digilibadmin.unismuh.ac.id · 2020. 6. 17. · perbandingan model pembelajaran talking chips dan...

235
PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPS DAN SNOWBALL THROWING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN KELAS XI MIA SMA DATUK RIBANDANG MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh Asmi Amalia Akbar NIM 105440013715 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI TAHUN 2020

Upload: others

Post on 24-Jan-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPS DAN

    SNOWBALL THROWING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA

    MATERI SISTEM PENCERNAAN KELAS XI MIA SMA DATUK

    RIBANDANG MAKASSAR

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

    Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan

    Universitas Muhammadiyah Makassar

    Oleh

    Asmi Amalia Akbar

    NIM 105440013715

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

    TAHUN 2020

  • UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    Jalan Sultan Alauddin No. 259 Makassar. Email : [email protected] Web : biologi.fkip.unismuh.ac.id.

    Telp : 0411-860837/860132 (Fax). Web : www.fkip.unismuh.ac.id

    SURAT PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Asmi Amalia Akbar

    NIM : 105 4400 137 15

    Jurusan : Pendidikan Biologi

    Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Judul Skripsi : Perbandingan Model Pembelajaran Talking Chips Dan

    Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada

    Materi Sistem Pencernaan Kelas XI MIA SMA Datuk

    Ribandang Makassar

    Dengan ini menyatakan bahwan skripsi yang saya ajukan di depan Tim

    Penguji adalah hasil Asli karya saya sendiri dan bukan hasil Jiblakan dari orang

    lain atau dibuatkan oleh siapapun.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia

    menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

    Makassar, Januari 2020

    Yang Membuat Pernyataan,

    Asmi Amalia Akbar

  • UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    Jalan Sultan Alauddin No. 259 Makassar. Email : [email protected] Web : biologi.fkip.unismuh.ac.id.

    Telp : 0411-860837/860132 (Fax). Web : www.fkip.unismuh.ac.id

    SURAT PERJANJIAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Asmi Amalia Akbar

    NIM : 105 4400 137 15

    Jurusan : Pendidikan Biologi

    Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

    1. Mulai dari penyusunan Proposal sampai selesai penyusunan Skripsi ini, saya

    akan menyusun sendiri Skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

    2. Dalam menyusun Skripsi, saya akan selalu melakukan Konsultasi dengan

    Pembimbing yang telah ditetapkan oleh Pimpinan Fakultas.

    3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan Skripsi.

    4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2 dan, 3, saya

    bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

    Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

    Makassar, Januari 2020

    Yang Membuat Pernyataan,

    Asmi Amalia Akbar

  • MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO

    “Barang siapa menginginkan kebahagian di dunia maka haruslah dengan ilmu,

    barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di akhirat haruslah dengan ilmu,

    dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan pada keduanya maka haruslah

    dengan ilmu”

    (HR. Ibn Asakir)

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini saya dedikasikan kepada kedua orangtua tercinta Muh. Akbar dan

    Juariah yang menanti anaknya menjadi sarjana dan keluarga besar saya

    Bontolabbua Bersaudara yang selalu ada buat saya baik suka maupun duka

    Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka. Aamiin….

  • ABSTRAK

    Asmi Amalia Akbar 2020. Perbandingan Model Pembelajaran Talking Chips dan

    Snowball Throwing terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem

    Pencernaan Kelas XI MIA SMA Datuk Ribandang Makassar. Skripsi. Jurusan

    Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

    Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Ibu Irmawanty dan pembimbing II Ibu

    Nurul Magfirah.

    Jenis Penelitian ini adalah Quasy Experimental Design (eksperimental

    semu). Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah ada perbedaan model

    pembelajaran talking chips dan snowball throwing terhadap hasil belajar siswa

    pada materi sistem pencernaan kelas XI MIA SMA Datuk Ribandang Makassar.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan model pembelajaran

    talking chips dan snowball throwing terhadap hasil belajar siswa pada materi

    sistem pencernaan kelas XI MIA SMA Datuk Ribandang Makassar. Populasi pada

    penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIA SMA Datuk Ribandang

    Makassar dan sampel kelas XI MIA 1 sebagai kelas eksperimen I menggunakan

    model pembelajaran talking chips dan kelas XI Mia 2 sebagai kelas eksperimen II

    menggunaakan model pembelajaran snowball throwing. Teknik pengambilan

    sampel dalam penelitian ini adalah pengambilan secara random sampling. Data

    yang dikumpulkan yaitu data mengenai hasil belajar siswa kemudian dianalisis

    statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Hasil penelitian ini

    menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen I

    menggunakan model pembelajaran talking chips adalah 78,22 dan rata-rata hasil

    belajar siswa pada kelas eksperimen II menggunakan model pembelajaran

    snowball throwing adalah 72,19. Hasil uji hipotesis dengan bantuan SPSS versi

    25.0 for Windows menggunakan statistik uji Independent Sample t-test

    menunjukkan nilai signifikasi 0,016 kurang dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan

    bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model

    pembelajaran talking chips pada kelas eksperimen I dan model pembelajaran

    snowball throwing pada kelas eksperimen II materi sistem pencernaan pada kelas

    XI SMA Datuk Ribandang Makassar.

    Kata kunci: Hasil belajar siswa, talking chips, snowball throwing.

  • KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

    Alhamduliilah rabbil alamin, segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan

    semesta alam. Hanya kepada-Nya penulis menyerahkan diri dan menumpahkan

    harapan, semoga segala aktivitas dan praduktivitas penulis mendapatkan limpahan

    rahmat dari Allah SWT. Rasa syukur juga dipanjatkan oleh penulis atas berkat

    Rahmat, Hidayah serta Kasih Sayang Allah jugalah telah memberi banyak nikmat,

    kesehatan, dan petunjuk serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan

    kewajiban akademik dalam menyelesaikan skripsi dengan Judul “Perbandingan

    Model Pembelajaran Talking Chips dan Snowball Throwing Terhadap Hasil

    Belajar Siswa Pada Materi Sistem Pencernaan Kelas XI MIA SMA Datuk

    Ribandang Makassar”.

    Penulis sampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Abdul Rahman

    Rahim, SE. MM, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar atas dukungan

    dalam proses perkuliahan. Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D, sebagai Dekan

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

    atas dukungan kebijakan proses perkuliahan maupun penyususunan skripsi.

    Terima kasih terkhusus Ibu Irmawanty, S.Si., M.Si. sebagai Ketua Program

    Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

    Muhammadiyah Makassar dan dosen pembimbing 1, dan kepada Ibu Nurul

    Magfirah, S.Pd., M.Pd. sebagai pembimbing 2 yang telah banyak melungkan

  • waktu dan membagi ilmu, memberi motivasi dan araha-arahan. Semoga beliau

    selalu dalam keadaan yang sehat dan sukses.

    Terima kasih kepada Bapak Jufri P, S.Sos, sebagai Kepala Sekolah SMA

    Datuk Ribandang Makassar yang telah memberikan izin untuk melakukan sebuah

    penelitian di sekolah. Ibu Sitti Rahmawati, S.Si. S.Pd sebagai guru mata pelajaran

    Biologi di SMA Datuk Ribandang Makassar yang telah membimbing saya dalam

    proses penelitian, staf dan pegawai SMA Datuk Ribandang Makassar serta siswa

    (i) SMA Datuk Ribandang Makassar terkhususnya di kelas XI MIA I dan XI MIA

    II penelitian ini berjalan dengan lancar.

    Terima kasih kepada kedua Orang Tuaku tercinta Bapak Muh.Akbar dan

    Ibu Juariah yang selama ini kalianlah pahlawan kutanpa jasa yang selalu

    mendoakanku dalam sujudmu. Terima kasih kepada adik-adikku tercinta Annisa

    Aulia Akbar dan Muh. Iqbal Al-Insa Akbar yang selalu ada buataku, terima kasih

    kepada keluarga besarku Bontolabbua Bersaudara tanpa kalian saya bukan siapa-

    siapa.

    Terima kasih banyak kepada sahabat tercintaku terkhususnya Anna Kadir,

    Nur indah Sari, dan Khairunnisah Al-Islamiah yang selama ini selalu menemaniku

    dalam suka maupun duka selama perkuliahan. Terima kasih kepada Fadhilla

    Cahyani Chaeruddin yang selalu menerorku untuk semangat kerja skripsiku,

    Muhaena yang selalu tamping saya di kostnya. Terima kasih kepada rekan-rekan

    mahasiswa (i) terkhususnya kelas berat Biologi D 15 yang telah menjadi teman

    seperjuangan, pemberi motivasi, mengajarkan kami arti solidaritas, kalianlah

    kelurga baruku.

  • Terima kasih kepada sahabat tercinta D’JR (Lala, Kiki, Najma, Riska, dan

    Rahmania) yang selalu memberikan semangat. Terima kasih rekan-rekan P2K

    terkhusus Posko Tokyo alias Tokka, selama 40 hari walaupun hanya singkat tapi

    kisahnya sangat berkesan yang selalu saya rindukan.

    Akhir kata, apa yang penulis sajikan dalam skripsi ini sesungguhnya masih

    jauh dari kesempurnaan. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.

