argumen adalah bahwa itu pelanggaran hak asasi manusia

104
|1 MENDEDAH GAGASAN DAN PRAKTEK PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA Bedah Buku: Bartolomeus Samho. 2013. Visi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara : Tantangan dan Relevansi, Yogyakarta: Kanisius. (115 hal) Oleh Francis Wahuno Cindelaras Institute dan Pamong h4M-UST Buku ,,Visi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara » kendati termasuk buku tipis (115 halaman), namun sebagai buku pengantar pada halnya, termasuk yang cukup komplit. Selain itu, gaya penulisan yang berutur dan runtut akan sangat memudahkan para pembaca dalam memahami Ki Hadjar Dewantara (selanjutnya KHD) dengan gagasan dan praktek tentang pendidikan dalam arti sempit (pengajaran = didaktika) maupun arti luas (pendidikan = Pedagogika). Kami dapat memilah-milahnya menjadi, kurang lebih, 9 tema: konteks, inti, isi, metode, sarana prasarana, manajemen, evaluasi, pelaku, pemangku kepentingan. Semuanya itu mengundang kita para pencinta Ki Hadjar Dewantara, untuk merevitaliasi (membuat penting kembali, merelevansikan untuk jaman ini), segera untuk jaman ini. Marilah kita dedah, kita singkap atau buka tutupnya, satu per satu, sambil menimbang kemungkinan relevansinya kini: 1. Konteks KHD hidup dalam penjajahan Kapital yang menguasai daerah koloni, termasuk Hindia Belanda. Bukan saja dijajah secara ekonomi, sosial, politik tetapi juga dijajah secara Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta budaya. Akses untuk ke sana, terhalang, karena prioritas diberikan kepada, selain kaum penjajah, juga kepada Orang Timur (Chinese, dlsb), elite/ ningkratnya Bumi Putera. Bagi KHD yang dijadikan basis argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia. “Artinya, perjuangannya tidak lain adalah demi perwujudan kondisi hidup manusia di Indonesia yang manusiawi dan bermartabat luhur. Dalam konteks itu pula, Ki Hadjar Dewantara dapat pula kita pandang sebagai sosok pejuang kemanusiaan yang bercita-cita membangun kesadaran bangsa Indonesia akan identitas dirinya yang memang berbeda dari bangsa lain dan sekaligus setara martabat kemanusiaannya...” (hal. 19). Pada saat ini kita pun memperjuangkan harga diri dan kedaulatan tersebut, berhadap-hadapan dengan dominasi negara dan bangsa lain yang cenderung menguasai sumber daya alam kita.

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

|1

Mendedah Gagasan dan Praktek Pendidikan Ki Hadjar Dewantara |Francis Wahuno

MENDEDAH GAGASAN DAN PRAKTEK PENDIDIKANKI HADJAR DEWANTARA

Bedah Buku: Bartolomeus Samho. 2013.Visi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara : Tantangan dan Relevansi,

Yogyakarta: Kanisius. (115 hal)

OlehFrancis Wahuno

Cindelaras Institute dan Pamong h4M-UST

Buku ,,Visi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara » kendati termasuk buku tipis (115halaman), namun sebagai buku pengantar pada halnya, termasuk yang cukup komplit.Selain itu, gaya penulisan yang berutur dan runtut akan sangat memudahkan parapembaca dalam memahami Ki Hadjar Dewantara (selanjutnya KHD) dengan gagasandan praktek tentang pendidikan dalam arti sempit (pengajaran = didaktika) maupunarti luas (pendidikan = Pedagogika). Kami dapat memilah-milahnya menjadi, kuranglebih, 9 tema: konteks, inti, isi, metode, sarana prasarana, manajemen, evaluasi, pelaku,pemangku kepentingan. Semuanya itu mengundang kita para pencinta Ki HadjarDewantara, untuk merevitaliasi (membuat penting kembali, merelevansikan untukjaman ini), segera untuk jaman ini. Marilah kita dedah, kita singkap atau buka tutupnya,satu per satu, sambil menimbang kemungkinan relevansinya kini:

1. Konteks

KHD hidup dalam penjajahan Kapital yang menguasai daerah koloni, termasuk HindiaBelanda. Bukan saja dijajah secara ekonomi, sosial, politik tetapi juga dijajah secaraIlmu Pengetahuan dan Teknologi, serta budaya. Akses untuk ke sana, terhalang,karena prioritas diberikan kepada, selain kaum penjajah, juga kepada Orang Timur(Chinese, dlsb), elite/ ningkratnya Bumi Putera. Bagi KHD yang dijadikan basisargumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia. “Artinya, perjuangannyatidak lain adalah demi perwujudan kondisi hidup manusia di Indonesia yang manusiawidan bermartabat luhur. Dalam konteks itu pula, Ki Hadjar Dewantara dapat pulakita pandang sebagai sosok pejuang kemanusiaan yang bercita-cita membangunkesadaran bangsa Indonesia akan identitas dirinya yang memang berbeda dari bangsalain dan sekaligus setara martabat kemanusiaannya...” (hal. 19). Pada saat ini kitapun memperjuangkan harga diri dan kedaulatan tersebut, berhadap-hadapan dengandominasi negara dan bangsa lain yang cenderung menguasai sumber daya alam kita.

Page 2: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

2|

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

baik melalui sistem perdagangan bebas, maupun melalui sistem peraturan lintas negarayang lebih banyak mengamankan kepentingan bangsa lain daripada bangsa kita sendiri.Maka prinsip nilai-nilai luhur yang diperjuangkan oleh KHD dan diwariskan kepadaTaman Siswa, sepertiPanca Dharma semakin relevan: Kemerdekaan, Kebangsaan,Kemanusiaan, Kebudayaan dan Kodrat-Alam. Ini sejalan juga dengan yangdimottokan Soekarno dan pada kampanye Jokowi digaungkan juga: berdaulat secarapolitik, mandiri secara sosial-ekonomi dan ekologis, berkepribadian bangsa Indonesia.Artinya, lebih dari pada masa lalu, jaman KHD, kita sekarang hidup dalamkompleksitas dunia yang multidemensi penjajahannya yang serba cepat dan kurangwajah manusia dan alamnya. Dan itu membuat pendidikan dan pengajaran menjadimedan pertaruhan bangsa.

2. Inti

“Ciri khas Perguruan Taman Siswa adalah memperlakukan anak didik (peserta didik)sebagai subjek pendidikan dan mengolah potensi-potensi mereka (intelektualitas,emosionalitas, sosialitas, dan spiritualitas) secara terintegratif.” (hal.23). KalauUNESCO merumuskan tugas pendidikan holistik membantu murid untuk: learningto know, learning to do, learning to be, and learning to live together (belajartahu, belajar bekerja / melakukan, belajar hidup, dan belajar hidup bersama)(Laurentius Tarpin, hal. 14), maka, senada dengan itu, KHD mempunyai kata kunci:Niteni, Niroke, Nambahi (Mempelajari agar mengerti -learning to know;Menerapkan apa yang dipelajari - learning to do, dan Mengambil manfaatdan Mengembangkan bagi kemaslahatan bersama - learning to be and learningto live together). Dengan begitu, pendidikan KHD pada saat ini dapat dikatakanpendidikan holistik. Sayangnya, kebanyakan dari pendidikan jaman ini berhenti padalearning to know dan learning to do (sampai taraf Niteni dan Niroke saja). Makamenghafal ilmu, belum membangun ilmu.

3. Isi

Isi pendidikan adalah baik pendidikan (value / nilai dan karakter) dan pengajaran(knowledge and skills / pengetahuan dan ketrampilan). Dua-duanya berjalan didalam kelas suatu sekolah dan lingkungannya (lingkungan keluarga, lingkungansekolah, dan lingkungan masyarakat). Pendidikan nilai dapat lewat seni, traditionalmaupun modern seperti drama. Justru bukan dalam bentuk hafalan seperti sekarangini. Idealnya menjadi orang yang credible (berpengetahuan dan berskill), makadiharapkan juga orang yang punya integrasi (bisa diandalkan)

Page 3: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

|3

Mendedah Gagasan dan Praktek Pendidikan Ki Hadjar Dewantara |Francis Wahuno

4. Pendekatan

Pendekatan KHD bermula dari gerakan politik melawan penjajah, bergeser ke kritikjurnalis terhadap monopoli kebenaran oleh penjajah, dilengkapi dengan laku budayatermasuk melestarikan seni guna menangkis nilai-nilai kapitalisme liberal, dandisimpulkan sebagai gerakan pendidikan orang muda agar sejajar dengan orang Barat,namun tidak hanyut dengannya, maka perlu disertai pendidikan kepribadian bangsayang berakar pada warisan budaya nenek moyang. Ilmu modern dari Barat dibukakanpintu, namun dikonfrontasikan dengan kekayaan budaya Timur, untuk menghasilanbudaya berilmu, atau ilmu berbudaya Timur. KHD mengistilahkan itu dengan, - kitamerujuk pada penjelasan Ki Supriyoko tentangTriKon-nya KHD: (1) Kontinuitas(melestarikan budaya nenek-moyang yang positif/ berguna); (2) Konvergensitas(menerima/ terbuka terhadap masukan budaya asing) dan (3) Konsentrisitas(memadukan / menstransformasikan kedua budaya hingga lahir budaya baru yangbermakna). Dibaca oleh Karl Marx yang melanjutkan pendekatan dialektika parapendahulunya, proses TriKon tak lain adalah Thesis, Antithesis dan Sintesis. Carapendekatan ini, oleh para Teolog Pembebasan, utamanya oleh Juan Luis Segundo,ditambah satu tahap lagi, yakni mengkritisi Sintesis lagi, atau menjadikan Sintesisbukan pemberhentian terakhir, tetapi menjadikannya thesis-baru lagi. Thesis-nyaadalah basil analisis sosial atas pengalaman/ tindakan, Antithesisnya adalah ajaranagama, sedangkah Sinthesisnya adalah: langkah tindakan perubahan baru yangditerangi oleh inspirasi Alkitab/ Alquran. Lingkaran itu hams dilanjutkanterus menerus,itulah yangdisebutLingkaran Hermeunetika,

5. Metode

Selain tiga prinsip pendidikan yang menaruh posisi guru sebagai pamong, tinggalbersama murid, juga memberikan porsi yang cukup bagi pengembangan kebudayaan.Metode bermain konkrit gaya Montessori, membimbing anak didik mengembangkanbakatnya sendiri yang unique, aksi refleksi aksi atau yang dikembangkan oleh timredaksi Kanisius sebagai Paradigma Pedagogi Reflektif. Atau yang diistilahkan olehPaulo Freire sebagai metode hadap-masalah sebagai alternatif dari metode”kekerasan” sistem bank (peserta didik diindoktrinasi, dijelaki pengetahuan tanpasikap kritis), semua sepadan dengan pendidikan ala KHD. Bahkan HAR Tilaar beranimengatakan kalau KHD mendahului Paulo Freire. KHD telah mengembangkanpendidikan kritis jauh hari sebelum Freire. Mungkin karena istilah-istilah ”Jawa”yang membuat pendidikan kritis KHD kurang dilihat orang.

Page 4: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

4|

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

6. Pelaku

Selain murid, guru adalah pelaku pendidikan paling penting. Sebagai pribadi yangkemudian menjadi guru, KHD ” identik dengan sosok pemberontak bagi pihakpenjajah Belanda. ..berani memperkarakan kebijakan-kebijakan pemerintah penjajah,mengkritisi, bahkan menentangnya secara terang-terangan dalam dan melalui tulisanyang bernas dan cerdas, orasi yang lantang dan menunjukkan wibawa kcpemimpinansejati” (hal. 25). Kini ada guru atau dosen seperti KHD, pasti akan mengalami seribukesulitan, padahal pemerintahnya ” bukan penjajah” (atau ” penjajah” bagi rakyatnyasendiri). Kebebasan akademik dirongrong, lembaga pendidikan penuh dengan aturandan tugas administratis tak mengerjakan diancam tidak diberikan hak uangsertifikasinya atau bahkan dimutasi dan dipensiun dini. Tambahan lagi, selain sifat-sifat guru yang pejuang, ia juga religius dan tegas, visioner dan pemberani, serta tentusaja merakyat. Titel ningkrat nya ia kesampingkan, dan sebagai simbul kerakyatan,titel KHD ia pakai: ” pada saat genap berusia 40 tahun...Soewardi Surjaningratmelakukan pergantian nama. Ia memilih nama barunya yang ” merakyat”, yakni KiHadjar Dewantara” (hal.27). Sekarang banyak guru mengunggulkan titel”kebangsawanan baru” (Dr, Prof, MM, etc), tetapi dalam hal ilmu dan kehidupanluas, jauh panggang daripada api.

Sifat-sifat dasar KHD yang seperti itu yang memungkinkan ke-Pamong-an(ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani = didepan memberikan suri tauladan, di tengah ikut membangun, di butut ikut mendukungdengan kebaikan) adalah yang sudah mendarah daging bagi KHD. Yang sekarangkerap terjadi di dunia pendidikan Indonesia adalah: ing ngarso gawe rekasa, ingmadya tukang gendra, tut wuri hanyandhungi (di pusat bikin susah orang, di tengahtukang bikin onar, di belakang bikin repot orang).

Sedangkan Murid vis-a-vis Guru, Murid adalah subyek pendidikan. « Pendidikan...sebagaimana diyakini juga oleh KHD adalah menyangkut upaya memahami pesertadidik. Dalam proses pendidikan, peserta didik dipahami sebagai subyek pendidikan »(hal.107). Sekarang Murid dimengerti sebagai obyek pendidikan, bahkan obyekkurikulum.

7. Revitalisasi

Konsep dan praktek pendidikan dari KHD, sebenarnya telah sekitar 15-20 terakhirdirevitasisasi oleh, menyebut beberapa: JB. Mangunwijaya dengan SD Mangunan-nya di Kalasaan, DIY; Sriwahya dan suaminya Toto Raharja dengan SD dan SMP

Page 5: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

|5

Mendedah Gagasan dan Praktek Pendidikan Ki Hadjar Dewantara |Francis Wahuno

” Salam” (Sekolah Alam) di Nitiprayan, DIY; oleh Bahrudin dengan KomunitasBelajar Qaryah Tayyibah di Salatiga; dan Butet Manurung dengan Sokola Rimba.Tentu dengan variasi sesuai dengan lingkungan dan kondisi peserta didiknya. Tetapimengapa Pemerintah masih memberlakukan aturan dan standar ketat dan kaku, apalagikurikulum dan bahan ajarnya didikte dari atas. Butuh tim penulis naskah yang handaldan berwawasan, serta butuh Dewan Pendidikan yang tugasnya mengawal tanpamembatasi, tetapi berproses dan berkembang bersama.

8. Catatan Akhir

Beberapa catatan kecil, meskipun tak begitu mengganggu alur uraiannya, tetapialangkah bijak, untuk edisi berikut buku ini, ditambahkan / dikoreksi, a.l.:(1) Gambar Wajah Ki Hadjar Dewantara pada cover perlu dimiripkan yang empunya

wajah (saya duga maunya wajah Ki Hadjar Dewantara); yang terpampangsekarang pada buku ini sungguh ”jauh panggang daripada api” alias tak miripsama sekali.

(2) Ada banyak istilah utamanya yang dalam bahasa Jawa maupun Belanda. alangkahbaiknya disertakan Glosarium-nya

(3) Meskipun buku kecil. namun Indeks baik istilah maupun nama, sejogyanyadisertakan.

(4) ”Sedoyo Utomo” (bs. Jawa) semestinya “Sedyo Utomo” (hal. 19).(5) Istilah “pemberontak” (meskipun di mata Belanda), untuk menandai sifat Ki

Hadjar Dewantara, nampaknya pada jaman ini dapat disilih ganti, kadang-kadangdengan kata “teguh pendirian”. (hal.25)

(6) Persatuan Wartawan Indonesia mengangkatnya secara “Posthomus” (bukanPosthuum), setelah “beliaunya Wafat” (hal.52).

(7) Yang masih bisa ditambahkan pada buku ini, dan itu ada dalam tulisan dan praktekKHD dan murid-muridnya ialah: sarana dan prasarana (cf. Sekolah Pancasila),manajemen pendidikan (“keluarga, sekolah dan masyarakat serta lingkunganhidup), Evaluasi Pendidikan dan Pembelajaran (sistem kepamongan dan pamongtinggal dengan murid selama 24 jam).

Daftar Bacaan:

Dedy Pradipto, Y. 2007. Belajar Sejati Vs. Kurikulum Nasional; KontestasiKekuasaan dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Dewantara, Ki Hadjar. 1977. Karya Ki Hadjar Dewantara, Bagian Pertama:Pendidikan.Cetakan Kedua. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Page 6: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

6|

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

Doni Koesoema, A. 2015. Strategi Pendidikan Karakter : Revolusi Mental dalamLembaga Pendidikan. Yogyakarta: PT. Kanisius.

Freire, Paulo (Myra Bergman Ramos). 1972. Pedagogy of the Oppressed.Middlesex: Penguin Books.

Loeloek Endah Poerwati dan So fan Amri. 2013. Panduan Memahami Kurikulum2013: Sebuah Inovasi Struktur Kurikulum Panunjang Masa Depan.Jakarta: Prestasi Pustaka.

Majelis Luhur Taman Siswa. ed. 1976. Pendidikan dan Pembangunan: 50 TahunTaman Siswa. Yogyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa.

Manurung, Butet. 2007. Sokola Rimba: Pengalaman Belajar Bersama OrangRimba. Yogyakarta: Insist.

Nizar, Ahmad M. 2010. Desak, Sekolahku [Komunitas Belajar QaryahThayyibah Kalibening -Salatiga]. Salatiga: Pustaka Q-Tha.

Rahardjo. Toto. 2014. Sekolah Biasa Saja. Yogyakarta : Progress.

Samho, Bartolomeus. 2013. Visi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara; Tantangandan Relevansi. Yogyakarta : Kanisius.

Soekarno. Ir. 1963. Nationalisme, Islamisme dan Marxisme. Djakarta : Pembaruan.

Standing, E.M. 1962. The Montessori Method. Fresno, California: The AcademyLibrary Guild.

Supriyoko, Ki. 2016. “Pendapa Tamansiswa”, dalam Kedaulatan Rakyal, KamisWage, 19 Mei 2016, hal. 12.

Tilaar, FI.A.R. Sowing the Seed of Freedom: Ki Hadjar Dewantara as A Pioneerof Critical Pedagog}’. Jakarta: FI.A.R. Tilaar.

Tim Redaksi Kanisius. 2008. Paradigma Pedagogi Reflektif; Alternatif SolusiMenuju Idealisme Pendidikan Kristiani. Yogyakarta : Kanisius.

Wahono Nitiprawira, F. 1987. Teologi Pembebasan: Sejarah, Metode, Praksisdan Isinya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Wahono, Francis. 2001. Kapitalisme Pendidikan: Antara Kompetisi danKeadilan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Insist, dan Cindelaras.

Wahono, Francis. 2002. ”Kekerasan dalam Pendidikan: Sebuah Tinjauan Sosio-Ekonomi Didaktika”. N. Kusuma dan Fitria Agustina. Eds. 2003. GelombangPerlawanan Rakyat: Kasus-Kasus Gerakan Sosial di Indonesia.Yogyakarta: Insist Press, hal.232-243.

***

Page 7: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 7

Mengkaji Filosofi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara | Prof. Dr. Ki Supriyoko, M.Pd.

MENGKAJI FILOSOFI PEMIKIRANKI HADJAR DEWANTARA

Prof. Dr. Ki Supriyoko, M.Pd.

PENDAHULUAN

1. Ki Hadjar Dewantara (KHD) adalah tokoh pendidikan nasional yang sekaligusmerupakan Bapak Pendidikan Nasional Indonesia; sewaktu mudanya banyakberkecimpung dan berjuang melalui dunia politik, dunia pers, dunia kebudayaan,dan tentu saja juga dunia pendidikan sebagaimana yang kita kenal selama ini.

2. Tepat di tanggal 3 Juli 1922, KHD yang saat itu masih bernama R.M. SoewardiSoerjaningrat mendirikan National Ondenvijs Instituut Tamansiswa(Perguruan Nasional Tamansiswa). Pendirian lembaga pendidikan dan kebudayaanini dilakukan bersama Sang Isteri, Nyi Sutartinah, dan teman-temanseperjuangannya seperti Ki Soerjoputro, Ki Soetatmo Soerjokoesoemo dan KiPronowidigdo.

3. Pendirian Tamansiswa disambut positif masyarakat luas waktu itu. Di awal KHDmenyelenggarakan Taman Indria (Taman Kanak-kanak); yang berkembangmenjadi Taman Muda (Sekolah Dasar), Taman Dewasa (Sekolah MenengahPertama), Taman Madya (Sekolah Menengah Atas), Taman Karya Madya(Sekolah Menengah Kejuruan), Taman Guru (Sekolah Pendidikan Guru), danSarjanawiyata (universitas). Bahkan pernah mendirikan Taman Tani (nonformal).

4. Pada tahun 1932, KHD yang didukung oleh segenap organisasi yang bergerak dibidang pendidikan melawan kebijakan pemerintah kolonial Belanda,OnderwijsOrdonnantie (OO) dengan mengaplikasikan politik diam sambil melawan(lijdelijk verset).OO pada dasarnya adalah kebijakan pemerintah untuk menindassekolah swasta.

5. Sebelum dan selama memimpin Tamansiswa, KHD banyak menghasilkanpemikiran pendidikan untuk memajukan bangsa Indonesia yang secara filosofismemang layak untuk dikaji.

PEMIKIRAN PENDIDIKAN

1. Pemikiran tentang Perkembangan Jiwa. Menurut KHD, perkembangan jiwa SangAnak ditentukan oleh aspek Dasar dan Ajar. Aspek dasar merupakan pemberian

Page 8: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

8 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

Tuhan YME seperti bakat dan potensi diri; sedangkan ajar adalah pendidikandan pelatihan bagi Sang Anak. Apabila Sang Anak memiliki dasar yang positifserta ajar yang positif maka perkembangan jiwanya akan positif; demikian pulasebaliknya.

2. Pemikiran tentang Trihayu, yang terdiri dari memayu hayuning sarira, memayuhayuning bangsa, dan memayu hayuning manungsa (bawana). MenurutKHD, pendidikan itu harus dapat mengantarkan Sang Anak paling tidak mampumenolong dirinya sendiri (sarira),menolong bangsanya sendiri (bangsa), syukur-syukur bisa menolong masyarakat dunia (manungsa).

3. Pemikiran tentang Trisentra Pendidikan, yang terdiri dari keluarga, perguruan danpergerakan (masyarakat). Menurut KHD, keberhasilan pendidikan sangatditentukan tiga aspek sekaligus; yaitu keluarga, perguruan dan masyarakat.Pendidikan akan berhasil apabila pendidikan yang berlangsung di keluarga, diperguruan atau sekolah serta di lingkungan masyarakat berjalan dengan baik.

4. Pemikiran tentang Among. Menurut KHD, mendidik Sang Anak itu harus dilandasidengan rasa ikhlas untuk mengasuh dan membimbing sebagaimana dengan seorang“pangemong” dengan anak yang diasuh dan dibimbingnya. Mendidik Sang Anaktidak sebatas pertemuan pada jam-jam efektif di kelas dan/atau di sekolah; tetapidilaksanakan secara terus menerus selama 24 jam setiap harinya.

5. Pemikiran tentang Kekeluargaan. Menurut KHD, sebaiknya pendidikan dilakukandalam suasana keluarga (family atmosphere) sebagaimana hubungan yang terjadidalam suatu keluarga seperti antara anak dengan ibu, anak dengan ayah, danadik dengan kakak. Apabila konsep kekeluargaan ini dapat dilaksanakansebagaimana mestinya, tentu hasilnya akan optimal.

6. Pemikiran tentang Tutwuri Handayani. Menurut KHD, pendidikan itu memberipeluang Sang Anak untuk mengembangkan diri (tutwuri); manakala dalamperjalanannya ada yang keluar rel maka pendidik wajib memberi bimbingan(handayani). Pada usia anak-anak, semisal TK, maka porsi handayani lebihdominan; sebaliknya pada usia dewasa, semisal mahasiswa, maka porsi tutwurilebih dominan.

7. Pemikiran tentang Trina yang terdiri dariniteni, nirokakedan nambahi.MenurutKHD, untuk mempelajari segala sesuatu bisa ditempuh dengan cara “mengenalidan mengingat” sesuatu yang dipelajari (niteni), menirukan sesuatu yang dipelajari(nirokake), serta mengembangkan sesuatu yang dipelajari (nambahi). Dengan caraseperti ini kita dapat memperoleh hasil yang memadai.

Page 9: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 9

Mengkaji Filosofi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara | Prof. Dr. Ki Supriyoko, M.Pd.

8. Pemikiran tentang Keseimbangan. Menurut KHD, pendidikan itu hendaknyamemberi keseimbangan dalam pengembangan kecerdasan (intelectuality) disatu sisi dan kepribadian (personality) di sisi yang lain. Kecerdasan tanpadiimbangi kepribadian membuat Sang Anak menjadi pintar tetapi buruk; sebaliknyakepribadian tanpa diimbangi kecerdasan membuat Sang Anak menjadi baik tetapibodoh.

9. Pemikiran tentang Trikon yang terdiri dari kontinuitas, konvergensitas dankonsentrisitas. Menurut KHD, kita wajib melanjutkan budaya positif parapendahulu dan pada sisi yang lain harus terbuka terhadap hadirnya budaya mancauntuk dipadukan dengan budaya kita sepan­ jang perpaduan tersebut bisamenghasilkan budaya baru yang bernilai positif dan bermanfaat untuk kehidupan.

10.Pemikiran tentang Tripantangan yang terdiri harta, tahta dan wanita. MenurutKHD, seorang pendidik dilarang keras berburu harta secara tidak jujur sepertikorupsi (pantangan harta); berburu kedudukan secara tidak wajar seperti“membeli” jabatan (pantangan tahta) serta “bermain” dengan wanita sepertiselingkuh (pantangan wanita).

NILAI FILOSOFIS

1. Pemikiran KHD tersebut sesungguhnya mengandung nilai-nilai filosofi yang tinggiseperti pengakuan atas kebesaran Tuhan, melepas ketergantungan pada oranglain, perlunya saling kerja sama dalam menjalankan kehidupan, pengembangannilai-nilai pengabdian pada Sang Anak, dan sebagainya.

2. Dalam pemikiran KHD tentang Perkembangan Jiwa Sang Anak yang ditentukanoleh aspek Dasar dan Ajar secara filosofis terdapat pengakuan atas kebesaranTuhan. Agar supaya perkembangan jiwa Sang Anak itu positif maka kita dituntutmengkondisikan lingkungan yang positif, namun hal itu tidak ada jaminan berhasilkalau Sang Anak tidak dianugerahi dasar yang positif dari Tuhan.

3. Dalam pemikiran KHD tentang Trihayu yang terdiri dari memayu hayuningsarira, memayu hayuning bangsa, dan memayu hayuning manungsa(bawana) secara filosofis terdapat konsep kemandirian agar tidak tergantungpada orang lain. Pendidikan itu paling tidak harus mampu mengantarkan SangAnak bisa menolong diri sendiri.

4. Dalam pemikiran KHD tentang Trisentra Pendidikan yang terdiri dari keluarga,perguruan dan pergerakan (masyarakat) secara filosofis terdapat hakekat perlunyamanusia saling kerja sama untuk menjalankan kehidupan, khususnya menjalankan

Page 10: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

10 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

pendidikan. Pendidikan akan berhasil kalau terdapat kerja sama yang produktifantara keluarga, perguruan dan masyarakat.

5. Pemikiran KHD tentang Among secara filosofis mengandung nilai pengabdianyang tinggi kepada Sang Anak. Mendidik Sang Anak itu harus dilandasi denganrasa ikhlas untuk mengasuh dan membimbing sebagaimana dengan seorang“pangemong” dengan anak yang diasuh dan dibimbingnya.

6. Kalau kita kaji secara mendalam, pemikiran-pemikiran pendidikan KHD secarafilosofis memang sarat dengan makna; bahwa sebagian kelihatan sekedar teknisedukatif memang tidak salah tetapi dibalik itu terkandung makna yang tinggi.

