argumen dalam narasi cerita anak “kupu-kupu yang …

12
1 ARGUMEN DALAM NARASI CERITA ANAK “KUPU-KUPU YANG TIDAK MAU TIDUR” KARYA CLARA NG (ARGUMENT IN CHILDREN STORY NARRATIVE OF “KUPU-KUPU YANG TIDAK MAU TIDUR” BY CLARA NG) Andalusia Neneng Permatasari Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Bandung Jalan Tamansari No. 1, Bandung Ponsel: 08121413920 Pos-el: [email protected] Tanggal Naskah Masuk: 3 Maret 2017 Tanggal revisi akhir: 17 Mei 2017 Abstract This paper discusses argument in narrative text titled “Kupu-Kupu yang Tidak Mau Tidur” by Clara Ng. It aims at showing how a children story conveys an argument. The result of this research shows that narrative elements found in this children story are abstraction, orientation, evaluation, complication, result, and coda. Most part of those narrative elements are constructed by logic interpropositions relation, namely reason-RESULT relation, consession- CONTRAEXPECTATION, and grand-CONCLUSION. Such relations are logical relations which show the argument that the author wants to convey in the story. Narrative elements which contain argument are evaluation, complication, and result. Therefore, the narrative texts not only tell about events but also convey arguments. Keywords: narrative, argument, interproposition relation, children story, Clara Ng Abstrak Penelitian ini membahas argumen dalam narasi yang terdapat pada cerita anak berjudul “Kupu-Kupu yang Tidak Mau Tidur” karya Clara Ng. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan bagaimana argumen disampaikan pada sebuah narasi cerita anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua elemen narasi terdapat pada cerita anak tersebut yaitu abstraksi, orientasi (tokoh, situasi, dan waktu), komplikasi, evaluasi, hasil, dan koda. Elemen- elemen narasi tersebut sebagian besar dibangun oleh hubungan antarproposisi logis, yaitu hubungan alasan-HASIL, hubungan konsesi-LAWAN HARAPAN, dan hubungan dasar-SIMPULAN. Hubungan-hubungan tersebut merupakan hubungan logis yang menunjukkan adanya argumen yang disampaikan pada narasi cerita anak tersebut. Elemen narasi yang mengandung argumen adalah evaluasi, komplikasi, dan hasil. Oleh sebab itu, narasi tidak hanya menceritakan peristiwa saja, tetapi juga menyampaikan sesuatu. Kata kunci: narasi, argumen, hubungan antarproposisi, cerita anak, Clara Ng

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ARGUMEN DALAM NARASI CERITA ANAK “KUPU-KUPU YANG …

AndAlusiA neneng PermAtAsAri: Argumen dAlAm CeritA AnAk...

1

ARGUMEN DALAM NARASI CERITA ANAK “KUPU-KUPU YANG TIDAK MAU TIDUR” KARYA CLARA NG

(ARGUMENT IN CHILDREN STORY NARRATIVE OF “KUPU-KUPU YANG TIDAK MAU TIDUR” BY CLARA NG)

Andalusia Neneng PermatasariFakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Bandung

Jalan Tamansari No. 1, BandungPonsel: 08121413920

Pos-el: [email protected]

Tanggal Naskah Masuk: 3 Maret 2017Tanggal revisi akhir: 17 Mei 2017

AbstractThis paper discusses argument in narrative text titled “Kupu-Kupu yang Tidak Mau Tidur” by Clara Ng. It aims at showing how a children story conveys an argument. The result of this research shows that narrative elements found in this children story are abstraction, orientation, evaluation, complication, result, and coda. Most part of those narrative elements are constructed by logic interpropositions relation, namely reason-RESULT relation, consession-CONTRAEXPECTATION, and grand-CONCLUSION. Such relations are logical relations which show the argument that the author wants to convey in the story. Narrative elements which contain argument are evaluation, complication, and result. Therefore, the narrative texts not only tell about events but also convey arguments.

Keywords: narrative, argument, interproposition relation, children story, Clara Ng

Abstrak Penelitian ini membahas argumen dalam narasi yang terdapat pada cerita anak berjudul “Kupu-Kupu yang Tidak Mau Tidur” karya Clara Ng. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan bagaimana argumen disampaikan pada sebuah narasi cerita anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua elemen narasi terdapat pada cerita anak tersebut yaitu abstraksi, orientasi (tokoh, situasi, dan waktu), komplikasi, evaluasi, hasil, dan koda. Elemen-elemen narasi tersebut sebagian besar dibangun oleh hubungan antarproposisi logis, yaitu hubungan alasan-HASIL, hubungan konsesi-LAWAN HARAPAN, dan hubungan dasar-SIMPULAN. Hubungan-hubungan tersebut merupakan hubungan logis yang menunjukkan adanya argumen yang disampaikan pada narasi cerita anak tersebut. Elemen narasi yang mengandung argumen adalah evaluasi, komplikasi, dan hasil. Oleh sebab itu, narasi tidak hanya menceritakan peristiwa saja, tetapi juga menyampaikan sesuatu.

Kata kunci: narasi, argumen, hubungan antarproposisi, cerita anak, Clara Ng

Page 2: ARGUMEN DALAM NARASI CERITA ANAK “KUPU-KUPU YANG …

2

Metalingua, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 1–12

1. Pendahuluan1.1 Latar Belakang

Beragamnya buku bacaan adalah salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Selain sistem pendidikan yang membuat anak dan orang tua terburu-buru untuk mencapai standar akademik, penyediaan bahan ajar yang monoton juga merupakan salah satu hal yang menyebabkan lubang pada pendidikan di Indonesia. Bahan ajar yang tersedia cenderung menjejali anak dengan beragam informasi. Tidak melatih siswa untuk berpikir reflektif dan kreatif terhadap hal yang ditemui, diketahui, dan diterimanya. Oleh karena itu, tidaklah heran jika anak hanya menerima semua informasi itu secara pasif.

