bab ii studi literatur 2.1.1. pengertian...
Post on 30-Jan-2018
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
10
BAB II
STUDI LITERATUR
2.1. Usaha Mikro Kecil dan Menengah
2.1.1. Pengertian UMKM
Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan usaha yang
banyak berkembang di kalangan masyarakat Indonesia. Usaha ini memberikan
kontribusi yang cukup baik bagi perekenomian masyarakat kecil pada umumnya,
sehingga perlu perhatian khusus bagi pemerintah demi mendukung perkembangan
UMKM. Sesuai penjelasan dalam Undang-Undang No 9 Tahun 1995
mendefinisikan “UMKM sebagai kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan yang
memenuhi kriteria-kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta
kepemilikan sebagaimana yang telah ditentukan.”1
Batasan-batasan tentang UMKM diatur dengan jelas pada UU No 20
Tahun 2008 yang menyebutkan bahwa UMKM terbagi atas empat skala usaha.
Skala usaha dibedakan menjadi empat kelompok yaitu usaha mikro, usaha kecil,
usaha menengah, dan usaha besar. Definisi UMKM menurut UU No 20 tahun
2008 untuk masing-masing skala usaha adalah sebagai berikut :
“1. Usaha mikro adalah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha lain yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
ini.
2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
1 Budi Rachmat, 2005, Modal Ventura: Cara Mudah Meningkatkan Usaha Kecil &
Menengah, Ghalia Indonesia,Bogor, hal.14.
11
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
ini.
3. Usaha menengah adalah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha kecil atau usaha besar
yang memenuhi kriteria usaha menengah sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini.
4. Usaha besar adalah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
kecil yang memenuhi kriteria usaha besar sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini.”2
2.1.2. Kriteria UMKM
Suatu usaha dikatakan sebagai UMKM bila memenuhi kriteria-kriteria
tertentu sesuai yang telah ditetapkan. Pemerintah mengkategorikan UMKM
berdasarkan jumlah kekayaan dan omzet usaha seperti yang tertera dalam UU No
20 Tahun 2008. Kriteria-kriteria UMKM tersebut adalah sebagai berikut :
“1. Usaha mikro
a. memiliki omzet/tahun paling banyak Rp300.000.000,
b. memiliki asset paling banyak Rp50.000.000,- 2. Usaha kecil
a. memiliki omzet/tahun lebih besar Rp300.000.000,- sampai
Rp2.500.000.000,-
b. memiliki asset lebih besar Rp 50.000.000,- sampai Rp500.000.000,-
3. Usaha menengah
a. memiliki omzet/tahun lebih besar Rp2.500.000.000,- sampai Rp 50.000.000.000,-
b. memiliki asset lebih besar Rp500.000.000,- sampai
Rp10.000.000.000,- 4. Usaha besar
a. memiliki omzet/tahun lebih dari Rp50.000.000.000,
2 www.bi.go.id/id/tentang-bi/uu-bi/Documents/UU20Tahun2008UMKM.pdf, diakses 01
Agustus 2013, 10.47 WIB, hal.2.
12
b. memiliki asset lebih dari Rp 10.000.000.000,-“3
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), UMKM dapat dilihat dari batasan
jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan. Adapun pengertian UMKM menurut BPS
adalah :
“Usaha kecil merupakan suatu badan usaha yang memiliki jumlah tenaga
kerja 5 sampai 19 orang, usaha menengah memiliki tenaga kerja berkisar antara 20 sampai 99 orang, sedangkan lebih dari 100 orang
dikategorikan sebagai usaha besar.”4
Kriteria yang telah disebutkan diatas dapat dikatakan bahwa UMKM memiliki
batasan-batasan yang membedakan skala usaha satu dengan yang lainnya.
Perbedaan batasan suatu usaha dari kepentingan masing-masing tujuan peraturan
tersebut.
2.1.3. Kekuatan dan Kendala Perkembangan UMKM
Banyaknya UMKM di Indonesia sudah pasti memberikan dampak yang
baik bagi perekonomian rakyat Indonesia. Adanya UMKM dapat menyerap
tenaga kerja serta pemerataan pendapatan bagi masyarakat. Tentunya UMKM
tidak selalu berjalan mulus, tetapi ada kendala-kendala yang sering atau akan
dihadapi.
“Kendala yang dihadapi UMKM antara lain :
a) Kualitas sumber daya manusia rendah. b) Tingkat produktivitas dan kualitas produk/jasa rendah.
c) Kurangnya teknologi dan informasi.
d) Faktor produksi, sarana dan prasarana belum memadai.
e) Aspek pendanaan dan pelayanan jasa pembiayaan.
3 www.bi.go.id/id/tentang-bi/uu-bi/Documents/UU20Tahun2008UMKM.pdf, diakses 01
Agustus 2013, 10.47 WIB, hal.5-6. 4 Budi Rachmat, Op.cit. hal.16.
13
f) Iklim usaha yang belum mendukung.
g) Koordinasi pembinaan belum berjalan.”5
UMKM juga memiliki keunggulan keunggulan dibading usaha lain
disamping banyak kendala yang dihadapi. Keunggulan-keunggulan yang dimiliki
UMKM menjadi kekuatan dan motivasi para pelaku UMKM untuk terus
mengembangkan usahanya.
“Berikut adalah beberapa kelebihan yang dimiliki UMKM : a) Fleksibilitas Operasional
UMKM lebih fleksibel dalam operasional sehari-hari karena
sedikitnya anggota yang memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan sehingga menjadi tanggap terhadap
segala perubahan.
b) Kecepatan Inovasi Ide-ide atau kreatifitas yang muncul dapat segera
direalisasikan.
c) Struktur biaya rendah
UMKM merupakan bisnis yang masih berskala kecil sehingga biaya operasional usaha juga masih tergolong rendah
dibanding dengan usaha-usaha industri lain.
d) Kemampuan fokus di sektor yang spesifik Para pelaku UMKM biasanya fokus pada satu sektor yang
kemudian melakukan inovasi-inovasi dalam pengembangan
usahanya.”6
2.2. Sistem Pembukuan UMKM
2.2.1. Hakekat Sistem
Suatu sistem dibutuhkan untuk mempermudah aktivitas manusia. Sistem
banyak diterapkan diberbagai tempat baik di kantor, pasar, swalayan, stasiun,
maupun rumah. Sistem tidak hanya mengacu pada komputer, tetapi bisa juga ke
arah yang lebih sederhana dan sering dijumpaig diberbagai tempat yaitu sistem
jual beli. Pada dasarnya sistem dapat didefinisikan sebagai berikut :
5Budi Rachmat, Ibid, hal.21. 6www.citraleka.com, diakses 01 Agustus 2013, 10.17 WIB.
