analisis pemanfaatan dan pembangunan ekowisata …digilib.unila.ac.id/55008/5/skripsi tanpa bab...

65
ANALISIS PEMANFAATAN DAN PEMBANGUNAN EKOWISATA BAHARI BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN DRONE (STUDI KASUS KECAMATAN BAKAUHENI, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN) (Skripsi) Oleh FAZARIO ADHITYA SAPUTRA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2018

Upload: lyminh

Post on 09-Aug-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS PEMANFAATAN DAN PEMBANGUNAN

EKOWISATA BAHARI

BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN DRONE (STUDI KASUS KECAMATAN BAKAUHENI,

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN)

(Skripsi)

Oleh

FAZARIO ADHITYA SAPUTRA

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

2018

ABSTRAK

ANALISIS PEMANFAATAN DAN PEMBANGUNAN

EKOWISATA BAHARI

BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN DRONE

(STUDI KASUS KECAMATAN BAKAUHENI,

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN)

Oleh

FAZARIO ADHITYA SAPUTRA

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang terus berkembang di masa sekarang

terutama pada objek ekowisata bahari. Banyak objek ekowisata bahari yang

sudah menjadi andalan di Provinsi Lampung khususnya Kabupaten Lampung

Selatan. Namun masih banyak objek yang belum termanfaatkan secara baik.

Pengelolaan dan pembangunan yang ada masih belum memadai, serta optimalisasi

sektor pariwisata masih belum maksimal. Tujuan dari penelitian ini adalah

menganalisis pemanfaatan dan pembangunan objek ekowisata bahari di daerah

peisisir Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan. Metode yang

dilakukan adalah analisis deskriptif yang mengadopsi metode analisis kesesuaian

lahan yang dikembangkan FAO. Drone digunakan sebagai media pendukung

dalam visualisasi wilayah. Data-data yang diperoleh diinformasikan melalui peta

digital berbasis sistem informasi geografis. Berdasarkan hasil analisis, ekowisata

bahari di daerah ini dikategorikan ke dalam beberapa kelas. Kelas S2 (cukup

memadai) yaitu Pantai Belebuk (58,67%) dan Pantai Menang Rua (68%). Kelas

S3 (kurang memadai) yaitu Pantai Tanjung Mengkudu (34,67%), Pantai Batu Liut

(27,11%), Pantai Tanjung Tuha (25,33%), dan Pantai Tanjung Pasir (30,22%).

Kelas N (tidak memadai) yaitu Pantai Legun Bawang (12,44%). Dapat

disimpulkan bahwa pemanfaatan dan pembangunan ekowisata bahari di

Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan belum maksimal.

Kata Kunci: Ekowisata, sistem informasi geografis, analisis deskriptif, Kecamatan

Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan

ABSTRACT

UTILIZATION AND DEVELOPMENT ANALYSIS OF

MARINE ECOTOURISM

BASED ON GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEMS AND DRONE

(CASE STUDY OF BAKAUHENI DISTRICT,

SOUTH LAMPUNG REGENCY)

By

FAZARIO ADHITYA SAPUTRA

Tourism is one sector that continues to develop in the present, especially in

marine ecotourism objects. Many marine ecotourism objects have become a

mainstay in Lampung Province, especially South Lampung Regency. But there

are still many objects that have not been utilized properly. The existing

management and development is still inadequate, and the optimization of the

tourism sector is still not optimal. The purpose of this study was to analyze the

utilization and development of marine tourism ecotourism in the peissir area of

Bakauheni Subdistrict, South Lampung Regency. The method used is descriptive

analysis that adopts the land suitability analysis method developed by FAO.

Drone are used as supporting media in visualizing the area. The data obtained is

informed through digital maps based on geographic information systems. Based

on the results of the analysis, marine ecotourism in this area is categorized into

several classes. S2 classes (quite adequate) are Belebuk Beach (58.67%) and

Menang Rua Beach (68%). S3 classes (inadequate) are Tanjung Mengkudu

Beach (34.67%), Batu Liut Beach (27.11%), Tanjung Tuha Beach (25.33%), and

Tanjung Pasir Beach (30.22%). Class N (inadequate), namely Legun Bawang

Beach (12.44%). It can be concluded that the utilization and development of

maritime ecotourism in Bakauheni Subdistrict, South Lampung has not been

maximized.

Keywords: Ecotourism, geographic information system, descriptive analysis,

Bakauheni District, South Lampung Regency

ANALISIS PEMANFAATAN DAN PEMBANGUNAN

EKOWISATA BAHARI

BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN DRONE (STUDI KASUS KECAMATAN BAKAUHENI,

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN)

Oleh

FAZARIO ADHITYA SAPUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 05

Desember 1995. Merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara, dari pasangan Bapak Ahmad Napriadi dan

Ibu Eni Kustiawati. Penulis memiliki dua adik laki-laki

bernama Nico Afriano dan M. Rafi revaldo.

Penulis memulai jenjang pendidikan dari Taman Kanak-kanak Kartika II Kota

Bandar Lampung pada tahun 2000, pada tahun 2001 memasuki Sekolah Dasar

Negeri 1 Langkapura Bandar Lampung, kemudian pada tahun 2007 melanjutkan

jenjang pendidikan di SMP Negeri 10 Bandar Lampung, dan SMA Negeri 1

Bandar Lampung pada tahun 2010 dan lulus pada tahun 2013.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil,

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN) pada tahun 2013. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di

organisasi Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil (HIMATEKS UNILA). Pada

tahun 2016 penulis melakukan Kerja Praktik pada proyek pembangunan Hotel

Park Inn by Radisson Lampung selama 3 bulan. Penulis juga telah melakukan

Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Mekar Jaya, Kecamatan Bangunrejo,

Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari pada periode Januari-Februari 2017.

LEMBAR PERSEMBAHAN

Rasa syukur yang tiada henti kuucapkan pada Allah SWT,

atas segala nikmat dan karunia yang telah Engkau berikan.

Dengan penuh rasa cinta, kupersembahkan karya ini

kepada

Ibunda, Ayahanda dan Adik-Adik tersayang

yang senantiasa mencurahkan kasih dan sayang di setiap langkah, melantunkan

harapan dalam setiap doa,

mendukung sepenuhnya baik moril maupun materil demi sebuah cita-cita di masa

depan.

Juga untuk saudara, keluarga, serta teman-temanku

yang senantiasa mendukung keberhasilanku

dan

Almamater Tercinta.

MOTTO

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan

Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi

orang-orang yang khusyu

(QS Al Baqarah ayat 45)

Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa

yang telah diusahakannya

(QS An Najm ayat 39)

SANWACANA

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

nikmat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Analisa Pemanfaatan dan Pembangunan Ekowisata Bahari

Berbasis Sistem Informasi Geografis dan Drone (Studi Kasus di Kecamatan

Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan)”. Skripsi ini merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik, Universitas

Lampung.

Dalam penulisan skripsi ini Penulis banyak mendapatkan ilmu, pengetahuan,

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan

ini dengan segala kerendahan hati, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Yuda Romdania S.T., M.T. sebagai Pembimbing Pertama serta Orang

Tua Penulis ketika kuliah di Teknik Sipil Universitas Lampung atas bantuan,

bimbingan, motivasi dan kesediaannya dalam meluangkan waktu.

2. Bapak Ir. Geleng Perangin Angin, M.T. sebagai Pembimbing Kedua serta

Orang Tua Penulis ketika kuliah di Teknik Sipil Universitas Lampung atas

bantuan, bimbingan, motivasi dan saran-saran yang membangun selama

Penulis menyelesaikan skripsi.

3. Bapak Dr. Ahmad Herison, S.T., M.T. sebagai Pembahas yang telah

memberikan ilmu, pengetahuan, nasehat serta saran guna menyempurnakan

skripsi.

4. Bapak Gatot Eko Susilo, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Pembimbing Akademik

dan Ketua Jurusan Teknik Sipil, beserta seluruh dosen Teknik Sipil, Fakultas

Teknik, Universitas Lampung.

5. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Lampung.

6. Kedua orang tuaku, Bapak Ahmad Napriadi, dan Ibu Eni Kustiawati yang

senantiasa memberikan curahan kasih dan sayang, doa yang tiada henti serta

dukungan moril maupun materil untuk sebuah cita-cita di masa depan.

7. Adik-adikku tersayang, Nico Afriano dan M. Rafi Revaldo yang senantiasa

menjadi semangat, memotivasi dan mendoakan Penulis.

8. Teman–teman seperjuangan skripsi ecotourism, Dipo Akbar Ferdiansyah,

Kgs Fajar Azhari, Doni Pramanda yang telah memberikan waktu, keringat

dan darahnya berjuang bersama melewati masa-masa penelitian.

9. Teman-teman pendukung, Willy Brillian Yoshua, Ahmad Ega Wiratama,

Faishal M Hanun, Gusferdi yang telah membantu dalam keberhasilan

penulisan skripsi ini

10. Teman-teman seperjuangan Teknik Sipil UNILA angkatan 2013, atas

kekerabatan dan kebersamaan yang indah selama meraih kesuksesan di

Teknik Sipil Universitas Lampung.

Penulis mendoakan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan

balasan kebaikan kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu, semoga

skripsi ini dapat bermanfaat dalam menambah ilmu dan pengetahuan bagi siapa

saja yang menggunakannya. Aaamiiinn...

