analisis peranan inspektorat kabupaten sebagai …

17
Universitas Indonesia ANALISIS PERANAN INSPEKTORAT KABUPATEN SEBAGAI AUDITOR INTERN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (STUDI KASUS KABUPATEN WONOSOBO) Denis Dimas Permana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Program Studi Akuntansi Emil Bachtiar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Program Studi Akuntansi ABSTRAK: Setiap tahun BPK melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah, sebagai wujud proses akuntabilitas dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah. Di Indonesia, sebagian besar kabupaten/kota masih mendapatkan opini audit yang kurang baik dari BPK. Oleh karena itu, perlu diteliti upaya daerah dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah di Indonesia. Skripsi ini membahas peran Inspektorat Kabupaten sebagai auditor Intern pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan. Penelitian ini merupakan studi kasus di Kabupaten Wonosobo. Dengan mengetahui pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah dan peran Inspektorat di dalamnya, solusi dapat diberikan untuk membantu meningkatkan kualitas laporan keuangan daerah. Kata kunci: Audit Intern; Inspektorat Kabupaten; Laporan Keuangan Pemerintah Daerah; Opini Audit ABSTRACT: To support accountability and responsibility of local government financial management, BPK as an Independent Audit External for Government Entities performs audit for local government’s financial report every year. In Indonesia, most of districts still have a poor audit opinion from BPK. So, it’s needed to have a research about local government’s efforts on financial management in Indonesia. This thesis discuss about the role of Inspektorat Kabupaten, as government Intern auditor, to improve quality of financial report. The research is a case study in Wonosobo District. By knowing the implementation of local government’s financial management and the role of Inspektorat Kabupaten inside of it, the solution to increase quality of local government’s financial report could be found. Key words: Internal Audit; Inspektorat Kabupaten; Local Government’s Financial Report; Audit Opinion I. PENDAHULUAN Implikasi dari mekanisme otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia adalah daerah dapat mengatur dan menangani sendiri urusan pemerintahan serta kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan, termasuk di dalamnya urusan pengelolaan keuangan daerah. Sebagai wujud transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah tersebut, tiap instansi pemerintah wajib mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan melalui laporan keuangan, Analisis peranan …, Denis Dimas Permana, FE UI, 2013

Upload: others

Post on 23-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PERANAN INSPEKTORAT KABUPATEN SEBAGAI …

Universitas Indonesia  

ANALISIS PERANAN INSPEKTORAT KABUPATEN SEBAGAI AUDITOR INTERN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

(STUDI KASUS KABUPATEN WONOSOBO)

Denis Dimas Permana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Program Studi Akuntansi

Emil Bachtiar

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Program Studi Akuntansi

ABSTRAK: Setiap tahun BPK melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah, sebagai wujud proses akuntabilitas dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah. Di Indonesia, sebagian besar kabupaten/kota masih mendapatkan opini audit yang kurang baik dari BPK. Oleh karena itu, perlu diteliti upaya daerah dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah di Indonesia. Skripsi ini membahas peran Inspektorat Kabupaten sebagai auditor Intern pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan. Penelitian ini merupakan studi kasus di Kabupaten Wonosobo. Dengan mengetahui pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah dan peran Inspektorat di dalamnya, solusi dapat diberikan untuk membantu meningkatkan kualitas laporan keuangan daerah. Kata kunci: Audit Intern; Inspektorat Kabupaten; Laporan Keuangan Pemerintah Daerah; Opini Audit ABSTRACT: To support accountability and responsibility of local government financial management, BPK as an Independent Audit External for Government Entities performs audit for local government’s financial report every year. In Indonesia, most of districts still have a poor audit opinion from BPK. So, it’s needed to have a research about local government’s efforts on financial management in Indonesia. This thesis discuss about the role of Inspektorat Kabupaten, as government Intern auditor, to improve quality of financial report. The research is a case study in Wonosobo District. By knowing the implementation of local government’s financial management and the role of Inspektorat Kabupaten inside of it, the solution to increase quality of local government’s financial report could be found. Key words: Internal Audit; Inspektorat Kabupaten; Local Government’s Financial Report; Audit Opinion

I. PENDAHULUAN

Implikasi dari mekanisme otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan

daerah di Indonesia adalah daerah dapat mengatur dan menangani sendiri urusan

pemerintahan serta kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan, termasuk di dalamnya urusan pengelolaan keuangan daerah. Sebagai wujud

transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah tersebut, tiap instansi pemerintah

wajib mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan melalui laporan keuangan,

Analisis peranan …, Denis Dimas Permana, FE UI, 2013

Page 2: ANALISIS PERANAN INSPEKTORAT KABUPATEN SEBAGAI …

Universitas Indonesia  

sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 30, Pasal 31, dan Pasal 32 Undang-undang Nomor 17

Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pasal 55 ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 56 ayat (3)

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I dan Semester II tahun 2011 yang

diterbitkan oleh BPK, untuk tahun 2010 dari 516 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

(LKPD) Kabupaten/Kota yang diperiksa oleh BPK, hanya terdapat 34 LKPD yang

memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian, yang merupakan opini tertinggi dalam hasil

pemeriksaan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hanya 7% entitas pemerintah daerah yang

memberikan pertanggungjawaban yang baik terkait pengelolaan keuangan daerahnya. Hasil

pemeriksaan atas LKPD lainnya adalah sebagai berikut: 341 LKPD (66%) memperoleh opini

Wajar Dengan Pengecualian, 26 LKPD (5%) memperoleh opini Tidak Wajar, dan 115 LKPD

(22%) mendapat opini Tidak Memberikan Pendapat dari BPK.

Menyadari hal tersebut, langkah konkret harus diletakkan pada tempat yang

seharusnya untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan dan kinerja pemerintah

daerah. Fungsi audit intern merupakan salah satu kunci dalam unit pemerintahan yang

memiliki keahlian untuk menilai efektivitas pemanfaatan sumber daya keuangan dengan

mengidentifikasi pemborosan, inefisiensi, dan kecurangan dalam anggaran, serta untuk

membuat rekomendasi untuk meningkatkan efisiensi operasi. Untuk alasan ini, memahami

peran auditor intern dalam proses pengelolaan keuangan pemerintah menjadi sangat penting.