14
“Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling terkait atau
terpadu yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan. Elemen-
elemen yang membentuk sebuah sistem antara lain tujuan,
masukan (input), proses, keluaran (output), mekanisme
pengendalian, dan umpan balik (feedback). Setiap sistem
memiliki suatu tujuan tetapi dengan tujuan yang berbeda-beda.
Tujuan ini yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem.
Input pada sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam
sistem dan selanjutnya menjadi bahan untuk diproses. Proses
merupakan bagian yang melakukan transformasi dari input
menjadi output yang berguna. Hasil dari pemrosesan (output)
bisa berupa informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya.
Mekanisme pengendalian diwujudkan dengan menggunakan
umpan balik yang mencuplik output. Umpan balik dipakai untuk
mengendalikan baik masukan maupun proses. Hubungan antar
elemen dapat dilihat pada gambar berikut ini :”7
Gambar 2.1 Sistem perusahaan dan elemen-elemenya
Umpan balik
Sumber:Abdur Kadir,2003,hal.55
Sebuah sistem biasanya terdiri dari sistem-sistem yang lebih kecil. Sistem-
sistem yang berada dalam sebuah sistem itulah yang disebut subsistem.
Sedangkan supersistem adalah sistem yang lebih besar.8 Sistem bisa tergolong
sebagai sistem terbuka karena menerima masukan dan keluaran dari lingkungan.
Manusialah yang biasanya merancang dan mengoperasikan sistem sehingga
7 Abdul Kadir, 2003, Pengenalan Sistem Informasi, Andi Offset, Yogyakarta, hal.54-57. 8 Abdul Kadir, Ibid, hal.60-61.
Masukan Proses Keluaran
Mekanisme
Pengendalian
Tujuan
15
mendapat sebutan sistem buatan manusia. Sistem dapat dikatakan kompleks atau
sederhana tergantung pada implementasinya.
2.2.2. Pengertian Sistem Pembukuan
Salah satu sistem yang krusial dalam perusahaan yaitu sistem pembukuan
yang nantinya akan menghasilkan informasi keuangan dan dipakai oleh banyak
pihak. “Menurut Golrida pembukuan merupakan proses pencatatan transaksi-transaksi
(kejadian) keuangan dalam buku-buku yang diperlukan.”9
Pengetahuan mengenai sistem pembukuan menjadi modal dasar bagi para
pelaku bisnis untuk pengelolaan usaha dari sisi finansial. Dengan adanya sistem
pembukuan, para pelaku bisnis dapat mengkalkulasi, mengkontrol serta mengatur
keseluruhan transaksi keuangan yang terjadi selama keberlangsungan usahanya.
Terdapat dua sistem pembukuan akuntansi yang telah digunakan selama ini yaitu:
“Pencatatan transaksi tidak hanya mencatat pengaruhnya pada satu
perkiraan tapi juga dilakukan pencatatan pada perkiraan lainya. Persamaaan double entry bookeeping adalah sebagai berikut :
Harta=Utang+Modal.”10
”Menurut Yuji Ijiri (1996) dalam sistem single entry transaksi hanya mencatatat dalam satu pos atau satu kali yang tidak menimbulkan
pengaruh pada pos lain. Metode ini sama seperti pencatatan
informasi biasa sehingga tampak seperti laporan. Keuntungan dari single entry bookeeping adalah :
Pencatatan transaksi dan penyimpanan sederhana dan tidak
memerlukan keahlian khusus
Biaya menggunakan sistem ini cukup minimal
Untuk menyusun laporan keuangan yang hanya untuk keperluan
perpajakan atau kredit yang sederhana Sedangkan kelemahanya adalah :
9 Golrida.K, 2008, Akuntansi Usaha Kecil Untuk Berkembang, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, hal.11. 10 Sofyan Syafri.H, 2002, Teori Akuntansi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.31.
16
Kesulitan dalam pengecekan validitasdan akurasi dalam
pencatatan dan pembukuan dalam neraca percobaan
Kemungkinan data dan informasi yang hilang sewaktu menyusun
laporan keuangan
Dibutuhkan upaya rumit dalam melakukan analisa transaksi
untuk menyusun laporan keuangan
Tidak bisa memberikan sistem yang baik untuk peningkatan
pengawasan intern perusahaan.”11
Pembukuan penting dilakukan bagi pelaku usaha baik perusahaan yang
sudah besar ataupun yang masih kecil, tidak terkecuali pelaku Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM). Perbedaan pembukuan pada suatu perusahaan adalah
pencatatannya yang didasarkan pada kebutuhan masing-masing. Tujuan perlu
adanya pembukuan suatu usaha digunakan untuk mengetahui laba yang
dihasilkan, biaya operasi, dan penjualan dalam satu periode, utang yang harus
dibayar dan lain sebagainya. Aktivitas-aktivitas usaha UMKM masih tergolong
sederhana dan modal pemilik relatif kecil sehingga membutuhkan pembukuan
tetapi tidak kompleks. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan informasi
keuangan bagi pihak internal dan pihak eksternal yang berkepentingan.
2.2.3. Manfaat Pembukuan bagi UMKM
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) perlu memahami pentingnya
melakukan administrasi keuangan. Selain manfaat pribadi bagi pemilik untuk
kelangsungan usaha, pembukuan juga memberikan manfaat bagi pihak luar.
“Manfaat yang diperoleh dengan adanya pembukuan diantaranya: a. Mempermudah pelaksanaan usaha
Kendala yang akan diadapi UMKM jika tidak melakukan
pembukuan dengan baik dan rapi adalah : - Kesulitan dalam penentuan harga pokok penjualan
11 Sofyan Syafri.H, Ibid, hal.42-43.
17
- Kesulitan pengendalian atas pengeluaran
- Penjualan atau piutang yang tidak dibayar
- Kesulitan mencari sumber dana (bank)
b. Evaluasi kinerja untuk memudahkan pelaku usaha mengevaluasi dan melakukan perbaikan perusahaan mendatang.
c. Perencanaan yang lebih efektif yaitu pengusaha dapat
merencanakan usaha ke depanya dengan melihat keadaan keuangan sebelumnya sebagai referensi.
d. Pemeriksaan dari pihak luar terutama dari pihak pajak.”12
Manfaat utama dilakukanya administrasi keuangan (pembukuan) pada
UMKM yaitu untuk mempermudah pelaksanaan usaha baik untuk penentuan
harga sampai dengan pengendalian biaya. Pembukuan juga digunakan sebagai alat
evaluasi usaha yang dapat dilihat dari target omzet penjualan dan efisiensi biaya.