Hal itulah yang menjadi salah satu sebab rendahnya rangking Indonesia pada peringkat PISA. Pada tahun 2006, Indonesia ada pada peringkat ke-48 dari 56 negara peserta PISA dalam nilai prestasi literasi membaca. Tahun 2008, Indonesia berada di posisi ke-57 dari 65 negara. Untuk sains dan matematika, Indonesia berada pada posisi ke-61 dan ke-60 dari 65 negara. Tentu saja hal tersebut disebabkan karena skor Indonesia selalu berada di bawah rata-rata skor PISA. Untuk membaca Indonesia memperoleh skor 402, matematika dengan skor 371, dan skor sains 383. Agar sesuai standar PISA, skor yang harus diperoleh untuk membaca, matematika, dan sains adalah 500 (Kemdikbud, 2012).

Salah satu kesulitan anak Indonesia menjangkau standar PISA karena sistem pembelajaran yang tidak melatih anak untuk berpikir reflektif dan kreatif sehingga mampu mengungkapkan argumen atau gagasan. Contoh soal PISA yang diungkapkan Dewayani (2015) menunjukkan bahwa jawaban yang dibutuhkan bukan benar dan salah. Soal-soal PISA membutuhkan jawaban yang aplikatif, reflektif, dan kreatif. Misalnya, ada salah satu soal yang menanyakan pendapat anak tentang sebuah film. Soal menanyakan apakah anak setuju atau tidak setuju dengan sikap seorang tokoh pada film tersebut. Lalu, anak diminta membandingkan sikap tokoh tersebut dengan sikap dirinya seandainya anak ada dalam posisi seperti tokoh pada film.

Soal-soal seperti itu membutuhkan pendalaman dan kemampuan berpikir reflektif. Anak tidak akan mampu menjawab soal seperti

itu jika terus dijejali buku-buku pelajaran yang hanya menuntutnya menghapal dan mengisi soal-soal latihan. Buku-buku pelajaran seperti itu tidak mampu mengoptimalkan kemampuan berpikir dan berkreasi yang dimiliki seorang anak. Oleh sebab itu, sudah selayaknya buku-buku untuk keperluan pembelajaran disediakan secara beragam. Salah satu alternatif dari buku pelajaran adalah buku cerita anak.

Berdasarkan data IKAPI (2015), hasil survei tahun 2014 ke penerbit mayor adalah buku anak memberi kontribusi penjualan tertinggi dari sisi jumlah eksemplar yang terjual. Selanjutnya, tahun 2015 buku pelajaran dan buku anak adalah buku yang dicetak dalam tiras besar daripada buku teks perguruan tinggi dan buku untuk orang dewasa.

Melihat data IKAPI tersebut, buku anak memiliki geliat yang cukup baik. Geliat yang baik tersebut dilihat dari segi penjualan ataupun kesadaran penerbit untuk memproduksi buku-buku anak. Keadaan ini sebaiknya dimanfaatkan untuk memberikan dan menyediakan beragam buku bacaan sebagai pendamping buku pelajaran di sekolah.

Buku cerita anak termasuk pada bentuk narasi. Sering kali narasi dianggap hanya menceritakan peristiwa secara kronologis hingga cerita berakhir. Padahal, ketika membaca suatu cerita, tidak jarang kita menangkap suatu hal yang informatif atau bermanfaat. Schiffrin (2006: 99) mengungkapkan bahwa cerita dapat digunakan untuk meminta maaf, meminta, membe la , membayangkan , membujuk , mendesak, ataupun menentang. Dengan kata lain, cerita dapat mengungkapkan, menyatakan, dan mengargumenkan suatu hal.

Memahami dan menemukan argumen yang disampaikan dalam sebuah cerita dapat dilakukan dengan melihat hubungan antarproposisi yang membangun elemen narasi tersebut. Ketika membaca sebuah cerita, sering kali kita memperoleh pesan moral meskipun yang tersaji hanyalah alur cerita dari berbagai peristiwa. Bangun cerita tersebut dibangun oleh proposisi-proposisi yang saling berhubungan hingga dapat menyampaikan makna.

Cerita anak “Kupu-kupu yang Tidak Mau Tidur” karya Clara Ng dapat menjadi salah satu contoh narasi yang memiliki argumen. Pada cerita tersebut tidak hanya terdapat jalinan

Page 3: ARGUMEN DALAM NARASI CERITA ANAK “KUPU-KUPU YANG …

AndAlusiA neneng PermAtAsAri: Argumen dAlAm CeritA AnAk...

3

peristiwa tentang kupu-kupu yang tidak mau tidur. Namun, cerita tersebut menginformasikan proses metamorfosis seekor ulat menjadi kupu-kupu. Metamorfosis pada cerita tersebut dijelaskan dalam bentuk yang dekat dengan kehidupan sehari-hari seorang anak. Selain itu, pesan moral yang disampaikan pun tidak jauh-jauh dari kehidupan seorang anak, seperti pentingnya tidur dan istirahat bagi seorang anak. Pesan tersebut disampaikan secara metaforis, yaitu ulat akan berubah jadi kupu-kupu cantik apabila ulat mau tertidur.

Cerita semacam ini dapat menjadi pendamping bagi buku pelajaran karena mengasah kepekaan dan imajinasi. Imajinasi dan kepekaan yang menjadi modal bagi anak untuk berpikir reflektif dan kreatif. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana argumen dibangun pada sebuah cerita anak. Kokohnya argumen yang dinyatakan dalam sebuah cerita dapat menjadi salah satu cara melihat kualitas buku cerita anak. Selain itu, untuk memperlihatkan bahwa cerita dapat menjadi bahan ajar alternatif bagi anak.

1.2 MasalahBerdasarkan paparan pada latar belakang,

masalah pada penelitian ini adalah bagaimana argumen dibangun pada cerita anak “Kupu-Kupu yang Tidak Mau Tidur” karya Clara Ng. Dengan mengungkapkan bagaimana argumen dibangun, kualitas isi sebuah cerita anak dapat terlihat.

1.3 TujuanPenelitian ini mencoba untuk mengungkap

argumen dibangun dalam sebuah narasi, khususnya cerita anak. Secara praktis, bentuk analisis argumen dalam penelitian ini dapat bermanfaat sebagai salah satu cara menyeleksi layak atau tidaknya sebuah buku cerita anak dipublikasikan.

