laporan tutorial lbm4

Upload: brigitta-ayu-jabz

Post on 18-Jul-2015

315 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

LAPORAN TUTORIAL BLOCK 3.3 SKENARIO 4 Aku tidak Mendengar Suara itu

Oleh Kelompok 6: 13233 Lucia Dyah Kusumawardani 13234 Umi Susilowati 13236 Olivia Ayu Shinta Dewi 13246 Ruslan Abdul Ghani 13247 Norma Juwita Puspita Rini 13250 Nila Rizayanti 13275 Nurina Jihan Yulianti 13278 Gandhi Adhitya Ningrum 13285 Nimas Asri Sihcahyanti 13290 Nuzul Sri Hertanti 13298 Ika Indriastuti Setyaningsih 13327 Brigitta Ayu Dwi Susanti

ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2012

AGENDA TUTORIAL

Pertemuan I Hari Tanggal Agenda Kehadiran Tidak Hadir Pertemuan II Hari Tanggal Agenda Kehadiran Tidak Hadir Ketua Sekertaris 1 Sekertaris 2 Anggota : Kamis : 12 Januari 2012 : Step 7 : 12 orang :: Senin : 9 Januari 2012 : Step 1 - 5 : 12 orang :-

: 13290 Nuzul Sri Hertanti : 13327 Brigitta Ayu Dwi Susanti : 13298 Ika Indriastuti Setyaningsih : 13233 Lucia Dyah Kusumawardani 13234 Umi Susilowati 13236 Olivia Ayu Shinta Dewi 13246 Ruslan Abdul Ghani 13247 Norma Juwita Puspita Rini 13250 Nila Rizayanti 13275 Nurina Jihan Yulianti 13278 Gandhi Adhitya Ningrum 13285 Nimas Asri Sihcahyanti

Scenario 4 Aku tidak mendengar suara itu Ny. W (27 thn), dirawat untuk ketiga kalinya di RS UGM bangsal jiwa dengan diagnose medis skizofrenia. Pasien dibawa masuk RS oleh keluarga karena keluyuran di malam hari, berteriakteriak, dan tidak bisa tidur. Pasien relapse diduga karena putus obat. Pasien saat ini terlihat sering berbicara sendiri, komat-kamit, mondar-mandir, dan sulit tidur. Pasien memiliki riwayat halusinasi auditori. Dora, mahasiswa keperawatan yang sedang praktik profesi segera melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi dengan memperhatikan prinsip merawat klien halusinasi. STEP 1 1. Relaps : suatu keadaan dimana seseorang sudah dalam keadaan membaik namun kambuh sakit lagi. 2. Halusinasi : seolah-olah mendapat rangsangan sesuatu namun sebenarnya tidak ada bendanya. 3. Skizofrenia : dari kata skizen dan frenia; skizen berarti pecah, dan frenia adalah jiwa. Dan disebabkan oleh ketidakseimbangan dopamine. STEP 2 1. Apakah manifestasi klinis skizofrenia? 2. Apakah penyebab skizofrenia? 3. Apakah pemeriksaan penunjang skizofrenia? 4. Apa saja jenis-jenis skizofrenia? 5. Apakah factor-faktor yang mempengaruhi, menyebabkan, dan pencegahan relaps? 6. Bagaimana penatalaksanaan skizofrenia? 7. Bagaimana prognosis skizofrenia? 8. Apakah asuhan keperawatan yang tepat sesuai dengan kasus skizofrenia? 9. Bagaimana mekanisme terjadinya halusinasi? 10. Bagaimana cara mendiagnosa skizofrenia? 11. Bagaimana penatalaksanaan halusinasi? 12. Apa saja macam-macam skizofrenia?

