bab iii 14012014.docx (ririn)
DESCRIPTION
jklzvnkjdf vsdkljf bsdfjonb klazs dvkzjsdvn ikjz sdfvbkjdvbd fbzjkTRANSCRIPT
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori (explanatory
research) dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian eksplanatori
(explanatory research) adalah penelitian yang menyoroti hubungan antara
variable-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah
dikemukakan sebelumnya (Singarimbun,1995).
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey. Penelitian
survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok
( Singarimbun,1995). Tujuannya untuk memperoleh informasi tentang
sejumlah responden yang dianggap mewakili populasi tertentu
(Kriyantono, 2007,h.59). Dalam survey proses pengumpulan dan analisis
data social bersifat sangat terstruktur dan mendetail melalui kuesioner
sebagai instrument utama untuk mendapatkan informasi dari sejumlah
responden yang diasumsikan mewakili populasi secara spesifik..metode
survei yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei
eksplanatif. Kriyantono (2007) mengemukakan bahwa “Jenis survei ini
digunakan bila periset ingin mengetahui mengapa situasi atau kondisi
tertentu terjadi atau apa yang mempengaruhi mengapa kondisi tertentu
terjadi atau apa yang mempengaruhi terjadinya sesuatu.” Kriyantono
(2007) mengemukakan bahwa dalam metode survei periset tidak sekadar
menggambarkan terjadinya fenomena tetapi telah mencoba menjelaskan
mengapa fenomena itu terjadi dan apa pengaruhnya, atau dengan kata
lain, periset ingin menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variable.
Dalam penelitian ini peneliti membuat hipotesis sebagai asumsi awal
untuk menjelaskan hubungan antar varabel yang diteliti.
3.3. Definisi Operasional
Kriyantono (2007) menyatakan bahwa definisi operasional
merupakan proses operasionalisasi konsep. Hasilnya berupa konstruk
dan variabel beserta indikator-indikator pengukurannya. Kriyantono
(2007) juga menyatakan bahwa “ Pada dasarnya, mengoperasionalkan
konsep sama dengan menjelaskan konsep berdasarkan parameter atau
indikator-indikatornya. Dengan kata lain, hasil dari mengoperasionalkan
konsep adalah variabel. Dinamakan variabel karena mempunyai variasi
nilai yang dapat diukur.Nilai-nilai inilah yang biasa disebut indicator.Skala
pengukuran adalah upaya memberikan skor pada indicator.” Berikut
adalah definisi operasionalisasi pengaruh self esteem, self efficacy, dan
locus of control terhadap kinerja:
a. Variable X1 (self esteem)
Self-esteem adalah penilaian seseorang secara umum terhadap
dirinya sendiri, baik berupa penilaian negatif maupun penilaian positif
yang akhirnya menghasilkan perasaan keberhargaan atau kebergunaan
diri dalam menjalani kehidupan (Coopesmith,1967). Sedangkan menurut
Kreitner dan Kinicky (2003,h.165) “Self esteem adalah suatu keyakinan
nilai diri sendiri berdasarkan evaluasi diri secara keseluruhan.” Keyakinan
terhadap nilai pada diri tersebut terbentuk oleh keadaan kita dan
bagaimana orang lain memperlakukan kita.
Bandura (1997) mengemukakan ciri-ciri orang yang
memiliki self esteem yang kuat yang kemudian peneliti jadikan sebagai
indikator strong self esteem (x1). Indikator strong self esteem (x1) adalah
sebagai berikut:
1. Self Confidence (percaya diri) yaitu menghadapi segala sesuatu
dengan penuh percaya diri dan tidak mudah putus asa, menyadari
sepenuhnya kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya. Rasa
percaya diri dimanfaatkan untuk bisa mengatasi segala permasalahan
yang muncul sehingga tidak mudah putus asa dan bila berhasil juga tidak
besar kepala.
2. Goal Oriented ( mengacu hasil akhir) yaitu ketika ingin melaksanakan
sesuatu selalu memikirkan langkah yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuannya dengan memikirkan segala konsekuensi yang diperkirakan
akan muncul serta memiliki alternatif lain untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Appreciative (menghargai) yaitu merasa cukup dan selalu bisa
menghargai yang ada disekelilingnya serta dapat membagi
kesenangannya dengan orang lain.
4. Contented (puas/senang) yaitu bisa menerima dirinya apa adanya
dengan segala kelebihan dan kelemahannya serta mempunyai toleransi
yang tinggi atas kelemahan orang lain dan mau belajar dari orang lain.
Dia melihat masa depan dengan apa yang ada pada dirinya dan yang
bisa dilakukannya dan bukannya masa depan yang sekedar meniru orang
lain.
Disamping itu peneliti juga menggunakan Rosenberg self-esteem
scale sebagai panduan untuk menentukan indikator strongself esteem.
Berikut adalah Rosenberg self esteem scale yang peneliti jadikan
indicator untuk mengukur strong self esteem (Rosenberg,1965:
1. On the whole, I am satisfied with my self
2. I feel that I have a number of good qualities
3. I am able to do things as well as must other people I feel im a person of
worth, at least on an equal plane with others
4. I take a attitude toward myself
Bandura (1997) mengemukakan ciri-ciri orang yang
memiliki self esteem yang lemah yang kemudian peneliti jadikan sebagai
indikator weak self esteem (x1). Indikator weak self esteem (x1) adalah
sebagai berikut:
1. Critical (selalu mencela) yaitu selalu mencela orang lain, banyak
keinginannya dan sering kali tidak terpenuhi, senang memperbesar
masalah-masalah kecil dan seringkali tidak mengakui kelemahannya.
