analisa minyak dan lemak oktober 2012
Post on 04-Aug-2015
1.246 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISA MINYAK DAN LEMAK
Indah Kusumaningrum, STP, M.Si
Sumber
energi
•Asam lemak esensial
Menentukan karakter fisik baha
n pang
ah
•Aroma •Tekstur•rasa•penampilanTarget
utama oksidas
i
•Produk menjadi tidak enak•berbahayaLemak
Analisa lemak dalam bahan makanan
Kadar lemak total Jenis lemak yang ada
Sifat fisikokima lemak,
seperti kristalisasi, titik leleh, titik asap, rheologi,
densitas dan warna
Struktur lemak dalam makanan
Sifat Lemak dalam Makanan
Lemak
Larut dalam pelarut organik
Sumber karatenoid
Vitamin A dan D
pelarut organik (seperti eter,heksan atau kloroform), contohnya : triasilgliserol, diasilgliserol, monoasilgliserol, asam lemak bebas, fosfolipid, sterol,karotenoid dan vitamin A dan D
Analisis Lemak-Minyak1. Metode Soxhlet2. Bilangan Peroksida3. Asam Lemak Bebas (ALB)4. Bilangan TBA5. Pengujian aktivitas enzim lipase
1. Metode soxhlet
Prinsip Analisis :�Ekstraksi lemak dengan pelarut lemak
(nonpolar) seperti petroleum eter, petroleumbenzena, dietil eter, dll.
�Berat lemak diperoleh dengan cara :
memisahkan lemak dengan pelarutnya(menguapkan pelarut dengan
pemanasan).
Tujuan Metode Soxhlet :
�1. Mengetahui prinsip dasar analisis
lemak dengan menggunakan metode soxhlet�2. Membandingkan kadar lemak dari
berbagaiproduk daging dan kacang-kacangan
Bahan dan Alat
Bahan :1. Dietil eter atau pelarut lemak lainnya2. Sosis ayam3. Daging ayamNuget ayamBakso ayamKacang
(rebus, goreng, oven, mentah)Kapas woolKertas saring
Alat :1. Alat ekstraksi soxhlet lengkap
dengankondenser dan labu lemak 2. Alat pemanas listrik atau penangas
uapOven Timbangan analitik 3. Desikator
Gambar Soxhlet Extractor
Prosedur Kerja
1. Sediakan labu lemak yang ukurannya sesuai, keringkandalam oven, dinginkan dalam desikator dan timbang.
2. Timbang 5 gram sampel dalam bentuk tepung langsungdalam saringan timbel, yang sesuai ukurannya, kemudian tutup dengan kapas wool yang bebas lemak Letakkan timbel atau kertas saring yang berisi sampel tersebut dalam alat ekstraksi soxhlet, kemudian pasang alatkondensor di atasnya dan labu lemak di bawahnya.
3. Tuang pelarut dietil eter atau petroleum eter ke dalam labu lemak secukupnya, sesuai dengan ukuran soxhlet yangdigunakan.
Prosedur Kerja
4. Lakukan refluks selama minimum 5 jam sampai pelarut yang turun kembali ke labu lemak berwarna jernih.Distilasi pelarut yang ada di dalam labu lemak, tampung pelarutnya.
5. Selanjutnya labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 105 o C.Setelah dikeringkan sampai berat tetap dan dinginkandalam desikator, timbang labu beserta lemaknya tersebut.
• Berat lemak dapat dihitung. Berat lemak (g)% lemak = _Berat lemak x 100
Berat sampel
5. Penentuan Karakteristik atau Sifat Kimia Lemak
5.1 Bilangan iodium
ukuran derajat ketidakjenuhan
menunjukkan jumlah ikatan rangkap C=C dalam
sejumlah lemak atau minyak.
dinyatakan sebagai gram iodium yang diserap per
100 g sampel
derajat ketidakjenuhan ↑ → semakin banyak iodium terserap dan nilai bilangan
iodium ↑ .
Prosedur :– Sejumlah lemak atau minyak yang sudah dilarutkan dalam
solven, direaksikan dengan sejumlah iodium (bisa digunakan I2, ICl atau IBr).
– Adisi halogen pada ikatan rangkap terjadi sesuai persamaan [3].
– Kalau digunakan ICl atau IBr, larutan KI ditambahkan untuk mereduksi sisa ICl menjadi iodium (I2) bebas (persamaan [4]).
– Iodium yang terlepas dititrasi dengan Natrium tiosulfat standar menggunakan indikator amylum (persamaan [5]),
– Dan bilangan iodium dihitung dengan persamaan [6]
5. Penentuan Karakteristik atau Sifat Kimia Lemak
5.2 Bilangan Penyabunan
Bilangan penyabunan merupakan jumlah basa yang diperlukan untuk
menyabunkan sejumlah lemak atau minyak, dinyatakan sebagai miligram KOH yang
dibutuhan untuk menyabunkan 1 gram
sampel
Bilangan penyabunan merupakan indeks rata-
rata berat molekul triasilgliserol dalam sampel
Semakin kecil bilangan saponifikasi, semakin
panjang rata-rata rantai asam lemak.