    Makassar, Januari 2020

    Penulis

    Asmi Amalia Akbar

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… i

    LEMBAR PENGESAHAN DAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……... ....... ii

    SURAT PERNYATAAN ………………………………….…………………… iii

    SURAT PERJANJIAN …………………………………………………………. iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN …………………………………………….. . v

    ABSTRAK ……………………………………………………………………... vi

    KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. vii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ x

    DAFTAR TABEL …………………………………………………………….... xiii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv

    BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1

    A. LatarBelakang ..................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5

    C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5

    D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6

    BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 7

    A. Kajian Pustaka ..................................................................................... 7

    1. Hasil Belajar .................................................................................. 7

    2. Model Pembelajaran Talking Chips .............................................. 10

  • 3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing .......... 11

    4. Sintak Model pembelajaran........................................................... 16

    5. Keterkaitan Model Pembelajaran dengan Materi .......................... 19

    6. Materi Sistem Pencernaan ............................................................. 19

    B. Penelitian yang Relevan ………………………………………….… 30

    C. Kerangka Pikir .................................................................................... 31

    D. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 33

    BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 34

    A. Rancangan Penelitian .......................................................................... 34

    1. Jenis Penelitian ……………………………………………….. ... 34

    2. Desain Penelitian ………………………………………………. . 34

    B. Waktu dan Tempat .............................................................................. 35

    C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 35

    D. Prosedur Penelitian …………………………………………………. 36

    E. Definisi Operasional Variabel ............................................................. 40

    F. Instumen Penelitian ............................................................................. 41

    G. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 43

    H. Teknik Analisis Data ........................................................................... 44

    BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 46

    A. Hasil Penelitian ................................................................................... 46

    1. Analisis Statistik Deskriptif .......................................................... 46

    2. Analisis Statistik Inferensial ......................................................... 52

    B. Pembahasan ......................................................................................... 54

  • BAB V KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN ................................................. 57

    A. Kesimpulan ......................................................................................... 57

    B. Saran ................................................................................................... 57

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 58

    LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................... 61

    RIWAYAT HIDUP ...............................................................................................

  • DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    2.1 Sintak Model Pembelajaran Talking Chips ………………………… ............ 16

    2.2 Sintak Model Pembelajaran Snowball Throwing ............................................ 17

    3.1 Desai Penelitian ............................................................................................... 34

    3.2 Populasi Penelitian .......................................................................................... 35

    3.3 Sampel siswa ................................................................................................... 36

    3.4 Sintak Model Pembelajaran Talking Chips ………………………………… 37

    3.5 Sintak Model Pembelajaran Snowball Throwing ………………………....... 38

    3.7 Tingkat Penguasaan materi ................................................................................. 44

    3.8 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).............................................................. 45

    3.9 Kriteri Interprestasi Aktivitas Belajar Siswa .................................................. 45

    4.1 Data Statistik Deskriptif Hasil Belajar Siswa Pada Posttest Kelas Eksperimen

    I (Talking Chips) dan Kelas Eksperimen II (Snowball Throwing) ................. 48

    4.2 Distribusi Frekuensi dan Presentase Hasil Belajar Siswa pada Posttest Kelas

    Eksperimen I (Talking Chips) dan Kelas Eksperimen II (Snowball Throwing)

    ......................................................................................................................... 49

    4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Ketuntasan Belajar Siswa pada

    Posttest Kelas Eksperimen I (Talking Chips) dan Kelas Eksperimen II

    (Snowball Throwing) ..................................................................................... 50

    4.4 Deskriptif Hasil Persentase dan Kriteria Aktivitas Siswa .............................. 50

  • 4.5 Hasil Uji Normalitas Posttest kelas eksperimen I (TalkingChips) Dan Kelas

    Eksperimen II (Snowball Throwing) ............................................................. 52

    4.6 Hasil Uji Homogenitas .................................................................................... 53

    4.7 Hasil Uji Hipotesis .......................................................................................... 54

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    2.1 Bagan Kerangka Pikir ...................................................................................... 32

    4.2 Diagram batang perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan Model

    pembelajaran Talking Chips dan Snowball Throwing pada Materi Sistem

    Pencernaan ............................................................................................................... 51

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    LAMPIRAN A PERSURATAN ........................................................................... 61

    A.1 Surat Pengantar Penelitian dari Dekan FKIP Makassar .......................... 62

    A.2 Surat Permohonan Izin Penelitian dari LP3M Unismuh Makassar ......... 63

    A.3 Surat Izin Penelitian dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

    Terpadu Satu Pintu Provinsi Sulawesi Selatan ........................................ 64

    A.4 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari SMA Datuk Ribandang

    Makassar .................................................................................................. 65

    A.5 Surat Keterangan Validasi Instrumen Penelitian ..................................... 66

    LAMPIRAN B LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN ........................................ 67

    B.1 Lembar Validator Instrumen Penelitian Validator I ................................. 68

    B.2 Lembar Validator Instrumen Penelitian Validator II ................................ 84

    LAMPIRAN C INSTRUMEN PENELITIAN ................................................... 100

    C.1 Silabus Mata Pelajaran Biologi Kelas XI SMA ..................................... 101

    C.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ....................................................... 116

    C.3 Kisi-Kisi Soal posttest ............................................................................ 176

    C.4 Soal posstest ........................................................................................... 187

    LAMPIRAN D HASIL BELAJAR SISWA ....................................................... 194

    D.1 Daftar Nilai Kegiatan Siswa Kelas XI MIA 1 (Eksperimen I) .............. 195

    D.2 Daftar Nilai Kegiatan Siswa Kelas XI MIA 2 (Eksperimen II) ............... 19

  • D.3 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas XI MIA 1 ....................... 197

    D.4 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas XI MIA 2 ....................... 198

    LAMPIRAN E ANALISIS DATA ..................................................................... 199

    E.1 Analisis Statistik Deskriptif Hasil Belajar Siswa ................................... 200

    E.2 Analisis Statistik Inferensial Hasil Belajar Siswa .................................. 202

    LAMPIRAN F LEMBAR OBSERVASI ............................................................ 204

    F.1 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ......................................................... 205

    F.2 Lembar Observasi Aktivitas Guru .......................................................... 209

    LAMPIRAN G KARTU KONTROL PELAKSANAAN PENELITIAN .......... 221

    G.1 Kartu Kontrol Pelaksanaan Penelitian .................................................... 222

    LAMPIRAN H DOKUMENTASI ...................................................................... 223

    H.1 Dokumentasi penelitian .......................................................................... 224

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pendidikan adalah salah satu kebutuhan manusia sebagai pedoman

    kehidupan yang akan datang dalam jangka waktu yang panjang. Pendidikan di

    Indonesia mempunyai fungsi untuk mencerdaskan anak bangsa hal inilah yang

    menjadi daar bahwa pendidikan sebagai kebutuhan manusia sangatlah

    bermanfaat kemajuannya bagi bangsa dan negara.Pendidikan terbagi atas dua

    yaitu pendidikan nonformal dan formal.

    Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang didapatkan

    dilingkungan sekitar seperti dari orang tua, keluarga dan teman-teman melalui

    interaksi antar sesama. Sedangkan, pendidikan formal adalah pendidikan yang

    didapatkan di lingkungan sekolah dimana guru sebagai orang tua siswa

    disekolah dan sebagai fasilisator ilmu pendidikan yang dilakukan di

    lingkungan sekolah wajib 9 tahun sebagai salah satu proses pembelajaran

    kepada siswa agar memiliki ilmu pengetahuan yang sangat luas, dimana siswa

    akan mengasa dirinya sendiri mencari sesuatu yang belum di ketahui dengan

    bimbingan dari guru disekolah.

    Undang-Undang pada pasal 1 ayat (1) Nomor 20 Tahun 2003 tentang

    Sistem Pendidikan menjelaskan bahwa, Pendidikan adalah usaha sadar dan

    terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

    peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

    kekuatan spiritual keagaamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

  • akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

    dan Negara.

    Proses pembelajaran yang berlangsung didalam kelas akan melibatkan

    seorang guru dan siswa, dimana guru dan siswa akan berinteraksi dengan

    keduanya. Guru akan menjelaskan materi yang akan dibawakan dengan

    menggunakan model yang sesuai dengan materinya. Pada saat pembelajaran

    berlangsung guru akan mengamati siswanya dalam proses belajar dan akan

    menilai hasil belajar siswa.

    Berdasarkan hasil wawancara guru biologi di SMA Datuk Ribandang

    Makassar terdapat permasalahan dimana siswa kurang aktif dalam proses

    belajar mengajar. Hal ini dilihat dari nilai ulangan harian pada mata pelajaran

    biologi di kelas XI MIA di SMA Datuk Ribandang Makassar, hanya 30%

    siswa yang dapat mencapai KKM dan 70% lainnya belum mencapai KKM,

    dengan nilai KKM untuk mata pelajaran biologi adalah 70.

    Hasil belajar siswa di SMA Datuk Ribandang Makassar yang rendah

    disebabkan oleh pengelolan kelas. Hal ini dikarenakan kurangnya kreatifitas

    guru dalam pengelolaan kelas pada proses pembelajaran terlihat dari

    penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi dalam proses

    pembelajaran. Rendahnya aktivitas belajar siswa yang masih sering berbicara

    dengan teman sebangkunya dan siswa belum fokus pada proses pembelajaran

    berlangsung di kelas.

    Perbaikan masalah pendidikan diatas antara lain ditempuh melalui

    perbaikan model pembelajaran yang digunakan guru. Terlihat di sekolah

    masih banyak dijumpai gaya mengajar kurang bervariasi. Guru kurang

  • memperhatikan bahwa penggunaan model yang kurang tepat dapat

    menyebabkan proses belajar mengajar.

    Berdasarkan permasalahan di atas, perlu dilakukan suatu perubahan

    dalam menerapkan model pembelajaran. Model pembelajaran yang sesuai

    dengan masalah tersebut sehingga siswa lebih aktif dibandingkan gurunya.

    Salah satu model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif.

    Beberapa model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa

    pada materi pembelajaran sistem penceraan adalah talking chips dan snowball

    throwing. Beberapa penyebab yang melatarbelakangi peneliti sehingga

    memilih model tersebut adalah karena kedua model tersebut sama-sama

    memfokuskan keaktifan siswa dalam proses belajar. Kedua model

    pembelajaran tersebut memberikan kesempatan kepada siswa untuk

    berkreatifitas dan bertanya jawab kepada guru dan teman kelasnya, sehingga

    kejenuhan dan kebosanan dalam belajar bisa lebih menyenangkan.