Selain itu, apabila argumen pada cerita anak dibangun dengan baik, cerita anak dapat disarankan untuk menjadi pendamping buku pelajaran di sekolah. Hal itu tentu sangat dibutuhkan dalam pembelajaran berbasis literasi yang mengutamakan kemampuan anak mengungkapkan gagasan, berpikir kritis, reflektif, dan kreatif.

1.4 MetodePenelitian ini dilakukan dengan pendekatan

kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975), yang dikutip oleh Moleong (2003: 3), metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Dalam penelitian ini data deskriptifnya adalah narasi dari cerita anak “Kupu-Kupu yang Tidak Mau Tidur” karya Clara Ng.

Narasi dari cerita anak itu diuraikan proposisi dan hubungan antarproposisinya. Berdasarkan hubungan antarproposisi itulah elemen argumen ditetapkan lalu dianalisis pola argumennya.

Penelusuran kukuh atau tidaknya argumen pada cerita anak “Kupu-Kupu yang Tidak Mau Tidur” dimulai dengan analisis kelengkapan elemen narasi karena cerita anak merupakan salah satu jenis narasi. Selanjutnya, penelusuran argumen dilakukan dengan menggunakan teori Toulmin. Argumen yang kokoh disebutkan Toulmin dibangun minimalnya oleh claim dan data. Namun, alangkah lebih baik jika unsur argumen lainnya pun muncul seperti warrant, backing, rebuttal, dan qualifier.

Penyajian analisis dilakukan dengan dua cara, yaitu bagan dan uraian. Penyajian analisis dengan bagan dilakukan pada dua tahap analisis. Pertama, bagan analisis hubungan antarproposisi untuk mengidentifikasi elemen narasi. Kedua adalah bagan elemen argumen untuk memperlihatkan adanya argumen dalam narasi.

2. Kajian TeoriWacana dikatakan oleh Johnstone (2002:

196) sebagai reaksi sekaligus intervensi terhadap realitas yang ada. Dengan kata lain, wacana adalah sebuah bentuk gambaran sekaligus reaksi terhadap realitas yang ada. Selain sebagai gambaran realitas, wacana juga dapat mengintervensi realitas yang ada. Kemampuan untuk mengintervensi realitas tersebut mengindikasikan bahwa setiap wacana dapat menyampaikan atau mengargumenkan sebuah gagasan.

Wishon dan Burks (1968:306–342) membagi wacana menjadi empat, yaitu narasi, deskripsi,

Page 4: ARGUMEN DALAM NARASI CERITA ANAK “KUPU-KUPU YANG …

4

Metalingua, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 1–12

eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Wacana (discourse) bermakna memberi informasi tentang sesuatu (Titscher, 2000: 42). Setiap jenis wacana pada hakikatnya memberi informasi tentang sesuatu. Oleh karena itu, wacana narasi yang menceritakan suatu peristiwa yang terjadi pada suatu waktu pun menyampaikan suatu ide atau gagasan yang dapat memberi informasi pada pembaca atau pendengar. Misalnya, cerita anak yang merupakan wacana narasi, bercerita tentang berbagai peristiwa yang terjadi di seputar kehidupan anak.

Narasi adalah suatu cara menyimpulkan pengalaman (peristiwa) yang terjadi dengan cara menyesuaikan aspek verbal dengan waktu peristiwa terjadi (Labov, 1999). Labov (1999: 218) memfokuskan pembahasan struktur narasi yang biasa digunakan ketika menceritakan sesuatu pada percakapan sehari-hari (Van Dijk, 1980: 113). Labov berkolaborasi dengan Waletzky (Labov, 1999: 219) mencetuskan lima elemen yang terdapat dalam sebuah cerita (narasi), yaitu abstraksi, orientasi, komplikasi, evaluasi, hasil, dan koda.

Cerita anak selalu menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di seputar kehidupan seorang anak. Peristiwa-peristiwa tersebut berfungsi untuk menyampaikan pesan moral yang dapat menjadi pelajaran bagi seorang anak. Pesan moral merupakan salah satu bentuk argumen.

Argumen menurut Toulmin (2003: 94) memiliki strukturnya yang akan menentukan kadar validitas sebuah argumen. Berbicara mengenai argumen memang tidak akan lepas dari pendapat klasik Aristoteles bahwa argumen tersusun dari premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Pendapat Aristoteles tersebut berkaitan dengan cara berpikir sebagai premis mayor, berpendapat sebagai premis minor, dan berkesimpulan. Akan tetapi, selanjutnya timbul keraguan akan kemampuan premis mayor, premis minor, dan kesimpulan dalam menampung semua elemen argumen. Pada kenyataan sehari-hari tiga hal utama itu tidak dapat menampung semua elemen argumentasi.

Toulmin (2003) mengatakan dalam setiap tindakan mengemukakan pendapat selalu terkandung klaim kebenaran (C). Klaim kebenaran ini dapat mengandung dukungan atau sanggahan. Claim adalah pernyataan

yang diyakini kebenarannya oleh penulis atau penutur. Di dalam sebuah proses mengemukakan pendapat, baik lisan maupun tulis, claim akan selalu dipertahankan oleh penutur atau penulis. Upaya memperjelas dan mempertahankan klaim ini akan berhasil apabila didukung oleh data (D) atau landasan yang kuat. Data atau landasan kuat ini berupa bukti untuk memperkuat klaim.

Jika bukti-bukti yang ada sebagai data tidak cukup untuk mendukung klaim, dimunculkanlah jaminan (warrant [W]) sebagai pendukung bukti yang ada. Oleh sebab itu, Toulmin (2003: 99) menyatakan bahwa satu pernyataan dapat mengandung data dan warrant sekaligus. Dengan adanya claim (C), data (D), dan warrant (W) dapat dikatakan bahwa argumen telah tersusun dengan baik. Qualifier (Q) dan rebuttal (R) akan muncul pada saat-saat keadaan membutuhkan. Satu bagian lagi yang diperkenalkan Toulmin (2003) adalah backing (B) yang berfungsi untuk mendukung warrant (W). Bagian-bagian argumen tersebut dapat membentuk pola C-D-W-B-Q-R atau dapat hanya terdiri atas C-D, yaitu klaim dengan satu data atau lebih.

