kimia klinis

Post on 07-Aug-2015

77 Views

Category:

Documents

8 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

KIMIA KLINISKELOMPOK 2

GANESHA EKA MURTI 1043050001 ALVIAN 1043050011 MARTINA 1043050024 WENNY BUDI YANTI 1043050037 ANIS KHOIRUN NISA 1043050055 YUS MARDIANA 1043050068 FELIKS ANTONIUS 1043050074 TETTY RIYANTI 1043050075

VILLIA ANGGARINI 10430570

PCR ( POLYMERASE CHAIN REACTION)

Teknik amplifikasi DNA dengan suatu enzim DNA polymerase yang akan mengamplifikasi fraksi genom dan menghasilkan replikasi DNA yang merupakan salinan seluruh genom yang tepa dan adekuat untuk diperiksa.

PCR memungkinkan terjadinya amplifikasi secara selektif pada suatu DNA target spesifik atau bertambah beberapa juta kali dalam waktu beberapa jam saja Hal ini memungkinkan metode PCR digunakan dalam pemeriksaan genetik dan penyakit infeksi

• PCR umumnya menggunakan DNA sebagai target dibanding RNA karena sifatnya yang lebih stabil dan DNA lebih mudah diisolasi.

• PCR dapat digunakan dalam identifikasi penyakit akibat virus/bakteri dan keganasannya serta pemeriksaan pada kematian akibat tindak kriminal yang dicurigai

PCR membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam pemeriksaannya dibandingkan teknik konvensional seperti kultur bakteri atau penggunaan antibodi.

PCR merupakan pemeriksaan yang cepat dan reliable dan dapat mendeteksi semua cara mutasi akibat penyakit genetik

Komponen PCR• DNA template : biasanya terdiri dari 1000

pasangan basa• Primer : sepasang DNA utas tunggal atau

oligonukleotida pendek yang menginisiasi dan membatasi reaksi pemanjangan rantai atau polimerisasi DNA.

• dNTP (deoxynucleoside triphosphate) : penyusun DNA baru, terdiri dari 4 macam sesuai dengan basa penyusun DNA: dATP, dCTP, dGTP dan dTTP.

• Buffer• Ion Logam : Valensi 2 ( Mg+2) & valensi 1 (K+)

Tahapan Utama Reaksi PCR

Terdiri dar 3 tahap :1. Denaturasi : pemanasan DNA hingga 96oC selama 30-60 detik, DNA utas ganda akan memisah menjadi utas tunggal.

2. Annealing : Penurunan suhu sampai 40-60oC selama 20-40 detik untuk memberikan kesempatan bagi primer untuk menempel pada DNA template di tempat yang komplemen dengan sekuen primer.

3. Ekstensi/Elongasi : menaikkan suhu ke suhu kerja optimum enzim DNA polymerase, 70-72oC. Pada tahap ini DNA polymerase akan memasangkan dNTP yang sesuai pada pasangannya.

• Pada akhir dari siklus PCR pertama diperoleh DNA baru yang identik dengan DNA target.

Aplikasi PCR

• Isolasi Gen• DNA sequencing• Forensik• Diagnosa Penyakit

Kelebihan PCR

• Cepat • Akurat• Dapat menganalisa sampel dengan DNA yang

sedikit

Kekurangan PCR

• Biaya mahal• Tahapan kerja lebih panjang• Rentan kontaminasi

• Enzim linked ImmunoSorbent Assay (ELISA) disebut sebagai uji penentuan kadar imunosorben yang melekat pada enzim, merupakan teknik pengujian serologi yang didasarkan pada prinsip interaksi antara antibodi dan antigen.

• Pada awalnya, teknik ELISA hanya digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi keberadaan antigen maupun antibodi dalam suatu sampel seperti dalam pendeteksian antibodi IgM, IgG, & IgA pada saat terjadi infeksi (pada tubuh manusia khususnya). Namun seiring dengan perkembangan IPTEK teknik ELISA juga diaplikasikan dalam bidang patologi tumbuhan, kedokteran, dll.

Sejarah ELISA

• Teknik ELISA pertama kali diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann dan Eva Engvall.

• Mereka menggunakan teknik ELISA ini dalam bidang imunologi (ELISA konvensional) untuk menganalisis interaksi antara antigen dan antibodi di dalam suatu sampel, dimana interaksi tersebut ditandai dengan menggunakan suatu enzim yang berfungsi sebagai signal.

