105641103216 - digilibadmin.unismuh.ac.id
TRANSCRIPT
i
SKRIPSI
STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGEMBANGKAN
OBJEK PARIWISATA KEBUN APEL DI DESA BONTO LOJONG
KECAMATAN ULU ERE KABUPATEN BANTAENG
Disusun dan Diusulkan Oleh :
RISMAN APRIANTO
Nomor Stambuk : 105641103216
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGEMBANGKAN
OBJEK PARIWISATA KEBUN APEL DI DESA BONTO LOJONG
KECAMATAN ULU ERE KABUPATEN BANTAENG
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diajukan
RISMAN APRIANTO
Nomor Stambuk : 105641103216
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
i
ii
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Risman Aprianto
Nomor Stambuk : 105641103216
Program Studi :Ilmu Pemerintahan
Dengan ini menyatakan bahwa Proposal Penelitian dengan judul Strategi
Pemerintah Daerah Dalam Mengembangkan Objek Pariwisata Kebun Apel di Desa
Bonto Lojong Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng adalah sepenuhnya karya
sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain,
tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas Pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya ini.
Makassar, 2020
Yang menyatakan
Risman Aprianto
v
iv
ABSTRAK
RISMAN APRIANTO, 2020. Strategi Pemerintah Daerah dalam
Mengembangkan Objek Pariwisata Kebun Apel di Desa Bonto Lojong
Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng (di bimbing oleh Handam dan Ahmad
Taufik)
Penelitian ini membahas mengenai Strategi Pemerintah Daerah dalam
Mengembangkan Objek Pariwisata Kebun Apel di Desa Bonto Lojong Kecamatan
Ulu Ere Kabupaten Bantaeng. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan
tipe penelitian yang digunakan adalah tipe studi kasus dengan jumlah informan
sebanyak 5 orang. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan
dokumentasi. Analisis hasil mengunakan analisis dari indikator Pengembangan
Pariwisata menurut Robert Christie Mill Tahun 2000 yaitu Analisa Pasar dan Analisa
Teknik dan Perencanaan. Analisis tersebut menunjukkan bahwa Strategi Pemerintah
dalam Mengembangkan Objek Pariwisata Kebun Apel di Desa Bonto Lojong
Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng Strategi. Di Desa Bonto Lojong terdapat
beberapa destinasi wisata, kebun apel merupakan obyek wisata” yang pertama ada di
Desa Bonto Lojong dan diresmikan pada tahun 2008. Fasilitas yang tersedia ditempat
wisata kebun apel yaitu tempat beristirahat atau gazebo. Pemerintah bekerja sama
dengan masyarakat membuat tempat beristirahat untuk para wisatawan yang
berkunjung dan juga untuk digunakan oleh para petani untuk beristirahat. Fasilitas
yang tersedia ditempat wisata kebun apel yaitu tempat beristirahat atau gazebo.
Pemerintah bekerja sama dengan masyarakat membuat tempat beristirahat untuk para
wisatawan yang berkunjung dan juga untuk digunakan oleh para petani untuk
beristirahat. Promosi atau pemasaran obyek wisata kebun apel dilakukan dengan cara
melalui social media dan iklan berupa spanduk dan baliho. Ketesediaan Komunikasi
atau signal di daerah Bonto Lojong tidak terlalu mendukung. Akan tetapi ada
beberapa jaringan selular yang dapat digunakan pada lokasi tertentu. Hal ini
dikarenakan Lokasi berada di daerah Pegunungan. Lahan yang merupakan lokasi
tempat perkebunan Apel ini sebagian berasal dari Dinas Pertanian dan Warga
setempat. Adapun pembagian ini dilakukan untuk memberikan keuntungan pada
warga karena mereka dapat memperoleh hasil dari tanaman yang ditanam diatas
lahannya. Dampak yang ditimbulkan oleh obyek wisata kebun apel ini sangat baik
dalam sektor pemberdayaan masyarakat. Selain itu keadaan atau kondisi baik dari
segi tanah maupun udara pegunungan yang sangat baik untuk bercocok tanam
sehingga untuk tanaman apel cocok di budidayakan.
KATA KUNCI : Strategi Pemerintah, Pengembangan Obyek Pariwisata
vi
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Tiada kata terindah yang patut di ucapkan oleh peneliti selain puji syukur
yang sebesar-besarnya kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan
nikmat kesehatan, kesabaran, kekuatan serta ilmu pengetahuan kepada hambaNya.
Atas perkenaannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan dan mempersembahkan
skripsi ini, bukti dari perjuangan yang panjang nan melelahkan dan jawaban atas do’a
dan senantiasa mengalir dari orang-orang terkasih. Sholawat serta salam “Allahumma
Sholli ala Sayyidina” juga peneliti sampaikan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Sang pejuang sejati yang telah membawa kita menuju zaman
perdamaian.
Skripsi dengan judul “Strategi Pemerintah Pemerintah Daerah Dalam
Mengembangkan Obyek Pariwisata Kebun Apel di Desa Bonto Lojong Kecamatan
Ulu Ere Kabupaten Bantaeng” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana
Ilmu Pemerintahan di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa mulai dari awal hingga akhir proses pembuatan
skripsi ini bukanlah hal yang mudah. Ada banyak drama, rintangan dan hambatan
yang selalu menyertainya. Hanya dengan kesabaran dan kerja keraslah sehingga
membuat penulis termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Juga dengan adanya
vii
vi
berbagai bantuan baik berupa moril dan materil dari berbagai pihak sehingga
mempermudah penyelesaian penulisan skripsi ini.
Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Muh. Nasir.HS dan Ibunda St.Roati dan
saudara-saudaraku serta keluarga besar yang selalu memberikan do’a, dukungan dan
kasih sayang yang menjadi pelita terang dan semangat yang luar biasa bagi penulis.
Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak,
diantaranya:
1. Dr. Handam, S.IP., M.Si dan Ahmad Taufiq, S.IP., M.AP selaku pembimbing I
dan II yang selalu memberikan arahan dan motivasi atas penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE, M.M selaku rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar
3. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP M.Si selaku ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan dan
Bapak Ahmad Harakan, S.IP., M.H.I selaku sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Bapak A. Luhur Prianto, S.IP, M.Si selaku dosen Penasehat Akademik yang
selalu memberikan motivasi kepada penulis selama 4 tahun menjalani jenjang
pendidikan di bangku kuliah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar.
viii
vii
6. Para dosen dan Staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah banyak memberikan bekal pengetahuan dan
membantu penulis selama menjalani proses perkuliahan.
7. Seluruh informan yang berada di Kantor Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng,
Tokoh Masyarakat dan Para Masyarakat Desa Bonto Lojong, atas kesediaannya
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengambil data dalam rangka
merampungkan penelitian.
8. Saudara-saudara seperjuanganku di bangku perkuliahan angkatan 2016 terutama
Jurusan Ilmu Pemerintahan kelas A yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu
dan IP.Militan.
9. Teman-teman KKP Tubajeng Kabupaten Gowa Terutama di Kelurahan Bonto
Bu’ne, Kak Naldi, kak Aksa, Fadil, Ayu, Cia’, Inka dan fauzia. Terima kasih juga
kepada DG ngempang selaku Bapak Posko Tubajeng selama di Kelurahan Bonto
Bu’ne. Bapak Lurah Kelurahan Tubajeng dan Bapak Seklur Tubajeng serta Tokoh
Masyarakat dan Masyarakat seKelurahan Tubajeng.
10. Keluarga besar Fam’s Puang Jumerah dan H.Sannerang, Keluarga Besar
Persene4ang, Irfandi M Calon S.IP, Nur Rahmat Calon S.IP, A. Nurul Hidayat
S.IP, A.Husnul Khatimah Absir, S.Ked, Munirah Asri Calon S.M, A. Mutmainna
Habe Calon S.Pd, Nisva Dinata Calon S.T, A. Nurul Inayah adik Solehah, A.
Sari Sartika Fitri Calon S.Pd, yang telah banyak memberikan motivasi dan
dukungan selama pembuatan skripsi ini.
ix
viii
11. Kepada Hasmilah S.IP dan Juga Kepada A.Sinar Wulandari Calon S.Pd dan
Keluarga Besar, A. Nurul Hidayat S.IP dan Irfandi M Calon S.IP yang telah
menemani hari-hari penulis selama proses pembuatan skripsi.
12. Kepada snack terbaik Bananaroll, Indomie, Thai Tea, kopsu+Sanggara Loka
=Gudang Garam yang selalu menjadi cemilan dan minuman penulis selama
begadang dalam pembuatan skripsi.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, 2020
Penulis
x
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................... ........ i
Halaman Pengajuan Skripsi .................................................................... ........ ii
Lembar Persetujuan ................................................................................. ........ iii
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ............................................ ........ iv
Abstrak .................................................................................................... ........ v
Kata Pengantar ........................................................................................ ........ vi
Daftar Isi.................................................................................................. ........ vii
Daftar Tabel ............................................................................................ ........ ix
Daftar Bagan ........................................................................................... ........ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... ........ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. ........ 9
C. Tujuan Penelitian .................................................................. ........ 9
D. Manfaat Penelitian ................................................................ ........ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR
A. Konsep Strategi ..................................................................... ........ 10
B. Konsep Pemerintahan Daerah ............................................... ........ 11
C. Konsep Pariwisata dan Objek Wisata ................................... ........ 20
D. Konsep Pengembangan Pariwisata dan Teori Pengembangan
Pariwisata Menurut Robert Christie Mill Tahun 2000 .......... ........ 23
E. Penelitian Terdahulu ............................................................. ........ 33
F. Kerangka Fikir ...................................................................... ........ 36
G. Fokus Penelitian .................................................................... ........ 39
xi
x
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................ ........ 44
B. Jenis dan Tipe Penelitian ....................................................... ........ 44
C. Jenis dan Sumber Data Penelitian ......................................... ........ 46
D. Informan Penelitian ............................................................... ........ 46
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................... ........ 47
F. Analisis Data ......................................................................... ........ 50
G. Teknik Keabsahan Data ........................................................ ........ 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian .................................................... ........ 53
B. Strategi Pemerintah Daerah Dalam Mengembangkan Objek
Pariwisata Kebun Apel .......................................................... ........ 56
C. Pengembangan Objek Wisata ............................................... ........ 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... ........ 81
B. Saran ...................................................................................... ........ 82
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ ........ 83
LAMPIRAN
xii
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Informan Penelitian ................................................................. ........ 47
xiii
xii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Fikir ....................................................................... ........ 38
x
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya
terdiri dari daerah perairan. Menurut Janhidros dalam Rumampuk (2013), wilayah
Indonesia memiliki luas daratan sebesar 2.012.402 Km² dan luas perairan sebesar
5.877.879 Km². Sedangkan menurut National Geographic Indonesia memiliki lebih
dari 17.508 pulau yang memiliki potensi dan keunikan yang berbeda-beda. Indonesia
merupakan Negara yang terdiri dari banyak suku, budaya, agama, kepercayaan dan
adat istiadat yang digunakan setiap hari seperti dalam upacara adat, rumah adat, baju
adat, nyanyian dan tarian daerah, alat musik, dan makanan khas. Kekayaan tersebut
dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan negara di bidang pariwisata. (dalam
Eva Kurniawati, Djamhur hamid, Lukman Hakim. Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB)|Vol. 54 No. 1 Januari 2018. Peran Masyarakat dalam perencanaan dan
pengembangan Desa Wisata Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu).
Dalam perkembangan dunia saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan
berwisata sudah menjadi kebutuhan sekunder bagi setiap orang. Semakin padatnya
aktivitas yang dilakukan seseorang akan berimbas pada besarnya kebutuhan untuk
mendapatkan hiburan yang menyenangkan. Untuk melepaskan penat dari rutinitas
sehari-hari ataupun sekedar berkumpul bersama keluarga. Hal ini menjadi peluang
1
2
bagi pelaku usaha pariwisata untuk dapat menyediakan sarana dan prasarana
pariwisata apabila ditinjau dari tingginya kenaikan jumlah kedatangan wisatawan di
Indonesia. Indonesia yang merupakan negara tropis sehingga musim yang ada
berbeda dengan negara dibelahan dunia yang lainnya, yaitu musim panas dan musim
penghujan. Letak Indonesia diantara dua benua dan dua samudra juga menjadi daya
tarik. Tak dapat dipungkiri bahwa memang sejak dulu sering disinggahi bangsa lain
dan diakui sebagai salah satu negeri yang indah. Letak strategis inilah yang
merupakan salah satu faktor penunjang dalam pariwisata. (dalam Intan Dia Prastiti.
Strategi Pengembangan Wisata Agro Kebun Apel untuk Meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat di Desa Tulungrejo Tahun 2017).
Pariwisata merupakan salah satu kegiatan industri pelayanan dan jasa yang
menjadi andalan Indonesia dalam rangka meningkatkan devisa Negara disektor non
migas. Adanya krisis ekonomi, sektor pariwisata diharapkan menjadi sumber
pertumbuhan yang paling cepat, dikarenakan infrastruktur kepariwisataan tidaklah
mengalami kerusakan, hanya saja faktor keamanan yang menyebabkan wisatawan
mancanegara mengurungkan kepergiannya ke Indonesia. (dalam Usman, Lukman
Hakim, Ihyani Malik. Vol. II No. 2 Oktober 2012. Strategi Pemerintah Daerah
dalam Pengembangan Agrowisata Kabupaten Bantaeng).
Menurut Yoeti (2008), pariwisata adalah perjalanan darat satu tempat ke
tempat yang lain yang bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok
sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan
lingkungan hidup dalam dimensi sosial budaya alam dan ilmu. Pariwisata juga
3
merupakan gabungan segala hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis,
pemerintah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani
wisatawan serta menunjang lainnya. Untuk mengidentifikasi pariwisata di lakukan
berdasarkan perspektif dari empat hal, yaitu: wisatawan, usaha penyedia pelayanan
dari barang-barang untuk wisatawan, pemerintah atau wilayah dan masyarakat tuan
rumah. Pariwisata merupakan gabungan dari berbagai aktivitas, pelayanan, industri
biro perjalanan, transportasi, akomodasi, penyedia minuman dan makanan, toko,
hiburan, dan pelayanan lainnya dari masyarakat untuk individu atau kelompok yang
melakukan perjalanan jauh dari rumah.
Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan dapat diketahui bahwa pariwisata bertujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan,
mengatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya,
memajukan kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa cinta tanah air,
memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, mempererat persahabatan antar bangsa.
Dalam Pasal 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009 Tentang
Pedemon pengembangan ekowisata didaerah, yang dimaksud dengan ekowisata
adalah kegiatan wisata alam didaerah yang bertanggung jawab dengan
memperhatikan unsur pendidikan, pemahaman , dan dukungan terhadap usaha-usaha
konservasi sumber daya alam, serta meningkatan pendapatan masyarakat lokal. Saat
ini sektor pariwisata di Indonesia belum berjalan secara optimal padahal aspek ini
sangat berpengaruh terhadap peningkatan devisa negara, pendapatan masyarakat,
4
serta Pendapatan Asli Daerah (PAD). Salah satu yang dikembangkan oleh pemerintah
adalah sektor pariwisata dimana pengembangan obyek wisata baik wisata alam,
wisata budaya dan wisata buatan. Pemerataan pembangunan dalam otonomi daerah
yang menekankan adanya keseimbangan antara pusat dan daerah. Dengan
menekankan Partisipasi masyarakat dan pemberdayaan dalam pembangunan.
Seperti halnya dengan Intan Dia Prastiti pada Tahun 2017 dengan judul
penelitian “Strategi Pengembangan Wisata Agro Kebun Apel Untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Tulungrejo” yang menjelaskan bahwa ada 3
pengembangan yang dapat mewujudkan strategi pengembangan wisata agro yaitu:
pengembangan berbasis kemasyarakatan, pengembangan berbasis sektoral dan
pengembangan berbasis kewilayahan. Dalam pengembangan berbasis
kemasyarakatan adalah masyarakat lokal, institusi-institusi lokal dan lembaga non
pemerintahan. Penjelasan dari masyarakat lokal adalah masyarakat Desa Tulungrejo
yang belum memiliki pengetahuan tentang pengelolaan pertanian yang baik, sehingga
membutuhkan bantuan dari pihak pemerintah dan pihak sektoral. Sedangkan institusi-
institusi lokal adalah kelompok yang menaungi dan memberikan arahan kepada para
petani yang masih belum dapat beradaptasi dengan peraturan pemerintah yang sudah
menjadikan desa mereka sebagai salah satu desa wisata agro yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Lembaga non pemerintahan adalah
suatu lembaga yang diharapkan dapat menjadi wadah kegiatan perekonomian dalam
industri pariwisata yang dilaksanakan oleh kelompok yang terbentuk dari desa.