    Model pembelajaran talking chips dan snowball throwing sesuai

    apabila dilaksanakan pada materi sistem pencernaan, hal ini sesuai dengan

    penelitian yang telah dilakukan Haeruddin Karmila (2017), dengan judul

    penelitian “Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips

    dan Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran

    Biologi Kelas XI IPA MAN 1 Sinjai Utara” disimpulkan bahwa terdapat

    perbedaan yang signifikansi antara hasil belajar siswa yang menggunakan

    model pembelajaran kooperatif tipe talking chips dengan hasil belajar siswa

    yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing,

    dimana nilai rata-rata kelompok yang diberi perlakuan model pembelajaran

  • kooperatif tipe talking chips lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang

    diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe snowball

    throwing.

    Talking chips adalah kartu untuk berbicara, talking chips dalam

    pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok

    kecil yang terdiri atas 4-5 orang, masing-masing anggota kelompok membawa

    sejumlah kartu yang berfungsi untuk menandai apabila mereka telah

    berpendapat dengan memasukkan kartu tersebut ke atas meja, diharapkan

    semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk aktif dalam

    mengemukakan pendapat sehingga terjadi pemerataan kesempatan dalam

    pembagian tugas kelompok.

    Penelitian yang dilakukan oleh Hasairin, A & Apriyanti, D (2018)

    dalam jurnalnya disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas X MIA1 MAN 1

    Medan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe talking chips pada

    materi keanekaragaman hayati mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus

    II. Pada pembelajaran siklus I, didapati persentase siswa yang tuntas pada saat

    pretes adalah 20% dan postes sebesar 65,7%. Hal tersebut menunjukkan

    adanya peningkatan hasil belajar kognitif setelah dilakukan pembelajaran

    kooperatif tipe talking chips.

    Snowball throwing merupakan suatu cara penyajian bahan pelajaran

    dimana siswa dibentuk dalam beberapa kelompok yang heterogen kemudian

    masing-masing kelompok dipilih ketua kelompoknya untuk mendapat tugas

    dari guru, lalu masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk

    seperti bola (kertas pertanyaan) kemudian dilempar ke siswa lain lalu

  • menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.aktivitas lainnya adalah

    membuat dan menjawab soal serta melakukan permainan antar kelompok

    sehingga dapat menghilangkan kebosanan siswa di dalam belajar. Hal ini

    dapat meningkatkan antusias siswa dalam belajar biologi.

    Penelitian yang dilakukan oleh Anna, Muhammad Joko Susilo (2014)

    dalam jurnalnya disimpulkan bahwa model snowball throwing pada

    pembelajaran biologi materi sistem ekskresi di kelas XI IPA SMA

    Muhammadiyah 1 Prambanan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

    siswa.

    Berdasarkan permasalahan yang terjadi diatas, maka penulis

    melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Model Pembelajaran

    Talking Chips dan Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada

    Materi Sistem Pencernaan Kelas XI MIA SMA Datuk Ribandang Makassar”

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka dapat diperoleh

    permasalahan penelitian ini, yaitu: Apakah ada perbedaan model pembelajaran

    talking chips dan snowball throwing terhadap hasil belajar siswa pada materi

    sistem pencernaan kelas XI MIA SMA Datuk Ribandang Makassar?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan masalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari

    penelitian ini, yaitu: untuk mengetahui perbedaan model pembelajaran talking

    chips dan snowball throwing terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem

    pencernaan kelas XI MIA SMA Datuk Ribandang Makassar?

  • D. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain:

    1. Manfaat Teoritis

    Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan

    memberikan masukan dalam pengembangan dunia pendidikan mengenai

    perbandingan model pembelajaran talking chips dan snowball throwing

    2. Kegunaan Praktis

    a. Bagi Sekolah: Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang

    baik bagi kepala sekolah dalam rangka perbaikan proses belajar

    mengajar.

    b. Bagi Guru: Memberikan masukan kepada guru biologi agar memilih

    model pembelajaran yang lebih bervariasi agar siswanya tidak jenuh.

    c. Bagi Siswa: Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi yang

    diajarkan dan lebih aktif mengemukakan pendapat pada proses

    pembelajaran.

    d. Bagi Peneliti: Untuk menambah wawasan dalam pemahaman objek

    yang diteliti guna menyempurnakan pemahaman konsep pembelajaran

    Biologi.

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Kajian Pustaka

    1. Hasil Belajar

    Sunarto dalam Husamah (2018: 20), menyatakan bahwa hasil

    belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

    proses belajar. Perubahan ini berupa pengetahuan, pemahaman,

    keterampilan dan sikap yang biasanya meliputi ranah kognitif, afektif, dan

    psikomotorik.

    Menurut Susanto (2013: 5), hasil belajar merupakan perubahan-

    perubahan yang terjadi pada siswa baik pada aspek kognitif, efektif dan

    psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Hasil belajar juga

    diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi

    pelajaran di sekolah dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes

    mengenai materi pelajaran tertentu. Keberhasilan anak-anak mencapai

    tujuan pembelajaran dapat diketahui melalui evaluasi yang merupakan

    penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan yang efektif terhadap

    pemenuhan kebutuhan siswa. Prestasi belajar siswa tidak hanya diukur

    dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan

    keterampilan.

    Sinar (2018: 20-21) Hasil belajar merupakan prestasi yang di capai

    setelah siswa menyelesaikan sejumlah pelajaran. Prestasi belajar

    merupakan hasil belajar yang ideal meliputi segenap ranah psikologis yang

  • berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Adapun

    prestasi merupakan hasil yang di peroleh karena adanya aktivitas belajar

    yang telah dilakukan. Dalam proses pembelajaran, kegiatan belajar

    merupakan kegiatan yang paling pokok, artinya bahwa berhasil tidaknya

    pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana

    proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.

    Hasil belajar yang optimal dapat dilihat dari ketuntasan belajarnya,

    terampil dalam mengerjakan tugas, dan memiliki apresiasi yang baik

    terhadap pelajaran. Hasil belajar yang optimal merupakan perolehan dari

    proses belajar yang optimal pula. Untuk memperoleh proses dan hasil

    belajar yang optimal, guru hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip dan

    tahap-tahap pembelajaran (Arifin, 2014).

    Selain itu, hasil belajar adalah proses untuk melihat sejauh mana

    siswa dapat menguasai pembelajaran setelah mengikuti kegiatan proses

    belajar mengajar atau keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah

    mengikuti pembelajaran yang ditandai dengan bentuk angka, huruf atau

    simbol yang disepakati oleh pihak penyelenggara pendidikan. Dengan itu,

    prestasi digambarkan dari hasil yang diperoleh oleh siswa dalam

    mengikuti proses pembelajaran dengan pencapaian yang diraihnya atau

    siswa telah mendapatkan prestasi apabila telah mengikuti dan

    menyelesaikan serangkaian proses belajar-mengajar sesuai pedoman yang

    ada dan akan diberikan hasil dari aktivitas serta dievaluasi (Rosyid, 2019:

    12).

  • Menurut Benyamin S Bloom, dalam Sudjana (2011: 22-23) Hasil

    belajar dapat diklasifikasikan menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif,

    efektif, dan psikomotor.

    a. Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil beelajar intelektual yang

    terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman,

    aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut

    kognitif tingkat rendah dan keepat aspek berikutnya termasuk kognitif

    tinggkat tinggi.

    b. Ranak efektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek

    yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian organisasi dan

    internalisasi.

    c. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

    kemampuan bertindak. Ada enam ranah psikomotor yakni gerak reflex,

    keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan

    atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif

    dan interpretative.

    Utama (2008: 134) Hasil belajar berasal dari kata hasil yang dapat

    diartikan sebagai sebuah prestasi. Hasil belajar merupakan bagian

    terpenting dalam pembelajaran mendefinisikan hasil belajar siswa pada

    hakekatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar. Dan hasil

    belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tidak belajar. Dari sisi siswa,

    hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran puncak proses belajar.

    Berdasarkan pengertian hasil belajar yang diuraikan sebelumnya bahwa

    hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

  • setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemanpuan

    tersebut mencangkup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar

    dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan

    data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa

    dalam mencapai tujuan pembelajaran.

    Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar.Di

    antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh

    para guru di sekolah karena keterkaitan dengan kemampuan para siswa

    dalam menguasai isi bahan pelajar (Sudjana, 2011: 22-23).

    2. Model Pembelajaran Talking Chips

    Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model

    pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Model pembelajaran

    kooperatif tipe kancing gemerincing kali pertama dikembangkan oleh

    Spencer Kagan. Tipe kancing gemerincing merupakan salah satu dari jenis

    metode struktural, yaitu metode yang menekankan pada struktur-struktur

    khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa

    (Muhammad, 2017: 93).

    Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model kooperatif

    tipe kancing gemerincing atau talking chips adalah salah satu tipe model

    pembelajaran kooperatif yang masing-masing anggota kelompoknya

    mendapat kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi mereka

    dan mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota kelompok lain

    (Hariyanto, 2015: 999-1005).

  • Pada proses belajar mengajar siswa biasa memberikan pendapat

    atau sanggahan dengan cara menyodorkan tiket yang dipegang oleh setiap

    siswa dalam suatu kelompok. Satu tiket berfungsi untuk satu pendapat atau

    sanggahan (Hariyanto, 2015:999-1005).

    Talking chips dapat diterapkan semua mata pelajaran dan tingkatan

    kelas. Dapat digunakan untuk mengatasi hambatan pemerataan

    kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok.kebanyakan kelompok,

    sering kali ada satu anak/anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara.

    Sebaliknya, ada anak yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih

    dominan.Situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok

    bisa jadi tidak tercapai karena anak yang pasif terlalu menggantungkan diri

    pada rekannya dominan (Huda, 2017: 142).

    Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe talking chips

    diharapakan mampu mendorong siswa untuk berperan aktif dalam

    pembelajaran sehingga hasil belajar siswa akan meningkat. Pembelajaran

    kooperatif tipe talking chips mampu membuat siswa berperan aktif dalam

    belajar kelompok. Setiap anggota di dalam kelompok belajar akan

    mendapatkan kesempatan yang sama untuk memberikan pendapat dan

    mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota kelompok yang lain

    (Hasairin. 2018: 254).

    3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing

    Snowball throwing terdiri dari dua kata snowball dan throwing

    dalam bahasa Inggris snowball artinya “bola salju”, sedangkan throwing

    “melempar”, sehingga secara keseluruhan artinya melempar bola salju.

  • Disebut melempar bola salju karena dalam pembelajaran siswa diajak

    menuliskan pertanyaan di kertas kemudian dibuat menjadi bola. Kertas

    berbentuk bola inilah yang dianggap sebagai bola salju dan dilempar ke

    siswa lain. Siswa yang mendapat bola lalu membuka dan menjawab

    pertanyaan yang tertulis pada kertas tersebut. Snowball throwing

    merupakan model pembalajaran yang menggali potensi kepemimpinan

    siswa dalam kelompok. Siswa dilatih untuk terampil membuat, menjawab

    pertanyaan yang dipadukan melalui permainan imajinatif membentuk dan

    melempar bola salju (Hikmat, 2011: 67).

    Menurut Fathurrohman (2017: 61), model pembelajaran snowball

    throwing bagaiamana siswa dilatih untuk lebih tanggap menerima pesan

    dari orang lain dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam

    satu kelompok. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti

    model pembelajaran talking stick, tetapi menggunakan kertas yang berisi

    pertanyaan kemudian diremas menjadi sebuah bola kertas lalu

    dilemparkan kepada siswa lain.

    Menurut Hanum (2015: 174), model pembelajaran snowball

    throwing (ST) atau yang juga sering dikenal dengan snowball fight

    merupakan pembelajaran yang diadopsi pertama kali dari game fisik, yaitu

    segumpalan salju dilempar dengan maksud memukul orang lain. Snowball

    throwing diterapkan dengan melempar segumpalan kertas untuk menunjuk

    peserta didik yang ditugasi untuk menjawab soal.

    Menurut Shoimin (2017: 174-177), model pembelajaran snowball

    throwing merupakan pengembangan dari model pembelajaran diskusi dan

  • merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif. Hanya saja, pada

    model ini, kegiatan belajar diatur sedemikian rupa sehingga proses belajar

    mengajar dapat berlangsung dengan lebih menyenangkan.

    Menurut Anna (2014: 9), model pembelajaran snowball throwing

    adalah suatu pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok

    yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian

    masing masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola

    (kertas pertanyaan) lalu dilempar kesiswa lain yang masing-masing siswa

    menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.

    Model pembelajaran snowball throwing merupakan pembelajaran

    mengelompokkan siswa dimana siswa di bagi menjadi beberapa kelompok

    kemudian siswa mengunakan alat yang berupa selembar kertas yang

    digunakan untuk membuat bola salju, tujuan dari penggunaan model

    pembelajaran snowball throwing ini di harapkan dapat meningkatkan hasil

    belajar siswa (Munawaroh, 2014:171).

    Menurut Shoimin (2017: 175-176), dengan model pembelajaran

    snowball throwing guru dapat melatih kesiapan siswa dalam menanggapi

    dan menyelesaikan masalah. Guru menggunakan struktur empat fase

    sebagai sintaks snowball throwing.

    Menurut Khosim (2019: 120) model pembelajaran snowball

    throwing siswa dibagi beberapa kelompok heterogen, tiap anggota

    kelompok membuat bola yang berisi pertanyaan, penerapan model

    snowball throwing yaitu untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan

    kemampuan siswa dalam menangkap materi yang telah di ajarkan, dapat

  • melatih jiwa kepemimpinan dan keterampilan dalam membuat

    pertanyaan.

    Menurut Komalasari (2017: 67), adapun langkah-langkah model

    pembelajaran snowball throwing adalah sebagai berikut:

    a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan

    b. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing

    ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi

    c. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-

    masing kemudian menjelaskan materi yang di sampaikan oleh guru

    kepada temannya.

    d. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja

    untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi

    yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok

    e. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola

    dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit.

    f. Setelah siswa mendapat satu bola / satu pertanyaan lalu diberikan

    kesempatan kepada sisswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis

    dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

    g. Evaluasi

    h. Penutup

    Menurut Shoimin (2017: 174-177), adapun kelebihan model

    pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing:

    a. Suasana pembelajaran meenjadi menyenangkan karena siswa seperti

    bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.

  • b. Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan

    berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan diberikan

    pada siswa lain.

    c. Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak

    tau soal yang dibuat temannya seperti apa.

    d. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

    e. Pendidikan tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun

    langsung dalam praktik.

    f. Pembelajaran menjadi lebih efektif.

    g. Ketiga aspek kognitif, efekif, dan psikomotor dapat tercapai.

    Menurut Shoimin (2017:174-177), adapun kekurangan model

    pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing :

    a. Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi

    sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat

    dari soal yang dibuat siswa biasanya hanya seputar materi yang sudah

    dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan.

    b. Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu

    menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi

    sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk siswa

    mendiskusikan materi pelajaran.

    c. Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga

    siswa saat berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama. Akan

    tetapi, tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan

    pemberian kuis individu dan penghargaan kelompok.

  • d. Memerlukan waktu yang panjang

    e. Murid yang nakal cenderung berbuat onar

    f. Kelas sering kali gaduh karena kelomppok dibuat oleh siswa.

    4. Sintak Model pembelajaran

    Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Talking Chips

    Fase Tingkah Laku Guru Tingkah Laku Siswa

    Fase 1

    Menyampaikan tujuan

    dan memotifasi siswa

    - Menyampaikan

    tujuan (atau

    indikator hasil

    belajar),guru

    memotivasi siswa,

    guru mengaitkan

    pelajaran sekarang

    dengan yang

    terdahulu.

    - Siswa mencatat

    tujuan

    pembelajaran yang

    disampaikan

    Fase 2

    Menyajikan informasi

    - Guru

    menyajikaninformas

    i kepada siswa

    dengan jalan

    demonstrasi atau

    lewat bacaan.

    - Siswa

    mendengarkan

    informasi tentang

    materi

    pembelajaaran

    Fase 3

    Mengorganisasikan

    siswa ke dalam

    kelompok-kelompok

    belajar

    - Guru menjelaskan

    kepada siswa cara

    membentuk

    kelompok belajar,

    guru

    mengorganisasikan

    siswa ke dalam

    kelompok-kelompok

    belajar (setiap

    kelompok

    beranggotakan 4-6

    orang dan harus

    heterogen)terutama

    jenis kelamin dan

    kemampuan siswa,

    dan setiap anggota

    - Siswa membentuk

    kelompok-

    kelompok belajar.

  • diberi tanggung

    jawab untuk

    mepelajari atau

    mengerjakan tugas)

    - Guru menjelaskan

    tentang penggunaan

    media kancing

    sebagai salah satu

    tiket untuk

    berpendapat di

    dalam kelompoknya

    masing-masing

    - Siswa

    mendengarkan

    informasi tentang

    prosedur

    pelaksanaan

    pembelajaran

    Fase 4

    Membimbing

    kelompok bekerja dan

    belajar

    - Guru membimbing

    kelompok-

    kelompok belajar

    pada saat siswa

    mengerjakan tugas

    - Siswa mengerjakan

    tugas yang

    diberikan guru.

    Fase 5

    Evaluasi

    - Guru mengevaluasi

    hasil belajar tentang

    materi yang telah

    dipelajari atau

    meminta siswa

    mempresentasikan

    hasil kerjanya,

    kemudian

    dilanjutkan dengan

    diskusi.

    - Perwakilan

    kelompok

    membacakan

    jawaban yang telah

    didiskusikan.

    Fase 6

    Memberi

    penilaian/penghargaan

    - Guru memberikan

    penghargaan kepada

    siswa yang

    berprestasi untuk

    menghargai upaya

    dan hasil belajar

    siswa baik secara

    individu maupun

    kelompok.

    - Siswa

    mendapatkan nilai

    dari hasil kerja

    kelompok.

    (Sumber: Warsono, 2013:235-236)

    Tabel 2.2 Sintak Model Pembelajaran Snowball Throwing

  • Fase Tingkah Laku Guru Tingkah Laku Siswa

    Fase 1

    Menyampaikan tujuan

    dan memotifasi siswa

    - Menyampaikan

    seluruh tujuan dalam

    pembelajaran dan

    memotivasi siswa

    - Siswa mencatat

    tujuan

    pembelajaran yang

    disampaikan

    Fase 2

    Menyajikan informasi

    - Menyajikan

    informasi tentang

    materi pembelajaran

    siswa

    - Siswa

    mendengarkan

    informasi tentang

    materi

    pembelajaaran

    Fase 3

    Mengorganisasikan

    siswa ke dalam

    kelompok-kelompok

    belajar

    - Memberikan

    informasi kepada

    siswa tentang

    prosedur

    - Siswa

    mendengarkan

    informasi tentang

    prosedur

    pelaksanaan

    pembelajaran

    snowball throwing

    - Membagi siswa ke

    dalam kelompok-

    kelompok belajar

    yang terdiri dari 7

    orang siswa.

    - Siswa membentuk

    kelompok-

    kelompok belajar

    Fase 4

    Membimbing

    kelompok bekerja dan

    belajar

    - Memanggil ketua

    kelompok dan

    menjelaskan materi

    serta pembagian

    tugas kelompok.

    - Masing-masing

    ketua kelompok

    maju ke depan dan

    mendengarkan

    penjelasan materi

    dari guru serta

    pembagian tugas

    kelompok.