Bagian-bagian argumen yang te lah disebutkan di atas dapat membentuk lima pola, yaitu (1) C-D, (2) C-D-W, (3) C-D-W-B, (4) C-D-W-B-Q, atau (5) C-D-W-B-Q-R. Pola C-D merupakan pola yang paling sederhana, yaitu pola yang terdiri atas satu pernyataan dan setidaknya satu (atau lebih) alasan atau bukti. Adapun pola C-D-W sudah bisa dikatakan sebagai sebuah argumen yang baik karena data memiliki sesuatu yang menguatkan untuk mendukung klaimnya

Analisis argumen pada sebuah cerita dilakukan dengan menggunakan unit analisis proposisi. Larson (1984: 198) menyatakan bahwa proposisi adalah satuan semantis yang terdiri atas konsep-konsep, yaitu konsep yang satuk merupakan inti dan konsep yang lainnya berhubungan langsung dengan konsep inti. Makna semantis dalam wacana dibangun melalui relasi antarproposisi (Van Dijk, 1980:17).

P r o p o s i s i d a l a m s u a t u t e k s a k a n berhubungan dengan proposisi lainnya melalui hubungan komunikasi. Larson menyebutkan prominen untuk proposisi yang berperan lebih penting dengan ditandai huruf kapital. Hubungan-hubungan proposisi adalah hubungan penambahan dan pendukung, hubungan

Page 5: ARGUMEN DALAM NARASI CERITA ANAK “KUPU-KUPU YANG …

AndAlusiA neneng PermAtAsAri: Argumen dAlAm CeritA AnAk...

5

penjelasan, dan hubungan logis. Ketiga jenis hubungan antarproposisi tersebut memiliki jenis-jenis hubungan antarproposisi yang lebih detail. Dengan melihat hubungan antarproposisi, akan terlihat bagaimana proposisi saling berkaitan membentuk argumen pada sebuah cerita anak.

Cerita anak menurut Kusmarwanti (2005: 78—82) adalah tuturan lisan, karya tulis, atau pementasan tentang suatu kejadian, peristiwa, dan sebagainya yang terjadi di seputar dunia anak. Ada delapan manfaat yang dapat diperoleh seorang anak dari membaca dan mendengarkan cerita, yaitu mengasah imajinasi anak, mengembangkan kemampuan berbahasa, mengembangkan aspek sosial, mengembangkan aspek moral, mengembangkan kesadaran beragama, mengembangkan aspek emosi, menumbuhkan semangat berprestasi, dan melatih konsentrasi anak.

Cerita anak berjudul “Kupu-kupu yang Tidak Mau Tidur” karya Clara Ng menceritakan seekor ulat bernama Upik dan Mina. Cerita berjalan mengikuti kisah Upik yang tidak mau tidur karena dia senang bermain bola dengan kawan-kawannya. Tindakan tidur pada cerita ini adalah persiapan seekor ulat menjadi kupu-kupu.

Sebelumnya ada penelitian yang pernah membahas argumen dalam narasi, yaitu penelitian Permatasari (2012). Permatasari (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Argumen dalam Narasi: Analisis Struktur Wacana terhadap Tulisan Samuel Mulia di Rubrik Parodi Kompas” memperlihatkan tulisan Samuel Mulia yang berbentuk parodi pun mampu mengargumenkan sebuah gagasan. Argumen pada tulisan Samuel Mulia dalam bentuk kritik dan satir terhadap peristiwa yang diceritakan.

Tulisan Samuel Mulia meskipun berbentuk narasi, tetapi bukan karya fiksi. Oleh karena itu, perbedaan dengan subjek penelitian pada penelitian ini adalah narasi yang terdapat pada karya fiksi, yaitu cerita anak.

Selain Permatasari (2012), penelitian argumen pada Narasi dilakukan oleh Zaimar (1997) dengan melihat struktur luar dan struktur dalam sebuah cerita. Hasilnya diperoleh struktur luar adalah narasi dan struktur dalam adalah argumentasi.

Penelitian argumen pada wacana dilakukan juga Nurussyifa (2011). Nurussyifa (2011)

menganalisis argumen yang terdapat pada ceramah Mario Teguh “Golden Ways”. Ceramah sebagai bentuk persuasi membutuhkan argumen untuk menyampaikan alasan rasional agar ajakan atau pengaruh dari ceramah tersebut dapat diterima oleh pendengar. Melalui penelitian Nurussyifa ini juga terlihat adanya argumen dalam wacana persuasi.

3. Hasil dan Pembahasaan 3.1. Analisis Elemen Narasi “Kupu-ku-

pu yang Tidak Mau Tidur”Cerita anak berjudul “Kupu-kupu yang

Tidak mau Tidur” terdiri atas 73 proposisi yang membentuk setiap elemen narasi. Elemen narasi yang terdapat pada cerita muncul dengan lengkap, yaitu elemen abstraksi, elemen orientasi (orientasi tokoh Upik, orientasi tokoh Mina, orientasi keadaan pertandingan sepak bola Upik, orientasi perasaan gembira Upik, orientasi persiapan Upik untuk tidur, dan orientasi tokoh burung hantu), elemen komplikasi, elemen evaluasi, elemen hasil, dan elemen koda sebagai penutup.

Bagian abstraksi dibentuk oleh hubungan penjelasan, yaitu INDUK-keadaan. Hubungan INDUK-keadaan menyatukan proposisi 1 dan 2. Berikut ini dijelaskan hubungan terjalin antara proposisi 1 dan 2 yang membentuk elemen narasi abstraksi.

ABSTRAKSI

INDUK

keadaan

1) Pada suatu hari di atas tiang tebing ketika angin bertiup

2) Hidup seekor ulat yang tidak mau tidur

Bagan 1. Abstraksi

Bagan di atas menunjukkan proposisi 1 sebagai proposisi INDUK. Abstraksi dalam elemen narasi berfungsi membuka cerita dan mengantarkan pembaca pada suasana atau peristiwa yang akan terjadi. Abstraksi narasi “Kupu-kupu yang Tidak Mau Tidur” dimulai dengan memperkenalkan waktu dan tempat yang ditunjukkan dengan pada suatu hari dan di atas tebing ketika angin bertiup. Selanjutnya, proposisi 2 memperkenalkan tokoh yang akan menjadi pusat narasi dengan hidup seekor ulat yang tidak mau tidur.

