amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

66
Skripsi PENGAMATAN DARAH IKAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer) DENGAN PENAMBAHAN DOSIS ENZIM PAPAIN YANG BERBEDA DALAM PAKAN TEPUNG KEONG MAS Amirul mu`min 10594090715 JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

i

Skripsi

PENGAMATAN DARAH IKAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

DENGAN PENAMBAHAN DOSIS ENZIM PAPAIN YANG BERBEDA

DALAM PAKAN TEPUNG KEONG MAS

Amirul mu`min 10594090715

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

ii

PENGAMATAN DARAH IKAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

DENGAN PENAMBAHAN DOSIS ENZIM PAPAIN YANG BERBEDA

DALAM PAKAN TEPUNG KEONG MAS

SKRIPSI

Amirul mu`min 10594090715

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Perikanan Pada Program Studi

Budidaya Perairan

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 3: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pengamatan Darah Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer)

Dengan Penambahan Dosis Enzim Papain Yang Berbeda

Dalam Pakan Tepung Keong Mas

Nama Mahasiswa : Amirul Mu’min

Nomor Stambuk : 10594090715

Program Studi : Budidaya Perairan

Fakultas : Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar

Makassar, 30 November 2020

Telah diperiksa dan disetujui oleh

Komisi Pembimbing:

Pembimbing I.

Pembimbing II.

Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd.

NIDN: 0926036803

Dr. Murni, S.Pi., M.Si.

NIDN: 0903037306

Dekan Fakultas Pertanian.

Ketua Program Studi budidaya

perairan

H. Burhanuddin, S.Pi., M.P.

NIDN: 0812066901

Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd.

NIDN: 0926036803

Page 4: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

iv

Komisi Penguji

Judul Penelitian : Pengamatan Darah Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer)

Dengan Penambahan Dosis Enzim Papain Yang Berbeda

Dalam Pakan Tepung Keong Mas

Nama Mahasiswa : Amirul Mu’min

Nomor Stambuk : 10594090715

Program Studi : Budidaya Perairan

Fakultas : Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar

SUSUNAN KOMISI PENGUJI

Nama Tanda Tangan

1. Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd. (.....................)

Ketua Sidang

2. Dr. Murni, S.Pi., M.Si. (.....................)

Sekretaris

3. Nur Insana Salam, S.Pi.,M.Si. (.....................)

Anggota

4. Asni Anwar, S.Pi., M.Si. (.....................)

Anggota

Page 5: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

v

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengamatan

Darah Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer) Dengan Penambahan Dosis Enzim

Papain Yang Berbeda Dalam Pakan Tepung Keong Mas” adalah benar-benar

merupakan hasil karya penulis sendiri yang belum diajukan oleh siapapun, bukan

merupakan pengambil alihan tulisan dalam bentuk apapun kepada perguruan

tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari

karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebut ke

dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, 30 November 2020

Amirul Mu`min

Page 6: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

vi

ABSTRAK

AMIRUL MU`MIN. 10594090715. Pengamatan Darah Ikan Kakap Putih (Lates

Calcarifer) Dengan Penambahan Dosis Enzim Papain Yang Berbeda Dalam

Pakan Tepung Keong Mas

Darah merupakan cairan terpenting dalam tubuh makhluk ikan, fungsi darah

yaitu sebagai alat transport oksigen, karbondioksida, sari-sari makanan, maupun

hasil metabolisme. Darah membawa substansi dari tempatnya dibentuk ke semua

bagian tubuh dan menjaga tubuh untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik,

dengan melakukan pengamatan pada darah ikan dapat memperlihatkan adanya

gangguan pada tibuh ikan.

Tujuan penelitian ini untuk menentukan dosis optimal enzim papain terhadap

pakan tepunng keong mas pengaruhnya terhadap gambaran darah ikan kakap

putih (Lates Calcarifer). Sedangkan kegunaannya sebagai bahan informasi ilmiah

mengenai pemanfaatan enzim papain yang berasal dari batang pepaya untuk

meningkatkan kualitas pakan tepung keong mas yang diberikan pada ikan kakap

putih (Lates Calcarifer)

Penelitian ini dilaksanakan dua lokasi, uji sampel darah dilakukan di

lebaboratorium bertempat di BPBAP takalar Kecamatan Balisai Sulawesi selatan.

Proses pemeliharaan ikan kakap putih dilakukan dibalai perikanan instalasi

tambak percobaan (ITP) Punaga Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar

Provinsi Sulawesi selatan pada bulan Agustus sampai bulan september 2020.

Pakan pada perlakuan A tidak di tambahkan enzim papain. Sedangkan pakan pada

perlakuan yang lain diberi enzim bromelin dengan dosis larutan 15 ml/kg untuk

perlakuan B, 22,5 ml/kg untuk perlakuan C, dan 30 ml/kg untuk perlakuan D.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa total nilai eritrosit, leukosit, hemoglobin

dan eritrosit tertinggi terdapat pada perlakuan D dengan nilai masing masing

450.000 sel/mm3, 80.000 sel/mm3, 7 g/100ml, 25.5 %.

Kata Kunci: Enzim papain, Profil darah, ikan kakap putih (Lates Calcarifer)

Page 7: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

vii

KATA PENGANTAR

Asusalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakat

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,

hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi yang berjudul “Pengamatan Darah Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer)

Dengan Penambahan Dosisi Enzim Papain Yang Berbeda Dalam Pakan Tepung

Keong Mas” di Tambak Balai Budidaya Perikanan Air Payau BPBAP Punaga,

Takalar” tepat pada waktunya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi Persyaratan akademik untuk

memeperoleh gelar sarjana di Universitas Muhammadiya Makassar Fakultas

Pertanian, Program Studi Budidaya Perairan. Skripsi ini dapat penulis selesaikan

dengan bantuan dari beberapa pihak, Oleh karna itu penulis mengucapan

terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan

ini iyalah.

1. Terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya.

2. Terimakasih kepada Orang tua atas do’a dan dukungannya selama ini

3. Terimakasih kepada Dr. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd. selaku dosen

pembimbing I dan Ketua Program Studi Budidaya Perairan Fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Terimakasih kepada Dr. Murni, S.Pi., M.Si selaku pembimbing II

Page 8: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

viii

5. Terimakasih pada Bapak/Ibu dosen dan staf di lingkungan Fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar, khususnya Program

Studi Budidaya Perairan

6. Terimakasi pada Keluarga besar BPBAP punaga karna telah bersedia

menerima penulis untuk melaksanakan kegiatan penelitian di tempat

ini dan membagi ilmu bersama penulis

7. Terimakasi pada sodara krisno sebagai sahabat sekaligus penasehat

lapangan

8. Trimakasih pada ayah handa dan ibunda krisno yang suda bersedia

menerima kami sebagai mahasiswa penelitian dan sahabat dari

kakanda krisnno

9. Terimakasi pada Hamdani dan hariyati sebagai Tim dan sahabat

selama penelititan .

10. Teimakasi juga pada Teman-teman, para tetangga dan tokoh masarakat

yang suda mendukung kami, menerima kami dengan lapang dada

ditegah-tengah wabah yang telah melanda negri tercinta ini.

Penulis menyadari Skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,

Penulis mengharapkan dan menerima segala masukan dan saran yang sifatnya

membangun. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

khususnya Penulis serta insan perikanan lainnya.

Makassar, 30 November 2020

Amirul mu’min

Page 9: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

ix

DAFTAR ISI

SAMPUL............................................................................................................ i

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................iii

KOMISI PENGUJI .......................................................................................... iv

LEMBARAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................... v

ABSTRAK ....................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1.Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2.Tujuan dan manfaaat ............................................................................ 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3

2.1. Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Kakap putih (lates calcarifer) ......... 3

2.2. kebutuhan Ptrotein Pakan ikan kakap ................................................. 4

2.3. Pertumbuhan Ikan Kakap Putih .......................................................... 5

2.4. Kualitas Air ........................................................................................ 6

2.4.1. Derajat Keasaman (pH) ........................................................... 6

2.4.2. Salinitas .................................................................................. 6

2.4.3. Amoniak ................................................................................. 7

Page 10: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

x

2.4.4. Suhu ........................................................................................ 7

2.5. Keong mas .......................................................................................... 8

2.6. Enzim Papain (Carica papaya L) ..................................................... 10

2.7. Peranan Enzim Papain pada Ikan ...................................................... 11

2.8. Pemanfaatan Papain pada Pakan Ikan ............................................... 11

2.9. Darah Ikan ......................................................................................... 12

2.9.1. Hemoglobin ........................................................................... 13

2.9.2. Hematokri .............................................................................. 14

2.9.3. Eritrosit .................................................................................. 15

2.9.4. Leukosit ................................................................................. 16

III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 17

3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................ 17

3.2. Alat dan Bahan .................................................................................. 17

3.3. Pembuatan Tepung Keong Mas ........................................................ 18

3.4. Pembuatan Enzim Papain ................................................................. 18

3.5. Fermentasi Tepung Keong Mas dan Pembuatan Pakan .................... 19

3.6. Persiapan Wadah Dan Media Penelitian ........................................... 20

3.7. Hewan Uji ......................................................................................... 20

3.8. Prosedur Penelitian ........................................................................... 20

3.9. Rancangan Penelitian ........................................................................ 21

3.10. Variabel yang di Amati ................................................................... 21

3.10.1. Hemoglobin........................................................................... 21

3.10.2. Hematokrit ............................................................................ 21

Page 11: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

xi

3.10.3. Eritrosit ................................................................................. 22

3.10.4. Leukosit................................................................................. 23

3.10.5. Pengukuran kualitas air ......................................................... 23

3.11. Analisis Data ................................................................................... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 24

4.1. Pengamatan Darah ........................................................................... 24

4.1.1. Total Eritrosit .......................................................................... 24

4.1.2. Total Leucosite........................................................................ 26

4.1.3. Kadar Hemoglobin .................................................................. 27

4.1.4. Kadar hematokrit .................................................................... 28

4.2. Laju Pertumbuhan Harian (LPH) ...................................................... 30

4.3. Pengelolaan Kualitas Air .................................................................. 32

4.3.1. Derajat Keasaman (pH)........................................................... 33

4.3.2. Salinitas ................................................................................... 33

4.3.3. Amoniak .................................................................................. 34

4.3.4. Suhu ........................................................................................ 35

V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 36

5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 26

5.2. Saran ......................................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 37

LAMPIRAN ................................................................................................... 41

Page 12: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

xii

DAFTAR TABEL

1. Hasil uji enzim dari batang papaya dengan kandungan protease,

amilase lipase ...........................................................................................19