    - Meminta ketua

    kelompok kembali

    ke kelompok

    masing-masing

    untuk

    mendiskusikan tugas

    yang diberikan guru

    dengan anggota

    kelompok.

    - Ketua kelompok

    kembali ke

    kelompoknya

    untuk

    mendiskusikan

    tugas yang

    diberikan oleh

    guru.

  • - Memberikan

    selembar kertas

    kepada setiap

    kelompok dan

    meminta kelompok

    tersebut menulis

    pertanyaan sesuai

    dengan materi yang

    dijelaskan guru.

    - Setiap kelompok

    mendapatkan

    selembar kertas dan

    menulis pertanyaan

    sesuai materi yang

    dijelaskan.

    - Meminta setiap

    kelompok untuk

    menggulung dan

    melemparkan

    pertanyaan yang

    telas ditulis pada

    kertas kepada

    kelompok lain.

    - Setiap kelompok

    mendapatkan

    gulungan

    pertanyaan yang

    telah ditulis dari

    kelompok lain.

    - Meminta setiap

    kelomppok

    menuliskan jawaban

    atas pertanyaan yang

    didapatkan dari

    kelompok lain pada

    kertas tersebut.

    - Setiap kelompok

    menulis jawaban

    dari pertanyaan

    yang di dapatkan.

    Fase 5

    Evaluasi

    - Guru meminta setiap

    kelompok untuk

    membacakan

    jawaban atas

    pertanyaan yang

    diterima dari

    kelompok lain.

    - Perwakilan

    kelompok

    membacakan

    jawaban yang telah

    didiskusikan.

    Fase 6

    Memberi

    penilaian/penghargaan

    - Memberikan

    penilaian terhadap

    hasil kerja

    kelompok.

    - Siswa

    mendapatkan nilai

    dari hasil kerja

    kelompok.

    (Sumber: Shoimin, 2017: 175-176)

    5. Keterkaitan Model Pembelajaran dengan Materi

  • Mempelajari Biologi dibutuhkan suatu model pembelajaran yang

    menarik sehingga materi yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran

    dapat tersampaikan dengan baik. Materi sistem pencernaan sering

    dianggap sulit oleh siswa hal ini dikarenakan pada materi ini mencangkup

    tentang hal-hal mengenai alat pencernaan manusia, sistem pencernaan

    ruminansia, kelainan sistem pencernaaan makanan, untuk itu dengan

    menggunakan model pembelajaran talking chips dan snowball throwing

    diharapkan siswa bisa memahami materi yang dipelajari, dan siswa harus

    lebih aktif didalam kelas.

    6. Materi Sistem Pencernaan

    ` Menurut Lestari (2009: 180), alat-alat pencernaan manusia terdiri

    atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan

    terdiri dari mulut, tekak, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar

    dan berakhir pada anus. Sedangkan kelenjar pencernaan terdiri dari

    kelenjar ludah, kelenjar lambung, kelenjar usus, hati, dan pankreas.

    Urutan masing-masing alat pencernaan manusia adalah sebagai berikut:

    a. Mulut

    Mulut merupakan satu-satunya bagian saluran pencernaan yang

    berada di luar dan dapat dilihat, sehingga Anda dapat menunjukkan

    dan mengamatinya secara langsung. Di dalam mulut terdapat gigi,

    lidah, dan kelenjar ludah.

    a) Gigi merupakan alat pencernaan makanan yang sangat penting

    karena dapat membantu alat-alat pencernaan dalam yang lain untuk

  • melumatkan makanan. Gigi yang baik dan sehat berwarna putih

    dan tidak berlubang.

    b) Lidah sebagian besar terdiri atas otot. Pada permukaan atas lidah

    banyak terdapat ribuan tonjolan kecil yang disebut dengan papilla,

    yang banyak terdapat rangkaian kompleks saraf yang membentuk

    alat indra pengecap dan peraba. Pada permukaan atas papilla

    terdapat selaput lendir. Lidah seseorang berbentuk bulat

    memanjang. Dalam keadaan tertentu, lidah dapat dijulurkan

    memanjang.

    c) Kelenjar ludah, rongga mulut terdapat kelenjar ludah yang

    berfungsi menghasilkan air ludah. Jika melihat makanan yang

    lezat, maka ada rangsangan di otak kita dan impuls itu dikirim ke

    saraf di sekitar kelenjar ludah, sehingga kelenjar ludah akan

    mensekresikan ludah untuk membasahi mulut. Komponen ludah

    terdiri atas 98% air dan 2% lendir, garam, dan enzim ptialin.

    b. Kerongkongan (Esofagus)

    Setelah makanan diperlakukan secara mekanik dan kimiawi di

    dalammulut, selanjutnya makanan akan didorong oleh lidah menuju

    salurankerongkongan, yang panjangnya kurang lebih 20 cm dan lebar

    2 cm. Didalam kerongkongan ini makanan hanya lewat selama kurang

    lebih 6 detik. Setelah itu makanan akan didorong ke dalam lambung.

    Dinding kerongkongan terdiri dari empat lapisan. Lapisan

    mukosa yang terletak di bagian dalam dibentuk oleh epitel berlapis

  • (pipih) yang diteruskan ke faring di bagian atas dan mengalami

    perubahan yang menyolok pada perbatasan kerongkongan-lambung,

    menjadi epitel selapis toraks pada lambung. Mukosa kerongkongan

    dalam keadaan normal bersifat alkali (basa) dan tidak tahan terhadap

    isi lambung yang sangat asam.

    Lapisan submukosa mengandung sel-sel sekretori yang

    menghasilkan mukus. Mukus mempermudah jalannya makanan waktu

    menelan dan melindungi mukosa dari “cedera” akibat zat kimia.

    Lapisan otot di luar tersusun longitudinal dan di dalam tersusun

    sirkular. Sepertiga atas kerongkongan adalah otot rangka. Sedangkan

    sepertiga bawah adalah otot polos. Daerah peralihan terdapat di tengah

    dan mengandung otot rangka dan otot polos

    c. Lambung (Ventrikulus)

    Makanan dari kerongkongan terdorong ke dalam lambung,

    akibat gerakan peristaltik seperti yang sudah dijelaskan di

    atas.Lambung diibaratkan seperti lumbung yang bertugas untuk

    menyimpan makanan yang telah ditelan untuk sementara waktu.

    Lambung berukuran sekepal tangan dan terletak di dalam rongga perut

    sebelah kiri, di bawah sekat rongga badan.Dinding lambung sifatnya

    lentur, dapat mengembang apabila berisi makanan dan mengempis

    apabila kosong. Muatan di dalam lambung dapat menampung hingga

    1,5 liter makanan. Dinding lambung tersebut berwarna merah muda

    dan mengkilap.

  • Waktu mencerna berbeda-beda untuk setiap makanan atau

    minuman. Makanan yang padat akan membutuhkan waktu yang lebih

    lama dari pada zat cair (minuman) sehingga menurut ilmu kesehatan

    dianjurkan mengunyah makanan 32 kali agar makanan menjadi lebih

    lembut, sehingga akan meringankan beban lambung untuk melumatkan

    makanan tersebut. Semakin lumat makanan yang masuk lambung,

    maka semakin cepat melintasi lambung. Jenis makanan lemak dan

    sayuran hijau akan lebih lama berada di dalam lambung sehingga

    orang akan merasa kenyang lebih lama. Makanan yang masuk pada

    lambung bertahan selama 2-5 jam.

    d. Hati

    Hati terletak di sebelah kanan atas rongga perut di bawah

    diagfragma. Beratnya kira-kira 1,5 kg atau 2,5% berat badan pada

    orang dewasa normal. Hati dibagi menjadi dua bagian oleh ligamen

    falsiformis, yaitu bagian lobus kanan dan lobus kiri.Pada lobus kanan

    terdapat juga lobus kaudatus dan lobus kuadratus.

    Hati memegang peranan penting pada metabolisme tiga bahan

    makanan yang dikirimkan oleh vena porta setelah diabsorpsi dari usus.

    Bahan makanan tersebut adalah karbohidrat, protein dan lemak.

    Monosakarida dari usus halus diubah menjadi glikogen dan disimpan

    dalam hati (glikogenesis). Dari depot glikogen, disuplai glukosa secara

    konstan ke darah (glikogenolisis) untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

    Sebagian glukosa di metabolisme dalam jaringan untuk menghasilkan

  • panas dan disimpan dalam otot atau menjadi lemak dan disimpan

    dalam jaringan subkutan.

    Hati juga mampu mensintesis glukosa dari protein dan lemak

    (glukogeogenesis). Peranan hati pada metabolisme protein penting

    untuk hidup. Protein plasma, kecuali gama globulin, disintesis oleh

    hati.

    e. Usus Halus

    Saluran pencernaan makanan yang paling panjang dengan

    panjang kurang lebih 6,5 meter dan lebar kurang lebih 25 milimeter

    adalah usus halus. Permukaan dindingnya berjonjot sehingga terlihat

    seperti lekukan-lekukan. Hal inilah yang menyebabkan permukaannya

    menjadi luas.

    a) Usus Dua Belas Jari (Duodeunum)

    Usus dua belas jari berukuran panjang kurang lebih 25

    sentimeter. Makanan dari lambung bersifat asam, kemudian masuk

    ke usus dua belas jari.

    b) Usus Kosong (Jejenum)

    Disebut usus kosong karena pada orang yang sudah

    meninggal, usus ini tidak ada isinya atau kosong,. Dinding usus ini

    mempunyai kelenjar liberkuhn yang dapat mengeluarkan getah

    usus.

    c) Usus Penyerapan (ileum)

    Didalam usus ini, makanan tidak dilakukan pemecahan

    lagi, melainkan diserap oleh dinding usus masuk peredaran darah

  • yang kemudian dapat digunakan untuk proses pertumbuhan dan

    perkembangan tubuh.

    f. Usus Besar

    Usus besar berisi kuman dengan jumlah mencapai triliunan.