Bandar Lampung, Desember 2018

Penulis,

Fazario Adhitya Saputra

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... v

DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... vi

I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4

C. Batasan Masalah ............................................................................... 5

D. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

E. Kerangka Pikir .................................................................................. 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7

A. Penelitian Terdahulu (State Of The Art)............................................... 7

B. Ekowisata Bahari ................................................................................ 9

C. Sistem Informasi Geografis ................................................................. 13

D. GPS (Global Positioning System) ........................................................ 14

E. Peta SHP ............................................................................................. 16

F. Drone .................................................................................................. 16

G. Analisis Deskriptif .............................................................................. 17

III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 18

A. Lokasi Penelitian ............................................................................... 18

B. Data ................................................................................................... 19

C. Alat dan Bahan .................................................................................. 21

D. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 22

E. Analisis Data ..................................................................................... 23

1. Analisis Deskriptif Objek Ekowisata Bahari ............................... 24

2. Analisis Ekowisata Berbasis Teknik Sipil ................................... 33

F. Diagram Alir Penelitian .................................................................... 35

ii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 36

A. Potensi Objek Ekowisata Bahari ....................................................... 36

1. Pantai Tanjung Mengkudu ........................................................... 36

2. Pantai Belebuk ............................................................................. 41

3. Pantai Menang Rua ...................................................................... 47

4. Pantai Batu Liut ........................................................................... 53

5. Pantai Tanjung Tuha .................................................................... 56

6. Pantai Legun Bawang .................................................................. 59

7. Pantai Tanjung Pasir .................................................................... 62

B. Hasil Perhitungan Deskriptif Pemanfaatan dan Pembangunan

Ekowisata Bahari ............................................................................... 64

C. Pembuatan Peta Digital Berbasis Sistem Informasi Geografis ......... 70

D. Visualisasi Drone ............................................................................... 73

E. Analisis Hasil Penelitian Ekowisata Bahari di Kecamatan

Bakauheni .......................................................................................... 80

V. PENUTUP .............................................................................................. 96

A. Kesimpulan ........................................................................................ 96

B. Rekomendasi dan Saran ..................................................................... 97

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran A (Peta Pemanfaatan dan Pembangunan Ekowisata Bahari) ... 100

Lampiran B (Administrasi) ...................................................................... 108

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Cara Satelit Menentukan Posisi ................................................................ 15

2. Peta Koordinat Wilayah ........................................................................... 16

3. Peta Administrasi Kecamatan Bakauheni ................................................. 19

4. Flowchart Pengambilan Data ................................................................... 23

5. Akses Jalan Menuju Objek Ekowisata Bahari ......................................... 28

6. Penampang Melintang Kemiringan Pantai .............................................. 29

7. Pengambilan Data Lebar Pantai .............................................................. 30

8. Salah Satu Kondisi Mushola .................................................................... 31

9. Kondisi Toilet Umum .............................................................................. 31

10. Kondisi Warung di Objek Ekowisata Bahari .......................................... 32

11. Kondisi Pantai Tanjung Mengkudu ......................................................... 37

12. Pulau Mengkudu ...................................................................................... 39

13. Kondisi Pantai Belebuk ........................................................................... 42

14. Pulau Sekepal .......................................................................................... 43

15. Terumbu Karang di Pulau Sekepal .......................................................... 44

16. Kondisi Pantai Menang Rua .................................................................... 48

17. Green Canyon Pantai Menang Rua ......................................................... 49

18. Tebing Tinggi di Pantau Menang Rua ..................................................... 50

iv

19. Gua di Pantai Menang Rua ...................................................................... 50

20. Kondisi Pantai Batu Liut ......................................................................... 53

21. Kondisi Pantai Tanjung Tuha .................................................................. 56

22. Kondisi Pantai Legun Bawang ................................................................ 60

23. Kondisi Pantai Tanjung Pasir .................................................................. 62

24. Hasil Digitasi Kecamatan Bakauheni ...................................................... 71

25. Membuat Layer Baru ............................................................................... 72

26. Memilih Opsi Sesuai dengan Kebutuhan Layer ...................................... 72

27. Membuat Atribut Informasi yang akan Dimasukkan .............................. 74

28. Hasil Digitasi Objek Ekowisata Bahari ................................................... 75

29. Tampilan Informasi Objek Ekowisata Bahari ......................................... 76

30. Foto Pantai Belebuk via Drone ............................................................... 77

31. Potensi Ekowisata Bahari pada Kelas S3 ................................................ 82

32. Potensi dan Hambatan Ekowisata Bahari pada Kelas S3 ........................ 84

33. Informasi Ekowisata Bahari Kelas S3 pada GIS...................................... 85

34. Potensi Ekowisata Bahari Kelas S2 ........................................................ 86

35. Foto Via Drone Potensi Pantai Belebuk .................................................. 87

36. Potensi dan Hambatan Ekowisata Bahari pada Kelas S2 ........................ 89

37. Informasi Ekowisata Bahari Kelas S3 pada GIS ..................................... 90

38. Skema Perkembangan Ekowisata Bahari ................................................ 91

39. Potensi dan Hambatan Ekowisata Bahari Kelas N ................................. 91

40. Informasi Ekowisata Bahari Kelas N pada GIS ...................................... 93

41. Konsep Pembangunan Ekowisata ........................................................... 94

v

42. Peta Pemanfaatan dan Pembangunan Ekowisata Bahari

di Kabupaten Lampung Selatan .............................................................. 100

43. Informasi Pantai Tanjung Mengkudu dalam GIS (Geographic

Information System) ................................................................................ 101

44. Informasi Pantai Belebuk dalam GIS (Geographic Information

System) .................................................................................................... 102

45. Informasi Pantai Menang Rua dalam GIS (Geographic Information

System) ................................................................................................... 103

46. Informasi Pantai Batu Liut dalam GIS (Geographic Information

System) ................................................................................................... 104

47. Informasi Pantai Tanjung Tuha dalam GIS (Geographic Information

System) ................................................................................................... 105

48. Informasi Pantai Legun Bawang dalam GIS (Geographic

Information System) ................................................................................ 106

49. Informasi Pantai Tanjung Pasir dalam GIS (Geographic Information

System) .................................................................................................... 107

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penelitian Terdahulu (State of the art) ....................................................... 7

2. Data–data Primer ........................................................................................ 20

3. Data–data Sekunder ................................................................................... 21

4. Peralatan dan Bahan ................................................................................... 21

5. Analisis Hasil Penelitian ............................................................................ 24

6. Parameter Penilaian Ekowisata Bahari ..................................................... 26

7. Informasi Pantai Tanjung Mengkudu ........................................................ 40

8. Informasi Pantai Belebuk .......................................................................... 46

9. Informasi Pantai Menang Rua ................................................................... 52

10. Informasi Pantai Batu Liut ........................................................................ 55

11. Informasi Pantai Tanjung Tuha ................................................................. 58

12. Informasi Pantai Legun Bawang ................................................................ 61

13. Informasi Pantai Tanjung Pasir ................................................................. 63

14. Hasil Penilaian Ekowisata Bahari Pantai Belebuk .................................... 65

15. Penilaian Ekowisata Bahari di Kecamatan Bakauheni ............................. 67

16. Pembangunan Ekowisata Bahari di Kecamatan Bakauheni ..................... 83

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Pembagian Kelas Ekowisata Bahari di Lampung Selatan ........................ 81

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari pulau-pulau dengan jumlahnya

sekitar 17.508 pulau, dan juga disebut sebagai negara kepulauan terbesar di

dunia (Gloria Samantha, 2014). Indonesia juga merupakan salah satu negara

dengan garis pantai terpanjang. Dengan potensi tersebut, daerah pesisir dapat

menjadi pusat kegiatan baik secara ekonomi, sosial, maupun pariwisata.

Potensi sumberdaya laut dan daerah pesisir Indonesia yang besar belum dapat

memberikan kontribusi yang signifikan bagi peningkatan ekonomi nasional

(Ridwan Lasabuda, 2013). Belum optimalnya pembangunan dan pengelolaan

menjadi salah satu faktor penghambat kemajuan dari daerah pesisir. Sumber

daya pesisir dapat dimaksimalkan dengan adanya penataan dan pengelolaan

terpadu dari pihak masyarakat, pemerintah, maupun investor.

Salah satu yang menjadi potensi utama daerah pesisir adalah dari segi

pariwisata. Menurut UU. No. 10 Tahun 2009 pariwisata adalah berbagai

bentuk kegiatan wisata yang didukung sarana dan prasarana serta layanan

yang diberikan oleh pemerintah, pengusaha, dan masyarakat. Garis pantai

yang panjang serta keindahan alam yang disajikan menjadi nilai jual

2

tersendiri. Bentuk perkembangan pariwisata terbagi dalam bermacam-macam

terminologi antara lain, village tourism, sustainable tourism development, dan

ecotourism. Berbagai terminologi tersebut adalah bentuk pendekatan

pengembangan industri pariwisata yang berupaya untuk membuat

pembangunan wisata yang dilakukan dapat berkelanjutan, baik dari aspek

ekologi, ekonomi, dan sosial budaya (Na Immah N. dkk, 2016).

Ekowisata (ecotourism) adalah bentuk perjalanan wisata ke suatu daerah yang

masih memiliki objek yang alami dengan tujuan konservasi alam atau

melestarikan lingkungan dan meningkatkan taraf hidup penduduk lokal serta

melibatkan unsur-unsur pendidikan (Kismanto K. dkk, 2017). Banyak daerah

pesisir yang dikategorikan sebagai ekowisata terutama ekowisata bahari.

