peranan kantor kementerian agama kabupaten …

24
BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925 Volume 8, No. 2, Agustus 2019 77 PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN GOWA DALAM MENGANTISIPASI ALIRAN SESAT (STUDI KASUS KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN GOWA) Andini Azis Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar Muh. Nur Yamin Staf Pengajar Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar Jl. A.P. Pettarani Kampus UNM Gunung Sari Baru Makassar Email: [email protected] ABSTRAK Peranan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa dalam Mengantisipasi Aliran Sesat (Studi Kasus Kantor Kementerian Agama Kab. Gowa). Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar. Dibimbing oleh Bapak H. Muhammad Guntur dan Bapak Muhammad Nur Yamin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peranan Kantor Kementererian Agama Kabupaten Gowa dalam Mengantisipasi Aliran Sesat. Jenis Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, Teknik Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, Teknik Analisis Data yang digunakan yakni Logika Perjodohan Pola dengan menggunakan Studi Kasus Model Yin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peranan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa dalam Mengantisipasi Aliran Sesat itu berjalan dengan baik dilihat dari tiga aspek yang berperan (Pendidikan dan Bimbingan, Hukum dan Advokasi Sosial, Pemutusan mata Rantai ke Jejaring Institusi Berajaran Menyimpang) karena adanya faktor yang menunjang dan dua aspek yang kurang berperan (Konseling/Psikoterapy dan Pengobatan/Treatment) karena adanya faktor yang menghambat. Sehingga keseluruhan cenderung efektif yang mengakibatkan peran Kementerian agama berjalan dengan baik. Saran dari peneliti ini adalah perlu adanya pertemuan aktif yang dilakukan antara forum- forum keagamaan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa, Saran kedua yakni perlu adanya penambahan Penyuluh Agama yang ditugaskan dalam proses pengantisipiasi Aliran Sesat. Keyword: Perananan, antisipasi Aliran Sesat

Upload: others

Post on 09-Nov-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN …

BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 77

PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN GOWA

DALAM MENGANTISIPASI ALIRAN SESAT (STUDI KASUS KANTOR

KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN GOWA)

Andini Azis

Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar

Muh. Nur Yamin

Staf Pengajar Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar

Jl. A.P. Pettarani Kampus UNM Gunung Sari Baru Makassar

Email: [email protected]

ABSTRAK

Peranan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa dalam Mengantisipasi

Aliran Sesat (Studi Kasus Kantor Kementerian Agama Kab. Gowa). Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar. Dibimbing oleh Bapak H.

Muhammad Guntur dan Bapak Muhammad Nur Yamin. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui Peranan Kantor Kementererian Agama Kabupaten Gowa dalam

Mengantisipasi Aliran Sesat. Jenis Metode penelitian ini adalah penelitian

kualitatif dengan pendekatan deskriptif, Teknik Pengumpulan data dilakukan

melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, Teknik Analisis Data yang

digunakan yakni Logika Perjodohan Pola dengan menggunakan Studi Kasus

Model Yin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peranan Kantor Kementerian

Agama Kabupaten Gowa dalam Mengantisipasi Aliran Sesat itu berjalan dengan

baik dilihat dari tiga aspek yang berperan (Pendidikan dan Bimbingan, Hukum

dan Advokasi Sosial, Pemutusan mata Rantai ke Jejaring Institusi Berajaran

Menyimpang) karena adanya faktor yang menunjang dan dua aspek yang kurang

berperan (Konseling/Psikoterapy dan Pengobatan/Treatment) karena adanya

faktor yang menghambat. Sehingga keseluruhan cenderung efektif yang

mengakibatkan peran Kementerian agama berjalan dengan baik. Saran dari

peneliti ini adalah perlu adanya pertemuan aktif yang dilakukan antara forum-

forum keagamaan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa, Saran kedua

yakni perlu adanya penambahan Penyuluh Agama yang ditugaskan dalam proses

pengantisipiasi Aliran Sesat.

Keyword: Perananan, antisipasi Aliran Sesat

Page 2: PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN …

BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 78

1. Latar Belakang

Pada dasarnya negara Indonesia

dengan batas-batas geografis seperti

yang berlaku sekarang ini adalah

suatu kawasan atau wilayah bekas

jajahan Belanda antara abad ke-17

hingga abad ke-20. Pada saat itu,

Indonesia disebut Hindia Belanda

Timur. Dilihat dari perspektif yang

positif, salah satu warisan kolonial

yang paling penting adalah

determinasi batas-batas wilayah

sebuah negara di masa depan

menyusul berakhirnya kekuasaan

bangsa penjajah. Tanpa kolonialisme

Belanda, rasanya tidak mungkin

negara Indonesia akan eksis dengan

batas-batas wilayah seperti yang

berlaku sekarang ini. Dilihat dari

perspektif sosial budaya, bangsa

Indonesia merupakan salah satu

bangsa di dunia yang paling majemuk

dipandang dari segi banyaknya

agama, kepercayaan, tradisi,

kesenian, kultur dan etnis. Dalam

sebuah tulisannya yang berjudul

“Indonesian Cultures and

Communities” yang dimuat dalam

buku bertajuk Indonesia (disunting

oleh Ruth.T.McVery, New Haven,

Yale University Press, 1963, hlm.24),

Hildred Geertz menggambarkan

khazanah keragaman dan

kemajemukan masyarakat Indonesia

sebagai berikut :

Terdapat lebih dari 300

kelompok etnis di Indonesia masing-

budayanya sendiri-sendiri, lebih dari

250 jenis bahasa daerah dipakai, dan

hampir semua agama besar diwakili,

selain agama asli yang banyak

jumlahnya.

Menggambarkan pluralitas

masyarakat dan keberagaman budaya

Indonesia, para pendiri Republik ini

pada tahun 1945 telah

mempergunakan motto “Bhinneka

Tunggal Ika” sebagai motto nasional.

Bhinneka Tunggal Ika adalah bahasa

sansekerta yang berarti “berbeda-

beda tetapi tetap satu”. Motto ini

diambil dari gagasan brilian pujangga

Empu Tantular, seorang pemikir

cemerlang pada zaman kejayaaan

kerajaan Hindu Majapahit

(1293:1478). Para peguasa kerajaan

majapahit, yang muncul sebagai

kerajaan hindu terbesar sebelum

kedatangan Islam di Indonesia,

menggunakan motto tersebut untuk

memelihara komitmen kesatuan

seluruh rakyat dan menjaga integritas

kerajaan.

Realitas kemajemukan bangsa

Indonesia tercermin secara nyata dari

banyaknya etnis seperti etnis Jawa,

Sunda, Betawi, Madura, Batak,

Bugis, Banjar, Dayak, Buton, Bali,

Sasak, Maluku, Minang, dan lain

sebagainya, yang semuanya menurut

penelitian antropolog Amerika

Serikat Hildred Geertz- berjumlah

lebih besar dari 300 etnis. Masing-

masing etnis mempunyai bahasa

Page 3: PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN …

BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 79

penelitiannya memperkirakan lebih

dari 250 bahasa lokal dipakai di

Indonesia), adat istiadat, tradisi, seni

dan budaya sendiri-sendiri dengan

identitas khas yang berbeda satu sama

lain. Dari segi Agama dan

kepercayaan, bangsa Indonesia

memperlihatkan juga sosok

kemajemukan yang sangat kaya dan

variatif. Agama-agama besar seperti

islam (dipeluk oleh mayoritas bangsa

Indonesia), Kristen (Katolik dan

Protestan), Hindu dan Budha sudah

lama eksis. Realitas sosiologis ini

menunjukkan secara nyata bahwa

masyarakat Indonesia adalah

masyarakat yang religus. Bahkan di

Indonesia terdapat Kementerian

Agama (Kemenag) yang salah satu

tugas pokoknya adalah

menumbuhkembangkan, membina

dan menjaga kerukunan antar umat

beragama dan toleransi antar

penganut kepercayaan.