STEP 3 1. Manifestasi klinis skizofrenia adalah : a. Gejala positif (gejala yang berlebihan / melebihi orang normal) seperti waham, delusi dan halusinasi. b. Gejala negative , seperti efek tumpul. c. Gejala kognitif : tidak mampu ambil keputusan. d. Gejala afektif seperi cemas. 2. Penyebab skizofrenia : a. Factor genetika b. Factor Infeksi virus c. Factor social,ekonomi, dan cultural. d. Pola asuh e. Spiritual f. Adanya lesi frontal, temporal, dan limbic. g. Merokok dan napza h. Stressor dari lingkungan i. Paranoid j. Kembar identik 3. Pemeriksaan penunjang skizofrenia Dilakukan pengkajian dengan wawancara kepada klien dan melakukan CT- scan. 4. Jenis-jenis halusinasi : a. Halusinasi Indra : Halusinasi penglihatan Halusinasi pendengaran Halusinasi penciuman Halusinasi pengkecap Halusinasi rabaan Halusinasi kinestetik

b. Berdasarkan penyebab : halusinasi organik dan halusinasi fungsional. 5. Factor-faktor yang mempengaruhi relaps pada pasien skizofrenia dan pencegahannya : a. Penyebab :

-

Putus obat Stress Tipe kepribadian A Kritikan dan menyalahkan

b. Pencegahan : Diistirahatkan ketika stress Minum obat secara rutin Penerimaan kondisi pasien dari keluarga dan lingkungan Tidak mengkritik dan menyalahkan kecuali ketika pasien mengganggu orang lain Minum obat selama 3 bulan setelah dinyatakan sembuh

6. Penatalaksanaan Skizofrenia : a. Mendorong passion untuk beraktivitas b. Menghindari stressor c. Memberi obat psikotik d. Konsultasi kepada dokter e. Obat anti cemas (lorazepam) f. Memberikan kegiatan g. Terapi psikososial h. Terapi kelompok i. ECT 7. Prognosis pasien skizofrenia : a. Skizofrenia tidak dapat disembuhkan b. Mengoptimalkan perilaku pasien agar bisa mandiri dan tidak mengganggu orang lain c. Minum obat seumur hidup d. Seseorang yang mengalami skizofrenia pada usia muda maka akan lebih mudah relaps bila dibandingkan dengan yang lebih tua. 8. Asuhan Keperawatan Diagnosa skizofrenia : a. Gangguan persepsi sensori b. Kerusakan interaksi social c. Isolasi social

d. Kerusakan komunikasi verbal e. Defisit self care f. Wandering 9. Mekanisme halusinasi : NAPZA : seoerti KDM bagi orang yang sudah kecanduan, jadi jika tidak terpenuhi maka bisa withdrawl. Dehidrasi withdrawl Gangguan pada area asosiasi pencitraan 18,19 Sensori primer : 9,10,11,12 10. Skizofrenia dapat ditegakkan jika gangguan jiwa yang dialami sudah kronis. 11. Mamajemen halusinasi a. Membangun hubungan saling percaya b. Identifikasi jenis, frekuensi dan keparahan halusinasi c. Beri cara menghilangkan halusinasi dengan cara : Menghardik Mengabaikan Berbicara dengan orang lain Minum obat Terapi kelompokpenyebab Trias skizofrenia

12. Macam skizofrenia a. Paranoid b. Katatonik (mematung) c. Disorganisasi d. Tidak teridentifikasi

Jenis

Manifestasi klinis

Step 4 SkemaCara diagnosa Penatalaksanaan

skizofrenia

Pemeriksaan penunjang

pemeriksaan

prognosis

Step 5 LO 1. Konsep skizofrenia 2. Management skizofrenia 3. Proses terjadinya skizofrenia 4. ASKEP Step 7 1. Konsep skizofrenia Definisi Skizofrenia adalah suatu syndrome yang ditandai oleh manifestasi psikologis spesifik yang meliputi halusinasi, waham, gangguan pikiran, dan gangguan perilaku. Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan yang sudah kronis. Factor pencetus a. Biologis Factor biologis dari skizofrenia meliputi berbagai gangguan dalam fungsi anatomis otak, neurotransmitter, dan factor genetik. Pengecilan volume otak ditemukan pada pasien skizofrenia dan adanya atrofi pada lobus frontal, cerebelum, dan limbic. Sistem limbic berfungsi sebagai pengendali emosi. Gangguan pada ganglia basalis dapat mengakibatkan terjadinya gangguan atau keanehan pada pergerakan termasuk gaya berjalan, ekspresi wajah facial grimacing, termasuk gangguan gerakan diskinestia tardive yang merupakan efek samping pengobatan (Kaplan, 2010). Factor lainnya adalah ketidakseimbangan dopamine yang mengalami peningkatan