2. Self-centred (mementingkan dirinya sendiri) yaitu egois, tidak
peduli dengan kebutuhan atau perasaan orang lain, segala sesuatunya
berpusat pada diri sendiri, tidak ada tenggang rasa dengan lainnya yang
akhirnya berakibat bisa menjadi frustasi.
3. Cynical (sinis/suka mengolok-olok) yaitu senang meledek orang lain
dengan omongan yang sinis, sering mensalahartikan pemikiran, kegiatan,
kebaikan serta niat baik orang lain sehingga orang lain tidak senang pada
dirinya.
4. Diffident (malu-malu) yaitu menyangkal atas semua kelemahannya, tidak
pernah bisa membuktikan kelebihannya dan sering kali gagal dalam melakukan
sesuatu.
Disamping itu peneliti juga menggunakan Rosenberg self-esteem
scale sebagai panduan untuk menentukan indikator weak self esteem.
Berikut adalah Rosenberg self esteem scale yang peneliti jadikan
indicator untuk mengukur weak self esteem (Rosenberg,1965):
1. At times, I think I am no good at all
2. I feel I do not have much to be proud of
3. I certainly feel useless at times
4. I wish I could have more respect for myself
5. All in all, I am inclined to feel that I am a failure
b. Variable X2 (Self-efficacy)
Self-efficacy mengacu pada persepsi tentang kemampuan individu
untuk mengorganisasi dan mengimplementasi tindakan untuk
menampilkan kecakapan tertentu (Bandura,1986). Sedangkan Baron dan
Byrne (2000) mengemukakan bahwa self-efficacy merupakan penilaian
individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan
suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan menghasilkan sesuatu. Di
samping itu, Schultz (1994) mendefinisikan self-efficacy sebagai
perasaan individu terhadap kecukupan, efisiensi, dan kemampuan kita
dalam mengatasi kehidupan.
Berdasarkan persamaan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa self-efficacy merupakan keyakinan atau kepercayaan individu
mengenai kemampuan dirinya untuk untuk mengorganisasi, melakukan
suatu tugas, mencapai suatu tujuan, menghasilkan sesuatu dan
mengimplementasi tindakan untuk menampilkan kecakapan tertentu.
Bandura (1997) mengemukakan ciri-ciri orang yang
memiliki self efficacy yang tinggiyang kemudian peneliti jadikan sebagai
indikator high self efficacy. Indikator high self efficacy adalah sebagai
berikut:
1. Menetapkan target yang tinggi
2. Menunjukan komitmen yang tinggi
3. Mengerahkan banyak usaha
4. Tidak mudah menyerah ketika menemukan hambatan
5. Membayangkan skenario keberhasilan yang optimis
6. Menerima tugas-tugas yang sulit
7. Bersedia mencoba hal-hal baru
8. Selalu mengembangkan diri
9. Melihat kemampuan diri merupakan hal yang dapat ditingkatkan
10. Mengatribusikan kegagalan sebagai kurangnya keterampilan atau
usaha
11. Menekankan pada pengembangan diri dan penyelesaian tugas
12. Tahan saat menemui kesulitan
13. Merasa mampu mengatasi masalah lebih baik dari orang lain
14. Memikirkan kelebihan yang dimiliki
15. Tidak mudah mengalami gangguan emosional, stres, depresi, dan
cemas
Bandura (1997) mengemukakan ciri-ciri orang yang
memiliki self efficacy yang rendah yang kemudian peneliti jadikan
sebagai indikator low self efficacy (x4). Indikator low self efficacy (x4)
adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan target yang rendah
2. Menunjukan komitmen yang rendah
3. Mengerahkan sedikit usaha
4. Mudah menyerah ketika menemukan hambatan
5. Membayangkan skenario kegagalan yang pesimis
6. Menghindari tugas-tugas yang sulit
7. Tidak mau mencoba hal-hal baru
8. Selalu membatasi kemampuan diri
9. Melihat kemampuan diri merupakan hal yang sudah menetap
10. Melihat kegagalan sebagai ketidakmampuan
11. Menekankan pada perbandingan dengan orang lain
12. Tidak dapat mengatasi ancaman
13. Merasa tidak mampu mengatasi masalah lebih baik dari orang lain
14. Mengeluhkan kekurangan yang dimiliki
15. Lebih rentan terhadap stres, kecemasan dan depresi
c. Variable X3 (Locus of control)
Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali
dikemukakan oleh Rotter (1966), seorang ahli teori pembelajaran
sosial.Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian
(personality), yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap
mampu tidaknya individu dalam mengontrol nasib (destiny) sendiri
(Kreitner dan Kinicki, 2005).
Individu dengan internal locus of control adalah individu yang
yakin bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apapun yang
terjadi pada diri mereka (Robbins dan Judge,2007).
Peneliti kemudian merangkum definisi-definisi internal locus of
control yang dikemukakan oleh Robbins&Judge(2007) dan
Kreitner&Kinichi(2005) yang kemudian peneliti jadikan indicator untuk
variable internal locus of control:
1. Individu yakin bahwa mereka pemegang kendali atas apapun
yang terjadi pada diri mereka
2. Individu yakin bahwa nasib dan peristiwa dalam kehidupannya
berada di bawah control dirinya
3. Individu yakin hasil yang dicapai adalah hasil dari usaha kerasnya
4. Individu menyandarkan harapannya pada diri sendiri
5. Individu memilih meningkatkan keahlian dibanding harus memilih
berada pada situasi yang menguntungkan.
Individu dengan external locus of control adalah individu yang
yakin bahwa apapun yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh
kekuatan luar seperti keberuntungan dan kesempatan (Robbins dan
Judge,2007).