Kuswarini (2010) menyatakan bahwa peran pengawasan yang optimal turut menentukan

keberhasilan dalam pencapaian prinsip-prinsip tata kelola yang baik dan bersih pada instansi

pemerintah, terutama dalam mempercepat tindak lanjut hasil pemeriksaan.

Pada akhirnya, atas hal-hal yang telah dikemukakan sebelumnya, kita perlu

mengetahui sejauh mana peran auditor intern pemerintah, dalam hal ini Inspektorat

Kabupaten, dalam memberikan kontribusi untuk perbaikan kecukupan dan efektivitas

pengendalian intern atas pengelolaan keuangan dan kinerja pemerintah, serta kualitas laporan

keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota. Terutama, fokus penelitian peran Inspektorat

Kabupaten perlu untuk diberikan kepada daerah-daerah yang belum mendapatkan opini

tertinggi atau Wajar Tanpa Pengecualian.

Analisis peranan …, Denis Dimas Permana, FE UI, 2013

Page 3: ANALISIS PERANAN INSPEKTORAT KABUPATEN SEBAGAI …

Universitas Indonesia  

II. TINJAUAN TEORITIS

Institute of Internal Auditor (IIA) mendefinisikan audit intern sebagai sebuah fungsi

penilaian independen di dalam sebuah organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan-

kegiatan sebagai suatu jasa dalam organisasi (Moeller, 2009). Menurut Unegbu dan Kida

(2011), auditor intern memiliki kewajiban kepada manajemen untuk menyediakan informasi

mengenai kecukupan dan efektivitas dari sistem pengendalian intern dan kualitas kinerja.

Mihret dan Yismaw (2007) mengemukakan bahwa efektivitas audit intern sebuah proses

dinamis yang dihasilkan dari efek beberapa faktor yang saling mempengaruhi satu sama lain.

Faktor-faktor tersebut terbagi menjadi empat, yaitu: kualitas audit intern, dukungan

manajemen, kondisi organisasi, kelengkapan auditee. IIA (2006) juga memberikan petunjuk,

pada tingkat minimum kegiatan audit pemerintah membutuhkan: independensi organisasi.,

mandat hukum, akses tak terbatas, pendanaan yang memadai, kepemimpinan yang kompeten,

staf yang kompeten, dukungan pemegang kepentingan, standar professional audit.

Hubungan antara pemerintah dengan publik atau rakyatnya dapat dijelaskan dengan

menggunakan teori keagenan, salah satunya yang dicetuskan oleh Jensen dan Meckling

(1976). Hubungan ini timbul karena adanya pemberian wewenang dari rakyat sebagai

principal kepada pemerintah, dalam hal ini kepala daerah, sebagai agent. Di mana agent harus

menyediakan jasa dari pengelolaan sumber daya publik dan oleh karenanya, pemerintah

sebagai agent berkewajiban memberikan pertanggungjawaban atas pengelolaan sumber daya

tersebut kepada principal melalui mekanisme pelaporan keuangan secara periodik. Pasal 55

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menegaskan hal ini,

bahwa laporan keuangan disusun sebagai wujud pertanggungjawaban pengelolaan keuangan

negara sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan yang berlaku dan sistem pengendalian

pemerintah yang memadai.

Laporan keuangan pemerintah terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary

reports), laporan finansial, dan catatan atas laporan keuangan (CALK). Laporan pelaksanaan

anggaran terdiri dari laporan realisasi anggaran dan laporan perubahan saldo anggaran lebih.

Laporan finansial terdiri dari Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan

Laporan Arus Kas. CALK merupakan laporan yang merinci atau menjelaskan lebih lanjut atas

pos-pos laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial dan merupakan laporan yang

tidak terpisahkan dari laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial.

Analisis peranan …, Denis Dimas Permana, FE UI, 2013

Page 4: ANALISIS PERANAN INSPEKTORAT KABUPATEN SEBAGAI …

Universitas Indonesia  

Belum banyak penelitian yang melakukan penelitian terkait faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan sektor publik di Indonesia. Hal ini disebabkan

karena bidang pemerintahan masih terbilang baru dalam dunia akuntansi Indonesia,

berbeda dengan pada sektor swasta (Sukmaningum, 2012). Berikut merupakan Tabel 2.1

yang merangkum penelitian-penelitian terkait yang dapat digunakan sebagai landasan untuk

mengukur faktor-faktor apa saja yang kemudian memengaruhi kualitas laporan keuangan

pemerintah daerah.

Tabel 2.1 Faktor-faktor Memengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

No Peneliti/ Organisasi

(Tahun) Judul Penelitian Faktor Penentu Kualitas

1.

Xu, et al (2003)

Key Issues of Accounting

Information Quality Management:

Autralian Case Study

1. Sumber daya manusia

2. sistem

3. organisasi

4. faktor eksternal

2. Australian National

Audit Office (2009)

Preparation of Financial

Statements by Public Entities

1. Komitmen manajemen

2. manajemen risiko dan

pengendalian intern

3. mengadopsi praktik

pelaporan keuangan yang

baik

4. hubungan yang terbuka

dengan pemangku

kepentingan

5. sumber daya manusia

6. tanggung jawab

pemerintah

3. Silviana (2011)

Pengaruh Komitmen Kepala

Daerah terhadap Kualitas Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah di

Provinsi Jawa Barat

Komitmen kepala daerah

berpengaruh kuat terhadap

kualitas laporan keuangan

pemerintah daerah

Analisis peranan …, Denis Dimas Permana, FE UI, 2013

Page 5: ANALISIS PERANAN INSPEKTORAT KABUPATEN SEBAGAI …

Universitas Indonesia  

Tabel 2.1 Faktor-faktor Memengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

