hipertensi
Post on 14-May-2017
214 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140
mmHg sistolik/atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang
tidak sedang makan obat antihipertensi. Krisis Hipertensi adalah keadaan
hipertensi yang memerlukan penuruan tekanan darah segera karena akan
mempengaruhi keadaan pasien selanjutnya.
Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa
hal, antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien
hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi
tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan
komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya
populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar
juga akan bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi
hipertensi sistolik dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang
berusia >65 tahun. Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus
meningkat, dalam dekade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi, dan
pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien
hipertensi.
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140
mmHg sistolik/atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang
tidak sedang makan obat antihipertensi.
Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan Joint National Committee VII :
Klasifikasi TD sistolik
(mmHg)
TD diastolik
(mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre-Hipertensi 120-139 Atau 80-89
2
Hipertensi stage I 140-159 Atau 90-99
Hipertensi stage II ≥160 Atau ≥100
2. ETIOLOGI
Hipertensi Esensial
Hipertensi esensial memiliki etiologi yang kompleks:
a. Faktor genetik
Tekanan darah cenderung bersifat menurun dan anakdengan orang tua
yang menderita hipertensi cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi
dibandingkan dengan anak seumurnya yang memiliki orang tua dengan tekanan
darah yang normal. Faktor keturunan ini mungkin dapat dijelaskan dengan
adanya pengaruh lingkungan keluarga. Meskipun begitu, masih ada banyak
komponen genetik yang belum diketahui.
b. Faktor kehamilan
Bayi berat lahir rendah berhubungan dengan tekanan darah yang tinggi
yang dialaminya di masa yang akan dating. Penyebabnya mungkin karena
adaptasi janin terhadap kondisi intrauterine yang kurang akan nutrisi dengan
cara perubahan pada struktur pembuluh darah dalam jangka waktu yang
panjang atau pada fungsi dari sistem hormon.
c. Faktor Lingkungan
Diantara beberapa faktor lingkungan yang telah dikemukakan, berikut
merupakan faktor-faktor lingkungan yang paling signifikan:
- Obesitas: orang yang gemuk memiliki tekanan darah yang lebih tinggi
dibandingkan orang yang kurus. Gangguan bernafas saat tidur yang sering
terlihat pada orang dengan obesitas mungkin dapat menjadi faktor resiko
tambahan
- Konsumsi alkohol: Telah banyak penelitian yang menunjukkan
keterkaitan yang erat antara pengaruh konsumsi alkohol dengan nilai
3
tekanan darah meskipun begitu. Subjek yang mengkonsumsi alkohol dalam
jumlah sedikit terlihat memiliki tekanan darah yang lebih rendah
dibandingkan yang tidak mengkonsumsi alkohol..
- Konsumsi natrium: Konsumsi natrium dalam jumlah yang tinggi telah
diindikasikan sebagai faktor utama yang menentukan perbedaan tekanan
darah di antara dan di dalam populasi di seluruh dunia. Populasi dengan
konsumsi natrium yang lebih tinggi meemiliki rata-rata tekanan darah yang
lebih tinggi dibandingkan dengan populasi dengan konsumsi sodium yang
lebih rendah. Penelitian tentang pembatasan konsumsi natrium telah
menunjukkan hasil yang baik terhadap tekanan darah pada pasien
hipertensi
- Stress: Meskipun cedera akut atau stres dapat meningkatkan tekanan
darah, hubungan antara stres kronik dan tekanan darah masih belum pasti.
d. Mekanisme Humoral
Sistem saraf otonom, seperti renin-angiotensin, natriuretric peptide dan
sistem kalikrein-kinin secara fisiologis memiliki peran pada regulasi tekanan
darah jangka pendek. Kadar renin yang rendah, sensitif garam, hipertensi
esensial dimana pasien mengalami retensi natrium dan air telah dilaporkan.
e. Resistensi insulin
Keterkaitan antara diabetes dan hipertensi telah lama diketahui.
Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder dimana peningkatan tekanan darah sebagaai akibat dari
sebab yang spesifk dan berpotensialuntuk sembuh sepeti:
Penyebab Hipertensi SekunderGinjal Penyakit parenkim, kista ginjal (termasuk ginjal
polikistik) , tumor ginjal (termasuk tumor yang mengsekresi renin), obstructive uropathy
Renovaskular Arteriosclerosis, fibromuscular dysplasiaAdrenal Aldosteronsime primer, cushing’s syndrome, defisiensi
17α-hydroxylase. Defisiensi 11β-hydroxilase, defisiensi 11-hydroxysteroid dehydrogenase. Peokromositoma
4
Koarktasio aortaObstructive sleep apneaPreklamsi/eklamsi Neurogenic Kejiwaan, diencephalic syndrome, familial
dysautonomia, polyneuritis (porfiria akut, keracunan timah), peningkatan TIK akut, seksio korda spinalis akut
Kelainan endokrin yang lain Hipotiroidisme, hipertiroidisme, hiperkalemi, akromegali
Obat-obatan Estrogen dosis tinggi, steroid adrenal, dekongestan, penurun nafsu makan, siklosporin, antidepresan trisiklik, monamine oxidase inhibitors, eritropoietin, NSAID, kokain
3. PATOFISIOLOGI
Pada hipertensi kronis, curah jantung normal dan tahanan periferlah yang
menyebabkan tetap tingginya tekanan darah. Pada pembuluh darah perifer
pasien hipertensi terjadi perubahan strukturaldengan bertambahnya ketebalan
dinding dan berkurangnya diameter lumen pembuluh darah. Mekanisme ini
akan menyebabkan meningkatnya tahanan perifer pembuluh darah y ang
menyeluruh.