Selain itu, adanya ketentuan perpajakan UMKM tidak dapat menghindarkan
pelaku UMKM untuk tidak berhubungan dengan pihak luar yaitu perpajakan.
Perhitungan pajak didasarkan pada omzet usaha yang tidak terlepas dari
pembukuan/pencatatan. Maka suatu usaha harus dapat menyelenggarakan
pembukuan dengan baik, sehingga ketika pelaporan usaha dapat
dipertanggungjawabkan kepada pihak luar dengan akurat.
2.2.4. Sistem Pembukuan UMKM
Pembukuan yang baik harus dapat menghasilkan informasi keuangan yang
dibutuhkan. Sebuah sistem pembukuan dirancang untuk mempermudah para
pelaku usaha untuk mengelola, mengawasi, dan melakukan pengendalian
keuangan. Sistem ini dirancang sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan khusus
seperti jenis usaha, skala usaha maupun faktor lingkungan. Semakin besar suatu
12Golrida.K, Ibid, hal.14-15.
18
usaha semakin kompleks pembukuannya. Semakin kecil suatu usaha semakin
sederhana sistem pembukuannya seperti contoh proses pembukuan UMKM.
“Usaha kecil pada umumnya membutuhkan informasi untuk mengetahui apakah usaha
yang dilakukan menghasilkan laba atau tidak, dan informasi mengenai harta, utang, dan
modal perusahaan.”13
Atas dasar kebutuhan informasi yang telah disebutkan maka pembukuan
pada UMKM meliputi perhitungan laba, pencatatan harta, utang, dan modal. Laba
suatu usaha pada waktu tertentu dapat diketahui jika ada pencatatan dan beban
dalam suatu periode tertentu. Usaha dapat dikatakan laba apabila pendapatan lebih
besar dari beban, dan rugi apabila pendapatan lebih kecil dari biaya yang
dikeluarkan perusahaan. Atau dirumuskan sebagai berikut:
Posisi keuangan suatu usaha digambarkan dari harta, utang dan modal
usaha. Harta perusahaan meliputi kas, pitang, peralatan, perlengkapan, atau harta
lain yang menunjang usaha UMKM. Modal UMKM bisa bersumber dari modal
pemilik/perorangan ataupun hutang baik bank maupun hutang lainya. Harta
merupakan penjumlahan hutang dan modal yang dirumuskan sebagai berikut:
Terdapat lima dasar pencatatan dalam pembukuan yaitu pendapatan,
beban, harta, hutang, dan modal. Kelima komponen tersebut menjadi kerangka
pembukuan yang kemudian dicatat secara detail. Informasi yang lebih rinci dapat
dihasilkan dengan membuat akun-akun sesuai kebutuhan. Pencatatan transaksi
13Golrida.K, Ibid, hal.11.
19
harus didasarkan pada bukti transaksi seperti nota faktur, kwitansi, bukti transfer,
dan lain-lain. Bukti transaksi ini sebagai bukti pertanggungjawaban bahwa
transaksi yang tercatat benar-benar ada (bukti otentik). Selain mencatat
pemasukan dan pengeluaran usaha, pelaku usaha juga menentukan harga pokok
produk (HPP). Perhitungan HPP usaha dagang dengan usaha produksi berbeda.
Perbedaan tersebut terletak pada perhitungan hpp. perhitungan hpp untuk usaha
produksi adalah sebagai berikut:
“Usaha dagang perhitunganya HPP lebih sederhana yaitu : Pembelian neto Rp xxx
Persediaan awal Rp xxx +
Barang siap dijual Rp xxx Persediaan akhir Rp xxx –
HPP Rp xxx
Perhitungan HPP untuk usaha produksi adalah : Biaya bahan baku Rp xxx
Biaya tenaga kerja Rp xxx
Biaya overhead Rp xxx + Total biaya Rp xxx
Persediaan barang jadi awal Rp xxx +
Barang siap untuk dijual Rp xxx Persediaan barang jadi akhir Rp xxx –
HPP Rp xxx .“14
UMKM perlu menetapkan siklus akuntansi untuk menunjang
terlaksananya pembukuan dengan baik. Siklus akuntansi adalah proses pencatatan
dari bukti transaksi hingga penyusunan laporan keuangan.“Dalam akuntansi
UMKM terdapat 2 siklus akuntansi yang terdiri dari siklus selama periode berjalan dan
siklus pada akhir periode. Adapun penyajian siklusnya sebagai berikut: “15
14Golrida.K, Ibid, hal.18-22. 15 Warsono,dkk, 2010, Akuntansi UMKM Ternyata Mudah Dipahami&Dipraktikan,
Asgard Chapter, hal.17.
20
Gambar 2.2 Siklus Akuntansi UMKM
Umpan Balik
Siklus akuntansi diawali dengan transaksi sampai dengan pembuatan
bukti transaksi yang kemudian dicatat dalam jurnal dan buku besar. Mulai dari
buku besar tersebut disusunlah neraca saldo untuk memudahkan dalam membuat
laporan keuangan. Neraca saldo merupakan kumpulan rekening atau akun-akun
untuk penyusunan laporan keuangan. Sebelum menyusun laporan keuangan perlu
koreksi/penyesuaian atas pencatatan yang sudah dilakukan. Koreksi atau
penyesuaian tersebut dilakukan pada kertas kerja yang terdiri dari kolom neraca
saldo, kolom penyesuaian, dan kolom laporan keuangan. Penyusunan neraca saldo
dan kertas kerja (neraca lajur) sebenarnya bukan sebuah keharusan bagi UMKM
untuk menyusun kertas kerja. Tujuan penyusunan tersebut untuk meningkatkan
INPUT PROSES OUTPUT
Transaksi
Identifikasi
transaksi
Pengukuran
transaksi
Dokumentasi
Penulisan buku harian
Transaksi
Pencatatan jurnal
Buku besar
Daftar saldo sebelum
penyesuaian
Pencatatan penyesuaian
Daftar saldo setelah
penyesuaian
Jurnal Penutup
Laporan laba/rugi
Laporan perubahan
ekuitas
Neraca
Laporan arus kas
Mekanisme
Pengendalian
Memenuhi kebutuhan
informasi para pengguna
21
keakuratan penghitungan dan mempermudah penyusunan laporan keuangan.
Setelah penyusunan laporan keuangan dalam siklus akuntansi yaitu menutup
buku. Sesuai dengan pernyataan diatas akun-akun yang harus ditutup adalah akun
yang ada di laporan laba/rugi atau segala pendapatan dan beban dalam satu
periode. Pencatatan jurnal pembalik ini dilakukan untuk meminimalkan resiko
kesalahan pencatatan pada periode berikutnya.