Pengembangan berbasis sektoral dalam pengembangan wisata agro dilaksanakan oleh
5
3 pihak. Pertama masyarakat setempat, keterlibatan masyarakat setempat dalam
penyelenggaraan strategi pengembangan wisata agro kebun apel untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di Desa Tulungrejo, ini sudah cukup memberikan pengaruh
yang besar dalam pelaksanaannya, seperti masyarakat harus ikut berpartisipasi dalam
tahap perencanaan, partisipasi dalam tahap implementasi, dan partisipasi dalam tahap
pengawasan. Kedua keterlibatan pihak swasta dalam pengembangan wisata alam di
Desa Tulungrejo dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan tentunya perlu
pelaku usaha dikawasan lokasi wisata. Ketiga keterlibatan pemerintah Kota Batu
peran pemerintah sendiri sebagai penyelenggara pariwisata yang harus terlibat penuh
dalam pengambilan kebijakan. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan memiliki
peranan penting dalam penyelenggaraan suatu kegiatan disuatu daerah, pemerintah
membuat suatu kebijakan yang mampu menjalankan kebijakan tersebut dengan
melibatkan masyarakat sebagai komponen utama dalam suatu pengembangan. (dalam
Intan Dia Prastiti. Strategi Pengembangan Wisata Agro Kebun Apel untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Tulungrejo Tahun 2017).
Kendala dalam pengembangan wisata agro kebun apel adalah kendala musim
apel, musim kemarau menjadi musim yang paling merugikan bagi para petani
dikarenakan air disaat musim kemarau sangat langka. Perubahan iklim dapat menjadi
salah satu penyebab dari kendala pengembangan wisata agro kebun apel dikarenakan
lahan mereka menjadi lebih kering. Kendala yang lainnya adalah anggaran yang
terbatas dari Dinas Pariwisata, anggaran yang kurang seperti plang penunjuk jalan,
papan reklame di Kota Batu sendiri masih sangat kurang. Padahal apel merupakan
6
ikon dari Kota Batu, Dinas Pariwisata tidak memberikan anggaran berupa materi
untuk wisata agro yang ada di Desa Tulungrejo karena memang tidak ada anggaran
dari Pemerintah Daerah. Kendala yang terakhir adalah Sumber Daya Aparatur (SDA)
yang kurang kompeten. Seharusnya dalam pengembangan wisata agro harus
didukung oleh Pemerintah Daerah dan Dinas Pariwisata yang tentu saja berkaitan
dengan pengembangan wisata tersebut, harusnya aparatur harus bisa melihat situasi
dan kondisi di Desa Tulungrejo, mereka juga harus melihat apa yang harus diperbaiki
di desa dikarenakan Desa Tulungrejo bisa dibilang memberi sumbangan pendapatan
daerah yang cukup bagi Kota Batu.
Daerah Sulawesi Selatan merupakan daerah potensi di bidang pariwisata dan
telah dikunjungi oleh banyak wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri. Salah
satu daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah adalah keindahan
alamnya. Sulawesi selatan mempunyai banyak daerah seperti diantaranya adalah
Desa Bonto Lojong Kecamatan Ulu Ere yang terletak di Kabupaten Bantaeng.
Kecamatan Ulu Ere merupakan wilayah administrasi dari Kabupaten Bantaeng,
dengan luas wilayah keseluruhan adalah 67, 29 km2 dan jarak dari ibu Kota
Kabupaten Bantaeng yaitu 21 Km. Jumlah penduduk Kecamatan Ulu Ere sebanyak
7.316 jiwa yang terdiri dari laki-laki sekitar 3.478 jiwa dan perempuan sebanyak
3.838 jiwa dengan mayoritas mata pencaharian penduduknya pada umumya
berprofesi sebagai petani utamanya petani sayuran dan buah, sedangkan non
pertanian terutama bergerak pada lapangan usaha perdagangan besar dan eceran.
Kecamatan Ulu Ere juga merupakan salah satu kecamatan yang terletak di dataran
7
tinggi di Kabupaten Bantaeng atau berada di daerah pegunungan. Kecamatan Ulu Ere
terletak pada ketinggian antara 1.200-1.700 Mdpl. Ditinjau dari segi kemiringan
lereng Desa Bonto Lojong berada pada kemiringan lereng 8-40% atau sebagian besar
wilayahnya adalah pegunungan. Penetapan Desa Bonto Lojong Kecamatan Ulu Ere
sebagai lokasi Rencana Kawasan Agrowisata ini tidak lepas dari adanya potensi
dominan seperti hasil perkebunan, serta arahan yang tertuang dalam Revisi Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bantaeng Tahun 2008 sampai 2013. (dalam
Muhammad Anshar. Strategi Pengembangan Potensi Desa Bonto Lojong Sebagai
Kawasan Agrowisata di Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng 2015).
Pada tahun 2010 jumlah wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata Desa
Bonto Lojong sekitar 8.307 jiwa. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah wisatawan yang
berkunjung yaitu 7.514 jiwa. Dari data diatas dapat disimpulkan jumlah wisatawan
yang berkunjung ke lokasi wisata Desa Bonto Lojong pada tahun 2011 mengalami
penurunan jika dibandingkan pada tahun 2010 sebesar 793 jiwa. Saat ini masih
dirasakan bahwa sinergi dari upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk
mengembangkan pariwisata nasional masih belum berjalan secara optimal,
disebabkan masih adanya perbedaan persepsi yang perlu mendapatkan klarifikasi.
Setiap objek wisata perlu ditangani dengan baik, mulai dari kesiapan ojeknya sampai
upaya pemasarannya sehingga dapat diketahui wisatawan baik wisatawan lokal
maupun wisatawan mancanegara. Salah satu objek wisata di Desa Bonto Lojong
adalah pariwisata kebun apel.
8
Potensi agrowisata yang sangat tinggi ini belum sepenuhnya dikembangkan
dan dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kunjungan
wisatawan yang berkunjung ke Objek wisata tersebut. Dari data Dinas Pariwisata
Kabupaten Bantaeng, pada tahun 2011 tercatat jumlah pengunjung ke lokasi Kawasan
Agrowisata kebun apel Bonto Lojong berjumlah 7.514 orang. Sementara tahun 2010
berjumlah 8.307 orang. Dari data diatas dapat disimpulkan jumlah wisatawan yang
berkunjung ke kawasan Agrowisata Ulu Ere pada tahun 2011 mengalami penurunan
jika dibandingkan pada tahun 2010 sebesar 793 orang. (Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Bantaeng tahun 2011).
Jika hal tersebut dibiarkan tanpa ada penanganan yang serius, maka dari tahun
ke tahun jumlah kunjungan wisatawan akan terus mengalami penurunan. Oleh karena
itu diperlukan strategi pengembangan dalam meningkatkan kunjungan wisatawan ke
kawasan Agrowisata Ulu Ere yang berdekatan dengan objek wisata lainnya di Desa
Bonto Lojong. Sehingga berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan dari
penelitian ini adalah menjelaskan potensi yang dimiliki Desa Bonto Lojong dan
menjelaskan Strategi Pemerintah Daerah dalam Mengembangkan Objek
Pariwisata Kebun Apel di Desa Bonto Lojong Kecamatan Ulu Ere Kabupaten
Bantaeng.
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitin ini adalah:
Bagaimana Strategi Pemerintah Daerah dalam Mengembangkan Objek
Pariwisata Kebun Apel di Desa Bonto Lojong Kecamatan Ulu Ere Kabupaten
Bantaeng ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan
dari penelitian ini adalah:
Menganalisis Strategi Pemerintah Daerah dalam Mengembangkan Objek
Pariwisata Kebun Apel di Desa Bonto Lojong Kecamatan Ulu Ere Kabupaten
Bantaeng.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Strategi
Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin
puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi , disertai penyusunan
suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai“(marrus 2002).
David (2006) Strategi merupakan suatu cara yang digunakan dalam
menjalankan organisasi sehingga apa yang diinginkan organisasi akan dapat dicapai
sesuai dengan misi dan tujuan organisasi tersebut. Kemudian menurut Quadrat (2007)
Strategi adalah prrioritas atau arah keseluruhan yang luas yang diambil oleh
organisasi, sehingga misi-misi dalam organisasi dapat teralisasikan.
Menurut Fred R. David (2010) strategi adalah sarana bersama dengan tujuan
jangka panjang yang hendak dicapai. Merupakan aksi potensial yang membutuhkan
keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan dalam jumlah besar.
Strategi mempengaruhi perkembangan jangka panjang perusahaan dan berorientasi
pada masa yang akan datang.
Menurut Allison (2013) Strategi adalah prioritas atau arah keseluruhan yang
luas yang diambil oleh organisasi, strategi juga adalah pilihan-pilihan tentang
bagaimana cara terbaik untuk menccapai misi organisasi. Hamel dan Prahalad, dalam
Umar (2002) mendefinisikan strategi sebagai tindakan yang bersifat incremental
11
(senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut
pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa strategi
adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan,
guna mencapai tujuan. Strategi didefenisikan sebagai suatu proses penentuan rencana
para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi disertai
penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Jadi
merumuskan strategi berarti memperhitungkan situasi dan kondisi (ruang dan waktu)
yang akan dihadapi di masa yang akan datang guna mencapai efektifitas.
B. Konsep Pemerintahan Daerah
a. Pemerintahan Daerah
Pemerintah Secara etimologis kata pemerintahan berasal dari kata perintah,
yang dapat diartikan sebagai berikut : a. Melakukan pekerjaan menyuruh/perkataan
yang menyuruh melakukan sesuatu. b. Badan yang melakukan kekuasaan
memerintah/ kekuasaan memerintah suatu negara (daerah negara) atau badan negara
tertinggi yang memerintah suatu negara (seperti kabinet termasuk pemerintahan) c.
Perbuatan, cara, hal atau urusan dari badan yang memerintah tersebut. kata “perintah”
yang berarti sesuatu yang harus dilaksanakan, yang kemudian mendapat imbuhan
sebagai berikut : Mendapat awalan “pe” menjadi kata pemerintah yang berarti badan
yang melaksanankan pekerjaan mengurus suatu Negara atau badan yang menjalankan
12
pemerintahan, mendapat akhiran “an” menjadi kata pemerintahan yang berarti
perihal, perbuatan atau urusan dari badan yang berkuasa dan memiliki legitimasi.
Adapun unsur-unsur dalam pemerintahan antara lain : ada dua pihak yaitu ada
pihak yang memerintah dan ada pihak yang diperintah. Ada wewenang untuk
memberi perintah. Keharusan atau kewajiban melaksanakan perintah yang sah dan
antara pihak yang memerintah dan yang diberi perintah terdapat hubungan timbal
balik baik secara horizontal maupun vertikal. Pemerintahan adalah berkenaan dengan
sistem, fungsi, cara, perbuatan, kegiatan, urusan, atau tindakan memerintah yang
dilakukan atau diselenggarakan atau dilaksanakan oleh pemerintah. Eksekutif adalah
cabang kekuasaan dalam negara yang melaksanakan kebijakan publik (kenegaraan
dan atau pemerintahan) melalui peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan
oleh lembaga legislatif maupun atas inisiatif sendiri. Dari uraian diatas penulis
mengambil kesimpulan bahwa pemerintahan adalah segala urusan yang dilakukan
oleh Negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyat dan kepentingan Negara.
Pemerintahan adalah suatu seni untuk menggerakkan organisasi-organisasi,
administrator, kekuasaan kepemimpinan, kemampuan menciptakan dan mengatur
suratsurat.
Menurut Ryaas Rasyid (2002), tujuan utama dibentuknya pemerintahan adalah
menjaga ketertiban dalam kehidupan masyarakat sehingga setiap warga dapat
menjalani kehidupan secara tenang, tenteram dan damai. Pemerintahan modern pada
hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat, pemerintahan tidak diadakan untuk
melayani dirinya sendiri. Pemerintah dituntut mampu memberikan pelayanan kepada
13
masyarakatnya dan menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap orang dapat
mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai kemajuan bersama.
Konsep pemerintahan daerah berasal dari terjemahan konsep local government yang
pada intinya mengandung tiga pengertian, yaitu: pertama berarti pemerintah lokal,
kedua berarti pemerintahan lokal, dan ketiga berarti wilayah lokal (Hoessein dalam
Hanif, 2007).
Tjahja Supriatna (dalam Hanif 2007) yang menyetir pendapat de Guzman
dan Taples menjelaskan bahwa unsur-unsur pemerintahan daerah:
a. Pemerintah daerah adalah subsidi politik dari kedaulatan bangsa dan
Negara;
b. Pemerintah daerah diatur oleh hukum;
c. Pemerintah daerah mempunyai badan pemerintahan yang dipilih oleh
penduduk setempat;
d. Pemerintahan daerah menyelenggarakan kegiatan berdasarkan peraturan
perundangan;
e. Pemerintah daerah memberikan pelayanan dalam wilayah yurisdiksinya.
Dikaitkan dengan fungsi umum pemerintahan maka unsur-unsur
pemerintahan daerah di atas masih ditambah dengan Pemerintah daerah
melaksanakan pembangunan daerah dan memberdayakan masyarakat daerah dalam
wilayah yurisdiksinya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsep pemerintahan daerah di
dalamnya melingkupi organisasi/lembaga/institusi, fungsi/kegiatan pemerintahan dan
14
daerah pemerintahan. Kemudian untuk lebih memahami makna dari pemerintahan
daerah di bawah ini diuraikan beberapa dimensi yang menyangkut pengertian
Pemerintahan daerah.
a. Dimensi Sosial Konsep pemerintahan daerah dipandang sebagai suatu
kelompok Masyarakat yang terorganisasi yang mendiami/bertempat tinggal
dalam satu wilayah tertentu dengan batasan geografis tertentu serta memiliki
ciri-ciri tertentu pula.
b. Dimensi Ekonomi Pemerintah daerah dipahami sebagai organisasi
pemerintahan yang memiliki ciri-ciri tertentu yang terkait erat dengan kondisi
dan potensi dari daerah tertentu. Dalam praktik penyelenggaraan
pemerintahan khususnya dalam pembangunan pemerintahan daerah, potensi
ekonomi daerah menjadi satu indikator penting baik untuk pemekaran daerah
maupun untuk penyerahan urusan daerah. Setiap penyerahan urusan
pemerintahan kepada pemerintah daerah seharusnya memperhatikan potensi
ekonomi daerah. Hal ini penting agar dalam kelanjutan pengelolaan urusan
pemerintahan yang diserahkan kepada daerah itu dapat berdaya guna dan
berhasil guna, demikian pula dengan pemekaran daerah (pembentukan daerah
otonom baru) potensi ekonomi daerah menjadi indikator utama dalam
mempertimbangkan bisa tidaknya daerah itu dimekarkan.
c. Dimensi Geografi Pemerintahan daerah dipahami sebagai suatu unit
organisasi pemerintahan yang mempunyai lingkungan geografis dengan ciri-
ciri tertentu, yang meliputi keadaan fisik geografis tertentu, demografis
15
tertentu dan potensi ekonomi tertentu. Ciri-ciri geografis ini dalam praktik
penyelenggaraan pemerintahan daerah mempunyai pengaruh terhadap
pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan baik dalam penyelenggaraan
pembangunan, pemerintahan maupun pembinaan masyarakat, juga terhadap
pembuatan dan pelaksanaan kebijakan pemerintahan daerah maupun
tugastugas administrasi lainnya.
d. Dimensi Hukum Pemerintah daerah dipandang sebagai suatu unit badan
hukum publik. Dalam kedudukannya sebagai badan hukum publik pemerintah
daerah di samping dipandang sebagai unit organisasi pelaksana pemerintah
pusat, pemerintah daerah juga merupakan suatu organisasi mandiri yang
mewakili kepentingan masyarakat di daerahnya. Hal ini mengandung arti
dalam batasbatas tertentu pemerintah daerah diserahi urusan pemerintahan
tertentu untuk diatur, diurus dan dikelola, terkait dengan hal ini pemerintah
dapat membuat kebijakan baik berwujud peraturan daerah dan atau peraturan
dan atau keputusan Kepala daerah guna menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang telah diserahkan dimaksud. Sebagai badan hukum publik
pemerintah daerah diberi wewenang untuk mengurus urusan pemerintahan
yang telah diserahkan menjadi urusan rumah tangganya sekaligus pemerintah
juga diberi kewenangan untuk memiliki harta kekayaan sendiri serta mewakili
organisasinya baik di dalam maupun di luar pengadilan. Berdasarkan dimensi
ini pemerintah daerah mempunyai tiga karakteristik:
16
a. Keberadaan pemerintah daerah itu harus merupakan satu kesatuan yang
terorganisasi dan memiliki organisasi sendiri serta memiliki hak dan
wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
b. Memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri atau juga sering ditafsirkan memiliki pemerintahan sendiri itu
dicerminkan dengan dimilikinya satu Badan Perwakilan Rakyat Daerah.
c. Mempunyai hak untuk mengadakan perjanjian dengan pihak ketiga atau
pihak-pihak di luar organisasi pemerintahan daerah.
e. Dimensi Politik Pemerintah daerah dipandang mempunyai hubungan
langsung dengan aspek-aspek atau merupakan bagian dari sistem politik
negara yang bersangkutan Dalam mengimplementasikan fungsinya,
pemerintah daerah merupakan agen /pelaksana pemerintah pusat. Dengan kata
lain, pemerintah daerah merupakan satu mekanisme yang terintegrasi dalam
satu pemerintahan negara yang berbentuk sebagai badan hukum publik.