aktivitasnya. b. Psikososial Factor psikososial yang dapat memicu terjadinya skizofrenia adalah konflik keluarga, dan gagalnya beberapa tahap perkembangan. Dan yang memperberat gejala skizofrenia adalah stress yang terus menerus. c. Sosiokultural Factor social yang dapat memicu terjadinya skizofrenia adalah kemiskinan,isolasi social, lingkungan yang kritis seperti terkena bencana alam, tekanan pekerjaan, dan kesulitan hubungan interpersonal. d. Tipe kepribadian

Yaitu pada seseorang dengan tipe kepribadian schizoid yang lebih cenderung menyendiri dan kurangnya komunikasi dengan orang lain serta lingkungan sekitar dapat memicu terjadinya skizofrenia. e. Kehamilan Kehamilan : adanya infeksi pada saat kehamilan yang menyebabkan gangguan pada perkembangan otak, adanya kecacatan congenital, dan hiperaktivitas dopamine. Persalinan : adanya cidera kepala. f. Penyalahgunaan obat, alkohol, dan narkotika. Tipe skizofrenia a. Katatonik Ditandai dengan diam dan tidak bergerak/ pasien akan mempertahankan suatu posisi tubuh tertentu. b. Paranoid Gejala utama adalah waham atau delusi yang menonjol dan halusinasi, namun fungsi motorik masih utuh. c. Disorganisasi Ditandai dengan adanya efek datar dan destruksi d. Tidak terbedakan Gejala berbeda dengan tipe skizofrenia yang lain e. Residual Gejala tidak spesifik, tapi masih ada gejala seperti suka menyendiri. Biasa terjadi setelah dilakukan terapi. Berdasarkan perjalannya : a. Subkronik Saat awal mulanya gangguan, ketika pasien pertama kali menunjukkan tanda gangguannya (termasuk fase predromal, aktif dan residual) sedikit dan terus-menerus dan terjadi kurang dari 2 tahun, namun lebih dari 6 bulan. b. Kronik

Subkronik dengan eksaserbasi akut, kekambuhan kembali gejala psikotik yang menonjol pada pasien dengan perjalanan penyakitnya yang subkronik sudah dalam fase residual. c. Kronik dengan eksaserbasi akut Kambuhnya kembali gejala psikotik yang menonjol pada pasien dengan perjalanan penyakit kronik pada fase residual. d. Dalam remisi Bila seseorang pasien dengan riwayat skizofrenia menjadi bebas dari segala tanda gangguannya (dengan atau tanpa medikasi) dalam remisi: harus dicatat demikian. Prognosis Sulit untuk dilakukan prediksi kapan pasien skizofrenia bisa bertahan dan tidak ada obat yang spesifik dari penyakit ini. Kebanyakan skizofrenia terjadi pada dewasa muda (16-25 tahun) Beberapa hasil penelitian : 20% sembuh 50% mencoba bunuh diri

Prognosis baik apabila : personality pasien baik, terdapat dukungan dari keluarga Prognosis buruk apabila : adanay riwayat abuse, autis, janda, trauma perinatal, dan pencetus tidak spesifik. Manifestasi Klinis a. Gejala positif Meliputi Halusinasi yaitu suatu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (cook & fontain, essential of mental health nursing, 1987). Penyebab halusinasi : a. Stress biologis b. Factor lingkungan social c. Factor pemicu gejala Klasifikasi halusinasi : Halusinasi auditori/pendengaran