No. Peneliti/Organisasi

(Tahun) Judul Penelitian Faktor Penentu Kualitas

4. Ekasari (2012)

Faktor-faktor yang Memengaruhi

Keandalan Pelaporan Keuangan

Pemerintah Daerah Kabupaten

Kampar

1. sumber daya manusia

2. teknologi informasi

3. sistem pengendalian

intern

5. Choirunisah (2008)

Faktor-faktor yang Memengaruhi

Kualitas Informasi Laporan

Keuangan yang Dihasilkan oleh

Sistem Akuntansi Instansi

1. sumber daya manusia

2. organisasi tim

Sumber: Penelitian terdahulu

Seperti dijelaskan dalam Nordiawan, Iswahjudi, Maulidah (2007), proses penyusunan

LKPD dimulai dari Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran. Sebagai pertanggungjawaban

atas pelaksanaan APBD, ia harus menyusun Laporan Keuangan, terdiri dari Laporan Realisasi

Anggaran, Neraca, dan CaLK. Laporan tersebut kemudian diserahkan kepada Pejabat

Pengelola Keuangan Daerah (PPKD). PPKD selaku Bendahara Umam Daerah juga menyusun

Laporan Keuangan BUD. Laporan dari berbagai SKPD dan BUD tersebut kemudian

direkonsiliasi dan menjadi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). LKPD tersebut

disampaikan kepada kepala daerah (bupati), yang kemudian harus diserahkan bupati ke BPK

untuk diperiksa. Atas hasil pemeriksaan BPK, Bupati memberikan tanggapan dan melakukan

penyesuaian terhadap LKPD berdasarkan hasil pemeriksaan BPK serta koreksi lain

berdasarkan standar akuntansi pemerintah (SAP). Kemudian LKPD yang telah diaudit BPK,

PPKD menyusun rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan

APBD. Raperda ini kemudian disampaikan Bupati kepada DPRD. Raperda yang telah

disetujui bersama dengan DPRD ini kemudian disampaikan kepada Gubernur.

BPK dapat memanfaatkan hasil pekerjaan yang dilakukan oleh aparat pengawasan intern

pemerintah. Dengan demikian, luas pemeriksaan yang akan dilakukan dapat disesuaikan dan

difokuskan pada bidang-bidang yang secara potensial berdampak pada kewajaran laporan

keuangan serta tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan negara. Untuk itu,

aparat pengawasan intern pemerintah wajib menyampaikan hasil pemeriksaannya kepada

BPK.

Analisis peranan …, Denis Dimas Permana, FE UI, 2013

Page 6: ANALISIS PERANAN INSPEKTORAT KABUPATEN SEBAGAI …

Universitas Indonesia  

Pasal 33 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 menyebutkan bahwa aparat

pengawasan intern pemerintah pada pemerintah daerah, dalam hal ini Inspektorat, melakukan

reviu atas Laporan Keuangan dan Kinerja dalam rangka meyakinkan keandalan informasi

yang disajikan sebelum disampaikan oleh gubernur/bupati/walikota kepada BPK. Reviu atas

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah itu sendiri merupakan prosedur penelusuran angka-

angka, permintaan keterangan dan analitis yang harus menjadi dasar memadai bagi

Inspektorat untuk memberi keyakinan terbatas atas laporan keuangan bahwa tidak ada

modifikasi material yang harus dilakukan atas laporan keuangan agar laporan keuangan

tersebut disajikan berdasarkan Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang memadai dan sesuai

dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Reviu tersebut tidak memberikan dasar untuk

menyatakan pendapat atau opini atas laporan keuangan.

Penelitian mengenai peran auditor intern pemerintah dalam meningkatkan kinerja

keuangan sebelumnya telah dilakukan, diantaranya seperti yang dihasilkan oleh Aikins

(2011). Aikins (2011) menguji bagaimana kinerja audit internal pemerintah mampu

mendorong peningkatan kinerja keuangan pemerintah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

auditor internal pemerintah daerah memainkan peran yang signifikan dalam pengelolaan

keuangan publik dan kegiatan pemerintah. Pnelitian lain yakni Yismaw dan Mihret (2007)

yang bertujuan untuk mengenali faktor yang mempengaruhi efektivitas audit internal.

Hasilnya, efektivitas audit internal secara kuat dipengaruhi oleh kualitas audit internal dan

dukungan manajemen, di mana kondisi organisasi dan kelengkapan.

Sementara itu, Unegbu dan Kida (2011) meneliti efektivitas audit internal sebagai

intrumen untuk meningkatkan manajemen sektor publik. Hasilnya audit intern dapat secara

efektif menemukan fraud dan aktivitas fraudulent pada sektor publik dan bahwa pada sektor

publik di Negara bagian Kano tersebut memiliki departemen audit intern yang jumlahnya

signifikan yang berfungsi efektif. Penelitian Kuswarini (2010) mengenai pengaruh kualitas

jasa Inspektorat jenderal, pengalaman pimpinan dan jumlah anggaran terhadap efektivitas

pengendalian intern pada kementerian/lembaga di Jakarta. Hasil pengujian hipotesis

menunjukkan bahwa kualitas jasa Inspektorat jenderal, pengalaman pimpinan, dan jumlah

anggaran secara parsial maupun simultan berpengaruh signifikan terhadap efektivitas

pengendalian intern.