ALAT

• Microtiter : berupa suatu papan plastik dengan cekungan sebanyak 96 buah (12 X 8). Microtiter ini terbuat dari bahan polistirena. Cekungan dari microtiter memiliki tinggi sekitar 1 cm dan diameter 0,7 cm.

Metode

1. ELISA Direct2. ELISA Indirect3. ELISA Sandwich (mirip Dengan Direct)4. ELISA Biotin Streptavidin (Jenis Modern)5. ELISA Kompetitif (pengembangan teknik)6. ELISA Multiplex (pengembangan teknik)

Prinsip Dasar ELISA1. Antigen atau antibodi yang hendak diuji ditempelkan pada suatu permukaan yang berupa

microtiter. 2. Penempelan tersebut dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu secara penempelan secara

non spesifik dengan adsorbsi ke permukaan microtiter, dan penempelan secara spesifik dengan menggunakan antibodi atau antigen lain yang bersifat spesifik dengan antigen atau antibodi yang diuji (cara ini digunakan pada teknik ELISA sandwich).

3. Selanjutnya antibodi atau antigen spesifik yang telah Melekat dengan suatu enzim signal (disesuaikan dengan sampel=> bila sampel berupa antigen, maka digunakan antibodi spesifik; sedangkan bila sampel berupa antibodi, maka digunakan antigen spesifik) dicampurkan ke atas permukaan tersebut, sehingga dapat terjadi interaksi antara antibodi dengan antigen yang bersesuaian.

4. Kemudian ke atas permukaan tersebut dicampurkan suatu substrat yang dapat bereaksi dengan enzim signal. Pada saat substrat tersebut dicampurkan ke permukaan, enzim yang melekat dengan antibodi atau antigen spesifik yang berinteraksi dengan antibodi atau antigen sampel akan bereaksi dengan substrat dan menimbulkan suatu signal yang dapat dideteksi.

5. Pada ELISA flourescense misalnya, enzim yang tertaut dengan antibodi atau antigen spesifik akan bereaksi dengan substrat dan menimbulkan signal yang berupa pendaran flourescense.

ELISA Direct

• Teknik ELISA Direct merupakan teknik ELISA yang paling sederhana.

• Teknik ini seringkali digunakan untuk mendeteksi dan mengukur konsentrasi antigen pada sampel.

• ELISA direct menggunakan suatu antibodi spesifik (monoklonal) untuk mendeteksi keberadaan antigen yang diinginkan pada sampel yang diuji.

kelebihan dari ELISA Direct

• Metodologi yang cepat karena hanya menggunakan 1 jenis antibodi

• Kemungkinan terjadinya kegagalan dalam uji ELISA akibat reaksi silang dengan antibodi lain (antibodi sekunder) dapat diminimalisasi.

Kelemahan ELISA Direct

• Immunoreaktivitas antibodi kemungkinan akan berkurang akibat bertaut dengan enzim.

• Penautan enzim signal ke setiap antibodi menghabiskan waktu dan mahal.

• Tidak memiliki fleksibilitas dalam pemilihan tautan enzim (label) dari antibodi pada percobaan yang berbeda.

• Amplifikasi signal hanya sedikit.• Larutan yang mengandung antigen yang diinginkan harus

dimurnikan sebelum digunakan untuk uji ELISA direct.

ELISA INDIRECT

Prinsip ELISA indirect

• Teknik ELISA indirect merupakan teknik ELISA yang paling sederhana, dalam teknik ELISA indirect yang dideteksi dan diukur konsentrasinya merupakan antibodi.

• ELISA indirect menggunakan suatu antigen spesifik (monoklonal) serta antibodi sekunder spesifik yang melekat pada enzim signal untuk mendeteksi keberadaan antibodi yang di inginkan pada sampel yang diuji

Contoh Cara kerja ELISA indirect1. Melapisi mikrotiter plate dengan antigen yang sudah dimurnikan dengan membiarkan

larutan berisi antigen menempel pada dinding/ permukaan selama 30-60 menit.2. Membilas antigen yang tidak terikat dengan buffer3. Melapisi sisi-sisi tertentu yang mungkin tidak spesifik dilekati oleh antigen dengan

protein yang tidak berhubungan/ tidak spesifik ( Contoh : larutan susu bubuk), 4. Membilas protein yang tidak melekat. 5. Menambahkan sampel serum yang akan dideteksi antibodinya dan membiarkan antibodi

spesifik untuk berikatan dengan antigen. 6. Membilas antibodi yang tidak terikat.7. Menambahkan anti-Ig yang akan berikatan pada daerah (fragmen cristallizable) Fc pada

antibody yang spesifik . Sebagai contoh, anti-rantai gamma yang berikatan dengan Ig G . Daerah Fc pada anti-Ig G akan berikatan secara kovalen dengan enzim.