Ditandai dengan mendengarkan suara-suara orang/ hewan, dll Halusinasi penglihatan Dikarakteristikan dengan adanya stimulus pengliahatan dalam bentuk pancaran cahaya,dll. Halusinasi penghidu Dikarakteristikkan dengan adanya bau busuk, amis, dan bau yang menjijikkan yang lain. Halusinasi peraba Dikarakteristikkan dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Halusinasi pengecap Dikarakteristikkan dengan merasakan sesuatu yang tidak enak, amis, dan busuk. Halusinasi sintetik Dikarakteristikkan dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir di dalam tubuh melalui vena atau arteri dan makanan yang mengalami proses pencernaan atau proses pembentukan urine. Delusi/ waham Yaitu suatu keyakinan seseorang yang tidak sesuai dengan kenyataan namun dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran seseorang yang sudah kehilangan kontrol (depkes RI, 1994). Proses terjadinya waham menurut stuart dan sundeen a. Fase lack of human need Bisa terjadi pada seseorang yang berada dalam tingkat ekonomi rendah sehingga kebutuhan sehari-hari banyak yang tidak terpenuhi. Dan keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga seorang waham yang secara ekonomi terpenuhi namun ada kesenjangan antara realita dan self idea yang sangat tinggi. Misalnya pada seorang sarjana yang menginginkan dipandang sebagai orang yang sangat cerdas dan dihormati, padahal kemampuannya terbatas.

b. Fase lack of self esteem Tidak ada pengakuan dari masyarakat atau kelompoknya dari self ide yang diinginkan. Jadi terdapat kesenjangan antara realitas dengan self ideal seseorang yang mengakibatkan adanya HDR. c. Fase control internal eksternal Klien mencoba rasional namun sangat berat, apa yang dikatakan dan dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya dan menutupi kekurangannya. Lingkungan sekitar mencoba memberikan koreksi bahwa apa yang dikatakan oleh klien tidak benar, namun koreksi tersebut tidak adekuat karena besarnya toleransi, dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tanpa adanya konfrontatif, karena beranggapan apa yang dilakukan klien tidak merugikan orang lain. d. Fase environment support Keadaan lingkungan yang membenarkan apa yang dikatakan dan dilakukan oleh pasien membuatnya semakin ingin mengulangi perbuatannya dan tidak merasa bersalah untuk berbohong. e. Fase comforting Terjadi ketika semakin banyak dukungan dari lingkungan dan menganggap bahwa semua orang mempercayainya dan mendukungnya. Dapat juga disertai dengan halusinasi ketika pasien sendirian. Pasien akan lebih sering menyendiri dan akhirnya mengalami isolasi social. f. Fase improving Apabila tidak ada perlawanan dari lingkungan maka keyakinan yang salah pada pasien akan semakin meningkat. Tema waham biasanya berhubungan dengan kebutuhan yang tidak terpenuhi atau traumatic masa lau. Waham bersifat menetap dan sulit dikoreksi. Macam waham a. Waham kebesaran Yaitu waham yang meyakini bahwa dirinya memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. E.g saya titisan bung Karno

b. Waham curiga Adalah waham yang meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan atau menciderai dirinya diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai dengan kenyataan. c. Waham agama Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulangkali dan tidak sesuai dengan kenyataan. E.g mengaku nabi d. Waham somatic Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian dari tubuhnya terdapat gangguan, namun kenyataannya tidak. E.g sumsum tulangnya kosong e. Waham nihilistic Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal. f. Wajam kejar Meyakini bahwa ada seseorang yang mengejar-ngejar, sehingga pasien tampak ketakutan. g. Waham erotomainia Meyakini bahwa ada seseorang yang menyukainya, padahal kenyataannya tidak. Biasanya dipicu karena terobsesi pada orang tersebut. Disorientasi Seseorang yang tidak mampu untuk mengatur arah bicara dan perilaku dan lebih cenderung menyendiri. b. Gejala negative Gangguan dalam kognitif seperti gangguan dalam berfikir abstrak, susah memecahkan masalah dan gangguan mood. Trias skizofrenia a. b. c. Halusinasi Delusi Disorganisasi

Pinsip perawatan pasien skizofrenia : a. Pentingnya perawatan di rumah sakit dan menumbuhkan kemandirian

