bahan kimia klinis

22
BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA BIDANG KIMIA 1. BAHAN KIMIA BERBAHAYA Bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang pembuatan, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan penggunaanya menimbulkan atau membebaskan debu, kabut, uap, gas, serat, atau radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, keracunan dan bahaya lain dalam jumlah yang memungkinkan gangguan kesehatan bagi orang yang berhubungan langsung dengan bahan tersebut atau meyebabkan kerusakan pada barang-barang[1] . 1.2 Klasifikasi Umum[4] Klasifikasi atau penggolongan bahan kimia berbahaya diperlukan untuk memudahkan pengenalan serta cara penanganan dan transportasi. Secara umum bahan kimia berbahya diklasifikasikan menjadi beberapa golongan diantaranya sebagai berikut : 1. Bahan Kimia Beracun (Toxic) Adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit. Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan atau kulit dan kemudian beredar keseluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung mengganggu organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-lain. Tetapi dapat juga zat-zat tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati, atau cairan limpa dan menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang[5] . Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel efitel dan keringat. 2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)

Upload: rika-raniya

Post on 19-Nov-2015

20 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

kimia klinisss

TRANSCRIPT

BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA BIDANGKIMIA1. BAHAN KIMIA BERBAHAYABahan berbahaya adalah bahan-bahan yang pembuatan, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan penggunaanya menimbulkan atau membebaskan debu, kabut, uap, gas, serat, atau radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, keracunan dan bahaya lain dalam jumlah yang memungkinkan gangguan kesehatan bagi orang yang berhubungan langsung dengan bahan tersebut atau meyebabkan kerusakan pada barang-barang[1].1.2 Klasifikasi Umum[4]Klasifikasi atau penggolongan bahan kimia berbahaya diperlukan untuk memudahkan pengenalan serta cara penanganan dan transportasi. Secara umum bahan kimia berbahya diklasifikasikan menjadi beberapa golongan diantaranya sebagai berikut :1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)Adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit.Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan atau kulit dan kemudian beredar keseluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung mengganggu organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-lain. Tetapi dapat juga zat-zat tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati, atau cairan limpa dan menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang[5]. Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel efitel dan keringat.2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)Adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan apabila kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain.Zat korosif dapat bereaksi dengan jaringan seperti kulit, mata, dan saluran pernafasan. Kerusakan dapat berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal) dan sinsitisasi (jaringan menjadi amat peka terhadap bahan kimia).3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)Adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan dapat menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang amat cepat dapat juga menimbulkan ledakan.4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)Adalah suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan disekelilingnya.Zat eksplosif amat peka terhadap panas dan pengaruh mekanis (gesekan atau tumbukan), ada yang dibuat sengaja untuk tujuan peledakan atau bahan peledak seperti trinitrotoluene (TNT), nitrogliserin dan ammonium nitrat (NH4NO3).5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)Adalah suatu bahan kimia yang mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapat menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya.6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan air dengan mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar.7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan asam menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif.8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)Adalah gas yang disimpan dibawah tekanan, baik gas yang ditekan maupun gas cair atau gas yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan.9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)Adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif dengan aktivitas jenis lebih besar dari 0,002 microcurie/gram.Suatu bahan kimia dapat termasuk diantara satu atau lebih golongan di atas karena memang mempunyai sifat kimia yang lebih dari satu sifat.1.4 Penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya[7]Mengelompokkan bahan kimia berbahaya di dalam penyimpanannya mutlak diperlukan, sehingga tempat/ruangan yang ada dapat di manfaatkan sebaik-baiknya dan aman. Mengabaikan sifat-sifat fisik dan kimia dari bahan yang disimpan akan mengandung bahaya seperti kebakaran, peledakan, mengeluarkan gas/uap/debu beracun, dan berbagai kombinasi dari pengaruh tersebut.Penyimpanan bahan kimia berbahaya sebagai berikut :1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun dalam kondisi kedua-duanya dapat berbahaya terhadap kehidupan sekelilingnya. Bahan beracun harus disimpan dalam ruangan yang sejuk, tempat yang ada peredaran hawa, jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang inkompatibel (tidak dapat dicampur) harus dipisahkan satu sama lainnya.Jika panas mengakibatkan proses penguraian pada bahan tersebut maka tempat penyimpanan harus sejuk dengan sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung dan jauh dari sumber panas[8].2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat bereaksi dahsyat dengan uap air. Uap dari asam dapat menyerang/merusak bahan struktur dan peralatan selain itu beracun untuk tenaga manusia. Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk dan ada peredaran hawa yang cukup untuk mencegah terjadinya pengumpulan uap. Wadah/kemasan dari bahan ini harus ditangani dengan hati-hati, dalam keadaan tertutup dan dipasang label. Semua logam disekeliling tempat penyimpanan harus dicat dan diperiksa akan adanya kerusakan yang disebabkan oleh korosi.Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan lantai yang tahan terhadap bahan korosif, memiliki perlengkapan saluran pembuangan untuk tumpahan, dan memiliki ventilasi yang baik. Pada tempat penyimpanan harus tersedia pancaran air untuk pertolongan pertama bagi pekerja yang terkena bahan tersebut[9].3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam bentuk uapnya atau beberapa lainnya dalam keadaan bubuk halus. Api dari bahan padat berkembang secara pelan, sedangkan api dari cairan menyebar secara cepat dan sering terlihat seperti meledak. Dalam penyimpanannya harus diperhatikan sebagai berikut :a. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak sengaja pada waktu ada uap dari bahan bakar dan udarab. Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga bocoran uap akan diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah percikan apic. Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya kebakarannyad. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah menjadi panas dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air yang lambat laun menjadi panase. Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapaif. Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanang. Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokokh. Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat deteksi asap atau api otomatis dan diperiksa secara periodik4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)[10]Terhadap bahan tersebut ketentuan penyimpananya sangat ketat, letak tempat penyimpanan harus berjarak minimum 60[meter] dari sumber tenaga, terowongan, lubang tambang, bendungan, jalan raya dan bangunan, agar pengaruh ledakan sekecil mungkin. Ruang penyimpanan harus merupakan bangunan yang kokoh dan tahan api, lantainya terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api, memiliki sirkulasi udara yang baik dan bebas dari kelembaban, dan tetap terkunci sekalipun tidak digunakan. Untuk penerangan harus dipakai penerangan alam atau lampu listrik yang dapat dibawa atau penerangan yang bersumber dari luar tempat penyimpanan. Penyimpanan tidak boleh dilakukan di dekat bangunan yang didalamnya terdapat oli, gemuk, bensin, bahan sisa yang dapat terbakar, api terbuka atau nyala api. Daerah tempat penyimpanan harus bebas dari rumput kering, sampah, atau material yang mudah terbakar, ada baiknya memanfaatkan perlindungan alam seperti bukit, tanah cekung belukar atau hutan lebat.5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada suatu reaksi meskipun dalam keadaan tidak ada udara. Beberapa bahan oksidator memerlukan panas sebelum menghasilkan oksigen, sedangkan jenis lainnya dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah yang banyak pada suhu kamar. Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya tetap dingin, ada peredaran hawa, dan gedungnya harus tahan api. Bahan ini harus dijauhkan dari bahan bakar, bahan yang mudah terbakar dan bahan yang memiliki titik api rendah.Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan kebakaran pada bahan ini, baik penutupan ataupun pengasapan, hal ini dikarenakan bahan oksidator menyediakan oksigen sendiri.6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)Bahan ini bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat laun mengeluarkan panas atau gas-gas yang mudah menyala. Karena banyak dari bahan ini yang mudah terbakar maka tempat penyimpanan bahan ini harus tahan air, berlokasi ditanah yang tinggi, terpisah dari penyimpanan bahan lainnya, dan janganlah menggunakan sprinkler otomatis di dalam ruang simpan.7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)Bahan ini bereaksi dengan asam dan uap asam menghasilkan panas, hydrogen dan gas-gas yang mudah menyala. Ruangan penyimpanan untuk bahan ini harus diusahakan agar sejuk, berventilasi, sumber penyalaan api harus disngkirkan dan diperiksa secara berkala. Bahan asam dan uap dapat menyerang bahan struktur campuran dan menghasilkan hydrogen, maka bahan asam dapat juga disimpan dalam gudang yang terbuat dari kayu yang berventilasi. Jika konstruksi gudang trbuat dari logam maka harus di cat atau dibuat kebal dan pasif terhadap bahan asam.8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri dan diikat dengan rantai atau diikat secara kuat pada suatu penyangga tambahan. Ruang penyimpanan harus dijaga agar sejuk , bebas dari sinar matahari langsung, jauh dari saluran pipa panas di dalam ruangan yang ada peredaran hawanya. Gedung penyimpanan harus tahan api dan harus ada tindakan preventif agar silinder tetap sejuk bila terjadi kebakaran, misalnya dengan memasang sprinkler.9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)[11]Radiasi dari bahan radioaktif dapat menimbulkan efek somatik dan efek genetik, efek somatik dapat akut atau kronis. Efek somatik akut bila terkena radiasi 200[Rad] sampai 5000[Rad] yang dapat menyebabkan sindroma system saraf sentral, sindroma gas trointestinal dan sindroma kelainan darah, sedangkan efek somatik kronis terjadi pada dosis yang rendah. Efek genetik mempengaruhi alat reproduksi yang akibatnya diturunkan pada keturunan. Bahan ini meliputi isotop radioaktif dan semua persenyawaan yang mengandung radioaktif. Pemakai zat radioaktif dan sumber radiasi harus memiliki instalasi fasilitas atom, tenaga yang terlatih untuk bekerja dengan zat radioaktif, peralatan teknis yang diperlukan dan mendapat izin dari BATAN. Penyimpanannya harus ditempat yang memiliki peralatan cukup untuk memproteksi radiasi, tidak dicampur dengan bahan lain yang dapat membahayakan, packing/kemasan dari bahan radioaktif harus mengikuti ketentuan khusus yang telah ditetapkan dan keutuhan kemasan harus dipelihara. Peraturan perundangan mengenai bahan radioaktif diantaranya : Undang-Undang Nomor 31/64 Tentang Ketentuan Pokok Tenaga Atom Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1975 Tentang Keselamatan Kerja terhadap radiasi Peraturan pemerintah No. 12 Tahun 1975 Tentang izin Pemakaian Zat Radioaktif dan atau Sumber Radiasi lainnya Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1975 Tentang Pengangkutan Zat RadioaktifMaka Peta Keterkaitan Kegiatan untuk tata letak penyimpanan material kimia berbahaya berdasarkan ketentuan safety tersebut di atas adalah sebagai berikut :

