tingkat adopsi masyarakat terhadap...

21
TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN EKOWISATA DI PULAU BENAN KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU Asmira Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH [email protected] Dr. Khodijah Ismail, M.Si Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH [email protected] Dr. Febrianti Lestari, M.Si Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat dan untuk mengetahui tingkat adopsi masyarakat terhadap pengembangan ekowisata di Pulau Benan. Penelitian dilaksanakan dimulai pada bulan September tahun 2015 sampai bulan Februari tahun 2016. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode survei. Untuk penarikan sampel responden digunakan metode acak sederhana (simple random sampling. Berdasarkan tahapan adopsi diketahui bahwa adopsi masyarakat sebagian besar berada pada tahapan sadar dengan jumlah skor 1037 yang dikategorikan sangat baik, kemudian diikuti tahap minat dan menilai dengan kategori baik dengan skor masing-masing 960 dan 930. Kemudian yang termasuk pada kategori yang tidak baik adalah tahap mencoba dan menerapkan dengan nilai skor masing-masing 736 dan 657. Artinya tingkat penerimaan masyarakat terhadap pengembangan ekowisata di Pulau Benan belum sampai pada tahap mencoba karena pada tahap ini dibutuhkan dukungan penuh dari pemerintah untuk mengimplementasikan program dan kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan masyarakat. Kata Kunci: Pengembangan ekowisata, tingkat adopsi masyarakat.

Upload: vudan

Post on 12-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EKOWISATA DI PULAU BENAN KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI

TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN

EKOWISATA DI PULAU BENAN KECAMATAN SENAYANG

KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Asmira

Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH

[email protected]

Dr. Khodijah Ismail, M.Si

Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH

[email protected]

Dr. Febrianti Lestari, M.Si

Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi

masyarakat dan untuk mengetahui tingkat adopsi masyarakat terhadap

pengembangan ekowisata di Pulau Benan. Penelitian dilaksanakan dimulai pada

bulan September tahun 2015 sampai bulan Februari tahun 2016. Penelitian ini

termasuk penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode survei.

Untuk penarikan sampel responden digunakan metode acak sederhana (simple

random sampling. Berdasarkan tahapan adopsi diketahui bahwa adopsi

masyarakat sebagian besar berada pada tahapan sadar dengan jumlah skor 1037

yang dikategorikan sangat baik, kemudian diikuti tahap minat dan menilai dengan

kategori baik dengan skor masing-masing 960 dan 930. Kemudian yang termasuk

pada kategori yang tidak baik adalah tahap mencoba dan menerapkan dengan nilai

skor masing-masing 736 dan 657. Artinya tingkat penerimaan masyarakat

terhadap pengembangan ekowisata di Pulau Benan belum sampai pada tahap

mencoba karena pada tahap ini dibutuhkan dukungan penuh dari pemerintah

untuk mengimplementasikan program dan kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan

permasalahan masyarakat.

Kata Kunci: Pengembangan ekowisata, tingkat adopsi masyarakat.

Page 2: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EKOWISATA DI PULAU BENAN KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI

Level of people’s adoption to ecotourism development in the Benan Island

District Of Senayang, Lingga Regency Of Riau Island Province

Asmira

Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH

[email protected]

Dr. Khodijah Ismail, M.Si

Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH

[email protected]

Dr. Febrianti Lestari, M.Si

Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH

[email protected]

ABSTRACT

The purpose of this research was to know socio-economic of people’s

condition and to know level of people’s adoption to ecotourism development in

the Benan Island. This research was conducted on September 2015 till Februari

2016. This research is a qualitative descriptive study and using method survey.

The sampling of responden used the simple random method (simple random

sampling). Whereas to determinan method the key informant used purposive

sampling. Level of people’s adoption to ecotourism development in the Benan

Island is in “good” categories.Based on the phase of adoption knew that mostly

people located on the phase of conscious with a total score 1037 is very good

categories, followed by phase of interest and evaluated with total score of 960 and

930 is good categories. And then in phase of try and applied included in category

is not good with a total score of 736 and 657. The meaning level of people

acceptance of the ecotourism development in the Benan Island not yet till phase of

trying because at this phase need the full support of local government to

implement programs and activities in accordence with needs and people issues.

Key words: Ecotourism development, Level of people’s adoption

Page 3: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EKOWISATA DI PULAU BENAN KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI

PENDAHULUAN

Kabupaten Lingga terbentuk

berdasarkan Undang-Undang No.31

Tahun 2003 terletak diantara 0o20’

Lintang Utara dengan 0o40’ Lintang

Selatan dan 104o

Bujur Timur dan

105o Bujur Timur, dengan luas

wilayah 45.456,7162 km2(luas

daratan 2.117,72 km2 dan lautan

43.338,9962 km2) (DKP Provinsi

Kepri, 2011). Kabupaten Lingga

terdiri dari 531 buah pulau dan 9

kecamatan, salah satu nya adalah

Kecamatan Senayang (BPS

Kabupaten Lingga, 2014).

Kecamatan Senayang berada di

sebelah Utara ibukota Kabupaten

Lingga dan terletak antara 0o02’25”

Lintang Utara dan 104o39’07” Bujur

Timur, dengan batas-batas wilayah

yaitu sebelah Utara Kota Batam dan

Kota Tanjungpinang, sebelah Timur

Laut Natuna, sebelah Selatan

Kecamatan Lingga Utara dan sebelah

Barat Selat Ketaman Kabupaten

Inderagiri Hilir. Kecamatan

Senayang terdiri dari 369 pulau-

pulau yang tersebar baik pulau besar

maupun pulau kecil (DKP Provinsi

Kepri, 2011).

Salah satu pulau kecil yang

terdapat di dalam Kecamatan

Senayang adalah Pulau Benan. Pulau

Benan termasuk didalam Kawasan

Konservasi Laut Daerah (KKLD)

Kecamatan Senayang Kabupaten

Lingga (Perda No.71/III/2002).

Konservasi ini merupakan salah satu

sebab berkembangnya ekowisata di

Pulau Benan. Hal ini dilakukan

dengan harapan mampu untuk

mewujudkan keberlanjutan kawasan

(tidak mengganggu sumberdaya di

kawasan tersebut) seperti yang

tertera pada tujuan KKLD yaitu

untuk konservasi habitat dan proses-

proses ekologi, dan perlindungan

nilai sumberdaya sehingga kegiatan

perikanan, pariwisata dan penelitian,

pendidikan dapat dilaksanakan

secara berkelanjutan. Pada dasarnya

untuk melaksanakan pengelolaan

kawasan konservasi secara efektif

dapat dilakukan dengan berbagai

program salah satunya melalui

Program Rehabilitasi dan

Pengelolaan Terumbu Karang

(COREMAP).

Pulau Benan termasuk didalam

kawasan COREMAP (Coral Reef

Rehabilitation and Management

Program) Kecamatan Senayang

Kabupaten Lingga. Coremap adalah

program jangka panjang yang

bertujuan untuk melindungi,

merehabilitasi dan mengelola

pemanfaatan secara lestari terumbu

karang serta ekosistem terkait di

Indonesia yang dapat menunjang

kesejahteraan masyarakat di kawasan

pesisir Pulau Benan. Seiring dengan

berjalannya program coremap di

Pulau Benan menunjukkan

perkembangan kelestarian

sumberdaya alam bawah lautnya

menjadi lebih baik, sehingga potensi

pengembangan ekowisata bahari di

Pulau Benan ini sangat prospektif.

Meskipun masyarakat di wilayah ini

sebagian besar nelayan sehingga

Page 4: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EKOWISATA DI PULAU BENAN KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI

dulunya hanya dikenal sebagai desa

nelayan saat ini berkembang menjadi

desa wisata seiring perubahan

pemanfaatan sumberdaya alam dari

pemanfaatan semata-mata dari

sumberdaya ikan menjadi

pemanfaatan sumberdaya alam

wisata bahari.

