“representasi pelanggaran ham di indonesia...

108
“REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA DALAM PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI” (Analisis Semiotik Sosial Program Melawan Lupa di Metro TV) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh Ririn Sefrina NIM: 1110051100091 KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014

Upload: doanminh

Post on 06-Mar-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

“REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA

DALAM PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI”

(Analisis Semiotik Sosial Program Melawan Lupa di Metro TV)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Ririn Sefrina

NIM: 1110051100091

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014

Page 2: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi
Page 3: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi
Page 4: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 29 Oktober 2014

Ririn Sefrina

Page 5: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

i

ABSTRAK

Ririn Sefrina (1110051100091)

“Representasi Pelanggaran HAM di Indonesia dalam Program Dokumenter

Televisi (Analisis Semiotik Sosial Program Melawan Lupa di Metro TV)”

Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki setiap orang sejak ia

dilahirkan. Sejak Indonesia merdeka hingga saat ini, kasus pelanggaran HAM

masih saja terjadi. Tak pelak Indonesia pernah didesak dunia internasional karena

diduga melakukan pembiaran terhadap tragedi Santa Cruz yang memakan banyak

korban dan menjadi latar belakang berdirinya Komisi Nasional Hak Asasi

Manusia (KOMNAS HAM) sebagai tumpuan bagi para korban HAM dalam

menyelesaikan kasus pelanggaran HAM.

Maria Katarina Sumarsih salah satu ibunda dari korban pelanggaran

HAM yang menjadi koodinator aksi kamisan. Dari aksi kamisan ini, Maria

bersama para korban dan keluarga korban pelanggaran HAM menuntut

pemerintah untuk segera menuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM berat yang

terjadi pada masa lampau hingga saat ini. Realita ini yang dibahas dalam program

dokumenter Melawan Lupa di Metro TV episode “Di Bawah Payung Hitam”.

untuk mengetahui representasi dari program ini, maka lebih tepat menggunakan

pendekatan model semiotika sosial oleh M.A.K Halliday.

Dari penelitian ini ingin mengetahui bagaimana medan wacana, pelibat

wacana dan sarana wacana yang merepresentasikan seperti apa pelanggaran Hak

Asasi Manusia pada episode “Di Bawah Payung Hitam”. Melalui observasi video

ditunjang dokumen naskah yang relevan akhirnya realitas dari representasi

pelanggaran HAM dapat ditemukan.

Hasil penelitian menunjukkan kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi

Manusia di Indonesia digambarkan oleh Melawan Lupa melalui video-video aksi

unjuk rasa menuntut keadilan atas pelanggaran HAM dari aksi kamisan, unjuk

rasa penyelesaian kasus pembunuhan Munir, dan video tragedi kerusuhan ’98 dan

tragedi Santa Cruz yang menjadi acuan bukti dari gambaran kekerasan yang

menjadi penyebab terjadinya pelanggaran HAM. Selain itu visualisasi dari gambar

representasi juga menggunakan gambar karikatur dan artikel tulisan pada koran

yang di capture dan menjadi alat representasi bukti yang berhubungan dengan isu

HAM.

Medan wacana yang merujuk pada apa yang terjadi lebih menonjol pada

aksi kamisan yang menggambarkan perjuangan langkah advokasi meneggakkan

HAM. Narasumber dalam hal ini berperan sebagai pelibat wacana pada teks narasi

berfungsi menjelaskan lebih detail apa yang ingin disampaikan oleh media Metro

TV mendukung gambaran pelanggaran HAM yang terjadi. Sarana wacana yaitu

gaya bahasa yang digunakan oleh Metro TV lebih menitik beratkan pada gaya

bahasa deskriptif sebagai gambaran dari medan wacana/ apa yang terjadi pada

gambar. Sedangkan kalimat yang mengandung gaya bahasa hiperbola mendukung

ideologi dari Melawan Lupa menekankan pada urgensi dan pentingnya

penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Indonesia.

Page 6: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas

rahmat dan petunjukNya skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam

senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga

dan sahabatnya.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai

gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) program Strata 1 Konsentrasi

Jurnalistik jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tentunya dalam proses penulisan skripsi ini peneliti juga membutuhkan

bantuan orang lain untuk itu, izinkanlah saya memberi ucapan terima kasih

kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Arief Subhan,

M.Ag dan Wakil Dekan I bidang Akademik Bapak Dr. Suparto, M.Ed, M.A,

Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak Drs. Jumroni, M.Si, Wakil

Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Bapak Dr. H. Sunandar Ibnu Nur, M.Ag.

2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Bapak Kholis Ridho, M.Si dan Sekretaris

Konsentrasi Jurnalistik, Ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A yang telah

membantu mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bapak Rachmat Baihaky,

M.A dan Sekretaris Jurusan KPI Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si yang memberi

support dan dukungan kepada saya.

Page 7: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

iii

4. Dosen Pembimbing Skripsi Bapak Dr. Tantan Hermansah, M.Si yang telah

membimbing, mengarahkan, dan memberi semangat.

5. Mas Aji Baskoro yang pada tahun lalu masih menjadi reporter Melawan Lupa

dan ternyata mulai Januari tahun 2014 beralih profesi menjadi tim running text

Metro TV dan kepada Bapak Sulardi selaku produser program dokumenter

Melawan Lupa, terima kasih banyak penulis ucapkan karena ditengah

kesibukan mereka masih menyempatkan untuk membantu peneliti mengenai

konten dari program ini.

6. Kedua orang tua saya, Alm. Papa Amrin bin Djamarin Pakih terima kasih

sudah mengajarkan peneliti menjadi anak yang kuat dan pantang menyerah.

Mamaku yang cantik Sofiatun, terima kasih untuk kesabarannya dan selalu

mengingatkan saat waktu makan telah tiba.

7. Nenekku mbah Umi yang ternyata juga perhatian pada penelitian saya. Om dan

tante favorit Muhammad Nafi dan Wita Rachmawati.

8. Kedua kakakku Eva Deli Sovia dan Nirmala Sari yang telah memberikan

banyak nasehat dan berbagi pengalaman demi masa depan peneliti. Adikku

Rizki Puput Fathonah yang menghibur di kala jenuh melanda.

9. Kedua kakak iparku Mas Riyadi Mahawira dan Kak Gunawan yang juga

memberi beberapa bantuan dan support ketika sedang dalam proses penulisan

skripsi ini.

10. Sahabat seperjuangan Rosalia Nilam, Devi Suhailiah, Megawati Agustini, Fitri

Aningsih, Arsitta Aghniya Mursalati, Nisa Chaerani Hisan dan Irma Voni

Terima kasih untuk kalian yang selalu saling support, setia mendengarkan

Page 8: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

iv

cerita suka duka dan menjadi sahabat akrab peneliti selama empat tahun

terakhir.

11. Teman seperjuangan di kelas Jurnalistik C UIN Syarif Hidayatullah Kaka

Silmy Kaafah, Annisa Putri, Widya Mardhotillah, Siti Ufi Nurluthfiah, Meylisa

Agustina, Regita Rafinna, Isye Naysila, Ernawati Kurniawan, Nandri

Prilatama, Andy Syaiful Fahmi, Ali Rahman Mutajali, Achmad Fauzi, Aji

Sasongko, Ambar Putra, Kenwal Lamanda, Fachri Hermansyah, Adriansyah

Pratama dan lainnya.

12. Teman-teman Jurnalistik A dan B UIN Syarif Hidayatullah Angkatan 2010

yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

13. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) kelompok Seruling, Abang Riyan,

Ujang, Rian Zani, Ivan, Rifki, Faisal, Fikki, Hafids, Aini, Ines, Putri, Dias,

Dinar, Fani, Ocha.

14. Sahabat SMA Tito Adiputro, Nurdiani Sabilla, Siti Sofiah, Nylam Megawati,

Isnaini Sakinah, Rizki Irkanti Halallia, Muvida Mario, Yusrina Rahma Dewi

dan Robin Gabriel Cobis yang beberapa masih menjalin kontak dengan

peneliti.

Jakarta, Oktober 2014

Ririn Sefrina

Page 9: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................1

B. Batasan dan Rumusan Masalah .........................................................4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................................5

D. Metodologi Penelitian .......................................................................6

E. Tinjauan Pustaka ...............................................................................9

F. Sistematika Penulisan .......................................................................10

BAB II LANDASAN TEORI

A. Semiotika ........................................................................................12

1. Simbol Bahasa...........................................................................16

2. Semiotika Sosial M.A.K Halliday.............................................20

B. Media Visual Televisi .....................................................................25

C. Representasi ....................................................................................26

D. Program Dokumenter .....................................................................27

E. Hak Asasi Manusia ........................................................................28

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Profil Metro TV ..............................................................................35

B. Program Acara Dokumenter Melawan Lupa ..................................37

1. Latar belakang program ............................................................39

2. Testimoni Penonton Program Melawan Lupa ..........................41

3. Struktur Tim Produksi ..............................................................43

Page 10: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

vi

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

A. Visualisasi Pelanggaran HAM .......................................................44

1. Scene 1 ...................................................................................44

2. Scene 2 ...................................................................................51

3. Scene 3 ...................................................................................55

4. Scene 4 ...................................................................................61

5. Scene 5 ...................................................................................64

6. Scene 6 ...................................................................................67

7. Scene 7 ...................................................................................72

8. Scene 8 .................................................................................. 76

B. Pesan yang Ingin Disampaikan ......................................................80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .....................................................................................83

B. Saran ...............................................................................................86

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................87

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Lampiran Foto Wawancara ............................................................89

B. Lampiran Naskah “Di Bawah Payung Hitam”.................................91

Page 11: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Model Teori referensial Ogden dan Richard.......................................17

Gambar 2: Langue dan parole semiotika Saussure................................................19

Gambar 3: Tanggapan penonton Melawan Lupa...................................................40

Gambar 4: Bagan struktur kerabat kerja Melawan Lupa.......................................42

Page 12: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan bagian penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Setiap aktivitas kita menggunakan komunikasi sebagai unsur menyampaikan

pesan agar keinginan kita dapat dimengerti orang lain. Menurut Everet M. Rogers,

komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima

atau lebih dengan maksud mengubah perilaku.1

Di zaman serba canggih sekarang ini, komunikasi tak hanya dilakukan

secara langsung/face to face namun bisa dengan memanfaatkan media yang ada.

Salah satu penemuan teknologi yang dewasa ini memudahkan kita untuk

memperoleh informasi berasal dari media massa. Menurut Mc Luhan media massa

adalah perpanjangan alat indera kita. Dengan media massa kita memeroleh

informasi tentang benda, orang, atau tempat yang kita tidak alami secara

langsung.2

Bagian dari media massa yang sudah dikenal oleh masyarakat secara

umum adalah televisi. Kehadiran televisi merupakan sesuatu yang membentuk

cara berpikir kita tentang dunia. Ada berbagai macam jenis program televisi yang

mendidik salah satunya program dokumenter. Program dokumenter adalah jenis

program yang membahas sisi sejarah dari sesuatu dapat berupa ulasan mengenai

peristiwa kejadian, biografi seseorang, penjelasan dari sejarah suatu tempat dan

lainnya yang berkenaan dengan sejarah.

1 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h.26. 2 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 222.

Page 13: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

2

Televisi merangkul berbagai bentuk dokumenter dan

mengembangkannya sampai pada tingkat dimana bentuk-bentuk itu secara

signifikan mencirikan media televisi dan pemahaman kita tentang realismenya.

Modus realis berbagai bentuk dokumenter didasarkan pada pengetahuan

kita mengenai aktualitas materi sumber, dan banyaknya ketika didasarkan sama

gaya presentasinya. Dokumenter dan konvensinya terkait dengan bentuk program

faktual lain, misalnya berita. Bentuk faktual tersebut menjadi bagian penting

dalam programming dan memberi kontribusi keseluruhan pemahaman kita

tentang bentuk nyata yang ditampilkan.3

Banyak pandangan yang sama diambil dari sejarah dari tayangan

dokumenter. Sejarah adalah sebuah pandangan tentang fakta ; ditarik dari

informasi, pengandaian yang dibuat berdasarkan bukti. Dokumenter sejarah

mempergunakan perangkat realis seperti rekonstruksi dramatis tergantung pada

bukti realis dari sebuah kamera yang memfilmkan ilustrasi atau teks atau

menggunakan para ahli yang memberikan kesaksian di depan kamera.4

Metro TV sebuah stasiun televisi swasta yang didirikan oleh PT. Media

Televisi Indonesia yang merupakan anak perusahaan dari Media Group, pimpinan

Surya Paloh yang juga pemilik surat kabar Media Indonesia.5 Metro TV

merupakan stasiun TV yang memfokuskan diri pada program acaranya pada berita

dan pengetahuan.

Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki setiap orang untuk hidup,

berkembang dan mengemukakan pendapat. Kekerasan adalah suatu hal yang

3 Graeme Burton, Talking Television : An Intruduction to the Study of Television, (London: Hodder

Arnold, 2000) hal.211 4 Burton, Talking Television : An Intruduction to the Study of Television hal.215 5 http://id.wikipedia.org/wiki/Metro_Tv/2011/10/18//Diakses 25 April 2013 pkl 21.30

Page 14: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

3

berhubungan dengan Hak Asasi Manusia. Salah satunya ada pada pemerintahan

masa orde baru oleh rezim Soeharto. Budaya praktik kekerasan ada di Indonesia

karena penggunaan kekerasan merupakan salah satu cara yang diterima secara

sosial untuk mengatasi konflik. Kekerasan kolektif dan ekstra legal dikategorikan

oleh Freek Colombijn menjadi 4 tingkat : kekerasan oleh negara atau lembaga

negara (termasuk tentara), kekerasan oleh kelompok masyarakat (ditentukan oleh

garis batas antar suku, antar agama, dan garis batas antar desa), kekerasan oleh

kelompok jagoan dan misili.6

Berbagai kasus pelanggaran HAM di Indonesia masih belum tuntas. Kasus

hukum HAM dianggap sebelah mata oleh pemerintah. Keluarga korban HAM

menuntut pemerintah untuk segera menyelesaikan kasus HAM yang dialami oleh

salah satu anggota keluarga/kerabatnya.

Bentuk protes menuntut keadilan dari kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi

Manusia yang terjadi di Indonesia oleh komunitas yang tergabung dalam jaringan

solidaritas korban untuk keadilan. Sejak tanggal 18 Januari 2007 setiap hari kamis

mereka melakukan aksi diam di depan istana negara pada sore hari dari pkl 16.00-

17.00 dengan memakai pakaian berwarna hitam, berpayung warna hitam, berdiri

berjajar di sepanjang police line, menggelar spanduk, menyampaikan surat pada

presiden. Itulah cara mereka tetap bertahan memperjuangkan kasus-kasus HAM

berat, baik masa lalu maupun yang terjadi sampai saat ini agar bisa diadili melalui

pengadilan HAM.

6 Colombijn Freek, “Budaya Praktik Kekerasan di Indonesia” dlm buku Konflik Kekerasan Internal,

(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia; MOST-LIPI, 2004) h.281

Page 15: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

4

Dari berbagai aksi kamisan yang mereka lakukan selalu menyampaikan

surat kepada presiden. Namun sayangnya tak pernah ada balasan atau tindakan

nyata sebagai bentuk pengakuan atas Hak Asasi Manusia. Maka, selama surat

mereka tidak ditanggapi dengan aksi nyata presiden, maka aksi kamisan akan

selalu digelar di depan istana negara. Realitas ini dibahas oleh program

dokumenter Melawan Lupa pada episode “Di Bawah Payung Hitam”.

Melawan Lupa adalah program dokumenter sejarah di Metro TV yang

tayang setiap hari selasa pukul 22.05 WIB. Program Melawan Lupa menyajikan

berbagai ulasan sejarah dari berbagai sudut pandang. Dapat berbentuk biografi,

ulasan mengenai isu-isu yang berkembang di masyarakat, dokumentasi suatu

tempat dan berbagai dokumentasi yang diambil dari arsip nasional.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis sangat tertarik untuk membahas

lebih dalam skripsi mengenai program acara yang tayang di Metro TV yang

berjudul “Representasi Pelanggaran HAM di Indonesia dalam Program

Dokumenter Televisi” (Analisis Semiotik Sosial Program Melawan Lupa di

Metro TV)”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada materi isi bahasan yaitu program acara

dokumenter Melawan Lupa episode “Di Bawah Payung Hitam”.