***

Page 11: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

|11

Mempraktikkan Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantoro | Doni Koesoema A. M.Ed

MEMPRAKTIKKAN FILOSOFI PENDIDIKANKI HADJAR DEWANTORO

Page 12: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

12|

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

Page 13: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

|13

Mempraktikkan Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantoro | Doni Koesoema A. M.Ed

Page 14: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

14|

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

Page 15: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

|15

Mempraktikkan Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantoro | Doni Koesoema A. M.Ed

Page 16: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

16|

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

Page 17: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

|17

Mempraktikkan Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantoro | Doni Koesoema A. M.Ed

Page 18: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

18|

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

Page 19: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

|19

Mempraktikkan Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantoro | Doni Koesoema A. M.Ed

Page 20: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

20|

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

Page 21: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

|21

Mempraktikkan Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantoro | Doni Koesoema A. M.Ed

Page 22: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

22|

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

Page 23: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 23

Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Ki Hajar Dewantara Dalam Revolusi Mental Pendidikan| Bambang Ismanto

RELEVANSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARADALAM REVOLUSI MENTAL PENDIDIKAN DI INDONESIA

Dr. Bambang Ismanto, M.Si

Dosen FKIP - UKSW Salatiga

ABSTRAK

Tut Wuri Handayani adalah salah satu moralitas dalam membangun pendidikanyang bertanggung jawab sebagai wujud pemikiran Ki Hajar Dewantara. Prinsip-prinsip pendidikan nasional dibangun dan dikembangkan sebagai orde envrede (tertib dan damai, tata-tentrem) tidak dalam suasana regering, tucht, enorde (perintah, hukuman, dan ketertiban). Prinsip hidup Tetep, antep dan mantep;ngandel, kandel, kendel dan bandel; Neng, ning, nung dan nang, menjadikanpribadi kuat, teguh, percaya diri, tangguh dalam mencapai visi hidupnya.Pendidikan menghantar seseorang memiliki otonomi diri secara utuh dan penuhdalam wilayah kognisi, afeksi, spiritual, social sehingga eksistensinya mampuberdiri sendiri, dan mengatur dirinya sendiri. Revolusi mental di bidangpendidikan perlu dilakukan sebagai benteng utama dalam menjamin kehidupanbangsa dengan SDM yang memiliki kekuatan, ketangguhan, ketahanan dankeutuhan pribadi yang bermoral, berbudaya dalam kehidupan yang semakinglobal. Indonesia adalah kebanggaan, pendidikan sebagai penopang dandinamisator kehidupan.

Kata kunci : Revolusi Mental, Pendidikan, Ki Hajar Dewantara, Jati diri

PENDAHULUAN

Pendidikan sebagai bagian dinamik dalam kehidupan manusia. Dalam diri,dan dalam hubungannya dengan orang lain bahkan dengan masyarakat (bangsa)lainnya, pendidikan memberikan kontribusi dan makna. Berbagai pengetahuan,ketrampilan dan nilai-nilai kehidupan menjadikan diri seseorang mampu memecahkanpersoalan, memaksimalkan kepuasan kebutuhan dan mengembangkan diri secarapositif berbagai potesi dan peluang di lingkungannya. Di samping itu, berbagaipengalaman dalam lingkungan pendidikan, kita mampu memecahkan hambatan danmengatasi kendala dalam mencapai tujuan kehidupan kita. Sebagai Bapak PendidikanNasional, Ki Hajar Dewantara telah meletakkan dasar dan nilai-nilai filosofispendidikan dan budaya sebagai jati diri bangsa yang merdeka, berdaulat dan mandiri.

Menurut Ki Hadjar Dewantara pengajaran adalah upaya memerdekakanaspekbadaniah manusia (hidup lahirnya). Sementara pendidikan itu adalah upaya

Page 24: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

24 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

memerdekakan aspek batiniahnya (Samho : 2010:29). Aktivitas pengajaran itu berupatindakan informatif tetapi sekaligus formatif. Pada tataran informatif pengajaran adalahaktivitas membangun otonomi intelektual secara disengaja, yang dampaknya adalahmencerdaskan kognisi seseorang sehingga ia terbebaskan dari belenggu “kebodohan”kognisi. Sementara pada tataran formatif, ia membangun otonomi eksistensial dalamarti membangun kesadaran akan hak-hak asasinya sebagai manusia yang bermartabatluhur. Signifikanisnya adalah bersikap kritis terhadap realitas yang membelenggu kondisieksistensialnya sebagai manusia. Dalam praksis kehidupan, otonomi intelektual daneksistensial itu terekspresi dalam hidup yang tidak mengalami disorientasi dan tidakteralienasi secara personal dan sosial. Istilah “memerdekakan lahiriah” di sinimengandung makna bahwa pengajaran adalah daya upaya yang signifikan untukmembangun otonomi intelektual seseorang yang kemudian menyadarkan dirinya untukmenegaskan otonomi eksistensialnya (badaniahnya) yang secara kodrati merupakananugerah dari Allah. Pendidikan membentuk dan menghantar seseorang menjadisubyek realitas. Ia memiliki otonomi intelektual, otonomi eksistensial, dan otonomisosial sebagai anggota masyarakat. Ketiga wilayah otonomi itu menjadi bagian integralidentitas diri atau jati diri. Pendidikan menghantar seseorang memiliki otonomi dirisecara utuh dan penuh dalam wilayah kognisi, afeksi, spiritual, social sehinggaeksistensinya mampu berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain, dan dapatmengatur dirinya sendiri.

Nilai-nilai pendidikan dan budaya dalam diri Ki Hajar Dewantara dan TamanSiswa yang dirintis dan dikembangkannya menjadi awal Revolusi mental bangsaIndonesia. Dalam suasana takut dan tekanan penjajah, Ki Hajar Dewantara mampumeletakkan prinsip-prinsip pendidikan orde en vrede (tertib dan damai, tata-tentrem)tidak dalam suasana regering, tucht, en orde (perintah, hukuman, dan ketertiban).Hal ini sangatlah bertentangan dengan fakta-fakta masyarakat Indonesia menghadapiUU, Peraturan dan ketentuan kehidupan bangsa Belanda.

Pada upacara pemakaman di pendapa Taman Siswa, Menteri PP dan Kmengucapkan pidato belasungkawa atas nama Pemerintah Pusat. Isi pidatonya antaralain sebagai berikut: Pemerintah merasa kehilangan seorang mahaputera yangperasaannya, pikirannya, perkataannya dan perbuatannya selalu merupakankeselarasan dan tak pernah bertentangan satu sama lain. Seluruh perbuatannya yangtak pernah mendustai pelajaran-pelajarannya itulah yang menyebabkan Ki Hadjarmenjadi pemimpin dan pendidik yang sukar dicari taranya Selanjutnya menterimeneruskan : “… Jika Presiden kita Bung Karno mengatakan bahwa RevolusiKemerdekaan kita itu adalah Revolusi mencari Kepribadian kita sendiri, maka sudah

Page 25: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 25

Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Ki Hajar Dewantara Dalam Revolusi Mental Pendidikan| Bambang Ismanto

lamalah Ki Hadjar mulai mencari Kepribadian Indonesia itu. Kepribadian yangmengandung arti harga diri atau harkat kemanusiaan itulah yang menyebabkan KiBadjar tidak pernah mengacungkan tangannya untuk minta bantuan atau subsidiiaripemerintah kolonial untuk perguruan neisionatnya. “Ki Hadjar telah wafat, tetapinamanya, jiwanya dan semangatnya akan tetap hidup di tengah-tengah kita ...(Suratman : 1985 : 123).

Revolusi mental menjadi dinamika dalam Pemerintahan Joko Widodo.Sekalipun, Reformasi Indonesia telah berlangsung sejak Tahun 1998 tapi tampaknyamasih tahapan eforia bahkan cenderung berkembang ke arah negatif. Berbagaiperistiwa Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dikalangan Pejabat Pemerintah, WakilRakyat (legislatif) dan penegak hukum berakibat mengurangi kepercayaan publikterhadap Pemerintahan. Bahkan alokasi APBN/D ke masyarakat secara langsungseperti Bantuan Tunai Langsung, Bantuan Operasional Sekolah, Dana Alokasi Khususdan Bantuan sosial serta keberpihakan lainnya semakin mengurangi semangatpartisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Revolusi mental sebuah perubahanmindsetmenuju kehidupan yang lebih baik,berkualitas, mandiri, sejahtera, demokratis dan bertanggungjawab sebagai pribadidan masyarakat. Menurut Purwanto (2014), Revolusi mental menuntut perubahanpada dua tatanan sosial politik, yaitu pada para pejabat (pembuat, pelaksana kebijakan,dan semua yang terkait dengan posisi pemerintahan) dan rakyat sebagai warganegara.Oleh karena itu, perubahan juga harus diarahkan pada kedua tatanan tersebut:bagaimana penguasa menjadi pelindung dan pelayan publik yang cakap dan santun,dan bagaimana rakyat dapat menjadi warga negara yang terlindungi, terjamin hak-haknya, dan bertanggung jawab pada lingkungannya.

Pendidikan menjadi harapan untuk perubahan menuju kehidupan yang lebihtertata, tertib, damai, demokratis, dalam perwujudan tata kelola pemerintahanIndonesia yang sesuai pembukaan dan UUD 1945 serta kebijakan nasional untukkeutuhan dan kesejahteraan dan keadilan. Berbagai pemikiran Ki Hajar Dewantaramasih sangat relevan dalam penataan tata kelola pendidikan nasional. Nilai-nilaipendidikan Ki Hajar Dewantara perlu menjadi pengarah (acuan) rekonstruksi revolusimental pendidikan di Indonesia.

NILAI LUHUR PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KI HAJARDEWANTARA

Ki Hadjar Dewantara. Sebagai seorang pendidik mengemukakan betapapentingnya tiga pusat pendidikan (Sistem Tripusat), ialah alam atau lingkungankeluarga, alam perguruan dan alam pemuda. Tugas tiga pusat pendidikan itu adalah

Page 26: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

26 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

sebagai berikut: (1) Alam keluarga, pusat pendidikan yang pertama dan yangterpenting. Tugasnya mendidik budi pekerti dan laku sosial. (2) Alam perguruan,pusat pendidikan yang berkewajiban mengusahakan kecerdasan pikiran dan memberiilmu pengetahuan. (3). Alam pemuda, membantu pendidikan baik yang menujukepada kecerdasan jiwa maupun budi pekerti (Suratman 1985:1). Pendidikanberlangsung dalam kelembagaan rumah tangga (informal), sekolah (formal) danorganisasi (non formal). Ketiga pusat ini memiliki fungsi dan kontribusi yang berbedadalam membentuk dan meningkatkan kompetensi peserta didik dalam berbagaikehidupannya.

Dalam keyakinan yang menjadi postulat nilai-nilai pendidikan di Indonesia, KiHadjar Dewantara pendidikan yang khas Indonesia haruslah berdasarkan citra nilaiIndonesia. Maka ia menerapkan tiga semboyan pendidikan yang menunjukkankekhasan Indonesia, yakni : Pertama, Ing Ngarsa Sung Tuladha, artinya seorangguru adalah pendidik yang harus memberi teladan. Ia pantas digugu dan ditiru dalamperkataan dan perbuatannya. Kedua, Ing Madya Mangun Karsa, artinya seorangguru adalah pendidik yang selalu berada di tengah-tengah para muridnya dan terus-menerus membangun semangat dan ide-ide mereka untuk berkarya. Ketiga, Tut WuriHandayani, artinya seorang guru adalah pendidik yang terus-menerus menuntun,menopang dan menunjuk arah yang benar bagi hidup dan karya anak-anak didiknya.Senada dengan semboyan pendidikan di atas adalah metode pendidikan yangdikembangkan, yang sepadan dengan makna “paedagogik”, yakni Momong, Amongdan Ngemong, yang berarti bahwa pendidikan itu bersifat mengasuh. Mendidik adalahmengasuh anak dalam dunia nilai-nilai. (Samho :2010:44). Sekalipun dalam pendidikankita punya kesempatan berinteraksi dengan bangsa lain tidak berarti langsungmengadopsi nilai-nilai yang dianutnya. Ketiga semboyan inilah, prinsip-prinsippedagogik dan tata nilai pendidikan diajarkan dan ditanamkannya kepada kita sebagaiinsan yang terpanggil memajukan bangsa melalui pendidikan.

Pamong harus memberi tuntunan dan menyokong pada anak-anak agar dapattumbuh dan berkembang berdasarkan kekuatan sendiri. Cara mengajar dan mendidikdengan menggunakan alat perintah, paksaan dengan hukuman seperti yang dipakaidalam pendidikan di masa dahulu, hendaknya dihindari. Metode ini disebut metodeAmong. Semboyan yang dipergunakan untuk melaksanakan metode ini adalah TutWuri Andayani, artinya mendorong para anak didik untuk membiasakan diri mencaridan belajar sendiri. Guru atau pamong mengikuti di belakang dan memberi pengaruh,bertugas mengamat-amati dengan segala perhatian; pertolongan diberikan apabiladipandang perlu (Suratman 1985 :79). Dalam hal ini Samho (2010:41), berpendapat

Page 27: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 27

Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Ki Hajar Dewantara Dalam Revolusi Mental Pendidikan| Bambang Ismanto

bahwa ketiga fatwa pendidikan Ki Hadjar di atas tetap penting sebab ia memilikikandungan makna yang berkualitas kemanusiawian, suatu kualitas yang merupakanbagian mendasar dari idealisme pendidikan sejak masa Yunani klasik. Bila ketigafatwa itu dikritisi, ia tampak tetap memiliki relevansi untuk konteks pendidikanIndonesia kini terutama manakala penerapannya dimaksudkan untuk membangunjiwa kepemimpinan dalam diri anak-anak di Indonesia. Harapan ke depan merekakelak mampu menjadi pemimpin Indonesia yang benar-benar “meng-Indonesia”.Artinya, menjadi pemimpin yang memiliki ketetapan pikiran dan batin, memilikikepercayaan diri dan pendirian yang teguh, memiliki pikiran yang suci, batin yangtenang dan hati yang senang. Kondisi demikian menjadi jaminan ke arah terciptanyakepemimpinan yang memerdekakan kemanusiaan setiap pribadi di Indonesia secarautuh dan penuh.

Peserta didik hendaknya dibiasakan bergantung pada disiplin kebatinannyasendiri, bukan karena paksaan dari luar atau perintah orang lain. Penerapan metodeAmong, dinyatakan dalam bentuk upaya membimbing anak dengan penuh kecintaandan mendahulukan kepentingan sang anak maka anak dapat berkembang menurutkodratnya. Dengan demikian maka bakat peserta didik dapat berkembang danhubungan pamong dan murid adalah seperti keluarga. Dewantara dalam Samho (2010:43), merasa yakin bahwa dasar-dasar pendidikan yang cocok untuk Indonesiabukanlah regering, tucht, en orde (perintah, hukuman, dan ketertiban) melainkanorde en vrede (tertib dan damai, tata-tentrem). Anak manusia bisa tertib dan damai.Kalau dididik dalam suasana momong, among, dan ngemong.

Sebagai pendiri, pemikir dan pengembangan pendidikan Taman Siswa, KiHajar Dewantara merumuskan Asas-asas pendidikan (1922), sebagai berikut: (1).Agar suatu bangsa dapat tumbuh secara sehat lahir dan batin, maka pendidikan danpengajaran yang diberikan kepadanya harus berdasarkan prinsip nasional dan kultural-kemasyarakatan. (2). Pengajaran yang diberikan oleh Pemerintah Kolonial hanyauntuk dapat menjadi “buruh” karena memiliki “Ijazah”, tidak untuk isi pendidikannyadan mencari pengetahuan guna kemajuan jiwa-raga. (3). Pengajaran yang berjiwakolonial itu akan membawa kita selalu tergantung kepada bangsa Barat. Keadaan initidak akan lenyap hanya dilawan dengan pergerakan politik saja, Perlu diutamakanpenyebaran hidup merdeka di kalangan rakyat kita dengan jalan pengajaran yangdisertai pendidikan nasional. (4). Kita harus berani membuat sistem pendidikan danmetodik baru didasarkan atas kultur sendiri dan untuk kepentingan masyarakat kitasendiri. (5) Pemakaian metode Among, suatu metode yang tidak menghendaki“perintah-paksaan”, melainkan memberi “tuntunan” bagi hidup anak-anak agar dapat

Page 28: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

28 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

berkembang dengan subur dan selamat, baik lahir maupun batinnya. 6. Supaya adakemerdekaan yang seluas-luasnya pengajaran dan pendidikan nasional itu harusberdasarkan / prinsip berdiri di atas kaki sendiri dan syaratnya adalah “berhemat”.7. Perlu adanya demokratisasi dalam pengajaran, supaya tidak hanya lapisan atassaja yang terpelajar. Pengajaran harus benar-benar dapat dinikmati oleh rakyat.(Suratman: 198 : 107). Pemikiran ini sangatlah relevan dengan prinsip penyelenggaraanpendidikan nasional Indonesia tidak diskriminatif. Hal ini relevan dengan implementasipasal 4 ayat 1 UU No. 20/2003 yang menyatakan bahwa Pendidikan diselenggarakansecara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggihak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

Dalam perspektif sejarah dalam merespon masalah Undang-undang SekolahLiar 1932, Ki Hajar Dewantara menyerukan sendi-sendi pendidikan dalam prinsiphidup : “Tetep-Mantep-Antep”, “Ngandel Kendel - Bandel-Kandel” dan “Neng-Ning-Nung-Nang”, Suratman : 1985:107). Dengan prinsip ini, Taman Siswa dapatmengatasi kesulitan-kesulitannya. “Tetap” atau tetap, maksudnya untuk mencapaiapa yang kita kehendaki, perlulah kita selalu tetap dalam pekerjaan kita, janganselalu menengok ke kanan dan ke kiri. Kita harus terus berjalan tertib dan maju,setia dan taat terhadap segala asas-asas kita. Lagi pula kita harus selalu “mantep”atau berbesar hati, agar tidak akan ada kekuatan yang dapat menahan laku kita ataumembelokkan aliran kita. Sesudah kita tetap dan mantap, dengan sendirinya perbutankita akan “antep” atau berat, dan pasti tidak mudah kita dapat ditahan, dihambatatau dilawan. “Ngandel” atau percaya maksudnya yakin kepada penguasa Tuhandan kekuatan diri. “Kendel” atau berani, yaitu menghindarkan rasa takut atauwasangka. “Bandel” atau tahan, tawekal, ilah hatinya kuat menderita. “Kandel” atautebal (yaitu meskipun menderita namun kuat badan tubuhnya. Dalam rangka itu, KiHadjar Dewantara mengedepankan tiga ajaran tentang pendidikan (tiga fatwa), yakni:Tetep, antep dan mantep; ngandel, kandel, kendel dan bandel; Neng, ning, nung dannang. Keempat tabiat itu saling berhubungan: barang siapa dapat percaya tentu akanberani, lalu mudahlah ia tawekal dan dengan sendirinya ia akan tebal tubuhnya. “Neng”berarti “meneng” yaitu tenteram lahir-batinnya. “Ning” dari perkataan “wening” dan“bening” berarti jernih pikirannya, mudah dapat membedakan barang yang “hak”dan yang “batal”, yang “benar” dan yang “salah”. “Nung” dari perkataan “hanung”,berarti kuat, sentosa dalam kemauannya, yaitu kokoh dalam segala kekuatannya,lahir dan batin, untuk mencapai apa yang dikehendaki. “Nang” yaitu “menang” ataudapat “wewenang” atau berhak atas buah usahanya. Keempat tabiat ini juga saling-berhubungan: barang siapa dapat “neng” tentu mudah ia akan dapat berpikir “ning”,

Page 29: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 29

Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Ki Hajar Dewantara Dalam Revolusi Mental Pendidikan| Bambang Ismanto

lalu menjadi kuat atau “nung” kemauannya, dan dengan sendirinya ia akan “menang.Dwiarso dalam Albertus (2014:4) menyatakan bahwa Ki Hadjar Dewantara

memasukkan kebudayaan dalam diri anak dan memasukkan diri anak ke dalamkebudayaan mulai sejak dini, yaitu Taman Indria (balita). Konsep belajar ini adalahT r i N o , y a i t u n o n t o n , n i t e n i d a n n i r o k k e . N o n t o n ( cognitive), nonton di sini adalahsecara pasif dengan segenap panca indera. Niteni (affective) adalah menandai,mempelajari, mencermati apa yang ditangkap panca indera, dan nirokke(psychomotoric) yaitu menirukan yang positif untuk bekal menghadapiperkembangan anak Ketika anak didik sudah menginjak pada pendidikan TamanMuda (Sekolah Dasar), kemudian Taman Dewasa dan seterusnya maka konseppendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah Ngerti, Ngroso lan Nglakoni. Modelpendidikan ini dimaksudkan supaya anak tidak hanya dididik intelektualnya saja(cognitive), istilah Ki Hadjar Dewantara ‘ngerti’, melainkan harus ada keseimbangandengan ngroso (affective) serta nglakoni (psychomotoric). Dengan demikiandiharapkan setelah anak menjalani proses belajar mengajar dapat mengerti denganakalnya, memahami dengan perasaannya, dan dapat menjalankan atau melaksanakanpengetahuan yang sudah didapat dalam kehidupan masyarakat.

Ki Hadjar Dewantara dalam Samho (2010:33), menyatakan bahwapendidikan adalah daya-upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti(kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak, dalam rangkakesempurnaan hidup dan keselarasan dengan dunianya. Pendidikan nasional, sepertiyang diterapkannya dalam Taman Siswa, ialah pendidikan yang beralaskan garis-hidup dari bangsa (kultur nasional) dan ditujukan untuk keperluan perikehidupanyang bisa mengangkat derajat negara dan rakyat. Orientasi globalnya adalah agarrakyat Indonesia dapat bekerja bersama-sama dengan bangsa-bangsa yang lain untukkemuliaan manusia di seluruh dunia. Ini berarti bahwa Globalisasi bukanlah hal barudalam dimensi pendidikan nasional. Pendidikan mengantarkan, menyiapkan danmengembangkan SDM yang mampu menempatkan diri, proses akulturasi,transaksional, interprestasi dan internalisasi nilai-nilai positif. Kehadirannya kembalike masyarakat Indonesia, tidak membawa perubahan negatif namun mendinamiskanpola kehidupan yang bermutu, bermartabat, mandiri dalam pendewasaan sebagaidiri dan masyarakat.

Pendidikan militer yang memiliki citra kedisiplinan pada kenyataannya sangatrelevan dengan ajaran pendidikan Ki Hadjar Dewantara di Taman Siswa, yaitumemberikan kebebasan bagi para individu untuk berkembang sesuai dengan kodratalam. Antara pendidikan militer dan pendidikan di Taman Siswa tidak ada perbedaan,

Page 30: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

30 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

sama-sama menciptakan tujuan yang positif, yaitu tertib dan damai. Menurut TyasnoSudarto, dalam Henricus, (2014 :16), SMA Taruna Nusantara menggunakan sistemTri Pusat, yakni memadukan tiga lingkungan pendidikan, yaitu pendidikan sekolah,pendidikan keluarga, dan pendidikan masyarakat. Selain itu metode among diterapkandengan Tutwuri Handayani sebagai dasar pengajaran, pengasuhan, dan pelatihannya.Kita bisa hidup di alam masyarakat yang tertib dan damai. Artinya, kebebasan tidakboleh lepas dari ketertiban, karena ketertiban akan melahirkan kedamaian. Kalautidak tertib, pasti tidak akan ada kedamaian, oleh sebab itu, kalau kita semuamasyarakat tertib dipastikan karena masyarakatnya disiplin, jadi semua itu sangatrelevan dengan apa yang terdapat di dalam pendidikan militer. Pemikiran PendidikanTaman Siswa yang diadopsi dan dikembangkan tata kelola SMA Taruna Nusantara.Pola dan nilai-nilai kehidupan dibangun sejak seseorang memasuki pendidikan prakepemimpinan dan manajerial. Dengan pola demikian, keteladaan dapat dikondisikanlebih awal dalam kerangka membangun kepemimpinan nasional. Hal ini relevan denganimplikasi Pasal 4 ayat 4 UU Sisdiknas yang menetapkan prinsip Pendidikandiselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, danmengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

Rekontruksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara Revolusi Mental

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasonal (RPJMN) tahun 2015-2019 telah menetapkan sembilan agenda prioritas, yang dikenal sebagai Nawacita,yang sepenuhnya berlandaskan ideologi Trisakti. Ideologi Trisakti mencakupkedaulatan di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalamkebudayaan. Sementara itu Nawacita meliputi, (1) menghadirkan kembali negarauntuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warganegara; (2) membuat pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelolapemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya; (3) membangunIndonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangkanegara kesatuan; (4) memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistemdan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya; (5)meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; (6) meningkatkan produktivitasrakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa majudan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya; (7) mewujudkan kemandirianekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik; (8)melakukan revolusi karakter bangsa; serta (9) memperteguh kebinekaan danmemperkuat restorasi sosial Indonesia.

Page 31: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 31

Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Ki Hajar Dewantara Dalam Revolusi Mental Pendidikan| Bambang Ismanto

Menurut Sunaryo Kartadinata 2014, Ada tanggung jawab unik pendidikandan pendidikan guru. “Tanggung jawab unik itu adalah menuntun bangsa ke jalannilai-nilai moral dan spiritual, mendidik warga negara bertanggung jawab ataskemaslahatan masyarakat, dunia, dan lingkungan alamnya. Pendidikan gurumengemban misi penting di dalam mewujudkan warisan nilai-nilai keadilan, demokrasi,keharmonisan, kesehatan lingkungan dan pewarisan nilai-nilai kultural yang akanmenjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa kesuksesan dan kemaslahatanbagi pembangunan daya saing bangsa.”

“... Ada tanggung jawab moral perguruan tinggi dalam konteks ini, yaitu memperkuatnilai-nilai para pakar untuk berperan sebagai hati nurani bangsa di dalam membangungenerasi muda dan melahirkan kemaslahatan sosial.” “Adalah tanggung jawabp e n d i d i k a n u n t u k m e m b a n g u n mindset damai yang tumbuh (growing peacefullmindset) dan bukan mindset yang pasti (fixed mindset)agar manusia yang dilahirkandari pendidikan memiliki kepakaran tinggi yang bermuatan hati nurani yang akanmenjadi penentu kesuksesan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membuahkankemaslahatan bagi umat manusia di dunia ini.” (Purwanto: 2014).

Paradigma pembangunan pendidikan dan kebudayaan Indonesia dalam RenstraKemendikbud Tahun 2015-2019 meliputi: (1). Pendidikan untuk Semua; (2).Pendidikan Sepanjang Hayat; (3). Pendidikan sebagai Suatu Gerakan; (4).Pendidikan Menghasilkan Pembelajar; (5). Pendidikan Membentuk Karakter; (6).Sekolah yang Menyenangkan; (7). Pendidikan Membangun Kebudayaan.

Visi Kemendikbud 2019 dalam Renstra Tahun 2015-2019 adalah:“Terbentuknya Insan serta Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan yang Berkarakterdengan Berlandaskan Gotong Royong. Ekosistem meliputi: (1) Sekolah yangKondusif; (2) Guru sebagai Penyemangut; (3) Orangtua yang Terlibat Aktif; (4)Masyarakat yang Sangat Peduli; (5) Industri yang Berperan Penting; (6) OrganisasiProfesi yang Berkontribusi Besar; (7) Pemerintah yang Berperan Optimal. Gotongroyong merupakan salah satu ciri khas bangsa Indonesia dan diakui sebagai kepribadiandan budaya bangsa yang telah berakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Gotongroyong dalam pembangunan pendidikan dan kebudayaan berarti banyak hal yangdilakukan secara bersama oleh banyak pihak secara sadar, sukarela, merasa turutberkepentingan, serta dengan keinginan saling menolong. Gerakan ini dicirikan, antaralain oleh keterlibatan aktif masyarakat, dukungan langsung dunia usaha, dankepercayaan yang tinggi terhadap lingkungan lembaga satuan pendidikan sepertisekolah.

Terbentuknya insan serta ekosistem kebudayaan yang berkarakter dapatdimaknai sebagai berikut (Renstra Kemendikbud : 2015-2019): 1. Terwujudnya

Page 32: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

32 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

pemahaman mengenai pluralitas sosial dan keberagaman budaya dalam masyarakat,yang diindikasikan oleh kesediaan untuk membangun harmoni sosial, menumbuhkansikap toleransi, - dan menjaga kesatuan dalam keanekaragaman; 2. Terbentuknyawawasan kebangsaan di kalangan anak-anak usia sekolah yang diindikasikan olehmenguatnya nilai-nilai nasionalisme dan rasa cinta tanah air; 3. Terwujudnya budayadan aktivitas riset, budaya inovasi, budaya produksi serta pengembangan ilmu dasardan ilmu terapan yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri untukmendukung pusat-pusat pertumbuhan ekonomi; 4. Terwujudnya pelestarian warisanbudaya baik bersifat benda (tangible) maupun tak benda (intangible); 5. Terbentuknyakarakter yang tangguh dengan melestarikan, memperkukuh, dan menerapkan nilai-nilai kebudayaan Indonesia; 6. Tingginya apresiasi terhadap keragaman seni dankreativitas karya budaya, yang mendorong lahirnya insan kebudayaan yang profesionalyang lebih banyak; 7. Berkembangnya promosi dan diplomasi budaya.

Revolusi Mental pertama kali digunakan Presiden Soekarno tahun 1957 ketikarevolusi nasional sedang berhenti. Gerakan itu ditujukan untuk menggembleng manusiaIndonesia agar menjadi manusia baru yang berhati putih, berkemauan baja,bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala. Semangat tersebut kinidiimplementasikan sesuai kondisi nyata oleh Presiden Joko Widodo dengan tujuanlebih memperkokoh kedaulatan, meningkatkan daya saing dan mempererat persatuanbangsa. Nilai-nilai esensial itu meliputi etos kemajuan, etika kerja, motivasi berprestasi,disiplin, taat hukum dan aturan, berpandangan optimistis, produktif-inovatif, adaptif,kerja sama dan gotong royong, dan berorientasi pada kebajikan publik dan kema-slahatan umum (Dirjen Inkominfo : 2015:1)

Persoalan-persoalan seputar budaya atau mentalitas merupakan bagian revolusimental. Suatu trasformasi yang dalam bahasa Jokowi akan mendorong sikap“negativisme menjadi positivisme”. Proses yang menginginkan sikap-sikap negatifdari warganegara dikritisi dan diubah menjadi sikap-sikap positif. Oleh karena itu,diperlukan operasionalisasi konsep revolusi mental agar ide tersebut dapat dipahamidan diwujudkan. Revolusi mental dalam sebagai strategi kebudayaan mencakup : a.Upaya untuk mengubah kebiasaan dan kerangka pemikiran sehari-hari masyarakatyang berdampak luas bagi publik. b. Proses menghasilkan manusia merdeka,bagaimana mendidik manusia yang mengerti dirinya, mengerti keindonesiaannya. c.Transformasi pengertian dan pemahaman mengenai politik dari isu kekuasaan menjadipelayanan publik. d. Perubahan pikir para penguasa menyangkut orientasi politik,perubahan sikap pejabat publik dan politik partisan, e. Tidak hanya menyangkutpola pikiran, namun juga perubahan struktural dalam interaksi sosial yang dominan

Page 33: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 33

Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Ki Hajar Dewantara Dalam Revolusi Mental Pendidikan| Bambang Ismanto

di masyarakat, yaitu komunikasi, hubungan kekuasaan, dan moralitas. f.Pengembangan sikap anti kepada hal-hal negatif (Purwanto : 2014).