8. Membilas kompleks antibodi-enzim yang tidak terikat.9. Menambahkan substrat chromogenic: substrat tidak berwarna yang terikat ke enzim

akan dikonversi menjadi produk. 10. Inkubasi sampai muncul warna 11. Kemudian ukur dengan spektrofotometer. Jika semakin pekat warna yang terdeteksi,

maka makin besar kadar antibodi spesifik dalam sampel.

kelebihan dari ELISA Indirect

• Terdapat berbagai macam variasi antibodi sekunder yang terjual secara komersial di pasar.

• Immunoreaktivitas dari antibodi yang diinginkan (target) tidak terpengaruh oleh penautan enzim signal ke antibodi sekunder karena penautan dilakukan pada wadah berbeda.

• Tingkat sensitivitas meningkat karena setiap antibodi yang diinginkan memiliki beberapa epitop yang bisa berinteraksi dengan antibodi sekunder.

Kelemahan ELISA Indirect

• Membutuhkan waktu pengujian yang relatif lebih lama daripada ELISA direct karena pada ELISA indirect membutuhkan 2 kali waktu inkubasi yaitu pada saat terjadi interaksi antara antigen spesifik dengan antibodi yang diinginkan dan antara antibodi yang diinginkan dengan antibodi sekunder tertaut enzim signal

• sedangkan pada ELISA direct hanya membutuhkan 1 kali waktu inkubasi yaitu pada saat terjadi interaksi antara antigen yang diinginkan dengan antibodi spesifik tertaut enzim signal.

ELISA SANDWICH

Prinsip ELISA SANDWICH

Teknik ELISA Sandwich menggunakan antibodi primer spesifik untuk menangkap antigen yang diinginkan dan antibodi sekunder yang melekat pada enzim signal untuk mendeteksi keberadaan antigen yang diinginkan. Pada dasarnya, prinsip kerja dari ELISA sandwich mirip dengan ELISA Direct, hanya saja pada ELISA sandwich, larutan antigen yang diinginkan tidak perlu dipurifikasi

Contoh Cara kerja ELISA Sandwich1. Melapisi mikrotiter plate dengan antibodi yang sudah dimurnikan dengan membiarkan

larutan berisi antibodi menempel pada dinding/ permukaan selama 30-60 menit. 2. Membilas antibodi (yang tidak terikat) dengan buffer3. Melapisi sisi-sisi tertentu yang mungkin tidak spesifik dilekati oleh antigen dengan

protein yang tidak berhubungan/ tidak spesifik (seperti larutan susu bubuk), 4. Membilas protein yang tidak melekat. 5. Menambahkan sampel yang akan dideteksi antigennya dan membiarkan antibody untuk

berikatan dengan antigen spesifik dari simpel. 6. Membilas antigen yang tidak terikat. 7. Menambahkan antibody yang telah terlabeli dengan enzim dan bersifat spesifik untuk

epitop yang berbeda pada antigen sampel, sehingga terbentuk sandwich. 8. Membilas antibodi-enzim yang tidak terikat.9. Menambahkan substrat chromogenic: substrat yang tidak berwarna yang terikat ke

enzim akan dikonversi menjadi produk. 10. Inkubasi sampai muncul warna. 11. Ukur dengan spektrofotometer. Jika semakin pekat warna yang terdeteksi, maka makin

besar kadar antigen spesifik dalam sampel.

ELISA Biotin Streptavidin (ELISA modern)

• Pada perkembangan selanjutnya, teknik ELISA sandwich ini juga dikembangkan untuk mendeteksi antibodi dengan tingkat sensitivitas relatif lebih tinggi.

• Teknik ini dikenal sebagai teknik ELISA penangkap antibodi, dengan prinsip kerja sama dengan ELISA sandwich, hanya saja yang digunakan pada teknik ini adalah antigen penangkap dan antigen detektor (antigen yang melekat pada enzim signal, bersifat optional apabila antibodi yang diinginkan tidak tertaut dengan enzim signal).

Kelebihan ELISA

• Teknik pengerjaan relatif sederhana. • Relatif ekonomis (karena jenis antibodi yang digunakan

hanya satu saja, sehingga menghemat biaya untuk membeli banyak jenis antibodi)

• Hasil memiliki tingkat sensitivitas yang cukup tinggi.• Dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan

antigen walaupun kadar antigen tersebut sangat rendah (hal ini disebabkan sifat interaksi antara antibodi dan antigen yang bersifat sangat spesifik)

• Dapat digunakan dalam banyak macam pengujian.