2. Rumusan Masalah

Sebagai penjelasan mengenai masalah yang akan dibahas dalam

penelitian ini, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

Page 16: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

5

a. Bagaimana gambaran visualisasi pelanggaran HAM di Indonesia

dalam program dokumenter Melawan Lupa episode “Di Bawah

Payung Hitam” pada level medan wacana, pelibat wacana, dan sarana

wacana ditampilkan oleh Metro TV?

b. Pesan apa yang ingin disampaikan kepada penonton program Melawan

Lupa?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui analisis semiotika sosial M.A.K Halliday pada

tayangan program dokumenter Melawan Lupa episode “Di Bawah Payung

Hitam” di Metro TV.

b. Mengetahui pesan apa yang ingin disampaikan pada penonton program

dokumenter Melawan Lupa.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini ditinjau dari dua aspek yaitu

segi akademis dan praktis sebagai berikut :

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam kajian

media terutama dunia pertelevisian yang berhubungan dengan jurnalistik

terkait program dokumenter Melawan Lupa di Metro TV.

b. Manfaat Praktis

Diharapkan dari penelitian ini dapat diambil manfaat untuk

menambah pengetahuan mengenai pengemasan produk program acara

kategori dokumenter televisi berdasarkan kerja jurnalistik terkhusus

Page 17: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

6

mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah dan masyarakat pada

umumnya.

D. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma dalam skripsi ini adalah konstruktivis. Data adalah

sesuatu yang menjadi perasaan dan keinginan pihak yang diteliti untuk

menyatakannya dengan penafsiran atau konstruksi makna.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Data

akan dideskripsikan secara sistematis dan akurat dalam objek penelitian.

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini analisis

semiotika sosial M.A.K Halliday. Peneliti berusaha menemukan

bagaimana gambaran visualisasi per-scene dalam video program

dokumenter Melawan Lupa episode “Di Bawah Payung Hitam”

merepresentasikan makna pelanggaran HAM melalui tiga level makna

yaitu medan wacana, pelibat wacana dan sarana wacana.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah program acara Melawan Lupa di Metro

TV. Sedangkan objek yang diteliti adalah video program.

5. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di kantor redaksi Melawan Lupa di gedung

Metro TV. Peneliti meminta izin untuk observasi dan wawancara dengan

reporter dan produser program Melawan Lupa. Selain itu, juga dilakukan

Page 18: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

7

di kediaman penulis yaitu komplek walikota, Sukapura Jakarta Utara.

Waktu penelitian dilakukan selama 7 bulan.

6. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi Non Partisipan

Peneliti mengobservasi dengan mengamati video acara program

Melawan Lupa dan mencatat hal-hal yang penting untuk ditulis dalam

skripsi. Observasi adalah cara melakukan penelitian dengan

memperoleh data untuk diamati serta mencatat dari hasil observasi.

b. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam adalah cara mengumpulkan data dengan tatap

muka secara langsung dengan informan.7 Peneliti melakukan teknik

wawancara indepth interview dengan mengajukan beberapa

pertanyaan pada produser program dan reporter yang terlibat dalam

pembuatan video program dokumenter Melawan Lupa di gedung

Metro TV secara langsung. Sesi wawancara dilakukan dua kali pada

tanggal 2 Mei 2014 pkl 13.30 wawancara dengan produser program

bapak Sulardi yang berlangsung selama 30 menit dan 11 Mei 2014

dimulai pkl 11.30 dengan reporter mas Aji Baskoro berlangsung

selama 40 menit.

c. Dokumentasi

Peneliti meminta izin untuk mengcopy video serta dokumen naskah

terkait program dokumenter Melawan Lupa untuk dijadikan acuan

dalam penulisan skripsi.

7 Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public

Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta: Kencana, 2007) h. 98.

Page 19: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

8

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan mengamati video program

Melawan Lupa, mengklasifikasi scene-scene yang ingin diinterpretasikan

sesuai dengan rumusan masalah penelitian kemudian penulis

menganalisis data dengan menggunakan model semiotika sosial M.A.K

Halliday dengan meruntun level teks seperti apa peristiwa diperlakukan;

siapa sumber yang dikutip atau orang-orang yang dilibatkan beserta

atribut sosial mereka dalam teks itu, dan simbol-simbol atau gaya bahasa

apa yang digunakan berdasarkan model analisis seperti berikut ini :

1. Medan wacana/field of discourse

Medan wacana menunjuk hal apa yang terjadi. Menampilkan pada

apa yang diangkat oleh media sebagai wacana. Peristiwa yang

diangkat oleh media untuk dibahas sebagai konteksnya.

2. Pelibat wacana/tenor of discourse

Pelibat wacana merujuk pada hubungan antar personal, siapa saja

yang terkibat dalam teks, sifat-sifat orang itu, kedudukan dan

peranan mereka. Dalam program disebut sebagai narasumber yang

memberikan keterangan sesuai dengan apa yang dibahas oleh media.

3. Sarana wacana/mode of discourse

Sarana wacana merupakan bagian tertentu yang diperankan bahasa

dalam proses interaktif. Hal ini merujuk pada bagaimana media

massa menggunakan gaya bahasa untuk menggambarkan

medan/situasi dan pelibat/orang-orang yang dikutip.8

8 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Semiotik, dan Analisis Framing,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h.148.

Page 20: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

9

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi, peneliti telah meninjau skripsi

diantaranya :

1) Hasil penelitian mahasiswi KPI konsentrasi Jurnalistik UIN Syarif

Hidayatullah berjudul “Analisis Produksi Program Face2face With Desi

Anwar di Metro TV”9 (Adelline Tri Putri Marcelline). Persamaan dari skripsi

peneliti dengan skripsi ini adalah pada media yang diteliti. Perbedaannya

terletak pada teori, metode dan program yang diteliti.

2) Skripsi berjudul “Konstruksi Masyarakat Jakarta dalam Program Suara

Jakarta JakTV (semiotika sosial)”10 yang ditulis oleh mahasiswi IISIP Jakarta

Tahun 2008 (Indah Angriani) NRP : 2004110150. Persamaan yang ada pada

skripsi peneliti terletak pada metode semiotika sosial dan media televisi.

Sedangkan perbedaan dengan skripsi peneliti pada objek yang diteliti.

3) Skripsi berjudul “Representasi Budaya Betawi dan Religiusitas Islam Dalam

Bens Radio (Analisis Semiotika Sosial M.A.K Halliday Program Acara Nasi

Ulam (Nasihat Ulama dan Batavian)”11 karya Mahasiswi Jurnalistik UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta bernama Syifa Fauziah Nim : 108051100040.

Persamaan dengan skripsi peneliti terletak pada metode semiotika sosial.

Sedangkan perbedaannya ada pada subjek dan objek yang diteliti.

9 Adelline Tri Putri Marcelline, “Analisis Produksi Program Face2face With Desi Anwar di Metro

TV,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011). 10 Indah Angriani, “Konstruksi Masyarakat Jakarta dalam Program Suara Jakarta JakTV (semiotika

sosial),” (Skripsi S1 Instititut Ilmu Sosial Ilmu Politik, 2008). 11 Syifa Fauziah, “Representasi Budaya Betawi dan Religiusitas Islam Dalam Bens Radio (Analisis

Semiotika Sosial M.A.K Halliday Program Acara Nasi Ulam (Nasihat Ulama dan Batavian),” (Skripsi S1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012).

Page 21: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

10

F. Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini lebih sistematis penulis berpedoman pada

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi), karya

Hamid Nasuhi, dkk, terbitan CeQda, yang dirangkum di dalam buku

Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 2008-2009.

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini peneliti membahas tentang latar

belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA

KONSEPTUAL

Pada Bab II ini membahas teori semiotika, bahasa

dalam semiotika, model semiotika sosial M.A.K Halliday

dan representasi pada televisi.

BAB III : GAMBARAN PROFIL PERUSAHAAN METRO TV

DAN PROGRAM MELAWAN LUPA

Bab ini penulis membagi menjadi dua sub bab,

yakni mengenai stasiun televisi Metro TV, dan program

dokumenter Melawan Lupa. Pada sub bab pertama, akan

diulas mengenai sejarah berdiri dan Visi, Misi Metro TV.

Pada sub bab selanjutnya, akan dijabarkan mengenai latar

Page 22: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

11

belakang dari program dokumenter Melawan Lupa, struktur

redaksional, tanggapan penotnton program Melawan Lupa

dan perkembangannya hingga saat ini.

BAB IV : ANALISIS PENELITIAN

Bab ini berisi temuan data yang meliputi visualisasi

pelanggaran HAM menggunakan analisis teori semiotik

sosial dan representasi pelanggaran HAM, pesan yang ingin

disampaikan pada penonton dari program acara Melawan

Lupa episode “Di Bawah Payung Hitam”.

BAB V : PENUTUP

BAB V yang merupakan bagian penutup berisi

kesimpulan yang dilakukan penulis, sekaligus jawaban

pertanyaan yang diajukan dalam perumusah masalah. Serta

menyampaikan saran dan lampiran-lampiran yang terkait

dengan penulisan.

Page 23: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

12

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Semiotika

Semiotika secara etimologis berasal dari Yunani dengan sebutan

semeion yang berarti tanda. Secara terminologis, semiotika didefinisikan ilmu

yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh

kebudayaan sebagai tanda.1

Istilah semiotik muncul akhir abad 19 dari konsep tentang tanda

Charles Sanders Pierce. Pierce yang juga pelopor ide triad of meaning

mendefinisikan semiotik (semiosis) sebagai hubungan diantara tanda, benda,

dan arti sebagai berikut :

Icon

Signs Index

Symbols

Keterangan :

Icon = tanda yang bisa menggambarkan ciri utama sesuatu (benda).

Index = tanda yang hadir secara asosiatif akibat terdapatnya hubungan

ciri acuan yang sifatnya tetap (arti).

Symbol = hubungan asosiatif dengan gagasan atau referensi atau dunia

acuan biasa disebut sebagai (tanda)2.

Untuk memperjelas lebih lanjut mengenai Semiotika Pierce dapat dilihat

dalam tabel berikut3 :

1Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wavana, Analisis Semiotik,

dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 95. 2 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009), h. 158 3 Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 34

Page 24: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

13

TANDA IKON INDEKS SIMBOL

Ditandai

dengan:

Contoh :

Proses

Persamaan

(kesamaan)

Gambar-gambar

Patung-patung

Tokoh besar

Foto Reagan

Dapat dilihat

Hubungan sebab-

akibat

Asap-api

Gejala-penyakit

Bercak

merah/campak

Dapat

diperkirakan

Konvensi

Kata-kata

Isyarat

Harus dipelajari

Tanda tersebut merepresentasikan benda atau yang ditunjuk

didalam pikiran si penafsir. Hubungan diantara tiga hal tersebut : benda

(yang dituju), manusia sebagai penafsir, dan tanda. Penjelasan mengenai

konsep tanda Pierce ( dikutip dari buku Alex Sobur (2009) sebagai berikut :

Bagi Pierce (Pateda, 2001:44) tanda “is something which stands to

somebody for something in some respect or capacity”. Sesuatu yang

digunakan agar tanda bisa berfungsi disebut ground. Konsekuensinya,

tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan

triadik ground, object, dan interpretant. Pierce mengadakan klasifikasi

tanda yang dikaitkan dengan ground dibagi menjadi qualisign, lesign

dan legisign.

Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda. Misalnya

suaranya keras yang menandakan orang itu sedang marah. Sinsign

adalah eksistensi aktual benda/peristiwa yang ada pada tanda,

misalnya kata kabur atau keruh pada air sungai keruh menandakan

bahwa sedang hujan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang

dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang

menandakan hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama

mengendarai di jalan.

Berdasarkan objeknya, Pierce membagi tanda atas icon

(ikon), index (index), dan symbol (simbol). Ikon adalah tanda yang

hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan.

Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah

antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab

akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Simbol

adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda

dengan petandanya.

Page 25: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

14

Berdasarkan interpretant, tanda (sign, representamen)

menjadi tiga yaitu rheme adalah tanda yang memungkinkan orang

menafsirkan berdasarkan pilihan. Dicent sign atau Decisign adalah

tanda sesuai kenyataan. Argument adalah tanda yang langsung

memberikan alasan tentang sesuatu.4

Ferdinand De Saussure memiliki istilah lain semiotika yaitu

semiologi sebagai sebuah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di

tengah masyarakat. Tanda dalam kajian semiotik dapat diartikan secara luas.

Saussure melakukan pembedaan atas komponen tanda yang dikenal dengan

trikotomis. Menurut Saussure, tanda selalu mempunyai tiga wajah yaitu

tanda itu sendiri (sign), aspek material dari tanda yang berfungsi

menandakan/yang dihasilkan oleh aspek material (signifier) dan aspek

mental atau konseptual yang ditunjuk oleh aspek material (signified).5

Pemikiran Saussure sebuah tanda terdiri dari penanda dan petanda.

Penanda mengacu pada petanda selanjutnya mengacu pada referensi atau

realitas. Hubungan antara penanda dan petanda bersifat arbitrer atau

diadakan karena sebenarnya tidak ada keterkaitan logis. Kajian Saussure

tidak melihat bahasa dari sejarah perkembangan dan artikulasinya namun

lebih kepada kajian strurtur yang menopang bahasa itu.

Semiologi menurut Roland Barthes hendak mempelajari bagaimana

kemanusiaan memaknai hal-hal.6 Roland Barthes mengembangkan studi

Saussure mengenai tanda di masyarakat yang disebut semiologi yang

menurutnya, semiologi tidak berurusan dengan isi melainkan pada bentuk

4 Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 41-42. 5 Sobur, Analisis Teks Media, h. 95 6 Sobur, Analisis Teks Media, h. 15.

Page 26: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

15

yang membuat suara, imaji, gerak yang berfungsi sebagai tanda.7 Selain

penanda dan petanda, kajian Barthes kental dengan kata “mitologi” nya.

Mitologi adalah refleksi versi modern dari tema, plot dan karakter mitos.

Mitologi berasal dari gabungan mythos (pemikiran mitos yang benar) dan

logos (pemikiran ilmiah). Mitologi juga merupakan suatu pembentukan

gaya hidup dan tren sosial.8

Menurut Stephen W. Little John, semiotika adalah teori tentang

bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi,

perasaan, dan kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri.9

Sisi lain dari semiotika didefinisikan Umberto Eco yaitu sebagai

disiplin ilmu yang mengkaji segala sesuatu yang digunakan untuk

mendustai, mengelabui atau mengecoh.10 Ahli semiotika kelahiran Rusia,

Roman Jakobson memiliki konsep penting semiotika sebagai “tanda

termotivasi” yaitu kecenderungan untuk membuat tanda-tanda

merepresentasikan dunia melalui simulasi.11

Bahasa dalam Semiotika

Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi. Bahasa

menurut Roland Barthes adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan

asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu.12

Menurut Levi-Strauss bahasa merupakan suatu kondisi budaya

yang berlaku dalam dua hal yaitu kondisi budaya secara diakronis karena

7 Sri Iswidayati. “Roland Barthes dan Mithologi” Journal.unnes.ac.id, 28 Agustus 2014: h. 6. 8 Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna : Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori

Komunikasi (Yogyakarta : Jalasutra, 2010), h. 214-216. 9 Stephen W. Little John dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi (Jakarta: Salemba Humanika, 2011),

h. 53. 10 Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 18. 11 Danesi, Pesan,Tanda, dan Makna, h. 14. 12 Semiotika Komunikasi, h. 63.

Page 27: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

16

melalui bahasa kita mengenal budaya kita sendiri akan tetapi, dari titik

pandang teoritis, bahasa adalah kondisi budaya karena pembentukannya dari

jenis yang sama dengan bahan pembentuk budaya sebagai suatu

keseluruhan. Dari sudut pandang ini, bahasa sebagai landasan bagi

hubungan antara ciri suatu bangsa dan pikiran yang terjadi dalam budaya

dimana bahasa itu diucapkan.13

Saussure memberi definisi tanda kebahasaan menyatukan sebuah

konsep dan suatu citra suara yang muncul dari sebuah kata yang diucapkan

merupakan penanda/signifier dan konsepnya adalah petanda/signified.14

1. Simbol Bahasa

Konsep makna dalam ilmu semantik mengenai bahasa dapat

dibedakan menjadi empat teori makna yaitu : teori referensial,

mentalisme/konseptual, teori formalisme dan teori kontekstual.