(hospitalization, independency)

b. Perawat melakukan identifikasi dan pemenuhan kebutuhan dasar pasien selama di rumah sakit. c. Terapi medis yang tuntas. d. Merencanakan tindak lanjut dan proses rujukan klien dan peran serta keluarga. e. Merencanakan keterampilan dan perangkat kehidupan setelah kembali ke masyarakat seperti pekerjaan, ekonomi, dukungan social, hubungan kekeluargaan dan ketahanan ketika menghadapi stressor. f. Memberikan terapi modalitas dan terapi kerja. g. Pendidikan masyarakat dalam mencegah stigma. 2. Management skizofrenia Ada tiga pola utama terapi yang dapat dipakai yakni : drugs therapy Pemberian obat fenotiazin yang disertai dengan pelaksanaan ECT. Fenotiazin efektif mengurangi waham, halusinasi, serta gangguan pemikiran dan perilaku, tetapi kurang efektif dalam mengatasi gejala negatif seperti penumpukan emosi dan kehilangan kemauan. Psychoteraphy Melalui rehabilitasi intensif, terapi sosial dan industrial. Tetapi perlu digaris bawahi disini bahwa terapi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan individu. Karena ketika terapi itu diberikan secara berlebih, akan menjadi stressor bagi pasien sehingga dapat menyebabkan kekambuhan skizofrenia. Pada tahun 1950-an mulai dikenal pula adanya psikoterapi individual yang merupakan terapi dengan memulihkan keyakinan dan membesarkan hati pasien skizofrenia. Hal-hal yang dilakukan di dalam terapi ini bertujuan untuk mereduksi dan menghilangkan stressor, membantu mengenali stressor bagi pasien itu sendiri dengan harapan pasien nantinya dapat mengatasi stressor tersebut. family and community suport program keluarga dan masyarakat mau menerima keadaan dari penderita tersebut, menyediakan support system yang baik bagi penderita untuk dapat memotivasi dan mendukung kesembuhan klien, menyediakan fasilitas dan menjaga lingkungan yang kondusif agar kesembuhan klien lebih cepat tercapai dan menjaga dari kekambuhan .

Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga. Terapi kelompok Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. program rehabilitasi : living skills, social skills, basic education, work

program,supported housing Sasaran terapi: bervariasi, berdasarkan fase dan keparahan penyakit Pada fase akut : mengurangi atau menghilangkan gejala psikotik dan meningkatkan fungsi Pada fase stabilisasi: mengurangi resiko kekambuhan dan meningkatkan adaptasi pasien terhadap kehidupan dalam masyarakat 3. Proses terjadinya skizofrenia Tahapan terjadinya skizofrenia : Phase 1 skizoid Yaitu ketika seseorang memiliki kepribadian schizoid yang memiliki keterbatasan dalam interaksi social dan pengungkapan ekspresi emosi serta lebih suka menyendiri Phase 2 prodromal

Terjadi gejala skizofrenia yang belum spesifik tetapi terdapat gejala-gejala skizofrenia yang umum seperti terjadinya social withdrawl, gangguan fungsi peran, gangguan dalam hiegene dan grooming, dan gangguan dalam berkomunikasi. Phase 3 aktif phase (skizofrenia) Terdapat gejala yang sudah spesifik seperti halusinasi, delusi dan disorganisasi. Phase 4 residual Pada fase ini terjadi gejala yang hampir sama dengan fase prodromal. Patofisiologi skizofrenia (dopamine) Patofisiologi skizofrenia melibatkan sistem dopaminergik dan serotonergik. Skizofrenia terjadi akibat dari peningkatan aktivitas neurotransmitter dopaminergik. Peningkatan ini mungkin merupakan akibat dari meningkatnya pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor dopamine, turunnya nilai ambang, atau hipersentivitas reseptor dopamine, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut 4. ASKEP a. Pengkajian 1) Faktor predisposisi : faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. a. Faktor biologis, contoh : abnormalitas menyebabkan respon maladaptif (lesi pada area limbik) b. Faktor psikologis : teori psikodinamika menggambarkan bahwa halusinasi terjadi karena isi alam tidak sadar yang masuk alam sadar sebagai suara respon terhadap konflik psikologis dan kebutuhan yang tidak terpenuhi sehingga halusinasi merupakan gambaran dan rangsanagn keinginan dan ketakutan gangguan dialami klien. c. Faktor sosial budaya : stress yang bertumpuk 2) Faktor presipitasi, bisa berasal dari diri sendiri, lingkungan/interaksi dengan orang lain. a. Biologis, stresor biologi yang berhubungan dengan respon neurobiologi yang maladaptif. b. Stresor lingkungan : gangguan perilaku