2. Komposisi pakan ikan kakap putih ..........................................................20

5. Laporan Hasil Uji Laboratorium Darah Ikan Kakap Putih

Dengan Parameter Eritrosite, Leucosite, Hemoglobin, Dan

Hematokrit ...............................................................................................24

6. Laju pertumbuhan harian ikan kakap putih yang diberi pakan

keong mas terfermentasi enzim papain dengan konsentrasi

berbeda menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P<0.05) ......................30

7. Hasil Uji Kualitas Air dengan parameter pH, Salinitas, Amonial,

Suhu .........................................................................................................33

Page 13: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

xiii

DAFTAR GAMBAR

1. Ikan Kakap Putih (lates calcarifer) .........................................................3

2. Keong Mas (Pomaceae canaliculata Lamarck) ......................................8

3. Grafik Pengamatan (Eritrosit) Ikan kakap putih ......................................25

4. Grafik Pengamatan (Leukosit) Darah Ikan Kakap Putih .........................26

5. Grafik Pengamatan (Hemoglobin) Darah Ikan Kakap Putih ...................27

6. Grafik Pengamatan (Hematokrit) Darah Ikan Kakap Putih .....................29

Page 14: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rumus Laju Pertumbuhan (Gr) ...............................................................41

2. Uji anova LPH .........................................................................................43

3. Hasil Analisa Proksimat Pakan uji ..........................................................43

3. Dokumentasi Kegiatan ............................................................................45

Page 15: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem peredaran darah mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai alat

transportasi oksigen, karbondioksida, sari sari makanan, maupun hasil

metabolisme. Darah membawa substansi dari tempatnya dibentuk menuju semua

bagaian tubuh dan menjaga tubuh untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik.

Eritrosit membawa oksigen, leukosit menjaga tubuh dari serangan patogen

sedangkan kombinasi trombosit dan faktor pembeku berperan menyambut

kebocoran pembuluh darah tanpa menghambat alirannya Fujaya, (2004).

Darah terdiri dari dua kelompok besar yaitu sel dan plasma, sel terdiri dari

sel-sel diskret yang memiliki bentuk khusus dan fungsinya yang berbeda seperti

eritrosit, leukosit, limfosit, monosit, dan trombosit, sedangkan plasma iyalah

fibrinogen, ion-ion inorganik dan organik yang berfungsi membantu proses

metabolik Fujaya, (2004). Perubahan hematologi pada darah perifer dapat

menandakan sebagai indikator adanya infeksi dan kondisi tres pada ikan Espelid

et al. (1987).

Kondisi stres pada ikan dapat dipengaruhi oleh nutrisi pada pakan yang di

berikan. Pakan yang diberikan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup

organisme mengingat salah satu fungsi darah sebagai alat transportasi oksigen,

karbon dioksida , sari sari makanan. Menurut sadinar, dkk (2013). Keong mas

mempunyai kandungan protein sekitar 57,67% sedangkan tepung ikan

mempunyai kadungan protein berkisar antara 60-70% dengan demikian keong

mas dapat dijadikan sebagai bahan alternatif pakan untuk mengurai atau

Page 16: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

2

mengatikan tepung ikan dalam formulasi pakan, masi rendahnya nilai kecernaan

ikan tepung keong mas sehinga diperlukan enzim untuk mengurai protein yang

terkandung dalam pakan, dengan penambahan enzim papain pada tepung keong

mas diharapkan dapat menambah kecernaan pada ikan berdasarkan pengamatan

gambaran darah eritrosit, leukosit, hemoglobin, dan hematokrit pada ikan kakap

putih.

1.2. Tujuan Dan Manfaat

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh pemberian pakan keong

mas terfermentasi larutan pepaya dengan dosis yang berbeda terhadap gambaran

darah ikan kakap putih.

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada pembudidaya khususnya dalam pemberian pakan tepung keong mas

terfermentasi larutan pepaya berdasarkan gambaran darah ikan kakap putih

Page 17: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer)

Adapun klasifikasi ikan kakap putih adalah sebagai berikut Kunvankiji, et

al., (1986).

Filum : Chordate

Sub filum : Vetebrata

Sub Kelas : Teleostei

Ordo : Pencomorphi

Famili : Centropomidae

Genus : Lates

Spesies : Lates Calcarifer, Bloch

Gambar 1. Ikan kakap putih (Lates Calcarifer)

Morfologi ikan kakap putih dideskripsikan secara lengkap oleh

Tiensorume et al (1989) dalam Widiastuti et al (1999). Bentuk ikan kakap putih

adalah pipih dan ramping dengan badan memanjang dan ekor melebar, kepala

lancip dengan bagian atas cekung dan cembung didepan sirip punggung.

Mulutnya lebar, gigi halus dan bagian bawah operkulum mempunyai duri kecil

Page 18: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

4

dengan cuping bergerigi diatas pangkal gurat sisi. Sirip punggung berjari-jari

keras berjumlah 7-9 dan 10-11 jari-jari lemah. Sirip dubur dan sirip ekor bulat,

sirip dubur berjari-jari keras berjumlah 3 dan berjari lemah berjumlah 7-8. Sirip

dada pendek dan membulat. Sisip ikan kakap putih bertipe sisik besar. Tubuh

berwarna keperakan untuk ikan hidup di laut dan Ikan dewasa berwarna biru

kehijauan atau ke abu-abuan pada bagian atas dan berwana keperakan bagaian

bawah.

2.2. Kebutuhan Protein Ikan Kakap Putih

Protein adalah salah satu nutrisi utama pakan ikan yang mempengaruhi

pertumbuhan ikan dengan menyediakan kebutuhan pokok dan asam amino

esensial untuk sintesis protein tubuh dan energi untuk pemeliharaan (SNI 7674:

2013). Protein biasanya dianggap sebagai pembatas nutrisi pada pertumbuhan

ikan. Semakin tinggi kandungan protein pada pakan semakin tinggi juga biaya

pakannya. Kekurangan protein menghasilkan pertumbuhan yang buruk, kelebihan

protein menyebabkan peningkatan ekstraksi amonia ke lingkungan sekitarnya dan

biaya pakan yang tinggi. Kebutuhan protein pakan pada ikan bervariasi tergantung

spesies, tahap pertubuhan, suhu, salinitas, dan faktor setres yang terkait dengan

budidaya Giri, N.A. dkk (2007). Pembesaran ikan kakap putih ditambak

mempunyai pertubuhan maksimal jika diberi pakan dengan protein sebanyak 38-

40%.

Page 19: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

5

2.3. Pertumbuhan Ikan Kakap Putih

Pertumbuhan ikan dapat terjadi apa bila energi yang disimpan lebih besar

dibandingkan dengan energi yang digunakan untuk beraktivitas, kemudian

persaingan yang terjadi seperti ruang gerak dan kemampuan mendapatkan

makanan berlangsung secara baik tanpa mengakibatkan ikan setres dan

terhambatnya pertumbuhan saat pemeliharaan berlangsung, Santoso (2015).

Hasil pertumbuhan panjang mutlak dengan dosis pakan yang diberikan 5%

mampu memanfaatkan jumlah pakan yang lebih baik untuk pertumbuhan dilihat

dari jumlah pakan yang lebih kecil dari perlakuan lainnya dan cenderung pasif

bergerak. Umumnya ikan memerlukan energi yang berasal dari pakan untuk

tumbuh, sedangkan jumlah pakan yang rendah akan menghambat pertumbuhan.

Menurut asma et al (2016), jumlah pemberian pakan yang sesuai dengan

kapasitas lambung dan kemampuan cerna untuk menghasilkan pertumbuhan beni

ikan yang optimal. Selanjutnya menurut Hardianti et al (2016), Menyatakan

bahwa pertumbuhan ikan dapat terganggu apabila kelebihan energi untuk gerak

dan protein yang berasil dari makanan yang telah digunakan oleh tubuh untuk

mengganti sel-sel yang rusak.

2.4. Kualitas Air

2.4.1. Derajat Keasaman (pH)

Parameter kualitas air derajat keasaman (pH) merupakan parameter

kualitas air yang cukup penting untuk organisme air terutama di bidang perikanan

dalam hal budidaya. pH air sangat mempengaruhi kualitas perairan Karena

berpengaruh terhadap kehidupan jasad renik. Perairan yang mempunyai pH

Page 20: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

6

rendah akan tidak sangat produktif karena dapat membunuh biota budidaya. pH

yang renda akan mempengaruhi oksigen dalam air karena jika pH rendah maka

kandungan DO akan rendah pula Kordi, (2011). Pernyataan Yaqin et al. (2013),

yang menyatakan bahwa nilai pH yang baik untuk budaya ikan kakap putih berada

pada kisaran 7-8.

2.4.2. Salinitas.

Salinitas merupakan kadar garam terlarut dalam air. Nilai salinitas air

untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 0-0,5 ppt, perairan payau biasanya

berkisar antara 0,5-30 ppt, salinitas air payau dan salinitas air laut lebih dari 30

ppt (Johnson, 2005 dalam hermawan 2015). Menur Patty. (2013), ada beberapa

faktor yang mempengaruhi salinitas diantaranya suhu dan cura hujan, suhu yang

tinggi dapat meningkatkan salinitas perairan dan cura hujan yang rendah

mengakibatkan salinitas rendah. Menurut Hardianti at al. (2016), salinitas yang

baik untuk air laut dalam budidaya keramba jaring apung adalah berada pada

kisaran salinitas 32-36 ppt.

2.4.3. Amoniak

Amoniak (NH3) merupakan senyawa yang bersifat merugikan apa bila

terdapat jumlah yang bayak. Sumber amoniak berasal dari kotoran ikan dan sisa-

sisa pakan yang mengendap didasar perairan. Menurut buku pedoman penetapan

baku mutu lingkungan yang dikeluarkan oleh Sekretariat menteri Negara

kependudukan dan lingkungan hidup (1998), ditetapkan bahwa kadar maksimal N

- NH3 dalam budidaya ikan air laut kadar NH3 sebagai N yang diperbolehkan

adalah 1,0 mg/1 atau kurang.

Page 21: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

7

2.4.3. suhu

Suhu perairan merupakan salah satu faktor lingkungan penting yang dapat

mempengaruhi produksi dalam usaha budidaya perikanan. Air akan mengatur

pengendalian suhu tubuh organisme (Boyd 2015) dan pada umumnya ikan sensitif

terhadap perubahan suhu air (Chin 2006; Parker 2012). Berbagai aktifitas penting

biota air seperti pernapasan, konsumsi pakan, pertumbuhan dan reproduksi akan

dipengaruhi oleh suhu perairan Bolorunduro dan Apdullah (1996).