Gambar Peta keterkaitan kegiatan untuk penyimpanan raw material.1.5 Lembar Data Bahaya[12]Lembar data bahaya (Hazard Data Sheets/HDSs) terkadang disebut Material Safety Data Sheets (MSDSs) atau Chemical Safety Data Sheet (CSDSs) adalah lembar informasi yang detail tentang bahan-bahan kimia. Umumnya lembar ini disiapkan dan dibuat oleh pabrik kimia atau suatu program, seperti International Programme On Chemical Safety (IPCS) yang aktifitasnya terkait dengan World Health Organization (WHO), International Labour Organization (ILO), dan United Environment Programme (UNEP). HDSs/MSDSs/CSDSs merupakan sumber informasi tentang bahan kimia yang penting dan dapat diakses tetapi kualitasnya dapat bervariasi. Jika anda menggunakan HDSs, berhati-hatilah terhadap keterbatasannya, sebagai contoh, HDSs sering sulit untuk dibaca dan dimengerti. Keterbatasan lain yang serius adalah seringnya tidak memuat informasi yang cukup tentang bahaya dan peringatan penting yang anda butuhkan ketika bekerja dengan bahan kimia tertentu. Untuk mengatasi keterbatasan ini, kapanpun dimungkinkan untuk menggunakan sumber informasi lain secara bersama-sama dengan HDSs. Suatu ide yang baik untuk mewakili kasehatan dan keselamatan dengan menyimpan lembar data bahaya pada setiap penggunaan bahan kimia di tempat kerja.Informasi berikut harus muncul pada semua lembar data bahaya, akan tetapi urutan dapat berbeda dari yang dijelaskan dibawah ini.Bagian 1 : Identifikasi produk dan pabrikIdentifikasi produk : nama produk tertera disini dengan nama kimia atau nama dagang, nama yang tertera harus sama dengan nama yang ada pada label. Lembar data bahaya juga harus mendaftar sinonim produk atau substansinya, sinonim adalah nama lain dengan substansi yang diketahui. Contohnya Methyl alcohol juga dikenal sebagai Metanol atau Alkohol kayu.Identifikasi pabrik : nama pabrik atau supplier, alamat, nomor telepon, tanggal HDSs dibuat, dan nomor darurat untuk menelepon setelah jam kerja, merupakan ide yang baik bagi pengguna produk untuk menelepon pabrik pembuat produk sehingga mendapatkan informasi tentang produk tersebut sebelum terjadi hal yang darurat.Bagian 2 : Bahan-bahan berbahayaUntuk produk campuran, hanya bahan-bahan berbahaya saja yang tercantum pada daftar khusus bahan kimia, dan yang didata bila komposisinya 1% dari produk. Pengecualian untuk zat karsinogen yang harus di daftar jika komposisinya 0,1% dari campuran. Batas konsentrasi yaitu Permissible Exposure Limit (PEL)[13] dan The Recommended Threshold Limit Value (TLV )[14] harus didata dalam HDSs.Bagian 3 : Data FisikBagian ini mendata titik didih, tekanan, density, titik cair, tampilan, bau, dan lain-lain. Informasi pada bagian ini membantu anda mengerti bagaimana sifat bahan kimia dan jenis bahaya yang ditimbulkannya.Bagian 4 : Data Kebakaran Dan LedakanBagian ini mendata titik nyala api dan batas mudah terbakar atau meledak, serta menjelaskan kepada anda bagaimana memadamkan api. Informasi pada bagian ini dibutuhkan untuk mencegah, merencanakan dan merespon kebakaran atau ledakan dari bahan-bahan kimia.Bagian 5 : Data ReaktifitasBagian ini menjelaskan kepada anda apakah suatu substansi stabil atau tidak, bila tidak, bahaya apa yang ditimbulkan dalam keadaan tidak stabil. Bagian ini mendata ketidakcocokan substansi, substansi mana yang tidak boleh diletakkan atau digunakan secara bersamaan. Informasi ini penting untuk penyimpanan dan penanganan produk yang tepat.Bagian 6 : Data Bahaya KesehatanRute tempat masuk (pernafasan, penyerapan kulit atau ingestion), efek kesehatan akut dan kronik, tanda-tanda dan gejala awal, apakah produknya bersifat karsinogen, masalah kesehatan yang makin buruk bila terkena, dan pertolongan pertama yang direkomendasikan/prosedur gawat darurat, semuanya seharusnya terdaftar di bagian ini.Bagian 7 : Tindakan Pencegahan Untuk PenangananInformasi dibutuhkan untuk memikirkan rencana respon gawat darurat, prosedur pembersihan, metode pembuangan yang aman, yang dibutuhkan dalam penyimpanan, dan penanganan tindakan pencegahan harus detail pada bagian ini. Akan tetapi sering kali pabrik pembuat produk meringkas informasi ini dengan satu pernyataan yang simple, seperti hindari menghirup asap atau hindari kontak dengan kulit.Bagian 8 : Pengukuran KontrolMetode yang direkomendasikan untuk control bahaya termasuk ventilasi, praktek kerja dan alat pelindung diri/Personal Protective Equipment (PPE) dirincin pada bagian ini. Tipe respirator, baju pelindung dan sarung tangan material yang paling resisten untuk produk harus diberitahu. Lebih dari rekomendasi