Pulau Benan memiliki potensi

sumberdaya alam yang sangat besar

baik dari sumberdaya perikanan

tangkap maupun dalam bidang

ekowisata. Terdapat beranekaragam

jenis ikan dan macam-macam objek

wisata yang bisa ditemukan di Pulau

Benan ini, seperti pantai dengan pasir

yang putih dan air yang jernih,

ekosistem bawah laut yaitu

ekosistem terumbu karang dan

padang lamun yang bisa dinikmati

keindahannya dengan melakukan

snorkling ataupun diving.

Pulau Benan memiliki letak

yang sangat strategis yaitu

berdekatan dengan negara tetangga

yang berada pada gugusan pulau

terdepan dari arah Batam dan Bintan

yang merupakan akses utama

Provinsi Kepulauan Riau. Pulau ini

terletak pada posisi 0o21’30’’ –

0o24’44’’ LU dan 103

o20’40’’ –

103o31’53’’ dengan luas wilayah 500

km2. Berdasarkan luas dan batasan

luas pulau tersebut maka pulau

Benan dikatakan termasuk pulau

kecil, ini sesuai dengan bunyi UU

No. 27 Tahun 2007 tentang

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil. Saat ini Pulau

Benan dikenal sebagai salah satu

pulau yang menjadi desa wisata yang

cukup tren di Kepulauan Riau dan

mulai dikenal ke mancanegara.

Dengan berkembangnya

ekowisata (ecotourism) sebagai

kegiatan wisata alam yang

berdampak ringan terhadap

lingkungan. Ekowisata dalam era

pembangunan berwawasan

lingkungan merupakan suatu misi

pengembangan wisata alternatif yang

tidak menimbulkan banyak dampak

negatif, baik terhadap lingkungan

maupun terhadap kondisi sosial

budaya (Hadi, 2007 dalam Rudy,

2008). Ekowisata sebagai suatu

bentuk perjalanan wisata yang

bertanggung jawab ke kawasan alami

yang dilakukan dengan tujuan

mengkonservasi lingkungan dan

melestarikan kehidupan dan

kesejahteraan penduduk setempat

(Satria, 2009).

Kondisi sosial ekonomi

masyarakat di Pulau Benan tergolong

masih rendah baik dari sisi

pendidikan maupun pendapatannya.

Saat ini mengingat potensi berbagai

jenis wisata yang cukup baik,

tentunya akan mempengaruhi kondisi

sosial ekonomi masyarakat setempat.

Pengembangan ekowisata

berkelanjutan pada prinsipnya adalah

memberikan kesejahteraan untuk

masyarakat lokal selain menjaga

kelestarian sumberdaya alam hayati.

Akan tetapi apabila masyarakat lokal

tidak memiliki pemahaman yang

baik, maka akan mengganggu

kelestarian alam dan menganggu

Page 5: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EKOWISATA DI PULAU BENAN KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI

pengembangan ekowisata itu sendiri.

Oleh karena itu, berkembangnya

ekowisata di kawasan Pulau Benan,

tentunya akan memberikan dampak.

Salah satu hal yang mempengaruhi

dampak dari perkembangan

ekowisata tersebut adalah sejauh

mana tingkat adopsi masyarakat

terhadap perubahan fungsi kawasan

di wilayahnya.

Secara tidak langsung tingkat

adopsi masyarakat terhadap

perubahan fungsi (inovasi) tersebut

akan mempengaruhi kondisi

lingkungan (ekologi), pendapatan

(ekonomi) dan kearifan lokal

(sosial). Demikian pula keberlanjutan

pengembangan ekowisata di Pulau

Benan dapat diketahui dari tingkat

adopsi masyarakat lokal yang

bersentuhan langsung dengan

sumberdaya alam yang ada di

kawasan tersebut.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan

dimulai pada bulan September tahun

2015 sampai bulan Februari tahun

2016 meliputi tahap persiapan, tahap

pengambilan data lapangan,

pengolahan dan analisis data,

penulisan skripsi, sidang skripsi serta

perbaikan skripsi. Lokasi penelitian

ditentukan secara Purposive yaitu

Pulau Benan, Kecamatan Senayang,

Kabupaten Lingga, Provinsi

Kepulauan Riau. Penelitian ini

dilakukan dengan metode survei

yaitu suatu proses pengumpulan data

primer dengan menanyakan kepada

responden dengan menggunakan

panduan wawancara (Singarimbun,

M dan S. Efendi, 2006). Metode ini

dilakukan untuk memperoleh data

tentang fakta dan gejala yang ada dan

mencari keterangan secara faktual

yang terjadi di lokasi penelitian.

Jenis penelitian yang

digunakan adalah jenis penelitian

deskriptif yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi mengenai

status suatu gejala yang ada yaitu

keadaan gejala menurut apa adanya

pada saat penelitian dilakukan

(Arikunto, 2003 dalam Khodijah,

2014). Penelitian deskriptif kualitatif

pada umumnya dilakukan dengan

tujuan utama, yaitu menggambarkan

secara sistematis fakta dan

karakteristik objek yang diteliti

secara tepat dalam perkembangan

akhir-akhir ini (Agung, 2011).

Populasi pada penelitian ini

adalah seluruh masyarakat yang

berdomisili di pulau Benan yaitu

dengan jumlah 245 KK, sedangkan

sampel pada penelitian ini adalah

rumah tangga yang diwakili dengan

kepala keluarga yang ada di Pulau

Benan yaitu ditentukan 10% sampel

dari populasi (Arikunto, 2003 dalam

Khodijah, 2014) kepala keluarga

yang berdomisili di pulau Benan.

Data yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari data primer

dan data sekunder. Menurut Sarwono

(2006) data primer adalah data yang

berupa teks hasil wawancara dan

diperoleh melalui wawancara dengan

informan yang sedang dijadikan

Page 6: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EKOWISATA DI PULAU BENAN KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI

sampel dalam penelitiannya. Data

tersebut dapat direkam atau dicatat

oleh peneliti. Sedangkan data

sekunder adalah data yang berupa

data-data yang sudah tersedia dan

dapat diperoleh oleh peneliti dengan

cara membaca, melihat atau

mendengarkan. Data ini biasanya

berasal dari data primer yang sudah

diolah oleh peneliti sebelumnya,

yang termasuk dalam data tersebut

ialah data bentuk teks (dokumen,

pengumuman, surat-surat dan

spanduk), data bentuk gambar (foto,

animasi), data bentuk suara (hasil

rekaman, kaset), kombinasi teks,

gambar dan surat (film, video, iklan

di televisi).

. Alat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Kuesioner atau daftar

pertanyaan, digunakan untuk

pengambilan data primer, atau

sebagai panduan dalam

wawancara dengan responden.

Pertanyaan sifatnya terbuka

(responden bebas menjawab),

dan tertutup (dibatasi oleh

penulis), serta diselaraskan

dengan tujuan penelitian.

2. SPSS 20, digunakan untuk

mengolah data kuesioner.