Kekurangan ELISA• Jenis antibodi yang dapat digunakan pada uji dengan teknik ELISA ini hanya

jenis antibodi monoklonal (antibodi yang hanya mengenali satu antigen)• Harga antibodi monoklonal relatif lebih mahal daripada antibodi poliklonal,

sehingga pengujian teknik ELISA ini membutuhkan biaya yang relatif cukup mahal.

• Pada beberapa macam teknik ELISA, dapat terjadi kesalahan pengujian akibat kontrol negatif yang menunjukkan respons positif yang disebabkan inefektivitas dari larutan blocking sehingga antibodi sekunder atau antigen asing dapat berinteraksi dengan antibodi bertaut enzim signal dan menimbulkan signal.

• Reaksi antara enzim signal dan substrat berlangsung relatif cepat, sehingga pembacaan harus dilakukan dengan cepat (pada perkembangannya, hal ini dapat diatasi dengan memberikan larutan untuk menghentikan reaksi).

Parameter

1. Pemeriksaan donor darah untuk pembuktian adanya kontaminasi virus:

HIV-1 and HIV-2 (keberadaan antibody anti-HIV)

Hepatitis C (presence of antibodies) Hepatitis B (test untuk keberadaan antibody

dan antigen virus) HTLV-1 and -2 (keberadaan antibody)

2. Pengukuran level hormon • hCG (sebagai tes kehamilan) • LH (menentukan waktu ovulasi) • TSH, T3 and T4 (untuk fungsi thyroid) 3. Pendeteksian infeksi • Agen penularan secara seksual, HIV, syphilis,

and chlamydia • Hepatitis B and C • Toxoplasma gondii

4. Pendeteksian bahan alergen pada makanan dan debu rumah.5. Pendeteksian keberadaan zat obat-obatan

terlarang, seperti : cocaine opium Δ-9-tetrahydrocannabinol, campuran aktif

pada marijuana (ganja)

Contoh kasus pada AIDS

Diagnosis Laboratorium dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:1. Cara langsung, yaitu isolasi virus dari sampel. Umumnya

dengan menggunakan mikroskop elektron dan deteksi antigen virus. Salah satu cara deteksi virus adalah dengan Polymerase Chain Reaction antara lain untuk:

• Tes HIV pada bayi karena Transfer Maternal Ig G dari ibu yang terinfeksi HIV - 1 pada bayi sehingga menghambat pemeriksaan serologis (positif palsu).

• Tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab sensitivitas ELISA untuk HIV-2 Rendah.

1. Cara tidak langsung Yaitu dengan melihat respons zat antispesifik. Tes, misalnya :

• ELISA, sensitivitasnya tinggi (98,1% - 100%). Biasanya memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi. Jika < 2 bulan akan memberikan hasil negatif palsu karena belum terbentuk antibodi untuk melawan HIV-1. Jika Hasil positif harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan Western blot.

• Western blot, spesifitasnya tinggi (99,6% - 100%). Namun, pemeriksaan ini cukup sulit, mahal, dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam. Mutlak diperlukan untuk konfirmasi hasil pemeriksaan ELISA positif.

• Immunofluorescent assay (IFA) -> Waktu lebih singkat dan sedikit mahal dari Western blot. IFA digunakan untuk menunjukan keberadaan antibodi HIV -1

• Radio ImmunoPraecipitation assay (RIPA)

WESTERN BLOT

DEFINISI Western Blot adalah sebuah metode untuk medeteksi protein

pada sample jaringan. Imunoblot menggunakan elektroforesis gel untuk

memisahkan protein asli atau perubahan oleh jarak polipeptida atau oleh struktur 3-d protein.

Prinsip dan Cara kerja Cara kerja metode ini :meletakan virus HIV murni pada

polyacrylamide gel yang diberi arus elektroforesis sehingga terurai menurut berat protein yang berbeda-beda kemudian dipindahkan ke nitrocellulose.

Nitrocellulose ini diinkubasikan dengan serum penderita. Antibodi HIV dideteksi dengan memberikan antibodi anti-human yang sudah dikonjugasi dengan enzim yang menghasilkan warna bila diberi substrat.