perlindungan material yang paling resisten, HDSs boleh dengan simple menyatakan bahwa baju dan sarung tangan yang tidak dapat ditembus harus digunakan. Bagian ini cenderung menekankan alat pelindung diri daripada control engineering.1.6 Pemasangan Label dan Tanda Pada Bahan Berbahaya[15]Pemasangan label dan tanda dengan memakai lambang atau tulisan peringatan pada wadah atau tempat penyimpanan untuk bahan berbahaya adalah tindakan pencegahan yang esensial. Tenaga kerja yang bekerja pada proses produksi atau pengangkutan biasanya belum mengetahui sifat bahaya dari bahan kimia dalam wadah/packingnya, demikian pula para konsumen dari barang tersebut, dalam hal inilah pemberian label dan tanda menjadi sangat penting.Peringatan tentang bahaya dengan label dan tanda merupakan syarat penting dalam perlindungan keselamatan kerja, namun hal tersebut tidak dapat dianggap sebagai perlindungan yang sudah lengkap, usaha perlindungan keselamatan lainnya masih tetap diperlukan. Lambang yang umum dipakai untuk bahan kimia yang memiliki sifat berbahaya adalah sebagai berikut[16] :

..........Gambar 2.14 Tanda bahaya dari bahan kimiaKeterangan :E = Dapat Meledak T = BeracunF+ = Sangat Mudah Terbakar C = KorosifF = Mudah Terbakar Xi = IritasiO = Pengoksidasi Xn = Berbahaya Jika TertelanT+ = Sangat Beracun N = Berbahaya Untuk LingkunganDaftar Pustaka[1] Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta, 1995) hal. 26.[2] Milos Nedved, Soemanto Imamkhasani, Fundamentals Chemical Safety And Major Hazard Control (Jakarta, 1991) hal. 3 4.[3] Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta, 1995) hal. 35.[4] Milos Nedved, Soemanto Imamkhasani, Fundamentals Chemical Safety And Major Hazard Control (Jakarta, 1991) hal. 57 69.[5] Bahan kimia beracun dan gangguannya terhadap kesehatan dapat dilihat pada tabel 1. Ibid., hal. 150 151.[6] Milos Nedved, Soemanto Imamkhasani, Fundamentals Chemical Safety And Major Hazard Control (Jakarta, 1991) hal. 67 68.[7] Milos Nedved, Soemanto Imamkhasani, Fundamentals Chemical Safety And Major Hazard Control (Jakarta, 1991) hal. 179 185.[8] Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta, 1995) hal. 29 30.[9] Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta, 1995) hal. 30.[10] Ibid., hal. 28.[11] Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta, 1995) hal. 36 37.[12] Rosskam F., Chamicals In The Workplace (Geneva, 1996) hal. 21 24.[13] PEL adalah jumlah maksimum substansi yang diizinkan dalam udara di tempat kerja, PEL dilaksanakan secara legal.[14] TLV adalah nilai ambang batas yang direkomendasikan dan dilaksanakan secara ilegal. TLV direncanakan oleh agensi pribadi, dimaksudkan untuk mewakili konsentrasi substansi dimana setiap harinya pekerja dapat dinyatakan tanpa efek samping yang merugikan kesehatan.[15] Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta, 1995) hal. 27 28.[16] Safety Department, Buku Panduan Safety (Banten, 2003) hal. 3 4.[17] Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta, 1995) hal. 36.[18] Soesanto Ismadi, et al., Hukum Ketenagakerjaan (Jakarta, 1992) hal. 149 150.[19] Soesanto Ismadi, et al., Hukum Ketenagakerjaan (Jakarta, 1992) hal. 150 151.[20] Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta, 1995) hal. 6.[21] Milos Nedved, Soemanto Imamkhasani, Fundamentals Chemical Safety And Major Hazard Control (Jakarta, 1991) hal. 131 137.[22] Imam Sjahputra, Amin Widjaja, Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan Baru Di Indonesia (Jakarta, 2004) hal. 120 130

Mengevaluasi Risiko Racun Bahan Kimia Laboratorium Toksikologi adalah studi efek balik bahan kimia terhadap sistem hidup. Seluruh pegawai laboratorium harus memahami prinsip dasar tertentu dan toksikologi dan belajar untuk mengakui kelas bahan kimia beracun dan korosif utama. Bagian selanjutnya meringkas konsep utama yang terlibat dalam penilaian risiko penggunaan bahan kimia beracun di dalam laboratorium. (Lihat juga Bab 9, Bagian 4.)7.3.1 Hubungan Dosis-Respons Prinsip dasar toksikologi adalah bahwa tidak ada zat yang sepenuhnya aman dan bahwa semua bahan kimia menimbulkan efek racun jika jumlah unsur yang cukup tinggi berhubungan dengan sistem hidup. Satu faktor terpenting yang menentukan apakah suatu zat berbahaya atau aman adalah hubungan antara konsentrasi bahan kimia dan efek racun yang