    Mikroba ini berfungsi dalam proses pembusukan. Ada beberapa

    bakteri yang dapat menghasilkan vitamin B dan K. Di dalam usus

    besar, makanan hanya kan mengalami penyerapan air dan beberapa

    garam mineral. Di dalam usus ini makanan sudah berwujud dalam

    bentuk ampas. Adanya bakteri saprofit, yaitu Eschericia coli

    menyebabkan ampas makanan akan membusuk yang selanjutnya akan

    dikeluarkan dalam bentuk feses.

    Jika dalam dinding usus besar seseorang terinfeksi, akibatnya

    penyerapan air akan terganggu, sehingga wujud feses dalam keadaan

    cair yang disebut dengan gejala diare. Apabila seseorang menahan

    buang air besar, maka akan menyebabkan penyerapan air yang

    berlebihan sehingga feses menjadi keras yang disebut dengan

    konstipasi (sembelit) yang dapat menyebabkan pecahnya pembuluh

    darah vena sekitar anus yang gejalanya disebut dengan hemoroid

    (ambeien).

    g. Anus

    Feses akan didorong oleh otot-otot polos di sekitarnya menuju

    ke anus dan tertimbun di situ dan akhirnya menyebabkan seseorang

    merasa ingin buang air besar. Proses buang air besar ini disebut

  • defekasi. Otot-otot di sekitar anus berkontraksi sehingga anus

    membuka dan mengeluarkan feses dari anus.

    Feses yang dihasilkan dari organ pembuangan dipengaruhi oleh

    jenis makanan. Makanan yang banyak mengandung serat tumbuhan

    lebih banyak menghasilkan feses, karena sulit dicerna. Makanan yang

    lain umumnya 95% dapat diserap oleh usus halus dan 5% menjadi

    kotoran dalam bentuk feses. Sekitar 75% kandungan feses terdiri dari

    air. Sisanya adalah berupa zat

    Menurut Suwarno (2019: 97), zat makanan merupakan bahan-

    bahan yang diperlukan oleh tubuh supaya dapat tetap hidup. Ada 2 jenis

    zat makanan, yaitu zat makanan makro (karbohidrat, lemak, protein, air)

    dan zat makanan mikro (vitamin,mineral).

    a. Zat makanan

    a) Karbohidrat

    Karbohidrat atau hidrat arang merupakan senyawa yang

    mengandung C, H, dan O dengan perbandingan H dan O = 2 : 1

    dan dinyatakan denganrumus umum Cn(H2O)n. Secara kimiawi,

    karbohidrat dapat didefinisikansebagai turunan aldehida

    (polihidroksi aldehid) atau turunan keton (polihidroksi keton) dari

    alkohol, atau juga karbohidrat berarti senyawa yang dapat

    dihidrolisis (bereaksi dengan air) menghasilkan aldehida atau

    keton.

    Fungsi Karbohidrat:

    1) Sebagai sumber energi utama.

  • 2) Berperan penting dalam metabolisme.

    3) Menjaga keseimbangan asam dan basa.

    4) Pembentukan struktur sel, jaringan, dan organ tubuh.

    5) Membantu proses pencernaan makanan dalam saluran

    pencernaan, misalnya selulosa.

    b) Lemak

    Persenyawaan antara asam lemak dan gliserol disebut

    "lemak", tersusun atas unsur C, H, dan O, serta terkadang P dan N.

    Lemak tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik,

    seperti eter, kloroform, dan minyak tanah.

    Fungsi Lemak:

    1) Sumber energi.

    2) Pelarut vitamin A, D, E, dan K.

    3) Sumber asam lemak esensial.

    4) Pelindung organ tubuh.

    5) Penyebab lamanya pengosongan lambung sehingga memberi

    rasa kenyang lebih lama

    c) Protein

    Protein didefinisikan sebagai senyawa majemuk yang

    terdiri atas unsur-unsur C, H, O, N, dan kadang-kadang

    mengandung pula unsur P dan S. Protein terdiri atas senyawa-

    senyawa sederhana yang disebut asam amino. Jenis asam amino

    amat banyak, namun secara sederhana dapat dibedakan menjadi

    asam amino esensial dan asam amino non esensial.

  • Fungsi Protein:

    1) Sintesis zat-zat penting tubuh, seperti hormon, enzim, dan

    antibodi.

    2) Pertumbuhan, perbaikan, dan pemeliharaan jaringan tubuh.

    3) Pelaksanaan metabolisme tubuh.

    4) Penyeimbangan asam dan basa cairan tubuh karena berperan

    sebagai buffer.

    5) Pemeliharaan tekanan cairan dalam sekat rongga tubuh.

    6) Penyediaan sumber energi, di mana 1 gramnya terkandung 4,1

    kalori.

    7) Penetralan (detoksifikasi) racun di dalam tubuh.

    d) Air

    Fungsi Air pelarut senyawa-senyawa lainnya, mengangkut

    zat lain dari sel ke sel atau dari jaringan ke jaringan lainnya.

    Menjaga stabilitas suhu tubuh. Pengaturan air di dalam tubuh

    dikendalikan oleh berbagai kelenjar buntu, seperti hipofisis, tiroid,

    anak ginjal, dan alat pengeluaran seperti kulit melalui kelenjar

    keringat.

    Fungsi Air:

    1) Pelarut senyawa-senyawa lainnya.

    2) Mengangkut zat lain dari sel ke sel atau dari jaringan ke

    jaringan lainnya.

    3) Menjaga stabilitas suhu tubuh. Pengaturan air di dalam tubuh

    dikendalikan oleh berbagai kelenjar buntu, seperti hipofisis,

  • tiroid, anak ginjal, dan alat pengeluaran seperti kulit melalui

    kelenjar keringat

    e) Mineral

    Mineral-mineral yang dibutuhkan oleh tubuh di

    kelompokkan menjadi makroelemen dan mikroelemen.

    f) Vitamin

    Senyawa organik yang terdapat dalam makanan dan

    dibutuhkan untuk pertumbuhan yang normal dinamakan vitamin.

    Senyawa organik yang terdapat dalam makanan dan dibutuhkan

    untuk pertumbuhan yang normal dinamakan vitamin. Menurut

    kelarutannya vitamin dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu:

    1) Vitamin yang larut dalam air: vitamin B dan C.

    2) Vitamin yang larut dalam lemak: vitamin A, D, E, dan K

    Menurut Suwarno (2019: 107), Beberapa struktur khusus sistem

    pencernaan ruminansia yang membedakannya dengan hewan-hewan

    pemakan hewan dan pemakan segala antara lain:

    a. Gigi serinya mempunyai bentuk yang sesuai untuk menjepit

    makanannya yang berupa rumput atau tumbuhan.

    b. Geraham belakang besar berbentuk datar dan lebar.

    c. Rahangnya bergerak menyamping untuk menggiling dan menggilas

    makanan.

    d. Struktur lambungnya kompleks dengan empat ruangan yang berbeda,

    yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum.

    e. Ukuran panjang ususnya, dibanding hewan karnivora atau omnivore

  • f. yang ukuran tubuhnya sama, usus ruminansia jauh lebih panjang.

    g. Pada ususnya hidup koloni bakteri yang merupakan simbiosis

    mutualisme dengan ruminansia.

    Menurut Suwarno (2019: 107), kelainan atau penyakit pada sistem

    pencernaan makanan

    a. Gangguan pada Mulut

    a) Parotis atau gondong, yaitu infeksi pada kelenjar parotis.

    b) Xerostomia, yaitu produksi air liur yang amat sedikit.

    b. Gangguan pada Lambung

    a) Gastritis: radang akut pada dinding lambung karena makanan yang

    kotor.

    b) Kolik: salah cerna akibat makanan yang masuk terlalu banyak.

    c. Gangguan pada Usus

    a) Diare: injeksi kuman pada kolon yang mengakibatkan feses terlalu

    cepat keluar.

    b) Sembelit: keadaan sulit buang air besar akibat penyerapan air khim

    pada ileum berlebihan.

    c) Apendisitis: keadaan apendiks yang meradang.

    d) Hemoroid: keadaan membengkaknya vena pada anus

    Menurut Suwarno (2019: 107), Gangguan pada alat pencernaan

    bisa pula akibat keracunan makanan. Keracunan ini umumnya disebabkan

    oleh bakteri, seperti Salmonella yang dapat menyebabkan penyakit tifus

    dan Clostridium yang dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian.

  • Bakteri Clostridium umumnya terdapat pada makanan kaleng yang

    kadaluwarsa.

    B. Penelitian yang Relevan

    Kedudukan penelitian yang akan peneliti lakukan merupakan

    pengembangan dari hasil riset sebelumnya. Untuk menghindari adanya

    temuan-temuan yang sama, penulis memberikan beberapa contoh penelitian

    yang berkaitan dengan model pembelajaran kooperatiftipe talking chips

    dengan snowball throwing.

    1. Haeruddin Karmila (2017) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa

    terdapat perbedaan yang signifikansi antara hasil belajar siswa yang

    menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking chips dengan

    hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

    snowball throwing, dimana nilai rata-rata kelompok yang diberi perlakuan

    model pembelajaran kooperatif tipe talking chips lebih tinggi

    dibandingkan dengan kelompok yang diberi perlakuan dengan model

    pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing.

    2. Amirta Acep (2010) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa

    pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik

    talking chips memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar.

    3. Sari Gusliana (2017) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terjadi

    peningkatan pada materi asam basa setelah model pembelajaran talking

    chips.

    4. Hanum, dkk (2015) dalam peelitiannya menyimpulkan bahwa model

    pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat meningkatkan hasil

  • belajar peserta didik di SMAN 1 Karangtengah Demak. Hal ini

    ditunjukkan hasil belajar (pengetahuan) kelas eksperimen lebih baik

    dibanding kelas kontrol. Hasil belajar (keterampilan dan sikap) kelas

    eksperimen lebih baik dibanding kelas kontrol meskipun tidak berbeda

    secara signifikan.