Hipertensi juga menyebabkan perubahan pada arteri besar. Ada penebalan pada
lapisan media, peningkatan kolagen dan pengendapan kalsium. Perubahan ini
mengakibatkan hilangnya komplians arteri. Yang akhirnya berdampak pada
tingginya tekanan darah.
Perubahan pada vaskularisasi ginjal akhirnya berdampak pada berkurangnya
perfusi ginjal, menurunnya laju filtrasi glomerulus dan akhirnya berkurangnya
ekskresi air dan natrium. Berkurangnya perfusi ginjal dapat mengaktifkan
renin-angiotensin system (renin mengkonversi angiotensinogen menjadi
angiotensin I, dan angiotensin I dikonversi oleh angiotensin-converting enzyme
menjadi angiotensin II) disertai peningkatan sekresi aldosterone serta retensi
air dan natrium.
5
4. MANIFESTASI KLINIS
Kebanyakan pasien dengan hipertensi tidak memiliki gejala yang spesifik.
Meskipun secara umum dianggap gejala dari peningkatan tekanan darah, nyeri
kepala umumnya dijumpai hanya pada pasien dengan hipertensi berat.
Umumnya, nyeri kepala pada hipertensi dialami pada pagi hari dan
terlokalisasi di daerah oksipital. Gejala nonspesifik lainya yang dapat
berhubungan dengan meningkatnya tekanan darah yaitu pusing, palpitasi,
mudah lelah, dan lemas. Ketika gejala tersebut muncul, umumnya berhubungan
dengan hypertensive cardiovascular disease atau manifestasi dari hipertensi
sekunder.
5. PEMERIKSAAN FISIK
Bentuk badan, termasuk berat dan tinggi, harus dicatat. Pada pemeriksaan
awal, tekanan darah harus diukur pada kedua lengan, dan lebih baik pada posisi
supinasi, duduk dan berdiri untuk menilai adana hipotensi postural. Meskipun
jika denyut femoralis normal pada saat palpasi, tekanan arteri harus diukur
sedikitnya satu kali pada ekstremitas bawah pada pasien yang menderita
hipertensi sebelum umur 30 tahun. Denyut jantung juga harus dicatat. Pasien
hipertensi memiliki peningkatan prevalensi untuk terjadinya fibrilasi atrium.
Leher harus dipalpasi untuk melihat pembesaran kelenjar tiroid, dan pasien
harus dinilai apakah adanya tanda-tanda hipo- dan hipertiroid. Pemeriksaan
pembuluh darah dapat memberikan petunjuk tentang penyakit vaskular yang
sedang dialami dan haru termasuk pemeriksaan funduskopi, auskultasi apakah
adanya bruit pada arteri karotis dan femoralis, dan palpasi denyut femoralis.
Retina merupakan merupakan satu-satunya jaringan dimana arteri dan arteriol
dapat diperiksa secara langsung. Dengan memberatnya hipertens dan
aterosklerosis, perubahan yang terlihat pada funduskopi yaitu meningkatnya
reflex cahaya arteriol, arteriovenous crossing defect, perdarahan dan eksudat,
dan pada pasien dengan hipertensi malignan, papilledema.
6
Kelainan pada funduskopi diurutkan berdasarkan klasifikasi Keith-Wagener:
- Grade 1 – arteri pada retina yang berliku-liku disertai peningkatan
reflektivitas terhadap cahaya (silver wiring)
- Grade 2 – grade 1 ditambah munculnya arteriovenous nipping akibat arteri
retina yang menebal yang melintasi vena di retina
- Grade 3 – grade 2 ditambah perdarahan berbentuk seperti api dan eksudat
akibat adanya infark.