Akademisi dari Hankok University Korea, Park Hee Young, mengatakangerakan revolusi mental di Korea sudah dimulai sejak 1960 dengan konsep SaemulUndong, yakni pembangunan bangsa dari desa. “Gerakan itu kami masukkan dalamkonsep pendidikan nasional. Sehingga gerakan ini mampu mengubah mental orangKorea yang sebelumnya pesimis dan berpikiran negatif irasional, menjadi optimisdan rasional positif,” katanya.

Revolusi Mental adalah jargon yang diusung Presiden Joko Widodo saat masakampanye. Menurut Jokowi Revolusi mental berarti warga Indonesia harus kembalimengenal dan menjalankan karakter orisinil bangsa Indonesia yang santun, berbudipekerti dan bergotong royong. Satu-satunya jalan untuk revolusi mental adalah melaluipendidikan yang berkualitas dan merata dan penegakan hukum yang tanpa pandangbulu. (Metrotvnews.com)

Penyelenggaraan pendidikan nasional diselenggarakan berdasarkan prinsipsebagai berikut (Pasal 4 UU 20 Tahun 2003):(1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak

diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilaikultural, dan kemajemukan bangsa.

(2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistemterbuka dan multimakna.

(3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan danpemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

(4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan,dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

(5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis,dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.

(6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponenmasyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutulayanan pendidikan. peserta didik dalam proses pembelajaran.

Implementasi Nawacita dalam revolusi mental pendidikan di Indonesia,mencakup dimensi tata kelola sebagai berikut:(1) Mengubah paradigma pendidikan “berdaya saing” menjadi pendidikan “mandiri

dan berkepribadian”;(2) Merancang kurikulum berbasis karakter dari kearifan lokal serta vokasi yang

beragam berdasarkan kebutuhan geografis daerah dan bakat anak;

Page 34: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

34 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

(3) Menciptakan proses belajar yang menumbuhkan kemauan belajar dari dalamdiri anak;

(4) Memberi kepercayaan penuh pada guru untuk mengelola suasana dan prosesbelajar pada anak;

(5) Memberdayakan orangtua untuk terlibat pada proses tumbuh kembang anak;(6) Membantu kepala sekolah untuk menjadi pemimpin yang melayani warga sekolah;

dan(7) Menyederhanakan birokrasi dan regulasi pendidikan diimbangi pendampingan

dan pengawasanAchmad Fedyani Saifuddin dalam Purwanto (2015) menyatakan bahwa

pendidikan dalam tataran linear sebagai salah satu komponen dari sebuah sistemyang lebih besar. Kecenderungan berpikir struktural-fungsionalisme pada tingkatnasional mendorong penyusun kebijakan dan pengambil keputusan pendidikannasional untuk berpikir seragam, artinya ada suatu kekuasaan-yakni kekuasaannegara—yang berfungsi sentral untuk merancang blue print, menyusun kurikulum,mempersiapkan tenaga pengajar, dan menyediakan fasilitas pendidikan untuk semuabagian dan tingkatan di seluruh negeri. Sebagai hasilnya adalah sebuah sistem yangstabil, seimbang, dan “kurang menyukai” perubahan. Premis dari struktural-fungsionalisme meliputi : (a) masyarakat adalah sebuah sistem yang bekerja; (b) sistemyang bekerja menuntut institusi-institusi komponennya untuk memberikan kontribusidemi dipeliharanya sistem tersebut; (c) sistem sosial yang bekerja menuntut semuaanggota sistem untuk dimotivasi dan dilatih untuk memfasilitasi fungsi sistem. Apabilakita mencermati kebijakan nasional pendidikan kita, nampaknya selama ini pendidikankita dirancang menurut premis pemikiran di atas. Kelebihan cara berpikir ini adalahtransmisi pengetahuan yang seragam dan merata di seluruh Indonesia, baik kurikulum,latar belakang dan kualifikasi pengajar, metode belajar mengajar, maupun buku-buku ajar yang digunakan, sehingga dalam jangka panjang kesatuan nasional melaluiproses pendidikan dapat terpelihara. Fakta menunjukkan bahwa proyek-proyeknasional pendidikan, khususnya proyek pengembangan fasilitas sekolah seragam diseluruh Indonesia. Kebijakan penyeragaman ini, di sisi lain, menafikan keragamansosial-budaya di seluruh tanah air yang sesungguhnya potensil untuk pengembangankesejahteraan masyarakat setempat.

Dinamika pendidikan dalam era globalisasi tidak harus akan mengorbankanjati diri bangsa Indonesia. Pendidikan berlangsung sebagai transaksi yang dikendalikanprinsip-prinsip ekonomi, penuh kompetisi, dalam nilai-nilai internasional, prosesinstant, dan aplikasi teknologi informasi. Tanpa dibangun dengan jati diri yang

Page 35: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 35

Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Ki Hajar Dewantara Dalam Revolusi Mental Pendidikan| Bambang Ismanto

mengandalkan Tetep, antep dan mantep; ngandel, kandel, kendel dan bandel; Neng,ning, nung dan nang akan melunturkan bahkan menghapus budaya, ketahanan dankesatuan nasional.

Revolusi mental pendidikan perlu diimplementasikan dalam tata sekolah yangakuntabel. Sekolah sebagai lingkungan utama peserta didik dalam pengembangandiri perlu dikembangkan dengan pola dan metode yang mampu mencerna, -menghayati dan - pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai kehidupan yang menjadijaminan hiduo bagi dirinya, bermasyarakat dan berbangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi danInformatika RI, 2015, Government Public Relation Topik Revolusi mentalIndonesia baik Revolusi Mental, Kementerian Informasi dan Komunikasi PublikKementerian Komunikasi dan Informatika.

Kementerian Pendidikan dan kebudayaan, Rencana Strategis Kementerian Pendidikandan Kebudayaan, Tahun 2015-2019.

Pemerintah Republik Indonesia, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional(RPJMN) Tahun 2015-2019.

Purwanto, Semiarto Aji (Editor), 2014, Revolusi Mental Sebagai StrategiKebudayaan Bunga Rampai Seminar Nasional Kebudayaan, Pusat Penelitiandan Pengembangan Kebudayaan, Jakarta.

Ryan, Kevin and Karen E. Bohlin, Building Character in Schools, Practical Ways toBring Moral Instruction to Life, Jossey- Bass.

Samho, Bartolomeus dan Oscar Yasunari, 2010, Konsep Pendidikan Ki HadjarDewantara dan Tantangan-tantangan Implementasinya di Indonesia DewasaIni, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UniversitasKatolik Parahyangan Bandung.

Suparlan, Henricus, 2014, Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara danSumbangannya Bagi Pendidikan Indonesia, Jurnal Filsafat Vol. 25, Nomor 1,April 2014.

Suratman, Darsiti, 1985, Ki Hajar Dewantara, Departemen Pendidikan danKebudayaan, Jakarta.

Page 36: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

36 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

Page 37: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

|37

Persepsi Mahasiswa PGSD Terhadap Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara|Naniek S. Wardani

PERSEPSI MAHASISWA PGSD TERHADAP KONSEPPENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA

Naniek Sulistya WardaniProgram Studi S1 PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana

[email protected]

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa PGSDkelas RS 2013 C terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara; untukmengetahui karakter yang dimiliki mahasiswa dalam perkuliahan PKE (ProgramKegiatan Ekstrakurikuler); untuk mengetahui adakah hubungan antara persepsimahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep pendidikan Ki HajarDewantara dan pembentukan karakter dalam perkuliahan PKE. Jenis penelitianini adalah penelitian deskriptif. Unit penelitian adalah seluruh mahasiswa kelasRS 2013 C pengambil mata kuliah Pengembangan Kegiatan Ekstrakurikuler (PKE)sebanyak 30 mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan angket. Teknikanalisis data menggunakan tabulasi silang dengan persentase. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa 1) persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadapkonsep pendidikan ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, dan tutwuri handayani adalah tinggi dengan rata-rata capaian 66,67%; (2) mahasiswamemiliki karakter religius, disiplin, dan jujur dalam perkuliahan PKE tinggimencapai sebesar 67,77%; dan (3) terdapat hubungan yang signifikan antarapersepsi mahasiswa terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara danpembentukan karakter dalam perkuliahan PKE.

Kata Kunci: Persepsi mahasiswa, konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara,pembentukan karakter.

PENDAHULUAN

Kompetensi inti kurikulum 2013 yang akan dicapai terdiri dari 4 kompetensiyakni sikap religius, sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan. Kompetensi yanghendak dicapai ini sejalan dengan pemikiran baik yang dikemukakan oleh Ki HadjarDewantara maupun pemikiran dari teori pendidikan modern. Ki Hadjar Dewantaratelah lama mengenalkan konsep Tri-Nga yang terdiri dari Ngerti, Ngrasa danNglakoni yang sejalan dengan kompetensi yang hendak dicapai dalam kurikulum2013 (kurtilas) yakni Ngerti merupakan aspek kognitif yang berarti mengetahui ataupengetahuan yang dalam kurtilas adalah kompetensi inti ke 3, Ngrasa artinyamemahami yang merupakan aspek afektif (sikap) merupakan kompetensi inti ke 1

Page 38: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

38|

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

dan 2, dan Nglakoni adalah melakukan, merupakan aspek psikomotorik yang berartiketrampilan yang merupakan kompetensi inti ke 4. Teori modern dalam TaxonomyBloom menyebutkan bahwa tujuan belajar mencakup aspek cognitive, affective,dan psychomotor (Wardani Naniek Sulistya, dkk. 2010:110) yang dikenalkan sejaktahun 1956.  Konsep-konsep Ki Hadjar Dewantara (KHD) diimplementasikan diTamansiswa yang berdiri 3 Juli 1922, dan hingga sekarang konsep-konsep KHDdigunakan dalam dunia pendidikan. Makna dari konsep KHD ialah, tujuan belajaritu pada dasarnya ialah meningkatkan pengetahuan anak didik tentang apa yangdipelajarinya, mengasah rasa untuk meningkatkan pemahaman tentang apa yangdiketahuinya, serta meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan apa yangdipelajarinya. (http://langkahkebebasan. blogspot.co.id/p/edukasi.html, diaksestanggal 23 Mei 2016). Nampak bahwa konsep KHD sejalan dengan pemikiranilmuwan barat terutama Benyamin S. Bloom.Belajar yang merupakan aktivitas dalampendidikan merupakan proses pembudayaan nilai-nilai luhur yang dilakukan secaraterus menerus (kontinu), fokus (konsentris) dan konvergen. Oleh karena itu,pelaksanaan belajar tidak hanya dilakukan dalam pendidikan formal di sekolah saja,namun juga dilakukan di rumah maupun masyarakat. Dalam aktivitas belajarmengandung 3 konsep KHD yakni tri-nga: mengetahui, memahami dan melakukanyang saling kait mengkait.

Jaman globalisasi ini, sebagian besar manusia terbuai dengan teknologi yangcanggih, aspek-aspek-aspek dalam kehidupan terlupakan, pentingnya membangunrelasi dengan orang lain terabaikan, aktivitas sosial di dalam masyarakat tidak menjadiperhatian, menghargai sesama lebih daripada apa yang berhasil dibuatnya menjaditidak penting. Manusia terkuasai oleh kemajuan teknologi. Keberadaan manusia padazaman ini seringkali diukur dari “to have” (materi apa saja yang dimilikinya) dan “todo” (apa saja yang telah berhasil/tidak berhasil dilakukannya) daripada keberadaanpribadi yang bersangkutan (“to be” atau “being”nya). Kondisi ini melanda padadunia persekolahan, yang semestinya tidak larut dengan dampak negatif globalisasi.

Di jaman globalisasi ini, mau tidak mau pendidikan harus menerimanya dantidak dapat menolak. Pendidikan di Indonesia mencanangkannya ke dalam generasiemas. Pendidikan memiliki peranan penting dan strategis dalam menuju ke generasiemas. Melalui pendidikan, kecerdasan, karakter, dan sikap dari penerus bangsadapat dibentuk secara dini. Tidak ada kata ‘terlambat’ untuk mewujudkan GenerasiEmas untuk Indonesia Emas.

Dalam pendidikan perlu ditanamkan sejak dini bahwa keberadaan seorangpribadi adalah jauh lebih penting dan tentu tidak sama persis dengan apa yang

Page 39: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

|39

Persepsi Mahasiswa PGSD Terhadap Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara|Naniek S. Wardani

menjadi miliknya dan apa yang telah dilakukannya. Sebab manusia tidak sekedarpemilik kekayaan dan juga menjalankan suatu fungsi tertentu. Pendidikan yang humanismenekankan pentingnya pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusialebih manusiawi, lebih berbudaya, sebagai manusia yang utuh berkembang (menurutKHD menyangkut daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif)).Singkatnya, “educate the head, the heart, and the hand !” Salah satu langkahuntuk ikut serta mewujudkan Generasi Emas untuk Indonesia Emas adalah melaluipenelitian tentang Persepsi Mahasiswa PGSD Terhadap Konsep Pendidikan KHD.Istilah persepsi  sering disebut juga disebut juga dengan pandangan, gambaran, atauanggapan, sebab dalam persepsi terdapat tanggapan seseorang mengenai satu halatau objek.(Haryanto: 2015).

Dampak negatif, globalisasi komunikasi dan teknologi, menjadikan manusiamakin bersikap individualis, menjadikan manusia cenderung melupakan kesejahteraandirinya sendiri sebagai pribadi manusia dan semakin melupakan aspek sosialitas dirinya.Oleh karena itu, pendidikan dan pembelajaran perlu diperbaiki sehingga memberikeseimbangan pada aspek individualitas ke aspek sosialitas atau kehidupankebersamaan sebagai masyarakat manusia. Menurut KHD manusia memiliki dayajiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Manusia itu pada dasarnya berbudaya. Salah satucara yang efektif untuk menjadikan manusia lebih manusiawi adalah denganmengembangkan kebudayaannya. Disini peran guru menjadi penting. Guru hendaknyamenjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, menjadi pahlawandan menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Dengankata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagaimodel atau figur keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar. Suasanayang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip padakekeluargaan, kebaikan hati, empati, cintakasih dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Metode yang yang sesuai dengan sistem pendidikan ini adalahsistem among yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih,asah dan asuh (care and dedication based on love), supaya manusia menjadimerdeka. Oleh karena itu bagi KHD pepatah ini sangat tepat yaitu “educate thehead, the heart, and the hand”. Tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusiamuda. Pendidikan hendaknya menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi,berguna dan berpengaruh di masyarakatnya, yang bertanggungjawab atas hidup sendiridan orang lain, yang berwatak luhur dan berkeahlian. Untuk itu semboyan “Tut wurihandayani”, atau aslinya: ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tutwuri handayani harus dapat dilakukan terutama oleh para guru. Arti dari semboyan

Page 40: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

40|

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

Semboyan ajaran KHD harus terwujud, untuk menjadikan Indonesia Emasdari Generasi Emas, maka karakter para guru juga harus dibentuk.Dalam KebijakanNasional (2010) tentang Pembangunan Karakter Bangsa dibekali oleh nilai-nilaikarakter sebagai berikut: 1) Religius, 2) Jujur, 3) toleransi, 4) Disiplin, 5) KerjaKeras, 6) Kreatif, 7) Mandiri, 8) Demokratis, 9) Rasa Ingin Tahu, 10) SemangatKebangsaan, 11) Cinta Tanah Air, 12) Menghargai Prestasi, 13) Bersahabat, 14)Cinta Damai, 15) Gemar Membaca, 16) Peduli Lingkungan,17) Peduli Sosial dan18) Tanggung-jawab (Gultom Syawal: 2012, 37). Karakter yang utama dalampembelajaran, yang telah dilakukan dalam penelitian Wardani Naniek Sulistya (2016:492), menyatakan bahwa karakter belajar adalah besarnya perolehan skorpengamatan dari rubrik pengukuran religius, jujur, rasa ingin tahu, dan gemarmembaca.

Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui persepsi mahasiswa PGSD kelasRS 2013 C terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara; (2)untuk mengetahuikarakter mahasiswa dalam perkuliahan PKE; (3) untuk mengetahui adakah hubunganantara persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep pendidikanKi Hajar Dewantara dan karakter yang dimiliki mahasiswa dalam perkuliahan PKE.

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai bahanpertimbangan untuk mengembangkan karakter mahasiswa dalam perkuliahan PKE.

ini adalah: tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa mendorongdan memotivasi peserta didik), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antaramurid, guru harus berbaur dan berinovasi menciptakan prakarsa dan ide), dan ingngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus menjadi suri tauladan ataucontoh tindakan yang baik). Semboyan KHD dapat digambarkan melalui gambar 1berikut ini.

Gambar 1 Semboyan Ajaran KHD

Page 41: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

|41

Persepsi Mahasiswa PGSD Terhadap Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara|Naniek S. Wardani

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Progdi PGSD FKIP UKSW di Salatiga padasemester antara tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian adalah mahasiswa kelas13 C berjumlah 30 siswa, terdiri dari 10 mahasiswa laki-laki dan 20 mahasiswaperempuan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Dalam penelitian initerdapat dua variabel yaitu persepsi mahasiswa terhadap konsep pendidikan KiHajar Dewantara dan karakter mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakanangket dan observasi disertai dengan rubrik pengukuran karakter. Teknik angketdiberikan kepada seluruh mahasiswa di kelas 13 C dan teknik observasi dilakukandi dalam kelas ketika perkuliahan berlangsung dan praktek upacara bendera.Teknikanalisis data menggunakan tabulasi silang dengan presentase. Instrumen penelitianmenggunakan angket yang ditunjukkan melalui Tabel 1 Kisi-kisi instrumen angket.

Instrumen penelitian menggunakan panduan observasi yang dilengkapi denganrubrik pengukuran yang ditunjukkan melalui Tabel 2 Kisi-kisi instrumen penelitian.

No Indikator Item1 Ing ngarsa sung tulada Memberi Contoh Berpakaian

Memberi Contoh BersikapMemberi Contoh BerdisiplinMemberi Contoh Tutur Kata

2 Ing madya mangun karsa Mempunyai ideMenjadi pemrakarsaMemecahkan masalahMemberi solusi

3 Tut wuri handayani Memberi motivasiMemberi arahanMemberi bimbinganMemberi penghargaan

Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen Konsep Pendidikan KHD

No Indikator Item1 Religius 1. Berdoa sebelum kegiatan dimulai

2. Memberi salam kepada dosen sebelum kegiatan dimulai3. Berdoa setelah kegiatan selesai4. Mengucapkan terima kasih kepada dosen setelah kegiatan selesai

2 Bersikap jujur 1. Mengajukan pertanyaan apa adanya2. Menyatakan pendapatnya sendiri3. Jujur dalam perkataan4. Jujur dalam bertindak

3 Kerjasama 1.Membentuk kelompok2.Menyimak penjelasan3.Membagi tugas dalam kelompok4.Melaksanakan tugas upacara

Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian untuk Karakter Mahasiswa

Page 42: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

42|

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Persepsi Mahasiswa Terhadap Konsep Pendidikan KHD

SkorKriteriaPersepsi

Mahasiswa

Ing Ngarso SungTulodho

Ing Madyo Tut Wuri

Fre-kuensi

Persentase(%)

Fre-kuensi

Persentase(%)

Fre-kuensi

Persentase(%)

< 8 Rendah 2 6,67 2 6,67 2 6,678-12 Sedang 8 26,67 10 33,33 6 20≥12 Tinggi 20 66,67 18 60 22 73,33

Jumlah 30 100 30 100 30 100

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mahasiswa kelas RS 13C pada semester antara mengambil mata kuliahProgram Kegiatan Ekstrakurikuler berupa Kepramukaan yang bertujuan untukmembentuk watak. Mahasiswa PGSD dipersiapkan menjadi calon guru SD. Olehkarena itu, mahasiswa harus mempunyai pandangan atau wawasan tentangpembentukan watak. Langkah awal dalam pembentukan watak adalah pandangankonsep pendidikan KHD dalam perkuliahan PKE. Pandangan atau persepsimahasiswa terhadap konsep pendidikan KHD dalam perkuliahan PKE disajikanmelalui tabel tabulasi silang seperti berikut ini.

Masing-masing karakter mahasiswa memiliki 3 variabel. Masing-masingvariabel terdiri dari 4 indikator. Masing-masing indikator diberi skor 1 sampai 4.Skor minimal 4 X 1= 4 dan skor maksimal 4 X 4 =16. Mendasarkan skor minimaldan skor maksimal, maka persepsi mahasiswa di klasifikasikan menjadi 3 kelompokyakni persepsi rendah (skor < 8), persepsi sedang (skor 8-12) dan persepsi tinggi(skor 12). Dari tabel 1, nampak bahwa persepsi mahasiswa terhadap konseppendidikan KHD adalah tinggi, yang ditunjukkan pada persepsi terhadap konseping ngarso sung tulodho mencapai 66,67%, Ing madyo mangun karso sebesar 60 %dan tut wuri handayani mencapai 73,33%. Karakter belajar PKE yang dimilikimahasiswa adalah besarnya skor yang diperoleh dari pengamatan pembelajaran PKEdalam praktek upacara bendera yang meliputi kegiatan religius, sikap jujur, dankerjasama. Karakter yang dimiliki mahasiswa dalam praktek upacara perkuliahanPKE disajikan melalui tabel tabulasi silang seperti berikut ini.

Tabel 4 Distribusi Karakter Mahasiswa Dalam Perkuliahan PKE

SkorKriteriaPersepsi

Mahasiswa

Religius Jujur KerjasamaFre-

kuensiPersentase

(%)Fre

kuensiPersentase

(%)Fre

kuensiPersentase

(%)< 8 Rendah 4 13,33 3 10 2 6,678-12 Sedang 6 20 8 26,67 6 20≥12 Tinggi 20 66,67 19 63,33 22 73,33

Jumlah 30 100 30 100 30 100

Page 43: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

|43

Persepsi Mahasiswa PGSD Terhadap Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara|Naniek S. Wardani

Masing-masing karakter mahasiswa memiliki 3 variabel. Masing-masingvariabel terdiri dari 4 indikator. Masing-masing indikator diberi skor 1 sampai 4.Skor minimal 4 X 1= 4 dan skor maksimal 4 X 4 =16. Mendasarkan skor minimaldan skor maksimal, maka pemilikan karakter di klasifikasikan menjadi 3 kelompokyakni karakter rendah (skor < 8), karakter sedang (skor 8-12) dan karakter tinggi( s k o r 12). Karakter belajar PKE yang dimiliki mahasiswa adalah besarnya skoryang diperoleh dari pengamatan pembelajaran PKE dalam praktek upacara benderameliputi kegiatan religius, sikap jujur, dan kerjasama. Dari tabel 2, nampak bahwakarakter yang dimiliki mahasiswa tinggi, ditunjukkan oleh karakter religius mencapai66,67%, karakter jujur 63,33% dan karakter kerjasama 73,33%.

PEMBAHASAN

Data yang diperoleh dari analisis tabulasi silang, menunjukkan bahwa persepsimahasiswa terhadap konsep KHD adalah tinggi. Tingginya persepsi mahasiswa iniakan mendorong mahasiswa berperilaku seperti konsep KHD artinya mahasiswamemahami perlunya menjadi teladan, memberi contoh dan mendorong seseoranguntuk maju, sehingga diharapkan mahasiswa dapat melaksanakan ke 3 konsep KHD,yang tentu akan memberikan angin segar tercapainya generasi emas untuk Indonesiaemas.

Data yang diperoleh dari analisis tabulasi silang, menunjukkan bahwa dalampembelajaran PKE mahasiswa memiliki karakter belajar yang tinggi. PembelajaranPKE melalui praktek upacara menghasilkan pembelajaran yang efektif dalampembentukan watak. Untuk itu pembelajaran yang terstruktur, terencana danterkontrol, perlu didisain dengan lebih baik, sehingga karakter belajar yang menjaditujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembelajaran dengan mengamati karaktermahasiswa memerlukan persiapan matang, agar mendorong mahasiswa memilikikesadaran religius tinggi, menghasilkan sikap jujur, dan akhirnya akan merasakanberkat Tuhan, sehingga kerjasama antar mahasiswa terbentuk dengan baik. Hal inisesuai dengan pengembangan kurikulum 2013 pembelajaran secara berkelompok,dengan kompetensi intinya sikap religius, sikap sosial (jujur, tanggung jawab,kerjasama). Hubungan antara persepsi konsep KHD dan karakter mahasiswadianalisis dengan mendasarkan pada rata-rata kriteria persepsi dan karakter tinggisebanyak 20 mahasiswa melalui tabel tabulasi silang berikut ini.

Page 44: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

44|

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

Tabel 5 menunjukkan adanya hubungan antara persepsi konsep KHD dankarakter mahasiswa yang terdiri dari adanya hubungan antara persepsi ing ngarsosung tulodo dan karakter religus, karakter sikap jujur dan karakter kerja sama.Demikian pula persepsi ing madya mangun karso dengan karakter religus, karaktersikap jujur dan karakter kerja sama, serta persepsi tut wuri handayani dan karakterreligus, karakter sikap jujur dan karakter kerja sama. Jadi masing-masing indikatorpersepsi dan indikator karakter saling berhubungan yang ditunjukkan oleh sel yangterisi. Hal ini dapat diterima, mengingat adanya keterkaitan persepsi dengan perilakuyang nampak seperti yang dikemukakan oleh KHD bahwa manusia memiliki dayacipta, rasa dan karsa yang berkaitan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa (1)persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep pendidikan ing ngarsosung tulodho, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani adalah tinggi denganrata-rata capaian 66,67%; (2) mahasiswa memiliki karakter religius, disiplin, danjujur dalam perkuliahan PKE tinggi mencapai sebesar 67,77 %; dan (3) terdapathubungan yang signifikan antara persepsi mahasiswa terhadap konsep pendidikanKi Hajar Dewantara dan pembentukan karakter dalam perkuliahan PKE yangditunjukkan melalui tabulasi silang.

Saran

Saran yang diberikan adalah perlunya mendesain perkuliahan denganmengembangkan persepsi mahasiswa terhadap konsep KHD dan menekankan padaperilaku berkarakter mahasiswa dalam setiap perkuliahan.

Tabel 5 Hubungan Antara Persepsi Konsep KHD dan Karakter Mahasiswa

KarakterPersepsi

Religius Sikap Jujur Kerjasama JumlahFrek % Frek % Frek % Frek %

Ngarso 7 35 7 35 6 30 20 100Karso 5 25 7 35 8 40 20 100Tut wuri 8 40 6 30 6 30 20 100Jumlah 20 100 20 100 20 100

Page 45: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

|45

Persepsi Mahasiswa PGSD Terhadap Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara|Naniek S. Wardani

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. TT. Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantoro. http://langkahkebebasan.blogspot.co.id/p/edukasi.html, diakses tanggal 23 Mei 2016

Gultom Syawal. 2012. Ujian Nasional Sebagai Wahana Evaluasi PengembanganPendidikan Karakter Bangsa. Makalah Utama pada Seminar NasionalUjian Nasional Sebagai Sarana Membangun Karakter Bangsa, yangdiselenggarakan oleh Pascasarjana UNY bekerjasama dengan HEPIDIYogyakarta pada tanggal 12 Mei.

Haryanto. 2015 Februari 8. Pengertian Persepsi Menurut Ahli. http://belajarpsikologi.com/pengertian-persepsi-menurut-ahli/.

Wardani Naniek Sulistya, dkk. 2010. Asesmen Pembelajaran SD. Salatiga: WidyaSari.

Wardani Naniek Sulistya. 2016. Pengaruh Problem Based Learning (PBL) TerhadapKarakter Mahasiswa PGSD. Prosiding Seminar Nasional Menjadi GuruInspirator. Purwokerto: UMP FKIP.