“Akuntansi mensyaratkan akun-akun yang berhubungan dengan
pendapatan dan beban selama satu periode harus ditutup pada akhir periode tersebut sehingga laba/rugi periode berikutnya benar-benar
berasal dari pendapatan dan beban yang terjadi selama periode yang
dimaksud.”16
2.2.5. Laporan Keuangan
Laporan keuangan memiliki peran strategis baik bagi pihak intern, pihak ekstern,
dan pemerintah. Bagi pihak intern laporan keuangan digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan untuk perkembangan usaha. Pihak ekstern seperti bank
dan investor juga menggunakan laporan keuangan untuk pengambilan keputusan
kaitanya dengan penanaman modal dan pemberian pinjaman. Sedangkan bagi
pihak pemerintah, laporan keuangan membantu dalam kaitan sistem perpajakan
untuk menghitung besaran pajak terutang badan usaha. Oleh karena itu,
penyususnan laporan keuangan harus dialakukan oleh setiap UMKM.
Pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah(UMKM) laporan keuangan
dipakai untuk menilai kinerja dan menentukan keberlangsungan usaha dan untuk
membuat laporan keuangan bulanan. Laporan keuangan usaha meliputi laporan
laba/rugi, neraca, laporan perubahan modal, laporan arus kas, dan catatan atas
16Golrida.K, Op.cit, hal.88.
22
laporan keuangan. Namun, pada usaha kecil informasi keuangan yang dilaporkan
biasanya hanya laporan laba/rugi, dan arus kas saja.
Laporan laba rugi disusun dengan menyajikan pendapatan dikurangi
beban-baban usaha yang terjadi dalam satu periode. Menurut Golrida.K Bentuk
laporan laba/rugi untuk jenis usaha produksi sebagai berikut :
“Usaha Produksi/Indutri ...
Laporan Laba/Rugi
Periode yang berakhir per tanggal......
Penjualan Rp xxxx Pemakaian bahan baku Rp xxxx
Tenaga kerja langsung Rp xxxx
Biaya overhead Rp xxxx- Tersedia untuk dijual Rp xxxx
Sediaan awal barang jadi Rp xxxx
Sediaan akhir barang jadi (Rp xxxx)- Harga Pokok Penjualan (Rp xxxx)
Laba kotor Rp xxxx
Beban-beban usaha Rp xxxx
Laba usaha Rp xxxx”17
Penyusunan Laporan laba/rugi untuk mengetahui pendapatan yang
diperoleh dan beban yang dikeluarkan dalam satu periode akuntansi. Pendapatan
yang dimaksud adalah seluruh pendapatan baik dalam usaha perdagangan (omzet
penjualan), usaha jasa (omzet jasa usahanya) dan pendapatan diluar usaha. Begitu
pula untuk beban perusahaan yang dikeluarkan terdiri dari beban dalam usaha
maupun beban diluar usaha.
“Hasil penjualan atau pendapatan jasa menunjukan jumlah hasil penjualan kepada pembeli selama satu periode akuntansi, dikurangi
penjualan return dan potongan-potongan.” 18
17Golrida.K, Ibid, hal.82. 18 Zaki Baridwan, Op.cit, hal.30.
23
Omzet pendapatan/penjualan yang dimaksud diatas berasal dari harga jual
dikali kuantitas barang yang terjual atau pendapatan atas jasa yang dikeluarkan.
Omzet inilah yang akan dikenai pajak penghasilan (PPh) bersifat final. Pengakuan
pendapatan oleh perusahaan akan menentukan jumlah omzet yang diperoleh.
Laporan keuangan berupa omzet yang berkualitas dapat dihasilkan melalui sistem
pembukuan yang baik dan memenuhi karakteristik kualitatif menurut Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) yaitu:
“Terdapat empat karakteristik kualitatif laporan keuangan
menurut IAI yaitu :
1 . Dapat dipahami
Informasi yang berkualitas adala informasi yang dengan
mudah dan segera dapat dipahami oleh pemakainya.
2. R
elevan
Informasi mempunyai kualitas relevan bila dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai, dengan cara
dapat berguna untuk mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa kini, atau masa depan.
3. K
eandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari penertian
menyesatkan, dan dapat diandalkan pemakai sebagai
penyajian yang jujur/wajar sesuai dengan seharusnya.
Keandalan informasi dipengaruhi oleh beberapa sebab yaitu
penyajian jujur, substansi mengungguli bentuk, netralitas,
pertimbangan sehat, dan kelengkapan.
4. D
apat diperbandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan
perusahaan antar periode untuk mengevaluasi kinerja
perusahaan.”19
Karakteristik kualitatif dari IAI merupakan salah satu standar yang dibuat
agar data yang disajikan pada laporan keuangan mempunyai kualitas tertentu dan
19Zaki Baridwan, loc.cit, hal.5-7.
24
bermanfaat bagi pemakainya. Adanya standar ini diharapkan akan membantu para
pemakai maupun pembuat informasi keuangan sebagai pertimbangan dalam
pengambilan keputusan usaha.
2.3. Perpajakan
2.3.1. Pengertian Pajak
Pajak pada dasarnya merupakan sumber pendapatan negara yang berasal
dari rakyat dan akan kembali pada rakyat. Pajak yang dihasilkan melalui pajak
daerah maupun pajak pusat nantinya akan dipergunakan dalam mensejahterakan
rakyat dengan pelaksanaan pembangunan maupun program-program pemerintah.
Pelaksanaan pajak diatur oleh pemerintah mulai dari subyek pajak, obyek pajak,
dan yang menjadi wajib pajak. Selain itu, pelaksanaan pajak mengenai tarif yang
dikenakan, penyetoran, serta sanksi bagi para pelanggar pajak juga ditetapkan
dalam peraturan oleh pemerintah. “Pajak adalah pemberian harta kekayaan rakyat,
dan atau badan usaha untuk membiayai kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh
negara.”20
“Pajak adalah pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor
pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib
dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar
pemerintah dapat melaksanankan tugas-tugasnya untuk menjalankan
pemerintahan (Moh.Zain:2005)21
Berdasarkan pengertian tersebut, pajak dipungut atas dasar ketentuan
undang-undang, yang bersifat paksaan, tidak dapat dirasakan manfaatnya secara
20Saputro Hirmawan, 2012, Pengaruh Pemahaman Dan Persepsi Wajib Pajak Mengenai
Petugas Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM, Skripsi, Universitas Pembangunan
Veteran, Jawa Timur, hal.19. 21 Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, 2006, Perpajakan:Konsep, Teori, dan Isu,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hal.22.
