

Hematokrit 20% ↓ PCO2 29.6 mmHg ↓

Lekosit 6,8 ribu/ul N PO2 155.5 mmHg ↑

Trombosit 467 ribu/ul N BP 752.0 mmHg -

Eritrosit 2.93 juta/ul ↓ HCO3 17.4 mmol/L ↓

Kimia Klinik O2

Saturasi

99.0% N

Fungsi Hati:

SGOT

SGPT

11 U/l

6 U/l

Base

Excess

Total

CO2

- 6.2 mmol/L

18.3 mmol/L

Elektrolit Darah

Fungsi Ginjal:

Ureum darah

Kreatinin darah

424 mg/dl

34.9 mg/dl

Natrium (darah)

Kalium (darah)

Klorida (darah)

135 mmol/l

4.58 mmol/l

85 mmol/l

N

N

Diabetes

GDS 102 mg/dl ↓

Pemeriksaan penunjang :

USG Abdomen tanggal 28-05-2014

Hepar : ukuran dan bentuk normal. Permukaan reguler, tepi tajam echostruktur

parenhim homogen normal. Sistem bilier tak melebar, V porta dan V

hepatika baik. Tak tampak massa ( SOL ) atau multple nodul

K.E : ukuran danbentuk normal. Dinding tak menebal. Tak tampak lesi

hyperechoik dengan PAS ( + ), sludge ( - ).

Pankreas : besar dan bentuk dalam batas normal. Tak tampak kelainan

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 35: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

26

Universitas Indonesia

Lien : besar dan berbentuk normal, homogen tak tampak massa ( SOL )atau

multiple nodul

Aortae : kaliber normal, tak tampak pembesaran Kgb paraaortae

Kedua ginjal :

Ginjal kanan ukuran +/- 14,3 x 7,2 cm, ginjal kiri +/- 11,8 x 6,5 cm, dinding rata,

sistem pelviccalyces kedua ginjal dankedua ureter yang dapattervisualisasi

melebar. Tebal cortex ginjal kanan +/-1,6 cm, kiri +/-1,2 cm, echostruktur cortex

meningkat. Tak tampak lesi hyperecholik dengan PAS ( + ).

Buli-buli : belum terisi , tak dinilai.

Rectum : curiga pembesaran dinding rectum

Kesan : - hydronephrosis bilateral den hydroureter bilateral

- Buli belum terisi ( tak dinilai )

- Hepar dan lien dalam batas normal, tak tampak massa atau

multiple nodul

- KE, pankreas dan lien dalam batas normal.

-

3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan analisis data, maka ada 4 diagnosa keperawatan yang ditegakkan

dengan prioritas diagnosa keperawatan sebagai berikut:

1. Kelebihan volume cairan : lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan penurunan haluaran urine, retensi cairan dan natrium

2. Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake kurang/pembatasan diet.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatique, anemia,

4. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksin

dalam kulit

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 36: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

27

Universitas Indonesia

3.3. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Evaluasi Rencana Tindakan Rasional

Kelebihan volume cairan

lebih dari kebutuhan b.d

penurunan haluaran

urine,retensi cairan dan

natrium

Data Subjektif

Klien mengatakan 3-4

bulan buang air kecil

sedikit-sedikit, dan 2

minggu sebelum masuk

Rs sampai sekarang

BAK tidak bisa.

Klien mengatakan

seluruh tubuhmya

bengkak, terutama kaki

kirinya.

Data Objektif

Tanggal 25-05-2014

urine 200 cc mulai jam

02.00 sampai 14.00

Tanggal 26-05-2014

Anuria

Edema ekstremitas kaki

kiri derajat 3+,kaki

Kelebihan volume cairan

teratasi setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 6 x 24 jam

Kriteria Hasil:

Menunjukkan haluaran

urin yang baik

BJ urin mendekati

normal (1,015)

Volume urin normal

BB stabil

Tanda-tanda vital

dalam batas normal:

TD tidak lebih dari

150/100 mmHg

RR 16-20 x/menit

Nadi 60-80 x/menit

Tidak ada edema

Hasil laboratorium

mendekati normal

Awasi denyut jantung,TD,dan

CVP.

Catat pemasukan dan

pengeluaran akurat. Ukur

kehilangan GI dan perkirakan

kehilangan tak kasat mata,

contoh berkeringat.

Awasi berat jenis urin.

Takikardia dan hipertensi terjadi karena

(1) kegagalan ginjal untuk

mengeluarkan urine, (2) pembatasan

cairan berlebihan selama mengobati

hipovolemia/hipotensi atau perubahan

fase oliguria gagal ginjal, dan/atau (3)

perubahan pada sistem renin-

angiotensin. Catatan : Pengawasan

invasif diperlukan untuk mengkaji

volume intravaskular, khususnya pada

pasien dengan fungsi jantung buruk.

Perlu untuk menentukan fungsi ginjal,

kebutuhan penggantian cairan, dan

penurunan risiko kelebihan cairan.

Mengukur kemampuan ginjal untuk

mengkonsentrasikan urine. Berat jenis

biasanya sama/kurang dari 1,010

menunjukan kehilangan kemampuan

untuk memekatkan urine.

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 37: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

28

Universitas Indonesia

kanan derajat 1+.

Gagal ginjal stage 5,

dengan GFR 2.44

Hasil lab : Hb: 6.4 g/dl,

Ht : 20, ureum : 432,

kreatinin : 36.4

Tanda-tanda vital

TD : 160/90 mmHg,

Nadi : 95 x/menit

Rencanakan penggantian cairan

pada pasien, dalam pembatasan

multipel. Berikan minuman

yang disukai sepanjang 24 jam.

Berikan bervariasi contoh

panas, dingin, beku.

Timbang berat badan tiap hari

dengan alat dan pakaian yang

sama.

Kaji kulit, wajah, area

tergantung untuk edema.

Evaluasi derajat edema (pada

skala +1 sampai +4)

Auskultasi paru dan bunyi

jantung

Kaji tingkat kesadaran : selidiki

perubahan mental dan adanya

gelisah.

Membantu menghindari periode tanpa

cairan, minimalkan kebosanan pilihan

yang terbatas dan menurunkan rasa

kekurangan dan haus.

Penimbangan berat badan harian adalah

pengawasan status cairan terbaik.

Peningkatanberat badan lebih dari 0,5

kg/hari diduga ada retensi cairan.

Edema terjadi terutama pada jaringan

yang tergantung pada tubuh, contohnya

tangan, kaki, areal lumbo sakral. BB

pasien dapat meningkat sampai 4,5 kg

cairan sebelum edema pitting terdeteksi.

Edema periorbital dapat menunjukan

tanda perpindahan cairan ini, karena

jaringan rapuh ini mudah terdistensi oleh

akumulasi cairan walaupun minimal.

Kelebihan cairan dapat menimbulkan

edema paru dan gagal jantung kongestif

dibuktikan oleh terjadinya bunyi napas

tambahan, bunyi jantung ekstra.

Dapat menujukan perpindahan cairan,

akumulasi toksin, asidosis,

ketidakseimbangan elektrolit, atau

terjadinya hipoksia.

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 38: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

29

Universitas Indonesia

Kolaborasi untuk pemeriksaan

laboratorium: BUN, Kreatinin,

natrium dan kreatinin urine

Natrium serum

Kalium serum

Hb/Ht.

Kolaborasi untuk pembatasan

cairan

Kreatinin adalah indikator yang

menunjukkan fungsi ginjal

Hiponatremia dapat diakibatkan dari

kelebihan cairan atau ketidakmampuan

ginjal untuk menyimpan natrium.

Hipernatremia menunjukkan defisit

cairan tubuh total

Kekurangan ekskresi ginjal dan/atau

retensi selektif kalium untuk

mengekskresikan kelebihan ion hidrogen

(memperbaiki asidosis) menimbulkan

hiperkalemia.

Penurunan nilai dapat menunjukkan

hipervolemia, namun selama gagal lama

anemia sering terjadi sebagai akibat

kehilangan atau penurunan produksi

SDM.

Pembatasan cairan akan menentukan

berat tubuh ideal, haluaran urin, dan

respon terhadap terapi.

Risiko ketidakseimbangan

nutrisi: kurang dari

kebutuhan tubuh b.d

intake kurang/pembatasan

diet

Perubahan nutrisi teratasi

setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 5 x

24 jam

Kaji/ catat pemasukan diet.