Teori referensial atau korespondensi dikemukakan oleh Ogden dan

Richards. Menurut Ogden dan Richard, makna adalah hubungan antara

reference (pikiran/referensi) dan referent/acuan dinyatakan lewat simbol

bunyi bahasa baik berupa kata maupun frase/kalimat. Teori ini menjelaskan

bahwa reference (makna, sense atau content) ditempatkan dalam hubungan

kausal dengan simbol (bentuk bahasa/penamaan) dan referen sedangkan antara

simbol dan referen terdapat hubungan buntung.15

Ogden dan Richards mempergunakan pengertian simbol sebagai

rujukan terhadap alam nyata bukan sebuah simbol. Oleh karena itu, mereka

13 Semiotika Komunikasi,h. 289. 14 Semiotika Komunikasi, h. 47 15 J.D. Parera, Teori Semantik, (Jakarta: Erlangga, 2004), h.46.

Page 28: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi
Page 29: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

18

2. Reference

Istilah reference menunjukkan bahwa pikiran adalah satu reference ke

suatu objek atau satu referent.

3. Referent

Referent dipergunakan untuk menunjukkan apakah suatu reference benar

atau tidak.

Teori Mentalisme oleh Ferdinand De Saussure yang membahas ilmu

bahasa secara sinkronis dan membedakan analisis bahasa la parole, la langue.

Ia menghubungkan bentuk bahasa lahiriah/la parole dengan konsep atau citra

mental penuturnya/la langue.17

Lebih lanjut, dua konsep kajian sinkronik itu yaitu langue dan parole.

Langue (language) adalah sistem bahasa/bahasa sebagai sistem bentuk.

Parole adalah realitas penggunaan bahasa/ pengungkapan bahasa secara nyata

yang melibatkan pemilihan dan pengkombinasian kata-kata dan kode yang

tersedia untuk menyatakan makna tertentu.

Bahasa dalam kerangka struktural sinkronik adalah sebuah sistem

dimana subjek harus menggunakan bahasa berdasarkan tanda-tanda yang

telah tersedia serta dengan seperangkat aturan yang telah disepakati

bersama.18 Berikut gambar uraian langue dan parole semiotika Saussure

dikutip dari buku sosiolinguistik Abdul Chaer dan Leonie Agustina19 :

17 Parera, Teori Semantik, h. 170. 18 Yasraf Amir Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika: kode, gaya dan matinya makna, (Bandung:

Matahari, 2012), h. 152-153. 19 Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

2004), h. 32.

Page 30: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

19

Peraturan pelaksanaan tepat bagi Peraturan untuk menyusun

Menggunakan

Keterangan :

Bahasa dari segi sistematika pemakaian bahasa merupakan peraturan

pelaksanaan tepat bagi tindakan dalam berbahasa menggunakan bangun

bahasa lalu menjadi bahasa ujaran. Sedangkan, pada penggunaan bahasa

secara pragmatik digunakan didasari pada peraturan untuk menyusun bangun

bahasa sehingga menjadi bahasa ujaran.

Teori pemakaian dari makna/formalisme dikembangkan oleh filsuf

Jerman Wittgenstein yang berpendapat bahwa kata tidak mungkin dipakai dan

bermakna untuk semua konteks karena konteks selalu berubah dari waktu ke

Bahasa

Sistematika Pemakaian

Bahasa Pragmatik Bahasa

Tindakan Bahasa Bangun Bahasa

Ujaran Bahasa

Page 31: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

20

waktu. Bahasa merupakan satu bentuk permainan yang diadakan dalam

beberapa konteks dengan berbagai tujuan.

Teori bahasa secara kontekstual dikemukakan oleh J.R. Firth yang

merujuk konteks situasi dalam analisis makna. Makna sebuah kata terikat

pada lingkungan kultural dan ekologis. Teori ini menyebut bahwa sebuah

kata tidak mempunyai makna jika terlepas dari konteks. Konteks situasi

disini, merupakan bidang hubungan : hubungan antara orang-orang yang

berperan dalam masyarakat, kata-kata yang mereka ucapkan, dan hal-hal lain

yang berhubungan.

Teori Firth dikenal dengan nama fonologi prosodi yang merupakan

teknik untuk menentukan arti pada tataran fonetis. Firth menganggap kalimat

mengandung empat tataran makna yaitu tataran makna fonetis, leksikal,

situasional, dan gramatikal.20

2. Semiotika Sosial M.A.K Halliday

Semantik sosial/yang biasa disebut teori semiotik sosial adalah

perpaduan dasar dua ideologi yaitu sosial dan linguistik/bahasa. Istilah

Semiotika diambil dari konsep tentang tanda sebagai batasan sudut pandang

yang digunakan untuk mengkaji bahasa dan istilah sosial dimaksudkan untuk

mengemukakan dua hal secara bersamaan sebagai sistem sosial (kebudayaan)

dan struktur sosial.21

20 Djoko Kenjono, Dasar-dasar Linguistik Umum (Jakarta: Mathias Diederich, 1990), h.140. 21 M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks : Aspek-aspek Bahasa dalam

Pandangan Semiotik Sosial (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1992), h. 4-5.

Page 32: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

21

Semiotik sosial merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem

tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang

kata maupun lambang rangkaian kata berupa kalimat. Pokok pandangan

Halliday yang pertama adalah bahasa sebagai semiotika sosial. Hal ini berarti

bahwa bentuk-bentuk bahasa mengodekan (encode) representasi dunia yang

dikonstruksikan secara sosial. Halliday memberi tekanan pada keberadaan

konteks sosial bahasa, yakni fungsi sosial yang menentukan bentuk bahasa

dan bagaimana perkembangannya.

Model semiotika sosial M.A.K Halliday merupakan metode yang

sangat tepat jika dipergunakan untuk memperdalam makna pesan dari bahasa

yang disampaikan oleh media sehingga tidak terjadi perbedaan makna yang

diproduksi melalui tayangan dengan makna yang diproduksi dari pemikiran

penonton. Sehingga terjadi persamaan makna dan terhindar dari polisemik

simbol bahasa.

Dalam semiotika sosial masalah yang diulas untuk didalami meliputi

tiga jenis. Yang pertama, masalah makna meliputi bagaimana orang

memahami makna, memahami pesan dan informasi yang dikandung dalam

struktur pesan. Kedua, adalah masalah tindakan meliputi bagaimana

memperoleh sesuatu melalui pembicaraan. Dan yang terakhir yaitu masalah

bagaimana gambaran suatu bentuk pola pembicaraan masuk akal dan dapat

dimengerti. Persoalan bagaimana perlakuan tertentu atas fakta dapat diamati

dalam analisis semiotika sosial M.A.K Halliday.22

22 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan

Analisis Framing, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 148.

Page 33: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

22

Fungsi bahasa menurut Halliday yaitu : Personal/pribadi, dilihat dari

sudut penutur bahasa berfungsi personal atau pribadi. Maksudnya, penutur

menyatakan sikap atas apa yang dituturkan bukan hanya menuturkan emosi

lewat bahasa, tapi juga memperlihatkan emosi sewaktu menyampaikan

tuturannya.

Instrumental, dari segi pendengar/lawan bicara bahasa berfungsi

mengatur tingkah laku pendengar. Disini, bahasa tidak hanya membuat

pendengar melakukan sesuatu tetapi melakukan kegiatan sesuai dengan yang

dimau oleh pembicara dengan menggunakan kalimat yang menyatakan

perintah, himbauan, permintaan, maupun rayuan.

Interactional, dari segi kontak antara penutur dan pendengar, bahasa

berfungsi menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan, atau

solidaritas sosial. Ungkapan yang digunakan biasanya sudah berpola tetap

oleh karena itu ungkapan tidak dapat diterjemahkan secara harfiah.

Representational, dilihat dari segi topik ujaran, bahasa berfungsi

sebagai alat untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada di sekeliling

penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya. Bahasa digunakan untuk

menyampaikan sesuatu yang berhubungan dengan pengetahuan atau bisa juga

disebut menggambarkan realitas yang sesungguhnya.

Imaginatif, jika dilihat dari segi pesan yang akan disampaikan, bahasa

dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan baik

yang sebenarnya, maupun imajinasi/khayalan.23

23 Chaer dan Agustina, Sosiolingustik Perkenalan Awal, h. 15-16.

Page 34: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

23

Heuristic melibatkan penggunaan bahasa untuk memperoleh ilmu

pengetahuan, mempelajari seluk beluk lingkungan. Fungsi heuristik sering

disampaikan dalam bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban. Rasa ingin

tahu merupakan metode heuristik untuk memperoleh representasi realitas dari

orang lain.

Regulatory, dari fungsi regulasi bahasa bertindak mengawasi dan

mengendalikan berbagai peristiwa. Fungsi ini sering kali mengendalikan dan

mengatur orang lain.24

Model semiotika sosial M.A.K Halliday fokus pada tiga hal yang

menjadi pusat penafsiran teks secara kontekstual menjelaskan hubungan antara

teks dan konteks situasi yaitu sebagai berikut :

a. Medan Wacana

Medan wacana adalah perihal sesuatu/ hal apa yang terjadi. Ini menunjuk pada

apa yang diangkat oleh media sebagai wacana. Peristiwa apa yang diangkat

oleh media untuk dibahas sebagai konteksnya.

b. Pelibat Wacana

Pelibat wacana merujuk pada hubungan antar personal, siapa saja yang terlibat

dalam teks, sifat-sifat orang itu, kedudukan dan peranan mereka.

c. Sarana Wacana

Sarana wacana merupakan bagian tertentu yang diperankan bahasa dalam

proses interaktif. Hal ini merujuk pada bagaimana media massa menggunakan

gaya bahasa untuk menggambarkan medan/situasi dan pelibat/orang-orang

yang dikutip.25

24 Sobur, Semiotika Komunikasi h. 301-302. 25 Sobur, Analisis Teks Media, h.148.

Page 35: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

24

Dalam bukunya yang berjudul Language as social semiotic, Halliday

menjelaskan bahwa untuk mengetahui bagaimana teks berhubungan dengan

situasi kita harus bisa menunjukkan dan menentukan aspek apa dari

„peraturan‟ konteks situasi dalam setiap jenis opsi semantik. Dengan kata lain,

di setiap komponen makna, faktor situasi apa yang aktif?

We shall be able to show something of how the text is related to the

situation if we can specify what aspects of the context of situation

„rule‟ each of these kinds of semantic option. In other words, for

each component of meaning, what are the situational factors by

which it is activated?26

Meliputi beberapa bentuk konstruksi teori yang berhubungan

dengan situasi simultan dengan teks, sistem bahasa, dan sistem sosial. Untuk

tujuan ini interpretasi situasi sebagai struktur semiotik misalnya makna yang

merubah sistem sosial. Situasi terdiri dari :

Aksi sosial berhubungan dengan apa yang akan terjadi dan sudah

dapat dikenal arti dalam sistem sosial. Struktur peran berhubungan dengan

kelompok sosial mengartikan hubungan peserta, kedua atribut permanen dari

pelibat dan peran struktur yang spesifik terhadap situasi, termasuk peran

pembicara, yang masuk kedalam menjadi pertukaran makna lisan. Organisasi

simbol yaitu status keterangan yang menandakan pada teks dalam situasi

fungsinya menghubungkan aksi sosial dan struktur peran termasuk saluran

media dan sarana retorik.

Gambaran dari struktur semiotik dari situasi (medan, pelibat,sarana)

wacana adalah sebagai berikut27 :

26 M.A.K Halliday, Language as social semiotic the social interpretation of language and meaning

(New York: Athenaeum Press, 1978), h. 142. 27 Halliday, Language as sosial semiotic, h. 143.

Page 36: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

25

Struktur semiotik dari situasi Fungsi komponen dari semantik

Medan wacana (tipe aksi sosial)

Pelibat wacana (struktur peran)

Sarana wacana (organisasi simbol)

Berdasarkan Pengalaman

Antar perseorangan

Tekstual

B. Media Visual Televisi

Secara umum media mencakup sarana komunikasi seperti pers, media

penyiaran/broadcasting dan sinema.28 Televisi merupakan bagian dari media

penyiaran. Kehadiran televisi di tengah masyarakat membawa kita pada satu

bentuk nyata dari apa yang terjadi di luar sana. Dari televisi, kita memeroleh

informasi. Televisi menurut Stuart Hall adalah sebagai wadah sekaligus

pencipta. Dalam bukunya yang berjudul “Pesan, Tanda dan Makna”, Marcel

Danesi mendefinisikan televisi sebagai satu macam tanda yang disebut teks

sosial. Saat pertama kali hadir dalam skema sosial, televisi langsung menjadi

media yang menyampaikan teks sosial dan melalui TV, orang menangkap

informasi mengenai hidup.29

Televisi juga membawa gagasan tentang dunia yang disebut dengan

ideologi. Beragam program televisi pada praktiknya merepresentasikan

ideologi. Gagasan/ideologi juga mempengaruhi bagaimana suatu acara

program televisi dibuat.30 Pada dasarnya, layar televisi kental dengan

penghadiran suatu gambar yang disebut dengan visualisasi.

28 Graeme Burton, Media dan Budaya Populer (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), h. 9. 29 Danesi, Pesan Tanda dan Makna, h. 394 & 351. 30 Graeme Burton, Membincangkan Televisi Sebuah Pengantar Kajian Televisi (Yogyakarta :

Jalasutra, 2011), h. 26

Page 37: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

26

Karena merupakan media visual, televisi menampilkan ikon, gambar

orang dan kelompok yang terlihat seperti hidup sekalipun ikon atau gambar itu

hanyalah konstruk atau bangunan elektronis.31

C. Representasi

Representasi merupakan penggunaan tanda (gambar, bunyi) untuk

menghubungkan, menggambarkan, memotret, atau mereproduksi sesuatu yang

dilihat, diindera, dibayangkan, atau dirasakan dalam bentuk fisik tertentu.32

Istilah representasi mengacu pada penggambaran kelompok-kelompok dan

institusi sosial. Penggambaran tidak hanya berkenaan dengan tampilan fisik

dan deskripsi namun juga terkait dengan makna/nilai dibalik tampilan fisik.

Dalam buku media dan budaya populer, Graeme Burton menyebut

bahasa, kode atau sarana komunikasi apapun dapat menjadi sarana dalam

representasi.33

Representasi menurut Stuart Hall adalah suatu proses produksi dan

pertukaran makna antara manusia atau antar budaya yang menggunakan

gambar, simbol dan bahasa. Media paling sering digunakan dalam produksi

dan pertukaran makna adalah bahasa melalui pengalaman-pengalaman yang

ada dalam masyarakat.

Dalam bukunya yang berjudul Culture, Media, Language

menyebutkan bahwa semiotika tidak hanya sebatas alat

pemahaman/pembongkaran kode dibalik objek kebudayaan (proses decoding)

tetapi juga sebagai pendekatan dalam mengkonstruksi tanda dan makna

(proses encoding). Menurutnya, objek/teks kebudayaan (TV, Film dan

31 Burton, Sebuah Pengantar Kajian Televisi, h. 31. 32 Pesan Tanda dan Makna, h. 24. 33 Burton, Media dan Budaya Populer, h. 139.

Page 38: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

27

sebagainya) mengandung pesan-pesan/encoded massage yang membentuk

wacana bermakna.34

Menurut Hall, tidak ada jaminan bahwa makna yang diproduksi akan

sama dengan makna yang dikonsumsi oleh enkoder (penonton). Karena pesan-

pesan yang diproduksi sebagai sistem tanda dengan berbagai komponen

bersifat polisemik/banyak makna.35

D. Program Dokumenter

Sebuah industri televisi perlu mengkategorikan produknya untuk

kepentingan pemasaran, baik kepada audiens maupun para pembeli program

potensial.36 Salah satu produksi televisi yang diklasifikasi menurut genre

adalah program dokumenter yang membawa gambaran nyata tentang kejadian

dari pelaku asli, tempat kejadian dan pendapat narasumber tetapi tidak dialami

oleh pemirsa, di sisi lain materi dokumen ini diedit dan dibentuk dengan

modus presentasi tertentu. Ideologi program siaran dokumenter sama dengan

kategori berita dimana memunculkan dan menelaah isu, membuat agenda.