- Grade 4 – grade 3 ditambah papilloedema
Pemeriksaan pada jantung dapat ditemukan suara jantung ke dua yang keras
akibat menutupnya katup aorta dan S4 gallop. Hipertropi ventrikel kiri dapat
dideteksi dengan denyut pada apex yang semakin kuat, terus meners dan
berpindah ke lateral. Bruit abdominal, khususnya bruit yang bunyinya ke arah
lateral dan panjang disepanjang sistol dan diastole meningkatkan kemungkinan
adanya hipertensi renovaskular. Ginjal pasien yang menderita polisistik ginjal
dapat teraba pada abdomen. Pemeriksaan fisik harus termasuk penilaian tanda-
tanda CHF dan pemeriksaan neurologis.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Uji Laboratorium Sebagai evaluasi awal
Sistem Pengujian
Ginjal Urinalisis mikroskopis, ekskresi
albumin, Serum BUN dan/atau
kreatinin
Endokrin Kadar Natrium, Kalium, kalsium, TSH
Metabolic KGD puasa, kolesterol total, HDL dan
LDL. Trigliserida
Lain-lain Hematokrit, EKG
7
7. KOMPLIKASI
Penyakit serebrovaskular dan penyakit arteri coroner merpakan penyebab
kematian yang paling sering, meskipun pasien hipertensi juga rentan terkena
gagal hinjal dan peripheral vascular disease. Penderita hipertensi memiliki 6
kali lipat lebih rentan terkena stroke (baik itu haemorrhagic dan
aterotrombosis). 3 kali lipat kemungkinan kematian jantung (baik itu karena
gangguan di coroner atau gagal jantung). Gangguan pada arteri perifer 2 kali
lipat lebih sering.
8. PENGOBATAN
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
- Target tekanan darah <140/90 mmHg untuk individu beresiko tinggi
(diabetes, gagal ginjal, proteinuria) <130/80 mmHg
- Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular
- Mengambat laju penyakit ginjal proteinuria
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi non farmakologis dan farmakologis.
Terapi non farmakologis terdiri dari:
- Menghentikan merokok
- Menurunkan berat badan berlebih
- Menurunkan konsumsi alkohol berlebih
- Latihan fisik
- Menurunkan asupan garam
- Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak
Jenis-jenis obat antihiipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang
dianjurkan oleh JNC 7:
- Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist
(Aldo Ant)
- Beta Blocker (BB)
- Calcium Channel Blocker atau Calciu Antagonist (CCB)
8
- Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
- Angiotensin II Receptor Blocker atau AT, receptor antagonist/blocker
(ARB)
Indikasi dan kontraindikasi kelas-kelas utama obat antihipertensi menurut ESH
Kelas Obat Indikasi Kontraindikasi
Mutlak Tidak mutlak
Diuretika
(Thiazide)
Gagal jantung
kongestif, usia lanjut,
isolated systolic
hypertension, ras
Afrika
Gout Kehamilan
Diuretika (Loop) Insufisiensi ginjal,
gagal jantung
kongestif
Diuretika (anti
aldosterone)
Gagal jantung
kongestif, pasca infark
miokardium
Gagal ginal,
hiperkalemi
Penyekat β Angina pektoris, pasca
infark miokardium,
gagal jantung
kongestif,kehamilan,
takiaritmia
Asma, penyakit
paru obstruktif
menahun, A-V
block (derajat 2
atau 3)
Penyakit
pembuluh darah
perifer,
intoleransi
glukosa, atlit atau
pasien yang aktif
secara fisik
Calcium Antagonist
(dihydropiridine)
Usia lanjut, isolated
systolic hypertension,
angina pektoris,
penyakit pembuluh
darah perifer,
aterosklerosis karotis,
kehamilan
Takiaritmia,
gagal jantung
kongestif
Calcium
Antagonist
Angina pektoris,
aterosklerosis karotis,
A-V block (derajat
2 atau 3), gagal
9
(verapamil,
diltiazem)
takikardia
supraventikuler
jantung kongestif
Penghambat ACE Gagal jantung
kongestif, disfungsi
ventrikel kiri, pasca
infark miokardium,
non-diabetik
nefropati, nefropati
DM tipe 1, proteinuria
Kehamilan,
hiperkalemia,
stenosis arteri
renalis bilateral
Angiotensin II
receptor antagonist
(ATI-blocker)
Nefropati DM tipe 2,
mikroalbuminuria
diabetic, proteinuria,
hipertrofi ventrikel
kiri, batuk karena
ACEI
Kehamilan,
hiperkalemia,
stenosis arteri
renalis bilateral
Jika dalam 6 bulan target pengobatan (termasuk target tekanan darah) tidak
tercapai, harus dipertimbangkan untuk melakukan rujukan ke dokter spesialis
atau subspesialis. Bila selain hipertensi ada kondisi lain seperti diabetes
mellitus atau penyakit ginjal, baik American Diabetes Association (ADA)
maupun International Society of Nephrology (ISN) dan NKF menganjurkan
rujukan kepada seorang dokter yang ahli jika laju filtrasi glomerulus mencapai
<60 ml/men/1,73m2.
10
top related