Page 6: ARGUMEN DALAM NARASI CERITA ANAK “KUPU-KUPU YANG …

6

Metalingua, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 1–12

Tokoh Upik diperkenalkan dalam elemen orientasi dengan bentuk hubungan penjelasan, yaitu hubungan antarproposisi INDUK-keadaan. Hubungan INDUK-keadaan ini menyatukan proposisi 3 sampai dengan proposisi 5. Berikut ini dijelaskan hubungan proposisi 3—5 yang membentuk elemen orientasi tokoh Upik.

Bagan 2. Orientasi Tokoh Upik

Hubungan penjelasan yang menyatukan proposisi 3—5 menjelaskan tokoh ulat yang sebelumnya disebutkan pada elemen abstraksi. Peran INDUK yang diisi oleh proposisi 3 menyatakan sosok ulat yang tidak mau tidur, yaitu ulat yang tidak mau tidur bernama Upik.

Peran keadaan dibentuk oleh hubungan antarproposisi INDUK-keadaan juga yang menyatukan proposisi 4 dan 5. Kedua proposisi tersebut masih menjelaskan tokoh Upik, yaitu tokoh Upik yang senang bermain bola dengan teman-teman. Adapun teman-teman Upik dijelaskan dalam peran keadaan, yaitu belalang, semut, dan kepik.

Penjelasan tentang tokoh Upik dilanjutkan dengan proposisi 6—8 yang menjelaskan tentang kelihaian Upik bermain bola. Berikut ini dijelaskan hubungan proposisi 6 sampai proposisi 8 yang membentuk elemen orientasi kemampuan tokoh Upik dalam bermain bola.

6) Upik sangat pandai membobol gawang lawan saat bermain bola

ORIENTASI UPIK

HASIL

alasan

INDUK

keadaan

7) Tendangan kaki Upik sangat kuat

8) Tendangan kaki Upik sangat kencang

Bagan 3. Orientasi Tokoh Upik

Proposisi 6 yang berperan sebagai HASIL menyatakan Upik sangat pandai membobol gawang lawan saat bermain bola. Alasan kelihaian Upik itu dijelaskan dalam hubungan INDUK-keadaan yang menyatukan proposisi 7 dan 8. Kelihaiannya adalah tendangan kaki Upik yang kuat dan kencang. Dengan hubungan antarproposisi HASIL-alasan tersebut, tampak alasan atau penyebab Upik

ORIENTASI UPIK

INDUK

keadaan

3) Ulat yang tidak mau tidur bernama Upik

INDUK

keadaan

4) Upik senang bermain bola dengan teman-teman

5) Teman-teman Upik adalah belalang, semut, dan kepik

sangat pandai memasukkan gol ke gawang lawan saat bermain bola.

Orientasi tokoh setelah tokoh Upik adalah orientasi tokoh Mina. Elemen orientasi tokoh Mina dibangun oleh hubungan penjelasan yang menyatukan proposisi 9 sampai dengan proposisi 14.

ORIENTASI MINA

INDUK

keadaan

pengarah

ISI

pengarah

ISI 11) Upik menjawab “nanti saja”

9) Upik dipanggil Mina

pengarah

ISI

pengarah

ISI 14) Upik menjawab “aku tidak tahu”

12) Upik mengambil bola menuju lapangan

Bagan 4. Orientasi Tokoh Mina

Peran INDUK dibangun oleh hubungan pengarah-ISI. Peran pengarah diisi oleh proposisi 9 yang menyatakan bahwa Upik dipanggil oleh Mina. Peran ISI dibangun oleh hubungan pengarah-ISI antara proposisi 10 dan proposisi 11 yang menunjukkan bahwa Mina mengajak Upik untuk segera tidur tetapi Upik tidak mau.

Peran keadaan dibangun oleh hubungan pengarah-ISI. Peran pengarah adalah proposisi 12 yang menyatakan bahwa Upik memilih menuju ke lapangan untuk bermain bola. Peran ISI dibangun juga oleh pengarah-ISI yang diisi proposisi 13 dan 14. Proposisi 13 yang menunjukkan bahwa Mina bertanya kapan Upik akan tidur. Proposisi 14 menunjukkan jawaban Upik yang mengatakan tidak tahu kapan dia akan tidur. Dengan hubungan penjelasan INDUK-keadaan, elemen orientasi tokoh Mina menjelaskan sikap tokoh Mina yang patuh untuk tidur. Tokoh Mina sama dengan Upik, yaitu seekor ulat.

Elemen komplikasi dibangun oleh hubungan logis konsensi-LAWAN HARAPAN. Hubungan konsensi-LAWAN HARAPAN menyatukan proposisi 15—19. Berikut bagan yang menunjukkan elemen komplikasi dalam narasi.

KOMPLIKASI

konsensi

LAWAN HARAPAN

pengarah

ISI

pengarah

ISI

16) Mina berkata “ulat yang besar harus tidur dalam kepompong

17) Upik menjawab “aku belum mengantuk

15) Mina berkata Upik sudah besar

pengarah

ISI

18) Mina berkata “kamu tak akan bisa menjadi kupu-kupu tanpa tidur”

19) Upik menjawab “kalau begitu tidak usah menjadi kupu-kupu

Bagan 5. Komplikasi

Page 7: ARGUMEN DALAM NARASI CERITA ANAK “KUPU-KUPU YANG …

AndAlusiA neneng PermAtAsAri: Argumen dAlAm CeritA AnAk...

7

Hubungan logis konsensi-LAWAN HARAPAN pada elemen komplikasi ini menunjukkan adanya hal yang bertentangan dengan seharusnya. Akibatnya, terjadilah komplikasi/konflik yang terjadi. Peran konsensi dibangun oleh hubungan pengarah-ISI yang menunjukkan percakapan Mina dan Upik bahwa ulat yang besar harus tidur dalam kepompong. Namun, Upik bersikukuh bahwa dia belum mengantuk.

