laporan hasil tutorial seknario 1.pdf
Post on 16-Jan-2016
243 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN HASIL TUTORIAL
BLOK 1.1
MINGGU 1
SCL, ADULT LEARNING, CRITICAL THINKING
KELOMPOK 4
Anggota:
1. Mahmasoni Masdar (15883)
2. Putri Ramadhani (15797)
3. Katarina Windhi Anggita Sari (15798)
4. Resti Sulandari (15799)
5. Cindy Safitri Utami (15800)
6. Dyah Inten Januarini Ida Ayu (15802)
7. Putri Anjaweni (15803)
8. Afiani Muslikhah (15804)
9. Alfi Kurnia Adha (15805)
10. Rahmawati Dianpratama (15806)
11. Linda Rizki Mahmasari (16148)
12. Hajidah Nur Afifah (16160)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2013 / 2014
SKENARIO
Denada adalah salah seorang gamada. Denada sangat bersemangat masuk di Fakultas yang
memang sudah lama didambakannya. Saat ini, Denada sedang membaca sebuah artikel di koran
mengenai trend pembelajaran terkini. Artikel tersebut membahas adanya trend kurikulum berbasis
kompetensi dan metode belajar mengajar berupa Student Centre Learning(SCL). Dalam artikel
tersebut, ditekankan pentingnya mahasiswa mengubah orientasi belajarnya menjadi adult learner
dan pentingnya menerapkan active learning serta meningkatkan kemampuan critical thinking dalam
menghadapi suatu permasalahan.
STEP 1
1. Kurikulum berbasis kompetensi adalah kelulusan berdasar standar kompetensi atau
sistem yang sudah diketahui standarnya.
2. Adult learner adalah pembelajar yang belajar dengan cara orang dewasa,(mandiri) dan
mengetahui alasan dari setiap tindakan yang dilakukan.
3. Critical thinking adalah cara berpikir dengan detail dan peka terhadap lingkungan.
4. Student centre learning adalah suatu metode penbelajaran dimana dosen /guru berperan
sebagai fasilitator. Sedangkan pusat pembelajarannya ada di mahasiswa sehingga
mahasiswa dituntut untuk lebih aktif memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada.
STEP 2
Rumusan masalah yang berhasil disusun adalah sebagai berikut.
1. Mengapa mahasiswa harus mengubah orientasi belajarnya?
2. Faktor apa saja yang mendasari perubahan sistem belajar?
3. Mengapa adult learning perlu diterapkan?
4. Mengapa critical thinking perlu ditingkatkan?
5. Apa sajakah metode-metode SCL?
6. Bagaimana criteria seseorang telah meningkatkan critical thinking?
7. Seberapa penting SCL diterapkan pada pembelajaran?
8. Apa kendala SCL dibanding TCL?
9. Apa saja manfaat dari SCL, adult learning, dan critical thinking?
10. Bagaimana solusi yang tepat agar SCL dapat diterapkan pula di daerah terpencil?
STEP 3
1. Mahasiswa harus mengubah orientasi belajarnya karena mahasiswalah yang
membutuhkan ilmu sehingga mereka harus aktif dan dituntut untuk menggali lebih
banyak ilmu meskipun diluar bidang yang mereka ambil.
2. Salah satu faktor yang mendasari peralihan sistem belajar menjadi SCL adalah
perubahan jumlah mata pelajaran yang harus dikuasa. Seperti yang telah diketahui
bahwa jumlah mata pelajaran di SMA memang cukup banyak, namun tidak sedetail
pelajaran di bangku perkuliahan. Sehingga agar dapat memahami semua materi,
mahasiswa harus berusaha lebih giat lagi menggali ilmu dari berbagai sumber belajar.