Membantu dalam mengidentivikasi

defisiensi dan kebutuhan diet.Kondisi

fisik umum, gejala uremik (contoh mual,

anoreksia, gangguan rasa) dan

pembatsan diet mempengaruhi

pemasukan makanan.

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 39: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

30

Universitas Indonesia

Data Subjektif

Klien mengeluhkan

mual, muntah

Klien mengeluh tidak

nafsu makan:

menghabiskan 2-3

sendok sekali makan

Klien mengeluh mulut

terasa pahit, bibir pecah-

pecah

Klien mengatakan badan

terasa lemas

Data Objektif

GDS: 95 mg/dl

(25/05/2013), 102 mg/dl

(26/05/2013)

Hb: 6,4 gr/dl

(26/05/2013),

BB/TB: 58kg/165cm,

IMT = 18,35 (normal)

Konjungtiva pucat

Mukosa kering, bibir

pecah-pecah

Abdomen tampak

tegang, asites

Kriteria Hasil:

Klien melaporkan

peningkatan nafsu

makan

Menunjukkan adanya

BB yang stabil

Klien menjalani diet

yang sesuai

Beri makanan sedikit tapi

sering.

Berikan pasien dftar makanan

atau cairan yang dibolehkan dan

libatkan pasien dalam pemilihan

menu

Timbang berat badan tiap hari.

Jelaskan pembatasan diet dan

hubungannya dengan penyakit

ginjal.

Ciptakan lingkungan yang

menyenangkan pada waktu

makan.

Kolaborasi dengan ahli gizi

dalam pemberian diet.

Anjurkan camilan tinggi kalori,

rendah protein, rendah natrium

diantara waktu makan.

Tingkatkan masukan protein

yang mengandung nilai biologis

tinggi: telur, susu, daging.

Meminimalkan anoreksia dan mual

sehubungan dengan status uremik.

Memberi kesempatan pada pasien untuk

mengontrol pembatasan diet. Pemilihan

menu mekenen dapat meningkatkan

napsu makan.

Untuk memantau status cairan dan

nutrisi.

Meningkatkan pemahaman pasien

tentang hubungan antara diet dengan

penykit ginjal.

Menghilangkan anoreksia.

Menentukan kalori individu dan

kebutuhan nutrisi.

Mengurangi makanan dan protein yang

dibatasi dan menyediakan kalori untuk

energi.

Protein lengkap diberikan untuk

mencapai keseimbangan nitrogen yang

diperlukan untuk pertumbuhan dan

penyembuhan.

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 40: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

31

Universitas Indonesia

Intoleransi aktivitas b.d

fatique, anemia.

Data Subjektif

Klien mengatakan badan

lemas, kepala pusing

Keluarga mengatakan

kebutuhan seperti

mandi, buang air besar

dibantu

Klien mengatakan tidak

kuat untuk berjalan,

berdiri hanya sebentar

Data Objektif

Klien tampak lemas

Klien tampak bedrest,

aktivitas di tempat tidur

Terpasang O2 nasal 4

L/menit

Konjuctiva Anemis Hb.

6.4 g/dl

Edema (+) ekstremitas

bawah kaki kiri derajat

3+

Intoleransi aktivitas

teratasi setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 2 x 24 jam

Kriteria Hasil:

Berpartisipasi pada

aktifitas yang

diinginkan, memenuhi

kebutuhan perawatan

diri sendiri

Mencapai peningkatan

toleransi aktivitas yang

dapat diukur,

dibuktikan oleh

menurunnya

kelemahan, dan

kelelahan.

Tanda vital dalam batas

normal selama aktivitas

Kaji faktor yang menimbulkan

keletihan seperti anemia,

ketidak seimbangan cairan dan

elektrolit, retensi produk

sampah, depresi.

Kaji kemampuan untuk

berpartisipasi pada aktifitas

yang diinginkan/dibutuhkan.

Tingkatkan kemandirian dalam

aktivitas perawatan diri yang

dapat ditoleransi, bantu jika

keletihan terjadi.

Anjurkan aktivitas alternatif

sambil istirahat.

Lakukan latihan PMR (

progressive muscle relaxation )

Awasi kadar elektrolit termasuk

kalsium, magnesium, dan

kalium.

Menyediakan informasi tentang indikasi

tingkat keletihan.

Mengidentifikasi kebutuhan individu

dan membantu pemilihan interfensi.

Meningkatkan aktivitas ringan/ sedang

dan memperbaiki harga diri.

Mendorong latihan dan aktivitas dalam

batas-batas yang dapat ditoleransi.

Memanipulasi hipotalamus melalui

pemusatan pikiran untuk memperkuat

sikap positif sehingga rangsangan stress

terhadap hipotalamus berkurang

Ketidak seimbangan dapat mengganggu

fungsi neuromuskuler yang memerlukan

peningkatan penggunaan energi untuk

menyelesaikan tugas.

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 41: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

32

Universitas Indonesia

Resiko kerusakan

integritas kulit b.d

akumulasi toksin dalam

kulit

Data Subjektif

Klien mengatakan badan

gatal-gatal

Klien mengatakan kulit

kering dan bengkak-

bengkak

Data Objektif

Kulit tampak kering

Klien tampak mengaruk-

garuk kulitnya

Edema (+)

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3 x 24 jam

integritas kulit membaik

Kriteria Hasil:

Klien dapat

memperttahankan kulit

utuh

Klien/keluarga

menunjukkan perilaku

untuk mencegah

kerusakan/cedera kulit

Inspeksi kulit terhadap

perubahan warna, turgor,

vaskularisasi.

Pantau masukan cairan dan

hidrasi kulit dan membrane

mukosa.

Inspeksi area yang tergantung

terhadap edema.

Berikan perawatan kulit, batasi

penggunaan sabun salep atau

krim.

Pertahankan linen kering, bebas

kerutan, selidiki keluhan gatal.

Anjurkan menggunakan pakaian

katun longgar.

Menandakan area sirkulasi

buruk/kerusakan yang dapat

menimbulkan pembentukan

decubitus/infeksi

Mendeteksi adanya dehidrasi atau

hidrasi berlebihan yang mempengaruhi

sirkulasi dan integritas jaringan pada

tingkat sel

Jaringan edema lebih cenderung

rusak/robek

Soda kue, mandi dengan tepung

menurunkan gatal-gatal dan mengurangi

pengeringan dari pada sabun

Menurunkaniritasi dermal dan resiko

kerusakan kulit meskipun dialisi

mengalami masalah kulit yang

berkenaan dengan uremik, gatal dapat

terjadi karena kulit adalah rute ekskresi

untuk produk sisa.

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 42: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

33

33 Universitas Indonesia

Tabel 3.4 Catatan Perkembangan

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)

27-05-14 Kelebihan volume cairan

lebih dari kebutuhan b.d

penurunan haluaran

urine,retensi cairan dan

natrium

- Mengukur dan mengobservasi

tand-tanda vital

- Mencatat pemasukan dan

pengeluaran cairan urine

- Menimbang berat badan

- Mengevaluasi derajat edema

- Memberikan therapi lasix

40mg 2 ampul diberikan

intravena

S: klien mengatakan badan masih bengkak

terutama daerah kaki

Klien mengatakan air kencing tidak keluar

O: - edema daerah wajah,lengan

-edema derajat 3+ kaki kiri dan derajat 1+ kaki

kanan.

- BAK anuria

- intake 500 cc, out put urine (-)

A: masalah belum teratasi

P:

- Observasi tanda-tanda vital

- Ukur intake output

- Evaluasi derajat edema

- Beri therapi sesuai program.

- Monitor hasil laboratorium

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 43: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

34

Universitas Indonesia

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)

Risiko ketidakseimbangan

nutrisi: kurang dari

kebutuhan tubuh b.d intake

kurang/pembatasan diet

- menghitung kebutuhan kalori

pasien

- mencatat pemasukan diit

- memberikan makan sedikit tapi

sering

- membantu pasien melakukan

oral higiene: menggosok gigi

- Kolaborasi tim gizi: diit 1700 kal

- kolaborasi pemberian

ondansentron 8 mg (iv), CaCO3,

vitamin B12 (oral)

S: klien mengeluh mual, dan muntah 1 kali.