dihasilkannya. Untuk semua bahan kimia, ada kisaran konsentrasi yang menyebabkan efek bertingkat antara tidak ada efek sama sekali dan kematian. Dalam toksikologi, kisaran ini disebut hubungan dosis-respons untukbahan kimia. Dosis adalah jumlah bahan kimia yang diserap (melalui penghirupan, pencernaan, atau penyerapan melalui kulit) dan responsnya adalah efek yang dihasilkan bahan kimia. Hubungan ini unik untuk masing- masing bahan kimia, meski untuk jenis bahan kimia yang serupa, hubungan dosis-respons meski untuk bahan kimia jenis tertentu sering kali serupa. Untuk sebagian besar bahan kimia umum, dosis ambang telah ditentukan di bawah bahan kimia yang tidak dianggap berbahaya oleh banyak orang. Satu cara untuk mengevaluasi toksisitas akut bahan kimia, atau toksisitasnya setelah satu kali paparan, adalah dengan memeriksa dosis letal (LD) atau nilai konsentrasi letal (LC) bahan tersebut. z LD50 adalah jumlah bahan kimia yang saat dicerna, disuntikkan, atau dioleskan ke kulit hewan uji dalam kondisi laboratorium yang terkendali membunuh setengah (50%) dari jumlah hewan. LD50 biasanya dinyatakan dalam miligram atau gram per kilogram berat badan. z LC50 adalah konsentrasi bahan kimia di udara yang akan membunuh 50% hewan uji yang terpapar. LC50 diberikan dalam bagian per juta, miligram per liter, atau miligram per meter kubik. LC50 lebih sering digunakan untuk bahan kimia yang mudah menguap atau bahan kimia dengan tekanan 78Prinsip dasar toksikologi adalah tidak ada satu zat pun yang sepenuhnya aman dan semua bahan kimia menghasilkan efek beracun jika zat tersebut dalam jumlah yang sangat cukup tersentuh oleh sistem hidup.79Menilai Bahaya dan Risiko di Laboratorium 7uap cukup sehingga penghirupan menjadi rute penting masuknya bahan kimia ke tubuh. z Nilai LC100 dan LD100 juga berguna, yang didefi nisikan sebagai konsentrasi atau dosis terendah yang menyebabkan kematian hewan uji.Secara umum, semakin tinggi LD50 atau LC50, semakin rendah toksisitas bahan kimia.7.3.2 Durasi dan Frekuensi Pemaparan Efek racun bahan kimia terjadi setelah pemaparan tunggal (akut), intermittent (berulang), atau berulang dalam waktu yang lama (kronis). Zat beracun akut menyebabkan kerusakan sebagai akibat pemaparan tunggal berdurasi pendek. Hidrogen sianida, hidrogen sulfi da, dan nitrogen dioksida adalah contoh racun akut. Sebaliknya, zat beracun kronis menyebabkan kerusakan setelah pemaparan berulang atau berdurasi lama atau menyebabkan kerusakan yang hanya menjadi bukti setelah masa laten yang panjang. Racun kronis mencakup seluruh karsinogen, racun reproduktif, dan logam berat tertentu serta senyawanya. Banyak racun kronis yang sangat berbahaya karena masa laten yang panjang. Efek kumulatif pemaparan rendah terhadap zat semacam itu mungkin tidak tampak selama bertahun-tahun. Banyak bahan kimia yang berbahaya baik secara akut maupun kronis tergantung tingkat dan durasi pemaparan.7.3.3 Jalur Pemaparan Pemaparan terhadap bahan kimia di laboratorium terjadi melalui penghirupan, kontak dengan kulit atau mata, pencernaan, dan injeksi. Pertimbangkan masing-masing jalur berbeda berikut ini saat mengevaluasi bahaya racun bahan kimia. Lihat Lampiran F.1. Menilai Jalur Pemaparan Bahan Kimia Beracun untuk mendapat informasi lebih lanjut tentang penilaian risiko pemaparan yang terkait dengan bahan kimia beracun.7.4 Menilai Risiko Racun Bahan Kimia Laboratorium Tertentu Langkah pertama dalam menilai risiko eksperimen terencana antara lain mengidentifi kasi bahan kimia mana yang akan digunakan yang berpotensi zat berbahaya. Bagian ini menjelaskan bagaimana cara menilai risiko yang terkait dengan kelas bahan kimia beracun tertentu. Bahan kimia yang digunakan di laboratorium dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelas zat beracun berbeda. Banyak bahan kimia memiliki lebih dari satu jenis Nitrogen dioksida, gas kuning- cokelat, sangat beracun jika terhirup.807 Menilai Bahaya dan Risiko di Laboratoriumkandungan racun. Selanjutnya kelas zat beracun paling umum yang ditemukan di laboratorium.7.4.1 Racun Akut Toksisitas akut adalah kemampuan bahan kimia untuk menyebabkan efek berbahaya setelah pemaparan satu kali. Bahan beracun akut dapat menyebabkan efek racun lokal, efek racun sistemik, atau keduanya. Kelas racun ini meliputi bahan kimia korosif, iritan, dan alergen (pemeka). Bahan kimia yang paling umum dengan tingkat toksisitas akut tinggi yang ditemui di laboratorium antara lain z akrolein; nikel karbonil; z arsina; nitrogen dioksida; z klorin; osmium tetraoksida; z diazometana; ozon; z diborana (gas); fosgen; z dimetil merkuri; natrium azida; dan z hidrogen sianida; natrium sianida (dan z hidrogen fl uorida; garam sianida lainnya). z metil fl uorosulfonat;Tangani senyawa ini menggunakan prosedur tambahan yang diuraikan pada Bab 9, Bagian 4. Saat merencanakan eksperimen, temukan apakah racun akut harus ditangani secara khusus sebagai senyawa berbahaya dengan mempertimbangkan z jumlah total zat yang akan digunakan; z sifat fi sik zat (msl., Apakah mudah menguap? Apakah cenderung membentuk debu?); z jalur pemaparan potensialnya (msl., Apakah siap diserap melalui kulit?); dan z keadaan penggunaannya dalam eksperimen yang diajukan (msl., Apakah zat akan dipanaskan? Apakah unsur itu cenderung menghasilkan aerosol?).Mungkin akan membantu jika memutuskan cara penanganan racun akut berdasarkan konsultasi dengan manajer laboratorium atau CSSO. Lihat Lampiran F.2. Menilai Risiko Terkait dengan Racun Akut untuk informasi lebih lanjut tentang cara menentukan tingkat bahaya toksisitas akut dan kemungkinan dosis letal untuk manusia.81Menilai Bahaya dan Risiko di Laboratorium 77.4.2 Iritan, Korosif, Alergen, dan Pemeka LD50, LC50, dan nilai toksisitas lainnya memberikan sedikit panduan dalam menilai risiko korosif, iritan, alergen, dan pemeka karena unsur racun menerapkan efek berbahaya mereka secara lokal. Gunakan panduan berikut untuk menilai risiko bahan kimia ini.7.4.2.1 Iritan Iritan adalah bahan kimia non-korosif yang memiliki efek peradangan (pembengkakan dan kemerahan) yang dapat dibalik pada jaringan hidup karena tindakan kimia di tempat yang mengalami kontak. Beri perhatian khusus pada LCSS, MSDS, dan sumber informasi lainnya tentang bahan kimia iritan. Berbagai bahan kimia organik dan anorganik bersifat iritan, seperti silil halida dan hidrogen selenida. Lakukan beberapa langkah untuk meminimalkan kontak kulit dan mata dengan semua bahan kimia reagen di dalam laboratorium.7.4.2.2 Zat Korosif Zat korosif adalah zat padat, cair, atau gas yang menghancurkan jaringan hidup dengan tindakan kimia di tempat yang mengalami kontak. Efek korosif tidak hanya terjadi di kulit dan mata, tetapi juga di saluran pernapasan dan, bila termakan, di dalam saluran cerna. Zat korosif umum yang ditemukan di banyak lab antara lain z amonia; hidrogen peroksida; z bromina; metal hidroksida; z kalsium oksida; asam nitrat; z klorin; nitrogen dioksida; z kloramina; fenol; z asam hidroklorat; fosfor; dan z asam hidrofl orat; fosfor pentoksida. Saat merencanakan eksperimen yang melibatkan zat korosif, kaji praktik penanganan dasar untuk memastikan bahwa kulit, wajah, dan mata cukup terlindung. Pilih sarung tangan tahan-korosi serta pakaian dan penutup mata pelindung yang tepat, termasuk, dalam beberapa kasus, pelindung wajah.7.4.2.3 Alergen dan Pemeka Alergi bahan kimia adalah reaksi balik sistem kekebalan terhadap bahan kimia. Reaksi alergi semacam itu disebabkan oleh sensitisasi sebelumnya terhadap bahan kimia tersebut atau bahan kimia yang mirip secara struktural. Beberapa reaksi alergi muncul secara langsung, terjadi dalam beberapa menit setelah pemaparan. Syok anafi laktik Untuk menangani bahan korosif seperti asam nitrat diperlukan pakaian pelindung, termasuk sarung tangan tahan korosi. Asam nitrat juga bersifat oksidan. 827 Menilai Bahaya dan Risiko di Laboratoriumadalah reaksi alergi langsung yang parah dan menyebabkan kematian jika tidak ditangani degan cepat. Reaksi alergi tunda memerlukan waktu beberapa jam atau bahkan beberapa hari untuk berkembang. Kulit adalah tempat yang biasa mengalami reaksi tunda semacam itu, memerah, bengkak, dan gatal bahkan setelah bahan kimia dihilangkan. Kepekaan yang ditunjukkan setiap orang terhadap bahan kimia laboratorium sangat beragam. Saat bekerja dengan alergen yang dikenal, ikuti kebijakan laboratorium tentang penanganan dan pengendaliannya. Karena reaksi alergi dipicu oleh alergen dalam jumlah sangat kecil di tubuh individu yang peka, pegawai laboratorium harus mewaspadai tanda respons alergi terhadap bahan kimia.7.4.3 Asfi ksian Asfi ksian adalah zat yang mengganggu pengiriman pasokan oksigen yang memadai ke organ tubuh yang vital. Otak adalah organ yang paling mudah terpengaruh oleh kekurangan oksigen, dan pemaparan terhadap asfi ksian menyebabkan pingsan dan kematian dengan cepat. Gas asetilen, karbon dioksida, argon, helium, etana, nitrogen, metana, dan butana adalah asfi ksian yang umum. Bahan kimia tertentu lainnya memiliki kemampuan untuk mengikat hemoglobin, sehingga mengurangi kapasitas darah untuk mengangkut oksigen. Karbon monoksida, hidrogen sianida, serta sianida organik dan anorganik adalah contoh zat semacam itu.7.4.4 Neurotoksin Neurotoksin memiliki efek merugikan pada struktur atau fungsi sistem saraf pusat atau periferal, yang dapat bersifat permanen atau sementara. Deteksi efek neurotoksik mungkin memerlukan teknik laboratorium khusus, tetapi sering kali efeknya terlihat dalam perilaku, seperti bicara tidak jelas dan berjalan sempoyongan. Banyak neurotoksin adalah zat beracun kronis dengan efek merugikan yang tidak langsung tampak. Beberapa neurotoksin kimia antara lain merkuri (anorganik dan organik), pestisida organofosfat, karbon disulfi da, xilena, trikloroetilena, dan n-heksana.7.4.5 Toksin Reproduktif dan Pengembangan Toksin reproduktif adalah zat yang menyebabkan kerusakan kromosom (mutagen) dan zat dengan efek letal atau teratogenik (perubahan bentuk) pada janin. Zat ini menimbulkan masalah dalam berbagai aspek reproduksi, termasuk kesuburan, kehamilan, produksi ASI, dan kinerja reproduksi umum lainnya serta dapat mempengaruhi baik pria maupun wanita. Toksin reproduktif pria dalam beberapa kasus menyebabkan kemandulan. Banyak racun reproduktif merupakan racun kronis yang menyebabkan kerusakan setelah pemaparan berulang atau jangka panjang, dengan efek yang menjadi jelas hanya setelah masa laten yang lama.83Menilai Bahaya dan Risiko di Laboratorium 7Toksin pengembangan beraksi selama kehamilan dan menyebabkan efek merugikan pada fetus. Saat wanita terpapar bahan kimia, umumnya janin juga terpapar karena plasenta merupakan penghalang bahan kimia yang sangat buruk. Racun pengembangan memiliki dampak terbesar selama trimester pertama kehamilan. Karena sering kali wanita tidak mengetahui kehamilannya selama periode yang sangat rentan ini, wanita yang berpotensi mengandung disarankan untuk sangat berhati-hati saat bekerja dengan bahan kimia, terutama yang cepat diserap melalui kulit (msl., formamida). Ibu hamil dan wanita yang berkeinginan untuk hamil harus meminta saran dari sumber ahli sebelum bekerja dengan zat yang diduga merupakan racun reproduktif. Sebagai tindakan pencegahan minimal, orang harus mengikuti prosedur umum yang diuraikan pada Bab 9, bagian 4, meski dalam beberapa kasus akan lebih tepat untuk menangani senyawa itu sebagai zat sangat berbahaya. Informasi tentang racun reproduktif dapat diperoleh dari LCSS, MSDS, dan ICSC serta dengan berkonsultasi pada profesional keselamatan di departemen keselamatan lingkungan, kantor kesehatan industri, atau departemen kesehatan.7.4.6 Racun yang Mempengaruhi Organ Lainnya Zat beracun juga mempengaruhi organ selain sistem reproduksi dan saraf. Sebagian besar hidrokarbon berklor, benzena, hidrokarbon aromatik lainnya, beberapa logam, karbon monoksida, dan sianida, di antara zat lainnya, menghasilkan satu atau lebih efek pada organ target. Banyak LCSS menyebutkan efek racun pada organ seperti hati, ginjal, paru-paru, ataudarah.7.4.7 Karsinogen Karsinogen adalah zat yang mampu menyebabkan kanker. Karsinogen merupakan zat beracun kronis; yaitu, zat yang menyebabkan kerusakan setelah pemaparan berulang atau dalam jangka panjang, dan pengaruhnya mungkin terlihat nyata setelah masa laten yang panjang. Karsinogen merupakan racun yang sangat berbahaya karena tidak memiliki efek berbahaya yang langsung tampak. Berbagai zat yang ditemui dalam penelitian, terutama di laboratorium yang terlibat dengan pembuatan senyawa baru, belum diuji karsinogenisitasnya. Tangani bahan kimia yang dikenal sebagai karsinogen sebagai zat yang sangat berbahaya dengan menggunakan praktik dasar di Bab 9, Bagian 3 dan 4. Konsultasi dengan CSSO mungkin diperlukan untuk memutuskan apakah bahan kimia perlu digolongkan sebagai zat yang sangat berbahaya. Daftar karsinogen dan senyawa manusia yang dikenal dapat dilihat di situs web Agen Penelitian Kanker Internasional World Health