Namun, berbeda dengan program televisi lain dalam hal bentuk karena

didefinisikan berdasarkan kenyataan/realisme.37

Banyak program yang harus menata ulang materi dari footage

aktualitas yang bersumber dari kehidupan nyata memperkuat poin bahwa

televisi memediasi pengalaman budaya sekaligus menjadi sebuah pengalaman

dalam dirinya sendiri. Dalam dunia pertelevisian di Inggris, sekiranya ada

delapan tingkatan program dokumenter berdasarkan kategori yang dilihat dari

34 Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika, h. 345. 35 S. Arifiannto, “Konstruksi Teori-teori Dalam Perspektif Kajian Budaya dan Media”, h.9. 36 Graeme Burton, Membincangkan Televisi Sebuah Pengantar Kajian Televisi, (Yogyakarta :

Jalasutra, 2011), h.205. 37 Graeme Burton, Membincangkan Televisi Sebuah Pengantar Kajian Televisi, h. 211-212.

Page 39: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

28

segi isi atau bentuk yaitu : Current affairs, alam, ilmu pengetahuan, historis,

mainstream, fly-on-the-wall, dramadoc, dan docusoap.38

E. Hak Asasi Manusia

Hak Asasi Manusia yang disingkat HAM adalah hak yang mutlak

dimiliki oleh seseorang sejak ia dilahirkan. HAM merupakan sesuatu yang

melekat pada manusia baik pada aspek fisik maupun eksistensialnya dan tak

terpisahkan dari hakikat kemanusiaan.39

Hak Asasi Manusia berasal dari istilah droits de l’home dalam bahasa

Perancis, human rights dalam bahasa Inggris, menslijke recten dalam bahasa

Belanda dan fitrah dalam bahasa Arab.40 Jika ditelusuri dari sejarah awal

adanya Hak Asasi Manusia muncul pada abad pertengahan di Inggris pada

tahun 1215 melalui Magna Charta, disusul Petition of Rights pada tahun 1628

di Inggris.

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dalam akhirnya membuat aturan

yang memuat tentang Hak Asasi Manusia yang tertulis dalam Deklarasi

Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang diterima dan diumumkan oleh

Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A

(III).

Dua dekade terakhir, teori asal-usul munculnya Hak Asasi Manusia

menjadi perdebatan hangat. Terdapat dua ideologi mengenai HAM yaitu teori

Universalitas dan teori relativisme budaya. Dalam universalisme, individu

adalah sebuah unit sosial yang memiliki hak-hak yang tidak dapat dipungkiri

38 Membincangkan Televisi Sebuah Pengantar Kajian Televisi., h. 213. 39 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 172-174. 40 Moh. Mahfud MD, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia (Yogyakarta : UII Press,

1993), h. 141.

Page 40: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

29

dan diarahkan pada pemenuhan kepentingan pribadi. Doktrin ini diterapkan

berbagai negara yang menentang konsep hak dari barat. Sedangkan teori

relativisme budaya bersumber dari gagasan bahwa kebudayaan merupakan

satu-satunya sumber keabsahan hak atau kaidah moral oleh karena itu, Hak

Asasi Manusia perlu dipahami dari konteks kebudayaan masing-masing

negara. Gagasan ini mengemuka pada dasawarsa 1990-an yang diusung oleh

negara-negara berkembang dan negara-negara Islam.41

Di Indonesia perlindungan HAM secara nyata tertuang pada Undang

undang Dasar 1945. Dalam pembukaan Undang-undang Dasar ‟45 terdapat

point-point yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia yang dikutip dari buku

yang ditulis oleh Yusril Ihza Mahendra (1996) sebagai berikut :

“Kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka

penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri

kemanusiaan dan peri keadilan”. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa

merupakan pengakuan HAM kolektif dari satu bangsa untuk hidup bebas dari

penindasan bangsa lain, sedangkan peri kemanusiaan merupakan intisari

rumusan HAM.

Pada alinea kedua pembukaan, Indonesia sebagai negara adil dan

makmur. Kata adil menegaskan prinsip asas legalitas dimana Indonesia

berdasarkan pada hukum, bukan berdasar pada kekuasaan belaka. Yang

dimaksud dengan makmur yang berarti negara berkewajiban menjamin

kesejahteraan rakyat.

41 Eko Riyadi, Hukum Hak Asasi Manusia (Yogyakarta: PUSHAM UII, 2008), h. 18-20.

Page 41: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

30

Alinea ketiga menyebut hasrat bangsa Indonesia berkehidupan

kebangsaan yang bebas. Hal ini sama dengan alinea pertama yang

menekankan pada HAM secara kolektif. Dari perspektif individu, penegasan

ini sejalan dengan pasal 27 Deklarasi Universal HAM yang berbunyi “Setiap

orang berhak untuk turut serta dengan bebas dalam hidup kebudayaan

masyarakat”. Pada kalimat terakhir alinea ini menyatakan “maka dengan ini

rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya” jika ditafsir secara luas,

berarti bukan saja merdeka secara eksternal namun juga internal.

Alinea keempat “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia”. Sudah sangat jelas

rumusan ini menegaskan bahwa negara bertanggungjawab atas kesejahteraan

baik lahir maupun batin, kecerdasan dalam bidang sosial dan pendidikan,

melaksanakan ketertiban dunia yang merupakan konsep universal pengakuan

hak bangsa lain untuk hidup merdeka.

Bagian akhir dari alinea keempat bahwa Indonesia adalah negara yang

berkedaulatan rakyat yang berdasar kepada “Ketuhanan yang Maha Esa,

kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta

mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal-hal yang

disebut diatas adalah dasar negara Pancasila menitikberatkan atas HAM yang

juga terdapat pada Deklarasi Universal HAM.42

42 Yusril Ihza Mahendra, Dinamika Tata Negara Indonesia : Kompilasi aktual masalah konstitusi

dewan perwakilan dan sistem kepartaian (Jakarta : Gema Insani Press, 1996), h. 96-98.

Page 42: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

31

Di Indonesia, hukum tentang Hak Asasi Manusia mengalami polemik

yang begitu hebat. Sejarah panjang undang-undang Hak Asasi Manusia

bermula dari penyusunan konstitusi Undang-Undang Dasar 1945, terjadi

perdebatan mengenai hak waga negara yang akan dicantumkan pada pasal

Undang-Undang Dasar.

Soekarno dan Supomo berpendapat hak-hak warga negara tidak perlu

dicantumkan dalam pasal konstitusi. Penolakan Soekarno didasari pandangan

mengenai dasar negara dalam istilah bung karno “Philosofische grondslag”

yang tidak berlandaskan paham liberalisme dan kapitalisme. Menurut

Soekarno, jaminan perlindungan itu berasal dari revolusi Perancis yang

menyebabkan lahirnya imperialisme dan peperangan antar manusia. Soekarno

menginginkan Indonesia didasarkan asas gotong royong dan kekeluargaan.

Dasar penolakan Supomo dengan dicantumkannya hak warga negara

dalam Undang-undang berasal dari pandangan mengenai negara integralistik

yang menurutnya cocok dengan masyarakat Indonesia. Maksud paham itu

adalah negara harus bersatu dengan rakyatnya, dalam negara tidak ada

pertentangan antara susunan hukum staat dan susunan individu karena

individu tidak lain adalah suatu bagian dari staat. Maka dari itu hak individu

menjadi tidak relevan dalam paham ini, yang relevan adalah kewajiban asasi

kepada negara.

Bung Hatta sependapat dengan Soekarno mengenai penolakan

terhadap liberalisme dan individualisme namun ia kuatir dengan memberikan

kekuasaan yang luas kepada negara, menyebabkan negara yang ingin didirikan

terjebak dalam otoritarianisme. Begitu juga dengan Yamin yang menyebutkan

Page 43: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

32

bahwa aturan dasar tidak berhubungan dengan liberalisme melainkan

keharusan perlindungan kemerdekaan yang harus diakui dalam Undang-

Undang Dasar.

Babak kedua dari rumusan mengenai Hak Asasi Manusia dalam

Undang-Undang ada pada masa reformasi saat presiden BJ. Habibie menjabat.

Berbeda dengan babak sebelumnya, pada masa ini menitik beratkan

perdebatan mengenai basis hukum HAM. Bermuara pada lahirnya TAP MPR

no. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, isinya bukan hanya memuat

Piagam Hak Asasi Manusia tapi juga memuat amanat pada presiden dan

lembaga-lembaga tinggi negara untuk memajukan perlindungan Hak Asasi

Manusia.

Hasil pemilu 1999 merubah kekuatan politik MPR/DPR. Pada sidang

tahunan MPR tahun 2000, perjuangan memasukkan perlindungan hak asasi

manusia ke dalam bab XA yang berisi 10 pasal Hak Asasi Manusia (dari

pasal 28A-28J) pada amandemen kedua UUD 1945 yang ditetapkan pada 18

Agustus 2000. Hak-hak yang tercakup mulai dari kategori hak-hak sipil politik

hingga hak-hak ekonomi, sosial dan budaya. Selain itu bab ini juga

mencantumkan pasal tanggung jawab negara terutama pemerintah dalam

perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia.

Pada 23 September 1999 konsensus untuk mengesahkan undang-

undang mengenai HAM telah dicapai. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999

tentang hak asasi manusia telah lahir dari turunan ketetapan MPR No.

XVII/MPR/1998 yang cakupan aturannya persis seperti TAP MPR ditambah

dengan pengakuan terhadap hak-hak kelompok seperti anak, perempuan dan

Page 44: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

33

masyarakat adat/ indigeneous people. Undang-Undang tersebut dengan

gamblang melihat hak asasi manusia sebagai hak kodrati yang melekat pada

manusia.43

Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Definisi pelanggaran Hak Asasi Manusia belum diterima secara pasti

oleh masyarakat secara umum. Namun menurut para ahli telah disepakati

bahwa pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah suatu pelanggaran terhadap

kewajiban negara yang lahir dari instrumen-instrumen internasional Hak Asasi

Manusia.

Yang membedakan pelanggaran HAM dengan pelanggaran hukum

biasa dapat dilihat pada definisi oleh International Committee of the Red Cross

yang menyatakan pelanggaran HAM adalah tindakan atau kelalaian oleh

negara terhadap norma yang belum dipidana dalam hukum pidana nasional

tetapi merupakan norma Hak Asasi Manusia yang diakui secara internasional.44

Dua rumusan diatas menegaskan bahwa pihak yang bertanggungjawab

atas adanya pelanggaran HAM adalah negara, bukan individu atau badan

hukum. Dalam hukum internasional yang bersumber dari doktrin kedaulatan

dan persamaan hak antar warga, tanggung jawab negara merupakan prinsip

yang fundamental.

Setiap pelanggaran HAM baik berat maupun tidak melibatkan

tanggung jawab negara dalam upaya penyelesaiannya. Tidak hanya penting

untuk pemulihan bagi para korban HAM namun juga bertujuan agar tidak

43 Riyadi, Hukum Hak Asasi Manusia, h. 238-244. 44 Riyadi, Hukum Hak Asasi Manusia,h. 69.

Page 45: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

34

terjadi lagi pada masa mendatang. Sekecil apapun langkah penyelesaian yang

dilakukan, tetap harus dilihat sebagai langkah kongkrit melawan impunitas.45

45 Riyadi, Hukum Hak Asasi Manusia, 70-71.

Page 46: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

35

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. METRO TV

Sejarah Metro TV

Metro TV adalah televisi berita 24 jam pertama di Indonesia yang mulai

mengudara pada tanggal 25 November 2000 dengan 12 jam tayang. Sejak 1 April

2001, Metro TV sudah mulai mengudara selama 24 jam. Metro TV merupakan

salah satu anak perusahaan dari Media Group yang dimiliki oleh Surya Paloh.

Surya Paloh merintis usahanya dibidang pers sejak mendirikan surat kabar harian

PRIORITAS.

Pada tahun 1989, Surya Paloh mengambil alih Media Indonesia yang kini

tercatat sebagai surat kabar dengan oplah terbesar setelah Kompas di Indonesia.

Oleh karena kemajuan teknologi, Surya Paloh memutuskan untuk membangun

sebuah televisi berita mengikuti perkembangan teknologi dari media cetak ke

media elektronik. Metro TV bertujuan untuk menyebarkan berita dan informasi ke

seluruh pelosok Indonesia. Selain bermuatan berita, Metro TV juga menayangkan

beragam program informasi mengenai kemajuan teknologi, kesehatan,

pengetahuan umum, seni, budaya, dan lainnya lagi guna mencerdaskan bangsa.

Metro TV terdiri dari 70% berita, yang ditayangkan dalam 3 bahasa yaitu :

Indonesia, Inggris dan Mandarin ditambah lagi dengan 30% program non berita

yang edukatif. Metro TV dapat ditangkap secara teresterial dari 280 kota yang

tersebar di Indonesia yang dipancarkan dari 52 transmisi.

Selain secara teresterial, siaran Metro TV juga dapat ditangkap melalui

televisi kabel diseluruh Indonesia melalui satelit palapa 2 ke seluruh negara-

Page 47: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

36

negara ASEAN, termasuk di Hongkong, Cina Selatan, India, Taiwan, Macao,

Papua New Guinea, dan sebagian Australia serta Jepang.

Metro TV juga melakukan kerjasama dengan beberapa televisi asing yaitu

kerjasama dalam pertukaran berita, pengembangan tenaga, dan banyak lagi.

Stasiun tersebut diantaranya adalah CCTV, Channel 7 Australia, dan Voice of

America (VOA). Metro TV memiliki internasional kontributor yang tersebar di

Jepang, Cina, USA, Inggris.

Metro TV memiliki 19 buah mobile satelit untuk menayangkan program

secara live mengenai kejadian-kejadian yang berlangsung. Peralatan tersebut

berupa :

1. 12 buah mobil SNG (Satelite News Gathering)

2. 7 buah mobil ENG (Electronic News Gathering)

Ijin Siaran : No.800/MP/PM/1999

Dikeluarkan pada : Tanggal 25 Oktober 1999

Dikeluarkan Oleh : Menteri Penerangan RI

Visi dan Misi Metro TV

1. Visi

Menjadi stasiun televisi Indonesia yang berbeda dan menjadi nomor

satu dalam program beritanya, menyajikan program hiburan dan gaya

hidup yang berkualitas. Memberikan konsep unik dalam beriklan

untuk mencapai loyalitas dari pemirsa maupun pemasang iklan.

2. Misi

Page 48: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

37

a. Untuk membangkitkan dan kemajuan bangsa dan negara melalui

suasana yang demoktratis, agar unggul dalam kompetisi global

dengan menjunjung tinggi moral dan etika.

b. Memberikan nilai tambah di industri pertelevisian dengan

memberikan pandangan baru, mengembangkan penyajian

informasi yang berbeda dan memberikan hiburan yang berkualitas.

c. Dapat mencapai kemajuan yang signifikan dengan membangun

dan menambah aset perusahaan, untuk meningkatkan kualitas dan

kesejahteraan para karyawannya, dan menghasilkan keuntungan

yang signifikan bagi pemegang saham.1

B. Program Melawan Lupa

Program televisi merupakan rangkaian mata acara yang disuguhkan

kepada khalayak atas hasil kerjasama inovatif dan kreatif para insan

broadcasting televisi.2 Sejarah program televisi berkembang mulai dari

kehadirannya pada tahun 1950.

Dalam kurun waktu 24 jam acara televisi mempunyai jadwal

berbeda. Dimulai pada pagi hari, acara TV didominasi oleh berbagai macam

program sarat informasi. Program acara pagi pada hari kerja dan hari libur

akhir pekan (sabtu dan minggu) akan berbeda disesuaikan dengan kebutuhan

sosial biasanya yang bersifat hiburan.

Di siang hari, penonton televisi kebanyakan berasal dari orang yang

tinggal di rumah untuk itu program TV didominasi oleh opera sabun. Sore

1 http://www.metrotvnews.com/aboutus/ 2 Eva Arifin, Broadcasting to be broadcaster, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010), h. 21.

