laporan hasil tutorial seknario 1.pdf

7
LAPORAN HASIL TUTORIAL BLOK 1.1 MINGGU 1 SCL, ADULT LEARNING, CRITICAL THINKING KELOMPOK 4 Anggota: 1. Mahmasoni Masdar (15883) 2. Putri Ramadhani (15797) 3. Katarina Windhi Anggita Sari (15798) 4. Resti Sulandari (15799) 5. Cindy Safitri Utami (15800) 6. Dyah Inten Januarini Ida Ayu (15802) 7. Putri Anjaweni (15803) 8. Afiani Muslikhah (15804) 9. Alfi Kurnia Adha (15805) 10. Rahmawati Dianpratama (15806) 11. Linda Rizki Mahmasari (16148) 12. Hajidah Nur Afifah (16160) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2013 / 2014

Upload: nella-sri-pujirahayu

Post on 16-Jan-2016

243 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN HASIL TUTORIAL Seknario 1.pdf

LAPORAN HASIL TUTORIAL

BLOK 1.1

MINGGU 1

SCL, ADULT LEARNING, CRITICAL THINKING

KELOMPOK 4

Anggota:

1. Mahmasoni Masdar (15883)

2. Putri Ramadhani (15797)

3. Katarina Windhi Anggita Sari (15798)

4. Resti Sulandari (15799)

5. Cindy Safitri Utami (15800)

6. Dyah Inten Januarini Ida Ayu (15802)

7. Putri Anjaweni (15803)

8. Afiani Muslikhah (15804)

9. Alfi Kurnia Adha (15805)

10. Rahmawati Dianpratama (15806)

11. Linda Rizki Mahmasari (16148)

12. Hajidah Nur Afifah (16160)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2013 / 2014

Page 2: LAPORAN HASIL TUTORIAL Seknario 1.pdf

SKENARIO

Denada adalah salah seorang gamada. Denada sangat bersemangat masuk di Fakultas yang

memang sudah lama didambakannya. Saat ini, Denada sedang membaca sebuah artikel di koran

mengenai trend pembelajaran terkini. Artikel tersebut membahas adanya trend kurikulum berbasis

kompetensi dan metode belajar mengajar berupa Student Centre Learning(SCL). Dalam artikel

tersebut, ditekankan pentingnya mahasiswa mengubah orientasi belajarnya menjadi adult learner

dan pentingnya menerapkan active learning serta meningkatkan kemampuan critical thinking dalam

menghadapi suatu permasalahan.

STEP 1

1. Kurikulum berbasis kompetensi adalah kelulusan berdasar standar kompetensi atau

sistem yang sudah diketahui standarnya.

2. Adult learner adalah pembelajar yang belajar dengan cara orang dewasa,(mandiri) dan

mengetahui alasan dari setiap tindakan yang dilakukan.

3. Critical thinking adalah cara berpikir dengan detail dan peka terhadap lingkungan.

4. Student centre learning adalah suatu metode penbelajaran dimana dosen /guru berperan

sebagai fasilitator. Sedangkan pusat pembelajarannya ada di mahasiswa sehingga

mahasiswa dituntut untuk lebih aktif memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada.

STEP 2

Rumusan masalah yang berhasil disusun adalah sebagai berikut.

1. Mengapa mahasiswa harus mengubah orientasi belajarnya?

2. Faktor apa saja yang mendasari perubahan sistem belajar?

3. Mengapa adult learning perlu diterapkan?

4. Mengapa critical thinking perlu ditingkatkan?

5. Apa sajakah metode-metode SCL?

6. Bagaimana criteria seseorang telah meningkatkan critical thinking?

7. Seberapa penting SCL diterapkan pada pembelajaran?

8. Apa kendala SCL dibanding TCL?

9. Apa saja manfaat dari SCL, adult learning, dan critical thinking?

10. Bagaimana solusi yang tepat agar SCL dapat diterapkan pula di daerah terpencil?

STEP 3

1. Mahasiswa harus mengubah orientasi belajarnya karena mahasiswalah yang

membutuhkan ilmu sehingga mereka harus aktif dan dituntut untuk menggali lebih

banyak ilmu meskipun diluar bidang yang mereka ambil.