Tes ini dilakukan bersama dengan suatu bahan dengan berat molekul standar, kontrol positif dan negatif. Antibodi terhadap protein core HIV misalnya p24 dan protein p25 timbul pada stadium awal kemudian menurun pada saat penderita mengalami deteriosasi.

Antibodi terhadap envelope penghasil gen dan precursornya dan protein transmembran selalu ditemukan pada penderita AIDS pada stadium apa saja.Beberapa protein lainnya yang sering ditemukan adalah: p31, p51, p66, p14, p27 lebih jarang ditemukan p23, p15, p9, p7.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa bila serum mengandung antibodi HIV yang lengkap maka western blot akan memberikan gambaran berbagai macam ikatan protein dari antigen HIV cetakannya.

Metode pemeriksaan ini untuk dilakukan untuk mendukung pemeriksaan dengan menggunakan metode ELISA yang sudah dilakukan terlebih dahulu.

Kelebihan Western Blot

Spesifitasnya tinggi (99,6% - 100%)Mutlak diperlukan untuk konfirmasi hasil

pemeriksaan ELISA positif.

Kelemahan Western Blot

Pemeriksaan ini cukup sulitMahalMembutuhkan waktu sekitar 24 jam.

RIA (RADIOIMMUNOASSAY

)

RIA (RADIOIMMUNOASSAY)

Metode yang sensitif untuk mengukur jumlah yang sangat kecil dari suatu zat dalam darah.

Metode radioimmunoassay (RIA) mempunyai kemampuan untuk menentukan zat-zat fisiologis dalam tumbuh sampai kosentrasi yang sangat rendah sekali hampir sekitar nanogram (ng=10‾) dan bahkan mencapai konsetrasi pictogram (pg = 10 ) untuk setiap 1 ml..

Karena limit deteksi yang sangat baik ini makan RIA digunakan sebagai peralatan laboratorium standar.

RIA Radioimmunoassay pertama kali dikembangkan oleh Rosalyn Yalow(1921-)dan Solomon A. Berson (1918-1972) dari amerika serikat,

Pertama kali mereka bekerja untuk mempelajari tentang hormon khususnya insulin yaitu hormon yang mengatur kadar gula dalam darah.

Prinsip RIA sederhana,yaitu: isotop di mix dengan antibodi kemudian disisipkan pada sampel darah pasien.

Substansi non radioaktif dalam darah akan menggantikan posisi radioaktif pada antibodi yang mengakibatkan radioktif lepas.

Radiaoktif yang bebas ini kemudian diukur untuk menentukan berapa banyak substansi dalam darah

Dasar kerja RIA adalah Untuk mengetahui perbandingan konsentrasi antibody yang terdapat pada bagian dalam tabung dan antigen yang terdapat di dalam sampel dengan menggunakan radio aktif.

Persaingan konsentrasi antigen sampel dapat ditentukan dari reaksi reduksi pengikatan konsentrasi antigen dari antibodi yang terdapat pada bagian dalam tabung

Metode radioimmunoassay (RIA) mempunyai 2 jenis prinsip yaitu kompetitif dan non kompetitif.

Prinsip non kompetitif yang paling banyak digunakan adalah sandwich.

Prinsip dasar dari sandwich adalah reaksi suatu antibodi dalam konsentrasi

yang terbatas dengan berbagai konsentrasi antigen. Bagian dari antigen yang bebas dan yang terikat yang timbul sebagai akibat dari penggunaan antobodi dalam kadar yang terbatas ditentukan dengan menggunakan antigen yang diberi label radio isotop.

JENIS PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN ANTARA LAIN :

Tumor Marker (AFP, CEA, PSA, CA125, CA15-3) ;

Hormon Tiroid (T3, T4, T3U, FT4, TSHs, TBG),

Neonatal TSH Neonatal

KEUNTUNGAN METODE RIA ADALAH

Sensitivitas dan presisi yang tinggi Mudah dikerjakan Pekerjaannya lebih cepat dan tidak

memerlukan sampel yang besar

KERUGIAN METODE RIA ADALAH

Reagen kurang stabil Memerlukan proteksi terhadap bahan radioaktif (radioactive hazardous)

PROSEDUR RIA1.Darah masing-masing di pipet 100 ul dan di

masukkan ke dalam tabung yangtelah di lapisi oleh lapisan progesteron antibody yang telah diberi label.

2.Tambahkan 1 ml radio isotop 125 I Progesteron lalu kocok denganmenggunakan vortex mixer kemudian tutup dengan plastic para film dandisimpan selama 24 jam pada suhu kamar.