Tabel 2. Variabel dalam

penelitian (Mardikanto, 2009)

No Varia

Bel

Sub

Variabel/

Dimensi

Indikator Jenis

Data

1 Tingkat

Adopsi

Sadar 1. Mendengar penuh

perhatian

2. Tertarik

3. Mengetahui

Interval

Minat 1. Mencari Interval

informasi secara

aktif

2. Mengerti

Menilai 1. Menyatakan

keinginan

2. Menyatakan

persetujuan/meno

lak

3. Menghitung

keuntungan

Interval

Mencoba 1. Mulai

melaksanak

an

2. Mencoba

skala kecil

Interval

Menerapk

an

1. Selalu

melaksanak

an

2. Selalu

mencari

penyempur

naan

Interval

Tehnik pengumpulan data

dalam penelitian ini yaitu

wawancara, observasi dan

dokumentasi. Uji validitas kuesioner

menggunakan Correct Item Total

Correlation, dimana hubungan dalam

item-item pertanyaan digunakan Uji

Korelasi Product Momen (Pearson).

Rumus uji validitas adalah sebagai

berikut:

rxy = n ∑XY – (∑X) (∑Y)

√[n∑X2 – (∑X)

2] [∑Y

2 –

(∑Y)2]

Dimana:

rxy = Korelasi Product Moment

(Pearson)

n = Jumlah sampel

X = Variabel bebas (independent

variable)

Y = Variabel terikat (dependent

variable)

Uji reabilitas kuesioner

menggunakan Uji Cronbach (Alpha)

dengan rumus sebagai berikut:

Dimana:

Page 7: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EKOWISATA DI PULAU BENAN KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI

r = Reabilitas instrumen kuesioner

k = Banyaknya butir pertanyaan

∑σ= Jumlah varian butir

σ12= Varian total

Untuk mengetahui tingkat

adopsi masyarakat terhadap

pengembangan ekowisata yang

berkembang dilakukan dengan

pemberian skor (scoring). Langkah

awal dalam pengukuran ini adalah

dengan melakukan pemberian skor,

dimana setiap jawaban variabel yang

ada diberi skor-skor tertentu untuk

memudahkan mengukur jenjang atau

tingkatan dari masing-masing

variabel tersebut (Singarimbun dan

Effendi, 2006).

Data dasar disusun dengan

menggunakan tabel distribusi

frekuensi serta pengukurannya

menggunakan skala likert yaitu

dengan memberi bobot tertentu pada

setiap jawaban pernyataan dengan

tujuan mengukur sikap, pendapat dan

persepsi responden tentang kejadian

sosial atau suatu keadaan yang

negatif ke jenjang yang positif.

Analisa skala Likert adalah teknik

analisa yang berkaitan dengan data

kualitatif yang datanya berupa skor

atau skala. Pada ujung sebelah kiri

jawaban diberi skala rendah yang

kemudian membesar pada jawaban di

sebelah kanan. Digunakan untuk

mendapatkan data tentang dimensi-

dimensi dari variabel-variabel yang

dianalisis dalam penelitian ini.

Dengan skala Likert, maka

variabel yang akan diukur dijabarkan

menjadi indikator variabel.

Kemudian indikator tersebut

dijadikan sebagai titik tolak untuk

menyusun item-item instrumen yang

dapat berupa pernyataan atau

pertanyaan. Jawaban setiap item

instrumen yang menggunakan skala

Likert mempunyai gradiasi dari

sangat positif sampai sangat negatif

(Khodijah, 2014).

Adapun penilaian adopsi

dilakukandengan mengkategorikan

menggunakan scoring (angka). Nilai

skor adalah 1 sampai 5pada

kuesioner dengan penilaian sebagai

berikut :

- Skor dengan nilai 5 = sangat

mengetahui

- Skor dengan nilai 4 = mengetahui

- Skor dengan nilai 3 = ragu-ragu

- Skor dengan nilai 2 = tidak

mengetahui

- Skor dengan nilai 1 = sangat tidak

mengetahui

Indikator adopsi masyarakat terdiri

dari beberapa tahapan sebagai

berikut:

Tabel 3. Indikator adopsi masyarakat

No Indikator No Urut

Pertanyaan

1. Sadar 1 – 10

2. Minat 11 – 20

3. Menilai 21 – 30

4. Mencoba 31 – 40

5. Menerapkan 41 – 50

r = k 1 - ∑σ

k – 1 σ12

Page 8: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EKOWISATA DI PULAU BENAN KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI

?

MINIMAL KUARTIL I MEDIAN KUARTIL II MAKSIMAL

? ? ? ? ?

Selanjutnya untuk menilai

tingkat adopsi masyarakat

digunakan nilai interval kelas dan

rentang kelas dengan cara yaitu:

Nilai tertinggi = Skor tertinggi x

Jumlah sampel x Jumlah pertanyaan

Nilai Terendah = Skor terendah x

Jumlah sampel x Jumlah pertanyaan

Interval kelas = Angka tertinggi –

Angka terendah / Jumlah kelas

Gambar 2. Penentuan nilai adopsi

Interpretasi Jumlah Skor Tersebut

adalah:

1. Kuartil II<Jumlah Skor <

Maksimal artinya sangat

positif (adopsi sudah sangat

baik)

2. Median<Jumlah Skor<Kuartil

II artinya positif (adopsi

sudah baik)

3. Kuartil I <Jumlah Skor<

Median artinya negatif

(adopsi tidak baik)

4. Minimal<Jumlah

Skor<Kuartil I artinya sangat

negatif (adopsi sangat tidak

baik).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dilihat dari sebaran

wilayahnya Provinsi Kepulauan Riau

dikelilingi oleh laut dan daratan yang

terdiri dari banyak gugusan pulau.

Berdasarkan hasil identifikasi dari

dinas pariwisata Kabupaten Lingga

tercatat 5 pulau sudah berpenghuni

dan 21 yang belum berpenghuni.

Pulau Benan yang berada pada

gugusan pulau terdepan dari arah

batam dan bintan adalah merupakan

akses utama provinsi Kepulauan

Riau. Kawasan Pulau Benan dan

pulau-pulau disekitarnya berada pada

ketinggian 0 – 200 meter dari

permukaan air laut, dan secara

astronomis terletak antara 104o 22´

30” – 104o 27´ 30” Bujur Timur dan

0o30´ 00” Lintang Utara. Kawasan

Pulau Benan dan pulau-pulau di

sekitarnya mempunyai luas kurang

lebih 1.500 hektar, dengan keadaan

permukaan lahan relatif datar dengan

variasi perbukitan dengan

kemiringan 8 – 15 %. Daratan

dengan luas 12,5 Hektar sedangkan

Perbukitan dengan luas 2 km

(BAPPEDA Kabupaten Lingga,

2011)

Pulau Benan merupakan sisa-

sisa erosi atau penyusutan dari

daratan pra tersier yang membentang

dari Semenanjung Malaysia/Pulau

Singapore di bagian Utara sampai

dengan Pulau Kundur serta Karimun

di bagian Selatan. Permukaan tanah

digolongkan datar dengan variasi

perbukitan dan berbatu muda.

Kawasan Pulau Benan dan sekitarnya

merupakan gugusan pulau-pulau

kecil yang memiliki daratan pesisir

vegetasi masih dalam keadaan baik,

jenis tanaman yang banyak ditemui

adalah pohon kelapa, nibung,

mangga, pandan, ketela pohon serta

mangrove. Hamparan pantai berpasir

Page 9: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EKOWISATA DI PULAU BENAN KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI

putih, dan perairan dikawasan ini

juga memiliki terumbu karang dan

padang lamun yang sangat indah

dengan beraneka ragam jenis ikan.

Dilihat dari wilayah Pulau Benan

termasuk di dalam wilayah iklim

tropis, yang pada umumnya terdiri

dari 6 musim hujan (Oktober-April)

dan 6 musim kemarau (April-

Oktober). Kondisi udara cukup segar

dan bersih oleh karena faktor

pencemaran relatif rendah. Curah

hujan rata-rata per tahun antara 7,6

mm – 1/000 mm. Temperatur rata-

rata rendah 23oC dan tertinggi 30

oC.