Dalam kaitan ini, pemerintah daerah sekalipun menyelenggarakan
kewenangan pemerintahan sendiri tetapi tidak dalam artian kemutlakan, ada
power sharing untuk satu urusan pemerintahan yang telah diserahkan kepada
daerah bukan berarti secara keseluruhannya, namun ada aspek-aspek tertentu
yang tetap menjadi urusan pemerintah pusat.
f. Dimensi Administrasi Pemerintah daerah dipahami sebagai suatu organisasi
pemerintahan sendiri (Local Self Government). Pemerintah daerah
mempunyai hak dan wewenang untuk mengatur dan mengurus urusan
17
pemerintahan tertentu yang telah diserahkan menjadi urusan rumah
tangganya. Di Indonesia implementasinya diwujudkan dalam pembuatan
peraturan daerah artinya peraturan ini hanya dibuat untuk mengatur urusan
pemerintah yang menjadi urusan rumah tangga daerah dan
pengadministrasiannya dipisahkan dengan kegiatan-kegiatan yang menjadi
urusan pemerintah pusat.
b. Tujuan Umum Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Pemerintah Daerah sebagai salah satu subsistem dari sistem Pemerintah
Indonesia adalah unsur utama dalam penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah. Oleh
karena itu, tujuannya sama dengan Pemerintah Pusat, yaitu mewujudkan cita-cita
nasional sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam
penyelenggaraan pemerintahan, jika dilihat dari aspekaspek manajemennya terdapat
pembagian wewenang tugas dan tanggung jawab antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Akan tetapi, tanggung jawab terakhir tetap berada di tangan
Pemerintah Pusat.
Apabila disimak secara saksama dibalik pertimbangan-pertimbangan tentang
perlu adanya penyerahan kewenangan kepada Pemerintah di Daerah sebagaimana
telah diungkapkan terdahulu, dikandung maksud dan tujuan berikut.
a. Secara politis untuk menjaga tetap tegak dan utuhnya negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang
dikonstruksikan dalam sistem Pemerintahan Pusat dan Daerah yang
18
memberi peluang turut sertanya rakyat dalam mekanisme
penyelenggaraan pemerintahan.
b. Secara formal dan konstitusional untuk melaksanakan ketentuan dan
amanat UUD 1945.
c. Secara operasional, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan, meningkatkan pelayanan masyarakat dan
melancarkan pelaksanaan pembangunan.
d. Secara Administrasi pemerintahan untuk lebih memperlancar dan
menertibkan pelaksanaan tata pemerintahan secara lebih baik dalam
rangka good governance;
e. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas maka kegiatan
Pemerintahan Daerah harus terarah kepada terjaminnya pertumbuhan
pembangunan Daerah, terselenggaranya pembinaan kestabilan politik dan
kesatuan bangsa dan terjaminnya hubungan yang serasi antara Pemerintah
Pusat dan Daerah atas dasar keutuhan Negara Kesatuan.
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tujuan pemberian
otonomi kepada daerah diarahkan untuk:
a. Terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan dan peran serta masyarakat.
b. Daerah mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip-
prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan
19
serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia
c. Peningkatan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan
daerah dengan lebih memperhatikan hubungan antar susunan
pemerintahan dan antar pemerintah daerah, potensi dan keanekaragaman
daerah.
d. Aspek hubungan wewenang memperhatikan kekhususan dan keragaman
daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
e. Aspek hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya
alam dan sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras.
f. Perlu memperhatikan peluang dan tantangan dalam persaingan global
dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
g. Daerah diberi kewenangan yang seluas-luasnya disertai dengan
pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam
kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa tujuan pemberian
otonomi kepada daerah itu menurut UU 32 tahun 2004 adalah untuk:
a. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
b. Meningkatkan daya saing daerah.
c. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan
daerah.
d. Memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah.
20
C. Konsep Pariwisata dan Objek Wisata
Secara etimologis pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri
dari dua kata yaitu “Pari” dan “Wisata”. Pari berarti berulang-ulang, berkali-kali
atau berputar-putar, sedangkan Wisata berarti perjalanan atau bepergian, jadi
pariwisata berarti perjalanan yang dilakukan secara berputar-putar,berulang-ulang
atau berkali-kali. Pariwisata menurut Yoeti (2001) adalah suatu perjalanan yang
dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat lain
dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafka ditempat
yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna
bertamasya dan rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Menurut Kurt Morgenroth (dalam Warpani P. Indira 2007), pariwisata
dalam arti sempit adalah lalulintas orang-orang yang meninggalkan tempat
kediamannya untuk sementara waktu, untuk berpesiar di tempat lain semata-mata
sebagai konsumen dari buah hasil perekonomian dan kebudayaan, guna
memenuhi kebutuhan hidup dan budayanya atau keinginan yang beraneka ragam
dari pribadinya.
Menurut Sammeng (2001), kata wisata dan wisatawan termasuk sudah
menjadi perbendaharaan Bahasa Indonesia dan digunakan oleh masyarakat
Indonesia. Pemerintah berkeinginan mengambangkan pariwisata dengan tujuan
untuk mempercepat proses peningkatan kesempatan berusaha, kesempatan kerja,
peningkatan pemerataan pendapatan masyarakat.
21
Banyaknya keuntungan jika pariwisata dapat menjadi salah satu hal bahwa
pemerintah wajib mempunyai sebuah cara dalam mengelolanya. Tidak heran jika
pengembangan secara mendalam dapat menjadikan sebuah kawasan pariwisata
menjadi semakin berkembang. Menurut Yoeti (2008) dampak dari akibat
pengembangan pariwisata sebagai suatu industri adalah dapat menciptakan
kesempatan berusaha. Dengan adanya wisatawan, perlu pelayanan untuk
menyediakan kebutuhan (need), keinginan (want) dan harapan (expectation)
wisatawan.
Objek dan daya tarik wisata menurut Undang-undang nomor 10 tahun
2009 tentang kepariwisataan menyatakan bahwa: “segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,
budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan
wisatawan dan daerah tujuan wisatawan daerah yang selanjutnya disebut destinasi
pariwisata”. Menurut Muljadi (2012) sebuah destinasi wisata harus memiliki daya
tarik tersendiri untuk mendatangkan wisatawan.
Dengan adanya objek daya tarik wisata yang kuat maka menjadi magnet
untuk menarik para wisatawan. Pengembangan Kepariwisataan haruslah
memiliki tiga aspek penting produk pariwisata, yaitu:
a) Atraksi Merupakan pusat dari industri pariwisata. Maksudnya atraksi
mampu menarik wisatawan yang ingin mengunjunginya. Biasanya
mereka tertarik pada suatu lokasi karena ciri- ciri khas tertentu. Ciri-ciri
22
khas yang menarik wisatawan adalah : a) Keindahan alam. b) Iklim dan
cuaca. c) Kebudayaan.
b) Amenitas Merupakan berbagai fasilitas penunjang para wisatawan
untuk berwisata ke suatu daerah tujuan wisata dengan kenyamanan dan
kepuasan tersendiri. Hal tersebut antara lain lain akomodasi yang
nyaman, restoran, bar, layanan informasi, pramuwisata, sikap masyarakat
setempat, keamanan dan lain-lain.
c) Aksesibilitas Berhubungan dengan segala jenis transportasi, jarak atau
kemudahan pencapaian suatu objek wisata. Serta unsur pendukung lainnya
(pelaku industri pariwisata, masyarakat dan institusi pengembangan) yang
membentuk sistem yang sinergis dalam menciptakan motivasi kunjungan
wisatawan.
Menurut Ridwan (2012) mengatakan bahwa pengertian objek wisata
merupakan sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi
sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Berdasarkan pengertian para ahli diatas penulis memberikan batasan objek
wisata adalah sesuatu yang dapat dinikmati, dirasakan dan dilihat oleh manusia
sehingga menimbulkan perasaan puas dan kesenangan jasmani maupun rohani
sebagai suatu hiburan.
23
D. Konsep Pengembangan Pariwisata dan Teori Pengembangan Pariwisata
Menurut Robert Christie Mill Tahun 2000
Menurut Pitana dan Diarta (2009) strategi pengembangan pariwisata
harus mampu menggabungkan aspek-aspek penunjang kesuksesan dunia
pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah aspek transportasi dan saluran
pemasaran, infrastruktur pariwisata, interaksi social dan keterkaitan dengan
sektor lain, daya tahan terhadap dampak pariwisata, resistensi komunitas lokal
dan lain-lain.
Strategi pengembangan kepariwisataan bertujuan untuk mengembangkan
produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang dan bertahap. Langkah pokok
strategi pengembangan pariwisata yaitu:
a) Dalam jangka pendek dititik-beratkan pada optimasi, terutama untuk:
a. Mempertajam dan memantapkan citra kepariwisataan,
b. Meningkatkan mutu tenaga kerja,
c. Meningkatkan kemampuan pengelolaan,
d. Memanfaatkan produk yang ada,
e. Memperbesar saham dari pasar pariwisata yang telah ada.
b) Dalam jangka menengah dititik-beratkan pada konsolidasi, terutama dalam:
a. Memantapkan citra kepariwisataan Indonesia,
b. Mengkonsolidasikan kemampuan pengelolaan,
c. Mengembangkan dan diversifikasi produk,
d. Mengembangkan jumlah dan mutu tenaga kerja,
24
c) Dalam jangka panjang dititik-beratkan pada pengembangan dan penyebaran
dalam:
a. Pengembangan kemampuan pengelolaan,
b. Pengembangan dan penyebaran produk dan pelayanan,
c. Pengembangan pasar pariwisata baru,
d. Pengembangan mutu dan jumlah tenaga kerja (Suwantoro, 1997:55).
Pengembangan pada dasarnya adalah hal, usaha, atau cara untuk
mengembangkan sesuatu kearah yang lebih baik. Sedangkan pariwisata berasal
dari bahasa sangsekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu pari dan wisata.
Pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang atau
berkali-kali. Orang yang melakukan perjalanan disebut traveler, sedangkan
orang yang melakukan pejalanan untuk wisata disebut tourist.
Menurut Sowantoro (2004) manfaat pengembangan pariwisata, yaitu:
a) Bidang ekonomi, yaitu :
a. Dapat meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha, baik secara
langsung maupun tidak langsung;
b.meningkatkan devisa, mempunyai peluang besar untuk mendapatkan
devisa dan dapat mendukung kelanjutan pembangunan di sektor lain;
c. meningkatkan dan memeratakan pendapatan rakyat, dengan belanja
wisatawan akan meningkatkan pendapatan dan pemerataan pada
masyarakat setempat baik secara langsung maupun tidak langsung
25
d. meningkatkan penjualan barang-barang lokal keluar; dan
e. menunjang pembangunan daerah, karena kunjungan wisatawan
cenderung tidak terpusat di kota melainkan pesisir, dengan demikian
sangat berperan dalam menunjang pembangunan daerah.
b) Bidang sosial budaya, dengan keanekaragaman sosial budaya
merupakan modal dasar bagi pengembangan pariwisata. Oleh karena itu
harus mampu melestarikan dan mengembangkan budaya yang ada.
c) Bidang lingkungan hidup, karena pemanfaatan potensi sumberdaya alam
untuk pariwisata pada dasarnya adalah lingkungan yang menarik, maka
penhembangan wisata alam dan lingkungan senantiasa menghindari
dampak kerusakan lingkungan hidup, melalui perencanaan yang teratur
dan terarah.
Pariwisata merupakan fenomena yang sangat kompleks dan bersifat unik,
karena pariwisata bersifat multidimensi baik fisik, sosial, ekonomi, politik dan
budaya. Pariwisata juga menawarkan jenis produk dan wisata yang beragam, mulai
dari wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah, wisata buatan, hingga beragam
wisata lainnya. Pariwisata juga merupakan suatu aktivitas relatif baru bagi banyak
daerah di Indonesia, yang mempunyai sedikit atau sama sekali tidak memiliki
pengalaman mengembangkan sektor ekonomi. Pengembangan pariwisata akan
menjadi fenomena besar. Adanya perencanaan pariwisata yang terintegrasi untuk
dipertimbangkan, dan disertai adanya konsentrasi yang cukup pada pendekatan
26
secara komprehensif untuk jangka panjang merupakan sesuatu yang penting. Hal
ini dimaksud agar bisa tercapai pengembangan pariwisata yang berkelanjutan
dengan serasi dan maksud tujuan pengembangan sesuai yang diharapkan
pemerintah. Sektor pariwisata merupakan sektor yang diharapkan akan dapat
menjadi penghasil devisa nomor satu. Sehingga pembangunan dan pengembangan
sektor pariwisata perlu ditingkatkan melalui kebijakan-kebijakan pengembangan
kepariwisataan. Pada dasarnya tujuan utama dari pengembangan kepariwisataan
adalah untuk meningkatkan nilai ekonomi.
Menurut Undang-undang No 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, pasal
4, tujuan pengembangan pariwisata adalah :
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat
c. Menghapus kemiskinan,
d. Mengatasi pengangguran
e. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya,
f. Memajukan kebudayaan,
g. Mengangkat citra bangsa, h. Memupuk rasa cinta tanah air,
i. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa,
j. Mempererat persahabatan antarbangsa,
Dalam konteks pariwisata, pengembangan pariwisata adalah meningkatkan
objek wisata, meningkatkan mutu pelayanan, perluasan dan penganekaragaman
objek wisata serta akomodasi lainya. Jadi pengembangan pariwisata adalah upaya
27
pemanfaatan potensi alam dan budaya, dengan mempehatikan aspek-aspek
pelestarian. Pengembangan pariwisata merupakan usaha yang dilakukan secara
sadar dan terencana untuk menggali, memperbaiki dan memajukan potensi yang
ada di suatu daerah tujuan wisata baik secara fisik maupun sosial untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat maupun devisa negara dengan melestarikan
identitas budaya dan meminimalkan dampak negatifnya. Pengembangan pariwisata
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan distribusi
pendapatan secara merata.
Robert Christie Mill mengemukakan pengembangan pariwisata harus
memperhatikan empat hal berikut:
a. Analisa pasar
b. Analisa teknik dan perencanaan
c. Analisa sosio-ekonomi
d. Analisa bisnis dan hukum
Dari empat analisa dalam pengembangan pariwisata tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut ;
a) Analisa Pasar
a. Inventaris daya tarik wisatawan
Tujuan inventaris adalah merangkum pembangunan pariwisata
di sebuah kawasan, karena harus diketahui objek wisata apa yang
dimiliki sehingga bisa menarik wisatawan datang. Salah satu cara untuk
menentukan subyek ini adalah membedakan antara daya tarik inti dan
28
daya tarik pendukung. Daya tarik inti merupakan alasan utama mengapa
wisatawan mau datang ketempat itu. Daya tarik inti bisa berupa daya trik
alam seperti iklim, flora dan fauna, ciri lingkungan alam khusus, goa,
jeram niaga, panorama alam. Daya tarik budaya seperti monumen
purbakala, sejarah dan budaya, seni, kerajinan dan arsitektur lokal,
festival budaya, keramahan penduduk. Sedangkan daya tarik pendukung
adalah daya tarik yang dibangun disekeliling daya tarik inti, daya tarik
pendukung berupa jenis atraksi khusus, seperti taman hiburan, pusat
perbelanjaan, rekreasi dan fasilitas olahraga.
b. Inventaris fasilitas untuk wisatawan
Tujuan dari inventaris fasilitas untuk wisatawan ini adalah
melakukan pendataan terhadap fasilitas-fasilitas yang sudah ada bagi
wisatawan dikawasan objek wisata dan yang belum ada sehingga harus
dibangun untuk para wisatawan seperti : tempat penginapan, akomodasi,
tempat penjualan makanan dan minuman, fasilitas kesehatan, keamanan,
informasi wisata, jaringan telekomunikasi, pompa bensin, listrik dan
toko-toko eceran para wisatawan.
c. Modal trasportasi
Tanpa dihubungkan dengan jaringan transportasi tidak mungkin
sesuatu objek wisata mendapat kunjungan wisatawan. Objek wisata
merupakan akhir perjalanan wisata dan harus memenuhi syaratsyarat
aksebilitas, artinya objek wisata harus mudah dicapai dan dengan
29
sendirinya juga mudah ditemukan. Jalan merupakan jalan akses yang
harus berhubungan dengan jalan prasarana umum. Kondisi jalan umum
dan jalan akses merupakan syarat yang penting sekali dan menentukan
aksebilitas suatu objek wisata.
d. Pasar
Pasar wisata secara faktual dapat dimaknai sebagai unsur-unsur
industri yang sering disebut para pelaku pariwisata, seperti melakukan
promosi wisata, penyedia informasi wisata, biro perjalanan, transportasi,
pengurusan visa, jasa atraksi, hotel, restoran serta mekanisme yang
mempertemukan permintaan dan penawaran produk dan jasa wisata.
