analisa gaya berjalan

4
Analisa Gaya Berjalan (Gait Analysis) Raden Roro Marina Rizky Utami, S.ked Bekasi City General Hospital, Faculty Of Medicine Trisakti University [email protected] Abstrak - Berjalan dengan modifikasinya seperti berlari, berjalan cepat merupakan bentuk aktivitas fungsional yang sangat essensial dalam kehidupan sehari – hari. Secara umum pola jalan mempunyai kesamaan dasar namun individu mempunyai cara jalan yang unik dan kadangkala merupakan ciri khas dari individu yang bersangkutan. Menurut Foster dan Galley ( 1982 ) pola jalan adalah cara berjalan sedang lokomosi berarti perpindahan dari satu tempat ke tempat berikutnya. Menurut Kim ( 1996 ) pola jalan adalah gerakan tubuh dari satu tempat ke tempat berikutnya dan merupakan aktivitas siklus dimana kaki bergerak bergantian berulang – ulang seiring dengan perpindahan pusat gravitasi tubuh terhadap bidang horizontal dengan arah dan kecepatan tertentu. (1) Kata kunci : Berjalan, pola jalan, lokomosi I. PENDAHULUAN Dalam pembahasan mengenai berjalan, maka istilah gait dan locomotion merupakan istilah yang sering dimunculkan.Gait adalah cara berjalan sedangkan lokomotion berarti perpindahan dari satu tempat ketempat lainnya, maka berjalan mencakup gait dan lokomotion. Gerakan berjalan merupakan gerakan dengan koordinasi tinggi yang dikontrol oleh susunan saraf pusat dan melibatkan sistem yang sangat kompleks. Jalan merupakan salah satu cara dari ambulansi, pada manusia ini dilakukan dengan cara bipedal (dua kaki). Dengan cara ini jalan merupakan gerakan yang yang sangat stabil meskipun demikian pada kondisi normal jalan hanya membutuhkan sedikit kerja otot-otot tungkai . Pada gerakan ke depan sebenarnya yang memegang peranan penting adalah momentum dari tungkai itu sendiri atau akselerasi, kerja otot justru pada saat deselerasi. Dalam berjalan dikenal ada 2 fase, yaitu fase menapak (stance phase) dan fase mengayun ( swing fase). Ada pula yang menambahkan satu fase lagi yaitu fase dua kaki di lantai (double support) yang brlangsung singkat. Fase double support ini akan semakin singkat jika kecepatan jalan bertambah, bahkan pada berlari fase double support ini sama sekali hilang, dan justru terjadi fase dimana kedua kaki tidak menginjak lantai. Fase menapak (60%) dimulai dari heel strike / heel on, foot flat, mid stance , heel off dan diakhiri dengan toe off. Sedangkan pada fase mengayun (40%) dimulai dari toe off, swing dan diakhiar dengan heel strike (accelerasi, mid swing, decelerasi). (2) II. KOMPONEN JALAN NORMAL Komponen-komponen penting dalam berjalan normal : (1) a. Fase menapak : 1. Ekstensi sendi panggul (hip) 2. Geseran ke arah horizontal- lateral pada pelvis dan truk 3. Fleksi lutut sekitar 15° pada awal heel strike, dilanjutkan dengan ekstensi dan fleksi lagi sebelum toe off b. Fase mengayun : 1. Fleksi lutut dengan diawali ekstensi hip 2. Lateral pelviccdiayunkan kearah bawah pada saat toe off 3. Fleksi hip 1

Upload: marinarizkyutami

Post on 23-Oct-2015

79 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

#Analisagayajalan

TRANSCRIPT

Page 1: Analisa Gaya Berjalan

Analisa Gaya Berjalan (Gait Analysis)

Raden Roro Marina Rizky Utami, S.ked

Bekasi City General Hospital, Faculty Of Medicine Trisakti University

[email protected]

Abstrak - Berjalan dengan modifikasinya seperti berlari, berjalan cepat merupakan bentuk aktivitas fungsional yang sangat essensial dalam kehidupan sehari – hari. Secara umum pola jalan mempunyai kesamaan dasar namun individu mempunyai cara jalan yang unik dan kadangkala merupakan ciri khas dari individu yang bersangkutan.

