analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../analisis... · yang menjadi argumen...

238
Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat berpendapatan tidak tetap pasca penghapusan subsidi bahan bakar minyak (studi kasus di kecamatan Salaman kabupaten Magelang) Disusun Oleh: Antariksawan NIM. F.0102017 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenaikan harga minyak mentah dunia memberikan pukulan berat bagi Indonesia, terutama sektor manufaktur. Meningkatnya penjualan kendaraan bermotor seperti mobil (35%) dan motor (30%) memberikan dampak bertambahnya permintaan atas BBM, dan tentunya pertamina sebagai pemasok utama BBM membutuhkan dolar AS yang lebih besar guna membayar impor BBM melalui Bank Indonesia (setidaknya BI membeli diatas US$1 milyar perbulan untuk memenuhi kebutuhan tersebut). Permintaan domestik yang tinggi terhadap BBM tidak seiring dengan produksi minyak Indonesia sehingga menjadikan negara Indonesia sebagai negara pengimpor minyak, hal tersebut memicu pertimbangan pemerintah untuk keluar dari keanggotaan OPEC (Organization Petroleum Exporting Countries, Organisasi Negara Pengekspor Minyak) (Teguh Dartanto, 2005). Produksi minyak nasional diperkirakan pemerintah akan meningkat dengan target 1.075 juta barel/hari, namun tampaknya target tersebut akan sulit

Upload: dinhmien

Post on 02-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara masyarakat

berpendapatan tetap dan masyarakat berpendapatan tidak tetap

pasca penghapusan subsidi bahan bakar minyak

(studi kasus di kecamatan Salaman kabupaten Magelang)

Disusun Oleh:

Antariksawan

NIM. F.0102017

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kenaikan harga minyak mentah dunia memberikan pukulan berat bagi

Indonesia, terutama sektor manufaktur. Meningkatnya penjualan kendaraan

bermotor seperti mobil (35%) dan motor (30%) memberikan dampak

bertambahnya permintaan atas BBM, dan tentunya pertamina sebagai pemasok

utama BBM membutuhkan dolar AS yang lebih besar guna membayar impor

BBM melalui Bank Indonesia (setidaknya BI membeli diatas US$1 milyar

perbulan untuk memenuhi kebutuhan tersebut). Permintaan domestik yang tinggi

terhadap BBM tidak seiring dengan produksi minyak Indonesia sehingga

menjadikan negara Indonesia sebagai negara pengimpor minyak, hal tersebut

memicu pertimbangan pemerintah untuk keluar dari keanggotaan OPEC

(Organization Petroleum Exporting Countries, Organisasi Negara Pengekspor

Minyak) (Teguh Dartanto, 2005).

Produksi minyak nasional diperkirakan pemerintah akan meningkat

dengan target 1.075 juta barel/hari, namun tampaknya target tersebut akan sulit

Page 2: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

dicapai mengingat eksplorasi terhadap cadangan minyak membutuhkan waktu

setidaknya dua tahun untuk sampai dalam tahap produksi.

Perkiraan produksi saat ini masih berada dibawah 1 juta barel/hari.

Estimasi subsidi minyak yang akan diberikan oleh pemerintah sebesar Rp.101.47

triliun naik dari sebelumnya Rp.82.27 triliun. Korporasi di Indonesia membeli

dolar AS sebesar US$9.2 milyar pada kuartal II meningkat dibanding kuartal

sebesar US$7.7 milyar akibat peningkatan impor BBM, tentunya peningkatan

tersebut ikut memicu pelemahan rupiah terhadap dolar AS (Agus Syarip Hidayat,

2005).

Pemerintah telah merevisi untuk APBN 2006 terhadap harga minyak

mentah dunia sebesar US$50.6 per barel sebelumnya US$40 per barel,

pertumbuhan PDB sebesar 6%, inflasi 8%, rupiah menjadi Rp.9800/USD

sebelumnya Rp.9400/USD, suku bunga SBI 9.25% untuk tiga bulan, dan target

produksi minyak sebesar 1.075 juta barel per hari. (Valasnews.com)

Fenomena tersebut diatas membuat pemerintah terpaksa membuat suatu

kebijakan yang dinilai sangat kontroversial yaitu kebijakan untuk menaikkan

harga minyak di Indonesia. Selain alasan tersebut diatas ada beberapa alasan lain

yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga

BBM antara lain sebagai berikut :

a. Perbedaan harga jual domestik dengan harga luar negeri yang begitu timpang

akibat peningkatan harga minyak bumi yang signifikan. Perbedaan harga ini

kemudian menimbulkan pembengkakan dana subsidi untuk BBM.

b. Penyesuaian harga BBM telah dilakukan oleh hampir semua negara-negara

di dunia termasuk negara yang pendapatannya lebih rendah dari indonesia

seperti India, Bangladesh atau negara-negara di Afrika. Bahkan di Timor -

Page 3: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Timur yang merupakan negara termiskin di dunia, harga domestik BBM jauh

diatas harga BBM di Indonesia.

c. Harga domestik yang terlalu rendah juga telah mendorong pertumbuhan

tingkat konsumsi yang sangat tinggi. Sepanjang tahun 2004 laju pertumbuhan

konsumsi BBM antara 5% per tahun. Sementara produksi minyak terus

mengalami penurunan. Selain itu perbedaan harga domestik dan internasional

yang cukup tinggi mendorong banyak terjadinya penyelundupan.

d. Alasan lain yang menjadi dasar adalah menyangkut masalah keadilan.

Subsidi BBM lebih banyak dinikmati kelompok 40% kelompok teratas

termasuk untuk minyak tanah sekalipun (Teguh Dartanto, 2005).

Pada tanggal 1 Oktober 2005 pemerintah mengurangi subsidi BBM atau

dengan kata lain menaikkan harga BBM lebih dari 100%, berbeda dengan

kebijakan pemerintah sebelumnya yang hanya berkisar kurang dari 50%.

Kenaikan tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden No. 55/2005 tentang

Kenaikan Harga Jual Eceran BBM Dalam Negeri pasal 2, tertanggal 30

September 2005.

Harga bensin jenis premium yang semula Rp 2.400,00 naik menjadi Rp

4.500,00/liter. Minyak tanah yang banyak digunakan masyarakat, naik dari Rp

700,00 menjadi Rp 2.000,00/liter, Solar yang sebelumnya Rp 2.100,00 naik

menjadi Rp 4.300,00/liter (Pertamina.com).

Kebijakan penyesuaian harga BBM yang disampaikan pemerintah

dianggap kontroversial oleh beberapa kalangan. Headline Harian Kompas, 1

Oktober 2005 secara tegas tertulis ”Pemerintah Keterlaluan”. Pernyataan ini

bertentangan dengan editorial Harian ini sebelumnya berkali-kali mengecam

Page 4: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

ketidaktegasan atau keragu-raguan Presiden SBY dalam mengambil keputusan

menyangkut penyesuaian harga BBM yang telah menimbulkan ketidakpastian

dalam bidang ekonomi.

Semua kita tentunya sepakat bahwa subsidi BBM sudah salah arah. Data

Susenas terakhir menunjukkan 82% dari subsidi jatuh kepada kelompok 60%

pendapatan teratas dan sisanya hanya 17% subsidi tersebut hanya jatuh kepada

kelompok 40% terbawah. Meneruskan subsidi sama saja membiarkan Rp 93

trilyun (82% dari Rp 113 trilyun subsidi BBM jika harga BBM tidak

disesuaikan) kepada kelompok yang di anggap tidak berhak menerima subsidi.

Angka ini akan bertambah besar tahun depan mengingat perhitungan subsidi

BBM dalam APBN(P) 2005 masih berdasarkan asumsi harga minyak rata-rata

US$ 54 per barrel sementara proyeksi harga minyak tahun 2006 ini melebihi

US$ 60/barrel. Untuk tahun 2006, jika harga BBM setelah penyesuaian masih

dipertahankan masih menyisakan subsidi BBM yang cukup besar yaitu Rp 50

trilyun tetapi dengan dampak distribusi yang lebih baik dan lebih tepat karena

sebagian besar untuk alokasi subsidi minyak tanah (Teguh Dartanto: 2005).

Meneruskan subsidi BBM ini juga bertentangan dengan Pembangunan

Jangka Menengah 2005-2009 yang menjadi kerangka dasar pembangunan

(ekonomi) Pemerintah SBY-JK yang ingin menciptakan pertumbuhan yang

berkeadilan dengan memperbaiki distribusi pendapatan yang lebih baik dan lebih

merata. .

Dengan mengurangi subsidi, dengan harapan harga minyak Indonesia

sama dengan asumsi dalam RAPBN 2006, perhitungan sementara menunjukkan

akan terdapat sekitar Rp.20-25 trilyun netto anggaran tambahan (setelah

Page 5: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

diperhitungkan anggaran tambahan untuk Subsidi Langsung Tunai dan program-

program kompensasi lainnya, serta kenaikan gaji pegawai negeri sebesar 20%)

yang bisa digunakan untuk keperluan lain. Jadi penghematan ini bisa digunakan

untuk kegiatan yang lebih produktif seperti yang dicantumkan Rencana Kerja

Tahunan 2006 yaitu program penanggulangan kemiskinan, pendidikan,

kesehatan, infrastruktur dasar khususnya infrastruktur pedesaan, pertanian dan

pertahanan keamanan.

Untuk bidang pendidikan, kemungkinan alokasinya bisa dilakukan untuk

empat hal. Pertama, untuk menambah biaya operasional sekolah dengan

memasukkan program perpustakaan sekolah atau buku gratis; kedua, menambah

cakupan beasiswa kepada siswa dari keluarga miskin bukan hanya untuk SMA

tetapi juga perguruan tinggi; ketiga, rehabilitasi besar-besaran gedung SD hingga

SMA di seluruh Indonesia dan keempat, menambah tunjangan khusus guru

disamping kenaikan gaji 20 (Kompas.com). .

Dampak multiplier bagi ekonomi daerah dari program rehabilitasi ini

akan besar dan mempunyai dampak kesempatan kerja serta pemerataan yang

besar. Betapa tidak, rehabilitasi ini akan dilakukan oleh kontraktor lokal kelas

menengah ke bawah dan melibatkan tenaga tidak terampil.Serupa pula dengan

infrastruktur pedesaan. Program yang sekarang yang mencakup 10 ribu desa bisa

dilipatgandakan menjadi 20 ribu tambahan sehingga akan ada 30 ribu desa yang

telah mendapatkan perbaikan infrastruktur tersebut.

Bahkan tambahan untuk sektor pertahanan pun sesuai dengan arahan

Jusuf Kalla difokuskan pada perbaikan kesejahteraan prajurit seperti perbaikan

asrama, penambahan jumlah seragam, peningkatan uang lauk pauk dan

Page 6: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

peningkatan kemampuan prajurit. Penambahan peralatannya pun diutamakan

untuk yang diproduksi di dalam negeri. Jadi untuk anggaran pertahanan dan

keamanan sekalipun diupayakan untuk menciptakan lapangan kerja. Kalau ini

berjalan tentunya, pengurangan subsidi BBM tidak lebih merupakan pengalihan

pengeluaran pemerintah dari sesuatu yang tidak produktif dan destruktif seperti

subsidi BBM kepada kegiatan yang lebih produktif yang mempunyai dampak

jangka panjang (Kompas.com).

Bagaimanapun juga pengahapusan subsidi BBM ini akan sangat

berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat yang tentunya akan

menimbulkan perubahan dalam pendapatan riil, konsumsi riil dan aspek

kehidupan lainnya. Perubahan tersebut tentunya berbeda antara individu satu

dengan individu yang lainya. Fenomena ini menarik untuk dikaji dan dilakukan

suatu perbandingan.

Dari uraian di atas, maka diadakan sebuah penelitian yang berjudul

Analisis Komparasi Pola Pengeluaran Konsumsi Antara Masyarakat

Berpendapatan Tetap dan Berpendapatan Tidak Tetap Tetap Pasca Peraturan

Presiden Nomor 55 Tahun 2005 (Studi Kasus di Kecamatan Salaman Kabupaten

Magelang).

B. Pembatasan Masalah

Dalam Melakukan penelitian ada beberapa hal yang menjadi

pertimbangan peneliti. Diantaranya adalah keterbatasan yang dimiliki oleh

peneliti sendiri. Keterbatasan yang dirasakan dalam penelitian ini terutama

adanya keterbatasan waktu, biaya, tenaga dan pemahaman teori-teori yang ada.

Maka peneliti menganggap perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian ini

Page 7: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

dapat berjalan dengan baik dan tetap mengacu pada permasalahan yang telah

diindentifikasi sebelumnya. Batasan – batasan yang ditetapkan adalah sebagai

berikut:

1. Pihak yang menjadi responden penelitian ini adalah masyarakat kecamatan

salaman kabupaten magelang yang dibagi menjadi duakelompok masyarakat

yaitu masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat berpendapatan tidak

tetap.

2. Komponen pengeluaran konsumsi masyarakat dibedakan menjadi lima yaitu

pengeluaran konsumsi untuk pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan

pendidikan.

C. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, untuk mengarah pada tujuan penelitian

maka permasalahan yang akan diteliti dan dikaji dapat dirumuskan sebagai

berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan pola konsumsi untuk kebutuhan pangan, papan,

sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan antara masyarakat

berpendapatan tetap dan masyarakat berpendapatan tidak tetap ?

2. Apakah terdapat perbedaan pola konsumsi untuk kebutuhan pangan, papan,

sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan pada bulan pertama dan

bulan keempat pasca penghapusan subsidi BBM (Peraturan Presiden No.

55/2005) pada masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat

berpendapatan tidak tetap ?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 8: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pola konsumsi untuk kebutuhan

pangan, papan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan antara

masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat berpendapatan tidak tetap ?

2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pola konsumsi untuk kebutuhan

pangan, papan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan pada bulan

pertama dan bulan keempat pasca penghapusan subsidi BBM (Peraturan

Presiden No. 55/2005) pada masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat

berpendapatan tidak tetap ?

E. Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang

dampak penghapusan subsidi BBM dan juga sebagai bahan pertimbangan

dalam pengambilan kebijakan yang relevan dengan topik penelitian ini.

2. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan bisa

menjadi acuan atau referensi untuk penelitian selanjutnya yang relevan

dengan topik penelitian ini.

Page 9: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Landasan Teori

Beberapa kajian teori dibawah ini merupakan cuplikan-cuplikan bahan

pustaka yang bersangkutan dengan hukum, teori, atau prinsip-prinsip yang

relevan untuk memperkuat unsur masalah yang diteliti dalam menjawab masalah

yang hendak dikaji.

1. Subsidi Bahan Bakar Minyak.

Menurut Assauri dalam Y. Sri Susilo (2003) subsidi merupakan

bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen atau konsumen agar

barang dan jasa yang dihasilkan harganya lebih rendah sehingga masyarakat

dapat membeli dengan jumlah yang lebih banyak. Besarnya subsidi yang

diberikan biasanya tetap per unit barang. Dalam hal ini, pemerintah

menanggung sebagian biaya produksi dan pemasaran.

Dalam Nota Keuangan (2000) dinyatakan bahwa subsidi pada

dasarnya merupakan transfer pendapatan dari pemerintah kepada masyarakat,

baik masyarakat produsen maupun masyarakat konsumen yang dilakukan

Page 10: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

melalui penetapan harga komoditas yang lebih rendah dibandingkan dengan

harga pasar, baik yang diberlakukan secara umum maupun secara khusus

(targeted group). Tujuannya adalah untuk membantu meringankan beban

masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokoknya.

Subsidi yang diberikan pemerintah pada masyarakat dapat dilihat dari

sisi produsen maupun konsumen. Subsidi diberikan kepada konsumen ketika

harga yang dibayarkan konsumen untuk suatu komoditas lebih rendah

dibandingkan harga pasar, atau ketika produsen menerima harga yang lebih

tinggi daripada harga yang seharusnya. Subsidi dapat secara eksplisit tampak

pada anggaran dari bentuk pembayaran pemerintah kepada produsen maupun

konsumen, namun juga dapat secara implisit terlihat dari biaya anggaran.

Terdapat dua alasan utama yang mendasari pemberian subsidi untuk

komoditi, yakni : (1) Distribusi pendapatan (2) Mengatasi kegagalan pasar

(Market Failure). Dalam hubungannya dengan distribusi pendapatan, subsidi

untuk komoditi merupakan instrumen kedua terbaik dimana perpajakan dan

sisitem transfer bukan suatu konsep yang dapat dipraktekkan dalam

pendistribusian kembali. Subsidi dapat dipandang sebagai pajak negatif, dan

tingkat ysng harus ditetapkan untuk menyeimbangkan biaya marginal sosial

dari pendapatan antar komoditi. Kegagalan pasar menggambarkan situasi

dimana tingkat produksi atau konsumsi suatu barang atau jasa tidak tepat

tanpa campur tangan pemerintah. Disamping itu, pemberian subsidi akan

berpengaruh pada beberapa fakor antara lain: pengalokasian, pendistribusian

kembali serta fiskal dan perdagangan.

Page 11: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Subsidi energi khususnya BBM banyak ditemukan di negara-negara

sedang berkembang, terutama pada negara-negara pengekspor minyak.

Subsidi ini menunjukkan tingkat harga produk BBM dalam negeri masih

dibawah tingkat harga dipasar dunia. Selain itu, subsidi silang juga sering

diterapkan melalui pemindahan beban dari suatu produk BBM seperti

minyak tanah ke produk BBM lainnya. Pada dasarnya pemberian subsidi

BBM disuatu negara adalah dimaksudkan untuk menjaga kstabilan harga

BBM didalam negeri dan fluktuasi harga minyak dipasar dunia. Di banyak

negara pengekspor minyak, keberadaan subsidi energi tetap dipertahankan

karena secara politis tidak layak untuk tidak diberikan subsidi kepada

komoditi yang dihasilkan oleh bangsa itu sendiri.

Kebijakan pemberian subsidi Indonesia ditujukan selain untuk

menjaga stabilitas harga barang dan jasa didalam negeri juga untuk

membantu meringankan beban masyarakat miskin dan usaha kecil. Akan

tetapi pada kenyataannya, selama ini pemberian subsidi BBM kepada

masyarakat tidak tepat sasran, karena subsidi yang semula diperuntukkan

bagi golongan miskin lebih banyak dinikmati oleh golongan atas dan

dianggap tidak efektif serta dapat menyebabkan distorsi pasar, yakni

menimbulkan konsumsi BBM yamg berlebihan, inefisiensi dalam alokasi

sumber daya dan tidak mendorong upaya konservasi energi. Selain itu,

subsidi BBM menimbulkan adanya disparitas harga BBM dalam negeri

dengan harga BBM diluar negeri sehingga memungkinkan adanya

penyelundupan keluar negeri serta pengoplosan BBM.

Page 12: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Di samping itu, jika dilihat dari sisi anggaran subsidi juga dapat

menimbulkan beban yang tidak sedikit bagi anggaran pemerintah sehingga

mengakibatkan berkurangnya alokasi dana untuk pembangunan, pendidikan

dan kesehatan, maupun untuk mendorong pertumbuhan ekonomi jangka

panjang.

Berikut ini dapat dijelaskan efek dari pengenaan subsidi terhadap

perekonomian, yakni terhadap produsen, konsumen dan pemerintah (Y. Sri

Susilo, 2003: 3-5).

Gambar 2.1 Efek Pengenaan Subsidi Terhadap Produsen,Konsumen, Serta pemerintah.

Pada gambar 2.1 diatas diasumsikan besaran subsidi dibagi rata

kepada konsumen dan produsen. Produk yang disubsidi dalam kasus ini

adalah non tradable goods atau barang yang tidak diperdagangkan. Besarnya

subsidi per unit merupakan selisih antara Ps dan Pb. Total subsidi yang

diberikan pemerintah adalah sebesar Ps ABPb.

Page 13: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Subsidi tersebut sebagian dinikmati oleh produsen menjadi surplus

produsen sebesar daerah Ps AEPb dan sebagian berubah menjadi surplus

konsumen, yakni sebesar P0 EBPb. Dengan demikian, terdapat deadweight

welfare loss ( DWL) sebesar AE 0B .

Hal ini berarti kebijakan subsidi tetap menimbulkan inefisiensi

didalam perekonomian atau terjadi misallocation of resources. Bantuan

subsidi tersebut ada yang hilang dan tidak dinikmati baik oleh produsen

maupun konsumen.

Adapun mekanisme pemberian subsidi kepada masyarakat (produsen

dan konsumen) untuk kasus barang yang diperdagangkan (tradable good)

masing-masing dapat dijelaskan melalui pendekatan grafis seperti pada

Gambar 2.2 dan Gambar 2.3.

Gambar 2.2. Subsidi Untuk Produsen Kasus Barang Tradable Goods

Dalam kasus pemberian subsidi kepada produsen, konsumen

membayar sebesar harga dunia (Pb). Jadi, harga konsumen (Pc) sama dengan

Pb. Harga tersebut mungkin dianggap terlalu rendah oleh pemerintah

Page 14: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

sehingga memberikan subsidi kepada produsen. Dengan demikian, produsen

menerima harga jual sebesar Pp. Besarnya subsidi yang harus diberikan

pemerintah adalah sebesar area (1+2+3). Alokasi dari subsidi adalah area

(1+2) merupakan tambahan surplus produsen (producer surplus) dan sebesar

area 3 merupakan deadweight welfare loss (DWL). Dalam hal ini konsumen

merupakan pihak yang tidak diuntungkan atau memperoleh manfaat dari

adanya subsidi. Dalam kasus ini dapat disimpulkan bahwa subsidi kepada

produsen menimbulkan inefisiensi dalam perekonomian, hal ini dibuktikan

dengan adanya area DWL.

Gambar 2.2 berikut menunjukan kasus subsidi yang diberikan kepada

konsumen untuk barang tradable, yang dalam penelitian ini diasumsika

sebagai BBM. Dapat dilihat pada gambar, bahwa harga BBM seharusnya Pb.

Pada penetapan harga ini, pemerintah mungkin menganggapnya terlalu tinggi

sehingga kemudian memberikan subsidi kepada konsumen. Dengan subsidi

tersebut, maka harga barang sebesar Pb dapat dijangkau oleh konsumen yang

hanya memiliki daya beli sebesar Pc.

Dalam kasus ini pemerintah harus menanggung beban subsidi sebesar

area (1+2+3). Dari subsidi tersebut konsumen memperoleh surplus konsumen

(consumer surplus) sebesar area (1+2), sedangkan produsen tidak

memperoleh manfaat dari subsidi. Subsidi yang hilang atau tidak dinikmati

oleh produsen maupun konsumen adalah sebesar area 3, yang kemudian

disebut deadweight welfare loss (DWL). Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa subsidi yang diberikan kepada konsumen juga

menimbulkan inefisiensi dalam perekonomian.

Page 15: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Gambar 2.3. Subsidi Untuk Konsumen Kasus Tradable Goods.

2. Penghapusan Subsidi Bahan Bakar Minyak.

Adanya perbedaan harga jual minyak didalam negeri dan diluar

negeri yang begitu signifikan, mengakibatkan semakin membengkaknya

anggaran subsidi BBM pemerintah hal ini membuat pemerintah terpaksa

membuat suatu kebijakan yang dinilai sangat kontroversial yaitu

kebijakan untuk menaikkan harga minyak di Indonesia. Selain alasan

tersebut diatas ada beberapa alasan lain yang menjadi argumen

pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara

lain sebagai berikut :

a) Perbedaan harga jual domestik dengan harga luar negeri yang sangat

timpang akibat peningkatan harga minyak bumi yang begitu

signifikan. Perbedaan harga ini kemudian menimbulkan pembekakan

dana subsisdi untuk BBM.

b) Penyesuaian harga BBM telah dilakukan oleh hampir semua negara-

negara didunia termasuk negara yang pendapatannya lebih rendah

Page 16: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

dari indonesia seperti India, Bangladesh atau negara-negara di Afrika.

Bahkan di Timor Timur yang merupakan negara termiskin di dunia,

harga domestik BBM jauh diatas harga BBM di Indonesia.

c) Harga domestik yang terlalu rendah juga telah mendorong

pertumbuhan tingkat konsumsi yang sangat tinggi. Sepanjang tahun

2004 laju pertumbuhan konsumsi BBM antara 5% per tahun.

Sementara produksi minyak terus mengalami penurunan. Selain itu

perbedaan harga domestik dan internasional yang cukup tinggi

mendorong banyak terjadinya penyelundupan.

d) Alasan lain yang menjadi dasar adalah menyangkut masalah

keadilan. Subsidi BBM lebih banyak dinikmati kelompok 40%

kelompok teratas termasuk untuk minyak tanah sekalipun. (Agus

Syarip Hidayat, 2005)

Pada tanggal 30 September 2005 pemerintah mengurangi subsidi

BBM atau dengan kata lain menaikkan harga BBM lebih dari 100%,

berbeda dengan kebijakan pemerintah sebelumnya yang hanya berkisar

kurang dari 50%. Kenaikan tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden

No. 55/2005 tentang Kenaikan Harga Jual Eceran BBM Dalam Negeri,

tertanggal 30 September 2005. Adapun isi Peraturan Presiden No.

55/2005 pasal 2 adalah sebagai berikut :

(1) Harga jual eceran Minyak Tanah (Kerosene) untuk Rumah Tangga

dan Usaha Kecil di titik serah, termasuk Pajak Pertambahan Nilai

(PPN) untuk setiap liter ditetapkan Rp 2.000,00 (dua ribu rupiah).

Page 17: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

(2) Harga jual eceran Bensin Premium dan Minyak Solar (Gas Oil)

untuk Usaha Kecil, Transportasi, dan Pelayanan Umum di titik

serah termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk setiap liter

ditetapkan sebagai berikut :

a. Bensin Premium: Rp 4.500,00 (empat ribu lima ratus rupiah);

b. Minyak Solar (Gas Oil) : Rp 4.300,00 (empat ribu tiga ratus

rupiah).

(3) Harga jual eceran Bensin Premium dan Minyak Solar (Gas Oil)

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk Transportasi darat

termasuk sungai, danau, dan penyeberangan sudah termasuk Pajak

Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB).

(4) Rincian Rumah Tangga, Usaha Kecil, Transportasi dan Pelayanan

Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tercantum

dalam Lampiran I Peraturan Presiden ini.

3. Pola Konsumsi

a. Konsep Kebutuhan Pokok

Kebutuhan pokok manusia setiap hari semakin meningkat seiring

dengan perubahan dan perkembangan pola kehidupan masyarakat.

Masayarakat yang pada mulanya hidup secara natural ini

menggantungkan kehidupannya pada kekuatan alam yang tersedia di

dalam diri manusia serta memanfaatkan apa yang ada di sekitar

mereka.

Page 18: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Majunya peradaban, manusia menjadi semakin cerdas dan

semakin banyak alat - alat kapital yang mereka miliki,yang semuanya

ini mengakibatkan meningkatnya kemampuan mereka dalam

menghasilkan barang dan jasa yang dapat mereka pergunakan untuk

memenuhi kebutuhan mereka. Akan tetapi mereka menghasikan barang

dan jasa tersebut hampir senantiasa diikuti, dibarengi atau bahkan

didahului timbulnya kebutuhan-kebutuhan baru (Soediyono R, 1990: 1)

Dapat dikatakan kebutuhan manusia ini tidak terbatas jumlahnya.

Kebutuhan manusia yang semakin meningkat tersebut antara lain

meliputi :

1. Kebutuhan jasmaniah, misalnya: makan, minum, pakaian, rumah

tempat tinggal, rekreasi

2. Kebutuhan rohaniah, misalnya: rasa aman, harga diri dan

penghiburan.

3. Kebutuhan Sosial, Misalnya: kasih sayang dari sesama manusia,

persahabatan dan pengakuandari orang lain (Wasty Soemanto

dalam M Yusuf, 2003: 21)

Sedangkan kebutuhan pokok dan kebutuhan dasar merupakan

kebutuhan yang penting sangat penting guna kelangsungan hidup

manusia, baik yang terdiri dari kebutuhan individu (makan, perumahan,

pakaian) maupun keperluan pelayanan sosial tertentu (air, minum,

sanitasi, tranportasi kesehatan, dan pendidikan).

Samir Ridwan dan Torkel Alfthan menulis bahwa tanpa

mengurangi konsep basic need, keperluan minimum dari seorang

Page 19: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

individu atau rumah tangga adalah sebagai berikut : (1) makan (2)

pakaian (perumahan) (4) kesehatan (5) pendidikan (6) air dan sanitasi

(transportasi) (8) partisipasi ( Mulyanto S. dan Hans Dieter Evers,

1985: 2).

Definisi dari berbagai kebutuhan pokok merupakan pada dasarnya

semuanya hampir sama intinya. Kebutuhan pokok merupakan

kebutuhan paling dasar yang diperlukan oleh manusisa untuk

kelangsungan hidupnya. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar

yang harus dipenuhi terlebih dahulu dibanding kebutuhan yang lain.

Seperti dikemukakan oleh Dr. Thee Kian Wie kebutuhan pokok

didefinisikan sebagai suatu paket barang dan jasa oleh masyarakat

dianggap perlu tersedia oleh seseorang. Hal ini merupakan tingkat

minimum yang dapat dinikmati oleh seseorang. Hal ini berarti bahwa

kebutuhan pokok berbeda dari suatu negeri dengan negeri yang lain.

Jadi suatu kebutuhan pokok itu adalah spesifik (Mulyanto S. dan Hans

Dieter Evers, 1985 : 125)

b. Konsep Pengeluaran Konsumsi

Konsumsi merupakan pemakaian barang – barang hasil industri

pakaian, makanan dan sebagainya. Selain itu juga bisa diartikan

sebagai barang – barang kebutuhan langsung memnuhi kebutuhan

hidup kita. Menurut data Susenas secara umum secara umum konsumsi

dibagi menjadi dua kelompok yaitu konsumsi / pengeluaran untuk

makanan dan bukan makanan.

Page 20: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Pola konsumsi penduduk berubah dari waktu ke waktu atau umur

antar daerah satu daerah yang lain tergantung pada selera penduduk dan

masyarakat. Pada gilirannya pola konsumsi menentukan berapa yang

harus disediakan dan bagaimana distribusinya terutama dalam hal

makanan agar harga tak terguncang.

Pengeluaran ekonomi adalah konsumsi yang erat kaitannya

dengan pemenuhan kebutuhan dasar. Thee Kian Wie mendefinisikan

kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar sebagai suatu paket barang dan

jasa yang oleh masyarakat dianggap perlu tersedia bagi setiap orang.

Kebutuhan ini merupakan tingkat minimum yang dapat dinikmati

seseorang. Hal ini berarti bahwa kebtuhan pokok minimum berbeda –

beda dari masyarakat yang lain. Jadi kebutuhan ini adalah spesifik.

Thee Kian Wie membagi kebutuhan dasar menusia menjadi 4 bagian :

1. Barang kebutuhan dasar yaitu sandang, pangan dan papan.

2. Jasa kebutuhan seperti fasilitas – fasilitas pendidikan, kesehatan,

pengangkutan, komunikasi dan saluran air yang sehat.

3. Lapangan kerja produktif yang dapat menjamin pendapatan yang

mencukupi untuk membiayai penyediaan barang – barang atau

jasa– jasa kebutuhan dasar.

4. Partisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan yang

menyangkut hidup sendiri.

4. Konsumsi Masyarakat Berpendapatan Tetap dan Tidak Tetap.

Setiap individu berapapun tingkat pendapatan yang diterima

haruslah memenuhi kebutuhan hidupnya setiap hari. Dalam mencukupi

Page 21: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

kebutuhan setiap harinya setiap individu sangat dipengaruhi oleh jumlah

pendapatan yang diterima. Apabila jumlah pendapatan yang diterimanya

meningkat maka konsumsi meningkat, tetapi lebih kecil dari kenaikan

pendapatan itu sendiri.

Menyadari pentingnya hubungan antara tingkat pendapatan dan

konsumsi yang dilakukan oleh individu, maka beberapa alternatif

penjelasan yang menerangkan hubungan antara tingkat pendapatan dan

konsumsi yang dilakukan oleh individu beberapa ahli dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1) Teori Konsumsi Keynes

Dalam bukunya “General Theory” Keynes menjelaskan

konsumsi merupakan fungsi dari pendapatan. Keynes menjelaskan

fungsi konsumsi sebagai skedul rencana konsumsi untuk berbagai

tingkat pendapatan. Dalam konsumsi ini Keynes mendasarkan pada

Psycological Law of Consumption yang menyarankan bahwa apabila

pendapatan naik maka konsumsi akan naik pula, akan tetapi tidak

sebesar kenaikan pendapatan. Ini sejalan dengan hukum Engel yaitu

semakin besar pendapatan yang diperoleh, maka semakin kecil

bagian yang dikonsumsi (Rachmat Sumitro dalam M Yususf, 2003:

25).

Dengan meningkatnya jumlah pendapatan yang diperoleh maka

konsumsi akan meningkat pula mengikuti kenaikan penadapatan

tersebut, namun proporsi pendapatan yang dikonsumsi akan menurun

dari pendapatan tersebut. Dari kurva Engel dapat dilihat hubungan

Page 22: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

antara kuantitas salah satu barang dengan pendapatan. Konsumsi

untuk barang normal dapat dijelaskan jika pendapatan naik maka

kuantitas barang yang diminta juga naik (Richard A. Billas,1986:

87–88).

Selain faktor pendapatan, Keynes menjelaskan ada faktor bukan

pendapatan yang mempengaruhi konsumsi agregat. Keynes

determinan bukan pendapatan menjadi dua yaitu faktor – faktor

obyektif dan faktor – subyektif yang mencerminkan preferensi-

preferensi psikologis. Faktor – faktor subyektif mencerminkan

variabel – variabel bukan pendapatan yang mempengaruhi

kemampuan rumah tangga untuk berkonsumsi (Diulio dalam M

Yususf, 2003: 26).

2 ) Hipotesis Pendapatan Absolut.

Menurut hipotesis pendapatan absolut, konsumsi ditentukan

oleh tingkat pendapatan tingkat pendapatan absolut, sehingga

hubungan antara pendapatan dan konsumsi merupakan hubungan

jangka pendek. Akan tetapi tingkat konsumsi jangka pendek

bergeser keatas sepanjang waktu, sehingga menghasilkan fungsi

konsumsi jangka panjang.

Page 23: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Gambar 2.4. Fungsi Konsumsi

Beberapa hal yang menyebabkan fungsi konsumsi jangka

pendek beregeser keatas yaitu :

a. Adanya migrasi / urbanisasi dari desa kekota dan kita tahu

bahwa penduduk kota konsumsinya lebih tinggi dari pada

penduduk desa.

b. Adanya barang – barang produk baru dalam perekonomian

walaupun pendapatan konsumen tetap, namun belum ada

barang baru maka konsumen akan langsung untuk

meningkatkan konsumsinya.

c. Karena adanya peningkatan kesejahteraan suatu bangsa .

Jadi menurut hipotesis pendapatan absolut, fungsi konsumsi

yang menjadi dasar adalah fungsi jangka pendek, kemudian

konsumsi jangka panjang dapat ditemukan karena adanya

pergeseran ke atas dari fungsi konsumsi jangka pendek itu

(Suparmoko, 1998: 68 – 70 ).