O: Kebutuhan kalori pasien:

BBI =90 % (TB – 100) x 1kg

=90 % (165-100) x 1 kg

= 90% x 65 x 1 kg = 58,5 kg

Kebutuhan basal:

L = 30 x BBI

= 30 x 58,5 = 1755 kalori

GDS: 102 mg/dl

A: masalah belum teratasi

P: mencatat pemasukan diit, periksa

Intoleransi aktivitas b.d

fatique, anemia

- mengkaji faktor yang

menimbulkan keletihan, anemia

- mengkaji kemampuan untuk

berpartisipasi pada aktivitas yang

di butuhkan

- bantu klien memenuhi kebutuhan

sehari-hari

- mengambil sample darah untuk

persiapan transfusi PRC 500cc

S: klien mengatakan kepala pusing, bila bangun

dari temapt tidur, dan lemas bila berdiri

O: - klien tampak bedrest,aktifitas hanya di tempat

tidur

-konjuctiva anemis

- Hb : 6.4 gl/dl

- transfusi PRC on HD 500cc

A: Masalah belum teratasi

P: - bantu klien memenuhi kebutuhannya

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 44: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

35

Universitas Indonesia

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)

- evaluasi aktivitas sesuai toleransi

- evaluasi laboratorium Hb post transfusi

28-05-14 Kelebihan volume cairan

lebih dari kebutuhan b.d

penurunan haluaran

urine,retensi cairan dan

natrium

- mengukur tanda-tanda vital

- mengukur intake output

- menimbang berat badan

- mengevaluasi derajat edema

- menghitung kebuthan cairan

- mengevaluasi hasil laboratorium

S: klien mengatakan badan masih bengkak dan

urine tidak keluar

O: - edema derajat 3+ kaki kiri, kaki kanan derajat

1+, wajah tampak bengkak, abdomen tampak

tegang

- BAK Anuria

- Tanda-tanda vital TD: 150/90 mmHg, N : 92

x/menit

- Hasil lab post haemodialisa ureum 231, kreatinin

20.8

A: masalah belum teratasi

P:

- Observasi tanda-tanda vital

- Ukur intake out put

- Timbang berat badan

- Evaluasi derajat oedema

- Beri therapi sesuai program diuretik Lasix 40

mg 2 x2 ampul

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 45: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

36

Universitas Indonesia

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)

Risiko ketidakseimbangan

nutrisi: kurang dari

kebutuhan tubuh b.d intake

kurang/pembatasan diet

- menghitung kebutuhan kalori

pasien

- mencatat pemasukan diit

- memberikan makan sedikit tapi

sering

- membantu pasien melakukan

oral higiene: menggosok gigi

- menganjurkan pasien minum teh

manis

- kolaborasi pemberian

ondansentron 8 mg (iv), CaCO3,

vitamin B12 (oral)

S: klien mengeluh mual, dan muntah 1 kali, makan

hanya 8 sendok setiap kali makan.

O: jumlah asupan: makanan + 500 kal,

- mukosa mulut kering, bibir pecah-pecah

- tampak mual

- abdomen tampak tegang

- bising usus 9 x/menit

A: masalah belum teratasi

P: mencatat pemasukan diit

Resiko kerusakan integritas

kulit b.d akumulasi toksin

dalam kulit, edema

- menginfeksi kulit terhadap

perubahan warna, turgor,

vaskular, perhatiakan kemerahan,

ekskoriasi, dan derajat edema

- menganjurkan klien untuk ubah

posisi

- mengajarkan klien dan keluarga

S: klien mengatakan kulit gatal dan kering

O: - kulit tampak kering

- klien tampak mengaruk

- edema derajat 3+

- lecet/luka (-)

A: Masalah belum teratasi

P: - infeksi perubahan warna kulit

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 46: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

37

Universitas Indonesia

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)

untuk memberikan lotion dan

melarang untuk mengaruk kulit

yang gatal

- inspeksi area tergantung terhadap edema

- ubah posisi

- ajarkan perawatan kulit

- ajarkan pasien kompres lembab dan dingin

29-05-14 Intoleransi aktivitas b.d

fatique, anemia

- mengukur tanda-tanda vital

persiapan transfusi

- mengantar klien untuk

haemodialisa

- memberikan posisi fowler

- mengevaluasi hasil Lab Hb, dan

ureum, kreatinin Post transfusi

on HD

S: klien mengatakan badan lemas, masih pusing

bila bangun

O: - tanda-tanda vital TD : 150/90 mmHg, N: 92

x/menit

- konjuctiva Anemis

- Hb : 5.4 g/dl

- Aktivitas di tempat tidur

- O2 nasal 4 l/menit

A: masalah teratasi sebagian

P:

- pantau RR, dispnea, suara napas

- evaluasi terapi oksigen

- melanjutkan terapi

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 47: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

38

Universitas Indonesia

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)

Risiko ketidakseimbangan

nutrisi: kurang dari

kebutuhan tubuh b.d intake

kurang/pembatsan diet

- menghitung kebutuhan kalori

pasien

- mencatat pemasukan diit

- memberikan makan sedikit tapi

sering

- membantu pasien melakukan

oral higiene: menggosok gigi

- Berikan lingkungan yang

nyaman dan relaks untuk makan

- Susun rencana perawatan untuk

mengurangi atau menghilangkan

bau atau prosedur yang membuat

mual sebelum waktu makan

- kolaborasi pemberian

ondansentron 8 mg (iv), CaCO3,

vitamin B12 (oral)

- Kolaborasi pemberian dextrose

5%/12 jam

S: klien mengeluh mual, sudah tidak muntah,

makan hanya 5-6 sendok setiap kali makan,

mengeluh lemas.

O: jumlah asupan: makanan + 1000 kal.

- GDS: 104 mg/dl. Kalium 4,22mmol/l, natrium

143 mmol/l, klorida 96

- mukosa mulut tampak kering, bibir pecah-pecah

- Konjuctiva anemis

- bising usus 10 x/menit

A: masalah belum teratasi

P: - catat intake makanan

- Anjurkan makan sedikit tapi sering

- Timbang berat badan

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 48: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

39

Universitas Indonesia

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)

Kelebihan volume cairan

lebih dari kebutuhan b.d

penurunan haluaran urine

- Mengukur tanda-tanda vital.

- Mengukur intake out put

- Menimbang berat badan

- Mengevaluasi derajat edema

- Mengauskultasi bunyi jantung

paru

S: klien mengatakan tidak keluar air kencing, badan

masih bengkak terutama kaki sebelah kiri

O: - tanda-tanda vital TD : 140/90 mmHg, N :

84x/menit

- BAK anuria

- Edema (+)

- BB : 65 kg

- BJ I – BJ II reguler,murmur (-),

Gallop (-).

- Bunyi paru vesikuler

A: Masalah belum teratasi

P: - ukur intake out put

- Evaluasi derajat edema

- Berikan therapi diuretik sesuai program

30-05-14 Intolerasi aktivitas b.d

anemia

- Membantu klien memenuhi

kebutuhannya, membersikan

BAB

- Mengajarkan teknik PMR (

progressive muscle relaxation )

S: klien mengatakan kepala masih pusing, tidak

kuat berdiri dan jalan, badan terasa lemah

O: - ADL dibantu

- klien tampak mengikuti latihan yang diberikan,

klien tampak rileks

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 49: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

40

Universitas Indonesia

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)

- memberikan posisi fowler

- membatasi kegiatan selama

pusing

- Hb : 5.8 g/dl

A: masalah teratasi

P:

- Evaluasi dan ajarkan teknik PMR

- Evaluasi hasil Lab Hb.

Risiko ketidakseimbangan

nutrisi: kurang dari

kebutuhan tubuh b.d intake

kurang/pembatasan diet

- menghitung kebutuhan kalori

pasien

- mencatat pemasukan diit

- memberikan makan sedikit tapi

sering

- membantu pasien melakukan

oral higiene: menggosok gigi

- kolaborasi pemberian

ondansentron 8 mg (iv), CaCO3,

vitamin B12 (oral)

S: klien mengeluh mual, sudah tidak muntah,

makan masih sedikit ½ porsi setiap makan

O: jumlah asupan: makanan asupan = 1340 kal.

- Mukosa bibir masih kering, bibir pecah-pecah

- Mual berkurang

A: masalah belum teratasi

P: mencatat pemasukan diit melanjutkan terapi.

Kelebihan volume cairan

lebih dari kebutuhan b.d

penurunan haluaran urine

- Mengukur tanda-tanda vital.

- Mengukur intake out put

- Menimbang berat badan

- Mengevaluasi derajat edema

S: klien mengatakan tidak keluar air kencing,

badan masih bengkak terutama kaki sebelah kiri

O: - tanda-tanda vital TD : 140/90 mmHg, N :

84x/menit

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 50: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

41

Universitas Indonesia

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)

- Mengauskultasi bunyi jantung

paru

- BAK anuria

- Edema (+)

- BB : 65 kg

- BJ I – BJ II reguler,murmur (-),

Gallop (-).