Penelitian Rahmat (2010) membahas peranan peranan Inspektorat jenderal sebagai

aparat pengawasan intern kementerian/lembaga dalam meningkatkan kualitas laporan

Analisis peranan …, Denis Dimas Permana, FE UI, 2013

Page 7: ANALISIS PERANAN INSPEKTORAT KABUPATEN SEBAGAI …

Universitas Indonesia  

keuangan kementerian/lembaga dengan studi pada kementerian keuangan. Penelitian

dilakukan secara kualitatif dengan metode deskriptif. Hasilnya, sebagai aparat pengawasan

intern, Inspektorat jenderal kemenkeu telah mulai menjalankan fungsinya sebagaimana fungsi

pengawas intern dengan paradigma baru, yaitu memberi nilai tambah dan membantu

pencapaian tujuan organisasi, dengan menjalankan fungsi sebagai pemberi assurance dan

advisory consulting. Hal ini memberikan hasil yang cukup signifikan dalam meningkatkan

kualitas laporan keuangan. Pencapaian hasil tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor yang

mendukung, yaitu sumber daya manusia dan sarana dan prasarana yang ada. Penelitian

tersebut juga memberikan rekomendasi untuk melakukan sosialisasi kepada unit penyusun

laporan agar lebih peduli kepada penyusunan laporan keuangan yang berkualitas untuk

menunjukkan akuntabilitas atas pengelolaan keuangan Negara.

III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Dalam penelitian studi kasus mengenai peranan Inspektorat Kabupaten sebagai auditor

intern pemerintah ini mengambil Pemerintah Kabupaten Wonosobo sebagai objek penelitian

studi kasus dengan alasan sebagai berikut:

- Pemerintah Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu pemerintah daerah yang

memiliki berbagai prestasi dalam kinerja pemerintahannya, salah satunya merupakan

penyelenggara pemerintahan daerah terbaik di provinsi Jawa Tengah dan peringkat

dua di tingkat Nasional tahun 2012.

- Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo dari tahun 2004-2012

secara stabil mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dari Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK), sehingga menarik untuk diteliti upaya yang telah

dilakukan untuk meraih opini terbaik (Wajar Tanpa Pengecualian/WTP) dan mengapa

tidak bisa berjalan dengan baik, mengingat secara penyelenggaraan pemerintahan

sudah berjalan dengan baik. Sekaligus, dapat mewakili daerah-daerah lain di Indonesia

yang sebagian besar masih mendapatkan opini di luar WTP.

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif.

Pendekatan ini memungkinkan kejadian, proses, dan hubungan yang diteliti di lapangan

dapat dipahami melalui berbagai perspektif teori (Parker, 2011). Pendekatan kualitatif ini

dilakukan dengan cara studi kasus. Menurut Sekaran dan Bougie (2010), studi kasus

merupakan penelitian mendalam dan kontekstual dari suatu keadaan dalam sebuah

organisasi, di mana sifat dan definisi masalah yang terjadi serupa dengan yang dialami

Analisis peranan …, Denis Dimas Permana, FE UI, 2013

Page 8: ANALISIS PERANAN INSPEKTORAT KABUPATEN SEBAGAI …

Universitas Indonesia  

oleh organisasi lain. Penelitian studi kasus yang sifatnya kualitatif ini, bermanfaat dalam

menawarkan solusi kepada masalah yang ada berdasarkan pengalaman penyelesaian

masalah yang lalu, penelitian ini juga bermanfaat dalam memahami fenomena dan

menghasilkan teori yang lebih jauh untuk kemudian diuji. Penelitian lapangan berbasis

studi kasus menggunakan berbagai metode seperti wawancara, observasi, dan analisis

dokumentasi sesuai dengan kondisi dan proses yang sebenarnya. Hal ini bertujuan untuk

memberikan data dan pemahamanan yang lebih baik mengenai praktik organisasi (Lee et

al., 2007; Merchant dan Van der Stede, 2006 dalam Parker 2011).

IV. HASIL PENELITIAN

Tabel 4.1 Peran Inspektorat Kabupaten dalam Tindak Lanjut Pengecualian

No Temuan Tahun Penyebab Peran Inspektorat

1. Penyajian belanja bantuan, pegawai, barang tidak sesuai dengan tujuan anggaran

2008-2009

Kesalahan penganggaran - Inspektorat belum masuk ke ranah penganggaran

- Reviu khusus hibah atas rekomendasi BPK

2. Aset tetap tidak dapat diyakini kewajarannya

2009-2012

belum didukung dengan buku inventaris barang SKPD, klasifikasi aset yang belum sesuai, mencantumkan aset-aset yang telah diberikan kepada pihak luar, serta belum dilakukan kapitalisasi atas biaya

-Peran bersifat parsial bukan peran komprehensif. - Peluang terjadi di tahun 2012 namun tidak mampu dioptimalkan.

3. Pengadaan hutang obat RSUD

2009 Tidak didukung dokumen yang meemadai

Pemeriksaan atas rekomendasi BPK

4. Aset dari belanja barang dan jasa belum dapat diungkapkan

2010 Kesalahan penganggaran Relatif tidak ada karena belum masuk ke ranah penganggaran

Sumber: Wawancara dengan Kasubbag P2EP Inspektorat Kabupaten Wonosobo

Penjelasan untuk Tabel 3.9 dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Untuk temuan penyajian belanja bantuan, belanja pegawai, dan belanja barang yang tidak

sesuai dengan tujuan anggaran pada tahun 2008, muncul kembali dengan pola yang relatif

sama di tahun 2009. Kesalahan dalam penyajian laporan keuangan tersebut terletak dalam

proses penganggaran, bukan pada proses pengelolaan atau pelaporan. Hal ini disebabkan oleh

Analisis peranan …, Denis Dimas Permana, FE UI, 2013

Page 9: ANALISIS PERANAN INSPEKTORAT KABUPATEN SEBAGAI …

Universitas Indonesia  

faktor kebijakan yang dilakukan oleh tim anggaran pemerintah daerah. Temuan muncul tidak

dapat langsung ditindaklanjuti terutama disebabkan karena masalah waktu penyusunan

anggaran dengan rekomendasi temuan BPK yang tidak bersamaan. Inspektorat Kabupaten

Wonosobo sendiri belum mau masuk ke ranah penganggaran untuk mencegah temuan ini

terjadi. Peran Inspektorat di sini mengadakan reviu khusus untuk hibah atas rekomendasi

BPK.