3) Data demografi : nama, usia, jenis kelamin, alamat rumah, pekerjaan, status pernikahan 4) Riwayat penyakit sekarang : keluhan utama, alasan masuk RS 5) Riwayat penyakit masa lalu : kejang, trauma kepala, infeksi 6) Riwayat keluarga : anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama Diagnosa Domain Class : 11 (Safety/Protection) : 3 (Violence)

Diagnosis : 00138 (Risk for Other-Directed Violence) Definisi Beresiko melakukan perilaku, yakni individu menunjukkan bahwa ia dapat membahayakan orang lain secara fisik, emosi dan atau seksualitas. Faktor Resiko Riwayat perilaku kekerasan terhadap orang lain (memukul seseorang) Riwayat perilaku kekerasan antisocial (menolak untuk berganti baju) Simptomatologi psikosis (halusinasi)

1. NOC a. Aggression self control Definisi Pengendalian agresi : kemampuan menahan untuk melakukan serangan, melawan, atau perilaku yang merusak orang lain. Indikator Pasien akan menunjukkan perilaku pengendalian diri terhadap penganiayaan, ditandai dengan indicator sebagai berikut (sebutkan nilainya 1-5 : tidak pernah dilakukan, jarang dilakukan, kadang dilakukan, sering dilakukan, dan dilakukan secara konsisten) : Mengidentifikasi ketika akan marah Menggunakan kemampuan penyelesaian konflik yang efektif Mengekspresikan kebutuhan dengan cara yang tidak merusak Menahan dari perilaku yang dapat membayahayak orang lain

Menahan diri dari perilaku menyerang orang lain Menahan diri dari perilaku merusak barang-barang/property Menahan diri dari perkataan yang meledak-ledak/riuh

b. Abusive behavior self-restraint Definisi Perilaku pengendalian diri terhadap penganiayaan : pengelolaan perilaku sendiri untuk menghindari penganiayaan atau pengabaian terhadap orang lain yang penting untuk dirinya atau orang lain yang bergantung pada dirinya. Indikator Pasien akan menunjukkan perilaku pengendalian diri terhadap penganiayaan, ditandai dengan indicator sebagai berikut (sebutkan nilainya 1-5 : tidak pernah dilakukan, jarang dilakukan, kadang dilakukan, sering dilakukan, dan dilakukan secara konsisten) : Memperoleh treatment yang dibutuhkan Mendiskusikan perilaku menciderai Mengidentifikasi factor yang berkontribusi pada perilaku menciderai Menggunakan mekanisme koping alternative untuk stress Menggunakan personal support system Menggunakan perilaku peran yang benar Menahan diri dari perilaku penganiayaan fisik Menahan diri dari perilaku penganiayaan emosional

c. Abuse protection Definisi Melindungi diri sendiri dan atau orang lain yang bergantung dari kekerasan Indikator Pasien akan menunjukkan perilaku pengendalian diri terhadap penganiayaan, ditandai dengan indicator sebagai berikut (sebutkan nilainya 1-5 : tidak pernah dilakukan, jarang dilakukan, kadang dilakukan, sering dilakukan, dan dilakukan secara konsisten) : Merencanakan untuk menghindari kekerasan Tempat tinggal yang aman

Keamanan diri Keamanan orang lain Dukungan social

d. Impulse self control Definisi Membatasi diri dari perilaku kompulsif atau impulsif Indikator Pasien akan menunjukkan perilaku pengendalian diri terhadap penganiayaan, ditandai dengan indicator sebagai berikut (sebutkan nilainya 1-5 : tidak pernah dilakukan, jarang dilakukan, kadang dilakukan, sering dilakukan, dan dilakukan secara konsisten) :