- Bunyi paru vesikuler

A: Masalah belum teratasi

P: - ukur intake out put

- Evaluasi derajat edema

- Berikan therapi diuretik sesuai program

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 51: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

42

42 Universitas Indonesia

BAB 4

ANALISIS SITUASI

Bab empat berisi pembahasan yang terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama, yaitu

analisa keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan (KKMP) dengan kasus

kelolaan. Bagian kedua analisa kasus kelolaan. Sedangkan bagian ketiga, yaitu

analisa salah satu intervensi yang diberikan pada kasus kelolaan yaitu discharge

planning progressive muscle relaxation ( PMR ).

4.1. Analisis Masalah Keperawatan Dengan Konsep Terkait KKMP dan

Konsep Kasus Terkait

Masyarakat perkotaan merupakan komunitas yang tinggal di perkotaan. KKMP

yang merupakan suatu metode yang digunakan oleh perawat untuk mencapai

tujuan asuhan keperawatan dan pelayanan pada pasien komunitas. Namun konsep

keperawatan komunitas ini bisa diterapkan di lahan klinik dengan memberikan

asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada dan penyakit yang ada di

masyarakat. Proses keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan bertujuan untuk

mencegah masalah keperawatan masyarakat di daerah perkotaan

Gagal ginjal kronis merupakan salah satu penyakit kronis yang erat kaitannya

dengan perilaku sehat dan gaya hidup penderitanya. Hal tersebut terlihat dari dua

penyebab utama GGK yaitu hipertensi dan diabetes melitus yang merupakan

penyakit degeneratif yang diakibatkan oleh tidak sehatnya pola makan dan

aktivitas. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan WHO (2002) bahwa gaya

hidup yang berkaitan dengan timbulnya penyakit kronis adalah asupan nutrisi dan

aktivitas fisik. WHO juga mengungkapkan bahwa asupan nutrisi dan aktifitas fisik

yang tidak sehat meningkatkan risiko penyakit kronis yang berhubungan dengan

obesitas, diabetes, penyakit kardiovaskuler, kanker, osteporosis, dan penyakit gigi.

Munculnya masalah kesehatan akibat asupan nutrisi dan aktifitas yang tidak sehat

cenderung meningkat pada masyarakat perkotaan. WHO (2010) memaparkan

bahwa kehidupan perkotaan juga cenderung memberikan pengaruh gaya hidup

yang tidak sehat seperti diit yang praktis yang bergantung pada makanan dan

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 52: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

43

Universitas Indonesia

minuman olahan, kurang aktivitas, merokok, konsumsi alkohol, dan obat-obatan

lainnya. Gaya hidup tersebut terdapat dalam 10 perilaku yang diidentifikasi

sebagai faktor penentu yang penting dalam kesehatan seseorang yaitu merokok;

nutrisi; penggunaan alkohol; kebiasaan penggunaan obat-obatan; mengendarai

kendaraan bermotor; olahraga; seksualitas dan penggunaan alat kontrasepsi;

hubungan keluarga; modifikasi faktor risiko; koping dan adaptasi (Edelman &

Mandle, 1994, dalam Potter & Perry, 2005).

Keterkaitan gaya hidup atau perilaku sehat seseorang dengan terjadinya masalah

GGK dapat terlihat pada faktor risiko dan penyebab GGK klien yang dikelola oleh

praktikan. Tn. B (34 tahun) menderita GGK kurang lebih 1 tahun terakhir ini

pasien mengkonsumsi obat-obat tradisional yang berganti-ganti yang menurut

pasien dapat menyembuhkan tumor anus yang di deritanya. Makanan cepat saji

dan obat-obat tradisional yang tidak jelas merupakan faktor risiko, dan

memberikan konstribusi terhadap berkembangnya penyakit gagal ginjal kronik.

Asupan nutrisi sebagai gaya hidup yang juga dapat mempengaruhi kesehatan

ginjal adalah konsumsi obat tradisional. Kemenkes RI (2012) menyebutkan bahwa

terdapat 60 item obat tradisional dan suplemen yang mengandung bahan-bahan

kimia yang penggunaannya dalam waktu lama akan mengakibatkan kerusakan

pada ginjal. Penggunaan obat tradisional yang tidak sesuai dan tanpa kejelasan

cara penggunaannya dapat merusak ginjal serta pengunaan obat herbal tanpa

pengawasan ahli herbalis sangat beresiko terhadap angka kejadian gagal ginjal

(Vivekanand Jha, 2010).

Konsumsi makanan dan minuman olahan menjadi isu yang harus diperhatikan

oleh pasien dengan GGK. Makanan dan minuman olahan atau kemasan

mengandung bahan pengawet dengan berbagai jenis garam. Ekowati Rahajeng,

Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, (2013) mengatakan

bahwa konsumsi garam orang Indonesia umumnya sudah jauh dari batasan (2

gr/hari) yaitu mencapai 6-12 gr/hari (Hemawati, 2013). Pada pasien gagal ginjal,

konsumsi garam dibatasi 1-2 gr/ hari (Price & Wilson, 2005). Oleh karena itu,

pasien dianjurkan untuk membaca setiap label makanan untuk mengetahui

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 53: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

44

Universitas Indonesia

kandungan natrium dan menghindari makanan siap saji, dan makanan atau

minuman kaleng.

Faktor risiko dan penyebab gagal ginjal kronis yang ditemukan pada klien

kelolaan diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak sehat serta pengaruh

perkembangan informasi yang cepat yang membuat masyarakat dengan mudah

memilih alternatif dalam kesehatan tampak berpikir dampak yang ditimbulkan

bila salah memilih alternatif kesehatan tersebut. Perilaku yang tidak sehat

dipengaruhi oleh keyakinan seseorang terhadap kesehatan. Karena keyakinan

terhadap kesehatan biasanya mempengaruhi perilaku sehat, maka keyakinan

tersebut dapat berpengaruh secara positif maupun negatif terhadap tingkat

kesehatan klien (Potter & Perry, 2005). Untuk memahami dan memperkirakan

bagaimana klien akan berperilaku sehubungan dengan kesehatan mereka dan

bagaimana mereka mematuhi terapi kesehatan yang diberikan dapat diterapkan

model keyakinan-kesehatan.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa RSUP Fatmawati Umum Pusat

merupakan rumah sakit yang menjadi rujukan di daerah perkotaan. Maka, pasien

yang di rawat dapat diidentifikasi sesuai dengan konsep at risk dan vulnerable.

Identifikasi ini diperlukan agar perawat dapat menentukan intervensi yang tepat

sesuai dengan latar belakang biopsikososiospiritual pasien. Identidikasi praktikan

terhadap kelima pasien yang dikelola berdasarkan konsep at risk dan vulnerable

terhadap masalah kesehatan GGK adalah sebagai berikut. Pada klien kelolaan Tn.

B memiliki at risk makanan instan dan mengkonsumsi obat-obatan tradisional

yang tidak jelas komposisinya. Klien memiliki risiko masalah kesehatan GGK

dan juga termasuk pada individu yang rentan mengalami masalah kesehatan.

WHO (2010) merekomendasikan tindakan untuk meningkatkan kesehatan dan

lingkungan yang aman bagi masyarakat urban, yaitu perencanaan promosi

kesehatan tentang perilaku sehat dan aman; meningkatkan kesehatan lingkungan

masyarakat urban; melibatkan kebijakan dan pemerintah kota; membangun sarana

yang mudah diakses dan sesuai dengan usia; membangun area perkotaan yang

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 54: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

45

Universitas Indonesia

tanggap situasi emergensi dan bencana. Kelima tindakan tersebut dikenal dengan

nama “five calls to action”.

Berdasarkan 5 tindakan untuk meningkatkan masyarakat perkotaan, maka peran

perawat di tatanan rumah sakit adalah melaksanakan tindakan pertama yaitu

perencanaan promosi kesehatan tentang perilaku sehat dan aman. Promosi

kesehatan merupakan proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara,

meningkatkan, dan melindungi kesehatannya, lebih luas dari pendidikan

kesehatan yang juga merupakan bagian di dalamnya. Promosi kesehatan

merupakan upaya perubahan perilaku dan mempengaruhi lingkungan.