2. Pada tahun 2009 muncul temuan mengenai aset tetap yang tidak dapat diyakini

kewajarannya sebesar Rp 1,65 Triliun. Nilai tersebut merupakan nilai keseluruhan aset tetap

yang dimiliki oleh Kabupaten Wonosobo. Hal ini disebabkan karena penyajian tersebut belum

didukung dengan buku inventaris barang SKPD, klasifikasi aset yang belum sesuai,

mencantumkan aset-aset yang telah diberikan kepada pihak luar, serta belum dilakukan

kapitalisasi atas biaya yang timbul dalam kaitan dengan pengadaan aset tetap. Tindak lanjut

dalam temuan ini dilakukan sepenuhnya oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah (DPPKAD). Namun, karena keterbatasan langkah yang dimiliki oleh DPPKAD

menyebabkan temuan ini tidak dapat tuntas ditindaklanjuti. Inspektorat Kabupaten, dalam hal

ini yang memiliki sumber daya manusia maupun waktu lebih banyak dibandingkan DPPKAD,

sayangnya belum ada peran komprehensif Inspektorat Kabupaten dalam menindaklanjuti

pengecualian ini, yang ada hanyalah langkah-langkah parsial, pada saat pemeriksaan regular,

yang kemudian secara kebetulan menyentuh temuan ini. Khusus untuk tahun 2012, peran

Inspektorat Kabupaten dapat dilihat dalam reviu yang dilakukan untuk membuktikan

kewajaran aset Dikpora karena BPK tidak mampu melakukan pemeriksaan sendiri. Dalam

reviu tersebut Inspektorat menerjunkan 2 personilnya, namun karena banyaknya jumlah

sekolah yang harus direviu dan jangka waktu yang diberikan BPK sendiri hanya 2 minggu,

reviu yang dilakukan oleh Inspektorat tidak mampu memberikan keyakinan kepada BPK

untuk memberikan opini WTP.

3. Untuk temuan hutang pengadaan obat pada RSUD di tahun 2009 senilai sekitar Rp 2,99

Milyar belum dapat diyakini kewajarannya karena tidak didukung dengan dokumen faktur

yang memadai. Peran Inspektorat kabupaten dalam hal ini adalah menindaklanjuti melalui

pemeriksaan atas rekomendasi BPK.

4. Untuk temuan di tahun 2010 mengenai beberapa aset dari belanja barang dan jasa belum

dapat diungkapkan karena perolehan aset berasal dari belanja barang dan jasa dan tidak ada

laporan dari SKPD terkait serta belum ada kebijakan mengenai kapitalisasi aset ini, lagi-lagi

Analisis peranan …, Denis Dimas Permana, FE UI, 2013

Page 10: ANALISIS PERANAN INSPEKTORAT KABUPATEN SEBAGAI …

Universitas Indonesia  

akibat dari kesalahan penganggaran. Belanja barang dan jasa (pemeliharaan) tersebut

seharusnya tidak dikapitalisasi sebagai aset tetap, kecuali pada saat penganggaran

dialokasikan sebagai belanja modal. Peran dari Inspektorat dalam hal ini relatif tidak berarti

karena untuk peran pemeriksaan dalam penganggaran Inspektorat Kabupaten belum masuk ke

sana.

Secara umum, Inspektorat Kabupaten Wonosobo belum pernah secara formal dan

inisiatif untuk menindaklanjuti pengecualian, kecuali untuk pengecualian yang masuk dalam

temuan dan diminta oleh BPK. Langkah tindak lanjut yang dilakukan oleh Inspektorat saat ini

sifatnya parsial dan belum ada langkah nyata Inspektorat terlibat langsung dalam reviu SKPD

berkenaan dengan beberapa dari pengecualian tersebut.

V. PEMBAHASAN

Tabel 5.1 Permasalahan Mendasar dalam Peningkatan Kualitas LKPD

No Permasalahan Faktor Penentu

1. Perbedaan Persepsi mengenai

Laporan Keuangan

- Faktor sumber daya manusia (Xu et al, 2003; ANAO, 2009;

Choirunisah, 2008; Ekasari, 2012)

- Sistem dan praktik pelaporan keuangan yang belum

diimplementasikan dengan baik menurut standar yang berlaku

(Xu, 2003; ANAO, 2009).

2. Permasalahan Institusional - Faktor desain dan budaya organisasi (Xu et al, 2003;

Choirunisah, 2008).

- pengelolaan dan pemilihan SDM yang efektif (Xu et al,

2003; Choirunisah, 2008; ANAO, 2009; Ekasari, 2012).

3. Ego Sektoral - Faktor hubungan yang kurang terbuka dan kontruktif antar

pemangku kepentingan (ANAO, 2009)

4. Komitmen Kepala Daerah - Komitmen pimpinan dan manajemen (ANAO, 2009;

Silviana; 2011)

Sumber: penelitian terdahulu, data diolah penulis

1. Perbedaan Persepsi mengenai Laporan Keuangan

Seperti telah dijelaskan dalam evaluasi penyusunan LKPD Kabupaten Wonosobo di awal,

bahwa ada dualisme pemahaman mengenai proses penyusunan laporan keuangan yang baik.

Secara umum masih ada pemahaman bahwa laporan keuangan harus kelihatan baik-baik saja,

Analisis peranan …, Denis Dimas Permana, FE UI, 2013

Page 11: ANALISIS PERANAN INSPEKTORAT KABUPATEN SEBAGAI …

Universitas Indonesia  

tidak menampilkan hal-hal yang salah atau tidak tepat dan tidak memancing permasalahan.

Namun, ada pula yang memahami bahwa seharusnya laporan keuangan berkata apa adanya

dan mengungkapkan selengkap-lengkapnya, meskipun kemudian harus menyajikan kesalahan

yang terjadi. Sepintar apapun pemerintah daerah menyembunyikan data itu, BPK akan bisa

menemukannya dan justru kemudian berpotensi menjadi temuan yang mengecualikan

kewajaran laporan keuangan pemerintah daerah. Dualisme seperti inilah yang kemudian

membuat persepsi pemerintah daerah terhadap laporan keuangan yang berkualitas masih

berbeda-beda. Kemudian, apakah pemahaman akan arti penting opini WTP bagi pemda ini

dipahami oleh semua elemen pemerintah daerah, ini pertanyaan yang harus dijawab oleh

pemerintah daerah.