Nilai kisaran suhu perairan selama penelitian 22-30 oC tergolong baik

untuk budi daya perikanan, Aurel et al. (2015). Menurut Bolorunduro &

Apdullah (1996). Suhu perairan pada kisaran 24-32 oC sangat sesuai untuk

budidaya ikan. Boyd dan Lichtkopler (1979) menguatkan pendapat tersebut

dengan menyatak pertumbuhan ikan bagus pada suhu peraitran 25-32 oC.

2.5. Keong Mas

Gambar 2. keong emas (Pomacea canaliculata Lamarck)

Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) merupakan hewan lunak dari

division Mollusca, kelas gastropodo yang berarti jalan dengan perut, ordo

Page 22: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

8

pulmonata, famili pomaceatidae, genus pomacea, spesies pomacea canalicuata

lamarck. Keong mas dapat bertahan hidup antara 2 sampai 6 bulan dengan

fertilitas yang tinggi. Cangkangnya berwarna coklat muda, dagingnya berwarna

putih susu sampai merah keemasan atau oranye Anoniim, (2012).

Keong mas atau dikenal golden apples snail (GAS) sering dianggap

sebagai salah satu penyebab kegagalan panen padi. Mollusca jenis hidup

diperairan jernih, aliran airnya lambat, drainase tidak baik dan tidak cepat kering,

bersubstrat lumpur dengan tumbuhan air yang melimpah. Keong mas mampu

bertahan hidup sampai 6 bulan pada air yang memiliki pH 5-8, dan suhu diantar

18-28 0C. keong mas akan makan, bergerak, dan tumbuh, lebih cepat pada suhu

yang tinggi. Pada suhu yang rendah keong mas akan masuk dalam lumpur dan

menjadi tidak aktif pada suhu diatas 32 0C hewan ini memiliki mortalitas yang

lebih tinggi Anoniim, (2013).

Keong mas merupakan hewan mollusca yang siklus hidupnya pendek

bereproduksi cepat karena bersifat hemafrodit. Keong mas cukup potensial

sebagai sumber protein pakan. Kandungan nutrisi pada keong mas yaitu protein

kasar 10,45 %,, lemak 0,37%, abu 1,74% dan serat kasar 0,6 % Firdaus dan

Muchlis Z.A. (2005).

Golden snail atau lebih dikenal dengan keong mas pomacael canaliculata

dapat digunakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan pakan ikan karena

tersedia banyak di alam, bahkan bagi sebagian masarakat keong mas dianggap

sebagai hama, bukan merupakan bahan pangan utama bagi manusia serta memiliki

nilai gizi tinggi, keong mas merupakan sumber protein pakan yang potensial

Page 23: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

9

karena kandungan potensialnya menyamai tepung ikan. Firdaus dan Muchlis Z.A.

(2005).

Keong mas memiliki ciri morfologi hampir sama dengan keong sawa.

Cangkang berbentuk bulat mengerucut, berwarna kuning keemasan, diameter 1,2-

1,9 cm, tinggi 2,2-3,6 cm dan berat 4,2-15,8 gram. Keong mas berkembang biak

dengan telur. Seekor keong mas betina mampu bertelur hingga 500 butir dalam

seminggu.

Firdaus dan Muchlis Z.A. (2005). Membandingkan asam amino esensial

daging ikan dengan asam amino daging keong mas yang mempunyai esensial

amino acid index (EAAI) sekitar 0,84. Efensiensi pakan pada budidaya perikanan

tergantung dari kesamaan profil asam amino pakan dengan ikan yang diberi pakan

tersebut.

2.6. Enzim Papain carica papaya L

Enzim merupakan biokatalisator yang diproduksi oleh sel dan telah banyak

dimanfaatkan dalam bidang industri. Sebagai biokatalisator, enzim dapat

mempercepat suatu reaksi tanpa ikut bereaksi terhadap industri yang

menggunakan enzim. 59% enzim yang digunakan adalah protease, salah satunya

adalah papain Oktapiana Vina. (2015). Kemampuan papain untuk memecah

molekul protein membuatnya menjadi produk yang sangat bermanfaat bagi

kehidupan manusia baik di rumah tangga maupun di industri. Papain dapat kita

peroleh dari getah buah pepaya, baik dalam buah, batang, dan daunya, namun

yang paling banyak menghasilkan enzim terdapat pada buah dan batang pepaya.

Menurut Indriani Angraini , A dan Yunianta (2015). Batang dan buah pepaya

Page 24: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

10

mudah mengandung enzim yang berlimpah. Senyawa terdapat dalam enzim

papaya antara lain lebih dari 50 asam amino diantaranya asam aspartam, treonin,

serine, asam glutamat, prolin, glisia alanin, valine, isoleusin, leusin, tirosin,

fenilalanin, histidian, iysin, arginin tritophan, dan sistein, selain itu getah juga

mengandung suatu enzim pemecah protein atau yang disebut papain. Papain juga

bersifat anti bakteri karena dapat memecah protein bakteri papain juga

mengandung 1,2% sulfat yang berfungsi mengobati penyakit yang sering

disebabkan oleh bakteri gram positif yang hidup pada lingkungan pH antara 2,6-

10 dengan pH optimum 6,8-8,2. Erminat Pakki dkk. (2009).

2.7. Peranan Enzim Papain Pada Ikan.

Saat ikan masi berada pada stadium beni, produksi enzim endogennya

masi sangat minim. Kondisi ini mengakibatkan pemecah protein tidak sempurna

dan daya cerna protein menjadi rendah. Padahal fungsi utama endogen adalah

kunci untuk menghidrolisis pakan sehingga nutrisi pakan dapat diserap oleh

tubuh. Oleh karena itu mulai digunakan pakan yang mengandung enzim untuk

membantu kinerja dari enzim endogen. Nugraha (2019).

2.8. Pemanfaatan Papain Pada Pakan Ikan

Papain memeliki kemampuan mengurai protein dengan cepat. Enzim

protease yang terkandung didalamnya mampu menghidrolisi protein menjadi

unsur-unsur yang lebih sederhana pakan yang telah ditambahkan enzim papain

dapat dicerna dan sirap dengan optimal oleh tubuh ikan sebagai asupan dari luar

tubuh ikan, papain termasuk dalam enzim eksogen ini akan membantu mengurai

Page 25: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

11

atau hidrolisis protein pakan dalam tubuh ikan. Penambahan eksogen papain pada

pakan ikan meningkatkan aktivitas perombakan protein dalam usus sehingga

penyerapan asam amino lebih sempurna. Hal ini berakibat pada bertambahnya

tingkat kecernaan pakan, yang selanjutnya dimanfaatkan tubuh untuk proses

metabolisme dan pertumbuhan. Penambahan enzim dalam pakan lebih dapat

meningkatkan kualitas pakan. Hal ini didukung oleh Reed (1975).

Penambahan enzim papain dalam pakan ikan nila meningkatkan efisiensi

pemanfaatan pakan menunjukan perbandingan antara bobot tubuh yang dihasilkan

dan jumlah yang diberikan. Sari, W.A.P. (2012)

2.9. Darah Ikan

Darah merupakan cairan terpenting dalam tubuh mahkluk hidup. Darah

mengangkut oksigen, hormon, nutrien, dan hasil buangan. Darah merupakan salah

satu parameter untuk melihat kelainan yang terdapat pada ikan. Baik itu karena

penyakit ataupun karena keadaan lingkungan. Sehingga dengan mengetahui

kondisi gambaran darah ikan dapat mengetahui kondisi kesehatan suatu

organisme. Wells (2005).

Parameter darah yang dapat memperlihatkan adanya gangguan iyalah nilai

hematokrit, konsentrasi hemoglobin, jumlah eritrosit (sel darah merah) dan jumlah

leukosit (sel darah putih) Lagles et al. (1977). Studi hemoglobin merupakan

kriteria penting untuk diagnosis dan penentuan kesehatan ikan (Nabib R. Pasaribu

FH. 1989). Penyakit merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan

produksi ikan. Penyebab penyakit dapat dibagi dua kelompok yaitu non infeksi

Page 26: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

12

(setres, intoksikasi, defisiensi, nutrisi) dan infeksi (virus, bakteri, cendawan,

cacing dan protozoa).

Sistem peredaran darah mempunyai banyak fungsi sebagai alat

transportasi oksigen, karbon dioksida, sari sari makanan, maupun hasil

metabolisme. Darah membawa substansi dari tempatnya dibentuk ke semua

bagian tubuh dan menjaga tubuh untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik.

Eritrosit (sel darah merah) membawa oksigen, leukosit (sel darah putih) menjaga

tubuh dari serangan patogen sedangkan kombinasi dari faktor pembeku berperan

menyumbat kebocoran pembuluh darah tanpa menghambat alirannya. Marthen

PDJ. (2005).

Darah terdiri dari duakelompok besar yaitu sel darah dan plasma. Sel

terdiri atas sel-sel diskret yang memiliki bentuk khusus dan fungsi yang berbeda

seperti eritrosit, limfosit, monosit dan trombosit. Sedangkan komponen plasma

adalah fibrinogen. Ion-ion inorganik dan organik yang berfungsi membantu dalam

proses metabolisme. Marthen PDJ (2005).

Kurniawan, W. (2008). Menyatakan bahwa perubahan hematologi pada

darah perifer dapat digunakan sebagai indikator adanya infeksi dan kondisi stres

pada ikan adanya penurunan jumlah limfosit yang berkorelasi dengan peningkatan

seutrofil setelah channel catfish diinjeksi dengan dosis fisiologis cortisol.

2.9.1. Hemoglobin

Hemoglobin merupakan salah satu jenis protein yang terdapat didalam

darah yang memiliki zat besi tinggi. Hemoglobin mampu menggabungkan antara

oksigen dengan oksigen lainnya yang kemudian membentuk oxihemoglobin

Page 27: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

13

didalam darah hal inilah yang kemudian darah bias membawa oksigen dan

mendistribusikannya keseluruhan tubuh. Hemoglobin merupakan molekul darah

yang terdiri dari zat hemoglobin (zat besi) dan rantai polipeptida globin (alfa, beta

dan delta) yang berada didalam sel darah merah sebagai pengangkut oksigen.

Fungsi sel darah merah adalah sebagai media pengangkut oksigen dan yang lebih

berperan lanjut adalah zat hemoglobin. Moyle dan cech (1998) dalam Vantin

(2008).