Daerah ekowisata bahari tersebut belum menarik perhatian pengunjung akibat

kurangnya perhatian pemerintah dan masyarakat. Pengembangan industri

pariwisata di suatu daerah bukanlah pekerjaan yang mudah terutama pada

keadaan yang memiliki lingkungan dan budaya yang peka.

Daerah pesisir Provinsi Lampung merupakan daerah kunjungan ekowisata

bahari yang sangat potensial, namun belum dimanfaatkan dan dikembangkan

secara maksimal karena belum tersentuh oleh investor (Moch. Prihatna Sobar

dkk, 2006), terutama daerah Kabupaten Lampung Selatan. Objek ekowisata

bahari yang dimiliki Kabupaten Lampung Selatan tersebar di Pesisir Teluk

Lampung. Daya tarik ekowisata yang ada di Lampung Selatan sudah mulai

menjadi target tujuan para wisatawan. Hal ini dikarenakan daerah Lampung

3

Selatan yang sangat dekat dengan pulau Jawa terutama Jakarta serta terdapat

pelabuhan bakauheni sebagai pintu masuk pulau sumatera.

Jumlah kunjungan wisatawan di Provinsi Lampung dalam jangka waktu 5

tahun terakhir mencapai 3,3 juta untuk wisatawan domestik dan 75 ribu untuk

wisatawan mancanegara dengan kenaikan 10-15% pertahun (Dariusman

Abdillah, 2016). Diperlukan pengelolaan objek wisata yang baik agar dapat

memaksimalkan potensi tersebut. Perkembangan ekowisata bahari dapat

meliputi dari berbagai aspek, baik dari masyarakat sekitar, pembangunan

sarana prasarana, serta perhatian pemerintah Provinsi Lampung terutama

Kabupaten Lampung Selatan.

Bakauheni merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten

Lampung Selatan. Pada kecamatan tersebut masih banyak objek ekowisata

bahari yang belum terkelola secara baik dan belum diketahui para wisatawan.

Pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan wisata masih sangat

kurang. Masyarakat juga belum memanfaatkan daerah ekowisata bahari

dengan maksimal. Namun, objek tersebut menawarkan keindahan pantai dan

laut yang sangat mengagumkan. Banyak kegiatan yang dapat dilakukan

seperti berenang di pantai, memancing, snorkling, ataupun hanya untuk

berfoto dengan pemandangan alam. Objek tersebut dapat menjadi pilihan

wisatawan untuk berekreasi ataupun tujuan bisnis.

Objek ekowisata bahari pada Kecamatan Bakauheni harus termanfaatkan

dengan baik. Jika dimaksimalkan dengan baik kawasan objek ekowisata dapat

membuat daerah dan masyarakat sekitar lebih maju baik dari sektor ekonomi,

4

sosial, dan budaya. Hal tersebut harus diiringi dengan pembangunan yang

menunjang pemanfaatan tersebut. Pembangunan adalah hal penting untuk

pertumbuhan suatu daerah. Dengan adanya pembangunan, suatu daerah akan

mendapat suatu perubahan, industrialisasi, perkembangan, dan modernisasi.

Namun harus tetap memerhatikan kelestarian, keaslian, keasrian dari alam dan

lingkungan objek ekowisata bahari.

Karena itu tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pemanfaatan dan

pembangunan sebagai penunjang ekowisata bahari di Kecamatan Bakauheni,

Lampung Selatan. Dengan hal tersebut keindahan alam, dan ketertarikan

wisatawan tidak terhalangi oleh atribut–atribut ekowisata yang kurang

memadai demi tercapainya kesejahteraan masyarakat daerah pesisir yang

berdampak pada kemajuan ekonomi suatu provinsi.

B. Rumusan Masalah

Dengan sektor ekowisata bahari yang begitu potensial di Kecamatan

Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan, pembangunan yang memudahkan

kawasan tersebut jauh dari kata memadai. Melihat kondisi tersebut masalah-

masalah yang perlu diperhatikan adalah:

1. Bagaimana kondisi existing yang sesuai untuk melakukan suatu

pembangunan di kawasan ekowisata bahari?

2. Bagaimana objek ekowisata bahari dapat dimanfaatkan secara maksimal?

3. Bagaimana cara menganalisis pembangunan di wilayah ekowisata bahari?

5

C. Batasan Masalah

Penelitian yang akan dilakukan mengarah pada analisis pemanfaatan dan

pembangunan ekowisata bahari di Kecamatan Bakauheni dengan tujuan dapat

menambah pendapatan daerah, serta menambah kesejahteraan masyarakat

daerah objek ekowisata bahari. Pada penelitian ini dilakukan pembatasan

terhadap masalah-masalah yang ada, yakni:

1. Lokasi penelitian atau wilayah pengambilan data hanya di lingkup

ekowisata bahari Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan.

2. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.

3. Metode yang digunakan menggunakan tracking GPS dan visualisasi

menggunakan drone.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

Menganalisis pemanfaatan dan pembangunan ekowisata bahari di daerah

pesisir Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan.

6

Kerangka Berpikir Penelitian

Memahami kondisi Kabupaten Lampung Selatan yang

memiliki potensi ekowisata bahari terkhusus

Kecamatan Bakauheni.

Pengambilan data di lokasi

penelitian

Mengetahui kondisi existing objek ekowisata bahari, kemudian olah data terhadap pengelolaan,

pemanfaatan dan pembangunan objek ekowisata bahari dengan analisis deskriptif

Dengan potensi tersebut maka

dilakukan studi literatur terhadap

jurnal – jurnal internasional dan

nasional tentang analisis

pemanfaatan dan pembangunan

ekowisata yang sudah ada

sebelumnya.

Memahami perencanaan

ekowisata potensial berbasis

teknik sipil, serta analisis–analisis

yang akan digunakan sesuai

dengan kondisi di lokasi

penelitian.

Pemetaan wilayah ekowisata

bahari dengan program GIS

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Analisis pemanfaatan dan pembangunan yang

dituangkan menjadi peta informasi yang berdampak

dalam pengembangan Kabupaten Lampung Selatan

dalam ekowisata bahari

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu (State Of The Art)

Dalam penelitian ekowisata bahari memiliki banyak peneliti terdahulu,

namun dalam spesifikasi bidang engineering masih sangat minim. Setiap

studi kasus yang didapat adalah memaksimalkan sumber daya pesisir dalam

ekowisata yang fokus terhadap ilmu kelautan maupun perikanan. Dalam

penelitian ini perencanaan ekowisata dilakukan dengan memerhatikan aspek

engineering, namun tetap memperhatikan nilai–nilai ekologi. Dengan hal

tersebut, perencanaan ekowisata ini tetap berbasis ekologi, teknologi,

maupun masyarakat.

Apa yang telah dilakukan pada penelitian terdahulu dalam hal ekowisata

dapat dipelajari dan dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Penelitian Terdahulu (State of the art).

Sumber Judul Jurnal Objek Topik Bahasan Lokasi

Liu Hong,

JI Yan,

2011

Study on

Construction

Ecotourism City

Based on Theory

of Recycling

Economy

Hutan

Raya

Pengembangan

industri pariwisata

berdasarkan teori

ekonomi di daerah

perkotaan

China

8

Sumber Judul Jurnal Objek Topik Bahasan Lokasi

Ridwan

Lasabuda,

2014

Pembangunan

Wilayah Pesisir dan

Lautan Dalam

Perspektif Negara

Kepulauan

Republik Indonesia

Pantai

dan

Lautan

Analisis

pembangunan

berdasarkan

sumber daya laut

dan pesisir

Indonesia

Dariusman

Abdillah,

2016

Pengembangan

Wisata Bahari di

Pesisir Pantai Teluk

Lampung

Pantai Pengembangan

wisata bahari

untuk menarik

minat wisatawan

Lampung

Selatan

Riyanto

dkk, 2014

Analisis

Pembangunan

Ekowisata di

Kawasan Taman

Hutan Raya

Berbasis Sistem

Informasi Geografis

Hutan

Raya

Analisis

pembangunan

ekowisata yang

dimodelkan dalam

program GIS

Kabupa

ten Sigi,

Sulawesi

Tengah

Yang Jing,

Huang

Fucai

2011

Research on

Management of

Ecotourism Based

on Economic

Models

Hutan

Raya

Analisis

permasalahan

ekowisata dengan

permodelan

ekonomi

China

T.K.

Khoshtaria

, N.T.

Chachava,

2017

Prospects of

ecotourism

development in

recreation areas of

South Georgia

Taman

Nasional

Perkembangan

ekowisata

berdasarkan

potensinya

South

Georgia

Kismanto

Koroy

dkk, 2017

Pemgembangan

Ekowisata Bahari

Berbasis

Sumberdaya Pulau-

pulau Kecil di

Pulau Sayafi dan

Liwo, Kabupaten

Halmahera Tengah

Pulau

dan

Pantai

Strategi

pengembangan

ekowisata bahari

dengan

memanfaatkan

sumber daya alam

pulau-pulau kecil

Maluku

Lu Ke,

2012

The Weakness and

Innovation of China

Eco-tourism

Hutan

Raya

Petunjuk inovasi

pengembangan

ekowisata

China

Tabel 1. Penelitian Terdahulu (State of the art). (Lanjutan)

(Lanjutan)

9

B. Ekowisata Bahari

Ekowisata adalah pengembangan pariwisata berkelanjutan yang

dikembangkan pada sumber daya ekowisata (seperti lansekap ekologis,

lingkungan ekologi, budaya ekologi, teknologi ekologi, industri ekologi,

produk ekologi, dll.) berdasarkan persebaran ekologi (Yang Jing dkk, 2011).