***

Page 46: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

46|

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

Page 47: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

Implementasi Ajaran Ki Hajar Dewantara Dalam Kepemimpinan Pendidikan|Yari Dwikurnaningsih

| 47

IMPLEMENTASI AJARAN KI HAJAR DEWANTARADALAM KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

Yari DwikurnaningsihFKIP - Universitas Kristen Satya Wacana

email: [email protected]

ABSTRAK

Makalah ini membahas tentang ajaran Ki Hajar Dewantara dan implementasinyadalam kepemimpinan di Indonesia. Makalah ini merupakan kajian literatur dananalisis terhadap implementasi ajaran Ki Hajar di dunia pendidikan saat ini,khususnya kepemimpinan pendidikan. Banyak yang sudah meninggalkanajarannya, namun masih banyak juga yang hingga saat ini masih menerapkannya.Hasil kajian ini menunjukkan bahwa ajaran Ki Hajar Dewantara mempunyaikekhasan yang tidak ada pada ajaran lain, dan sesuai dengan budaya Indonesia.Ajaran-ajaran Ki Hajar Dewantara dapat diterapkan dalam dunia pendidikansaat ini masih relevan. Tidak hanya dapat diterapkan dalam pembelajaran, namunjuga dapat diterapkan dalam kepemimpinan pendidikan. Seperti yang ditemukandalam beberapa penelitian, menunjukkan bahwa kepemimpinan berdasarkanajaran Ki Hajar Dewantara masih diterapkan dan membawa pengaruh yangsignifikan terhadap disiplin dan kinerja guru, serta menjadi landasan dalammenyusun visi sekolah.

Kata Kunci: kepemimpinan

PENDAHULUAN

Konsep manajemen dan kepemimpinan yang dipelajari oleh para pembelajarkebanyakan berasal dari pemikiran barat. Padahal kalau kita menggali dan belajartentang filosofi kepemimpinan yang berlatar belakang budaya Indonesia sangatlahbanyak dan tidak kalah hebatnya dengan teori kepemimpinan yang berasal dari negarabarat. Kebanyakan, konsep manajemen dan kepemimpinan barat memandangbirokrasi manajemen dari aspek vertikal dan horizontal. Jadi selalu berbicara atasandan bawahan (vertikal) serta posisi dalam level sama, kesamping kiri dan kanan(horisontal). Di Indonesia, ajaran Ki Hajar Dewantara terdapat suatu konsepkepemimpinan yang berbeda dimensi, bukan atas bawah, tetapi depan, tengah danbelakang.

Ki Hajar Dewantara adalah Bapak Pendidikan Indonesia karena menjadi tokohdan pelopor pendidikan di Indonesia. Beliau yang mendirikan Perguruan Taman Siswapada tahun 1922. Dalam mengelola Taman Siswa, Ki Hajar memiliki motto dalambahasa Jawa yang berbunyi: Ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karsa,

Page 48: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

48 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

tut wuri handayani.  Moto tersebut terjemahan langsungnya adalah ”di depanmemberikan teladan, di tengah menggerakkan, di belakang memberikandorongan”. Moto tersebut pada mulanya ditujukan untuk menjadi pedomanmembangun kultur positif antara guru dan siswa. Dalam perkembangannya ajaran KiHajar Dewantara digunakan menjadi konsep manajemen dan kepemimpinan yangcocok budaya di Indonesia. Hingga kelompok sehingga individu yang bersangkutandapat mempengaruhi individu lain dalam kelompok tersebut untuk bertindak ke arahpencapaian suatu tujuan.

Kepemimpinan dapat diklasifikasikan menjadi empat gaya atau tipe, yaituotoriter, laissez-faire, demokrasi, pseudo demokrasi.a. Tipe Otoriter, atau tipe kepemimpinan authoritarian. Dalam kepemimpinan

ini, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya.Memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Batasan kekuasaandari pemimpin otoriter hanya dibatasi oleh undang-undang. Bawahan hanya bersifatsebagai pembantu, kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankanperintah dan tidak boleh membantah atau mengajukan saran. Bawahan haruspatuh dan setia kepada pemimpin secara mutlak. Pemimpin yang otoriter tidakmenginginkan rapat atau musyawarah. Setiap perbedaan diantara anggotakelompoknya dianggap tidak baik, bahkan dinilai sebagai kelicikan,pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yangtelah diberikan. Dilakukan pembatasan terhadap inisiatif dan daya pikir anggota,sehingga tidak diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.Pengawasan bagi pemimpin otoriter diartikan mengontrol, apakah segala perintahyang telah diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya. Parapemimimpin otoriter melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan dan meneliti orang-orang yang dianggap tidak taat kepada pemimpin, kemudian orang-orang tersebutdiancam dengan hukuman, dialihtugaskan, bahkan dipecat. Namun sebaliknya,bawahan yang berlaku taat dan menyenangkan pribadinya, dijadikan anakkesayangan dan bahkan diberi hadiah. Kekuasaan berlebih ini dapat menimbulkansikap menyerah tanpa kritik dan kecenderungan untuk mengabaikan perintah dantugas jika tidak ada pengawasan langsung. Selain itu, dominasi yang berlebihanmudah menimbulkan oposisi atau menimbulkan sifat apatis.

b. Tipe Laissez-faire. Tipe kepemimpinan ini sebenarnya menunjukkan bahwapemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannyaberbuat sekehendaknya. Pemimpin sama sekali tidak memberikan kontrol dankoreksi terhadap pekerjaan bawahannya. Bawahan diberi kebebasan sebebas-

Page 49: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

Implementasi Ajaran Ki Hajar Dewantara Dalam Kepemimpinan Pendidikan|Yari Dwikurnaningsih

| 49

bebasnya dalam melaksanakan tugasnya. Pembagian tugas dan kerja samadiserahkan sepenuhnya kepada bawahan tanpa arahan, petunjuk, masukan dansaran-saran dari pemimpin. Dengan demikian mudah terjadi kekacauan-kekacauandan bentrokan-bentrokan antar bawahan. Tingkat keberhasilan anggota dankelompok semata-mata disebabkan karena kesadaran, rasa tanggung jawab dandedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpin.

c. Tipe Demokratis. Dalam kepemimpinan demokratis, pemimpin ikut berbaur ditengah anggota-anggota kelompoknya. Hubungan pemimpin dengan anggota bukansebagai atasan dengan bawahan, tetapi lebih seperti kakak dengan saudara-saudaranya. Dalam tindakan dan usaha-usahanya pemimpin selalu berpangkalkepada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, serta mempertimbangkankesanggupan, kemampuan dan kreatifitas kelompoknya. Dalam melaksanakantugasnya, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran-sarandari kelompoknya. Ia mempunyai kepercayaan pula pada anggota-anggotanyabahwa mereka mempunyai kemampuan, kesanggupan bekerja dengan baik danbertanggung jawab. Pemimpin selalu berusaha membangun semangat anggotakelompok dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya dengan caramemupuk rasa kekeluargaan, kekompakan dan persatuan. Di samping itu, ia jugapercaya dengan memberi kesempatan kepada anggota kelompoknya agarmempunyai kecakapan memimpin dengan jalan mendelegasikan sebagiankekuasaan dan tanggung jawabnya.

d. Tipe Pseudo-demokratis. Tipe ini disebut juga semi demokratis atau manipulasidiplomatik. Pemimpin yang bertipe pseudo-demokratis hanya tampaknya sajabersikap demokratis padahal sebenarnya dia bersikap otokratis. Contohnya, jikaia mempunyai ide- ide, pikiran, atau konsep yang ingin diterapkan di lembaganya,maka hal tersebut akan dibicarakan dan dimusyawarahkan dengan bawahannya,tetapi situasi diatur dan diciptakan sedemikian rupa sehingga pada akhirnyabawahan didesak agar menerima ide atau pikiran tersebut sebagai keputusanbersama. Musyawarah yang diciptakan hanya sandiwara saja. Pemimpin inimenganut demokrasi semu dan lebih mengarah kepada kegiatan pemimpin yangotoriter dalam bentuk yang tidak terang-terangan, lebih halus, samar-samar, danyang mungkin dilaksanakan tanpa disadari bahwa tindakan itu bukan tindakanpimpinan yang demokratis.

Penerapan tipe-tipe kepemimpinan tersebut sangat tergantung dari watakpemimpin dan budaya organisasi yang dibangun. Ada pemimpin yang menerapkansalah satu tipe kepemimpinan tersebut, namun banyak juga pemimpin yang memilih

Page 50: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

50 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

untuk menggunakan beberapa tipe. Penggunaan beberapa tipe tersebut diseduaikandengan situasi dan kondisi serta kebutuhan organisasi yang dipimpinnya.

2. Ajaran Ki Hajar Dewantara dan Implementasinya Dalam KepemimpinanPendidikan

Ki Hadjar Dewantara belajar ilmu kependidikan di Barat, namun beliau tidakmau menerapkan sistem pendidikan Barat di Indonesia. Sistem Barat dipandangnyatidak sesuai diterapkan di Indonesia karena dasar-dasarnya adalah perintah, hukumandan ketertiban yang bersifat paksaan. Pendidikan model Barat menurut Ki Hadjarwaktu itu, merupakan upaya sistematik dalam memaksa terhadap kehidupan batindan kemampuan berpikir anak-anak. Hal itu jelas berbahaya bagi perkembangankarakter anak-anak sebab pendidikan demikian tidak membangun karakter anak-anak, melainkan meracuni dan merusaknya. Paksaan dan hukuman dalam prosespendidikan yang kadangkala tidak setimpal dengan kesalahan anak didik bukannyamemperkuat mentalitas anak-anak, melainkan memperlemahnya di kemudian hari.Anak menjadi pribadi yang selalu tergantung pada orang lain, tidak memiliki inisiatif,tidak kreatif. Dalam menjalani kehidupan yang sesungguhnya, ia tidak dapat bekerjakalau tidak diberi instruksi dan dipaksa. Produk pendidikan barat kala itu, menurutKi Hadjar, adalah manusia-manusia pasif yang dangkal kesadarannya untuk berkreasisecara mandiri. Menurut Ki Hadjar Dewantara, metode pendidikan yang cocokdengan karakter dan budaya orang Indonesia tidak perlu menggunakan caramemaksa. Orang Indonesia adalah bangsa yang hidup dalam khasanah nilai-nilaitradisional berupa kepekaan rasa, hidup dalam kasih sayang, cinta akan kedamaian,ketertiban, saling menolong, kejujuran dan sopan dalam tutur kata dan tindakan.Nilai-nilai itu dipupuk melalui pendidikan sedini mungkin. Dalam pendidikan, pendidikmenempatkan peserta didik sebagai subyek, bukan obyek pendidikan. Peserta didikdiberi kesempatan dan ruang yang seluasnya untuk melakukan eksplorasi potensi-potensi dirinya dan kemudian berekspresi secara kreatif, mandiri dan bertanggungjawab.

Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan nasional ialah pendidikanyang beralaskan garis-hidup dari bangsa (kultur nasional) dan ditujukan untukkeperluan peri kehidupan yang bisa mengangkat derajat negara dan rakyat. Orientasiglobalnya adalah agar rakyat Indonesia dapat bekerja bersama-sama dengan bangsa-bangsa lain untuk kemuliaan manusia di seluruh dunia. Dalam rangka itu, Ki HadjarDewantara mengedepankan tiga ajaran tentang pendidikan (tiga fatwa), yakni: Tetep,antep dan mantep; ngandel, kandel, kendel dan bandel; Neng, ning, nung, dannang.

Page 51: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

Implementasi Ajaran Ki Hajar Dewantara Dalam Kepemimpinan Pendidikan|Yari Dwikurnaningsih

| 51

Tetep, antep, mantep artinya bahwa pendidikan itu harus membentuk ketetapanpikiran dan batin, menjamin keyakinan diri dan membentuk kemantapan dalam prinsiphidup. ngandel, kandel, kendel dan bandel. Ngandel adalah istilah dalam bahasaJawa yang artinya “berpendirian tegak”. Pendidikan itu harus menghantar orang padakondisi diri yang ngandel (berpendirian tegak/teguh). Kendel adalah istilah yangmenunjukkan keberanian. Pendidikan membentuk seseorang untuk menjadi pribadiyang berani, berwibawa dan ksatria.bandel menunjukkan bahwa orang yang terdidikadalah yang “tahan uji”. neng, ning, nung dan nang. Artinya bahwa pendidikanpada tataran terdalam bercorak religius. Pendidikan itu menciptakan kesenanganperasaan (neng), keheningan (ning), ketenangan (nang), dan renungan (nung). Dalamdan melalui pendidikan, seseorang bisa mengalami kesucian pikiran dan ketenanganbatin. Menurut Ki Hadjar, kekuasaan akan datang manakala seseorang sudahmengalami kesucian pikiran, ketenangan batin dan hati.

3. Implementasi Falsafah Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya MangunKarsa, Tut Wuri Handayani

Berdasarkan nilai-nilai budaya Indonesia, Ki Hajar mengemukakan bahwapendidikan yang cocok dan khas Indonesia haruslah berdasarkan citra nilai-nilaidalam budaya Indonesia juga. Maka ia menerapkan tiga semboyan pendidikan yangmenunjukkan kekhasan Indonesia, yakni: Pertama, Ing Ngarsa Sung Tuladha,artinya seorang guru adalah pendidik yang harus memberi teladan. Ia pantas digugudan ditiru dalam perkataan dan perbuatannya. Kedua, Ing Madya Mangun Karsa,artinya seorang guru adalah pendidik yang selalu berada di tengah-tengah paramuridnya dan terus-menerus membangun semangat dan ide-ide mereka untukberkarya. Ketiga, Tut Wuri Handayani, artinya seorang guru adalah pendidik yangterus-menerus menuntun, menopang dan menunjuk arah yang benar bagi hidup dankarya anak-anak didiknya.

Jika dimasukkan dalam konteks kepemimpinan maka semboyan tersebut akanmenciptakan seorang pemimpin yang disegani dan berwibawa karena menggambarkanseorang pemimpin yang dapat memberikan teladan, memotivasi anggotanya danmenopang serta mengarahkan. Pemimpin dapat menempatkan diri dimanapun diaberada namun tetap berwibawa. Ing ngarsa sung tuladha memiliki arti disaatpemimpin berada di depan, maka pemimpin tersebut harus dapat menjadi teladandan dapat memberikan contoh baik secara sikap, perilaku, tutur kata, kebijakanmaupun pemikiranya.

Page 52: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

52 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

Ing madya mangun karso memiliki arti, ketika pemimpin berada di tengah-tengah anggotanya maka pemimpin tersebut harus mampu memberikan semangatdan motivasi kepada anggotanya untuk terus maju memperjuangkan dan mencapaitujuan bersama. Seorang pemimpin harus bisa memotivasi anggotanya untuk mencapaiaktualisasi diri.

Sedangkan Tut wuri handayani mengandung arti bahwa seorang pemimpinharus percaya terhadap kemampuan anggotanya dan mengkader anggotanya untukdapat menerima delegasi menjalankan tugas-tugas kewenangan dan kekuasaanpimpinan. Hal tersebut untuk menciptakan kaderisasi pemimpin sehingga dapatdiciptakan kepemimpinan yang berkesinambungan, tidak hanya satu pemimpin tanpamempersiapkan pengganti. Dalam hal ini seorang pemimpin harus memberikankepercayaan terhadap anggotanya tersebut untuk belajar dan mengembangkan dirinyaagar siap menjadi pemimpin, meskipun gaya kepemimpinanya berbeda.

Dari tiga rangkaian kata yang merupakan ungkapan bagaimana seorangpemimpin seharusnya, bagaimana seorang pemimpin harus bersikap, dan bagaimanaseorang pemimpin memotivasi dan memberi dukungan bawahannya. Maka dapatdikatakan disini bahwa Ki Hajar Dewantoro lebih menekankan kepada pemimpindan calon-calon pemimpin bahwa yang utama harus dimiliki oleh seorang pemimpinadalah suatu sikap keteladanan, yang mencakup seluruh aspek kehidupan yaitu :Jujur, disiplin, terbuka, berfikir positif, dan berkepribadian yang kuat. Bila parapemimpin memiliki sikap ketaladanan, maka budaya organisasi akan lebih baik,permasalahan yang mungkin timbul dapat ditekan sekecil mungkin dan dapatmenyelesaikan masalah bersama-sama.

4. Falsafah Problem Solving

Filosofi problem solving sebagai ajaran yang dikembangkan oleh Ki HajarDewantoro dengan menggunakan ungkapan bahasa jawa yang sangat universal yaituNeng-Ning-Nung-Nang. Neng, Ning, Nung, Nang, merupakan sari ungkapan(singkatan) dari : (1) Neng yaitu meneng ing solah bowo; (2) Ning yaitu wening ingpikir manungku pujo; (3) Nung yaitu dumunung kasunyatan; dan (4) Nang: wenanging jumenengan. Bila dikaji secara gamblang dalam kehidupan masa kini, makaperspektif kepemimpinan Ki Hajar Dewantoro mengandung ajakan luhur yang harusdimiliki oleh para pemimpin bangsa. Ada yang menggunakan falsafah ini, namu banyakjuga yang tidak memahami, atau memahami namun tidak menggunakannya. Falsafahproblem solving Ki Hajar Dewantara diuraikan sebagai berikut:

Page 53: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

Implementasi Ajaran Ki Hajar Dewantara Dalam Kepemimpinan Pendidikan|Yari Dwikurnaningsih

| 53

a. Neng: Meneng Ing Solah Bowo.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki kepribadianMeneng ingsolah bowo, artinya seorang pemimpin harus bersikap tenang dalam menghadapisegala permasalahan yang mungkin timbul dalam kepemimpinannya. Tidak arogandan tidak emosional. Pemimpin dalam membuat keputusan, mengambil kebijakan,menyusun program harus senantiasa tenang, tidak grusah-grusuh dan tergesa-gesa,semua melalui pemikiran yang cerdas dan bijaksana. Bila pemimpin memilikikepribadian tersebut maka pemimpin akan berwibawa, diterima dan disegani olehsemua anggotanya.

b. Ning: Weninging Pikir Manungku Pujo.

Pemimpin yang Wening ing Pikir Manungku Pujo, senantiasa percaya bahwasegala sesuatu yang dihadapi adalah karena campur tangan Tuhan Yang Maha Kuasa,sehingga dalam melakukan pemecahan masalah, penentuan kebijakan, dan penetapanprogram maupun kegiatan di dalam lembaga yang dipimpin selalu dilandasi denganpikiran positif bahwa semua yang dikerjakan akan mendapat berkat dari Tuhan YangMaha Esa. Pemimpin yang demikian selalu berfikir positif (sabar, eling dan narimo),melaksanakan tugas tanpa beban, tanpa pamrih dan senantiasa berserah danbersyukur.

c. Nung: Dumunung Kasunyatan

Seorang pemimpin harus Dumunung Kasunyatan. Pemimpin harusberkehendak, berbicara, dan bertindak secara obyektif, sesuai dengan kenyataanyang ada. Tidak ada hal-hal yang dirahasiakan/ditutupi dan bersikap adil, tidak pilihkasih. Ciri pemimpin yang Dumunung Kasunyatan selalu mengedepankan : Kejujuran,Keikhlasan, dan menjaga Nilai-nilai luhur yang menjadi akar budaya masyarakatdan budaya organisasi. Pemimpin yang demikian dapat menyesuaikan dengan keadaandimanapun dia berada. Dumunung Kasunyatan juga dapat berarti bahwa : perkataan(lati), pikiran (ati) dan tindakan (pekerti) adalah sama, sehingga pemimpin yangdemikian melakukan tindakan apapun tenang dan tanpa beban. Antara pembicaraan,tindakan dan fikiran selaras dan sejalan atau konsisten, dalam bahasa jawa dikatakanbahwa : “Dadi pemimpin iku kudu Jumbuh antarane pikiran, tindakan lan pangandikan,yen ora, nroko papane” artinya jadi pemimpin harus selaras antara pikiran, tindakandan ucapan, kalau tidak, tempatnya di neraka.

Page 54: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

54 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

d. Nang: Wenang Ing Jumenengan

Sikap Wenang ing Jumenengan dari seorang pemimpin adalah menyangkutmasalah kompetensi dan kemampuan profesional seorang pemimpin dalammenjalankan kepemimpinannya yang terkait dengan manajemen sumber dayamanusia. Seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya harus mampumelaksanakan kewenangannya dalam membagi tugas sesuai dengan kemampuanstaf yang dipimpin. Wenang ing jumenengan juga dapat diartikan pemimpin harusmemiliki kewenangan untuk mampu membagi tugas sesuai dengan kompetensi-kompetensi yang dimiliki oleh staf yang dipimpin. Pemimpin yang sewenang-wenangdengan alasan hak prerogatif atau alasan apapun tidak masuk dalam kepemimpinanyang diajarkan menurut perspektif Ki Hajar Dewantoro.

Ajaran Ki Hajar Dewantara tidak hanya dapat digunakan dalam pelaksanaanpendidikan, namun dapat diimplementasikan dalam manajemen dan kepemimpinan.Hasil Penelitian tentang implementasi ajaran Ki Hajar Dewantara dalam pendidikansudah banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Suparti (2013) tentangimplementasi Trilogi Ki Hajar Dewantara dalam kepemimpinan kepala sekolah diSMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta menyimpulkn bahwa implementasiIng Ngarso Sung Tuladha kepala sekolah dengan visi yang utuh, tanggung jawab,keteladanan dan mendengarkan orang lain. Implementasi Ing Madyo Mangun Karsadengan memberdayakan staf, memberikan layanan prima, fokus kepada peserta didik,dan mengembangkan orang. Implementasi Tut Wuri Handayani denganmemberdayakan sekolah dimana kepala sekolah mendelegasikan tugas dan wewenangkepada bawahannya.

Bestari (2015) melakukan penelitian tentang pengaruh gaya kepemimpinan KiHajar Dewantara terhadap disiplin kerja guru di SMK Swasta Se-Kecamatan CimahiUtara. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai pengaruhgaya kepemimpinan Ki Hajar Dewantara terhadap disiplin kerja guru ini menggunakansubyek 74 guru di SMK Swasta se-Kecamatan Cimahi Utara. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa kecenderungan umum skor responden Gaya kepemimpinan KiHajar Dewantara di SMK swasta se-Kecamatan Cimahi Utara termasuk dalamkategori sangat tinggi.  Sedangkan untuk Disiplin Kerja Guru di SMK swasta se-Kecamatan Cimahi Utara setelah diteliti dengan perhitungan statistik termasuk dalamkategori sangat tinggi. Hasil uji hipotesa menunjukkan terdapat pengaruh yang positifdan signifikan dari Gaya Kepemimpinan Ki Hajar Dewantara Terhadap Disiplin KerjaGuru di SMK Swasta Se-Kecamatan Cimahi Utara.

Page 55: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

Implementasi Ajaran Ki Hajar Dewantara Dalam Kepemimpinan Pendidikan|Yari Dwikurnaningsih

| 55

Benedictus Kusmanto dan Sri Adi Widodo (2016) melakukan penelitian tentangPola Kepemimpinan Ki Hajar Dewantoro. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatifdengan pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi.Simpulan hasil penelitian tersebut adalah: Butir-butir pembentuk pola kepemimpinan(a) Ing ngarsa sung tulada yang berarti bahwa seorang pemimpin harus mampulewat sikap dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan orang-orang yangdipimpin; (b) Ing madya mangun karsa yang berarti bahwa seorang pemimpinharus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya; (c) Tutwuri handayani yang berarti bahwa seorangpemimpin harus mampu mendorong orang-orang yang diasuhnya agar berani berjalandi depan dan sanggup bertanggungjawab yaitu adanya hak bagi seseorang, tetapijuga adanya kewajiban seseorang untuk mengikuti tertib damainya persatuan dalamperi kehidupan bersama; (d) Demokrasi dengan kepemimpinan. Butir-butir tersebutdigambarkan berupa lingkaran besar terbagi menjadi empat bagian. Masing-masingaspek kepemimpinan diikuti tulisan sebagai butir-butir yang merupakan rangkumandari hasil wawancara mendalam serta studi pustaka tentang kepemimpinan ki HadjarDewantara, kepemimpinan kepala sekolah dan demokrasi. Butir-butir tersebutdisampaikan agar setiap aspek kepemimpinan dapat diimplementasikan denganmudah.

Penelitian yang dilakukan oleh Indah Wahyuni tentang pengaruh filosofi KiHajar Dewantara bagi kepala sekolah terhadap peningkatan kinerja guru (studi tentangnilai ing ngarso sung tuladha dan tut wuri handayani di SMPN 01 WuluhanJember). Temuan dalam penelitian ini adalah: (1) Terdapat pengaruh yang signifikanantara Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” bagi kepala sekolahdengan kinerja guru; (b) terdapat pengaruh yang signifikan antara Filosofi Ki HajarDewantara “Tut Wuri Handayani” bagi kepala sekolah dengan kinerja guru.

Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ajaran Ki Hajar Dewantaracocok digunakan dalam sistem pendidikan di Indonesia hingga saat kini.Kepemimpinan berdasarkan ajaran Ki Hajar mempunyai pengaruh terhadap disiplinguru, kinerja guru, dan menjadikan dasar dalam menyusun visi sekolah. Hasil penelitiantersebut dapat mendorong para praktisi pendidikan untuk melakukan revitalisasi ajaranKi Hajar dalam pendidikan.

SIMPULAN

Perspektif kepemimpinan Ki Hajar Dewantoro yang selaras dengan falsafahKepemimpinan Jawa dan budaya Indonesia saat ini, sudah banyak ditinggalkan oleh

Page 56: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

56 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

para pemimpin bangsa saat ini. Meski begitu masih ada yang menggunakan karenamenganggap cocok dengan kondisi masyarakat Indonesia. Terbukti dari beberapahasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan kepemimpinan Ki HajarDewantara dengan terhadap disiplin guru, kinerja guru, dan menjadikan dasar dalammenyusun visi sekolah. Dalam makalah ini menggambarkan bahwa Karya Ki HajarDewantara merupakan kekayaan falsafah dan ilmu pengetahuan bangsa, maka perludilakukan revitalisasi ajaran Ki Hajar Dewantara dalam kepemimpinan, terlebihkepemimpinan pendidikan. Hasil kajian ajaran Ki Hajar Dewantara masih relevanhingga saat ini dan cocok diimplementasikan dalam kepemimpinan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Bestari, Okyendra Putri. 2015. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Ki Hajar Dewantaraterhadap Disiplin Kerja Guru di SMK Swasta Se-Kecamatan Cimahi Utara .Jurnal Adpen/57-Desember 2015.

Benedictus Kusmanto dan Sri Adi Widodo. 2016. Pola Kepemimpinan Ki HajarDewantoro. Jurnal Manajemen Pendidikan, ISSN: 1907-4034, Vol. 11, No. 2,Januari 2016 : 18-29.

Husaini Usman. 2006. Manajemen Teori Praktik Dan Riset Pendidikan. Jakarta,Bina Aksara, cet I.

Mulyasa, E. 2006. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: RemajaRosdakarya.

Gibson, James L., Ivancevich, John M., dan Donnelly, James H. 2000.Organizations: Behavior, Structure, Processes. Boston: Irwin McGraw-Hill.

Suparti. 2013. Implementasi Trilogi Ki Hajar Dewantoro dalam KepemimpinanKepala Sekolah di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta. Skripsi.Jurusan Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UniversitasIslam Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Sweeney, P.D. and McFarlin, D.B. 2002. Organizational Behavior: Solutions forManagement. New York: McGraw-Hill/Irwin.

Yukl, Gary A. 1989. Leadership in Organizations. 2nd Ed.New Jersey: Prentice-Hall International, Inc.

Watkins, Peter. 1002. A Critical Review of Leadership Concpets and Research: TheImplication for Educational Administration.Geelong: Deakin University Press.

Page 57: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 57

Pengaruh Kemadirian dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa|Alex Ch.D. Mirakaho & Peni I. Andansari

PENGARUH KEMADIRIAN DAN MOTIVASI BELAJARTERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UKSW

Alex Ch. D. Mirakaho & Peni Ika AndansariProgram Studi Pendidikan Ekonomi, FKIP Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRAK

Sebagai calon guru, mahasiswa FKIP UKSW perlu memiliki jiwa kepemimpinanseperti dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara. Salah satu bukti adanya jiwakepemimpinan ini adalah tingginya prestasi belajar mahasiswa. Penelitian inidilatarbelakangi oleh adanya masalah rendahnya prestasi belajar mahasiswaFKIP UKSW Salatiga. Guna mengatasi masalah tersebut, perlu ditemukan faktorpenyebab rendahnya prestasi belajar yang dalam hal ini dibatasi dengankemandirian dan motivasi belajar. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahuipengaruh kemandirian dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswaFKIP UKSW. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif asosiatif denganpopulasi mahasiswa FKIP UKSW. Data dikumpulkan dengan angket, dandianalisis dengan regresi linear sederhana dan berganda. Hasil penelitianmenunjukkan adanya pengaruh kemandirian dan motivasi terhadap prestasibaik secara individual maupun stimultan. Dengan demikian, disarankan padadosen, pimpinan fakultas dan mahasiswa untuk meningkatkan kemandirianbelajar dan motivasinya untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

Kata Kunci: Kemandirian, Motivasi, Prestasi

PENDAHULUAN

Pendidikan sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia,dengan demikian pendidikan pendidikan diarahkan untuk menjadi manusia yangberkualitas dan dapat bersaing dalam era globalisasi saat ini. Menurut Ki HadjarDewantara, pendidikan merupakan proses yang perlu dilaksanakan seumur hidup(life long education). Sedangkan menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional, Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan kemampuandan mengambangkan watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangkamencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agarmenjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berahlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yangdemokratis serta bertagung jawab.