    Kedudukan penelitian yang peneliti lakukan merupakan

    pengembangan dari riset yang sebelumnya, tentang model pembelajaran

    kooperatif tipe talking chips dan snowball throwing. Oleh karena itu, kajian

    penelitian yang relevan dijadikan bahan rujukan untuk melakukan penelitian

    yang lebih baik. Salah satu contoh skripsi tersebut berbeda dengan penelitian

    yang akan peneliti lakukan dengan judul “Perbandingan Model Pembelajaran

    Talking Chips dan Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada

    Materi Sistem Pencernaan Kelas XI MIA SMA Datuk Ribandang Makassar”

    C. Kerangka Pikir

    SMA Datuk Ribandang Makassar merupakan salah satu sekolah yang

    terletak di Kota Makassar. Permasalahan proses belajar mengajar yang

    terdapat di kelas XI MIA di SMA Datuk Ribandang Makassar mengakibatkan

    penurunan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran biologi, ada

    beberapa faktor yang mengakibatkan penurunan hasil belajar siswa, salah

    satunya yaitu aktivitas belajar yang rendah, kurangnya kreatifitas guru dalam

    mengelolah kelas pada proses pembelajaran sehingga mengakibatkan

    rendahnya hasil belajar siswa.

    Adapun model pembelajaran yang dianggap mampu meningkatkan

    hasil belajar siswa yaitu model pembelajaran kooperatif tipe talking chips

  • (kancing gemerincing) dan model pembelajaran kooperatif tipe snowball

    throwing, kedua model pembelajaran tersebut merupakan model pembelajaran

    yang dilakukan berkelompok agar siswa bisa aktif dalam proses belajar

    pembelajaran, siswa termotivasi untuk bersemangat dalam belajar, sehingga

    meningksatkan hasil belajar siswa.

    Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir

    D. Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis

    penelitian yang di ajukan dalam penelitian ini, yaitu: ada perbedaan model

    pembelajaran talking chips dan snowball throwing terhadap hasil belajar siswa

    Proses belajar mengajar di

    SMA Datuk Ribandang Makassar

    Model pembelajaran yang digunakan untuk

    meningkatkan hasil belajar siswa

    1. Aktivitas belajar yang rendah

    2. Kurangnya kreatifitas guru dalam mengelolah kelas

    3. Rendahnya hasil belajar siswa

    Model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips

    dengan Snowball Throwing

    1. Siswa bisa aktif dalam proses belajar pembelajaran

    2. Siswa termotivasi untuk bersemangat dalam belajar

    3. Meningkatkan hasil belajar

    Hasil belajar siswa mencapai KKM

  • pada materi sistem pencernaan kelas XI MIA SMA Datuk Ribandang

    Makassar.

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Rancangan Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu Quasy

    Experimental Design (eksperimental semu).

    2. Desain Penelitian

    Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    Posttest Only Control Penelitian ini menggunakan dua kelompok

    eksperimen yaitu kelompok A yang diukur dengan menggunakan model

    pembelajaran kooperatif tipe talking chips dan kelompok B yang diukur

    dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball

    throwing.

    Tabel 3.1 Desain Penelitian

    Kelompok Perlakuan Posttest

    A X1 O1

    B X2 O2

    (Sumber: Sugiyono, 2015:116)

    Keterangan :

    A = Kelompok Eksperimen Talking Chips

    B = Kelompok Eksperimen Snowball Throwing

    X1 = Perlakuan modelTalking Chips

    X2 = Perlakuan model Snowball Throwing

    O1 = Posttest Talking Chips

    O2 = Posttest Snowball Throwing

  • B. Waktu dan Tempat

    Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 November 2019 sampai 2

    Desember 2019, di SMA Datuk Ribandang Makassar.Sekolah ini terletak di

    Jl Gatot Subroto IV Kecamatan Tallo Kota Makassar Provinsi Sulawesi

    Selatan.

    C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi Penelitian

    Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Datuk

    Ribandang Makassar Tahun Ajaran 2019/2020 yang terdiri dari 3 rombel

    XI dengan jumlah siswa 108 orang.

    Tabel 3.2 PopulasiPenelitian

    Kelas Jumlah Siswa

    XI MIA1 36 siswa

    XI MIA2 36 siswa

    XI MIA3 36 siswa

    Jumlah Populasi 108 siswa

    (Sumber: Tata Usaha SMA Datuk Ribandang Makassar, 2019)

    2. Sampel Penelitian

    Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah pengambilan

    secara random sampling. Random sampling yaitu pengambilan unit

    sampel secara acak. Maka diperoleh 2 kelas yang terbentuk berupa kelas

    Eksperimen I dan kelas Eksperimen II.

  • Tabel 3.3 Sampel Siswa

    No Kelompok Kelas Jumlah Siswa

    1 Eksperimen I: XI MIA 1 36

    2 Eksperimen II: XI MIA 2 36

    Jumlah 72

    (Sumber: SMA Datuk Ribandang Makassar, 2019)

    D. Prosedur Penelitian

    Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data

    penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Tahap Observasi

    a. Bertemu dengan kepala sekolah untuk meminta izin melakukan

    wawancara terhadap guru mata pelajaran biologi.

    b. Wawancara guru mata pelajaran biologi.

    2. Tahap Persiapan

    a. Mengurus surat izin penelitian di dekan FKIP yang ditujukan kepada

    kantor DIKNAS Makassar dan kepala sekolah SMA Datuk Ribandang

    Makassar.

    b. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti RPP dan silabus serta

    instrumen penelitian lainnya.

    c. menentukan jadwal penelitian dan mengkondisikan kelas serta materi

    pembelajaran.

    3. Tahap Pelaksanaan

    Setelah tahap persiapan dilakukan maka tahapan selanjutnya yaitu

    pelaksanaan penelitian, dengan kegiatan sebagai berikut :

  • a. Melakukan proses belajar mengajar selama 3 kali pertemuan dengan

    menggunakan model pembelajaran Talking Chips yaitu model

    pembelajaran menggunakan kartu berbicara pada kelas XI MIA 1.

    b. Melakukan proses belajar mengajar selama 3 kali pertemuan dengan

    menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing yaitu model

    pembelajaran yang menggunakan bola salju yang berisikan pertanyaan

    pada kelas XI MIA 2.

    Adapun Sintak atau fase-fase model pembelajaran Talking Chips

    dan Snowball Throwing sebagai berikut:

    Tabel 3.4 Sintak Model Pembelajaran Talking Chips

    Fase Tingkah Laku Guru Tingkah Laku Siswa

    Fase 1

    Menyampaikan tujuan

    dan memotifasi siswa

    - Menyampaikan

    tujuan (atau

    indikator hasil

    belajar),guru

    memotivasi siswa,

    guru mengaitkan

    pelajaran sekarang

    dengan yang

    terdahulu.

    - Siswa mencatat

    tujuan

    pembelajaran yang

    disampaikan

    Fase 2

    Menyajikan informasi

    - Guru

    menyajikaninformas

    i kepada siswa

    dengan jalan

    demonstrasi atau

    lewat bacaan.

    - Siswa

    mendengarkan

    informasi tentang

    materi

    pembelajaaran

    Fase 3

    Mengorganisasikan

    siswa ke dalam

    kelompok-kelompok

    belajar

    - Guru menjelaskan

    kepada siswa cara

    membentuk

    kelompok belajar,

    guru

    mengorganisasikan

    siswa ke dalam

    kelompok-kelompok

    belajar (setiap

    - Siswa membentuk

    kelompok-

    kelompok belajar.

  • kelompok

    beranggotakan 4-6

    orang dan harus

    heterogen)terutama

    jenis kelamin dan

    kemampuan siswa,

    dan setiap anggota

    diberi tanggung

    jawab untuk

    mepelajari atau

    mengerjakan tugas)

    - Guru menjelaskan

    tentang penggunaan

    media kancing

    sebagai salah satu

    tiket untuk

    berpendapat di

    dalam kelompoknya

    masing-masing

    - Siswa

    mendengarkan

    informasi tentang

    prosedur

    pelaksanaan

    pembelajaran

    Fase 4

    Membimbing

    kelompok bekerja dan

    belajar

    - Guru membimbing

    kelompok-

    kelompok belajar

    pada saat siswa

    mengerjakan tugas

    - Siswa mengerjakan

    tugas yang

    diberikan guru.

    Fase 5

    Evaluasi

    - Guru mengevaluasi

    hasil belajar tentang

    materi yang telah

    dipelajari atau

    meminta siswa

    mempresentasikan

    hasil kerjanya,

    kemudian

    dilanjutkan dengan

    diskusi.

    - Perwakilan

    kelompok

    membacakan

    jawaban yang telah

    didiskusikan.

    Fase 6

    Memberi

    penilaian/penghargaan

    - Guru memberikan

    penghargaan kepada

    siswa yang

    berprestasi untuk

    menghargai upaya

    - Siswa

    mendapatkan nilai

    dari hasil kerja

    kelompok.

  • dan hasil belajar

    siswa baik secara

    individu maupun

    kelompok.

    (Sumber: Warsono, 2013:235-236)

    Tabel 3.5 Sintak Model Pembelajaran Snowball Throwing

    Fase Tingkah Laku Guru Tingkah Laku Siswa

    Fase 1

    Menyampaikan tujuan

    dan memotifasi siswa

    - Menyampaikan

    seluruh tujuan dalam

    pembelajaran dan

    memotivasi siswa

    - Siswa mencatat

    tujuan

    pembelajaran yang

    disampaikan

    Fase 2

    Menyajikan informasi

    - Menyajikan

    informasi tentang

    materi pembelajaran

    siswa

    - Siswa

    mendengarkan

    informasi tentang

    materi

    pembelajaaran

    Fase 3

    Mengorganisasikan

    siswa ke dalam

    kelompok-kelompok

    belajar

    - Memberikan

    informasi kepada

    siswa tentang

    prosedur

    - Siswa

    mendengarkan

    informasi tentang

    prosedur

    pelaksanaan

    pembelajaran

    snowball throwing

    - Membagi siswa ke

    dalam kelompok-

    kelompok belajar

    yang terdiri dari 7

    orang siswa.