Sedangkan menurut Undang-undang No.33 Tahun 2009, Bab I, Pasal 1,

ekowisata merupakan bentuk kegiatan wisata alam di suatu wilayah dengan

memperhatikan unsur-unsur pemahaman, pendidikan, dan dukungan

terhadap upaya-upaya dalam konservasi alam, serta peningkatan taraf hidup

masyarakat lokal.

Ekowisata merupakan salah satu objek yang dapat dikembangkan untuk

kemajuan suatu daerah. Ekowisata sendiri mengandalkan konsep kelestarian

lingkungan, konservasi alam, masyarakat, dan lingkungan hidup. Ekowisata

bahari sendiri adalah salah satu bentuk pengembangan dari berbagai

ekowisata. Ekowisata bahari berorientasi di wilayah pesisir, mengandalkan

potensi wilayah pantai dan lautan. Pengakuan publik tentang peran rekreasi

dan ekowisata dalam pembangunan daerah dan implikasinya terhadap

perencanaan penggunaan lahan telah menyebabkan perkembangan berbagai

pendekatan untuk penilaian spasial, dari berbagai disiplin ilmu,

menggunakan berbagai macam teknik.

Pengembangan ekowisata di suatu kawasan dimulai dari penentuan objek

dan daya tarik ekowisata yang tersedia dan selanjutnya dinilai potensinya.

Potensi yang tersedia dinilai secara objektif dari sumber-sumber terkait

10

seperti informasi dari penduduk daerah kawasan ekowisata yang mengenal

secara baik wilayah tersebut. Jadi ekowisata dapat dikatakan sebagai

berikut: ekowisata adalah wisata khusus yang ditekankan pada aktivitas

masyarakat untuk melindungi lingkungan dan tidak merusaknya, hal ini

didasarkan pada sistem ekologi alami dan sistem ekologi masyarakat dalam

memastikan keseimbangan sistem ekologi untuk ke depannya memenuhi

kebutuhan turis, dan pengembangan ekonomi pada saat bersamaan (Lu Ke,

2012).

Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Pariwisata adalah semua

yang berhubungan pada lingkup wisata termasuk objek-objek, perusahaan,

dan daya wisata, kepariwisataan adalah semua yang terkait dengan

penyelenggaraan pariwisata. Pariwisata di daerah pesisir dapat

dikembangkan dengan memperhatikan aspek konservasi, yaitu merupakan

ecotourism: tidak merusak sumber daya mengacu pada lingkungan,

pendidikan, pemahaman berbagai pihak dan harus memberikan suatu

manfaat yang berkelanjutan dalam segala aspek dan menjaga Marine

Protected Areas (Siti Amanah dkk, 2006). Dalam ekowisata bahari ada

berbagai ekosistem yang termasuk di dalamnya. Ekosistem tersebut antara

lain:

1. Hutan Bakau (Mangrove)

Hutan Bakau merupakan ekosistem pesisir yang penting karena mereka

menyediakan sumber untuk memenuhi kebutuhan masyarakat manusia

dan satwa liar juga mengurangi emisi karbon dioksida. Hutan mangrove

menawarkan tempat pertumbuhan untuk berbagai jenis spesies air,

11

membantu mempertahankan masyarakat pesisir dari bencana alam,

mengurangi sedimentasi, stabilisasi lahan laut, interaksi dan adsorpsi

polutan. (Norida M. dkk, 2017). Dalam perkembangannya fungsi hutan

mangrove mulai tersisihkan. Wilayah konservasi dialihfungsikan

sebagai kawasan indsutri dan perekonomian.

Ekosistem mangrove juga merupakan ekosistem yang memiliki fungsi

ekologi dan fungsi perlindungan fisik terhadap pantai. Fungsi ekologi

mangrove sebagai tempat memijah (spawning ground) dan tempat

pembesaran larva ikan dan udang (nursery ground) sangat penting bagi

kelangsungan hidup biota laut. Fungsi perlindungan mangrove terhadap

pantai disebabkan oleh sistem perakaran dan tegakan pohon dapat

meredam laju gelombang dan angin yang menuju ke arah pantai

(Herison, 2014).

2. Padang Lamun

Rumput laut atau lamun juga dikenal dengan istilah ganggang atau alga

dalam istilah ilmiah. Rumput laut atau lamun merupakan salah satu

anggota spesies alga yang memiliki klorofil. Dilihat dari ukurannya,

rumput laut atau lamun dibagi menjadi jenis makroskopik dan

mikroskopik. Jenis makroskopik adalah jenis yang biasanya kita lihat di

daerah pantai dan disebut sebagai rumput laut atau lamun (Taurino-

Poncomulyo, 2006).

Rumput laut termasuk golongan tanaman berderajat rendah. Rumput

laut melekat pada suatu substrat untuk tumbuh, tidak mempunyai daun

12

sejati, batang, maupun akar. Rumput laut dapat tumbuh dengan

menempelkan diri pada pasir, batu, karang, lumpur, atau benda keras

lainnya. Selain itu, rumput laut juga dapat melekatkan diri pada

tumbuhan lain secara epifitik (Jana Anggadiredjo, 2006).

3. Terumbu Karang

Terumbu karang adalah ekosistem yang tumbuh di daerah tropis, namun

di beberapa daerah non-tropis juga memiliki spesies terumbu karang

yang dapat kita jumpai. Terumbu karang dapat terbentuk dari endapan-

endapan yang dihasilkan oleh organisme karang terutama kalsium

karbonat (klas Anthozoa, filum Snedaria, ordo Madreporaria dan

Scleractinia), alga berkapur dan organisme-organisme lain yang

mengeluarkan kaisium karbonat (Nybakken, 1988; Jeremias R dkk

2013).

Ekosistem terumbu karang yang produktif dapat mendukung kehidupan

nelayan lokal. Karena hal tersebut, pengelolaan dan konservasi terumbu

karang secara alami adalah langkah penting. Pengoptimalan fungsi

habitat terumbu karang harus ditingkatkan, sehingga produksi ikan-ikan

yang hidup pada karang akan dimanfaatkan dan dapat memberikan

keuntungan bagi masyarakat secara sosial dan nilai ekonomi, untuk masa

kini dan masa yang akan datang (Wilda Y dkk, 2016). Terumbu karang

juga menjadi daya tarik terbesar bagi objek ekowisata bahari. Nilai jual

ekowisata bahari tersebut meningkat dikarenakan keindahan ragam dan

bentuk terumbu karang.

13

C. Sistem Informasi Geografis

Teknologi yang telah dikembangkan untuk menangani informasi mencakup

sistem untuk memperoleh citra dari pesawat terbang atau ruang angkasa,

atau dikenal sebagai sistem penginderaan jarak jauh. Global Positioning

System (GPS) dan teknologi lainnya untuk menentukan lokasi; dan sistem

informasi geografis yang paling umum (GIS), merupakan salah satu alat

yang dirancang untuk pemrosesan, analisis, permodelan, dan penyimpanan

(Michael F, 2009).

Dalam beberapa tahun terakhir, sudah cukup banyak penelitian dalam

menganalisis, serta menyajikan data geografis dengan metode ini, sehingga

menjadi acuan dilakukannya penelitian di Kecamatan Bakauheni

menggunakan metode ini. Kontribusi ini berkisar dari inventaris sumber

daya sederhana hingga bangunan sebuah sistem pendukung keputusan

spasial. Pengembangan persediaan berbasis SIG telah memperkenalkan

fleksibilitas, objektivitas dan efisiensi dalam mengelola database spasial

sumber rekreasi (Prem Chetri & Colin Arrowsmith 2008).

Sistem Informasi Geografis dapat menyediakan prosedur dan alat untuk

mempermudah informasi spasial dalam beberapa hal seperti akses berulang

maupun penggunaannya. Beberapa fitur seperti area rekreasi, lintasan

pejalan kaki, bangunan-bangunan bersejarah, pegunungan wisata dan situs

sejarah dan budaya yang diminati dapat disimpan sebagai objek spasial

dengan masing masing informasi objek tersebut dalam database geografis.

Data yang ada dapat disimpan di Sistem Informasi Geografis sebagai titik,

14

garis dan bidang untuk mewakili area atau daerah fitur rekreasi (Wall 1997;

Arrowsmith 2003).

Sistem Informasi Geografis merupakan sistem hasil pengembangan

hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak) dengan tujuan

pemetaan. Dengan hal tersebut, data-data suatu wilayah dapat ditampilkan

dalam suatu sistem berbasis komputer yang membutuhkan ahli informatika,

geografi dan komputer serta aplikasi-aplikasi terkait. Masalah yang ada

dalam pengembangannya antara lain: kualitas, cakupan dan standar data,

visualisasi data, struktur, model, koordinasi kelembagaan, etika dan

pendidikan, decision support system dan expert system serta penerapannya.

Perbedaanya dengan sistem infomasi lainnya: data dihubungkan dengan

letak secara geografis dan terdiri dari data grafik maupun tekstual (Prahasta,

2003).

D. GPS (Global Positioning System)

Data GPS dapat digunakan untuk menentukan data kualitatif seperti persepsi

yang memberikan gambaran objektif suatu perjalanan, lokasi aktivitas

(Stopher and Greaves, 2007) atau koneksi sosial (Kestens dkk, 2017). GPS

dapat menampilkan lokasi secara akurat melalui citra satelit dengan

menunjukkan koordinat suatu objek. GPS merupakan satu-satunya sistem

navigasi satelit secara global untuk penentuan lokasi (marking), waktu,

kecepatan, dan arah yang telah dipakai secara menyeluruh di dunia.