Page 24: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

3) Hipotesis Pendapatan Relatif

Dalam bukunya “Income, Saving and The Theory of

Consumer Behavior” James Duesenberry mengemukakan

pendapatnya bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat

ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang

pernah dicapainya. Ia berpendapat bahwa apabila pendapatan

berkurang, konsumen tidak banyak mengurangi pengeluarannya

untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang

tinggi ini, mereka terpaksa mengurangi besarnya tabungan. Kalau

pendapatan bertambah lagi, konsumsi mereka juga akan bertambah,

akan tetapi bertambahnya tidak begitu besar. Sedang mengenai

saving akan bertambah besar dengan pendapatan tertinggi yang

telah pernah dicapainya lagi. Setelah puncak daripada pendapatan

sebelumnya terlampaui, maka tambahan pendapatan akan

menyebabkan banyak pengeluaran untuk konsumsi., sedang di lain

pihak bertambahnya tabungan tidak begitu cepat (Soediyanto dalam

M Yusuf, 2003: 27).

Menurut hipotesis pendapatan relatif selain konsumsi

merupakan fungsi dari pendapatan relatif dalam perbandingannya

dengan pendapatan tertinggi yang pernah dicapi sebelumnya maka

tingkat konsumsi seseorang juga dipengaruhi oleh tetangga

sekitarnya (Suparmoko, 1998: 71).

Keputusan – keputusan konsumsi dan tabungan sangat

dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana seseoarang hidup. Jadi

Page 25: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

seseorang dengan pendapatan tertentu berkonsumsi lebih banyak di

lingkungan orang – orang kaya daripada hidup di lingkungan

orang–orang yang lebih miskin. Perilaku konsumsinya di dalam

lingkungan adalah relatif terhadap pola – pola dari para

tetangganya (yaitu dia membelanjakan agar dapat memelihara suatu

status ekonomi tertentu di lingkungannya).

4 ) Hipotesis Pendapatan Permanen

Milton Friedman mengungkapkan hasil pemikirannya

mengenai penggunaan hipotesis pendapta permanen dalam bukunya

“A Theory of Consumption Function”. Dengan menggunakan

asumsi bahwa konsumen bersifat rasional dalam mengalokasikan

pendapatan yang diperoleh selama hayatnya diantara kurun – kurun

waktu yang dihadapinya serta menghendaki pola konsumsi yang

kurang lebih merata dari waktu ke waktu. Milton Friedman menarik

kesimpulan bahwa konsumen permanen seseorang atau suatu

masyarakat mempunyai hubungan positif dan proporsional dengan

pendapatannya (Soediyono, 1995: 159 ).

Menurut hipotesis ini konsumsi saat ini tergantung pada

pendapatan yang diperkirakan pada masa yang akan datang.

Alasannya bahwa sesungguhnya pendapatan aktual ini dapat

diperinci menjadi pendapatan permanen dan pendapatan

sementara., demikian juga dengan konsumsi yaitu konsumsi

permanen dan konsumsi sementara dan dapat ditulis sebagai

berikut:

Page 26: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Y = Yp + Yt

C = Cp + Ct

Dimana :

Y = Pendapatan Aktual

Yp = Pendapatan Permanen

Yt = Pendapatan Sementara

C = Konsumsi Aktual

Cp = Konsumsi Permanen

Ct = Konsumsi Sementara

Pendapatan permanen adalah pendapatan rumah tangga yang

dikonsumsikan jika tingkat kekayaan tetap. Yang dimaksud

kekayaan disini adalah nilai sekarang dari pendapatan yang

diharapkan akan diperoleh rumah tangga tersebut dimasa yang akan

datang. Pendapatan permanen ini merupakan suatu rata – rata

tertimbang dari saat ini dan pendapatan sementara merupakan suatu

pendapatan yang sudah diperkirakan, yang nilainya dapat

positifatau negatif. Sebagai contoh ada seorang petani memperoleh

pendapatan yang lebih daripada yang diperkirakan karena cuaca

baik. Bila pendapatan sementara itu positif maka pendapatan aktual

akan lebih besar daripada pendapatan permanen. Sebaliknya bila

pendapatan sementara itu negatif, maka pendapatan aktual akan

lebih kecil daripada pendapatan permanen.

Konsumsi permanen adalah konsumsi yang ditentukan oleh

pendapatan permanen dan konsumsi sementara dapat diartikan

Page 27: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

sebagai konsumsi yan tidak diperkirakan sebelumnya, misalnya

pengeluran untuk jasa dokter. Konsumsi sementara seperti juga

pendapatan sementara dapat positif maupun negatif. Bila konsumsi

sementara positif maka konsumsi aktual lebih besar daripada

konsumsi permanen. Sebaliknya bila konsumsi sementara negatif,

maka konsumsi aktual akan lebih kecil daripada konsumsi

permanen.

Milton Friedman menganggap bahwa konsumsi permanen

merupakan proporsi yang konstan dari pendapatan permanen.

Dianggap pula tidak ada hubungan antara pendapatan sementara

dengan pendapatan permanen, yang antara konsumsi sementara dan

konsumsi permanen dan konsumsi permanen maupun konsumsi

sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga PMC dari

pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumsi

menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan

mempengaruhi konsumsi. Demikian pula bila konsumsi menerima

pendapatan sementara yang negatif tidak akan mengurangi

konsumsi (Suparmoko,1998: 72 – 74 ).

5 ) Hipotesis Siklus Kehidupan

Mart Modligiani berpendapat bahwa setiap individu akan

memperoleh kepuasan yang lebih tinggi apabila mereka dapat

mempertahankan pola konsumsi yang stabil daripada kalau harus

mengalami kenaikan dan penurunan dalam konsumsi mereka.

Tetapi Modligiani menyatakan bahwa seseorang menyatakan

Page 28: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

bahwa orang akan berusaha menstabilkan tingkat konsumsi mereka

sepanjang hidupnya.

Begitu seseorang dilahirkan ia sudah mempunyai kebutuhan

hidup yang menuntut untuk dipenuhi, meskipun jelas pada usia

tersebut ia sama sekali tidak dapat berpartisipasi dalam

pembentukan produk nasional, ini berarti pendapatan yang

diperolehnya sebesar nol. Orang cenderung menerima penghasilan

yang rendah pada usia muda, tinggi pada usia menengah, rendah

pada usia tua, maka tabungan akan berfluktuasi sejalan dengan

perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan mempunyai

tabungan negatif, orang berumur menengah menabung dan

membayar kembali pinjaman pada usia muda mereka dan orang

usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya pada usia

menengah.

Selanjutnya Modligiani menganggap penting peranan

kekayaan (asset) sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi

akan meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan, seperti

karena adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, nilai

kekayaan seperti karena kenaikan surat – surat berharga atau karena

peningkatan dalam jumlah uang beredar. Sesungguhnya dalam

kenyataan orang memupuk kekayaan sepanjang hidup mereka dan

tidak hanya orang yang pensiun saja. Apabila terjadi kenaikan

dalam kekayaan, maka konsumsi akan meningkat atau dapat

dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesi siklus kehidupan ini

Page 29: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisiensi

pengganda dan melindungi perekonomian dari perubahan –

perubahan yang tidak diharapkan, seperti perubahan dalam

investasi eksport, maupun pengeluaran – pengeluaran lain

(Suparmoko,1999: 76 – 78 ).

5. Hubungan Antara Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi.

Menurut Faried Wijaya (1989: 99), faktor-faktor yang menentukan

permintaan konsumen individual selain harga barang itu sendiri juga

dipengaruhi oleh:

1) Selera atau Preferensi Konsumen, selera atau preferensi konsumen

terhadap suatu produk dapat berubah, misalnya karena pengaruh

iklan. Antara selera konsumen dengan permintaan memiliki

hubungan yang positif. Apabila selera konsumen meningkat maka

kurva permintaan akan bergeser ke kanan. Begitu pula sebaliknya,

apabila selera konsumen menurun maka kurva permintaan akan

bergeser ke kiri.

Menurut McEachern (2001: 32), pakar ekonom mengasumsikan bahwa

selera sebagai sesuatu yang ada begitu saja dan relatif stabil. Setiap

orang mungkin saja mempunyai seleranya sendiri, tetapi selera

individual tidak dalam keadaan berubah yang terus menerus. Selera

yang dimiliki konsumen dapat menjelaskan hubungan permintaan

barang dengan tingkat harga (Mc Eachern, 2001: 33).

2) Banyaknya Konsumen Pembeli. Seperti halnya pada selera konsumen,

banyaknya konsumen pembeli dengan jumlah barang yang diminta

Page 30: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

memiliki hubungan yang positif. Jika volume pembelian oleh masing-

masing konsumen adalah sama maka kenaikan jumlah konsumen

dipasar karena perbaikan transport, komunikasi atau pertambahan

penduduk menyebabkan kenaikan permintaan (kurva ke kanan). Begitu

pula sebaliknya.

3) Pendapatan Konsumen. Dalam hubungan antara pendapatan konsumen

dengan permintaan, Faried Wijaya mengklasifikasikan ada dua jenis

barang yaitu barang superior atau barang normal yang memiliki

hubungan positif dan barang inferior yang memiliki hubungan negatif.

Sedangkan menurut Sadono Sukirno (1999: 81-82) pendapatan

konsumen membedakan jenis barang menjadi empat golongan yaitu:

a) Barang Inferior, yaitu barang yang banyak diminati oleh orang-

orang yang berpendapatan rendah. Apabila pendapatan konsumen

rendah maka permintaan terhadap barang inferior akan tinggi.

Sebaliknya, apabila pendapatan konsumen tinggi maka permintaan

akan barang inferior akan semakin menurun. Misalnya permintaan

untuk mengkonsumsi getuk.

b) Barang Esensial, yaitu barang yang sangat penting artinya dalam

kehidupan sehari-hari masyarakat. Barang esensial biasanya

merupakan barang-barang kebutuhan pokok konsumen.

c) Barang Normal, sesuatu dapat dikatakan barang normal apabila

mengalami kenaikan pendapatan diiringi dengan kenaikan

permintaan. Ada dua faktor yang menyebabkan barang-barang

Page 31: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

normal permintaannya bertambah apabila pendapatannya

bertambah:

(1) Pertambahan pendapatan menambah kemampuan untuk

membeli lebih banyak barang.

(2) Pertambahan pendapatan memungkinkan para pembeli

menukar konsumsi ke barang yang lebih baik.

d) Barang Mewah, jenis barang yang dibeli konsumen apabila

pendapatan mereka relatif tinggi. Contohnya pada pembelian

mobil.

6. Elastisitas Pendapatan dan Kurve Engel..

Dengan adanya pergeseran pendapatan konsumen, maka titik

keseimbangan konsumen juga bergeser. Jadi dengan berubahnya

pendapatan konsumen yang berbentuk uang, sementara citarasa

perorangan dan harga–harga X dan Y konstan, maka dapat diperoleh

kurva konsumsi pendpatan atau Income Consumption Curve ( ICC ) yaitu

garis yang menghubungkan berbagai titik keseimbangan konsumen.

Kurva ini menunjukkan berbagai titik kombinasi X dan Y dalam

keseimbangan yang dibeli pada berbagai tingkat pendapatan dimana

harga barang dianggap konstan.

Definisi kurva penghasilan konsumsi adalah kurva yang

menghubungkan titik – titik keseimbangan konsumen pada berbagai

tingkat pendapatan dimana harga barang tidak berubah. Kurva ini

mempunyai nilai kemiringan positif bila kedua barang termasuk barang

“normal”atau barang“ superior”.

Page 32: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Dalam gambar 2.5 keseimbangan konsumen yang pertama terletak

pada titik P dibentuk dari garis kemiringan LM dan kurva indiferen I

dengan konsumsi barang X sebesar OX1 unit. Penghasilan konsumen

ditunjukkan oleh garis L’M’, maka keseimbangan konsumen akan

berubah menjadi Q karena tingkat konsumsi terhadap barang X berubah

ke OX2 unit. Dan pada saat penghasilan konsumen naik lagi menjadi

L”m”, keseimbangan konsumen berubah lagi menjadi R dengan

konsumsi barang X sebesar OX.

Hubungan antara jumlah barang tertentu yang diminta dengan

tingkat pendapatan konsumen pertama – tama dikembangkan oleh

Cristian Frust Engel, sehingga terkenal dengan Engel’s curve. Kurva

engel adalah garis yang menunjukkan barang X yang diminta pada

berbagai tingkat pendapatan berupa uang dengan anggapan tingkat harga

konstan.

Page 33: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Lereng dari suatu kurva Engel dapat menunjukkan elastisitas

pendapatan konsumen terhadap barang tersebut. Garis singgung kurva

Engel disuatu titik berlereng positif, maka elastisitas pendapatan

permintaan (Ep) lebih besar dari satu ( Ep > 1), maka barang tersebut

biasanya merupakan suatu barang mewah. Pada titiki dari kurva Engel

berlereng negatif negatif, maka barang tersebut merupakan barang

inferior (Tulus Haryono dalam Nur Binti., 2002: 29).

Gambar 2.7. Kurva Engel

Gambar 2.7 menunjukkan dua macam bentuk kurva Engel. Dalam

gambar (a), kurva Engel mempunyai kemiringan dari kiri bawah ke

kanan atas sedikit datar yang artinya bahwa perubahan pengahsilan

konsumen tidak mempunyai akibat atau pengaruh terhadap perubahan

konsumsi secara mencolok. Kurva ini menunjukkan bahwa barang tetap

dibeli meskipunpendapatan konsumen rendah, tetapi jumlah tersebut kan

bertamabah cepat seiring dengan adanya kenaikan penghasilan,

contohnya adalah bahan makanan pokok.

Page 34: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Sedangkan daging sapi dan beberapa jenis barang lainnya bentuk

kurva Engelnya seperti gambar (b) bentuk kurva ini juga bermula dari

kiri bawah kekanan atas relatif lebih tegak. Ini menunjukkan bahwa

adanya perubahan penghasilankonsumen akan diikuti dengan perubahan

jumlah barang yang dibeli yang jauh lebih besar dari perubahan

pendapatan tersebut.

B. Penelitian Terdahulu Mengenai Konsumsi

1. Pindyok & Daniel L. Rubinfield (1998).

Survey mengenai pengeluaran rumah tangga di Amerika Serikat tahun

1993, menunjukkan bahwa pengeluaran untuk perawatan kesehatan dan

hiburan merupakan barang superior (barang mewah) dan perumahan sewaan

merupakan barang inferior. Barang superior atau barang mewah adalah

barang yang dikonsumsi bertambah bila pendapatan bertambah, sedangkan

barang inferior adalah sebaliknya, pengeluaran menurun apabila pendapatan

bertambah (Pindyok & Daniel L. Rubinfield, 1998 : 83). Selengkapnya

mengenai pengeluaran rumah tangga di Amerika Serikat disajikan dalam

tabel 2.5. Selanjutnya kurva Engel yang digambarkan berdasar data tersebut

dapat dilihat pada gambar 2.1.

Page 35: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Tabel 2.1 pengeluaran Tahunan Rumah Tangga Amerika Serikat 1993

Pengeluaran

(ribu $)

< 10 10-19

20-29

30-39

40-49

50-59

> 70

Hiburan

Rumah milik

Rumah sewa

Kesehatan

Pangan

Sandang

0,520

0,854

1,642

1,034

2,461

0,867

0,894

1,370

2,128

1,674

3,198

1,068

1,185

2,122

1,978

1,732

3,971

1,394

1,650

3,314

1,884

1,881

4,706

1,778

2,018

4,450

1,802

2,012

5,556

2,215

2,565

5,616

1,514

2,054

6,273

2,316

4,007

9,736

0,748

8,137

8,137

3,668

Sumber : Departement of Labor. Bureau of Labor Statistics. 1992-1993.

Consumer Expenditure Survey. Dalam Pindyok & Daniel L.

Rubinfield.

Page 36: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Gambar 2.8 Kurva Engel untuk Konsumen Amerika Serikat

2. Hermanto dan Andriati (1985)

Hermanto dan Andriati (1985) mengadakan penelitian tentang pola

konsumsi rumah tangga di pedesaan Jawa Timur, secara deskriptif dan

juga dihitung elastisitas berbagai bahan makanan yang dikonsumsinya.

Daerah penelitian dibagai dalam 5 strata berdasar agro ekosistem, yaitu

dataran tinggi, dataran rendah dengan pertanian lahan tanpa irigasi,

dataran rendah dengan pertanian sawah irigasi, dataran rendah tanah

kering dan dataran rendah dengan pola pertanian sawah. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa proporsi pengeluaran rumah tangga untuk

pembelian bahan makanan berkisar antara 44,12 – 66,67 % dari total

pengeluaran, pengeluaran untuk pembelian bahan baker dan energi

merata di seluruh zone (12,22 – 14,54 %), sedangkan pengeluaran non

pangan dan energi berkisar antara 43,66 – 32,69%. Secara rinci dapat

dilihat pada tabel 2.6.

Page 37: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Tabel 2.2. Persentase pengeluaran Rumah tangga dan

Pengeluaran Per kapita (Rp/bulan)

Zone Jenis

pengeluaran A B C D E

Bahan makanan

Bahan bakar &

energi

Non pangan &

energi

44,12

12,22

43,66

66,67

12,50

21,83

46,90

12,74

40,36

45,88

14,52

39,60

52,77

14,54

32,69

Jumlah

(Rp)

Pengeluaran per

kapita (Rp)

Pengeluaran per

kapita per

tahun setara

beras

100

48.660

11.316

543

100

31.574

6.718

323

100

65.947

14.336

688

100

50.695

11.021

529

100

64.216

12.843

617

Sumber : Panel Petani nasional jawa Timur, 1984/1985, dalam

Faisal Kasryno, ed. 1986. Profil pendapatan dan

Konsumsi pedesaan jawa Timur. Hal. 44. tabel 6.

Selanjutnya, hasil perhitungan elastisistas dari beberapa komoditi

bahan pangan menunjukkan elastisistas beras lebih kecil angkanya

dibanding gula pasir, ikan asin dan minyak goring. Ini berarti konsumsi

beras kecil pengaruhnya terhadap pengeluaran untuk bahan makanan. Hal

Page 38: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

ini merupakan indikasi adanya perubahan pilihan dari masyarakat petani

di Jawa Timur untuk meningkatkan konsumsi non beras guna

meningklatkan kebutuhan makanannya. Selanjutnya, elastisistas

pendapatan memperlihatkan angka sebesar 0,311, yang berarti bahwa

apabila pendapatan naik dengan seratus persen, maka pengeluaran untuk

bahan makanan naik dengan 31,1 %. Secara rinci elastisistas beberapa

komoditi pangan disajikan dalam table 2.7.

Tabel 2.3. Nilai Elastisitas beberapa komoditi pangan Rumah tangga

Pedesaan Jawa Timur Tahun 1985

Komoditi Nilai Elastisitas

Konsumsi Beras

Konsumsi Ubikayu

Konsumsi Ikan Asin

Konsumsi Gula Pasir

Konsumsi Minyak Goreng

Pendapatan

0,080

0,032

0,117

0,200

0,089

0,311

Sumber : Hermanto & Andriati. 1986. dalam Faisal Kasryno. Profil dan

Konsumsi Pedesaan Jawa Timur.

3. Yunastiti Purwaningsih (2000)

Page 39: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Penelitian sebelumnya mengenai konsumsi pernah dilakukan oleh

Yunastiti Purwaningsih Tentang “Pola Konsumsi Rumah Tangga di

Kotamadya Surakarta Tahun 2000”.

Dalam penelitiannya ini ia menggunakan variabel penegluaran

masyarakat antara lain makanan, perumahan dan bahan bakar, aneka

barang dan jasa, pendidikan, kesehatan, pakaian dan alas kaki, barang –

barang tahan lama, pajak dan premi asuransi, dan pengeluaran, sosial.

Serta variabel pendapatan rumah tangga yang diukur dalam satuan satuan

rupiah per bulan.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa secara garis besar tidak

terdapat perbedaan elastisitas pengeluaran antara rumah tangga perkotaan

dan pedesaan. Perbedaanya terletak pada pengeluaran pendidikan bagi

rumah tangga pinggiran merupakan barang mewah. Selanjutnya,

kesehatan merupakan barang mewah bagi rumah tangga pinggiran dan

barang pokok bagi rumah tangga perkotaan ( Yunastiti P, 2000: 93 – 99).

C. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini akan membandingkan pola pengeluaran konsumsi untuk

papan, sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan pada masyarakat

berpendapatan tetap dan masyarakat berpendaptan tidak tetap. Penelitian ini

juga akan membandingkan pola pengeluaran masing-masung kelompok

masyarakat pada waktu bulan pertama dan bulan keempat paska Peraturan

Presiden No. 55/2005 Tentang Kenaikan Harga Jual Eceran Minyak Dalam

Negeri. Secara lebih sederhana, gambaran atau alur penelitian kami dapat

Page 40: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

dalam mengkomparasikan variabel penelitian ini dapat dilihat pada kerangka

pemikiran di bawah ini :

Page 41: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

D. Hipotesis Penelitian

Pola konsumsi masyarakat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain:

tingkat pendapatan dan harga barang. Naik turunnya pendapatan akan

berpengaruh pada jumlah barang yang diminta, apakah akan mengalami kenaikan

ataupun penurunan tergantung jenis barang tesebut, apakah termasuk barang

inferior, superior atau normal. Begitu juga dengan naik turunnya harga barang

akan berpengaruh terhadap jumlah barang yang diminta, apakah akan

mengalami kenaikan atau penurunan tergantung tergantung jenis barang tersebut,

apakah termasuk barang kebutuhan primer, sekunder atau tersier. Pola konsumsi

masyarakat juga akan mengalami perubahan atau penyesuaian, dari waktu ke

waktu. Apabila ada perubahan dalam pendapatan dan harga barang, masyarakat

dengan sendiri akan menyesuaikan tingkat konsumsinya terhadap suatu barang

tertentu. Hal ini juga sangat tergantung dari jenis barang tersebut. (Untuk lebih

jelasnya lihat pada tinjauan pustaka).

Konsumsi untuk pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan

yang dijadikan variabel penelitian dalam penelitian ini adalah merupakan

kebutuhan yang pokok dalam kehidupan. Walaupun demikian tentu akan berbeda

pola alokasi pendapatan atau tingkat konsumsi untuk tiap variabel atau

kebutuhan tersebut.

Page 42: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk

kebutuhan pangan pada masyarakat berpendapatan tetap dan pada

masyarakat berpendapatan tidak tetap.

Kebutuhan pangan adalah merupakan kebutuhan yang

esensial atau penting untuk dapat mempertahankan hidup. Berapapun

pendapatan dan juga tingkat harga barang tersebut, permintaannya

akan tetap walaupun tidak menutup kemungkinan terjadinya

penurunan atau peningkatan permintaan karena adanya perubahan

dalam pendapatan dan harga, tapi perubahan permintaan tersebut

lebih kecil dari perubahan tingkat pendapatan dan tingkat harga. Jadi

sesuai dengan Engel’s law, elastisitas pendapatan untuk konsumsi

kebutuhan pangan adalah inelastis. Begitu juga hubungannya dengan

harga, perubahan harga tidak akan berpengaruh signifikan terhadap

konsumsi barang untuk kebutuhan pangan.

2. Tidak Terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi

untuk kebutuhan sandang pada masyarakat berpendapatan tetap dan

pada masyarakat berpendapatan tidak tetap.

Kebutuhan sandang adalah merupakan kebutuhan yang

esensial atau penting. Berapapun pendapatan dan juga tingkat harga

barang tersebut, permintaannya akan tetap walaupun tidak menutup

kemungkinan terjadinya penurunan atau peningkatan permintaan

Page 43: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

karena adanya perubahan dalam pendapatan dan harga, tapi

perubahan permintaan tersebut lebih kecil dari perubahan tingkat

pendapatan dan tingkat harga. Jadi sesuai dengan Engel’s law,

elastisitas pendapatan untuk konsumsi kebutuhan sandang adalah

inelastis. Begitu juga hubungannya dengan harga, perubahan harga

tidak akan berpengaruh signifikan terhadap konsumsi barang untuk

kebutuhan sandang.

3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk

kebutuhan perumahan pada masyarakat berpendapatan tetap dan pada

masyarakat berpendapatan tidak tetap.

Kebutuhan perumahan adalah merupakan kebutuhan yang

esensial atau penting. Berapapun pendapatan dan juga tingkat harga

barang tersebut, permintaannya akan tetap walaupun tidak menutup

kemungkinan terjadinya penurunan atau peningkatan permintaan

karena adanya perubahan dalam pendapatan dan harga, tapi

perubahan permintaan tersebut lebih kecil dari perubahan tingkat

pendapatan dan tingkat harga. Jadi sesuai dengan Engel’s law,

elastisitas pendapatan untuk konsumsi kebutuhan perumahan adalah

inelastis. Begitu juga hubungannya dengan harga, perubahan harga

tidak akan berpengaruh signifikan terhadap konsumsi barang untuk

kebutuhan perumahan.

4. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk

kebutuhan kesehatan pada masyarakat berpendapatan tetap dan pada

masyarakat berpendapatan tidak tetap.

Page 44: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Kebutuhan kesehatan adalah merupakan kebutuhan yang

esensial atau penting. Berapapun pendapatan dan juga tingkat harga

barang tersebut, permintaannya akan tetap walaupun tidak menutup

kemungkinan terjadinya penurunan atau peningkatan permintaan

karena adanya perubahan dalam pendapatan dan harga, tapi

perubahan permintaan tersebut lebih kecil dari perubahan tingkat

pendapatan dan tingkat harga. Jadi sesuai dengan Hukum Engel,

elastisitas pendapatan untuk konsumsi kebutuhan kesehatan adalah

inelastis. Begitu juga hubungannya dengan harga, perubahan harga

tidak akan berpengaruh signifikan terhadap konsumsi barang untuk

kebutuhan kesehatan.

5. Tidak Terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi

untuk kebutuhan pendidikan pada masyarakat berpendapatan tetap

dan pada masyarakat berpendapatan tidak tetap.

Kebutuhan pendidikan adalah merupakan kebutuhan yang

esensial atau penting untuk dapat mempertahankan hidup. Berapapun

pendapatan dan juga tingkat harga barang tersebut, permintaannya

akan tetap walaupun tidak menutup kemungkinan terjadinya

penurunan atau peningkatan permintaan karena adanya perubahan

dalam pendapatan dan harga, tapi perubahan permintaan tersebut

lebih kecil dari perubahan tingkat pendapatan dan tingkat harga. Jadi

sesuai dengan Engel’s law, elastisitas pendapatan untuk konsumsi

kebutuhan pendidikan adalah inelastis. Begitu juga hubungannya

Page 45: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

dengan harga, perubahan harga tidak akan berpengaruh signifikan

terhadap konsumsi barang untuk kebutuhan pendidikan.

6. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk

kebutuhan pangan pada bulan pertama dan bulan keempat paska

Peraturan Presiden No. 55/2005 pada masing-masing kelompok

masyarakat.

Kebutuhan pangan adalah merupakan kebutuhan yang

esensial atau penting untuk dapat mempertahankan hidup. Berapapun

pendapatan dan juga tingkat harga barang tersebut, permintaannya

akan tetap walaupun tidak menutup kemungkinan terjadinya

penurunan atau peningkatan permintaan karena adanya perubahan

dalam pendapatan dan harga, tapi perubahan permintaan tersebut

lebih kecil dari perubahan tingkat pendapatan dan tingkat harga. Jadi

sesuai dengan Engel’s law, elastisitas pendapatan untuk konsumsi

kebutuhan pangan adalah inelastis. Begitu juga hubungannya dengan

harga, perubahan harga tidak akan berpengaruh sigifikan terhadap

konsumsi barang untuk kebutuhan pangan.

7. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk

kebutuhan sandang pada bulan pertama dan bulan keempat paska

Peraturan Presiden No. 55/2005 pada masing-masing kelompok

masyarakat.

Kebutuhan sandang adalah merupakan kebutuhan yang

esensial atau penting. Berapapun pendapatan dan juga tingkat harga

barang tersebut, permintaannya akan tetap walaupun tidak menutup

Page 46: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

kemungkinan terjadinya penurunan atau peningkatan permintaan

karena adanya perubahan dalam pendapatan dan harga, tapi

perubahan permintaan tersebut lebih kecil dari perubahan tingkat

pendapatan dan tingkat harga. Jadi sesuai dengan Engel’s law,

elastisitas pendapatan untuk konsumsi kebutuhan sandang adalah

inelastis. Begitu juga hubungannya dengan harga, perubahan harga

tidak akan berpengaruh signifikan terhadap konsumsi barang untuk

kebutuhan sandang.

8. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk

kebutuhan perumahan pada bulan pertama dan bulan keempat paska

Peraturan Presiden No. 55/2005 pada masing-masing kelompok

masyarakat.

Kebutuhan perumahan adalah merupakan kebutuhan yang

esensial atau penting. Berapapun pendapatan dan juga tingkat harga

barang tersebut, permintaannya akan tetap walaupun tidak menutup

kemungkinan terjadinya penurunan atau peningkatan permintaan

karena adanya perubahan dalam pendapatan dan harga, tapi

perubahan permintaan tersebut lebih kecil dari perubahan tingkat

pendapatan dan tingkat harga. Jadi sesuai dengan Engel’s law,

elastisitas pendapatan untuk konsumsi kebutuhan perumahan adalah

inelastis. Begitu juga hubungannya dengan harga, perubahan harga

tidak akan berpengaruh signifikan terhadap konsumsi barang untuk

kebutuhan perumahan.

Page 47: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

9. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk

kebutuhan kesehatan pada bulan pertama dan bulan keempat paska

Peraturan Presiden No. 55/2005 pada masing-masing kelompok

masyarakat.

Kebutuhan kesehatan adalah merupakan kebutuhan yang

esensial atau penting untuk dapat mempertahankan hidup. Berapapun

pendapatan dan juga tingkat harga barang tersebut, permintaannya

akan tetap walaupun tidak menutup kemungkinan terjadinya

penurunan atau peningkatan permintaan karena adanya perubahan

dalam pendapatan dan harga, tapi perubahan permintaan tersebut

lebih kecil dari perubahan tingkat pendapatan dan tingkat harga. Jadi

sesuai dengan Engel’s law, elastisitas pendapatan untuk konsumsi

kebutuhan kesehatan adalah inelastis. Begitu juga hubungannya

dengan harga, perubahan harga tidak akan berpengaruh signifikan

terhadap konsumsi barang untuk kebutuhan kesehatan.

10. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk

kebutuhan pendidikan pada bulan pertama dan bulan keempat paska

Peraturan Presiden No. 55/2005 pada masing-masing kelompok

masyarakat.

Untuk kebutuhan pendidikan akan mengalami perubahan

yang signifikan akibat adanya perubahan dalam pendapatan dan

tingkat harga. Permintaan barang untuk kebutuhan ini bersifat

inelastis baik terhadap pendapatan maupun tingkat harga. Jadi sesuai

Page 48: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

dengan Engel’s Law bahwa inelastisitas pendapatan untuk kebutuhan

pendidikan adalah elastis. Begitu juga dengan elastisitas harganya

adalah inelastis. Pendapatan masyarakat akan dialokasi untuk

mencukupi kebutuhan yang lain seperti untuk kebutuhan pangan atau

kesehatan. Pola konsumsi untuk kebutuhan ini akan berbeda pada

bulan pertama dan bulan keempat paska Peraturan Presiden No.

55/2005. Ini disebabkan karena pada bulan Oktober 2005 (bulan

pertama) masyarkat mengalami keterkejutan harga karena naiknya

harga barang – barang karena akibat naiknya harga BBM. Tetapi

selang beberapa bulan kemudian mayarakat akan berusaha

menyesuaikan pola konsumsinya terhadap tingkat harga dan juga

pendapatannya.

11. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk

kebutuhan total pada masyarakat berpendapatan tetap dan pada

masyarakat berpendapatan tidak tetap.

Kebutuhan pokok adalah merupakan kebutuhan yang esensial

atau penting. Berapapun pendapatan dan juga tingkat harga barang

tersebut, permintaannya akan tetap walaupun tidak menutup

kemungkinan terjadinya penurunan atau peningkatan permintaan

karena adanya perubahan dalam pendapatan dan harga, tapi

perubahan permintaan tersebut lebih kecil dari perubahan tingkat

pendapatan dan tingkat harga. Jadi sesuai dengan Engel’s law,

elastisitas pendapatan untuk konsumsi kebutuhan pokok adalah

inelastis. Begitu juga hubungannya dengan harga, perubahan harga

Page 49: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

tidak akan berpengaruh signifikan terhadap konsumsi barang untuk

kebutuhan pokok.

12. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk

kebutuhan pendidikan pada bulan pertama dan bulan keempat paska

Peraturan Presiden No. 55/2005 pada masing-masing kelompok

masyarakat.

Kebutuhan pokok adalah merupakan kebutuhan yang esensial

atau penting. Berapapun pendapatan dan juga tingkat harga barang

tersebut, permintaannya akan tetap walaupun tidak menutup

kemungkinan terjadinya penurunan atau peningkatan permintaan

karena adanya perubahan dalam pendapatan dan harga, tapi

perubahan permintaan tersebut lebih kecil dari perubahan tingkat

pendapatan dan tingkat harga. Jadi sesuai dengan Engel’s law,

elastisitas pendapatan untuk konsumsi kebutuhan pokok adalah

inelastis. Begitu juga hubungannya dengan harga, perubahan harga

tidak akan berpengaruh signifikan terhadap konsumsi barang untuk

kebutuhan pokok.

Page 50: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian survei terhadap pola

konsumsi masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat berpendapatan tidak

tetap. Dalam hal ini studi kasus di Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang,

dimana dari kecamatan tersebut diambil 100 sampel. Alasan memilih Kecamatan

Salaman karena disamping dapat dijangkau Kecamatan Salaman dapat mewakili

fenomen dampak penghapusan subsidi bahan bakar minyak.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat komparatif.

Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun

kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data sampel yang diambil dari populasi

tersebut (Kerlinger (1973) dalam Sugiyono, 2004:7). Sedangkan penelitian

komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan (Sugiyono,

2004:11).

C. Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini, teknik atau metode yang digunakan dalam

penentuan populasi dan sampel adalah quota sampling. Metode quota sampling

teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri–ciri tertentu

sampai jumlah yang diinginkan (Sudiyono, 2004: 78).

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mempunyai

pendapatan tetap dan tidak tetap di Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil untuk obyek penelitian

(Sudiyono,2004: 73). Jumlah sampel untuk penelitian ini adalah 100 responden.

Page 51: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Penetapan 100 sampel tersebut diperoleh dari rumus di bawah ini (Djarwanto dan

Pangestu, 1996 : 154-155)

n = ¼ [Z α/2 / E]²

keterangan :

n : jumlah sample

Z : angka yang menunjukkan penyimpanagan suatu nilai variable dari

mean dihitung dalam satuan deviasi standar tertentu.

E : error (kesalahan)

Nilai α yang digunakan adalah 5%, diharapkan besarnya kesalahan dalam

penggunaan sample tidak lebih dari 10%. Dari rumus di atas maka dapat

ditentukan sampel sebagai berikut :

n = ¼ [Z 0,05/2 / 0,10]²

= 96,04

Jadi jumlah sampel yang digunakan adalah 96,04 orang, dibulatkan

menjadi 100 orang. Kemudian sampel dikelompokam menjadi 2 kelompok yaitu

sampel untuk masyarakat berpendapatan tetap dan sampel untuk masyarakat

berpendapatan tidak tetap. Berikut disajikan distribusi penduduk Kecamatan

Salaman berdasarkan mata pencaharian.

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Di Kec.Salaman Kab.Magelang

Page 52: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Sumber: Kecamatan Salaman dalam Angka Tahun 2004

Dengan menggunakan metode quota sampling, sampel secara equal atau

seimbang dibagi menjadi 50 responden (sampel) untuk masyarakat

berpendapatan tetap dan 50 responden (sampel) untuk masyarakat berpendapatan

tidak tetap.