Page 58: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

58 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

Terkait dengan dunia pendidikan, untuk menciptakan manusia yang berkualitasdan berprestasi tinggi maka siswa harus memiliki prestasi belajar yang baik. Prestasibelajar merupakan tolok ukur maksimal yang telah dicapai siswa setelah melakukanperbuatan belajar selama waktu yang telah ditentukan bersama (satu semester).Demikian pula siswa FKIP yang merupakan calon guru, perlu memiliki jiwakepemimpinan yang menurut Ki Hadjar Dewantara terdiri dari: Ing ngarso sung tuladha,Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. Belajar yang tidak memperolehdukungan baik dalam individu maupun dari luar individu maka belajar akan mengalamihambatan, tentunya akan mempengaruhi hasil prestasi seseorang.

Menurut Syah (2010:95) prestasi belajar yang diperoleh setiap siswa berbeda-beda karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:1. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yaitu keadaan jasmani dan rohani siswa2. Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa) yaitu konsisi lingkungan sekitar siswa.3. Faktor Pendekatan Belajar yaitu upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan

metode yang digunakan siswa pada saat proses pembelajaran.Motivasi juga dapat ditimbulkan dari ketiga faktor prestasi belajar tersebut

karena motivasi dapat mempengaruhi prestasi belajar pada siswa.Menurut Uno (2007:8) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, yaitu:

1. Faktor intinsik, terdiri dari: hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhanbelajar serta harapan akan cita-cita.

2. Faktor ekstrinsik, terdiri adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusifdan kegiatan belajar yang menarik.Dengan demikian, motivasi belajar dapatmeningkatkan prestasi belajar. Karena dengan harapan yang kuat dalammendapatkan peluang kerja maka seseorang akan semakin termotivasi untukbelajar agar dapat meningkatkan prestasi yang ingin dicapainya.

Faktor-faktor motivasi itu setidaknya dibangun dalam diri setiap siswa dandalam lingkungan siswa sendiri.

Selain motivasi kemandirian juga berperan penting dalam prestasi belajar siswa.Menurut Brookfield (2000:130-133), Kemandirian Belajar merupakan kesadarandiri, digerakkan oleh diri sendiri, kemampuan Belajar untuk mencapai tujuannya.Kemandirian diperlukan oleh setiap siswa, siswa yang mempunyai kemandirian tinggidia akan lebih berprestasi dibandingkan siswa yang kemandirianya rendah. Karenasiswa yang punya kemandirian tinggi cenderung ingin melakukan semua sesuai yangtelah direncanakan dan tanpa tergantung pada orang lain.

Kenyataan yang diperoleh di lapangan, ditemukan bahwa prestasi belajarmahasiswa FKIP UKSW masih rendah. Hasil studi pendahuluan dilakukan pada

Page 59: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 59

Pengaruh Kemadirian dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa|Alex Ch.D. Mirakaho & Peni I. Andansari

mahasiswa FKIP UKSW melalui metode dokumentasi dan wawancara. IndeksPrestasi mahasiswa yang menjadi objek studi ini termasuk rendah (kurang dari 3,00).Selain itu, rendahnya IP ini juga diakui oleh mahasiswa dengan pernyataan mengenaiketidakpuasan mereka terhadap IPnya. Apabila rendahnya prestasi ini tidak segeraditangani, maka dapat berdampak pada menurunnya mutu pendidikan secara umumyang berimbas pada rendahnya mutu sumber daya manusia, khususnya lulusan FKIPUKSW.

Guna mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu dicari penyebab rendahnyaprestasi belajar. Dalam hal ini, peneliti hanya membatasi pada 2 sebab, yaitukemandirian dan motivasi. Berdasarkan uraian di atas penulis ingin meneliti lebihlanjut tentang PENGARUH KEMANDIRIAN DAN MOTIVASI BELAJARTERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA FKIP UKSW.

Berdasarkan Latar belakang di atas dirumuskan masalah sebagai berikut:Adakah pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa? Adakahpengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa? Adakah pengaruhkemandirian dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa. Berdasarkanmasalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengetahuipengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa. 2) Mengetahuipengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa. 3) Mengetahuipengaruh kemandirian dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa.

Secara Akademik, Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagipengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan.Sedangkan secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan para pihakdalam meningkatkan prestasi belajar. Bagi sekolah, penelitian ini dapat memberikaninput masukan kepada dosen untuk mengtahui kemampuan mahasiswa dalam halmeningkatkan prestasi belajar. Sedangkan bagi peneliti, penelitian ini berguna untukmengetahui kondisi sebenarnya tentang disiplin dan lingkungan belajar yang akanmempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah, sekaligus sebagai bekal pengetahuansaat nanti peneliti terjun ke dunia pendidikan.

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatifyaitu semua informasi diwujudkan dalam angka dan dianalisis berdasarkan analisisstatistik. Data yang diperoleh berasal dari angket atau data dan dokumentasi untukmengetahui pengaruh atau hubunganvariabel peneliti. Populasi dalam penelitian iniadalah semua mahasiswa FKIP UKSW yang terdiri dari 3 angkatan yaitu angkatan2013, 2014, dan 2015. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 40

Page 60: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

60 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

mahasiswa. Dalam penelitian ini, teknik pengambil sampel yang digunakan adalahinsidental sampling. Cara pengambilan sampel dengan sistem insidental, yaitumahasiswa yang ditemui oleh peneliti dapat langsung menjadi sampel.Variabeldependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karenaadanya variabel bebas. Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhiatau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono,2014). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah prestasi belajar dan variableindependen dalam penelitian ini meliputi kemandirian belajar (X1), motivasi belajar(X2). Teknik pengumpulan data menggunakan angket. Variabel dalam penelitian initerdiri dari variabel terikat dan variabel bebas yang terdiri dari prestasi belajar siswa(Y) sebagai variabel terikatnya, sedangkan kemandiriaan (X1) dan motivasi belajar(X2) sebagai variabel bebasnya. Dalam penelitian ini menggunakan instrument yangberupa item-item pernyataan dalam bentuk angket. Hasil coba instrumen dianalisisdengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas.

Hasil dari pengumpulan data kemudian diuji dengan menggunakan uji prasyaratanalisis yang terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. Teknik analisis datamenggunakan analisis regresi berganda kemudian dilakukan pengujian hipotesis darihipotesis yang telah diajukan. Hipotesis menurut Sugiyono (2014) adalah jawabansementara terhadap rumusan masalah penelitian yang dinyatakan dalam bentuk kalimat.Dalam penelitian ini terdapat hipotesis sebagai berikut:1. Ada pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi belajar siswa di Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana.2. Ada pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar siswa di Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana3. Ada pengaruh kemandirian dan motivasi belajar secara bersama-sama terhadap

prestasi belajar mahasiswa di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UniversitasKristen Satya Wacana.

Kerangka berfikir penelitian ini tergambar sebagai berikut:

KEMANDIRIAN

MOTIVASIPRESTASI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut ini adalah hasil analisis statistika dari pengaruh setiap variabel bebasterhadap variabel terikat.

Page 61: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 61

Pengaruh Kemadirian dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa|Alex Ch.D. Mirakaho & Peni I. Andansari

1. Pengaruh kemandirian belajar (X1) terhadap prestasi belajar (Y)

Data kemandirian belajar yang didapatkan dari instrumen kemandirian belajardiregresikan pada variabel prestasi belajar. Dari proses tersebut, dihasilkanperhitungan sebagai berikut:

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.B Std. Error Beta

(Constant) .805 .435 1.850 .072

X1 .792 .130 .704 6.106 .000

a. DependenVariable: Y

Tabel 1 Koefisien Persamaan Regresi Pengaruh Kemandirian Belajar Terhadap PrestasiBelajar Berikut Uji Signifikansinya

Hasil perhitungan menunjukkan persamaan garis regresi linier sederhana sebagaiberikut: Y= 0.802+0.792X1. Nilai koefisien regresi variabel kemandirian belajaradalah 0,792 artinya, bahwa setiap peningkatan kemandirian maka prestasi belajarjuga akan meningkat. Meski demikian, nilai 0,792 tersebut perlu dinilai tingkatkebermanfaatannya. Dalam hal ini, nilai t sebesar 6,106 yang signifikan pada 0,000(lebih kecil dari batas yang ditetapkan, yaitu 0,05) sehingga dapat disimpulkanhipotesis diterima (atau H0 ditolak).

2. Pengaruh Motivasi (X2) Terhadap Prestasi Belajar

Hasil perhitungan menunjukkan persamaan garis regresi linier sederhada sebagaiberikut: Y= 0,683+0,762X2. Nilai koefisien regresi variable motivasi adalah 0,762.artinya, bahwa setiap peningkatan satu satuan motivasi maka prestasi belajar jugaakan meningkat Meski demikian, nilai 0,762 tersebut perlu dinilai tingkatkebermanfaatannya. Dalam hal ini, nilai t sebesar 6,217 yang signifikan pada 0,000(lebih kecil dari batas yang ditetapkan, yaitu 0,05) sehingga dapat disimpulkanhipotesis diterima (atau H0 ditolak).

Page 62: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

62 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

3. Pengaruh Kemandirian Belajar (X1) dan Motivasi Belajar (X2) TerhadapPrestasi Belajar (Y)

Hasil perhitungan menunjukkan persamaan garis regresi linier sederhanasebagai berikut: Y= 0,304+0,450x1+0,453X2. Artinya, jika nilai koefisien regresipositive berarti variabel independen berpengaruh positif terhadap variabel dependen.Hal ini menyebabkan peningkatan variabel independen akan meningkatkan pulavariabel dependen. Hasil penelitian ini juga menunjukkan nilai koefisien determinasisebesar 0,581 atau 58,1% yang artinya prestasi belajar mahasiswa di FKIP UKSWadalah dua variabel di atas, sementara sisanya (100%-58,1%)=41.9% dipengaruhivariabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Faktor-faktor lain prestasi belajaradalah fasilitas belajar, akses internet, perpustakaan dll.

Tabel 3 Koefisien Persamaan Regresi Pengaruh Kemandirian Belajar dan Motivasi SecaraBersama-sama Terhadap Prestasi Belajar Berikut Uji Signifikansinya

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.B

Std.

Error Beta

1 (Constant) .304 .441 .690 .495

X1 .450 .173 .400 2.607 .013

X2 .453 .164 .422 2.756 .009

a. Dependent Variable: Y

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

CoefficientsT Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .683 .447 1.528 .135

X2 .762 .123 .710 6.217 .000

a. Dependent

Variable: Y

Tabel 2 Koefisien Persamaan Regresi Pengaruh Motivasi Terhadap Prestasi Belajar

Page 63: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 63

Pengaruh Kemadirian dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa|Alex Ch.D. Mirakaho & Peni I. Andansari

Model Summary

Model R

R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .762a .581 .559 .35142 .581 25.675 2 37 .000

a. Predictors: (Constant), X2, X1

Tabel 4 Koefisien Determinasi Pengaruh Kemandirian dan Motivasi Terhadap Prestasi Belajar

Pembahasan hasil penelitian adalah prestasi belajar mahasiswa yang dipengaruhioleh beberapa faktor. Menurut Syah (2011:129) secara global menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibagi menjadi tiga macam, yaitu: 1) Faktorinternal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.3) Faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategidan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Dari faktor-faktor di atas variabel kemandiria (x1) dan motivasi(x2) terdapat dalam faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktorinternal dan faktor eksternal.

Hasil penelitian ini adalah kemandirian belajar dan motivasi belajar menjadifaktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Semakin tinggi tingkatkemandirian dan motivasi siswa maka sprestasi belajarnya juka akan meningkat.Oleh karena itu dukungan dari lingkungan FKIP dan keluarga diperlukan untukmeningkatkan kesiapan mahasiswa untuk meningkatkan prestasi belajar. Degandemikian, hasil penelitian ini mengkonfirmasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasilbelajar menurut Syah, khususnya faktor kemandirian dan motivasi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:1. Kemandirian mempengaruhu prestasi belajar mahasiswa Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan UKSW2. Motivasi mempengaruhu prestasi belajar mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan UKSW3. Kemandirian dan Motivasi mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan UKSW

Page 64: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

64 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

Saran yang dapat diambil dari kesimpulan diatas yaitu kemandirian dan motivasiberpengaruh pada variabel prestasi belajar. oleh sebab itu mahasiswa, dosen danpimpinan diharapkan lebih meningkatkan kemandirian dan motivasi mahasiswa untukmeningkatkan prestasi belajar

DAFTAR PUSTAKA

Patriana, P. 2007. Hubungan Antara Kemandirian dengan Motivasi Bekerja SebagaiPengajar Les Privat Pada Mahasiswa di Semarang. Skripsi. Semarang:Universitas Diponegoro.

Sardiman A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo.

Steinberg, L. 2002. Adolescence. Sixth edition. New York: McGraw-Hill.

Uno, H. B. 2006. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Widiana dan Nugraheni. 2010. Hubungan antara Pola Asuh Demokratis denganKemandirian pada Remaja. Jurnal Psikohumanika. Universitas Setia BudiSurakarta.

Page 65: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 65

Evaluasi Program KKG Dalam Peningkatan Kompetensi Profesional dan Pedagogik Model CIPP |Tri Budiyanto

EVALUASI PROGRAM KKG DALAM PENINGKATANKOMPETENSI PROFESIONAL DAN PEDAGOGIK DI GUGUS

UNTUNG SUROPATI KECAMATAN PATEBONKABUPATEN KENDAL MODEL CIPP

Tri BudiyantoMahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana

[email protected]

ABSTRAK

Guru merupakan salah satu faktor penentu kualitas pendidikan, apabila gurumemiliki kualitas akademik, berkompeten,dan profesional, maka diharapkan prosespendidikan berjalan optimal dan menghasilkan output yang kompetitif. Penelitibertujuan Mengevaluasi program Kegiatan Kelompok Guru dalam meningkatkankompetensi profesional dan pedagogik guru di Gugus Untung Suropati KecamatanPatebon kabupaten Kendal dengan menggunakan model CIPP. Kelompok KerjaGuru merupakan wadah untuk meningkatkan kemampuan profesional gurukhususnya dalam mengelola pembelajaran di SD. Evaluasi program merupakanrangkaian kegiatan yang dilakukan secara terencana untuk melihat tingkatkeberhasilan program yang telah ditetapkan, tercapai atau tidaknya rencanaprogram yang telah ditetapkan. Model evaluasi yang digunakan dalam penelitianini adalah model evaluasi CIPP, model evaluasi yang terdiri dari empat komponenevaluasi yaituContext, Input, Process, danProduct (CIPP). CIPP merupakan singkatandari context evaluation artinya evaluasi terhadap context, input evaluation artinyaevaluasi terhadap masukan, proses evaluation artinya evaluasi terhadap process,dan product evaluation artinya evaluasi terhadap hasil. Keterlibatan kepalasekolah dan juga guru dalam penyusunan program akan menghasilkan suatuprogram yang dapat meningkatkan kompetensi professional dan pedagogik gurudi gugus Untung Suropati, pelaksanaan program akan berjalan sesuai denganrencana yang telah ditentukan, sehingga mampu mencetak guru-guru yangprofessional terbukti di gugus Untung Suropati telah berhasil menjadi guruberprestasi tingkat kabupaten, meskipun baru peringkat kedua, semoga diwaktuyang akan datang meraih juara pertama.

Kata kunci: Evaluasi Program, CIPP. Kompetensi Profesional, Pedagogik

PENDAHULUAN

Guru merupakan faktor yang sangat menentukan mutu pendidikan. Semakintinggi kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi guru, maka akan dihasilkan peserta didikyang berkualitas secara akademis, keterampilan, kematangan emosional, moral, danspiritual (Kunandar, 2007: 40).

Page 66: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

66 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

Kegiatan KKG Gugus Untung Suropati di Kecamatan Patebon belum sesuaidengan harapan yang bisa dijadikan sebagai wadah untuk meningkatan kompetensiguru. Selain itu Kelompok Kerja Guru Gugus Untung Suropati di Kecamatan Patebondalam kiprahnya untuk meningkatkan kompetensi guru sekolah dasar banyakmengalami hambatan. Salah satu bentuk hambatan itu adalah dana pendukungoperasional kegiatan sehingga pelaksanaannya kurang maksimal. Sedangkan guruSekolah Dasar Gugus Untung Suropati 92% berusia muda, dan berpendidikansarjana. Sungguh ini merupakan sumber daya yang sangat potensial untuk mendukungpembelajaran di Gugus Untung Suropati Kecamatan Patebon dalam mencapai tujuanpendidikan.

Dalam studi pendahuluan yang kami lakukan di lapangan gambaran kegiatanyang dilaksanakan oleh Kelompok Kerja Guru Gugus Untung Suropati KecamatanPatebon yang merupakan wadah pembinaan peningkatan kompetensi guru padakenyatannya wadah kegiatan guru ini belum dimanfaatkan secara maksimal olehpengurus dan anggotanya. Hal itu ditandai dengan (1) Kelompok Kerja Guru belummemiliki rencana kerja yang berbasis pada analisis kebutuhan peningkatan profesional;(2) program yang kurang relevan dengan kebutuhan pengembangan kemampuanprofesional guru, (3) kurangnya dana pendukung operasional kegiatan; (4) belummemadainya fasilitas dari pemerintah dalam menunjang kegiatan; dan (5) kurangdiberdayakan dalam rangka peningkatan kompetensi guru, dan peningkatan mutupembelajaran.

Evaluasi program merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secaraterencana untuk melihat tingkat keberhasilan program yang telah ditetapkan, tercapaiatau tidaknya rencana program yang telah ditetapkan. Seriven dan Glas (Sudjana,2006:19) menyatakan, “evaluasi adalah upaya untuk mengetahui manfaat ataukegunaan suatu program kegiatan dan sebagainya”. Menurut Zaenal Arifin (2010: 5)evaluasi yaitu suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukankualitas (nilai dan arti) dari sesuatu berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentudalam rangka pembuatan keputusan.

Model evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model evaluasiCIPP. Model evaluasi CIPP adalah model evaluasi yang terdiri dari empatkomponenevaluasi yaituContext, Input, Process, danProduct (CIPP). CIPP merupakan singkatandari context evaluation artinya evaluasi terhadap context, input evaluation artinyaevaluasi terhadap masukan, process evaluation artinya evaluasi terhadap proses,dan product evaluation artinya evaluasi terhadap hasil. Dengan melihat penjelasantersebut,maka langkah evaluasi yang dilakukan adalah menganalisis program tersebutberdasarkan komponen-komponennya.

Page 67: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 67

Evaluasi Program KKG Dalam Peningkatan Kompetensi Profesional dan Pedagogik Model CIPP |Tri Budiyanto

Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskanpermasalahan sebagai berikut: (1) Bagaimana konteks evaluasi program KKG dalammeningkatkan kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik guru di GugusUntung Suropati Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal?, (2) Bagimana inputevaluasi program KKG dalam meningkatkan kompetensi profesional dan kompetensipedagogik guru di Gugus Untung Suropati Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal?,(3) Bagaimana proses evaluasi program KKG dalam meningkatkan kompetensiprofesional dan kompetensi pedagogik guru di Gugus Untung Suropati KecamatanPatebon Kabupaten Kendal? (4) Bagaimana produk evaluasi program KKG dalammeningkatkan kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik guru di GugusUntung Suropati Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal?

Penelitian pada Kelompok Kerja Guru Sekolah Dasar Gugus Untung Suropatidi Kecamatan Patebon ini bertujuan untuk: (1) Mengevaluasi konteks program KKGdalam meningkatkan kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik guru di GugusUntung Suropati Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. (2) Mengevaluasi inputprogram KKG dalam meningkatkan kompetensi profesional dan kompetensipedagogik guru di Gugus Untung Suropati Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal.(3) Mengevaluasi proses program KKG dalam meningkatkan kompetensi profesionaldan kompetensi pedagogik guru di Gugus Untung Suropati Kecamatan PatebonKabupaten Kendal. (4) Mengevaluasi produk program KKG dalam meningkatkankompetensi profesional dan kompetensi pedagogik guru di Gugus Untung SuropatiKecamatan Patebon Kabupaten Kendal.

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Ki Hajar Dewantara Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukanperkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak.Dalam Ensiklopedia Pendidikan Indonesia, dijelaskan tentang pengertian pendidikansebagai berikut Pendidikan adalah proses membimbing manusia dari kegelapan,kebodohan  dan kecerdasan pengetahuan.

1. Kompetensi Profesional

Dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahliandan dituntut pelaksanaan norma sosial dengan baik. Sedangkan Profesionalisme yaituseorang guru, yang ahli dalam bidang keilmuan yang dikuasainya dituntut bukan hanyasekedar mampu menstransfer keilmuan ke dalam diri peserta didik, tetapi juga mampumengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik. Sebagaimana filosofi KiHajar Dewantara: “ing ngarsa sung tulAdha, ing madya mangun karsa, tut wuri

Page 68: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

68 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

handayani”. Tidak cukup dengan menguasai materi pelajaran akan tetapi mengayomimurid, menjadi teladan bagi murid serta selalu mendorong murid untuk lebih baikdan maju.

2. Kompetensi Pedagogik

Pedagogi berarti pendidikan, sedangkan pedagogik artinya ilmu pendidikan.Pedagogik merupakan suatu teori yang teliti, kritis, dan objektif mengembangkankonsep-konsepnya mengenai hakikat manusia, hakikat anak, hakikat tujuanpendidikan serta hakikat proses pendidikan.

3. Kelompok Kerja Guru

Kelompok Kerja Guru yang ideal adalah seperti yang tercantum dalam bukupedoman Pengelolaan Gugus Sekolah yang diterbitkan oleh Dekdikbud . BahwaKelompok Kerja Guru (KKG) harus berfungsi: (1) Menyusun program kegiatanselama satu tahun dengan mendapat bimbingan dari pengawas, tutor dan guru pemandu,(2) Menampung dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru dalam prosesbelajar mengajar melalui pertemuan, diskusi, contoh mengajar, demonstrasipenggunaan dan pembuatan alat peraga. Kerangka dasar program kegiatan KKGmerujuk kepada pencapaian empat kompetensi guru yaitu, kompetensi profesional,pedagogik, sosial, dan kepribadian. Struktur program. Struktur program kegiatanKKG terdiri dari: (1) Program umum adalah program yang bertujuan untuk mem-berikan wawasan kepada guru tentang kebijakan-kebijakan pendidikan sepertikebijakan terkait dengan pengembangan profesionalisme guru, (2) Program inti adalahprogram-program utama yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas kompetensidan profesionalisme guru yang dikelompokkan ke dalam: (a) Program rutin terdiridari: (1) diskusi permasalahan pembelajaran. (2) penyusunan dan pengembangansilabus, prota, promes, dan RPP. (3) analisis kurikulum. (4) penyusunan laporan hasilbelajar siswa. (5) pendalaman materi. (6) pelatihan. (7) pembahasan materi dan pe-mantapan menghadapi UN dan US. (b) Program pengembangan dapat dipilihsekurang-kurangnya lima dari kegiatan berikut: (1) penelitian, (2) penulisan karya ilmiah,(3) seminar, (4) lokakarya, (5) kolokium (paparan hasil penelitian), dan diskusi panel,diklat berjenjang, penyusunan dan pengembangan website KKG, dan kompetisi kinerjaguru. (c) Program penunjang bertujuan untuk menambah pengetahuan dan keteram-pilan peserta KKG dengan materi-materi yang bersifat penunjang seperti TIK.

Page 69: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 69

Evaluasi Program KKG Dalam Peningkatan Kompetensi Profesional dan Pedagogik Model CIPP |Tri Budiyanto

4. Evaluasi Program

Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengansengajauntuk melihat tingkat keberhasilan program. Ada beberapa pengertiantentang programsendiri. Dalam kamus (a) program adalah rencana,(b) programadalah kegiatan yangdilakukan dengan seksama.Menurut Tyler (1950) yang dikutip oleh Suharsimi Arikuntodan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2009: 5), evaluasi program adalah prosesuntukmengetahui apakah tujuan pendidikan telah terealisasikan. Selanjutnya menurutCronbach (1963) dan Stufflebeam (1971) yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto danCepi Safruddin Abdul Jabar (2009: 5), evaluasi program adalah upaya menyediakaninformasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.

5. Tujuan Evaluasi Program

Menurut Endang Mulyatiningsih (2011:114-115), evaluasi program dilakukandengan tujuan: (1) Menunjukkan sumbangan program terhadap pencapaian tujuanorganisasi. (2) Mengambil keputusan tentang keberlanjutan sebuah program, apakahprogram perlu diteruskan, diperbaiki atau dihentikan.

6. Model Evaluasi Program

Menurut Kaufman dan Thomas yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto danCepiSafruddin Abdul Jabar (2009: 40 ), membedakan model evaluasi menjadi delapan,yaitu: (1) Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler, (2) Goal FreeEvaluation Model, dikembangkan oleh Sciven, (3) Formatif summatif EvaluationModel, dikembangkan oleh Michael Scriven, (4) Countenance Evaluation Model,dikembangkan oleh Stake, (5) Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.(6) SE-UCLA Evaluation model, menekankan pada “kapan” evaluasi dilakukan,(6)CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh Stufflebeam, (7)Discrepancy Model,dikembangkan oleh Provus.

METODE PENELITIAN

Model penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang bersifat evaluatif. Dalampenelitian ini jenis evaluasi yang digunakan peneliti adalah model CIPP. Dengan modelCIPP, peneliti bermaksud mengevaluasi konteks, input, proses dan produk darievaluasi program KKG dalam peningkatan kompetensi guru Kecamatan PatebonKabupaten Kendal.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa fokus utama, sebagai berikut: (1)Program Kerja KKG yang disusun oleh Gugus Untung Suropati sasaran evaluasi

Page 70: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

70 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

yaitu kepala sekolah dan guru, sehingga program KKG tercapai yaitu peningkatankompetensi guru secara efektif dan efisien, (2) Kegiatan KKG adalah hasil kerjasecara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang guru dalam melak-sanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya,(3)Evaluasimodel CIPP adalah proses evaluasi program pendidikan yang melalui 4 tahap pokokyaitu konteks, input, proses dan produk.

Penelitian ini dilaksanakan di Gugus Untung Suropati Kecamatan PatebonKabupaten Kendal. Adapun waktu pelaksanaan penelitian diprogramkan selama 3bulan yaitu mulai bulan Maret 2016 sampai dengan bulan Mei 2016.

Prosedur penelitian merupakan tahapan penelitian dalam melakukan penelitiansecara prosedural untuk memperoleh hasil evaluasi dengan model CIPP sehinggatercapai tujuan evaluasi. Adapun langkah prosedural pelaksanaan evaluasi CIPPadalah sebagai berikut: (1) Menetapkan keputusan yang akan diambil, (2) Menetapkanjenis data yang diperlukan, (3) Pengumpulan data, (4) Menetapkan kriteria mengenaikualitas, (5) Menganalisis dan menginterpretasi data berdasarkan kriteria, (6)Memberikan informasi kepada pihak penanggungjawab program atau pengambilankeputusan untuk menentukan kebijakan.

Teknik pengumpulan data yang baik, efektif dan efisien akan mempermudahpenelitian dalam melaksanakan penelitian. Dalam pengumpulan data penelitian ini,peneliti berfungsi sebagai pelaku dan instrumen. Teknik pengumpulan data dalampenelitian ini menggunakan 3 metode yaitu wawancara, observasi dan studidokumentasi. Instrumen penelitian dikembangkan untuk menjelaskan data yangdiuraikan melalui pedoman dokumentasi, wawancara dan observasi. Maka penulismembuat kisi-kisi instrumen untuk komponen dan sub komponen denganmenggunakan model CIPP.

Teknik analisis data digunakan oleh peneliti untuk mempermudah peneliti dalammendiskripsikan hasil data di lapangan. Langkah-langkah analisis data yang digunakanoleh peneliti adalah analysis interactive model Miles dan Huberman, yang membagilangkah-langkah dalam kegiatan analisis data dengan beberapa bagian yaitupengumpulan data (data collection), reduksi data (data reduction), penyajian data(data display), dan penarikan kesimpulan (conclutions).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kualifikasi Pendidikan

Kualifikasi Pendidikan guru Gugus Untung Suropati, lebih dari 92% sudahmemenuhi kualifikasi pendidikan yang disyaratkan yaitu S1. Peningkatan kualifikasi

Page 71: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 71

Evaluasi Program KKG Dalam Peningkatan Kompetensi Profesional dan Pedagogik Model CIPP |Tri Budiyanto

pendidikan ini melalui pendidikan swadana atau biaya sendiri maupun beasiswa daripemerintah.

2. Evaluasi Program Kerja

Kekurangan program kerja Gugus Untung Suropati. Dilihat dari program kerjaGugus Ununt Suropati pada Semester 2 tahun pelajaran 2015/ 2016 terlihat sangatsederhana sekali hanya bertumpu pada rapat pengurus, pelaksanaan KKG baik darikelas I sampai dengan kelas VI, KKG Pendidikan Agama Islam ataupun KKG guruPenjasorkes. Meskipun dalam pembutan program kerja melibatkan seluruh kepalasekolah dalam satu wilayah Gugus Untung Suropati.

3. Kendala dalam Kelemahan penyusunan program

Kendala atau kelemahan dalam penyusunan program kerja yang ideal disadarioleh Tri Mardiyati salah satu kepala sekolah di Gugus Untung Suropati, yaknikuranganya kemampuan beberapa kepala sekolah dalam penyusunan program danjuga dana yang akan mendukung pelaksanaan program kerja Gugus Untung Suropati,sarana dan prasarana yang kurang memadai dalam menunjang pelaksanaan programkerja Gugus Untung Suropati.