(undergraduate thesis Wildan Habibi, ITS, Surabaya Januari : 2011).

Dengan alat GPS ini, informasi koordinat suatu wilayah di muka bumi dapat

15

diperoleh dengan cepat. Selain itu, teknologi pengolahan data berukuran

besar juga sudah tersedia dalam pengolahan data GPS, berupa produk-

produk teknologi komputer, baik hardware maupun software.

Gambar 1. Cara Satelit Menentukan Posisi

Sumber: Andi Sunyoto, 2013

Dengan menggabungkan penerima GPS sebagai alat akuisisi data dan

komputer sebagai pengolah data, bisa diperoleh sistem pemetaan yang

akurat dan cepat untuk berbagai macam keperluan: pariwisata, tata kota,

batas wilayah, industri, dan sebagainya. Contoh hasil pemetaan daerah

perkebunan yang dilakukan tim PENS oleh Harsono N dkk, 2006 di

Kabupaten Banyuwai Jawa Timur ditunjukkan gambar 2.

16

Gambar 2. Peta Koordinat Wilayah

Sumber: Harsono N dkk, 2006

Gambar 2 adalah contoh hasil olah data koordinat yang diperoleh melalui

unit bergerak yang digambarkan ke dalam peta dari penerima GPS.

E. Peta SHP (Shapefile)

Peta SHP merupakan sebuah peta dasar dengan format shapefile yang

digunakan sebagai penyusun project ArcView (Putu Kussa dkk, 2010) atau

dalam penelitian ini digunakan dalam QGIS. Peta SHP sebagai media

digitasi peta pada program GIS dapat berupa layer-layer yang menampilkan

sebuah daerah ataupun suatu objek seperti hotel, objek wisata, pantai, jalan

dll. Peta SHP menjadi dasar acuan pembuatan peta digital suatu wilayah.

F. Drone

Drone merupakan pesawat tanpa awak (Indira Anjani, 2015). Berbentuk

tidak terlalu besar sehingga tidak sulit untuk melakukan pergerakan. Drone

dapat dikendalikan secara jarak jauh melalui alat bantu controller. Benda

17

ini dapat memudahkan penggunan untuk melihat objek yang mempunyai

elevasi yang tinggi, maupun melihat suatu daratan dari ketinggian.

Penggunaan drone dimasa sekarang semakin berkembang. Drone digunakan

mulai dari kebutuhan arsitektur, pemetaan, fotografi dll.

G. Analisis Deskriptif

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif berdasarkan

kesesuaian lahan. Metode ini mengadopsi pada teknik analisis kesesuaian

lahan yang dikembangkan oleh FAO (Riyanto dkk, 2014). Metode analisis

penilaian deskriptif yaitu penilaian lokasi dengan mempertimbangkan

berbagai faktor baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis ini

dilakukan melalui pengelompokkan lahan berdasarkan kesesuaiannya untuk

tujuan tertentu. Menurut Leni Masnidar (2014) Analisis deskriptif adalah

bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian

berdasarkan satu sample. Analisa deskriptif ini dilakukan dengan pengujian

hipotesis secara deskriptif.

Menurut Febrandy D. (2006) inti evaluasi kesesuaian lahan adalah

membandingkan persyaratan atau parameter yang disesuaikan oleh tipe

penggunaan lahan yang akan digunakan dengan kualitas atau sifat-sifat yang

dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Evaluasi yang diberikan adalah

informasi tentang kendala serta peluang untuk penggunaan lahan dan

keputusan pemanfaatan sumber daya yang optimal, sebagai prasyarat untuk

perencanaan dan pengembangan penggunaan lahan tersebut (Abdel Rahman

dkk, 2016).

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung

Selatan. Kecamatan Bakauheni merupakan satu dari tujuh belas kecamatan

yang ada di Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Bakauheni juga

adalah satu dari tujuh Kecamatan yang wilayahnya berbatasan langsung

dengan pantai. Kecamatan Bakauheni memiliki panjang pantai ± 30 KM

dengan luas daratan 57,13 Km² atau 5713 Ha dan memiliki ketinggian

wilayah rata-rata 134 Mdpl (BPS Lampung Selatan, 2017). Terdapat

beberapa ekowisata bahari di Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung

Selatan yang akan menjadi objek penelitian dikarenakan banyak terdapat

tempat wisata yang berbasis ekowisata bahari belum teroptimalkan dan

minim akan sarana dan prasarana penunjang untuk menarik perhatian para

wisatawan. Peta Adiministrasi Kecamatan Bakauheni dapat dilihat pada

gambar 3.

Pelabuhan Bakauheni

19

Gambar 3. Peta Administrasi Kecamatan Bakauheni

Sumber : Google earth, diakses 15 Agustus 2018

B. Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder.

1. Data primer

Data primer adalah data yang diambil langsung di lapangan sesuai

dengan kebutuhan peneliti. Data primer didapatkan dari pengumpulan

data yang bersifat kuantitatif, baik observasi langsung maupun

wawancara dan kuisioner dari sumber-sumber terkait. Dalam penelitian

ini data yang dibutuhkan dapat dilihat pada tabel 2.

Kecamatan

Ketapang

Kecamatan

Penengahan

Kecamatan Rajabasa Kecamatan

Bakauheni

Selat Sunda

U

20

Tabel 2. Data–data Primer.

No Jenis Data Kegunaan Data

1. Dokumentasi Model visual berupa foto dan video

diperlukan dalam memperkuat fakta yang

ada mengenai karakteristik wilayah

Kecamatan Bakauheni

2. Membuat Sketsa Kawasan /

Peta

Sketsa kawasan diperlukan untuk

menggambarkan pola pemanfaatan ruang.

3. Observasi Kawasan

Ekowisata Bahari

Observasi kawasan, berupa pengukuran

dan perhitungan untuk keperluan analisis

data. Data-data tersebut akan

diinformasikan sesuai dengan pemanfaatan

dan pembangunan ekowisata bahari

dengan menggunakan program GIS.

4. Visualisasi Menggunakan

Drone

Drone digunakan untuk mengambil

gambar dari udara sebagai media

penggambaran situasi dan akses objek

ekowisata bahari.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang tidak diambil langsung di

lapangan, melainkan dari instansi terkait maupun hasil studi literatur

yang mendukung penelitian. Dalam penelitian ini data sekunder dapat

dilihat dalam tabel 3.

21

Tabel 3. Data–data Sekunder.

No Teknik Pengambilan Data Kegunaan Data

1 Survei Institusional Dilakukan kunjungan ke instansi

terkait untuk memperoleh data.

Kunjungan tersebut berhubungan

dengan data yang dibutuhkan

peneliti. Instansi yang dituju antara

lain Dinas Pariwisata, Kantor

Kecamatan Setempat.

2 Studi Literatur Studi literatur atau studi pustaka

yang dilakukan berkaitan dengan

konsep pengelolaan wilayah pesisir

dan analisis spasial berbasis sistem

informasi geografis. Kajian dapat

dilakukan melalui buku, jurnal,

ataupun penelusuran melalui

internet.

3 Peta SHP Kecamatan Bakauheni Peta dengan format shapefile yang

merupakan tampilan dasar peta

situasi dalam pembuatan peta

digital.

C. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel 4.

Tabel 4. Peralatan dan Bahan.

No Alat dan Bahan Fungsi

1 GPS (Global Positioning

System)

GPS digunakan untuk melakukan

tracking dan marking wilayah yang

menjadi objek penelitian.

2 Kamera Kamera sebagai alat dokumentasi

22

No. Alat dan Bahan Fungsi

3 Laptop Laptop digunakan sebagai alat olah data

yang didapat dari lokasi penelitian

4 Meteran Meteran digunakan untuk mengukur

panjang

5 Drone Drone difungsikan sebagai alat untuk

mendapatkan visualisasi udara.

D. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan terdiri atas pendekatan

kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan data kuantitatif

adalah suatu penelitian yang mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,

peristiwa, aktifitas, presepsi pemikiran orang maupun kelompok (Bachri

B.S, 2010). Sedangkan data kualitatif didapatkan dari observasi wilayah

kawasan ekowisata bahari yang ditinjau. Untuk wawancara yang

dilakukan, disesuaikan dengan persepsi sumber-sumber terkait pada objek

penelitian.

Untuk penentuan narasumber sebagai subjek wawancara dan kuisioner

dilakukan dengan teknik purposive sampling. Dengan metode ini

pengambilan sampel dilakukan atas dasar pertimbangan dan tujuan

penelitinya saja (Rozaini, 2003). Metode purposive sampling

memprioritaskan pemilihan narasumber yang memiliki pengetahuan lebih

terhadap informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Berikut flowchart

proses pengambilan data di lapangan.

Tabel 4. Peralatan dan Bahan. (Lanjutan)

23

Gambar 4. Flowchart Pengambilan Data

E. Analisis Data

Hasil dari analisis penelitian yang dilakukan dibagi menjadi dua kategori,

ketegori tersebut dapat dilihat pada tabel 5.

Observasi lokasi penelitian

Wawancara dan kuisioner

POKDARWIS

Tracking dan Marking lokasi

dengan GPS

Pengambilan data fisik dan

infrastruktur objek ekowisata

bahari

Perizinan ke Dinas Pariwisata

Lampung Selatan

Data benar

dan lengkap

Ya

Tidak

Mulai

Selesai

24

Tabel 5. Analisis Hasil Penelitian.