3. Adult learning perlu diterapkan karena status yang disandang sudah mahasiswa, bukan
hanya siswa lagi. Maka sudah selayaknya bersikap lebih dari sekadar siswa. Mahasiswa
harus bisa lebih aktif dan mandiri dalam belajar. Namun, jika masih ada mahasiswa yang
belum sadar kewajiban di balik status barunya itu, orang–orang disekitarnya, seperti
teman, kerabat dan keluarga, perlu memotivasi agar mahasiswa itu kembali teringat
untuk memperjuangkan masa depannya. Disamping itu, mahasiswa yang bersangkutan
harus segera mengintrospeksi diri dan melihat kembali minat serta tujuannya kuliah di
tempat itu.
4. Critical thinking perlu ditingkatkan karena dengan terus menggali serta terus
menganalisis maslah yang terjadi secara cermat, pikiran mahasiswa menjadi lebih peka
dan terlatih untuk mendetail. Dengan kata lain, mahasiswa itu tidak hanya berhenti pada
mengkaji textbook, namun juga menganalisis pemecahan masalah sehingga ilmunya
dapat langsung diterapkan karena dari situlah tercetus langkah-langkah untuk aksi
nyatanya.
5. Metode-metode SCL ada 3.
a.) Mendengarkan dari dosen lalu mencari ilmu lengkapnya
b.) Cari ilmunya dulu, lalu ikut kuliah dan mendegarkan dari dosen tambahannya
c.) Gabungan dari kedua cara di atas.
6. Kriteria seseorang telah meningkatkan critical thinking adalah:
a.) Memiliki rasa ingin tahu yang besar
b.) Bisa menggali masalah lebih detail
c.) Tidak serta merta menerima suatu permasalahan
7. Sangat penting. Karena kita bisa semakin tahu ilmu atau materi yang sedang kita
pelajari. Di samping itu, mahasiswa menjadi memiliki bekal meski belum dijelaskan
oleh dosen, lebih mandiri dan lebih paham.
8. Kendala SCL dibanding TCL adalah:
a.) Kesadaran diri masing-masing mahasiswa berbeda. Ada yang sudah sadar
kewajibannya sebagai mahasiswa, ada juga yang masih bergantung pada dosen. Hal
ini membuat program-program pembelajaran bermetode SCL yang telah disusun
oleh pihak universitas/fakultas kurang berjalan maksimal.
b.) Bagi mahasiswa baru, dibutuhkan waktu yang tidak singkat untuk beradaptasi
dengan metode belajar SCL ini. Jadi di masa-masa awal statusnya sebagai
mahasiswa, pihak fakultas perlu melakukan sosialisasi terlebih dulu agar mahasiswa
tidak kaget saat telah memasuki tahap pembelajaran dengan metode ini. Oleh sebab
itu, diperlukan alokasi waktu yang memadai agar mahasiswa baru dapat beradaptasi
dengan metode ini dan dapat mengikutinya dengan baik.
c.) Sulit diterapkan di daerah-daerah terpencil karena sarana dan prasarana yang
mendukung proses belajar dengan metode SCL ini belum memadai.
d.) Sebagian besar masyarakat yang biasanya hidup terpinggir, merasa bahwa
pendidikan itu kurang bermanfaat. Hal ini karena pola pikir mereka yang masih
tertutup dan sulit menerima kebudayaan dari dunia luar.
9. Manfaat dari SCL, adult learning, dan critical thinking adalah:
a.) Membentuk mahasiswa yang lebih aktif
b.) Mempertajam daya kritis mahasiswa dalam menghadapi suatu masalah
c.) Meelatih mahasiswa untuk terbiasa mengmbangkan karakter diri
d.) Menyiapkan mahasiswa agar lebih handal menangani masalah-masalah kontekstual
saat terjun ke dunia kerja atau masyarakat.
10. Solusi yang tepat agar SCL dapat diterapkan pula di daerah terpencil antara lain sebagai
berikut.
a.) Pengirim tenaga pengajar di daerah terpencil
b.) Menyediakan srana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran
STEP 4
STEP 5
Learning Object (LO) yang kami susun adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana solusi penerapan SCL di daerah terpencil?