Akhirnya, terjadilah hal yang tidak sesuai harapan yang ditunjukkan pada peran LAWAN HARAPAN yang dibangun oleh hubungan pengarah-ISI. Pada hubungan pengarah-ISI, proposisi 18 sebagai pengarah menyatakan Mina berkata “kamu tak akan bisa menjadi kupu-kupu tanpa tidur. Perkataan Mina dijawab Upik pada proposisi 19, yaitu kalau begitu tidak usah menjadi kupu-kupu.

Reaksi Upik yang tidak sesuai harapan memunculkan kembali elemen komplikasi. Berikut bagan elemen komplikasi yang dibangun oleh hubungan logis alasan-HASIL.

KOMPLIKASI

alasan

HASIL

pengarah

ISI 21) Upik menjawab “tidak tahu mungkin engga, mungkin juga iya”

20) Mina bertanya “kamu mau jadi kupu-kupu selamanya?”

HASIL

alasan

22) Upik berlari menjauh

INDUK

keadaan 24) Omongan Mina tentang menjadi kupu-kupu

23) Upik bosan mendengar omongan Mina

Bagan 6. Komplikasi

Peran HASIL dibangun oleh hubungan alasan-HASIL yang menyatukan proposisi 22—24. Proposisi 22—24 memperlihatkan Upik yang berlari menjauh karena terus ditanya Mina soal menjadi kupu-kupu. Peran HASIL ini disebabkan oleh peristiwa yang terjadi sebelumnya pada peran alasan. Peran alasan dibangun oleh hubungan pengarah-ISI yang menunjukkan pertanyaan Mina apakah Upik mau menjadi kupu-kupu atau tidak. Upik menjawab tidak tahu mungkin engga mungkin juga iya.

Pada elemen komplikasi tampak bahwa Upik kesal. Upik pun pergi kembali bermain bola dan menang. Keadaan pertandingan sepak bola memunculkan kembali elemen orientasi yang dibangun oleh hubungan penjelasan INDUK-keadaaan. Hubungan antarproposisi tersebut menyatukan proposisi 25—28.

ORIENTASI KEADAAN PERTANDINGAN SEPAK BOLA UPIK

INDUK

keadaan

INDUK

keadaan

27) Kedudukan berakhir 2-0

28) Tim Upik menang

INDUK

keadaan

25) Upik langsung bermain bola di lapangan

26) Upik mencetak gol

Bagan 7. Orientasi Keadaan

Kemenangan tim sepak bola Upik membuat Upik merasa bahagia. Deskripsi rasa bahagia Upik ditunjukkan dalam elemen orientasi yang dibangun oleh hubungan INDUK-keadaan. Berikut adalah bagan elemen orientasi perasaan gembira Upik yang menyatukan proposisi 29–33.

ORIENTASI PERASAAN GEMBIRA UPIK

INDUK

keadaan

INDUK

keadaan

31) Upik melihat Mina bersiap tidur

INDUK

keadaan

29) Upik pulang dengan perasaan gembira

30) Upik melewati gerombolan perdu bunga kecubung

pengarah

keadaan

32) Mina bertanya “kamu belum tidur?”

33) Upik menjawab “matahari belum seluruhnya tenggelam”

Bagan 8. Orientasi Perasaan Upik

Perasaan gembira membuat Upik lupa kekesalan pada Mina sebelumnya. Upik pun pulang dan bersiap untuk tidur. Persiapan untuk tidur tersebut ditunjukkan dengan hubungan penjelasan INDUK-keadaan yang menyatukan proposisi 34—37.

ORIENTASI PERSIAPAN UPIK UNTUK TIDUR

INDUK

keadaan

INDUK

ilustrasi

36) Bulan besar bersinar

INDUK

keadaan

34) Upik duduk di daun yang berkelopak besar

35) Bintang-bintang mulai bermunculan

37) seperti kancing raksasa di atas langit

Bagan 9. Orientasi Persiapan Upik Tidur

Persiapan untuk tidur digambarkan dengan Upik duduk di daun berkelopak besar. Suasana pun ditunjukkan dengan deskripsi bintang dan bulan yang muncul dan bersinar. Ketika Upik hendak tidur, muncul tokoh burung hantu. Elemen orientasi tokoh burung hantu tersebut dibangun oleh hubungan INDUK-keadaan yang menyatukan proposisi 38—44.

Page 8: ARGUMEN DALAM NARASI CERITA ANAK “KUPU-KUPU YANG …

8

Metalingua, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 1–12

ORIENTASI TOKOH BURUNG HANTU

INDUK

keadaan

stimulus

RESPONS

INDUK

keadaan

38) Seekor burung hantu terbang mendesir

INDUK

keadaan

39) Burung hantu berhenti di atas cabang pohon

40) Burung hantu mulai bernyanyi

pengarah

ISI

41) Burung hantu bertanya “belum tidur, Nak?”

42) Upik menjawab “belum mengantuk”

stimulus

RESPONS

43) Burung hantu berkata “mari aku nyanyikan lagu tidur untukmu”

44) Upik merespons “aku tidak mau tidur”

Bagan 10. Orientasi Tokoh Burung Hantu

Burung hantu menawarkan nyanyian pengantar tidur pada Upik. Upik merespons dengan tegas bahwa dia tidak mengantuk. Burung hantu tidak mendengarkan Upik. Dia tetap menyanyikan lagu pengantar tidur. Akibatnya, muncul komplikasi yang dibangun oleh hubungan logis alasan-HASIL. Hubungan logis tersebut menyatukan proposisi 45—49.

KOMPLIKASI

alasan

HASIL

INDUK

keadaan

konsensi

LAWAN HARAPAN

45) Burung hantu tidak mendengarkan Upik

46) Burung hantu menyanyikan lagu pengantar tidur

47) Perlahan-lahan mata Upik jadi berat

INDUK

amplifikasi

48) Upik mulai terkantuk-kantuk

49) Lima menit kemudian Upik pun tertidur

Bagan 11. Komplikasi

Peran HASIL menunjukkan akibat dari burung hantu tetap menyanyikan lagu pengantar tidur. Upik pun akhirnya mengantuk lalu tertidur. Komplikasi tetap berlanjut dengan keadaan Upik saat tertidur.