No Tahapan Keterangan

1 Analisis Deskriptif Objek

Ekowisata Bahari

Rentang interval data yang sudah

dikategorikan diolah menggunakan

analisis deskriptif. Dari analisis

tersebut akan diketahui wilayah-

wilayah yang memiliki potensi

ekowisata bahari sesuai keinginan

masyarakat.

2 Analisis Ekowisata Berbasis

Teknik Sipil

Dari rentang interval kesesuaian

ekowisata bahari melalui parameter

analisis deskriptif, serta disiplin ilmu

Teknik Sipil dalam ekowisata bahari

berbasis Ekologi, maka dibuatkan

pemetaan menggunakan Software

Sistem Informasi Geografis terhadap

wilayah ekowisata bahari.

Dari hasil analisis hasil penelitian ini, maka akan ditarik kesimpulan serta

perbandingan data yang didapat dengan ketentuan-ketentuan yang terkait

dengan penelitian.

1. Analisis Deskriptif Objek Ekowisata Bahari

Analisis deskripstif mengadopsi dari analsis kesesuaian lahan. Dalam

pengklasifikasian kesesuaian lahan, kerangka kerja FAO 1976

membagi struktur klasifikasi ke dalam empat kategori ordo, kelas, sub

kelas dan unit (Sindy P, 2016). Menurut (Ritung dkk, 2007) digunakan

struktur klasifikasi berdasarkan kelas yang terbagi sebagai berikut.

25

a. Kelas S1

Kelas S1 atau sangat memadai (highly suitable) merupakan objek

yang tidak mempunyai pembatas yang berat dalam

pengelolaannya. Objek ekowisata bahari sudah dimanfaatkan

secara baik dalam aspek ekonomi, konservasi alam, maupun

pemberdayaan masyarakat. Sarana dan prasarana yang ada sudah

sangat baik, lengkap, dan mampu memenuhi semua kebutuhan

pengunjung yang datang. Kelas S1 mempunyai batasan yang

sangat minim dan tidak berpengaruh banyak terhadap

perkembangan objek ekowisata bahari.

b. Kelas S2

Kelas S2 atau cukup memadai (moderately suitable) merupakan

objek ekowisata bahari yang mempunyai pembatas sedikit berat

untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus dilakukan.

Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan. Objek

tersebut sudah mulai dimanfaatkan namun belum maksimal.

Infrastruktur yang ada sudah cukup bervariasi tetapi dibutuhkan

upaya lebih dalam pembangunan yang akan dilakukan. Ritung

dkk, 2007 dalam penelitiannya menerangkan bahwa batasan yang

ada biasanya dapat ditangani oleh masyarakat sendiri.

c. Kelas S3

Kelas S3 atau kurang memadai (marginal suitable) merupakan

objek ekowisata bahari yang mempunyai pembatas yang sangat

berat untuk mempertahankan tingkat pengelolaannya. Pembatas

26

perlu memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada

lahan yang tergolong S2. Pengelolaan dan pemanfaatan objek

terbilang buruk. Sarana dan prasarana masih sangat minim dan

kurang mampu memenuhi kebutuhan wisatawan. Untuk mengatasi

faktor pembatas pada S3, diperlukan modal tinggi sehingga perlu

adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau

pihak swasta (Ritung dkk, 2007).

d. Kelas N

Kelas N atau tidak memadai (not suitable) merupakan objek

ekowisata bahari yang mempunyai pembatas yang paling berat,

tapi masih mungkin untuk diatasi. Perkembangan yang akan

dilakukan membutuhkan biaya yang sangat besar. Dibutuhkan

pembangunan sarana dan prasarana yang menyeluruh dan

berkelanjutan. Faktor-faktor pembatasnya begitu berat sehingga

menghalangi keberhasilan perkembangan objek yang lestari dalam

jangka panjang.

Tabel 6. Parameter Penilaian ekowisata bahari.

No Faktor Bobot

Nilai

Skor (3) Skor (2) Skor (1) Skor (0)

Sangat Kuat Kuat Sedang Lemah

1 Aksesibilitas 5 Jalan aspal, ada

kendaraan

umum

Jalan Aspal

dan berbatu,

ada

kendaraan

umum

Jalan Aspal

berbatu, tanpa

kendaraan

umum

Jalan

Tanah atau

setapak,

tanpa

kendaraan

umum

2 Kemiringan

Pantai

3 0-10° 10-25° 25-45° > 45°

27

No Faktor Bobot

Nilai

Skor (3) Skor (2) Skor (1) Skor (0)

Sangat Kuat Kuat Sedang Lemah

3 Jarak Air

Bersih

1 < 0,5 km 0,5-1 km 1-2 km > 2 km

4 Kedalaman

Air Bersih

1 0-3 m 3-6 m 6-9 m > 9 m

5 Tingkat

Kriminalitas

3 Sangat aman Aman Kurang aman Tidak aman

6 Letak dari

jalan utama

5 < 1 km 1-2 km 2-3 km > 3km

7 Lebar Pantai 5 > 15 m 10-15 m 3-10 m 0-3 m

8 Dukungan

Masyarakat

5 Sangat

mendukung Mendukung

Kurang

Mendukung

Tidak

Mendukun

g

9 Mushola/

Masjid

5 < 100 m 100-500 m 500 m-1 Km > 1 Km

10 Gereja 1 < 100 m 100-500 m 500 m-1 Km > 1 Km

11 Hotel 1 Sangat tersedia,

kondisi baik

Tersedia,

kondisi baik

Tersedia,

kondisi

kurang baik

Tidak

Tersedia

12 Cottage 1 Sangat tersedia,

kondisi baik

Tersedia,

kondisi baik

Tersedia,

kondisi

kurang baik

Tidak

Tersedia

13 Homestay 1 Sangat tersedia,

kondisi baik

Tersedia,

kondisi baik

Tersedia,

kondisi

kurang baik

Tidak

Tersedia

14 Gazebo 5 Sangat tersedia,

kondisi baik

Tersedia,

kondisi baik

Tersedia,

kondisi

kurang baik

Tidak

Tersedia

15 Toilet

Umum

5 Sangat tersedia,

kondisi baik

Tersedia,

kondisi baik

Tersedia,

kondisi

kurang baik

Tidak

Tersedia

16 Tempat

Membilas

3 Sangat tersedia,

kondisi baik

Tersedia,

kondisi baik

Tersedia,

kondisi

kurang baik

Tidak

Tersedia

17 Rumah Sakit 1 < 1 Km 1 Km-3 Km 3-5 Km > 5 Km

18 PUSKESMAS 1 < 1 Km 1 Km-3 Km 3-5 Km > 5 Km

19 Rumah

Makan

5 Sangat tersedia,

< 500 m

Tersedia. <

500 m

Tersedia, >

500 m

Tidak

tersedia

20 Warung/

toko

3 Sangat tersedia,

< 500 m

Tersedia. <

500 m

Tersedia, >

500 m

Tidak

tersedia

Tabel 6. Parameter Penilaian Ekowisata Bahari. (Lanjutan)

28

No Faktor Bobot

Nilai

Skor (3) Skor (2) Skor (1) Skor (0)

Sangat Kuat Kuat Sedang Lemah

21 Pemanfaatan

Nilai

Ekonomi

5 Masyarakat

berpenghasilan

penuh dari

kawasan

ekowisata

Penghasilan

masyarakat

terpenuhi

dari

kawasan

ekowisata

Masyarakat

berpengha

silan

tambahan dari

kawasan

ekowisata

Ekowisata

bukan

sumber

penghasilan

masyarakat

22 Pemanfaatan

konservasi

lingkungan

5 Terdapat

pelestarian alam

yang

berkelanjutan

Tindakan

pelestarian

alam hanya

pada waktu

tertentu

Pelestarian

hanya dalam

bentuk

sosialisasi

Tidak

terdapat

bentuk

pelestarian

alam

23 Pemanfaatan

masyarakat

5 Masyarakat

mengelola

penuh kawasan

ekowisata

Masyarakat

sebagai

tenaga kerja

pada

pengelolaan

ekowisata

Beberapa

golongan

masyarakat

yang

memanfaat

kan ekowisata

Masyarakat

tidak ada

andil dalam

lingkup

ekowisata

Sumber: Referensi dari Yulianda (2007) dan Riyanto dkk (2014)

Keterangan:

1) Aksesibilitas : Akses keluar masuk dari dan menuju objek ekowisata bahari.

Semakin baik akses yang dapat dilalui, akan memudahkan wisatawan yang

akan datang. Salah satu contoh akses jalan dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Akses Jalan Menuju Objek Ekowisata Bahari

Tabel 6. Parameter Penilaian Ekowisata Bahari. (Lanjutan)

29

2) Kemiringan Pantai : Tingkat kemiringan lahan diukur secara tegak lurus garis

pantai. Menurut (Yulianda, 2007) kemiringan pantai dibagi menjadi 4

(empat) tipe yaitu:

- Tipe 1, ɑ = 0-10° - Tipe 2, ɑ = 10-25°

- Tipe 3, ɑ = 25-45° - Tipe 4, ɑ = > 45°

Tipe 1 menunjukan ketertarikan pengunjung tertinggi dengan kemiringan 0-

10° untuk pantai rekreasi diikuti dengan tipe lainnya. Kemiringan tersebut

dinilai aman dan nyaman bagi pengunjung dalam kegiatan berenang maupun

memancing. Gambar penampang melintang untuk menunjukkan kemiringan

pantai ditunjukkan pada gambar 6.