Page 49: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

38

harinya, program acara TV drama dan bincang-bincang. Pada malam hari,

merupakan waktu tayang utama karena kebanyakan orang ada di rumah untuk

menonton TV diisi dengan program sitkom, petualangan, dokumenter, film

dan sebagainya. Program dokumenter menayangkan peristiwa di kehidupan

nyata yang sering ditunjang dengan penggambaran dramatis atas peristiwa

sehingga pemirsa dapat mempelajari pelajaran moral dan sosial yang tepat.3

Penyiaran televisi dapat memasuki ke dalam unsur imajinasi

ekspresi dan visual layar kaca yang terasa semakin dekat. Hal ini yang dapat

membuat produksi penyiaran broadcasting televisi akan semakin berkibar

disaat produksi tersebut ditayangkan. Kategori keberadaan penonton

mempengaruhi seberapa “laris manis” nya rating suatu program. Dapat dilihat

dari Integrated Service Digital Network yang tersebar merata di seluruh

lapisan masyarakat yang dapat membentuk industri informasi yang cepat dan

instant.

Untuk menghasilkan suatu produksi yang bersifat imajinatif dan

ekspresif dibutuhkan perpaduan keharmonisan antara bunyi, efek dan tata

gerak yang diproduksi dari sebuah stasiun televisi. Berhasilnya suatu program

televisi merupakan hasil campuran olah suara dan olah tubuh terpadu yang

akhirnya akan membuat sebuah stasiun penyiaran televisi menjadi berbeda

dari stasiun-stasiun lainnya.4

Salah satu program dokumenter televisi adalah Melawan Lupa

yang tayang di Metro TV. Dokumenter Melawan Lupa merupakan program

kategori historis dimana materi diambil dari tayangan dokumentasi video

3 Marcel Danesi, Pesan, Tanda dan Makna : Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori

Komunikasi (Yogyakarta : Jalasutra, 2010), h. 351-353. 4 Arifin, Broadcasting to be broadcaster, h. 59.

Page 50: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

39

maupun gambar/foto, dan menggunakan para ahli yang memberikan kesaksian

di depan kamera. Sejarah adalah makna yang ditarik dari informasi yang

merupakan pengandaian berdasarkan bukti.

Kehadiran program dengan format dokumenter di Metro TV ada

seiring dengan berdirinya stasiun TV ini pada tahun 2000 dengan nama Metro

File. Sejak tahun 2012, program Metro File berganti nama menjadi Melawan

Lupa.

“Latar belakang diciptakannya program „Melawan Lupa‟ Metro

TV sebagai salah satu alternatif sajian yang bukan hanya mengetengahkan

tontonan semata tapi juga tuntunan dan edukasi. Mengingat selama ini

sejarah selalu dibahasakan sesuai bahasa penguasa dan memarginalkan

kelompok tertentu. Bahkan ada kalanya peristiwa/kejadian itu memang

sengaja diciptakan menjadi samar-samar”.

“Dengan tayangan ini, program „Melawan Lupa‟ ingin mencoba

mendudukan sejarah perjalanan bangsa sesuai dengan fakta, tanpa ada

rekayasa dan menonjolkan peran suatu kelompok tertentu kendati kenyataan

itu terasa pahit/getir. Mencoba mengingatkan kembali kejadian/peristiwa

yang pernah terjadi dan mulai terlupa dalam kolektif ingatan bangsa

Indonesia. Berpegang pada motto bangsa yang besar adalah bangsa yang

mau belajar dari sejarahnya sendiri dan belajar dari pengalaman sejarah itu

agar menjadi lebih arif maka lahirlah program Melawan Lupa”.5

“Konsep program „Melawan Lupa‟ adalah bagaimana suatu

tayangan program sejarah di televisi tidak terlalu ringan jika ditonton oleh

5 Wawancara pribadi dengan Sulardi selaku produser program Melawan Lupa Metro TV Jakarta, 2

Mei 2014 pkl 13.30 WIB.

Page 51: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

40

sejarawan namun juga tidak terlalu berat ketika ditonton oleh masyarakat

awam. Naskah yang dibuat sebisa mungkin mudah dipahami, menggunakan

kata-kata yang umum”.6

“Target penonton dari Metro TV sendiri AB 20+ yaitu dengan

tingkat pendidikan SMA keatas dengan umur 20 tahun keatas. Namun seiring

berjalannya program ini ternyata banyak penonton „Melawan Lupa‟ dari

kalangan remaja yang berpendidikan SMA”.7

Perbedaan antara program Melawan Lupa dengan program lain

terletak pada segi format yaitu dokumenter, dan durasi tayang. Biasanya

program news atau yang berunsur berita berdurasi lebih panjang. Program

Melawan Lupa tayang pada hari Selasa pkl 21.30.

Judul tayangan perdana dokumenter video program Melawan Lupa

mengenai operasi komando jihad tahun 1977-1978. Menceritakan keturunan

anggota komando jihad, hubungan dengan DI/TII kelompok Kartosuwiryo

hingga dugaan keterlibatan intelijen dalam komando jihad. Sejak program

dokumenter ini berganti nama menjadi Melawan Lupa, sudah tayang lebih

dari 56 judul video dokumenter yang diantaranya disambut baik oleh beberapa

penonton terutama kaum muda. Berikut tanggapan mereka yang diambil dari

media sosial twitter resmi @mlp_metrotv :

6 Wawancara pribadi dengan Aji Baskoro selaku reporter program Melawan Lupa Metro TV

Jakarta, 11 Mei 2014 pkl 11.30 WIB. 7 Wawancara pribadi dengan Aji Baskoro.

Page 52: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi
Page 53: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

42

KOMPAS pernah memberi judul aksi tentang aksi kamisan sebagai aksi menolak

lupa. Dari sanalah tercipta dengan tema pelanggaran HAM di Indonesia berjudul

Di Bawah Payung Hitam”.8

Alur kerja program dokumenter Melawan Lupa dimulai dengan agenda

rapat produksi yang dihadiri oleh kerabat kerja yang terlibat. Sebulan sebelum

mulai bekerja membuat produksi sudah di list beberapa tema atau topik yang akan

diangkat. Dua minggu sudah ada ide, reporter melakukan riset selama 3 atau 4

hari, kemudian produser membuat budgeting/anggaran yang dibutuhkan untuk

biaya operasional, team yang mengerjakan, PA mengedit selama 2 hari video

disesuaikan dengan naskah yang dibuat. Dalam menentukan tema yang akan

diproduksi, semua pihak kerabat kerja yang terlibat dalam program ini ikut andil

dalam pencarian ide topik yang akan diangkat.

8 Wawancara dengan Aji Baskoro.

Page 54: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

43

Kerabat kerja yang bertugas pada program Melawan Lupa :

Produser

Sulardi

Reporter

Aji Baskoro

Production Assistant

Octaviani Resti

Camera Person

M.Irfan & Rohmat

Editor

Rico Airmas

Narator

Hendri Ismaoen

Page 55: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

44

BAB IV

ANALISIS

A. Visualisasi Pelanggaran HAM dalam Program Dokumenter di Televisi

Melawan Lupa merupakan program dokumenter yang tayang di Metro

TV. Dalam setiap episode, Melawan Lupa fokus membahas satu topik yang

dikupas secara mendalam dengan deskripsi narasi dan gambar dilengkapi

kutipan wawancara dengan para tokoh yang mengetahui perihal yang sedang

dibahas.

Pada bab ini, analisis data di runtun dengan level makna semiotika

sosial Halliday sesuai teks narasi yang dibagi satu scene dalam beberapa

gambar shot. Untuk melihat bagaimana pelanggaran HAM ditampilkan dalam

gambar, berikut adalah tayangan program dokumenter Melawan Lupa

episode “Di Bawah Payung Hitam”.

Visualisasi Scene 1

Narasi

Sore itu lewat pukul empat///

Gambar

Menit 00:48

Menit 00:51

Page 56: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

45

Di seberang istana negara

telah berdiri belasan orang

berpakaian serba hitam//

Setiap hari kamis/ mereka

berdiri disini///

Mencari perhatian rakyat dan

penguasa/ atas berbagai

kasus pelanggaran Hak Asasi

Manusia/ yang belum

terselesaikan///

Menit 00:54

Menit 00:57

Menit 01:00

Page 57: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

46

Kasus-kasus pelanggaran

Hak Asasi Manusia/ yang

menjadikan mereka korban///

Menit 01:06

Menit 01:08

Menit 01:13

Menit 01:50

Page 58: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

47

Menit : 01:55

Menit 02:08

Menit 02:33

Menit 03:01

Page 59: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

48

Tiga level makna model semiotika sosial M.A.K Halliday yang dianalisis sesuai

visualisasi scene diatas adalah sebagai berikut :

1. Medan wacana/field of discourse

Pada scene 1 yang dibahas adalah aksi kamisan atau aksi payung

hitam. Aksi ini dilaksanakan setiap satu kali dalam sepekan pada kamis sore.

Tujuan dari aksi kamisan ini untuk memperjuangkan kasus Hak Asasi

Manusia/HAM berat yang terjadi di masa lampau hingga saat ini terutama

yang sudah diselidiki KOMNAS HAM agar segera dibawa ke pengadilan

HAM. Aksi kamisan dilaksanakan sejak 18 Januari 2007, jika dihitung maka

Sumarsih dan para korban HAM sudah tujuh tahun lamanya menggelar aksi

ini.

2. Pelibat wacana/tenor of discourse

Narasumber yang dikutip pada scene 1 ini adalah :

Page 60: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

49

Maria Katarina Sumarsih

Pada menit 01:35 Maria Katarina Sumarsih muncul sebagai narasumber. Ia

merupakan koordinator aksi kamisan. Pada scene ini, Sumarsih berperan untuk

menjelaskan latar belakang dan segala perihal mengenai aksi kamisan yang

digelar di depan Istana Negara sebagai berikut :

“Perjuangan kami ini untuk membawa berbagai kasus pelanggaran

HAM berat terutama yang sudah diselidiki oleh KOMNAS HAM bisa

dibawa atau bisa diselesaikan melalui pengadilan HAM Ad hoc. Sayang,

dari peristiwa itu terjadi saya merasa tidak pernah berhenti untuk

mengadvokasi terhadap penembakan anak saya Wawan. Saya ingin

mewujudkan salah satu agenda reformasi yang diperjuangkan oleh

Wawan dan kawan-kawannya anak-anak mahasiswa gerakan ’98. Saya

ingin mewujudkan agenda reformasi yang ketiga yaitu penegakkan

supremasi hukum. Nah, inilah sejak tanggal 18 Januari 2007 kami

melakukan aksi diam di depan istana presiden setiap hari kamis jam

empat sampai jam lima sore kami memakai pakaian berwarna hitam,

berpayung berwarna hitam, berdiri berjajar di sepanjang police line,

kami menggelar spanduk, kami menyampaikan surat kepada presiden

dan dengan kamisan ini, banyak orang menyebut aksi payung hitam.

Inilah cara kami untuk bertahan tetap memperjuangkan agar kasus-

kasus pelanggaran HAM berat baik masa lalu maupun yang terjadi

sampai hingga saat ini bisa dibawa melalui pengadilan HAM”.1

3. Sarana wacana/mode of discourse

Sarana wacana dalam teks dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Teks Narasi Gaya Bahasa

Sore itu lewat pukul empat///

Di seberang istana negara telah berdiri

belasan orang berpakaian serba hitam//

Setiap hari kamis/ mereka berdiri

disini///

Mencari perhatian rakyat dan

penguasa/ atas berbagai kasus

pelanggaran Hak Asasi Manusia/ yang

Memakai bahasa Indonesia baku

(deskriptif), menjelaskan apa yang

sedang terjadi pada gambar. Gaya

bahasa deskriptif biasanya dipakai

dalam narasi. Dalam dunia

pertelevisian, teks deskriptif sangat

membantu agar apa yang tampak pada

gambar sesuai dengan apa yang

diceritakan oleh narator dan dapat

tersampaikan dengan baik sehingga

1 Dikutip dari Video Melawan Lupa Episode “Di Bawah Payung Hitam”, Metro TV.

Page 61: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

50

belum terselesaikan///

Kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi

Manusia/ yang menjadikan mereka

korban///

terjadi persamaan makna antara apa

yang disampaikan oleh media dengan

apa yang ditangkap oleh penonton pada

tayangan tersebut.

Menggunakan gaya bahasa hiperbola

yang melebih-lebihkan. Hiperbola

adalah jenis gaya bahasa mengandung

pernyataan yang melebih-lebihkan baik

jumlah, ukuran, atau sifat dengan

maksud memberi penekanan pada suatu

pernyataan atau situasi untuk

memperhebat, meningkatkan kesan dan

pengaruhnya.2 Jenis gaya bahasa

hiperbola dalam tayangan ini

bermaksud menegaskan bahwa kasus

pelanggaran HAM juga merupakan

suatu yang penting demi terciptanya

keadilan bagi rakyat kecil. Karena

selama ini hukum di Indonesia dikenal

tajam kebawah, tumpul keatas.

Representasi dari scene 1 adalah gambaran aksi kamisan yang

menggunakan properti payung hitam dengan berbagai tulisan berwarna putih.

Selain payung hitam, mereka yang tergabung dalam komunitas Jaringan

Solidaritas Korban untuk Keadilan mengenakan tema pakaian berwarna hitam

dan juga menggelar spanduk berwarna hitam.

Aksi ini digelar di depan Istana Negara pada sore hari. Hal ini terlihat

pada menit 00:57 dan 01: 06 dimana banyak kendaraan lewat yang bertepatan

dengan jam pulang kantor. Aksi kamisan ini lebih dikenal oleh masyarakat umum

sebagai aksi payung hitam karena, dalam setiap pelaksanaannya, properti payung

hitam yang selalu dipakai pada saat aksi diam di depan Istana Negara.

2 AS Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2010), h. 153.

Page 62: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi
Page 63: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

52

Sudah ratusan kali/ Sumarsih

bersama para korban HAM

dan keluarganya menggelar

kamisan///

Jangankan mendapatkan

keadilan.../// Surat untuk

presiden yang mereka kirim

setiap pekan/ belum berbuah

balasan//

Menit 03:17

Menit 03:20

Menit 04:04

1. Medan wacana/field of discourse

Medan wacana pada scene 2 membahas perjuangan Maria Katarina

Sumarsih selaku koordinator aksi kamisan bersama para korban dan keluarga

korban HAM untuk menuntut keadilan dari aksi kamisan ini. Selain

melakukan aksi diam di depan istana negara mereka juga menyampaikan

Page 64: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

53

surat kepada presiden. Sudah ratusan kali mereka rutin memberi surat kepada

presiden sangat disayangkan tak pernah mendapat balasan.

2. Pelibat wacana/tenor of discourse

Pelibat wacana sebagai narasumber yang dikutip adalah:

Maria Katarina Sumarsih

Sumarsih sebagai koordinator aksi ini juga merupakan ibunda Wawan,

salah satu mahasiswa yang menjadi korban tragedi Semanggi I yang terjadi pada

bulan november tahun 1998. Ia menjelaskan bagaimana perjuangannya bersama

para korban dan keluarga korban HAM mencari keadilan pada tingkat DPR

sebagai berikut :

“300 kali ke istana, 300 kali diabaikan, negara masih takut dengan

tentara. Stop impuinitas! Karena Indonesia selama ini menjadi negara

impuinitas, yaitu melindungi para pelaku pelanggaran. Undang-

undangnya ada. Kami datang ke lembaga-lembaga terkait ternyata

mereka seperti DPR sendiri pernah menyatakan periode 1999-2004 itu

menyatakan bahwa tragedi Trisakti Semanggi I dan II bukan

pelanggaran HAM berat. Kemudian periode 2004-2009 itu hanya empat

fraksi yang setuju hasil kajian KOMNAS HAM oleh komisi III DPR

dibawa ke sidang paripurna tetapi enam fraksi tidak setuju. Ini

menunjukkan bahwa negara takut. Takut dengan pelaku pelanggaran

HAM”.3

3 Sumber : Dikutip dari Video Melawan Lupa Episode “Di Bawah Payung Hitam”, Metro TV.

Page 65: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

54

Maria Katarina Sumarsih adalah orang yang sangat gigih dalam

memperjuangkan kasus HAM yang menimpa anaknya, Wawan. Ia tak gentar

untuk mencari kejelasan juga keadilan bagi para korban dan keluarga korban

HAM yang menuntut agar kasus-kasus pelanggaran HAM berat segera

diselesaikan di pengadilan dan pelaku pelanggaran segera diadili. Langkah

mereka dalam menjalani aksi payung hitam ini sebagai bentuk protes agar

Indonesia tidak menjadi negara yang impunitas/melindungi pelaku pelanggaran

HAM.