Menurut Foster dan Galley ( 1982 ) pola jalan adalah cara berjalan sedang lokomosi berarti perpindahan dari satu tempat ke tempat berikutnya. Menurut Kim ( 1996 ) pola jalan adalah gerakan tubuh dari satu tempat ke tempat berikutnya dan merupakan aktivitas siklus dimana kaki bergerak bergantian berulang – ulang seiring dengan perpindahan pusat gravitasi tubuh terhadap bidang horizontal dengan arah dan kecepatan tertentu.(1)

Kata kunci : Berjalan, pola jalan, lokomosi

I. PENDAHULUANDalam pembahasan mengenai berjalan, maka istilah

gait dan locomotion merupakan istilah yang sering dimunculkan.Gait adalah cara berjalan sedangkan lokomotion berarti perpindahan dari satu tempat ketempat lainnya, maka berjalan mencakup gait dan lokomotion. Gerakan berjalan merupakan gerakan dengan koordinasi tinggi yang dikontrol oleh susunan saraf pusat dan melibatkan sistem yang sangat kompleks. Jalan merupakan salah satu cara dari ambulansi, pada manusia ini dilakukan dengan cara bipedal (dua kaki). Dengan cara ini jalan merupakan gerakan yang yang sangat stabil meskipun demikian pada kondisi normal jalan hanya membutuhkan sedikit kerja otot-otot tungkai . Pada gerakan ke depan sebenarnya yang memegang peranan penting adalah momentum dari tungkai itu sendiri atau akselerasi, kerja otot justru pada saat deselerasi. Dalam berjalan dikenal ada 2 fase, yaitu fase menapak (stance phase) dan fase mengayun ( swing fase). Ada pula yang menambahkan satu fase lagi yaitu fase dua kaki di lantai (double support) yang brlangsung singkat. Fase double support ini akan semakin singkat jika kecepatan jalan bertambah, bahkan pada berlari fase double support ini sama sekali hilang, dan justru terjadi fase dimana kedua kaki tidak menginjak lantai. Fase menapak (60%) dimulai dari heel strike / heel on, foot flat, mid stance , heel off dan diakhiri dengan toe off. Sedangkan pada fase mengayun (40%) dimulai dari toe off, swing dan diakhiar dengan heel strike (accelerasi, mid swing, decelerasi).(2)

II. KOMPONEN JALAN NORMALKomponen-komponen penting dalam berjalan normal :(1)

a. Fase menapak :1. Ekstensi sendi panggul (hip)2. Geseran ke arah horizontal- lateral pada pelvis dan

truk3. Fleksi lutut sekitar 15° pada awal heel strike,

dilanjutkan dengan ekstensi dan fleksi lagi sebelum toe off

b. Fase mengayun :1. Fleksi lutut dengan diawali ekstensi hip2. Lateral pelviccdiayunkan kearah bawah pada saat

toe off3. Fleksi hip4. Rotasi pelvic ke depan saat tungkai terayun5. Ekstensi lutut dan dorsalfleksi ankle dengan cepat

sesaat sebelum heel strike

Definisi Berjalan : Berjalan adalah berpindahnya tubuh dari satu titik, ketitik berikutnya dengan cara menggunakan kedua tungkai (bipedal : posisi tubuh selalu tegak selama proses berlangsung). Pola repetisi daripada penumpuan berat badan dari satu tungkai ketungkai yang lain dengan heel – toe striding adalah fenomena yang membedakan manusia dengan hominids yang lebih primitif ( Napier, 1967).

Siklus berjalan :Satu siklus, dimulai dari heel strike, sampai tungkai yang sama mulai heel strike berikutnya. Interval antara dua step bisa dihitung jarak dan waktunya.

Stride legth :Adalah jarak antara dua jejak kaki, pada kaki yang sama. Pada orang dewasa pria jaraknya antara 140 – 156,5cm.

Stride duration :Adalah waktu yang dibutuhkan untuk jarak tersebut.

Step length :Adalah jarak antara dua jejak kaki , baik dari kanan ke kiri atau sebaliknya. Jarak rata2nya adalah 68 – 78cm.

Step duration :Adalah waktu yang dibutuhkan dari heel strike kaki yang satu ke heel strike kaki yang lain.

Cadence :Adalah jumlah steps permenit, dimana nilai rata2nya adalah 112 – 116 permenit.

Parameter tersebut diatas bisa kita pergunakan sebagai tolak ukur yang valid dan obyektif dalam analisa pola jalan pasien.

1

Page 2: Analisa Gaya Berjalan

III. FASE JALAN NORMALSeperti telah dibahas, bahwa berjalan membutuhkan

alternating support dari satu tungkai ketungkai yang lain. Gerakan reciprocal ini dibutuhkan untuk menerima, menyerap berat tubuh dan gaya putaran yang menyertainya, sehingga proses berjalan akan berlangsung secara mulus (smooth), mengalir seperti cairan tanpa ada interupsi dalam proses pemindahan berat tubuh kedepan. Untuk mencapai pola jalan normal tergantung pada 3 kemampuan / task fungsional, yaitu : 1). Weight Acceptance. 2). Single limb Support. 3). Limb Advancement.Ketiga fungsi tersebut berlangsung pada bidang sagital ditinjau dari persendian yang bergerak, yaitu : panggul, lutut, ankle baik pada phase atau sub phase swing maupun stance.

Tahapan berjalan sebagai berikut:(1)

1. Initial Contact.Initial contact periodenya sangat singkat. Otot2 tibialis anterior dan extensor jari- jari mempertahankan ankle dalam posisi netral selama perode initial contact ini. Hal ini dalam rangka persiapan ankle masuk keposisi untuk melakukan apa yang dikenal sebagai heel rocker, yang terjadi pada loading response.

2. Loading Response (LR).Pada saat loading response, aktifitas otot pada semua segmen beraksi melawan kecenderungan gerakan flexi yang timbul pada saat menerima beban berat badan (terjadi di posterior ankle joint). Kontraksi eksentris daripada otot-otot anterior ankle merespon plantar fleksi, yang akan membenturkan kaki kelantai (foot flap).Aksi heel rocker ditimbulkan oleh otot-otot bagian anterior, menarik tibia. Sehingga muncul momentum kedepan dan memfleksikan lututnya.Lutut flexi 15° dengan kontrol oleh Quadriceps yang berkontraksi secara eccentris untuk melawan kecenderungan flexion torque akibat dari heel rocker dan posisi tubuh yang relatif berada disebelah posterior kaki.Dengan kontrol plantar flexion dan knee flexion tadi maka weight acceptance diabsorbsi, stabilitas tungkai tercapai dengan mantap sambil mempertahankan momentum kedepan.Hip tetap dalam posisi flexi 30° dan pelvis forward rotasi 5°. Rapid, high-intensity flexion torsi, adalah torsi kedua terbesar yang timbul dalam berjalan, torsi ini dilawan oleh gluteus maximus, hamstrings, adductors magnus dan gracillis yang berkontraksi secara eksentris. Pelvis distabilisasi pada bidang frontal oleh kerja otot gluteus medius, minimus dan tensor fascia lata. Dengan kerja otot ini maka kecenderungan terjadinya trunk fleksi dicegah

3. Mid Stance (MSt).Selama midstance ankle perlahan bergerak kearah 10° dalam usaha meningkatkan torque dorsi flexi. Soleus dan gastrocnemius berkontraksi secara eccentris untuk menstabilkan tibia. Tubuh berayun diatas kaki yang stabil tadi dan menkontrol tibia sehingga lutut bergerak kearah extensi. Kejadian inilah yang dikenal sebagai ankle rocker.Hip extensi bergerak ke posisi netral dengan pelvis rotasi yang ditimbulkan oleh momentum swing drpd tungkai sisi contralateral. Konswekwensi dari peristiwa ini adalah bahwa sebenarnya stabilitas pada stance phase tidak membutuhkan kerja otot2 hip. Selanjutnya pelvis pada

bidang frontal distabilisasi oleh grup abductor, yang mencegah pelvis drop disisi contralateral.

4. Terminal Stance (TSt).Pada terminal stance, ankle terkunci pada posisi netral→dorsiflexi kecil, metarso phalangeal joint extensi 30°. Dorsi flexion torque mencapai puncaknya. Calf (betis) muscle tetap aktif untuk mencegah tibia colapse dan membiarkan tumit terangkat sementara berat tubuh berayun kedepan diatas kaki. Forefoot rocker meningkatkan forward progression untuk step length sampai batas maksimum. Ada tiga hal kritis yang memungkinkan terjadinya forefoot rocker yaitu : Locked ankle, heel rise dan progression diatas kaki, semua hal tersebut terjadi pada periode single limb support. Secara universal terminal stance dikenal dengan istilah push off. (istilah ini kurang akurat bila diterapkan pada pasien dengan amputasi below knee dengan prosthesis).Lutut tetap ekstensi saat ekstensi torsi mulai berkurang pada akhir drpd subphase ini. Stabilitas tanpa memerlukan kerja otot.Hip tetap ekstensi→ netral posisi, 10° hiperekstensi. Posisi ini disebabkan oleh backward rotation pelvis 5° dan oleh ekstensi di lumbar spine.