2. Adakah metode-metode dalam SCL? Apa saja?
3. Metode SCL yang mana saja yang cocok dan telah diterapkan di Indonesia?
4. Apa metode SCL yang ideal untuk mahasiswa dan metode tersebut telah diterapkan di
UGM? Jelaskan!
5. Apa yang dimaksud dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi(KBK)?
6. Apa perbedaan pedagogi dan andragogy.
SCL
Komponen
Sumber belajar,
Dosen, Mahasiswa Kendala internal
dan eksternal
Active learning,
Adult learning,
Critical thinking
KBK
Solusi
STEP 7
1. Solusi penerapan SCL di daerah terpencil, yang pertama adalah dengan mengubah
paradigma pikiran atau mindset masyarakat dari TCL ke SCL. Selain itu, dengan
memperbaiki sarana dan prasarana, menambah tenaga pendidik dan menjamin
kesejahteraannya selama bertugas.
2. Metode-metode dalam SCL antara lain:
a. Individual Learning : peserta didik melakukan aktivitas individual untuk
mengerjakan tugas sesuai tanggung jawabnya, metode ini mempertimbangkan a
perbedaan peserta didik dalam kecepatan belajar mereka.
b. Autonomous Learning : Aktivitas individual maupun kelompok dengan otonomi.
c. Small Group Discussion : Metode ini dapat digunakan ketika akan menggali ide,
menyimpulkan poin penting, mengakses tingkat skill dan pengetahuan
mahasiswa, mengkaji kembali topik di kelas sebelumnya, membandingkan teori,
isu dan interprestasi, dapat juga untuk menyelesaikan masalah.
d. Simulation : Simulasi adalah model yang membawa situasi yang mirip dengan
sesungguhnya ke dalam kelas.
e. Discovery Learning (DL) : DL adalah metode belajar yang difokuskan pada
pemanfaatan informasi yang tersedia, baik yang diberikan dosen maupun yang
dicari sendiri oleh mahasiswa, untuk membangun pengetahuan dengan cara
belajar mandiri.
f. Self- Directed Learning (SDL) : SDL adalah proses belajar yang dilakukan atas
inisiatif individu mahasiswa sendiri. Mahasiswa sendiri yang merencanakan,
melaksanakan dan menilai sendiri terhadap pengalaman belajar yang telah
dijalani, dilakukan semuanya oleh individu yang bersangkutan.
g. Active Learning : Peserta didik tidak hanya mendengarkan fasilitator, tetapi
mereka lebih banyak terlibat di dalam penugasan seperti analisis, sintesis dan
evaluasi.
h. Cooperative Learning (CL) : CL merupakan metode belajar berkelompok yang
dirancang oleh dosen untuk memecahkan suatu masalah/kasus atau mengerjakan
suatu tugas. Kelompok ini terdiri dari atas beberapa orang mahasiswa yang
memiliki kemampuan akademik yang beragam.
i. Collaborative Learning (CbL) : CbL adalah metode belajar yang menitikberatkan
pada kerja sama antar mahasiswa yang didasarkan pada consensus yang
dibangun sendiri oleh anggota kelompok. ingin dinilai oleh dosen, semuanya
ditentukan melalui consensus bersama antar anggota kelompok.
j. Contextual Instruction (CI) : CI adalah konsep belajar yang membantu dosen
mengaitkan isi mata kuliah dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dan
memotivasi mahasiswa untuk membuat keterhubungan antara pengetahuan dan
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat, pelaku
kerja professional atau manajerial, entrepreneur, maupun investor.
k. Project-based Learning (PjBL) : PjBL adalah metode belajar yang sistematis,
yang melibatkan mahasiswa dalam belajar pengetahuan dan ketrampilan melalui
proses pencarian/penggalian (inquiry) yang panjang dan terstruktur terhadap
pertanyaan yang otentik dan kompleks serta tugas dan produk yang dirancang
dengan sangat hati-hati
l. Research based Learning : Metode pembelajaran untuk menggunakan
pertanyaan otentik sebagai dasar motivasi, mengembangkan ketrampilan
berpikir, dan melakukan penerapan.
m. Problem-based Learning/Inquiry (PBL/I) : PBL/I adalah belajar dengan
memanfaatkan masalah an mahasiswa harus melakukan pencarian/penggalian
informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan masalah tersebut.