(Notoatmodjo, 2007). Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa promosi

kesehatan di fasilitas layanan kesehatan dalam hal ini perawat di ruang rawat

lantai V selatan RSUP Fatmawati mempunyai prinsip-prinsip dasar yaitu:

a. Ditujukan untuk individu yang memerlukan pengobatan dan atau perawatan,

pengunjung, dan keluarga pasien

b. Memberikan pemahaman kepada pasien dan keluarga atas masalah kesehatan

yang diderita pasien

c. Memberdayakan pasien dan keluarga dalam kesehatan

d. Menerapkan “proses belajar” di fasilitas pelayanan kesehatan.

Prinsip –prinsip dasar promosi kesehatan di fasilitas kesehatan tersebut sesuai

dengan model terkini keperawatan komunitas sebagai mitradimana semua

intervensi keperawatan dianggap bersifat preventif dengan memberdayakan pasien

dan keluarga secara maksimal (Anderson & McFarlane, 2006).

Promosi kesehatan pada pasien dengan masalah gagal ginjal kronis merupakan

salah satu bentuk intervensi perawat sebagai pemberian asuhan keperawatan yang

holistik. Rancangan Undang-Undang Keperawatan pada pasal 38 bagian c yang

berbunyi “ tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada huruf a meliputi:

intervensi/tritmen keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling

kesehatan.” Pendidikan kesehatan pada pasien GGK tahap V termasuk pada

tingkatan preventif sekunder untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 55: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

46

Universitas Indonesia

preventif tersier untuk membatasi kecacatan dan merehabilitasi atau

meningkatkan kemampuan masyarakat semaksimal mungkin.

Pendidikan kesehatan yang diberikan oleh praktikan meliputi dua sub pokok

yaitu: pengetahuan gagal ginjal kronik dan manajemen gagal ginjal kronik (Satuan

Acara Pembelajaran terlampir). Dari sekian manajemen gagal ginjal kronik,

manajemen yang terkait dengan karakteristik kelima pasien yang merupakan

masyarakat perkotaan yaitu; pengontrolan tekanan darah dengan pembatasan

konsumsi garam; dan aktivitas. Hal tersebut terkait dengan karakteristik

masyarakat perkotaan yang cenderung gemar mengonsumsi makanan olahan dan

kurang aktifitas (WHO, 2010).

Gaya hidup masyarakat perkotaan berisiko yang lain adalah kurangnya aktivitas.

Pasien dengan gagal ginjal memiliki keterbatasan dalam melakukan aktifitas

seiring dengan penurunan fungsi ginjalnya. Toleransi terhadap aktifitas pasien

berkurang dipengaruhi oleh peningkatan tekanan darah dan kelebihan volume

cairan yang memperberat kerja jantung, anemia akibat penurunan produksi

eritropoetin, dan kelemahan serta rasa panas pada kaki karena neuropati akibat

kondisi uremik (Doengoes, Moorhouse & Geissler, 1999; Black & Hawks, 2005).

Aktivitas rutin sesuai kemampuan dapat dilakukan oleh penderita gagal ginjal.

Aktivitas membantu mempertahankan tonus otot dan rentang gerak sendi,

menurunkan risiko sehubungan dengan imobilisasi (termasuk demineralisasi

tulang) dan mencegah kelemahan (Doengoes, Moorhouse & Geissler, 1999).

4.2. Analisis Salah Satu Intervensi Dengan Konsep Dan Penelitian Terkait

Sebagai penurunan fungsi ginjal , sistem tubuh di pengaruhi oleh akumulasi

racundalam darah (uremia), (Horigan et al, 2012). Gejala ini biasanya mulai

munculdi tahap 3 penyakit dan semakin memburuk sebagai penurunan ke GGK.

Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengeluarkan elektrolit, menyebabkan

ketidak seimbangan elektrolit serum. Seiring dengan peningkatan serum fosfat,

fosfat tambahan mengikat dengan kalsium dan hasilnya penurunan level tubuh.

Kalsium serum merespon dengan menarik kalsium dari tulang untuk

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 56: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

47

Universitas Indonesia

mempertahankan kalsium serum yang sesuai (McCarley & Arjomand, 2008).

Demineralisasi tulang, nyeri, dan spontan patah tulang sehingga dapat terjadi

sebagai komplikasi penyakit ginjal.

Kalium serum terus meningkat, bahkan ke tingkat kritis, karena CKD terus.

Hiperkalemia dapat menyebabkan kelemahan otot, peningkatan iritabilitas

neuromuskular dimanifestasikan sebagai kesemutan di jari-jari dan bibir, gelisah,

kram perut, dan diare. Pada tingkat kritis yang tinggi , kalium dapat menyebabkan

perubahan dalam komplek EKG, seringkali dalam bentuk brady arythmias.

Konduksi diperlambat melalui otot jantung, sehingga interval PR yang

berkepanjangan dan pelebaran kompleks QRS, sering mengakibatkan fibrilasi

ventrikel atau kardiac arrest (Putcha & Allon, 2007).

Penurunan fungsi ginjal pada pasien dengan GGK mengakibatkan terjadinya

gangguan ekskretori ginjal. Salah satunya adalah penurunan kemampuan ginjal

membuang zat-zat sisa metabolisme seperti ureum dan kreatinin sehingga

terakumulasi di dalam darah. Akumulasi ureum di dalam darah akan

mempengaruhi berbagai sistem di dalam tubuh termasuk pembentukan darah

merah yang mengakibatkan anemia. Sekresi Erythopoietin dikendalikan oleh

ginjal dan disimpulkan sebagai perkembangan gagal ginjal. Produksi sel darah

merah di sumsum tulang kemudian menurun, mengakibatkan anemia. Selain itu,

sel-sel darah merah yang dihasilkan memiliki kehidupan yang singkat rentang

karena membangun racun dalam darah (Smeltzer & Bare, 2002). Pasien dengan

anemia akan mulai merasakan fatigue/kelelahan jika kadar hemoglobinnya berada

pada 10 gram/L. Hal ini yang mengakibatkan masalah keperawatan intoleransi

aktivitas berhubungan dengan anemia.

Faktor fisiologis yang dapat menimbulkan kelelahan/fatigue pada pasien dengan

CKD diantaranya adalah anemia, malnutrisi, hiperparathyroidsm, inflamasi yang

di munculkan dari proses penyakit gagal ginjal. Faktor fisiologis yang lain dari

dari fatigue yaitu malnutrisi, dapat terjadi pada pasien yang menjalani

haemodialisa akibat dari proses inflamasi (Loccatelli, 2002;Bassola, 2001) yang

dapat mempengaruhi intake makanan karena hilangnya nafsu makan, tidak

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 57: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

48

Universitas Indonesia

adekuatnya dialysis dan kondisi uremia yang mempengaruhi endokrin dan

metabolisme insulin sehingga mengurangi anabolisme dan katabolisme protein

(Loccatelli, 2002). Komplikasi lainnya adalah tergangguanya bersihan kreatinin

dan urea (Broscious & Castagnola, 2006). Kreatinin dilepaskan terus menerus dari

otot. GFR menurun, kreatinin serum meningkat nilainya. Kreatinin serum yang

tinggi merupakan indikator disfungsi ginjal. Urea, produksi akhir dari

metabolisme protein, juga meningkat sebagai gagal ginjal.

Dampak yang di timbulkan dari masalah keperawatan yang disebabkan anemia

pada pasien gagal ginjal kronis ada beberapa yaitu cemas, insomnia, gangguan

istirahat tidur dan stress. Untuk mengatasi dampak yang di timbulkan dari

masalah tersebut salah satunya dengan progressive muscle relaxation.

Menurut Gordon, Doyle, & Johansen (2011); Kosmadakis et al (2010) latihan

fisik, penggunaan epoitin, dan L-karnitin infus semuannya telah berhasil

digunakan unuk mengurangi dampak kelelahan/fatigue pada pasien gagal ginjal

kronis yang menerima hemodialisa, yang semuanya dapat berkontribusi untuk

dialisis yang terkait dengan kelelahan/intoleransi aktivitas.

Epoetin digunakan secara teratur untuk memerangi anemia, penyebab umum

dialisis terkait kelelahan/fatigue. Beberapa pasien tidak berespon dengan baik

untuk terapi epoetin. seperti yang ditunjukkan oleh tidak adanya peningkatan nilai

hemoglobin dan hematokrit. Akan tetapi, meningkatkan dosis epoetin untuk

membantu mengurangi anemia, pada pasien ini telah terbukti merugikan , karena

akan meningkatkan resiko mereka untuk kejadian kardiovaskular dan

serebrovaskular (Drueke et al, 2006; Sigh et al. 2006). Oleh karena itu,

penggunaan epoetin mungkin tidak berhasil dalam mengurangi fatigue Pada

semua pasien yang menerima hemodialisis (Horigan, Rocchiccioli, Trimm, 2012).