Penyabunan adalah proses pemutusan lemak netral menjadi gliserol dan asam lemak dengan adanya alkali (persamaan 8).
Prosedur :
1. Larutan alkoholik kalium hidroksida berlebih ditambahkan ke dalam sampel dan larutan
2. dipanaskan untuk menyabunkan lemak. KOH yang tidak bereaksi dititrasi dengan standar HCl menggunakan indikator fenol ftalein, dan bilangan penyabunan dihitung dengan persamaan [9].
5. Penentuan Karakteristik atau Sifat Kimia Lemak
5.3 Bilangan Asam
Bilangan asam didefinisikan sebagai mg
KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak
yang ada di 1 g lemak atau minyak.
indikator kualitas untuk minyak goreng, dengan nilai batas adalah 2 mg
KOH/ g minyak
Pengukuran keasaman suatu lemak menunjukkan jumlah asam lemak yang
dihidrolisis dari triasilgliserol [persamaan
11].
Prosedur :1. Pada sampel lemak cair, ditambahkan etanol 95% netral dan indikator
pp. Sampel kemudian dititrasi dengan NaOH dan persen asam lemak bebas dihitung dengan persamaan [13].
5. Penentuan Karakteristik atau Sifat Kimia Lemak
5.4 Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida didefinisikan sebagai miliequivalen (mEq)
peroksida per kg sampel
ditentukan dengan titrasi redoks. Diasumsikan : → senyawa yang bereaksi di bawah kondisi uji adalah peroksida atau produk
sejenis dari oksidasi lipid.
Pengukuran keasaman suatu lemak menunjukkan jumlah asam lemak yang
dihidrolisis dari triasilgliserol [persamaan
11].
Bilangan peroksida → menentukan derajat kerusakan pada minyak atau lemak. • Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan
rangkapnya sehingga membentuk peroksida (Ketaren, 2008: 64).• Peroksida yang dihasilkan bersifat tidak stabil dan akan mudah
mengalami dekomposisi oleh proses isomerisasi atau polimerisasi, dan akhirnya menghasilkan persenyawaan dengan berat molekul lebih rendah (Ketaren, 2008: 100).
Peroksida adalah produk awal dari reaksi oksidasi yang bersifat labil, reaksi ini dapat berlangsung bila terjadi dengan kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada minyak (Ketaren, 2008).
Pada umumnya senyawa peroksida mengalami dekomposisi oleh panas.Peroksida dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan flavor yang tidak
dikehendaki dalam bahan pangan. Peroksida akan membentuk persenyawaan lipoperoksida secara nonenzimatis dalam otot usus dan mitokondria.
Lipoperoksida dalam aliran darah mengakibatkan denaturasi lipoprotein yang mempunyai kerapatan rendah. Lipoprotein dalam keadaan normal mempunyai fungsi aktif sebagai alat transportasi trigliserida, dan
jika lipoprotein mengalami denaturasi, akan mengakibatkan dekomposisi lemak dalam pembuluh darah (aorta) sehingga menimbulkan gejala artherosclerosis (Ketaren, 2008: 192).
Prosedur :
1. Lemak atau sampel minyak dilarutkan dalam asam asetat glasial-isooktan (3:2).
2. Dengan penambahan kalium iodida berlebih (yang akan bereaksi dengan peroksida), akan diproduksi iodium [persamaan 14].
3. Larutan kemudian dititrasi dengan larutan Na thiosulfat standar dengan indikator amilum.
4. Bilangan peroksida dihitung dengan persamaan [15].
Aplikasi :Bilangan peroksida mengukur produk transisi dari oksidasi (setelah terbentuk, peroksida dan hidroperoksida berubah jadi produk lain).
Untuk penentuan dalam sampel makanan, kerugian dari metode ini adalah sampel yang digunakan sekitar 5 g, sehingga sulit mendapat jumlah yang cukup bila sampel akan rendah lemak.
Makanan berkualitas baik (bilangan peroksida <0), Bilangan peroksida >20 menunjukkan kualitas minyak atau lemak yang sangat buruk, biasanya teridentifikasi dari bau yang tidak enak.
Untuk minyak kedelai, bilangan peroksida 1-5, 5-10 dan >10 menunjukkan berturut-turut tingkat oksidasi rendah, sedang dan tinggi.
Aplikasi Dalam Produk Makanan
Analisis minyak Bekas Gorengan
Asam Lemak bebas (ALB)/ Free faty Acid (FFA)
adalah asam yang di bebaskan pada
hidrolisa dari lemak. Terdapat berbagai
macam lemak, tetapi untuk
perhitungan, kadar ALB minyak sawit dianggap sebagai
Asam Palmitat (berat molekul 256).