Page 3: LAPORAN HASIL TUTORIAL Seknario 1.pdf

2. Salah satu faktor yang mendasari peralihan sistem belajar menjadi SCL adalah

perubahan jumlah mata pelajaran yang harus dikuasa. Seperti yang telah diketahui

bahwa jumlah mata pelajaran di SMA memang cukup banyak, namun tidak sedetail

pelajaran di bangku perkuliahan. Sehingga agar dapat memahami semua materi,

mahasiswa harus berusaha lebih giat lagi menggali ilmu dari berbagai sumber belajar.

3. Adult learning perlu diterapkan karena status yang disandang sudah mahasiswa, bukan

hanya siswa lagi. Maka sudah selayaknya bersikap lebih dari sekadar siswa. Mahasiswa

harus bisa lebih aktif dan mandiri dalam belajar. Namun, jika masih ada mahasiswa yang

belum sadar kewajiban di balik status barunya itu, orang–orang disekitarnya, seperti

teman, kerabat dan keluarga, perlu memotivasi agar mahasiswa itu kembali teringat

untuk memperjuangkan masa depannya. Disamping itu, mahasiswa yang bersangkutan

harus segera mengintrospeksi diri dan melihat kembali minat serta tujuannya kuliah di

tempat itu.

4. Critical thinking perlu ditingkatkan karena dengan terus menggali serta terus

menganalisis maslah yang terjadi secara cermat, pikiran mahasiswa menjadi lebih peka

dan terlatih untuk mendetail. Dengan kata lain, mahasiswa itu tidak hanya berhenti pada

mengkaji textbook, namun juga menganalisis pemecahan masalah sehingga ilmunya

dapat langsung diterapkan karena dari situlah tercetus langkah-langkah untuk aksi

nyatanya.

5. Metode-metode SCL ada 3.

a.) Mendengarkan dari dosen lalu mencari ilmu lengkapnya

b.) Cari ilmunya dulu, lalu ikut kuliah dan mendegarkan dari dosen tambahannya

c.) Gabungan dari kedua cara di atas.

6. Kriteria seseorang telah meningkatkan critical thinking adalah:

a.) Memiliki rasa ingin tahu yang besar

b.) Bisa menggali masalah lebih detail

c.) Tidak serta merta menerima suatu permasalahan

7. Sangat penting. Karena kita bisa semakin tahu ilmu atau materi yang sedang kita

pelajari. Di samping itu, mahasiswa menjadi memiliki bekal meski belum dijelaskan

oleh dosen, lebih mandiri dan lebih paham.

8. Kendala SCL dibanding TCL adalah:

a.) Kesadaran diri masing-masing mahasiswa berbeda. Ada yang sudah sadar

kewajibannya sebagai mahasiswa, ada juga yang masih bergantung pada dosen. Hal

ini membuat program-program pembelajaran bermetode SCL yang telah disusun

oleh pihak universitas/fakultas kurang berjalan maksimal.

b.) Bagi mahasiswa baru, dibutuhkan waktu yang tidak singkat untuk beradaptasi

dengan metode belajar SCL ini. Jadi di masa-masa awal statusnya sebagai

mahasiswa, pihak fakultas perlu melakukan sosialisasi terlebih dulu agar mahasiswa

tidak kaget saat telah memasuki tahap pembelajaran dengan metode ini. Oleh sebab

Page 4: LAPORAN HASIL TUTORIAL Seknario 1.pdf

itu, diperlukan alokasi waktu yang memadai agar mahasiswa baru dapat beradaptasi

dengan metode ini dan dapat mengikutinya dengan baik.

c.) Sulit diterapkan di daerah-daerah terpencil karena sarana dan prasarana yang

mendukung proses belajar dengan metode SCL ini belum memadai.

d.) Sebagian besar masyarakat yang biasanya hidup terpinggir, merasa bahwa

pendidikan itu kurang bermanfaat. Hal ini karena pola pikir mereka yang masih

tertutup dan sulit menerima kebudayaan dari dunia luar.

9. Manfaat dari SCL, adult learning, dan critical thinking adalah:

a.) Membentuk mahasiswa yang lebih aktif

b.) Mempertajam daya kritis mahasiswa dalam menghadapi suatu masalah

c.) Meelatih mahasiswa untuk terbiasa mengmbangkan karakter diri

d.) Menyiapkan mahasiswa agar lebih handal menangani masalah-masalah kontekstual

saat terjun ke dunia kerja atau masyarakat.