Peneliti kemudian merangkum definisi-definisi external locus of
control yang dikemukakan oleh Robbins&Judge(2007) dan
Kreitner&Kinichi(2005) yang kemudian peneliti jadikan indicator untuk
variable external locus of control:
1. Individu yakin bahwa apapun yang terjadi pada dirinya
dikendalikan oleh kekuatan luar seperti keberuntungan dan kesempatan.
2. Individu menganggap lingkunganlah yang mengontrol nasib dan
peristiwa yang terjadi dalam hidupnya.
3. Individu menganggap keberhasilannya adalah karena siruasi yang
mendukung.
4. Individu lebih banyak menyandarkan harapannya pada orang lain
dan situasi diluar dirinya.
5. Individu cenderung memilih berada di situasi yang
menguntungkan dibanding meningkatkan keahlian.
d. Variable Y1(Motivasi kerja)
Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan kerja
atau semangat kerja yang disebabkan oleh terpenuhinya kebutuhan
fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan social, kebutuhan akan
penghargaan, dan aktualisasi diri. Variable motivasi, selanjutnya disebut
motivasi kerja dan diindikasikan dalam indicator. Indikator-indikator
tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam item-item sebagai berikut:
Eksistensi:
1. Kesesuaian gaji dengan pemenuhan kebutuhan mendasar
2. Kesesuaian tunjangan yang diterima dengan beban
tanggungjawab
3. Rasa senang dalam bekerja
4. Adanya jaminan hari tua bagi karyawan
5. Pengakuan keberhasilan dari rekan kerja
6. Perhatian dari atasan
Keterkaitan:
1. Saling menghormati antar sesama rekan kerja
2. Saling mempercayai antar sesama rekan kerja
3. Keterbukaan komunikasi dengan atasan
4. Pertemuan informal sebagai media komunikasi
Pertumbuhan:
1. Dorongan dari pimpinan agar karyawan memberikan ide-ide baru
2. Dorongan dari pimpinan agar karyawan berprestasi
3. Penghargaan sesuai prestasi
4. Kesempatan pengembangan diri.
e. Variable Y1(kinerja)
Mangkunegara (2000) mengatakan bahwa kinerja adalah hasil
kerja secara kuantitas dan kualitas yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggungjawab yang diberikan
kepadanya. Munasef (1983) mengatakan bahwa prestasi kerja adalah
kemampuan seseorang dalam usaha mencapai hasil kerja yang lebih
baik/ lebih menonjol kearah tercapainya tujuan organisasi, sedangkan
Moenir (1987) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja pada kesatuan
waktu atau ukuran tertentu.
Untuk mengetahui kinerja Public Relations peneliti kemudian
menggunakan fungsi public relations yang dikemukakan oleh Kriyantono
(2008) , ruang lingkup kerja public relations yang dikemukakan oleh
Kriyantono (2008), serta penilaian kerja yang dikemukakan
olehSastrohadiwiryo (2002). Berdasarkan ketiga acuan tersebut, berikut
adalah indikator kinerja public relations:
1. Memelihara komunikasi yang harmonis antara perusahaan
dengan publiknya.
2. Membantu manajemen memberikan informasi pada public dan
responsive terhadap opini publik
3. Membantu manajemen untuk mengikuti dan memanfaatkan
perubahan
4. Memperkenalkan perusahaan kepada public dengan publication
dan publicity
5. Mengorganisasi event sebagai upaya membentuk citra
6. Menghasilkan produk-produk tulisan seperti press
release,newsletter,berita
7. Membuat program-program yang ditujukan untuk menciptakan
keterlibatan masyarakat di dekitarnya
8. Membina hubungan dengan media(pers)
9. Memiliki keahlian persuasi dan negosiasi dengan berbagai pihak
10. Membuat program-program yang bermanfaat bagi kepentingan
dan kesejahteraan social
11. Sanggup mentaati , melaksanakan, mengamalkan peraturan
dalam pekerjaan dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab
12. Sanggup menyelesaikan tugas dan pekerjaan dengan tepat waktu
dan sebaik-baiknya
13. Sanggup untuk tidak menyalahgunakan wewenang
14. Sanggup untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam
menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan
15. Sanggup mengambil keputusan dalam melaksanakan suatu tugas
pokok tanpa menunggu perintah atau bimbingan dari manajemen
16. Dalam jabatannya sanggup meyakinkan orang lain/ tenaga kerja
lain untuk mengerjakan suatu tugas sesuai dengan porsinya
Table 1. Definisi Operasional:
Variable Indikator Skala pengukuran Instrument
pengukuran
Strong
self
esteem
1. Individu merasa
percaya diri
2. Individu merasa
tidak mudah putus
asa
3. Individu selalu
memikirkan
langkah untuk
mencapai tujuan
4. Individu selalu
memikirkan
konsekuensi dan
alternative lain
dalam mencapai
Semuanya
menggunakan
skala ordinal,