5. Pre-swing (PSw).Walaupun subphase pre-swing adalah periode dimana masih ada double support, tetapi dimasukan dalam kelompok swing, sebab pada phase ini gerakan yang terjadi dilutut sebenarnya adalah gerakan persiapan untuk mengayun tungkai kedepan dan mempersiapkan kaki bebas dari lantai untuk masuk subphase initial swing. Selama pre swing berlangsung, ankle dalam posisi 20° plantar flexi, metetarso phalangeal jointextensi sampai 60°. Selama periode double support berlangsung, kaki memberikan bantuan balance dan relatif tidak dibutuhkan aktifitas otot. Torque dorsiflexi timbul.Lutut fleksi 30°, secara pasif, walaupun demikian gracillis mulai aktif. Torque fleksi terjadi sebagai akibat dari penumpuan tungkai contralateral serta oleh berayunnya tubuh kedepan melewati jari-jari. Pada saat inilah fleksi lutut bertambah.Hip tetap netral→ekstensi dan pelvis backward rotasi. Kedua posisi tersebut dicapai secara pasif. M.Illiacus dan M.Rectus femoris aktif. Torque extensi berkurang sampai nol. Tungkai bersiap untuk diayunkan.

6. Initial Swing (Isw)Ankle bergerak ke 10° plantar flexion, otot bagian anterior ankle mempersiapkan kaki bebas dari lantai dan masuk subphase initial swing.Lutut flexi sampai 60° dan kaki bebas dari lantai. Selama periode ini sering terjadi toe drag, karena tidak adekuatnya flexi lutut dan dorsiflexi ankle.Kontribusi dari m.iiliacus, adductor longus, gracilis dan sartorius membawa hip ke 20° flexi dan pelvis mulai forward rotasi. Pelvis dan hip bergerak secara harmonis, terjadi forward rotasi pelvis saat hip flexi. Sedangkan rotasi backward pelvis berkaitan dengan hip extensi.

7. Midswing (MSw)Ankle dalam posisi netral, otot bagian anterior ankle aktif, ini adalah gerakan yang membebaskan kaki dari lantai. Tibia mencapai posisi tegak lurus terhadap lantai saat lutut mencapai 60° fleksi. Biceps femoris tetap aktif

2

Page 3: Analisa Gaya Berjalan

mengkontrol dengan eksentris kontraksi, walaupun momentum gerakan (primer) berlangsung secara pasif.Di hip gracilis tetap aktif untuk membantu menambah hip flexi sampai 30°, juga menambah momentum kepada tungkai yang berayun kedepan. Sedangkan sartorius, adductor longus dan iliacus menjadi tidak aktif.

8. Terminal Swing (TSw)Otot-otot sebelah anterior ankle tetap aktif untuk mempertahankan ankle dalam posisi netral selama subphase terminal swing. Ini dalam rangka menjamin posisi ankle dalam posisi yang tepat saat heel contact di phase weight acceptance pada subphase initial contact berikutnya.Aktifitas quadriceps secara concentris menjamin knee extension sampai posisi lutut netral, sedang kontrol gerakan dilakukan oleh hamstrings.Hip tetap dalam posisi 30° flexi dan terjadi 5° forward rotasi pelvis. Otot yang tetap aktif adalah m.gracillis sebagai flexor hip. Kombinasi gerakan fleksi panggul, pelvis rotasi dan ekstensi lutut berkontribusi pada step length.

IV. KESIMPULANDalam berjalan dikenal ada 2 fase, yaitu fase

menapak (stance phase) dan fase mengayun ( swing fase). Ada pula yang menambahkan satu fase lagi yaitu fase dua kaki di lantai (double support) yang brlangsung singkat. Fase double support ini akan semakin singkat jika kecepatan jalan bertambah, bahkan pada berlari fase double support ini sama sekali hilang, dan justru terjadi fase dimana kedua kaki tidak menginjak lantai.

Fase menapak (60%) dimulai dari heel strike / heel on, foot flat, mid stance , heel off dan diakhiri dengan toe off. Sedangkan pada fase mengayun (40%) dimulai dari toe off, swing dan diakhiar dengan heel strike (accelerasi, mid swing, decelerasi).

Untuk mencapai pola jalan normal tergantung pada 3 kemampuan / task fungsional, yaitu : 1). Weight Acceptance. 2). Single limb Support. 3). Limb Advancement.

Apabila salah satu fase tidak sempurna ataupun tidak terjadi, maka akan terjai abnormal gait.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bogey R. Gait analysis. Medscape.2009 (di akses 29 Oktober 2013). Di akses dari http//www.emedicine.medscape.com/article.360210.overview#aw2aa

2. Heikki Uustal, M.D. and Edgardo Baerga, M.D. NCBI. (diakses 29 Oktober 2013). Di akses dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK27235/

3