Gambar 6. Penampang Melintang Kemiringan Pantai

3) Jarak Air Bersih : Jarak yang diperlukan untuk memperoleh air bersih/air

tawar. Air tawar digunakan untuk dikonsumsi maupun mandi, cuci, dan

kakus.

4) Kedalaman Air bersih : Kedalaman yang minim untuk mendapatkan air

bersih akan lebih baik dan lebih murah dalam penyediaannya

5) Tingkat kriminalitas : Tingkat kriminalitas yang rendah akan menimbulkan

rasa aman dan nyaman bagi pengunjung yang akan datang

30

6) Letak dari jalan utama : Jarak yang dekat dari jalan utama akan memudahkan

objek ekowisata bahari untuk dijangkau

7) Lebar pantai : Lebar pantai merupakan lebar daerah berpasir yang diukur dari

garis pasang tertinggi menuju tumbuhan pertama di daratan. Pengukuran

lebar pantai ditunjukkan pada gambar 7.

Gambar 7. Pengambilan Data Lebar Pantai

8) Dukungan masyarakat : bentuk dukungan masyarakat dalam pengembangan

objek ekowisata bahari yang meliputi pengelolaan, penyediaan barang dan

jasa, pembangunan sarana dan prasarana, dan keterbukaan dalam menarik

investor maupun bantuan pemerintah

9) Mushola/masjid : Ketersediaan sarana ibadah untuk umat islam. Salah satu

kondisi mushola dapat dilihat pada gambar 8.

31

Gambar 8. Salah Satu Kondisi Mushola

10) Gereja : Ketersediaan sarana ibadah untuk umat nasrani

11) Hotel : Penyediaan jasa penginapan bagi pengunjung dalam bentuk hotel

12) Cottage : Penyediaan jasa penginapan bagi pengunjung dalam bentuk cottage

13) Homestay : Penyediaan jasa penginapan bagi pengunjung di rumah

masyarakat setempat

14) Gazebo : Ketersediaan pondok untuk pengunjung beristirahat di sekitar

pantai

15) Toilet umum : Ketersediaan sarana toilet bagi pengunjung. Contoh kondisi

toilet umum dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Kondisi Toilet Umum

32

16) Tempat Bilas : Ketersediaan tempat bagi pengunjung membilas tubuh setelah

berkegiatan pada objek ekowisata bahari

17) Rumah sakit : Jarak yang dibutuhkan untuk mecapai rumah sakit jika

pengunjung membutuhkan penanganan medis yang berat

18) PUSKESMAS : Jarak yang dibutuhkan untuk mecapai klinik/PUSKESMAS

jika pengunjung membutuhkan penanganan medis yang ringan

19) Rumah makan : Ketersediaan tempat yang menyediakaan kebutuhan pangan

bagi pengunjung

20) Warung/toko : Ketersediaan toko yang menyediakan barang keperluan

pengunjung. Kondisi toko di objek ekowisata bahari ditunjukkan gambar 10.

Gambar 10. Kondisi Warung di Objek Ekowisata Bahari

21) Pemanfaatan nilai ekonomi : Pemanfaatan objek ekowisata bahari sebagai

sumber pendapatan bagi masyarakat

22) Pemanfaatan konservasi lingkungan : Pemanfaatan objek ekowisata bahari

sebagai sarana/tempat pelestarian lingkungan

33

23) Pemanfaatan masyarakat : Pemanfaatan objek ekowisata bahari yang

melibatkan masyarakat dalam perkembangannya

Menurut (Yulianda, 2007) Penghitungan penilaian terhadap objek dan

atraksi wisata dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Pertama melakukan perhitung nilai dari tiap-tiap parameter yang

ditentukan.

Skor akhir = Skor x Bobot tiap parameter

b. Kemudian semua skor yang didapat dari objek ekowisata

dijumlahkan.

∑ ∑ ∑ ∑ ∑

c. Skor akhir yang didapatkan dibandingkan dengan nilai maksimum

dari objek ekowisata yang ditinjau, kemudian akan didapatkan

persentase kesesuain dari objek penelitian.

Persentase Kesesuaian = ∑

x 100%

Persentase yang didapat kemudian dinilai sesuai dengan kelasnya

masing-masing.

S1 = Sangat memadai (75-100%)

S2 = Cukup memadai (50-<75%)

S3 = Kurang memadai (25-<50%)

N = Tidak memadai (<25%)

2. Analisis Ekowisata Berbasis Teknik Sipil

Perencanaan ekowisata berbasis teknik sipil merupakan upaya

meminimalisir kerugian dan meningkatkan produktivitas suatu objek

34

yang terintegrasi. Hal ini dilakukan untuk menghindari dan

meminimalkan dampak konstruksi dan aktivitas manusia yang akan

berdampak negatif terhadap keanekaragaman hayati dan kondisi fisik

lingkungan sampai batas tertentu (S. Pioch dkk, 2018).

Objek/atraksi, jalur sirkulasi, aktivitas dan fasilitas yang akan

dilaksanakan pembangunan sangat ditentukan dari kesesuaian kawasan

ekowisata. Hasil analisis kesesuaian ekowisata digambarkan dalam

bentuk peta sebagai dasar untuk perencanaan kawasan ekowisata yang

akan dikembangkan. Hasil dari pemetaan diharapkan mampu

membantu pemerintah atau investor dalam pendataan pembangunan

objek ekowisata bahari sebagai upaya perkembangan yang berkelanjuta.

Pembangunan yang akan dilakukan dihimbau dapat memenuhi tingkat

permintaan pengunjung namun tidak menimbulkan kerusakan terhadap

ekosistem dan lingkungan.

Penentuan kategori kawasan ekowisata di Kecamatan Bakauheni sangat

dipengaruhi kondisi fisik kawasan. Data primer dan sekunder

digunakan sebagai data atribut pada peta-peta tematik berdasarkan

parameter yang ada. Selanjutnya didigitasi dengan software Quantum

GIS, sehingga dihasilkan peta pemanfaatan dan pembangunan

ekowisata di lokasi penelitian.

35

F. Diagram Alir Penelitian

Pengumpulan Data Primer berupa:

a) Foto dilapangan,

b) Sketsa kawasan penelitian,

c) obsevasi langsung dalam

menetukan data penelititan

d) Pengambilan gambar situasi

menggunakan drone

Pengumpulan Data Sekunder berupa:

a) Data – data kajian ekowisata dan

potensi wisata di Bakauheni oleh

dinas pariwisata,

b) Jurnal Internaional dan nasional

yang menjadi acuan analisis

ekowisata

Mulai

Studi Literatur

Analisis

Deskriptif

Analisis Berbasis

Teknik Sipil

(Program GIS)

Peta Pemanfaatan dan Pembangunan

Ekowisata Bahari Berbasis Sistem

Informasi Geografis

Selesai

Simulasi dan Kompilasi

Data

Pengumpulan Data

Data benar

dan lengkap

Ya

Tidak

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

pemanfaatan dan pembangunan ekowisata bahari di Kecamatan Bakauheni,

Lampung Selatan belum maksimal. Kesimpulan secara detail dijelaskan

sebagai berikut:

1. Potensi objek ekowisata bahari tersebut sangat baik dan beragam, serta

kondisi lingkungan yang masih alami

2. Ekowisata bahari tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Hal

tersebut dapat dilihat dari penilaian dan pembagian kelas objek yang

menjadi lokasi penelitian. Hasil Skors dan pembagian ekowisata bahari

adalah sebagai berikut.

a. Kelas S2 (Cukup Memadai)

Pantai Belebuk, Kelurahan Totoharjo (58,67%)

Pantai Menang Rua, Kelurahan Kelawi (68,00%)

b. Kelas S3 (Kurang Memadai)

Pantai Tanjung Mengkudu, Kelurahan Totoharjo (34,67%)

Pantai Batu Liut, Kelurahan Bakauheni (27,11%)

Pantai Tanjung Tuha, Kelurahan Bakauheni (25,33%)

Pantai Tanjung Pasir, Kelurahan Bakauheni (30,22%)

97

c. Kelas N (Tidak Memadai)

Pantai Legun Bawang, Kelurahan Bakauheni (12,44%)

3. Pembangunan infrastruktur pada objek ekowisata bahari tersebut belum

dapat memenuhi kebutuhan wisatawan dengan baik dan menyeluruh.

4. Aksesibilitas dari dan menuju objek ekowisata bahari tersebut masih sulit

dijangkau

5. POKDARWIS sebagai koordinator pengelola objek ekowisata bahari di

wilayah tersebut sudah berfungsi dengan baik

6. Promosi objek ekowisata bahari oleh masyarakat dan pemerintah masih

belum maksimal dan cenderung sangat minim

7. Mayoritas sumber pendapatan penduduk wilayah pesisir belum

berorientasi pada sektor ekowisata

8. Perhatian dan bantuan dari pemerintah dalam perkembangan objek

ekowisata bahari tersebut dinilai masih kurang

9. Kebudayaan dan adat istiadat masyarakat setempat sudah menjadi daya

tarik tersendiri bagi ekowisata bahari di daerah tersebut

10. Dalam proses pengembangan ekowisata bahari dibutuhkan economy &

business plan oleh pihak pengelola agar potensi alam yang ada dapat

dimanfaatkan secara maksimal secara finansial.