25
langsung melainkan untuk pembiayaan umum pemerintah. Pajak digunakan untuk
pembangunan infrastruktur umum dan program-program pemerintah demi
tercapainya masyarakat yang sejahtera.“Pajak memiliki kegunaan dan manfaat pokok
dalam meningkatkan kesejahteraan umum, suatu negara tidak akan mungkin
menghendaki merosotnya kehidupan ekonomi masyarakatnya.”22
Pembayaran pajak kepada negara tidak diwajibkan untuk semua orang.
Hanya orang atau badan yang sudah memenuhi subyek dan obyek pajak yang
menjadi wajib pajak. Undang-undang nomor 17 tahun 2000 tentang pajak
penghasilan subyek pajak bisa terdiri dari subyek pajak dalam negeri dan subyek
pajak luar negeri. Subyek pajak dalam negeri terbagi atas subyek pajak orang
pribadi, badan, dan warisan belum terbagi. Sedangkan subyek pajak luar negeri
terbagi atas subyek pajak orang pribadi dan badan baik melalui Badan Usaha
Tetap (BUT) dan selain BUT.
“Suyek pajak dalam negeri merupakan orang atau badan yang bertempat tinggal atau didirikan di Indonesia yang memperoleh
penghasilan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Warisan yang
belum terbagi (dalam negeri ) dikatakan sebagai subyek pajak jika
pewaris sebelum meninggal dunia berdomisili Indonesia dan warisanya belum terbagi. Sedangkan subyek pajak luar negeri yaitu orang atau
badan yang tidak berdomisili Indonesia yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia atau menerima penghasilan dari Indonesia tanpa melalui BUT Indonesia.”
23
Pajak dikenakan untuk semua wajib pajak badan maupun perseorangan
dengan ketentuan perpajakan yang ditetapkan. Pengenaan pajak bagi badan atau
22 Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, Ibid, hal.25. 23 Muda Markus, 2005, Perpajakan Indonesia Suatu Pengantar, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, hal.18-19.
26
perseorangan yaitu wajib pajak yang mempunyai penghasilannya diatas
penghasilan tidak kena pajak. Mereka yang mempunyai penghasilan kurang dari
penghasilan kena pajak tidak dikenakan pajak.
“Penghasilan sebagai objek pajak yaitu pajak dikenakan atas setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib
pajak dari manapun asalnya yang digunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak.”
24
“Penghasilan yang menjadi obyek pajak lebih diperinci dalam pasal 4 ayat (1) UU PPh Nomor 36 adalah sebagai berikut :
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau
jasa yang diterima termasuk gaji, upah, tunjangan,
honorarium,komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan bentuk lain, kecuali ditentukan lain dalam UU
b. Hadiah dari undian, pekerjaan, atau hadiah penghargaan
c. Laba usaha d. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta :
1) Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,
persekutuan, dan badan lainya, sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
2) Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang
saham,sekutu atau anggota yang diperoleh peseroan,
persekutuan, atau badan lainya 3) Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau
reorganisasi dengan nama dalam bentuk apapun 4) Keuntungan karena pengalihan harta seperti hibah, bantuan
atau sumbangan kecuali diberikan kepada keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat dan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi,
atau orang pribadi, yang menjalankan usaha mikro dan
kecil, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, penguasaan, diantara pihak-pihak yang bersangkutan
5) Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian
hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan, dalam perusahaan pertambangan.”
25
Berdasarkan ketentuan perpajakan salah satu diantaranya yang menjadi
wajib pajak dalam negeri adalah pelaku bisnis Usaha Mikro Kecil dan Menengah
24 Waluyo, 2010, Akuntansi Pajak, Salemba Empat, Jakarta, hal.190 25 Agoes Sukrisno dkk, Op.cit, hal.187.
27
(UMKM). UMKM sebagai subyek pajak karena merupakan badan yang
melakukan kegiatan produksi menghasilkan pendapatan usaha. Pendapatan usaha
tersebut sebagai objek pajak penghasilan yang akan dikenakan pajak sesuai
ketentuan yang berlaku. Penentuan realisasi pengahasilan dalam perpajakan
menggunakan dua metode pembukuan yaitu berdasarkan akrual basis atau kas
basis.“Pendekatan akrual basis mengakui penghasilan / pendapatan pada saat diperoleh,
sedangkan untuk kas basis mengakui penghasilan / pendapatan pada saat diterima.”26
“Pemakaian stesel kas dapat mengakibatkan perhitungan yang
mengaburkan terhadap penghasilan , yaitu besarnya penghasilan dari
tahun ke tahun dapat disesuaikan dengan mengatur penerimaan dan pengeluaran kas. Sehingga perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1) Perhitungan penjualan dalam satu periode harus meliputi
seluruh penjualan baik tunai maupun bukan. Dalam menghitung harga pokok penjualan harus diperhitungkan seluruh pembelian
dan persediaan.
2) Dalam memperoleh aktiva yang dapat disusutkan dan hak yang
dapat diamortisasi,biaya yang dikurangkan dari penghasilan hanya dapat dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi.
3) Pemakaian stesel kas harus secara taat asas (konsisten).”27
Kedua pendekatan penentuan realisasi pendapatan ini akan mempengaruhi kapan
suatu pengahasilan/pendapatan dalam suatu badan usaha diakui sebagai hak
perusahaan. Hal ini nantinya akan merujuk pada besaran pendapatan yang akan
menentukan besaran pajak yang harus dibayarkan.
26Agoes Sukrisno dkk, Ibid, hal.187. 27 Anastasya Diana,dkk, 2004, Perpajakan Indonesia:Konsep,Aplikasi, dan Penuntun
Praktis, Andi Offset, Yogyakarta, hal.34.
28
2.3.2. Kepatuhan dan Manfaat Perpajakan
Pelaksanaan perpajakan akan berjalan lancar apabila ada kesadaran dari
wajib pajak untuk membayar pajak. Oleh karena itu, kepatuhan diperlukan dalam
proses pemungutan pajak agar penerimaan pajak yang dihasilkan dapat optimal.
Kepatuhan diartikan sebagai ketaatan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.
“Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela (voluntary of compliance) merupakan tulang punggung sistem self
assesment, dimana wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri
kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajaknya tersebut (Machfud Sidik).