3. Sarana wacana/mode of discourse

Teks Narasi

Gaya Bahasa

Maria Chatarina Sumarsih/ adalah

ibunda Wawan/.. mahasiswa yang

menjadi korban tragedi semanggi

satu/ november 1998//

Sudah ratusan kali/ Sumarsih

bersama para korban HAM dan

keluarganya menggelar kamisan///

Jangankan mendapatkan

keadilan...///

Surat untuk presiden yang mereka

kirim setiap pekan/ belum berbuah

balasan//

Pada kalimat ini menggunakan

bahasa Indonesia yang baku. Gaya

bahasa yang digunakan adalah

kalimat deskriptif yang menjelaskan

sosok Maria Katarina Sumarsih

sebagai salah satu pejuang HAM.

Kalimat ini menceritakan perjuangan

ibu korban HAM yang mencari

keadilan atas kematian anaknya.

Kalimat ini menggunakan gaya

bahasa ironi. Majas ironi adalah

makna yang menyatakan

bertentangan dengan keadaan

sesungguhnya. Maksud dari gaya

bahasa ini ingin mengemukakan tiga

hal : 1. Makna berlawanan dengan

yang sebenarnya, 2. Ketidaksesuaian

antara suasana dan kenyataan yang

mendasari, 3. Ketidak sesuaian antara

harapan dan kenyataan.4 Maksud dari

kalimat ini adalah para korban HAM

dan keluarganya menggantungkan

4 Sumadiria, Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis, h. 155.

Page 66: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

55

harapan pada presiden untuk segera

menindak lanjuti keadilan atas kasus

pelanggaran HAM namun sayangnya

tak pernah ada tanggapan positif baik

membalas surat maupun menindak

lanjuti tuntutan mereka.

Representasi dari scene 2 lebih banyak mengambil shot sosok

Maria Katarina Sumarsih sebagai koordinator aksi payung hitam. Narasi pada

scene ini menceritakan perjuangan Sumarsih bersama korban dan para

keluarga korban HAM yang menuntut keadilan dari kasus pelanggaran HAM

yang terjadi. Menit 04:04 memperlihatkan penjaga istana negara sedang

menerima map dari peserta aksi kamisan yang berisi surat untuk presiden.

Scene ini menunjukkan surat yang sampai kepada presiden namun tidak

pernah ada balasan apalagi tindakan nyata dari pemerintah untuk

menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM.

Visualisasi Scene 3

Narasi Gambar

Kasus pelanggaran Hak Asasi

Manusia/ terjadi hampir

dalam setiap periode

kepemimpinan di negeri ini//

Menit 04:33

Menit 04:40

Page 67: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

56

Dan pengalaman sejarah

menunjukkan/ kasus

pelanggaran HAM/ bukanlah

hal yang cepat

terselesaikan//

Menit 04:45

Menit 05:21

Menit 05:24

Menit 05:26

Page 68: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

57

Menit 05:32

Menit 05:58

Menit 06:18

Menit 06:21

Page 69: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

58

Menit 06:25

1. Medan wacana/field of discourse

Scene 3 diatas merupakan ideologi produser yang ingin disampaikan

program Melawan Lupa pada penonton mengenai kasus pelanggaran HAM

yang terjadi di Indonesia. Bahwa pelanggaran HAM bukanlah kasus yang

mudah untuk diselesaikan. Dari awal kemerdekaan hingga saat ini walaupun

sudah berganti presiden, kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia masih

saja terjadi.

2. Pelibat wacana/tenor of discourse

Narasumber yang ada pada scene 3 ini merupakan orang-orang yang

kompeten/qualified di bidangnya masing-masing. Kedua narasumber tersebut

adalah sebagai berikut :

Page 70: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

59

Andreas Harsono

Pada menit 04:57 Andreas Harsono seorang peneliti HAM menjelaskan

latar belakang terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia. Keterangan Andreas

adalah sebagai berikut :

“Di Indonesia pergantian perubahan itu hanya terjadi bila terjadi

pergantian kekuasaan besar-besaran. Misal, pada perang dunia kedua,

setelah Jepang kalah, ada kesempatan bagi Soekarno dan kawan-kawan

untuk menyatakan kemerdekaan. Belanda waktu itu kalah, jadi ada

perubahan besar lantas terjadi proklamasi kemerdekaan. Atau tahun ’65

perang dingin, Soekarno terpepet, Soeharto masuk, ada pembunuhan

besar-besaran juga. Atau tahun ’98 ada krisis ekonomi, orang mencari

equilibrarium baru, ingin menaikkan daya tawar mereka terhadap

kekuasaan pusat. Nah, dalam rangka menaikkan daya tawar ini terjadi

sengketa. Dalam sengketa, baik dari sesama masyarakat maupun dari

negara melakukan kekerasan”.5

Haris Azhar

Menit ke 06:08, Haris Azhar koordinator KONTRAS (Komisi untuk

Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) sebagai narasumber kedua dalam

5 Sumber : Melawan Lupa Episode “Di Bawah Payung Hitam”, Metro TV.

Page 71: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

60

scene ini menjelaskan kejadian-kejadian pelanggaran HAM pada masa lampau.

Keterangannya sebagai berikut :

“Bukan hanya di masa peralihan kekuasaan, di masa Soeharto pun itu

ada banyak kekerasan. Ada banyak represif terhadap mahasiswa,

terhadap petani yang dianggap menghalangi agenda pembangunan.

Nah, di zaman-zaman itu kekerasan dilakukan dengan kasat mata. Orang

gampang dipenjarakan, diintimidasi oleh intel, oleh instrumen-instrumen

negara, tentara dan polisi bahkan sampai dihilangkan. Apakah orang-

orang ini menjadi korban bisa dengan gampang mendapatkan akses

keadilan? Tidak. Apakah mereka ini kasusnya diselesaikan? Tidak,

jarang sekali. Ada sejumlah masalah yang membuat mereka ketika

begitu menjadi korban maka mereka akan menjadi korban selamanya

dan tidak dapat keadilan. Dan itulah tipologi kekerasan negara”.6

3. Sarana wacana/mode of discourse

Teks Narasi Gaya Bahasa

Kasus pelanggaran Hak Asasi

Manusia/ terjadi hampir dalam

setiap periode kepemimpinan di

negeri ini//

Dan pengalaman sejarah

menunjukkan/ kasus pelanggaran

HAM/ bukanlah hal yang cepat

terselesaikan//

Pada dua kalimat ini menggunakan

gaya bahasa inuedo. Inuedo

merupakan jenis gaya bahasa berupa

sindiran dengan mengecilkan

kenyataan yang sebenarnya. Gaya

bahasa ini menyatakan kritik dengan

sugesti tidak langsung (Keraf,

1985:144:2004:144).7

Dari gaya bahasa yang dipergunakan

oleh reporter, terlihat bahwa dari awal

kepemimpinan presiden pertama yaitu

Soekarno hingga saat ini penyelesaian

kasus pelanggaran HAM belum juga

tercapai. Masih banyak pekerjaan

rumah bagi pemerintah untuk mencari

solusi dari permasalahan kasus

pelanggaran HAM.

Beberapa gambar yang diambil pada scene 3 ini merepresentasikan

situasi kejadian pada masa lampau. Menit 05:58 sampai dengan menit 06:25

6 Melawan Lupa Episode “Di Bawah Payung Hitam”, Metro TV. 7 Sumadiria, Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis, h. 157.

Page 72: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

61

adalah gambaran situasi penangkapan para terduga anggota PKI untuk

menunjukkan pelanggaran HAM di masa peralihan dari masa Sukarno ke

Suharto.8

Visualisasi Scene 4

Narasi Gambar

Orde baru tengah menghadapi

gempuran kritik dunia

internasional/ ketika

KOMNAS HAM berdiri 7 Juni

1993///

Ketika itu/ peristiwa yang

membuat Indonesia duduk di

kursi panas/ adalah kasus

penembakan aktivis Timor

timur di kompleks

pemakaman Santa Cruz/ Dili/

12 November 1991///

Menit 12:28

Menit 12:35

Menit 12:38

8 Wawancara langsung dengan Aji Baskoro reporter Melawan Lupa, Jakarta, 11 Mei 2014.

Page 73: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

62

Menit 13:25

1. Medan wacana/field of discourse

Medan wacana pada Scene 4 menceritakan situasi pada masa jabatan

pemerintahan presiden Soeharto yang pada waktu itu terjadi tragedi Santa

Cruz menjadikan Indonesia dituduh telah melakukan pelanggaran HAM

berat. Hal ini mendesak presiden Soeharto untuk mendirikan suatu lembaga

yang bernama Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau yang disingkat

menjadi KOMNAS HAM.

2. Pelibat wacana/tenor of discourse

Todung Mulya Lubis

Pada menit ke 13:08 Todung Mulya Lubis seorang pakar hukum ikut

berperan sebagai narasumber pada scene 4. Ia memberi penjelasan mengenai

peristwa Santa Cruz :

Page 74: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

63

“Ada peristiwa Santa Cruz yang menghebohkan. Mana banyak sekali

yang mati ditembak pada waktu itu. Nah, Santa Cruz menjadi duri dalam

daging buat Indonesia pada waktu itu Indonesia dianggap sebagai

negara yang melanggar Hak Asasi Manusia, sangat brutal. Sehingga

kritik yang begitu gencar terhadap Indonesia itu salah satu pendorong

berdirinya KOMNAS HAM”.9

Andreas Harsono

Menit 13:36 Andreas Harsono muncul kembali untuk menceritakan

bagaimana suasana masa orde baru hingga membentuk sebuah komisi yang

menangani permasalahan Hak Asasi Manusia :

“Waktu itu dibentuk tim pencari fakta di kalangan militer itu sendiri

dipimpin oleh Jendral Faisal Tanjung. Hasilnya dikeluarkan sehingga

beberapa panglima tentara diganti ada yang diberhentikan. Namun

pemeriksaan oleh internal militer tidak cukup sehingga presiden

Soeharto pada waktu itu membentuk sebuah komisi Hak Asasi Manusia

karena menurut beliau, perlu untuk menjawab berbagai macam

pertanyaan dari tokoh-tokoh negara lain kepada pak harto”.10

3. Sarana wacana/mode of discourse

Teks Gaya Bahasa

Orde baru tengah menghadapi

gempuran kritik dunia internasional/

ketika KOMNAS HAM berdiri 7

Juni 1993///

Ketika itu/ peristiwa yang membuat

Indonesia duduk di kursi panas/

adalah kasus penembakan aktivis

Kalimat ini menggunakan gaya

bahasa deskriptif sebagai gambaran

dari situasi yang sedang terjadi pada

scene 4.

Kalimat ini menggunakan gaya

bahasa perumpamaan pada kata

“kursi panas”. Gaya bahasa

9 Melawan Lupa Episode “Di Bawah Payung Hitam”, Metro TV. 10 Episode “Di Bawah Payung Hitam”, Metro TV.

Page 75: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

64

Timor timur di kompleks

pemakaman Santa Cruz/ Dili/ 12

November 1991///

perumpamaan membandingkan dua

hal yang berbeda sehingga memiliki

unsur persamaan diantara keduanya.

Dalam bahasa latin disebut simile

yang artinya seperti.11 Kursi panas

yang dimaksud dalam teks narasi

adalah desakan oleh para tokoh

pemimpin dari berbagai negara atas

pelanggaran HAM yang terjadi saat

itu. Indonesia seperti sedang diadili

dan dihakimi dalam suasana sidang

dan menjadi terdakwa yang duduk di

sebuah kursi. Panas menggambarkan

suasana yang terjadi pada saat itu.

Representasi scene 4 pada menit 12:28 sampai 12:38 adalah rekaman

gambar video pada saat konferensi non blok Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-

10 pada bulan September 1992. Gambar ini sebagai ilustrasi hubungan Indonesia

dengan dunia Internasional.12

Visualisasi Scene 5

Narasi Gambar

Namun para pendiri lembaga

ini/ termasuk Baharuddin

Lopa/ berhasil menjadikan

KOMNAS HAM sangat

bergigi di masa itu///

Menit 14:19

11 Sumadiria, Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis, h. 147. 12 Wawancara Pribadi dengan Aji Baskoro (Reporter Melawan Lupa), Jakarta, 11 Mei 2014.

Page 76: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

65

Bahkan pada awal

pembentukannya/ KOMNAS

HAM menjadi lembaga

penegak hukum yang paling

dipercaya masyarakat///

Menit 14:24

Menit 14:27

Menit 14:53

Menit 14:55

Page 77: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

66

1. Medan wacana/field of discourse

Scene ini membahas tentang peranan KOMNAS HAM dari awal

pembentukannya hingga menjadi suatu lembaga pemerintah yang dipercaya

masyarakat dalam menegakkan hukum di Indonesia walaupun pada saat

pelanggaran HAM banyak terjadi, namun kerja keras KOMNAS HAM

terlihat baik di mata masyarakat.

2. Pelibat wacana/tenor of discourse

Penjelasan Todung Mulya Lubis (pakar hukum) sebagai narasumber pada menit

14:36 adalah sebagai berikut :

“KOMNAS HAM pada waktu itu lebih sebagai etalase. Bukan berarti

KOMNAS HAM tidak berjasa. Berjasa karena individu-individu yang

sangat berani seperti Baharuddin Lopa pada waktu itu mampu membuat

KOMNAS HAM diperhitungkan. Jadi, walaupun pada awalnya

KOMNAS HAM itu sebagai etalase tapi dia berhasil menggunakan

kesempatan yang ada untuk memperkuat institusi Hak Asasi Manusia

itu”.13

3. Sarana wacana/mode of discourse

Teks Gaya Bahasa

Tapi para pendiri lembaga ini/

termasuk Baharuddin Lopa/ berhasil

menjadikan KOMNAS HAM sangat

bergigi di masa itu///

Bahkan pada awal pembentukannya/

Menggunakan gaya bahasa

perumpamaan. Kata sangat bergigi

menjadi perumpamaan bahwa pada

masa itu kerja dari lembaga

KOMNAS HAM terlihat baik oleh

13 Melawan Lupa Episode “Di Bawah Payung Hitam”, Metro TV.

Page 78: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

67

KOMNAS HAM menjadi lembaga

penegak hukum yang paling

dipercaya masyarakat///

masyarakat. Kata sangat bergigi

juga menunjukkan kerja keras

KOMNAS HAM sangat terlihat

mencolok dibandingkan dengan

lembaga penegak hukum lainnya.

Representasi gambar pada menit 14:19 hingga 14:27 adalah cuplikan

karikatur terkait dengan isu HAM yang mengemuka pada tahun 90-an pasca

peristiwa Santa Cruz saat presiden Soeharto didesak dunia internasional untuk

membuat KOMNAS HAM.14

Visualisasi Scene 6

Narasi Gambar

Penegakan HAM masih jalan

di tempat///

Menit 15:11

Menit 15:12

14 Wawancara Pribadi dengan Aji Baskoro (Reporter Melawan Lupa), Jakarta, 11 Mei 2014.

Page 79: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

68

Keadilan masih menjadi

mimpi yang harus

diperjuangkan oleh para

korban pelanggaran Hak

Asasi Manusia///

Menit 15:13

Menit 15:15

Menit 15:17

Menit 15:19

Menit 15:31

Page 80: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

69

Menit 15:32

Menit 15:36

Menit 15:50

Page 81: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

70

Menit 15:58

1. Medan wacana/field of discourse

Scene ini membahas pelanggaran HAM yang terjadi pada masa

transisi antara orde baru dan masa reformasi. Ternyata setelah Soeharto

lengser masih terjadi beberapa kasus pelanggaran HAM, salah satunya

pembunuhan aktivis HAM Munir.

2. Pelibat wacana/tenor of discourse

Pada scene ini, Siti Noor Laila sebagai ketua KOMNAS HAM (Komisi

Nasional Hak Asasi Manusia) menjelaskan pelanggaran yang terjadi di

Indonesia :

“Di Indonesia ternyata demokrasi tidak signifikan terhadap menurunnya

pelanggaran HAM. Jadi, kalau demokrasi ini ke arah yang benar,

mestinya pelanggaran HAM menurun dan kesejahteraan rakyat

meningkat. Artinya, dari sini ada yang harus dievaluasi pada masa

transisi ini. Polanya saja yang berbeda, lakonnya saja yang berbeda.