Berdasarkan Undang-Undang

Kementerian Agama dalam Peraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor

83 Tahun 2015 Pasal 29 Ayat 2

Tentang kebebasan beragama yang

berbunyi “Negara menjamin

kemerdekaan tiap-tiap penduduk

untuk memeluk agamanya masing-

masing dan untuk beribadah menurut

ibadah dan kepercayaannya masing-

masing”. Peranan Kantor

Kementerian Agama dalam menjaga

tiap-tiap penduduk mempunyai

kemerdekaan untuk memeluk

agamanya masing-masing, dan

beribadah sesuai kepercayaannya,

serta membimbing, menyokong,

memelihara, dan mengembangkan

aliran-aliran agama yang sehat.66

Keberadaan aliran kepercayaan

yang banyak dipeluk oleh suku-suku

di Indonesia semakin menambah

panorama pluralitas, keberagaman

dan kemajemukan bangsa Indonesia.

Fakta bahwa bangsa Indonesia adalah

bangsa yang pluralistik semakin

dirasakan dengan banyaknya agama,

kepercayaan, tradisi, seni dan kultur

yang sudah lama hidup subur dan

berkembang di tengah-tengah

kehidupan bangsa Indonesia. Agama

dan kepercayaan bagi bangsa

Indonesia merupakan suatu hal yang

sangat penting dan fundamental

(ultimate) yang tidak bisa dipisah-

pisahkan dari sisi kehidupan mereka.

Sangat beralasan apabila rumusan sila

pertama Pancasila berbunyi

“Ketuhanan Yang Maha Esa.” Ini

membuktikan secara jelas bahwa

bangsa Indonesia pada hakikatnya

percaya kepada Tuhan (dalam hal ini

masing-masing komunitas pemeluk

agama dan kepercayaan mempunyai

Page 4: PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN …

BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 80

interpretasi dan pandangan teologis

sendiri-sendiri sesuai ajaran agama

dan kepercayaan mereka masing-

masing.

Aliran kepercayaan itu muncul

dan berkembang di lokalitas dengan

latar belakang kehidupan, tradisi, adat

istiadat, dan kultur yang berbeda-

beda, maka dapat dipastikan bahwa

masing-masing aliran kepercayaaan

itu memperlihatkan ciri-ciri khas

yang berlainan satu sama lain.

Dengan kata lain, suatu kepercayaan

yang terdapat di suatu daerah akan

tidak sama dengan aliran kepercayaan

yang terdapat di daerah lain. Bisa saja

terdaapat kemiripan sebagai ekspresi

kerohanian dan wujud praktik

kepercayaan, tetapi setiap aliran

kepercayaan akan menempatkan ciri

khas dan karakteristiknya tersediri.

Disebut aliran kepercayaan karena

aliran kepercayaan tersebut hanya

dipeluk oleh suku atau masyarakat

setempat. Pada kenyataannya,

kepercayaan itu tidak berkembang

dan hanya dipeluk , dianut dan

dipraktikkan oleh suku yang

mendiami daerah tertentu. Dapat

diduga bahwa aliran kepercayaan ini

sudah eksis sebelum agama Hindu,

Budha, islam, dan Kristen datang ke

Nusantara. Aliran kepercayaaan ini

tetap bertahan pada saat agama

Hindu, Budha, Islam, Kristen datang

ke Nusantara dan terus dianut secara

turun temurun oleh suku-suku di

daerah-daerah di Indonesia sampai

sekarang ini.

Maraknya perkmbangan Aliran

Kepercayan di Indonesia, MK

akhirnya mengeluarrkan putusan

pengujian Undang-Undang Nomor

1/PNPS/Tahun 1965 yang

dikeluarkan pada 2009 atau lebih

dikenal dengan sebutan “Putusan

Pengujian Penodaan Agama”.

Putusan tersebut dikeluarkan guna

untuk mengantisipasi adanya kasus

penyebaran aliran yang tidak sesuai

dengan Undang-undang yang berlaku

di Indonesia. Aturan ini pertama kali

diterbitkan melalui ketetapan

Presiden tanggal 27 Januari 1965

pada saat mulai memuncaknya

kekhawatiran terhadap marebaknya

komunisme dan berkembangnya

aliran kepercayaan di Indonesia. Pada

Tahun 1969, aturan tentang penodaan

agama terssebut diperkuat dalam

bentuk Undang-Undang, dimana

penguatan ini memberi kepastian

bahwa pemuka agama dapat

melindungi status, ajaran, dan

penafsiran dari enam agama yang

dipeluk oleh penduduk Indonesia

yaitu, Islam, Kristen, katolik, Hindu,

Budha, dan Khonghucu. Undang-

undang penodaan Agama juga

memuat ketentuan untuk

memperingati orang, peganut,

anggota dan pengurus organisasi yang

melakukan hal-hal yang menyimpang

dari pokok-pokok ajaran agama.

Page 5: PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN …

BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 81

tersebut dapat diambil berdasarkan

pertimbangan dari Menteri Agama,

Menteri dalam Negeri, dan Jaksa

Agung. Apabila dinilai masih terus

melanggar, maka perseorangan

tersebut dapat dipidana maksimal

lima tahun dan organisasinya dapat

dibubarkan sekaligus dinyatakan

sebagai organisasi atau aliran

terlarang.67

Ada dua elemen penting dan

mendasar dalam setiap bingkai

kepercayaan, yaitu lokalitas dan

spritualitas. Lokalitas akan

mempengaruhi spritualitas.

Spritualitas akan memberi warna

pada lokalitas. Keduanya saling

mempengaruhi, bersinergi dan

berintegrasi. Spritualitas lahir dan

terefleksikan dari asas ajaran

kerohanian dan praktik-praktik ritual

sesuai doktrin aliran kepercayaan

yang dianut oleh suatu suku di daerah

tertentu. Dalam ekspresi spritualitas

dan praktik ritualitas tadi sudah tentu

masuk unsur-unsur lokalitas (tradisi,

adat istiadat, kebiasaan dan seni

budaya setempat) yang kemudian

67 Pan Mohamad Faiz.28 Mei

2014.Undang-undang Penodaan

Agama dan Mahkamah

Konstitusi.https://Panmohammadfaiz.

com/2014/05/28/UU-Penodaan-

Agama-dan-Mahkamah-

Konstitusi.16Januari2019.

68 Ahmad Syafi

Mufid.2012.Dinamika

menyatu, senyawa dan berintegrasi

dengan unsur-unsur spiritualitas dan

ritulitas.68

Sesuai dengan penelitian

terdahulu oleh Nurningsi pada tahun

2018 yang Berjudul “Analisis Kinerja

Penyuluh Kantor Kementerian

Agama Kabupaten Gowa (Studi

Kasus Penyuluh Agama Islam di

Kecamatan Pattalassang)“ ,

menyimpulkan bahwa kinerja

pegawai penyuluh agama Kantor

Kementerian Agama Kabupaten

Gowa ini belum berjalan dengan

optimal, karena terkadang pekerjaan

dapat diselesaikan dalam waktu lama,

hasil pekerjaan yang juga terkadang

terdapat kesalahan, rasa tanggung

jawab yang kurang dalam

pelaksanaan tugas, adanya

ketidakpatuhan para pegawai dalam

menaati aturan terkait pelaksaan

kerja, kurangnya inisiatif untuk

menyelesaikan setiap pekerjaan dan

kurang berinisiatif di dalam

mengatasi permasalahan yang terjadi

pada masyarakat atas perbedaan

keyakinan mereka.69

Lokal di Indonesia. Jakarta:

Kementerian Agama RI Badan

Litbang & Diklat Puslitbang

Kehidupan Keagamaan. Hal 6-15 69 Nurningsi.2018. Analisis Kinerja

Penyuluh Kantor Kementerian

Agama Kabupaten Gowa (Studi

Kasus Kinerja Penyuluh Agama

Page 6: PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN …

BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 82

Penelitian terdahulu kedua

Oleh wahyu, yulianti pada tahun 2012

mengenai “Peranan Kantor Urusan

agama (KUA) dalam Melakukan

Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah

Wakaf (Studi pada Kantor Urusan

Agama (KUA) Kecamatan Samarinda

Ulu Kota Samarinda).” Dimana

penelitian ini menyimpulkan bahwa

di Kecamatan samarinda Ulu kota

Samarinda sebagian tanahnya sudah

tersertifikat dan terdaftar pada Kantor

Pertanahan. Hal ini menunjukkan

bahwa peran dari KUA sebagai

PPAIW dalam penyelenggaraan

pendaftaran tanah wakaf sudah

berjaalan sesuai dengan peraaturan

perundang-undangan yang berlaku.70

Dari kedua penelitian terdahulu

di atas yang membedakan dengan

penelitian yang dilakukan oleh

peneliti yakni pada masalah peranan

dan lokus. Dimana, peneliti akan

mengkaji lebih dalam bagaimana

Peranan Kantor Kementerian Agama

dalam Mengantisipaasi Aliran Sesat

yang ada di Kabupaten Gowa.