Elemen komplikasi selanjutnya dibangun oleh hubungan logis konsensi-LAWAN HARAPAN. Adanya harapan yang berlawanan dengan kenyataan, yaitu harapan Upik tidak tidur tetapi akhirnya dia tidur.

KOMPLIKASI

konsensi

LAWAN HARAPAN

INDUK

keadaan

konsensi

LAWAN HARAPAN

50) Selama tidur Upik tidak tahu

53) Dia tidak tahu angin berembus pelan

INDUK

amplifikasi

51) Bulan bergeser di langit

52) Bintang-bintang semakin banyak bermunculan

INDUK

ilustrasi 54) seperti suara bisik-bisik rahasia

konsensi

LAWAN HARAPAN

55) Dia tidak tahu tubuhnya mengeluarkan benang-benang halusGENERIK

spesifik 56) lama-lama semakin padat sehingga membungkus dirinya

57) Upik tidur pulas

Bagan 12. Komplikasi

Pada elemen komplikasi ini muncul

perubahan yang terjadi pada diri Upik. Perubahan-perubahan tersebut dibangun oleh hubungan INDUK-ilustrasi dan GENERIK-spesifik untuk menjelaskan secara detail. Dengan hubungan antarproposisi tersebut dijelaskan perubahan tubuh Upik yang mengeluarkan benang halus dan membungkus tubuh Upik.

Elemen evaluasi dibangun oleh hubungan logis yang menyatukan proposisi 58—65. Berikut adalah bagan elemen evaluasi yang dibangun oleh hubungan dasar-KESIMPULAN.

EVALUASI

dasar

KESIMPULAN

INDUK

keadaan

INDUK

keadaan

58) Upik tidur selama seminggu

61) Upik merobek kepompongnya

GENERIK

spesifik

59) Dia terbangun suatu pagi

60) Suara anak-anak berteriak dari balik jendela

INDUK

keadaan 62) Ada sesuatu di punggungnya

63) Upik melirik ke atasGENERIK

spesifik

64) Sayap yang berkerut dan basahGENERIK

spesifik 65) Sayap seperti layar belum bisa dibentangkan

Bagan 13. Evaluasi

Peran dasar dibangun oleh hubungan antarproposisi INDUK-keadaan. Peran keadaan dibangun oleh hubungan antarproposisi GENERIK-spesifik. Hubungan antarproposisi tersebut meyatakan Upik yang terbangun pada suatu pagi setelah tidur selama seminggu.

Peran KESIMPULAN dibangun juga oleh hubungan antarproposisi INDUK-keadaan yang menjelaskan ada sesuatu yang muncul di punggung Upik. Peran keadaan dibangun oleh hubungan antarproposisi GENERIK-spesifik yang memperinci perubahan yang terjadi pada Upik termasuk perubahan di punggung Upik. Perincian tersebut tampak pada proposisi 64 dan 65, yaitu sayap yang berkerut dan basah dan sayap seperti layar belum bisa dibentangkan.

Setelah elemen evaluasi memunculkan pernyataan bahwa sayap tumbuh di punggung Upik, muncullah elemen hasil. Elemen hasil ini dibangun oleh hubungan penjelasan INDUK-keadaan yang menyatukan proposisi 66—69.

HASIL

INDUK

keadaan

66) Tak lama sayap Upik keringINDUK

keadaan 67) Upik melompat

68) Sayap Upik membentang indahINDUK

keadaan 69) Mengepak di bawah sinar matahari

Bagan 14. Hasil

Page 9: ARGUMEN DALAM NARASI CERITA ANAK “KUPU-KUPU YANG …

AndAlusiA neneng PermAtAsAri: Argumen dAlAm CeritA AnAk...

9

Elemen hasil dibangun oleh hubungan antarproposisi INDUK-keadaan. Pada elemen hasil ini dijelaskan keadaan mengenai sayap Upik yang tumbuh. Hal tersebut tampak pada proposisi 68 dan 69, yaitu sayap Upik membentang indah dan mengepak di bawah sinar matahari. Dengan adanya pernyataan pada proposisi 68 dan 69 menunjukkan bukti bahwa Upik telah berubah dari ulat menjadi kupu-kupu.

Sebagai penutup, muncul elemen koda. Elemen koda ini dibangun oleh hubungan logis yang menyatukan proposisi 70—73.

KODA

alasan

HASIL

70) Upik terbang melengkungINDUK

keadaan 71) Upik terbang memutar

72) Seorang anak berkata “lihat seekor kupu-kupu”INDUK

keadaan 73) Upik si kupu-kupu terbang ke langit kelas

Bagan 15. Koda

Pada elemen koda ini, peristiwa Upik terbang berputar-putar dibangun oleh hubungan INDUK-keadaan pada peran alasan. Hubungan INDUK-keadaan diisi oleh proposisi 70 dan 71. Peran hasil dibangun oleh hubungan INDUK-keadaan yang menunjukkan bahwa ketika Upik terbang ada seorang anak yang menjadi saksi. Hal tersebut dinyatakan oleh proposisi 72, seorang anak berkata “lihat seekor kupu-kupu”.

3.2 Analisis Argumen pada Narasi Cerita “Kupu-kupu yang Tidak Mau Tidur”Penjelasan argumen pada cerita ”Kupu-

kupu yang Tidak Mau Tidur” dapat dilihat dalam bagan berikut.

Bagan 16. Pola Argumen

Pernyataan claim terdapat pada elemen narasi evaluasi, yaitu ulat akan menjadi kupu-kupu seperti halnya tokoh Upik. Pernyataan claim memiliki data, yaitu muncul benang yang membungkus Upik saat tidur dan tumbuh sesuatu berupa sayap pada punggung Upik saat bangun tidur. Kedua data tersebut cukup menjadi penguat pernyataan claim bahwa setiap ulat akan berubah menjadi kupu-kupu.

Adanya rebuttal untuk pernyataan claim tidak melemahkan kekuatan claim. Sebaliknya, kemunculan rebuttal semakin menguatkan claim. Hal tersebut disebabkan walaupun tokoh Upik menyatakan tidak mau menjadi kupu-kupu, data memunculkan bahwa ada sayap yang tumbuh dari punggung Upik.