3.Setelah disimpan larutan radio isotop di buang kedalam botol khusus, tabungdikringkan dengan cara dibalik. Selanjutnya progesteron di cacah dengan gamacoanter.

4.Presentase pengikatan progesteron dalam sampel oleh progesteron antibodi spesifik dapat di ketahui dengan membandingkan hasil cacahan 125 I Padatabung berlapis antibody tanpa sampel (control).

TEST CD4 dengan Flow Cytometry

Tujuan pemeriksaan

• Untuk menilai prognosis berlanjut ke AIDS atau kematian

• Mengetahui stadium penyakit• Diagnosis diferensial pada pasien bergejala• Untuk menentukan terapi untuk anti retroviral• Profilaksis patogen oportunistik

Teknik pemeriksaan

Memakai flow cytometry dengan menggunakan darah segar ( < 18 jam), paling baik untuk CD4 dan CD8

Flow cytometry

• Menggunakan metode untuk mengidentifikasi karakteristik permukaan tiap sel dengan kemampuan memisahkan sel yang ada dalam suspensi menurut karakteristik masing-masing secara otomatis melalui suatu celah yang ditembus seberkas sinar laser.

• Selama ini flow cytometri menggunakan label fluorosensi untuk mengukur jumlah dan ukuran sel, serta petanda dinding sel, granula intrasel, struktur intra sitoplasmik dan inti sel

Setiap sel dilewati sinar laser akan menyebabkan sinar laser terpencar (scattered) ke dua arah yaitu forward scattered (FS) yang parallel dengan arah sinar dan side scaterred (SS) yang arahnya tegak lurus arah sinar laser. Besarnya FS menggambarkan ukuran sel sedangkan SS ditentukan oleh morfologi dan emisi sinar flouresen yang dipancarkan oleh florokrom yang digunakan untuk mewarnai sel. Sinyal-sinyal tersebut dikonversikan menjadi angka digital dan diperlihatkan pada suatu histogram yang dapat dianalisis.

Nilai Rujukan

Umumnya berkisar antara 800-1050 sel/ml dengan kisaran mewakili dua standar deviasi 500-1400.

Rincian nilai normal :

Usia Nilai CD4 absolut Persentase CD4

Dewasa >500 >25%

Bayi >1500 >25%

1-5 Tahun >1000 >25%

Frekuensi Tes

Untuk pasien yang belum diobati dengan obat antiretroviral tes diulang tiap 3-6 bulan

Untuk pasien yang telah diobati dengan obat antiretroviral, tes dapat diulang setiap 2-4 bulan sekali

Untuk terapi awal / perubahan terapi , tes CD4 ini dapat dilakukan 4 , 8 sampai 12 minggu serta sampai 16 dan 24 minggu

Faktor yang mempengaruhi

• Perbedaan diurnal ( terendah 12:30, tertinggi 20:30)

• Menderita beberapa penyakit secara bersamaan

• Penggunaan kortikosteroid ( penggunaan akut menurunkan CD4 dengan cukup drastis)

• Pencabutan limfa (meningkatkan CD4)• Faktor yang pengaruhnya kecil seperti : gender,

kehamilan, stress fisik dan psikis , usia.

Pada beberapa laboratorium , digunakan persentase CD4 dari limfosit total untuk menggantikan CD4 mutlak. Beberapa data perbandingan :

CD4 MUTLAK PERSENTASE CD4

>500 >29%

200-500 14-28%

<200 <14%

IDIOPATIK CD4 LIMFOSITOPENIA

• CD4 <300 atau persentase di bawah 20%• Tidak ada infeksi HIV• Tidak ada penjelasan lain untuk limfositopenia

sel CD4 termasuk sindrom Sjogren, sarkoid, radiasi, dermatitis atopik, terapi steroid, penyakit kolagen vaskular dan limfoma

HIV

• Terjadi penurunan CD4 secara kualitatif dan kuantitatif

• CD4 <200 - 350 atau persentase <14% sudah dapat dianggap AIDS

• CD4 terdiri 2 yaitu sel naif dan sel memori.• HIV dapat mempengaruhi fungsi sel memori

sehingga tidak mampu mengingat antigen recall.• Pada HIV lebih banyak sel naif yang mengalami

penurunan.

Kekurangan pemeriksaan CD4 dengan Flow cytometry

• Mahal• Perlu alat yang canggih

Kelebihan pemeriksaan CD4 dengan Flow cytometry

• Kemampuan kuantitasi yang sangat baik• Hasil analisa yang cepat

THANK YOU

TERIMA KASIH

top related