4. Kompetensi Profesional

Kekurangan yang dimiliki guru berhubungan dengan kompetensi professionaladalah; (1) Kurang maksimal dalam mengikuti kegiatan-kegiatan pengembangan diri,seperti KKG, diklat dan juga seminar, (2) Kurangnya kebiasaan guru dalam menulis,(3) Masih ada guru yang enggan belajar, terbukti masih banyak guru yang kurangmenguasai TIK.

5. Kendala dalam pengembangan Kompetensi Profesional

Dalam pengembangan kompetensi professional, ada biro jasa yang dapatmembantu permasalahan yang dihadapai guru, sehingga guru enggan mengembangkanpotensi dirinya karena dimanjakan oleh biro tersebut. Guru tidak lagi mencari bahanajar lewat buku karena adanya internet, karena guru disibukkan oleh banyaknyaadministrasi yang harus dikerjakan.

6. Kompetensi Pedagogik

Secara umum guru-guru di Gugus Untung Suropati Kecamatan PatebonKabupaten Kendal mempunyai kekurangan dalam kompetensi pedagogik, yakni: 1)Dalam mengembangkan potensi peserta didik. 2) mengembangkan kurikulum, artinya

Page 72: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

72 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

guru rata-rata masih berpedoman utama pada kurikulum yang ada dalammelaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah, dan belum maksimal dalammengembangkan kurikulum yang ada. Kelemahan dan kekurangan guru dipengaruhioleh kemauan dan niat dari dalam diri guru itu sendiri. Jika sarana dan prasaran yangkurang namun jika diimbangi dengan semangat dan niat yang tinggi, akanmemunculkan semangat yang tinggi pula. Kepala sekolah juga melihat kekuranganpara guru tersebut, seperti: masih banyak guru yang enggan dalam membuat RencanaProgram Pembelajaran(RPP) meskipun ada juga guru yang rajin dalam pembuatanRPP secara rutin dan berkelanjutan. Disamping enggan dalam pembuatan RPPterkadang guru juga enggan dalam pembuatan jurnal untuk mengajar harian, ditambahlagi masih sering guru meninggalkan kelas disaat jam efektif pelajaran yang seharuswaktu tersebut digunakan untuk membimbing siswa. Kurangnya peran serta orangtua dalam mendukung pembelajaran disekolah hal itu dikarenakan banyaknya orangtua yang bekerja ke luar negeri sehingga anak itu dipercayakan dengan kakek atauneneknya. Anak yang penting berangkat sekolah, segala kebutuhan yang menyangkutkegiatan pembelajaran kadang tidak diperhatikan oleh kakek dan neneknya.

PEMBAHASAN

1. Realisasi Program Kerja

Dalam penyusunan Program Kegiatan Gugus Untung Suropati, melibatkansemua unsur yang ada baik dari kepala sekolah, dan juga perwakilan salah satu guruyang dianggap senior dan mampu menyusun suatu program. Sehingga dalam satugugus berkewajiban untuk melaksanakan program yang telah disusun tersebut. Baikkepala sekolah ataupun guru yang mewakili penyusunan program berkewajibanmensosialisasikan program kerja yang telah disusun kepada teman guru-guru laindalam satu unit kerja, sosialisai program gugus juga dilaksanakan pada pertemuanguru, sehingga semua guru-guru di lingkungan gugus Untung Suropati mengerti danberkewajiban melaksanakan program kerja gugus tahun pelajaran 2015/ 2016.Program gugus Untung Suropati disosialisasikan dengan cara: (1) Program kerjagugus yang sudah tersusun, didistribusikan ke sekolah pada gugus tersebut, (2) Disosialisasikan pada saat pertemua guru- guru se gugus Untung Suropati, (3) Diberikanwewenang kepada kepala sekolah untuk mensosialisasikan program gugus tersebutdi sekolah dasar masing-masing.

Terkait program penyusunan administrasi pembelajaran guru yang dikerjakansecara kolaboratif, dengan tujuan meringankan beban guru secara personal dalammenyediakan perangkat pembelajaran, dia menjelaskan sebagai berikut: (1) Diadakan

Page 73: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 73

Evaluasi Program KKG Dalam Peningkatan Kompetensi Profesional dan Pedagogik Model CIPP |Tri Budiyanto

pelatihan pembuatan perangkat pembelajaran baik RPP, silabus, program semester,program evaluasi, (2) Diadakan pelatihan penulisan soal mide semester, semestermaupun soal kenaikan kelas.

Program penulisan karyah ilmiah, belum menjadikan prioritas utama, meskipunsudah diadakan pelatihan namun masih terkendala, hal ini disebabkan karena sumberdaya manusianya yang belum termotivasi untuk melaksanakan penulisan karya ilmiah,padahal penulisan karya tulis ilmiah itu merupakan syarat utama dalam penilaian angkakredit terutama bagi guru yang ingin naik pangkat dari golongan III d ke IV a, usahadari gugus untuk memfasilitasi guru-guru dalam penulisan karya tulis ilmiah diantaranya:(1) Diadakan pelatihan penulisan karya tulis ilmiah di wilayah Gugus Untung Suropati,(2) Diberi ijin pada guru yang ikut dalam kegiatan workshop atau pelatihan, (3)Mengikuti seminar, (4) Bertanya teman yang dianggap mampu dalam hal penulisankarya tulis ilmiah, (5) Berlatih sendiri melalui internet.

2. Kompetensi Profesional

Kekurangan guru yang berhubungan dengan kompetensi professional adalah:(1) Kurang maksimal dalam mengikuti kegiatan-kegiatan pengembangan diri, sepertiKKG, diklat dan juga seminar, (2) Kurangnya kebiasaan guru dalam menulis, (3)Masih ada guru yang enggan belajar, terbukti masih banyak guru yang kurangmenguasai TIK.

Dalam pengembangan kompetensi professional, ditemui juga kendala yangdisampaikan oleh responden diantaranya, (1) adanya biri jasa yang membantu gurudalam pengerjaan RPP, (2) Guru males dan enggan mengembangankan potensi dirinya,(3) banyaknya administrasi yang harus diselesaikan guru.

Pemecahan masalah yang berkaitan dengan pengembangan kompetensiprofesionalisme yaitu: (1) Memberikan fasilitas kepada guru untuk mengikuti seminaratau workshop, (2) Mencari informasi yang berkaitan dengan bidang keilmuan sertamendatangkan nara sumber secara mandiri. (3) Adanya kegiatan pengembanganprofessional guru antara lain; KKG, penataran, diklat, seminar, sosialisasi dan berbagaimacam lomba. (4) Belajar mandiri baik lewat internet maupun kuliah studi lanjutpascasarjana.

3. Kompetensi Pedagogik

Secara umum guru-guru di Gugus Untung Suropati Kecamatan PatebonKabupaten Kendal. Menurut peneliti, kelemahan dan kekurangan guru dipengaruhioleh kemauan dan niat dari dalam diri guru itu sendiri. Jika sarana dan prasaranyang kurang namun jika diimbangi dengan semangat dan niat yang tinggi, akan

Page 74: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

74 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

memunculkan semangat yang tinggi pula. Kepala sekolah juga melihat kekurangandari para guru tersebut.

Kendala adalah sesuatu yang berasal dari luar diri guru yang dapat menghambatatau menghalangi pengembangan kompetensi guru. Kendala ini disadari atau tidak,perlu diketahui agar dapat dicari jalan pemecahannya. Pemecahan masalah ini menjaditanggung jawab bersama anatar guru, kepala sekolah dan pihak lain yang terkaitdiantaranya orang tua juga komite sekolah. Pemecahan masalah dalam pengembangankompetensi pedagogik: (1) Pembekalan khusus bagi guru yang dipandang perlu.Pembekalan atau pembinaan ini dilakukan kepala sekolah dan pengawas. Pembinaanoleh kepala sekolah maupun pengawas berupa pembinaan perorangan atau nasehat.Kegiatan dalam bentuk supervisi di kelas, (2) Mengikuti kegiatan pengembangandiri, seperti diklat, workshop, KKG, seminar, dan belajar mandiri atau menempuhpascasarjana, (3) Penggalakankegiatan KKG di tingkat gugus maupun di tingkat kecamatan, (4) Diskusi bersamaantara guru, kepala sekolah, komite maupun tokoh masyarakat yang peduli terhadapkemajuan pendidikan, (5) Konsultasi sesama teman melalui TIK

SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Dari telaah yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarikbeberapa kesimpulan, sebagai berikut: (1) Peran evaluasi program Kelompok KerjaGuru Gugus Untung Suropati Kecamatan Patebon dalam meningkatkan kompetensiprofesional guru melalui pelatihan kurikulum, workshop, seminar, dan pelatihanpenulisan karya ilmiah, melakukan kerja sama dengan instansi lain seperti DinasPendidikan, dan Balai Diklat. Guru yang mendapat pelatihan harus mampumengembangkan ilmunya kepada teman sejawat di lingkungan kerjanya, (2) Peranevaluasi program Kelompok Kerja Guru Gugus Untung Suropati Kecamatan Patebondalam meningkatkan kompetensi pedagogik dengan cara memfasilitasi guru dalamrangka menampung dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru dalam prosesbelajar mengajar melalui pertemuan, diskusi, contoh mengajar, demonstrasipenggunaan dan pembuatan alat peraga, kegiatan tutorial, penyusunan administrasiguru, dan menyiapkan perangkat pembelajaran.

2. Saran

Ada beberapa saran yang perlu disampaikan sehubungan dengan penelitian inisebagai berikut: (1) Kepada pengurus Kelompok Kerja Guru Kecamatan Patebon,

Page 75: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 75

Evaluasi Program KKG Dalam Peningkatan Kompetensi Profesional dan Pedagogik Model CIPP |Tri Budiyanto

bentuklah program yang aplikatif dan realistis, teruslah berjuang bersama guru untukselalu meningkatkan kompetensi. Gunakan perangkat IT yang tersedia untuk menggaliinformasi terbaru untuk kepentingan pendidikan di Gugus Untung Suropati, (2)Kepada para guru, terus tingkatkan kemampuan diri. Disini kita telah sepakatmengabdi mewujudkan mimpi melalui pendidikan membangun pertiwi. Teruskembangkan rasa haus ilmu, agar kita tidak merasa puas dengan apa yang kita raih,(3) Kepada pihak pemerintah dan segenap stakeholders pendidikan, diharapkanperhatian dan kerja samanya dalam upaya mewujudkan tenaga pendidik yangprofesional dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya dan memfasilitasi guruuntuk meningkatkan kompetensi dirinya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Legarano Abram. 2014. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan KKG SD Gugus IIKecamatan Pamano Selatan Kabupaten Poso. e-Jurnal Program PascaSarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi AdministrasiPendidikan. Vol. 5.

Mamonto Fitriani, dkk. 2011. Evaluasi Implementasi Program Kegiatan KelompokKerja Guru (KKG) di Sekolah Dasar di Gugus se Kecamatan Sipatana KotaGorontalo. KIM Fakultas Ilmu Pendidikan. Vol 3, No.3.

Nuraeini Asmarani. 2014. Peningkatan Kompetensi Guru di Sekolah Dasar. JurnalAdministrasi Pendidikan.Vol.2.

***

Page 76: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

76 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

Page 77: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 77

Pendidikan Kebangsaan Menurut Ajaran Ki Hadjar Dewantara Dalam Pembelajaran IPS-Sejarah| Firosalia Kristin, dkk.

PENDIDIKAN KEBANGSAANMENURUT AJARAN KI HADJAR DEWANTARA

DALAM PEMBELAJARAN IPS - SEJARAH

Firosalia Kristin1), Emy Wuryani2), Wahyu Purwiyastuti3)

e-mail: [email protected]), e-mail: [email protected]),email: [email protected])

FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

ABSTRAK

Pendidikan kebangsaan merupakan hal penting untuk dipahamkan dan dikenalkankepada peserta didik Indonesia khususnya anak-anak usia sekolah dasar danmenengah. Hal ini karena anak-anak sebagai pewaris memiliki tanggung jawabuntuk cinta tanah air dan bela negara agar penjajahan di atas bumi Indonesia dankonflik antar warga dengan issue SARA tidak terjadi lagi. Tujuan pembelajaranIPS adalah agar peserta didik mampu mengembangkan kemampuannya dalammenghadapi dan menyelesaikan persoalan yang dihadapi dalam kehidupankesehariannya. Ilmu Sejarah sebagai bagian dari IPS wajib diajarkan baik daritingkat SD, SMP, SMA, sampai Perguruan Tinggi karena ilmu sejarah diberikandalam rangka untuk membangun karakter bangsa. Melalui pemahaman sejarahmaka generasi muda akan membela dan mempertahankan bangsa dan negaranyadari ancaman penjajahan. Oleh karena itu pembelajaran sejarah di sekolah harusmenarik dan diterapkan oleh peserta didik dalam kehidupan kesehariannya. Gurusebagai pemegang peran penting dalam pembelajaran sejarah wajibmengembangkan model-model dan metode pembelajaran sejarah. Salah satu modelpembelajaran sejarah untuk menanamkan pendidikan kebangsaan sudah dilakukanoleh Ki Hadjar Dewantoro melalui bermain dan bernyanyi lagu daerah dan nasional.Model ini masih tepat karena pada masa sekarang ini anak-anak tidak lagi banyakmengenal permainan tradisional dan lagu-lagu daerah/nasional. Mereka lebihmencintai dan permainan modern dan lebih banyak mengenal lagu-lagu popyang tidak membangun karakter bangsa. Oleh karena itu Guru IPS Sejarah dituntutuntuk mengembangkan model pembelajaran sejarah sebagai upaya untukmenanamkan pendidikan kebangsaan bagi peserta didiknya. Salah satunya adalahmodel pembelajaran modeling the way.

Kata kunci: pendidikan kebangsaan, pembelajaran sejarah, modeling the way

PENDAHULUAN

Pada abad awal abad ke-20 melalui politik etisnya pemerintah Hindia Belandamembuka banyak sekolah di berbagai wilayah Indonesia. Sekolah yang dibuka bukanhanya untuk golongan orang asing dan elit bangsawan saja namun juga untuk kaumkebanyakan (orang biasa). Sekolah-sekolah yang semula terbatas hanya dapat

Page 78: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

78 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

dinikmati oleh golongan bangsawan pada akhirnya membuka wawasan mereka untukmembangun kesadaran pentingnya pendidikan yang bukan hanya untuk kebutuhanmereka saja namun kelas rendah pun perlu memperoleh pendidikan.

Munculnya sekolah-sekolah umum yang dibangun pemerintah Hindia Belandamenyadarkan kaum elit pendidikan di Indonesia untuk membuka sendiri LembagaPendidikan/sekolah di Yogyakarta, Surabaya, Bandung, dsb. yang dikelola kaumelit pendidikan Indonesia. Sekolah/lembaga pendidikan yang dibuak antara lain:studieclub, Perguruan Taman Siswa, Muhamadiyah, sekolah Kartini, dsb. PerguruanTaman Siswa mengandung makna dan amanat sebagai satu kesatuan arti hubunganantara pendidikan, kebangsaan, dan kemerdekaan.

Pendidikan merupakan faktor pendorong munculnya kebangkitan nasional yangmembawa perjuangan bangsa Indonesia mencapai kemerdekaannya pada tanggal17 Agustus 1945. Saat ini pendidikan kebangsaan penting ditanamkan sebagai upayauntuk memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan karenakondisi sosial bangsa Indonesia yang sedang menghadapi era globalisasi denganpenekanan pada bidang teknologi. Akibatnya banyak anak muda tidak siapmenghadapi zaman ini yang ditandai dengan banyaknya perkelahian antar pelajar,masalah-masalah sosial (NARKOBA), kenakalan remaja yang mengarah pada seksbebas, anak-anak tidak mengenal wilayah dan karakteristik Indonesia, tidak hafalPancasila, bahkan menyanyikan lagu Indonesia Raya pun tidak hafal, serta tidakdisiplin dan tertib mengikuti upacara-upacara nasional. Kesadaran berbangsa danbernegara mulai mengalami krisis. Melihat dari situasi dan kondisi yang demikianmaka pendidikan kebangsaan penting untuk ditanamkan dan diimplementasikan baikdi sekolah maupun di lingkungan keluarga dan masyarakat luas.

PENGERTIAN PENDIDIKAN KEBANGSAAN

Pengertian Pendidikan

Batasan mengenai pendidikan banyak disampaikan ole para ahli pendidikan.Namun demikian faktanya pendidikan memiliki karakteristik: 1) Pendidikan sebagaiproses transfer budaya; 2) Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi; 3)Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja; 4) Pendidikan sebagai proses penyesuaiandiri di masa mendatang; 5) Pembangunan manusia seutuhnya, dan 6) Usaha terusmenerus sepanjang hayat (Oong Komar, 2006: 54). Dengan demikian makapendidikan merupakan proses tumbuh dan berkembangnya kepribadian anak untukbertanggungjawab kepada diri sendiri dan lingkungannya dengan dibantu oleh orangdewasa agar anak mampu menentukan dirinya sendiri secara bertanggung jawab.

Page 79: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 79

Pendidikan Kebangsaan Menurut Ajaran Ki Hadjar Dewantara Dalam Pembelajaran IPS-Sejarah| Firosalia Kristin, dkk.

Pengertian nasionalisme

Kebangsaan atau sering disamakan pengertiannya dengan nasional. Sikap atausifat nasional diartikan sebagai nasionalisme yang menurutHans Kohn, nasionalismeadalah suatu sikap mental yang mengakui dan menyadari adanya suatu negara nasionalsebagai bentuk yang paling ideal dari organisasi politik. Nasionalime adalah pahamyang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negarakebangsaan. Oleh karena itu kepentingan individu atau pribadi seringkalidinomerduakan, kepentingan nusa dan bangsa senantiasa diprioritaskan. Pendapatlain adalah Sartono Kartodirdjo, yang mengatakan bahwa prinsip nasionalisme adalahkesatuan, kebebasan, kesamarataan, semua warga mempunyai hak yang sama, tidakada deskriminasi, kepribadian nasional dan berprestasi. Dengan demikian makapendidikan kebangsaan adalah suatu proses pembelajaran seseorang untuk memilikirasa kebangsaan karena kekuatan suatu negara ada pada rasa kebangsaan. Semangatkebangsaan membawa pengaruh pada munculnya jiwa merdeka, bebas daripenjajahan.

Pendidikan kebangsaan dikenalkan oleh kaum nasionalis yang bangkit padaawal abad ke-20 diawali dengan berdirinya Budi Utomo tahun 1908. Para nasionalismenginginkan mengubah nasib bangsa menjadi bangsa yang merdeka bebas daripenjajahan. Oleh karenanya maka jiwa kaum nasionalis pada waktu itu berwatakanti penjajahan (non kooperatif). Beberapa kaum nasionalis memikirkan adanyapendidikan yang berwawasan kebangsaan untuk menghasilkan manusia yang merdeka,cinta tanah air, meningkatkan harkat dan martabat atau derajatnya supaya samadengan bangsa-bangsa lain yang merdeka. Untuk mewujudkan gagasannya itubeberapa organisasi sosial berdiri dengan membuka sekolah atau lembaga pendidikanyang tidak dibiayai oleh pemerintah Hindia Belanda, antara lain: Muhamadiyah yangdidirikan oleh K.H.A. Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912; TamanSiswa yang didirikan di Yogya oleh Ki Hadjar Dewantara, dan Studieclub yangdidirikan oleh Soetomo pada tahun 1924 di Surabaya yang kemudian diikuti dikota-kota lain bertujuan untuk membangun kesadaran komunitas Indonesia denganmengutamakan persatuan Indonesia sehingga orang Indonesia menjadi lebih kuatdan mencintai Indonesia.

PENDIDIKAN KEBANGSAAN DALAM AJARAN KI HAJARDEWANTARA

Nama asli Ki Hajar Dewantara adalah Raden Mas (R.M.) SuwardiSuryaningrat adalah bapak pejuang pendidikan nasional. Gagasannya mengenai

Page 80: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

80 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

pendidikan kebangsaan dirumuskan saat ia berada pada masa pembuangan di negeriBelanda pada tahun 1913-1919. Ia mempelajari masalah-masalah pendidikan danasas pengajaran nasional (Marwati Djoened Poesponegoro dan NugrohoNotosusanto, 1984: 245). Ia adalah seorang tokoh yang terlibat langsung dalamperjuangan pergerakan kebangsaan. Ia ikut memberikan corak dan warna pendidikan,kebudayaan, dan kebangsaan dalam kaitannya dengan kemerdekaan Indonesia.Pemikirannya tentang pendidikan, ajarannya mengenai kebudayaan, kebangsaan,dan kemerdekaan membuktikan bahwa ia benar-benar seorang penghayat jiwa cita-cita kebangsaan Indonesia. Idenya ini diwujudkannya dalam bentuk mendirikan suatulembaga “Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa” yang lebih dikenal denganPerguruan Taman Siswa. Sekolah pertama yang dibuka pada 3 Juli 1922 diYogyakarta adalah Taman Kanak-Kanak yang sering disebut Taman Indrya dankursus guru dengan 10 orang murid. Guru pertamanya adalah Ki Hadjar Dewantarayang dibantu oleh isterinya. Setelah itu pada tahun-tahun berikutnya dibuka sekolahlanjutan yaitu Taman Muda (SD), Taman Dewasa (SMP), Taman Madya (SMA),Taman Guru dan membuka cabang Taman Siswa di beberapa provinsi yakni JawaTengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Ambon, danBali. (Sumarsono Mestoko, 1985: 267-268). Ki Hadjar Dewantara mendirikanTaman Siswa bertujuan sebagai pusat kaderisasi pergerakan kebangsaan, gerakankemerdekaan, gerakan kebudayaan. Taman Siswa didirikan dalam rangkamenyiapkan dan menghasilkan manusia-manusia Indonesia baru, pandai, maju,modern, tanpa kehilangan kepribadian nasional Indonesia.

Ia berusaha mendidik angkatan muda dalam jiwa kebangsaan Indonesia sebagaibagian dari pergerakan rakyat Indonesia berasaskan kebangsaan dan bersikap nonkooperatif (tidak bekerja sama) dengan pemerintah jajahan (pemerintah HindiaBelanda). Gagasannya tersebut diletakkan sebagai asas Taman Siswa yang disahkanoleh Konggres Taman Siswa pada tanggal 7 Agustus 1930. Asas-asas tersebut sebagaiberikut: 1) Adanya hak seorang untuk mengatur dirinya sendiri; 2) Pengajaran harusmendidik anak menjadi manusia yang merdeka batin, pikiran, dan tenaga; 3)Pengajaran jangan terlampau mengutamakan kecerdasan pikiran karena dapatmemisahkan orang terpelajar dengan rakyat; 4) Mempertinggi pengajaran tetapiyang tidak menghambat tersebarnya pendidikan dan pengajaran untuk seluruhmasyarakat; 5) Berkehendak untuk mengusahakan kekuatan diri sendiri; 6) Keharusanuntuk hidup sederhana; dan 7) Mengorbankan segala kepentingan untuk kebahagiaananak didik.

Page 81: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 81

Pendidikan Kebangsaan Menurut Ajaran Ki Hadjar Dewantara Dalam Pembelajaran IPS-Sejarah| Firosalia Kristin, dkk.

Asas ini mengandung makna bahwa sekolah merupakan sarana atau alatmengenalkan nasionalisme untuk membangun derajat diri melalui rasa cinta kepadatanah air, bangsa, dan kebudayaannya. Pernyataan asas Taman Siswa ini dikuatkanmelalui Konggres Taman Siswa pada tahun 1946 yang disebut Panca Darma, meliputi:kemerdekaan, kodrat alam, kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan (SumarsonoMestoko, 1985: 271-272, lihat pula Marwati Djoened Poesponegoro dan NugrohoNotosusanto, 1984: 256). Menurut tafsir Ki Hadjar Dewantara, kemerdekaansebagai asas pertama karena bahaya penjajahan pada waktu itu masih mengancamIndonesia. Dengan kemerdekaan maka orang Indonesia dapat menggunakankebebasannya untuk membangun bangsa dan kebudayaannya. Kebebasan yangdimiliki orang akan terwujud pada hasil karyanya yang berguna bagi nusa danbangsanya.

Pendidikan kebangsaan diajarkan kepada siswanya melalui pengenalan padakehidupan lingkungannya, bahasa dan alam pikir sendiri ditanamkan sekuat-kuatnyamelalui nyanyian-nyanyian daerah dan nasional serta berbagai permainan anak-anak.Melalui pengajaran dan kebiasaan ini diharapkan anak-anak memiliki rasa kebebasandan tanggung jawab, toleransi, menyesuaikan diri dengan lingkungannya, memilikiikatan kuat dengan kebudayaannya sehingga anak-anak tidak memiliki rasa rendahdiri, takut, benci, segan atau asal meniru kebudayaan asing yang ditemuinya.

Selain itu anak-anak dididik menjadi putra tanah air yang setia, bersemangatdan dengan patriotisme anak-anak memiliki rasa pengabdian yang tinggi bagi nusadan bangsa Indonesia. Kisah sejarah, sastra, dan cerita wayang diberikan untukanak-anak dengan tujuan untuk memahami gagasan dan cita-cita kemasyarakatanmengenai kehidupan masa lampau yang perlu disesuaikan dengan kehidupan sekarang(Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1984: 251-251).Dalam budaya Jawa, karya sastra dan wayang wajib dipelajari karena dua karyasastra ini merupakan ajaran keteladanan hidup seseorang kesehariannya sebagaianggota keluarga, masyarakat, warga negara, dan bagian dari alam semesta supayamanusia dapat hidup dalam keselarasan dengan sekitarnya.

PEMBELAJARAN IPS - SEJARAH

Istilah IPS dalam kurikulum sekolah sering diartikan sebagai gabungan dariilmu-ilmu sosial (sosiologi, antropologi, ekonomi, politik, psikologi, dan sejarah).IPS membahas tentang fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi, hubungan antarmanusia dengan lingkungannya baik yang terjadi pada masa lampau maupun masakini. Fungsi IPS adalah untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan

Page 82: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

82 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

keterampilan peserta didik agar dapat direfleksikan dalam kehidupan masyarakat,bangsa dan negara Indonesia (Suwarma Al Muchtar, 2008: 1.11). Oleh karenanya,dalam pembelajaran IPS, peserta didik dikenalkan konsep-konsep ilmu pengetahuansosial, yakni: interaksi, saling ketergantungan, kesinambungan dan perubahan,keragaman/kesamaan/perbedaan, konflik dan konsensus, tempat/lokasi, kekuasaan,nilai kepercayaan, keadilan dan pemerataan, kelangkaan, budaya, nasionalisme(kebangsaan) sebagai rasa cinta terhadap bangsa dan tanah airnya.Sejarah sebagaibagian dari limu sosial memiliki peran penting membangun karakter atau pribadi yangcinta tanah air. Melalui pelajaran sejarah peserta didik dapat mengenal dan mencintaitanah air, bangsa, perjuangan, dan para pejuang yang memperjuangkan Indonesiamerdeka sampai saat ini. Ketika peserta didik bergaul, mereka tidak lagi canggungdalam menghadapi masyarakat yang semakin kompleks. Menurut Kuntowijoyo, carapendekatan dan model pembelajaran sejarah pada masing-masing jenjang pendidikanwajib dibedakan. Hal ini berkaitan dengan tingkat kompetensi masing-masing pesetadidik. Untuk jenjang Sekolah Dasar, sejarah diberikan dengan pendekatan estetiskarena untuk menanamkan rasa cinta kepada perjuangan, pahlawan, tanah air, danbangsa. Untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), sejarah diberikan denganpendekatan etis. Peserta didik wajib ditanamkan pengertian bahwa mereka hidupbersama orang, masyarakat, dan kebudayaan lain sehingga apa yang sudahditanamkan di SD membuat mereka tidak canggung ketika bergaul dengan masyarakatyang semakin kompleks. Untuk Sekolah Menengah Atas (SMA), sejarah diberikankepada peserta didik secara kritis: mengapa peristiwa terjadi, apa yang sebenarnyaterjadi, bagaimana terjadi, dsb. (Kuntowijoyo, 2001: 3-4). Agar supaya pembelajaransejarah tertanam dengan baik dan menarik bagi peserta didik maka guru harusmerencanakan pembelajarannya secara baik dengan mengembangkan tujuanpembelajaran masing-masing topik atau pokok bahasan. Hal ini tentu denganmemperhatikan kemampuan kompetensi yang dimiliki peserta didik dan ketersediaansumber belajar. Hal yang perlu diperhatikan guru dalam pembelajaran sejarah adalahbagaimana penyajian informasi diberikan, bagaimana peserta didik mengolah informasi,dan sebagai umpan balik berupa apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik sebagaipenguatan.

MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODELING THE WAY

1. Penyajian informasi

Dalam hal ini peserta didik mendapat informasi dari guru mengenai sebuahfakta sejarah (contoh: Tokoh Ki Hadjar Dewantoro sebagai seorang guru di Taman

Page 83: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 83

Pendidikan Kebangsaan Menurut Ajaran Ki Hadjar Dewantara Dalam Pembelajaran IPS-Sejarah| Firosalia Kristin, dkk.

Siswa dan siswa Taman Siswa yang sedang bermain). Untuk melengkapi sumber ini,peserta didik dalam setiap kelompok diminta mencari informasi dari berbagi sumberbuku atau sumber lain (dapat internet atau koran, gambar atau foto, dll.) untuk dibacasendiri.