Mengidentifikasi bahaya dari perilaku impulsive Mengidentifikasi perasaan dan perilaku yang mendorong perilaku impulsive Mengidentifikasi konsekuensi dari perilaku impulsive Mengenal lingkungan yang beresiko Menghindari lingkungan yang beresiko tinggi Mengontrol impulsive Menggunakan dukungan social yang ada

2. NIC a. Environmental Management: Violence Prevention Definisi Pemantauan dan manipulasi lingkungan fisik untuk mengurangi potensi perilaku kekerasan yang diarahkan kepada orang lain, diri sendiri, atau lingkungan. Aktivitas Menyingkirkan benda benda yang berbahaya dari lingkungan

Membatasi pasien menggunakan benda benda yang membahayakan. Misalnya : benda tajam Mempertahankan lingkungan yang bebas bahaya Membatasi orang lain untuk mendekati pasien Selalu mengunci pintu dan jendela kamar pasien serta memasang teralis pada jendela untuk menghindari pasien melarikan diri yang nantinya akan berisiko untuk melukai orang lain.

b. Anger Control Assistance Definisi Memfasilitasi ekspresi marah pasien tanpa kekerasan adaptif. Aktivitas Bina hubungan saling percaya Melakukan pendekatan dengan tenang Menentukan perilaku yang sesuai untuk mengekspresikan kemarahannya Membatasi situasi yang membuat frustasi sampai pasien dapat mengekspresikan marahnya secara adaptif Mencegah timbulnya perilaku kekerasan fisik saat pasien marah Menggunakan external control jika diperlukan untuk menenangkan pasien yang mengekspresikan marahnya secara maladaptive Membantu pasien untuk mengdentifikasi sumber kemarahannya Mengidentifikasi manfaat dari kemarahannya Membantu pasien merencanakan strategi pencegahan ekspresi marah yang berlebihan c. Mood Management Definisi Menyediakan keamanan dan stabilisasi pasien dengan suasana hati yang tidak menentu. Aktivitas Monitor ketidakmampuan perawatan diri

Membantu pasien untuk memonitor suasana hati secara berkelanjutan Mengajarkan koping baru dan ketrampilan menyelesaikan masalah Menyarakan penggunaan obat untuk menstabilkan suasana hati Membantu pasien untuk mengidentifikasi factor penyebab suasana hati yang tidak menentu

d. Abuse Protection Definisi Mengidetifikasi resiko tinggi, hubungan ketergantungan dan tindakan untuk mencegah penderitaan yang lebih lanjut dari kerugian sisik atau emosional. Aktivitas Mengidentifikasi riwayat psikologis pasien yang berhubungan dengan kekerasan, penolakan, maupun perasaan yang tidak menyenangkan yang diterima pada masa lalu. Mengidentifikasi situasi krisis yang dapat menimbulkan perlaku kekerasan seperti, kemiskinan, kehilangan pekerjaan, perceraian atau kematian orang yang dicintai. Memonitor tanda-tanda pengabaian diri pasien dalam keluarga Mendengarkan dengan seksama saat pasien menceritakan permasalahannya Memonitor perilaku-perilaku yang tidak sesuai dari pasien (underreaction dan overreaction) Membantu keluarga dalam mengidentifikasi strategi koping dalam situasi yang tidak mendukung Memberikan edukasi kepada keluarga tentang tanda-tanda yang mengindikasikan terjadinya perilaku kekerasan e. Support System Enhancement Definisi Memfasilitasi dukungan untuk pasien melalui keluarga, teman dan komunitas. Aktivitas

Mengkaji respon psikologis pada situasi dan ketersediaan dari support system Mengidentifikasi level dari dukungan keluarga Memonitor situasi keluarga saat ini Memberikan dukungan kepada pasien untuk berperan serta aktif dalam aktivitas social maupun komunitas Mendorong untuk berhubungan dengan orang yang memiliki ketertarikan dan tujuan yang sama Memberikan pelayanan dengan kepedulian dan mendukung Melibatkan keluarga maupun significant other dalam perawatan dan perencanaan dalam hidupnya