10. Solusi yang tepat agar SCL dapat diterapkan pula di daerah terpencil antara lain sebagai

berikut.

a.) Pengirim tenaga pengajar di daerah terpencil

b.) Menyediakan srana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran

STEP 4

STEP 5

Learning Object (LO) yang kami susun adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana solusi penerapan SCL di daerah terpencil?

2. Adakah metode-metode dalam SCL? Apa saja?

3. Metode SCL yang mana saja yang cocok dan telah diterapkan di Indonesia?

4. Apa metode SCL yang ideal untuk mahasiswa dan metode tersebut telah diterapkan di

UGM? Jelaskan!

5. Apa yang dimaksud dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi(KBK)?

6. Apa perbedaan pedagogi dan andragogy.

SCL

Komponen

Sumber belajar,

Dosen, Mahasiswa Kendala internal

dan eksternal

Active learning,

Adult learning,

Critical thinking

KBK

Solusi

Page 5: LAPORAN HASIL TUTORIAL Seknario 1.pdf

STEP 7

1. Solusi penerapan SCL di daerah terpencil, yang pertama adalah dengan mengubah

paradigma pikiran atau mindset masyarakat dari TCL ke SCL. Selain itu, dengan

memperbaiki sarana dan prasarana, menambah tenaga pendidik dan menjamin

kesejahteraannya selama bertugas.

2. Metode-metode dalam SCL antara lain:

a. Individual Learning : peserta didik melakukan aktivitas individual untuk

mengerjakan tugas sesuai tanggung jawabnya, metode ini mempertimbangkan a

perbedaan peserta didik dalam kecepatan belajar mereka.

b. Autonomous Learning : Aktivitas individual maupun kelompok dengan otonomi.

c. Small Group Discussion : Metode ini dapat digunakan ketika akan menggali ide,

menyimpulkan poin penting, mengakses tingkat skill dan pengetahuan

mahasiswa, mengkaji kembali topik di kelas sebelumnya, membandingkan teori,

isu dan interprestasi, dapat juga untuk menyelesaikan masalah.

d. Simulation : Simulasi adalah model yang membawa situasi yang mirip dengan

sesungguhnya ke dalam kelas.

e. Discovery Learning (DL) : DL adalah metode belajar yang difokuskan pada

pemanfaatan informasi yang tersedia, baik yang diberikan dosen maupun yang

dicari sendiri oleh mahasiswa, untuk membangun pengetahuan dengan cara

belajar mandiri.

f. Self- Directed Learning (SDL) : SDL adalah proses belajar yang dilakukan atas

inisiatif individu mahasiswa sendiri. Mahasiswa sendiri yang merencanakan,

melaksanakan dan menilai sendiri terhadap pengalaman belajar yang telah

dijalani, dilakukan semuanya oleh individu yang bersangkutan.

g. Active Learning : Peserta didik tidak hanya mendengarkan fasilitator, tetapi

mereka lebih banyak terlibat di dalam penugasan seperti analisis, sintesis dan

evaluasi.

h. Cooperative Learning (CL) : CL merupakan metode belajar berkelompok yang

dirancang oleh dosen untuk memecahkan suatu masalah/kasus atau mengerjakan

suatu tugas. Kelompok ini terdiri dari atas beberapa orang mahasiswa yang

memiliki kemampuan akademik yang beragam.

i. Collaborative Learning (CbL) : CbL adalah metode belajar yang menitikberatkan

pada kerja sama antar mahasiswa yang didasarkan pada consensus yang

dibangun sendiri oleh anggota kelompok. ingin dinilai oleh dosen, semuanya

ditentukan melalui consensus bersama antar anggota kelompok.