28
“Menurut Chaizi Nasucha, kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi dari :
- Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri
- Kepatuhan untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan - Kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang
- Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.”29
Kesadaran memenuhi kewajiban pajak tidak hanya dipengaruhi masalah
teknis pemungutan pajak melainkan juga kemauan wajib pajak untuk
mematuhinya. Oleh karena itu, perlu adanya pengetahuan dan pemahaman
ketentuan perpajakan. Jika pengetahuannya tinggi, maka pemahaman perpajakan
akan terserap baik sehingga pemenuhan kewajiban pajak menjadi lebih baik.
“Hambatan pemungutan pajak sering kali diwujudkan dalam bentuk
perlawanan pasif dan perlawanan aktif. Perlawanan pasif timbul dari
kondisi struksur perkonomian, kondisi sosial masyarakat, intelektual masyarakat, moral, dan sistem pemungutan pajak. Perlawanan aktif
28 Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, Op.cit, hal.110. 29 Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, Ibid, hal.111.
29
meliputi pengindaran pajak secara legal (tax avoidance) dengan
meminimalisasi jumlah pajak yang dibayar dan penghindaran secara
ilegal (tax evasion) dengan penyelundupan pajak.”30
UMKM sebagai wajib pajak tentu harus melaksanakan hak dan
kewajibanya. Kesadaran akan pentingnya membayar pajak perlu ditanamkan pada
setiap wajib pajak khususnya dalam hal ini adalah UMKM sehingga
pelaksanaannya dapat berjalan lancar. Terkait dengan hal tersebut, maka UMKM
perlu mengetahui manfaat dari pembayaran pajak.
“Wajib pajak yang berpredikat patuh dalam pemenuhan kewajiban
perpajakannya akan mendapat kemudahan dan fasilitas yang lebih dibandingkan dengan pemberian pelayanan pada wajib pajak yang
belum atau tidak patuh. Fasilitasnya sebagai berikut :
- Pemberian batas waktu penerbitan surat keputusan pengembalian kelebihan pajak (SKPPKP) paling lambat 3 bulan sejak diajukan
permohnan untuk PPh, dan 1 bulan untuk PPNtanpa penelitian
dan pemeriksaan oleh Dirjen Pajak.
- Adanya kebijakan percepatan penerbitan SKPPKP paling lambat 2 bulan untuk PPh dan 7 hari untuk PPN.”
31
Selain manfaat diatas secara khusus UMKM memperoleh manfaat
diantaranya untuk program pengembangan UMKM melalui Disperindagkop dan
permodalan UMKM. Seperti yang dikemukakan oleh Direktorat Jendral Pajak dan
Menteri Koperasi dan UMKM yaitu :
“Direktorat Jendral Pajak (DJP) menjelaskan bahwa Anggaran Pemerintah Belanja Negara (APBN) juga digunakan untuk
kepentingan permodalan UMKM yang disalurkan melalui Kementrian
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUKM).”32
30Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, Ibid, hal.115-120. 31Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, Ibid, hal.114. 32 www.pajak.go, 2013, diakses 01 Agustus 2013, 10.15 WIB.
30
“Menteri Koperasi dan UMKM mengatakan bahwa dengan membayar pajak otomatis
akan memiliki NPWP sehingga pelaku UMKM akan lebih mudah dalam mendapatkan
kredit perbankan.”33
2.3.3. Ketentuan Peraturan Perpajakan UMKM
2.3.3.1.Pajak Penghasilan UMKM
Ketentuan peraturan perpajakan mengenai UMKM sudah jelas diatur
dalam undang-undang maupun peraturan pemerintah. Menurut peraturan pajak
dalam UU No 48 2008 pasal 14 menyebutkan pengusaha makro kecil dan
menengah dengan omzet dibawah 4,8 milyar boleh melakukan penghitungan
pajak berdasarkan norma perhitungan. Akan tetapi hal ini diatur dengan selektif
oleh aparat pajak. Paling tidak pengusaha kena pajak diwajibkan untuk melapor
terlebih dahulu.
Ketentuan perpajakan mengenai tarif pengenaan pajak UMKM
diperbaharui dengan ditetapkanya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
yang isinya pajak UMKM sebesar 1% dari peredaran bruto/omzet. Pajak
pengahsilan yang dikenakan kepada UMKM besifat final.“Pengenaan pajak yang
bersifat final berarti bahwa PPh yang telah dipungut / dipotong oleh pihak lain tidak
dapat dikreditkan atau dikurangkan dari total PPh terutang pada akhir tahun.”34
“Dalam PP No. 46 Tahun 2013 ini disebutkan wajib pajak yang
memiliki peredaran bruto tertentu sebagaimana yang dimaksud adalah Wajib Pajak yang memenuhi kriteria :
1. Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan tidak
termasuk bentuk usaha tetap
33 www.okezone.com;2013, diakses 20 Februari 2014, 12.00 WIB. 34Agus Sukrisno, Op.cit, hal.191.
31
2. Menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk
penghasilan jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan
peredaran bruto tidak melebihi 4,8 M dalam satu tahun
3. Bagi pelaku UMKM yang peredaran brutonya melebihi 4,8 M tetap dikenakan tarif sama sesuai ketentuan yang baru.”
35
Tarif PPh UMKM ini diberlakukan untuk semua kalangan UMKM yang
omzetnya berkisar diatas Rp 300.000.000,- sampai dengan 4, 8 milyar, kecuali
para pedagang kaki lima. Menurut Direktur Jenderal Pajak Kementerian
Keuangan Fuad Rahmany dalam kompas.com/2013/07/17 mengatakan bahwa
dengan diberlakukanya ketentuan pajak UMKM terbaru, dimaksudkan untuk
memudahkan UMKM dalam melakuakan pemungutan pajak.
2.3.3.2.Pajak Pertambahan Nilai
Perpajakan Mengenai Usaha Kecil tidak hanya mengatur Pajak
Pengahsilan (PPh), tetapi juga mengatur mengenai Pajak Pertambahan Nilai
(PPN). Tidak semua pengusaha diwajibkan untuk membayar PPN, kecuali bagi
pengusaha kena pajak yang melakukan transaksi penyerahan barang atau jasa
kena pajak. Penyerahan dalam hal ini termasuk penyerahan barang atau jasa kena
pajak di dalam daerah pabean, barang ekspor, maupun barang impor.
“Yang termasuk dalam kelompok barang tidak kena pajak (Pasal 4A ayat 1 UU PPN ) adalah barang hasil pertambangan, barang-barang
kebutuhan pokok, makanan dan minuman yang disajikan di
hotel/restoran, uang, emas, dan surat-surat berharga”.36
35 www.pajak.com sumber:detik.com,diakses 8 Juli 2013, 09.37 WIB. 36 Muda Markus,Op.cit, hal.320-321.