misalnya: (1)
Setuju (2) tidak
setuju (3)
kurang setuju
(4) setuju (5)
sangat setuju
Kuesioner
tujuan
5. Individu merasa
selalu cukup dan
menghargai atas
apa yang
dimilikinya
6. Individu merasa
dapat membagi
kesenangannya
dengan orang lain
7. Individu merasa
memiliki toleransi
tinggi atas
kelemahan orang
lain
8. Individu merasa
mau belajar dari
orang lain
9. Individu merasa
puas terhadap
dirinya
10. Individu merasa
dirinya berkualitas
11. Individu merasa
dirinya dapat
mengerjakan
sesuatu sebaik
kebanyakan orang
12. Individu merasa
bahwa ia adalah
orang yang selalu
dihargai
13. Individu merasa
dapat membuat
keputusan atas
dirinya sendiri
Weak self
esteem
1. Individu merasa
bahwa banyak
keinginannya
yang tidak
terpenuhi
2. Individu senang
memperbesar
masalah kecil
3. Individu tidak mau
mengakui
kelemahannya
4. Individu tidak
peduli dengan
kebutuhan orang
lain
5. Individu tidak peka
dengan perasaan
orang lain
6. Individu sinis
terhadap orang
lain
7. Individu mensalah
artikan niat
baik/pemikiran/ke
giatan orang lain
yang tidak senang
pada dirinya
8. Individu
menyangkal
kelemahannya
9. Individu tidak bisa
membuktikan
Semuanya
menggunakan
skala ordinal,
misalnya: (1)
Setuju (2) tidak
setuju (3)
kurang setuju
(4) setuju (5)
sangat setuju
Kuesioner
kelebihannya
10. Individu seringkali
gagal dalam
melakukan
sesuatu
11. Individu merasa
tidak dapat
mengerjakan
segala sesuatu
dengan baik
12. Individu merasa
tidak ada yang
dapat
dibanggakan dari
dirinya
13. Individu sering
merasa tidak
berguna
14. Individu berharap
ada yang bisa
menghormatinya
High self
efficacy
1. Menetapkan
target yang tinggi
2. Menunjukan
komitmen yang
tinggi
3. Mengerahkan
banyak usaha
4. Tidak mudah
menyerah ketika
menemukan
hambatan
5. Membayangkan
skenario
Semuanya
menggunakan
skala ordinal,
misalnya: (1)
Setuju (2) tidak
setuju (3)
kurang setuju
(4) setuju (5)
sangat setuju
Kuesioner
keberhasilan yang
optimis
6. Menerima tugas-
tugas yang sulit
7. Bersedia
mencoba hal-hal
baru
8. Selalu
mengembangkan
diri
9. Melihat
kemampuan diri
merupakan hal
yang dapat
ditingkatkan
10. Mengatribusikan
kegagalan
sebagai
kurangnya
keterampilan atau
usaha
11. Menekankan pada
pengembangan
diri dan
penyelesaian
tugas
12. Tahan saat
menemui
kesulitan
13. Merasa mampu
mengatasi
masalah lebih baik
dari orang lain
14. Memikirkan
kelebihan yang
dimiliki
15. Tidak mudah
mengalami
gangguan
emosional, stres,
depresi, dan
cemas
Low self
efficacy
1. Menetapkan
target yang
rendah
2. Menunjukan
komitmen yang
rendah
3. Mengerahkan
sedikit usaha
4. Mudah menyerah
ketika
menemukan
hambatan
5. Membayangkan
skenario
kegagalan yang
pesimis
6. Menghindari
tugas-tugas yang
sulit
7. Tidak mau
mencoba hal-hal
baru
8. Selalu membatasi
kemampuan diri
9. Melihat
kemampuan diri
Semuanya
menggunakan
skala ordinal,
misalnya: (1)
Setuju (2) tidak
setuju (3)
kurang setuju
(4) setuju (5)
sangat setuju
Kuesioner
merupakan hal
yang sudah
menetap
10. Melihat kegagalan
sebagai
ketidakmampuan
11. Menekankan pada
perbandingan
dengan orang lain
12. Tidak dapat
mengatasi
ancaman
13. Merasa tidak
mampu mengatasi
masalah lebih baik
dari orang lain
14. Mengeluhkan
kekurangan yang
dimiliki
15. Lebih rentan
terhadap stres,
kecemasan dan
depresi
Internal
locus of
control
1. Individu yakin
bahwa mereka
pemegang kendali
atas apapun yang
terjadi pada diri
mereka
2. Individu yakin
bahwa nasib dan
peristiwa dalam
kehidupannya
Semuanya
menggunakan
skala ordinal,
misalnya: (1)
Setuju (2) tidak
setuju (3)
kurang setuju
(4) setuju (5)
sangat setuju
Kuesioner
berada di bawah
control dirinya
3. Individu yakin
hasil yang dicapai
adalah hasil dari
usaha kerasnya
4. Individu
menyandarkan
harapannya pada
diri sendiri
5. Individu memilih
meningkatkan
keahlian
disbanding harus
memilih berada
pada situasi yang
menguntungkan.
External
locus of
control
1. Individu yakin
bahwa apapun
yang terjadi pada
dirinya
dikendalikan oleh
kekuatan luar
seperti
keberuntungan
dan kesempatan.
6. Individu
menganggap
lingkunganlah
yang mengontrol
nasib dan
peristiwa yang
terjadi dalam
Semuanya
menggunakan
skala ordinal,
misalnya: (1)
Setuju (2) tidak
setuju (3)
kurang setuju
(4) setuju (5)
sangat setuju
Kuesioner
hidupnya.
7. Individu
menganggap
keberhasilannya
adalah karena
siruasi yang
mendukung.
8. Individu lebih
banyak
menyandarkan
harapannya pada
orang lain dan
situasi diluar
dirinya.
9. Individu
cenderung
memilih berada di
situasi yang
menguntungkan
dibanding
meningkatkan
keahlian.