Kelembaban antara 62-98%. Jarak

tempuh ke ibukota kecamatan adalah

50 km membutuhkan waktu tempuh

selama 5 jam (jalur laut), kemudian

jarak ke ibukota kabupaten adalah

150 km dengan waktu tempuh 7 jam

dan jarak tempuh ke ibukota provinsi

selama 250 km dengan waktu

tempuh 4 jam (BAPPEDA

Kabupaten Lingga, 2011).

Pulau Benan dan pulau-pulau

sekitarnya memiliki akses jalan yang

masih terbatas berupa jalan yang

berukuran lebar 2 meter terbuat dari

semen dengan panjang jalan kurang

lebih 500 meter dan satu jembatan.

Jalan tersebut berfungsi sebagai

akses yang menghubungkan rumah-

rumah penduduk dan fasilitas umum

yang ada di pulau seperti tempat

ibadah (mesjid dan mushola),

sekolah (PAUD, SD, SMP dan SMA

satu atap), tempat ibadah dan pusat

kesehatan masyarakat yang di

tempuh menggunakan sepeda motor.

Selain itu Pulau Benan juga memiliki

sarana olahraga seperti lapangan

bola, lapangan volly dan lapangan

takraw (BAPPEDA Kabupaten

Lingga, 2011).

Untuk memenuhi kebutuhan air

bersih di Pulau Benan, maka sumber

air ditampung di reservoir. Resorvior

yang ada berjumlah 4 unit, namun

hanya 1 unit yang berfungsi dengan

kapasitas air 5 meter kubik. Untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat

akan air bersih, di Pulau Benan dan

pulau disekitarnya telah dibuat

beberapa sumur gali dengan sistem

timba tradisional. Sumber air

buangan dari rumah tangga

diantaranya air WC di buang

langsung ke laut, karena rumah

penduduk sebagian besar berdiri

diatas laut. Demikian pula air

buangan dari dapur, mandi dan cuci

sebagian besar dibuang langsung ke

laut. Untuk rumah penduduk yang

berada didaratan, pembuangan air

buangan disalurkan ke pekarangan

dengan sistem resapan langsung

(BAPPEDA Kabupaten Lingga,

2011).

Di Pulau Benan sudah memulai

gerakan kebersihan lingkungan

secara berkala untuk menangani

sampah khususnya sampah plastik.

Sampah di kawasan perencanaan

perlu ditangani dengan sistem

sampah rumah tangga dibuang ke

tempat pembuangan sampah

sementara (TPS) yang ditempatkan

di tepi ruas jalan, kemudian diangkut

oleh petugas dengan alat pengangkut

Page 10: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EKOWISATA DI PULAU BENAN KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI

sampah ke tempat pembuangan akhir

(TPA) yang disediakan (BAPPEDA

Kabupaten Lingga, 2011).

Kebutuhan listrik di wilayah

ini disuplai dari generator listrik

tenaga diesel (menggunkan bahan

bakar solar) yang dikelola oleh desa,

kemudian disalurkan melalui kabel

ke rumah-rumah penduduk. Tenaga

listrik ini hanya difungsikan pada

jam-jam tertentu terutama untuk

penerangan diwaktu malam, yaitu

dari jam 17.00 WIB – 24.00 WIB

(BAPPEDA Kabupaten Lingga,

2011).

A. Kondisi Sosial Ekonomi

Masyarakat Pulau Benan

1. Kondisi sosial ekonomi

masyarakat secara umum

Berdasarkan data penduduk

menurut tingkat pendidikan di Pulau

Benan dan pulau-pulau disekitarnya

yaitu yang tidak tamat SD sekitar

165 orang, berpendidikan SD hingga

SMP 125 orang, berpendidikan SMA

30 orang dan berpendidikan

Akademi sampai Perguruan Tinggi

yaitu 44 orang (BAPPEDA

Kabupaten Lingga, 2011).

Jenis pekerjaan penduduk di

Pulau Benan sebagian besar bermata

pencaharian di sektor primer sebagai

nelayan, peternak dan berdagang,

serta hal-hal lain yang erat kaitannya

dengan laut. Selain itu ada juga

masyarakat yang bekerja sebagai

wiraswasta yang berbasis rumah

tangga seperti usaha warung

sembako yang terdapat di

permukiman pada sisi jalan utama

desa, ada juga usaha kelompok

bersama yaitu usaha membuat

kerupuk ikan tamban dan membuat

minyak kelapa.

Struktur budaya masyarakat di

Pulau Benan merupakan hasil

perjalanan sejarah yang cukup

panjang, dari sejak zaman Kerajaan

Melayu hingga kini. Kondisi ini

cukup berpengaruh terhadap

kehidupan sosial budaya dengan latar

belakang sejarahnya. Umumnya

masyarakat di wilayah Kabupaten

Lingga berasal dari suku Melayu,

agama islam dan berbagai adat

istiadat berkenaan dengan

lingkungan hidupnya. Masyarakat

Melayu terkenal dengan masyarakat

kekeluargaan. Suasana

kemelayuannya terasa sangat kental

ketika baru pertama kali berkunjung

ke sini, ini tampak dari bahasa

melayu yang digunakan setiap orang

di pulau ini. Suatu hal yang terpola

pada kehidupan masyarakat Melayu

yang berbudaya maritim yaitu pola

menggantungkan kehidupan dari laut

(BAPPEDA Kabupaten Lingga,

2011).

Faktor budaya merupakan

salah satu faktor yang perlu menjadi

pertimbangan dalam pengembangan

wisata bahari. Hal ini didasarkan

pada alasan bahwa karakteristik

kehidupan masyarakat pesisir

biasanya memiliki seni dan antraksi

budaya yang dapat menjadi daya

tarik wisatawan (Tuwo et al, 2009).

Banyak aktivitas kehidupan

masyarakat yang memegang adat

Page 11: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EKOWISATA DI PULAU BENAN KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI

istiadat dan budaya setempat hingga

dapat terjaga dengan baik seperti di

Pulau Benan memiliki sanggar seni

yang bertujuan untuk menampilkan

tarian-tarian tradisional Pulau Benan

seperti tari persembahan serta joget

dangkong yang dilakukan untuk

menyambut tamu ataupun acara-

acara tertentu yang dilaksanakan di

pulau ini.

Selain itu, organisasi yang ada

di pulau ini adalah organisasi Majelis

Taklim yaitu berjumlah 2 kelompok

terdiri dari 70 orang, Remaja Masjid

juga berjumlah 2 kelompok yang

terdiri dari 20 orang, dan 2

Kelompok Usaha (KUBE) yang

masing-masing kelompok terdiri dari

10 orang. Kemudian didalam

pengembangan ekowisata juga tidak

lepas dari peran serta perempuan di

dalamnya, ketika tamu dari luar

datang, ibu-ibu PKK lah yang

melaksanakan masak-memasak

dengan jumlah tim penggerak

sebanyak 35 orang (BAPPEDA

Kabupaten Lingga, 2011).

2. Kondisi sosial ekonomi

responden

Kelompok umur responden di

Pulau Benan sebagian besar berusia

35-44 tahun masing-masing

sebanyak 16 orang yaitu sebanyak

(64%) sedangkan paling rendah

berusia 55-64 tahun masing-masing

sebanyak 2 orang yaitu (8%). Hasil

penelitian ini diperoleh bahwa umur

produktif responden sebesar 100%,

Suharno dkk,. (2010) menyatakan

bahwa umur produktif berkisar

antara 16-65 tahun, sedangkan umur

>65 tahun termasuk non produktif.

Lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4

dibawah ini.

Tabel 4.