32
Barang-barang yang disebutkan diatas termasuk barang tidak kena pajak yang
berarti barang-barang kecuali yang disebutkan termasuk dalam kelompok barang
kena pajak. Barang kena pajak tersebut akan dikenai PPN sesuai tarif yang
berlaku.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010
Mengenai Batasan Pengusaha Kecil Pajak Pertambahan Nilai menyebutkan bahwa
pengusaha kecil adalah pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah
peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp 600.000.000,-.
Pasal 2 dijelaskan pengusaha tersebut tidak diwajibkan melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan tidak wajib memungut,
menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah yang terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
Jasa Kena Pajak yang dilakukannya. Berbeda dengan pengusaha yang dikukuhkan
sebagai pengusaha kena pajak maka akan dikenakan tarif pajak PPN.
“Kewajiban terhadap pengusaha yang melakukan penyerahan barang
kena pajak atau penyerahan jasa kena pajak dalam daerah pabean/ melakukan ekspor barang kena pajak dan pengusaha kecil yang
dikukuhkan sebagai PKP diwajibkan untuk melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai PKP dengan Memungut pajak yang terutang dan menyetorkan PPN yang masih harus dibayar”
37
Pelaku usaha yang penghasilanya diatas Rp 600.000.000,- wajib
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dimana harus memungut,
menyetorkan dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) seperti yang
37 Waluyo, Op.cit, hal.277.
33
tercermin dalam pernyataan diatas. Pemungutan pajak PPN atas transaksi jual beli
oleh pengusaha kena pajak dimulai dengan pengisian faktur pajak. Pemungutan
ini dilakukan setiap akhir bulan sekali.
2.3.4. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Kewajiban pertama yang harus dilakukan sebagai wajib pajak sesuai
ketentuan UU KUP yaitu mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
setempat guna mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
“NPWP adalah suatu sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai identitas wajib pajak (WP) dalam melakukan
pembayaran, pelaporan pajak, dan pengawasan terhadap WP demi
tertibnya administrasi perpajakan.”38
Pengusaha yang ditugaskan untuk memungut PPN/PPnBM juga harus
dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak melalui Surat Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak (SP PKP). Hal ini sudah jelas disebutkan dalam peraturan PPN. Para
pengusaha kecil atau UMKM yang menjadi wajib pajak sejak diterimanya NPWP
atau SP PKP harus menghitung, menyetorkan pajak dengan mengisi Surat Setoran
Pajak (SSP), dan melaporkan pajak terutangnya dengan mengisi formulir Surat
Pemberitahuan Pajak (SPT). “Wajib pajak harus menyetorkan pajak ke kas negara
dengan cara mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) di kantor pajak terdekat, dan penyetoran
melalui bank persepsi atau kantor pos.”39
Formulir SPT pada pajak ada dua macam yaitu SPT Masa dan SPT
Tahunan. SPT masa digunakan untuk melaporkan pajak dalam suatu masa pajak
38 Muda Markus, Ibid, hal.377. 39 Muda Markus, Ibid, hal.378.
34
(bulan). Sedangkan SPT tahunan digunakan wajib pajak untuk pelaporan pajak
dalam satu tahun pajak. Seringkali terjadi pelanggaran ataupun kesulitan-kesulitan
dalam pemungutan pajak. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara
yang terbesar, maka ketertiban pembayaran pajak oleh wajib pajak perlu
ditingkatkan. Peningkatan tersebut dilakukan dengan memberikan sosialisasi
pengetahuan tentang pajak dikalangan masyarakat luas agar mereka menyadari
pentingnya membayar pajak. Bukan hanya pengetahuan pentingnya membayar
pajak dan tarif pajak yang berlaku, tetapi cara penyetoran dan sanksi bagi
pelanggar pajak juga penting diketahui oleh wajib pajak. “Wajib Pajak (WP)
menyetorkan pajak melewati tanggal jatuh tempo penyetoran, maka ia dikenai sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dari pajak yang terlambat disetor”40
Sesuai ketentuan perpajakan diatas tanggal jatuh tempo penyetoran
dilakukan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dan pelaporan paling lambat
tanggal 20 bulan berikutnya dengan mengisi SPT Masa sesuai peraturan
penyetoran pajak PPh. Bagi wajib pajak yaitu pelaku UMKM yang tidak setor
pajak akan dikenakan sanksi yaitu denda 2% dari pajak terutangnya seperti
pernyataan diatas. Hal ini dimaksudkan agar wajib pajak mematuhi peraturan yang
sudah ditetapkan oleh negara.
“Sanksi pidana kurungan paling lama satu tahun atau denda paling
tinggi 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar
bagi setiap wajib pajak yang : a. Tidak menyampaikan SPT
b. Menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar/ tidak lengkap
40 Muda Markus, Ibid, hal.379.
35
c. Menyuruh melakukan, turut serta melakukan, menganjurkan, atau
membantu tidak pidana di bidang perpajakan. “41
“Apabila SPT tidak disampaikan sesuai batas waktu, maka : - Diterbitkan surat teguran
- Dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp 50.000,-untuk
SPT massa dan Rp 100.000,- untuk SPT tahunan.”42
2.4. Pentingnya Pembukuan Dalam Perpajakan
Pelaksanaan pemajakan atau mekanisme yang dianut perpajakan di
Indonesia yaitu menggunakan beberapa sistem diantaranya self assesment
system,withholding system, dan collecting system. Ketiganya sama-sama
digunakan untuk jenis pajak yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya untuk pajak
penghasilan menggunakan self assesment system.
“Self assesment system adalah suatu sistem yang menentukan bahwa
rakyat yang memenuhi syarat sebagai wajib pajak secara otomatis harus menghitung dan menetapkan sendiri berapa besaran utang
pajaknya, menyetorkan ke kas negara, dan mempertanggungjawabkan
perhitungan, penetapan, dan pembayaran pajak kepada otoritas perpajakan yang disebut fiskus (Pasal 12 UU KUP).”
43
Penentapan sistem ini benar-benar harus diperhatikan dan diawasi oleh
aparat pajak, apakah sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau belum.