Oleh karena itu pemasaran memainkan peranan penting dalam
pariwisata karena pelanggan melihat, merasa atau mencoba produk yang
akan dibelinya. Untuk dapat menilai suatu produk seseorang harus
berpergian ke tempat tujuan. Karena itu fokus pemasaran pariwisata
adalah mengkomunikasikan secara keseluruhan alam maupun fasilitas
pendukung yang disediakan dikawasan objek wisata, karena merupakan
faktor kunci yang mempengaruhi keputusan konsumen atau wisatawan.
b) Analisa Teknik dan Perencanaan
a. Komunikasi dan transportasi
Ketersediaan secara komunikasi seperti telepon umum,
pelayanan pos, serta terjangkau oleh signal komunikasi dan kondisi
30
sarana transportasi seperti jalan-jalan menuju objek wisata sehingga
bisa sampai dan keluar dari tempat tujuan wisata dengan mudah.
b. Ketersediaan lahan untuk pariwisata
Dalam pengembangan daya tarik dan fasilitas pariwisata
membutuhkan tersedianya lahan yang cukup di daerah kawasan tujuan
wisata sehingga diketahui lahan yang tersedia siapa pemilinya serta
apakah pemiliknya mau menjual atau mengizinkan pembangunan di
atas tanahnya.
c. Aspek lingkungan dan ekologis
Setiap pembangunan yang besar membutuhkan sejumlah
pernyataan yang berhubungan dengan akibat terhadap lingkungan.
Karena kawasan lingkungan wisata yang berhasil tergantung kualitas
lingkungan kawasan secara fisik.
c) Analisa Sosio-ekonomi
a. Penduduk setempat
a. Pariwisata akan mempengaruhi kehidupan penduduk dikawasan
tersebut karena akan lebih banyak pengunjung datang kekawasan
tersebut. Masalahnya adalah menentukan sikap umum penduduk
dikawasan tempat pengembangan atau pembangunan pariwisata.
b. Mengadakan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan kepada
kelompok atau komunitas masyarakat dikawasan wisata sebagai
bagian dari program pengembangan pariwisata.
31
c. Berhubungan dengan peran penduduk setempat sebagai bagian
dari produk wisata. Seringkali keramahan penduduk lokal adalah
daya tarik utama itu sendiri.
b. Produk dan pelayanan pendukung
Pariwisata membutuhakan banyak sistem pendukung seperti
makanan, arena bermain, peralatan tidur, perabot, perlengkapan
permanen lainnya. Untuk memaksimalkan dampak positif pariwisata
terhadap ekonomi, dan hubungan dengan sektor-sektor ekonomi lain
yang harus didorong. Pada titik ini yang penting untuk diketahui adalah
apakah dikawasan wisata tersebut tersedia produk dan pelayanan
pendukung serta sumber tenaga kerja dari lokal atau luar.
d) Analisa bisnis dan hukum
Tujuan analisis ini adalah menenukan perlu atau tidaknya diadakan
perubahan suasana bisnis dan hukum bagi keberhasilan pengembangan
pariwisata. Kegiatan ini harus meliputi masalah-masalah bisnis dan hukum
yang berhubungan dengan pariwisata.
a. Lingkungan bisnis
Lingkungan bisnis pariwisata meliputi bisnis yang mempunyai
hubungan dengan pariwisata, sektor publik, dan organisasi
kemasyarakatan serta pelayanan yang diberikan oleh kelompok
masyarakat. Lingkungan bisnis meliputi :
32
a. Bagaimana sikap sektor-sektor swasta, pemerintah,
instansiinstansi terkait terhadap peningkatan pariwisata?
b. Apa sekarang yang dilakukan dalam upaya meningkatkan
pariwisata? Serta sikap lembaga keuangan terhadap pariwisata,
seperti pemberian insentif keuangan dari lembaga keuangan
yang berguna untuk pengembangan pariwisata seperti
pemberian pinjaman.
b. Ruang lingkup hukum
Aturan pemerintah sangat mempengaruhi semua bisnis, dan bisinis
termasuk juga pariwisata. Tujuan analisis ini adalah menentukan kemana
arah pemerintah mempengaruhi pengembangan pariwisata dan juga
mengidentifikasi landasan hukum atau aturan-aturan, baik itu Undang-
undang maupun Peraturan Daerah yang akan menjadi pedoman dalam
pengembangan pariwisata.
Analisa ini berfungsi sebagai pedoman bagi para pengembang
pariwisata atau pihak swasta dalam melewati aturan-aturan resmi yang
rumit dan mempengaruhi dalam pengembangan pariwisata.
Adapun alasan peneliti menggunakan teori dari konsep
pengembangan pariwisata yang dikemukan oleh Robert Christie Mill
tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana pengembangan pariwisata
yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng dan
agar pengembangan wisata dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya
33
dengan memperhatikan konsep pengembangan pariwisata, yang terdiri
dari analisa pasar, analisa teknik dan perencanaan, analisa sosioekonomi,
analisa bisinis dan hukum, karena konsep tersebut sebagai penunjang
keberhasilan pengembangan wisata yang dilakukan di suatu daerah tujuan
wisata.
a. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu Seperti halnya dengan Intan Dia Prastiti pada Tahun
2017 dengan judul penelitian “Strategi Pengembangan Wisata Agro Kebun Apel
Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Tulungrejo” yang
menjelaskan bahwa ada 3 pengembangan yang dapat mewujudkan strategi
pengembangan wisata agro yaitu: pengembangan berbasis kemasyarakatan,
pengembangan berbasis sektoral dan pengembangan berbasis kewilayahan.
Dalam pengembangan berbasis kemasyarakatan adalah masyarakat lokal,
institusi-institusi lokal dan lembaga non pemerintahan. Penjelasan dari
masyarakat lokal adalah masyarakat Desa Tulungrejo yang belum memiliki
pengetahuan tentang pengelolaan pertanian yang baik, sehingga membutuhkan
bantuan dari pihak pemerintah dan pihak sektoral.
Sedangkan institusi-institusi lokal adalah kelompok yang menaungi dan
memberikan arahan kepada para petani yang masih belum dapat beradaptasi
dengan peraturan pemerintah yang sudah menjadikan desa mereka sebagai salah
satu desa wisata agro yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
34
Lembaga non pemerintahan adalah suatu lembaga yang diharapkan dapat menjadi
wadah kegiatan perekonomian dalam industri pariwisata yang dilaksanakan oleh
kelompok yang terbentuk dari desa. Pengembangan berbasis sektoral dalam
pengembangan wisata agro dilaksanakan oleh 3 pihak. Pertama masyarakat
setempat, keterlibatan masyarakat setempat dalam penyelenggaraan strategi
pengembangan wisata agro kebun apel untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di Desa Tulungrejo, ini sudah cukup memberikan pengaruh yang
besar dalam pelaksanaannya, seperti masyarakat harus ikut berpartisipasi dalam
tahap perencanaan, partisipasi dalam tahap implementasi, dan partisipasi dalam
tahap pengawasan.
Kedua keterlibatan pihak swasta dalam pengembangan wisata alam di
Desa Tulungrejo dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan tentunya
perlu pelaku usaha dikawasan lokasi wisata. Ketiga keterlibatan pemerintah Kota
Batu peran pemerintah sendiri sebagai penyelenggara pariwisata yang harus
terlibat penuh dalam pengambilan kebijakan. Pemerintah sebagai pembuat
kebijakan memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan suatu kegiatan
disuatu daerah, pemerintah membuat suatu kebijakan yang mampu menjalankan
kebijakan tersebut dengan melibatkan masyarakat sebagai komponen utama
dalam suatu pengembangan.
Penelitian serupa di lakukan oleh Eva Kurniawati dengan Judul Peran
masyarakat dalam perencanaan dan pengembangan Desa Wisata Tulungrejo
Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Dalam penelitiannya, peneliti menjelaskan
35
terdapat beberapa objek wisata di desa wisata Tulungrejo yang dapat dinikmati
oleh wisatawan. Selain itu terdapat potensi daya tarik wisata yaitu Atraksi wisata
yang terdiri dari (Something to see (dilihat), something to do (dilakukan),
something to buy (dibeli)), promosi wisata, market (pasar), kuantitas dan kualitas
transportasi, fasilitas umum dan pelayanan. Kegiatan atraksi wisata di desa wisata
Tulungrejo bentuknya sangat beraneka ragam dari yang dapat dilihat, apa yang
dapat dilakukan, dan apa yang dapat dibeli.
Sebagian besar penduduk sebagai petani buah dan sayur merupakan ciri
khas budaya social yang dapat dijadikan atraksi wisata dari desa wisata
Tulungrejo. Tingkat partisipasi masyarakat Desa Wisata Tulungrejo terhadap
perencanaan dan pengembangan desa wisata mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terbukti banyak aktivitas pariwisata dan
diversifikasi produk yang beragam.
Penelitian di atas berbeda dengan penelitian yang akan saya lakukan
dalam Strategi Pemerintah Daerah Mengembangkan Objek Pariwisata Kebun
Apel di Desa Bonto Lojong Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng. Pada
penelitian ini saya menggunakan dua Indikator Analisa dari empat Indikator Teori
Pengembangan Pariwisata (Robert Christie Mill Tahun 2000). Adapun Indikator
analisa yang saya gunakan yaitu Analisa pasar dan Analisa teknik dan
perencanaan. Pada Analisa Pasar memiliki bagian yaitu Inventaris daya tarik
wisatawan, Inventaris fasilitas untuk wisatawan, Modal trasportasi, dan Pasar.
Sedangkan Analisa Teknik dan Perencanaan juga memiliki bagian yaitu
36
Komunikasi dan transportasi, Ketersediaan lahan untuk pariwisata, dan Aspek
lingkungan dan ekologis.
Potensi yang terdapat di kawasan agrowisata di Kecamatan Uluere
Kabupaten Bantaeng yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata sangat
beraneka ragam. Potensi tersebut antara lain adalah kebun strawberry dan apel
serta taman.
E. Kerangka Fikir
Menurut Pitana dan Diarta (2009) strategi pengembangan pariwisata harus
mampu menggabungkan aspek-aspek penunjang kesuksesan dunia pariwisata. Aspek-
aspek tersebut adalah aspek transportasi dan saluran pemasaran, infrastruktur
pariwisata, interaksi social dan keterkaitan dengan sektor lain, daya tahan terhadap
dampak pariwisata, resistensi komunitas lokal dan lain-lain.
Daerah Sulawesi Selatan merupakan daerah potensi di bidang pariwisata dan
telah dikunjungi oleh banyak wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri. Salah
satu daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah adalah keindahan
alamnya. Sulawesi selatan mempunyai banyak daerah seperti diantaranya adalah
Desa Bonto Lojong Kecamatan Ulu Ere yang terletak di Kabupaten Bantaeng.
Kecamatan Ulu Ere merupakan wilayah administrasi dari Kabupaten Bantaeng,
dengan luas wilayah keseluruhan adalah 67, 29 km2 dan jarak dari ibu Kota
Kabupaten Bantaeng yaitu 21 Km. Jumlah penduduk Kecamatan Ulu Ere sebanyak
7.316 jiwa yang terdiri dari laki-laki sekitar 3.478 jiwa dan perempuan sebanyak
37
3.838 jiwa dengan mayoritas mata pencaharian penduduknya pada umumya
berprofesi sebagai petani utamanya petani sayuran dan buah, sedangkan non
pertanian terutama bergerak pada lapangan usaha perdagangan besar dan eceran.
Kecamatan Ulu Ere juga merupakan salah satu kecamatan yang terletak di
dataran tinggi di Kabupaten Bantaeng atau berada di daerah pegunungan. Kecamatan
Ulu Ere terletak pada ketinggian antara 1.200-1.700 Mdpl. Ditinjau dari segi
kemiringan lereng Desa Bonto Lojong berada pada kemiringan lereng 8-40% atau
sebagian besar wilayahnya adalah pegunungan. Penetapan Desa Bonto Lojong
Kecamatan Ulu Ere sebagai lokasi Rencana Kawasan Agrowisata ini tidak lepas dari
adanya potensi dominan seperti hasil perkebunan, serta arahan yang tertuang dalam
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bantaeng Tahun 2008-
2013.
Pada tahun 2010 jumlah wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata Desa
Bonto Lojong sekitar 8.307 jiwa. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah wisatawan yang
berkunjung yaitu 7.514 jiwa. Dari data diatas dapat disimpulkan jumlah wisatawan
yang berkunjung ke lokasi wisata Desa Bonto Lojong pada tahun 2011 mengalami
penurunan jika dibandingkan pada tahun 2010 sebesar 793 jiwa. Saat ini masih
dirasakan bahwa sinergi dari upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk
mengembangkan pariwisata nasional masih belum berjalan secara optimal,
disebabkan masih adanya perbedaan persepsi yang perlu mendapatkan klarifikasi.
Setiap objek wisata perlu ditangani dengan baik, mulai dari kesiapan ojeknya sampai
upaya pemasarannya sehingga dapat diketahui wisatawan baik wisatawan lokal
38
maupun wisatawan mancanegara. Salah satu obyek wisata di Desa Bonto Lojong
adalah pariwisata kebun apel.
Kerangka Fikir
Gambar 2.1
Strategi Pemerintah Daerah dalam
Mengembangkan Obyek Wisata
Kebun Apel di Kabupaten
Bantaeng
Indikator Teori Pengembangan Pariwisata
(Robert Christie Mill Tahun 2000):
a. Analisa Pasar
b. Analisa Teknik dan Perencanaan
Pengembangan Obyek Wisata
Atraksi
Amenitas
Aksesibilitas
39
F. Fokus Penelitian
a. Strategi Pemerintah Daerah dalam Mengembangkan Obyek Wisata Kebun
Apel di Kabupaten Bantaeng menggunakan Teori Pengembangan Pariwisata
(Robert Christie Mill Tahun 2000) :
a.) Analisa Pasar
a. Inventaris daya tarik wisatawan
Tujuan iventaris adalah merangkum pembangunan pariwisata di
sebuah kawasan, karena harus diketahui objek wisata apa yang
dimiliki sehingga bisa menarik wisatawan datang. Salah satu cara
untuk menentukan subyek ini adalah membedakan antara daya tarik
inti dan daya tarik pendukung. Daya tarik inti merupakan alasan utama
mengapa wisatawan mau datang ketempat itu.
Daya tarik inti bisa berupa daya trik alam seperti iklim, flora dan
fauna, ciri lingkungan alam khusus, goa, jeram niaga, panorama alam.
Daya tarik budaya seperti monumen purbakala, sejarah dan budaya,
seni, kerajinan dan arsitektur lokal, festival budaya, keramahan
penduduk. Sedangkan daya tarik pendukung adalah daya tarik yang
dibangun disekeliling daya tarik inti, daya tarik pendukung berupa
jenis atraksi khusus, seperti taman hiburan, pusat perbelanjaan,
rekreasi dan fasilitas olahraga.
40
b. Inventaris fasilitas untuk wisatawan
Tujuan dari inventaris fasilitas unyuk wisatawan ini adalah
melakukan pendataan terhadap fasilitas-fasilitas yang sudah ada bagi
wisatawan dikawasan objek wisata dan yang belum ada sehingga
harus dibangun untuk para wisatawan seperti : tempat penginapan,
akomodasi, tempat penjualan makanan dan minuman, fasilitas
kesehatan, keamanan, informasi wisata, jaringan telekomunikasi,
pompa bensin, listrik dan toko-toko eceran para wisatawan.
c. Modal trasportasi
Tanpa dihubungkan dengan jaringan transportasi tidak mungkin
sesuatu objek wisata mendapat kunjungan wisatawan. Objek wisata
merupakan akhir perjalanan wisata dan harus memenuhi syaratsyarat
aksebilitas, artinya objek wisata harus mudah dicapai dan dengan
sendirinya juga mudah ditemukan. Jalan merupakan jalan akses yang
harus berhubungan dengan jalan prasarana umum. Kondisi jalan
umum dan jalan akses merupakan syarat yang penting sekali dan
menentukan aksebilitas suatu objek wisata.
d. Pasar
Pasar wisata secara faktual dapat dimaknai sebagai unsur-unsur
industri yang sering disebut para pelaku pariwisata, seperti melakukan
promosi wisata, penyedia informasi wisata, biro perjalanan,
transportasi, pengurusan visa, jasa atraksi, hotel, restoran serta
41
mekanisme yang mempertemukan permintaan dan penawaran produk
dan jasa wisata.