Responden berdasarkan kelompok

umur di Pulau Benan, Kecamatan

Senayang, Kabupaten Lingga

Tahun 2016

No Umur Total Persentase

(%)

1. 25-34 3 12%

2. 35-44 16 64%

3. 45-54 4 16%

4. 55-64 2 8%

Total 25 100

Dilihat dari jenis pekerjaan

pada tabel 5, di Pulau Benan terdapat

4% yaitu berjumlah 1 orang yang

bekerja sebagai buruh transportasi

yang mengantarkan dan menjemput

anak sekolah dari pulau tajur biru ke

Pulau Benan, kemudian 4% yaitu

berjumlah 1 orang yang bekerja

sebagai pedagang yaitu seorang

pembuat kue yang di jual di kawasan

Pulau Benan dan persentase tertinggi

yaitu 92% bekerja sebagai nelayan,

yang terdiri dari 20% dengan jumlah

responden sebanyak 5 orang sebagai

nelayan sambilan tambahan yaitu

turun ke laut hanya setiap hari sabtu

dan minggu saja, karena pada hari

kerja mereka bekerja di kantor desa

dan kantor Badan Pengelola Desa

(BPD). Kemudian 72% dengan

jumlah responden sebanyak 18 orang

sebagai nelayan penuh yang setiap

harinya melakukan pekerjaan

menangkap ikan di laut dengan

menggunakan alat tangkap yaitu

Page 12: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EKOWISATA DI PULAU BENAN KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI

pancing. Jadi dapat disimpulkan

bahwa rata-rata masyarakat yang ada

di Pulau Benan memiliki

ketergantungan terhadap sumberdaya

perikanan yang sangat besar. Dengan

demikian kondisi ini dapat diartikan

bahwa perekonomian di Pulau Benan

adalah berbasis perikanan tangkap.

Tabel 5.

Responden berdasarkan jenis

pekerjaandi Pulau Benan, Kecamatan

Senayang, Kabupaten Lingga

Tahun 2016

Berdasarkan tingkat

pendidikan responden di Pulau

Benan sebagian besar responden

memiliki pendidikan tidak tamat SD

yaitu 92% dengan jumlah 23 orang

responden dan kemudian diikuti

dengan pendidikan SMA/Paket C 4%

dan SMP 4%. Tingkat pendidikan

yang rendah merupakan gambaran

bahwa ini merupakan ciri masyarakat

nelayan (Pangemanan, AP dkk, 2002

dalam Zubir, 2011) Lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel 6 dibawah

ini.

Tabel 6.

Responden berdasarkan tingkat

pendidikan di Pulau Benan,

Kecamatan Senayang, Kabupaten

Lingga Tahun 2016

No Pendidikan Total Persentase

(%)

1. Tidak Tamat

SD

23 92,0

2. SMA/Paket

C

1 4,0

3. SMP 1 4,0

Total 25 100,0

B. Tingkat Adopsi Masyarakat

terhadap Pengembangan

Ekowisata di Pulau Benan

1. Perkembangan ekowisata

Pulau Benan

Pulau Benan merupakan desa

pemekaran dari pulau Medang.

Sebelum Benan ditetapkan menjadi

desa wisata, Benan hanyalah pulau

kecil yang dikelilingi oleh hutan.

Berdasarkan hasil wawancara di

lapangan, pada tahun 2006 telah ada

1 cottage yang dibangun oleh Dinas

Kelautan dan Perikanan (DKP)

Kabupaten Lingga dan Gedung

Kuning yaitu kantor untuk

pengelolaan pariwisata. Seiring

berjalannya waktu cottage semakin

bertambah, yaitu pada tahun 2010-

2011 bertambah 5 cottage dan 2011-

2014 bertambah lagi 4 cottage (2 dari

DKP Provinsi dan 2 lagi dari Dinas

Pariwisata Kabupaten Lingga). Jadi

jumlah cottage yang ada di Pulau

Benan sampai saat ini adalah 10

cottage.

Kepala Desa setempat

mengatakan bahwa Pulau Benan

telah ditetapkan menjadi desa wisata

sejak tahun 2008 didasarkan dari

kawasan konservasi coremap karena

pesona alam bawah laut yang dihiasi

No Pekerjaan Total Persentase

(%)

1. Nelayan

Penuh

18 72%

2. Nelayan

Sambilan

Tambahan

5 20%

3. Buruh

Transportasi

1 4%

4. Pedagang 1 4%

Total 25 100

Page 13: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EKOWISATA DI PULAU BENAN KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI

berbagai jenis terumbu karang yang

indah, selain itu yang menjadi nilai

tambah adalah keindahan pantainya

dan juga keramahan penduduknya,

inilah yang menjadikan Pulau Benan

sebagai sebuah aset wisata terbaik di

Kabupaten Lingga, selanjutnya pada

tahun 2013-2014 wisata pulau Benan

semakin berkembang pesat.

Pemerintah Kabupaten Lingga

melalui Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata (Disbudpar) menggelar

kegiatan Tour The Benan dalam

rangka mempromosikan destinasi

wisata bahari Pulau Benan, kegiatan

ini telah dilakukan sebanyak 3 kali

selama 3 tahun berturut. Banyak

wisatawan yang mengikutinya baik

dari luar daerah maupun luar negara.

Pada tahun 2014 ada pelatihan

yang diadakan oleh Provinsi yaitu

Pelatihan Pengembangan Destinasi

Pariwisata, kegiatan ini se-provinsi

masing-masing Kabupaten

mengirimkan 7 orang perwakilannya

termasuk Pulau Benan juga

mengirimkan perwakilannya untuk

mengikuti pelatihan itu. Sejak 4

tahun terakhir wisata Pulau Benan

telah mempunyai Badan Pengelola di

bidang wisata, Badan Pengelola ini

mempunyai tugas yaitu menjaga dan

merawat wisata pulau Benan.

Adapun wisata di Pulau Benan ini

adalah wisata pantai, wisata

snorkling/diving, wisata budaya (tari

persembahan, joget dangkong,

kuliner). Wisata Pulau Benan

mengikuti sistim bagi hasil yaitu

70:30, 70% untuk badan pengelola

yang didalamnya termasuk untuk

biaya operasional, upah, dan lain

sebagainya. dan 30% untuk Pemda

Kabupaten Lingga (bagian keuangan

dinas pariwisata). Kebijakan yang

telah dilakukan oleh kepala desa

untuk menjadikan Benan sebagai

desa wisata adalah yang utama

mengenai lingkungan, perangkat

desa menumbuhkan kesadaran pada

masyarakat akan pentingnya menjaga

kebersihan lingkungan dengan

melakukan sosialisasi pada

masyarakat, hingga membuat

program RT bersih dan RT teladan

untuk meningkatkan lagi keindahan

wisata Pulau Benan. Saat ini aparat

desa sedang membuat perdes tentang

larangan membuang sampah dilaut.

Selain itu pemerintah juga memberi

pemahaman kepada masyarakat akan

adat budaya yang harus dijaga untuk

lebih meningkatkan lagi nilai wisata.

Didalam pengembangan ekowisata

juga tidak lepas dari peran serta

perempuan di dalamnya, ketika tamu

datang ibu-ibu PKK yang

melaksanakan masak-memasak. Di

Pulau Benan terdapat juga 2

Kelompok Usaha yang masing-

masing kelompok terdiri dari 10

orang.