Lagler et al. (1977) dalam Setiawati (2017) mengatakan bahwa jumlah

hemoglobin umumnya berbanding lurus dengan jumlah eritrosit. Rendahnya

konsentrasi hemoglobin menunjukan terjadinya anemia dalam tubuh ikan. Ikan

yang memiliki amonia memiliki konsentrasi hemoglobin yang rendah akibat

penurunan jumlah eritrosit. Hardi et al. (2011) melaporkan kadar hemoglobin

dalam darah berkaitan dengan osmolalitas plasma darah. Royaan (2014)

mengemukakan bahwa rendahnya kadar hemoglobin berdampak pada jumlah

oksigen yang rendah didalam darah. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh

Listiyanti (2011) dalam matofani (2013), yang menyatakan bahwa kadar

hemoglobin setelah uji tantang mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena

terjadinya penurunan jumlah eritrosit.

2.9.2. Hematokrit

Hematokrit merupakan persentase volume eritrosit (sel darah merah)

dalam darah ikan. Hasil pemeriksaan terhadap hematokrit dapat dijadikan sebagai

salah satu patokan untuk menentukan keadaan kesehatan ikan. Menurut Royan

dkk. (2014) nilai hematokrit normal pada ikan nila berkisar antara 22.00-27,67%.

Page 28: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

14

Nilai hematokrit kurang dari 22% menunjukan terjadinya anemia. Kadar

hematokrit ini bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur ikan, jenis kelamin,

ukuran tubuh dan masa pemijahan. Marthen PDJ. (2005).

Perhitungan nilai hematokrit dan kadar hemoglobin mencerminkan

oksigen yang membawa daya muat dalam darah. Nilai yang rendah dapat

disebabkan karena kerusakan insang atau osmoregulasi yang cacat. Sementara

nilai yang tinggi menunjukkan naiknya permintaan oksigen atau tekanan yang

akut. Dewi. (2012). Apabila ikan terkena infeksi atau setres, nafsu makan ikan

akan menurun dan nilai hematokrit darah akan menurun. Pada kasus seperti

anemia mikrositik, jumlah dan ukuran sel darah merah berkurang, sehingga nilai

hematokrit juga rendah. Nilai hematokrit juga dipengaruhi oleh jenis kelamin

ukuran tubuh dan masa pemijahan. Jawab dkk. (2004).

2.9.3. Erirtrosit

Erirtrosit (sel darah merah) merupakan sel yang paling banyak jumlahnya.

Inti sel eritrosit terletak sentral dengan sitoplasma akan terlihat jernih kebiruan

dengan pewarnaan Giemsa. Dopongtonung A. (2008). Menurut Fujaya. (2004),

jumlah eritrosit pada masing-masing spesies ikan berbeda, tergantung dari

aktifitas ikan tersebut.

Fungsi utama eritrosit adalah mengangkut Hb dan berperan membawa

oksigen dari insang atau paru-paru kejaringan, selain transportasi Hb, eritrosit

juga mengandung asam karbonat dalam jumlah besar yang berfungsi

mengkatalisis reaksi antara karbondioksida dan air sehingga darah dapat

mentranspor karbondioksida dari jaringan menuju insang. Menurut Hartika dkk.

Page 29: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

15

(2014), jumlah eritrosit normal pada ikan nila berkisar antara 20.000 – 3.000.000

sel/mm3.

Faktor yang mempengaruhi nilai eritrosit ikan antara lain umur, jenis

kelamin, lingkungan, nutrisi, dan kondisi kekurangan oksigen. Yanto dkk. (2015).

Jumlah eritrosit dipegaruhi oleh suhu air. Suhu yang tinggi akan menyebabkan

penurunan jumlah eritrosit. Selain itu jumlah eritrosit juga dipengaruhi oleh

penyakit dan setres. Ikan yang terkena penyakit atau napsu makannya menurun.

Maka nilai hematokrit darahnya mengakibatkan tidak normal dan diikuti dengan

jumlah eritrosit yang juga rendah. Bastiwan dkk. (1995). Rendahnya jumlah

eritrosit merupakan indicator terjadinya anemia, sedangkan tingginya jumlah

eritrosit mengindikasikan bahwa ikan salam keadaan setres. Wedemeyer dan

yasutake. (1977).

2.8.4. Leukosit

Leukosit adalah sel darah putih yang membentuk komponen darah. Sel

darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit

infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak

berwarna memiliki inti. Dapat bergerak secara amoeboid dan dapat menebus

dinding kapiler. Menurut Sansoko (2001) jumlah leukosit normal pada ikan

berkisar antara 20.000/150.000 sel/mm3

Jumlah leukosit yang masi dalam angka normal tersebut menunjukan

bahwa proses hematopoiesis masih berlangsung pada ikan walaupun suda terpapar

timbal klorida. Jumlah leukosit pada ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

jenis atau spesies, umur dan aktivitas otot. Salasia. (2001). Menurut Sasongko .

Page 30: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

16

(2001) leukosit akan menurun jika ikan dalam kondisi setres, contohnya stres

panas. Leukosit akan meningkat saat ikan akan terinfeksi sebagai bentuk respons

imunitas tubuh dalam melawan mikro organisme. Alamanda IE dkk. (2007),

menyatakan perubahan kondisi lingkungan perairan, perubahan kualitas air dan

kekurangan pakan alami dapat menyebabkan penurunan jumlah leukosit pada ikan

sehingga menyebabkan penurunan produksi antibodi, ketahanan tubuh menurun

dan mudah terserang penyakit.

Page 31: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

17

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada tagal 25 agustus 2020 sampai pada tagal

25 september 2020, uji sampel darah dilakukan di laboratorium bertempat di

BPBAP takalar Kecamatan Balisai Sulawesi selatan. Proses pemeliharaan ikan

kakap putih dilakukan di balai perikanan, instalasi tambak percobaan (ITP)

Punaga, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi selatan.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah baskom dengan volume air

30 liter digunakan sebagai wadah penelitian, Penggaris untuk mengukur panjang

ikan, timbangan digital untuk mengukur berat ikan, panci untuk merebus keong

mas, pisau untuk memotong keong mas, blender untuk menghaluskan keong mas,

termometer digunakan untuk mengukur suhu, alat mengukur pH, repraktometer

untuk mengukur Salinitas, digunakan untuk memberi label pada wadah penelitian,

spidol pulpen dan buku digunakan sebagai alat tulis, perangkat aerasi, suntik

untuk mengambil darah ikan, alat dan bahan yang digunakan di laboratorium

mikroskop, micro slide, mikrokapiler, mikro tabung, dan HB-meter,

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih ikan kakap putih,

garam dapur, kapur sirih, enzim papain, keong mas, air laut, dan cairan HCI.

3.3. Pembuatan Tepung Keong Mas

Page 32: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

18

Pembuatan tepung keong mas di awali dengan mengumpulkan keong mas

yang berada di sawah lalu dicuci hingga bersih, langka selanjutnya dilakukan

perendaman pada keong mas dengan tambahan garam sebanyak 250 gram lalu

didiamkan selama 15 menit kemudian dicuci lagi hinga bersih. Tahap selanjutnya

keong mas direbus dalam panci dengan suhu 600C dan ditambahkan garam dapur

sebanyak 5 sendok makan dan kapur siri sebanyak 3 sendok makan. Setelah 20

menit direbus keong mas segerah dilepaskan dari cangkangnya, untuk proses

pelepasan keong mas dari cangkangnya Digunakan benda tajam yang runcing

untuk menarik keluar keong mas dari cangkangnya, keong mas yang berhasil

dikeluarkan dari cangkangnya akan dipisahkan dari kotorannya dan dibuang

bagian yang tidak diperlukan, selanjutnya daging keong mas di cuci hinga bersih

kemudian di iris perkecil menggunakan pisau. Daging keong mas yang telah di

iris dijemur selama 3 hari, Daging keong mas yang telah mengering diolah

dijadikan tepung keong mas.

3.4. Pembuatan Enzim Papain

Pembuatan enzim papain diawali dengan mengambil batang pepaya dari

perkebunan sekitar wilayah makassar. Batang pepaya diambil sepanjang 30 cm

dari pangkal batang, kemudian batang pepaya diparut. Setelah diparut, batang

pepaya tersebut diperas menggunakan ayakan. Lalu tahap selanjutnya dilakukan

sentrifuge, kemudian dilakukan analisis aktifitas enzim guna untuk menentukan

enzim protease, lipase, dan amilase pada enzim papain. Adapun hasil uji enzim

batang papaya yang diperoleh adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil uji enzim dari batang papaya dengan kandungan protease,

amilase lipase

Page 33: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

19

Kode

Enzim (μ/ml/menit)

Protease Amilase Lipase

Batang Pepaya 0,707 0,466 0,251

3.5. Fermentasi Tepung Keong Mas dan Pembuatan Pakan

Tepung keong mas ditimbang sesuai perlakuan, kemudian ditambahkan

enzim papain sebanyak 15 ml untuk perlakuan B, 22,5 ml untuk perlakuan C, dan

30 ml untuk perlakuan D. Selanjutnya dimasukkan dalam wadah plastik klip dan

difermentasikan selama 1 minggu secara anaerob. Selanjutnya disimpan dalam

box dengan tujuan agar suhu ruangan tetap sama. Setelah proses inkubasi selesai,

disimpan dalam freezer untuk menghentikan kerja enzim, kemudian tahap

selanjutnya tepung keong mas yang telah difermentasi diformulasikan dengan

bahan pakan lainnya kemudian dicetakkan pakan. Adapun formulasi pakan yang

digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3.

Tabel 2. Komposisi pakan ikan kakap putih

No. Bahan Pakan Formulasi Bahan Pakan

1. Tepung Ikan 25 %

2. Dedak Halus 14 %

3. Kedelai 15 %

4. Tepung Jagung 13 %

5. Tepung Keong Mas 20 %

6. Tepung Terigu 11 %

7. Minyak Ikan 1 %

8. Vitamin A 1 %

Jumlah 100 %

3.6. Persiapan Wadah Dan Media Penelitian

Page 34: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

20

Wadah yang digunakan pada penelitian ini adalah baskom plastik dengan

volume 30 liter sebanyak 4 buah, setiap wadah di isi air sebanyak 25 liter dengan

padat tebar 10 ekor setiap baskomnya. Setiap baskom diberi satu selang aerasi dan

batu aerasi yang terhubung dengan instalasi aerasi untuk meningkatkan kadar

oksigen terlarut dalam media pemeliharaan.

3.7. Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan kakap

putih yang berukuran 10-11 cm. yang diperoleh dari Balai Perikanan Budidaya

Air Payau (BPBAP) Takalar Kecamatan Balisai Sulawesi selatan.