Page 82: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

71

Jadi kalau pada rezim orde baru berdasarkan laporan yang masuk di

KOMNAS HAM pihak yang banyak dilaporkan adalah TNI. Nah, pada

masa transisi sampai sekarang ini pihak yang dilaporkan itu banyak

polisi, yang kedua pemerintah daerah, yang ketiga pemerintah swasta.

Ternyata, polanya adalah dimana kewenangan itu diberikan lebih besar,

maka dia berpotensi terhadap pelanggaran HAM”.15

Haris Azhar adalah seorang koordinator KONTRAS (Komisi untuk Orang

Hilang dan Korban Tindak Kekerasan). Dalam scene ini ia berpendapat

pada zaman pasca pemerintahan presiden Soeharto juga terdapat banyak

kekerasan dan pelanggaran HAM salah satunya kasus pembunuhan aktivis

Munir. Keterangannya dapat dilihat sebagai berikut :

“Pasca Soeharto pun ada banyak peristiwa. Semanggi I, Semanggi

II, berbagai peristiwa kekerasan Munir dibunuh bahkan di zaman

pasca Soeharto. Ada paradigma yang belum dikoreksi. Hari ini,

masih dihidupkan paradigma bahwa negara harus diperkuat,

masyarakat harus diperlemah, masyarakat harus dikontrol, HAM

sebagai agenda barat”.16

3. Sarana wacana/mode of discourse

Teks Narasi Gaya Bahasa

Penegakan HAM masih jalan di

tempat/

Keadilan masih menjadi mimpi

yang harus diperjuangkan para

korban pelanggaran Hak Asasi

Manusia///

Gaya bahasa yang ada pada kalimat

ini adalah sinisme. Sinisme

merupakan gaya bahasa berupa

sindiran yang berbentuk kesangsian.

Sinisme ialah ironi yang lebih kasar

sifatnya. Biasanya gaya bahasa ini

15 Melawan Lupa Episode “Di Bawah Payung Hitam”, Metro TV. 16 Melawan Lupa Episode “Di Bawah Payung Hitam”, Metro TV.

Page 83: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

72

dipakai untuk mengkritik

ketimpangan sosial-ekonomi, ketidak

adilan dan sikap diskriminatif lainnya

yang terjadi.17

Melalui kalimat ini, Melawan Lupa

menyampaikan penyelesaian kasus-

kasus pelanggaran HAM belum

menemukan titik temu, berhenti di

tengah perjalanan karena pengadilan

HAM belum juga dilaksanakan.

Represetasi yang ingin disampaikan pada scene 6 ini adalah gambaran

unjuk rasa mahasiswa yang menuntut presiden Soeharto turun. Gambar pada

menit 15:36 menunjukkan mahasiswa ingin Soeharto lengser dan menuntut

reformasi. Mahasiswa yang menjadi korban pelanggaran HAM pada saat itu

harus berjuang menemukan keadilan dari apa yang mereka alami.

Visualisasi Scene 7

Narasi Gambar

Di berbagai belahan dunia/

perjuangan untuk membela

Hak Asasi Manusia tak

berhenti///

Pun di Indonesia/ karena jalan

untuk memenangkan

perjuangan itu/ sebenarnya

ada///

Menit 17:11

Menit 17:14

17 Bahasa Jurnalistik, h. 160.

Page 84: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

73

Menit 17:25

Menit 17:44

Menit 17:48

Page 85: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

74

Menit 18:08

Menit 18:11

Menit 18:45

1. Medan wacana/field of discourse

Yang dibahas pada scene 7 ini adalah berbagai perjuangan menuntut

penyelesaian kasus pelanggaran HAM yang terjadi salah satunya di

Indonesia. Dari berbagai kasus pelanggaran HAM yang belum selesai salah

satunya adalah pembunuhan aktivis Munir.

Page 86: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

75

2. Pelibat wacana/tenor of discourse

Pada menit 17:34 koordinator KONTRAS, Haris Azhar berbicara mengenai

pengadilan HAM.

“Pengadilan HAM tidak pernah digunakan sampai saat ini. Kita

pernah menggunakan Undang-undang ini untuk kasus Timor Leste,

untuk kasus Tanjung Priok, dan kasus Adipura. Dan kita masih

punya banyak rentetan kasus pelanggaran HAM yang sudah

diselidiki oleh KOMNAS HAM tapi tidak ditindak lanjuti oleh

kejaksaan agung. Secara hukum kita punya cara, saya pikir tinggal

ketegasan pemerintah aja”.18

Peneliti HAM, Andreas Harsono menjelaskan mengenai Hak Asasi Manusia

sebagai berikut:

“Hak Asasi Manusia itu bukan monopoli satu negara saja. Hak asasi

manusia adalah produk kemanusiaan kita semua. Dari dunia barat ada

sumbangan dari Aristoteles, Plato, dari Jerman ada Imanuel Khan, dari

kebudayaan Islam ada piagam Madinah, dari timur jauh juga ada

sumbangan dari negara-negara yang sekarang menjadi Tiongkok,

Korea, Jepang dan lain-lain. Itu berjalan selama dua ribu, tiga ribu

18 Melawan Lupa Episode “Di Bawah Payung Hitam”, Metro TV.

Page 87: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

76

tahun terakhir kemudian di deklarasikan pada tahun 1948. Jadi ini

semua perjuangan umat manusia secara keseluruhan sehingga disebut

sebagai Hak Asasi Manusia”.19

3. Sarana wacana/mode of discourse

Teks Narasi Gaya Bahasa

Di berbagai belahan dunia/

perjuangan untuk membela Hak

Asasi Manusia tak berhenti///

Pun di Indonesia/ karena jalan

untuk memenangkan perjuangan

itu/ sebenarnya ada///

Dua kalimat teks narasi disamping

menggunakan gaya bahasa persuasif

yang menunjukkan sikap optimisme

pada penonton tentang perjuangan

membela HAM.

Pada kalimat ini Melawan Lupa

menyampaikan pada penonton bahwa

sebagai bangsa yang berdasarkan asas

demokrasi, jangan pernah takut

memperjuangkan Hak Asasi Manusia

asalkan ada kemauan, pasti ada jalan.

Representasi visual scene 17:11 hingga 18:11 adalah cuplikan gambar

unjuk rasa menuntut penyelesaian kasus pembunuhan aktivis Munir.20 Teks

narasi yang disampaikan oleh narator ingin menyampaikan bahwa sebenarnya

kasus pelanggaran HAM bisa diselesaikan, semua tergantung dari kemauan

kita sebagai bangsa yang mengakui adanya Hak Asasi Manusia. Pandangan

narasumber dalam scene ini ikut memperkuat apa yang dikatakan oleh

narator.

Visualisasi Scene 8

Narasi Gambar

Ketika Hak Asasi

Manusia masih dianggap

Menit 19:00

19 Melawan Lupa Episode “Di Bawah Payung Hitam”, Metro TV. 20 Wawancara Pribadi dengan Aji Baskoro (reporter Melawan Lupa), Jakarta, 11 Mei 2014.

Page 88: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi
Page 89: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

78

Ketika di depan Istana

masih ada payung

hitam...

Berarti masih ada sejarah

yang dilupakan///

Menit 19:14

Menit 19:17

Menit 19:19

Menit 19:25

Menit 19:29

Page 90: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

79

1. Medan wacana/field of discourse

Tayangan visualisasi pada scene 8 ini menjadi akhir/penutup dari

episode “Di Bawah Payung Hitam” yaitu kesimpulan dari keseluruhan aksi

perjuangan mencari keadilan untuk para korban dan keluarganya. Maka, pada

scene ini narator berbicara tegas bahwa selama masih ada aksi payung

hitam/aksi kamisan, maka keadilan atas kasus pelanggaran HAM yang sudah

terjadi belum selesai dan sejarah mengenai isu HAM masih dilupakan.

2. Pelibat wacana/tenor of discourse

Pada scene terakhir ini tidak ada narasumber yang memberi

keterangan namun hanya sebagai penutup dari keseluruhan scene yang ada

pada tayangan Melawan Lupa episode “Di Bawah Payung Hitam”.

3. Sarana wacana/mode of discourse

Teks Narasi Gaya Bahasa

Ketika Hak Asasi Manusia masih

dianggap milik sebagian orang

saja/ Sumarsih takkan berhenti

beraksi///

Karena reformasi berdiri di atas

jasad anaknya///

Baginya/ perjuangan untuk

mendapatkan keadilan/ takkan

Kalimat yang membentuk kesatuan

paragraf naskah teks ini

menggunakan gaya bahasa deskriptif

yang hiperbola yaitu jenis gaya

bahasa yang mengandung pernyataan

melebih-lebihkan baik jumlah,

ukuran, sifat atau situasi dengan

maksud memberi penekanan untuk

meningkatkan kesan dan

Page 91: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

80

pupus meski bertahun tahun

diabaikan///

Ketika di depan Istana masih ada

payung hitam...Berarti masih ada

sejarah yang dilupakan///

pengaruhnya.21

Pada kalimat ini, Melawan Lupa

menegaskan bahwa perjuangan

Sumarsih akan terus berlanjut hingga

keadilan atas kasus-kasus

pelanggaran HAM berat segera

tercapai.

Representasi dari visual scene 8 memperlihatkan aksi kamisan yang

juga sebagai penutup dari episode “Di Bawah Payung Hitam”. Gambaran

diatas merepresentasikan bahwa aksi payung hitam yang mereka lakukan

sebagai langkah advokasi atas kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi

merupakan suatu pengingat bahwa selama ini isu HAM di Indonesia luput

dari ingatan masyarakat maupun pemerintah.

B. Pesan yang Ingin Disampaikan Kepada Penonton Program Melawan

Lupa

1. Di Indonesia Hak Asasi Manusia masih dianggap sesuatu yang tabu.

Masyarakat pada umumnya masih belum mengetahui apa yang dimaksud

dengan Hak Asasi Manusia dan bagaimana memenuhi hak dan kewajiban

dalam HAM. Hal ini digambarkan oleh Melawan Lupa pada keterangan

narasumber yaitu Haris Azhar sebagai pelibat wacana. Pada pembukaan

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pengakuan atas martabat alami dan

hak-hak yang sama tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia

adalah dasar kemerdekaan, keadilan dan perdamaian di dunia.22

21 Bahasa Jurnalistik, h. 153. 22 Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia diakses pada 5 April 2014 dari

http://www.kontras.org.

Page 92: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

81

2. Kekerasan dan pembunuhan merupakan dua hal yang erat kaitannya dengan

pelanggaran Hak Asasi Manusia. Pesan ini digambarkan Melawan Lupa pada

gambar tragedi kerusuhan Santa Cruz, kerusuhan aksi unjuk rasa mahasiswa

’98, dan kata “Dibunuh” pada tulisan yang terdapat pada spanduk yang

dibentangkan ketika unjuk rasa menuntut penyelesaian kasus pembunuhan

Munir sebagai aktivis HAM. Pada pasal 3 Deklarasi Universal Hak Asasi

Manusia disebutkan bahwa setiap orang berhak atas kehidupan, kebebasan

dan keselamatan sebagai individu.23

23 http://www.kontras.org.

Page 93: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

82

3. Perjuangan menuntut keadilan atas pelanggaran Hak Asasi Manusia bukanlah

hal yang mudah. Karena dalam penyelesaiannya masih banyak rintangan

yang harus dihadapi oleh para pejuang HAM. Namun, hingga saat ini

perjuangan itu masih terus berjalan. Hal ini disampaikan Melawan Lupa pada

teks narasi sebagai berikut24 :

“Di berbagai belahan dunia/ perjuangan untuk membela Hak Asasi

Manusia tak berhenti///

Pun di Indonesia/ karena jalan untuk memenangkan perjuangan itu/

sebenarnya ada///”.

Pada pasal 7 dan 8 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia disebutkan25 :

Pasal 7

“Semua orang sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan

hukum yang sama tanpa diskriminasi. Semua berhak atas perlindungan

yang sama terhadap setiap bentuk diskriminasi yang bertentangan dengan

Deklarasi ini, dan terhadap segala hasutan yang mengarah pada

diskriminasi semacam ini”.

Pasal 8

“Setiap orang berhak atas pemulihan yang efektif dari pengadilan

nasional yang kompeten untuk tindakan-tindakan yang melanggar hak-

hak dasar yang diberikan kepadanya oleh undang-undang dasar atau

hukum”.

24 Teks Narasi Melawan Lupa episode “Di Bawah Payung Hitam”. 25 DUHAM diakses pada 5 April 2014 dari http://www.kontras.org.

Page 94: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

83

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menyimak tayangan program dokumenter Melawan Lupa pada episode

“Di Bawah Payung Hitam” dan menganalisis pada bab IV maka peneliti

merumuskan sesuai dengan model analisis semiotika sosial, kesimpulan dari

tiga level makna yang diteliti pada teks yaitu sebagai berikut :

1) Medan wacana

Pada episode “Di Bawah Payung Hitam”, wacana yang diangkat oleh

program dokumenter Melawan Lupa yaitu mengenai kasus-kasus

pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi di Indonesia selama ini masih

belum menemukan titik temu sebagai penyelesaian akhir.

2) Pelibat wacana

Narasumber pada episode “Di Bawah Payung Hitam” pada program

dokumenter Melawan Lupa berperan sebagai pendukung, melengkapi teks

narasi yang dibuat oleh reporter. Sebagai program yang mengangkat

gambaran nyata dari kejadian dan pelaku asli pada program dokumenter,

narasumber berfungsi sebagai tokoh yang memperkuat dari apa yang

dikemas oleh Melawan Lupa. Pada episode ini, narasumber utama adalah

Maria Katarina Sumarsih sebagai pejuang Hak Asasi Manusia dari aksi

payung hitam yang ia gelar setiap kamis di depan istana negara. Bentuk

dokumenter adalah salah satu program yang bersumber dari pengetahuan

sejarah maka pada episode yang mengangkat tentang pelanggaran HAM

Page 95: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

84

dimunculkan narasumber lain untuk menjelaskan apa yang mereka ketahui

dari peranan mereka di masyarakat sesuai dengan bidang masing-masing

seperti Haris Azhar sebagai koordinator KONTRAS (Komisi untuk Orang

Hilang dan Korban Tindak Kekerasan), Todung Mulya Lubis sebagai pakar

hukum, Andreas Harsono sebagai peneliti HAM dan narasumber terakhir

Siti Noor Laila sebagai ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

(KOMNAS HAM). Haris Azhar menyampaikan bahwa sebenarnya kasus

pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia bisa diselesaikan, hanya saja

memerlukan ketegasan dari pemerintah dan partisipasi dari pihak-pihak

terkait salah satunya dengan mengadakan pengadilan HAM. Andreas

Harsono mengatakan hak asasi manusia bukan produk satu negara saja,

namun hak asasi manusia merupakan produk kita semua. Maksudnya, hak

asasi manusia merupakan hak dan kewajiban bagi setiap orang untuk saling

memenuhi dan menjaganya. Siti Noor Laila menyimpulkan bahwa ternyata

di Indonesia demokrasi tidak signifikan terhadap menurunnya pelanggaran

HAM.

3) Sarana wacana

Teks narasi pada episode ini, Melawan Lupa menggunakan beberapa gaya

bahasa diantaranya : deskriptif, persuasif, perumpamaan, inuedo, ironi,

sinisme dan hiperbola. Namun, dari keseluruhan isi teks narasi lebih banyak

menggunakan gaya bahasa deskriptif dan hiperbola. Kalimat deskriptif

digunakan untuk menceritakan kejadian atau situasi yang sedang terjadi

pada gambar visual yang terlihat pada layar televisi. Sedangkan gaya bahasa

hiperbola pada teks narasi ini dipergunakan pada kata-kata untuk

Page 96: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

85

memberikan efek yang lebih dramatis pada situasi yang ceritakan pada teks

narasi. Dari gaya bahasa hiperbola yang dipakai oleh Melawan Lupa maka

jelaslah maksud dari program ini ingin menunjukkan bahwa pelanggaran

Hak Asasi Manusia merupakan sesuatu yang urgent dan penting untuk

diperhatikan baik oleh masyarakat umum maupun presiden sebagai kepala

negara yang bertanggung jawab atas pemerintahan di Indonesia.

Representasi pelanggaran HAM di Indonesia dari visualisasi gambar

pada episode “Di Bawah Payung Hitam” lebih menonjolkan aksi kamisan sebagai

perjuangan menuntut keadilan atas kasus pelanggaran HAM. Bahasan tentang

pelanggaran Hak Asasi Manusia hanya sedikit digambarkan oleh Melawan Lupa.