Perkembangan ekowisata di

Pulau Benan ini, ternyata tidak

begitu mempengaruhi kehidupan

masyarakat sekitar. Berdasarkan

hasil pengamatan lapangan,

masyarakat belum bisa mengambil

peluang usaha yang sangat besar

yang ada seiring dengan

Page 14: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EKOWISATA DI PULAU BENAN KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI

a. Tahap sadar (awareness)

250 500

750

1000

1250

1037

Kuartil I Minimal Median Kuartil III Maksimal

berkembangnya ekowisata di

kawasannya. Dengan pendidikan

rata-rata masyarakat di Pulau Benan

yang rendah, harusnya bisa membuat

masyarakat memiliki pendidikan non

formal yang tinggi seperti pendidikan

atau pelatihan-pelatihan tentang

ekowisata yang bisa menumbuhkan

keahlian atau keterampilan didalam

membuat suatu usaha ekowisata

contohnya pembuatan souvenir yang

bisa dibawa setelah pulang dari

mengunjungi Pulau Benan,

masyarakat mengatakan tidak bisa

membuat karena tidak memiliki

keterampilan/keahlian dalam hal itu.

Hal ini didukung juga karena

kurangnya sosialisasi/pelatihan-

pelatihan yang diberikan oleh

pemerintah.

2. Tahapan adopsi masyarakat

terhadap inovasi

pengembangan ekowisata di

Pulau Benan

Persepsi masyarakat terhadap

pengembangan ekowisata bahari di

kawasan Pulau Benan dapat

diketahui dari tingkat adopsi

masyarakat tentang ekowisata. Dari

hasil penelitian yang telah dilakukan

diketahui bahwa tingkat adopsi

masyarakat terhadap pengembangan

ekowisata di Pulau Benan dinilai

sudah sangat baik adalah pada tahap

sadar. Secara lebih rinci akan

dijelaskan dibawah ini:

a. Tahap sadar (awareness)

Gambar 3. Tingkat adopsi pada

tahap sadar

Mardikanto (2009) menyatakan

bahwa pada tahap sadar adalah tahap

dimana sasaran mulai sadar tentang

adanya inovasi. Dengan jumlah skor

1037 pada tahap sadar, maka nilai

tahap sadar berada diantara kuartil III

dan nilai maksimal, ini mengartikan

bahwa adopsi masyarakat terhadap

pengembangan ekowisata di Pulau

Benan pada tingkat penyadaran

dinilai “sangat baik”. Berdasarkan

hasil dari wawancara di lapangan,

diketahui bahwa masyarakat

memiliki tingkat kesadaran yang

sangat baik terutama dalam hal

menjaga lingkungan.

Gambar 4. Kebersihan Pulau Benan

Hal ini didukung oleh

Soekartawi (1988) yang menyatakan

bahwa lingkungan selalu

berhubungan positif dengan adopsi

inovasi. Rata-rata masyarakat di

Pulau Benan tidak membuang

sampah sembarangan, mereka selalu

Page 15: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EKOWISATA DI PULAU BENAN KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI

a. Tahap minat (interest)

250 500 750 1000 1250

960

Minimal Kuartil I Median Kuartil III Maksimal

membuang sampah pada tempatnya.

Masyarakat menyadari bahwa untuk

mengembangkan kawasan ekowisata,

kebersihan lingkungan merupakan

salah satu poin penting yang harus

dipenuhi seperti terlihat pada gambar

diatas. Oleh karena itu keterlibatan

masyarakat dalam hal ini yaitu

dengan ikut serta dalam menjaga

kebersihan lingkungan sudah

menjadi tanggungjawab dari semua

masyarakat yang berada di Pulau

Benan, karena ekowisata Pulau

Benan adalah berbasis masyarakat

itulah sebabnya masyarakat ikut

mengembangkan ekowisata sesuai

visi dan harapan masyarakat untuk

masa depan agar ekowisata menjadi

berkelanjutan.

Keadaan ini jelas terjadi karena

adanya perangkat desa sebagai

penggerak masyarakat, kepala desa

mengatakan kegiatan yang diadakan

secara rutin yaitu RT bersih dan RT

teladan untuk membuat masing-

masing RT berlomba-lomba

membersihkan lingkungan dengan

tujuan mendapat penghargaan dari

desa. Itulah sebabnya kebersihan

desa ini sudah tidak di ragukan lagi,

dari hasil pengamatan lapang dapat

disimpulkan bahwa bisa dikatakan

sangat sulit untuk menemukan

sampah di pulau ini, baik dari

lingkungan desa terlebih lagi

perairan desa yang merupakan

kawasan konservasi Kecamatan

Senayang.

b. Tahap minat (interest)

Gambar 5. Tingkat adopsi pada

tahap minat

Tahap minat yang seringkali

ditandai oleh keinginannya untuk

bertanya atau untuk mengetahui lebih

banyak/jauh tentang segala sesuatu

yang berkaitan dengan inovasi yang

ditawarkan oleh penyuluh

(Mardikanto, 2009). Dengan jumlah

skor 960 pada tahap minat, maka

nilai tahap minat berada diantara

median dan kuartil III, ini

mengartikan bahwa adopsi

masyarakat terhadap pengembangan

ekowisata di Pulau Benan pada tahap

minat dinilai “baik”. Berdasarkan

hasil wawancara di lapangan, dapat

diketahui bahwa masyarakat Pulau

Benan sangat mengerti bahwa Pulau

Benan memiliki potensi yang sangat

besar untuk menarik keuntungan dari

pengembangan ekowisata di

wilayahnya. Masyarakat sangat

mengerti bahwa banyak objek wisata

yang bisa dan telah menjadi nilai jual

tersendiri untuk desa Benan,

terutama wisata bawah laut yang

berada di kawasan konservasi

Kecamatan Senayang ini, yaitu

terumbu karang dan padang lamun

yang sangat indah dengan

keanekaragaman jenis ikan yang ada,

pantainya yang bersih dengan air

yang jernih dan pohon kelapa yang

Page 16: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EKOWISATA DI PULAU BENAN KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI

a. Tahap menilai (evaluation)

250 500 750 1000 1250

930

Minimal Kuartil I Median Kuartil III Maksimal

tersusun rapi dengan jumlah yang

banyak menambah keindahannya,

juga ada 10 cottage yang merupakan

tempat penginapan wisatawan yang

sangat unik menambah keindahan

pandangan mata, kemudian juga ada

ekosistem mangrove dan tak kalah

hebatnya juga ada wisata sejarah

yang sangat menarik, yaitu batu-batu

peninggalan sejarah yang masih ada

sampai saat ini di Pulau Benan

seperti batu Kalimah Allah batu yang

sejak awal telah ada di Pulau Benan

ini dengan tulisan Allah diatasnya,

batu Gajah dan lainnya.

Selain itu minat masyarakat

juga terlihat dari sebagian besar

masyarakat Pulau Benan menyatakan

selalu mencari informasi dengan

aktif terkait manfaat ekowisata untuk

masyarakat lokal, masyarakat sangat

ingin terlibat didalam ekowisata

Pulau Benan karena diyakini apabila

mereka terlibat didalam wisata itu

maka mereka akan mendapatkan

keuntungan baik dari objek wisata

yang ada, ataupun mereka bisa

membuat peluang usaha untuk

mereka sendiri. Hal ini didukung

oleh pendapat Lion Berger dalam

Mardikanto (1993) yang

mengemukakan bahwa beberapa

faktor yang mempengaruhi

kecepatan seseorang untuk

mengadopsi suatu inovasi meliputi

aktivitas mencari informasi dan ide-

ide baru. Golongan masyarakat yang

aktif mencari informasi dan ide-ide

baru biasanya lebih inovatif

dibandingkan mereka yang hanya

melakukan kontak pribadi dengan

warga masyarakat setempat.