Intervensi lain untuk mengurangi efek dari fatigue adalah penggunaan L-carnitine

yang penting untuk fungsi otot yang tepat. Pasien yang menerima hemodialisis

terjadi penurunan kadar L-karnitin, dan suplemen L-carnitine telah terbukti efektif

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 58: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

49

Universitas Indonesia

dalam mengatasi kelelahan pada pasien dialisis, khususnya pada pasien yang tidak

responsif terhadap terapi epoetin (Lynch et al., 2008). Pada tahun 2006, Neill,

Belan, dan Reid melakukan peninjauan intervensi non farmakologi untuk fatigue,

penulis mengidentifikasi empat kategori utama: olah raga, strategi perilaku,

suplemen gizi, dan pendekatan fisiologis. Para pengulas menyimpulkan bahwa

kinerja olahraga merupakan cara yang efektif mengelola kelelahan. Salah satu

intervensi yang termasuk pada intervensi yang kemungkinan besar efektif adalah

progressive muscle relaxation (PMR) atau relaksasi otot progresif.

Relaksasi otot progresif adalah metode yang dapat merangsang relaksasi dengan

menegangkan dan merilekskan berbagai kelompok otot (DeLaune & Ladner,

2002). Relaksasi otot progresif merupakan teknik relaksasi dengan memusatkan

perhatian pada aktifitas otot. Teknik relaksasi otot progresif bertujuan untuk

menurunkan ketegangan otot dan menenangkan pikiran (DeLaune & Ladner,

2002). Teknik relaksasi otot progresif dapat digunakan untuk mengurangi stres,

memudahkan tidur, mengurangi nyeri, dan mengatasi kecemasan (Roach, 2006;

Miller, 2009).

Progressive muscle relaxation untuk mengatasi kelelahan/fatigue pada pasien

gagal ginjal kronis dikaitkan dengan faktor psikologis yaitu depresi dan cemas

yang pemicunya adalah stress. Respon stress masuk kedalam sistem saraf pusat,

lalu di hipotalamus dilepaskan corticotrophin releasing factor yang akan

menstimulasi sistem saraf simpatis untuk mengeluarkan norepinefrin yang

merupakan vasokontriktor dan berakibat pada kontraksi otot polos (Guyton &

Hall, 2007). Pemberian latihan PMR menghambat jalur diatas dengan

mengaktivasi kerja sistem saraf parasimpatis dan memanipulasi hipothalamus

melalui pemusatan pikiran untuk memperkuat sikap positif sehingga rangsangan

stress terhadap hipothalamus berkurang. (Copstead & Banasik,2000). Selain itu

PMR memberikan efek relaksasi otot sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh

darah yang memberikan rasa tenang dan nyaman.

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 59: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

50

Universitas Indonesia

Manfaat dari relaksasi otot progresif ini sendiri adalah untuk mengatasi berbagai

macam permasalahan dalam mengatasi stres, kecemasan, insomnia, dan juga

dapat membangun emosi positif dari emosi negatif. Keempat permasalahan

tersebut dapat menjadi suatu rangkaian bentuk gangguan psikologis bila tidak

diatasi. Stress terhadap tugas maupun permasalahan lainnya, yang tidak segera di

atasi dapat memunculkan suatu bentuk kecemasan dalam diri seseorang.

Kecemasan itu sendiri bila tidak juga di atasi dapat berakibat pada munculnya

emosi negatif baik terhadap permasalahan yang timbul akibat stress juga perilaku

sehari-hari seseorang dalam relaksasi bisa digunakan agar seseorang kembali pada

taraf keadaan normal.

Kontra indikasi dari progressive muscle relaxation harus kita perhatikan, latihan

ini tidak boleh dilakukan pada kondisi cidera akut atau ketidak nyamanan

muskuloskeletal, dan pada pasien CKD yang memiliki komplikasi penyakit

jantung berat/akut (Fritz, 2005). Latihan PMR dapat meningkatkan kondisi rileks

yang dapat menyebabkan hipotensi, sehingga perlu memeriksa tekanan darah

untuk mengidentifikasi kecenderungan hipotensi (Snyder & Lindquist, 2002).

Selama praktikan melakukan praktik, praktikan tidak menerapkan teknik tersebut

sehingga tidak dapat menggambarkan keefektifan dari teknik tersebut. Keefektifan

dari teknik akupresur ini digambarkan melalui hasil beberapa penelitian terkait.

Pada penelitian yang dilakukan Vancamport et al (2011) PMR efektif untuk

menurunkan kecemasan, stress psikologis dan fatigue pada pasien schizophremia,

begitu pula penelitian Yilidirm & Fadiloghi (2006) menyebutkan PMR

menurunkan kecemasan dengan nilai p < 0,001 dan meningkatkan kualitas hidup

pasien yang menjalani dialisa dengan p <0,01. Maka PMR merupakan terapi yang

dapat diterapkan sebagai intervensi pendamping terapi farmakologi. Fatigue

merupakan keluhan utama pasien yang menjalani hemodialisa pada pasien gagal

ginjal kronis jangka panjang. Prevalensi dari keletihan berkisar 60 % samapai

97% (Murtaugh, Addington & Higginson 2007 ; Weisbord et al., 2005). Fatigue

yang terjadi pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa

dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah psikologis yang terdiri dari

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 60: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

51

Universitas Indonesia

stress, depresi, ansietas dan gangguan pola tidur (Welch, 2006 & Jhamb,

Weisbord, Stell, Unruh, 2008). Pada penelitian McCann dan Boore (2002)

ditemukan hubungan yang signifikan antara fatigue dengan gangguan pola tidur,

depresi, cemas dan kemampuan fisik yang menurun/intoleransi aktifitas pada

pasien gagal ginjal kronis. Selain itu terdapat beberapa faktor lain yaitu faktor

fisiologi yang terdiri dari anemia, malnutrisi, uremia, hiperparatiroid dan

inflamasi, dan faktor sosiodemografi terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan,

status pekerjaan, dan dukungan sosial.

Progressive muscle relaxation merupakan salah satu bagian dari Nursing

Intervention Classification (NIC) yang berada pada level 1 domain basic :

physiological dengan kelas physical comfort promotion (Bulecheck, Butcher,

Dochterman, 2008) memiliki peran dalam penurunan fatigue pada pasien gagal

ginjal kronis yang menjalani hemodialisa dikaitkan dengan faktor psikologis yaitu

depresi dan cemas yang pemicunya adalah stress. Pasien yang menjalani dialisa

menjadi stress akibat selam hidupnya harus tergantung terhadapa terapi ini,

penatalaksanaan regimen yang sangat ketat mulai dari makanan, pembatasan

cairan dan pengobatan, bahkan dapat terancam hidupnya sewaktu-waktu terhadap

penyakit yang dialaminya.

PMR untuk mengatasi fatigue pada pasien gagal ginjal kronis dikaitkan dengan

faktor psikologis yaitu depresi dan cemas yang pemicunya adalah stress. Respon

stress masuk kedalam sistem saraf pusat, lalu dihipotalamus dilepaskan

corticotrophin releasing faktor yang akan menstimulasi sistem saraf simpatis

untuk mengeluarkan norepinefrin yang merupakan vasokontriktor dan berakibat

pada kontraksi otot polos (Guyton & Hall, 2007). Pemberian PMR memberikan

efek relaksasi otot sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah yang memberikan

efek tenang dan nyaman. Pemberian PMR pada klien yang mengalami gangguan

pola tidur dapat menurunkan ketegangan fisiologis , meningkatkan relaksasi otot,

menurunkan kecemasan sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan

akhirnya mengurangi gejala fatigue pada pasien gagal ginjal kronis.

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 61: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

52

Universitas Indonesia

4.3. Alternatif Pemecahan Yang Dapat Dilakukan

Relaksasi otot progresif merupakan terapi komplementer yang dapat

diimplementasikan oleh perawat untuk mengurangi kelelahan /fatigue yang

mengakibatan pasien mengalami masalah intolerasi aktivitas salah satunya pada

pasien gagal ginjal kronik akibat anemia. Terapi komplementer ini dapat menjadi

intervensi yang diberikan mendampingi terapi farmakologi yang diberikan pada

pasien. Berdasarkan penelitian-penelitian, maka PMR merupakan terapi

komplementer dapat dipilih untuk membantu mengatasi gejala kelelahan/fatigue

pada pasien.