Magister Ilmu Administrasi Negara

STIA LAN. Hal 8

70 Yulianti, Wahyu.2012.Peranan

Kantor Urusana Agama (KUA)

dalam Melakukan Pendaftaran

Tanah Wakaf (Studi pada Kantor

Urusan Agama (KUA) Kecamatan

Berbagai fenomena

bermunculannya aliran sesat atau

sempalan khususnyaa di Kabupaten

Gowa tentu saja dengan adanya

kondisi tersebut membutuhkan

penanganan yang serius dilakukan

oleh pemerintah Kabupaten Gowa

terutama dari Kantor Kementerian

Agama Kabupaten Gowa dalam

menjalankan peranannya.

Merujuk pada data keagamaan

dari Kantor Kementerian Agama RI

sejak tahun 2001 hingga 2014,

disebutkan sedikitnya ada 250 aliran

kepercayaan yang berkembang di

Indonesia, 43 aliran kepercayaan

diantaranya tumbuh subur di

Sulawesi Selatan dan beberapa

diantaranya berkembang tepatnya di

Kabupaten Gowa. Dengan melihat

kondisi banyaknya paham atau aliran

dalam agam islam, tentunya hal ini

sangat memprihatinkan bagi negara

indonesia, aliran-aliran ini sejatinya,

lebih menambah daftar krisis bangsa

Indonesia, dan sama sekali bukan

solusi untuk kemajuan bagi negara

Indonesia.71

Universitas Diponegoro

Semarang. 71 Nurningsi.2018. Analisis Kinerja

Penyuluh Kantor Kementerian

Agama Kabupaten Gowa (Studi

Kasus Kinerja Penyuluh Agama

Islam di Kecamatan

Pattallassang).Makassar: Program

Page 7: PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN …

BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 83

Berdasarkan penjelasan

tersebut telah menjadi pengamatan

awal dari penulis yang dilakukan di

Kantor Kementerian Agama

Kabupaten Gowa, dimana diperoleh

data jumlah penganut aliran

sesat/faham sempalan seluruh

kecamatan yang berkembang di

Kabupaten Gowa.

Hal yang dilakukan para

pembimbing Agama Islam di Kantor

Kementerian Agama Kabupaten

Gowa menjadi salah satu peranan

Kantor Kementerian Agama Islam

dalam hal mengatisipasi aliran Sesat

yang kian berkembang di tengah-

tengah masyarakat Kabupaten Gowa.

Beberapa Hambatan yang dihadapi

oleh Kantor Kementerian Agama

Kabupaten Gowa mulai dari sulitnya

memulihkan dan menghadapi

perbedaan karakter-karakter dalam

diri masyarakat, ketidaktahuan dan

kurangnya informasi tentang

pengetahuan agama mereka, sulitnya

mereka berbaur dengan orang yang

berbeda pendapat dengan mereka

mengenai pengetahuan agama,

Manajemen sumber daya manusia

yang berperan sebagai pembimbing

atau penyuluh agama islam di kantor

kementerian agama kabupaten gowa

Magister Ilmu Administrasi Negara

STIA LAN. Hal 8

yang masih belum stabil, dan beberapa hal lainnya. Berdasarkan uraian Latar

Belakang masalah tersebut, maka

peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “ Peranan

Kantor Kementerian Agama dalam

Mengantisipasi Aliran sesat di

Kabupaten Gowa”.

2. TINJAUAN PUSTAKA

a. Konsep Peranan

Menurut Biddle dan Thomas

(Sarwono 2001: 217) “ Peran adalah

serangkaian rumusan yang membatasi

perilaku-perilaku yang diharapkan

dari pemegang kedudukan tertentu”.72

Menurut Soejono Soekanto

(2012: 212) “Menjelaskan pengertian

peranan merupakan aspek dinamis

kedudukan (status). Apabila

seseorang melakukan hak dan

kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya, dia menjalankan

suatu peranan”. Perbedaan antara

kedudukan dan peranan adalah untuk

kepentingan ilmu pengetahuan.

Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan

karena yang satu tergantung pada

yang lain dan sebaliknya. Tak ada

peranan tanpa kedudukan atau

kedudukan tanpa peranan.

Sebagaimana dengan kedudukan,

peranan juga mempunyai dua arti.

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hal 217

Page 8: PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN …

BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 84

Setiap orang mempunyai macam-

macam peranan yang berasal dari

pola-pola pergaulan hidupnya.73

Hal tersebut senada dengan

yang dikatakan oleh Margono Slamet

(1985:15), yang mendefenisikan

peranan sebagai “sesuatu perilaku

yang dilaksanakan oleh seseorang

yang menempati suatu posisi dalam

masyarakat. Sedangkan Astrid

S.Susanto (1979:94) menyatakan

bahwa peranan adalah dinamisasi dan

kewajiban atau disebut dengan

subyektif.74

Peranan adalah suatu

rangkaian perilaku yang teratur, yang

ditimbulkan karena suatu jabatan

tertentu, atau karena adanya suatu

kantor yang mudah dikenal.

Kepribadian seseorang juga juga

amat mempengaruhi bagaimana

peranan harus dijalankan. Peranan

timbul karena seseorang memahami

bahwa ia bekerja tidak sendirian. 75

“Mempunyai lingkungan, yang

setiap saat diperlukan untuk

berinteraksi. Lingkungan itu luas dan

beraneka macam, dan masing-masing

akan mempunyai lingkungan yang

berlainan. Tetapi peranan yang harus

73Soerjono Soekanto, Budi

Sulistyowati.2013. Sosiologi Suatu

Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada. Hal 212 74 Admin.2015.Landasan Teoritis

dimainkan pada hakekatnya tidak ada

perbedaan Miftah Thoha (2012:10)”.

Menurut Mintzberg yang

ditulis oleh Siswanto dan Miftah

Thoha (2016: 265), ada tiga peran

yang dilakukan dalam organisasi

yaitu :

1. Peran Antarpribadi (Interpersonal

Role), dalam peranan antar pribadi,

atasan harus bertindak sebagai

tokoh, sebagai pemimpin dan

sebagai penghubung agar

organisasi yang dikelolanya

berjalan dengan lancar. Peranan ini

oleh Mintzberg dibagi atas tiga

peranan yang merupakan perincian

lebih lanjut dari peranan

antarpribadi ini yaitu: a) peranan

sebagai tokoh (figurehead) yakni

suatu peranan yang dilakukan

untuk mewakili organisasi yang

dipimpinnya didalam setiap

kesempatan dan persoalan yang

timbul secara formal, b) peranan

sebagai pemimpin (Leader) dalam

peranan ini atasan bertindak

sebagai pemimpin, c) peranan

sebagai pejabat perantara (Liaison

Manager) peranan ini atasan

melakukan peranan yang

berinteraksi dengan teman sejawat,

santeoritisdariperanan.pdf/ di akses

tanggal 27 Oktober 2018 pukul 22.15

WITA). 75 Elly M Setiadi, Usman Kolip.2011.