Oleh karena itu pemasaran memainkan peranan penting dalam
pariwisata karena pelanggan melihat, merasa atau mencoba produk
yang akan dibelinya. Untuk dapat menilai suatu produk seseorang
harus berpergian ke tempat tujuan. Karena itu fokus pemasaran
pariwisata adalah mengkomunikasikan secara keseluruhan alam
maupun fasilitas pendukung yang disediakan dikawasan objek wisata,
karena merupakan faktor kunci yang mempengaruhi keputusan
konsumen atau wisatawan.
b) Analisa teknik dan perencanaan
a. Sosialisasi/Pembinaan Masyarakat
Sosialisasi/pembinaan masyarakat merupakan pengarahan yang
dilakukan pemerintah kepada para anggota masyarakat tentang
agrowisata, agar mempunyai persepsi yang sama dalam menghadapi
berbagai permasalahan manakalah wilayahnya akan di jadikan
agrowisata.
b. Komunikasi dan transportasi
Ketersediaan secara komunikasi seperti telepon umum, pelayanan
pos, serta terjangkau oleh signal komunikasi dan kondisi sarana
transportasi seperti jalan-jalan menuju objek wisata sehingga bisa
sampai dan keluar dari tempat tujuan wisata dengan mudah.
42
c. Ketersediaan lahan untuk pariwisata
Dalam pengembangan daya tarik dan fasilitas pariwisata
membutuhkan tersedianya lahan yang cukup di daerah kawasan tujuan
wisata sehingga diketahui lahan yang tersedia siapa pemiliknya serta
apakah pemiliknya mau menjual atau mengizinkan pembangunan di
atas tanahnya.
d. Aspek lingkungan dan ekologis
Setiap pembangunan yang besar membutuhkan sejumlah
pernyataan yang berhubungan dengan akibat terhadap lingkungan.
Karena kawasan lingkungan wisata yang berhasil tergantung kualitas
lingkungan kawasan secara fisik.
e. Budi Daya Tanaman
Budi daya tanaman umumnya mencakup kegiatan-kegiatan
pengelolaan lahan/tanah, penanaman, dan pemeliharaan agrowisata.
Berbagai budi daya mulai dari pembibitan, pengolahan tanah,
penanaman dan pemeliharaan hingga panen dapat menjadi kegiatan-
kegiatan yang sangat menarik wisatawan apabila kita dapat
mengemasnya menjadi satu kegiatan yang unik atau langka.
43
b. Dengan adanya objek daya tarik wisata yang kuat maka menjadi magnet
untuk menarik para wisatawan. Pengembangan Kepariwisataan haruslah
memiliki tiga aspek penting produk pariwisata, yaitu:
a) Atraksi merupakan pusat dari industri pariwisata. Maksudnya atraksi
mampu menarik wisatawan yang ingin mengunjunginya. Biasanya
mereka tertarik pada suatu lokasi karena ciri- ciri khas tertentu. Ciri-
ciri khas yang menarik wisatawan adalah : a) Keindahan alam. b)
Iklim dan cuaca. c) Kebudayaan.
b) Amenitas merupakan berbagai fasilitas penunjang para wisatawan
untuk berwisata ke suatu daerah tujuan wisata dengan kenyamanan
dan kepuasan tersendiri. Hal tersebut antara lain lain akomodasi yang
nyaman, restoran, bar, layanan informasi, pramuwisata, sikap
masyarakat setempat, keamanan dan lain-lain.
c) Aksesibilitas berhubungan dengan segala jenis transportasi, jarak atau
kemudahan pencapaian suatu objek wisata. Serta unsur pendukung
lainnya (pelaku industri pariwisata, masyarakat dan institusi
pengembangan) yang membentuk sistem yang sinergis dalam
menciptakan motivasi kunjungan wisatawan.
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Bantaeng tepatnya di Kantor Dinas
Pariwisata, Tokoh masyarakat yang terkait dan Masyarakat. Penelitian lebih lanjut
akan dilaksanakan kurang lebih dua bulan sampai data yang diinginkan peneliti dapat
terpenuhi dengan sempurna.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif pendekatan
deskriptif. Untuk menjelaskan “Strategi Pemerintah Daerah dalam Mengembangkan
Obyek Wisata Kebun Apel di Kabupaten Bantaeng”. Metode ini bertujuan untuk
mendalami suatu kejadian atau fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang
terjadi saat penelitian berlangsung dengan menyuguhkan apa yang sebenarnya terjadi.
Menurut Wirartha (2006) metode analisis deskriptif kualitatif yaitu
menganalisis, menggambarkan, dan meringkas berbagai kondisi, situasi dari berbagai
data yang mengumpulkan hasil wawacara atau pengamatan mengnai masalah yang
diteliti yang terjadi di dalam antara fakta yang ada serta pengaruhnya terhadap suatu
kondisi, dan sebagainya.
Moleong (2006) Penelitian dekskriptif mempelajari masalah-masalah dalam
masyarakat serta situasi-situasi, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan,
45
sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung.
Dalam penelitian kualitatif oleh karena itu, analisis data yang dilakukan bersifat
induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dan kemudian dapat dikonstruksikan
menjadi hipotesis atau teori.
C. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Data yang diperlukan dalam penelitian bersumber dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari responden melalui hasil
wawancara atau pengamatan. Sedangkan data sekunder diperoleh secara tidak
langsung/ melalui pihak kedua (instansi terkait), dengan melakukan studi
dokumentasi atau literature, Sugiyono (2018).
Penjelasan tersebut diatas apabila dijabarkan pengertian data primer adalah
data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Dalam hal
ini sumber data utama (data primer) diperoleh langsung dari setiap informan yang
diwawancara secara langsung di lokasi penelitian. Data sekunder adalah data-data
yang dapat diperoleh dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya terdiri
dari surat-surat pribadi, buku harian, hasil rapat perkumpulan, sampai dokumentasi-
dokumentasi resmi dari alam lampiran-lampiran dari badan-badan resmi seperti
kementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, dan sebagainya. Peneliti
menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi
informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung.
46
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, dimana
peneliti berusaha memberikan gambaran atau uraian yang bersifat deskriptif
mengenai keadaan objek yang diteliti secara sistematis dan aktual mengenai fakta-
fakta yang ada. Dasar penelitian yang digunakan digunakan dalam penelitian adalah
studi kasus, yaitu dilukukan secara intesif dan komprehensif menjawab permasalahan
yang teliti, Sugiyono (2018).
D. Informan Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi informan penelitian yakni Pemerintah
Daerah, Dinas Pariwisata dan Masyarakat. Teknik penentuan informan yang
digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Purposive sampling yaitu penarikan
informan secara purposif merupakan cara penarikan informan yang dilakukan
memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan peneliti. Salah
pertimbangan yang dilakukan oleh penulis adalah kompetensi yang dimiliki dalam
bidang yang dikuasai oleh informan tersebut. Teknik pemilihan sample bertujuan
(purposive) yakni pemilihan siapa subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan (Ahmadin, 2013).
47
NO INFORMAN/INSTANSI
1. Dinas Pariwisata/Staff
2. Tokoh Masyarakat
3. Masyarakat
Tabel 3.1 Informan Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Adapun teknik pengumpulan data yang dimaksud yakni:
a. Tehknik observasi
Malyadin (2013) mengemukakan penelitian mengadakan observasi
penelitian secara partisipan yaitu dengan observasi yang tidak hanya melihat
langsung tapi juga melakukan tindakan yang sama seperti objek penelitian. Observasi
ini juga dilakukan dengan cara melihat langsung keadaan disekitar dan semua hal
yang berkaitan dengan maslah penelitian. Dengan observasi partisipan ini, maka data
yang diperlukan akan lebih lengkap dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari
setiap perilaku yang nampak.
Observasi partisipan dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu observasi
pasif, moderat, aktif, dan kompleks (Sugiyono, 2018). Namun yang digunakan dalam
48
penelitian ini adalah observasi partisipasi pasif, moderat, dan aktif yang
penjelasannya adalah sebagai berikut:
a) Observasi partisipasi pasif, peneliti datang dilokasi penelitian tetapi tidak ikut
terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan masyarakat hanya melakukan
pengamatan dari jauh.
b) Observasi pastisipasi moderat, observasi ini meneliti dalam mengumpulkan data
ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.
c) Observasi partisipasi aktif, dalam observasi ini peneliti ikut melaksanakan apa
yang dilakukan informan peneliti, tetapi belum menyeluruh.
b. Teknik Wawancara
Malyadin (2013) menyatakan wawacara merupakan salah satu cara
mengumpulkan data dengan jalan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lisan
kepada subjek penelitian. Instrumen ini di gunakan mendapatkan inforrmasi
mengenai fakta, keyakinan, perasaan, niat dan sebagainya. Wawancara memiliki sifat
yang lues, pertanyaan yang di berikan dapat sesuaikan dengan subyek sehingga
sengala sesuatu yang ingin di ungkapkan dapat di gali dengan baik. Wawancara
terbagi atas dua jenis yaitu wawancara tidak berstruktur. Menurut Estemberg dalam
Sugiyono (2010) mengemukakan dua jenis wawancara, yaitu wawancara struktur dan
tidak struktur yaitu:
a) Wawacara terstruktur (strukter interview): Wawacara terstruktur (strukter
interview) digunakan sebagai teknik pengumpulan bila peneliti telah mengetahui
49
dengan pasti tentang informasi apa yang akan di peroleh (terarah). Oleh karna
itu, dalam melakukan wawacara, pewacara telah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun
telah disiapkan.
b) Wawancara tidak bertsruktur (instrutured interview): Wawancara tidak
bertsruktur (instrutured interview) merupakan wawancara yang bebas dan
peneliti tidak pedoman wawancara, yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara di gunakan berupa garis-
garis merupa yang akan di tanyakan.
Dari kedua jenis wawancara di atas terkait dengan teknik wawancara maka
peneliti akan dapat melakukan wawancara sesui dengan apa yang menjadi tujuan dari
wawancara. Karna dari kedua jenis wawancara tersebut bisa memberikan hasil dan
tidak akan membingungkan peneliti maka ketika akan turun kelapangan dan itulah
yang akan menjadi pedoman yang di pengan oleh peneliti.
c. Teknik Dokumentasi
Menurut Gottschalk dalam Malyadin (2013) pengertian kata dokumen sering
kali digunakan para ahli dalam duanpengertian, yang pertama adalah sumber tertulis
bagi informasi sejarah sebagai kebalikan dari pada kesaksian lisan, atefak,
peninggalan terlukis, dan pertilasan-pertilasan arkeologis.
Dari beberapa pengulasan teknik di atas maka maka dapat ditarik benang
merahnya dokumen merupakan sumber data yang digunakan yang dilengkapi, baik
50
berupa sumber tertulis, film, gambar (foto), dan karya-karya monumental, yang
semua itu memberikan informasi bagi proses penelitian.
F. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah mengacu pada
konsep Miles dan Huberman dalam (Said 2011) yaitu interactive model yang
mengklasifikasikan analisis data menjadi tiga bagia yaitu:
a. Data Reduction (Reduksi Data), semua data yang diperoleh dilapangan akan
ditulis dalam bentuk uraian secara lengkap dan banyak. Kemudian data tersebut
direduksi yaitu data dirangkum, membuat kategori, memilih hal-hal yang pokok
dan penting yang berkaitan dengan masalah. Data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dari hasil wawancara dan observasi.
b. Data Display (penyajian Data), setelah melakukan reduksi data, peneliti
selanjutnya melakukan tahap ke dua yakni penyajian data dimana data dan
informasi yang sudah diperoleh dilapangan dimasukkan ke dalam suatu bentuk
tabel.
c. Condusion drawing/verification (menarik kesimpulan/verifikasi) setelah
penyajian data, peneliti kemudian menginterpretasi atau menyimpulkan data-data
atau informasi yang telah diperoleh dan disajikan. Penjelasan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa tujuan dari analisis data untuk menganalisis hal-hal yang
masih perlu diketahui mengenai data-data yang telah diperoleh di lapangan,
informasi yang perlu dicari dan kesalahan yang harus diperbaiki.
51
G. Teknik Keabsahan Data
Sugiyono (2018), Data penelitian yang dikumpulkan diharapkan dapat
menghasilkan penelitian yang bermutu atau data yang kredibel, oleh karena itu
peneliti melakukan pengabsahan data dengan berbagai hal sebagai berikut:
a. Perpanjangan Masa Penelitian
Peneliti akan melakukan perpanjangan masa pengamatan jika data yang
dikumpulkan dianggap belum cukup, maka dari itu peneliti dengan melakukan
pengumpulan data, pengamatan dan wawancara kepada informan baik dalam bentuk
pengecekan data maupun mendapatkan data yang belum diperoleh sebelumnya. Oleh
karena itu, peneliti menghubungi kembali para informan dan mengumpulkan data
sekunder yang masih diperlukan.
b. Pencermatan Pengamatan
Data yang diperoleh peneliti dilokasi penelitian akan diamati secara cermat
untuk memperoleh data yang bermakna. Oleh karena itu, peneliti akan
memperhatikan dengan secara cermat apa yang terjadi dilapangan sehingga dapat
memperoleh data yang sesungguhnya.
c. Triangulasi
Adapun tringulasi adalah teknik pemeriksa keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembandingan terhadap data itu Meleong (2009). Untuk keperluan triangulasi
maka dilakukan tiga cara yaitu:
52
a) Tringulasi Sumber, untuk mengkaji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang telah
dianalisis sihingga menghasilkan kesimpulan kemudian dimintakan kesepakatan
dengan sumber data (Fuaidah 2011).
b) Tringulasi Teknik, menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek
data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Hal ini dilakukan
untuk memastikan kebenaran data, bila data yang dihasilkan berbeda, peneliti
kemudian melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data. (Fuaidah 2011).
c) Tringulasi Waktu, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
melakukan telaah wawancara, observasi atau teknik lain kepada sumber data
yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan
kepastian datanya (Fuaidah 2011).
Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga
dilakukan untuk memperkaya data. Triangulasi juga membagi teknik yang perlu di
perhatikan oleh peneliti agar dapat terstruktur secara sistimatis dan peneliti juga
harus memperhatikan susunan mulai dari Triangulasi sumber sampai Triangulasi
peneliti.
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
a. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bantaeng
Kabupaten Bantaeng secara geografis terletak ± 120 km arah selatan
Makassar, Ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan dengan posisi 5°21’13’’
5°35’26’’ Lintang Selatan dan 119°51’42’’-120°05’27’’ Bujur Timur.
Berada di kaki Gunung Lompobattang, Kabupaten Bantaeng memiliki
Topografi yang terdiri dari daerah pantai, daratan, dan pegunungan. Luas
wilayah daratan mencapai 395.83 km2 dan luas wilayah perairan mecapai
144 km2 . 59,33 km2 atau sekitar 14,99% dari wilayahnya merupakan
daerah pesisir dengan kemiringan 0-2 meter, 168,75 km2 atau sekitar
42,64% dari luas wilayahnya merupakan daratan yang landai dengan
kemiringan 2-15 meter, 81,86 km2 atau sekitar 20,68% dari luas wilayahnya
merupakan daratan dengan kemiringan 15-40 meter sedangkan 83,80 km2
atau sekitar 21,17% sisanya merupakan daerah daratan dengan kemiringan
lebih dari 40 meter.
Letak geografi Kabupaten Bantaeng yang strategis memiliki alam tiga
dimensi, yakni bukit pegunungan, lembah dataran dan pesisir pantai, dengan
dua musim. Iklim di daerah ini tergolong iklim tropis basah dengan curah
54
hujan tahunan rata-rata setiap bulan 14 mm. Dengan adanya kedua musim
tersebut sangat menguntungkan bagi sektor pertanian.
Kabupaten Bantaeng terletak di bagian selatan propinsi Sulawesi
Selatan yang berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kabupaten Gowa dan Kabupaten Bulukumba
Sebelah Timur : Kabupaten Bulukumba
Sebelah Selatan : Laut Flores
Sebelah Barat : Kabupaten Jeneponto
Secara administratif, Kabupaten Bantaeng terbagi atas 3 Kecamatan
tepi pantai, dan 5 Kecamatan bukan pantai, dengan rincian 17
desa/kelurahan pantai dan 50 desa/kelurahan bukan pantai. dan terletak di
daerah pantai yang memanjang pada bagian barat dan timur kota.
b. Gambaran Desa Bonto Lojong Kecamatan Uluere
Desa Bonto Lojong adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Ulu Ere yang berada di bagian utara Kabupaten Bantaeng. Jarak dari ibu kota
kecamatan + 2,5 km dan jarak dari ibu kota Kabupaten + 23 km. Jarak tempuh
wilayah Desa Bonto Lojong dari Ibu kota Kabupaten Bantaeng + 35 menit.
Desa Bonto Lojong potensi alam yang sangat produktif seperti lahan pertanian,
perkebunan dan hutan. Desa Bonto Lojong memiliki luas 40,49 km² dan
terletak pada ketinggian 1300 sampai 1500 Mdpl dengan kemiringan lereng
>40%. Desa Bonto Lojong terdiri dari 12 RW dan 25 RT. Jumlah penduduk
55
Desa Bonto Lojong sebanyak 2.887 jiwa. Wilayah Desa Bonto Lojong berada
pada ketinggian 1.300 – 1.500 di atas permukaan laut, dengan kemiringan
lereng yang bervariasi 15-30%, 30-40% dan 40% ke atas. Hal ini menunjukkan
kegiatan pembangunan hanya dapat berlangsung pada sebagian wilayah.