Pesan yang ingin disampaikan dari tayangan program dokumenter

Melawan Lupa yaitu Hak Asasi Manusia merupakan hal yang penting untuk

diperhatikan. Selama ini penyelesaian kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia

tidak pernah tuntas. Maka dapat dikatakan selama ini Indonesia merupakan negara

impuinitas yang melindungi para pelaku pelanggar HAM. Maria Katarina

Sumarsih salah satu pejuang yang tidak pernah lelah menyuarakan dan menuntut

keadilan atas semua kasus HAM berat yang selama ini luput dari perhatian

pemerintah.

Peneliti yang memposisikan diri sebagai penonton program dokumenter

hanya menemui sedikit pemahaman mengenai pelanggaran HAM yang terjadi di

Indonesia. Visualisasi yang ditampilkan mengenai esensi dari pelanggaran HAM

belum tersampaikan. Dari representasi gambar yang disampaikan melalui narasi,

ada beberapa shot gambar yang kurang pas dan tidak sesuai dengan teks narasi

yang dibacakan oleh narator. Maka, teori representasi Stuart Hall yang

Page 97: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

86

menyatakan bahwa tidak ada jaminan makna yang diproduksi akan sama dengan

makna yang dikonsumsi oleh enkoder (penonton) adalah benar.

B. Saran

1. Sebaiknya gambar yang ditampilkan pada layar televisi sesuai dengan

naskah yang dibaca oleh narator agar makna pesan oleh produser/penyaji

program Melawan Lupa dapat tersampaikan dengan baik. Dan lebih

memperdalam makna pelanggaran HAM melalui visualisasi gambar.

2. Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki oleh seseorang sejak

dilahirkan. Hak Asasi Manusia melekat pada diri seseorang dan tidak satu

pun orang boleh merampasnya. Pengakuan atas Hak Asasi Manusia secara

universal terdapat pada Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang

dirumuskan pada tanggal 10 Desember 1948. Hak Asasi Manusia

merupakan sesuatu yang penting untuk diperhatikan. Selama ini isu HAM

masih dianggap tabu oleh masyarakat maupun pemerintah. Dari sejarah

kita dapat belajar agar pembunuhan dan kekerasan tidak lagi menjadi suatu

cara penyelesaian dari konflik sosial yang terjadi. Sehingga kedepannya

tidak terjadi lagi kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia.

3. Film dokumenter yang menampilkan sejarah mengenai suatu peristiwa,

biografi seorang tokoh, maupun sejarah dari suatu tempat seharusnya

menjadi tontonan wajib untuk para mahasiswa. Sebagai lembaga institusi

pendidikan, universitas ikut berperan dalam memfasilitasi mahasiswa/i nya

untuk berkarya agar para mahasiswa tidak hanya menjadi penonton namun

dapat juga membuat suatu karya film dokumenter yang dikemas dengan

menarik.

Page 98: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

87

DAFTAR PUSTAKA

Amir Piliang, Yasraf. Semiotika dan Hipersemiotika: kode, gaya dan matinya

makna. Bandung: Matahari, 2012.

Arifiannto, S. “Konstruksi Teori-teori Dalam Perspektif Kajian Budaya dan

Media”, h.9.

Arifin, Eva. Broadcasting to be broadcaster. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010.

Burton, Graeme. Membincangkan Televisi Sebuah Pengantar Kajian Televisi.

Yogyakarta : Jalasutra, 2011.

Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2004.

Danesi, Marcel. Pesan, Tanda, dan Makna : Buku Teks Dasar Mengenai

Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta : Jalasutra, 2010.

Freek, Colombijn “budaya praktik kekerasan di Indonesia” dlm buku Konflik

Kekerasan Internal, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia; MOST-LIPI, 2004)

h.281

Halliday, M.A.K dan Hasan, Ruqaiya. Bahasa, Konteks, dan Teks : Aspek-aspek

Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 1992.

Halliday, M.A.K. Language as social semiotic the social interpretation of

language and meaning. New York: Athenaeum Press, 1978.

Haris Sumadiria, AS. Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.

Graeme Burton, Media dan Budaya Populer. Yogyakarta: Jalasutra, 2012.

Ihza Mahendra, Yusril. Dinamika Tata Negara Indonesia : Kompilasi aktual

masalah konstitusi dewan perwakilan dan sistem kepartaian. Jakarta : Gema

Insani Press, 1996.

Iswidayati, Sri. “Roland Barthes dan Mithologi” http//www. Journal.unnes.ac.id,

28 Agustus 2014

Kenjono, Djoko. Dasar-dasar Linguistik Umum. Jakarta: Mathias Diederich,

1990.

Page 99: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

88

Kriyanto, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis

Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi,

Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana, 2007.

Mahmud Marzuki, Peter. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Kencana, 2009.

Mahfud MD, Moh. Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia. Yogyakarta :

UII Press, 1993.

Nurudin. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.

Parera, J.D. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga, 2004.

Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2008.

Riyadi, Eko. Hukum Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: PUSHAM UII, 2008.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Semiotik, dan

Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009.

W. Little John, Stephen dan A. Foss, Karen. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba

Humanika, 2011.

Page 100: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi
Page 101: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

90

Tanggal Wawancara : 11 Mei 2014

Bersama Reporter Program Melawan Lupa

Mas Aji Baskoro

Page 102: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

91

Naskah Di Bawah Payung Hitam

SEG1

SORE ITU LEWAT PUKUL EMPAT/// DI SEBERANG ISTANA NEGARA TELAH BERDIRI BELASAN ORANG BERPAKAIAN SERBA HITAM// SETIAP HARI KAMIS/ MEREKA BERDIRI DISINI/// MENCARI PERHATIAN RAKYAT DAN PENGUASA/ ATAS BERBAGAI KASUS PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA/ YANG BELUM TERSELESAIKAN/// KASUS-KASUS PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA/ YANG MENJADIKAN MEREKA KORBAN///

SOT Sumarsih (Koordinator Aksi Kamisan) Aksi Kamisan kita mulai sejak tanggal 12 Januari 2007, untuk membawa berbagai kasus pelanggaran berat yang telah diselidiki Komnas HAM supaya bisa dibawa ke pengadilan HAM ad hoc...

MARIA CHATARINA SUMARSIH/ ADALAH IBUNDA WAWAN/.. MAHASISWA YANG MENJADI KORBAN TRAGEDI SEMANGGI SATU/ NOVEMBER 1998// SUDAH RATUSAN KALI/ SUMARSIH BERSAMA PARA KORBAN HAM DAN KELUARGANYA MENGGELAR KAMISAN/// JANGANKAN MENDAPATKAN KEADILAN.../// SURAT UNTUK PRESIDEN YANG MEREKA KIRIM SETIAP PEKAN/ BELUM BERBUAH BALASAN//

SOT Sumarsih (Koordinator Aksi Kamisan)

Page 103: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

92

tentang aksi Kamisan yang telah lebih dari 300 kali, namun mereka seperti diabaikan, negara seolah-olah masih takut mengungkap berbagai pelanggaran HAM yang pernah terjadi.

ROLL NATSOUND REFLEKSI AKSI KAMISAN

FADE TO BLACK

KASUS PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA/ TERJADI HAMPIR DALAM SETIAP PERIODE KEPEMIMPINAN DI NEGERI INI// DAN PENGALAMAN SEJARAH MENUNJUKKAN/ KASUS PELANGGARAN HAM/ BUKANLAH HAL YANG CEPAT TERSELESAIKAN//

GAMBAR MASA ORDE LAMA DARI PASCA G30S HINGGA PENANGKAPAN PARA PELAKU G30S

SOT Andreas Harsono (Peneliti HAM) “Di Indonesia, perubahan itu terjadi hanya terjadi pergantian kekuasaan besar-besaran. Misal dari masa kemerdekaan, ketika setelah proklamasi ada pembunuhan besar-besaran, atau pada masa perang dingin, Sukarno terjepit, Suharto masuk, ada pembunuhan besar-besaran. “Pada perubahan-perubahan seperti inilah, berbagai kelompok masyarakat mencarai equilibrium baru, penyesuaian baru, untuk menaikkan posisi tawar masing-masing. Dan dalam proses inilah kekerasan terjadi, baik yang dilakukan oleh negara maupun sesama masyarakat sipil terjadi.” “Ini adalah hal yang wajar terjadi dalam perjuangan umat manusia”

SOT Haris Azhar (Koordinator KontraS) “Kekerasan negara itu bukan hanya di masa peralihan kekuasaan, dari Sukarno ke Suharto atau ketika Suharto lengser, tapi

Page 104: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

93

bahkan di zaman Sukarno pun itu terjadi, di zaman Suharto terjadi” “Apakah orang-orang yang menjadi korban bisa gampang mendapat akses keadilan, tidak. Itulah tipologi kekerasan negara, sekali menjadi korban, mereka harus menjadi korban selamanya. Mereka harus susah payah, puluhan tahun menuntut keadilan.”

KETIDAKADILAN-LAH YANG MELAHIRKAN SOSOK YAP THIAM HIEN///

SEORANG PENGACARA KETURUNAN TIONGHOA/ YANG RELA KELUAR MASUK BUI/ DEMI MEMPERJUANGKAN HAK ASASI MANUSIA//

TEASER YAP THIAM HIENS

SEG 2

NAMA YAP THIAM HIEN MULAI DIKENAL TAHUN 1950-AN/// KETIKA ITU IA MENENTANG PASAL UUD 1945 YANG DIANGGAPNYA DISKRIMINATIF/ KARENA HANYA MEMBERIKAN PELUANG BAGI ORANG INDONESIA ASLI MENJADI PRESIDEN/// Kalo ada soundbyte kiprah awal yap bisa disini PENGACARA KETURUNAN TIONGHOA INI MEMANG TAK PERNAH TAKUT BERSUARA/// PADA AWAL DEKADE 1960-AN/ IA MENGKRITIK PRESIDEN SUKARNO ATAS PERLAKUAN TAK WAJAR/ YANG DIALAMI PARA TAHANAN KASUS P-R-R-I DAN PERMESTA/// YAP JUGA MEMPERJUANGKAN PEMBEBASAN SEJUMLAH TAHANAN POLITIK SEPERTI MOHAMMAD NATSIR DAN

Page 105: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

94

SUTAN SYAHRIR///

SOT Andreas Harsono tentang Yap Thiam Hien, seorang pengacara yang berpegang pada prinsip keadilan. Yap adalah salah satu tonggak perjuangan Hak Asasi Manusia di Indonesia

NAMA YAP THIAM HIEN SEMAKIN MENYEDOT PERHATIAN PUBLIK/ KETIKA MEMBELA SUBANDRIO DALAM MAHKAMAH MILITER LUAR BIASA/ TAHUN 1966// SUBANDRIO ADALAH MANTAN MENTERI LUAR NEGERI PEMERINTAHAN PRESIDEN SUKARNO/ YANG DIDAKWA TERLIBAT GERAKAN 30 SEPTEMBER 1965/// SEMENTARA YAP DIKENAL SEBAGAI TOKOH ANTI KOMUNIS///

SOT Todung Mulya Lubis tentang Yap yang berpegang pada prinsip, semua orang memiliki hak yang sama di depan hukum, maka tidak ada yang saalh ketika seorang pengacara membela seorang yang disangka terlibat PKI

SOT Andreas Harsono tentang Yap yang anti komunis. Dia membela Subandrio bukan karena ideologinya. Yap justeru membuktikan bahwa perjuangan HAM tidak terbatas pada ideologi

BAGI YAP TIAM HIEN/ PERJUANGAN MEMBELA HAM TAK KENAL USIA/// UMUR YAP 71 TAHUN/ KETIKA MEMBELA PARA KORBAN KASUS TANJUNG PRIOK TAHUN 1984///

PERJUANGAN BERAKHIR/ KETIKA SANG PEJUANG HAM TUTUP USIA TAHUN 1989///

Page 106: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

95

BARU 4 TAHUN KEMUDIAN/ SEBUAH LEMBAGA MELIBATKAN BAHARUDIN LOPA/ MEWUJUDKAN CITA CITA YAP/ MEMPERJUANGKAN NASIB PARA KORBAN HAM///

TEASER KOMNAS HAM

SEGMEN 3

FOOTAGES DILI

ORDE BARU TENGAH MENGHADAPI GEMPURAN KRITIK DUNIA INTERNASIONAL/ KETIKA KOMNAS HAM BERDIRI 7 JUNI 1993/// KETIKA ITU/ PERISTIWA YANG MEMBUAT INDONESIA DUDUK DI KURSI PANAS/ ADALAH KASUS PENEMBAKAN AKTIVIS TIMOR TIMUR DI KOMPLEKS PEMAKAMAN SANTA CRUZ/ DILI/ 12 NOVEMBER 1991///

SOT Haris Azhar tentang peristiwa Santa Cruz dan Indonesia yang tidak bisa lepas dari dunia internasional terkait penegakan HAM di awal orde baru.

TAPI PARA PENDIRI LEMBAGA INI/ TERMASUK BAHARUDIN LOPA/ BERHASIL MENJADIKAN KOMNAS HAM SANGAT BERGIGI DI MASA ITU/// BAHKAN PADA AWAL PEMBENTUKANNYA/ KOMNAS HAM MENJADI LEMBAGA PENEGAK HUKUM YANG PALING DIPERCAYA MASYARAKAT///

FOTO FOTO PENDIRI KOMNAS HAM

Graphis: Jajak pendapat Kompas tahun 1998 : Lembaga Pilihan Masyarakat 45,5% Komnas HAM 24,5% LBH 5,5% Kepolisian 4,4% DPR

SOT Todung Mulya Lubis tentang pembentukan Komnas Ham yang awalnya hanya sebagai etalase pemerintah, ada pilihan untuk bergabung atau tidak pada saat itu, dan itu pilihan yang memiliki alasan masing-masing.

Page 107: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

96

Pada akhirnya Komnas Ham berjalan seperti kuda liar yang cukup kritis terhadap pemerintah, karena diisi oleh orang-orang pemberani seperti Baharuddin Lopa dkk.

PENEGAKAN HAM MASIH JALAN DI TEMPAT/ KEADILAN MASIH MENJADI MIMPI YANG HARUS DIPERJUANGKAN PARA KORBAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA///

SOT Haris Azhar tentang reformasi dan penegakan HAM. Kasus-kasus lama yang belum terungkap, juga ada kasus-kasus baru yang terjadi di era reformasi, seperti kasus munir misalnya. Kasus Munir adalah contoh telanjang, bahwa pelanggaran HAM tidak hanya terjadi pada rezim otoriter.

SOT Siti Noor Laila tentang kasus-kasus yang sebenarnya telah diselidiki Komnas HAM, namun berhenti proses hukumnya. Ini karena tidak adanya political will.

DI BERBAGAI BELAHAN DUNIA/ PERJUANGAN UNTUK MEMBELA HAK ASASI MANUSIA TAK BERHENTI/// PUN DI INDONESIA/ KARENA JALAN UNTUK MEMENANGKAN PERJUANGAN ITU/ SEBENARNYA ADA///

SOT Haris Azhar tentang solusi kasus pelanggaran HAM, antara konsolidasi dan pengadilan hukum

SOT Siti Noor Laila tentang batasan kasus pelanggaran HAM yang bisa diselesaikan dengan rekonsiliasi dan yang harus diselesaikan lewat jalur hukum

Page 108: “REPRESENTASI PELANGGARAN HAM DI INDONESIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27337/1/RIRIN... · penyelesaian atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

97

SOT Andreas Harsono tentang HAM bukan produk asing, dia dimiliki oleh semua bangsa di dunia, dan setiap bangsa punya sumbangan terhadapnya

KETIKA HAK ASASI MANUSIA MASIH DIANGGAP MILIK SEBAGIAN ORANG SAJA/ SUMARSIH TAKKAN BERHENTI BERAKSI/// KARENA REFORMASI BERDIRI DI ATAS JASAD ANAKNYA///

Sumarsih pegang wawan plus footages

BAGINYA/ PERJUANGAN UNTUK MENDAPATKAN KEADILAN/ TAKKAN PUPUS MESKI BERTAHUN TAHUN DIABAIKAN///

Roll orasi dikit

KETIKA DI DEPAN ISTANA MASIH ADA PAYUNG HITAM..

BERARTI MASIH ADA SEJARAH YANG DILUPAKAN/// END