Motivasi 1. Kesesuaian gaji
dengan
pemenuhan
kebutuhan
mendasar
2. Kesesuaian
tunjangan yang
diterima dengan
beban
tanggungjawab
3. Rasa senang
Semuanya
menggunakan
skala ordinal,
misalnya: (1)
Setuju (2) tidak
setuju (3)
kurang setuju
(4) setuju (5)
sangat setuju
Kuesioner
dalam bekerja
4. Adanya jaminan
hari tua bagi
karyawan
5. Pengakuan
keberhasilan dari
rekan kerja
6. Perhatian dari
atasan
7. Saling
menghormati
antar sesama
rekan kerja
8. Saling
mempercayai
antar sesama
rekan kerja
9. Keterbukaan
komunikasi
dengan atasan
10. Pertemuan
informal sebagai
media komunikasi
11. Dorongan dari
pimpinan agar
karyawan
memberikan ide-
ide baru
12. Dorongan dari
pimpinan agar
karyawan
berprestasi
13. Penghargaan
sesuai prestasi
14. Kesempatan
pengembangan
diri.
Kinerja 1. Memelihara
komunikasi yang
harmonis antara
perusahaan
dengan publiknya.
2. Membantu
manajemen
memberikan
informasi pada
public dan
responsive
terhadap opini
publik
3. Membantu
manajemen untuk
mengikuti dan
memanfaatkan
perubahan
4. Memperkenalkan
perusahaan
kepada public
dengan
publication dan
publicity
5. Mengorganisasi
event sebagai
upaya membentuk
citra
6. Menghasilkan
produk-produk
Semuanya
menggunakan
skala ordinal,
misalnya: (1)
Setuju (2) tidak
setuju (3)
kurang setuju
(4) setuju (5)
sangat setuju
Kuesioner
tulisan seperti
press
release,newsletter
,berita
7. Membuat
program-program
yang ditujukan
untuk
menciptakan
keterlibatan
masyarakat di
dekitarnya
8. Membina
hubungan dengan
media(pers)
9. Memiliki keahlian
persuasi dan
negosiasi dengan
berbagai pihak
10. Membuat
program-program
yang bermanfaat
bagi kepentingan
dan kesejahteraan
social
11. Sanggup mentaati
, melaksanakan,
mengamalkan
peraturan dalam
pekerjaan dengan
penuh kesadaran
dan
tanggungjawab
12. Sanggup
menyelesaikan
tugas dan
pekerjaan dengan
tepat waktu dan
sebaik-baiknya
13. Sanggup untuk
tidak
menyalahgunakan
wewenang
14. Sanggup untuk
bekerja bersama-
sama dengan
orang lain dalam
menyelesaikan
suatu tugas dan
pekerjaan
15. Sanggup
mengambil
keputusan dalam
melaksanakan
suatu tugas pokok
tanpa menunggu
perintah atau
bimbingan dari
manajemen
16. Dalam jabatannya
sanggup
meyakinkan orang
lain/ tenaga kerja
lain untuk
mengerjakan
suatu tugas
sesuai dengan
porsinya
3.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Kriyantono (2007, h.138) mengungkapkan bahwa “Agar data
yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian, dengan kata
lain agar data yang terkumpul valid, maka instrument periset harus baik.”
Sevilla (1988) seperti dikutip Umar (2000,h.97) dalam Kriyantono (2007,
h.139) mengemukakan bahwa validitas dan reliabilitas merupakan kriteria
instrument yang harus terpenuhi untuk menghasilkan pengumpulan data
yang baik.
a. Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mengukur apa yang
ingin diukur (Singarimbun dan Effendi,1995,h.124). Jadi dapat dikatakan
valid apabila data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran
variabel yang dimaksud. Valid tidaknya suatu item dapat diketahui
dengan membandingkan indeks korelasi (r-hitung) dengan nilai kritisnya,
dimana r hitung dapat ditentukan dengan rumus (Arikunto,2002,h.138)
rXY=N∑ XY−(∑ X ) (∑Y )
√ {N∑ X2−(∑ X )2} {N∑Y 2−(∑ Y )2 }r = koefisien korelasi
x = skor butir
y = skor total butir
n = banyaknya sampel
Hasil uji validitas untuk butir-butir item pada kelima variabel yang
diteliti, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2 : Hasil Uji Validitas Butir
t
Variabel Butir
Koefisie
n
Korelasi
Keterangan
Self Esteem X11.1 0,371 Valid
X11.2 0,496 Valid
X11.3 0,425 Valid
X11.4 0,514 Valid
X11.5 0,420 Valid
X11.6 0,580 Valid
X11.7 0,395 Valid
X11.8 0,364 Valid
X11.9 0,533 Valid
X11.10 0,542 Valid
X11.11 0,474 Valid
X11.12 0,585 Valid
X11.13 0,315 Valid
X12.1 0,466 Valid
X12.2 0,393 Valid
X12.3 0,451 Valid
X12.4 0,410 Valid
X12.5 0,385 Valid
X12.6 0,731 Valid
X12.7 0,643 Valid
X12.8 0,799 Valid
X12.9 0,717 Valid
X12.10 0,674 Valid
X12.11 0,710 Valid
X12.12 0,493 Valid
X12.13 0,493 Valid
X12.14 0,712 Valid
Tabel 2 : Hasil Uji Validitas Butir (Lanjutan)
Variabel Butir
Koefisie
n
Korelasi
Keterangan
Self Efficacy X21.1 0,549 Valid
X21.2 0,543 Valid
X21.3 0,789 Valid
X21.4 0,882 Valid
X21.5 0,659 Valid
X21.6 0,875 Valid
X21.7 0,411 Valid
X21.8 0,556 Valid
X21.9 0,662 Valid
X21.10 0,578 Valid
X21.11 0,862 Valid
X21.12 0,739 Valid
X21.13 0,746 Valid
X21.14 0,784 Valid
X21.15 0,908 Valid
X22.1 0,765 Valid
X22.2 0,443 Valid
X22.3 0,765 Valid
X22.4 0,848 Valid
X22.5 0,651 Valid
X22.6 0,819 Valid
X22.7 0,656 Valid
X22.8 0,318 Valid
X22.9 0,331 Valid
X22.10 0,861 Valid
X22.11 0,762 Valid
X22.12 0,801 Valid
X22.13 0,945 Valid
X22.14 0,886 Valid
X22.15 0,931 Valid
Locus of
Control
X31.1 0,784 Valid
X31.2 0,833 Valid
X31.3 0,814 Valid
X31.4 0,789 Valid
X31.5 0,635 Valid
X32.1 0,614 Valid
X32.2 0,430 Valid
X32.3 0,811 Valid