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 62: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

53

Universitas Indonesia

BAB 5

PENUTUP

Bab lima penutup berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi rangkuman

hasil analisa kelolaan dengan keperawatan kesehatan KKMP dan Saran yang

ditujukan untuk pemerintah, rumah sakit dan institusi pendidikan.

5.1 Kesimpulan

Dalam penulisan karya ilmiah akhir mengenai analisis praktik klinik keperawatan

kesehatan masyarakat perkotaan pada klien dengan gagal ginjal kronis di RSUP

Fatmawati, dapat disimpulkan bahwa:

Tingginya jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan mengakibatkan terjadinya

perubahan perkotaan baik lingkungan fisik maupun sosial. Pesatnya pertambahan

penduduk dalam satu wilayah, jika tidak diiringi dengan kesiapan infrastruktur

dan pelayanan akan mengakibatkan timbulnya beberapa masalah salah satunya di

bidang kesehatan. Dampak dari gaya hidup masyarakat perkotaan yang super

sibuk dan berkembangnya perkembangan teknologi sehingga berpengaruh aspek

negatif, maraknya makanan fast food, makanan instant, banyaknya faktor

lingkungan yang terpengaruh negatif seperti merokok dan minuman alkohol.

Salah satu masalah kesehatan yang memiliki kaitan erat dengan permasalahan

gaya hidup dan meningkat di daerah perkotaan adalah Gagal Ginjal Kronis.

Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) merupakan asuhan

keperawatan yang diberikan yang berfokus pada masalah kesehatan masyarakat

perkotaan tersebut dalam seluruh rentang kehidupan dan seluruh tingkatan

pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan dengan pendekatan KKMP pada

pasien dengan gagal ginjal kronis di rumah sakit yaitu menjalankan fungsi

preventif tersier. Perawat memberikan asuhan keperawatan untuk mencegah

komplikasi lebih lanjut dengan meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien

terhadap rencana perawatan baik di rumah sakit dan di rumah. Gambaran kasus

yang dikelola oleh praktikan menggambarkan bahwa pasien dengan Gagal Ginjal

54

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 63: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

54

Universitas Indonesia

Kronis memiliki riwayat gaya hidup yang tidak sehat dan sulit untuk diubah

meskipun telah mengalami GGK.

Gaya hidup tidak sehat yang dimaksud adalah asupan nutrisi yang tidak sehat,

kurangnya aktivitas, dan perilaku merokok seperti yang ditemukan pada pasien

keloaan. Melalui pendekatan KKMP, model terkini yang digunakan adalah

komunitas sebagai mitra. Penerapannya dalam perawatan individu adalah

memberdayakan pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan

selama di rumah sakit dan terutama di rumah. Pasien dengan GGK perlu

mengubah beberapa gaya hidup untuk mencegah komplikasi seperti pembatasan

konsumsi garam dan aktivitas. Perubahan perilaku pasien tersebut, dipengaruhi

oleh keyakinan-kesehatan pasien dan faktor risiko dan kerentanan terhadap

penyakit yang dimiliki oleh pasien Dengan memberikan asuhan keperawatan yang

tepat sesuai dengan keyakinan-kesehatan pasien dan mengidentifikasi faktor risiko

dan kerentanan kesehatan pasien diharapkan perubahan perilaku dapat tercapai.

Salah satu hal yang mempengaruhi keyakinan-kesehatan pasien adalah

keuntungan yang dirasakan pasien dari tindakan preventif. Analisis terhadap satu

intervensi untuk mengatasi masalah keperawatan yang dirasakan pasien

merupakan salah satu upaya untuk memastikan keefektifan pemberian intervensi

agar pasien dapat merasakan keuntungannya. Salah satu masalah keperawatan

yang menjadi keluhan pasien dengan GGK adalah intoleransi aktivitas dimana

klien merasa lelah baik secara fisik maupun spikologis dikarena prognosis

penyakit dan intervensi yang dijalani. Praktikan menganalisis salah satu

intervensi mandiri yang efektif sebagai pendamping dari terapi farmakologi yang

diberikan. Intervensi yang memiliki kemungkinan besar efektif berdasarkan

evidence based adalah relaksasi otot progresif atau progressive muscle relaxation

(PMR) . Penelitian-penelitian terhadap keefektifan intervensi ini menyajikan hasil

bahwa PMR dapat mengurangi kelelahan yang mengakibatkan intoleransi aktifitas

dengan merelaksasi otot-otot tubuh. Relaksasi otot progresif merupakan intervensi

yang mudah diterapkan dan dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien dan

keluarga di rumah.

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 64: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

55

Universitas Indonesia

5.2 Saran

Bedasarkan analisis Praktik KKMP peminatan KMB dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien dengan Gagal Ginjal Kronis, penulis memberikan saran

bagi pemberi pelayanan kesehatan dalam hal ini perawat untuk: mengidentifikasi

faktor risiko dan kerentanan pasien terhadap masalah kesehatan GGK dalam

proses pengkajian sebagai data untuk menentukan intervensi yang tepat,

menerapkan model keyakinan-kesehatan pasien dalam menentukan masalah

keperawatan pasien sebagai bentuk asuhan keperawatan dengan pendekatan

KKMP. Dan memberdayakan pasien dan keluarga terutama terhadap perencanaan

perawatan pasien di rumah sebagai bentuk model keperawatan komunitas sebagai

mitra contoh: mengidentifikasi masalah, menetapkan tujuan, menentukan sumber-

sumber perawatan, dan memodifikasi perawatan sesuai kemampuan pasien dan

keluarga.

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 65: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

Universitas Indonesia

Kepustakaan

Anderson, E. T. & McFarlane, J. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas:

teori dan praktik. (Ed. ke-3). (Agus Sutarna, Suharyati Samba, Novayantie,

penerjemah). Jakarta: EGC.

Allender, J. A., Rector, C., & Warner, K.D. (2010). Community & public health

nursing: promoting the public’s health. 8th

ed. United States: Wolters

Kluwer, Lippincott Williams & Wilkins.

Bassola, M., Tazza, L., Pannocchia, N., Cicciarelli, A., Liberatari, M., & Luciani,

G. (2001). Malnutrition in Hemodialysis patients.

Black, J.M. & Hawks, J.H. (2005). Medical surgical nursing: clinical

management for positive outcomes. St. Louis: Elsevier Saunders.

Bulecheck, G., Butcher, H., & Dochterman. (2008). Nursing Interventions

Classification (NIC). Fifth Edition Philadelphia : Mosby Elsevier

Copstead, L.,C., & Banasik, J.L. (2000). Pathophysiology, (2th

ed) Philadelphia

W.B. Saunders Company.

Doengoes, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A. C. (1999). Rencana asuhan

keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian

perawatan pasien. (Ed. ke-3). Jakarta: EGC.

Drueke, T.B., Locatelli,F.,Clyne,N.,Eckardt,K.U.,Macdougall,I.C.,Tsakiris,D.

(2006). Normalization of haemoglobin level in patients whith CKD and

anemia. New England jounal of medicine, 355.2084-2006.

Ferraro, P. M., Taylor, E. N., Gambaro, G., & Curhan, G.C. (2013). Soda and

other beverages and the risk of kidney stones. The American Society of

nephrology, CJASN epress, May 15, 2013 as doi: 10.2215/CJN.11661112.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23676355. (diakses pada tanggal 27

Juni 2014; pukul 16.00 wib).

Fritz, Z. (2005). Sport and Exercise massage: Comprehensive and athletics,

fitness, and rehabilitation, St.Louis, Missouri Mosby.Inc.

Gordon, P.L., doyle, J.W., & Johansen, K.L. (2011). Postdialysis fatigue is

associated with sedentary behavior. Clinical nephrology, 75(5), 426-433.

Guyton, A. & Hall, J. (2007). Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC

Hemawati, R. (2013). Pentingnya membaca label produk makanan.

Metronews.com: Life and Style. http:// www. metrotvnews. com/ lifestyle/

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 66: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

Universitas Indonesia

read/ 2013/ 06/ 19/ 913 /162388/ Pentingnya – Membaca – Label – Produk -

Makanan. (diakses pada tanggal 27 Juni 2014; pukul 16.00 wib).

Herlina, Santi. (2013). Pengaruh progressive muscle relaxation (PMR) terhadap

tingkat fatigue pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa

di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta. (tesis).

Perpustakaan UI.