Maka, apabila kita mengacu kepada teori yang ada, mengenai faktor-faktor yang

menentukan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah pada Bab 2, masalah perbedaan

persepsi mengenai laporan keuangan ini bisa terjadi karena faktor sumber daya manusia dari

pimpinan-pimpinan daerah yang tidak memahami dengan baik mengenai akuntansi pelaporan

keungan daerah (Xu, 2003; ANAO, 2009; Choirunisah, 2008; Ekasari, 2012), serta sistem dan

praktik pelaporan keuangan yang belum diimplementasikan dengan baik menurut standar

yang berlaku (Xu, 2003; ANAO, 2009).

2. Permasalahan Institusional

Ada beberapa permasalahan yang sifatnya terkait pengelolaan organisasi di dalam

pelaksanaan pemerintahan daerah Wonosobo. Dalam kaitannya dengan Inspektorat

Kabupaten kemudian justru akan menyebabkan muncul pertanyaan urgensi akan kehadiran

dan manfaat instansi tersebut. Beberapa permasalahan tersebut seperti praktik kerja yang

masih menjunjung kebiasaan-kebiasaan lama, etika profesi auditor, juga terkait pemilihan

sumber daya manusia dalam Inspektorat Kabupaten.

Dalam evaluasi peran yang telah dilakukan Inspektorat Kabupaten dapat penulis

simpulkan bahwa praktik pemeriksaan masih terpaku pada pola dan kebiasan lama.

Pengelolaan keuangan seharusnya tidak hanya mengenai uang masuk atau uang keluar, ada

aspek lain selain belanja di dalamnya yang juga harus didalami, aset daerah misalnya yang

menjadi masalah utama akuntansi daerah Kabupaten Wonosobo, juga masih ada pendapatan

maupun pembiayaan yang belum tersentuh secara mendalam. Rancangan Kerja Inspektorat

kemudian harus mulai diarahkan kepada aspek-aspek selain belanja.

Analisis peranan …, Denis Dimas Permana, FE UI, 2013

Page 12: ANALISIS PERANAN INSPEKTORAT KABUPATEN SEBAGAI …

Universitas Indonesia  

Di Inspektorat sendiri, masih ada pola pikir bahwa pemeriksaan regular diandalkan untuk

mengejar angka kredit, yang nantinya tentu akan berimplikasi pada kenaikan pangkat.

Sehingga, setiap ada penugasan yang diperdebatkan justru mengenai jumlah hari

pemeriksaan, yang kemudian berpengaruh kepada angka kredit. Padahal, pejabat fungsional

tersebut seharusnya ada pertanggungjawaban profesi.

Pimpinan perlu membangun budaya kerja organisasi baik di Inspektorat maupun

lingkungan pemda itu sendiri yang mendorong SDM untuk berkontribusi maksimal, perlu

dihilangkan stigma bahwa bekerja bagus atau tidak sama saja, gaji tetap sama. Lebih

buruknya lagi, ketika yang berusaha untuk menampilkan kinerja terbaik justru dijauhi oleh

rekan kerjanya sendiri. Sehingga budaya dan atmosfer kerja organisasi akhirnya tidak

mendukung institusi untuk bekerja optimal. Seharusnya tidak ada alasan bagi aparat

pemerintah, apalagi auditor untuk tidak mau belajar. Etika profesionalitas dan disiplin kerja

perlu ditegakkan.

Apabila kemudian dikaitkan dengan teori pada Bab 2, permasalahan yang ada tersebut

karena faktor desain dan budaya organisasi (Xu et al, 2003; Choirunisah, 2008). Budaya dan

iklim organisasi pada Inspektorat Kabupaten yang masih menjunjung kebiasan-kebiasan lama

dalam praktik kerjanya, juga desain organisasi instansi pemerintahan yang kurang

memberikan apresiasi bagi kinerja terbaik turut mempengaruhi kinerja pelaporan keuangan

pemerintah daerah. Kemudian, hal ini juga terjadi karena sebagian besar sumber daya

manusia di dalam Inspektorat Kabupaten diisi oleh orang-orang dengan latar belakang bukan

ekonomi, bahkan akuntansi.

Pemilihan SDM, bahkan jabatan Inspektur itu sendiri yang pemilihannya tidak

berdasarkan kompetensi, pada akhirnya membuat Inspektorat ini kemudian sulit untuk

bergerak sesuai dengan basis kompetensinya. Dalam bab 2 telah diuraikan mengenai faktor

penentu kualitas laporan keuangan salah satunya adalah pengelolaan dan pemilihan SDM

yang efektif (Xu et al, 2003; Choirunisah, 2008; ANAO, 2009; Ekasari, 2012).

3. Ego Sektoral

Sempat disinggung sebelumnya bahwa masalah koordinasi menjadi begitu penting dalam

proses pencapaian opini WTP, juga tentunya dalam proses penyusunan laporan keuangan

secara umum. Permasalahan mendasar yang kemudian harus diuraikan, yang penulis temukan

adalah masih kuatnya ego dari masing-masing sektoral untuk kemudian berjalan sendiri-

Analisis peranan …, Denis Dimas Permana, FE UI, 2013

Page 13: ANALISIS PERANAN INSPEKTORAT KABUPATEN SEBAGAI …

Universitas Indonesia  

sendiri sesuai dengan kepentingan dan caranya masing-masing. Antara DPPKAD, sebagai

penyusun laporan keuangan, dengan Inspektorat Kabupaten, sebagai aparat pengawas intern

pemda, misalnya, masih ada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dan tidak melibatkan satu

sama lain. Hal ini juga terlihat jelas dalam tindak lanjut pengecualian aset daerah, misalnya.