Page 6: LAPORAN HASIL TUTORIAL Seknario 1.pdf

j. Contextual Instruction (CI) : CI adalah konsep belajar yang membantu dosen

mengaitkan isi mata kuliah dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dan

memotivasi mahasiswa untuk membuat keterhubungan antara pengetahuan dan

aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat, pelaku

kerja professional atau manajerial, entrepreneur, maupun investor.

k. Project-based Learning (PjBL) : PjBL adalah metode belajar yang sistematis,

yang melibatkan mahasiswa dalam belajar pengetahuan dan ketrampilan melalui

proses pencarian/penggalian (inquiry) yang panjang dan terstruktur terhadap

pertanyaan yang otentik dan kompleks serta tugas dan produk yang dirancang

dengan sangat hati-hati

l. Research based Learning : Metode pembelajaran untuk menggunakan

pertanyaan otentik sebagai dasar motivasi, mengembangkan ketrampilan

berpikir, dan melakukan penerapan.

m. Problem-based Learning/Inquiry (PBL/I) : PBL/I adalah belajar dengan

memanfaatkan masalah an mahasiswa harus melakukan pencarian/penggalian

informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan masalah tersebut.

Sumber: Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada

diakses dari http:/ppp.ugm.ac.id/

3. SCL yang cocok di Indonesia adalah SCL yang didasari dengan minat, kemampuan dan

kemauan, pembelajar. SCL di Indonesia penerapannya menggunakan metode

cooperative learning untuk SD,SMP, dan SMA. Sedangkan untuk perguruan tinggi,

metode yang diterapkan adalah Collaborative learning, dimana dalam tahap ini

mahasiswa harus berperan aktif dalam pembelajaran karena dosen/guru hanya berperan

sebagai fasilitator saja.

Collaborative Learning :

Kurang terstruktur

biasa diterapkan di Perguruan Tinggi

Tujuan: pendekatan kebersamaan dan saling menghargai

Cooperative Learning :

Terstruktur

Biasa diterapkan di Sekolah Menengah

Sumber: Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada diakses

dari http:/ppp.ugm.ac.id/

4. Metode SCL yang ideal untuk mahasiswa dan metode tersebut telah diterapkan di UGM

adalah Collaborative learning. Metode ini diaplikasikan dalam program STAR dimana

Page 7: LAPORAN HASIL TUTORIAL Seknario 1.pdf

terdapat penambahan berupa „Patrap Triloka‟ dalam penerapannya. Program studi Ilmu

keperawatan menggunakan metode small group discussion atau tutorial. Selain itu, pada

prodi pendidikan dokter terdapat program pembelajaran dengan metode program based

learning (PBL).

Sumber: Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada diakses

dari http:/ppp.ugm.ac.id/

5. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah seperangkat rencana dan pengaturan

untuk siswa, yang disusun untuk meningkatan keterampilan dan diukur dengan standar

tertentu sehingga tercapailah tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Pusat Kurikulum, Balitbang, Depdiknas, 2002;3

6. Beberapa perbedaan pedagogi dan andragogi adalah dalam hal konsep belajar, peran

guru, motivasi, dan peran pelajaran yang didapatkan. Paedagogi sering diartikan “the art

and science of teaching children” atau ilmu dan seni mengajar anak- anak. Andragogi

lebih dimaknai sebagai ilmu dan seni membimbing atau membantu orang dewasa

belajar“the art and science of helping adult learn” (Malcolm Knowles, 1950 dalam buku

“Informal Adult Education”).

Dalam andragogi, konsep belajarnya mahasiswa dituntut untuk lebih aktif karena peran

guru/dosen hanyalah sebagai pembimbing dan fasilitator semata. Selain itu, motivasi

belajarnya juga berasal dari diri sendiri (internal), sehingga pembelajar akan

menganggap belajar adalah kebutuhannya.

diakses dari http:/file.upi.edu/

7. Critical thinking ;

- Berpikir jernih dan rasional

- Independent

- Menyimpulkan dari apa yang diketahui

- Menggali pengetahuan dari sumber yang tepat.

8. Adult learner beranggapan bahwa hidup adalah belajar, belajar adalah esensi kehidupan.

Dengan kata lain bagi seseorang adult learner belajar adalah sebuah kebutuhan bukan

tuntutan.

“Kondisi yang menganggap bahwa semua murid, peserta didik (warga belajar) itu adalah

sebagai orang dewasa yang diasumsikan memiliki kemampuan yang aktif dalam

merencanakan arah belajar, memiliki bahan, memikirkan cara terbaik untuk belajar,

menganlisis dan menyimpulkan serta mampu mengambil manfaat dari dari sebuah

proses pendidikan.” (Andragogi, oleh Mustofa Kamil)

diakses dari http:/file.upi.edu/