Horigan, A.,Rocchiccioli,J., Trimm, D. (2012). Dialysis and Fatigue : Implication

for Nurses-A Case study Analysis. Medical Surgical Nursing, 21, 158-175.

Kemenkes RI. (2012). 60 merek obat tradisional dan suplemen makanan

dimusnahkan. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/258-

60-merek-obat-tradisional-dan-suplemen-makanan-dimusnahkan.html.

(diakses pada tanggal 25 Juni 2014; pukul 15.00 wib).

Kosmadakis, G.C., Bevington, A., Smith,A.C.,Clapp.,Viana,J.L.,Bishop,N.C.,

(2010). Physical exercise in patients with severe kidney diasese. Nepron

Clinical Practice, 76 (5), 358-356.

Loccatelli, F., Fauque, D., Heimburger, O., Drueke, T.B., Cannata-Andia, J.B.,

W.H., Ritz., E. (2002). Nutritional Status in dialysis patient : European

consensus. Nephrology Dialysis transplantation, 17, 563-572.

McCann, K., & Boore, J.R. (2000). Fatigue in person with renal failure who

require maintenance haemodilaysis. Jaurnal of advances

Nursing,32(5).1132-1142

Murtaugh, F., Addington-Hall, J., & Higginson, I. (2007). The Prevelance of

symptoms in end stage renal disease : A systematic review. Advances in

Chronic Kidney Disease, 14(1), 82-99

National Kidney Disease Education Program/ NKDEP. (2012). At risk for kidney

disease?. http://nkdep.nih.gov/learn/are-you-at-risk.shtml. (diakses pada

tanggal 01 Juli 2013; pukul 10.30 wib).

NKDEP. (2012). Explaining your kidney test results.

http://nkdep.nih.gov/resources/explaining-kidney-test-

results.shtml#providers. (diakses pada tanggal 27 Juni 2014; pukul 16.00

wib).

Notoadmodjo, S. ( 2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka

Cipta.

Potter, P.A. dan Perry A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,

prinsip, dan praktik. (Ed. ke-4). Jakarta: EGC.

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 67: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

Universitas Indonesia

Price, S. A. & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses

penyakit. (Ed. ke-6). Jakarta: EGC.

Putcha, N., & Allon, M. (2007). Management of Hyperkalemia in dialysis patient.

Seminar in Dialysis, 20(5), 431-439.

Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

brunner & suddart. (Ed. ke-8). Jakarta: EGC.

Snyder, M. & Lindquist, R. (2002). Complementary/ alternative therapies in

nursing, (4th

ed). New York : Springer Publishing Company.

Stanhope, M. & Lancaster, J. (1992). Community health nursing: process and

practice for promoting health. 3rd

edition. st. Louis: Mosby-year Book.inc.

Sulistini, Rumentalia. (2010). Gambaran faktor yang berhubungan dengan

fatigue pada pasien yang menjalani hemodialisa di RSUP dr. Moh Husein

Palembang. (tesis). Perpustakaan UI

Tanjoyo,H. & Gunawan, A. (2012). Profil penggunaan minuman berenergi pada

pasien gagal ginjal kronis di ruang hemodialisa RSSA Malang.

http://fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/kedokteran/Hartadi%20Tanjoyo.pd

f (diakses pada tanggal 25 Juni 2014; pukul 15.00 wib).

Terril, B. (2002). Renal nursing: a practical approch. Melbourne: Ausmed

Publications.

Vivekanand, Jha. (2010). Herbal Medicines and Chronic Kidney Disease.

Department of Nephrology, Postgraduate Institute of Medical Education and

Research, Chandigarh. India,

Weisboard, S., Fried, L., Arnold, R., Fine, M., Levenson, D., Peterson, R., &

Switze, G. (2005). Prevelence, severity, and importance of physical and

emotional symptoms in chronic hemodialysis patients. Journal of the

American Society of Nephrology, 16 (8), 2487-2494

Welch JL. (2006). Symptom management. In Contemporary Nephrology Nursing:

Principle and Practice (Molazhn AE & Butera E eds). American Nephrology

Nurse’s Association, New Jersey, pp. 275-292

World Health Organitation (WHO). (2010). Why urban health matter.

http://www.who.int/world-health-day/2010/media/whd2010background.pdf.

(diakses pada tanggal 25 Juni 2014; pukul 15.00).

Yildirim, Y.K., & Fadiloglu, T. (2006). The effect progressive muscle relaxation

training on anxiety level and quality of life in dyalisis patient. EDNA/ERCA

jaurnal

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 68: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

Lampiran 1

Prosedur Progressive Muscle Relaxation

a. Membuat posisi yang nyaman.

b. Menyediakan lingkungan yang tenang.

c. Meminta klien menutup mata dan jaga mata tetap tertutup sampai aktivitas

selesai untuk mencegah distraksi.

d. Hirup dan tahan nafas masing-masing sampai 4 hitung, kemudian buang

nafas sampai 4 hitungan

e. Lanjutkan bernafas perlahan dan dalam.

f. Instruksikan klien untuk mengikuti petunjuk-petunjuk yang akan diberikan

untuk relaksasi. Gerakan pertama untuk melatih otot tangan. Klien diminta

untuk mengepalkan tangan kiri. Buat kepalan semakin kuat dan rasakan

sensasi ketegangan yang terjadi. Lepaskan kepalan dan rasakan sensasi rileks

selama 10 detik. Lakukan gerakan ini sebanyak dua kali dan lakukan juga

pada tangan kanan.

g. Gerakan kedua untuk melatih otot tangan bagian belakang. Tekuk kedua

telapak tangan ke belakang sehingga otot-otot di tangan bagian belakang dan

bawah menegang.

h. Gerakan ketiga untuk melatih otot biseps. Genggam kedua tangan

membentuk kepalan lalu bawa kedua tangan ke pundak sehingga oto-otot

biseps tegang.

i. Gerakan keempat untuk melatih otot bahu. Angkat kedua bahu setinggi-

tingginya seakan menyentuh kedua telinga. Fokus dari gerakan ini adalah

kontras ketegangan yang terjadi di bahu, punggung atas, dan leher.

j. Gerakan kelima sampai kedelapan adalah gerakan untuk melemaskan otot

wajah. Otot wajah yang dilatih adalah otot dahi, mata, rahang, dan mulut.

Untuk dahi dapat dilakukan dengan mengerutkan dahi dan alis sampai otot-

ototnya terasa dan kulitnya keriput. Gerakan mata dilakukan dengan menutup

mata keras-keras sehingga ketegangan dapat dirasakan di sekitar otot mata.

Untuk rahang, gerakan yang dapat dilakukan dengan cara mengatupkan

rahang diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan di sekitar

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014

Page 69: ANALISIS PRAKTIK KLINIKKEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391004-PR-Sukron.pdf · diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity

Lampiran 1

otot-otot rahang. Untuk mulut, moncongkan bibit sekuat-kuatnya sehingga

merasakan ketegangan di sekitar mulut.

k. Gerakan kesembilan dan kesepuluh bertujuan untuk merilekskan otot leher

bagian depan maupun belakang. Klien diminta meletakkan kepala kemudian

minta untuk menekankan kepala pada permukaan bantalan kursi sehinga

dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung bagian

atas. Gerakan kesepuluh untuk melatih otot leher bagian depan, dengan

membenamkan dagu ke dadanya.

l. Gerakan kesebelas dilakukan untuk melatih otot punggung. Caranya dengan

mengangkat tubuh dari sandaran kursi kemudian punggung dilengkungkan

lalu busungkan dada. Pertahankan kondisi tegang selama 10 detik lalu

rilekskan.

m. Gerakan ke-12 dilakukan untuk melemaskan otot dada. Caranya klien diminta

untuk menarik nafas dalam seolah-olah seperti mengisi udara sebanyak-

banyaknya. Tahan posisi ini selama 10 detik lalu lepaskan.

n. Gerakan ke-13 dilakukan dengan menarik kuat-kuat perut ke dalam,

kemudian menahannya sampai perut kencang dan keras. Tahan 10 detik lalu

lepaskan. Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot-otot perut.

o. Gerakan ke-14 bertujuan untuk melatih otot paha. Lakukan dengan cara

meluruskan kedua belah telapak kaki sehinga otot paha merasa tegang.

Lanjutkan dengan mengunci lutut sehingga ketegangan pindah ke otot-otot

betis. Tahan selama 10 detik lalu lepaskan

Analisis praktik ..., Sukron, FIK UI, 2014