Kondisi hidrologi atau keadaan air yang ada di Desa Bonto Lojong dapat dilihat
pada dua kondisi, yaitu air permukaan dan air tanah. Air permukaan terlihat
dengan banyaknya sumur-sumur dan sungai dengan anak sungai yang
dipergunakan oleh masyarakat sebagai sumber air minum dan sebagai sumber
pengairan bagi kegiatan pertanian.
Dengan demikian potensi wilayah aliran sungai tersebut sangat
mendukung untuk kebutuhan irigasi pertanian dan sumber air bersih untuk
kebutuhan penduduk. Jarak merupakan salah satu yang penting untuk kemajuan
suatu Desa. Desa Bonto Lojong merupakan Desa yang sebagian besar
daerahnya merupakan daerah perbukitan, maka jarak tempuh merupakan hal
yang sangat penting untuk pertimbangan, terlebih lagi masih banyak kondisi
jalan yang kondisisnya masih kurang layak atau rusak untuk dilalui kendaraan.
Pada umumnya jarak antar Desa Bonto Lojong dengan ibukota Kecamatan
Kecamatan Ulu Ere yaitu 6 km dengan waktu tempuh sekitar 15 – 20 menit dan
jarak dari Desa Bonto Lojong ke Ibukota Kabupaten Bantaeng yaitu 20 km
dengan waktu tempuh sekitar 60 menit
56
B. Strategi Pemerintah Daerah dalam Mengembangkan Obyek Pariwisata
Kebun Apel di Desa Bonto Lojong Kecamtan Uluere Kabupaten
Bantaeng
Upaya pengembangan agrowisata pedesaan yang memanfaatkan
potensi pertanian, dan melibatkan masyarakat pedesaan, dapat berfungsi
sebagai pemberdayaan masyarakat selaras dengan pemberdayaan masyarakat
berbasis pariwisata (community based tourism). Pemberdayaan masyarakat
dimaksud adalah agro wisata yang dapat mengikutsertakan peran dan aspirasi
masyarakat pedesaan selaras dengan pendayagunaan potensi sumber daya
alam dan sumber daya manusia yang dimilikinya. Persoalannya adalah
bagaimana masyarakat pedesaan dibina secara berkesinambungan, agar
potensi-potensi yang dimiliki daerah digali secara optimal, sehingga dapat
memberikan hasil maksimal bagi petani, masyarakat desa, pengusaha dan
menjadi sumber pendapatan yang dapat diandalkan. Agrowisata sebagai salah
satu usaha bisnis di bidang pertanian dengan memanfaatkan kawasan
pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan dan hortikultur) yang
di tata secara teratur menjadi sebuah kawasan wisata dengan menekankan
pada penjualan jasa kepada konsumen.Bentuk jasa tersebut dapat berupa
keindahan, ketentraman, dan pendidikan.
57
Pengembangan usaha agrowisata membutuhkan manajemen yang
prima di antara sub sistem, yaitu diantara ketersediaan sarana dan prasarana
wisata, objek yang dijual, promosi dan pelayanannya. Kecamatan Uluere
merupakan salah satu kawasan agrowisata yang baru di resmikan pada tahun
2008. Kawasan ini berada di Kabupaten Bantaeng ini merupakan tempat
rekreasi untuk menikmati penomena hamparan kebun, penataan taman yang
indah sehingga dapat menjadi tempat untuk bersantai serta permainan-
permainan yang mampu melatih kreatifitas, kecerdasan, dan keberanian. Data
jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Agrowisata Uluere, pada
dasarnya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, ini karena pihak
manajemen selalu melakukan perbaikan-perbaikan untuk tetap meningkatkan
kunjungan ke agrowisata Uluere tiap tahunnya. Akan tetapi pada Tahun 2016
Agrowisata dalam hal ini kebun Apel mengalami penurunan kunjungan
wisatawan.
Berdasarkan uraian di atas adapun Strategi Pemerintah yaitu untuk
sementara waktu Pemerintah tidak berfokus ke satu titik atau satu obyek
wisata saja akan tetapi pengembangan dilakukan secara menyeluruh dalam
satu kawasan atau areal. Untuk memulai itu, Pemerintah lebih dahulu
mengembangkan atau menata hutan pinus rombeng hal ini dikarenakan hutan
pinus rombeng merupakan tempat yang lebih sering di kunjungi wisatawan di
kawasan Desa Bonto Lojong. Jika penataan terealisasi dengan baik, secara
otomatis wisatawan juga akan tertarik dengan berbagai obyek wisata lainnya
58
seperti Kebun Apel/Strawberry dan Taman mini Showfarm, sehingga
wisatawan bebas memilih tempat wisata yang disukainya. Strategi Pemerintah
ini dilakukan agar supaya kedepannya ada wilayah-wilayah komoditas yang
menjadi andalan untuk destinasi wisata. Sehingga tamu atau wisatawan yang
datang berkunjung ke Uluere bukan hanya kebun Apel yang dapat dikunjungi
akan tetapi ada beberapa destinasi wisata lainnya. Sejalan dengan itu maka
untuk mengukur Strategi yang dilakukan oleh Pemerintah ini berjalan dengan
efektif atau tidak terdapat beberapa indikator yaitu :
a) Analisa Pasar
a. Inventaris daya tarik wisatawan
Tujuan inventaris adalah merangkum pembangunan pariwisata di
sebuah kawasan, karena harus diketahui objek wisata apa yang dimiliki
sehingga bisa menarik wisatawan datang. Salah satu cara untuk
menentukan subyek ini adalah membedakan antara daya tarik inti dan
daya tarik pendukung. Daya tarik inti merupakan alasan utama mengapa
wisatawan mau datang ketempat itu. Daya tarik inti bisa berupa daya trik
alam seperti iklim, flora dan fauna, ciri lingkungan alam khusus, goa,
jeram niaga, panorama alam. Daya tarik budaya seperti monumen
purbakala, sejarah dan budaya, seni, kerajinan dan arsitektur lokal, festival
budaya, keramahan penduduk. Sedangkan daya tarik pendukung adalah
daya tarik yang dibangun disekeliling daya tarik inti, daya tarik
59
pendukung berupa jenis atraksi khusus, seperti taman hiburan, pusat
perbelanjaan, rekreasi dan fasilitas olahraga.
”Di Desa Bonto Lojong terdapat beberapa destinasi wisata, kebun
apel merupakan obyek wisata” yang pertama ada di Desa Bonto Lojong
dan diresmikan pada tahun 2008. Akan tetapi pada tahun 2016 kebun apel
mengalami penurunan pengunjung karena pada saat itu tidak adanya
perawatan yang dilakukan oleh petani, sehingga ada beberapa pohon yang
terganggu karena adanya jamur yang menempel pada bagian batang pohon
apel dan mengakibatkan pohon apel rusak serta mengganggu pertumbuhan
pohon apel. Ada juga beberapa yang mengalami kekeringan karena tidak
terurus serta tidak adanya pemangkasan disetiap ranting pohon yang sudah
mengalami pertumbuhan berlebih dan mengakibatkan pohon tersebut
tidak subur sehingga apel yang dihasilkan tidak maksimal atau bagus.
No. Tahun Bulan Hari Jumlah
Pengunjung
1. 2015 Januari - Juni 181 Hari ±3.620 Orang
Juni - Oktober 154 Hari ±4.620 Orang
2. 2015-2016 Oktober - Maret 183 Hari ±7.320 Orang
Tabel 4.1 Jumlah Pengunjung Kebun Apel awal Tahun 2015 sampai
dengan awal Tahun 2016
Pada bulan Januari sampai Juni Tahun 2015 jumlah wisatawan
perharinya berkisar 20 Orang. Adapun jumlah wisatawan dari bulan
60
Januari sampai dengan Juni sebanyak kurang lebih 3.620 Orang. Pada
bulan Juni hingga Oktober jumlah wisatawan yang datang dalam
perharimya berkisar 30 Orang, sehingga dalam kurung waktu 4 bulan
kurang lebih 4.620 Orang yang datang berkunjung. Jumlah pengunjung
mengalami kenaikan pesat pada bulan Oktober Tahun 2015 sampai
dengan awal Tahun 2016 yaitu sampai bulan Maret. Dimana jumlah
pengunjung yang datang perharinya berkisar 40 Orang pengunjung,
sehingga dalam kurung waktu 5 bulan pengunjung yang datang mencapai
kurang lebih 7.320 Orang. Jadi total keseluruhan pengunjung kebun Apel
dari awal Tahun 2015 sampai dengan awal Tahun 2016 berjumlah kurang
lebih 15.560 Orang pengunjung kebun Apel.
Gambar 4.1 Kondisi Buah Apel
61
Gambar 4.2 Kondisi Pohon Buah Apel
Berikut wawancara dengan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten
Bantaeng mengatakan bahwa :
“Pada tahun 2016 sampai dengan akhir tahun 2019 tidak adanya
perawatan kebun apel dan tidak terurus selama empat tahun
terakhir dikarenakan ada beberapa tanaman yang hasilnya lebih
menjanjikan, selain itu waktu panenya juga tidak memerlukan
waktu yang cukup lama. Seperti bawang merah yang dapat
dipanen 3 kali setiap satu musim panen buah apel. Dibandingkan
apel yang hanya dapat dipanen satu kali pada satu musim panen
saja dan juga perawatannya yang cukup rumit. Buah apel juga
susah untuk dipasarkan karena warga tidak tahu pasti mengenai
harga setiap kilogramnya”(Hasil wawancara dengan HS, 8 Juli
2020)
Dari hasil wawancara diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
Pada tahun 2016 sampai dengan akhir tahun 2019 tidak adanya perawatan
kebun apel dan tidak terurus selama empat tahun terakhir dikarenakan ada
beberapa tanaman yang hasilnya lebih menjanjikan, selain itu waktu panenya
juga tidak memerlukan waktu yang cukup lama. Seperti bawang merah yang
62
dapat dipanen 3 kali setiap satu musim panen buah apel. Dibandingkan apel
yang hanya dapat dipanen satu kali pada satu musim panen saja dan juga
perawatannya yang cukup rumit. Buah apel juga susah untuk dipasarkan
karena warga tidak tahu pasti mengenai harga setiap kilogramnya.
Gambar 4.3 Kondisi Lokasi Kebun Apel
Berikut hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pariwisata
Kabupaten Bantaeng mengatakan bahwa :
“Di Desa Bonto Lojong tidak hanya memiliki satu obyek wisata
saja melainkan beberapa destinasi wisata yang didalamnya terdapat
berbagai macam bentuk keindahan mulai dari pemandangan taman
serta keindahan alam hutan pinus yang menjadi daya tarik
wisatawan”(Hasil wawancara dengan HS, 8 Juli 2020)
63
Dari hasil wawancara diatas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa Obyek wisata yang terdapat di Desa Bonto Lojong tidak hanya
wisata kebun apel saja akan tetapi ada beberapa destinasi wisata lainnya
seperti taman mini dan hutan pinus.
Wisata kebun apel juga didukung dengan adanya beberapa
destinasi wisata lainnya seperti taman mini showfarm dan pohon pinus
rombeng yang dapat menjadi pilihan wisatawan yang datang berkunjung.
Penataan pada hutan pinus rombeng yang dilakukan oleh Pemerintah
sangat mendukung untuk menarik para wisatawan untuk datang
berkunjung. Biasanya hutan pinus rombeng dijadikan lokasi untuk camp
oleh pengunjung yang ingin bermalam dilokasi.
b. Inventaris fasilitas untuk wisatawan
Tujuan dari inventaris fasilitas untuk wisatawan ini adalah
melakukan pendataan terhadap fasilitas-fasilitas yang sudah ada bagi
wisatawan dikawasan objek wisata dan yang belum ada sehingga harus
dibangun untuk para wisatawan seperti : tempat penginapan, akomodasi,
tempat penjualan makanan dan minuman, fasilitas kesehatan, keamanan,
informasi wisata, jaringan telekomunikasi, pompa bensin, listrik dan toko-
toko eceran para wisatawan.
64
Fasilitas yang tersedia ditempat wisata kebun apel yaitu tempat
beristirahat atau gazebo. Pemerintah bekerja sama dengan masyarakat
membuat tempat beristirahat untuk para wisatawan yang berkunjung dan
juga untuk digunakan oleh para petani untuk beristirahat. Selanjutnya akan
dikembangkan dengan jumlah yang banyak agar dapat digunakan oleh para
pengunjung dengan jumlah pengunjung yang lebih banyak.
Berikut wawancara dengan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten
Bantaeng mengatakan bahwa :
“Kami dari pihak Pemerintah akan mengupayakan melengkapi
fasilitas di setiap obyek wisata untuk menarik wisatawan karena
lahan kebun apel ini cukup luas maka kami akan mengupayakan
melengkapinya dengan tempat penjualan makanan dan minuman
yang dibutuhkan para wisatawan”(Hasil wawancara dengan HS, 8
Juli 2020)
Dari hasil wawancara diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
Pemerintah akan mengupayakan melengkapi fasilitas di setiap obyek
wisata untuk menarik wisatawan karena lahan kebun apel ini cukup luas
oleh karena itu pihak Pemerintah mengupayakan melengkapinya dengan
tempat penjualan makanan dan minuman yang dibutuhkan para
wisatawan.
Untuk merealisasikan tujuan tersebut banyak usaha yang
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bantaeng dalam mengembangkan
sektor-sektor unggulan yang mampu memberikan kontribusi besar bagi
kesejahteraan warga masyarakat di Kabupaten Bantaeng.
65
Berikut hasil wawancara dengan salah satu masyarakat dalam hal
ini petugas yang merawat kebun apel mengatakan bahwa :
“Untuk fasilitas lainnya selain daripada tempat beristirahat(gazebo)
yang dibutuhkan wisatawan khususnya di kebun apel belum
memadai untuk sekarang ini. Akan tetapi dari faktor keamanan di
kebun apel itu sendiri cukup aman karena Pemerintah menyediakan
tempat khusus untuk kendaraan para wisatawan yang di jaga oleh
pihak masyarakat yang dipercaya dalam hal ini penjaga kebun
apel”(Hasil wawancara dengan DC, 8 Juli 2020)
Dari hasil wawancara diatas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa fasilitas lainnya selain daripada tempat beristirahat(gazebo) yang
dibutuhkan wisatawan khususnya di kebun apel belum memadai untuk
sekarang ini. Akan tetapi dari faktor keamanan di kebun apel itu sendiri
cukup aman karena Pemerintah menyediakan tempat khusus untuk
kendaraan para wisatawan yang di jaga oleh pihak masyarakat yang
dipercaya dalam hal ini penjaga kebun apel
c. Modal Transportasi
Tanpa dihubungkan dengan jaringan transportasi tidak mungkin
sesuatu objek wisata mendapat kunjungan wisatawan. Objek wisata
merupakan akhir perjalanan wisata dan harus memenuhi syarat-syarat
aksebilitas, artinya objek wisata harus mudah dicapai dan dengan
sendirinya juga mudah ditemukan. Jalan merupakan akses yang harus
berhubungan dengan jalan prasarana umum. Kondisi jalan umum dan jalan
66
akses merupakan syarat yang penting sekali dan menentukan aksebilitas
suatu objek wisata.
Tingkat aksesbilitas pada Desa Bonto Lojong sudah cukup baik
karena jalan yang ada di Desa Bonto Lojong bisa digunakan moda
transportasi sepeda motor dan kendaraan roda empat. Jarak Desa Bonto
Lojong dengan ibu kota kecamatan Ulu Ere adalah 6 km dengan waktu
tempuh sekitar 15 – 20 menit, Masyarakat Desa Bonto Lojong jika ingin
bepergian kebanyakan menggunakan moda kendaraan motor, tidak ada
yang menggunakan mobil angkutan karena untuk Desa Bonto Lojong tidak
ada mobil angkutan dengan trayek Bonto Lojong. Hal ini diakibatkan
karena lokasi Desa yang berada di Pegunungan dan untuk menjual hasil
produksi ada beberapa masyarakat Desa Bonto Lojong biasanya
mengangkut hasil produksinya dengan menggunakan motor. Sampai
sekarang ini jika ingin berkunjung ke Desa Bonto Lojong sebaiknya kita
menggunakan moda transportasi ojek karena selain cepat dan nyaman juga
kita tidak perlu mabuk dalam perjalanan karena kondisi jalan yang
berkelok-kelok serta terjal sehingga wisatawan di harapkan untuk berhari-
hati dalam berkendara menuju lokasi wisata.