B. Saran dan Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan penelitian objek ekowisata bahari di Kecamatan

Bakauheni, Lampung Selatan, direkomendasikan saran-saran sebagai berikut:

98

1. Kelestarian lingkungan dan ekosistem daerah pesisir terutama Kecamatan

Bakauheni sebaiknya tetap dijaga sesuai dengan konsep ekowisata. Hal

tersebut dilakukan dengan mengadakan pelatihan atau pendidikan kepada

POKDARWIS selaku pelaksana lapangan, masyarakat setempat, dan

pengguna ekowisata bahari dalam menjaga ekosistem laut, mangrove, dan

terumbu karang

2. Pemanfataan objek ekowisata bahari sebaiknya mengarah pada

peningkatan di beberapa aspek seperti meningkatkan pendapatan

masyarakat, melindungi lingkungan dan ekosistem, serta menjadi media

pemberdayaan masyarakat.

3. Pembangunan infrastruktur penunjang kegiatan di objek ekowisata bahari

perlu lebih ditingkatkan seperti, toilet umum, tempat ibadah, penginapan,

rumah makan, dll.

4. Aksesibilitas dari dan menuju objek ekowisata bahari perlu diperbaiki,

agar lokasi mudah dijangkau oleh pengunjung.

5. Fungsi POKDARWIS selaku pengelola objek ekowisata bahari di setiap

kelurahan diharapkan berjalan dengan lebih baik dan dalam pembinaan

pemerintah daerah.

6. Promosi objek ekowisata bahari sebaiknya lebih ditingkatkan melalui

penggunaan media informasi dan sosial media serta mengefektifkan

sarana yang telah ada.

7. Perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang keberadaan potensi

daerah yang dimiliki serta pentingnya pemanfaatan dan perkembangan

ekowisata bahari tersebut.

99

8. Kerjasama antara pemerintah, POKDARWIS, dan masyarakat setempat

sebaiknya lebih ditingkatkan serta perlunya pembinaan dan bantuan dari

pemerintah untuk meningkatkan sarana dan prasarana di objek ekowisata

bahari tersebut.

9. Perlu adanya kegiatan rutin yang bertujuan memperkenalkan kebudayaan

dan adat istiadat masyarakat setempat untuk menambah daya tarik

ekowisata bahari

10. Dengan adanya perencanaan economy dan business plan yang baik

diharapkan dapat memperbaiki sistem pengelolaan dan memaksimalkan

potensi alam ekowisata bahari

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Dariusman. 2016. Pengembangan Wisata Bahari di Pesisir Pantai Teluk

Lampung. Asdep Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan

Kementerian Pariwisata. halaman: 45–66

Andi Sunyoto. 2013. GPS (Global Positioning System). Jurnal STMIK AMIKOM

vol.1. Yogyakarta

Anjani, Indira. 2015. Analisis Penggunaan Pesawat Tanpa Awak (Drone) dalam

Kebijakan Kontraterorisme Amerika Serikat dan Pakistan Pasca 9/11.

Journal of International Relations, Volume 1, Nomor 2, hal. 79-89. UNDIP.

Bachri, B. S. 2010. Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi pada

Penelitian Kualitatif. Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Surabaya. Kampus Lidah Wetan.

Biro Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan. 2017. Kecamatan Bakauheni

dalam Angka. Lampung Selatan : BPS.

Febrandy, D. 2006. Karakteristik Sifat-Sifat Tanah dan Lahan untuk Kesesuaian

Lahan Tanaman Jati Belanda (Guazuma Ulmifolia LAMK). Program Studi

Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bandung.

Samantha, Gloria. 2014. Konsep Negara Hukum Indonesia. Universitas Gajah

Mada. Yogyakarta.

Goodchild, Michael F. 2009. Geographic Information Systems and Science:

Today and Tomorrow. Procedia Earth and Planetary Science 1, 1037–

1043

Habibi, Wildan. 2011. Pembangunan Sistem Pelacakan dan Penelusuran Device

Software Berbasis Global Positioning Sistem (GPS) pada Platform Software

Google, diakses 15 Maret 2014 pukul 17.30 WIB, dari Digital Library ITS:

http://digilib.its.ac.id/pembangunan-sistem-pelacakan-dan-penelusuran-device-

mobile-berbasis-global-positioning-sistem-GPS-pada-platform-mobile-

Google-android-16279.html

Herison A. 2014. Reformasi Ekoteknik Peredaman Gelombang Mangrove

Avecenia SP Berbasis Teknik Pantai dan Disain Bangunan Tepi Pantai

Daerah Pesisir. Department of Water Aquatic Management

Jeremias R. Tuhumena, Janny D. Kusen, Carolus Pe. Paruntu. 2013. Struktur

Komunitas Karang dan Biota Asosiasi Pada Kawasan Terumbu Karang di

perairan Desa Minganga Kecamatan Malalayang II dan Desa Mokupa

Kecamatan Tombariri. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis. Volume 3 Nomor 1.

Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Kestens Y, Wasfi R, Naud A, Chaix B. Contextualizing Context: Reconciling

Environmental Exposures, Social Networks, and Location Preferences in

Health Research. Curr Environ Health Rep 2017;4(1):51–60.

Kismanto Koroy, F. Yulianda, Nurlisa A. Butet. 2017. Pengembangan Ekowisata

Bahari Berbasis Sumberdaya Pulau-pulau Kecil di Pulau Sayafi dan Liwo,

Kabupaten Halmahera Tengah. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan

Vol. 8 No. 1 Mei: 1-17

Lasabuda, Ridwan. 2013. Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan dalam

Perspektif Negara Kepulauan Republik Indonesia. Jurnal Ilmiah Platax,

Vol. 1-2, Januari.

LIU Hong, JI Yan. 2011. Study on Construction Ecotourism City Based on

Theory of Recycling Economy. Energy Procedia 5, 1932–1936

Lu Ke. 2012. The Weakness and Innovation of China Eco-tourism. Physics

Procedia 25, 953 – 957. School of Management, Mudanjiang Normal

University

Moch. Prihatna Sobari, Gatot Yulianto, dan Desi Nurita. 2006. Analisis

Permintaan Rekreasi dan Strategi Pengembangan Wisata Bahari Pantai

Kalianda Resort, Kabupaten Lampung Selatan. Buletin Ekonomi Perikanan

Vol. VI. NO.3

Mohamed A.E. AbdelRahman, A. Natarajan, Rajendra Hegde. 2016. Assessment

of Land Suitability and Capability by Integrating Remote Sensing and GIS

for Agriculture in Chamarajanagar District, Karnataka, India. The Egyptian

Journal of Remote Sensing and Space Sciences 19, 125–141

Na’immah Nur’Aini, I.A. JokoSuyanto. 2016. Prospek Pengembangan Ekowisata

Berbasis Masyarakat di Desa Wisata Batisrejo Kabupaten Sragen. Sekolah

Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta

Nasution, Leni Masnidar. 2017. Statistik Deskriptif. Jurnal Hikmah, Volume 14,

No. 1. Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Serdang Lubuk Pakam, Januari

– Juni.

Nasution, Rozaini. 2003. Teknik Sampling. Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Sumatera Utara.

Nonot Harsono, Ahmad Subhan, Sritrusta Sukaridhoto, Amang Sudarsono. 2006.

Teknik Pemetaan Wilayah Secara Cepat dan Akurat Menggunakan GPS

yang Dikoordinasikan Melalui Jaringan 3G atau yang Setara. Politeknik

Elektronika Negeri Surabaya

Prem Chhetri & Colin Arrowsmith, 2008. GIS-based Modelling of Recreational

Potential of Nature-Based Tourist Destinations

Putu Kussa L. U., Amir Fatah S. 2010. Perencanaan dan Implementasi Sistem

Informasi Geografis Lokasi Hotel di Yogyakarta menggunakan SVG.

Jurnal DASI Vol. 11 STMIK AMIKOM Yogyakarta.

Ritung, S., Wahyunto, F. Agus, H. Hidayat. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian

Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Aceh Barat. Balai

Penelitian Tanah dan World Agroforesty Centre. Bogor.

Riyanto, Hamzari, Golar. 2014. Analisis Pembangunan Ekowisata di Kawasan

Taman Hutan Raya Berbasis Sistem Informasi Geografis. Fakultas

Kehutanan, Universitas Tadulako, Volume 2, Nomor 1, Hal. 153-163, Juni.

S. Pioch, G. Relini, J.C, Souche dkk. 2018. Enhancing Eco-engineering of Coastal

Infrastructure with Eco-design:Moving from Mitigation to Integration.

Journal Ecological Engineering

Sindy Pariamanda, Abdi Sukmono, Hani’a h. 2016. Analisis Kesesuaian untuk

Perkebunan Kopi di Kabupaten Semarang. Program Studi Teknik Geodesi

Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Stopher PR , Greaves SP . Household Travel Surveys: Where are We Going?

Transp Res Part A: Policy Pract 2007;41(5):367–81.

T.K. Khoshtaria, N.T. Chachava. 2017. Prospects of Ecotourism Development in

Recreation Areas of South Georgia. Georgian Technical University.

Annals of Agrarian Science 15, 312-317

Undang-Undang Republik Indonesia, 2009. Undang-Undang Nomor 10 Tahun

2009. Tentang Kepariwisataan. Jakarta.

Universitas Lampung., 2016. Format Penukisan Karya Ilmiah Universitas

Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Yang Jing , Huang Fucai. 2011. Research on Management of Ecotourism Based

on Economic Models. Energy Procedia 5, 1563–1567

Yoshua, Willy Brillian. 2018. Analisis Zonasi Ekowisata Bahari Berbasis Sistem

Informasi Geografis. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik. Universitas

Lampung

Yulianda F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya

Pesisir Berbasis Konservasi. Departemen Manajemen Sumberdaya

Perairan. IPB Bogor.