Daging kelapa sawit mengandung enzim lipase yang
dapat menyebabkan
kerusakan pada mutu minyak ketika
struktur seluler terganggu.
Enzim yang berada didalam jaringan daging buah tidak aktif karena
terselubung oleh lapisan vakuola,
sehingga tidak dapat berinteraksi dengan minyak yang banyak
terkandung pada daging buah. Masih aktif di
bawah 15 derajat C dan non aktif dengan temp
diatas 50 derajat C.
Apabila trigliserida bereaksi dengan air maka menghasilkan
gliserol dan asam lemak bebas
→ Mempengaruhi cita rasa dan bau pada minyak/ lemak
TAG + H2O <---> DAG + ALBDAG + H2O <---> MAG + ALBMAG + H2O <----> Gliserol + ALB
Bebas
Hidrolisa dapat disebabkan :1. Kadar air pada minyak/lemak2. Aktifitas enzim (oksidase or lipase)
Kadar Asam Lemak Bebas (SNI 01-3555- 1998)
1. Satu gram minyak goreng ditimbang di dalam erlemeyer 250 ml, ditambahkan 20 ml campuran etanol 95% dan eter (1:1 v/v), dilarutkan dengan cara menggoyangkan erlemeyer.
2. Tambahkan 3-5 tetes indicator PP dan dititrasi dengan NaOH 0.1N sampai terbentuk warna merah muda tetap (tidak berubah selama 15 detik).
3. Kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak dihitung dengan menggunakan persamaan sebagi berikut:
Kadar asam lemak bebas = M x A x N % 10G
Keterangan:M = berat molekul asam lemak, yaitu 263A = volume ml NaOHN = normalitas larutan NaOHG = berat sampel (gram)
5. Penentuan Karakteristik atau Sifat Kimia Lemak
Radikal Bebas
salah satu parameter untuk menentukan
ketengikan thiobarbiturat dengan malonaldehida yang merupakan hasil dekomposisi peroksida (Pomeranz and Clifton,
1994).
Lemak yang tengik mengandung aldehid dan
kebanyakan sebagai malonaldehid.
Tingginya nilai TBA → minyak semakin tengik
Pengukuran Kadar Radikal Bebas (Rive- Evan, dkk. 1991)
1. Dua mL minyak goreng dimasukkan ke dalam tabung reaksi bersih, ditambah 1 ml TBA 0.73%(v/v) dalam 0.25 N HCl (pH 2-3).
2. Divortek dan dipanaskan selama 15 menit pada air mendidih, setelah dingin disentrifuse pada 1.000 rpm selama 10 menit.
3. Warna merah jambu yang timbul dikukur absorbannya dengan menggunakan alat spetrofotometer visible pada panjang gelombag 535 nm.
4. Cara yang sama dilakukan terhadap larutan standar 1,1,3,3,3-tetraetoksipropan dengan deret; 0.0008, 0.0016, 0,004, 0,01 dan 0,02 nmol/ml untuk membuat kurva standar.
5. Penentuan Karakteristik atau Sifat Kimia Lemak
5.4 Asam Thiobarbiturat (TBA)
salah satu parameter untuk menentukan
ketengikan thiobarbiturat dengan malonaldehida yang merupakan hasil dekomposisi peroksida (Pomeranz and Clifton,
1994).
Lemak yang tengik mengandung aldehid dan
kebanyakan sebagai malonaldehid.
Tingginya nilai TBA → minyak semakin tengik
3.6.7 Penentuan Asam Thiobarbiturat (TBA) (Sudarmadji, S dkk., 2007)
1. Sampel ditimbang 10 gram dengan teliti, dimasukkan ke dalam waring blender dengan ditambahkan 50 mL akuades dan dihancurkan selama 2 menit.
2. Pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu destilasi sambil dicuci dengan 47,5 mL akuades. Tambahkan 2,5 mL HCl 4 N sampai pH menjadi 1,5.
3. Didestilasi dengan pemanasan setinggi mungkin selama 10 menit hingga diperoleh destilat sebanyak 50 mL.
4. Destilat yang diperoleh diaduk, dan dipindahkan 5 mL ke dalam erlenmeyer 50 mL yang tertutup dan ditambahkan 5 mL reagen TBA sehingga terbentuk kompleks berwarna merah.
5. Campurkan larutan dan masukkan erlenmeyer tertutup dalam air mendidih selama 35 menit. Dibuat larutan blanko dengan menggunakan 5 mL akuades dan 5 mL pereaksi, dilakukan seperti penetapan sampel. Setelah campuran (dalam erlenmeyer tertutup) dididihkan, lalu didinginkan dengan air pendingin selama ± 10 menit.
6. Diukur Absorbansinya dengan spektronik 20 pada panjang gelombang 528 nm dengan larutan blanko sebagai titik nol.
Angka TBA = mg malonaldehida / kg minyak
Angka TBA = 3 / (bobot sampel (gr)) x A 528 x 7,8
top related