Berikut wawancara dengan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten
Bantaeng mengenai kondisi jalan menuju lokasi wisata mengatakan bahwa:
“Untuk kondisi jalan menuju obyek wisata kebun apel sangat
mendukung perjalanan para wisatawan, selain itu disepanjang jalan
menuju kebun apel juga wisatawan dapat menikmati pemandangan
67
dari atas atau Puncak. Akan tetapi wisatawan juga perlu berhati-hari
karena kondisi jalan yang cukup terjal dan berliku-liku”(Hasil
wawancara dengan HS, 8 Juli 2020)
Dari hasil wawancara diatas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa kondisi jalan menuju obyek wisata kebun apel sangat mendukung
perjalanan para wisatawan, selain itu disepanjang jalan menuju kebun apel
juga wisatawan dapat menikmati pemandangan dari atas atau Puncak. Akan
tetapi wisatawan juga perlu berhati-hari karena kondisi jalan yang cukup
terjal dan berliku-liku.
Hasil wawancara diatas didukung dengan pernyataan salah satu
staff Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng yang mengatakan bahwa :
“Kondisi jalan menuju obyek wisata kebun apel saat ini sudah
sangat memadai dibandingkan beberapa tahun yang lalu sebelum
bapak Bupati Bantaeng yakni Nurdin Abdullah menjabat kondisi
jalan menuju lokasi wisata kebun apel sangat memperihatinkan.
Kondisi jalan pada saat itu berlubang dan memiliki luas yang cukup
sempit untuk pengendara roda empat selain itu kondisi jalan yang
terjal”(Hasil wawancara dengan T, 8 Juli 2020)
Dari hasil wawancara diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
sebelum bapak Bupati Bantaeng yakni Nurdin Abdullah menjabat kondisi
jalan menuju lokasi wisata kebun apel sangat memperihatinkan. Kondisi
jalan pada saat itu berlubang dan memiliki luas yang cukup sempit untuk
pengendara roda empat selain itu kondisi jalan yang terjal.
d. Pasar
68
Pasar wisata secara faktual dapat dimaknai sebagai unsur-unsur
industri yang sering disebut para pelaku pariwisata, seperti melakukan
promosi wisata, penyedia informasi wisata, biro perjalanan, transportasi,
pengurusan visa, jasa atraksi, hotel, restoran serta mekanisme yang
mempertemukan permintaan dan penawaran produk dan jasa wisata.
Oleh karena itu pemasaran memainkan peranan penting dalam
pariwisata karena pelanggan melihat, merasa atau mencoba produk yang
akan dibelinya. Untuk dapat menilai suatu produk seseorang harus
berpergian ke tempat tujuan. Karena itu fokus pemasaran pariwisata adalah
mengkomunikasikan secara keseluruhan alam maupun fasilitas pendukung
yang disediakan dikawasan objek wisata, karena merupakan faktor kunci
yang mempengaruhi keputusan konsumen atau wisatawan.
Promosi atau pemasaran obyek wisata kebun apel dilakukan dengan
cara melalui social media dan iklan berupa spanduk dan baliho.Serta
melalui mulut ke mulut atau dengan cara penyebaran informasi melalui
warga sekitar atau wisatawan yang pernah berkunjung ke lokasi obyek
wisata. Akan tetapi untuk sekarang ini Pemerintah tidak terlalu
menggiatkan promosi, dikarenakan lokasi wisata belum rampung atau
masih proses penataan atau pembenahan sebagai upaya untuk
meningkatkan daya tarik serta kenyamanan para wisatawan dan masyarakat
setempat.
69
Berikut wawancara dengan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten
Bantaeng mengenai upaya pemasaran yang dilakukan mengatakan bahwa :
“Pemerintah untuk saat ini tidak terlalu mempromosikan obyek
wisata yang ada di Bonto Lojong khususnya kebun Apel karena
penataan yang dilakukan belum rampung atau sementara dalam
proses penataan. Alangkah lebih baiknya kami dari pihak
Pemerintah beserta masyarakat menyelesaikan terlebih dahulu
penataan sebelum mepromosikan obyek wisata ini. Percuma
menggembor-gemborkan iklan sana sini jika di Lokasi wisata
belum rampung penataannya”(Hasil wawancara dengan HS, 8 Juli
2020)
Dari hasil wawancara diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
Pemerintah untuk saat ini tidak terlalu mempromosikan obyek wisata yang
ada di Bonto Lojong khususnya kebun Apel karena penataan yang
dilakukan belum rampung atau sementara dalam proses penataan.
Alangkah lebih baiknya dari pihak Pemerintah beserta masyarakat
menyelesaikan terlebih dahulu penataan sebelum mepromosikan obyek
wisata ini. Percuma menggembor-gemborkan iklan sana sini jika di Lokasi
wisata belum rampung penataannya.
Upaya penataan dilakukan tanpa menutup obyek wisata yang ada.
Berhubungan dengan pandemi yang sekarang ini sedang terjadi di
Indonesia juga berdampak pada tempat wisata di Desa Bonto Lojong,
karena adanya pandemi ini wisatawan yang datang tidak terlalu padat atau
ramai.
Pasar tradisional yang terletak di Kecamatan Ulu ere berada di
jalan poros Loka di Desa Bonto Marannu. Adapun pedagang dan pembeli
70
yang terlibat dalam pasar rata-rata ada yang berasal dari luar Desa Bonto
Marannu misalnya dari Desa Bonto Lojong, Bonto Daeng, Bonto Rannu,
Bonto Tallasa dan Bonto Tangnga.
Berikut hasil wawancara dengan salah satu masyarakat di
Kecamatan Ulu Ere tepatnya di Pasar Loka mengatakan bahwa :
“Pasar Loka merupakan satu-satunya pasar tradisional yang ada di
Kecamatan Ulu Ere. Untuk wisatawan ataupun pendatang yang
berasal dari luar Bantaeng itu sendiri hampir tidak ada”(Hasil
wawancara dengan DB, 9 Juli 2020)
Dari hasil wawancara diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
wisatawan ataupun pendatang yang berasal dari luar Bantaeng itu sendiri
hampir tidak ada.
b) Analisa Teknik dan Perencanaan
a. Komunikasi dan Transportasi
Ketersediaan secara komunikasi seperti telepon umum, pelayanan
pos, serta terjangkau oleh signal komunikasi dan kondisi sarana
transportasi seperti jalan-jalan menuju objek wisata sehingga bisa sampai
dan keluar dari tempat tujuan wisata dengan mudah.
Ketesediaan Komunikasi atau signal di daerah Bonto Lojong tidak
terlalu mendukung. Akan tetapi ada beberapa jaringan selular yang dapat
digunakan pada lokasi tertentu di Desa Bonto Lojong. Hal ini
dikarenakan Lokasi Desa Bonto Lojong berada di daerah Pegunungan.
71
Berikut wawancara dengan salah satu warga Desa Bonto Lojong
mengenai keadaan atau ketersediaan komunikasi dalam hal ini signal
mengatakan bahwa :
“Untuk komunikasi sedikit terbatas bahkan ada beberapa lokasi
yang memang tidak ada sekalipun jaringan selular. Jadi otomatis
untuk jaringan internet juga tidak tersedia. Akan tetapi ada juga
Lokasi yang memiliki ketersediaan jaringan selular maupun
jaringan internet”(Hasil wawancara dengan DC, 8 Juli 2020)
Berdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan
bahwa beberapa lokasi di Desa Bonto Lojong ada yang tidak memiliki
dan ada juga yang memiliki ketersediaan jaringan selular maupun
internet.
Selanjutnya ketersediaan Transportasi di Desa Bonto Lojong sudah
sangat memadai untuk menuju ke lokasi tempat wisata hanya saja kondisi
jalan yang cukup curam karena berada pada ketinggian sehingga
diharapkan untuk para wisatawan yang menuju ke lokasi wisata agar
berhati-hari dalam berkendara.
Berikut hasil wawancara dengan warga sekaligus penjaga kebun
Apel mengatakan bahwa :
“Kendaraan menuju Desa Bonto Lojong sangat memadai karena
untuk akses dari Kota Bantaeng ke Desa Bonto Lojong sudah
tersedia kendaraan umum dengan kisaran harga yang lumayan
murah”(Hasil wawancara dengan DC, 8 Juli 2020)
72
Dari wawancara diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa akses
dari Kota Bantaeng ke Desa Bonto Lojong sudah tersedia kendaraan
umum dengan kisaran harga yang lumayan murah.
Untuk menuju ke lokasi wisata, ada beberapa pemandangan yang
dapat dinikmati dalam perjalanan karena kondisi jalan berada pada
ketinggian sehingga memungkinkan untuk dapat melihat sebagian besar
keadaan kota Bantaeng serta udara yang sangat sejuk.
b. Ketersediaan lahan untuk pariwisata
Dalam pengembangan daya tarik dan fasilitas pariwisata
membutuhkan tersedianya lahan yang cukup di daerah kawasan tujuan
wisata sehingga diketahui lahan yang tersedia siapa pemilinya serta
apakah pemiliknya mau menjual atau mengizinkan pembangunan di atas
tanahnya.
Lahan yang merupakan lokasi tempat perkebunan Apel ini
sebagian berasal dari Dinas Pertanian dan Warga Desa Bonto Lojong.
Adapun pembagian ini dilakukan untuk memberikan keuntungan pada
warga karena mereka dapat memperoleh hasil dari tanaman yang ditanam
diatas lahannya. Pada lokasi perkebunan apel per 2 hektar lahan terdapat
300 Pohon apel yang ditanam akan tetapi yang berhasil tumbuh hanya
kurang lebih 200 pohon. Hal ini terjadi karena pada Tahun 2017 lalu
terjadi kebakaran hutan yang mengakibatkan pipa pada saluran
73
perkebunan juga ikut terbakar. Sehingga perawatan buah apel terkendala
karena kekurangan air untuk menyiram tanaman apel. Lokasi perkebunan
terdapat beberapa tanaman tidak hanya buah apel, akan tetapi juga ada
bawang merah dan sayuran berupa kol, sawi, wortel, kentang dan daun
bawang. Sekarang ini jenis tanaman yang dalam proses percobaan yaitu
bawang putih yang ditanam oleh masyarakat. Akan tetapi pada masa
panen bawang putih memerlukan waktu yang cukup lama dibandingkan
dengan bawang merah sehingga para petani lebih memilih bawang merah
sebagai tanaman yang ideal untuk dijadikan tanaman yang menjanjikan.
Berikut wawancara dengan warga sekaligus penjaga kebun Apel
mengatakan bahwa :
“Lahan kebun apel ini mempunyai luas tanah 10 hektar. Dimana
terdapat didalamnya beberapa tanaman yaitu apel, bawang merah,
bawang putih, kol, sawi, wortel, kentang dan daun bawang. Semua
tanaman ini dikelolah oleh warga sekitar kebuh dan hasilnya pun
dapat mereka nikmati setelah masa panen tiba. Selain dari hasil buah
apel, warga dapat menjual hasil panennya ke pengepul yang memang
setiap waktu panen datang langsung ke lokasi perkebunan”(Hasil
wawancara dengan DC, 8 Juli 2020)
Dari hasil wawancara diatas penulis menyimpulkan bahwa Lahan
kebun apel mempunyai luas tanah 10 hektar. Dimana terdapat didalamnya
beberapa tanaman yaitu apel, bawang merah, bawang putih, kol, sawi,
wortel, kentang dan daun bawang. Semua tanaman ini dikelolah oleh
warga sekitar kebuh dan hasilnya pun dapat mereka nikmati setelah masa
panen tiba. Selain dari hasil buah apel, warga dapat menjual hasil
74
panennya ke pengepul yang memang setiap waktu panen datang langsung
ke lokasi perkebunan.
Gambar 4.4 Kondisi Lahan Kebun Apel
Gambar 4.5 Kondisi Lahan Kebun Apel
c. Aspek lingkungan dan ekologis
75
Setiap pembangunan yang besar membutuhkan sejumlah
pernyataan yang berhubungan dengan akibat terhadap lingkungan. Karena
kawasan lingkungan wisata yang berhasil tergantung kualitas lingkungan
kawasan secara fisik.
Dampak yang ditimbulkan oleh obyek wisata kebun apel ini
sangat baik dalam sektor pemberdayaan masyarakat. Selain itu keadaan
atau kondisi baik dari segi tanah maupun udara pegunungan yang sangat
baik untuk bercocok tanam sehingga untuk tanaman apel cocok di
budidayakan di Desa Bonto Lojong. Hal ini juga dapat menjadi sarana
untuk warga bercocok tanam di lokasi perkebunan apel karena kondisi
tanah dan kebutuhan air yang cukup memadai sehingga warga tidak
terlalu kesulitan dalam bercocok tanam.
Berikut hasil wawancara dengan warga sekaligus penjaga kebun
Apel mengatakan bahwa :
“Adanya lahan kebun apel di Desa Bonto Lojong yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri dapat dijadikan lokasi dalam
membudidayakan berbagai macam sayuran dan buah-buahan.
Masyarakat di Desa Bonto Lojong sebagian besar masyarakat disini
memiliki lahan untuk bercocok tanam”(Hasil wawancara dengan
DC, 8 Juli 2020)
Dari hasil wawancara diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
lahan kebun apel di Desa Bonto Lojong yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri dapat dijadikan lokasi dalam membudidayakan berbagai macam
76
sayuran dan buah-buahan. Masyarakat di Desa Bonto Lojong sebagian
besar masyarakat disini memiliki lahan untuk bercocok tanam.
Gambar 4.6 Buah Strawberry yang juga menjadi salah satu tanaman didalam
Lokasi Kebun Apel
Selain pohon apel juga ada beberapa jenis sayuran yang menjadi
primadona di Desa Bonto Lojong, hasil panen yang maksimal karena
didukung oleh kondisi lingkungan yang sangat baik dimana di Desa
Bonto Lojong terletak di daerah Pegunungan sehingga kondisi Udaranya
cocok untuk beberapa tanaman ini.
C. Pengembangan Objek Wisata
a. Atraksi
Atraksi merupakan pusat dari industri pariwisata. Maksudnya
atraksi mampu menarik wisatawan yang ingin mengunjunginya. Biasanya
mereka tertarik pada suatu lokasi karena ciri- ciri khas tertentu. Ciri-ciri
77
khas yang menarik wisatawan adalah : a) Keindahan alam. b) Iklim dan
cuaca. c) Kebudayaan.
Atraksi obyek wisata yang berada di Desa Bonto Lojong sangat
memenuhi. Dimana pada Keindahan alam yang disugukan di lokasi
tersebut sangat memuaskan karena di sepanjang jalan menuju lokasi
obyek wisata terdapat beberapa pemandangan yang dapat dinikmati. Iklim
dan cuaca di Desa Bonto Lojong sangat baik karena desa ini terletak di
kaki gunung Lompo Battang, sehingga memiliki udara yang sangat sejuk.
Kebudayaan warga di Desa Bonto Lojong sangat baik karena warga
pedesaan masih memiliki sifat gotong royong yang mendalam, yang
membuktikan bahwa kehidupan selalu dibarengi dengan berbagai upaya
yang dapat menghasilkan bekal, bagi kelangsungan hidup.
Berikut hasil wawancara dengan salah satu tokoh masyarakat di
Desa Bonto Lojong yang mengatakan bahwa :
“Keindahan alam yang disugukan di lokasi Desa Bonto Lojong
sangat memuaskan karena di sepanjang jalan menuju lokasi obyek
wisata terdapat beberapa pemandangan yang dapat dinikmati.
Iklim dan cuaca di Desa Bonto Lojong sangat baik karena desa ini
terletak di kaki gunung Lompo Battang, sehingga memiliki udara
yang sangat sejuk. Kebudayaan warga di Desa Bonto Lojong
sangat baik karena warga pedesaan masih memiliki sifat gotong
royong sehingga hubungan antar masyarakat masih sangat
dekat”(Hasil wawancara dengan ANW, 8 Juli 2020)
Dari hasil wawancara diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
Keindahan alam yang disugukan di lokasi Desa Bonto Lojong sangat
memuaskan karena di sepanjang jalan menuju lokasi obyek wisata
78
terdapat beberapa pemandangan yang dapat dinikmati. Iklim dan cuaca di
Desa Bonto Lojong sangat baik karena desa ini terletak di kaki gunung
Lompo Battang, sehingga memiliki udara yang sangat sejuk. Kebudayaan
warga di Desa Bonto Lojong sangat baik karena warga pedesaan masih
memiliki sifat gotong royong sehingga hubungan antar masyarakat masih
sangat dekat.
Masyarakat dan kebudayaan cenderung mengalami perubahan
yang diakibatkan oleh keberadaan pariwisata di suatu wilayah.
Perkembangan pariwisata akan memicu beberapa dampak positif maupun
dampak negatif. Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius dari pihak-
pihak yang berwenang (stake holder). Tatanan pola kehidupan masyarakat
Desa Bonto Lojong yang sebagian masih diilhami oleh adat merupakan
daya tarik tersendiri. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kerasnya
pengaruh arus globalisasi dan modernisasi sedikit demi sedikit telah
mengikis karakteristik pola tatanan kehidupan tersebut.