Untuk menentukan besarnya sampel dari masing-masing sub kelompok

masyarakat agar dapat diperoleh jumlah 50 maka peneliti menentukan jumlah

sampel secara proporsional. Pengertian penenentuan jumlah sampel ini adalah

dari setiap kelompok masyarakat diambil sampel yang sebanding dengan

besarnya populasi ( Jumlah populasi sub kelompok : Jumlah seluruh populasi

kelompok x 50 )(Sudiyono, 2004: 80-81). Untuk lebih jelasnya, rumus

penentuan jumlah sampel dengan proporsional adalah sebagai berikut:

Mata Pencaharian Jumlah Prosentase ( %)

PNS, ABRI

Petani Sendiri

Buruh Tani

Pengusaha

Buruh Industri

Buruh Bangunan

Pedagang

Angkutan

Pensiunan

Lain – Lain

1.416

12.760

11.074

1.414

3.142

2.326

2.749

1.418

543

16.930

2.6

23.7

20.7

2.6

5.8

4.3

5.1

2.6

1.1

31.5

Jumlah 53.722 100

Page 53: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

5011 x

NNn =

Keterangan:

n1 = Jumlah sampel

N1 = Jumlah sub kelompok masyarakat

N = Jumlah kelompok masyarakat

50 = Jumlah sampel kelompok

Sehingga jumlah sampel dari masing-masing kelompok

adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3. Jumlah Populasi dan Sampel Dari Masing-Masin Kelompok

Masyarakat

Jumlah Jumlah Masyarakat

Berpendapatan Tetap

Popu lasi

Sam pel

Masyarakat Berpendapatan

Tidak Tetap Popula

si Sam pel

PNS, ABRI

Buruh Industri

Pensiunan

1.416

3.142

543

14

31

5

Petani Sendiri

Buruh Tani

Pengusaha

Buruh Bangunan

Pedagang

Angkutan

12.760

11.074

1.414

2.326

2.749

1.418

20

17

2

4

5

2

Jumlah 5.101 50 Jumlah 31.741 50Sumber: Kecamatan Salaman dalam Angka Tahun 2004

Page 54: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

D. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya

1. Masyarakat berpendapatan tetap

Masyarakat berpendapatan tetap disini adalah kelompok masyarakat

yang mempunyai penghasilan tetap pada tiap bulannya. Adapun yang

termasuk kedalam kelompok ini yaitu : PNS, TNI, Pensiunan dan Buruh

pabrik. Besarnya pendapatan ini di ukur dengan satuan rupiah per bulan

(pendapatan tetap per bulan ) (BRI b, 1999:2 dalam Afriyanti,2003).

2. Masyarakat berpendapatan tidak tetap

Masyarakat berpendapatan tidak tetap disini adalah kelompok

masyarakat yang tidak memiliki penghasilan tetap atau pasti pada tiap

bulannya. Adapun yang termasuk kedalam kelompok masyarakat ini yaitu :

pedagang, petani, buruh tani, penduduk yang bekerja pada jasa angkutan,

pengusaha dan buruh bangunan. Besarnya pendapatan ini di ukur dengan

satuan rupiah per bulan (rata-rata pendapatan per bulan ) (BRI b, 1999:2

dalam Afriyanti,2003)

3. Pengeluaran untuk pangan

Pengeluaran untuk pangan disini diartikan sebagai pengalokasian

pendapatan masyarakat untuk kepentingan pangan atau kebutuhan barang

untuk dimakan, yaitu: beras, sayuran, lauk pauk, dan sarana kelengkapan

masak (minyak goreng, kelengkapan masak (bumbu masak), minyak

tanah/kayu bakar/arang). Besarnya pengeluaran ini di ukur dengan satuan

rupiah per bulan (pengeluaran total per bulan).

Page 55: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

4. Pengeluaran untuk sandang

Pengeluaran untuk sandang disini diartikan sebagai pengalokasian

pendapatan masyarakat untuk kepentingan sandang atau pakaian baik

pengadaan maupun perawatan. Komponen pengeluaran untuk sandang yaitu:

pembelian pakaian, perawatan pakaian (pewangi, pembelian deterjen atau

sabun cuci) dan kebutuhan lain (pembelian peralatan cuci). Besarnya

pengeluaran ini di ukur dengan satuan rupiah per bulan (pengeluaran total

per bulan).

5. Pengeluaran untuk perumahan

Pengeluaran untuk perumahan disini diartikan sebagai pengalokasian

pendapatan masyarakat untuk kepentingan perawatan perumahan

(maintenance). Komponen pengeluaran untuk kebutuhan perumahan yaitu:

pengeluaran untuk perawatan rumah (biaya pengepelan lantai, pengecetan

rumah), pengadaan dan perawatan perabot rumah (pengadaan perabot rumah

tangga perawatan perabot rumah tangga ) dan pengeluaran untuk

tagihan.(rekening PLN, rekening PDAM). Besarnya pengeluaran ini di ukur

dengan satuan rupiah per bulan (pengeluaran total per bulan).

6. Pengeluaran untuk pendidikan

Pengeluaran untuk pendidikan disini diartikan sebagai pengalokasian

pendapatan masyarakat untuk kepentingan pendidikan. Antara lain:

pengeluaran untuk biaya sekolah (SPP, iuran insidental, tabungan siswa),

uang saku, perlengkapan sekolah (pakaian seragam, peralatan tulis).

Besarnya pengeluaran ini di ukur dengan satuan rupiah per bulan

(pengeluaran total per bulan ).

Page 56: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

7. Pengeluaran untuk kesehatan

Pengeluaran untuk kesehatan disini diartikan sebagai pengalokasian

pendapatan masyarakat untuk kepentingan dalam menjaga kesehatan (baik

represif maupun preventif). Antara lain pengeluaran untuk pengobatan

(represif)(biaya periksa dokter, biaya rumah sakit, pembelian obat),

pengeluaran untuk kesehatan yang bersifat preventif (pembelian obat untuk

jaga-jaga (kotak p3k)), pengeluaran untuk perawatan tubuh (sabun mandi,

pasta gigi, shampoo). Besarnya pengeluaran ini di ukur dengan satuan rupiah

per bulan (pengeluaran total per bulan).

8. Periode bulan pertama dan bulan keempat pasca Peraturan Presiden No.

55/2005 tentang Kenaikan Harga Jual Eceran BBM Dalam Negeri.

Bulan pertama pasca Peraturan Presiden No. 55/2005 adalah periode selama

satu bulan pada bulan Oktober 2005. Sedangkan bulan keempat pasca

kebijakan pemerintah Peraturan Presiden No. 55/2005 adalah periode satu

bulan pada bulan Januari 2006.

E. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden. Data

dikumpulkan menggunakan angket (kuesioner), pengumpulan data dengan

mengajukan beberapa pertanyaan tertulis kepada responden maupun

melakukan interview secara langsung dengan responden.

Page 57: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh berdasarkan sumber data yang telah tersedia

yaitu pada Kantor Kecamatan Salaman, Kantor Kabupaten Magelang, Badan

Pusat Statistik Kabupaten Magelang dan diperoleh dengan cara:

a. Metode Dokumentasi

Pengumpulan data dengan cara mengutip sumber yang ada dalam hal ini

sumber data penelitian ini adalah Kantor Kecamatan Salaman, Kantor

Kabupaten Magelang dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang.

b. Metode Studi Pustaka

Mencari dan mengumpulkan data yang sudah ada, baik yang ada di buku,

majalah, koran, dan BPS Kabupaten Magelang ataupun data –data yang

tersedia pada internet.

F. Teknik Analisis Data

1. Moderated Regression Analysis

a. Analisis Regresi Berdasarkan Periode Bulan.

Analisis ini digunakan untuk mengetahui Hubungan antara

pendapatan, total pengeluaran untuk kebutuhan (pangan, sandang,

perumahan, pendidikan, kesehatan dan pendidikan) dan variabel

moderating (Dummy Variabel) yaitu periode bulan. Jadi pada analisis ini,

alat uji yang digunakan adalah Moderated Regression Analysis (Uji

Interaksi). Sedangkan Variabel moderatingnya adalah variabel Bulan.

Secara sederhana gambaran analisis regresi dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Page 58: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Gambar 3.1 Skema Analisis Regresi.

Analisis regresi untuk pola konsumsi masyarakat berdasarkan

kelompok masyarakat untuk kebutuhan pangan, sandang, papan,

perumahan, kesehatan dan pendidikan pada bulan pertama dan bulan

keempat pasca Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun

2005 Tentang Kenaikan Harga Eceran Minyak Dalam Negeri, Secara

rinci dijelaskan dibawah ini.

1). Kebutuhan pangan

Cpgnt = α 0 + α 1Yt + α 2D + α 3YtD + e

Cpgntt = α 0 + α 1Ytt + α 2D + α 3YttD + e

dimana:

Cpgnt = Konsumsi pangan masyarakat berpendapatan tetap

per bulan dalam Rupiah.

Cpgntt = Konsumsi pangan masyarakat berpendapatan tidak

tetap per bulan dalam Rupiah.

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Bulan (Oktober 2005 dan Januari 2006)

Pendapatan Masyarakat

Total pengeluaran, pengeluaran untuk

pangan,sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan.

Page 59: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap per

bulan dalam Rupiah.

Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

per bulan dalam Rupiah.

e = Variabel gangguan.

2). Kebutuhan Sandang

Csdgt = α 0 + α 1Yt + α 2D + α 3YtD + e

Csdgtt = α 0 + α 1Ytt + α 2D + α 3YttD + e

dimana:

Csdgt = Konsumsi sandang masyarakat berpendapatan tetap

per bulan dalam Rupiah.

.

Csdgtt = Konsumsi sandang masyarakat berpendapatan tidak

tetap per bulan dalam Rupiah.

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan.

3). Kebutuhan perumahan

Cprmht = α 0 + α 1Yt + α 2D + α 3YtD + e

Page 60: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Cprmhtt = α 0 + α 1Ytt + α 2D + α 3YttD + e

dimana:

Cprmht = Konsumsi perumahan masyarakat berpendapatan

tetap per bulan dalam Rupiah.

Cprmhtt = Konsumsi perumahan masyarakat

berpendapatan tidak tetap per bulan dalam

Rupiah.

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan.

4). Kebutuhan kesehatan

Cksht = α 0 + α 1Yt + α 2D + α 3YtD + e

Ckshtt = α 0 + α 1Ytt + α 2D + α 3YttD + e

dimana:

Cksht = Konsumsi kesehatan masyarakat berpendapatan

tetap per bulan dalam Rupiah.

.

Ckshtt = Konsumsi kesehatan masyarakat berpendapatan

tidak tetap per bulan dalam Rupiah.

D = Dummy Variabel (periode waktu)

Page 61: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan.

5). Kebutuhan pendidikan

Cpdkt = α 0 + α 1Yt + α 2D + α 3YtD + e

Cpdktt = α 0 + α 1Ytt + α 2D + α 3YttD + e

dimana:

Cpdkt = Konsumsi pendidikan masyarakat berpendapatan

tetap per bulan dalam Rupiah.

.

Cpdktt = Konsumsi pendidikan masyarakat berpendapatan

tidak tetap per bulan dalam Rupiah.

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan.

b. Analysis Regresi Berdasarkan Kelompok Masyarakat.

Analisis ini digunakan untuk mengetahui Hubungan antara

pendapatan, total pengeluaran untuk kebutuhan (pangan, sandang,

perumahan, pendidikan, kesehatan dan pendidikan) dan variabel

Page 62: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

moderating (Dummy Variabel) yaitu kelompok masyarakat. Jadi

pada analisis ini, alat uji yang digunakan adalah Moderated

Regression Analysis (Uji Interaksi). Sedangkan Variabel

moderatingnya adalah variabel Bulan. Secara sederhana gambaran

analisis regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.2 Skema Analisis Regresi.

Analisis regresi untuk pola konsumsi masyarakat

berdasarkan periode bulan untuk kebutuhan pangan, sandang,

papan, perumahan, kesehatan dan pendidikan pada masing-masing

kelompok masyarakat.Secara rinci dijelaskan dibawah ini .

1). Kebutuhan pangan

Cpgn1 = α 0 + α 1Y1 + α 2D + α 3Y1D + e

Cpgn4 = α 0 + α 1Y4 + α 2D + α 3Y4D + e

dimana:

Cpgn1 = Konsumsi pangan bulan Oktober 2005.

Cpgn4 = Konsumsi pangan bulan Januari 2006.

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

Kelompok Masyarakat

Pendapatan Masyarakat Total pengeluaran, pengeluaran untuk

pangan,sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan.

Page 63: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y1 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

Y4 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan.

2). Kebutuhan Sandang

Csdg1 = α 0 + α 1Y1 + α 2D + α 3Y1D + e

Csdg4 = α 0 + α 1Y4 + α 2D + α 3Y4D + e

dimana:

Csdg1 = Konsumsi pangan bulan Oktober 2005.

Csdg4 = Konsumsi pangan bulan Januari 2006.

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y1 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

Y4 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan.

3). Kebutuhan perumahan

Cpmh1 = α 0 + α 1Y1 + α 2D + α 3Y1D + e

Cpmh4 = α 0 + α 1Y4 + α 2D + α 3Y4D + e

dimana:

Cpmh1 = Konsumsi perumahan bulan Oktober 2005.

Cpmh4 = Konsumsi perumahan bulan Januari 2006.

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

Page 64: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y1 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

Y4 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan.

4). Kebutuhan kesehatan

Cksh1 = α 0 + α 1Y1 + α 2D + α 3Y1D + e

Cksh4 = α 0 + α 1Y4 + α 2D + α 3Y4D + e

dimana:

Cksh1 = Konsumsi kesehatan bulan Oktober 2005.

Cksh4 = Konsumsi kesehatan bulan Januari 2006.

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y1 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

Y4 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan.

5). Kebutuhan pendidikan

Cpddk1 = α 0 + α 1Y1 + α 2D + α 3Y1D + e

Cpddk4 = α 0 + α 1Y4 + α 2D + α 3Y4D + e

dimana:

Cpddk1 = Konsumsi pendidikan bulan Oktober 2005.

Cpddk4 = Konsumsi pendidikan bulan Januari 2006.

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

Page 65: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y1 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

Y4 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan.

b. Uji Chow (Chow test)

Untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan, digunakan

Uji Chow, yaitu uji untuk melihat apakah koefisien regresi yang dari

dua model regresi yang telah ditaksir secara fundamental berbeda

atau tidak karena dua model regresi ini ditaksir dengan menggunakan

data sampel yang berbeda. Uji Chow digunakan untuk mengetahui

ada tidaknya perbedaan biaya konsumsi untuk pangan, sandang,

perumahan, kesehatan dan pendidikan yang dikeluarkan oleh

masyarakat, dibedakan dilihat dari kelompok masyarakat

berpendapatan tetap, kelompok masyarakat berpendapatan tidak

tetap, periode bulan Oktober 2005 dan periode bulan Januari 2006.

Langkah – langkah yang dilakukan dalam Uji Chow ini adalah

sebagai berikut:

1. Membuat regresi gabungan dengan jumlah observasi N1 + N2 dan

dibuat dalam satu persamaan regresi. Bentuk persamaannya

adalah sebagai berikut:

C = α 0 + α 1Y + α 2D + α 3YD + e

C = Konsumsi masyarakat.

Page 66: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

D = Dummy Variabel (periode waktu)(kelompok masyarakat)

a. Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

b. Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

e = Variabel gangguan.

Dari persamaan tersebut diperoleh RSS yang kemudian disebut S1

dengan d.f.=N1 + N2 – k.

2. Meregres masing–masing persamaan, sehingga diperoleh RSS

dari masing–masing persamaan tersebut yaitu S2 dan S3.

Kemudian menjumlahkan kedua RSS tersebut, sehingga diperoleh

S4.

C1 = α 0 + α 1Y + α 2D + α 3YD + e

C2 = α 0 + α 1Y + α 2D + α 3YD + e

3. Menentukan nilai S5, yaitu dengan jalan mengurangkan S1 dengan

S4.

4. Mencari nilai F – test dengan rumus sebagai berikut.

Page 67: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

)2( 21

4

5

KNNS

KS

F

−+

=

Dengan d.f. = k; N1 + N2 – 2k. Jika hasil perhitungan F–test

tersebut melebihi nilai F– kritis (F – tabel ) atau F-test > F-tabel,

berarti H0 ditolak (Ghozali 2005:131).

Page 68: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

1. Kabupaten Magelang

a. Gambaran Umum Kabupaten Magelang

Secara geografis, wilayah Kabupaten Magelang terletak diantara posisi

110001’51” dan 110026’58”Bujur Timur dan antara 7019’13” dan

7042’16” Lintang Selatan, dengan batas batas wilayah :

Sebelah Utara =Kabupaten Temanggung dan Kabupaten

Semarang

Sebelah Timur =Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali

Sebelah Barat =Kabupaten Temanggung dan KabupatenWonosobo

Sebelah Selatan =Kabupaten Purworejo dan Daerah Istimewa

Yogyakarta

Di Tengah =Kota Magelang

Secara administrasi, Kabupaten Magelang terbagi menjadi 21

Kecamatan yaitu :

1. Kecamatan Salaman

2. Kecamatan Borobudur

3. Kecamatan Ngluwar

4. Kecamatan Salam

5. Kecamatan Srumbung

6. Kecamatan Dukun

7. Kecamatan Muntilan

8. Kecamatan Mungkid

9. Kecamatan Sawangan

10. Kecamatan Candimulyo

11. Kecamatan Mertoyudan

12. Kecamatan Tempuran

13. Kecamatan Kajoran

14. Kecamatan Kaliangkrik

Page 69: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

15. Kecamatan Bandongan

16. Kecamatan Windusari

17. Kecamatan Secang

18. Kecamatan Tegalrejo

19. Kecamatan Pakis

20. Kecamatan Grabag

21. Kecamatan Ngablak

Luas daerah Kabupaten Magelang dengan perincian tiap kecamatan

adalah sebagai berikut :

Page 70: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Tabel 4.1. Luas Daerah Kabupaten Magelang

No. Kecamatan Ha Km2 Persen

(%)

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Salaman 6.887 68,34 6,34

2 Borobudur 5.455 54,55 5,02

3 Ngluwar 2.244 22,44 2,07

4 Salam 3.162 31,62 2,91

5 Srumbung 5.318 53,18 4,90

6 Dukun 5.340 53,40 4,92

7 Muntilan 2.861 28,61 2,63

8 Mungkid 3.740 37,40 3,44

9 Sawangan 7.237 72,37 6,67

10 Candimulyo 4.695 46,95 4,32

11 Mertoyudan 5.535 45,35 4,18

12 Tempuran 4.940 49,04 4,52

13 Kajoran 8.341 83,41 7,68

14 Kaliangkrik 5.734 57,34 5,28

15 Bandongan 4.580 45,79 4,22

16 Windusari 6.165 61,65 5,68

17 Secang 4.734 47,34 4,36

18 Tegalrejo 3.590 35,89 3,31

19 Pakis 6.956 69,56 6,41

20 Grabag 7.716 77,16 7,71

21 Ngablak 4.380 43,80 4,03

Jumlah 108.574 1085,74 100

Sumber: BPS, Kabupaten Magelang Dalam Angka Tahun 2004

Page 71: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Luas daerah Kabupaten Magelang mencapai 108.574 Ha yang

terdirildari seluas 37.485 Ha lahan sawah (wet land) dan 71.089 Ha

tanah kering (dry land). Penggunaan bukan lahan sawah seluas

37.749 Ha atau 34,82% dimanfaatkan untuk tegal/kebun. Tempat

kedua diduduki lahan pertanian seluas 37.485 Ha atau 34,57%.

Persentase terkecil adalah penggunaan lahan untuk padang rumput

seluas 2 Ha atau 0.002%.

Perincian penggunaan tanah sawah dan lahan bukan sawah dengan

perincian tiap kecamatan dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Page 72: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Tabel 4.2. Luas Penggunaan Lahan Sawah dan Lahan Bukan

Sawah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Salaman 2.126 1.775 2.531 - 16 - 60 - 379

Borobudur 1.207 1.491 2.207 - - 343 - - 207

Ngluwar 1.428 585 29 - 14 - - - 188

Salam 1.902 742 339 - 5 - - - 175

Srumbung 1.277 987 2.141 - - - 655 - 257

Dukun 2.532 434 964 - 9 - 1185 61 155

Muntilan 1.848 820 11 - 25 - - - 157

Mungkid 2.473 1.026 100 - 27 - - - 116

Sawangan 1.653 731 3.059 - 16 1000 650 - 128

Candimulyo 1.458 774 2.269 - - - 12 10 172

Mertoyudan 1.974 1.327 850 - 3 2 - 1 378

Tempuran 1.865 911 1.694 - 7 - 342 8 77

Kajoran 2.366 1.387 2.594 - 7 400 1.384 - 203

Kaliangkrik 1.542 441 2.637 - - - 1000 - 114

Bandongan 2.603 661 863 2 2 61 144 - 243

Windusari 1.721 515 2.734 - - - 670 125 246

Secang 2.875 912 826 - - - - - 121

Tegalrejo 1.734 781 951 - - - - 3 120

Pakis 284 535 4.382 - - - 826 - 929

Grabag 2.430 1.184 3.508 - 4 - 434 15 140

Ngablak 187 427 3.060 - - - 513 - 193

Jumlah 37.485 18.446 37.749 2 135 1806 7.875 223

Presentasi 34,57 17,01 34,82 0,002 0,13 1,67 7,26 0,21 4,33

Sumber: BPS, Kabupaten Magelang Dalam Angka Tahun 2004

Page 73: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Keterangan:

1. Kecamatan

2. Tanah Sawah

3. Bangunan dan Pekarangan

4. Tegal/kebun

5. Padang Rumput

b. Keadaan Penduduk

a. Jumlah Penduduk dan Persebarannya

Kabupaten Magelang yang mempunyai wilayah seluas

1085,74 Km2 dihuni oleh 1.157.715 jiwa pada tahun 2004 dengan

tingkat kepadatan penduduk 1.066 jiwa per Km2. Dilihat dari

jumlah penduduknya, kecamatan yang mempunyai penduduk

terbesar adalah Kecamatan Mertoyudan dengan jumlah penduduk

sebanyak 93.606 jiwa. Kecamatan yang paling sedikit penduduknya

adalah Kecamatan Ngluwar 28.862 jiwa.

Dilihat dari tingkat kepadatannya, Kecamatan Muntilan

mempunyai tingkat kepadatan tertinggi yaitu sebesar 2.395 jiwa per

Km2. Diikuti Kecamatan Mertoyudan dengan tingkat kepadatan

penduduk sebesar 2.064 jiwa per Km2, sedangkan kecamatan yang

mempunyai kepadatan penduduk paling rendah adalah Kecamatan

Kajoran yang memiliki persebaran penduduk sebesar 683 jiwa per

Km2. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan, persebaran dan

6. Kolam

7. Hutan Rakyat

8. Hutan Negara

9. Perkebunan Negara

10. Tanah Lain-lain.

Page 74: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

pertumbuhan penduduk di Kabupaten Magelang dapat dilihat pada

tabel 4.3 dan 4.4 dibawah ini:

Tabel 4.3. Kepadatan Penduduk Magelang Per Km2

No. Kecamatan Luas Daerah

(Km2)

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

Kepadatan

Penduduk

per Km2

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Salaman 68,87 65.741 955

2 Borobudur 54,55 54.168 993

3 Ngluwar 22,44 28.862 1.268

4 Salam 31,63 43.177 1.365

5 Srumbung 53,18 43.278 814

6 Dukun 53,40 41.903 785

7 Muntilan 28,61 72.003 2.395

8 Mungkid 37,40 65.032 1.739

9 Sawangan 72,37 54.339 751

10 Candimulyo 46,95 45.136 961

11 Mertoyudan 45,35 93.606 2.064

12 Tempuran 49,04 44.682 911

13 Kajoran 83,41 53.213 638

14 Kaliangkrik 57,34 54.114 944

15 Bandongan 45,79 53.948 1.178

16 Windusari 61,65 47.643 773

17 Secang 47,34 71.230 1.505

18 Tegalrejo 35,89 50.602 1.410

19 Pakis 69,56 53.641 771

20 Grabag 77,16 81.763 1.060

21 Ngablak 43,80 39.634 905

Jumlah 1.085,74 1.157.715 1.060

Sumber : BPS, Kabupaten Magelang Dalam Angka Tahun 2004

Page 75: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Tabel 4.4. Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Magelang

Tahun Penduduk Akhir Tahun

Pertumbuhan Penduduk Akhir Tahun

Persen (%)

(1) (2) (3) (4) 1995 1.047.950 7.109 0,68 1996 1.062.001 14.051 1,34 1997 1.070.274 8.273 0,78 1998 1.081.714 11.440 1,00 1999 1.094.075 12.361 1,14 2000 1.105.722 11.647 1,06 2001 1.113.247 7.525 0,68 2002 1.123.937 10.690 0,96 2003 1.147.117 23.180 2,06 2004 1.157.716 10.599 0,98

Sumber: BPS, Kabupaten Magelang Dalam Angka Tahun 2004

Dalam tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa pada tahun 1995,

jumlah penduduk sebanyak 1.047.950 jiwa dan pada tahun 2004

sebayak 1.157.715 jiwa. Berati dalam jangka waktu 10 tahun,

penduduk Kabupaten Maeglang Bertamabah sebanyak 109.765

jiwa. Pertumbuhan rata-rata tiap tahunnya sebesar 0,98%.

b. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Susunan penduduk menurut jenis kelamin digunakan untuk

mengetahui besarnya sex ratio disuatu daerah. Rasio jenis kelamin

(sex ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki

dengan penduduk perempuan atau jumlah penduduk laki-laki per

seribu jumlah penduduk perempuan. Susunan penduduk menurut

jenis kelamin di Kabupaten Magelang dapat dilihat pada tabel 4.5

sebagai berikut:

Page 76: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Tabel 4.5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Kecamatan Laki-

laki

Perempuan Jumlah Sex

Ratio

L/P x

1000

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Salaman 32.354 33.387 65.741 969

2 Borobudur 27.288 26.880 54.168 1.015

3 Ngluwar 14.444 14.418 28.862 1.002

4 Salam 21.777 21.400 43.177 1.018

5 Srumbung 21.731 21.547 43.278 1.008

6 Dukun 20.897 21.006 41.903 995

7 Muntilan 35.613 36.390 72.003 979

8 Mungkid 32.116 32.916 65.032 976

9 Sawangan 26.849 27.490 54.339 977

10 Candimulyo 22.601 22.535 45.136 1.003

11 Mertoyudan 46.482 47.124 93.606 986

12 Tempuran 22.431 22.251 44.682 1.003

13 Kajoran 26.906 26.307 53.114 986

14 Kaliangkrik 27.077 27.037 53.948 1.008

15 Bandongan 27.054 26.894 47.643 1.023

16 Windusari 23.608 24.035 71.230 1.002

17 Secang 35.755 35.475 50.602 1.006

18 Tegalrejo 26.638 23.964 53.641 982

19 Pakis 26.350 27.291 81.763 1.008

20 Grabag 40.688 41.075 39.634 1.112

21 Ngablak 19.804 19.830 966

Jumlah 578.463 579.252 1.157.715 999

Sumber: Kabupaten Magelang Dalam Angka Tahun 2004 (Data

diolah kembali)

Page 77: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Dari tabel di atas, diketahui bahwa besarnya angka sex ratio

Kabupaten Magelang pada tahun 2003 adalah sebesar 999 yang

berarti untuk tiap-tiap 1000 penduduk perempuan terdapat 999

penduduk laki-laki.

c. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

Dari komposisi penduduk menurut kelompok umur dapat

diketahui beberapa hal antara lain:

1.) Sifat kependudukan. Pada dasarnya dengan melihat bentuk

komposisi penduduk menurut umur, sifat-sifat penduduk dapat

dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu (Harto

Nurdin,1991:41):

a) Ekspansif, yaitu penduduk yang mempunyai ciri bahwa

sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur

termuda.

b) Construktif, yaitu bentuk kependudukan yang mempunyai

ciri bahwa sebagian kecil penduduk berada pada kelompok

umur termuda.

c) Stasionary, yaitu bentuk kepadatan penduduk dalam tiap

kelompok umur hampir sama banyaknya dan mengecil pada

usia tua.

2.) Angka ketergantungan (Dependency Ratio), yaitu angka

yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang

tidak produktif (umur dibawah 15 tahun dan diatas 65 tahun)

Page 78: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif (umur

15-64 tahun).

Susunan penduduk menurut golongan umur di Kabupaten

Magelang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.6. Penduduk Menurut Kelompok Umur

Golongan Umur Jumlah (jiwa) Persen (%) (1) (2) (3)

00-04 102.900 8,89 05-09 107.969 9,33 10-14 106.717 9,22 15-19 113.717 9,82 20-24 97.002 8,38 25-29 95.838 8,28 30-34 94.060 8,12 35-39 86.903 7,50 40-44 77.620 6,70 45-49 62.214 5,37 50-54 50.549 4,36 55-59 45.101 3,89 60-64 42.504 3,67 65-69 30.784 2,66 70-74 23.581 2,04 75+ 20.256 1,75

Jumlah 1.157.715 100 Sumber: Kabupaten Magelang Dalam Angka Tahun 2004

Dengan melihat tabel di atas, maka sifat kependudukan di

Kabupaten Magelang digolongkan ke dalam tipe stationary di

mana penduduk dalam tiap kelompok umur hampir sama

sebanyak dan mengecil pada usia tua. Angka ketergantugan

adalah sebesar 51,23 artunya setiap 100 orang usia produktif

mempunyai tanggungan 51 orang non produktif.

d. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Page 79: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui

kualitas manusia dan sekaligus kualitas tenaga kerja yang

ditawarkan di pasar tenaga kerja. Pendidikan memudahkan

seseorang dalam menyerap informasi baru sekaligus mencerna

dan mempraktekkannya dalam kegiatan usaha. Distribusi

penduduk di Kabupaten Magelang bagi usia 5 tahun keatas adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.7. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Bagi 5 Tahun Ke Atas

Pendidikan Jumlah Persen (%)

(1) (2) (3) Belum/Tidak tamat SD 340.336 32,68 Tamat SD/Sederajad 424.763 40,79 SLTP/Sederajad 146.883 14,10 SLTA/Sederajad 111.154 10,67 Diploma I/II 4.495 0,43 Akademi/DIII 5.309 0,51 Perguruan Tinggi 8.461 1,81 Jumlah 1.041.401 100

Sumber: Kabupaten Magelang Dalam Angka Tahun 2004

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa sampai pada

tahun 2004 jumlah penduduk usia 5 tahun keatas yang tamat SD

menduduki peringkat tertinggi yaitu sebesar 40,79% disusul

kemudian oleh penduduk yang tidak tamat SD sebesar 32,68%,

sedangkan lulusan perguruan tinggi, akademi dan diploma 1/11

sebanyak 1,76% dari keseluruhan penduduk usia 5 tahun keatas.

e. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Page 80: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Kabupaten Magelang dengan penduduk 1.157.715 jiwa

terdiri dari 527.735 jiwa berumur di bawah 10 tahun dan

sebanyak 629.980 jiwa berumur dibawah 10 tahun. Sebanyak

201.309 jiwa atau sebesar 31,95% menggantungkan hidup pada

sektor buruh tani dan merupakan jumlah terbesar. Penduduk yang

menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian sendiri

menduduki urutan kedua yaitu sebesar 156.738 jiwa atau sekitar

25,39%. Urutan Keempat adalah penduduk yang bekerja pada

sektor jasa sebesar 100.668 jiwa atau sekitar 15,98%. Penduduk

yang menggantungkan hidup pada sektor perdagangan sebesar

76.596 jiwa atau sebesar 12,16%.

Tabel 4.8. Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas yang

Bekerja Menurut Lapangan Usaha

Mata Pencaharian Jumlah Akhir Tahun 2004

Persen (%)

(1) (2) (3) Petani Sendiri 159.941 25,39 Buruh Tani 201.309 31,95 Perdagangan 76.596 12,16 Pengangkutan 12.115 1,92 Industri 43.183 6,85 Jasa 100.688 15,98 Lainnya 36.168 5,74 Jumlah 629.980 100

Sumber: Kabupaten Magelang Dalam Angka Tahun 2004

Page 81: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

2. Kecamatan Salaman

a. Gambaran Umum Kecamatan Salaman

Kecamatan Salaman merupakan salah satu dari 21 Kecamatan

yang ada di Kabupaten Magelang yang terletak di sebelah barat

Kabupaten Magelang dan berbatasan langsung dengan Kabupaten

Purworejo , dengan batas batas wilayah :

Sebelah Utara = Kecamatan Kajoran

Sebelah Timur = Kecamatan Tempuran dan Kecamatan

Borobudur

Sebelah Barat = Kabupaten Purworejo

Sebelah Selatan = Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten

Purworejo

Secara admistrasi, Kecamatan Salaman terbagi menjadi 20 desa yang

sebagian besar merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian ibu

kota kecamatan dari permukaan laut kurang lebih 284 m. Adapun

wilayahnya meliputi :

1. Desa Ngargoretno

2. Desa Paripurno

3. Desa Kalirejo

4. Desa Menoreh

5. Desa Ngadirejo

6. Desa Sidomulyo

7. Desa Kebonrejo

8. Desa Salaman

9. Desa Kalisalak

10. Desa Sriwedari

11. Desa Jebengsari

12. Desa Tanjunganom

13. Desa Banjarharjo

14. Desa Purwosari

15. Desa Ngampeldento

16. Desa Sidosari

Page 82: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

17. Desa Sawangargo

18. Desa Krasak

19. Desa Margoyoso

20. Desa Kaliabu

Page 83: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

1

Luas daerah Kecamatan Salaman dengan perincian tiap desa adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.9. Luas Wilayah Kecamatan Salaman

No Desa Jumlah Luas Wilayah (Ha)

(1) (2) (3)

1 Ngargoretno 618,000

2 Paripuurno 374,360

3 Kalirejo 679,490

4 Menoreh 600,000

5 Ngadirejo 352,652

6 Sidomulyo 214,560

7 Kebonrejo 341,000

8 Salaman 134,458

9 Kalisalak 442,897

10 Sriwedari 323,955

11 Jebengsari 143,200

12 Tanjunganom 164,000

13 Banjarharjo 131,460

14 Purwosari 303,018

15 Ngampeldento 280,000

16 Sidosari 297,651

17 Sawangargo 181,315

18 Krasak 427,858

19 Margoyoso 540,000

20 Kaliabu 336,806

Jumlah 6.886,680

Sumber : BPS, Kecamatan Salaman dalam Angka tahun 2004

Page 84: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Luas daerah Kecamatan Salaman mencapai 6.886,680 Ha yang

terdiri dari seluas 2.125,559 Ha lahan sawah (wet land) dan

4.761,121 Ha tanah kering (dry land). Penggunaan bukan lahan

sawah seluas 2.530,921 Ha atau 36,75% dimanfaatkan untuk

tegal/kebun. Tempat kedua diduduki lahan pertanian seluas 2.125,559

Ha atau 30,86%. Persentase terkecil adalah penggunaan lahan untuk

hutan negara sebesar 16,494 atau 0,23 %.

Perincian penggunaan tanah sawah dan lahan bukan sawah

dengan perincian tiap kecamatan dapat dilihat dalam tabel 4.10

sebagai berikut :

Page 85: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Tabel 4.10. Luas Penggunaan Lahan Sawah dan Lahan Bukan

Sawah di Kecamatan Salaman

No Desa Lahan Sawah

(Ha)

Lahan Bukan Sawah

(Ha)

(1) (2) (3) (4)

1 Ngargoretno 87,000 531,000

2 Paripuurno 129,000 245,360

3 Kalirejo 113,000 566,496

4 Menoreh 218,360 381,640

5 Ngadirejo 72,365 280,287

6 Sidomulyo 125,800 88,760

7 Kebonrejo 186,900 154,100

8 Salaman 70,081 64,377

9 Kalisalak 178,400 26,420

10 Sriwedari 147,837 176,118

11 Jebengsari 41,050 102,150

12 Tanjunganom 63,000 10,000

13 Banjarharjo 51,000 80,460

14 Purwosari 64,000 239,618

15 Ngampeldento 102,000 178,000

16 Sidosari 196,722 238,977

17 Sawangargo 60,780 120,535

18 Krasak 138,867 288,301

19 Margoyoso 56,277 483,723

20 Kaliabu 59,500 284,306

Jumlah 2125,559 4761,121

Sumber : BPS, Kecamatan Salaman Dalam Angka Tahun 2004

Keterangan:

1. Lahan Sawah : Irigasi Teknis, Irigasi ½ Teknis, Sawah

Sederhana, Tadah Hujan

Page 86: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

2. Lahan Bukan Sawah : Pekarangan/ Bangunan, Tegalan/ Kebun,

Tambak/Kolam, Rawa, Hutan Negara

b. Keadaan Penduduk

1) Jumlah Penduduk dan Persebarannya

Kecamatan Salaman yang mempunyai wilayah seluas

68,87 Km2 dihuni oleh 65.732 jiwa pada tahun 2004 dengan

tingkat kepadatan penduduk 954 jiwa per Km2. Dilihat dari

jumlah penduduknya, desa yang mempunyai penduduk terbesar

adalah Desa Menoreh dengan jumlah penduduk sebanyak 7.069

jiwa. Desa yang paling sedikit penduduknya adalah Desa

Banjarharjo yaitu sebesar 1.313 jiwa.

Dilihat dari tingkat kepadatannya, Desa Salaman

mempunyai tingkat kepadatan tertinggi yaitu sebesar 3.323 jiwa

per Km2. Diikuti Desa Sidomulyo dengan tingkat kepadatan

penduduk sebesar 1.598 jiwa per Km2, sedangkan desa yang

mempunyai kepadatan penduduk paling rendah adalah Desa

Ngargoretno yang memiliki persebaran penduduk sebesar 454

jiwa per Km2. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan,

persebaran dan pertumbuhan penduduk di Kecamatan Salaman

dapat dilihat pada tabel 4.11 dan 4.12 dibawah ini:

Page 87: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Tabel 4.11. Kepadatan Penduduk Kecamatan Salaman Tahun 2004

No. Desa Luas Daerah

(Km2)

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

Kepadatan

Penduduk

per Km2

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Ngargoretno 6,18 2.811 454

2 Paripuurno 3,74 3.246 867

3 Kalirejo 6,79 .4.616 679

4 Menoreh 6,00 7.069 1.178

5 Ngadirejo 3,53 3.993 1.131

6 Sidomulyo 2,15 3.436 1.598

7 Kebonrejo 3,41 5.309 1.598

8 Salaman 1,34 4.454 1.556

9 Kalisalak 4,42 3.647 3.323

10 Sriwedari 3,23 3.700 823

11 Jebengsari 1,43 1.403 1.141

12 Tanjunganom 1,64 1.524 981

13 Banjarharjo 1,31 1.131 929

14 Purwosari 3,03 1.752 994

15 Ngampeldento 2,80 1.856 578

16 Sidosari 2,97 2.439 662

17 Sawangargo 1,81 2.229 818

18 Krasak 4,27 3.777 1.231

19 Margoyoso 5,40 3.552 882

20 Kaliabu 3,36 3.606 657

Jumlah 68,87 65.732 954

Sumber : BPS, Kecamatan Salaman Dalam Angka Tahun 2004

Page 88: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Tabel 4.12. Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Salaman

Tahun Penduduk Akhir Tahun

Pertambahan Penduduk Akhir Tahun

Persen (%)

(1) (2) (3) (4) 1995 71.498 4.085 6,059 1996 73.449 1.951 2,728 1997 73.792 343 0,464 1998 73.969 177 2,392 1999 74.459 490 0,658 2000 61.799 442 0,594 2001 62.353 190 0,304 2002 62.543 2.111 3,375 2003 64.654 1.078 1,667 2004 65.732 - -

Sumber: BPS, Kecamatan Salaman Dalam Angka Tahun 2004

Dalam tabel 4.12 dapat dijelaskan bahwa pada tahun

1995, jumlah penduduk sebanyak 71.498 jiwa dan pada tahun

2004 sebanyak 65.732 jiwa. Berati dalam jangka waktu 10 tahun,

rata-rata pertumbuhan tiap tahun sebesar 989 jiwa. Pertumbuhan

rata-rata tiap tahunnya sebesar 1,603%.

2) Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Susunan penduduk menurut jenis kelamin digunakan

untuk mengetahui besarnya sex ratio disuatu daerah. Rasio jenis

kelamin (Sex Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk

laki-laki dengan penduduk perempuan atau jumlah penduduk

laki-laki per seribu jumlah penduduk perempuan. Susunan

penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Salaman dapat

dilihat pada tabel 4.13 sebagai berikut:

Page 89: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Tabel 4.13. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Desa Laki-laki Peremp-

uan

Jumlah Sex

Ratio

L/P x

1000

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Ngargoretno 1.359 1.452 2.811 93

2 Paripurno 1.598 1.648 3.246 96

3 Kalirejo 2.278 2.338 4.616 97

4 Menoreh 3.563 3.506 7.069 102

5 Ngadirejo 1.940 2.053 3.993 94

6 Sidomulyo 1.719 1.717 3.436 100

7 Kebonrejo 2.494 2.815 5.309 88

8 Salaman 2.159 2.295 4.454 94

9 Kalisalak 1.809 1.838 3.647 98

10 Sriwedari 1.838 1.862 3.700 98

11 Jebengsari 679 724 1.403 93

12 Tanjunganom 733 791 1.524 92

13 Banjarharjo 612 701 1.313 87

14 Purwosari 809 943 1.752 85

15 Ngampeldento 914 942 1.856 97

16 Sidosari 1.218 1.221 2.439 99

17 Sawangargo 1.118 1.111 2.229 100

18 Krasak 1.881 1.896 3.777 99

19 Margoyoso 1.757 1.795 3.552 97

20 Kaliabu 1.867 1.739 3.606 107

Jumlah 32.345 33.387 65.732 96

Sumber: Kecamatan Salaman Dalam Angka Tahun 2004

Dari tabel di atas, diketahui bahwa besarnya angka Sex Ratio

rata-rata pada Kecamatan Salaman adalah sebesar 96 yang berarti

Page 90: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

untuk tiap-tiap 100 penduduk perempuan terdapat 96 penduduk

laki-laki.

3) Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

Susunan penduduk menurut golongan umur di Kecamatan

Salaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.14. Penduduk Menurut Kelompok Umur

Golongan Umur Jumlah (jiwa) Persen (%) (1) (2) (3)

00-04 6.254 9,51 05-09 6.515 9,91 10-14 5.791 8,81 15-19 6.270 9,53 20-24 5.560 8,45 25-29 5.198 7,90 30-39 10.047 15,28 40-49 7.596 11,55 50-59 5.310 8,07 60+ 7.191 10,93

Jumlah 65.732 100 Sumber: Kecamatan Salaman Dalam Angka Tahun 2004

Dengan melihat tabel di atas, maka sifat kependudukan

di Kecamatan Salaman digolongkan ke dalam tipe stationary di

mana penduduk dalam tiap kelompok umur hampir sama

sebanyak dan mengecil pada usia tua. Angka ketergantugan

adalah sebesar 12,28 artunya setiap 100 orang usia produktif

mempunyai tanggungan 12 orang non produktif.

d. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur untuk

mengetahui kualitas manusia dan sekaligus kualitas tenaga kerja

Page 91: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

yang ditawarkan di pasar tenaga kerja. Pendidikan memudahkan

seseorang dalam menyerap informasi baru sekaligus mencerna

dan mempraktekkannya dalam kegiatan usaha. Distribusi

penduduk di Kecamatan Salaman bagi usia 5 tahun keatas adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.15. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Bagi 5 Tahun Ke Atas

Pendidikan Jumlah Persen (%)

(1) (2) (3) Tidak Sekolah 536 0,90 Belum/Tidak tamat SD 15.535 26,09 Tamat SD/Sederajad 24.687 41,39 SLTP/Sederajad 11.452 19,23 SLTA/Sederajad 6.498 10,91 Akademi/PT 832 1,39

Jumlah 59.540 100 Sumber: Kecamatan Salaman Dalam Angka Tahun 2004 (Data

diolah kembali) Berdasarkan Tabel 4.15 dapat disimpulkan bahwa sampai pada

tahun 2004 jumlah penduduk usia 5 tahun keatas yang tamat SD

menduduki peringkat tertinggi yaitu sebesar 41,39% disusul

kemudian oleh penduduk yang belum/tidak tamat SD sebesar

26,09%, sedangkan lulusan perguruan tinggi dan akademi

sebanyak 1,39% dari keseluruhan penduduk usia 5 tahun keatas.

e. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Kecamatan Salaman dengan penduduk 65.732 jiwa terdiri

dari 53.772 jiwa berumur di atas 10 tahun. Sebanyak 12.760 jiwa

atau sebesar 20,73% menggantungkan hidup pada petani sendiri

Page 92: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

dan merupakan jumlah terbesar kedua setelah mata pencaharian

lain-lain yaitu sebesar 16.930 atau sebesar 31,48%. Penduduk

yang menggantungkan hidupnya pada sektor buruh tani pertanian

sendiri menduduki urutan Keempat yaitu sebesar 11.074 jiwa atau

sekitar 20,59%. Penduduk yang menggantungkan hidup pada

sektor perdagangan sebesar 2.749 jiwa atau sebesar 5,11%.

Tabel 4.16. Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas yang

Bekerja Menurut Lapangan Usaha

Mata

Pencaharian Jumlah Akhir Tahun

2004 Persen (%)

(1) (2) (3) Petani Sendiri 12.760 23,73 Buruh Tani 11.074 20,59 Nelayan 0 0 Perdagangan 2.749 5,11 Pengusaha 1.414 2,62 Pengangkutan 1.418 2,63 Buruh Industri 3.142 5,84 Buruh Bangunan 2.326 4,32 PNS/ABRI 1.416 2,63 Pensiunan 543 1,00 Lainnya 16.930 31,48 Jumlah 53.772 100

Sumber: Kecamatan Salaman Dalam Angka Tahun 2004 (Data diolah kembali)

Page 93: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

B. Analisa Data dan Pembahasan

1. Deskripsi Data

a). Deskripsi Masyarakat Sampel

Deskripsi masyarkat sampel yang dibahas meliputi umur,

tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Barikut adalah

pembahasan singkat mengenai mengenai deskripsi tersebut.

1). Umur

Rata-rata umur masyarakat sampel adalah 39 tahun,

dengan umur termuda adalah 20 tahun dan umur tertua adalah

67 tahun. Untuk masyarakat berpendapatan tetap adalah 39

tahun dan masyarakat berpendapatan tidak tetap adalah 44

tahun. Secara rinci distribusi masyarakat berdasar umur

disajikan dalam tabel 4.17.

Tabel 4.17. Distribusi Masyarakat Sampel Berdasarkan Umur.

MPT MPTT UMUR JML % JML %

20-29 30-39 40-49 50-59 60-70

1124474

22,0 48,0 8,0

14,0 8,0

111 24 12 2

2,0 20,0 50,0 26,0 2,0

50 100 50 100 Sumber: Data primer diolah.

Keterangan: MPT = Masyarakat Berpendapatan Tetap MPTT = Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap

2). Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat untuk masyarakat

berpendapatan tetap sebagian besar adalah SMA (40%).

Page 94: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Sedangkan untuk masyarakat berpendapatan tidak tetap,

sebagian besar hanya tamat SD yaitu sebesar 84%. Secara

rinci distribusi masyarakat berdasar tingkat pendidikan yang

ditamatkan disajikan dalam table 4.18.

Tabel 4.18. Distribusi Masyarakat Sampel Berdasarkan

Tingkat Pendidikan

MPT MPTT UMUR

JML % JML % SD SLTP SLTA D2 D3 S1

11720228

2,0 34,0 40,0 4,0 4,0

16,0

42341--

84,0 6,0 8,0 2,0

--

50 100 50 100 Sumber: Data primer diolah.

Keterangan: MPT = Masyarakat Berpendapatan Tetap MPTT = Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap

3). Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan tertinggi untuk masyarakat

berpendapatan tetap adalah Rp.2.096.000 sedangkan untuk

masyarakat berpendapatan tidak tetap adalah Rp.1.500.000.

Tingkat pendapatan terendah untuk masyarakat

berpendapatan tetap adalah Rp.400.000 sedangkan untuk

masyarakat berpendapatan tidak tetap adalah Rp.150.000

Secara rinci distribusi masyarakat berdasar tingkat pendidikan

yang ditamatkan disajikan dalam tabel 4.19.

Page 95: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Tabel 4.18. Distribusi Masyarakat Sampel Berdasarkan

Tingkat Pendapatan.

MPT MPTT

Y JML % JML % 100.000 - 300.000 300.001 - 500.000 500.001 - 700.000 700.001 - 900.000 900.001 - 1.200.000 >1.200.000

-4

25 45

12

-8,0

50,08,0

10,024,0

28 13 4221

56,026,08,04,04,02,0

50 100 50 100 Sumber: Data primer diolah. Keterangan: MPT = Masyarakat Berpendapatan Tetap MPTT = Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap

b). Pola Konsumsi Masyarakat Sampel.

Pola konsumsi Masyarakat diklasifikan menjadi

kebutuhan pangan, sandang, peruamahan, kesehatan dan

pendidikan. Hasil penelitian mengenai pola konsumsi tersebut

secara rinci, disajikan dalam pembahasan sebagai berikut.

1). Pangan.

Untuk masyarakat berpendapatan tetap, rata-rata

pengeluaran kebutuhan pangan sebesar Rp.276.140 pada

Bulan Oktober 2005 dan Rp.314.780 pada Bulan Januari

2006 sedangkan masyarakat berpendapatan tidak tetap adalah

Rp.175.140 per Bulan pada Bulan Oktober 2005 dan

Rp.199.780 pada Bulan Januari 2006.

Dilihat dari distribusi frekuensi masyarakat sampel

yang diklasifikasikan menurut besarnya pengeluaran untuk

kebutuhan pangan dari Kelompok Masyarakat, maka

Page 96: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

distribusi tersebut adalah 74% untuk masyarakat

berpendapatan tetap digunakan untuk konsumsi pangan

antara Rp.50.00-Rp.300.000 dan 95% pada konsumsi pangan

antara Rp.50.000-Rp.300.000 untuk masyarakat

berpendapatan tidak tetap di Bulan Oktober.

Sedangkan pada Bulan Januari 2006, dilihat dari

Kelompok Masyarakat, maka distribusi tersebut adalah 52%

konsumsi pangan antara Rp.50.000-Rp.300.000 untuk

masyarakat berpendapatan tetap. Konsumsi terbesar untuk

masyarakat berpendapatan tidak tetap sebesar 96% antara

Rp.50.000-Rp.300.000. Secara rinci distribusi masyarakat

berdasar pengeluaran untuk kebutuhan pangan disajikan

dalam tabel 4.18 dan tabel 4.19

Tabel 4.18. Distribusi Masyarakat Sampel Berdasarkan

Tingkat Pengeluaran Untuk Pangan Bulan

Oktober 2005.

MPT MPTT Pangan 1 JML % JML %

50.000 – 300.000 300.001 – 500.000 500.001 – 700.000 700.001 – 900.000 900.001 >

37 11 2--

74,022,04,0

--

49 1---

98,02,0

---

50 100 50 100Sumber: Data primer diolah.

Keterangan: MPT = Masyarakat Berpendapatan Tetap MPTT = Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap

Page 97: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Tabel 4.19. Distribusi Masyarakat Sampel Berdasarkan

Tingkat Pengeluaran Untuk Pangan Bulan

Januari 2006.

MPT MPTT Pangan 4 JML % JML %

50.000 – 300.000 300.001 – 500.000 500.001 – 700.000 700.001 – 900.000 900.001 >

26 22 11-

52,044,02,02,0

-

48 2---

96,04,0

50 100 50 100Sumber: Data primer diolah.

Keterangan: MPT = Masyarakat Berpendapatan Tetap MPTT = Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap

2). Sandang.

Untuk masyarakat berpendapatan tetap, rata-rata

pengeluaran kebutuhan sandang sebesar Rp.101.070 pada

Bulan Oktober 2005 dan Rp.76.002 pada Bulan Januari 2006

sedangkan masyarakat berpendapatan tidak tetap adalah

Rp.65.736 per Bulan pada Bulan Oktober 2005 dan

Rp.40.258 pada Bulan Januari 2006.

Dilihat dari distribusi frekuensi masyarakat sampel

yang diklasifikasikan menurut besarnya pengeluaran untuk

kebutuhan sandang dari Kelompok Masyarakat, maka

distribusi tersebut adalah 84% untuk masyarakat

berpendapatan tetap digunakan untuk konsumsi sandang

antara Rp.5000-Rp.100.000 dan 84% pada konsumsi sandang

Page 98: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

antara Rp.5.000-Rp.100.000 untuk masyarakat berpendapatan

tidak tetap di Bulan Oktober 2005.Ditribusi terbesar pada

Bulan Oktober 2005 ini sama antara masyarakat

berpendapatan tetap dan tidak tetap.

Sedangkan pada Bulan Januari 2006, dilihat dari

Kelompok Masyarakat, maka distribusi tersebut adalah 88%

konsumsi pangan antara Rp.5.000-Rp.100.000 untuk

masyarakat berpendapatan tetap. Konsumsi terbesar untuk

masyarakat berpendapatan tidak tetap sebesar 96% antara

Rp.5.000-Rp.100.000. Secara rinci distribusi masyarakat

berdasar pengeluaran untuk kebutuhan sandang disajikan

dalam tabel 4.20 dan tabel 4.21.

Tabel 4.20. Distribusi Masyarakat Sampel Berdasarkan

Tingkat Pengeluaran Untuk Sandang

Bulan Oktober 2006

MPT MPTT sandang 1 JML % JML %

5.000 – 100.000 100.001 – 200.000 200.001 – 300.000 300.001 – 400.000 400.001 – 500.000 >500.001

4242

2

84,0 8,0 4,0

4,0

42 6

1

1

84,012,0

2,0

2,0

50 100 50 100Sumber: Data primer diolah.

Keterangan: MPT = Masyarakat Berpendapatan Tetap MPTT = Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap

Page 99: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Tabel 4.21. Distribusi Masyarakat Sampel Berdasarkan

Tingkat Pengeluaran Untuk Sandang

Bulan Januari 2006

MPT MPTT sandang 4 JML % JML %

5.000 – 100.000 100.001 – 200.000 200.001 – 300.000 300.001 – 400.000 400.001 – 500.00 >500.001

44 5

1

88,010,0

2,0

47 3

94,09,0

50 100 50 100Sumber: Data primer diolah.

Keterangan: MPT = Masyarakat Berpendapatan Tetap MPTT = Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap

3). Perumahan.

Untuk masyarakat berpendapatan tetap, rata-rata

pengeluaran kebutuhan perumahan sebesar Rp.93.960 pada

Bulan Oktober 2005 dan Rp.132.906 pada Bulan Januari

2006 sedangkan masyarakat berpendapatan tidak tetap adalah

Rp.67.634 per Bulan pada Bulan Oktober 2005 dan

Rp.52.770 pada Bulan Januari 2006.

Dilihat dari distribusi frekuensi masyarakat sampel

yang diklasifikasikan menurut besarnya pengeluaran untuk

kebutuhan perumahan dari Kelompok Masyarakat, maka

distribusi tersebut adalah 78% untuk masyarakat

berpendapatan tetap digunakan untuk konsumsi perumahan

antara Rp.5000-Rp.100.000 dan 86% pada konsumsi

Page 100: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

perumahan antara Rp.5.000-Rp.100.000 untuk masyarakat

berpendapatan tidak tetap di Bulan Oktober.

Sedangkan pada Bulan Januari 2006, dilihat dari

Kelompok Masyarakat, maka distribusi tersebut adalah 84%

konsumsi pangan antara Rp.50.000-Rp.300.000 untuk

masyarakat berpendapatan tetap. Konsumsi terbesar untuk

masyarakat berpendapatan tidak tetap sebesar 90% antara

Rp.50.000-Rp.300.000. Secara rinci distribusi masyarakat

berdasar pengeluaran untuk kebutuhan perumahan disajikan

dalam tabel 4.22 dan tabel 4.23.

Tabel 4.22. Distribusi Masyarakat Sampel Berdasarkan

Tingkat Pengeluaran Untuk Perumahan

Bulan Oktober 2006

MPT MPTT

Perumahan 1 JML % JML %

5.000 – 100.000 100.001 – 200.000 200.001 – 300.000 300.001 – 400.000 400.001 – 500.000 >500.001

398

1

2

78,0 16,0

-2,0

4,0

43 33

1

86,06,06,0

2,0

50 100 50 100Sumber: Data primer diolah.

Keterangan: MPT = Masyarakat Berpendapatan Tetap MPTT = Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap

Page 101: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Tabel 4.23. Distribusi Masyarakat Sampel Berdasarkan

Tingkat Pengeluaran Untuk Perumahan

Bulan Januari 2006

MPT MPTT Perumahan 4 JML % JML %

5.000 – 100.000 100.001 – 200.000 200.001 – 300.000 300.001 – 400.000 400.001 – 500.000 >500.001

371011

1

84,0 20,0 2,0 2,0

-2,0

45 4

1

90,08,0

2,0

50 100 50 100Sumber: Data primer diolah.

Keterangan: MPT = Masyarakat Berpendapatan Tetap MPTT = Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap

4). Kesehatan.

Untuk masyarakat berpendapatan tetap, rata-rata

pengeluaran kebutuhan kesehatan sebesar Rp.102.101 pada

Bulan Oktober 2005 dan Rp.103.225 pada Bulan Januari

2006 sedangkan masyarakat berpendapatan tidak tetap adalah

Rp.55.235 per Bulan pada Bulan Oktober 2005 dan

Rp.75.386 pada Bulan Januari 2006.

Dilihat dari distribusi frekuensi masyarakat sampel

yang diklasifikasikan menurut besarnya pengeluaran untuk

kebutuhan kesehatan dari kelompok masyarakat, maka

distribusi tersebut adalah 66% untuk masyarakat

berpendapatan tetap digunakan untuk konsumsi pangan

antara Rp.5000-Rp.100.000 dan 92% pada konsumsi pangan

Page 102: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

antara Rp.5.000-Rp.100.000 untuk masyarakat berpendapatan

tidak tetap di Bulan Oktober.

Sedangkan pada Bulan Januari 2006, dilihat dari

Kelompok Masyarakat, maka distribusi tersebut adalah 66%

konsumsi pangan antara Rp.50.000-Rp.300.000 untuk

masyarakat berpendapatan tetap. Konsumsi terbesar untuk

masyarakat berpendapatan tidak tetap sebesar 86% antara

Rp.50.000-Rp.300.000. Secara rinci distribusi masyarakat

berdasar pengeluaran untuk kebutuhan kesehatan disajikan

dalam tabel 4.24 dan tabel 4.25.

Tabel 4.24. Distribusi Masyarakat Sampel Berdasarkan

Tingkat Pengeluaran Untuk Kesehatan

Bulan Oktober 2005

MPT MPTT Kesehatan 1 JML % JML %

5.000 – 100.000 100.001 – 200.000 200.001 – 300.000 300.001 – 400.000 400.001 – 500.000 >500.001

331311

2

66,0 26,0 2,0 2,0

4,0

46 2

2

92,04,0

4,0

50 100 50 100Sumber: Data primer diolah.

Keterangan: MPT = Masyarakat Berpendapatan Tetap MPTT = Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap

Page 103: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Tabel 4.25. Distribusi Masyarakat Sampel Berdasarkan

Tingkat Pengeluaran Untuk Kesehatan

Bulan Januari 2006.

MPT MPTT Kesehatan 4 JML % JML %

5.000 – 100.000 100.001 – 200.000 200.001 – 300.000 300.001 – 400.000 400.001 – 500.000 >500.001

331311

2

66,0 26,0 2,0 2,0

4,0

43 22

12

86,04,04,0

2,04,0

50 100 50 100Sumber: Data primer diolah.

Keterangan: MPT = Masyarakat Berpendapatan Tetap MPTT = Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap

5). Pendidikan.

Untuk masyarakat berpendapatan tetap, rata-rata

pengeluaran kebutuhan pendidikan sebesar Rp.136.645 per

bulan pada Bulan Oktober 2005 dan Rp.136.110 per bulan

pada Bulan Januari 2006 sedangkan masyarakat

berpendapatan tidak tetap adalah Rp.68.680 per Bulan pada

Bulan Oktober 2005 dan Rp.66.940 per bulan pada Bulan

Januari 2006.

Dilihat dari distribusi frekuensi masyarakat sampel

yang diklasifikasikan menurut besarnya pengeluaran untuk

kebutuhan pendidikan dari Kelompok Masyarakat, maka

distribusi tersebut adalah 40% untuk masyarakat

berpendapatan tetap digunakan untuk konsumsi pendidikan

antara Rp.100.001-Rp.200.000 dan 30% pada konsumsi

Page 104: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

pendidikan antara Rp.100.001-Rp.200.000 untuk masyarakat

berpendapatan tidak tetap di Bulan Oktober.

Sedangkan pada Bulan Januari 2006, dilihat dari

Kelompok Masyarakat, maka distribusi tersebut adalah 42%

konsumsi pendidikan antara Rp.100.001-Rp.200.000 untuk

masyarakat berpendapatan tetap. Konsumsi terbesar untuk

masyarakat berpendapatan tidak tetap sebesar 24% antara

Rp.100.001-Rp.200.000. Secara rinci distribusi masyarakat

berdasar pengeluaran untuk kebutuhan pendidikan disajikan

dalam tabel 4.26 dan tabel 4.27.

Tabel 4.26. Distribusi Masyarakat Sampel Berdasarkan

Tingkat Pengeluaran Untuk Pendidikan

Bulan Oktober 2005

MPT MPTT Pendidikan 1 JML % JML %

5.000 – 100.000 100.001 – 200.000 200.001 – 300.000 300.001 – 400.000 400.001 – 500.000 >500.001

32053

2

6,0 40,0 10,0 6,0

4,0

915

2

18,030,0

4,0

33 100 26 100Sumber: Data primer diolah.

Keterangan: MPT = Masyarakat Berpendapatan Tetap MPTT = Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap.

Page 105: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Tabel 4.27. Distribusi Masyarakat Sampel Berdasarkan

Tingkat Pengeluaran Untuk Pendidikan

Bulan Januari 2006.

MPT MPTT Pendidikan 4 JML % JML %

5.000 – 100.000 100.001 – 200.000 200.001 – 300.000 300.001 – 400.000 400.001 – 500.000 >500.001

3218

21

6,0 42,0 16,0

4,0 2,0

10 12 31

20,024,06,02,0

33 100 26 100Sumber: Data primer diolah.

Keterangan: MPT = Masyarakat Berpendapatan Tetap MPTT = Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap.

Page 106: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

B. Analisis Regresi

a. Moderated Regression Analysis Berdasarkan Periode Bulan.

Analisis ini digunakan untuk mengetahui Hubungan

antara pendapatan, total pengeluaran untuk kebutuhan (pangan,

sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan dan pendidikan) dan

variable moderating yaitu periode bulan pada masing-masing

kelompok masyarakat. Jadi pada analisis regresi ini, alat uji yang

digunakan adalah Moderated Regression Analysis (Uji Interaksi).

Sedangkan Variabel moderatingnya adalah variabel bulan dan

sekaligus sebagai Dummy variabel. Secara sederhana gambaran

analisis regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1 Skema Analisis Regresi.

Dari Pengolahan data diperoleh:

1). Persamaan regresi untuk total pengeluaran berdasarkan

periode bulan.

a). Persamaan regresi untuk total pengeluaran masyarakat

berpendapatan tetap.

Bulan (Oktober 2005 dan Januari 2006)

Pendapatan Masyarakat

Total pengeluaran untuk pangan,sandang, perumahan,

kesehatan dan pendidikan.

Page 107: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

CTt = 366599,2 + 0,389Yt -19974,3D+ 0,202YtD

Dimana:

CTt = Konsumsi Total masyarakat berpendapatan tetap.

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

e = Variabel gangguan.

b). Persamaan regresi untuk total pengeluaran masyarakat

berpendapatan tidak tetap.

CTtt = 25625,6 + 0,453Ytt - 4561,263D + 1,585YttD

Dimana:

CTtt = Konsumsi totalmasyarakat berpendapatan tidak tetap

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan.

2). Persamaan regresi berdasarkan kelompok masyarakat

berpendapatan tetap.

a). Persamaan regresi untuk pangan kelompok masyarakat

berpendapatan tetap.

Cpgnt = 192284,5 + 9,647Y t + 44962,678D – 7,17YtD

Page 108: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Dimana:

Cpgnt = Konsumsi pangan masyarakat berpendapatan tetap.

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

e = Variabel gangguan

b). Persamaan regresi untuk sandang kelompok masyarakat

berpendapatan tetap.

Csdgt = 56085,875 + 5,175Yt - 25465,6D + 4,575YtD

Dimana:

Csdgt = Konsumsi sandang masyarakat berpendapatan tetap.

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

e = Variabel gangguan

c). Persamaan regresi untuk perumahan kelompok masyarakat

berpendapatan tetap.

Cprmht = 7304,194 + 9,970Yt + 31956,430D + 3,041YtD

Dimana:

Cpmht = Konsumsi perumahan masyarakat berpendapatan

tetap.

D = Dummy Variabel (periode waktu)

Page 109: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

e = Variabel gangguan

d). Persamaan regresi untuk kesehatan kelompok masyarakat

berpendapatan tetap.

Cksht = 21181,143 + 9,310Yt + 43083,097D – 4,83YtD

Dimana:

Cksht = Konsumsi kesehatan masyarakat berpendapatan tetap.

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

e = Variabel gangguan

e). Persamaan regresi untuk pendidikan kelompok masyarakat

berpendapatan tetap.

Cpdkt = 77134,111 + 6,847Yt - 8600,182D + 1,227YtD

Dimana:

Cpdkt = Konsumsi pendidikan masyarakat berpendapatan

tetap.

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

Page 110: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

e = Variabel gangguan

3). Persamaan regresi berdasarkan kelompok masyarakat

berpendapatan tetap.

a). Persamaan regresi untuk pangan kelompok masyarakat

berpendapatan tidak tetap.

Cpgntt = 131333,1 + 0,113Y tt + 24537,316D + 2,638YttD

Dimana:

Cpgntt = Konsumsi pangan masyarakat berpendapatan tidak

tetap

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan

b). Persamaan regresi untuk sandang kelompok masyarakat

berpendapatan tidak tetap.

Csdgtt = 40456,319 + 6,495Ytt - 9811,206D – 4,03YttD

Dimana:

Csdgtt = Konsumsi sandang masyarakat berpendapatan tidak

tetap

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Page 111: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan

c). Persamaan regresi untuk perumahan kelompok masyarakat

berpendapatan tidak tetap.

Cprmhtt = 71781,847 - 1,07Ytt - 28809,3D + 3,583YttD

Dimana:

Cpmhtt = Konsumsi perumahan masyarakat berpendapatan

tidak tetap

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan

d). Persamaan regresi untuk kesehatan kelompok masyarakat

berpendapatan tidak tetap.

Ckshtt = 3433,641+ 0,133Ytt +17854,645D + 5,898YttD

Dimana:

Ckshtt = Konsumsi kesehatan masyarakat berpendapatan

tidak tetap

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan

Page 112: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

e). Persamaan regresi untuk pendidikan kelompok masyarakat

berpendapatan tidak tetap.

Cpdktt = 9246,722 + 0,153Ytt - 7006,432D + 1,353YttD

Dimana:

Cpdktt = Konsumsi pendidikan masyarakat berpendapatan

tidak tetap

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

E = Variabel gangguan

2. Moderated Regression Analysis Berdasarkan Kelompok

Masyarakat.

Analisis ini digunakan untuk mengetahui Hubungan antara

pendapatan, total pengeluaran untuk kebutuhan (pangan, sandang,

perumahan, pendidikan, kesehatan dan pendidikan) dan variable

moderating yaitu kelompok masyarakat. Jadi pada analisis regresi ini,

alat uji yang digunkan adalah Moderated Regression Analysis (Uji

Interaksi). Sedangkan Variabel moderatingnya adalah variabel

kelompok masyarakat dan sekaligus sebagai Dummy variabel. Secara

sederhana gambaran analisis regresi dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Page 113: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Gambar 4.2 Skema Analisis Regresi.

Dari Pengolahan data diperoleh:

1). Persamaan regresi untuk total pengeluaran berdasarkan periode

bulan.

a). Persamaan regresi untuk total pengeluaran Bulan Oktober

2005.

CT1 = 357323+ 0,399Y1 - 101072D +5,3342Y1D

Cp1 = Konsumsi total bulan Oktober 2005.

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y1 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

Y4 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan.

Kelompok Masyarakat

Pendapatan Masyarakat Total pengeluaran untuk

pangan,sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan.

Page 114: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

b). Persamaan regresi untuk total pengeluaran Bulan Januari

2006.

CT4 = 439243 + 0,373Y4 - 187553D + 9,591Y4D

Cp4 = Konsumsi total bulan Januari 2006.

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y4 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan.

2). Persamaan regresi periode bulan Oktober 2005

a). Persamaan regresi untuk pangan periode bulan Oktober

2005

Cpgn1 = 192284,5 + 9,647Y1 – 60951,5D + 1,608Y1D

Dimana:

Cpgn1 = Konsumsi pangan masyarakat bulan Oktober

2005

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y = Pendapatan masyarakat bulan Oktober 2005

e = Variabel gangguan

b). Persamaan regresi untuk sandang periode bulan Oktober

2005

Csdg1 = 56085,875 + 5,175Y 1 – 15629,6D + 1,320Y1D

Page 115: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Dimana:

Csdg1 = Konsumsi sandang masyarakat bulan Oktober

2005

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y = Pendapatan masyarakat bulan Oktober 2005

e = Variabel gangguan

c). Persamaan regresi untuk perumahan periode bulan

Oktober 2005

Cprmh1 = 7304,194 + 9,970Y 1+ 64477,653D–0,110Y1D

Dimana:

Cpmh1= Konsumsi perumahan masyarakat bulan Oktober

2005

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y = Pendapatan masyarakat bulan Oktober 2005

e = Variabel gangguan

d). Persamaan regresi untuk kesehatan periode bulan

Oktober 2005.

Cksht1 = 21181,143 + 9,310Y 1 – 17747,5D + 4,000Y1D

Page 116: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Dimana:

Cksh1 = Konsumsi kesehatan masyarakat bulan Oktober

2005

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y = Pendapatan masyarakat bulan Oktober 2005

e = Variabel gangguan

e). Persamaan regresi untuk pendidikan periode bulan

Oktober 2005.

Cpddk1 = 77134,111 + 6,847Y 1 – 67887,4D + 6,847Y1D

Dimana:

Cpddk1= Konsumsi pendidikan masyarakat bulan

Oktober 2005

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y = Pendapatan masyarakat bulan Oktober 2005

e = Variabel gangguan

3). Persamaan regresi periode bulan Januari 2006.

a). Persamaan regresi untuk pangan periode bulan Januari

2006.