2. Pengolahan Informasi

Pada tahap ini tiap kelompok dapat memberikan penafsiran kesan apa yangdiperoleh melalui pengamatan gambar tersebut. Langkah selanjutnya adalah tiapkelompok siswa memilih satu topik yang menerangkan rasa cinta tanah air dan bangsaIndonesia dengan memilih dua lagu: satu lagu daerah dan satu lagu nasional. Merekadiminta menjelaskan alasan mengapa memilih lagu tersebut. Setiap kelompokmembuat gerakan untuk nyanyian tersebut yang mencerminkan rasa kebangsaan.Kemudian masing-masing kelompok mendemonstrasikan gerak dan lagu yangdiciptakannya. Apabila peserta didik memilih permainan maka langkah-langkahnyasama dengan memilih lagu daerah dan nasional dan ditambahkan peserta didikmembuat skenario cara memainkannya.

3. Pemantapan

Pada tahap ini, peserta didik secara individual diberi tugas untuk menginven-tarisasi lagu-lagu daerah dengan syairnya serta bagaimana gerakannya atau berbagaijenis permainan tradisonal dan bagaimana cara memainkannya. Melalui pemberiantugas ini, peserta didik dapat mengenal dan menyanyikan atau bermain bersamateman-temannya. Manfaatnya adalah: 1) Peserta didik dapat mencintai, menghargai,dan melestarikan hasil budayanya, 2) Peserta didik dapat bersosialisasi dengan teman-temannya, 3) Mengajarkan kepada peserta didik untuk menghargai dan menghormatiorang lain, dan 4) Melatih peserta didik untuk berdisiplin dan bertanggug jawab.

KESIMPULAN

Ki Hadjar Dewantoro mengajarkan kebangsaan yang kreatif dan terbuka,tumbuh dan berkembang harus selaras dengan lingkungan dan martabat kemanusiaan.Demikian pula dengan kemanusiaan, kebangsaan dan kebudayaan, hidup, kehidupan,serta penghidupan harus dikembangkan sesuai dengan kenyataan yang diciptakandan dikehendaki oleh Sang Pencipta. Penanaman dan pendalaman kebangsaanIndonesia diterapkan melalui pendidikan salah satunya dengan menggunakan metodepermainan tradisional serta nyanyian lagu-lagu daerah dan nasional.

Page 84: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

84 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

DAFTAR PUSTAKA

Agus Supriyono. 2010. Cooperative LearningTeori dan Aplikasi Paikem.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kohn, Hans. 1976. Nasionalisme Arti dan Sejarahnya. Jakarta: Pustaka Jaya.

Marwati Djoened Poeponegoro dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah nasionalIndonesia V. Jakarta: Balai Pustaka.

Kuntowijoyo. 2001. Pengantar Ilmu Sejarah. Jogjakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Oong Komar. 2006. Filsafat Pendidikan Non Formal. Bandung: Pustaka Setia.

Sumarsono Mastoko, dkk. 1985. Pendidikan di Indonesia Dari Jaman ke Jaman.Jakarta: Balai Pustaka.

Suwarma Al Muchtar. 2008. Pendidikan IPS. Jakarta: Universitas Terbuka.

***

Page 85: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 85

‘Need Analysis’ Sebagai Perwujudan Konsep Filosofi ‘Asuh’ Dalam Merancang Pembelajaran Pendidikan... |Mozes Kurniawan

‘NEED ANALYSIS’ SEBAGAI PERWUJUDANKONSEP FILOSOFI ‘ASUH’ DALAM MERANCANGPEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN MODERN

Mozes [email protected]

FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRAK

Dalam upaya mengembangkan suatu negara, pendidikan dapat menjadi pilar yangmenentukan bangkit atau terpuruknya negara tersebut. Pendidikan yangmerupakan hal penting dalam suatu negara ternyata memiliki suatu kerapuhandalam hal pemaknaan. Indonesia, yang memiliki tujuan negara salah satunya yaitumencerdaskan kehidupan bangsa, masih memiliki pandangan bahwa menjadi‘cerdas’ yaitu meningkatkan intelektualitas generasi yang ada. Menjadi ‘cerdas’yang dimaknai sebagai pandai intelek saja membawa guru-guru pada suatu bentukpengajaran yang kurang dikaitkan dengan kebutuhan terkini para peserta didik.Kekeliruan pandangan tersebut memunculkan suatu gagasan mengenai salah satukonsep filosofi Ki Hajar Dewantara yakni ‘Asuh’ yang memiliki inti bahwa mengasuhadalah memberikan apa yang dibutuhkan. Kebutuhan itulah yang kerap kalidilupakan dalam pendidikan. Terdapat keterikatan makna antara ‘Asuh’ denganpendekatan ‘Need Analysis’ terkait pandangan terhadap kebutuhan. Oleh karenaitu, konsep ‘Asuh’ dapat diwujudkan melalui ‘Need Analysis’ dalam merancangpembelajaran pada pendidikan modern. Artikel ini merupakan hasil studi pustakayang didalamnya terdapat tiga hal utama yakni pemahaman konsep-konsep awal,pembangunan gagasan dari masing-masing konsep kemudian pemaparan gagasanbaru. Diharapkan bahwa ‘Need Analysis’ ini dapat menjadi suatu tindakan awalbagi para pendidik dalam mempersiapkan pendidikan dan pengajaran yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan peserta didik masa kini sehingga mereka akanmenjadi generasi berkualitas yang dapat menopang dan menjaga kelangsunganbangsa dan negara Indonesia.

Kata Kunci: Filosofi Ki Hajar Dewantara, Asah Asih Asuh, Among, NeedAnalysis, Pembelajaran.

PENDAHULUAN

Ketika sebuah negara diberi suatu pertanyaan tentang hal apakah yang menjadielemen penting dari ketahanan dan perkembangan negara tersebut, tentu negaratersebut akan menjawab pemerintahan, perekonomian dan pendidikan. Ketiga haltersebut menjadi tiga pilar utama berlangsungnya dan berkembangnya suatu negaratanpa memandang rendah aspek-aspek lainnya. Salah satunya pendidikan yangmenjadi elemen penting dalam suatu negara. Pendidikan menjadi elemen penting

Page 86: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

86 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

negara karena melaluinya dapat dilihat maju atau tidaknya suatu negara (Maulida,2013). Terlebih, berkembangnya suatu negara juga dipengaruhi seberapa tingkatpendidikan warga yang ada didalamnya. Ketika suatu negara memiliki pendidikanyang maju dan berhasil menghasilkan pribadi-pribadi yang berkualitas tentu akanmembantu kemajuan negara tersebut. Melalui generasi-generasi yang berkualitas itulahimpian dan cita-cita suatu negara akan tercapai.

Serupa dengan cita-cita luhur bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan kehidupanbangsa, pendidikan memiliki peran penting dalam proses pencapaiannya. Pendidikandimaknai sebagai suatu penggerak atau pencetak generasi-generasi yang ‘cerdas’.Hanya saja, istilah ‘cerdas’ sering kali diartikan memiliki tingkat intelektual yang tinggi.Seseorang dikatakan cerdas apabila memiliki nilai pelajaran yang baik, memilikipengetahuan yang luas dan menjuarai berbagai perlombaan kecerdasan di berbagaitempat. Hal-hal tersebut tidak dapat dikatakan salah namun juga tidak sepenuhnyabenar (Julia, 2016). Pendidikan yang mencerdaskan memiliki makna lebih dari sekedarkekampuan intelektual. Pendidikan yang meningkatkan moralitas bangsa, pendidikanyang membawa budi pekerti, pendidikan yang mengembangkan keterampilan danberbagai hal lainnya dalam aspek pendidikan. Hal-hal tersebut tentunya penting bagiketahanan dan keberlangsungan suatu negara, terkhusus di Indonesia.

Dengan memiliki pola pikir bahwa pendidikan yang mencerdaskan yaknimeningkatkan aspek intelektual saja membuat praktisi-praktisi pendidikan (guru)memfokuskan pandangan pada tercapainya peserta didik yang intelek. Fokus tersebuttidak jarang membuat para guru menggunakan berbagai cara untuk dapat mencapaitujuan yakni menciptakan generasi intelek bahkan dengan cara-cara yang kurangsesuai dengan tujuan awal pendidikan. Koten (2007, dalam Julia, 2016) menyatakanbahwa produk pendidikan tidak hanya untuk mempersiapkan suatu tenaga kerjayang siap pakai karena dinilai cerdas secara intelektual. Hal tersebut yang menjadikekeliruan pandangan bagi para guru dalam menjalankan tugas mulia yang seharusnyadapat dilaksanakan secara maksimal.

Karena fokus para guru yakni meningkatkan intelektualitas peserta didik,mereka tidak lagi memandang apa yang menjadi kebutuhan terkini dari para pesertadidik. Guru mengajar dengan metode-metode yang disukai, menggunakan sumber-sumber yang mudah didapat, menyajikan bahan ajar yang dipandangnya baik untukpada peserta didik tanpa memeriksa atau mencari tahu kebutuhan dari para pesertadidik. Hal inilah yang disebut oleh Suparlan (2014) sebagai pergeseran tujuanpendidikan nasional. Meski terlihat kecil namun ketika hal ini dibudayakan dalampendidikan nasional, cepat atau lambat Indonesia akan mengalami pergeseran tujuan

Page 87: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 87

‘Need Analysis’ Sebagai Perwujudan Konsep Filosofi ‘Asuh’ Dalam Merancang Pembelajaran Pendidikan... |Mozes Kurniawan

pendidikan dan berjalan menuju pada kekeliruan yang berakibat fatal bagi masadepan pendidikan nasional.

Dari pandangan tersebut muncullah suatu gagasan tentang konsep filosofi yangdicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara yakni konsep filosofi ‘Asuh’ (dalam Asah, AsihAsuh) yang dapat dijadikan sebagai pengendali kekeliruan pandangan sehingga tujuandan jalannya pendidikan di Indonesia tetap terarah sesuai dengan kebutuhan terkinigenerasi-generasi yang mempercayakan masa depannya pada pendidikan nasionalIndonesia. Filosofi ‘Asuh’ tersebut membawa suatu pengertian bahwa pendidikanbukanlah suatu paksaan dan hanya menekankan pada intelektual saja. Ada kebutuhan-kebutuhan yang perlu diketahui, diperhatikan dan dipenuhi melalui pendidikan gunamendapatkan generasi yang benar-benar ‘cerdas’ sesuai tuujuan pendidikan nasionalIndonesia. Filosofi ‘Asuh’ yang dinilai kuno dari jaman dahulu dapat diwujudnyatakanke dalam pendekatan pembelajaran modern yakni ‘Need Analysis’ (analisakebutuhan). Pada bagain-bagiann selanjutnya dibahas mengenai konsep filosofi ‘Asuh’yang dinyatakan dalam pendidikan modern melaluiNeed Analysis beserta tata laksanapenerapannya sebagai dasar mempersiapkan pembelajaran yang dapat memenuhikebutuhan-kebutuhan terkini para peserta didik.

Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Setiap negara memiliki pahlawan-pahlawan yang dalam perjuangannya dapatmemberikan kontribusi positif terkait dengan perkembangan suatu negara. Pahlawan-pahlawan tersebut berkarya dalam berbagai bidang di suatu negara seperti bidangpemerintahan, perekonomian, sosial bahkan di bidang pendidikan. Dalam bidangpendidikan tentunya seseorang yang disebut pahlawan memberikan suatu perubahandan/atau pemaknaan lebih mendalam mengenai konsep pendidikan di suatu negara.

Dengan bangganya, Indonesia memiliki seseorang sebagai salah satu pahlawanpendidikan yang memberikan pemaknaan dan arahan pada tujuan pendidikannasional. Ki Hajar Dewantara ialah orang yang dikenal sebagai pahlawan pendidikanIndonesia. Beliau mengajarkan berbagai filosofi dan prinsip yang menjadi dasar danidentitas pendidikan nasional Indonesia. Filosofi yang diajarkannya meliputi IngNgarsa Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani;Among; Asah Asih Asuh, Tri No dan masih banyak lagi. Setiap filosofi dan prinsipmemiliki pemaknaan tersendiri dan memiliki tujuan yang baik dalam dunia pendidikan(Samho & Yasunari, 2010).

Filosofi Ing Ngarsa Sung Tulodho mengandung pemaknaan bahwa gurusebagai pribadi yang ada didepan memberikan teladan dan contoh terbaik yang

Page 88: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

88 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

kemudian dapat diikuti oleh orang-orang yang didiknya. Makna yang mengingatkandan menyadarkan para guru untuk terus memiliki profesionalitas dalam berkaryasehingga ada nilai baik yang dapat diteladani oleh para peserta didik. Kemudian,filosofi Ing Madya Mangun Karsa memiliki pengertian bahwa ketika berada ditengah-tengah generasi yang ada, hendaknya dapat bersama-sama saling mendukung danmembangun sehingga terciptalah suatu generasi yang memiliki kualitas, saling berbagidan dapat mendukung satu sama lain dalam membangun bangsa. Sedangkan filosofiTut Wuri Handayani dimaknai bahwa pendidik memposisikan diri dibelakang pesertadidik untuk terus memberikan arahan dan pengaruh sehingga mereka yang berjalandidepan tetap memiliki arahan dan berjalan dengan prima karena dukungan parapendidik (Samho & Yasunari, 2010). Begitu luhurnya filosofi-filosofi yang diajarkanKi Hajar Dewantara dalam upayanya membangun negri di bidang pendidikan.

Terkait dengan gagasan sebelumnya dimana pendidikan mulai kehilangan arahtujuannya dikarenakan guru yang hanya mengejar intelektualitas para peserta didikmembawa suatu pemikiran akan satu filosofi Ki Hajar Dewantara meengenai mendidikdengan pengertian dan kasih. Filosofi tersebut adalah ‘Among’ yang menjadi dasardari konsep ‘Asah Asih Asuh’ (Maulida, 2013). Konsep Asah Asih Asuh atau yangjuga dipahami sebagai care and dedicated based on love (perhatian dan dedikasiberdasarkan kasih) merupakan suatu konsep filosofi yang menjadi pandangan bagiguru-guru dewasa ini karena sarat akan makna dan pemahaman.

Secara umum konsep ini dipahami sebagai suatu bentuk pemberian layananpendidikan yang diberikan secara sungguh-sungguh (dedicated) dengan bentuk-bentuk perhatian (care) yang diwujudkan dalam sikap menghormati dan menghargaiserta melihat suatu kebutuhan sebagai seorang manusia. Konsep tersebut apabiladiterapkan secara utuh dalam proses pendidikan akan membawa hal-hal baik sepertikeselarasan penerimaan pengajaran dengan kebutuhan, pembinaan dan penjagaanberdasarkan kasih sayang dan masih ada banyak hal yang dapat dipelajari dari konsepfilosofi tersebut (Maulida, 2013). Sehingga jelaslah bahwa Ki Hajar Dewantarasebagai pahlawan pendidikan Indonesia telah memberikan kontribusi yang begitumendalam dan dapat dijadikan sebagai penuntun arah pendidikan menuju suatupendidikan yang berkualitas bagi generasi-generasi mendatang di negara Indonesia.

Konsep ‘Asuh’ dalam Dunia Pendidikan

Seperti yang telah dibahas pada bagian sebelumnya bahwa Ki Hajar Dewantaramengenalkan suatu konsep filosofi yakni ‘Among’ sebagai dasar dari ‘Asah AsihAsuh’. ‘Among’ ini berasal dari bahawa Jawa yaitu ‘mong’ atau ‘momong’ yang

Page 89: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 89

‘Need Analysis’ Sebagai Perwujudan Konsep Filosofi ‘Asuh’ Dalam Merancang Pembelajaran Pendidikan... |Mozes Kurniawan

diartikan sebagai mengasuh (Asuh). Konsep ‘Asuh’ ini dapat dipahami sebagaimengajar, memberikan perhatian khusus dan memenuhi apa yang menjadi kebutuhan.Konsep tersebut juga dipahami dengan mengajar yang tidak memaksa namun penuhkasih. Tidak memaksa disini bukan membiarkan para peserta didik untuk belajartanpa arah namun dapat dipahami bahwa pengajaran dan hal-hal terkait dengan prosespendidikan diberikan sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan para peserta didikdan mereka dapat berkembang sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yangdapat mereka kebangkan secara pribadi (Maulida, 2013).

Lebih dalam lagi, pendidikan dengan sistem ‘Asuh’ ini dapat pula dimaknaidengan menyelaraskan pengajaran terhadap kodrat alam yang ada. Kodrat alamdisini dapat dipahami sebagai kondisi natural atau alami dari peserta didik yang manamereka membutuhkkan suatu pendidikan sesuai kebutuhan sehingga tercapailah suatukemajuan yang secepat-cepatnya dan ada unsur kebebasan/kemerdekaan sehinggapara peserta didik dapat berkembang dengan maksimal (Badrun, 2011 dalamMaulida, 2013). Nampak bahwa pendidikan yang didasarkan pada kebutuhan atauneed dapat membawa suatu dampak positif bagi peserta didik sesuai denganpemaknaan filosofis yang ada. Disinilah muncul gagasan mengenai Need Analysissebagai suatu perwujudan konsep filosofi ‘Asuh’ pada pendidikan modern.

Need Analysis sebagai Titik Awal Proses Pendidikan

Need Analsis dimaknai sebagai suatu upaya menentukan kebutuhan dariseseorang atau sekelompok orang yang merupakan pelajar dimana informasi tentangkebutuhan tersebut dikelola sesuai dengan proiritasnya secara subjektif maupunobjektif (Adhabiyyah et al, 2014). Pengertian lain mengenai Need Analysis datangdari Nunan (1988, dalam Adhabiyyah et al, 2014) yakni suatu metode yang digunakanuntuk membangun pembelajaran ‘apa’ yang sesuai dan penyajian pembelajaran yang‘bagaimana’ yang tepat bagi peserta didik.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa Need Analysismerupakan suatu proses mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan para peserta didikyang kemudian dibentuklah suatu model/strategi/pendekatan pembelajaran besertamateri ajar yang sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan peserta didik saat itu.Yang menjadi fokus dari Need Analysis adalah kebutuhan dari peserta didik bukanlahapa yang dipandang baik atau yang menjadi kesukaan para pengajar. Ketika parapengajar mengetahui tantangan-tantangan (kesulitan) siswa dalam belajar, mengetahuiapa yang menjadi kebutuhan dalam mencapai tujuan pembelajaran dan berbagaimacam karakteristik peserta didik, mereka akan memiliki pandangan yang cukup

Page 90: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

90 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

dalam merancang suatu pembelajaran (Ampa et al, 2013) dari persiapannya, prosespelaksanaan yang terkait dengan strategi mengajar sampai proses penilaiannyasehingga peserta didik terbangun secara efektif.

Need Analysis bukanlah proses mendata hal-hal yang telah dapat dilakukanpeserta didik namun lebih kearah apa saja yang perlu ditingkatkan atau dibentukyang merupakan hal khusus dimana peserta didik harus dapat menguasainya. JikaNeed Analysis dipahami dengan tepat, proses ini akan memberikan informasi lengkapdan bermakna mengenai kebutuhan-kebutuhan peserta didik, harapan-harapannyadan keinginan-keinginannya yang berkaitan dengan proses pembelajaran / pendidikanmereka (Casper, 2003 dalam Ampa, 2013). Hasilnya, jika Need Analysis dapatditerapkan sebagai titik awal proses pendidikan, pendidikan akan menjadi bermaknadan peserta didik akan menjadi pribadi yang berkualitas sesuai dengan porsi dankapasitas masing-masing pelajar.

Secara umum, terdapat berbagai bentuk atau model dari Need Analysis yangdiajukan oleh para ahli seperti Munby, Hutchinson dan Waters. Mereka memilikipandangan masing-masing dalam pengajuan model need analisis namun satu hal yangmenjadi fokus dari para pakar tersebut yakni kebutuhan peserta didik yang terkaitdengan individu dan situsi sekelilingnya. Individu merupakan diri peserta didik tersebut(Adhabiyyah et al, 2014). Karakteristik, keinginan, harapan dan kenyamanan pesertadidik merupakan bagian dalam individu. Sementara situasi sekeliling merupakan hal-hal sekitar yang mempengaruhi, mendorong dan menentukan peserta didik dalamproses pembelajaran / pendidikannya. Munby (1978, dalam Adhabiyyah et al, 2014)menyatakan bahwa terdapat metode-metode dalam melaksanakan Need Analysisseperti Target Situation Analysis (TSA)- analisis yang memfokuskan pandanganpada data-data tentang peserta didik- dan Present Situation Analysis (PSA)-analisis yang memfokuskan pandangan pada data-data yang diperoleh dari pesertadidik. Metode-metode tersebut baik untuk digunakan sebagai titik awal merancangsuatu pembelajaran dalam pendidikan peserta didik.

METODE

Artikel ini merupakan hasil studi pustaka yang mengkaji hal-hal terkait dengangagasan-gagasan yang tercermin dalam judul artikel. Hal-hal yang perlu dilakukandalam studi pustaka ini minimal tiga hal antara lain: 1) Memahami konsep filosofimasing-masing gagasan, 2) Membangun makna pertalian antar tiap gagasan yangmemiliki keserupaan dan terbukti dengan keserupaan konsep filosofi antar gagasan,dan 3) Menyajikan konsep gagasan baru kasil dari bangunan makna yang terkaitantara satu dengan lainnya.

Page 91: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 91

‘Need Analysis’ Sebagai Perwujudan Konsep Filosofi ‘Asuh’ Dalam Merancang Pembelajaran Pendidikan... |Mozes Kurniawan

Pemahaman mengenai filosofi Ki Hajar Dewantara diperdalam denganmembaca berbagai sumber yang nantinya jadi rujukan dalam artikel ini maupun yanghanya sebagai pengayaan pemahaman konsep filosofi yang ada. Setelah mendapatkanpemahaman yang utuh dan kuat tentang filosofi ‘Asuh’, kemudian dipelajari konsep‘Need Analysis’ yang bersumber dari kata kunci ‘kebutuhan’ dalam paparan filosofi‘Asuh’ sebelumnya. Konsep ‘Need Analysis’ tersebut dipahami pula secara mendalamsehingga pada tahapan ini didapat dua konsep yang secara matang dipahami.

Dari pemahaman dua konsep tersebut dibangunlah suatu pemahaman bahwaada kaitan antara dua konsep tersebut dalam dunia pendidikan dewasa ini. Paparantersebut diharapkan membukakan paradigma mengenai filosofi yang dapat dibawake pendidikan modern. Paparan mengenai Need Analysis tersebut dilengkapipenjelasan sederhana tentang esensi dari analisa kebutuhan peserta didik dalammempersiapkan pembelajaran. Pada ahirnya didapat suatu gagasan utuh melalui artikelini tentangNeed Analysis sebagai perwujudan konsep filosofi ‘Asuh’ dalam merancangpembelajaran pada pendidikan modern.

PEMBAHASAN

Need Analisis Sebagai Perwujudan Konsep ‘Asuh’ Masa Kini

Pada bagian sebelumnya telah dipahami pengertian, konsep dan pandanganfilosofis Ki Hajar Dewantara dimana salah satunya merupakan konsep filosofi yangdewasa ini sangat dibutuhkan dalam menjalankan pendidikan di Indonesia yaitu konsepfilosofi ‘Asuh’. Konsep tersebut dapat lebih jelas dipahami dengan sebuah analogiatau contoh pembanding mengenai seorang ibu yang mengasuh anaknya. Asuh ataumengasuh bagi seorang ibu tentunya menjadi suatu proses dimana dapat dipastikanbahwa sang ibu memperhatikan anaknya. Memperhatikan disini tidak sebatasmemandang apa yang sedang dilakukan oleh anaknya tetapi memiliki makna jauhlebih dari itu. Sang ibu melakukan tindakan megasuh dengan memperhatikan perilakuanaknya, apa yang menjadi suatu kesulitan atau tantanggan, apa yang dibutuhkananaknya untuk dapat mengatasi tantangan tersebut, apa yang sang ibu perlu lakukanatau berikan supaya anak tersebut dapat keluar dari kesulitan yang dihadapi. Hal-haltersebut dapat disederhanakan dengan memaknai bahwa sang ibu akan memberikansegala hal yang menjadi kebutuhan dari anaknya.

Pendidikan dengan konsep ‘Asuh’ seharusnya juga demikian dimana gurusebagai perancang, pelaksana dan penilai pembelajaran perlu memahami apa yangdibutuhkan peserta didik, apa yang menjadi tantangan-tantangan mereka dalambelajar, apa saja yang perlu guru lakukan atau berikan supaya peserta didik dapat

Page 92: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

92 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

melangsungkan proses pendidikan dengan baik dan segala bentuk tantangan dapatdiatasi dengan cara efektif. Jika pandangan pendidikan diarahkan pada konsep ‘Asuh’tersebut, tentunya akan tercipta generasi-generai yang berkualitas tidak hanya darisegi intelektual saja namun juga berkualitas secara moral dan terampil sesuai denganbidang dan kapasitas mereka masing-masing.

Konsep ‘Asuh’ yang dibawa oleh Ki Hajar Dewantara belum secara optimalditerapkan dalam pendidikan jaman sekarang mengingat terdapat tatangan-tantanganpendidikan seperti yang telah dipaparkan pada bagian awal dimana para pendidik,kini, ‘asik sendiri’ dengan materi-materi yangg disukai, dengan cara-cara mengajaryang mereka nikmati dan dengan bentuk-bentuk penilaian yang mudah bagi mereka.Fenomena ini bukanlah hal yang baru namun hal ini dapat membawa suatu penurunankualitas pendidikan jika tidak diperbaiki.

Konsep ‘Asuh’ ternyata memiliki benang merah dengan suatu pendekatan yangdikenal sebagai Need Analysis. Inti dari konsep filosofi ‘Asuh’ Ki Hajar Dewantarayaitu mengacu pada kebutuhan sebagai titik utama proses asuh tersebut. Sama denganNeed Analysis yang dikenalkan oleh para pakar internasional, dimana fokus daripendekatan tersebut yaitu mengetahui kebutuhan. Keterkaitan ini dapat dimaknaibahwa konsep ‘Asuh’ yang dikenalkan oleh Ki Hajar Dewantara masih dapatdiwujudkan dalam pendidikan modern melalui Need Analysis dalam merancangpembelajaran di lembaga-lembaga pendidikan. Nampak bahwa konsep visionertersebut belum kadaluarsa atau mati ditelan waktu bahkan konsep tersebutberkembang seiring dengan berjalannya waktu.Need Analysis perlu dilakukan untukmengetahui apa dan mengapa sisiwa membutuhan sesuatu dalam pembelajaran,bagaimana cara menyampaikan pembelajaran sehingga diterima baik oleh siswa danpenilaian seperti apa dan kapan yang terbaik dilakukan bagi siswa.

Mengembangkan Pembelajaran Berdasarkan Kebutuhan Peserta Didik

Pembelajaran merupakan titik temu antara siswa dan situasi yang ada disekelilingmereka. Seperti yang ada pada bagian sebelumnya bahwa dalam upaya mengetahuikebutuhan peserta didik tekait pendidikannya, terdapat model-modelNeed Analysisyang diajukan oleh Munby dan berbagai ahli lainnya. Model-model tersebut secaraumum menunjukan bahwa perlu adanya pengetahuan guru mengenai individu (pesertadidik) dan situasi di sekeliling mereka yang dapat dipertimbangkan dalam merancangpembelajaran. Oleh karena itu, pembelajaran perlu dikembangkan sehingga melaluipembelajaran tersebut, tersedia hal-hal yang dapat dipelajari siswa, ditangkap siswasebagai pendalaman pengetahuan dan keterampilan serta aktivitas-aktivitas yang dapatmengirimkan pengetahuan dan keterampilan dari guru ke siswa maupun antar siswa.

Page 93: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 93

‘Need Analysis’ Sebagai Perwujudan Konsep Filosofi ‘Asuh’ Dalam Merancang Pembelajaran Pendidikan... |Mozes Kurniawan

Apabila dalam suatu pembelajaran, komunikasilah yang diperlukan, guru perlumengembangkan kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuankomunikasi. Apabila siswa terlihat bosan dengan materi ajar, disitulah guru perlupeka terhadap situasi dan melakukan kegiatan pembelajaran dengan strategi ynagmenyenangkan. Intinya, bagi guru sebagai perancang pembelajaran, mereka perlumengetahui kebutuhan siswa dan untuk menyediakan input pembelajaran, merekaperlu memperhatikan nilai-nilai tertentu yang dapat membuat siswa belajar secaraefektif sesuai dengan apa yang diinginkan, diperlukan dan disukai secara terpadu.

Berikut dipaparkan satu contoh need analysis yang dapat dijadikan sebagaimodel bagi pengajar dalam membangun materi / bahan ajar. Subyek yang digunaanyakni Pembelajaran Bahasa Inggris bagi mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini(PAUD). Merujuk pada analisa kebutuhan oleh Allwright (1982, dalam Adhabiyyahet al, 2014) bahwa salah satu bentuk analisa kebutuhan yakni Strategy Analysis.Strategy Analysis terbagi menjadi tiga sub bagian. Pertama,Needs (kebutuhan) yangdipandang dari segi keterampilan siswa dimana hal tersebut dianggap penting untukditingkatkan. Ini merupakan sudut pandang dan pendapat siswa yang bersangkutan.Kedua, Wants (keinginan) dari pihak lain yang dipandang sebagai suatu kebutuhanbagi siswa untuk dapat dikuasai/dipelajari. Pandangan ini datang dari luar diri siswaseperti orang tua, guru, pendamping dan pihak-pihak terkait lainnya. Ketiga, Lacks(kekurangan) dari siswa yang merupakan perbedaan antara kemampuan terkini dengankemampuan yang diharapkan.

Ketiga bagian tersebut dijadikan dasar untuk mengetahui apa yang menjadikebutuhan siswa. Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris mahasiswa PAUD,dilakukanlah tahapNeeds melalui pencarian data deskripsi mata kulian yang bersumberdari hasil aspirasi pendapat pengajar Bahasa Inggris, mahasiswa dan pihak lain yangmenyumbangkan gagasan akan kebutuhan keterampilan terkait dengan PembelajaranBahasa Inggris bagi calon guru PAUD. Tahap Wants juga diperoleh dari aspirasimahasiswa saat proses pembelajaran. Sedangkan Lacks didapat ketika pengajarmelihat adanya kesenjangan antara kebutuhan yang terjabar dalam tujuan pembelajarandengan hasil capaian terkini. Dari hasil analisa tersebut, dibangunlah bahan ajar lengkapdengan strategi pengajarannya bagi mahasiswa PAUD di kelas Pembelajaran BahasaInggris.

KESIMPULAN

Dari latar belakang hingga pembahasan yang ada, didapati suatu kesimpulanbahwa konsep filosofi ‘Asuh’ Ki Hajar Dewantara masih dapat diterapkan dalam

Page 94: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

94 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

pendidikan modern melalui Need Analysis. Intisari dari konsep ‘Asuh’ yangmerupakan kebutuhan serupa dengan gagasan pokok dari Need Analysis yang jugamerujuk pada kebutuhan. Keserupaan tersebut yang menjadi penghubung antarakonsep filosofi ‘kuno’ yang masih dapat diwujudkan dalam merancang pembelajaranpada pendidikan jaman sekarang. Contoh analisa kebutuhan yang telah dilakukanjuga dapat memberikan inspirasi bagi para pengajar untuk menerapkannya dalampersiapan pembelajaran. Diharapkan melalui pemahaman akan konsep ini, para gurudi masa depan mulai menerapkan prinsip kebutuhan ini sebagai pengawal prosespendidikan sehingga tujuan pendidikan nasional ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’benar-benar terwujud dalam segala aspek pendidikan (intelektual, moral danketerampilan) di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Adhabiyyah, et al. 2014. Needs Analysis and Material Development In English ForSpecific Purposes In Relation To English For Islamic Studies. E-proceedingsof the Conference on Management and Muamalah (CoMM 2014)Malaysia.

Ampa, et al. 2013. The Students’ Needs in Developing Learning Materials forSpeaking Skills in Indonesia. Journal of Education and Practice Vol.4,No.17, 2013.

Julia. 2016. Membangun Kultur Silih Asih, Silih Asah, dan Silih Asuh MelaluiPendidikan Seni. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Maulida. 2013. Ajaran Ki Hajar Dewantara. Yogyakarta: Universitas SarjanaWiyata Taman Siswa.

Samho & Yasunari. 2010. Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara danTantangan-tantangan Implementasinya di Indonesia Dewasa Ini. Bandung:Universitas Katolik Parahyangan.

Suparlan. 2014. Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Sumbangannya BagiPendidikan Indonesia. Jurnal Filsafat Vol. 25, Nomor 1, April 2014.

***

Page 95: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 95

Model Penataan PAUD Berbasis Asah, Asih, Asuh Untuk Pembentukan Karakter Bagi Generasi Z| Lanny Wijayaningsih

MODEL PENATAAN PAUD BERBASIS ASAH, ASIH, ASUHUNTUK PEMBENTUKAN KARAKTER BAGI GENERASI Z

Lanny Wijayaningsihlanny.wijayaningsih @staff.uksw.edu

PG PAUD, FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan sistem asah, asih, asuhdari Ajaran Ki Hadjar Dewantara sebagai upaya untuk pembentukan karakter padagenerasi Z. Kemajuan teknologi selain manfaat yang positif tetapi juga menimbulkandampak pada perilaku serta perubahan karakter pada generasi Z saat ini.Permasalahan yang muncul pada anak usia dini terlihat pada karakter anak yangcenderung egois, kurang dapat bekerjasama, lemahnya pola komunikasi secaraverbal, tidak menghargai proses, serta emosional intelligencenya rendah. Hal inilahyang menjadi keprihatinan karena merekalah yang menjadi generasi penerus bangsaIndonesia. Untuk itulah perlu dilakukan suatu model penataan PAUD berbasisasah, asih dan asuh. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pembentukan karakteraspek kasih sayang, kepedulian lingkungan, kerjasama menunjukkan adanyapeningkatan ke arah yang diharapkan, lebih dari 50% dari jumlah 25 anak mampumelakukan ketiga aspek dan pembentukan karakter. Pada penelitian ini menunjukkanaspek kasih sayang mencapai 80%, aspek kerja sama mencapai 60% sedangkanaspek kepedulian lingkungan mencapai 72%. Sehingga melalui model PAUDberbasis asah, asih, asuh mampu meningkatkan pembentukan karakter pada anakgenerasi Z. Saat ini yang oleh Ki Hadjar Dewantara dikatakan pendidikanseharusnya membentuk manusia merdeka yang berkembang secara utuh danselaras dari segala aspek kemanusiaannya melalui educate the head, the heartand the hand.

Kata kunci: PAUD berbasis asah, asih, asih, pembentukan karakter, generasi Z

PENDAHULUAN

“Bangkitnya generasi Emas Indonesia” merupakan tema peringatan hariPendidikan Nasional yang dicanangkan oleh Mendikbud, M. Nuh pada 2 Mei 2012sebagai upaya untuk menyiapkan kado ulang tahun emas seratus tahun Indonesiamerdeka. Hal yang mendasarinya adalah terjadinya demografi bonus (demografideviden) yaitu keadaan jumlah usia muda atau produktif lebih banyak daripada usiatua, yang menurut data statistik tahun 2012, APK anak 0-9 tahun berjumlah 45 juta,sedangkan anak usia 10-19 tahun berjumlah 43 juta. Hal ini menunjukkan bahwapada tahun 2045 nanti anak-anak tersebut merupakan aset berharga bagi bangsaIndonesia untuk menjadi generasi penerus yang akan bersaing di era MEA dan AFTA.

Page 96: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

96 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

Untuk itulah banyak upaya yang mulai dilakukan untuk mempersiapkannyadengan berbagai pembenahan pendidikan, khususnya pada pendidikan anak usiadini yang harus diprioritaskan mutu dan kualitasnya sebagai investasi masa depanbangsa. Hal ini sangat mendesak untuk dilakukannya suatu tindakan penyempurnaandan penataan bidang pendidikan dan pengajarannya perlu disesuaikan denganperkembangan dan kemajuan teknologi. Sekarang ini, anak-anak yang lahir mulaitahun 2000 di juluki sebagai generasi Z yaitu merupakan generasi digital yang mahirdan sangat kecanduan akan teknologi informasi dengan berbagai aplikasi komputer.Bahkan telah mempunyai ketertarikan pada perangkat gadget disaat usia merekamasih sangat muda. Disamping dampak positifnya, ketergantungan berlebihanterhadap peralatan canggih secara otomatis juga akan membawa dampak negatifbagi perkembangan dan kehidupan mereka, antara lain: sebagai generasi yangmenginginkan serba instan, serba mudah, tidak sabaran, kurang suka berkomunikasisecara verbal, cenderung bersikap egosentris dan individualis, tidak menghargai prosesdan kecenderungan emosional intelligencenya rendah meskipun kecerdasanintelektualnya berkembang lebih baik.

Hal inilah yang menjadi persoalan bangsa Indonesia nantinya untuk membenahimodel penataan pendidikan, khususnya pendidikan anak usia dini sebagai upayauntuk menyesuaikan dengan karakteristik generasi Z.

Bertumbuhnya pendirian PAUD yang semakin menjamur saat ini, merupakanhal yang sangat menggembirakan sebagai upaya untuk ikut memfasilitasi danmempersiapkan generasi emas penerus bangsa Indonesia namun disisi lain semakinbanyak bermunculan program layanan PAUD yang ditawarkan saat ini cenderunglebih banyak yang hanya diarahkan untuk mementingkan keinginan dan gengsi orangtua saja. Hal ini hanya bertujuan untuk menarik dan mendapatkan jumlah siswa yangbanyak. Maraknya program layanan PAUD yang berlabel bilingual dan mengadopsibahkan menerapkan penggunaan kurikulum luar negeri secara mutlak merupakantren yang terjadi saat ini. Hal ini sangatlah bertentangan dengan karakter budayabangsa Indonesia. Selain itu banyak penyelenggara pendidikan anak usia dini yanglebih menitikberatkan pada pembelajaran yang mementingkan kemampuanakademiknya dan mengabaikan aspek-aspek lain sehingga mengesampingkankebutuhkan anak usia dini untuk mengembangkan seluruh aspek potensinya.

PAUD sebagai lembaga yang memiliki posisi strategis dalam pembentukankarakter bangsa, terlebih di lemabga inilah para anak dari berbagai latar belakangsosial, budaya, ekonomi berkumpul. Untuk itulah program layanannya harusdiupayakan agar dapat menginternalisasi nilai-nilai kearifan budaya dapat ditumbuhkembangkan dengan menyeleraskan serta disesuaikan dengan tahap perkembangan

Page 97: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 97

Model Penataan PAUD Berbasis Asah, Asih, Asuh Untuk Pembentukan Karakter Bagi Generasi Z| Lanny Wijayaningsih

dan potensi anak melalui cara-cara bermain sehingga tidak merampas hak anak untukbermain sambil belajar. Saat ini permasalahan yang muncul pada anak usia dini, terlihatpada karakter anak yang cenderung egois, kurang dapat bekerjasama karena bersifatindividualis serta kurang peduli dan empati. Anak usia dini menggunakan gadgetsepanjang hari sehingga akan mengurangi kesempatan berinteraksi dengan oranglain, hal ini akan berakibat kurang mampu bertolerani dan lemahnya pola komunikasi.Selain itu kepedulian anak pada apresiasi kekayaan dan kearifan budaya lokal semakinmenurun, hal ini terlihat dari semakin kuatnya pengaruh budaya asing yang merasukikehidupan anak sebagai life style, meningkatnya kekerasan yang dilakukan antaranak sebagai bullying menjadi keprihatinan dunia pendidikan saat ini.

Untuk itulah perlu dirancang suatu model penataan PAUD yang berbasis asah,asih, asuh untuk pembentukan karakter bagi generasi Z. Sistem among: asah, asih,asuh merupakan ajaran dari Ki Hadjar Dewantara yang merupakan pilar pembentukankarakter anak usia dini.

Sistem among: mencakup 3 aspek yaitu: asah, asih dan asuh serta dilandaskanpada 2 tuntunan yaitu: “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa danTut Wuri Handayani”. Tujuan dari sistem among adalah membangun anak didik untukmenjadi manusia beriman dan bertaqwa, merdeka lahir dan batin, berbudi pekertiluhur, cerdas dan berketrampilan. Melalui model PAUD berbasis among: asah, asih,asuh diharapkan dapat membentuk karakter bagi generasi Z yang berkualitas danberkepribadian kuat.

Rumusan Permasalahan

Apakah model PAUD berbasis asah, asih, asuh mampu membentuk karakteryang positif bagi generasi Z.

Manfaat Penelitian

Melalui model penataan PAUD berbasis asah, asih, asuh dapat memberikansolusi permasalahan pada pembentukan karakter bagi generasi Z.

KAJIAN PUSTAKA

Ki Hadjar Dewantara (1977, 13-14) tentang dasar pendidikan anak usia dinimeyakini bahwa taman kanak-kanak sangatlah penting untuk mengoptimalkan prosestumbuh kembang anak. Praktek pendidikan Taman Siswa yang merupakan cikaldasar pendidikan Indonesia menggunakan latihan dan permainan dalam pembelajaranpanca indera untuk kanak-kanak. Hal tersebut dikarenakan pelajaran panca indera

Page 98: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

98 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

dan permainan kanak-kanak tidak bisa terpisahkan. Dalam pelaksanaan pendidikananak usia dini, Ki Hadjar Dewantara memasukkan unsur-unsur kebudayaan dalampermainan anak-anak serta nyanyian. Oleh karena itu bentuk permainan di TamanKanak-Kanak dapat berupa permainan dengan nyanyian atau permainan dengangerak dan lagu. Permainan anak selalu mengandung nilai-nilai karakter sertamempunyai makna bagi perkembangan fisik dan psikologisnya. Melalui bermainmereka akan berkembang sesuai dengan kodrat anak. “Permainan adalah kesenianyang sesungguhnya amat sederhana bentuk dan isisnya namun memenuhi syarat-s y a r a t e t h i s d a n a e s t h e t i s , d e n g a n s e m b o y a n : “ dari natur ke arah kultur” (Ki HadjarDewantara: Mochammad Tauchul 2004: 20-21)

Di Sekolah Taman Indria yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara, pendidikanberdasarkan pada sistem among yang mencakup aspek asah, asih, asuh (care anddedication based on love) sistem among digunakan dalam melayani siswa, gurumemberikan kebebasan dan kemerdekaan kepada siswa supaya tumbuh danberkembang sesuai kodratnya. Aspek asah berfokus pada ilmu pengetahuan danwawasan intelektual, serta lebih menekankan pada pemikiran peserta didik dalampemecahan masalah yang dihadapi termasuk kreativitas dan kemandirian. Sedangkanasih mengacu pada proses pembelajaran yang didasarkan pada unsur kasih sayang,simpati dan empati pendidik terhadap siswa. Aspek asuh berhuhubungan denganunsur pembinaan dan pembimbingan, dalam pembimbingan diperlukan ketelatenan,kesabaran serta memperhatikan perbedaan individual (Ki Hadjar Dewantara; Br.TheoS.2004:38).

Di dalam sistem among terdapat 3 tuntunan yang dijadikan landasan dalampendidikan yaitu: “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, danTut Wuri Handayani”. Seorang pamong atau guru saat di depan memberikan contoh,dan saat di tengah memberikan dorongan dan di belakang mengawasi sertamengarahkan siswanya (Ki Hadjar Dewantara 1882: 63)

Tujuan dari sistem among: asah, asih, asuh adalah membangun anak didikuntuk menjadi manusia beriman dan bertaqwa, merdeka lahir dan batin, budi pekertiluhur, cerdas dan berketrampilan, serta sehat jasmani dan rohani agar menjadi anggotamasyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab (Ki Hadjar Dewantara 1962; 86).Setelah anak didik menguasai ilmu; mereka didorong untuk mampu memanfaatkannyadalam masyarakat yang didorong oleh cipta, rasa dan karsa. Ki Hadjar Dewantarajuga mempunyai konsep tentang “Tri Pusat Pendidikan” yaitu suatu upaya pendidikanyang meliputi: lingkungan keluarga, perguruan dan masyarakat. Pengertian sistemamong adalah cara pendidikan yang dipakai dalam sistem pendidikan Taman Siswa,

Page 99: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 99

Model Penataan PAUD Berbasis Asah, Asih, Asuh Untuk Pembentukan Karakter Bagi Generasi Z| Lanny Wijayaningsih

dengan maksud untuk mewajibkan pada guru supaya mementingkan kodrat anak,dengan tidak melupakan segala keadaan yang mengelilinginya. Oleh karena itu alat“perintah” paksaan dengan hukuman yang biasa dipakai dalam pendidikan dahuluharus diganti dengan aturan-aturan memberi tuntunan dan menyokong pada anakdidalam mereka bertumbuh dan berkembang (Ki Supriyoko: 2004: 18).

Perintah dan paksaan hanya boleh dilakukan jika anak-anak tidak lagimengindahkan dan melenceng dari pedoman pendidikan (Ki Hadjar Dewantara1997:27). Cara-cara model asah, asih, asuh dibakukan melalui: 1) memberi contoh,2) pembiasaan 3) pembelajaran 4) perintah 5) melakukan 6) pengalaman (JurnalKependudukan 2009, Volume 39, No. 2)

Dalam pelaksanaan sistem among tetap memerlukan adanya pengawasan.Pengawasan utama dan kontrol dilakukan dari struktur yang ada diatasnya terhadapstruktur yang ada dibawahnya, dengan tujuan agar sistem among dapat terlaksanadengan baik sehingga kehidupan di lingkungan sekolah dapat berjalan dengan harmonisdan bersifat kekeluargaan (H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho, 2008: 214)

Ki Hadjar Dewantara menyatakan pentingnya teori keseimbangan dalammemberi bekal kepada anak didik yaitu keseimbangan antara bekal ketrampilanhidup atau kemampuan (ability) di satu sisi dengan bekal sikap hidup atau personalitas(personality) disisi lain anak harus diupayakan menjadi anak yang cerdas dan terampilsekaligus berbudi pekerti luhur dan berkarakter kuat yang diistilahkan dalam bahasaJawa menjadikan anak Indonesia yang “pinter, bener lan pener” (Ki Supriyoko;2004: 5)

Metode pembelajaran harus dilakukan secara tepat sesuai dengan ketersediaansarana dan prasarana pendidikan serta tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan danteknologi ada materi pendidikan yang harus disampaikan dengan metode konvensionaltetapi ada materi pendidikan tertentu yang menuntut disampaikan dengan metodemodern seperti teleconference, internet browsing. (Ki Suproyojo, 2004:105).

Ki Hadjar Dewantara menyatakan anak didik harus dibiasakan untuk menjalani“trina” yang terdiri dari: niteni, nirokake, lan nambahi. Pola pendidikan yangdimaksud adalah mengamati dan menyimak kemudian siswa dapat menirukan dansetelah itu dapat mengembangkan pengetahuan yang didapat melalui pendidikan.

Pendidikan Anak Usia Dini

Ratna Megawangi (2004) mengemukakan ada sembilan pilar karakter yangselayaknya diajarkan kepada anak usia dini yang meliputi: 1) cinta Tuhan dengansegala ciptaanNya, 2) kemandirian dan tanggung jawab, 3) kejujuran, bijaksana, 4)

Page 100: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

100 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

hormat dan santun, 5) dermawan, suka menolong, gotong royong, 6) percaya diri,kreatif dan pekerja keras, 7) kepemimpinan dan keadilan, 8) baik dan rendah hati,9) toleransi, kedamaian dan kesatuan. (Beranda: edisi 24 Nov ‘2013)

Pendidikan karakter adalah suatu proses, pendekatan yang digunakan secarakomprehensif dan dilakukan secara kondusif untuk memunculkan penampilanseseorang dengan ciri-ciri personal, dalam Webster’s Dictionary, pengertian katakarakter berarti “the aggregate feature and traits that form the apparent individualnature of same person or thing; moral or ethical quality; qualities of honesty,courage, integrity, good reputation, an account of the caulities or peculiarities ofperson or thing”. Karakter merupakan totalitas dari ciri pribadi yang membentukpenampilan seseorang atau obyek tertentu. Ciri-ciri personal yang memiliki karakterterdiri dari kualitas moral dan etis, kualitas kejujuran, keberanian, integritas, reputasiyang baik, merupakan sebuah kualitas yang melekat pada kekhasan personal individu.Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karenabukan hanya sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, tetapilebih dari itu karena pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal yangbaik sehingga anak menjadi mengerti makna tentang mana yang benar dan yangsalah serta mampu merasakan nilai yang baik dan mau serta mampu melaksanakannya(Suryanto, 2009)

Langkah-Langkah Pembentukan Karakter Pada Anak Usia Dini

PAUD merupakan lembaga pendidikan yang fundamental dalam kehidupananak dari pendidikan itu akan sangat menentukan keberlangsungan kehidupan anakdan suatu bangsa. Tiga puluh tahun kedepan bangsa Indonesia akan sangat tergantungpada anak usia dini yang pada saat ini masih berada di pendidikan anak usia dini.Merekalah yang nantinya akan berperan untuk memimpin bangsa Indonesia sebagaigenerasi Z. Oleh karena itulah pembentukan karakter anak usia dini harus dilakukanmelalui kegiatan rutin, kegiatan terprogram, kegiatan spontan dan keteladanan yangsecara terus menerus diupayakan sehingga membentuk suatu perilaku yang teratur,disiplin dan baku terstandar artiya pola perilaku tersebut dapat dikembangkan melaluipenjadwalan secara terus menerus hingga perilaku yang diharapkan melekat padadiri anak secara kuat dan menjadi bagian perilaku positif yang dimilikinya. Diharapkankegiatan yang dilakukan secara rutin akan menjadi kegiatan pembiasaan pada programpembelajaran di PAUD. (Slamet Suryanto; 2005). Pendidikan karakter memerlukanketerlibatan semua aspek kehidupan manusia, guru harus bersinergi dengan orangtuaanak didik untuk mewujudkan kehidupan karakter yang baik dengan menggunakan

Page 101: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 101

Model Penataan PAUD Berbasis Asah, Asih, Asuh Untuk Pembentukan Karakter Bagi Generasi Z| Lanny Wijayaningsih

konsep “Gold three angle” yaitu kerja sama antara Perguruan Tinggi, pemerintahdan penyandang dana. Melalui Research and Development dari Perguruan Tinggidalam bidang pendidikan karakter yang telah diuji cobakan dan berhasil, makaPemerintah melalui Mendikbud memberi “Good Will” kemudahan melalui peraturanPemerintah dalam mensosialisasikan nilai-nilai karakter, sedangkan penyandang danaatau “grand” untuk mendanai riset dan sosialisasinya (Hendrowibowo, I; 2007).Dengan adanya nilai-nilai karakter yang sudah ditanamkan sejak usia dini dapatmengatasi problem permasalahan yang mulai terjadi pada generasi Z saat ini, untukmereduksi dan memperbaiki nilai-nilai karakter yang jauh dari kepribadian sebagaianak bangsa Indonesia yang memiliki kearifan lokal budaya Indonesia.

Demografi Generasi Z

Menurut Taspcott (2008) generasi Z adalah golongan dilahirkan mulai eratahun 2000, mereka adalah generasi teknologi yang sejak dini telah akrab denganmedia gadget bahkan saat sebelum mereka masih belum bisa bicara. Generasi Zdibesarkan dan dididik pada lingkungan yang menggunakan kecanggihan teknologiuntuk mempermudah seseorang dalam berbagai aktivitasnya, dalam berkomunikasidapat dilakukan melalui SMS, Whats-App, Line, Skype serta mereka dapatberinteraksi lewat internet tanpa kehadiran secara fisik. Selain itu mereka juga disebutsebagai “The Silent Generation” karena mereka bukanlah pendengar yang baik,keadaanlah yang menyebabkan kemampuan interpersonal mereka tidak berkembangsecara optimal. Hal inilah yang membentuk generasi Z mempunyai sifat individualistikyang lebih kuat sehingga kepekaan dan kepedulian kepada orang lain sangat lemah.Permasalahan lain yang akan muncul saat mereka memasuki dunia kerja, merekacenderung kurang dapat bekerja sama karena sifat egoisme yang lebih dominan. Halinilah yang menjadi keprihatinan pada generasi Z sangatlah penting dan mendesakuntuk dilakukan penanaman nilai-nilai karakter yang dilandaskan pada Sembilan Pilarkarakter pada pendidikan anak usia dini. (Megawangi, 2004) melalui model PAUDberbasis Among: asah, asih, asuh yang menjadi ajaran dari Ki Hadjar Dewantaradiharapkan dapat dijadikan solusi dari permasalahan pada generasi Z dalampembentukan karakter sejak usia dini dengan menumbuhkan aspek kasih sayang,kepedulian dan kerjasama.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan dikualitatifkan denganbentuk deskripsi pada pembahasan hasil penelitiannya. Subyek dari penelitian ini di

Page 102: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

102 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

TK Pembina I Salatiga dengan jumlah siswa 25 anak, yang terdiri dari 13 anak laki-laki dan 12 anak perempuan. Dalam penelitian ini aspek-aspek karakter diambil dari9 Pilar Karakter yang difokuskan pada aspek: kasih sayang, kepekaan dankerjasama. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi partisipasi untukmengidentifikasikan permasalahan tentang pembentukan karakter siswa di sekolahdan 3 aspek karakter: kasih sayang, kepedulian lingkungan, kerjasama di jabarkandalam 6 indikator yang dikategorikan dalam 3 skala penilaian dengan rentang nilai0-2.

PEMBAHASAN

Model PAUD among dengan unsur asah, asih, asuh yang inti dari pendidikannyamengasah wawasan anak dengan dilandasi unsur kasih sayang serta pembinaan danpembimbingannya pada anak usia dini. Dari hasil data yang diperoleh menunjukkanbahwa aspek kasih sayang dengan indikator anak mampu berbagi dan mau membantukesulitan teman terdapat 20 anak yang selalu muncul aspek tersebut denganpersentase 80%, sedangkan aspek kepedulian lingkungan dengan indikator anakmampu menjaga keberhasilan kelas dan mampu merawat tanaman di sekitar sekolahterdapat 18 anak yang selalu muncul aspek tersebut dengan persentase 72% danpada aspek kerjasama dengan indikator anak mampu mengerjakan tugas bersamateman dan mampu memberikan dukungan kepada teman yang sedang bekerja terdapat15 anak yang selalu muncul aspek tersebut dengan persentase 60%. Hal ini dapatdiindikasikan sementara bahwa aspek kasih sayang dapat menunjukkan hal yangdapat dilakukan oleh anak dengan lebih mudah dibanding aspek kepedulian danaspek kerja sama, namun aspek kerja sama menunjukkan bahwa anak-anak masihbelum mampu sepenuhnya untuk bekerja sama dengan temannya, hal ini masihdipengaruhi oleh faktor-faktor individualisme dan egoisme anak usia dini yang masihdalam tahap perkembangannya.

KESIMPULAN & PENUTUP

Konsep pendidikan yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara melalui among: asah,asih, asuh masuh relevan dan memberikan dampak positif bagi pembentukan karakterbagi anak usia dini yang saat ini disebut sebagai generasi Z. Melalui unsur asah yanglebih menitik beratkan pada pemikiran anak dalam memecahkan masalah merupakanhal yang perlu dijabarkan dalam program kegiatan secara terus menerus melaluipembiasaan pemberian project based learning sehingga anak mengalami tantanganuntuk melakukan dan mengembangkan kemampuannya. Sedangkan unsur asih

Page 103: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

| 103

Model Penataan PAUD Berbasis Asah, Asih, Asuh Untuk Pembentukan Karakter Bagi Generasi Z| Lanny Wijayaningsih

mengacu pada proses pembelajarannya hendaknya didasarkan pada unsur kasihsayang, simpati dan empati terhadap anak, sehingga anak akan merasakan dan merasadihargai keberadaannya secara individu dengan segala kelebihan dan kelemahannya.

Unsur asuh merupakan proses pembimbingan dan pembinaan kepada anakyang memerlukan ketelatenan, kesabaran, serta lebih memperhatikan perbedaanindividual sebagai faktor keunikan pribadi anak masing-masing.

Dalam melayani anak, guru diharapkan memberikan kebebasan kepada anakuntuk tumbuh dan berkembang sesuai kodratnya, juga tidak hanya memberikan ilmutetapi juga menanamkan sikap, norma, etika dan perilaku yang positif khususnyabagi anak usia dini agar terbentuk suatu karakter yang positif pula. Pendidikan anakusia dini berkontribusi besar untuk membina generasi Z saat ini agar dapat bertumbuhdan berkembang sesuai kodratnya tanpa kehilangan jatidirinya sebagai generasipenerus bangsa Indonesia yang berkarakter kuat dan berkepribadian Indonesia tetapiberwawasan internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Dewantara, Ki Hadjar. 1962. Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian Pertama:Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Mochammad Tauchid. 2004. Perjuangan dan Ajaran Hidup Ki HadjarDewantara. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Saniko, Bartholomeus. 2013. Visi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Tantangandan Relevansinya. Yogyakarta: Kanisius.

H.A.R. Tilaar & Riant Nugroho. 2008. Kebijakan Pendidikan, Pengantar untukMemahami Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gatot Laksono. 2002. Pendidikan yang Memerdekakan Siswa. Yogyakarta: R.B.Yabinkas.

Suratman, Ki. 1992. Dasar-Dasar Konsepsi Ajaran Ki Hadjar Dewantara dalamPendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:Majelis Luhur Persatuan Indonesia.

Supriyanto A. 2008. Sistem Among sebagai “Niche” Pendidikan. Kompas 2April 2008.

Fatah Arifudin. 2013. Konsep Pendidikan yang Memerdekan Siswa Menurut KiHadjar Dewantara, Yogyakarta.

Page 104: argumen adalah bahwa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia

104 |

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, Salatiga 24 Mei 2016

Moesman Wiryosentono. 1989. Ki Hadjar Dewantara dalam Pandangan ParaCantrik dan Mentriknya. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Suyanto. 2009. Urgensi Pendidikan Karakter, http//wwww.mendepdiknas.go.id/web/pages/urgensi:html.

Suyanto, Slamet. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:Depdikbud Dirjen Dikti. Direktorat Pembinaan Tenaga Pendidikan danPerguruan Tinggi.

Hendrowibo, I. 2007. Pendidikan Moral. Majalah Dinamika FIP.

Taspcott, Don. 2008. Grown up digital the Net Generation is Changing YourWolrd. Mc Graw Hill.

Megawangi, Ratna. 2004. 9 Pilar Karakter, Indonesia Heritage Foundation

A. Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak diZaman Global. Jakarta Grasindo.

***