3.8. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian yang dilakukan diawali dengan pengambilan

darah ikan kakap putih untuk diuji laboratorium sebagai data awal dan selanjutnya

mempersiapkan wadah dan media, mempersiapkan beni dan pakan, dalam proses

pemeliharaan diberi pakan tiga kali sehari secara adlibitum. Pengukuran kualitas

air dilakukan setiap hari yah itu di pagi hari pukul 06-00 dan sore hari pukul 17-

00. Pergantian air dilakukan setiap pagi pukul 05-00, setelah pemeliharaan selama

30 hari ikan dibawah di laboratorium uji balai perikanan budidaya air payau

takalar untuk diambil sampel darahnya mengunakan suntik, parameter yang uji

iyalah eritrosit, leukosit, hemoglobin dan hematokrit.

3.9. Rancangan Penelitian

Page 35: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

21

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

metode deskriptif terdiri dari 4 perlakuan dengan Susunan Perlakuan Dalam

penelitian ini sebagai berikut:

A: Tepung Keong Mas Konsentrasi enzim 0 ml / kg pakan

B: Tepung Keong Mas Konsentrasi enzim 15 ml / kg pakan

C: Tepung Keong Mas Konsentrasi enzim 22,5 ml / kg pakan

D: Tepung Keong Mas Konsentrasi enzim 30 ml / kg pakan

3.10. Variabel yang diamati

3.10.1. Hemoglobin

Prosedur perhitungan kadar hemoglobin dilakukan dengan mengacu pada

metode Salhi. Pertama, darah sampel dihisap dengan menggunakan jarum suntik

lalu disalin pada pipet hingga skala 20 mm3 atau pada skala 0,2 ml. lalu ujung

pipet dibersikan dengan kertas tisu. Kemudian, darah dalam pipet dipindahkan ke

dalam tabung Hb meter yang telah diisi HCI 0,1 N hingga skala 10 (merah).

Setelah itu, darah tersebut lalu diaduk dengan batang pengaduk selama 3 hingga 5

menit. Setalah itu, akuades ditambahkan ke dalam tabung tersebut hingga warna

darah tersebut berubah seperti warna larutan standar warna yang ada didalam Hb

meter. Kadar hemoglobin dinyatakan dalam g%.

3.10.2. Hematokrit

Kadar hematokrit diukur menurut Anderson dan Swicki. (1993). Pertama,

darah diambil sebanyak 2/3 bagian tabung. Ujung tabung yang telah berisi darah

ditutup dengan crytoceal dengan cara menancapkan ujung tabung tersebut ke

dalam crytoseal kira-kira sedalam 1 mm sehingga terbentuk crytoseal. Setelah itu,

Page 36: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

22

tabung mikro hemtokrit tersebut disentrifuge 5 menit dengan kecepatan 5.000 rpm

dengan posisi tabung yang bervolume sama berhadapan agar putaran centrifuge

seimbang. Panjang bagian darah yang mengendap (a) dan panjang total volume

darah yang terdapat didalam tabung (b) diukur dengan menggunakan penggaris.

Kadar hematokrit dinyatakan sebagai % volume padatan sel darah.

3.10.3. Eritrosit

Prosedur perhitungan jumlah eritrosit diukur menurut Blaxhall dan Daisley

(1973), pertama darah dihisap dengan jarum suntik lalu disalin pada pipet yang

berisi bulir pengaduk warna merah sampai skala 1 (pipet untuk mengukur jumlah

sel darah merah), lalu tambahkan larutan hayem’s sampai skala 101, pengadukan

darah didalam pipet dilakukan dengan mengayunkan tangan yang memegang

pipet seperti membentuk angka delapan selama 3-5 menit sehingga darah

tercampur rata. Dua tetes pertama larutan darah dalam pipet dibuang. Selanjutnya

tetesan pada haemocytometer tipe neubauer dan tutup dengan gelas penutup.

Kemudian, hitung jumlah sel darah merah dengan bantuan mikroskop dengan

pembesaran 400 x. Menurut Blaxhall dan Daisley (1973) total eritrosit dihitung

dengan rumus.

∑ eritrosit = Rataan Sel eritrosit terhitung x pengencer

volume

3.10.4. Leukosit

Page 37: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

23

Prosedur perhitungan jumlah leukosit diukur menurut Blaxhall dan

Daisley (1973), pertama darah sampel dihisap dengan pipet yang berisi bulir

pengaduk berwarna putih sampai skala 0,5. Lalu, tambahkan larutan Turk’s

sampai skala 11, pipet digoyang membentuk angka 8 (sama dengan pengadukan

untuk penghitungan jumlah sel darah merah) selama 3-5 menit sehingga darah

bercampur rata. Setelah itu, dua tetes pertama larutan darah dari dalam pipet

dibuang, kemudian teteskan larutan pada haemocytometer, setelah itu ditutup

dengan gelas penutup. Cairan akan memenuhi ruang hitung secara kapiler. Jumlah

sel darah putih atau leukosit total dihitung dengan bantuan mikroskop dengan

perbesaran 400 X. Jumlah leukosit total dihitung dengan cara menghitung sel

yang terdapat dalam 4 kotak kecil. total leukosit dihitung dengan rumus.

∑ leukosit = Rataan Sel leukosit terhitung x pengencer

volume

3.10.5. Pengukuran kualitas air

Pengukuran kualitas air dilakukan sebagai data penunjang pada penelitian

ini. Parameter kualitas air yang diukur antara lain suhu, pH, salinitas, dan

Amoniak

3.11. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif berdasarkan gambaran

darah ikan kakap putih dengan parameter leukosit, eritrosit, hemoglobin dan

hematokrit, dari tiap sampel diambil dari dari setiap perlakuan dan dibandingkan

dengan perlakuan lainya.

Page 38: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukan (Tabel 5) bahwa penambahan enzim papain

pada pakan tepung keong mas memberikan hasil yang berbeda disetiap parameter

dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan yang diberikan konsentrasi enzim 30

ml/kg pakan memberikan hasil gambaran darah ikan kakap putih terbaik

dibandingkan dengan perlakuan yang lain untuk setiap parameternya.

Tabel 3. Laporan Hasil Uji Laboratorium. Darah Ikan Kakap Putih Dengan

Parameteri Eritrosit, Leukosit, Hemoglobin, dan Hematokrit

Parameter Satuan

Uji

awal

Uji akhir (Perlakuan dan Konsentrasi enzim)

A

0 ml/kg

B

15 ml/kg

C

22,5ml/kg

D

30 ml/kg

Total Eritrosit Sel/mL 4,2 x 105 2,7 x 105 3,9 x 105 4,4 x 105 4,5 x 105

Total Leukosit Sel/mL 3,0 x 104 1,6 x 104 2,7 x 104 5,7 x 104 8,0 x 104

Kadar Hemoglobin g/100mL 6 6 6 6,5 7

Nilai Hematokrit % 25 21,5 22,5 25 25,5

4.1. Pengamatan Darah

4.1.1. Total Eritrosit

Dari hasil pengamatan pada tabel 2 dapat dinyatakan bahwa, total eritrosit

tertinggi terdapat pada perlakuan D dengan konsentrasi enzim 30 ml/kg pakan,

yaitu 450.000 sel/mm³, diikuti oleh Perlakuan C dengan konsentrasi enzim 22,5

ml/kg pakan adalah, 440.000 sel/mm³, perlakuan B, konsentrasi enzim 15 ml/kg

dengan total eritrosit 390.000 sel/mm³. Total eritrosit terendah terdapat pada

perlakuan A yaitu sebagai kontrol dengan konsentrasi enzim 0 ml/kg adalah

270.000 sel/mm³.

Page 39: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

25

Gambar 3. Grafik Pengamatan (Eritrosit) darah ikan kakap putih

Pemberian pakan tepung keong mas yang terfermentasi enzim papain pada

ikan kakap putih diketahui adanya perubahan peningkatan pada nilai eritrosit, hal

tersebut menggambarkan bahwa pakan yang difermentasi enzim papain mampu

meningkatkan nilai eritrosit disetiap perlakuannya dapat dilihat pada pada gambar

3 yang menunjukkan tingginya nilai eritrosit darah ikan kakap putih yang diberi

perlakuan penambahan konsentrasi enzim pada pakan dibandingkan dengan

perlakuan kontrol yang tidak menggunakan enzim pada pakan.

Meningkatnya nilai eritrosit yang dipengaruhi fermentasi enzim papain

dalam pakan tepung keong disetiap perlakuan masih dalam kisaran normal atau

bagus. Menurut Hartika dkk. (2014), jumlah eritrosit normal pada ikan nila

bekisar antara 20.000 – 3.000.000 sel/mm3. Rendahnya jumlah eritrosit

merupakan indikator terjadinya anemia, sedangkan tingginya jumlah eritrosit

mengindikasi bahwa ikan dalam keadaan setres.

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

450000

500000

A (kontrol) B (15 ml) C (22,5 ml) D (30 ml)

Tota

l erir

osi

t (s

el/

mL

)

Perlakuan

Page 40: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

26

4.1.2. Total Leukosit

Hasil pengamatan total leukosit ikan kakap putih tertinggi setelah

penambahan enzim dalam pakan terdapat pada perlakuan D dengan Konsentrasi

enzim 30 ml/kg sebanyak 80.000 sel/mm3. Kemudian diikuti oleh perlakuan C

dengan konsentrasi enzim 22,5 ml/kg yaitu sebanyak 57.000 sel/mm3, dan nilai

total leukosit pada perlakuan B dengan konsentrasi Enzim 15 ml/kg sebanyak

27.000 sel/mm3. nilai total leukosit terendah terdapat pada perlakuan A dengan

konsentrasi enzim 0 ml/kg adalah 16.000 sel/mm3.

Gambar 4. Grafik Pengamatan (Leukosit) darah ikan kakap putih

. penambahan enzim papain pada pakan tepung keong mas dapat

mempengaruhi leukosit pada ikan kakap putih, hal ini dapat dilihat dari

meningkatnya jumlah leukosit pada ikan kakap putih disetiap perlakuan, leukosit

tertingi terdapat pada perlakuan D dengan konsentrasi enzim 30 ml/kg pakan

sebanyak 80.000 sel/mm3, sedangkan nilai leukosit terendah terdapat pada

perlakuan A dengan konsentrasi enzim 0 ml/kg pakan 16.000 sel/mm3. Menurut

Sasongko (2001) jumlah leukosit normal pada ikan bekisar antara 20.000/150.000

sel/mm3.

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

A (kontrol) B (15 ml) C (22,5 ml) D (30 ml)Tota

l L

eu

kosi

t (s

el/

mL

)

Perlakuan

Page 41: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

27

Menurunnya jumlah leukosit pada perlakuan A diduga karena pakan

tepung keong mas yang diberikan tidak terfermentasi enzim papain. Kondisi ini

mengakibatkan pemecahan protein tidak sempurna dan daya cerna protein rendah

sehingga ikan kekurangan energi untuk bergerak sehinga aktifitas otot ikan

berkurang dan menyebabkan penurunan produksi kekebalan tubuh pada ikan,

sedangkan fungsi utama pengunaan enzim dalam pakan adalah mampu

menghidrolisis protein ke bentuk yang lebih sederhana dan mampu mengurai

protein dengan cepat. Penambahan enzim dalam pakan lebih dapat meningkatkan

kualitas pakan. Hal ini didukung oleh Reed (1975).

4.1.3. Kadar Hemoglobin

Hasil pengamatan pada kadar hemoglobin tertinggi terdapat pada

perlakuan D dengan konsentrasi Enzim 30 ml/kg yaitu 7 g/%, diikuti oleh

perlakuan C dengan konsentrasi Enzim 22,5 ml/kg adalah 6,5 g/%, sedangkan

kadar hemoglobin terendah terdapat pada perlakuan A dan B yaitu sebesar 6 g/%

dengan konsentrasi enzim A 0 ml/kg dan B 15 ml/kg.

Gambar 5. Grafik Pengamatan (Hemoglobin) darah ikan kakap putih

5.4

5.6

5.8

6

6.2

6.4

6.6

6.8

7

7.2

A (kontrol) B (15 ml) C (22,5 ml) D (30 ml)

Kad

ar

Hem

oglo

bin

(g/1

00

mL

)

Perlakuan

Page 42: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

28

Jumlah hemoglobin dari semua perlakuan berkisar antara 6-7 g/%. Nilai

hemoglobin yang didapatkan dengan pemberian pakan yang difermentasi enzim

papain masi tergolong bagus, hal ini sesuai dengan pernyataan (Anderson dan

Siwicki (1993) diacu dalam Sasongko (2001). Yang menyatakan bahwa nilai

hemoglobin pada ikan berkisaran normal yaitu 6-7 g/%.

Rendanya nail hemoglobin pada perlakuan A dan B disebabkan rendahnya

nilai eritrosit, hal ini sesuai dengan pernyataan Setiawati (2017) menyatakan

bahwa jumlah hemoglobin umumnya berbanding lurus dengan jumlah eritrosit.

Rendahnya konsentrasi hemoglobin menunjukkan terjadinya anemia dalam tubuh

ikan. Ikan yang menderita anemia memiliki konsentrasi hemoglobin yang rendah

akibat penurunan jumlah eritrosit. Hardi et al. (2011) melaporkan kadar

hemoglobin dalam darah berkaitan dengan osmolaritas plasma darah. Royan

(2014) mengemukakan bahwa rendahnya kadar hemoglobin berdampak pada

jumlah oksigen yang rendah didalam darah.

4.1.4. Kadar hematokrit.

Nilai kadar hematokrit ikan kakap putih tertinggi setelah penambahan

enzim papain dalam pakan terdapat pada perlakuan D dengan konsentrasi enzim

30 ml/kg sebesar 25,5 g/%, kemudian diikuti oleh perlakuan C dengan konsentrasi

enzim 22.5 ml/kg yaitu sebesar 25,0 g/% dan nilai hematokrit pada perlakuan B

dengan konsentrasi enzim 15 ml/kg pakan adalah 22,5 g/%. Sedangkan nilai

hematokrit terendah terdapat pada perlakuan A dengan konsentrasi enzim 0 ml/kg

adalah 21,5 g/%.

Page 43: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

29

Gambar 6. Grafik Pengamatan (Hematokrit) darah ikan kakap putih.

Dari data pengamatan darah ikan kakap putih telah diketahui bahwa kadar

hematokrit yang normal terdapat pada perlakuan B, C, dan D, sedangkan A

tergolong renda hal ini sesuai dengan pernyataan Royan dkk. (2014) yang

menyatakan nilai hematokrit normal pada ikan nila bekisar antara 22,00 % - 27,67

%. nilai hematokrit kurang dari 22% menunjukan terjadinya anemia.

Kadar hematokrit ini bervariasi berpengaruh pada faktor nutrisi, umur

ikan, jenis kelamin, ukuran tubuh dan masa pemijahan. Marthen PDJ. (2005).

Dalam kasus penelitian ini terjadinya penurunan nilai hematokrit pada ikan kakap

putih diduga karena tidak adanya fermentasi enzim papain dalam pakan, diketahui

bahwa fermentasi enzim papain berbeda disetiap perlakuan, perlakuan A dengan

konsentrasi enzim 0 ml/kg pakan mendapatkan nilai hematokrit terenda yah itu

sebesar 21,5 g/%, sedangkan pada perlakuan D dengan konsentrasi enzim 30

ml/kg pakan mendapatkan nilai eritrosit tertinggi yah itu sebesar 25.5 g/%. Pakan

yang telah ditambahkan enzim papain dapat dicerna dan diserap dengan optimal

oleh tubuh ikan penambahan enzim dalam pakan lebih dapat meningkatkan

kualitas pakan, Reed (1975).

19

20

21

22

23

24

25

26

A (kontrol) B (15 ml) C (22,5 ml) D (30 ml)

NIl

ai

Hem

ato

kri

t

(%)

Perlakuan

Page 44: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

30

4.2. Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Hasil analisis sidik ragam laju pertumbuhan harian ikan kakap putih yang

diberi pakan dengan penambahan tepung keong mas terfermentasi enzim papain

selama penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan kakap putih rata-rata

selama 30 hari pemeliharaan bervariasi dan semakin meningkat seiring dengan

meningkatnya waktu pemeliharaan untuk semua perlakuan. Perhitungan laju

pertumbuhan harian ikan kakap putih terdapat pada lampiran 2 menunjukkan

bahwa pakan perlakuan ikan kakap putih yang diberikan tidak berbeda nyata

karena F hitung > F tabel 0,05 dilanjutkan dengan uji jarak berganda duncan yang

menunjukkan perlakuan D dengan dosis enzim papain 30 ml memberikan hasil

yang diberi tepung keong mas yang terfermentasi enzim papain dengan dosis 22,5

ml (perlakuan C), dosis enzim papain 15 ml (Perlakuan B) dan perlakuan A

(kontrol). Hasil analisis sidik ragam laju pertumbuhan harian disajikan pada

gambar 7.

Gambar 7. Laju pertumbuhan harian ikan kakap putih yang diberi pakan keong

mas terfermentasi enzim papain dengan konsentrasi berbeda

menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P<0.05)

0

1

2

3

4

5

6

A (kontrol) B (15 ml) C (22,5 ml) D (30 ml)laju

per

tum

bu

han

hari

an

(%h

ari

)

Pertumbuhan

Page 45: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

31

Pemberian tepung keong mas yang terfermentasi enzim papain pada ikan

kakap putih melalui pakan diketahui adanya peningkatan pertumbuhan hal

tersebut menggambarkan bahwa pakan yang diberikan mampu dimanfaatkan

dalam proses pertumbuhan, hal tersebut dapat dilihat pada pada Gambar 7 yang

menunjukkan tingginya nilai laju pertumbuhan harian ikan kakap putih yang

diberi perlakuan dibandingkan dengan tanpa perlakuan (Kontrol). Pemberian

tepung keong mas yang terfermentasi enzim papain dalam pakan mampu

meningkatkan laju pertumbuhan harian ikan kakap putih, nilai terendah didapat

pada perlakuan A (kontrol) sebesar 3.46 %/hari, sedangkan peningkatan laju

pertumbuhan harian tertinggi diperoleh pada perlakuan D (30 ml) yaitu sebesar

5,21 %/hari. Peningkatan laju pertumbuhan harian tersebut diduga karena karena

tepung keong mas terfermentasi enzim papain yang ditambahkan ke dalam pakan

memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga menghasilkan pertumbuhan

yang baik karena protein merupakan nutrien terbesar untuk tubuh ikan. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat kordi (2011) yang menyatakan bahwa faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan ikan kakap adalah kandungan protein yang

terdapat pada pakan karena protein memiliki fungsi membentuk jaringan baru dan

menggantikan jaringan yang rusak.

Selain itu Penambahan enzim papain yang merupakan enzim protease

sebagai enzim eksogen ke dalam pakan mampu meningkatkan hidrolisis protein

dari tepung keong mas. sehingga kandungan protein tersebut lebih sederhana

seperti peptida hingga asam amino dan mudah diserap dan dicerna oleh ikan, yang

akan berakibat pada tingkat kecernaan pakan yang semakin meningkat. Dengan

Page 46: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

32

tingginya tingkat kecernaan pakan dapat meningkatkan tingkat penyerapan asam

amino ke dalam tubuh untuk pertumbuhan. Syahputra et. al.2015 menyatakan

bahwa penggunaan enzim papain pada pakan mampu meningkatkan tingkat

kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih lele dumbo (Clarias gariepinus)

dengan dosis terbaik 2.5%. sehingga dengan kombinasi tepung keong mas yang

terfermentasi enzim papain yang di substitusi ke dalam pakan sangat baik dalam

meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan kakap putih.

Tingginya laju pertumbuhan harian pada perlakuan D dibanding perlakuan

lainnya diduga karena kandungan protein yang terdapat dalam tepung keong mas

yaitu sekitar 47,55% dimanfaatkan secara efisien ditambah dengan adanya

penambahan enzim papain saat proses fermentasi dengan dosis 30 ml, Semakin

banyak protein yang dapat terhidrolisis ke bentuk asam amino, maka semakin

banyak pula jumlah asam amino yang dapat diserap dan digunakan oleh ikan

kakap putih untuk pertumbuhan (Muchtadi, 1989).

Sedangkan pada Perlakuan A (kontrol) memberikan hasil terendah

dibandingkan perlakuan lain sebab pada perlakuan A diduga bahwa tidak

terdapatnya enzim papain sebagai enzim eksogen dalam pakan yang dapat

membantu mempercepat proses hidrolisis protein, sehingga hanya sedikit protein

yang dipecah ke bentuk asam amino dan semakin sedikit asam amino yang

diserap oleh tubuh.

Page 47: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

33

4.3. Pengelolaan Kualitas Air

Saat pelaksanaan kegiatan penelitian ini, pengolahan kualitas air yang

dilakukan selama satu bulan. Kualitas air yang diukur yaitu pH, salinitas,

amoniak, dan suhu. Selain melakukan pengukuran kualitas air, saat pelaksanaan

Magang juga melakuan pergantian airnya setiap hari dengan cara membuka

saluran pembuangan airnya setelah diberi pakan, hal ini bertujuan untuk menjaga

kualitas airnya

Tabel 7. Hasil uji kualitas air dengan parameter ph, salinitas, amoniak,

suhu

Parameter Satuan

Perlakuan

Hasil yang baik

menut para ahli A B C D

pH - 7,4-7,7 7,4-7,7 7,4-7,7 7,4-7,7 7,0-8,9

Salinitas Ppt 36 36 36 36 30-36

Amoniak mg/L 0,6425 0,8509 0.8153 0,9495 0.006-1,0

Suhu °C 24-27 24-27 24-27 24-27 24-32

4.3.1. Derajat Keasaman (pH)

Pengukuran pH dilakukan setiap hari yaitu pagi dan sore, tabel diatas

(tabel 3 menunjukan bahwa pada perlakuan A,B,C dan, D didapatkan nilai pH

yang sama yah itu minimum 7,4 dan pH nilai maksimum 7,7, nilai pH yang

didapat pada penelitian ini masih tergolong baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Yaqin et al. (2013), yang menyatakan bahwa nilai pH yang baik untuk budidaya

ikan kakap putih berada pada kisaran 7-8.

Page 48: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

34

4.3.2. Salinitas

Salinitas merupakan kadar garam terlarut dalam air. perairan payau biasanya

berkisar antara 0,5–30 ppt dan salinitas perairan laut lebih dari 30 ppt. Menurut

Patty (2013). Pengukuran salinitas dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada

pukul 06.00 dan sore hari pada pukul 17-00. Tabel diatas (Tabel 3) menunjukan

bahwa pada perlakuan A, B, C dan, D didapatkan nilai salinitas yah itu 36 ppt.

Menurut Hardianti et al., (2016) pada umumnya ikan kakap putih hidup di laut

dengan salinitas yang tingi yah itu 35-36 ppt namun dalam budidaya air payau,

ikan kakap putih mampu mentolerir salinitas berkisaran 30-33 ppt. Dalam

penelitian ini nilai salinitas yang didapatkan cukup bagus karena sesuai dengan

habitatnya pada umumnya yah itu air laut.

4.3.3. Amoniak

Amoniak (NH3) merupakan senyawa yang bersifat merugikan apabila

terdapat dalam jumlah yang banyak. Sumber amoniak berasal dari kotoran ikan,

dan sisa pakan yang mengendap didasar perairan. Pengukuran amoniak dilakukan

dua kali yaitu sebelum diberi pakan dan sebelum pergantian Air, dapat dilihat

pada tabel di atas (Tabel 3) yang menunjukan bahwa pada Petak A, B, C dan,D,

didapatkan nilai minimum amoniak 0.006 mg/L dan nilai amoniak maksimum

untuk perlakuan A sebesar 0.6425 mg/L, perlakuan B didapatkan nilai minimum

amoniak 0.8509 mg/L, perlakuan C didapatkan nilai maksimum amoniak 0,8153

dan petak D didapatkan nilai amoniak 0,9495.

Page 49: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

35

Jumlah amoniak yang ditemukan dalam penelitian masi dapat ditolerir oleh

ikan kakap putih, menurut buku Pedoman Penetapan Baku Mutu lingkungan yang

dikeluarkan oleh sekretariat menteri negara kependudukan dan lingkungan hidup

(1988), ditetapkan bahwa nilai maksimum N–NH3 di bidang budidaya ikan air

tawar adalah 0,016 mg/1. Sedangkan untuk budidaya ikan air laut NH3 sebagai N

yang tergolong baik adalah 1,0 mg/1 atau kurang.

4.3.4. Suhu

Suhu perairan merupakan salah satu faktor penting yang dapat

mempengaruhi Berbagai aktivitas penting biota air seperti pernapasan, konsumsi

pakan, pertumbuhan, dan reproduksi. Boyd (2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap budidaya pembesaran ikan

kakap putih didapatkan nilai suhu yah itu 24-27 0C pada perlakuan A,B,C dan D.

hasil tergolong bagus, sesuai dengan pernyataan Bolorunduro dan Abdullah

(1996) yang mengatan bahwa suhu perairan pada kisaran 24-32 sangat baik

untuk pertumbuhan ikan budidaya.

Page 50: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

36

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, penelitian ini dapat di simpulkan bahwa

penambahan enzim papain dengan dosis konsentrasi enzim 30 ml / kg pakan

mendapatkan hasil yang lebih baik karena dapat meningkatkan kadar eritrosit

sebanyak 450.000 sel/mm3, leukosit sebanyak 80.000, hemoglobin sebanyak 7

g/% dan hematokrit sebanyak 25.6 %. Sedangkan yang terendah terdapat paa

perlakuan A (kontrol) tanpa menggunakan enzim mendapatkan nilai total eritrosit

sebesar 270.000 sel/mm3, total leukosit sebesar 16.000 sel/mm3, kadar

hemoglobin sebanyak 6 g/100ml, dan nilai hematokrit sebanyak 21.5 %.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian ini, dengan pemberian enzim papain pada pakan

tepung keong mas mampu meningkatkan jumlah leukosit, diharapkan untuk

kedepannya dapat dilakukan uji tantang bakteri terhadap ikan kakap putih dengan

menggunakan formula pakan yang di fermentasi enzim papain sebagai bentuk dari

lanjutan penelitian ini.

Page 51: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

37

DAFTAR PUSTAKA

Alamanda IE, Noor SH dan Agung B. 2007. Penggunaan Metode Hematologi Dan

Pengamatan Endoparasit Darah Untuk Penetapan Kesehatan Ikan Lele

Dumbo (Clarias Gariepinus) di Kolam Budidaya Desa Mangkubumen

Boyolali. Biodiversitas. Volume 8, nomor 1, halaman : 34-38

Anderson, D. P. dan Siwicki A. K. 1993. Basic hematology and serology for fish

health. Symposium on Diseases Asia Aquaculture “Aquatic Animal Health

and The Environment” 25-29 October 1993. Phuket, Thailand

Anggraini, A. dan Yunianta. 2015. Pengaruh suhu dan hidrolisis enzim papain

terhadap sifat kimia, fisik organoleptik sari edamame. Jurnal Pangan dan

Agroindustri. Vol 3 (3): 1015-1025.

Anonim, 2012b. Diktat Aneka Ternak Keong Emas. http://rohmatfapertanian.

wordpress.com /2012/08/06/diktat-aneka-ternak-16-keong-mas. Tanggal

akses 10 Oktober 2013.

Anonim, 2013. Pomacea canaliculata (golden apple snail). CAB International

2013. http://www.cabi.org/isc/?compid = 5&dsid = 68490&loadmodule =

datasheet&page=481&site=144. Tanggal akses 10 Desember 2013.

Asma, N., Muchlisin, Z.A., Hasri, I., 2016. pengaruh Pertumbuhan dengan

Kelangsungan Hidup Ikan (Osteochilus Vittatus) terhadap Ransum Yang

Berbeda. Jurnal Ilmia Kelautan dan Perikanan Unsyiah 1(1): 1-11.

Bastiawan, D., M. Taukhid, Alifudin dan T.S. Dermawati. 1995. Perubahan

hematologi ikan lele (Clarias gariepinus) yang di infeksi cendawa

Aphanomyces sp. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 1(2):106-115.

Blaxhall, P. C. dan Daisley K. W. 1973. Routine haematological methods for use

fish blood. Journal Fish Biology 5: 577-581.

Budidaya (BLUPPB). Perpustakaan Universitas Airlangga Karawang. Jawa Barat

Dewi, N.K. 2012. Biomarker Pada Ikan Sebagai Alat Monitoring Pence maran

Logam Berat Kadmium, Timbal dan Merkuri di Perairan Kaligarang

Semarang. Thesis. Universitas Diponegoro

Espelid, S., Hjelmeland K., dan Jorgensen T. 1987. The Spesificity of atlantic

salmon antibodies made against the fish pathogen Vibrio salmonicida

establishing the surface protein VS-P1 as the dominating antigen.

Developmental and Comparative Imunology 11: 529-537

Ermina Pakki, Syaharuddin Kasim, Muzakkir Rewa, dan Sony. 2009. uji aktivitas

anti bakteri enzim papain dalam sediaan krim terhadap staphylococcus

aureus. Karangan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin, Makassar,

Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 13, No. 1 – (ISSN : 1410-7031).

Page 52: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

38

Firdus dan Muchlisin Z.A. (2005). Pemanfaatan Keong Mas (Pomacea

canaliculata) sebagai Pakan Alternatif untuk Budidaya Ikan Kerapu

Lumpur (Epinephelus tauvina). ENVIRO. 5 (1) 64-66, Maret 2005, ISSN:

1411-4402.

Fuady, M. F., M. N. Supardjo dan Haeruddin. 2013. Pengaruh Pengelolaan

Kualitas Air terhadap Tingkat kelangsungan hidup dan Laju Pertumbuhan

Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Di PT. Indokor Bangun Desa,

Yogyakarta. Diponegoro Journal Of Maquares. 2 (4): 155-162.

Fujaya Y. 2004. Fisiologi ikan. Penerbit Rineka Cipta. 179 hal.

Giri, N.A, Suwirya, K, Pithasari, A.I. 2007. Pengaruh Kandungan Protein Pakan

untuk Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Benih Ikan Kakap Merah (Lutjanus

argentimalatus). Jurnal Perikanan. Vol IX(1): 55- 62

Hardianti, Q., Rusliadi., Mulyadi. 2016. Effect Of Feeding Made and Different

Composition On Growth and Survival Seeds Of Barramundi (Lates

calcarifer , Bloch ). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 9 (1): 1-10

Hartika, R., Mustahal, A.N. Putra. 2014. Gambaran darah ikan nila

(Oreochromisniloticus) dengan penambahan dosis probiotik yang berbeda

dalam pakan. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 4(4):259-267.

Hutabarat, J., D, Rachmawati., Samidjan, I. (2016). Pengaruh Enzim Protease

Papain dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan dan Net Protein

Ultilization Benih Ikan Lele Sangkuriang yang Dibudidaya Di Desa

Wonosari, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak. Pena Akuatika. Vol 14

(1), 25-35.

Jawad, L.A., M.A. Al-Mukhtar and H.K. Ahmed. 2004. therelationship between

haematocrit and biological parameters of the indian shad,

Tenualosailisha(Family Clupeidae). Anim. BiodConserv. 27(2):47-52.