Karena pengecualian yang muncul berhubungan dengan tugas DPPKAD, maka seolah-olah

hanya menjadi tanggung jawab DPPKAD. Ego sektoral masih sangat terasa di sini. Padahal,

kemudian dapat kita buktikan sendiri dalam upaya pencapaian opini audit tahun 2012

kemarin, bahwa kerjasama dan koordinasi antar sektoral sangatlah penting.

Di dalam Inspektorat Kabupaten hal ini dapat kita lihat dalam reviu mengenai aset tetap

tahun 2012 kemarin, di mana hanya 2 orang yang kemudian mereviu unit sekolah sebanyak

itu. Pun, masalah koordinasi ini juga diamini BPK dalam LHP LKPD Kabupaten Wonosobo,

bahwa beberapa kelemahan pengendalian intern yang ditemukan menunjukkan masih adanya

kurang koordinasi antar tingkatan manajemen dan belum optimalnya fungsi saluran

komunikasi antar pejabat dan personil yang terkait, serta antar pegawai dengan atasan.

Mengacu pada teori yang ada dalam Bab 2, maka permasalahan ego sektoral ini termasuk

dalam faktor hubungan yang kurang terbuka dan konstruktif antar pemangku kepentingan,

dalam hal ini antar instansi terkait (ANAO, 2009), yang akan memengaruhi kualitas

penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah

4. Komitmen Kepala Daerah

Ketiga permasalahan utama yang telah disebutkan sebelumnya tidak dapat diselesaikan

apabila tidak ada komitmen yang kuat dari pemerintah daerah. Komitmen pimpinan dan

manajemen merupakan salah satu faktor kuat yang memengaruhi kualitas laporan keuangan

pemerintah daerah (ANAO, 2009; Silviana; 2011) seperti yang telah dijelasakan dalam bab 2.

Maka kemudian, butuh dukungan kebijakan dari pemerintah daerah untuk mendukung

pengelolaan keuangan daerah yang berkualitas. Oleh sebab itu, melihat permasalahan

mendasar dan tantangan ke depan dalam kerangka besar sistem pengendalian intern dalam

pengelolaan keuangan daerah, butuh komitmen dan dukungan penuh dari kepala daerah,

dalam hal ini Bupati Wonosobo. Hal ini sesuai dengan teori Mihret dan Yismaw (2007), yang

telah dikemukakan dalam Bab 2, bahwa dukungan manajemen, dalam hal ini Kepala Daerah,

memiliki pengaruh yang kuat terhadap efektivitas audit. Pun, dukungan dari Kepala Daerah

ini menjadi indikator minimum yang harus dipenuhi agar kegiatan audit intern di dalam

pemerintahan dapat berjalan dengan efektif, sebagaimana dijelaskan oleh IIA (2006).

Analisis peranan …, Denis Dimas Permana, FE UI, 2013

Page 14: ANALISIS PERANAN INSPEKTORAT KABUPATEN SEBAGAI …

Universitas Indonesia  

Memahami hal tersebut, banyak ruang gerak Inspektorat Kabupaten yang kemudian

bergantung pada komitmen kepala daerah. Kurang optimalnya peran Inspektorat Kabupaten

Wonosobo dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, seharusnya

didukung dengan komitmen kepala daerah untuk menjadikan instansi ini menjadi lebih efektif

dan menjadikannya garda terdepan untuk pengendalian intern pemerintah. Sudah saatnya,

peran Inspektorat diperluas, tidak hanya sekedar pengawas yang mencari-cari kesalahan,

namun juga harus didorong ke arah konsultan intern pemerintah daerah. Tanpa komitmen

penuh dari kepala daerah untuk menuju ke arah tersebut, Inspektorat Kabupaten akan tetap

berjalan di tempat dan terus dipertanyakan eksistensinya.

VI. KESIMPULAN

Dalam proses pengelolaan keuangan daerah, Kabupaten Wonosobo selama delapan tahun

berturut-turut konsisten dalam meraih opini audit WDP (Wajar Dengan Pengecualian) yang

dikeluarkan oleh BPK. Langkah komprehensif Inspektorat Kabupaten dalam mengatasi

pengecualian sejauh ini belum ada, baru langkah-langkah yang sifatnya parsial dan kebetulan

menyentuh pengecualian tersebut. Apabila dikaitkan dengan proses pemeriksaan dan reviu

yang dilakukan oleh Inspektorat, fokus dan pola pikir masih tertuju pada belanja. Padahal,

selama tiga tahun berturut-turut permasalahan utama dalam laporan keuangan pemerintah

daerah berada pada aset tetap. Pun ketika BPK menyerahkan pengujian atas aset daerah

kepada pemerintah daerah Kabupaten Wonosobo di tahun 2012, ternyata Inspektorat belum

mampu berperan besar. Reviu yang dilakukan tidak mampu meyakinkan BPK untuk

kemudian memberikan opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian). Selain itu, Inspektorat juga

belum masuk kepada dana-dana di luar APBD, yang nantinya berpotensi menimbulkan aset

daerah di neraca, dan pada akhirnya memengaruhi kewajaran laporan keuangan pemerintah

daerah. Ranah penganggaran, yang selama ini sering menjadi temuan bahkan pengecualian

dalam kesalahan penganggaran, pun belum menjadi wilayah fokus dari Inspektorat

Kabupaten.

Hal ini menunjukkan bahwa ternyata peran Inspektorat Kabupaten Wonosobo dalam

meningkatkan kualitas dan pengelolaan laporan keuangan pemerintah daerah masih lemah.

Selain itu, harus ada sinergisasi, koordinasi, dan komunikasi yang baik dengan instansi lain

seperti DPPKAD agar permasalahan dalam penyusunan laporan keuangan dapat teratasi,

terlebih dengan keterbatasan sumber daya pemerintah daerah. Apabila peran Inspektorat

hanya sekedar mencari-cari kesalahan SKPD tanpa kemudian ada perbaikan di masa

Analisis peranan …, Denis Dimas Permana, FE UI, 2013

Page 15: ANALISIS PERANAN INSPEKTORAT KABUPATEN SEBAGAI …

Universitas Indonesia  

mendatang, maka eksistensi dan efektivitas instansi ini dalam sistem pengendalian intern

pemerintah akan terus dipertanyakan.

VII. SARAN

1. Perlu ada terobosan kebijakan pemerintah daerah untuk formasi dalam bidang akuntansi

secara masif, yang kemudian disebarkan ke masing-masing SKPD, sehingga pengelolaan

keuangan di sana dapat ditangani oleh ahlinya.

2. Pimpinan daerah dan instansi harus berani membuka ruang koordinasi yang lebih

konstruktif di antara SKPD dan di dalam instansi SKPD itu sendiri. Hal ini penting untuk

menyamakan persepsi mengenai tujuan pengelolaan keuangan daerah.

3. Kepala daerah maupun pimpinan instansi kemudian harus berani mendorong Inspektorat

Kabupaten masuk ke wilayah yang selama ini belum disentuh namun berulang kali menjadi

temuan BPK, seperti dalam kesalahan penganggaran maupun dana-dana non APBD. Jika

perlu dikeluarkan peraturan daerah yang mampu memaksa instansi pemerintah seperti

Inspektorat Kabupaten untuk bekerja dengan pola-pola baru, yang mendobrak kebiasaan

lama.

4. Penambahan pelatihan dan kapasitas harus ditingkatkan dengan berbagai cara, terutama

dalam tantangan ke depan yang harus menghadapi E-Government dan juga perubahan

kebijakan akuntansi dari basis kas modifikasi ke basis akrual.

5. Akses masyarakat untuk mengakses informasi-informasi terkait penyelenggaraan

pengelolaan keuangan daerah di Wonosobo masih sangat kurang. Pemerintah daerah harus

membuka ruang partisipasi masyarakat untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya

pengelolaan keuangan daerah, misalnya dengan secara rutin mengunggah informasi keuangan

seperti APBD dan LKPD Kabupaten Wonosobo di website pemda. Kemudian harus ada

inisiasi partisipasi dari pihak ketiga seperti lembaga swadaya masyarakat maupun elemen

mahasiswa dalam mengawasi dan mengkritisi kegiatan pengelolaan keuangan daerah di

Kabupaten Wonosobo.

Analisis peranan …, Denis Dimas Permana, FE UI, 2013

Page 16: ANALISIS PERANAN INSPEKTORAT KABUPATEN SEBAGAI …

Universitas Indonesia  

VIII. KEPUSTAKAAN

Aikins, Stephen Kwamena. (2011). An Examination of Government Intern Audits’ Role in Improving Financial Performance. Journal of Public Finance and Management, 11(4): 306-337

Australian National Audit Office. (2009). Preparation of Financial Statements by Public

Entities. Commonwealth of Australia BPK RI. (2011a). Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Sementara Semester 1 Tahun 2011

BPK RI. (2011b). Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Sementara Semester 2 Tahun 2011

BPK RI. (2008). Laporan Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2008

BPK RI. (2009). Laporan Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2009

BPK RI. (2010). Laporan Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2010

BPK RI. (2011). Laporan Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2011

BPK RI. (2012). Laporan Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2012

Choirunisah, Fairiziah. (2008). Faktor-faktor yang Memengaruhi Kualitas Informasi Laporan Keuangan yang Dihasilkan oleh Sistem Akuntansi Instansi. Semarang: Program Sarjana Universitas Diponegoro

Ekasari, Winda. (2012). Faktor-faktor yang Memengaruhi Keandalan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar. Program Sarjana Universitas Riau

Jensen, Michael C. and William H. Meckling. (1976). Theory of the Firm:

Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure Kuswarini, Desika. (2010). Pengaruh Kualitas Jasa Inspektorat Jendral, Pengalamam

Pimpinan, dan Jumlah Anggaran terhadap Efektivitas Pengendalian Intern pada Kementerian/Lembaga di Jakarta. Jakarta: Program Magister Akuntansi FEUI

Mihret, D.G. dan Yismaw. (2007). Intern Audit Effectiveness: an Ethiopian public sector case

study. Managerial Auditing Journal vol. 22   Moeller, Robert. (2009). Brink’s Modern Intern Auditing 7th ed. New Jersey: John Wiley &

Sons   Nordiawan, Deddi, Iswahyudi Sondi Putra, dan Maulidah Rahmawati. (2007). Akuntansi

Pemerintah. Jakarta: Salemba Empat

Analisis peranan …, Denis Dimas Permana, FE UI, 2013

Page 17: ANALISIS PERANAN INSPEKTORAT KABUPATEN SEBAGAI …

Universitas Indonesia  

Parker, Lee D. (2011). Qualitative Management Accounting Research: Assessing

Deliverables and Relevance. Critical Perspectives on Accounting 23 (2012) 54– 70 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi

Pemerintah Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

(SPIP) Rahmat, Sentot. (2010). Analisis Peran Inspektorat Jenderal sebagai Aparat Pengawas Intern

Pemerintah dalam Meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (Studi Kasus Kementerian Keuangan). Jakarta: Program Magister Departemen Akuntansi FEUI

Sekaran, Uma, Roger Bougie. (2010). Research Methods for Business. Fifth Edition. Great

Britain: John Wiley & Sons Ltd Silviana. (2011). Pengaruh Komitmen Kepala Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah di Provinsi Jawa Barat. Universitas Wedyatama The Institute of Intern Auditor. (2006). The Role of Auditing in Public Sector Governance Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung

Jawab Keuangan Negara Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Unegbu, Angus Okechukwu dan Mohammed Isa Kida. (2011). Effectiveness of Intern Audit

as Instrument of Improving Public Sector Management. Journal of Emerging Trends in Economics and Management Sciences (JETEMS) 2 (4): 304-309

Xu, et al. (2003). Key Issues of Accounting Information Quality Management: Autralian Case

Study. Industrial Management & Data Systems , Volume 103 (7): 10 Emerald Publishing

 

Analisis peranan …, Denis Dimas Permana, FE UI, 2013