Cpgn4 = 23724,2 + 8,930Y 4 – 81376,8D + 2,352Y4 D

Page 117: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Dimana:

Cpgn4 = Konsumsi pangan masyarakat Bulan Januari

2006

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak

tetap

Y4 = Pendapatan masyarakat Bulan Januari 2006

e = Variabel gangguan

b). Persamaan regresi untuk sandang periode bulan Januari

2006

Csdg4 = 30620,230 + 5,221Y 4+ 24,884D – 2,75Y4D

Dimana:

Csdg4 = Konsumsi sandang masyarakat Bulan Januari

2006

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak

tetap

Y4 = Pendapatan masyarakat Bulan Januari 2006

e = Variabel gangguan

c). Persamaan regresi untuk perumahan periode bulan

Januari 2006

Cprmh4 = 39260,623 + 0,108Y4+ 3711,938D – 8,26Y4D

Page 118: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Dimana:

Cpmh4 = Konsumsi perumahan masyarakat Bulan Januari

2006

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y4 = Pendapatan masyarakat Bulan Januari 2006

e = Variabel gangguan

d). Persamaan regresi untuk kesehatan periode bulan Januari

2006

Cksht4 = 64264,240 + 4,482Y4 – 42976,0D + 9,417Y4D

Dimana:

Cksh4 = Konsumsi kesehatan masyarakat Bulan Januari

2006

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y4 = Pendapatan masyarakat Bulan Januari 2006

e = Variabel gangguan

e). Persamaan regresi untuk pendidikan periode bulan Januari

2006

Cpddk4 = 68533,929 + 8,074Y 4 – 66293,6D + 8,550Y4D

Page 119: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Dimana:

Cpdk4 = Konsumsi pendidikan masyarakat Bulan Januari

2006

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y4 = Pendapatan masyarakat Bulan Januari 2006

e = Variabel gangguan

Page 120: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

3. Uji Chow (Chow test)

a. Pengujian Hipotesis Pertama

Untuk membuktikan Hipotesis pertama yang telah

dikemukakan yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

pola konsumsi untuk kebutuhan pangan masyarakat berpendapatan

tetap dan tidak tetap diadakan pengujian dengan Uji Chow (Chow

test).

Dalam Uji Chow ini akan terlihat apakah ada perbedaan

konsumsi untuk pangan masyarakat berpendapatan tetap dan tidak

tetap. Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian

dibandingkan dengan nilai Ftabel.

Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan

menggunakan program SPSS diperoleh hasil secara bertahap,

sebagai berikut:

1. Hasil regresi gabungan dengan Observasi N1 + N2 setelah dibuat

dalam satu persaman regresi. Bentuk persamaannya adalah

sebagai berikut:

Cpgn = 138232.1+ 0,139Y + 25837,875D + 1,502YD

Dimana:

Cp = Konsumsi pangan masyarakat berdasarkan kelompok.

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Y = Pendapatan masyarakat

Page 121: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

e = Variabel gangguan.

Dari persamaan tersebut diatas diperoleh RSS (Residual Sum

Square) yang disebut S1 sebesar 39,630.

2. Hasil regresi untuk persamaan konsumsi pangan masing-masing

kelompok sebagai berikut:

Cpgnt = 192284,5 + 9,647Y t + 44962,678D – 7,17YtD

Cpgntt =131333,1 + 0,113Y tt + 24537,316D +2,638YttD

Dimana:

Cpt = Konsumsi pangan masyarakat berpendapatan tetap.

Cptt = Konsumsi pangan masyarakat berpendapatan tidak tetap

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan.

Sehingga diperoleh RSS (Residual Sum Square)dari masing-

masing persamaan tersebut. Untuk Masyarakat berpendapatan

tetap RSS-nya disebut S2 sebesar 6,112 dan pada masyarakat

berpendapatan tidak tetap disebut dengan S3 sebesar 20,891.

Kemudian dengan menjumlahkan RSS tersebut akan diperoleh

S4.

S4 =S2+ S3 = 6,112 +20,891

= 27,003

Page 122: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

3. Menentukan nilai S5 , yaitu dengan jalan mengurangkan S1

dengan S4

S5 =S1 + S4 = 39,630 +27,003

=12,627

4. Mencari nilai F – test dengan rumus sebagai berikut:

Nilai F-test dicari dengan rumus:

)2( 21

4

5

KNNS

KS

F

−+

=

Dari perhitungan diperoleh nilai F sebesar 48,56,

karena Fhitung > Ftabel atau 48,56 > 3,04 maka H0 ditolak artinya

terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi

untuk pangan masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat

berpendapatan tidak tetap.

Dari perhitungan diatas diperoleh pernyataan bahwa

terdapat perbedaan pola konsumsi yang signifikan antara pola

konsumsi untuk pangan masyarakat berpendapatan tetap dan

masyarakat berpendapatan tidak tetap. Hal ini terbukti dari

hasil uji Chow yaitu dengan memiliki Fhitung sebesar 12,627,

dimana hasil tersebut diatas di atas Fhitung untuk d.f (2: 196) =

3,04.

Dengan demikian hipotesis yang berbunyi bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi

untuk pangan masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat

Page 123: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

berpendapatan tidak tetap adalah tidak terbukti. Hal ini sesuai

dengan kenyataan bahwa rata-rata pendapatan kelompok

masyarakat berpendapatan tetap lebih besar daripada

kelompok masyarakat berpendapatan tidak tetap, yang akan

berpengaruh pada gaya hidup yang berbeda. Rata-rata

pendapatan masyarakat berpendapatan lebih besar dari pada

masyarakat berpendapatan tidak tetap. Hal ini akan

berpengaruh pada pola konsumsi untuk pangan. Artinya

bahwa jenis dan harga pangan yang dikonsumsi oleh kedua

kelompok masyarakat berbeda. Rata-rata harga barang

konsumsi pangan (selain beras) untuk masyarakat

berepndapatan tetap lebih tinggi dari pada masyarakat

berpendapatan tetap. Tetapi penyebab perbedaan tersebut

bukan hanya dari harga saja, penyebab yang lain adalah

adanya kelompok individu yang membeli kebutuhan pangan

jadi, artinya mereka tidak mengolah sendiri, hal ini

kebanyakan dilakukan oleh masyarakat dari kelompok

berpendapatan tetap.

b. Pengujian Hipotesis Kedua

Untuk membuktikan Hipotesis kedua yang telah

dikemukakan yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara pola konsumsi untuk kebutuhan sandang masyarakat

berpendapatan tetap dan tidak tetap diadakan pengujian dengan

Uji Chow (Chow test).

Page 124: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Dalam Uji Chow ini akan terlihat apakah ada perbedaan

konsumsi untuk sandang masyarakat berpendapatan tetap dan

tidak tetap. Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian

dibandingkan dengan nilai Ftabel.

Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan

menggunakan program SPSS diperoleh hasil secara bertahap,

sebagai berikut:

1. Hasil regresi gabungan dengan Observasi N1 + N2 setelah

dibuat dalam satu persaman regresi. Bentuk persamaannya

adalah sebagai berikut:

Cs = 47217,134 + 5,751Y- 26215D+ 2,422YD

Dimana:

Cs = Konsumsi sandang masyarakat berdasarkan kelompok.

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Y = Pendapatan masyarakat

e = Variabel gangguan.

Dari persamaan tersebut diatas diperoleh RSS (Residual Sum

Square) yang disebut S1 sebesar 5,869.

Page 125: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

2. Hasil regresi untuk persamaan konsumsi sandang masing-

masing kelompok sebagai berikut:

Csdgt = 56085,875 + 5,175Yt - 25465,6D + 4,575YtD

Csdgtt = 40456,319 + 6,495Ytt - 9811,206D – 4,03YttD

Dimana:

Cst = Konsumsi sandang masyarakat berpendapatan tetap.

Cstt = Konsumsi sandang masyarakat berpendapatan tidak

tetap

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan.

Sehingga diperoleh RSS (Residual Sum Square)dari masing-

masing persamaan tersebut. Untuk Masyarakat berpendapatan

tetap RSS-nya disebut S2 sebesar 2,044 dan pada masyarakat

berpendapatan tidak tetap disebut dengan S3 sebesar 1,511.

Kemudian dengan menjumlahkan RSS tersebut akan diperoleh

S4.

S4 =S2+ S3 = 2,044 +1,511

= 3,555

Page 126: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

3. Menentukan nilai S5 , yaitu dengan jalan mengurangkan S1

dengan S4

S5 =S1 + S4 = 5,869 + 3,555

= 2,314

4. Mencari nilai F – test dengan rumus sebagai berikut:

Nilai F-test dicari dengan rumus:

)2( 21

4

5

KNNS

KS

F

−+

=

Dari perhitungan diperoleh nilai F sebesar 64,278, karena

Fhitung > Ftabel atau 64,278> 3,04 maka H0 ditolak, artinya terdapat

perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk sandang

masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat berpendapatan

tidak tetap.

Dari perhitungan diatas diperoleh pernyataan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk

sandang masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat

berpendapatan tidak tetap. Hal ini terbukti dari hasil uji Chow yaitu

dengan memiliki Fhitung sebesar 64,278, dimana hasil tersebut diatas

di atas Fhitung untuk d.f (2: 196) = 3,04.

Dengan demikian hipotesis yang berbunyi bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk

sandang masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat

berpendapatan tidak tetap adalah tidak terbukti. Hal ini sesuai

Page 127: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

dengan kenyataan bahwa rata-rata tingkat pengeluaran untuk

kebutuhan sandang pada kelompok masyarakat berpendapatan tetap

lebih tinggi daripada masyarakat berpendapatan tidak tetap. Hal ini

dikarenakan rata-rata pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

lebih tinggi dari pada masyarakat berpendapatan tidak tetap.

c. Pengujian Hipotesis Ketiga.

Untuk membuktikan Hipotesis kelima yang telah

dikemukakan yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

pola konsumsi untuk kebutuhan perumahan masyarakat

berpendapatan tetap dan tidak tetap diadakan pengujian dengan Uji

Chow (Chow test).

Dalam Uji Chow ini akan terlihat apakah ada perbedaan

konsumsi untuk perumahan masyarakat berpendapatan tetap dan tidak

tetap. Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian

dibandingkan dengan nilai Ftabel.

Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan

menggunakan program SPSS diperoleh hasil secara bertahap, sebagai

berikut:

1. Hasil regresi gabungan dengan Observasi N1 + N2 setelah dibuat

dalam satu persaman regresi. Bentuk persamaannya adalah

sebagai berikut:

Cprmh = 26600,298 + 8,614Y + 11935,898D + 2,700YD

Dimana:

Cprmh = Konsumsi perumahan masyarakat berdasarkan kelompok.

Page 128: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Y = Pendapatan masyarakat

e = Variabel gangguan.

Dari persamaan tersebut diatas diperoleh RSS (Residual Sum

Square) yang disebut S1 sebesar3,798.

2. Hasil regresi untuk persamaan konsumsi perumahan masing-

masing kelompok sebagai berikut:

Cprmht = 7304,194 + 9,970Yt + 31956,430D + 3,041YtD

Cprmhtt = 71781,847 - 1,07Ytt - 28809,3D + 3,583YttD

Dimana:

Cprmht = Konsumsi perumahan masyarakat berpendapatan tetap.

Cprmhtt = Konsumsi perumahan masyarakat berpendapatan tidak

tetap

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan.

Sehingga diperoleh RSS (Residual Sum Square)dari masing-

masing persamaan tersebut. Untuk Masyarakat berpendapatan

tetap RSS-nya disebut S2 sebesar 1,781 dan pada masyarakat

Page 129: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

berpendapatan tidak tetap disebut dengan S3 sebesar 0,394.

Kemudian dengan menjumlahkan RSS tersebut akan diperoleh S4.

S4 =S2+ S3 = 1,781 +0,394

= 2,175

3. Menentukan nilai S5 , yaitu dengan jalan mengurangkan S1 dengan

S4

S5 =S1 - S4 = 3,798 – 2,175

= 1,623

4. Mencari nilai F – test dengan rumus sebagai berikut:

Nilai F-test dicari dengan rumus:

)2( 21

4

5

KNNS

KS

F

−+

=

Dari perhitungan diperoleh nilai F sebesar 73,772, karena

Fhitung > Ftabel atau 73,772 > 3,04 maka H0 ditolak, artinya terdapat

perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk perumahan

masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat berpendapatan

tidak tetap.

Dari perhitungan diatas diperoleh pernyataan bahwa

terdapat perbedaan pola konsumsi yang signifikan antara pola

konsumsi untuk perumahan masyarakat berpendapatan tetap dan

masyarakat berpendapatan tidak tetap. Hal ini terbukti dari hasil

uji Chow yaitu dengan memiliki Fhitung sebesar 73,772, dimana

hasil tersebut diatas di atas Fhitung untuk d.f (2: 196) = 3,04.

Page 130: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Dengan demikian hipotesis yang berbunyi bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk

perumahan masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat

berpendapatan tidak tetap adalah tidak terbukti. Hal ini sesuai dengan

kenyataan bahwa rata-rata tingkat pengeluaran untuk kebutuhan

perumahan pada kelompok masyarakat berpendapatan tetap lebih

tinggi daripada masyarakat berpendapatan tidak tetap. Hal ini

dikarenakan rata-rata pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

lebih tinggi dari pada rata-rata pendapatan masyarakat berpendapatan

tidak tetap.

d. Pengujian Hipotesis Keempat.

Untuk membuktikan Hipotesis keempat yang telah

dikemukakan yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

pola konsumsi untuk kebutuhan kesehatan masyarakat berpendapatan

tetap dan tidak tetap diadakan pengujian dengan Uji Chow (Chow

test).

Dalam Uji Chow ini akan terlihat apakah ada perbedaan

konsumsi untuk kesehatan masyarakat berpendapatan tetap dan tidak

tetap. Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian

dibandingkan dengan nilai Ftabel.

Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan

menggunakan program SPSS diperoleh hasil secara bertahap, sebagai

berikut:

Page 131: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

1. Hasil regresi gabungan dengan Observasi N1 + N2 setelah dibuat

dalam satu persaman regresi. Bentuk persamaannya adalah

sebagai berikut:

Cksh = 26298,335 + 8,323Y + 675,595D + 2,559YD

Dimana:

Cksh = Konsumsi kesehatan masyarakat berdasarkan kelompok.

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Y = Pendapatan masyarakat

e = Variabel gangguan.

Dari persamaan tersebut diatas diperoleh RSS (Residual Sum

Square) yang disebut S1 sebesar 8,192.

2. Hasil regresi untuk persamaan konsumsi kesehatan masing-

masing kelompok sebagai berikut:

Cksht = 21181,143 + 9,310Yt + 43083,097D – 4,83YtD

Ckshtt = 3433,641+ 0,133Ytt +17854,645D + 5,898YttD

Dimana:

Cksht = Konsumsi kesehatan masyarakat berpendapatan tetap.

Ckshtt = Konsumsi kesehatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

Page 132: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

e = Variabel gangguan.

Sehingga diperoleh RSS (Residual Sum Square)dari masing-

masing persamaan tersebut. Untuk Masyarakat berpendapatan

tetap RSS-nya disebut S2 sebesar 2,787 dan pada masyarakat

berpendapatan tidak tetap disebut dengan S3 sebesar 4,186.

Kemudian dengan menjumlahkan RSS tersebut akan diperoleh S4.

S4 =S2+ S3 = 2,787 - 4,186

=6,973

2. Menentukan nilai S5 , yaitu dengan jalan mengurangkan S1 dengan

S4

S5 =S1 - S4 = 8,192 – 6,973

=1,219

3. Mencari nilai F – test dengan rumus sebagai berikut:

Nilai F-test dicari dengan rumus:

)2( 21

4

5

KNNS

KS

F

−+

=

Dari perhitungan diperoleh nilai F sebesar 17,414,

karena Fhitung > Ftabel atau 17,414 > 3,04 maka H0 ditolak, artinya

terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk

kesehatan masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat

berpendapatan tidak tetap.

Dari perhitungan diatas diperoleh pernyataan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk

kesehatan masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat

Page 133: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

berpendapatan tidak tetap. Hal ini terbukti dari hasil uji Chow

yaitu dengan memiliki Fhitung sebesar 17,414, dimana hasil

tersebut diatas di atas Fhitung untuk d.f (2: 196) = 3,04.

Dengan demikian hipotesis yang berbunyi bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk

kesehatan masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat

berpendapatan tidak tetap adalah tidak terbukti. Hal ini sesuai

dengan kenyataan bahwa rata-rata tingkat tingkat pendapatan

kelompok masyrakat berepndapatan tetap lebih besar dari pada

pada masyarakat berependapatan tidak tetap. Oleh karena itu

kelompok masyarakat berependapatan tetap lebih bisa

memperhatikan tingkat kesehatan mereka karena mempunyai

pendapatan yang lebih tinggi daripada kelompok masyarakat

berependapatan tidak tetap. Jadi pengeluaran untuk kesehatan

masyarakat berpendapatan tetap lebih besar dari kelompok

berpendapatan tidak tetap. Pengeluaran masyarakat

berpendapatan tetap lebih tinggi disebabkan karena pengeluaran

untuk kesehatan yang bersifat preventif atau jaga-jaga.

e. Pengujian Hipotesis Kelima

Untuk membuktikan Hipotesis kelima yang telah

dikemukakan yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

pola konsumsi untuk kebutuhan pendidikan masyarakat

berpendapatan tetap dan tidak tetap diadakan pengujian dengan Uji

Chow (Chow test).

Page 134: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Dalam Uji Chow ini akan terlihat apakah ada perbedaan

konsumsi untuk pendidkan masyarakat berpendapatan tetap dan tidak

tetap. Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian

dibandingkan dengan nilai Ftabel.

Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan

menggunakan program SPSS diperoleh hasil secara bertahap, sebagai

berikut:

1. Hasil regresi gabungan dengan Observasi N1 + N2 setelah

dibuat dalam satu persaman regresi. Bentuk persamaannya adalah

sebagai berikut:

Cpdk = 33428,138 + 0,110Y -21414,0D + 5,544YD

Dimana:

Cpdk = Konsumsi pendidikan masyarakat berdasarkan kelompok.

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Y = Pendapatan masyarakat

e = Variabel gangguan.

Dari persamaan tersebut diatas diperoleh RSS (Residual Sum

Square) yang disebut S1 sebesar12,854.

2. Hasil regresi untuk persamaan konsumsi pendidikan masing-

masing kelompok sebagai berikut:

Page 135: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Cpdkt = 77134,111 + 6,847Yt - 8600,182D + 1,227YtD

Cpdktt = 9246,722 + 0,153Ytt - 7006,432D + 1,353YttD

Dimana:

Cpdkt = Konsumsi pendidikan masyarakat berpendapatan tetap.

Cpdktt = Konsumsi pendidikan masyarakat berpendapatan tidak

tetap

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan.

Sehingga diperoleh RSS (Residual Sum Square)dari masing-

masing persamaan tersebut. Untuk Masyarakat berpendapatan

tetap RSS-nya disebut S2 sebesar 1,517 dan pada masyarakat

berpendapatan tidak tetap disebut dengan S3 sebesar 11,355.

Kemudian dengan menjumlahkan RSS tersebut akan diperoleh S4.

S4 =S2+ S3 = 1,517 + 11,355

=12,872

3. Menentukan nilai S5 , yaitu dengan jalan mengurangkan S1

dengan S4

Page 136: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

S5 =S1 - S4 = 12,854 - 12,872

= - 0,018

4. Mencari nilai F – test dengan rumus sebagai berikut:

Nilai F-test dicari dengan rumus:

)2( 21

4

5

KNNS

KS

F

−+

=

Dari perhitungan diperoleh nilai F sebesar – 0,138, karena

Fhitung < Ftabel atau - 0,138 < 3,04 maka H0 diterima artinya tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk

pendidikan masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat

berpendapatan tidak tetap.

Dari perhitungan diatas diperoleh pernyataan bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk

pendidikan masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat

berpendapatan tidak tetap. Hal ini terbukti dari hasil uji Chow

yaitu dengan memiliki Fhitung sebesar - 0,138, dimana hasil

tersebut diatas di atas Fhitung untuk d.f (2: 196) = 3,04.

Dengan demikian hipotesis yang berbunyi bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk

pendidikan masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat

berpendapatan tidak tetap adalah terbukti. Hal disebabkan karena

masyarakat akan berusaha memenuhi kebutuhan untuk

pendidikan yang sudah menjadi tanggungannya berapapun tingkat

Page 137: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

pendapatan mereka dan penegeluaran untuk pendidikan secara

nyata memang tidak berbeda untuk kedua kelompok masyarakat.

f. Pengujian Hipotesis Keenam

Untuk membuktikan Hipotesis keenam yang telah

dikemukakan yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara pola

konsumsi untuk pangan bulan Oktober 2005 dan Januari 2006 maka

dalam hal ini diadakan pengujian dengan Uji Chow .

Dalam Uji Chow ini akan terlihat apakah ada perbedaan

konsumsi untuk bulan Oktober 2005 dan Januari 2006. Hal ini dapat

dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian dibandingkan dengan nilai

Ftabel.

Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan

menggunakan program SPSS diperoleh hasil secara bertahap, sebagai

berikut:

1. Hasil regresi gabungan dengan Observasi N1 + N2 setelah dibuat

dalam satu persaman regresi. Bentuk persamaannya adalah

sebagai berikut:

Cp = 209158,2 + 9,934Y - 58764,5D – 2,54YD

Dimana:

Cp = Konsumsi pangan masyarakat berdasarkan periode waktu

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y = Pendapatan masyarakat

Page 138: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

e = Variabel gangguan.

Dari persamaan tersebut diatas diperoleh RSS (Residual Sum

Square) yang disebut S1 sebesar 46,128.

1. Hasil regresi untuk persamaan konsumsi pangan masing-

masing kelompok sebagai berikut:

Cpgn1 = 192284,5 + 9,647Y1 – 60951,5D + 1,608Y1D

Cpgn4 = 23724,2 + 8,930Y 4 – 81376,8D + 2,352Y4 D

Dimana:

Cp1 = Konsumsi pangan bulan Oktober 2005.

Cp4 = Konsumsi pangan bulan Januari 2006.

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y1 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

Y4 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan.

Sehingga diperoleh RSS (Residual Sum Square)dari masing-

masing persamaan tersebut. Untuk bulan Oktober 2005 RSS-nya

disebut S2 sebesar 21,542 dan pada bulan Januari 2006 disebut

dengan S3 sebesar 26,249. Kemudian dengan menjumlahkan RSS

tersebut akan diperoleh S4.

S4 =S2+ S3 = 21,542 + 26,249

= 47,791

Page 139: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

2. Menentukan nilai S5 , yaitu dengan jalan mengurangkan S1

dengan S4

S5 =S1 - S4 = 46,128 - 47,791

= - 1,663

3. Mencari nilai F – test dengan rumus sebagai berikut:

Nilai F-test dicari dengan rumus:

)2( 21

4

5

KNNS

KS

F

−+

=

Dari perhitungan diperoleh nilai F sebesar – 3,421, karena

Fhitung > Ftabel atau – 3,421 > 3,04 maka H0 diterima artinya

terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk

pangan untuk bulan Oktober 2005 dan Januari 2006.

Dari perhitungan diatas diperoleh pernyataan bahwa

terdapat perbedaan pola konsumsi yang signifikan antara pola

konsumsi untuk pangan untuk bulan Oktober 2005 dan Januari

2006. Hal ini terbukti dari hasil uji Chow yaitu dengan memiliki

Fhitung sebesar – 3,421, dimana hasil tersebut diatas di atas Fhitung

untuk d.f (2: 196) = 3,04.

Dengan demikian hipotesis yang berbunyi bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk pangan

bulan Oktober 2005 dan Januari 2006 adalah terbukti. Hal ini

sesuai dengan kenyataan bahwa masyarakat tidak mengurangi

kebutuhan pangan walaupun ada kenaikan harga akibat kenaikan

Page 140: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

harga bahan bakar minyak. Jadi kenaikan harga akan menambah

biaya untuk kebutuhan pangan. Kenaikan harga lebih terasa pada

bulan Januari 2006 dibandingkan bulan Oktober 2005. Akibatnya

pengeluaran untuk kebutuhan pangan Bulan Januari 2006 lebih

besar daripada Bulan Oktober 2006.

g. Pengujian Hipotesis Ketujuh.

Untuk membuktikan hipotesis ketujuh yang telah

dikemukakan yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara pola

konsumsi untuk sandang bulan Oktober 2005 dan Januari 2006 maka

dalam hal ini diadakan pengujian dengan Uji Chow .

Dalam Uji Chow ini akan terlihat apakah ada perbedaan

konsumsi sandang untuk bulan Oktober 2005 dan Januari 2006. Hal

ini dapat dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian dibandingkan dengan

nilai Ftabel.

Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan

menggunakan program SPSS diperoleh hasil secara bertahap, sebagai

berikut:

1. Hasil regresi gabungan dengan Observasi N1 + N2 setelah dibuat

dalam satu persaman regresi. Bentuk persamaannya adalah

sebagai berikut:

Csdg = 47201,657 + 4,755Y - 22420,4D + 1,543YD

Dimana:

Csdg = Konsumsi sandang masyarakat berdasarkan periode waktu

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

Page 141: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y = Pendapatan masyarakat

e = Variabel gangguan.

Dari persamaan tersebut diatas diperoleh RSS (Residual Sum

Square) yang disebut S1 sebesar 4,880.

2. Hasil regresi untuk persamaan konsumsi pangan masing-masing

kelompok sebagai berikut:

Csdg1 = 56085,875 + 5,175Y 1 – 15629,6D + 1,320Y1D

Csdg4 = 30620,230 + 5,221Y 4+ 24,884D – 2,75Y4D

Dimana:

Csdg1 = Konsumsi pangan bulan Oktober 2005.

Csdg4 = Konsumsi pangan bulan Januari 2006.

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y1 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

Y4 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan.

Sehingga diperoleh RSS (Residual Sum Square) dari masing-

masing persamaan tersebut. Untuk bulan Oktober 2005 RSS-nya

disebut S2 sebesar 1,511 dan pada bulan Januari 2006 disebut

dengan S3 sebesar 8,895. Kemudian dengan menjumlahkan RSS

tersebut akan diperoleh S4.

Page 142: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

S4 =S2+ S3 = 1,511 + 8,895

= 10,406

3. Menentukan nilai S5 , yaitu dengan jalan mengurangkan S1 dengan

S4

S5 =S1 - S4 = 4,880 - 10,406

= - 5,528

4. Mencari nilai F – test dengan rumus sebagai berikut:

Nilai F-test dicari dengan rumus:

)2( 21

4

5

KNNS

KS

F

−+

=

Dari perhitungan diperoleh nilai F sebesar – 52,1509,

karena Fhitung > Ftabel atau – 52,1509 > 3,04 maka H0 diterima,

artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi

untuk sandang untuk bulan Oktober 2005 dan Januari 2006.

Dari perhitungan diatas diperoleh pernyataan bahwa

terdapat perbedaan pola konsumsi yang signifikan antara pola

konsumsi untuk pangan untuk bulan Oktober 2005 dan Januari

2006. Hal ini terbukti dari hasil uji Chow yaitu dengan memiliki

Fhitung sebesar – 52,1509, dimana hasil tersebut diatas di atas

Fhitung untuk d.f (2: 196) = 3,04.

Dengan demikian hipotesis yang berbunyi bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk sandang

bulan Oktober 2005 dan Januari 2006 adalah terbukti.

Page 143: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

h. Pengujian Hipotesis Kedelepan.

Untuk membuktikan hipotesis kedelapan yang telah

dikemukakan yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara pola

konsumsi untuk perumahan bulan Oktober 2005 dan Januari 2006

maka dalam hal ini diadakan pengujian dengan Uji Chow .

Dalam Uji Chow ini akan terlihat apakah ada perbedaan

konsumsi perumahan untuk bulan Oktober 2005 dan Januari 2006.

Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian dibandingkan

dengan nilai Ftabel.

Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan

menggunakan program SPSS diperoleh hasil secara bertahap, sebagai

berikut:

1. Hasil regresi gabungan dengan Observasi N1 + N2 setelah dibuat

dalam satu persaman regresi. Bentuk persamaannya adalah

sebagai berikut:

Cpmh = 50370,806 + 7,255Y - 25033,3D + 1,053YD

Dimana:

Cpmh = Konsumsi perumahan masyarakat berdasarkan periode

waktu

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y = Pendapatan masyarakat

e = Variabel gangguan.

Page 144: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Dari persamaan tersebut diatas diperoleh RSS (Residual Sum

Square) yang disebut S1 sebesar 3,875.

2. Hasil regresi untuk persamaan konsumsi perumahan masing-

masing kelompok sebagai berikut:

Cprmh4 = 39260,623 + 0,108Y4+ 3711,938D – 8,26Y4D

Cprmh1 = 7304,194 + 9,970Y 1+ 64477,653D–0,110Y1D

Dimana:

Cpmh1 = Konsumsi perumahan bulan Oktober 2005.

Cpmh4 = Konsumsi perumahan bulan Januari 2006.

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y1 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

Y4 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan.

Sehingga diperoleh RSS (Residual Sum Square) dari masing-

masing persamaan tersebut. Untuk bulan Oktober 2005 RSS-nya

disebut S2 sebesar 3,005 dan pada bulan Januari 2006 disebut

dengan S3 sebesar 2,384. Kemudian dengan menjumlahkan RSS

tersebut akan diperoleh S4.

S4 =S2+ S3 = 3,005 + 2,384

= 5,389

Page 145: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

3. Menentukan nilai S5 , yaitu dengan jalan mengurangkan S1 dengan

S4

S5 =S1 - S4 = 3,875 - 5,389

= - 1,514

4. Mencari nilai F – test dengan rumus sebagai berikut:

Nilai F-test dicari dengan rumus:

)2( 21

4

5

KNNS

KS

F

−+

=

Dari perhitungan diperoleh nilai F sebesar – 28,037,

karena Fhitung > Ftabel atau – 28,037 > 3,04 maka H0 diterima,

artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi

untuk perumahan untuk bulan Oktober 2005 dan Januari 2006.

Dari perhitungan diatas diperoleh pernyataan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk

perumahan untuk bulan Oktober 2005 dan Januari 2006. Hal ini

terbukti dari hasil uji Chow yaitu dengan memiliki Fhitung sebesar

–28,037, dimana hasil tersebut diatas di atas Fhitung untuk d.f (2:

196) = 3,04.

Dengan demikian hipotesis yang berbunyi bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk perumahan

bulan Oktober 2005 dan Januari 2006 adalah terbukti. Hal ini

sesuai dengan kenyataan bahwa masyarakat tidak mengurangi

kebutuhan perumahan walaupun ada kenaikan harga akibat

kenaikan harga bahan bakar minyak. Jadi kenaikan harga akan

Page 146: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

menambah biaya untuk kebutuhan pangan. Kenaikan harga lebih

terasa pada bulan Januari 2006 dibandingkan bulan Oktober 2005.

Akibatnya pengeluaran untuk kebutuhan perumahan Bulan

Januari 2006 lebih besar daripada Bulan Oktober 2006.

i. Pengujian Hipotesis Kesembilan.

Untuk membuktikan hipotesis kesembilan yang telah

dikemukakan yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara pola

konsumsi untuk kesehatan bulan Oktober 2005 dan Januari 2006

maka dalam hal ini diadakan pengujian dengan Uji Chow .

Dalam Uji Chow ini akan terlihat apakah ada perbedaan

konsumsi kesehatan untuk bulan Oktober 2005 dan Januari 2006. Hal

ini dapat dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian dibandingkan dengan

nilai Ftabel.

Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan

menggunakan program SPSS diperoleh hasil secara bertahap, sebagai

berikut:

1. Hasil regresi gabungan dengan Observasi N1 + N2 setelah dibuat

dalam satu persaman regresi. Bentuk persamaannya adalah

sebagai berikut:

Cksh = 2300,560 + 9,142Y + 14554,848D – 1,28YD

Dimana:

Cksh = Konsumsi kesehatan masyarakat berdasarkan periode waktu

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

Page 147: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y = Pendapatan masyarakat

e = Variabel gangguan.

Dari persamaan tersebut diatas diperoleh RSS (Residual Sum

Square) yang disebut S1 sebesar 7,975.

2. Hasil regresi untuk persamaan konsumsi kesehatan masing-

masing kelompok sebagai berikut:

Cksht4 = 64264,240 + 4,482Y4 – 42976,0D + 9,417Y4D

Cksht1 = 21181,143 + 9,310Y 1 – 17747,5D + 4,000Y1D

Dimana:

Cksh1 = Konsumsi kesehatan bulan Oktober 2005.

Cksh4 = Konsumsi kesehatan bulan Januari 2006.

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y1 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

Y4 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan.

Sehingga diperoleh RSS (Residual Sum Square) dari masing-

masing persamaan tersebut. Untuk bulan Oktober 2005 RSS-nya

disebut S2 sebesar7,140 dan pada bulan Januari 2006 disebut

dengan S3 sebesar 2,700. Kemudian dengan menjumlahkan RSS

tersebut akan diperoleh S4.

Page 148: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

S4 =S2+ S3 = 7,140 + 2,700

= 9,840

3. Menentukan nilai S5 , yaitu dengan jalan mengurangkan S1 dengan

S4

S5 =S1 - S4 = 7,975 - 9,840

= - 1,865

4. Mencari nilai F – test dengan rumus sebagai berikut:

Nilai F-test dicari dengan rumus:

)2( 21

4

5

KNNS

KS

F

−+

=

Dari perhitungan diperoleh nilai F sebesar – 18,65, karena

Fhitung > Ftabel atau – 18,65 > 3,04 maka H0 diterima artinya,

terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk

kesehatan untuk bulan Oktober 2005 dan Januari 2006.

Dari perhitungan diatas diperoleh pernyataan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk

kesehatan untuk bulan Oktober 2005 dan Januari 2006. Hal ini

terbukti dari hasil uji Chow yaitu dengan memiliki Fhitung sebesar

–18,65, dimana hasil tersebut diatas di atas Fhitung untuk d.f (2:

196) = 3,04.

Dengan demikian hipotesis yang berbunyi bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk kesehatan

Bulan Oktober 2005 dan Januari 2006 adalah terbukti. Hal ini

sesuai dengan kenyataan bahwa masyarakat tidak mengurangi

Page 149: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

kebutuhan kesehatan walaupun ada kenaikan harga akibat

kenaikan harga bahan bakar minyak. Jadi kenaikan harga akan

menambah biaya untuk kebutuhan kesehatan. Kenaikan harga

lebih terasa pada bulan Januari 2006 dibandingkan bulan Oktober

2005. Akibatnya rata-rata pengeluaran untuk kebutuhan pangan

Bulan Januari 2006 lebih besar daripada Bulan Oktober 2006.

j. Pengujian Hipotesis Kesepuluh.

Untuk membuktikan hipotesis kesepuluh yang telah

dikemukakan yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara pola

konsumsi untuk pendidikan bulan Oktober 2005 dan Januari 2006

maka dalam hal ini diadakan pengujian dengan Uji Chow .

Dalam Uji Chow ini akan terlihat apakah ada perbedaan

konsumsi pendidikan untuk bulan Oktober 2005 dan Januari 2006.

Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian dibandingkan

dengan nilai Ftabel.

Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan

menggunakan program SPSS diperoleh hasil secara bertahap, sebagai

berikut:

1. Hasil regresi gabungan dengan Observasi N1 + N2 setelah dibuat

dalam satu persaman regresi. Bentuk persamaannya adalah

sebagai berikut:

Cpddk = 51410,892 + 9,925Y - 28480,9D + 9,938YD

Dimana:

Page 150: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Cpddk = Konsumsi pendidikan masyarakat berdasarkan periode

waktu

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y = Pendapatan masyarakat

e = Variabel gangguan.

Dari persamaan tersebut diatas diperoleh RSS (Residual Sum

Square) yang disebut S1 sebesar 12,729.

2. Hasil regresi untuk persamaan konsumsi pendidikan masing-

masing kelompok sebagai berikut:

Cpddk1 = 77134,111 + 6,847Y 1 – 67887,4D + 6,847Y1D

Cpddk4 = 68533,929 + 8,074Y 4 – 66293,6D + 8,550Y4D

Dimana:

Cpddk1 = Konsumsi pendidikan bulan Oktober 2005.

Cpddk4 = Konsumsi pendidikan bulan Januari 2006.

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y1 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

Y4 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan.

Sehingga diperoleh RSS (Residual Sum Square) dari masing-

masing persamaan tersebut. Untuk bulan Oktober 2005 RSS-nya

Page 151: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

disebut S2 sebesar 6,484 dan pada bulan Januari 2006 disebut

dengan S3 sebesar 7,071. Kemudian dengan menjumlahkan RSS

tersebut akan diperoleh S4.

S4 =S2+ S3 = 6,484 + 7,071

= 13,555

3. Menentukan nilai S5 , yaitu dengan jalan mengurangkan S1 dengan

S4

S5 =S1 - S4 = 12,729 – 13,555

= - 0,826

4. Mencari nilai F – test dengan rumus sebagai berikut:

Nilai F-test dicari dengan rumus:

)2( 21

4

5

KNNS

KS

F

−+

=

Dari perhitungan diperoleh nilai F sebesar – 5,985, karena

Fhitung < Ftabel atau – 5,985< 3,04 maka H0 diterima artinya tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk

pendidikan untuk bulan Oktober 2005 dan Januari 2006.

Dari perhitungan diatas diperoleh pernyataan bahwa

terdapat perbedaan pola konsumsi yang signifikan antara pola

konsumsi untuk kesehatan untuk bulan Oktober 2005 dan Januari

2006. Hal ini terbukti dari hasil uji Chow yaitu dengan memiliki

Fhitung sebesar – 5,985, dimana hasil tersebut diatas di atas

Fhitung untuk d.f (2: 196) = 3,04.

Page 152: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Dengan demikian hipotesis yang berbunyi bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi untuk

pendidikan bulan Oktober 2005 dan Januari 2006 adalah terbukti.

Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa masyarakat tidak

mengurangi kebutuhan pendidikan walaupun ada kenaikan harga

akibat kenaikan harga bahan bakar minyak. Pada kenyataannya,

rata biaya pendidikan untuk kedua kelompok masyarakat pada

Bulan Oktober 2005 dan Januari 2006 adalah tidak mengalami

perubahan yang signifikan.

k. Pengujian Hipotesis Kesebelas.

Untuk membuktikan Hipotesis kesebelas yang telah

dikemukakan yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

konsumsi total masyarakat berpendapatan tetap dan tidak tetap

diadakan pengujian dengan Uji Chow (Chow test).

Dalam Uji Chow ini akan terlihat apakah ada perbedaan

konsumsi total masyarakat berpendapatan tetap dan tidak tetap. Hal

ini dapat dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian dibandingkan dengan

nilai Ftabel.

Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan

menggunakan program SPSS diperoleh hasil secara bertahap, sebagai

berikut:

1. Hasil regresi gabungan dengan Observasi N1 + N2 setelah dibuat

dalam satu persaman regresi. Bentuk persamaannya adalah

sebagai berikut:

Page 153: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

CT = 3811555,6 + 0,406Y - 119869D + 2,234YD

Dimana:

CT = Konsumsi total masyarakat berdasarkan kelompok.

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Y = Pendapatan masyarakat

e = Variabel gangguan.

Dari persamaan tersebut diatas diperoleh RSS (Residual Sum

Square) yang disebut S1 sebesar 38,673.

2. Hasil regresi untuk persamaan konsumsi total masing-masing

kelompok sebagai berikut:

CTt = 366599,2 + 0,389Yt -19974,3D+ 0,202YtD

CTtt = 256251,6 + 0,453Ytt - 4561,263D + 1,585YttD

Dimana:

CTt = Konsumsi total masyarakat berpendapatan tetap.

CTtt = Konsumsi total masyarakat berpendapatan tidak tetap

D = Dummy Variabel (periode waktu)

D = 0, jika periode Bulan Oktober 2005

D = 1, jika periode Bulan Januari 2006

Yt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

Ytt = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan.

Page 154: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Sehingga diperoleh RSS (Residual Sum Square)dari masing-

masing persamaan tersebut. Untuk Masyarakat berpendapatan

tetap RSS-nya disebut S2 sebesar 8,482 dan pada masyarakat

berpendapatan tidak tetap disebut dengan S3 sebesar 14,899.

Kemudian dengan menjumlahkan RSS tersebut akan diperoleh S4.

S4 =S2+ S3 = 8,482 + 14,899

=24,381

2. Menentukan nilai S5 , yaitu dengan jalan mengurangkan S1

dengan S4

S5 =S1 - S4 = 38,673 - 24,381

= 14,292

3. Mencari nilai F – test dengan rumus sebagai berikut:

Nilai F-test dicari dengan rumus:

)2( 21

4

5

KNNS

KS

F

−+

=

Dari perhitungan diperoleh nilai F sebesar 57,629, karena

Fhitung > Ftabel atau 57,629 > 3,04 maka H0 ditolak, artinya tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara konsumsi total

masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat berpendapatan

tidak tetap.

Dari perhitungan diatas diperoleh pernyataan bahwa tidak

terdapat perbedaan antara konsumsi total masyarakat

berpendapatan tetap dan masyarakat berpendapatan tidak tetap.

Hal ini terbukti dari hasil uji Chow yaitu dengan memiliki Fhitung

Page 155: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

sebesar 57,629, dimana hasil tersebut diatas di atas Fhitung untuk

d.f (2: 196) = 3,04.

l. Pengujian Keduabelas.

Untuk membuktikan hipotesis kesepuluh yang telah

dikemukakan yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara

konsumsi total bulan Oktober 2005 dan Januari 2006 maka dalam hal

ini diadakan pengujian dengan Uji Chow ..

Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan

menggunakan program SPSS diperoleh hasil secara bertahap, sebagai

berikut:

1. Hasil regresi gabungan dengan Observasi N1 + N2 setelah dibuat

dalam satu persaman regresi. Bentuk persamaannya adalah

sebagai berikut:

CT = 272542,7 + 0,470Y - 9797,284D + 0,103YD

Dimana:

CT = Konsumsi total masyarakat berdasarkan periode waktu

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y = Pendapatan masyarakat

e = Variabel gangguan.

Dari persamaan tersebut diatas diperoleh RSS (Residual Sum

Square) yang disebut S1 sebesar 40,623.

Page 156: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

2. Hasil regresi untuk persamaan konsumsi pendidikan masing-

masing kelompok sebagai berikut:

CT1 = 357323+ 0,399Y1 - 101072D +5,3342Y1D

CT4 = 439243 + 0,373Y4 - 187553D + 9,591Y4D

Dimana:

CT1 = Konsumsi total bulan Oktober 2005.

CT4 = Konsumsi total bulan Januari 2006.

D = Dummy Variabel (kelompok masyarakat)

D = 0, jika masyarakat berpendapatan tetap

D = 1, jika masyarakat berpendapatan tidak tetap

Y1 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tetap

Y4 = Pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

e = Variabel gangguan.

Sehingga diperoleh RSS (Residual Sum Square) dari masing-

masing persamaan tersebut. Untuk bulan Oktober 2005 RSS-nya

disebut S2 sebesar 22,115 dan pada bulan Januari 2006 disebut

dengan S3 sebesar 18,843. Kemudian dengan menjumlahkan RSS

tersebut akan diperoleh S4.

S4 =S2+ S3 = 22,115 + 18,843

= 40,958

3. Menentukan nilai S5 , yaitu dengan jalan mengurangkan S1 dengan

S4

S5 =S1 - S4 = 40,633– 40,958

= - 0,335

Page 157: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

4. Mencari nilai F – test dengan rumus sebagai berikut:

Nilai F-test dicari dengan rumus:

)2( 21

4

5

KNNS

KS

F

−+

=

Dari perhitungan diperoleh nilai F sebesar – 0,805,

karena Fhitung < Ftabel atau – 0,805< 3,04 maka H0 diterima, artinya

terdapat perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi total

untuk bulan Oktober 2005 dan Januari 2006.

Dari perhitungan diatas diperoleh pernyataan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara konsumsi total untuk

bulan Oktober 2005 dan Januari 2006. Hal ini terbukti dari hasil

uji Chow yaitu dengan memiliki Fhitung sebesar – 0,805, dimana

hasil tersebut diatas di atas Fhitung untuk d.f (2: 196) = 3,04.

Page 158: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

3. Komparasi Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat.

a. Komparasi perubahan pola konsumsi untuk kebutuhan pangan.

1). Pola konsumsi pangan masyarakat berpendapatan tetap.

Cpgnt = 192284,5 + 9,647Y t + 44962,678D – 7,17YtD

Dari persamaan diatas diperoleh:

a). Fungsi konsumsi pangan masyarakat

berpendapatan tetap Bulan Oktober 2005

Cpgnt = 192284,5 + 9,647Y t

b). Fungsi konsumsi pangan masyarakat berpendapatan tetap Bulan

Oktober 2005

Cpgnt = 237247,17 + 2,477 Y t

Jika dihubungkan antara pendapatan dan konsumsi pangan nampak

ada perubahan slope (kemiringan) atau MPC pada Bulan Oktober

2005 dan Januari 2006. Perubahan fungsi konsumsi tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut.

Page 159: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Gambar 4.3. Fungsi Konsumsi Pangan Masyarakat

Berpendapatan Tetap Bulan Oktober 2005 dan

Januari 2006.

Setelah penghapusan subsidi BBM yaitu pada Bulan Oktober 2005

hasrat mengkonsumsi (MPC) untuk pangan masyarakat

berpendapatan tetap adalah 9,647 dan pada Bulan Januari 2006

seiring dengan perubahan fungsi konsumsi, MPC berubah menjadi

2,477. Perubahan juga terjadi pada konsumsi awal (pada saat Y

sama dengan 0) untuk bulan Oktober 2005 adalah sebesar

192284,5, dan pada Bulan Januari 2006 mengalami kenaikan

menjadi 237247,17.

Perubahan tingkat harga konsumsi pangan dapat dipengaruhi oleh

perubahan pendapatan, tingkat harga dan faktor lainnya. Karena

dalam penelitian ini pendapatan untuk Bulan Januari 2006 dan

Oktober 2005 adalah sama, maka disimpulkan perubahan tersebut

dikarenakan adanya perubahan harga barang atau jasa kebutuhan

Page 160: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

pangan akibat penghapusan subsidi BBM dan juga disebabkan

faktor lain selain pendapatan.

2). Pola konsumsi pangan masyarakat berpendapatan tidak tetap.

Cpgntt = 131333,1 + 0,113Y tt + 24537,316D + 2,638YttD

Dari persamaan Diatas diperoleh:

a). Fungsi konsumsi pangan masyarakat

berpendapatan tidak tetap Bulan Oktober 2005.

Cpgntt = 131333,1 + 0,113Y tt

b). Fungsi konsumsi pangan masyarakat berpendapatan tidak tetap

Bulan Januari 2006.

Cpgntt = 155870,416 + 2,751Y tt

Jika dihubungkan antara pendapatan dan konsumsi pangan nampak

ada perubahan slope (kemiringan) atau MPC pada Bulan Oktober

2005 dan Januari 2006. Perubahan fungsi konsumsi tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut.

Page 161: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Gambar 4.4. Fungsi Konsumsi Pangan Masyarakat

Berpendapatan Tidak Tetap Bulan Oktober 2005 dan

Januari 2006.

Setelah penghapusan subsidi BBM yaitu pada Bulan Oktober 2005

hasrat mengkonsumsi (MPC) untuk pangan pangan masyarakat

berpendapatan tidak tetap adalah 0,113 dan pada Bulan Januari

2006 seiring dengan perubahan fungsi konsumsi, MPC berubah

menjadi 2,751. Perubahan juga terjadi pada konsumsi awal (pada

saat Y sama dengan 0) untuk bulan Oktober 2005 adalah sebesar

131333,1, dan pada Bulan Januari 2006 mengalami kenaikan

menjadi 155870,416.

Perubahan tingkat konsumsi pangan dapat dipengaruhi oleh

perubahan pendapatan, tingkat harga dan faktor lainnya. Karena

dalam penelitian ini pendapatan untuk Bulan Januari 2006 dan

Oktober 2005 adalah sama, maka disimpulkan perubahan tersebut

dikarenakan adanya perubahan harga barang atau jasa kebutuhan

Page 162: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

pangan akibat penghapusan subsidi BBM dan juga disebabkan

faktor lain selainpendapatan.

3). Pola konsumsi pangan masyarakat berpendapatan tetap

dan masyarakat berpendapatan tidak tetap.

Berikut disajikan hubungan gambar pola konsumsi pangan

masyarakat berpendapatan tetap dan tidak tetap.

Gambar 4.5. Fungsi Konsumsi Pangan Masyarakat

Berpendapatan tetap dan Tidak Tetap Bulan

Oktober 2005 dan Januari 2006.

b. Komparasi perubahan pola konsumsi untuk kebutuhan sandang.

1). Pola konsumsi sandang masyarakat berpendapatan tetap

Csdgt = 56085,875 + 5,175Yt - 25465,6D + 4,575YtD

Page 163: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Dari persamaan Diatas diperoleh:

a). Fungsi konsumsi sandang masyarakat

berpendapatan tetap Bulan Oktober 2005.

Csdgt = 56085,875 + 5,175Yt

b). Fungsi konsumsi sandang masyarakat berpendapatan tetap Bulan

Januari 2006.

Csdgt =30620,275 +9,75 Yt

Jika dihubungkan antara pendapatan dan konsumsi pangan nampak

ada perubahan slope (kemiringan) atau MPC pada Bulan Oktober

2005 dan Januari 2006. Perubahan fungsi konsumsi tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut.

Gambar 4.6. Fungsi Konsumsi sandang Masyarakat

Berpendapatan tetap Bulan Oktober 2005 dan

Januari 2006

Setelah penghapusan subsidi BBM yaitu pada Bulan Oktober 2005

hasrat mengkonsumsi (MPC) untuk sandang masyarakat

berpendapatan tetap adalah 9,647 dan pada Bulan Januari 2006

Page 164: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

seiring dengan perubahan fungsi konsumsi, MPC berubah menjadi

9,75. Perubahan juga terjadi pada konsumsi awal (pada saat Y sama

dengan 0) untuk bulan Oktober 2005 adalah sebesar 56085,875, dan

pada Bulan Januari 2006 mengalami penuurunan menjadi 30620,275.

Perubahan tingkat konsumsi sandang dapat dipengaruhi oleh

perubahan pendapatan, tingkat harga dan faktor lainnya. Karena

dalam penelitian ini pendapatan untuk Bulan Januari 2006 dan

Oktober 2005 adalah sama, maka disimpulkan perubahan tersebut

dikarenakan adanya perubahan harga barang atau jasa kebutuhan

sandang akibat penghapusan subsidi BBM dan juga disebabkan

faktor lain selain pendapatan.

2). Pola konsumsi sandang masyarakat berpendapatan tidak tetap

Csdgtt = 40456,319 + 6,495Ytt - 9811,206D – 4,03YttD

Dari persamaan Diatas diperoleh:

a). Fungsi konsumsi sandang masyarakat berpendapatan tidak tetap

Bulan Oktober 2005.

Csdgtt = 40456,319 + 6,495Ytt

b). Fungsi konsumsi sandang masyarakat berpendapatan tidak tetap

Bulan Januari 2006.

Csdgtt = 30645,113 + 2,465 Ytt

Jika dihubungkan antara pendapatan dan konsumsi sandang nampak

ada perubahan slope (kemiringan) atau MPC pada Bulan Oktober

2005 dan Januari 2006. Perubahan fungsi konsumsi tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut.

Page 165: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Gambar 4.7. Fungsi Konsumsi sandang Masyarakat

Berpendapatan Tidak Tetap Bulan Oktober

2005 dan Januari 2006

Setelah penghapusan subsidi BBM yaitu pada Bulan Oktober 2005

hasrat mengkonsumsi (MPC) untuk sandang masyarakat

berpendapatan tidak tetap adalah 6,495 dan pada Bulan Januari 2006

seiring dengan perubahan fungsi konsumsi, MPC berubah menjadi

2,465. Perubahan juga terjadi pada konsumsi awal (pada saat Y sama

dengan 0) untuk bulan Oktober 2005 adalah sebesar 40456,319, dan

pada Bulan Januari 2006 mengalami penurunan menjadi 30645,113.

Perubahan tingkat konsumsi sandang dapat dipengaruhi oleh

perubahan pendapatan, tingkat harga harga dan faktor lainnya.

Karena dalam penelitian ini pendapatan untuk Bulan Januari 2006

dan Oktober 2005 adalah sama, maka disimpulkan perubahan

tersebut dikarenakan adanya perubahan harga barang atau jasa

Page 166: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

kebutuhan sandang akibat penghapusan subsidi BBM dan juga

disebabkan faktor lain selain pendapatan.

3). Pola konsumsi sandang masyarakat berpendapatan tetap dan

masyarakat berpendapatan tidak tetap.

Berikut disajikan hubungan gambar pola konsumsi sandang

masyarakat berpendapatan tetap dan tidak tetap

Gambar 4.8. Fungsi Konsumsi Sandang Masyarakat

Berpendapatan tetap dan Tidak Tetap Bulan

Oktober 2005 dan Januari 2006

c. Komparasi perubahan pola konsumsi untuk kebutuhan perumahan.

1). Pola konsumsi perumahan masyarakat berpendapatan tetap

Cprmht = 7304,194 + 9,970Yt + 31956,430D + 3,041YtD

Dari persamaan Diatas diperoleh:

Page 167: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

a). Fungsi konsumsi perumahan masyarakat berpendapatan tetap

Bulan Oktober 2005.

Cprmht = 7304,194 + 9,970Yt

b). Fungsi konsumsi perumahan masyarakat berpendapatan tetap

Bulan Januari 2006.

Cprmht = 39260,624+ 13,011Yt

Jika dihubungkan antara pendapatan dan konsumsi perumahan

nampak ada perubahan slope (kemiringan) atau MPC pada Bulan

Oktober 2005 dan Januari 2006. Perubahan fungsi konsumsi tersebut

dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 4.9. Fungsi Konsumsi Perumahan Masyarakat

Berpendapatan Tetap Bulan Oktober 2005 dan

Januari 2006.

Page 168: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Setelah penghapusan subsidi BBM yaitu pada Bulan Oktober 2005

hasrat mengkonsumsi (MPC) untuk perumahan masyarakat

berpendapatan tetap adalah 9,970 dan pada Bulan Januari 2006

seiring dengan perubahan fungsi konsumsi, MPC berubah menjadi

13,011. Perubahan juga terjadi pada konsumsi awal (pada saat Y

sama dengan 0) untuk bulan Oktober 2005 adalah sebesar 7304,194,

dan pada Bulan Januari 2006 mengalami kenaikan menjadi

39260,624.

Perubahan tingkat konsumsi perumahan dapat dipengaruhi oleh

perubahan pendapatan, tingkat harga dan faktor lainnya. Karena

dalam penelitian ini pendapatan untuk Bulan Januari 2006 dan

Oktober 2005 adalah sama, maka disimpulkan perubahan tersebut

dikarenakan adanya perubahan harga barang atau jasa kebutuhan

perumahan akibat penghapusan subsidi BBM dan juga disebabkan

faktor lain selain pendapatan.

2). Pola konsumsi perumahan masyarakat berpendapatan tidak tetap

Cprmhtt = 71781,847 - 1,07Ytt - 28809,3D + 3,583YttD

Dari persamaan Diatas diperoleh:

a). Fungsi konsumsi perumahan masyarakat berpendapatan tidak

tetap Bulan Oktober 2005.

Cprmhtt = 71781,847 - 1,07Ytt

b). Fungsi konsumsi perumahan masyarakat berpendapatan tidak

tetap Bulan Januari 2006.

Cprmhtt = 42972,547 + 2,513 Yt

Page 169: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Jika dihubungkan antara pendapatan dan konsumsi perumahan

nampak ada perubahan slope (kemiringan) atau MPC pada Bulan

Oktober 2005 dan Januari 2006. Perubahan fungsi konsumsi tersebut

dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 4.10. Fungsi Konsumsi Perumahan Masyarakat

Berpendapatan Tidak Tetap Bulan Oktober

2005 dan Januari 2006.

Setelah penghapusan subsidi BBM yaitu pada Bulan Oktober 2005

hasrat mengkonsumsi (MPC) untuk perumahan masyarakat

berpendapatan tidak tetap adalah 1,07 dan pada Bulan Januari 2006

seiring dengan perubahan fungsi konsumsi, MPC berubah menjadi

2,513. Perubahan juga terjadi pada konsumsi awal (pada saat Y sama

Page 170: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

dengan 0) untuk bulan Oktober 2005 adalah sebesar 71781,847, dan

pada Bulan Januari 2006 mengalami penurunan menjadi 42972,547.

Perubahan tingkat konsumsi perumahan dapat dipengaruhi oleh

perubahan pendapatan, tingkat harga dan faktor lainnya. Karena

dalam penelitian ini pendapatan untuk Bulan Januari 2006 dan

Oktober 2005 adalah sama, maka disimpulkan perubahan tersebut

dikarenakan adanya perubahan harga barang atau jasa kebutuhan

perumahan akibat penghapusan subsidi BBM dan juga disebabkan

faktor lain selain pendapatan.

3). Pola konsumsi perumahan masyarakat berpendapatan tetap dan

masyarakat berpendapatan tidak tetap.

Berikut disajikan hubungan gambar pola konsumsi pangan

masyarakat berpendapatan tetap dan tidak tetap

Gambar 4.11. Fungsi Konsumsi Perumahan Masyarakat

Berpendapatan Tetap Bulan Oktober 2005 dan

Januari 2006.

Page 171: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

d. Komparasi perubahan pola konsumsi untuk kebutuhan kesehatan.

1). Pola konsumsi pangan masyarakat berpendapatan tetap

Cksht = 21181,143 + 9,310Yt + 43083,097D – 4,83YtD

Dari persamaan Diatas diperoleh:

a). Fungsi konsumsi kesehatan masyarakat

berpendapatan tidak tetap Bulan Oktober 2005.

Cksht = 21181,143 + 9,310Yt

b). Fungsi konsumsi kesehatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

Bulan Januari 2006.

Cksht = 64264,24+ 4,48Yt

Jika dihubungkan antara pendapatan dan konsumsi kesehatan nampak

ada perubahan slope (kemiringan) atau MPC pada Bulan Oktober

2005 dan Januari 2006. Perubahan fungsi konsumsi tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut.

Page 172: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Gambar 4.12. Fungsi Konsumsi Kesehatan Masyarakat

Berpendapatan Tetap Bulan Oktober 2005 dan

Januari 2006.

Setelah penghapusan subsidi BBM yaitu pada Bulan Oktober

2005 hasrat mengkonsumsi (MPC) untuk kesehatan masyarakat

berpendapatan tetap adalah 9,310 dan pada Bulan Januari 2006

seiring dengan perubahan fungsi konsumsi, MPC berubah menjadi

4,48. Perubahan juga terjadi pada konsumsi awal (pada saat Y sama

dengan 0) untuk bulan Oktober 2005 adalah sebesar 21181,143, dan

pada Bulan Januari 2006 mengalami kenaikan menjadi 64264,24.

Perubahan tingkat konsumsi kesehatan dapat dipengaruhi oleh

perubahan pendapatan, tingkat harga dan faktor lainnya. Karena

dalam penelitian ini pendapatan untuk Bulan Januari 2006 dan

Oktober 2005 adalah sama, maka disimpulkan perubahan tersebut

dikarenakan adanya perubahan harga barang atau jasa kebutuhan

kesehatan akibat penghapusan subsidi BBM dan juga disebabkan

faktor lain selain pendapatan.

2). Pola konsumsi kesehatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

Page 173: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Ckshtt = 3433,641+ 0,133Ytt +17854,645D + 5,898YttD

Dari persamaan Diatas diperoleh:

a). Fungsi konsumsi kesehatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

Bulan Oktober 2005.

Ckshtt = 3433,641+ 0,133Ytt

b). Fungsi konsumsi kesehatan masyarakat berpendapatan tidak tetap

Bulan Januari 2006.

Ckshtt = 21288,286+ 6,031Ytt

Jika dihubungkan antara pendapatan dan konsumsi kesehatan nampak

ada perubahan slope (kemiringan) atau MPC pada Bulan Oktober

2005 dan Januari 2006. Perubahan fungsi konsumsi tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut.

Page 174: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Gambar 4.13. Fungsi Konsumsi Kesehatan Masyarakat

Berpendapatan Tetap Bulan Oktober 2005 dan

Januari 2006.

Setelah penghapusan subsidi BBM yaitu pada Bulan Oktober 2005

hasrat mengkonsumsi (MPC) untuk kesehatan masyarakat

berpendapatan tidak tetap adalah 0,133 dan pada Bulan Januari 2006

seiring dengan perubahan fungsi konsumsi, MPC berubah menjadi

6,031. Perubahan juga terjadi pada konsumsi awal (pada saat Y sama

dengan 0) untuk bulan Oktober 2005 adalah sebesar 3433,641, dan

pada Bulan Januari 2006 mengalami penurunan menjadi 21288,286.

Perubahan tingkat konsumsi kesehatan dapat dipengaruhi oleh

perubahan pendapatan, tingkat harga dan faktor lainnya. Karena

dalam penelitian ini pendapatan untuk Bulan Januari 2006 dan

Page 175: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Oktober 2005 adalah sama, maka disimpulkan perubahan tersebut

dikarenakan adanya perubahan harga barang atau jasa kebutuhan

kesehatan akibat penghapusan subsidi BBM dan juga disebabkan

faktor lain selain pendapatan.

c). Pola konsumsi kesehatan masyarakat berpendapatan tetap

dan masyarakat berpendapatan tidak tetap.

Berikut disajikan hubungan gambar pola konsumsi pangan

masyarakat berpendapatan tetap dan tidak tetap.

Gambar 4.14. Fungsi Konsumsi Kesehatan Masyarakat

Berpendapatan Tetap Bulan Oktober 2005 dan

Januari 2006.

e. Komparasi perubahan pola konsumsi untuk kebutuhan pendidikan.

1). Pola konsumsi pendidikan masyarakat berpendapatan tetap

Page 176: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Cpdkt = 77134,111 + 6,847Yt - 8600,182D + 1,227YtD

Dari persamaan Diatas diperoleh:

a). Fungsi konsumsi pendidikan masyarakat berpendapatan

tetap Bulan Oktober 2005.

Cpdkt = 77134,111 + 6,847Yt

b). Fungsi konsumsi pendidikan masyarakat berpendapatan tetap

Bulan Januari 2006.

Cpdkt = 68533,929+ 8,074Yt

Jika dihubungkan antara pendapatan dan konsumsi pendidikan

nampak ada perubahan slope (kemiringan) atau MPC pada Bulan

Oktober 2005 dan Januari 2006. Perubahan fungsi konsumsi tersebut

dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 4.15. Fungsi Konsumsi pendidikan Masyarakat

Berpendapatan Tetap Bulan Oktober 2005 dan

Januari 2006.

Setelah penghapusan subsidi BBM yaitu pada Bulan Oktober

2005 hasrat mengkonsumsi (MPC) untuk pendidikan masyarakat

Page 177: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

berpendapatan tetap adalah 6,847 dan pada Bulan Januari 2006

seiring dengan perubahan fungsi konsumsi, MPC berubah menjadi

8,074. Perubahan juga terjadi pada konsumsi awal (pada saat Y sama

dengan 0) untuk bulan Oktober 2005 adalah sebesar 77134,111, dan

pada Bulan Januari 2006 mengalami kenaikan menjadi 68533,929.

Perubahan tingkat harga konsumsi pendidikan dapat

dipengaruhi oleh perubahan pendapatan, tingkat harga dan faktor

lainnya. Karena dalam penelitian ini pendapatan untuk Bulan Januari

2006 dan Oktober 2005 adalah sama, maka disimpulkan perubahan

tersebut dikarenakan adanya perubahan harga barang atau jasa

kebutuhan pendidikan akibat penghapusan subsidi BBM dan juga

disebabkan faktor lain selain pendapatan.

2). Pola konsumsi pendidikan masyarakat berpendapatan tetap

Cpdktt = 9246,722 + 0,153Ytt - 7006,432D + 1,353YttD

Dari persamaan Diatas diperoleh:

a). Fungsi konsumsi pendidikan masyarakat berpendapatan tidak

tetap Bulan Oktober 2005.

Cpdktt = 9246,722 + 0,153Ytt

b). Fungsi konsumsi pendidikan masyarakat berpendapatan tidak

tetap Bulan Januari 2006.

Cpdktt = 2240,29+ 1,506Ytt

Jika dihubungkan antara pendapatan dan konsumsi pendidikan

nampak ada perubahan slope (kemiringan) atau MPC pada Bulan

Page 178: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Oktober 2005 dan Januari 2006. Perubahan fungsi konsumsi tersebut

dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 4.16. Fungsi Konsumsi Pendidikan Masyarakat

Berpendapatan Tidak Tetap Bulan Oktober 2005

dan Januari 2006.

Setelah penghapusan subsidi BBM yaitu pada Bulan Oktober

2005 hasrat mengkonsumsi (MPC) untuk pendidikan masyarakat

berpendapatan tidak tetap adalah 0,153 dan pada Bulan Januari 2006

seiring dengan perubahan fungsi konsumsi, MPC berubah menjadi

1,506. Perubahan juga terjadi pada konsumsi awal (pada saat Y sama

dengan 0) untuk bulan Oktober 2005 adalah sebesar 9246,722, dan

pada Bulan Januari 2006 mengalami kenaikan menjadi 2240,29.

Perubahan tingkat harga konsumsi pendidikan dapat

dipengaruhi oleh perubahan pendapatan, tingkat harga dan faktor

lainnya. Karena dalam penelitian ini pendapatan untuk Bulan Januari

Page 179: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

2006 dan Oktober 2005 adalah sama, maka disimpulkan perubahan

tersebut dikarenakan adanya perubahan harga barang atau jasa

kebutuhan pendidikan akibat penghapusan subsidi BBM dan juga

disebabkan faktor lain selain pendapatan.

3). Pola konsumsi pendidikan masyarakat berpendapatan tetap dan

masyarakat berpendapatan tidak tetap.

Berikut disajikan hubungan gambar pola konsumsi pangan

masyarakat berpendapatan tetap dan tidak tetap

Gambar 4.17. Fungsi Konsumsi Pendidikan Masyarakat

Berpendapatan Tetap dan Tidak TetapBulan

Oktober 2005 dan Januari 2006.

f. Komparasi perubahan pola konsumsi total.

1). Pola konsumsi pangan masyarakat berpendapatan tetap

CTt = 366599,2 + 0,389Yt -19974,3D+ 0,202YtD

Page 180: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Dari persamaan Diatas diperoleh:

a). Fungsi konsumsi total masyarakat berpendapatan tetap Bulan

Oktober 2005.

CTt = 366599,2 + 0,389Yt

b). Fungsi konsumsi total masyarakat berpendapatan tetap Bulan

Januari 2006.

CTt = 346624,9+ 0,591Yt

Jika dihubungkan antara pendapatan dan konsumsi total nampak ada

perubahan slope (kemiringan) atau MPC pada Bulan Oktober 2005

dan Januari 2006. Perubahan fungsi konsumsi tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut.

Gambar 4.19. Fungsi Konsumsi Total Masyarakat

Berpendapatan Tetap Bulan Oktober 2005 dan

Januari 2006.

Page 181: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Setelah penghapusan subsidi BBM yaitu pada Bulan Oktober

2005 hasrat mengkonsumsi (MPC) masyarakat berpendapatan tetap

adalah 0,389 dan pada Bulan Januari 2006 seiring dengan perubahan

fungsi konsumsi, MPC berubah menjadi 0,591. Perubahan juga

terjadi pada konsumsi awal (pada saat Y sama dengan 0) untuk bulan

Oktober 2005 adalah sebesar 366599,2, dan pada Bulan Januari 2006

mengalami purunan menjadi 346624,9.

Perubahan tingkat konsumsi dapat dipengaruhi oleh perubahan

pendapatan, tingkat harga dan faktor lainnya. Karena dalam

penelitian ini pendapatan untuk Bulan Januari 2006 dan Oktober

2005 adalah sama, maka disimpulkan perubahan tersebut dikarenakan

adanya perubahan harga barang atau jasa kebutuhan akibat

penghapusan subsidi BBM dan juga disebabkan faktor lain selain

pendapatan.

2). Pola konsumsi masyarakat berpendapatan tidak tetap

CTtt = 256251,6 + 0,453Ytt - 4561,263D + 1,585YttD

Dari persamaan Diatas diperoleh:

a). Fungsi konsumsi masyarakat berpendapatan tidak tetap Bulan

Oktober 2005.

CTtt = 256251,6 + 0,453Ytt

b). Fungsi konsumsi masyarakat berpendapatan tidak tetap Bulan

Januari 2006.

CTtt = 251690,337+ 1,585Ytt

Page 182: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Jika dihubungkan antara pendapatan dan konsumsi nampak ada

perubahan slope (kemiringan) atau MPC pada Bulan Oktober 2005

dan Januari 2006. Perubahan fungsi konsumsi tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut.

Gambar 4.19. Fungsi Konsumsi Total Masyarakat

Berpendapatan Tidak Tetap Bulan Oktober 2005

dan Januari 2006.

Setelah penghapusan subsidi BBM yaitu pada Bulan Oktober

2005 hasrat mengkonsumsi (MPC) masyarakat berpendapatan tidak

tetap adalah 0,453 dan pada Bulan Januari 2006 seiring dengan

perubahan fungsi konsumsi, MPC berubah menjadi 1,585. Perubahan

juga terjadi pada konsumsi awal (pada saat Y sama dengan 0) untuk

bulan Oktober 2005 adalah sebesar 256251,6, dan pada Bulan Januari

2006 mengalami perubahan menjadi 251690,337.

Page 183: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Perubahan tingkat konsumsi dapat dipengaruhi oleh

perubahan pendapatan, tingkat harga dan faktor lainnya. Karena

dalam penelitian ini pendapatan untuk Bulan Januari 2006 dan

Oktober 2005 adalah sama, maka disimpulkan perubahan tersebut

dikarenakan adanya perubahan harga barang atau jasa kebutuhan

akibat penghapusan subsidi BBM dan juga disebabkan faktor lain

selain pendapatan.

3). Pola konsumsi masyarakat berpendapatan tetap dan masyarakat

berpendapatan tidak tetap.

Berikut disajikan hubungan pola konsumsi sandang

masyarakat berpendapatan tetap dan tidak tetap.

Gambar 4.20. Fungsi Konsumsi Total Masyarakat Berpendapatan

tetap dan Tidak Tetap Bulan Oktober 2005

dan Januari 2006

Page 184: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

5. Ringkasan Hasil Pengolahan Data.

a. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

Dari Uji Chow diperoleh hasil atau kesimpulan dari hipotesis

yang telah dikemukakan, adapun hasil pengujian hipotesis dalam

penelitian ini disajikan dalam Tabel 4.28.

B. Tabel 4.28 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

No Hipotesis (H0) Hasil pengujian Kesimpulan

1. Cpgnt = Cpgntt Ditolak Cpgnt ≠ Cpgntt

2. Csdgt = Csdgtt Ditolak Csdgt ≠ Csdgtt

3. Cpmht = Cpmhtt Ditolak Cpmht ≠ Cpmhtt

4. Cksht = Ckshtt Ditolak Cksht ≠ Ckshtt

5. Cpdkt = Cpdktt Diterima Cpdkt = Cpdktt

6. Cpgn1 ≠ Cpgn4 Diterima Cpgn1 ≠ Cpgn4

7. Csdg1 ≠ Csdg4 Diterima Csdg1 ≠ Csdg4

8. Cpmh1 ≠ Cpmh4 Diterima Cpmh1 ≠ Cpmh4

9. Cksh1 ≠Cksh4 Diterima Cksh1 ≠Cksh4

10. Cpdk1 = Cpdk4 Diterima Cpdk1 = Cpdk4

11. CTt = CTtt Ditolak CTt ≠ CTtt

12. CT1 ≠ CT4 Diterima CT1 ≠ CT4

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Uji Chow.

Page 185: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

b. Ringkasan Komparasi Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat.

1. Pola Konsumsi Masyarakat Berpendapatan Tetap

Berikut disajikan ringkasan hasil pengolahan data untuk pola

konsumsi masyarakat berpendapatan tetap periode Bulan Oktober

2005 dan Januari 2006.

Tabel 4.29. Ringkasan Hasil Pengolahan Data Untuk Masyarakat Berpendapatan

Tetap.

Bulan Oktober 2005 Bulan Januari 2006

Konsumsi Rata2/bln C0 MPC Rata2/bln C0 MPC

Pangan

Sandang

Perumahan

Kesehatan

Pendidikan

Total

276.140

101.070

93.960

102.101

136.645

704416,0

192284,5

56085,87

7304,194

21181,14

77134,11

366599,2

9,647

5,175

9,970

9,310

6,847

0,389

314.780

76.002

132.906

103.225

136.110

763113,00

237247,17

30620,275

39260,624

64264,24

68533,929

346624,9

2,477

9,75

13,011

4,48

8,074

0,591

Sumber: Data Primer Diolah

Keterangan:

C0 = Konsumsi awal (Konsumsi saat Y sama dengan 0)

MPC = Marginal Propensity to Consume (slope kemiringan kurva

Engel)

Rata2/bulan = Rata – rata pengeluaran masyarakat perbulan dalam

Rupiah.

Page 186: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

2. Pola Konsumsi Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap

Berikut disajikan ringkasan hasil pengolahan data untuk pola

konsumsi masyarakat berpendapatan tidak tetap periode Bulan

Oktober 2005 dan Januari 2006.

Tabel 4.30. Ringkasan Hasil Pengolahan Data Untuk Masyarakat Berpendapatan

Tidak Tetap

Bulan Oktober 2005 Bulan Januari 2006

Konsumsi Rata2/bln C0 MPC Rata2/bln C0 MPC

Pangan

Sandang

Perumahan

Kesehatan

Pendidikan

Total

175.140

65.736

67.634

55.235

68.680

432426,0

131333,1

40456,31

71781,84

3433,641

9246,722

256251,6

0,113

6,495

- 1,07

0,133

0,153

0,453

199.780

40.258

52.770

75.386

66.940

434034,0

155870,416

30645,113

42972,547

21288,286

2240,29

251690,337

2,751

2,465

2,513

6,031

1,506

1,585

Sumber: Data Primer Diolah

Keterangan:

C0 = Konsumsi awal (Konsumsi saat Y sama dengan 0)

MPC = Marginal Propensity to Consume (slope kemiringan kurva

Engel)

Rata2/bulan = Rata – rata pengeluaran masyarakat perbulan dalam

Rupiah.

Page 187: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

6. Analisis Ekonomi

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan Uji Chow

mengungkapkan bahwa: pertama terdapat perbedaan yang signifikan

antara pengeluaran konsumsi untuk pangan, perumahan, sandang dan

kesehatan pada masyarakat berpendapatan tetap dan tidak tetap.

Sedangkan untuk pengeluaran untuk pendidikan disimpulkan tidak

terdapat perbedaan yang signifikan. Kedua, Terdapat perbedaan yang

signifikan antara pengeluaran konsumsi masyarakat berpendapatan tetap

dan tidak tetap untuk pangan, perumahan, sandang dan kesehatan pada

Bulan Oktober 2005 dan Bulan Januari 2006. Sedangkan untuk

pengeluaran konsumsi pendidikan disimpulkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan.

Perbedaan ini lebih dikarenakan oleh faktor perbedaan

pendapatan yang mana rata-rata pendapatan masyarakat berpendapatan

tetap lebih tinggi dari pada pendapatan masyarakat berpendapatan tidak

tetap. Tinggi rendahnya pendapatan disini akan mempengaruhi jenis dan

kualitas barang yang dikonsumsi oleh masyarakat. Sedangkan untuk

kenaikan harga barang akibat penghapusan subsidi BBM tidak

berpengaruh signifikan pada jumlah barang yang diminta oleh

masyarakat.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori ekonomi yaitu tinggi

rendahnya pendapatan akan mempengaruhi jenis barang yang akan

dikonsumsi, hal ini sesuai dengan teorinya Sadono Sukirno (1999 : 81-

82) yaitu bahwa pendapatan konsumen membedakan jenis barang

menjadi empat golongan yaitu:

Page 188: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

1. Barang Inferior, yaitu barang yang banyak diminati oleh orang-orang

yang berpendapatan rendah. Apabila pendapatan konsumen rendah

maka permintaan terhadap barang inferior akan tinggi. Sebaliknya,

apabila pendapatan konsumen tinggi maka permintaan akan barang

inferior akan semakin menurun. Misalnya permintaan untuk

mengkonsumsi getuk.

2. Barang Esensial, yaitu barang yang sangat penting artinya dalam

kehidupan sehari-hari masyarakat. Barang esensial biasanya

merupakan barang-barang kebutuhan pokok konsumen.

3. Barang Normal, sesuatu dapat dikatakan barang normal apabila

mengalami kenaikan pendapatan diiringi dengan kenaikan

permintaan. Ada dua faktor yang menyebabkan barang-barang

normal permintaannya bertambah apabila pendapatannya bertambah:

a. Pertambahan pendapatan menambah kemampuan untuk membeli

lebih banyak barang.

b. Pertambahan pendapatan memungkinkan para pembeli menukar

konsumsi ke barang yang lebih baik.

4. Barang Mewah, jenis barang yang dibeli konsumen apabila

pendapatan mereka relatif tinggi. Contohnya pada pembelian mobil.

Page 189: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Sebagai akibat atau dampak penghapusan subsidi bahan bakar minyak

yang tertuang dalam Peraturan Presiden No 55 Tahun 2005 tentang Kenaikan

Harga Jual Eceran Bahan Minyak Dalam Negeri terhadap pola konsumsi

maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Kelompok Masyarakat Berpendapatan Tetap.

a. Rata – rata total pengeluaran konsumsi masyarakat berpendapatan

tetap pada Bulan Oktober 2005 sebesar 704.416 Sedangkan pada

Bulan Januari 2006 sebesar 763.113. Artinya bahwa total pengeluaran

konsumsi masyarakat berpendapatan tetap mengalami peningkatan

sebesar 58.697 Hal ini dikarenakan dampak penghapusan subsidi

BBM lebih dirasakan pada bulan Januari 2006 terbukti dengan

meningkatnya harga barang kebutuhan terutama barang kebutuhan

pangan.

b. Rata – rata pengeluaran konsumsi pangan masyarakat berpendapatan

tetap pada Bulan Oktober 2005 sebesar 276.140 Sedangkan pada

Bulan Januari 2006 sebesar 314.780. Artinya bahwa total pengeluaran

konsumsi masyarkat berpendapatan tetap mengalami peningkatan

sebesar 38.640. Hal ini dikarenakan dampak penghapusan subsidi

BBM lebih dirasakan pada bulan Januari 2006 terbukti dengan

meningkatnya harga barang kebutuhan terutama barang kebutuhan

pangan.

Page 190: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

c. Rata – rata pengeluaran konsumsi sandang masyarakat berpendapatan

tetap pada Bulan Oktober 2005 sebesar 101.070 Sedangkan pada

Bulan Januari 2006 sebesar 76.002 Artinya bahwa total pengeluaran

konsumsi masyarkat berpendapatan tetap mengalami penurunan

sebesar 25.068.

d. Rata – rata pengeluaran konsumsi perumahan masyarakat

berpendapatan tetap pada Bulan Oktober 2005 sebesar 93.960

Sedangkan pada Bulan Januari 2006 sebesar 132.906 Artinya bahwa

total pengeluaran konsumsi masyarkat berpendapatan tetap

mengalami peningkatan sebesar 38.946. Hal ini dikarenakan dampak

penghapusan subsidi BBM lebih dirasakan pada bulan Januari 2006

terbukti dengan meningkatnya harga barang kebutuhan terutama

barang kebutuhan pangan.

e. Rata – rata pengeluaran konsumsi kesehatan masyarakat

berpendapatan tetap pada Bulan Oktober 2005 sebesar 102.101

Sedangkan pada Bulan Januari 2006 sebesar 103.225. Artinya bahwa

total pengeluaran konsumsi masyarkat berpendapatan tetap

mengalami peningkatan sebesar 1.124. Hal ini dikarenakan dampak

penghapusan subsidi BBM lebih dirasakan pada bulan Januari 2006

terbukti dengan meningkatnya harga barang kebutuhan terutama

barang kebutuhan pangan.

f. Rata – rata pengeluaran pendidikan masyarakat berpendapatan tetap

pada Bulan Oktober 2005 sebesar 136.645 Sedangkan pada Bulan

Januari 2006 sebesar 136.110 Artinya bahwa total pengeluaran

Page 191: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

konsumsi masyarkat berpendapatan tetap mengalami penurunan

sebesar 535. Hal ini dikarenakan dampak penghapusan subsidi BBM

lebih dirasakan pada bulan Januari 2006 terbukti dengan

meningkatnya harga barang kebutuhan terutama barang kebutuhan

pangan.

Kelompok Masyarakat Berpendapatan Tidak Tetap.

a. Rata – rata total pengeluaran masyarakat berpendapatan tidak tetap

pada Bulan Oktober 2005 sebesar 432.426. Sedangkan pada Bulan

Januari 2006 sebesar 434.034. Artinya bahwa total pengeluaran

konsumsi masyarkat berpendapatan tetap mengalami peningkatan

sebesar 16.080. Hal ini dikarenakan dampak penghapusan subsidi

BBM lebih dirasakan pada bulan Januari 2006 terbukti dengan

meningkatnya harga barang kebutuhan terutama barang kebutuhan

pangan.

b. Rata – rata pengeluaran konsumsi pangan masyarakat berpendapatan

tidak tetap pada Bulan Oktober 2005 sebesar 175.140 Sedangkan

pada Bulan Januari 2006 sebesar 199.780 Artinya bahwa total

pengeluaran konsumsi masyarkat berpendapatan tetap mengalami

peningkatan sebesar 24.640. Hal ini dikarenakan dampak

penghapusan subsidi BBM lebih dirasakan pada bulan Januari 2006

terbukti dengan meningkatnya harga barang kebutuhan terutama

barang kebutuhan pangan

Page 192: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

c. Rata – rata pengeluaran konsumsi sandang masyarakat berpendapatan

tidak tetap pada Bulan Oktober 2005 sebesar 65.736 Sedangkan pada

Bulan Januari 2006 sebesar 40.258 Artinya bahwa total pengeluaran

konsumsi masyarkat berpendapatan tetap mengalami penurunan

sebesar 25.478. Hal ini dikarenakan dampak penghapusan subsidi

BBM lebih dirasakan pada bulan Januari 2006 terbukti dengan

meningkatnya harga barang kebutuhan terutama barang kebutuhan

pangan

d. Rata – rata pengeluaran konsumsi perumahan masyarakat

berpendapatan tidak tetap pada Bulan Oktober 2005 sebesar 67.634

Sedangkan pada Bulan Januari 2006 sebesar 52.770 Artinya bahwa

total pengeluaran konsumsi masyarkat berpendapatan tetap

mengalami penurunan sebesar 14.864. Hal ini dikarenakan dampak

penghapusan subsidi BBM lebih dirasakan pada bulan Januari 2006

terbukti dengan meningkatnya harga barang kebutuhan terutama

barang kebutuhan pangan

e. Rata – rata pengeluaran konsumsi kesehatan masyarakat

berpendapatan tidak tetap pada Bulan Oktober 2005 sebesar 55.235

Sedangkan pada Bulan Januari 2006 sebesar 75.386.Artinya bahwa

total pengeluaran konsumsi masyarkat berpendapatan tetap

mengalami peningkatan sebesar 20.151.Hal ini dikarenakan dampak

penghapusan subsidi BBM lebih dirasakan pada bulan Januari 2006

terbukti dengan meningkatnya harga barang kebutuhan terutama

barang kebutuhan pangan

Page 193: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

f. Rata – rata pengeluaran konsumsi pendidikan masyarakat

berpendapatan tidak tetap pada Bulan Oktober 2005 sebesar 68.680

Sedangkan pada Bulan Januari 2006 sebesar 66.940. Artinya bahwa

total pengeluaran konsumsi masyarkat berpendapatan tetap

mengalami peningkatan sebesar1.740. Hal ini dikarenakan dampak

penghapusan subsidi BBM lebih dirasakan pada bulan Januari 2006

terbukti dengan meningkatnya harga barang kebutuhan terutama

barang kebutuhan pangan.

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan Uji Chow mengungkapkan

bahwa: pertama terdapat perbedaan yang signifikan antara pengeluaran

konsumsi untuk pangan, perumahan, sandang dan kesehatan pada masyarakat

berpendapatan tetap dan tidak tetap. Sedangkan untuk pengeluaran untuk

pendidikan disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Kedua,

Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengeluaran konsumsi masyarakat

berpendapatan tetap dan tidak tetap untuk pangan, perumahan, sandang dan

kesehatan pada Bulan Oktober 2005 dan Bulan Januari 2006. Sedangkan

untuk pengeluaran konsumsi pendidikan disimpulkan tidak terdapat

perbedaan yang signifikan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, dengan adanya penghapusan subsidi

BBM maka biaya hidup masyarakat semakin tinggi karena adanya kenaikan

harga barang konsumsi dan daya beli (purchasing power) masyarakat turun. Jika

inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga BBM khususnya inflasi bahan

makanan cukup tinggi maka kemiskinan juga akan meningkat. Kenaikan harga

Page 194: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

ini akan lebih dirasakan oleh masyarakat berpendapatan rendah, dan dalam

penelitian ini rata-rata pendapatan masyarakat berpendapatan tidak tetap lebih

rendah daripada rata-rata pendapatan masyarakat berpendapatan tetap. Artinya

bahwa, dampak penghapusan subsidi BBM akan lebih dirasakan oleh kelompok

masyarakat berpendapatan tidak tetap yaitu antara lain: buruh tani dan buruh

bangunan.

Adanya fenomena diatas, pemerintah sebagai pengambil kebijakan

seharusnya dapat memberikan kompensasi yang layak dari dampak kebijakan

yang diambil yaitu pengahapusan subisdi BBM. Kebijakan pemerintah yang

berhubungan langsung dengan penghapusan subsidi ini adalah apa yang disebut

dengan Subsidi Langsung Tunai (SLT). Tujuan pemberian subsidi ini adalah

sebagai jaring pengaman social yang bersifat sementara yaitu mengamankan

orang-orang yang berada dibawah garis kemiskinan dan hampir miskin terhadap

gejolak perekonomian. Secara teoritis kebijakan “Cash Transfer” lebih baik jika

dibandingkan dengan subsidi BBM seperti yang terjadi selama ini dimana,

sebagian besar subsidi BBM dinikmati oleh kelompok nin-miskin. Berdasarkan

teori compensating variation (Varian, 1996 dalam Hidayat: 2005) menunjukkan

bahwa “Cash Transfer” akan megembalikan daya beli kelompok miskin pada

kondisi yang semula yaitu daya beli sebelum adanya kenaikan harga BBM.

Pemerintah dalam menyalurkan Subsidi Langsung Tunai (SLT) harus

melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan penyaluran subsidi tersebut agar

tujuan penghapusan dan pemberian kompensasi BBM dalam hal ini Subsidi

Langsung Tunai tepat sasaran dan tidak salah arah.Pengalihan subsidi BBM ke

Subsidi Langsung Tunai sebaiknya diarahkan kearah kegiatan yang bersifat

Page 195: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

produktif dan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia seperti

program padat karya pendidikan dasar dan kesehatan.

Walaupun pencabutan subsidi BBM secara teori ekonomi memiliki

argumentasi yang kuat, tetapi pemerintah juga harus memperhatikan dampak

sosial dan politik akibat pencabutan subsidi tersebut dan perlu mengusahakan

jalan keluar permasalahan yang timbul.

Page 196: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

DAFTAR PUSTAKA

Arivani, Dian. 2004.“Elastisitas Permintaan Telepon Tetap di Surakarta. Skripsi. Surakarta: FE UNS (tidak dipublikasikan).

Ari Sudarman. 1994.Teori Ekonomi Mikro,Jilid 1Edisi ketiga,Jakarta: BPFE. Anis Mardiana. 2005. “Analisis Deskriptif Dampak kenaikan Kenaikan Harga

minyak Mentah Dunia Terhadap Anggaran Negara dan Perekonomia”. Skripsi. Surakarta: FE UNS (tidak dipublikasikan).

Agus Syarip Hidayat. 2005. Konsumsi BBM dan Peluang Pengembangan Energi

Alternatif.Jurnal Inovasi Vol.5/XVII/November 2005, hal 11 – 17. Anonim. 2004. Modul Laboratorium Ekonometrika. Surakarta: Jurusan Ekonomi

Pembangunan FE UNS. Badan Analisis Fiskal. 2000. Nota Keuangan dan RAPBN 2000. Jakarta: Badan

Analisis Fiskal Departemen Keuangan. Cornelius Tjahjapriyadi dan Waluyo Djoko Indarto.2003.Analisis Pola Konsumsi

Rokok Sigaret Kretek Mesin, Sigaret Kretek Tangan dan Sigaret Putih Mesin.Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan Vol.7, No 4, hal 104 -114.

Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.2005.Reformasi Harga

BBM Demi Mewujudkan Keadilan: Kita Berhemat untuk Rakyat. DEPKOMINFO

Dharmmesta, Basu Swasta. 1999. Riset Konsumen dalam Pengembangan Teori

Perilaku Konsumen dan Masa Datang. Yogyakarta: UGM. Djarwanto PS dan Pangestu Subagyo.1984. Statistik Induktif.Yogyakarta : BPFE-

UGM. Ghozali, Imam. 2004. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS.

Semarang: BP-UNDIP. Gujarati, Damodar.1999. Ekonometrika Dasar, Alih Bahasa Zain Sumarno, Jakarta:

Erlangga. BPS.2004. Kecamatan Salaman dalam Angka Tahun 2004. Kec Salaman, Kab.

Magelang: BPS BPS.2004. Kabupaten Magelang dalam Angka Tahun 2004. Kabupaten Magelang:

BPS

Page 197: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Mankiw, N. Gregory. 2000. Macro Economics 4th Edition. New York: Worth Publisers Inc.

McEachern, William A. 2000. Economics: A Contemporary Introduction. USA:

South-Western College Publishing. Mislan.1999.Kajian Pemenuhan Kebutuhan Air Rumah Tangga Di Kecamatan

Samarinda Ulu Kotamadya Samarinda.Jurnal Frontir Nomor 24 Februari 1999.

M.Suparmoko.1998. Pengantar Ekonomi Makro,Yogyakarta : BPFE.-UGM.

Mulyanto S dan Hans Dieter Evers. 1982.Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok.Jakarta : Rajawali Press.

M Yususf Ridha.. 2003.”Analisis Pola Konsumsi Mahasiswa di Surakarta Th.

2003”. Skripsi. Surakarta: FE UNS (tidak dipublikasikan). Nur Binti. 2002.”Analisis Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan Daging

Ayam Di Kab. Karangayar”. Skripsi. Surakarta: FE UNS (tidak dipublikasikan).

Paul A. Samuelson & Wiliam D. Nordhaus, 1993, Mikro Ekonomi-14, Jakarta:

Erlangga. Peraturan Presiden No. 55/2005. Tentang Kenaikan Harga Jual Eceran BBM Dalam

Negeri.Jakarta. Purwaningsih, Yunastiti. 2000. “Pola Konsumsi Rumah Tangga di Kotamadya

Surakarta Tahun 2000 ”.Surakarta. Richard A., Bilas. 1993. Teori Ekonomi Mikro, Jakarta: Erlangga. Rieka Kartika Kuswara. 2004. “Analisis Keputusan Pemanfaatan Jasa Asuransi Jiwa

(Studi Kasus di Surakarta)”. Skripsi. Surakarta: FE UNS (tidak dipublikasikan).

Sadono Sukirno . 1994. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Sadono Sukirno . 1996. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: ALFABETA. Susilo, Y. Sri. 2003. Dampak Penurunan Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan

Tarif Dasar Listrik (TDL) Terhadap Kinerja Sektor Transportasi dan Sektor Industri Pengolahan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol.3. No.1. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Unika Atmajaya. hal 1 – 5.

Page 198: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Tim. 2003. Buku Pedoman Penyusunan Skripsi, Surakarta: FE UNS. Teguh Dartanto. 2005. BBM, Kebijakan Energi, Subsidi, dan Kemiskinan di

Indonesia. Jurnal Inovasi Vol.5/XVII/November 2005, hal 2 – 10. Tim. 2004. Modul Laboratorium Ekonometrika. Surakarta: Jurusan Ekonomi

Pembangunan FE UNS.

Umar Said, Dr .et. all. 2001. Kajian Dampak Ekonomi Kenaikan Harga BBM. Pusat Informasi Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia.

Page 199: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

LAMPIRAN

Frequencies

Page 200: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Statistics

YMPTT UMRMPTT PDMPTT

Valid 50 50 50N

Missing 52 52 52

Mean 389200,00 44,44 4,72

Median 315384,62(a) 45,29(a) 4,82(a)

Std. Deviation 271878,124 7,132 ,701

Variance 73917714285,714 50,864 ,491

Range 1350000 40 3

Minimum 150000 20 2

Maximum 1500000 60 5

25 197777,78(b) 39,50(b) 4,27(b)

50 315384,62 45,29 4,82Percentiles

75 460000,00 49,50 ,

a Calculated from grouped data.

b Percentiles are calculated from grouped data.

Frequency Table

YMPTT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

150000 6 5,9 12,0 12,0

180000 5 4,9 10,0 22,0

200000 4 3,9 8,0 30,0

250000 3 2,9 6,0 36,0

300000 10 9,8 20,0 56,0

350000 3 2,9 6,0 62,0

400000 5 4,9 10,0 72,0

450000 2 2,0 4,0 76,0

500000 3 2,9 6,0 82,0

600000 2 2,0 4,0 86,0

630000 2 2,0 4,0 90,0

750000 2 2,0 4,0 94,0

1000000 1 1,0 2,0 96,0

1200000 1 1,0 2,0 98,0

1500000 1 1,0 2,0 100,0

Valid

Total 50 49,0 100,0

Missing System 52 51,0

Total 102 100,0

Page 201: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

UMRMPTT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

20 1 1,0 2,0 2,0

34 1 1,0 2,0 4,0

35 2 2,0 4,0 8,0

36 2 2,0 4,0 12,0

37 1 1,0 2,0 14,0

38 3 2,9 6,0 20,0

39 2 2,0 4,0 24,0

40 4 3,9 8,0 32,0

41 2 2,0 4,0 36,0

42 2 2,0 4,0 40,0

43 1 1,0 2,0 42,0

44 1 1,0 2,0 44,0

45 4 3,9 8,0 52,0

46 3 2,9 6,0 58,0

47 3 2,9 6,0 64,0

48 3 2,9 6,0 70,0

49 1 1,0 2,0 72,0

50 7 6,9 14,0 86,0

51 1 1,0 2,0 88,0

52 2 2,0 4,0 92,0

53 1 1,0 2,0 94,0

54 1 1,0 2,0 96,0

60 2 2,0 4,0 100,0

Valid

Total 50 49,0 100,0

Missing System 52 51,0

Total 102 100,0

PDMPTT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

D2 1 1,0 2,0 2,0

SLTA 4 3,9 8,0 10,0

SLTP 3 2,9 6,0 16,0

SD 42 41,2 84,0 100,0

Valid

Total 50 49,0 100,0

Missing System 52 51,0

Page 202: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Total 102 100,0

Frequencies

Statistics

YMPT UMRMPT PDMPT

Valid 50 50 50N

Missing 52 52 52

Mean 869208,00 38,64 2,78

Median 680000,00(a) 35,00(a) 3,16(a)

Std. Deviation 408178,562 11,955 1,433

Variance 166609738710,204 142,929 2,053

Range 1696000 42 5

Minimum 400000 25 0

Maximum 2096000 67 5

25 578333,33(b) 30,00(b) 2,14(b)

50 680000,00 35,00 3,16Percentiles

75 1200000,00 47,00 3,84

a Calculated from grouped data.

b Percentiles are calculated from grouped data.

Frequency Table

YMPT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

400000 1 1,0 2,0 2,0

450000 1 1,0 2,0 4,0

500000 2 2,0 4,0 8,0

550000 5 4,9 10,0 18,0

560000 2 2,0 4,0 22,0

575000 1 1,0 2,0 24,0

580000 2 2,0 4,0 28,0

600000 7 6,9 14,0 42,0

650000 3 2,9 6,0 48,0

675000 1 1,0 2,0 50,0

700000 4 3,9 8,0 58,0

750000 3 2,9 6,0 64,0

800000 1 1,0 2,0 66,0

Valid

986000 1 1,0 2,0 68,0

Page 203: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

1000000 2 2,0 4,0 72,0

1100000 1 1,0 2,0 74,0

1200000 1 1,0 2,0 76,0

1250000 1 1,0 2,0 78,0

1298400 1 1,0 2,0 80,0

1300000 2 2,0 4,0 84,0

1400000 2 2,0 4,0 88,0

1500000 2 2,0 4,0 92,0

1600000 1 1,0 2,0 94,0

1700000 2 2,0 4,0 98,0

2096000 1 1,0 2,0 100,0

Total 50 49,0 100,0

Missing System 52 51,0

Total 102 100,0

UMRMPT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

25 5 4,9 10,0 10,0

26 1 1,0 2,0 12,0

27 2 2,0 4,0 16,0

28 2 2,0 4,0 20,0

29 1 1,0 2,0 22,0

30 3 2,9 6,0 28,0

31 3 2,9 6,0 34,0

32 1 1,0 2,0 36,0

33 3 2,9 6,0 42,0

34 2 2,0 4,0 46,0

35 4 3,9 8,0 54,0

36 2 2,0 4,0 58,0

38 5 4,9 10,0 68,0

39 1 1,0 2,0 70,0

40 1 1,0 2,0 72,0

45 1 1,0 2,0 74,0

47 1 1,0 2,0 76,0

49 1 1,0 2,0 78,0

50 1 1,0 2,0 80,0

52 2 2,0 4,0 84,0

55 1 1,0 2,0 86,0

Valid

56 1 1,0 2,0 88,0

Page 204: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

57 1 1,0 2,0 90,0

59 1 1,0 2,0 92,0

61 1 1,0 2,0 94,0

63 1 1,0 2,0 96,0

66 1 1,0 2,0 98,0

67 1 1,0 2,0 100,0

Total 50 49,0 100,0

Missing System 52 51,0

Total 102 100,0

PDMPT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

s1 8 7,8 16,0 16,0

d3 2 2,0 4,0 20,0

d2 2 2,0 4,0 24,0

slta 20 19,6 40,0 64,0

sltp 17 16,7 34,0 98,0

sd 1 1,0 2,0 100,0

Valid

Total 50 49,0 100,0

Missing System 52 51,0

Total 102 100,0

Frequencies

Statistics

MPT SDG1MPT PMH1MPT KSH1MPT PDK1MPT PGN4MPT SDG4MPT PMH4MPT

50 50 50 50 50 50 50 50

52 52 52 52 52 52 52 52

76140,00 101070,00 93960,00 102101,00 136645,00 314870,00 76002,00 132906,00

857,14(a) 67500,00(a) 65500,00(a) 63333,33(a) 140666,67(a) 298750,00(a) 64750,00(a) 65000,00(a)

6530,059 128617,928 111501,937 107640,396 138180,303 103015,890 58938,770 263749,763

3469,388 16542571530,612 12432682040,816 11586454947,959 19093796147,959 10612273571,429 3473778567,347 69563937718,367

585000 692000 730000 485000 657000 580000 390000 1695500

135000 15000 20000 15000 0 175000 10000 25500

720000 707000 750000 500000 657000 755000 400000 1721000

833,33(b) 54500,00(b) 42333,33(b) 42300,00(b) 31764,71(b) 243750,00(b) 50000,00(b) 46500,00(b)

52857,14 67500,00 65500,00 63333,33 140666,67 298750,00 64750,00 65000,00

20000,00 89000,00 105000,00 120000,00 177000,00 347142,86 85800,00 106000,00

Page 205: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

grouped data.

Frequency Table

PGN1MPT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

135000 1 1,0 2,0 2,0

150000 3 2,9 6,0 8,0

180000 2 2,0 4,0 12,0

190000 1 1,0 2,0 14,0

200000 10 9,8 20,0 34,0

210000 2 2,0 4,0 38,0

225000 1 1,0 2,0 40,0

240000 1 1,0 2,0 42,0

250000 6 5,9 12,0 54,0

260000 1 1,0 2,0 56,0

300000 9 8,8 18,0 74,0

320000 1 1,0 2,0 76,0

325000 1 1,0 2,0 78,0

340000 1 1,0 2,0 80,0

350000 2 2,0 4,0 84,0

357000 1 1,0 2,0 86,0

360000 1 1,0 2,0 88,0

400000 2 2,0 4,0 92,0

405000 1 1,0 2,0 94,0

450000 1 1,0 2,0 96,0

550000 1 1,0 2,0 98,0

720000 1 1,0 2,0 100,0

Valid

Total 50 49,0 100,0

Missing System 52 51,0

Total 102 100,0

SDG1MPT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

15000 1 1,0 2,0 2,0

25000 1 1,0 2,0 4,0

26000 1 1,0 2,0 6,0

Valid

30000 3 2,9 6,0 12,0

Page 206: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

33000 1 1,0 2,0 14,0

40000 2 2,0 4,0 18,0

45000 1 1,0 2,0 20,0

50000 2 2,0 4,0 24,0

54500 1 1,0 2,0 26,0

55000 1 1,0 2,0 28,0

60000 3 2,9 6,0 34,0

62000 2 2,0 4,0 38,0

65000 6 5,9 12,0 50,0

70000 6 5,9 12,0 62,0

75000 1 1,0 2,0 64,0

80000 2 2,0 4,0 68,0

85000 3 2,9 6,0 74,0

89000 1 1,0 2,0 76,0

90000 1 1,0 2,0 78,0

95000 1 1,0 2,0 80,0

100000 2 2,0 4,0 84,0

145000 2 2,0 4,0 88,0

150000 2 2,0 4,0 92,0

205000 1 1,0 2,0 94,0

300000 1 1,0 2,0 96,0

650000 1 1,0 2,0 98,0

707000 1 1,0 2,0 100,0

Total 50 49,0 100,0

Missing System 52 51,0

Total 102 100,0

PMH1MPT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

20000 1 1,0 2,0 2,0

24500 1 1,0 2,0 4,0

27000 1 1,0 2,0 6,0

28500 1 1,0 2,0 8,0

33000 1 1,0 2,0 10,0

35000 1 1,0 2,0 12,0

36000 2 2,0 4,0 16,0

37000 1 1,0 2,0 18,0

38000 1 1,0 2,0 20,0

Valid

40000 1 1,0 2,0 22,0

Page 207: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

42000 2 2,0 4,0 26,0

43000 1 1,0 2,0 28,0

44000 1 1,0 2,0 30,0

45000 1 1,0 2,0 32,0

50000 2 2,0 4,0 36,0

52000 1 1,0 2,0 38,0

54000 1 1,0 2,0 40,0

55000 2 2,0 4,0 44,0

57000 1 1,0 2,0 46,0

59000 1 1,0 2,0 48,0

65000 1 1,0 2,0 50,0

66000 1 1,0 2,0 52,0

68000 2 2,0 4,0 56,0

75000 2 2,0 4,0 60,0

78000 1 1,0 2,0 62,0

80000 2 2,0 4,0 66,0

81000 1 1,0 2,0 68,0

92000 1 1,0 2,0 70,0

100000 2 2,0 4,0 74,0

105000 1 1,0 2,0 76,0

110000 1 1,0 2,0 78,0

113000 1 1,0 2,0 80,0

125000 2 2,0 4,0 84,0

135000 2 2,0 4,0 88,0

150000 1 1,0 2,0 90,0

158000 1 1,0 2,0 92,0

170000 1 1,0 2,0 94,0

241000 1 1,0 2,0 96,0

350000 1 1,0 2,0 98,0

750000 1 1,0 2,0 100,0

Total 50 49,0 100,0

Missing System 52 51,0

Total 102 100,0

KSH1MPT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

15000 1 1,0 2,0 2,0

25000 2 2,0 4,0 6,0

Valid

30000 1 1,0 2,0 8,0

Page 208: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

31500 1 1,0 2,0 10,0

33000 1 1,0 2,0 12,0

35000 1 1,0 2,0 14,0

36000 1 1,0 2,0 16,0

40000 1 1,0 2,0 18,0

40500 1 1,0 2,0 20,0

42000 2 2,0 4,0 24,0

42300 1 1,0 2,0 26,0

45000 2 2,0 4,0 30,0

49000 1 1,0 2,0 32,0

50000 2 2,0 4,0 36,0

50400 1 1,0 2,0 38,0

50700 1 1,0 2,0 40,0

51000 1 1,0 2,0 42,0

55000 1 1,0 2,0 44,0

60000 1 1,0 2,0 46,0

60500 1 1,0 2,0 48,0

62500 1 1,0 2,0 50,0

65000 2 2,0 4,0 54,0

65650 1 1,0 2,0 56,0

67000 1 1,0 2,0 58,0

75000 2 2,0 4,0 62,0

78000 1 1,0 2,0 64,0

83000 1 1,0 2,0 66,0

85000 1 1,0 2,0 68,0

86000 1 1,0 2,0 70,0

95000 1 1,0 2,0 72,0

100000 1 1,0 2,0 74,0

120000 1 1,0 2,0 76,0

120400 1 1,0 2,0 78,0

150000 3 2,9 6,0 84,0

160500 1 1,0 2,0 86,0

162000 1 1,0 2,0 88,0

190300 1 1,0 2,0 90,0

215000 1 1,0 2,0 92,0

280000 1 1,0 2,0 94,0

450000 1 1,0 2,0 96,0

450800 1 1,0 2,0 98,0

500000 1 1,0 2,0 100,0

Page 209: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Total 50 49,0 100,0

Missing System 52 51,0

Total 102 100,0

PDK1MPT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 16 15,7 32,0 32,0

60000 1 1,0 2,0 34,0

70000 1 1,0 2,0 36,0

100000 1 1,0 2,0 38,0

115000 1 1,0 2,0 40,0

120000 2 2,0 4,0 44,0

125000 1 1,0 2,0 46,0

130000 2 2,0 4,0 50,0

146000 1 1,0 2,0 52,0

150000 5 4,9 10,0 62,0

160000 2 2,0 4,0 66,0

162000 1 1,0 2,0 68,0

164500 1 1,0 2,0 70,0

167000 1 1,0 2,0 72,0

170000 1 1,0 2,0 74,0

177000 1 1,0 2,0 76,0

195000 1 1,0 2,0 78,0

200000 1 1,0 2,0 80,0

210000 1 1,0 2,0 82,0

225000 1 1,0 2,0 84,0

250000 1 1,0 2,0 86,0

275000 2 2,0 4,0 90,0

300000 2 2,0 4,0 94,0

380000 1 1,0 2,0 96,0

538750 1 1,0 2,0 98,0

657000 1 1,0 2,0 100,0

Valid

Total 50 49,0 100,0

Missing System 52 51,0

Total 102 100,0

PGN4MPT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Page 210: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

175000 1 1,0 2,0 2,0

195000 2 2,0 4,0 6,0

215000 1 1,0 2,0 8,0

225000 1 1,0 2,0 10,0

230000 2 2,0 4,0 14,0

235000 4 3,9 8,0 22,0

245000 4 3,9 8,0 30,0

250000 3 2,9 6,0 36,0

260000 1 1,0 2,0 38,0

270000 1 1,0 2,0 40,0

275000 1 1,0 2,0 42,0

285000 1 1,0 2,0 44,0

295000 3 2,9 6,0 50,0

300000 1 1,0 2,0 52,0

301000 1 1,0 2,0 54,0

302500 1 1,0 2,0 56,0

335000 1 1,0 2,0 58,0

340000 4 3,9 8,0 66,0

345000 6 5,9 12,0 78,0

350000 1 1,0 2,0 80,0

355000 1 1,0 2,0 82,0

375000 1 1,0 2,0 84,0

385000 1 1,0 2,0 86,0

400000 2 2,0 4,0 90,0

410000 1 1,0 2,0 92,0

430000 1 1,0 2,0 94,0

485000 1 1,0 2,0 96,0

620000 1 1,0 2,0 98,0

755000 1 1,0 2,0 100,0

Valid

Total 50 49,0 100,0

Missing System 52 51,0

Total 102 100,0

SDG4MPT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

10000 1 1,0 2,0 2,0

15000 1 1,0 2,0 4,0

18000 1 1,0 2,0 6,0

Valid

25000 1 1,0 2,0 8,0

Page 211: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

26000 1 1,0 2,0 10,0

30000 1 1,0 2,0 12,0

33000 1 1,0 2,0 14,0

35000 1 1,0 2,0 16,0

40000 1 1,0 2,0 18,0

41500 1 1,0 2,0 20,0

45000 2 2,0 4,0 24,0

50000 1 1,0 2,0 26,0

52000 1 1,0 2,0 28,0

54500 1 1,0 2,0 30,0

55000 2 2,0 4,0 34,0

56000 1 1,0 2,0 36,0

60000 3 2,9 6,0 42,0

61000 1 1,0 2,0 44,0

62000 1 1,0 2,0 46,0

64500 1 1,0 2,0 48,0

65000 5 4,9 10,0 58,0

70000 3 2,9 6,0 64,0

73200 1 1,0 2,0 66,0

79400 1 1,0 2,0 68,0

80000 1 1,0 2,0 70,0

85000 4 3,9 8,0 78,0

89000 1 1,0 2,0 80,0

90000 2 2,0 4,0 84,0

100000 2 2,0 4,0 88,0

130000 1 1,0 2,0 90,0

150000 2 2,0 4,0 94,0

170000 2 2,0 4,0 98,0

400000 1 1,0 2,0 100,0

Total 50 49,0 100,0

Missing System 52 51,0

Total 102 100,0

PMH4MPT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

25500 1 1,0 2,0 2,0

26000 1 1,0 2,0 4,0

28000 1 1,0 2,0 6,0

Valid

28500 1 1,0 2,0 8,0

Page 212: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

30500 1 1,0 2,0 10,0

33800 1 1,0 2,0 12,0

37000 1 1,0 2,0 14,0

38000 1 1,0 2,0 16,0

40500 1 1,0 2,0 18,0

43000 1 1,0 2,0 20,0

44000 1 1,0 2,0 22,0

45000 1 1,0 2,0 24,0

46500 1 1,0 2,0 26,0

47000 1 1,0 2,0 28,0

50000 2 2,0 4,0 32,0

51000 1 1,0 2,0 34,0

52000 2 2,0 4,0 38,0

55000 2 2,0 4,0 42,0

56000 1 1,0 2,0 44,0

60000 1 1,0 2,0 46,0

64000 1 1,0 2,0 48,0

65000 2 2,0 4,0 52,0

68000 1 1,0 2,0 54,0

74000 1 1,0 2,0 56,0

75000 4 3,9 8,0 64,0

78500 1 1,0 2,0 66,0

80000 2 2,0 4,0 70,0

98000 1 1,0 2,0 72,0

100000 1 1,0 2,0 74,0

106000 1 1,0 2,0 76,0

127000 1 1,0 2,0 78,0

130000 1 1,0 2,0 80,0

160000 1 1,0 2,0 82,0

163000 1 1,0 2,0 84,0

168500 1 1,0 2,0 86,0

170000 1 1,0 2,0 88,0

198000 1 1,0 2,0 90,0

200000 2 2,0 4,0 94,0

330000 1 1,0 2,0 96,0

905000 1 1,0 2,0 98,0

1721000 1 1,0 2,0 100,0

Total 50 49,0 100,0

Missing System 52 51,0

Page 213: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Total 102 100,0

KSH4MPT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

16500 1 1,0 2,0 2,0

27000 1 1,0 2,0 4,0

28000 1 1,0 2,0 6,0

31500 1 1,0 2,0 8,0

34500 1 1,0 2,0 10,0

35000 1 1,0 2,0 12,0

39000 1 1,0 2,0 14,0

40000 1 1,0 2,0 16,0

41500 1 1,0 2,0 18,0

42000 1 1,0 2,0 20,0

43800 1 1,0 2,0 22,0

45200 1 1,0 2,0 24,0

46500 1 1,0 2,0 26,0

47000 1 1,0 2,0 28,0

50000 2 2,0 4,0 32,0

50500 1 1,0 2,0 34,0

51500 1 1,0 2,0 36,0

52200 1 1,0 2,0 38,0

56500 1 1,0 2,0 40,0

60000 1 1,0 2,0 42,0

63400 1 1,0 2,0 44,0

65000 2 2,0 4,0 48,0

65200 1 1,0 2,0 50,0

67000 1 1,0 2,0 52,0

70000 1 1,0 2,0 54,0

74850 1 1,0 2,0 56,0

75400 1 1,0 2,0 58,0

79500 1 1,0 2,0 60,0

84500 1 1,0 2,0 62,0

85000 1 1,0 2,0 64,0

88500 1 1,0 2,0 66,0

100000 1 1,0 2,0 68,0

103000 1 1,0 2,0 70,0

120000 1 1,0 2,0 72,0

Valid

123500 1 1,0 2,0 74,0

Page 214: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

125000 1 1,0 2,0 76,0

140000 1 1,0 2,0 78,0

145000 1 1,0 2,0 80,0

150000 3 2,9 6,0 86,0

155000 1 1,0 2,0 88,0

160000 1 1,0 2,0 90,0

192800 1 1,0 2,0 92,0

205000 1 1,0 2,0 94,0

345000 1 1,0 2,0 96,0

505000 1 1,0 2,0 98,0

520400 1 1,0 2,0 100,0

Total 50 49,0 100,0

Missing System 52 51,0

Total 102 100,0

PDK4MPT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 17 16,7 34,0 34,0

60000 1 1,0 2,0 36,0

65000 1 1,0 2,0 38,0

100000 1 1,0 2,0 40,0

104500 1 1,0 2,0 42,0

110000 1 1,0 2,0 44,0

120000 2 2,0 4,0 48,0

125000 1 1,0 2,0 50,0

130000 1 1,0 2,0 52,0

145000 1 1,0 2,0 54,0

146000 1 1,0 2,0 56,0

150000 4 3,9 8,0 64,0

155000 1 1,0 2,0 66,0

160000 2 2,0 4,0 70,0

162000 1 1,0 2,0 72,0

167000 1 1,0 2,0 74,0

175000 1 1,0 2,0 76,0

180000 1 1,0 2,0 78,0

207000 1 1,0 2,0 80,0

210000 1 1,0 2,0 82,0

225000 1 1,0 2,0 84,0

Valid

275000 1 1,0 2,0 86,0

Page 215: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

300000 4 3,9 8,0 94,0

458000 1 1,0 2,0 96,0

470000 1 1,0 2,0 98,0

776000 1 1,0 2,0 100,0

Total 50 49,0 100,0

Missing System 52 51,0

Total 102 100,0

Frequencies

Notes

Output Created 16-MAR-2006 23:22:00

Comments

Data C:\My Documents\arie eko\Skripsi\lki\Data pola konsumsi.sav

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

Input

N of Rows in Working Data File 102

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing. Missing Value

Handling Cases Used Statistics are based on all cases with valid data.

Syntax

FREQUENCIES VARIABLES=pgn1mptt sdg1mptt pmh1mptt ksh1mptt pdk1mptt pgn4mptt sdg4mptt pmh4mptt ksh4mptt pdk4mptt /NTILES= 4 /STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN /GROUPED= pgn1mptt sdg1mptt pmh1mptt ksh1mptt pdk1mptt pgn4mptt sdg4mptt pmh4mptt ksh4mptt pdk4mptt /ORDER= ANALYSIS .

Total Values Allowed 149796

Resources Elapsed Time 0:00:00,16

Statistics

N1MPTT SDG1MPTT PMH1MPTT KSH1MPTT PDK1MPTT PGN4MPTT SDG4MPTT PMH4MPTT

50 50 50 50 50 50 50 50

52 52 52 52 52 52 52 52

175140,00 65736,00 67634,00 55236,00 68680,00 199780,00 40258,00 52770,00

63000,00(a) 26000,00(a) 37800,00(a) 26250,00(a) 44666,67(a) 199600,00(a) 29000,00(a) 35650,00(a)

50640,796 117322,903 103541,591 92351,449 86049,687 51603,389 34157,917 54547,438

Page 216: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

490204,082 13764663575,510 10720861065,306 8528790106,122 7404548571,429 2662909795,918 1166763302,041 2975422959,184 1

270000 742500 640000 447000 360000 267000 161200 341000

80000 7500 10000 8000 0 98000 4300 9000

350000 750000 650000 455000 360000 365000 165500 350000

47222,22(b) 16125,00(b) 20250,00(b) 15833,33(b) 1680,00(b) 170000,00(b) 18500,00(b) 22000,00(b)

163000,00 26000,00 37800,00 26250,00 44666,67 199600,00 29000,00 35650,00

195000,00 55000,00 65000,00 41000,00 135000,00 217000,00 52000,00 64000,00

ata.

from grouped data.

Frequency Table

PGN1MPTT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

80000 1 1,0 2,0 2,0

83000 1 1,0 2,0 4,0

105000 1 1,0 2,0 6,0

120000 2 2,0 4,0 10,0

124000 1 1,0 2,0 12,0

130000 2 2,0 4,0 16,0

135000 1 1,0 2,0 18,0

140000 1 1,0 2,0 20,0

145000 1 1,0 2,0 22,0

150000 8 7,8 16,0 38,0

160000 5 4,9 10,0 48,0

162000 1 1,0 2,0 50,0

165000 2 2,0 4,0 54,0

170000 2 2,0 4,0 58,0

174000 2 2,0 4,0 62,0

180000 1 1,0 2,0 64,0

190000 5 4,9 10,0 74,0

195000 1 1,0 2,0 76,0

200000 2 2,0 4,0 80,0

210000 1 1,0 2,0 82,0

225000 1 1,0 2,0 84,0

235000 1 1,0 2,0 86,0

240000 3 2,9 6,0 92,0

250000 2 2,0 4,0 96,0

Valid

300000 1 1,0 2,0 98,0

Page 217: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

350000 1 1,0 2,0 100,0

Total 50 49,0 100,0

Missing System 52 51,0

Total 102 100,0

SDG1MPTT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

7500 1 1,0 2,0 2,0

10000 2 2,0 4,0 6,0

12000 1 1,0 2,0 8,0

13000 1 1,0 2,0 10,0

14000 1 1,0 2,0 12,0

15000 3 2,9 6,0 18,0

15500 1 1,0 2,0 20,0

15700 1 1,0 2,0 22,0

16000 2 2,0 4,0 26,0

16500 2 2,0 4,0 30,0

18000 2 2,0 4,0 34,0

19000 1 1,0 2,0 36,0

20000 3 2,9 6,0 42,0

24500 1 1,0 2,0 44,0

25000 1 1,0 2,0 46,0

25600 1 1,0 2,0 48,0

26000 2 2,0 4,0 52,0

27000 1 1,0 2,0 54,0

28000 1 1,0 2,0 56,0

30000 1 1,0 2,0 58,0

32000 1 1,0 2,0 60,0

35000 1 1,0 2,0 62,0

40000 2 2,0 4,0 66,0

41000 1 1,0 2,0 68,0

45500 1 1,0 2,0 70,0

50000 1 1,0 2,0 72,0

54000 1 1,0 2,0 74,0

55000 1 1,0 2,0 76,0

57500 1 1,0 2,0 78,0

65000 1 1,0 2,0 80,0

95000 1 1,0 2,0 82,0

Valid

100000 1 1,0 2,0 84,0

Page 218: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

125000 1 1,0 2,0 86,0

135000 1 1,0 2,0 88,0

160000 1 1,0 2,0 90,0

162000 1 1,0 2,0 92,0

180000 2 2,0 4,0 96,0

350000 1 1,0 2,0 98,0

750000 1 1,0 2,0 100,0

Total 50 49,0 100,0

Missing System 52 51,0

Total 102 100,0

PMH1MPTT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

10000 1 1,0 2,0 2,0

14000 1 1,0 2,0 4,0

15000 1 1,0 2,0 6,0

15400 1 1,0 2,0 8,0

16000 1 1,0 2,0 10,0

16500 1 1,0 2,0 12,0

17500 3 2,9 6,0 18,0

20000 5 4,9 10,0 28,0

21000 3 2,9 6,0 34,0

21500 1 1,0 2,0 36,0

23500 1 1,0 2,0 38,0

25500 1 1,0 2,0 40,0

27000 1 1,0 2,0 42,0

30500 1 1,0 2,0 44,0

32100 1 1,0 2,0 46,0

33000 1 1,0 2,0 48,0

35000 1 1,0 2,0 50,0

40600 1 1,0 2,0 52,0

45000 5 4,9 10,0 62,0

45500 1 1,0 2,0 64,0

48000 1 1,0 2,0 66,0

50000 1 1,0 2,0 68,0

52100 1 1,0 2,0 70,0

55000 1 1,0 2,0 72,0

59000 1 1,0 2,0 74,0

Valid

65000 1 1,0 2,0 76,0

Page 219: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

65500 1 1,0 2,0 78,0

73000 1 1,0 2,0 80,0

75000 1 1,0 2,0 82,0

77500 1 1,0 2,0 84,0

85000 1 1,0 2,0 86,0

110000 1 1,0 2,0 88,0

145000 1 1,0 2,0 90,0

150000 1 1,0 2,0 92,0

250000 1 1,0 2,0 94,0

255000 1 1,0 2,0 96,0

275000 1 1,0 2,0 98,0

650000 1 1,0 2,0 100,0

Total 50 49,0 100,0

Missing System 52 51,0

Total 102 100,0

KSH1MPTT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

8000 1 1,0 2,0 2,0

9100 1 1,0 2,0 4,0

10000 1 1,0 2,0 6,0

10600 1 1,0 2,0 8,0

11000 2 2,0 4,0 12,0

11500 1 1,0 2,0 14,0

14500 1 1,0 2,0 16,0

15000 2 2,0 4,0 20,0

15400 1 1,0 2,0 22,0

15500 2 2,0 4,0 26,0

16500 1 1,0 2,0 28,0

18500 1 1,0 2,0 30,0

19500 1 1,0 2,0 32,0

21000 2 2,0 4,0 36,0

24300 1 1,0 2,0 38,0

24500 1 1,0 2,0 40,0

25000 2 2,0 4,0 44,0

25500 3 2,9 6,0 50,0

26500 1 1,0 2,0 52,0

29500 1 1,0 2,0 54,0

Valid

30000 1 1,0 2,0 56,0

Page 220: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

30500 1 1,0 2,0 58,0

31500 1 1,0 2,0 60,0

32500 1 1,0 2,0 62,0

34200 1 1,0 2,0 64,0

34500 1 1,0 2,0 66,0

35000 1 1,0 2,0 68,0

36500 2 2,0 4,0 72,0

40000 1 1,0 2,0 74,0

41000 1 1,0 2,0 76,0

45000 1 1,0 2,0 78,0

45200 1 1,0 2,0 80,0

51500 1 1,0 2,0 82,0

62000 1 1,0 2,0 84,0

65000 1 1,0 2,0 86,0

75000 1 1,0 2,0 88,0

81000 1 1,0 2,0 90,0

150000 1 1,0 2,0 92,0

160000 1 1,0 2,0 94,0

250000 1 1,0 2,0 96,0

450000 1 1,0 2,0 98,0

455000 1 1,0 2,0 100,0

Total 50 49,0 100,0

Missing System 52 51,0

Total 102 100,0

PDK1MPTT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 24 23,5 48,0 48,0

42000 1 1,0 2,0 50,0

50000 2 2,0 4,0 54,0

54000 1 1,0 2,0 56,0

65000 4 3,9 8,0 64,0

75000 1 1,0 2,0 66,0

77000 1 1,0 2,0 68,0

105000 1 1,0 2,0 70,0

120000 1 1,0 2,0 72,0

125000 1 1,0 2,0 74,0

135000 1 1,0 2,0 76,0

Valid

140000 1 1,0 2,0 78,0

Page 221: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

145000 3 2,9 6,0 84,0

150000 1 1,0 2,0 86,0

181000 1 1,0 2,0 88,0

185000 1 1,0 2,0 90,0

200000 1 1,0 2,0 92,0

210000 1 1,0 2,0 94,0

230000 1 1,0 2,0 96,0

250000 1 1,0 2,0 98,0

360000 1 1,0 2,0 100,0

Total 50 49,0 100,0

Missing System 52 51,0

Total 102 100,0

PGN4MPTT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

98000 1 1,0 2,0 2,0

110000 1 1,0 2,0 4,0

130000 1 1,0 2,0 6,0

139000 1 1,0 2,0 8,0

145000 3 2,9 6,0 14,0

150000 2 2,0 4,0 18,0

155000 1 1,0 2,0 20,0

165000 2 2,0 4,0 24,0

170000 1 1,0 2,0 26,0

175000 4 3,9 8,0 34,0

180000 2 2,0 4,0 38,0

185000 1 1,0 2,0 40,0

187000 1 1,0 2,0 42,0

189000 1 1,0 2,0 44,0

195000 1 1,0 2,0 46,0

199000 1 1,0 2,0 48,0

200000 4 3,9 8,0 56,0

205000 6 5,9 12,0 68,0

212000 1 1,0 2,0 70,0

215000 4 3,9 8,0 78,0

225000 1 1,0 2,0 80,0

230000 1 1,0 2,0 82,0

250000 1 1,0 2,0 84,0

Valid

255000 2 2,0 4,0 88,0

Page 222: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

260000 1 1,0 2,0 90,0

265000 1 1,0 2,0 92,0

275000 2 2,0 4,0 96,0

350000 1 1,0 2,0 98,0

365000 1 1,0 2,0 100,0

Total 50 49,0 100,0

Missing System 52 51,0

Total 102 100,0

SDG4MPTT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

4300 1 1,0 2,0 2,0

8000 1 1,0 2,0 4,0

10000 2 2,0 4,0 8,0

14000 1 1,0 2,0 10,0

14500 1 1,0 2,0 12,0

15000 1 1,0 2,0 14,0

15200 1 1,0 2,0 16,0

15600 1 1,0 2,0 18,0

16000 1 1,0 2,0 20,0

18000 2 2,0 4,0 24,0

18500 1 1,0 2,0 26,0

19000 1 1,0 2,0 28,0

19200 1 1,0 2,0 30,0

19500 1 1,0 2,0 32,0

20000 2 2,0 4,0 36,0

23500 1 1,0 2,0 38,0

24500 1 1,0 2,0 40,0

25000 1 1,0 2,0 42,0

26000 1 1,0 2,0 44,0

27000 1 1,0 2,0 46,0

28000 1 1,0 2,0 48,0

28500 1 1,0 2,0 50,0

29500 1 1,0 2,0 52,0

32000 1 1,0 2,0 54,0

33500 1 1,0 2,0 56,0

35000 4 3,9 8,0 64,0

40000 1 1,0 2,0 66,0

Valid

44500 1 1,0 2,0 68,0

Page 223: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

45000 1 1,0 2,0 70,0

50000 3 2,9 6,0 76,0

54000 1 1,0 2,0 78,0

55000 2 2,0 4,0 82,0

55200 1 1,0 2,0 84,0

63000 1 1,0 2,0 86,0

65400 1 1,0 2,0 88,0

68500 1 1,0 2,0 90,0

85000 1 1,0 2,0 92,0

95000 1 1,0 2,0 94,0

129500 1 1,0 2,0 96,0

150000 1 1,0 2,0 98,0

165500 1 1,0 2,0 100,0

Total 50 49,0 100,0

Missing System 52 51,0

Total 102 100,0

PMH4MPTT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

9000 1 1,0 2,0 2,0

13500 1 1,0 2,0 4,0

15000 1 1,0 2,0 6,0

16000 1 1,0 2,0 8,0

18000 1 1,0 2,0 10,0

19400 1 1,0 2,0 12,0

19500 1 1,0 2,0 14,0

20000 1 1,0 2,0 16,0

20800 1 1,0 2,0 18,0

21000 1 1,0 2,0 20,0

21500 2 2,0 4,0 24,0

22000 1 1,0 2,0 26,0

23500 1 1,0 2,0 28,0

24500 3 2,9 6,0 34,0

25000 1 1,0 2,0 36,0

30000 2 2,0 4,0 40,0

31000 1 1,0 2,0 42,0

35000 3 2,9 6,0 48,0

35200 1 1,0 2,0 50,0

Valid

36100 1 1,0 2,0 52,0

Page 224: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

40500 1 1,0 2,0 54,0

45000 2 2,0 4,0 58,0

49000 3 2,9 6,0 64,0

50000 1 1,0 2,0 66,0

53000 2 2,0 4,0 70,0

56100 1 1,0 2,0 72,0

62000 1 1,0 2,0 74,0

64000 1 1,0 2,0 76,0

65000 2 2,0 4,0 80,0

65500 1 1,0 2,0 82,0

69000 1 1,0 2,0 84,0

75400 1 1,0 2,0 86,0

77500 1 1,0 2,0 88,0

85000 2 2,0 4,0 92,0

145000 1 1,0 2,0 94,0

156000 1 1,0 2,0 96,0

158000 1 1,0 2,0 98,0

350000 1 1,0 2,0 100,0

Total 50 49,0 100,0

Missing System 52 51,0

Total 102 100,0

KSH4MPTT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

9500 1 1,0 2,0 2,0

10600 1 1,0 2,0 4,0

11500 2 2,0 4,0 8,0

12100 1 1,0 2,0 10,0

12500 1 1,0 2,0 12,0

13000 1 1,0 2,0 14,0

14500 1 1,0 2,0 16,0

16500 1 1,0 2,0 18,0

16900 1 1,0 2,0 20,0

17000 2 2,0 4,0 24,0

18000 1 1,0 2,0 26,0

19500 1 1,0 2,0 28,0

21000 2 2,0 4,0 32,0

22500 1 1,0 2,0 34,0

Valid

25800 1 1,0 2,0 36,0

Page 225: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

26000 1 1,0 2,0 38,0

26500 2 2,0 4,0 42,0

27000 1 1,0 2,0 44,0

28000 1 1,0 2,0 46,0

31000 1 1,0 2,0 48,0

31500 1 1,0 2,0 50,0

32000 1 1,0 2,0 52,0

32500 1 1,0 2,0 54,0

33000 1 1,0 2,0 56,0

34000 2 2,0 4,0 60,0

36000 1 1,0 2,0 62,0

36500 1 1,0 2,0 64,0

37500 1 1,0 2,0 66,0

38000 1 1,0 2,0 68,0

38700 1 1,0 2,0 70,0

44500 1 1,0 2,0 72,0

46500 1 1,0 2,0 74,0

49700 1 1,0 2,0 76,0

53000 1 1,0 2,0 78,0

66500 1 1,0 2,0 80,0

79500 1 1,0 2,0 82,0

82500 1 1,0 2,0 84,0

92000 1 1,0 2,0 86,0

151500 1 1,0 2,0 88,0

161500 1 1,0 2,0 90,0

250000 1 1,0 2,0 92,0

251500 1 1,0 2,0 94,0

451500 1 1,0 2,0 96,0

525000 1 1,0 2,0 98,0

625000 1 1,0 2,0 100,0

Total 50 49,0 100,0

Missing System 52 51,0

Total 102 100,0

PDK4MPTT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

0 24 23,5 48,0 48,0

25000 1 1,0 2,0 50,0

Valid

45000 1 1,0 2,0 52,0

Page 226: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

50000 2 2,0 4,0 56,0

65000 3 2,9 6,0 62,0

77000 1 1,0 2,0 64,0

94000 1 1,0 2,0 66,0

100000 1 1,0 2,0 68,0

101000 1 1,0 2,0 70,0

105000 1 1,0 2,0 72,0

120000 1 1,0 2,0 74,0

125000 1 1,0 2,0 76,0

130000 1 1,0 2,0 78,0

135000 1 1,0 2,0 80,0

145000 1 1,0 2,0 82,0

150000 1 1,0 2,0 84,0

160000 1 1,0 2,0 86,0

175000 1 1,0 2,0 88,0

185000 1 1,0 2,0 90,0

190000 2 2,0 4,0 94,0

200000 1 1,0 2,0 96,0

235000 1 1,0 2,0 98,0

365000 1 1,0 2,0 100,0

Total 50 49,0 100,0

Missing System 52 51,0

Total 102 100,0

Regression

Page 227: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Variables Entered/Removedb

KELPOK,PDPTGAB1,MDRTGAB1

a

, Enter

Model1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: PGNGAB1b.

Model Summary

,643a ,414 ,405 76728,266Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), KELPOK, PDPTGAB1,MDRTGAB1

a.

ANOVAb

8,15E+11 3 2,716E+11 46,128 ,000a

1,15E+12 196 58872268091,97E+12 199

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), KELPOK, PDPTGAB1, MDRTGAB1a.

Dependent Variable: PGNGAB1b.

Coefficientsa

209158,2 15906,363 13,149 ,000-2,54E-03 ,019 -,011 -,137 ,8929,934E-02 ,016 ,419 6,197 ,000

-58764,5 18540,169 -,296 -3,170 ,002

(Constant)MDRTGAB1PDPTGAB1KELPOK

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: PGNGAB1a.

Regression

Page 228: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Variables Entered/Removedb

KELPOK,PDPTGAB1,MDRTGAB1

a

, Enter

Model1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: SDGGAB1b.

Model Summary

,264a ,070 ,055 92634,396Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), KELPOK, PDPTGAB1,MDRTGAB1

a.

ANOVAb

1,26E+11 3 4,188E+10 4,880 ,003a

1,68E+12 196 85811313941,81E+12 199

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), KELPOK, PDPTGAB1, MDRTGAB1a.

Dependent Variable: SDGGAB1b.

Coefficientsa

47201,657 19203,827 2,458 ,0151,543E-02 ,022 ,070 ,688 ,4924,755E-02 ,019 ,210 2,457 ,015

-22420,4 22383,634 -,118 -1,002 ,318

(Constant)MDRTGAB1PDPTGAB1KELPOK

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: SDGGAB1a.

Regression

Page 229: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Variables Entered/Removedb

KELPOK,PDPTGAB1,MDRTGAB1

a

, Enter

Model1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: PMHNGAB1b.

Model Summary

,237a ,056 ,042 153216,710Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), KELPOK, PDPTGAB1,MDRTGAB1

a.

ANOVAb

2,73E+11 3 9,097E+10 3,875 ,010a

4,60E+12 196 2,348E+104,87E+12 199

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), KELPOK, PDPTGAB1, MDRTGAB1a.

Dependent Variable: PMHNGAB1b.

Coefficientsa

50370,806 31763,009 1,586 ,1141,053E-02 ,037 ,029 ,284 ,7777,255E-02 ,032 ,195 2,267 ,025

-25033,3 37022,389 -,080 -,676 ,500

(Constant)MDRTGAB1PDPTGAB1KELPOK

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: PMHNGAB1a.

Regression

Page 230: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Variables Entered/Removedb

KELPOK,PDPTGAB1,MDRTGAB1

a

, Enter

Model1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: KSHTGAB1b.

Model Summary

,330a ,109 ,095 104584,439Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), KELPOK, PDPTGAB1,MDRTGAB1

a.

ANOVAb

2,62E+11 3 8,722E+10 7,975 ,000a

2,14E+12 196 1,094E+102,41E+12 199

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), KELPOK, PDPTGAB1, MDRTGAB1a.

Dependent Variable: KSHTGAB1b.

Coefficientsa

23200,560 21681,163 1,070 ,286-1,28E-02 ,025 -,050 -,504 ,6159,142E-02 ,022 ,349 4,184 ,00014554,848 25271,172 ,066 ,576 ,565

(Constant)MDRTGAB1PDPTGAB1KELPOK

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: KSHTGAB1a.

Regression

Page 231: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Variables Entered/Removedb

KELPOK,PDPTGAB1,MDRTGAB1

a

, Enter

Model1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: PDDKGAB1b.

Model Summary

,404a ,163 ,150 112663,091Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), KELPOK, PDPTGAB1,MDRTGAB1

a.

ANOVAb

4,85E+11 3 1,616E+11 12,729 ,000a

2,49E+12 196 1,269E+102,97E+12 199

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), KELPOK, PDPTGAB1, MDRTGAB1a.

Dependent Variable: PDDKGAB1b.

Coefficientsa

51410,892 23355,930 2,201 ,0299,938E-03 ,027 ,035 ,364 ,7169,925E-02 ,024 ,341 4,217 ,000

-28480,9 27223,250 -,117 -1,046 ,297

(Constant)MDRTGAB1PDPTGAB1KELPOK

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: PDDKGAB1a.

Regression

Page 232: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Variables Entered/Removedb

PDPTGAB2, BULAN,MDTRGAB2

a, Enter

Model1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: PGNGAB2b.

Model Summary

,614a ,378 ,368 79067,628Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), PDPTGAB2, BULAN,MDTRGAB2

a.

ANOVAb

7,43E+11 3 2,478E+11 39,630 ,000a

1,23E+12 196 62516898111,97E+12 199

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), PDPTGAB2, BULAN, MDTRGAB2a.

Dependent Variable: PGNGAB2b.

Coefficientsa

138232,1 11679,762 11,835 ,0001,502E-02 ,030 ,041 ,500 ,61825837,875 16186,686 ,130 1,596 ,112

,139 ,014 ,587 10,168 ,000

(Constant)MDTRGAB2BULANPDPTGAB2

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: PGNGAB2a.

Regression

Page 233: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Variables Entered/Removedb

PDPTGAB2, BULAN,MDTRGAB2

a, Enter

Model1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: SDGGAB2b.

Model Summary

,287a ,082 ,068 91988,722Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), PDPTGAB2, BULAN,MDTRGAB2

a.

ANOVAb

1,49E+11 3 4,966E+10 5,869 ,001a

1,66E+12 196 84619249671,81E+12 199

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), PDPTGAB2, BULAN, MDTRGAB2a.

Dependent Variable: SDGGAB2b.

Coefficientsa

47217,134 13588,449 3,475 ,0012,422E-03 ,035 ,007 ,069 ,945

-26215,8 18831,886 -,138 -1,392 ,1655,751E-02 ,016 ,253 3,618 ,000

(Constant)MDTRGAB2BULANPDPTGAB2

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: SDGGAB2a.

Regression

Page 234: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Variables Entered/Removedb

PDPTGAB2, BULAN,MDTRGAB2

a, Enter

Model1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: PMHGAB2b.

Model Summary

,234a ,055 ,040 153302,185Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), PDPTGAB2, BULAN,MDTRGAB2

a.

ANOVAb

2,68E+11 3 8,926E+10 3,798 ,011a

4,61E+12 196 2,350E+104,87E+12 199

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), PDPTGAB2, BULAN, MDTRGAB2a.

Dependent Variable: PMHGAB2b.

Coefficientsa

26600,298 22645,590 1,175 ,2422,700E-04 ,058 ,000 ,005 ,99611935,898 31383,947 ,038 ,380 ,7048,614E-02 ,026 ,231 3,252 ,001

(Constant)MDTRGAB2BULANPDPTGAB2

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: PMHGAB2a.

Regression

Page 235: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Variables Entered/Removedb

PDPTGAB2, BULAN,MDTRGAB2

a, Enter

Model1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: KSHGAB2b.

Model Summary

,334a ,111 ,098 104429,639Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), PDPTGAB2, BULAN,MDTRGAB2

a.

ANOVAb

2,68E+11 3 8,934E+10 8,192 ,000a

2,14E+12 196 1,091E+102,41E+12 199

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), PDPTGAB2, BULAN, MDTRGAB2a.

Dependent Variable: KSHGAB2b.

Coefficientsa

26298,335 15426,204 1,705 ,0902,559E-02 ,040 ,064 ,644 ,520

675,595 21378,784 ,003 ,032 ,9758,323E-02 ,018 ,318 4,613 ,000

(Constant)MDTRGAB2BULANPDPTGAB2

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: KSHGAB2a.

Regression

Page 236: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Variables Entered/Removedb

PDPTGAB2, BULAN,MDTRGAB2

a, Enter

Model1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: PDKGAB2b.

Model Summary

,405a ,164 ,152 112572,847Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), PDPTGAB2, BULAN,MDTRGAB2

a.

ANOVAb

4,89E+11 3 1,629E+11 12,854 ,000a

2,48E+12 196 1,267E+102,97E+12 199

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), PDPTGAB2, BULAN, MDTRGAB2a.

Dependent Variable: PDKGAB2b.

Coefficientsa

33428,136 16629,108 2,010 ,0465,544E-02 ,043 ,124 1,295 ,197

-21414,0 23045,857 -,088 -,929 ,354,110 ,019 ,378 5,657 ,000

(Constant)MDTRGAB2BULANPDPTGAB2

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: PDKGAB2a.

Regression

Page 237: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Variables Entered/Removedb

PDPTGAB1,MDRTGAB1, KELPOK

a, Enter

Model1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: TPGAB1b.

Model Summary

,619a ,383 ,374 263561,040Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), PDPTGAB1, MDRTGAB1,KELPOK

a.

ANOVAb

8,47E+12 3 2,822E+12 40,623 ,000a

1,36E+13 196 6,946E+102,21E+13 199

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), PDPTGAB1, MDRTGAB1, KELPOKa.

Dependent Variable: TPGAB1b.

Coefficientsa

381155,6 54638,242 6,976 ,0002,234E-02 ,064 ,029 ,350 ,727

-119869 63685,348 -,180 -1,882 ,061,406 ,055 ,511 7,367 ,000

(Constant)MDRTGAB1KELPOKPDPTGAB1

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: TPGAB1a.

Regression

Page 238: Analisis komparasi pola pengeluaran konsumsi antara .../Analisis... · yang menjadi argumen pemerintah dan juga kalangan pendukung kenaikan harga BBM antara ... dampak penghapusan

Variables Entered/Removedb

BULAN,PDPTGAB2,MDTRGAB2

a

, Enter

Model1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: TPGAB2b.

Model Summary

,610a ,372 ,362 266020,676Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), BULAN, PDPTGAB2,MDTRGAB2

a.

ANOVAb

8,21E+12 3 2,737E+12 38,673 ,000a

1,39E+13 196 7,077E+102,21E+13 199

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), BULAN, PDPTGAB2, MDTRGAB2a.

Dependent Variable: TPGAB2b.

Coefficientsa

272542,7 39296,212 6,936 ,000,103 ,101 ,084 1,015 ,312,470 ,046 ,593 10,230 ,000

-9797,284 54459,621 -,015 -,180 ,857

(Constant)MDTRGAB2PDPTGAB2BULAN

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: TPGAB2a.