Pengantar Sosiologi. Jakarta:

Page 9: PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN …

BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 85

staf, dan orang-orang yang berada

diluar organisasinya untuk

mendapatkan informasi.

2. Peranan yang berhubungan dengan

informasi (Informational Role),

peranan interpersonal diatas

meletakkan atasan pada posisi

yang unik dalam hal mendapatkan

informasi. Peranan interpersonal

diatas Mintzberg merancang

peranan kedua yakni yang

berhubungan dengan informasi ini.

Peranan itu terdiri dari peranan-

peranan sebagai berikut : a) peran

pemantau (Monitor), Peranan ini

mengidentifikasikan seorang

atasan sebagai penerima dan

mengumpulkan informasi, b)

sebagai diseminator, Peranan ini

melibatkan atasan untuk

menangani proses transmisi dari

informasi-informasi kedalam

organisasi yang dipimpinnya, c)

sebagai juru bicara (Spokesman)

peranan ini dimainkan manajer

untuk menyampaikan informasi

keluar lingkungan organisasinya.

3. Peranan Pengambil Keputusan

(Decisional Role), dalam peranan

ini atasan harus terlibat dalam

suatu proses pembuatan strategi di

dalam organisasi yang di

pimpinnya. Mintzberg

berkesimpulan bahwa pembagian

besar tugas atasan pada hakikatnya

digunakan secara penuh untuk

memikirkan sistem perbuatan

strategi organisasinya.76

Peranan dapat disimpulkan

sebagai suatu konsep perilaku apa

yang dapat dilaksanakan oleh

individu-individu dalam masyarakat

sebagai organisasi. Secara umum

Peranan adalah suatu sikap atau

perilaku yang diharapkan oleh banyak

orang atau sekelompok orang

terhadap seseorang yang memiliki

status atau kedudukan tertentu. Peran

juga dapat dikatakan sebagai perilaku

individu, yang penting bagi stuktur

sosial masyarakat.

Menurut Levinson (Soejono

Soekanto 2013: 174) Peranan

mencakup dalam 3 hal yakni :

1) Peranan meliputi norma-norma

yang dihubungkan dengan posisi

atau seseorang dalam

masyarakat.

Peranan dalam arti ini

merupakan rangkaian peraturan-

peraturan yang membimbing

seseorang dalam kehidupan

kemasyarakatan. Norma-norma

tersebut secara sosial di kenal ada

empat meliputi :

a) Cara (Usage), lebih menonjol di

dalam hubungan antar individu

dalam masyarakat. Suatu

penyimpangan terhadapnya tak

akan mengakibatkan hukuman

yang berat, akan tetapi hanya

Page 10: PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN …

BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 86

sekedar celaan dari individu yang

dihubunginya.

b) Kebiasaan (Folkways), sebagai

perbuatan yang berulang-ulang

dalam bentuk yang sama

merupakan bukti bahwaa orang

banyak menyukai perbuatan

tersebut.

c) Tata kelakukan (Mores),

merupakan cerminan sifat-sifat

yang hidup dari kelompok

manusia yang dilaksanakan

sebagai alat pengawas, secara

sadar maupun tidak sadar, oleh

masyarakat terhadap anggota-

anggotanya.

d) Adat istiadat (Custom),

merupakan tata kelakuan yang

kekal serta kuat integritasnya

dengan pola-pola perilaku

masyarakat dapat meningkatkan

kekuatan mengikatnya menjadi

Custom atau adat istiadat.

Soerjono Soekanto (2013: 174).77

2) Peranan individu dalam

Organisasi

Artinya individu berperan

dalam organisasi sebagai

pemberi status. Status yang

dimaksud diantaranya :

a) Ascribed status, yaitu

kedudukan yang diperoleh

tanpe melalui perjuangan atau

usaha sendiri.

77 Soerjono Soekanto. Op.cit. hal 174

78 Elly M. Setiadi. Op.Cit. Hal 46

b) Achieved status, yaitu

kedudukan yang diperoleh

melalui usaha atau perjuangan

sendiri.78

3) Peranan individu dalam stuktur

sosial masyarakat

Artinya individu tersebut

memiliki aktivitas sebagai

seorang atasan dalam suatu

stuktur sosial masyarakat

diantaranya :

a) Perencanaan, yakni rencana

atau planning yang tersusun

jelas dalam stuktur

keorganisasian.

b) Pengorganisasian, yakni proses

kegiatan penyusunan stuktur

organisasi sesuai dengan

tujuan, sumber, dan

lingkungannya.

c) Pengarahan, dimana bagian

yang sangaat kritis karena ini

sangat menentukann berhasil

atau tidaknya individu dalam

stuktur sosial masyarakat.

d) Pemotivasian, yakni pekerjaan

manajemen yang sederhana

namun rumit dalam

pelaksanaanya.

e) Pengendalian, yakni proses

pengaturan berbagai faktor

dalam suaatu perusahaan agar

pelaksanaannya sesuai dengan

ketetapan dalam rencana.79

(http://natasyas.blogspot.com/2012/0

3/peranan-individu-dalam-

Page 11: PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN …

BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 87

Dalam Buku Pedoman

Penanganan Aliran dan Gerakan

Keagamaan Bermasalah di Indonesia

oleh Ahmad syafi’i dkk, menjelaskan

bahwa konsep peran dari Kantor

Kementerian Agama dalam

menangani aliran keagamaan, yang

dimana peran dilakukan oleh Kantor

Kementerian Agama tersebut

meliputi beberapa metode

penanganan khusus dalam pembinaan

Aliran yang dinilai bermasalah,

dengan pendekatan personal melalui

beberapa metode diantaranya :

1. Pendidikan dan Bimbingan

(Edukasi dann Guidance)

Penyimpangan dari ajaran

agama (yang syar’i) ditangani

dengan metode pendidikan dan

bimbingan keberagamaan.

Dalam proses ini, pendidikan

dan bimbingan bisa dilakukan

dengan cara ta’lim, remedikal,

dan klinikal lewat teknik

monitoring, diskusi, dialog

(counter), ceramah atau metode

lainnya yang dinilai cocok

dengan kondisi para korban.

Prinsip-prinsip yang perlu di

perhatikan dalam proses ini

adalah :

a. Menciptakan kenyamanan,

sehingga korban merasa

damai, terbela, dan

terlindungi.

b. Tidak bersifat

menghakimi tetapi

bersifat analitis terhadap

pemahamannya.

c. Membangun rasa percaya

(trust) korban sehingga

mereka bersedia terbuka

kepada petugas dari tim

penanganan.

2. Konseling dan Psikotherapi

Tatkala korban telah

terdiagnosa sebagai penderita

keabbnormalan jiwa, maka

metode penanganannya adalah

dengan konseling dan

psikotherapi. Penderita yang

terdiagnosa dengan gejala

kesulitan menentukan piliha

keputusan terhadap nilai dan

norma teks dan konteks wahyu

secara utuh, maka disuluhi

dengan konseling.

3. Pengobatan (Treatment)

Setelah korban diagnosa

menderita salah satu atau

sejumlah penyakit phisik

(diseases), maka perlu

ditanggulang dengan elayanan

biomedis secara an sich.

4. Hukum dan Advokasi sosial

Setelah korban jelas

terindikasi masalah hukum, maka

penanganannya adalah

penyelesaian lewat peradilan.

Dalam hal ini, agar keadilan

berjalan maksimal perlu ada

advokasi. Sementara korban yag

terindikasi memikul dampak

sosiaal, maka penanganannya

dengan metode emberi

Page 12: PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN …

BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 88

pemahaman dan kesadaran

masyarakat agar dapat menerima

kembali korban yang sudah

dianggap sudah baik dan siap

hidup di tengah masyarakatnya,

untuk kemudian diberi prpgram

pemberdayaan (empowering).