Hal ini juga di dukung oleh

hasil olah data kuesioner yaitu

sebagian besar masyarakat yang ada

di Pulau Benan memiliki minat yang

tinggi dalam ikut serta melakukan

pengembangan dibidang ekowisata

di wilayahnya. Dari hasil wawancara

masyarakat menyatakan sangat

tertarik untuk mengikuti kegiatan-

kegiatan yang mendukung kegiatan

ekowisata seperti mengikuti

sosialisasi, penyuluhan dan

pelatihan-pelatihan terkait ekowisata

dan pelestarian lingkungan.

c. Tahap menilai (evaluation)

Gambar 6. Tingkat adopsi pada

tahap menilai

Tahap menilai adalah penilaian

terhadap baik/buruk atau manfaat

inovasi yang telah diketahui

informasinya secara lebih lengkap.

Pada penilaian ini, masyarakat

sasaran tidak hanya melakukan

penilaian terhadap aspek teknisnya

saja, tetapi juga aspek ekonomi,

maupun aspek-aspek sosial budaya,

bahkan sering kali juga ditinjau dari

aspek politis atau kesesuaiannya

dengan kebijakan pembangunan

nasional dan regional (Mardikanto,

2009).

Dengan jumlah skor 930 pada

tahap menilai, maka tahap menilai

Page 17: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EKOWISATA DI PULAU BENAN KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI

a. Tahap mencoba (trial)

250 500 750 1000 1250

Minimal Kuartil I Median Kuartil III Maksimal

736

berada diantara median dan kuartil

III, ini mengartikan bahwa adopsi

masyarakat terhadap pengembangan

ekowisata di Pulau Benan pada tahap

menilai dinilai “baik”. Berdasarkan

hasil wawancara di lapangan, dapat

diketahui bahwa rata-rata masyarakat

menilai sangat setuju dengan adanya

kegiatan snorkling dan diving di

Pulau Benan yaitu tepatnya di

kawasan konservasi Kecamatan

Senayang. Masyarakat mengatakan

bahwa objek wisata yang memiliki

nilai jual paling tinggi adalah

terumbu karang dan padang lamun

pada kawasan konservasi. Berbagai

jenis terumbu karang seiring dengan

tingginya keanekaragaman jenis ikan

yang ada dilaut bisa ditemukan di

Pulau Benan ini dengan melakukan

snorkling atau pun diving untuk

melihat keindahan bawah laut. Di

Pulau Benan wisatawan bisa

melakukan snorkling atau diving

dengan menyewa alat yang telah

disediakan oleh desa. Desa

menyewakan alat snorkling dengan

harga Rp25.000,- dan diving dengan

harga Rp400.000,- sudah termasuk

pemandu selam.

Namun dengan adanya

kegiatan tersebut masih belum

sepenuhnya mempengaruhi

perekonomian masyarakat setempat.

Hal ini bertolak belakang dengan

pendapat Rogers (2000) dalam

Fardiaz (2008) yaitu semakin besar

keuntungan adopter yang dirasakan

dari suatu inovasi, adopsi akan

semakin cepat meningkat. Karena di

desa ini, tidak semua masyarakat

yang mendapatkan keuntungan

didalam pengembangan ekowisata

sampai saat ini, tetapi pada tahap

menilai tingkat adopsi masyarakat

termasuk di dalam kategori “baik”.

d. Tahap mencoba (trial)

Gambar 7. Tingkat adopsi pada

tahap mencob

Tahap mencoba adalah

mencoba dalam skala kecil untuk

lebih meyakinkan penilaiannya,

sebelum menerapkan untuk skala

yang lebih luas lagi (Mardikanto,

2009). Dengan jumlah skor 736 pada

tahap mencoba, maka nilai tahap

mencoba berada diantara kuartil I

dan median, ini mengartikan bahwa

adopsi masyarakat terhadap

pengembangan ekowisata di Pulau

Benan pada tahap mencoba dinilai

“tidak baik”. Menurut Soekartawi

(2005) variabel penting pada tahap

mencoba diantaranya adalah

keterampilan yang spesifik tentang

bidang apa dalam adopsi inovasi

dan keberanian menanggung resiko.

Ini dibuktikan dari hasil penelitian

bahwa rata-rata masyarakat di Pulau

Benan tidak pernah mulai mencoba

berkomunikasi menggunakan bahasa

inggris karena tidak mengerti dan

tidak pandai. Selain itu, masyarakat

juga rata-rata tidak pernah mencoba

Page 18: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EKOWISATA DI PULAU BENAN KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI

a. Tahap menerapkan (adoption)

250 500 750 1000 1250

Minimal Kuartil I Median Kuartil III Maksimal

657

1250 2500 3750 5000 6250

4230

Minimal Kuartil I Median Kuartil III Maksimal

memulai aktifitas ekonomi yang

berkaitan dengan ekowisata dan

masyarakat juga rata-rata tidak

memulai mencoba untuk

meningkatkan keterampilan sumber

daya manusia yang dapat merebut

peluang usaha dalam bidang

ekowisata. Di Pulau Benan,

masyarakat fokus kepada perikanan

tangkapnya saja, dengan alasan tidak

memiliki keterampilan/keahlian

dalam membuat suatu usaha yang

mendukung wisata di wilayahnya

(seperti souvenir) dan juga tidak

memiliki dana untuk memulai

usahanya.

e. Tahap Menerapkan

Gambar 8. Tingkat adopsi pada

tahap menerapkan

Tahap adopsi adalah

menerima/menerapkan dengan penuh

keyakinan berdasarkan penilaian dan

uji coba yang telah

dilakukan/diamatinya sendiri

(Mardikanto, 2009). Dengan jumlah

skor 657 pada tahap menerapkan,

maka nilai tahap menerapkan berada

diantara median dan kuartil I, ini

mengartikan bahwa adopsi

masyarakat terhadap pengembangan

ekowisata di Pulau Benan pada tahap

menerapkan dinilai “tidak baik”.

Berdasarkan hasil wawancara di

lapangan, masyarakat setempat rata-

rata tidak selalu mencari

penyempurnaan keterampilan dalam

bidang ekowisata dan dalam

penyempurnaan jaringan usaha. Hal

ini juga didukung oleh pendapat

Soekartawi (2005) yang mengatakan

bahwa tingkat adopsi akan sampai

pada tahap menerapkan apabila

variabel-variabel terpenuhi

diantaranya adalah:a) Jika ada

“kepuasan” pada saat mencoba dan

b) Jika ada “kepuasan” dalam

memperoleh kemampuan

melaksanakan adopsi inovasi.

3. Tingkat adopsi masyarakat

terhadap pengembangan

ekowisata di Pulau Benan

Adopsi dapat diartikan sebagai

proses penerimaan inovasi dan atau

perubahan prilaku baik yang berupa:

pengetahuan (cognitive), sikap

(afective), maupun keterampilan

(psychomotoric) pada diri seseorang

setelah menerima “inovasi” yang

disampaikan penyuluh oleh

masyarakat sasarannya (Mardikanto,

2009).

Gambar 9. Tingkat adopsi

masyarakat terhadap pengembangan

ekowisata di Pulau Benan

Dengan jumlah keseluruhan

skor adalah 4230, maka dapat

disimpulkan bahwa tingkat adopsi

masyarakat terhadap pengembangan

ekowisata di Pulau Benan berada

diantara median dan kuartil III, ini

Page 19: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EKOWISATA DI PULAU BENAN KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI

mengartikan bahwa tingkat adopsi

masyarakat terhadap pengembangan

ekowisata di Pulau Benan adalah

bernilai positif yaitu dengan kategori

“baik”.