Sumber: Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada
diakses dari http:/ppp.ugm.ac.id/
3. SCL yang cocok di Indonesia adalah SCL yang didasari dengan minat, kemampuan dan
kemauan, pembelajar. SCL di Indonesia penerapannya menggunakan metode
cooperative learning untuk SD,SMP, dan SMA. Sedangkan untuk perguruan tinggi,
metode yang diterapkan adalah Collaborative learning, dimana dalam tahap ini
mahasiswa harus berperan aktif dalam pembelajaran karena dosen/guru hanya berperan
sebagai fasilitator saja.
Collaborative Learning :
Kurang terstruktur
biasa diterapkan di Perguruan Tinggi
Tujuan: pendekatan kebersamaan dan saling menghargai
Cooperative Learning :
Terstruktur
Biasa diterapkan di Sekolah Menengah
Sumber: Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada diakses
dari http:/ppp.ugm.ac.id/
4. Metode SCL yang ideal untuk mahasiswa dan metode tersebut telah diterapkan di UGM
adalah Collaborative learning. Metode ini diaplikasikan dalam program STAR dimana
terdapat penambahan berupa „Patrap Triloka‟ dalam penerapannya. Program studi Ilmu
keperawatan menggunakan metode small group discussion atau tutorial. Selain itu, pada
prodi pendidikan dokter terdapat program pembelajaran dengan metode program based
learning (PBL).
Sumber: Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada diakses
dari http:/ppp.ugm.ac.id/
5. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah seperangkat rencana dan pengaturan
untuk siswa, yang disusun untuk meningkatan keterampilan dan diukur dengan standar
tertentu sehingga tercapailah tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Pusat Kurikulum, Balitbang, Depdiknas, 2002;3
6. Beberapa perbedaan pedagogi dan andragogi adalah dalam hal konsep belajar, peran
guru, motivasi, dan peran pelajaran yang didapatkan. Paedagogi sering diartikan “the art
and science of teaching children” atau ilmu dan seni mengajar anak- anak. Andragogi
lebih dimaknai sebagai ilmu dan seni membimbing atau membantu orang dewasa
belajar“the art and science of helping adult learn” (Malcolm Knowles, 1950 dalam buku
“Informal Adult Education”).
Dalam andragogi, konsep belajarnya mahasiswa dituntut untuk lebih aktif karena peran
guru/dosen hanyalah sebagai pembimbing dan fasilitator semata. Selain itu, motivasi
belajarnya juga berasal dari diri sendiri (internal), sehingga pembelajar akan
menganggap belajar adalah kebutuhannya.
diakses dari http:/file.upi.edu/
7. Critical thinking ;
- Berpikir jernih dan rasional
- Independent
- Menyimpulkan dari apa yang diketahui
- Menggali pengetahuan dari sumber yang tepat.
8. Adult learner beranggapan bahwa hidup adalah belajar, belajar adalah esensi kehidupan.
Dengan kata lain bagi seseorang adult learner belajar adalah sebuah kebutuhan bukan
tuntutan.
“Kondisi yang menganggap bahwa semua murid, peserta didik (warga belajar) itu adalah
sebagai orang dewasa yang diasumsikan memiliki kemampuan yang aktif dalam
merencanakan arah belajar, memiliki bahan, memikirkan cara terbaik untuk belajar,
menganlisis dan menyimpulkan serta mampu mengambil manfaat dari dari sebuah
proses pendidikan.” (Andragogi, oleh Mustofa Kamil)
diakses dari http:/file.upi.edu/
top related