X32.4 0,759 Valid
X32.5 0,703 Valid
Tabel 2 : Hasil Uji Validitas Butir (Lanjutan)
Variabel Butir
Koefisie
n
Korelasi
Keterangan
Motivasi Kerja Y1.1 0,709 Valid
Y1.2 0,670 Valid
Y1.3 0,200 Valid
Y1.4 0,597 Valid
Y1.5 0,641 Valid
Y1.6 0,770 Valid
Y1.7 0,706 Valid
Y1.8 0,734 Valid
Y1.9 0,734 Valid
Y1.10 0,576 Valid
Y1.11 0,500 Valid
Y1.12 0,723 Valid
Y1.13 0,512 Valid
Kinerja Y2.1 0,396 Valid
Y2.2 0,622 Valid
Y2.3 0,586 Valid
Y2.4 0,622 Valid
Y2.5 0,586 Valid
Y2.6 0,494 Valid
Y2.7 0,335 Valid
Y2.8 0,680 Valid
Y2.9 0,595 Valid
Y2.10 0,680 Valid
Y2.11 0,595 Valid
Y2.12 0,653 Valid
Y2.13 0,371 Valid
Y2.14 0,344 Valid
Y2.15 0,418 Valid
Y2.16 0,544 Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2013)
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dipercaya atau dapat diandalkan (Singaribun dan Effendi,
1995:111).Suatu alat ukur bisa dikatakan reliable bila dapat digunakan
lebih dari satu kali dalam waktu yang berbeda, namun tetap menunjukkan
hasil yang relatif konsisten.
Suatu instrument dapat dikatakan reliable bila memiliki koefisien
reliabilitas sebesar > 0,6 (Malhotra, 2002,h.293). Uji reliabilitas yang
digunakan adalah dengan Alpha Cronbach.Bila Alpha lebih kecil dari 0,6
maka dinyatakan tidak reliable dan bila lebih besar atau sama dengan 0,6
dinyatakan reliabel.
Perhitungan reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach
(Arikunto, 2002:171):
k ∑ σb 2
r = [ ] [ 1 - ]
k – 1 σt 2
Keterangan :
r : reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
σb2 : jumlah varians butir
σt 2 : jumlah varians total
Instrumen dikatakan reliabilitas bilamana koefisien reliabilitasnya
mencapai 0,6 (Sekaran, 1996). Adapun perhitungan untuk pengujian
reliabilitas dilaksanakan dengan bantuan program komputer SPSS 17.
Paparan hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Jumlah
Butir
Koefisien
alpha
keterangan
Self Esteem 27 0.918 Reliabel
Self Efficacy 30 0.969 Reliabel
Locus of
Control
10 0.923 Reliabel
Motivasi
Kerja
13 0.907 Reliabel
Kinerja 16 0.882 Reliabel
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2013)
3.3.2 Skala Pengukuran
Dalam penelitian ini, skala pengukuran yang digunakan adalah
skala Likert. Skala Likert dipilih karna data dalam penelitian ini adalah
data ordinal. Data dalam penelitian ini termasuk data ordinal karena
dalam variable konsep diri dan variable kinerja mengandung
golongan/kategori dan tingkatan. Seperti yang diutarakan oleh
Siagian&Sugiarto (2000) bahwa dengan menggunakan skala ordinal,
obyek-obyek dapat dikatagorikan tertentu.Angka atau huruf yang
diberikan disini mengandung tingkatan, sehingga dari kelompok yang
terbentuk dapat dibuat peringkat yang menyatakan hubungan lebih dari
atau kurang, dari menurut aturan penataan tertentu. Data ordinal ini akan
dibuatkan kuesioner yang pilihan jawabannya memakai skala likert.
Sugiyono (2005) mengemukakan bahwa skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang kejadian atau gejala social. Dalam penelitian gejala social ini
telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut
dengan variabel penelitian. Dengan menggunakan skala Likert, maka
variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator, dan indikator
dijabarkan dari satu atau beberapa item pertanyaan. Untuk menentukan
kriteria dari kategori jawaban diperoleh mean skor = jumlah skor total /
jumlah responden (Sugiyono, 2008).
Untuk pengukuran variable strong self esteem, high self efficacy,
internal locus of control, motivasi kerja, dan kinerja adalah sebagai
berikut :
Skor 5 : Apabila responden memberikan jawaban dengan sangat setuju
Skor 4 : Apabila responden memberikan jawaban setuju
Skor 3 : Apabila responden memberikan jawaban ragu-ragu
Skor 2 : Apabila responden memberikan jawaban tidak setuju
Skor 1 : Apabila responden memberikan jawaban sangat tidak setuju
Untuk pengukuran variable weak self esteem, low self efficacy,
dan external locus of control adalah sebagai berikut :
Skor 5 : Apabila responden memberikan jawaban dengan sangat tidak
setuju
Skor 4 : Apabila responden memberikan jawaban tidak setuju
Skor 3 : Apabila responden memberikan jawaban ragu-ragu
Skor 2 : Apabila responden memberikan jawaban setuju
Skor 1 : Apabila responden memberikan jawaban sangat setuju
1.3 Populasi Penelitian dan Sampel
1.3.1 Populasi Dan Sampel
Populasi yang termasuk dalam penelitian ini adalah Public
Relations Santika Indonesia Hotel and Resorts sebanyak 55 Public
Relations di 55 hotel.
a. Sampel
Menurut Arikunto (2006:131), “Sampel adalah sebagian atau wakil
popilasi yang diteliti.” Pengambilan sampel dilakukan secara Simple
Random Sampling. Menurut Sugiono (2005:174), “Simple Random
Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak
pada anggota populasi tanpa memperhatikan strata yang ada. Cara
demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.”
Untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil, digunakan
rumus yang ditetapkan Slovin dalam Umar (2003:146) sebagai berikut:
N
n =
1 + Ne2
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
E = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena pengambilan sampel
yang masih dapat ditolelir, missal 10% atau 0,1
Berdasarkan rumus di atas maka dapat ditentukan jumlah sampel yang
diambil dalam penelitian ini yaitu sebanyak:
55
n =
1 + 55 (0,1)2
55
=
1,55
= 35,4 dibulatkan menjadi 35
Dari perhitungan tersebut maka sampel yang diambil sebesar 35
orang. Sampel dalam penelitian ini yaitu Public Relations Santika
Indonesia Hotel and Resorts. Pemilihan Sampel kemudian ditentukan
dengan menggunakan Random Numbers 2 digit, yang hasilnya penulis
sampaikan di sub bab lokasi penelitian.
3.4 Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini berlokasi di Santika Indonesia Hotel and Resorts,
diantara di:
1. Beachfront suites
2. Hotel Santika Premiere Beach Resort Bali
3. Hotel Santika Premiere Jakarta
4. Hotel Santika Premiere Malang
5. Hotel Santika Premiere Semarang
6. Royal Ambarukmo Yogyakarta
7. Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention - Medan
8. Hotel Santika Bandung
9. Hotel Santika Bangka
10. Hotel Santika Bengkulu
11. Hotel Santika Bogor
12. Hotel Santika BSD City
13. Hotel Santika Cirebon
14. Hotel Santika Depok
15. Hotel Santika Jemursari – Surabaya
16. Hotel Santika Kuta Bali
17. Hotel Santika Makasar
18. Hotel Santika Mataram – Lombok
19. Hotel Santika Palu
20. Hotel Santika Pandegiling Surabaya
21. Hotel Santika Pontianak
22. Hotel Santika Purwokerto
23. Hotel Santika Siligita - Nusa Dua
24. Hotel Santika Taman Mini Indonesia Indah
25. Hotel Santika Tasikmalaya
26. Amaris Hotel Juanda
27. Amaris Hotel Malang
28. Amaris Hotel Senen
29. Amaris Hotel Seasons City
30. Amaris Hotel Tendean
31. Amaris Hotel Thamrin City
32. Amaris Hotel Cirebon
33. Amaris Hotel Cimanuk
34. Amaris Hotel Padjajaran Bogor
35. Amaris Hotel Legian Bali
Waktu penelitian selama 1 Bulan pada bulan November 2013.
3.5 Jenis Data
Dalam penentuan metode pengumpulan data , sumber data
merupakan faktor yang sangat vital untuk dijadikan sebuah pertimbangan.
Sumber penelitian dalam penelitian menurut Arikunto (2006,h.129) adalah
subyek dari mana data dapat diperoleh. Peneltian ini mengambil 2 jenis
data, yaitu:
a. Data primer
Data primer merupakan data yang didapat secara langsung dari jawaban
responden, melalui kuisioner yang telah dirancang sesuai dengan
variabel, indicator, serta item yang telah ditetapkan dan disebarkan
kepada Public Relation Santika Indonesia Hotel and Resorts.
b. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari lembaga
terkait yang berkaitan dengan permasalahan penelitian seperti profil Hotel
Santika dan Santika Premiere, struktur organisasi, dan sebagainya. Data
sekunder diperoleh dari beberapa media massa seperti literatur, internet
dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Kuesioner
Peneliti menyebarkan sejumlah pertanyaan kepada responden terpilih.
Hasil jawaban tersebut nantinya digunakan untuk mengukur pengaruh
antara self esteem, self efficacy, dan locus of control terhadap motivasi
kerja dan kinerja.
b. Dokumentasi
Peneliti mengumpulkan, melihat dan mempelajari data berupa dokumen
yang diterbitkan oleh perusahaan. Adapun data yang diperoleh adalah
gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, dan data jumlah
karyawan.
3.4 Teknik Analisis Data
Data-data yang diperoleh sebelum disajikan dalam bentuk informasi
diolah dan dianalisis dengan menggunakan bantuan program SPSS.
Adapun analisis yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
1. Analisis Deskriptif Statistik
Indriantoro (2009, h. 170) menguraikan bahwa statistic deskriptif adalah
statistic yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi.
Analisis deskriptif responden digunakan untuk mengetahui deskripsi dari
responden yang diukur dari sejumlah indicator-indikator yang ditanyakan
(kuesioner). Teknik analisa yang digunakan adalah dengan menggunakan
statistic descriptive sehingga menghasilkan nilai frekuensi dan mean skor
dari masing-masing indicator dan item pertanyaan yang ditanyakan.
Ukuran deskriptif adalah pemberian angka, baik dalam jumlah responden
beserta nilai rata-rata jawaban responden maupun prosentase. Analisis
deskriptif ini digunakan untuk memberikan gambaran antar variabel
penelitian yaitu self esteem, self efficacy, locus of controldan Kinerja
Public Relations.
2. Analisis inferensial
Analisis jalur adalah suatu teknik pengembangan dari regresi linier
ganda.Teknik ini digunakan untuk menguji besarnya sumbangan
(kontribusi) yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur
dari hubungan kausal antar variabel X1 X2 dan X3 terhadap Y serta
dampaknya terhadap Z. “Analisis jalur ialah suatu teknik untuk
menganalisis hubungan sebab akibat yang tejadi pada regresi berganda
jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya
secara langsung tetapi juga secara tidak langsung”. (Robert D. Retherford
1993).
Merujuk pendapat yang dikemukakan oleh Land, Ching, Heise,
Maruyama, Schumaker dan Lomax, Joreskog (dalam Kusnendi, 2008),
karakteristik analisis jalur adalah metode analisis data multivariat
dependensi yang digunakan untuk menguji hipotesis hubungan asimetris
yang dibangun atas dasar kajian teori tertentu, dengan tujuan untuk
mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung seperangkat variabel
penyebab terhadap variabel akibat.
Dalam analisis jalur (path analysis) terdapat beberapa langkah sebagai
berikut (Solimun,2002):
1. Merancang model berdasarkan konsep dan teori
Model diagram path dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Self Esteem(X1)
Motivasi Kerja(Y1)
Kinerja Karyawan
(Y2)
PY2Y1
PY1X1
Self Efficacy(X2) PY1X2
Keterangan: PY1X1, PY1X2, PY1X3, ,PY2Y1adalah koefisien jalur
Gambar 3.1 Model dalam bentuk diagram Path
2. Perhitungan koefisien jalur (Pendugaan Parameter)
a. Menghitung koefisien korelasi antar variable
b. Membentuk matriks korelasi antar variable
c. Menghitung matriks invers korelasi antar variable penjelas (R-1)
d. Menghitung koefisien jalur Pyxi dengan rumus sebagai berikut:
r=R*p
sehingga nilai koefisien jalur dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
p=R-1*r
Menurut Solimun (2002) dalam Riduwan & Kuncoro (2011) menyebutkan
bahwa pada dasarnya koefisien jalur adalah koefisien regresi yang
distandarkan (Beta Koefisien) yaitu koefisien regresi yang dihitung dari
basis data yang telah diset dalam angka baku atau Z-score (data yang
diset dengan nilai rata-rata=0 dan standar deviasi=1. Koefisien jalur yang
distandarkan (standardized path coefficients) ini digunakan untuk
Locus of Control(X3)
PY1X3
e1
e2
menjelaskan besarnya pengaruh variable bebas (eksogen) terhadap
variable lain yang diberlakukan sebagai variable terikat (endogen).
Menurut Supranto (2004), beta koefisien dari Yterhadap X (Byx), akan
sama dengan koefisien dari X terhadap Y (Bxy), juga sama dengan
koefisien korelasi (rxy). Sehingga perhitungan koefisien jalur dengan
menggunakan matriks korelasi, ataupun dengan melihat pada koefisien
regresi yang distandarisasi (beta koefisien), pada dasarnya menghasilkan
nilai yang sama.
3. Menguji signifikansi pengaruh yang ada dalam analisis jalur
Menguji signifikansi pengaruh langsung dengan membandingkan nilai
thitungdengan ttabel . atau dapat pula membandingkan signifikansi uji t (sig t)
dengantingkat kesalahan 5% atau 0,05. Jika thitung< dari nilai ttabel atau sig
t> 0,05 maka Ho diterima Ha ditolak, atau tidak ada pengaruh langsung
signifikan dari variable bebas terhadap variable terikat . Sebaliknya jika
nilai thitung>dari nilai ttabel atau sig t<0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
atau ada pengaruh langung signifikan dari variable bebas terhadap
variabel terikat.
4. Pemeriksaan validitas model
Pemeriksaan validitas model dapat menggunakan dua cara yaitu:
a. Kaidah Trimming Theory
Berdasarkan trimming theory maka jalur yang tidak signifikan di keluarkan
dari model, sehingga diperoleh model yang didukung oleh data empiric.
b. Koefisien determinasi total
Total keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model diukur dengan
rumus :R2m=1-(1-R12)(1-R2
2)
Interpretasi terhadap R2m sama dengan interpretasi koefisien determinasi
(R2) pada analisis regresi. Model dikatakan valid jika memiliki presisi dan
akurasi tinggi.Ukuran akurasi model adalah koefisien determinasi (R2)
pada analisis regresi.Model dikatakan valid jika memiliki presisi dari
akurasi tinggi.Ukuran akurasi model adalah koefisien determinasi (R2)
dengan nilai berkisar dari 0 sampai dengan 1.
5. Interpretasi model
Cara melakukan interpretasi model adalah menginterpretasikan hasil atau
nilai parameter yang ada pada analisis jalur dengan memeprhatikan
apakah model yang ada sudah cukup fit atau belum. Kemudian dilihat dari
koefisien jalur mana yang signifikan dan mana yang tidak signifikan.Dari
nilai koefisien bisa dilihat variable mana yang mempunyai oengaruh
dominan, mana yang tidak.
Menurut Solimun (2002) dalam Riduwan dan Kuncoro (2011:2), bilamana
Analisis Jalur telah dilakukan maka dapat dimanfaatkan untuk:
1. Penjelasan (explanation) terhadap permasalahan yang diteliti
2. Prediksi nilai variable terikat (Y) berdasarkan nilai variable bebas
(X) secara kualitatif.
3. Faktor determinan, yaitu variable bebas (X) mana yang
berpengaruh dominan terhadap variable terikat (Y), juga dapat digunakan
untuk menelusuri mekanisme (jalur-jalur) pengaruh variable bebas (X)
terhadap variable terikat (Y).