Mardikanto (1993) menyatakan

bahwa kecepatan adopsi dapat

dipengaruhi oleh banyak faktor

seperti: Sifat inovasi itu sendiri baik

sifat intrinsik (yang melekat pada

inovasinya sendiri) maupun sifat

ekstrinsik (menurut atau dipengaruhi

oleh keadaan lingkungan) dan sifat

sasarannya: Pulau Benan telah

ditetapkan menjadi kawasan wisata

bahari karena keindahan bawah

lautnya yaitu ekosistem terumbu

karang, padang lamun dengan

beraneka ragam jenis ikan, selain itu

juga keindahan pantai dan

pemandangannya, rata-rata

masyarakat di Pulau Benan telah

menyadari bahwa dengan potensi

yang dimiliki di wilayahnya ini,

maka wisata ini ada dengan tujuan

untuk mengkonservasi lingkungan

dan melestarikan kehidupan yang

akan dapat memberikan manfaat

sebesar-besarnya bagi kesejahteraan

masyarakat setempat. Berikut

merupakan faktor yang

mempengaruhi cepatnya seseorang

mengadopsi suatu inovasi:

1. Umur

Cepat atau tidaknya proses

adopsi inovasi dapat tergantung dari

faktor didalam diri adopter itu

sendiri salah satunya umur. Umur

merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi baik aktivitas kerja

seseorang maupun respon seseorang

terhadap sesuatu yang baru walaupun

belum banyak mempunyai

pengalaman. Umur juga akan

mempengaruhi responden dalam cara

berfikir dan bertindak khususnya

dalam mengambil suatu keputusan.

Dari hasil penelitian didapatkan

bahwa 100% responden termasuk

didalam usia produktif. Prabayanti

(2010) menyatakan bahwa seorang

dengan usia produktif biasanya

mempunyai semangat untuk ingin

tahu tentang berbagai hal yang belum

diketahui. Begitu pula dengan

adanya suatu inovasi, seseorang

dengan usia produktif akan lebih

mudah menerima inovasi yang

disampaikan. Selain itu usia juga

mempengaruhi kondisi fisik

seseorang. Terkait dengan adanya

inovasi, seseorang pada umur non-

produktif akan cenderung sulit

menerima inovasi. Oleh karena umur

masyarakat di Pulau Benan termasuk

dalam kategori usia produktif, maka

ini sesuai dengan hasil penelitian

yaitu tingkat adopsi masyarakat

memiliki nilai positif yaitu baik.

2. Aktivitas mencari informasi dan

ide-ide baru

Berdasarkan hasil wawancara

diketahui bahwa, rata-rata

masyarakat selalu mencari informasi

terkait wisata di wilayahnya, apakah

itu manfaat ekowisata untuk

kawasannya, atau manfaat ekowisata

untuk masyarakat setempat, mereka

selalu bertukar pikiran dengan

masyarakat setempat maupun aparat

Page 20: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EKOWISATA DI PULAU BENAN KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI

desa dan juga mencari informasi

dengan penyuluh yang berkunjung ke

desa mereka. Ini sesuai dengan hasil

penelitian yaitu tingkat adopsi

masyarakat memiliki nilai positif

yaitu baik.

3. Pendidikan

Masyarakat yang mempunyai

pendidikan yang lebih tinggi

dominan lebih cepat melaksanakan

adopsi inovasi daripada masyarakat

yang memiliki pendidikan yang

rendah. Ini bertolak belakang dengan

hasil penelitian diketahui bahwa

masyarakat rata-rata memiliki

pendidikan formal yang rendah,

tetapi ini tidak begitu mempengaruhi

tingkat adopsinya, karena walaupun

masyarakat rata-rata memiliki

pendidikan yang rendah, hasil

penelitian ini tetap menyatakan

bahwa masyarakat mengadopsi

inovasi dalam kategori baik, karena

rata-rata masyarakat di Pulau Benan

memiliki pendidikan non formal

yang dapat mempengaruhi tingkat

adopsi masyarakat setempat.

4. Fatalisme

Fatalisme adalah apabila

adopsi inovasi menyebabkan resiko

yang tinggi, maka jalannya proses

adopsi inovasi akan berjalan lebih

lamban atau bahkan tidak terjadi

sama sekali. Dari hasil penelitian

yang telah dilakukan, diketahui

bahwa pengembangan ekowisata di

pulau Benan dapat mengkonservasi

dan melestarikan lingkungan, dan

akan dapat memberikan manfaat

sebesar-besarnya bagi kesejahteraan

masyarakat lokal sehingga tidak

memberikan resiko baik untuk

lingkungan maupun masyarakat

setempat. Ini sesuai dengan pendapat

Lionberg dalam Mardikanto (1993)

yang menyatakan bahwa apabila

adopsi inovasi tidak menyebabkan

resiko yang tinggi, maka jalannya

proses adopsi inovasi akan berjalan

lebih cepat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kondisi sosial ekonomi

masyarakat Pulau Benan didominasi

dengan sosial budaya melayu, mata

pencaharian utama sebagai nelayan

dan tingkat kesejahteraan yang relatif

sudah baik, meskipun tingkat

pendidikan formal relatif masih

rendah.

Tingkat adopsi masyarakat

terhadap pengembangan ekowisata di

Pulau Benan termasuk kategori baik.

Berdasarkan tahapan adopsi

diketahui bahwa adopsi masyarakat

sebagian besar berada pada tahapan

sadar dengan jumlah skor 1037 yang

dikategorikan sangat baik, kemudian

diikuti tahap minat dan menilai

dengan kategori baik dengan skor

masing-masing 960 dan 930.

Kemudian yang termasuk pada

kategori yang tidak baik adalah tahap

mencoba dan menerapkan dengan

nilai skor masing-masing 736 dan

657. Artinya tingkat penerimaan

masyarakat terhadap pengembangan

ekowisata di Pulau Benan belum

sampai pada tahap mencoba karena

pada tahap ini dibutuhkan dukungan

Page 21: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · EKOWISATA DI PULAU BENAN KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI

penuh dari pemerintah untuk

mengimplementasikan program dan

kegiatan sesuai dengan kebutuhan

dan permasalahan masyarakat.

Kepada pihak pemerintah

diharapkan dapat memberikan

perhatian yang serius bagi

peningkatan kemampuan

sumberdaya manusia (SDM) lokal

melalui kegiatan pendidikan non

formal seperti pelatihan, sosialisasi

dan pendidikan keterampilan.

Kepada pihak yang berminat

melakukan kajian pengembangan

ekowisata di Pulau Benan dapat

melakukan kajian terhadap pengaruh

tingkat adopsi masyarakat terhadap

kondisi sosial ekonomi akibat

pengembangan ekowisata di wilayah

ini.

DAFTAR PUSTAKA

BAPPEDA Kabupaten Lingga.2011.

Feasibility Study Pulau Benan

dan Pulau-Pulau Sekitarnya

Fardiaz, Mendez.2008. Pengaruh

Karakteristik Petani terhadap

Tingkat Pengambilan

Keputusan Inovasi Dalam

Usaha Sayuran Organik

(Kasus: Desa Ciaruteun Ilir,

Kecamatan Cibungbulang,

Kabupaten Bogor), Skripsi,

Institut Pertanian Bogor:Bogor.

Gusti I, Agung G O G. 2011.

Evaluasi Perkembangan Wisata

Bahari di Pantai Sanur, Tesis,

Universitas Udayana:

Denpasar.

Rudy, Imam Kurnianto.2008.

Pengembangan Ekowisata

(Ecoturism) Di Kawasan

Waduk Cacaban Kabupaten

Tegal, Tesis, Universitas

Diponegoro: Semarang.

Singarimbun, M. dan Effendi S.

2006. Metode Penelitian

Survai. LP3ES. Yogyakarta.

Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar

Komunikasi Pertanian. UI

Press. Jakarta.

Tuwo, Ambo.2011. Pengelolaan

Ekowisata Pesisir dan Laut.

Brillian Internasional,