5. Pemutusan Mata Rantai ke

Jejaring Institusi Berjajaran

Menyimpang

Sebagaimana telah

dikemukakan, pemutusan

hubungan dengan aliran/gerakan

bermasalah sangat penting dalam

proses penanganan. Cara yang

dilakukan dalam metode ini adalah

dengan memutus lingkungan

korban dari komunitas dan atau

jaringan yang dimungkinkan bisa

dipengaruhi oleh aliran/gerakan

keagamaan bermasalah.

Pemutusan hubungan ini

dilakukan hingga korban dinilai

sudah mampu menjaga diri dari

pengaruh aliran/gerakan

keagamaan bermasalah tersebut.

Dari berbagai metode di atas,

alur proses penanganan

aliran/gerakan keagamaan baru

yang bermasalah terlihat fungsi

dari berbagai stakehholders yang

diharapkan terlibat dalam

penanganan, tentunya secara

terkoordinasi dalam satuan tim

80 Ahmad Syafi’i dkk.2014.Pedoman

Penanganan Aliran dan Gerakan

oleh institusi yang mejadi Leading

Sector koordinasinyaa, yaitu

Kementerian Agama RI.80

Berdasarkan dari beberapa

pengertian dapat dikatakan bahwa

peranan adalah suatu kelompok

penghargaan seseorang terhadap cara

menentukan sikap dan perbuatan

dalam situasi tertentu berdasarkan

atas kedudukan sosial tertentu.

Salah satu Peranan organisasi

dalam Kementerian Agama Islam

yaitu peranan dalam pengantisipasian

aliran-aliran yang dinilai sesat di

Kabupaten gowa. Kementerian

Agama Islam ini memiliki peranan

penting dalam hal mengantisipasi

aliran yang dinilai sesat dimana

keberadaan aliran tersebut semakin

berkembang di tengah-tengah

masyarakat Kabupaten Gowa.

Berdasarkan uraian para ahli

diatas mengenai Peranan dapat

disimpulkan secara Umum bahwa

Peranan merupakan suatu proses

keberlangsungan suatu kegiatan

dimana sumber daya manusia yang

memegang peranan penting itu

memiliki status kependudukan dalam

masyarakat yang dipercayai memiliki

keahlian yang lebih dalam

memberikan bimbingan positif ke

masyarakat, sehingga sumber daya

manusia memegang peranan penting

Kehidupan Keagamaan Badan

Nitbang dan Diklat Kementerian

Page 13: PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN …

BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 89

sebagai pelaksana sekaligus sebagai

penggerak roda pembangunan demi

terlaksananya program-program yang

direncanakan.

3. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Mengenai Peranan Kantor

Kementerian Agama Kabupaten

Gowa dalam Mengantisipasi Aliran

Sesat ini merupakan tugas pokok dari

Kantor Kementerian Agama

Kabupaten Gowa khususnya pada

Seksi Bimbingan Masyarakat Islam

atau biasa disingkat dengan kata

BIMAS.

Hasil penelitian yang dilakukan

di Kantor Kementerian Agama

Kabupaten Gowa terhadap 9

informan, dengan menggunakan

metode wawancara sebagai alat

pengumpulan data yang paling utama,

sehingga diperoleh data tentang

Peranan Kantor Kementerian Agama

dalam Mengantisipasi Aliran Sesat di

Kabupaten Gowa Dari kesembilan

informan tersebut bernama Dr.

Mujahid Dahlan, S.Ag, Nurjannah,

S.Ag, Hj. Masniati, S.Ag, Ust. Asrofi,

S.Ag , Ust. Saing, S.Ag, Usman

Muning, Sukmawati, Zulfikar,

Masnah. Terpilihnya kesembilan

nama informan tersebut dianggap

mempunyai kapabilitas dalam

memberikan jawaban tentang

penelitian ini.

1). Thariqat Tajul Khalwatiah

Tajul Khalwatiah Syeikh

Yusuf Gowa demikian disebut tarekat

Syeiikh Sayyid Sulthan Ahmad Ali

Muhamma Misyraami Al Khalwatiy

Qaddasallahu Sirrahu Al Makassariy-

Albugisiy- Albuthuniy (Andi

Malakuti Petta Karaeng La’lang).

Sejatinya tarekat Khalwatiah

merupakan pecahan dari Tarekat

Sammaniyah, sebelumnya dipimpin

oleh saudaranya Puang La’lang,

setelah meninggal beberapa tahun

kemudian muncul Puang La’lang

yang mengaku mendapatkan mandat

dari Syeikh Yusuf melalui buku yang

tertinggal di peti jenazahnya setelah

pulang dari Cape Town Afrika

Selatan.

MUI sepakat mengeluarkan

fatwa sesat menyesatkan bagi ajaran

Tajul Khalwatiah Syekh Yusuf Gowa

versi Puang La’lang. Disebutkan ada

21 poin diperhatikan tentang ajaran

Puang La’lang yang dijadikan dasar

fatwa sesat menyesatkan. Poin-poin

tersebut diperoleh berdasarkan dua

belas kali rapat, mulai dari

pembahasan tentang keberadaan

tarikat yang dimaksud, kajian buku-

buku yang dikeluarkan tarikat,

kemudian dua kali rapat yang

menghadirkan puang La’lang untuk

menjelaskan ajarannya.

Berkaitan dengan terbitnya

fatwa MUI Gowa tersebut beberapa

pihak memberikan pandangan dan

penjelasan. Puang La’lang dan

pengikutnya tidak menghiraukan

mengenai fatwa tersebut muncul.

Page 14: PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN …

BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 90

La’lang mempunyai kelebihan-

kelebihan yang dimiliki oleh Syekh

Yusuf Al- Makassari. Setelah

meninggalnya Syekh Yusuf tidak ada

yang memiliki kharisma selama

beberapa generasi, akhirnya

kelebihan pengaruh ini bersinar di

Puang La’lang. Secara rinci kelebihan

yang dimaksud tidak begitu dapat

dijelaskan. Jika merujuk pada

aktifitas yang dilakukan oleh Puang

La’lang yang dikenal sebagai orang

yang bisa mengobati orang sakit,

tempat konsultasi banyak hal terkait

kegiatan sosial, misalnya waktu

melaksanakan perkawinan dan

kegiatan pesta tertentu, hari baik

maupun bulan baik.

Pengaruh Puang La’lang

terletak pada kemmpuannya

mengobati orang terutama di sekitar

desa dan kecamatan, tempat tinggal

sang Mursyid. Dalam penjelasan

sekretaris Komisi Fatwa MUI Gowa,

pendekatan Puang La’lang tentang

Wahdatul Wujud juga bermasalah,

menyamakan diri dengan Mansyur

Al-Hallaj yang mengalami satahat

cukup berbeda dengan Sang Mursyid

Tajul Khalwatiy. Puang La’lang

hanya memahami sedikit tentang

Wahdatul Wujud. Mengklaim diri

sebagai siklus ketiga setelah Syeikh

Siti Jenar juga tidak terlalu tepat,

karena banyak Tokoh lain yang

menggunakan pendekatan yang sama,

misalnya Hamsah Al-Fanshuri

sangat kuat, sedangkan Mursyid Tajul

Khalwatiy tidak memahami Bahasa

Arab dengan baik, bahkan di

beberapa tulisan mengalami

kesalahan fatal dalam penulisannya.

Seluruh Anggota MUI Gowa

mengambil kesimpulan bahwa Puang

La’lang kurang memiliki ilmu

keislaman.

2. Peranan Kantor Kementerian

Agama Kabupaten Gowa

dalam Mengantisipasi Aliran

Sesat.

Peranan Kantor Kementerian

Agama Kabupaten Gowa sangat

penting adanya terkhusus pada proses

pengantisipasian Aliran sesat yang

berkembang di Kabupaten Gowa

tepatnya di Kecamatan Pattallassang.

Aliran yang dimaksud yakni Thariqat

Tajul Khalwatiah yang dimana aliran

tersebut di pimpin oleh seorang

Mahaguru yang bernama Puang

La’lang. Aliran tersebut telah

terindikasi sesat berdasarkan atas

keputusan Fatwa MUI Kabupaten

Gowa dengan berbagai alasan

diantaranya karena telah memiliki

pemahaman yang menyimpang dari

Al-Qur’an dan Hadits, Meyakini atau

mengikuti aqidah yang tidak sesuai

dengan dalil-dalil syar’i, Mengingkari

otentitas Al-Qur’an dan kebenaran isi

Al-Qur’an, Menafsirkan Al-Qur’an

tidak berdasar pada kaidah-kaidah

penafsiran, Hingga berpotensi

mengundang keresahan dan konfilk

Page 15: PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN …

BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 91

Kabupaten Gowa dan daerah-daerah

penyebarannya. Sesatnya aliran

tersebut menimbulkan banyak

keresahan oleh masyarakat

Kabupaten Gowa terkhusus pada

masyarakat pattallassang apabila

aliran tersebut dibiarkan begitu saja.

Melihat dari keresahan masyarakat

Kantor Kementerian Agama

Kabupaten Gowa tidak hanya tinggal

diam dalam menghadapi masalah

terhadap aliran keagamaan ini,

sehingga seksi Penyelenggaraan

syari’ah yang bertugas langsung

dalam penangaan aliran keagamaan

pun telah memandatkan 3 orang

penyuluh Agama yang dipercayakan

punya bekal yang cukup dalam proses

penanganan atau pengantisipasian

Aliran Tajul Khalwatiah yang berada

di Kecamatan Patttallasang tersebut.

Penyuluh – penyuluh agama tersebut

sudah pasti mengetahui tentang

bagaimana cara mereka menghadapi

masalah yang kian membuat

masyarakat menjadi resah. Ada

beberapa aspek yang dilakukan oleh

para penyuluh Agama dalam proses

pengantisipasian Aliran sesat tersebut

yaang dimana tidak merupakan Peran

dari Kantor Kementerian Agama

Kabupaten Gowa dalam proses

Pengantisipasian Aliran Sesat melalui

relawan – relawan pemuka Agama

islam yakni Penyuluh Agama.

Berdasarkan hasil wawancara

dan observasi yang dilakukan maka

Kantor Kementerian Agama

Kabupaten Gowa dalam

Mengansipasi Aliran Sesat tergolong

berjalan dengan baik atau efektif. Hal

ini ditinjau dari segi Pendidikan dan

Bimbingan berupa ( Ta’lim,

Iremedikal, Klinikal monitoring,

Diskusi, dan Ceramah), Konseling

dan Psikotherapy, Pengobatan atau

Treatment, Hukum dan Advokasi

Sosial, hingga pada Pemutusan Mata

Rantai ke Jejaring Institusi Berajaran

Menyimpang. Kelima aspek tersebut

yang merupakan indikator dari

Peranan Kantor Kementerian Agama

Kabupaten Gowa dalam

Mengantisipasi Aliran Sesat. Hal ini

dapat dilihat pada penjelasan setiap

aspek tersebut, sebagai berikut.

a) Pendidikan dan Bimbingan

Berdasarkan hasil penelitian di

atas menunjukkan bahwa Proses

Pendidikan dan Bimbingan berupa

Ta’lim, Iremedikal, Klinikal lewat

monitoring, Diskusi serta Ceramah

yang dilakukan oleh Kementerian

Agama Kabupaten Gowa dalam

menangani Aliran Sesat itu dinilai

berjalan dengan efektif. Hal ini dapat

dikatakan demikian sebab temuan di

lapangan yang di mana para Penyuluh

Agama yang turun langsung dalam

pelaksanaan Pendidikan dan

Bimbingan itu melaksanakan

tugasnya dengan mengikuti standar

pelayanan atau ketentuan yang telah

di mandatkan langsung oleh Bidang

Page 16: PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN …

BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 92

(Bimas) dalam proses penanganan

Aliran Sesat Tajul Khalwatiah

khususnya yang berada di Kecamatan

Pattallassang. Seperti proses kegiatan

pengajian rutin yang dilaksanakan

pada hari Rabu dan Jumat baik untuk

anggota majelis ta’lim hingga pada

Santri-Santri TK-TPA Pattallassang

sebagai generasi muda yang sangat

membutuhkan bimbingan dan

pendidikan yang layak tentang

Bahayanya Aliran Tajul Khalwatiah

apabila masih terus mendapatkan

tempat untuk berkembang khususnya

di Kecamatan Pattallassang.

Ada banyak kegiatan yang

berfaedah dilakukan oleh para

generasi muda atau Santri-Santri di

Kecamatan Pattallassang, Mulai dari

pengajian hingga kegiatan memanah

sebagai jeda kegiatan Pengajian yang

biasanya dipandu langsung oleh

Bapak Ust. Asrofi selaku Penyuluh

Agama yang ditugaskan di

Kecamatan Pattallassang. Beliau

antusias melakukan kegiatan ini

karena beliau berfikir Santri-Santri

atau generasi muda di Kecamatan

Pattallassang akan lebih mudah

memahami pentingnya Pendidikan

dan Bimbingan apabila di selingi

dengan kegiatan-kegiatan yang seru

dan produktif tersebut.

Pelaksanaan proses Pendidikan

dan Bimbingan ini mendapat

apresiasi dari masyarakat

Pattallassang baik para remaja

dan bapak-bapak di Kecamatan

Pattallassang. Walapun ada sedikit

hambatan karena proses Pendidikan

dan Bimbingan yang seharusnya juga

dilakukan untuk anggota Aliran Tajul

Khalwatiah namun anggota pada

Aliran tersebut terkesan menutup diri

atau bersikap ekslusif pada

masyarakat setempat maupun pihak

dari Kementerian Agama Kabupaten

Gowa.

b) Konseling dan Psikotherapy

Berdasarkan hasil penelitian

mengenai Peranan Kantor

Kementerian Agama Kabupaten

Gowa dalam Mengantisipasi Aliran

Sesat pada aspek Konseling dan

Psikotherapy itu dinilai berjalan

namun terdapat beberapa hambatan

dalam pelaksanaannya sehingga pada

aspek ini masih belum sepenuhnya

berperan. Konseling dan psikotherapy

ini juga masih menjadi bagian tugas

dari para Penyuluh Agama yang

dimandatkan langsung dari Bidang

Pendidikan Masyarakat Islam

Kementerian Agama Kabupaten

Gowa. Pelaksanaan Konseling dan

Psikotherapy ini menuai beberapa

hambatan dalam proses

pelaksanaannya yakni dimana

pelaksanaan Konseling dan

Psykotherapy ini seharusnya

dilaksanakan langsung kepada

anggota Aliran Tajul Khalwatiah

namun karena Anggota Aliran

tersebut terkesan eklusif atau

Page 17: PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN …

BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 93

Konseling dan Psikotherapy ini

terhambat.

Konseling dan Psikotherapy

juga di berikan kepada masyarakat

Pattallassang berupa kajian atau

pemberitahuan tentang pentingnya

mendalami ajaran islam yang

sesungguhnya agar tidak mudah

terpengaruh dengan Aliran yang

bercorak Islam namun bertolak

belakang pada ajaran Agama Islam.

Pelaksanaan Konseling dan

Psikotherapy ini terus dilaksanakan

oleh Penyuluh Agama Kecamatan

Pattallassang karena aspek ini juga

menunjang keberhasilan dalam proses

penanganan Aliran Tajul Khalwatiah

yang ada di Kecamatan Pattallassang

agar tidak sampai menjamur ke

masyarakat luas.

c) Pengobatan (Treatment)

Berdasarkan hasil penelitian

mengenai Peranan Kantor

Kementerian Agama Kabupaten

Gowa dalam mengantisipasi Aliran

Sesat pada aspek Pengobatan atau

treatment yang dilakukan oleh

Penyuluh Agama Kecamatan

Pattallassang Kabupaten Gowa

hasilnya berjalan namun ada beberapa

faktor yang menghambat jalannya

proses ini sehingga Pengobatan atau

Treatment ini dinilai belum berperan

secara sepenuhnya. Pengobatan atau

Treatment ini dilakukan terkhusus

langsung kepada anggota Aliran Tajul

Khalwatiah yang dinilai insaf dari

Peristiwa ini sebelumnya telah

dijumpai oleh salah seorang Penyuluh

Agama Kecamatan Pattallassang

dimana ia mendapati adanya Anggota

aliran Tajul Khalwatiah yang ingin

mendaftarkan diri masuk sebagai

anggota Penyuluh Agama Honorer

ditanyai mengapa beliau ingin masuk

menjadi penyuluh agama alasannya

karena beliau ingin menegakkan

ajaran Agama Islam yang

sesungguhnya terutama di daerah

tempat kediaman beliau. Saat itu,

Penyuluh Agama yang tidak lain

adalah Ust. Asrofi pun langsung

merangkul beliau dan membimbing

beliau ke arah yang lebih baik,

sebelumnya beliau sempat di

treatment dengan cara rukiah jiwa

oleh ust. Asrofi dan diberikan

berbagai kajian-kajian Islam agar

beliau tetap kuat dan konsisten akan

keputusannya untuk insaf dari Aliran

Sesat Tajul Khalwatiah. Pengobatan

atau Treatment yang dilakukan itu

dalam bentuk rukiah jiwa, pemberian

Ceramah atau kajian tentang Islam,

dan sebagainya.

d) Hukum dan Advokasi Sosial

Hukum dan Advokasi sosial

yang dimaksud ini adalah bagaimana

cara Penyuluh Agama Islam yang

ditugaskan menjaga keutuhan

masyarakat Pattallassang baik yang

tergolong anggota Aliran Tajul

Khalwatiah atau pun sebaliknya.

Aspek Hukum dan Advokasi sosial

Page 18: PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN …

BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 94

baik oleh Penyuluh Agama Islam di

Kecamatan Pattallassang dengan cara

menghimbau kepada masyarakat agar

sekiranya tetap memandang baik dan

menjalin kekeluargaan yang baik

dalam Islam kepada anggota Aliran

Tajul Khalwatiah, tidak menjauhi

atau pun saling menghina walau beda

pemahaaman dalam Agama Islam.

Hukum dan Advokasi Sosial ini

dilakukan dalam proses pemberiaan

kajian rutin atau pengajian rutin oleh

ibu-ibu majelis Ta’lim maupun pada

Santri TK-TPA Pattallassang

Kabupaten Gowa dengan cara banyak

menghimbau kepada mereka agar

tetap menjaga keutuhan dalam

menjalin tali persaudaraan tanpa

harus saling menghakimi satu sama

lain, disamping pemahaman-

pemahaman guna memperkuat iman

agar tidak terpengaruh oleh Aliran

tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas

Peranan Kantor Kementerian agama

Kabupaten Gowa dalam

Mengatisipasi Aliran Sesat

khususnya pada aspek Hukum dan

Advokasi Sosial itu dinilai berjalan

dengan efektif.

e) Pemutusan Mata Rantai ke

Jejaring Institusi Berajaran

Menyimpang

Pemutusan mata rantai ke

jejaring institusi berajaran

menyimpang merupakan aspek

terkahir dalam penelitian ini. Aspek

baik. Karena selain pemahaman yang

diberikan mengenai aspek ini, juga

telah terbukti bahwa masyarakat

setempat tetap menjaga rantai

generasi antar sesama walaupun

mereka berbeda pemahaman dalam

ajaran Agama Islam.

Pemutusan mata rantai ke

jejaring institusi berajaran

menyimpang artinya memutus rantai

generasi kepada anggota Aliran Tajul

Khawaltiah tanpa harus bersikap

saling tidak menghargai satu sama

lain. Semisal dalam satu keluarga

hanya ayah dan ibu seorang anak

yang fanatik dalam ajaran aliran ini

maka rantai generasi yang di putus

hanya ke ayah dan ibunya saja bukan

kepada anak-anak serta keponakan-

keponakannya disamping tetap saling

adanya rasa menghargai keyakinan

satu sama lain.

Berbagai aspek yang

merupakan Peranan Kantor

Kementerian Agama Kabupaten

Gowa dalam Mengantisipasi Aliran

sesat telah dijelaskan dan berjalan

dengan baik disamping banyaknya

sebab akibat yang mempengaruhi

namun tidak membuat kinerja

Penyuluh Agama Kecamatan

Pattallassang berkurang untuk

menangani masalah Aliran Sesat

Tajul Khalwatiah. Dan hingga saat ini

pun keberadaan Tajul Khawaltiah di

Kecamatan Pattallassang masih

dalam pemantauan pihak

Page 19: PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN …

BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 95

Gowa dan akan terus di tangani

hingga aliran tersebut betul-betul

telah hilang dan sudah tidak

berkembang di Kabupaten Gowa.

4. PENUTUP

a. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

mengenai Peranan Kantor

Kementerian Agama Kabupaten

Gowa dalam Mengantisipasi Aliran

Sesat dapat disimpulkan bahwa

Peranannya itu berjalan dengan

efektif yang dilaksanakan sesuai

dengan tugas dan fungsi dari Kantor

Kementerian Agama Kabupaten

Gowa untuk menangani Aliran yang

dinilai sesat di Kecamatan

Pattallassang dan tidak lain aliran

tersebut bernama Aliran Tajul

Khalwatiah. Hal ini dapat dikatakan

demikian karena melihat dari setiap

aspek yang dijadikan indikator dalam

penelitian ini yaitu :

1. Aspek Pendidikan dan

Bimbingan yang hasilnya efektif,

dikarenakan Pendidikan dan

Bimbingan yang dilakukan

berupa Ta’lim, Iremedikal,

Klinikal lewat Monitoring,

diskusi dan ceramah itu telah

dilaksanakan dengan semestinya.

Terbukti dengan adanya

Pengajian rutin setiap hari Rabu

hingga Jumat untuk para ibu-ibu

majelis Ta’lim dan para Generasi

muda yakni Santri-Santri TK-

TPA Pattalassang yang dipandu

langsung oleh Penyuluh Agama

Kecamatan Pattallassang.

2. Aspek Konseling dan

Psikotherapy yang hasilnya

kurang efektif, aspek kedua ini

berjalan dengan kurang efektif

karena maraknya hambatan yang

terjadi namun tidak

menggoyahkan jalannya

pelaksanaan aspek ini oleh

Penyuluh Agama Pattallassang,

mulai dari hambatan karena

sulitnya berkomunikasi dengan

anggota aliran Tajul Khalwatiah

karena terkesan menutup diri

atau Ekslusif maupun hambatan

lainnya.

3. Aspek Pengobatan (treatment)

yang hasilnya kurang efektif,

aspek ini juga berjalan dengan

kurang efektif karena ada

beberapa faktor yang

menghambat jalannya aspek ini,

berhubung aspek ketiga ini

merupakan lanjutan dari aspek

sebelumya yakni Konseling dan

Psikotherapy.

4. Aspek Hukum dan Advokasi

Sosial yang hasilnya juga efektif,

dikarenakan juga telah

dilaksanakan dengan baik oleh

Penyuluh Agama Kecamatan

Patallassang, dimana aspek ini

bertujuan agar supaya

masyarakat tidak saling

terprovokasi akan adanya Aliran

tersebut sehingga walau berbeda

Page 20: PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN …

BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 96

namun mereka harus tetap saling

menghargai satu sama lain.

5. Aspek Pemutusan Mata Rantai

ke Jejaring Institusi Berajaran

Menyimpang dinilai juga

berjalan dengan efektif, karena

telah dilaksanakan dengan baik

oleh para Penyuluh Agama

Kecamatan Pattallassang dengan

cara menghimbau kepada

masyarakat agar tidak

memutuskan adanya tali

persaudaraan satu sama lain

walau mungkin dalam lingkup

keluarga hanya ayah dan ibunya

yang fanatik menganut Aliran

Tajul Khalwatiah itu tidak

megharuskan memutuskan rantai

generasi ke anak-anak maupun

keponakan-keponakannya yang

tidak menganut Aliran Tajul

Khalwatiah.

b. Implikasi

Melihat dari hasil penelitian ini

dapat memiliki implikasi bahwa

sangat penting adanya Peranan

Kantor Kementerian Agama

Kabupaten Gowa dalam

Mengantisipasi Aliran sesat agar

tidak meresahkan masyarakat luas

teruntuk pada masyarakat Kabupaten

Gowa. Oleh karena itu untuk

mewujudkan perannya itu sendiri

Kemenag Gowa memandatkan

Penyuluh Agama pada setiap

Kecamatan di Kabupaten Gowa untuk

melaksanakan tugasnya yang

Kementerian Agama. Penyuluh-

penyuluh agama tersebut di

mandatkan beberapa tugas dan salah

satunya tugas untuk mengatasi aliran

sesat yang meresahkan warga. Aliran

Sesat yang terkenal di Kabupaten

Gowa itu sendiri berada di Kecamatan

Pattallassang yang bernama Tajul

Khawatiah dan dipimpin oleh seotang

Mahaguru yang bernama Puang

La’lang. Tugas dari Penyuluh Agama

tersebut yakni mengantisipasi

perkembangan aliran ini dengan

beberapa aspek acuan dalam proses

penangannya mulai dari proses

pelaksanaan Pendidikan dan

bimbingan, Pengobatan, Konseling,

Hukum dan advokasi sosial, hingga

Pemutusan mata rantai ke Jejaring

institusi Berajaran Menyimpang.

Beberapa aspek tersebut telah

dijalankan dengan baik oleh Penyuluh

Agama Kecamatan Pattallassang

disamping berbagai hambatan dan

kendala yang dihadapi. Hingga saat

ini Aliran Tajul Khalwatiah tersebut

masih dalam proses penanganan

Pihak Kantor Kementerian Agama

Kabupaten Gowa.

c. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan di

atas, maka adapun yang menjadi

saran dari hasil penelitian ini,

yaitu:

1. Perlu adanya pertemuan aktif

dilakukan oleh forum-forum

keagamaan yang dilaksanakan

Page 21: PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN …

BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 97

Kabupaten Gowa yang

menentang adanya keberadaan

Aliran Tajul Khalwatiah.

2. Perlu adanya penambahan

Penyuluh Agama di Kecamatan

Pattallassang untuk proses

penanganan Aliran Tajul

Khalwatiah.

REFERENSI

Buku

Hikmawati, fenti.2017.Metodologi

Penelitian. Depok: PT

RajaGrafindo Persada

Mardalis.2010.Metode Penelitian

(Suatu Pendekatan

Proposal).Bumi

Aksara.Jakarta

Mufid, Ahmad Syafi.2012.Dinamika

Perkembangan Sistem

Kepercayaan Lokal di

Indonesia. Jakarta:

Kementerian Agama RI

Badan Litbang & Diklat

Puslitbang Kehidupan

Keagamaan

Sarwono, Sarlito Wirawan.2001.

Teori-Teori Psikologi Sosial.

Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada

Setiadi, Elly M, Usman Kolip.2011.

Pengantar Sosiologi. Jakarta:

PrenadaMedia Grup

Soekanto, Soerjono, Budi

Sulistyowati.2013. Sosiologi

Suatu Pengantar. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada

Sugiyono.2013.Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan

R&D. Bandung: Alfabeta

Syafi;i Ahmad,dkk.2014.Pedoman

Penanganan Aliran dan

Gerakan Keagamaan

Bermasalah di

Indonesia.Jakarta:Puslitbang

Kehidupan Keagamaan Badan

Nitbang dan Diklat

Kementerian Agama RI.Hal

40-42

Thoha, Mifta.2016. Perilaku

Organisasi Konsep Dasar dan

Aplikasinya. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada

Yin, Robert K.2015. Studi Kasus

Desain dan Metode. Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada

Internet dan Jurnal

Admin.2015.Landasan Teoritis dari

Peranan

(http://digilip.unila.ac.id/201

5/landasanteoritisdariperana

n.pdf/ di akses tanggal 27

Oktober 2018 pukul 22.15

WITA).

Hidayatulloh, Furqon

Syarief.2013.Strategi

Pencegahan dan Penanganan

Penyebaran Aliran Sesat di

Indonesia Studi Kasus di

Institut Pertanian Bogor.

Bogor: Analisis.Volume

XIII.Nomor 2

Page 22: PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN …

BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 98

Langaji Abbas.Dinamika Aliran

Keagamaan Sempalan

Tinjuan Perspektif Sosiologi

Agama

(www.sublibrary.com/aliran/

aliran-sesat-agama-islam-pdf

diakses tanggal 27 November

2018 pukul 11.26 WITA).

Martin, Van, Bruinessen 1992

“Gerakan Sempalan di

Kalangan Umat Islam

Indonesia Latar Belakang

Sosial-Budaya” (“Sectarian

movements in Indonesian

Islam Social and cultural

background”), Ulumul

Qur’an vol. III.Nomor 1

MUI-Hidayatullah 10 Kriteria Aliran

Sesat

(https://m.hidayatullah.com

di akses tanggal 12 Desember

2018 pukul 00.26 WITA)

Natasya’s Blog.2012.Peranan

Individu dalam Masyarakat

(http://natasyas.blogspot.com/2

012/03/peranan-individu-

dalam-masyarakat diakses

tanggal 10 Desember 2018

pukul 21.14 WITA)

Muh. Saing. 2018.Makalah Seminar

Isu-Isu Aktual Bimbingan

Masyarakat Agama dan

Layanan

Keagamaan.Jakarta:Puslitbang

Keagamaaan Badan Litbang

dan Diklat Kementerian

Agama RI.Hal 11-15

(adeotnasus1980.bloggspot.co

m-2015/02 di akses 12

Desember 2018 pukul 02.46

WITA)

Pan Mohamad Faiz.28 Mei

2014.Undang-undang

Penodaan Agama dan

Mahkamah Konstitusi.

https://Panmohammadfaiz.c

om/2014/05/28/ UU-

Penodaan-Agama-dan-

Mahkamah-Konstitusi. Di

akses 16 Januari 2019 Pukul

19.46 WITA

Skripsi

Nurningsi.2018. Analisis Kinerja

Penyuluh Kantor

Kementerian Agama

Kabupaten Gowa (Studi

Kasus Kinerja Penyuluh

Agama Islam di Kecamatan

Pattallassang).Makassar:

Program Magister Ilmu

Administrasi Negara STIA

LAN

Oktiadi, Acep

Mulingki.2014.Analisis Pola

Pembinaan Terhadap Aliran

Islam Sesat Amanat

Keagungan Ilahi di

Argamakmur Bengkulu

Page 23: PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN …

BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 99

Yulianti, Wahyu.2012.Peranan

Kantor Urusana Agama

(KUA) dalam Melakukan

Pendaftaran Tanah Wakaf

(Studi pada Kantor Urusan

Agama (KUA) Kecamatan

Samarinda Ulu Kota

samarinda).Samarinda:

Universitas Diponegoro

Semarang

Perundang-undangan

Deff Billy Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 83 Tahun

2015 pasal 29 Ayat 2

(http://kepri.kemenag.go.id/p

ublic/files/PeraturanPresiden

/reap1441957590.pdf

di akses tanggal 9 Desember

2018 pukul 10.26 WITA

Page 24: PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN …

BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 100