Berikut hasil wawancara dengan salah satu masyarakat di Desa
Bonto Lojong mengatakan bahwa :
“Pengaruh globalisasi di Desa Bonto Lojong dalam hal ini
kemajuan transportasi yang sebelumnya sulit untuk akses ke Desa
sekarang ini sudah dapat terakses karena adanya perbaikan dalam
infrastruktur. Akses internet di Desa agak sulit untuk dinikmati
sehingga seperti ketergantungan dengan kemajuan teknologi
hampir tidak dirasakan oleh masyarakat”( Hasil wawancara
dengan ANW, 8 Juli 2020)
79
Dari hasil wawancara diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
Pengaruh globalisasi di Desa Bonto Lojong dalam hal ini kemajuan
transportasi yang sebelumnya sulit untuk akses ke Desa sekarang ini sudah
dapat terakses karena adanya perbaikan dalam infrastruktur. Akses
internet di Desa agak sulit untuk dinikmati sehingga seperti
ketergantungan dengan kemajuan teknologi hampir tidak dirasakan oleh
masyarakat.
Keterbukaan informasi yang semakin bebas dewasa ini baik dari
media cetak maupun elektronik yang tidak mengenal batas ruang dan
waktu menjadi sebuah momok bagi tatanan perilaku masyarakat saat ini
yang masih berpegang pada norma dan adat yang berlaku di daerah
masing-masing. Dengan berkembangnya agrowisata di Desa Bonto
Lojong pada masa yang akan datang menjadi sebuah tantangan tersendiri
bagi transformasi pola kehidupan adat dan modern di wilayah ini.
Interaksi yang akan terjalin antara wisatawan dan masyarakat lokal (host-
guest) akan membawa dampak khususnya pada sisi perubahan moral yang
tujuan wisata. Selain itu, pola pikir masyarakat yang cenderung latah
(meniru-niru) akan semakin mengikis dan merubah pola tatanan
kehidupan yang akan berimbas pada perilaku masyarakat lokal. Oleh
karena itu, antisipasi dini merupakan cara yang terbaik dalam menjaga dan
mempertahankan kearifan dan kebudayaan lokal yang dapat tergambar
dari perilaku masyarakat sehari-hari. Pendekatan keagamaan dan
80
pendekatan adat dalam kehidupan sehari-hari perlu ditanamkan sekaj dini
seperti budaya agar perkembangan pariwisata tidak menjadi alasan
masyarakat untuk meninggalkan adat dan budaya mereka.
b. Amenitas
Amenitas merupakan berbagai fasilitas penunjang para wisatawan
untuk berwisata ke suatu daerah tujuan wisata dengan kenyamanan dan
kepuasan tersendiri. Hal tersebut antara lain lain akomodasi yang nyaman,
restoran, bar, layanan informasi, pramuwisata, sikap masyarakat setempat,
keamanan dan lain-lain.
Amenitas pada Obyek wisata kebun apel seperti adanya gazebo yang
disediakan oleh Pemerintah sebagai tempat untuk beristirahat para
wisatawan yang datang berkunjung di lokasi kebun apel. Sikap mayarakat
yang ramah serta mendukung adanya obyek wisata kebun apel tersebut.
Tingkat keamanan kebun apel yang juga cukup baik karena warga sekitar
kebun ikut serta dalam menjaga keamanan kendaraan yang digunakan oleh
pengunjung.
Industri pengelolaan merupakan Salah satu penunjang utama dalam
menjalankan usaha agroindustri dalam rangka menciptakan kualitas dan
kuantitas yang baik Desa Bonto Lojong belum mempunyai industri untuk
pengelolaan pertanian sehingga di perlukan Industri pengelolaan berfungsi
sebagai alat yang akan mengelolah bahan mentah yang dihasilkan para
81
petani dari kegiatan pertanian. Sehingga hasil pertanian tidak mudah
rusak, Desa Bonto Lojong yang mempunyai hasil pertanian yang
melimpah perlu industri pengelolaan pertanian untuk menajaga kualitas
dan menambah mutu dari hasil pertanian. Sehingga wisatawan yang
datang bisa langsung menikmati hasil pertanian dan perkebunan langsung
dari hasil pengelolaannya.
Berikut hasil wawancara dengan salah satu warga yang bertugas
merawat Perkebunan Apel yang mengatakan bahwa :
“Untuk pengelolaan hasil panen buah Apel apabila waktu panen tiba di
Kabupaten Bantaeng khususnya di Desa Bonto Lojong belum ada
pabrik pengelolaan bahan mentah menjadi suatu makanan atau jajanan
yang dapat dikonsumsi oleh wisatawan. Akan tetapi jika wisatawan
ingin mengkonsumsi buah apel mereka dapat langsung memetiknya
dikebun apel” .(Hasil wawancara dengan DC, 8 Juli 2020)
Dari hasil wawancara diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
pengelolaan hasil panen buah Apel apabila waktu panen tiba di Kabupaten
Bantaeng khususnya di Desa Bonto Lojong belum ada pabrik pengelolaan
bahan mentah menjadi suatu makanan atau jajanan yang dapat dikonsumsi
oleh wisatawan. Akan tetapi jika wisatawan ingin mengkonsumsi buah
apel mereka dapat langsung memetiknya dikebun apel.
Desa Bonto Lojong dalam pengembangannya sebagai Desa
agrowisata yang dimana sarana dan Prasarana Penunjang Wisata yang
terdapat di Desa Bonto Lojong tersebut masih belum memadai dan belum
berkembang sehingga perlu strategi dalam pengembangannya untuk
82
mencapai tujuan sebagai Desa Agrowisata. Industri pengelolaan hasil
pertanian dapat berupa industri rumah tangga dan industri pabrik buah
dan hasil-hasil pertanian lainnya. Sehingga wisatawan dapat langsung
menikmati hasil olahan dilokasi Objek wisata yang dikunjungi.
c. Aksesibilitas
Aksesibilitas berhubungan dengan segala jenis transportasi, jarak
atau kemudahan pencapaian suatu objek wisata. Serta unsur pendukung
lainnya (pelaku industri pariwisata, masyarakat dan institusi
pengembangan) yang membentuk sistem yang sinergis dalam
menciptakan motivasi kunjungan wisatawan.
Berikut hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pariwisata
Kabupaten Bantaeng mengenai akses Transportasi menuju Kebun Apel
yang mengatakan bahwa :
“Sekarang ini akses transportasi menuju kebun Apel sudah
lumayan baik tidak seperti beberapa tahun sebelumnya dimana
kondisi jalan yang tidak terlalu bagus untuk dilewati karena
kondisi jalan yang berkerikil dan terjal sangat berbahaya apabila
para wisatawan tidak berhati-hati”(Hasil wawancara dengan HS, 8
Juli 2020)
Dari hasil wawancara diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
akses transportasi menuju kebun Apel sudah lumayan baik tidak seperti
beberapa tahun sebelumnya dimana kondisi jalan yang tidak terlalu bagus
83
untuk dilewati karena kondisi jalan yang berkerikil dan terjal sangat
berbahaya apabila para wisatawan tidak berhati-hati.
Aksesbilitas menuju obyek wisata kebun apel sangat baik untuk
dilalui. Tingkat aksesbilitas pada Desa Bonto Lojong sudah cukup baik
karena jalan yang ada di Desa Bonto Lojong bisa digunakan moda
transportasi kendaraan roda dua (motor) dan kendaraan roda empat
(mobil). Jarak Desa Bonto Lojong dengan ibu kota Kecamatan Ulu Ere
adalah 6 km dengan waktu tempuh sekitar 15 – 20 menit.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan penulis terkait penelitian Strategi
Pemerintah Daerah dalam Mengembangkang Obyek Pariwisata Kebun Apel
di Desa Bonto Lojong Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, maka ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
a. Strategi Pemerintah tidak berfokus ke satu titik atau satu obyek wisata
saja, akan tetapi pengembangan dilakukan secara menyeluruh dalam satu
kawasan atau areal.
b. Strategi Pemerintah Daerah dalam Mengembangkan Obyek Wisata Kebun
Apel Teori Pengembangan Pariwisata (Robert Christie Mill Tahun 2000) :
Wisata kebun apel merupakan obyek wisata” yang pertama ada di
Desa Bonto Lojong dan diresmikan pada tahun 2008. Akan tetapi pada
tahun 2016 kebun apel mengalami penurunan pengunjung karena pada
saat itu tidak adanya perawatan yang dilakukan oleh petani, sehingga ada
beberapa pohon yang terganggu karena adanya jamur yang menempel.
Fasilitas yang tersedia ditempat wisata kebun apel yaitu tempat
beristirahat atau gazebo. Pemerintah bekerja sama dengan masyarakat agar
dapat digunakan oleh para pengunjung dengan jumlah pengunjung yang
lebih banyak.
85
Tingkat aksesbilitas pada Desa Bonto Lojong sudah cukup baik karena
jalan yang ada di Desa Bonto Lojong bisa digunakan moda transportasi
sepeda motor dan kendaraan roda empat. Promosi atau pemasaran obyek
wisata kebun apel dilakukan dengan cara melalui social media serta
melalui mulut ke mulut atau dengan cara penyebaran informasi melalui
warga sekitar atau wisatawan yang pernah berkunjung ke lokasi obyek
wisata. Ketesediaan Komunikasi atau signal di daerah Bonto Lojong tidak
terlalu mendukung. Akan tetapi ada beberapa jaringan selular yang dapat
digunakan pada lokasi tertentu. Hal ini dikarenakan Lokasi Desa Bonto
Lojong berada di daerah Pegunungan. Lahan yang merupakan lokasi
tempat perkebunan Apel ini sebagian berasal dari Dinas Pertanian dan
Warga setempat. Pada lokasi perkebunan apel per 2 hektar lahan terdapat
300 Pohon apel yang ditanam akan tetapi yang berhasil tumbuh hanya
kurang lebih 200 pohon. Lokasi perkebunan terdapat beberapa tanaman
tidak hanya buah apel, akan tetapi juga ada bawang merah dan sayuran
berupa kol, sawi, wortel, kentang dan daun bawang. Dampak yang
ditimbulkan oleh obyek wisata kebun apel ini sangat baik dalam sektor
pemberdayaan masyarakat. Selain itu keadaan atau kondisi baik dari segi
tanah maupun udara pegunungan yang sangat baik untuk bercocok tanam
sehingga untuk tanaman apel cocok di budidayakan di Desa Bonto
Lojong. Hal ini juga dapat menjadi sarana untuk warga bercocok tanam di
lokasi perkebunan apel karena kondisi tanah dan kebutuhan air yang
86
cukup memadai sehingga warga tidak terlalu kesulitan dalam bercocok
tanam.
B. Saran
a. Diharapkan kepada warga Desa Bonto Lojong agar kiranya tidak
melupakan ikon dari kebun apel karena para warga sekarang ini lebih
mengutamakan tanaman lainnya yang lebih menjanjikan.
b. Diharapkan kepada Pemerintah untuk menyediakan akomodasi di
sekitaran kawasan wisata desa Bonto Lojong.
c. Diharapkan kepada Pemerintah agar lebih meningkatkan kerja sama
dengan berbagai pihak terkait.
87
DAFTAR PUSTAKA
Itamar, Hugo. (2016). Strategi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Tana
Toraja. Skripsi tidak diterbitkan Makassar: Universitas Hasanuddin
Makassar.
Prastiti, Intan Dia (2018). Strategi Pengembangan Wisata Agro Kebun Apel untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Tulungrejo.
Budiardjo, Miriam. (2010). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta :Gramedia Pustaka
Utama.
Budi, Winarno. (2012). Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi
Kasus.Yogyakarta: CAPS.
Junaid, Ilham. (2014). Perencanaan Strategi Pariwisata Budaya: Mekanisme
menuju Pariwisata Berkelanjutan.
Usman. (2012). Strategi Pemerintah Daerah dalam Mengembangkan Agrowisata
di Kabupaten Bantaeng.
Hadi, Minto. (2014). Pengembangan Objek Pariwisata Sebagai Upaya untuk
Meningkatkan Ekonomi Lokal (Studi Kasus Objek Wisata BanyuBiru di
Kabupaten Pasurua).
Anshar, Muhammad. (2015). Strategi Pengembangan Potensi Desa Bonto Lojong
sebagai Kawasan Agrowisata di Kecamatan Uluere Kabupaten
Bantaeng.
Kuriawati, Eva. (2018). Peran Masyarakat dalam Perencanaan dan
Pengembangan Desa Wisata Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota
Batu.
88
Pramono, Aditya. (2017). Strategi Pengembangan Objek Wisata Pantai di
Kabupaten Gunungkidul.
Dwiridotjahjono, Jojok. (2017). Pengembangan Agrowisata Berbasis Perkebunan
Kopi Rakyat di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan.
Fatimah, Siti. (2015). Strategi Pengembangan Objek Daya Tarik Wisata Religi.
Skripsi tidak diterbitkan Semarang. Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang.
Putri, Rezi Kurnia. (2015). Pengembangan Pariwisata Oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata (DISBUDPAR) Kota Bukitinggi untuk Meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Skripsi tidak diterbitkan Padang.
Universitas Andalas Padang.
N, Saharuddin. (2018). Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Desa
dalam Pengembangan Agrowisata Desa Bonto Lojong Kecamatan Ulu
Ere Kabupaten Bantaeng. Skripsi tidak diterbitkan Makassar.
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Sinaga, Supriono. (2010). Potensi dan Pengembangan Objek Wisata di Kabupaten
Tapanuli Tengah, Kertas Karya, Program dan Lain-lain Pariwisata.
Skripsi tidak diterbitkan Sumatra Utara. Universitas Sumatra Utara.
Undang-undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.
Zuluku, Sukawati & Mayers, Koen. (2009). Panduan Dasar Ekowisata
Pelaksanaan Ekowisata. Jakarta Unnesco Office.
Undang-undang No. 32 Tahun 2004. Tentang Pemerintah Daerah, Bandung Fokus
Media.
Malyadin, Ina. (2013). Pengertian Dokumen & Dokumentasi. Jakarta: Balai
Pustaka.
89
Meleong, Lexi. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nanga, Muana. (2005). Makro Ekonomi Teori Masalah dan Kebijakan. Jakarta:
Raja Grafindo.
Onong Uchjana, Effendi. (2005). Ilmu Komunikasi, Teori, dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sahid, Rahmat. (2011). Analisis Data Penelitian Kualitatif Model Miles dan
Huberman. Surakarta: UMS
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sukirno, Sadono. (2013). Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Suyanto. (2009). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Perdana Media.
David, Fred R. (2010). Http://repo.iain-tulungagung.ac.id/ Diakses pada tanggal 1
Desember 2019.
Allison. (2013). Strategi Pemerintah Daerah Dalam Meningkatkan Kinerja
Pelayanan Publik Di Lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten
Bolalaang Mongondow Utara. Jurnal Manajemen/ Volume XX,
No.02, Juni 2016.
David. (2006). Strategi Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Status Desa
Menuju Desa Mandiri. Skripsi tidak diterbitkan. Bandar Lampung:
Universitas Lampung.
Hoessein. (2007). Http://repository.ut.ac.id/ Diakses pada tanggal 10 Januari 2020.
A. G Subarsono. (2005). Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ahmadin. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
90
Budiardjo, Miriam. (2010). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta :Gramedia Pustaka
Utama.
Budi, Winarno. (2012). Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi
Kasus.Yogyakarta: CAPS.
Fuidah, Tu’nas. (2011). Metode Penelitian Tringulasi. Yogyakarta: Pusat Belajar.
Makmur. (2019). Strategi Pemerintah Daerah Dalam Meningkatkan Kinerja
Pelayanan Publik Di Lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten
Bolalaang Mongondow Utara. Jurnal Manajemen/ Volume XX,
No.02, Juni 2016.
91
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis Risman Aprianto yang biasa
di panggil Iyang, Lahir di Bantaeng, 04 April 1998
merupakan anak ke enam dari pasangan Bapak Muh.
Nasir Hs dan Ibu St. Roati. Penulis berkebangsaan
Indonesia beragama Islam dan berasal dari Bantaeng
Kecamatan Bissappu Kelurahan Bonto Atu. Penulis
menempuh Pendidikan di Sekolah Dasar SD inpres Tala-tala pada Tahun 2004
dan Tamat 2010. Kemudian terdaftar sebagai siswa Sekolah Menengah Pertama
di SMP Negeri 2 Bissappu pada Tahun 2010 dan Tamat pada Tahun 2013.
Kemudian melanjutkan Pendidikan Sekolah Menenga Atas di SMA Negeri 1
Bissappu pada Tahun 2013 dan selesai pada Tahun 2016. Pada Tahun 2016
Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa pada Program Studi Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Berkat Rahmat Allah SWT dan iringan do’a dari kedua orang tua, keluarga
dan Sahabat sehingga Penulis dapat menyelesaikan Skripsi pada Tahun
2020/2021 denga Judul Skripsi “Strategi Pemerintah Daerah dalam
Mengembangkan Objek Pariwisata Kebun Apel di Desa Bonto Lojong
Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng.