laporan impetigo bulosa rotasi ii
Post on 06-May-2017
243 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Case Report Session
IMPETIGO BULOSA
Oleh:Mohd Ekhwan Darus 0810314280
Pembimbing :dr. Rika Susanti, Sp.F
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI II
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PUSKESMAS PADANG PASIR
2014
1
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. DEFINISI
Impetigo adalah infeksi pyococcus di kulit superficial, dengan kata lain hanya
terbatas di epidermis saja.
1.2. ETIOLOGI
Etiologinya paling banyak disebabkan oleh kuman Staphylococcus aureus dan
Streptococcus ß-haemolyticus grup A.
1.3. KLASIFIKASI
Dikenal ada 3 macam impetigo, yaitu impetigo krustosa, impetigo bulosa, dan
impetigo neonatorum. Pada dasarnya impetigo dibagi menjadi dua, yaitu bulosa yang
disebabkan oleh S. aureus dan non bulosa (krustosa) yang disebabkan oleh
Streptococcus ß-hemolyticus grup A dan atau Staphylococcus aureus. Sedangkan
impetigo neonatorum merupakan variasi dari impetigo bulosa pada neonatorum.
1.4. IMPETIGO BULOSA
1.4.1. Sinonim
Impetigo vesikobulosa, cacar monyet
1.4.2. Etiologi
Biasanya Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus (S. aureus)
adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob
fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh
berpasangan maupun berkelompok. S. aureus merupakan mikroflora normal
manusia. Habitat alami S aureus pada manusia adalah di daerah kulit, hidung,
mulut, dan usus besar, di mana pada keadaan sistem imun normal, S. aureus
tidak bersifat patogen (mikroflora normal manusia).
2
Keberadaan S. aureus pada saluran pernapasan atas dan kulit pada
individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya
berperan sebagai karier. Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi host
melemah karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau
perlakuan menggunakan steroid atau obat lain yang memengaruhi imunitas
sehingga terjadi pelemahan host.
Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini
memproduksi nanah, oleh karena itu bakteri ini disebut piogenik. S. aureus
juga menghasilkan katalase, yaitu enzim yang mengkonversi H2O2 menjadi
H2O dan O2, dan koagulase, enzim yang menyebabkan fibrin berkoagulasi
dan menggumpal.
Hampir semua isolat S. aureus resisten terhadap penisilin G. Hal ini
disebabkan oleh keberadaan enzim β-laktamase yang dapat merusak struktur
β-laktam pada penisilin. Untuk mengatasi hal ini, dapat digunakan penisilin
yang bersifat resisten β-laktamase, contohnya nafcillin atau oksasilin.
Gambar 1. Staphylococcus aureusdengan pewarnaan dilihat dengan mikroskop electron ( Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Staphylococcus_aureus )
1.4.3. Epidemiologi
Impetigo Bulosa dapat menyerang semua umur namun lebih banyak
pada anak-anak. Umumnya sangat mudah menular. Frekuensinya sama pada
pria dan wanita. Lebih banyak terdapat pada daerah tropis dengan udara panas.
3
1.4.4. Faktor Resiko
Pada daerah yang mengalami kerusakan pada jaringannya. Misalnya
ekskoriasi, gigitan serangga, dermatitis.
Pada penderita dengan gangguan imunitas (misalnya penderita diabetes)
Faktor-faktor penting yang berperan antara lain :
o Temperatur dan kelembaban yang tinggi dan daerah tropis
o Kondisi lingkungan yang kotor
o Hygiene yang buruk
o Malnutrisi
1.4.5. Patofisiologi
Infeksi terjadi melalui :
Infeksi primer pada lesi minor di kulit
Infeksi sekunder pada kelainan kulit yang sudah ada (Pre Existing
Dermatoses atau ada penyebab lain sebelum terjadi Impetiginization)
Faktor host seperti immunosuppresi, terapi glukokortikoid, dan atopic
memainkan peranan penting dalam pathogenesis dari infeksi Staphylococcus.
Adanya trauma ataupun inflamasi dari jaringan (luka bedah, luka bakar,
trauma, dermatitis, benda asing) juga menjadi faktor yang berpengaruh pada
pathogenesis dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini.
1.4.6. Predileksi
Sering terdapat pada wajah, aksila, dada, punggung, tangan, tungkai, daerah
lipatan, serta daerah-daerah yang tidak tertutup pakaian.
1.4.7. Manifestasi Klinis
Keadaan umum baik, tetapi dapat timbul gejala konstitusi berupa
malaise dan demam.
Kelainan kulit berupa eritema. Kadang-kadang waktu pasien datang
berobat, vesikel/bula telah memecah sehingga yang tampak hanya kolaret dan
dasarnya masih eritematosa, erosi, dan ekskoriasi.
4
Keluhan utama berupa lepuh yang timbul akut pada kulit sehat.
Ukurannya bervariasi dari milier hingga lentikuler. Karakteristik dari penyakit
ini adalah perkembangan yang cepat dari vesikel menjadi bula yang lembek.
Bula sering mengandung pus, dan sering timbul berkelompok atau berlokasi di
lipatan tubuh. Dinding bula tipis, menggantung, dan kadang tampak hipopion.
Jika bula pecah akan menimbulkan erosi yang superficial dan krusta yang
coklat datar dan tipis.
Gambar 2. Impetigo Bulosa ( Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Bullous_impetigo)
1.4.8. Pemeriksaan Laboratorium
Pewarnaan Gram dari eksudat bula menunjukan kokus gram positif
dalam kelompok.
Gambar 3. Gambaran Staphylococcus aureus dilihat dengan pewarnaan Gram dengan menggunakan mikroskop ( Sumber :
http://virus.usal.es/web/demo_microali/enterotoxina/set.html )
5
1.4.9. Diagnosa Banding
Pemfigus : Erosi yang menyebar juga menyerupai pemfigus, dimana pada
pemfigus juga disertasi lepuh.
Herpes simpleks
Herpes zoster
Impetigo krustosa
Dermatofitosis : Jika vesikel/bula telah pecah dan hanya terdapat koloret
dan ektima,maka mirip dermatofitosis. Pada anamnesa hendaknya
ditanyakan apakah sebelumya terdapat lepuh. Jika ada, diagnosisnya
adalah impetigo bulosa
1.4.10. Komplikasi
Pada pasien yang tidak diobati, infeksi yang invasif dapat
menyebabkan komplikasi berupa selulitis, limfangitis, dan bakteriemia,
sampai terjadi osteomielitis, sepsis arthritis, pneumonitis, dan septikemia.
Impetigo yang tidak diobati dengan baik akan berkembang menjadi
ektima biasanya sering pada penderita dengan hygiene buruk
1.4.11. Pengobatan
Kebanyakan Streptococcus aureus yang menyebabkan impetigo sudah
resisten terhadap penicillin. Oleh karena itu golongan sefalosporin seperti
cephalexin (Keflex), eritromisin (Ilosone), atau dicloxacillin (dynapen) dapat
dipilih sebagai antibiotik. Untuk lesi yang tidak luas kita dapat menggunakan
salep Mupicorin (Bactroban) 2% tiga kali sehari.
Menjaga kebersihan diri sangatlah penting untuk mencegah
penyebaran peyakit ini. Membersihkan dengan sabun antibakteri dan
membersihkan krusta dengan lembut dan hati-hati dapat mempercepat proses
penyembuhan. Mengganti handuk, sapu tangan dan alat pencukur secara
berkala sangat dianjurkan.
1.4.12. Prognosis
Baik, sembuh tanpa sikatrik.
6
1.4.13. Pencegahan
Pada daerah tropis, perhatikan kebersihan dan gunakan lotion antiserangga
untuk mencegah gigitan serangga.
Jaga daya tahan tubuh, misalnya dengan menjaga asupan nutrisi.
Jaga kelembaban kulit.
Tingkatkan hygiene misalnya dengan mandi 2 kali sehari dan mencuci
tangan pakai sabun dan menggunakan alas kaki saat keluar rumah.
7
BAB II
LAPORAN KASUS
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/ Kelamin/Umur : LR /Perempuan /7,5 tahun
b. Pekerjaan/ Pendidikan : Siswi / SD
c. Alamat : Jl Purus V, No 89
2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga
a. Status Perkawinan : -
b. Jumlah saudara : 0 orang
c. Status ekonomi keluarga : Nenek berjualan nasi dengan penghasilan ± 1 - 2,5
juta rupiah/bulan.
d. KB : -
e. Kondisi rumah : Rumah semipermanen dengan pekarangan sempit.
- Jumlah kamar 3 buah, cuma satu yang dipakai untuk
tidur, dua kamar lagi digunakan untuk menyimpan
barang, satu ruang keluarga dan dapur.
- Ventilasi cukup, setiap kamar mempunyai jendela
dan di ruang keluarga mempunyai 2 jendela
- Luas bangunan ± 6 m x 12 m.
- Listrik ada
- Sumber air minum dari PDAM. Air dimasak
sebelum diminum
- Kamar mandi/WC ada di dalam rumah
- Sampah buang ke TPA
- Kesan : hygiene dan sanitasi rumah cukup baik8
f. Kondisi lingkungan keluarga :
Penghuni rumah 2 orang yaitu; pasien dan nenek pasien.
Tinggal di daerah pinggiran kota, sering kebanjiran jika hujan deras.
Higien dan sanitasi lingkungan kurang baik
3. Aspek psikologis di keluarga:
Hubungan pasien dengan keluarga baik. Pasien dekat dengan neneknya dan sering
tinggal bersama nenek.
Faktor stress dalam keluarga tidak ada.
4. Riwayat penyakit dahulu/ penyakit keluarga/ alergi:
Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini.
Nenek pasien menderita hipertensi.
Pasien ada riwayat alergi makanan yaitu telur
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit diabetes, hati, ginjal, dan
penyakit kronis lainnya.
Tidak ada riwayat mata merah berair disertai gatal pada pagi hari
Tidak ada riwayat bersin-bersin dan hidung gatal pada pagi hari
Tidak ada riwayat sesak napas disertai nafas berbunyi
Tidak ada riwayat biring susu pada waktu bayi
Tidak ada riwayat alergi obat
Tidak ada riwayat alergi pada keluarga
5. Keluhan Utama:
Keropeng kecoklatan yang terasa gatal di kedua kaki sejak sekitar 1 minggu yang
lalu.
6. Riwayat Penyakit Sekarang:
Keropeng kecoklatan yang terasa gatal di kedua kaki sejak sekitar 1 minggu yang lalu.
Awalnya muncul gelembung-gelembung berisi cairan di kedua kaki. Mula-mula
sedikit kemudian makin lama makin banyak dan ada gelembung berisi nanah. Kulit di
sekitar gelembung berwarna kemerahan. Gelembung-gelembung makin banyak dan
9
pecah membentuk keropeng-keropeng berwarna kecoklatan yang tipis, dan kering.
Jika keropeng lepas, tampak tukak dangkal di bawahnya.
Riwayat luka, gigitan serangga, dan peradangan di kedua telapak kaki disangkal.
Riwayat tidak memakai alas kaki saat keluar rumah disangkal.
Pasien sering menggaruk gelembung dan keropeng.
Nafsu makan baik.
Nenek pasien menceritakan bahwa rumah sering kebanjiran setelah hujan deras
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan serupa.
Pasien belum pernah berobat untuk keluhan ini sebelumnya. Pasien juga tidak ada
mengobati sendiri keluhannya.
Pasien tidak ada mengkonsumsi obat-obatan rutin dan jamu.
7. Pemeriksaan Fisik:
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis Kooperatif
Frek. Nadi : 82x/menit
Frek. Nafas : 19x/menit
Tekanan Darah : 100/70mmHg
Suhu : 37,10C
BB/ TB : 36 kg / 91 cm
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor, Rf
cahaya +/+
Thorax : Cor dan pulmo dalam batas normal.
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : Refleks fisiologis ++/++, oedema peritibial (-)
Status Dermatologikus
Lokasi : kedua kaki dari bawah lutut hingga ke kaki
Distribusi : bilateral terlokalisir
Bentuk : tidak khas
Susunan : tidak khas
Batas : Tegas
10
Ukuran : miliar - lentikular
Efloresensi : papul, vesikel, pustul, bula hipopion, krusta kecoklatan yang
tebal dan keras, dan erosi di atas permukaan yang eritem
8. Laboratorium:
Anjuran : Pewarnaan Gram dan Kultur serta Sensitivity test
9. Diagnosa Kerja:
Impetigo Bulosa regio cruris dextra et sinistra
10. Diagnosis Banding:
-
11. Manajemen
a) Preventif
Pakai alas kaki saat keluar rumah dan saat akan bersentuhan dengan tanah.
11
Menjaga kebersihan badan dengan mandi 2x sehari pakai sabun.
Usahakan kaki tetap kering dan bersih.
Cuci kaki setiap setelah berkontak dengan tanah.
Hindari gigitan serangga.
Jika kaki terluka, rawat luka secara bersih dan terbuka.
Jangan garuk kelainan kulit yang gatal tersebut karena dapat menyebabkan
iritasi dan infeksi sekunder.
Menjaga kebersihan rumah terutama lantai rumah.
Gunting kuku karena kuku yang panjang memudahkan terjadinya lecet pada
kulit akibat garukan.
b) Promotif
Berikan edukasi kepada nenek pasien mengenai ektima yang merupakan infeksi
pada kulit akibat bakteri, dan bisa terjadi akibat kontak kulit dengan lingkungan
yang tidak bersih seperti tanah dan air kotor, bisa menyebar kepada orang yang
kontak dengan pasien jika tidak menjaga kebersihan, dan gejala awalnya berupa
gelembung yang berisi cairan, dan gelembung mudah pecah dan meninggalkan
kulit yang merah sehingga mudah untuk terjadi infeksi sekunder dan menjadi
keruping- keruping jika kering.
Berikan edukasi kepada pasien mengenai kondisi-kondisi yang mendukung
terbentuknya ektima yaitu luka/infeksi kulit sebelumnya, kondisi lingkungan
yang tidak bersih, kebersihan diri yang kurang.
Berikan edukasi kepada pasien mengenai pencegahannnya yaitu dengan menjaga
kebersihan diri dan lingkungan, meningkatkan daya tahan tubuh, menghidari
Meningkatkan daya tahan tubuh anak dengan makan makanan bergizi, buah-
buahan dan sayuran secara teratur dan istirahat yang cukup.
c) Kuratif
Eritromisin 3 kali ½ tablet per hari selama 10 hari dan minum sampai habis
CTM 3 kali ½ tablet per hari
Oxytetracyclin zalf dioles 3 kali per hari pada lesi
12
d) Rehabilitatif
Kontrol ke Puskesmas 3 hari lagi untuk melihat efek terapi
Resep
13
Dinas Kesehatan Kodya Padang
Puskesmas Padang Pasir
Dokter : Mohd Ekhwan Darus
Tanggal : 3 Mei 2014
R/ Eritromisin tab 500mg No III
S 3 dd tab 1/2
R/ CTM tab 4mg No III
S 3 dd tab 1/2
R/ Oxytetracyclin zalf No I
Sue (3xsehari)
Pro : B Umur : 7,5 tahun
Alamat: Jl Purus V, No 89
BAB III
DISKUSI
Seorang pasien perempuan, umur 7,5 tahun, dibawa berobat ke Puskesmas
Padang pada tanggal 28 April 2014, dengan keluhan utama keropeng kecoklatan yang terasa
gatal di kedua kaki sejak sekitar 1 minggu yang lalu.
Dari anamnesis didapatkan bahwa awalnya muncul gelembung-gelembung
berisi cairan di kedua telapak kaki. Gelembung berisi cairan biasanya dipikirkan sebagai
varisela atau variola tetapi setelah 1 minggu tidak ada penyebaran selain di kedua telapak
kaki dan pasien tidak demam. Gelembung makin lama makin banyak dan ada gelembung
berisi nanah. Kulit di sekitar gelembung berwarna kemerahan. Dari sini dapat dipikirkan
kemungkinan impetigo bulosa dan ektima. Gelembung-gelembung kemudian segera pecah
membentuk keropeng-keropeng berwarna kecoklatan yang tipis dan kering. Jika keropeng
lepas tampak tukak dangkal di bawahnya. Jadi dari anamnesis kemungkinan untuk ektima
dapat disingkirkan karena pada ektima di bawah keropeng terdapat ulkus yang dalam
sedangkan pada impetigo bulosa, di bawah keropeng terdapat erosi.
Selanjutnya perlu digali faktor resiko yang dimiliki pasien. Riwayat luka,
gigitan serangga, dan peradangan di kedua kaki disangkal. Riwayat tidak memakai alas kaki
saat keluar rumah disangkal. Rumah tempat tinggal pasien sering kebanjiran jika hujan deras.
Higiene dan sanitasi lingkungan rumah juga kurang baik.
Belum ada komplikasi yang ditemukan pada pasien ini. Tetapi pasien sering
menggaruk gelembung dan keropeng. Pasien belum pernah berobat untuk keluhan ini
sebelumnya. pasien juga tidak ada mengobati sendiri keluhannya dengan obat-obatan
tradisional.
Dari pemeriksaan fisik, status generalisata didapatkan dalam batas normal.
Status Dermatologikus didapatkan papul, vesikel, pustul, bula hipopion, krusta kecoklatan
yang tebal dan keras, dan erosi di atas permukaan yang eritem di kedua kaki (bilateral
terlokalisir); dengan bentuk dan susunan yang tidak khas; batasnya tegas; berukura miliar –
lentikular.
14
Pemeriksaan laboratorium yang seharusnya dilakukan adalah pemeriksaan
Pewarnaan Gram serta Kultur dan Sensitivity Test. Tetapi karena sarana dan prasarana
terbatas, pemeriksaan tidak dilakukan. Diharapkan didapatkan kuman cocus Gram positif
berkelompok.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis kerja
Impetigo Bulosa regio Pedis Dextra et Sinistra. Diagnosa banding untuk pasien ini tidak ada.
Manajemen untuk pasien ini terdiri dari preventif, promotif, kuratif dan
rehabilitatif. Untuk preventif, pasien dan keluarganya dianjurkan untuk memakai alas kaki
saat keluar rumah dan saat akan bersentuhan dengan tanah; menjaga kebersihan badan
dengan mandi 2x sehari pakai sabun; mengusahakan kaki tetap kering dan bersih; mencuci
kaki setiap setelah berkontak dengan tanah; menghindari gigitan serangga; saat kaki terluka,
rawat luka secara bersih dan terbuka dan jangan garuk kelainan kulit yang gatal tersebut
karena dapat menyebabkan iritasi dan infeksi sekunder; juga dianjurkan untuk menjaga
kebersihan rumah terutama lantai rumah. Pasien juga dianjurkan untuk digunting kukunya
karena kuku yang panjang memudahkan terjadinya lecet pada kulit akibat garukan.
Untuk promotif, nenek pasien terutama dianjurkan untuk dapat meningkatkan
daya tahan pasien dengan makan makanan bergizi secara teratur dan istirahat yang cukup.
Tatalaksana kuratif yang diberikan di sini adalah Eritromisin; CTM;
Oxytetracyclin zalf; Kompres keropeng sampai lunak dan biarkan mengelupas sendiri. Pasien
dianjurkan untuk kontrol kembali ke Puskesmas 3 hari lagi.
15
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Fitzpatrick TB, Johnson RA, Klaus W, Suurmond D. Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology. 5th ed. New York (NY) : McGraw-Hill Companies; 2005.pp.368-9.
2. Djuanda Adhi, Hamzah Mochtar, Alsah Siti. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
Kelima. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2008. p. 57-60.
3. Siregar R.S,ed. Pioderma, Dalam: Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC;
2002. p. 61-2.
4. imanti Alifa,dkk. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 31. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2007,hal 811.
5. Loretta, Davis., 2009. Impetigo. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com tanggal 1
Desember 2012
6. Sumber lain :
http://www.unboundmedicine.com .
http://www.nejm.org .
http://www.ajtmh.org .
http://www.clevelandclinicmeded.com .
http://www. dermnetnz.org
17
top related