4. Penutup4.1 Simpulan

Berdasarkan paparan dan hasil analisis pada pembahasan, semua elemen narasi muncul pada cerita anak berjudul ”Kupu-kupu yang Tidak Mau Tidur” karya Clara Ng. Tiap elemen narasi dibangun oleh hubungan antarproposisi. Elemen-elemen narasi banyak dibangun oleh hubungan logis seperti alasan-HASIL, dasar-KESIMPULAN, dan konsensi-LAWAN HARAPAN.

Kelengkapan elemen narasi tersebut memunculkan argumen. Argumen cerita anak berjudul “Kupu-kupu yang Tidak Mau Tidur” karya Clara Ng dibangun dengan struktur argumen yang baik. Pernyataan claim terdapat pada elemen narasi evaluasi. Data untuk memperkuat claim ditemukan pada elemen narasi komplikasi. Adapun rebuttal sama-sama ditemukan juga pada elemen narasi komplikasi.

Argumen yang disampaikan pada cerita ”Kupu-kupu yang Tidak Mau Tidur” karya Clara Ng adalah konsep metamorfosis seekor ulat menjadi kupu-kupu. Pernyataan claim tentang metamorfosis ditopang oleh data, yaitu tumbuh sayap pada punggung tokoh Upik yang seekor ulat. Selain itu, saat tidur selama seminggu, tubuh Upik dibungkus oleh benang-benang berwarna putih.

Penelusuran argumen pada cerita ”Kupu-kupu yang Tidak Mau Tidur” ini dapat

Page 10: ARGUMEN DALAM NARASI CERITA ANAK “KUPU-KUPU YANG …

10

Metalingua, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 1–12

membuktikan bahwa cerita anak dapat menjadi bahan ajar dan bahan bacaan alternatif untuk anak. Untuk menilai baik dan tidaknya sebuah buku cerita, konsep dan alur analisis pada penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu cara melihat keutuhan dan kekuatan argumen pada cerita anak. Keutuhan dan kekuatan argumen pada cerita anak penting untuk melatih anak berpikir kritis dan rapi/teratur.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa cerita anak dapat menjadi media belajar sains bagi anak dengan cara yang lebih ramah anak. Selain itu, penelitian yang bekerja sama dengan lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang penerbitan dan pengawas kualitas buku seperti IKAPI dan Puskurbuk akan sangat membantu karena penelitian ini dapat menjadi salah satu

model penilaian untuk proses seleksi sebuah buku cerita anak layak atau tidak dijadikan pendamping buku pelajaran.

4.2. SaranPenelitian argumen dalam narasi cerita

anak dapat dikaji lebih dalam. Pengembangan selanjutnya adalah melakukan eksprimen dengan membuktikan apakah sebuah narasi yang memiliki argumen kukuh cocok atau tidak digunakan sebagai pendamping buku pelajaran di sekolah. Hal tersebut berguna untuk mengembangkan pembelajaran berbasis literasi. Oleh karena itu, penelitian seperti ini perlu untuk dilakukan dan dikembangkan pada berbagai buku cerita anak.

Daftar PustakaAdian, Donny Gahral. 2015. Teknik Berargumentasi. Jakarta: Kencana.Dewayani, Sofie. 2015. “Meningkatkan Kreativitas melalui Pembelajaran Berbasis Literasi”. Makalah

dipresentasikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Dasar Membangun Imajinasi dan Kreativitas Anak melalui Literasi, 10 Desember 2015, Bandung.

IKAPI. 2015. Industri Penerbitan Buku Indonesia dalam Data dan Fakta. Jakarta: Ikatan Penerbit Indonesia.

Johnstone, Barbara. 2002. Discourse Analysis. USA: Blackwell Publisher Inc.Labov, William. 1999. The Transformation of Experience in Narrative (The Dicourse Reader).

London: Routladge.Larson, D Mildred. 1984. Penerjemahan Berdasarkan Makna: Pedoman untuk Pemadanan Bahasa,

Terjemahan oleh Kencanawati Taniran (1999). Jakarta: Penerbit Acan.Moleong, Lexy. J. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Cerita untuk Perkembangan Anak. Yogyakarta: Navila Idea.Nurussyifa. 2011. “Argumen dalam Ceramah Motivasi Mario Teguh ‘Golden Ways’”. Tesis. Tidak

Dipublikasikan. Universitas Indonesia, Depok.Permatasari, A. N. 2012. “Argumen dalam Narasi: Analisis Struktur Wacana Tulisan Samuel Mulia

pada Rubrik Parodi Kompas Minggu”. Tesis. Tidak Dipublikasikan. Universitas Indonesia, Depok.

Schiffrin, Deborah. 1994. Approaches to Discourse. Massachusetts: Blackwell.Schiffrin, Deborah. 2006. In Other Words (Variation in Reference and Narrative). Cambridge:

Cambridge University Press.Searle, John. 1969. Speech Act: An Essay of Philosophy Language, Cambridge: Cambridge University Press.Sumarlam. 2003. Teori dan Praktek Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra.Toulmin, Stephen. 2003. The Uses of Argument. Cambridge: Cambridge University Press.Walton, Douglas. 2006. Fundamental of Critical Argumentation. Cambridge: Cambridge University

Press.

Page 11: ARGUMEN DALAM NARASI CERITA ANAK “KUPU-KUPU YANG …

AndAlusiA neneng PermAtAsAri: Argumen dAlAm CeritA AnAk...

11

Wishon, George E dan Julia M. Burks. 1968. Lets Write English. New York: Litton Educational Publishing, Inc.

Zaimar, O. K. S. 1997. “Argumentasi dalam Cucu Wisnusarman Karya Parakitri: Suatu Kajian Semiotik”. Laporan Penelitian. Jakarta: Fakultas Sastra UI.

Sumber InternetKementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. ”Skor Rata-Rata Prestasi Literasi Membaca

Indonesia PISA”. Http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pisa. Diakses 16 Januari 2016.

Page 12: ARGUMEN DALAM NARASI CERITA ANAK “KUPU-KUPU YANG …

12

Metalingua, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 1–12