Kordi, 2011. Budidaya Ikan Laut. Rineka Cipta, Jakarta

Kungvankij, P.B.J. Pudadera, JR., L.B.Tiro, JR., I.O. Potestas. 1986. Biology and

Culture of Sea Bass (Lates calcarifer bloch). NACA Training Manual Series

No 3.70p.Kordi, K. M. Ghufran.2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam

Budidaya Perairan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Kurniawan, W. (2008) Hubungan Kadar Pb dalam Darah Dengan Profil Darah

pada Mekanik Kendaraan Bermotor di Kota Pontianak. Semarang: Program

Pasca-sarjana Universitas Diponegoro.

Lagler KF, Bardach JE, RR Miller, Passino DRM. 1977. Ichthyology. John

Willey and Sons. Inc. new York-London. Hlm 506.

Marthen PDJ. 2005. Gambaran Darah Ikan Nila (Oreochromis sp.) yang Diberi

Pakan Lemak Patin Sebagai Sumber Lemak dalam Pakan [Skripsi]. Program

Studi Teknologi Managemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Imu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 60 hlm.

Page 53: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

39

Nabib R, Pasaribu FH. 1989. Patologi Dan Penyakit Ikan. Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar

Universitas Bioteknologi. IPB.

Nugraha, A.P.2016. Pengaruh Penggunaan Papain Terhadap Pemanfaatan Protein

Pakan dan Pertumbuhan ikan Mas. (Cyprius capio.). [Skripsi ],Universitas

Diponogor,Semarang, 72 hlm.

Oktapiani, Vina. 2015. Aplikasi Enzim Papain dan Enzim Bromelin pada Proses

Pengempukan Daging. vinaoktap2015.wordpress.com. Diakses : 01 Maret

2016

Perius,Y. 2011. Peranan Nutrient dan Kebutuhan Nutrisi Ikan.

https://.files.wordspress.com. 25 Juni 2015. hal.33

Rayes, R. D., I. W. Sutresna., N. Diniarti dan A. I. Supii. 2013. Pengaruh

Perubahan Salinitas pada Pertumbuhan dan Sintasan Ikan Kakap Putih

(Lates calcarifer Bloch). Jurnal Kelautan. 6(1): 47-56.

Reed, G. 1975. Enzymes in food processing. Academic Press. New York. 212.

Rosniar, F. 2013. Peningkatan Nafsu Makan dan Pertumbuhan pada Pendederan

Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Melalui Periode

Pemuasaan yang Berbeda. Institut Pertanian Bogor. Jurnal Manajemen

Akuatik 2 (3): 9-16

Sadinar, B., Istiyanto, S., dan Diana, R. (2013). Pengaruh Perbedaan Dosis Pakan

Keong Mas dan Ikan Rucah terhadap Kepiting Bakau. (Scylla

paramamosain) Terhadap Pertumbuhan dan kelangsungan hidup dengan

Sistem Battery di Tambak Tugu, Semarang. Journal of Aquaculture

Management and Technology.Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman

84-93.

Salasia, S. I. D., Sulanjari, D. dan Ratnawati A. 2001. Studi hematologi ikan air

tawar. Biologi 2 (12): 710723.

Santoso, B. 2015. Teknik Pembesaran Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) Di

Tambak Secara Semi Intensif dibalai Layanan Usaha Produksi Perikanan.

Sani, A.2014. Pengaruh Penambahan Fukoidan pada Pakan terhadap Respon Imun

Non Spesifik Induk Ikan Nila (Oreochromis niloticus).Jurnal Galung

Tropika. Vol. 3 (3): 159-170.

Sasongko A. 2001. Biomassa bakteri nitrifikasi pada berbagai bahan filter dalam

system resirkulasi aliran tertutup dan pengaruhnya terhadap kondisi ikan :

gambaran darah.

Sekretariat Menteri Negara Kependudukan Dan Lingkungan Hidup 1988.

Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Keputusan Menteri Negara

Kependudukan dan lingkungan Hidup. Nomor Kep-02 MENKLH/I/1988 :

57 hal.Program Pasca sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Page 54: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

40

SNI 7674: 2013. Pakan buatan untuk ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch).

BSN ICS 65.120.

Sari, W.A.P. 2012. Pemberian Enzim Papain Dapat Meningkatkan Protein Pakan

dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus Var). Program

Studi Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas

Diponegoro, Semarang. 76 hlm

Sasongko A. 2001. Biomassa bakteri nitrifikasi pada berbagai bahan filter dalam

sistem resirkulasi aliran tertutup dan pengaruhnya terhadap kondisi ikan :

gambaran darah [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Tiensongrusmee, B., S. Budileksono., S, Chantarasri., S.K, Yuwono dan H,

Santoso. 1989. Propagation of Seabass, Lates calcarifer in Captivity.

Fisheries and Aquaculture Department.

Wells RMG, Baldwin J, Seymour RS. Chirtian K, Britain T. 2005. Blood Cell

Function In Two Tropical Frehswater Fishes From Australia. Comparative

Biochemistry and Physiology.

Yanto, H., H. Hasan, dan Sunarto. 2015. Studi hematologi untuk diagnosa

penyakit ikan secara dini di sentra produksi budidaya ikan air tawar sungai

kapuas Kota Pontianak. Jurnal akuatika. 6(1): 11- 20.

Page 55: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

41

Amirul Mu’min Dilahirkan di desa nangadhero kec

aesesa kab nagekeo 16 november 1996, dari pasangan

ayahanda La Umi dengan ibunda Wa Nur. Penulis

masuk sekolah dasar pada tahun 2003 di SDK

Puta, kabupaten Nagekeo tamat pada tahun 2009.

melanjutkan pendidikan di SMPK Setelamaris Marapokot tamat pada tahun 2012.

Setelah tamat SMP, penulis melanjutkan pendidikan di SMA N I Aesesa tamat

pada tahun 2015. Pada tahun yang sama (2015) penulisi melanjutkan pendidikan

pada jurusan budidaya perairan, fakultas pertanian di universistas muhammdiyah

Makassar, dan menyelesaikan studinya pada tahun 2020 dengan karya ilmiah yang

berjudul “pengamatan darah ikan kakap putih (lates calcarifer) dengan

penambahan dosis enzim papain yang berbeda dalam pakan tepung keong

mas”

Page 56: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

42

LAMPIRAN

Lampiran 1. Rumus Laju Pertumbuhan (Gr)

• Laju Pertumbuhan (GR)

• Perlakuan A

Laju Pertumbuhan (GR) = berat akhir − berat awal

waktu (hari)

Perhitungan = 28,8−23,7

30

= 0,17 gram/hari

• Laju Pertumbuhan (GR)

• Perlakuan B

Laju Pertumbuhan (GR) = berat akhir − berat awal

waktu (hari)

Perhitungan = 28,7−20,2

30

= 0,28 gram/hari

• Laju Pertumbuhan (GR)

• Perlakuan C

Laju Pertumbuhan (GR) = berat akhir − berat awal

waktu (hari)

Perhitungan = 30,0−22,8

30

= 0,24 gram/hari

• Laju Pertumbuhan (GR)

• Perlakuan D

Laju Pertumbuhan (GR) = berat akhir − berat awal

waktu (hari)

Perhitungan = 33,4−23,7

30

= 0,32 gram/hari

• ∑ eritrosit = Rataan Sel eritrosit terhitung x pengencer

volume

• ∑ leukosit = Rataan Sel leukosit terhitung x pengencer

volume

Page 57: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

43

Lampiran 2. Analisis Statistik Laju pertumbuhan Ikan kakap putih yang diberi

pakan dengan penambahan tepung keong mas terfermentasi enzim

papain

ANOVA

Laju Pertumbuhan Harian

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between

Groups

6,168 3 2,056 10,688 ,004

Within Groups 1,539 8 ,192

Total 7,706 11

Laju Pertumbuhan Harian

Duncana

PERLAKUAN N

Subset for alpha = 0.05

1 2

A (KONTROL) 3 3,4667

B (15 ML) 3 3,5367

C (22,5 ML) 3 3,7067

D (30 ML) 3 5,2133

Sig. ,538 1,000

Lampiran 3. Hasil Analisa Proksimat Pakan uji

Tabel 4. Analisis proksimat pakan uji tepung keong mas setiap perlakuan.

Perlakuan KOMPOSISI (%)

Protein Lemak Kadar Abu Serat Kasar BETN

Pakan A 39,76 4,84 11,36 2,04 19,06

Pakan B 41,99 5,76 13,45 2,84 20,73

Pakan C 46,99 6,15 13,60 2,85 26,96

Pakan D 47,55 6,15 13,65 3,41 28,15

Sumber : Laboratorium FIKP, Unhas 2020

Page 58: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

44

Lampiran 3. Dokumentasi kegiatan

Pencarian keong mas merebus keong mas

Mengeluarkan keong mas dari keong mas yg berhasil dilepas

Cangkangnya dari cangkangnya

keong mas yang dijemur keong mas yang telah mengering

Page 59: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

45

Prose keong mas yang di blender dijadikan tepung

Keong mas ditimbang dan dipisahkan sesuai perlakuan

Setelah dipisahkan setiap perlakuan diamankan dalam box sebagai wadah

penyimpanan

Page 60: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

46

Proses pakan yang difermentasi enzim papain

Proses pencampuran formula pakan

Page 61: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

47

Proses pembuatan pakan

Proses penjemuran pakan

Proses penjemuran pakan

Pengukuran kualitas air

Page 62: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

48

Prose sampling (mengukur berat dan panjang) ikan kakap putih

Sipon dalam tahap menjaga kualitas air

Proses pengambilan darah ikan menggunakan jarum suntik

Page 63: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

49

Proses pengambilan darah ikan menggunakan jarum suntik

Darah ikan yang berhasil disimpan dalam micro tabung

Darah yang telah dipindahkan ke micro tabung dipindahkan ke Hb-meter

Page 64: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

50

Darah yang dimasukan dalam tabung mikrokapiler disimpan disimpan dalam

micro centrifuge hematokrit untuk pengujian hemat

Darah diteteskan pada micro slide

Pengamatan darah menggunakan mikroskop

Page 65: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

51

Page 66: Amirul mu`min 10594090715 - digilibadmin.unismuh.ac.id

17%SIMILARITY INDEX

18%INTERNET SOURCES

3%PUBLICATIONS

6%STUDENT PAPERS

1 5%

2 4%

3 4%

4 3%

5 2%

Exclude quotes On

Exclude bibliography On

Exclude matches < 2%

amirul mu'min - 10594090715ORIGINALITY REPORT

PRIMARY SOURCES

jim.unsyiah.ac.idInternet Source

iktiologi-indonesia.orgInternet Source

jurnal.untirta.ac.idInternet Source

aquaculture-mai.orgInternet Source

core.ac.ukInternet Source