Wajib pajak menghitung dan melaporkan sendiri besaran pajak yang harus
disetorkan ke kas negara, sehingga ketelitian dan pemahaman mengenai
pembukuan maupun pencatatan keuangan perusahaan sangat dibutuhkan untuk
penentuan besaran pajak yang benar dan tidak adanya kecurangan. Hal itu yang
mendasari pembukuan merupakan aspek terpenting dalam sistem pembayaran
41 Muda Markus, Ibid, hal.399. 42 AnastasyaDiana,dkk, Op.cit, hal.11. 43 Muda Markus, Op.cit, hal.375.
36
pajak. Menurut Ketentuan Umum Perpajakan No.16 tahun 2009 pasal 1 ayat 29
dan pasal 4 ayat 4 yang menyatakan bahwa :
“Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang
meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup
dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba
rugi pada setiap tahun pajak berakhir.”44
“Pencatatan adalah pengumpulan data secara teratur tentang
peredaran bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk
menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan obyek pajak dan/atau yang dikenakan pajak yang bersifat
final.”45
Ketentuan perpajakan tersebut menjelaskan bahwa perlu adanya
pencatatan/pembukuan pada suatu badan usaha untuk memperoleh informasi
keuangan yang menggambarkan keadaan keuangan yang sebenarnya. Adanya
sistem pembukuan yang baik, maka informasi yang dihasilkan akan mudah
dipahami, relevan, dapat diandalkan, dan dapat dibandingkan untuk penentuan
pajak dalam satu periode.
2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian Wati tahun 2011 persepsi para pelaku UMKM terhadap
penerapan akuntansi, dengan hasil penelitian bahwa omzet perusahaan memiliki
nilai p-value < 0.05 yaitu signifikan, ini berarti omzet perusahaan berpengaruh
terhadap penerapan akuntansi. Semakin tinggi omzet makin komplek penerapan
akuntansinya, sedangkan semakin kecil omzet usaha penerapan akuntansi dirasa
44 Agoes Sukrisno,dkk, 2010, Akuntansi Perpajakan, Salemba Empat, Jakarta,hal.5. 45 Agoes Sukrisno,dkk, Ibid, hal.5-6.
37
tidak perlu melakukan pembukuan dengan rinci. Hasil penelitian berikutnya
membuktikan bahwa jenis kelamin, tingkat pendidikan manajer/pemilik UMKM,
pengalaman usaha manajer/pemilik UMKM, umur perusahaan, jenis usaha, dan
jumlah karyawan terhadap penerapan akuntansi memiliki nilai p-value jauh > 0,05
yang berarti tidak signifikan yaitu tidak ada pengaruh terhadap penerapan
akuntansi. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif.
Analisis deskriptif mengemukakan data-data responden seperti: jumlah karyawan,
besarnya omzet perusahaan dalam sebulan, jenis usaha yang dijalankan, umur
perusahaan, tingkat pendidikan tertinggi manajer/pemilik UKM, dan pengalaman
usaha manajer/pemilik UKM. Analisis kuantitatif dengan uji normalitas, uji
multikolinearitas, dan uji heteroskedatisitas.
Penerapan akuntansi penting dilakukan untuk membantu UMKM dalam
menjalankan dan mengembangkan usaha. Hal ini, ditunjukan dengan adanya
penelitian mengenai penerapan akuntansi pada UMKM oleh Yulianti tahun 2012
yang berjudul Kajian Tentang Pencatatan Dan Pembukuan Transaksi UKM (Studi
UMKM nasabah BMT AL - IJTIHAD Pabelan). Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa UMKM sudah menerapkan akuntansi secara sederhana, sebagian besar
UMKM mencatat penjualan, pembelian dan kas masuk, sedangkan untuk
pencatatan seperti persediaan, kas keluar, penggajian, dan beban masih
kurang. Laporan keuangan yang dibuat UMKM juga masih sederhana
sebagian UMKM hanya mencatat laporan penjualan, laporan pembelian dan
laporan laba rugi. Laporan keuangan yang dicatat oleh UMKM sebagian
38
besar sudah sesuai dengan kriteria SAK ETAP. Namun sebagian besar
UMKM belum melakukan pencatatan atas pembiayaan dari BMT Al-IJtihad.
Pengaruh sistem pengendalian internal terhadap kepatuhan wajib pajak
hotel dalam memenuhi kewajibanya di kota semarang Tjondro tahun 2012,
membuktikan sistem akuntansi menunjukan hasil signifikan berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak ditunjukan dengan nilai t hitung 4,546 dan P value 0,0001
yang berada di bawah alfa 5%. Hal ini menunjukan bahwa suatu perusahaan yang
sistem akuntansinya baik, melakukan pendataan secara valid yang mendukung
kepatuhan akan pajak. Populasi penelitian berjumlah 43 hotel dari berbagai kelas
di kota Semarang. Data dalam penelitian ini berupa data primer yang diperoleh
dari penyebaran kuesioner dan data sekunder berupa data yang diperoleh dari
dinas pariwisata, dinas pengelolaan keuangan daerah, dan sumber lain yang
dianggap relevan. Uji hipotesisis diuji dengan Multiple Regretion Analysis.
Dengan adanya penelitian-penelitian tersebut, maka pembukuan sangat penting
dalam rangka pemenuhan pajak UMKM dikalangan UMKM Konveksi kecamatan
Tingkir.
2.6. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir dibutuhkan peneliti sebagai gambaran dan penjelasan
agar tujuan penelitian dapat tercapai. Peneliti ingin mengetahui sistem pembukuan
di UMKM Konveksi Tingkir dalam rangka pemenuhan pajak terutang. Penentuan
besaran pajak terutang tidak hanya berdasarkan angka melainkan juga kualitas
informasi yang dihasilkan yaitu omzet. Kualitas pembukuan dapat diketahui dari
39
berbagai aspek yaitu pencatatan dapat dipahami, relevan, dapat diandalkan, dan
dapat dibandingkan. Berdasarkan keempat aspek tersebut peneliti dapat
mendiskripsikan sistem pembukuan di UMKM Konveksi Tingkir dan
memaknainya dalam rangka pemenuhan pajak UMKM. Adapun kerangka
berfikirnya adalah sebagai berikut :
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir Penelitian
Deskripsi Pembukuan Dalam Rangka Pemenuhan Kewajiban Pajak Di Kalangan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah(UMKM) Konveksi Kecamatan Tingkir
Salatiga
Sistem Pembukuan
Pajak Terutang
Deskripsi sistem pembukuan
UMKM konveksi Tingkir
Dapat
dipahami
Relevan Dapat
dibandingkan
Keandalan
Pemaknaan sistem pembukuan
untuk pajak terutang
Sistem Pembukuan
Pajak Terutang
Identifikasi Sistem Pembukuan
UMKM Konveksi Tingkir Yang
Berlaku
Dapat
dipahami
Relevan Dapat
dibandingkan
Keandalan
Deskripsi sistem pembukuan
UMKM konveksi Tingkir
Pemaknaan sistem pembukuan
untuk pajak terutang
top related