    - Siswa membentuk

    kelompok-

    kelompok belajar

    Fase 4

    Membimbing

    kelompok bekerja dan

    belajar

    - Memanggil ketua

    kelompok dan

    menjelaskan materi

    serta pembagian

    tugas kelompok.

    - Masing-masing

    ketua kelompok

    maju ke depan dan

    mendengarkan

    penjelasan materi

    dari guru serta

    pembagian tugas

    kelompok.

    - Meminta ketua

    kelompok kembali

    - Ketua kelompok

    kembali ke

  • ke kelompok

    masing-masing

    untuk

    mendiskusikan tugas

    yang diberikan guru

    dengan anggota

    kelompok.

    kelompoknya

    untuk

    mendiskusikan

    tugas yang

    diberikan oleh

    guru.

    - Memberikan

    selembar kertas

    kepada setiap

    kelompok dan

    meminta kelompok

    tersebut menulis

    pertanyaan sesuai

    dengan materi yang

    dijelaskan guru.

    - Setiap kelompok

    mendapatkan

    selembar kertas dan

    menulis pertanyaan

    sesuai materi yang

    dijelaskan.

    - Meminta setiap

    kelompok untuk

    menggulung dan

    melemparkan

    pertanyaan yang

    telas ditulis pada

    kertas kepada

    kelompok lain.

    - Setiap kelompok

    mendapatkan

    gulungan

    pertanyaan yang

    telah ditulis dari

    kelompok lain.

    - Meminta setiap

    kelomppok

    menuliskan jawaban

    atas pertanyaan yang

    didapatkan dari

    kelompok lain pada

    kertas tersebut.

    - Setiap kelompok

    menulis jawaban

    dari pertanyaan

    yang di dapatkan.

    Fase 5

    Evaluasi

    - Guru meminta setiap

    kelompok untuk

    membacakan

    jawaban atas

    pertanyaan yang

    diterima dari

    kelompok lain.

    - Perwakilan

    kelompok

    membacakan

    jawaban yang telah

    didiskusikan.

    Fase 6

    Memberi

    - Memberikan

    penilaian terhadap

    hasil kerja

    kelompok.

    - Siswa

    mendapatkan nilai

    dari hasil kerja

  • penilaian/penghargaan

    kelompok.

    (Sumber: Shoimin, 2017: 175-176)

    4. Tahap Evaluasi

    memberikan posttest pada dua kelas eksperimen dengan soal dan

    alokasi waktu yang sama, dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan

    ranah kognitif setelah diberikan perlakuan.

    E. Definisi Operasional Variabel

    Penafsiran variabel yang akan diteliti, maka perlu adanya batasan atau

    definisi operasional tentang variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini

    terdapat 2 variabel bebas, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe talking

    chipsdan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing, variabel

    terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar.

    Definisi operasional variabel dalam penelitian ini dapat diuraikan

    sebagai berikut:

    1. Dalam penelitian terdapat 2 variabel bebas, yaitu penggunaan model

    pembelajaran talking chips dalam proses belajar mengajar dan snowball

    throwing dalam proses belajar mengajar. Talking chips merupakan kartu

    berbicara yang akan digunakan siswa untuk mengeluarkan pendapat atau

    sanggahan sehingga semua siswa lebih aktif dalam proses belajar

    mengajar. Sedangkan snowball throwing merupakan melempar bola salju

    yang bertujuan untuk memancing siswa membuat soal sekaligus menguji

    daya serap materi yang disampaikan dalam proses belajar mengajar..

  • 2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa materi

    sistem pencernaan. Berhasil tidaknya pencapaian hasil belajar siswa

    tergantung dari proses belajar yang di alami oleh siswa. Hasil belajar yang

    diamati pada penelitian ini difokuskan pada ranah kognitif peserta didik

    kelas XI. Terdapat enam jenis ranah kognitif yang dimaksud mulai dari

    pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evalusasi.

    F. Instrument Penelitian

    Instrumen yang digunakan untuk mengukur melalui hasil belajar siswa

    materi sistem pencernaan pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II

    yaitu dengan jenis tes posttest. Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah

    tes pilihan ganda untuk megukur kemampuan kognitif siswa dengan jumlah

    soal sebanyak 30 soal. Tes yang diberikan mengukur ranah kognitif yang

    meliputi C1 (ingatan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4 (analisis).

    Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    1. Perangkat Pembelajaran

    a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

    Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat berdasarkan

    panduan Kurikulum 2013. RPP yang dibuat menggunakan model

    pembelajaran kooperatif dan telah melalui proses validasi yang

    dilakukan oleh tim validator, instrument validasi RPP terdiri dari 28

    indikator penilaian dan terdiri dari 4 skala penilaian yaitu skla

    penilaian 1,2,3, dan 4. Untuk validator satu memberikan skor sebesar 4

    dari 28 indikator pnilaian, kemudian validator kedua memberikan skor

  • sebesar 3,75 dari 28 indikator. Berdasarkan skor yang telah diberikan

    dari kedua tim validator dapat dikatakan bahwa RPP yang dibuat layak

    diterapkan dan digunakan pada proses pembelajaran, selengkapnya

    dapat dilihat (Lampiran B).

    2. Tes

    Pada penelitian ini, tes yang digunakan untuk mengukur hasil

    belajar siswa pada materi sistem pencernaan kelas eksperimen I dan kelas

    eksperimen II yaitu dengan jenis tes postest. Tes yang akan digunakan

    oleh peneliti di sini berisikan tes hasil belajar siswa. Bentuk tesnya adalah

    tes tertulis berupa 30 soal pilihan ganda.yang dilakukan untuk mengetahui

    pemahaman siswa terhadap materi. Sebelum menggunakan soal tes

    tersebut peneliti terlebih dahulu melakukan proses validasi pada tim

    validator dimana instrument validasi tes hasil belajar terdiri dari 12

    indikator dan 4 skala penilaian yaitu skala penilaian 1,2,3, dan 4. Untuk

    validator satu memberikan skor sebesar 3,92 dari 12 indikator pnilaian,

    kemudian validator kedua memberikan skor sebesar 3,58 dari 12 indikator

    (Lampiran B).

    3. Observasi

    Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan

    observasi di sekolah untuk mengetahui perbandingan sebelum dan sesudah

    melakukan penelitian, mengetahui kondisi atau keadaan didalam kelas

    serta kendala yang ada didalam kelas. Lembar observasi yang diterapkan

    pada saat siswa telah melalui proses validasi yang dilakukan oleh tim

    validator. Pada instrument observasi siswa terdiri 11 indikator penilaian

  • dengan 4 skala penilaian yaitu skala penilaian 1,2,3, dan 4. Adapun skor

    yang diberikan oleh kedua tim validator sebesar 4 dari 11 indikator

    penilaian (Lampiran B).

    G. Teknik Pengumpulan Data

    Terdapat beberapa teknik mengumpulkan data dalam penelitian ini,

    yaitu:

    1. Observasi

    Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati secara

    langsung objek penelitian.

    2. Tes

    Tes merupkan cara yang ditempuh untuk mengetahui kemampuan

    siswa. Data dikumpulkan melalui pemberian tes yang disediakan dan

    diberikan kepada siswa sebanyak 30 soal posttest.

    3. Dokumentasi

    Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh

    data-data siswa menjadi sampel penelitian, dimana dokumentasi dalam

    bentuk buku nilai siswa, buku absen, jumlah siswa, foto-foto.

    H. Teknik Analisis Data

    Analisis data merupakan seluruh kegiatan setelah seluruh data dari

    seluruh responden terkumpul pada penelitian kuantitatif.Teknik analisis data

    yang diperoleh bertujuan untuk menguji hipotesis dan menjawab rumusan

    masalah.Pengolahan data hasil penelitian yang digunakan yaitu :

    1. Analisis statistik deskriptif

  • Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan menggunakan

    bantuan SPSS versi 25.0. Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk

    mengetahui nilai rata-rata hasil belajar siswa, interval kelas, standar

    deviasi ,nilai maksimum dan nilai minimum.

    Untuk mengelompokkan tingkat hasil belajar yang diperoleh siswa,

    menggunakan pedoman yang telah ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan

    dan Kebudayaan tahun 2017 yaitu sebagai berikut:

    Tabel 3.7 Tingkat Penguasan Materi

    Nilai Hasil Belajar Kategori

    93-100 Sangat baik

    84-92 Baik

    75-83 Cukup

    0-74 Kurang

    (Sumber: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017)

    Kriteria keberhasilan siswa dikatakan tuntas belajar jika

    memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70. Dapat dilihat pada

    tabel berikut:

    Tabel 3.8 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Nilai Hasil Belajar Kategori

    < 70 Tidak tuntas

    ≥ 70 Tuntas

    (Sumber: SMA Datuk Ribandang Makassar, 2019)

    Tabel 3.9 Kriteria Interprestasi Aktivitas Belajar Siswa

    Rentang Skor Kriteria

    81% - 100% Sangat Aktif

  • 61% - 80% Aktif

    41% - 60% Cukup Aktif

    21% - 40% Kurang Aktif

    0% - 20% Tidak Aktif

    (Sumber: Masyhud, 2018)

    2. Analisis Statistik Inferensial

    Statistik inferensial adalah analisis data yang digunakan untuk

    menentukan sejauh mana kesamaan antara hasil yang diperoleh dari suatu

    sampel dengan hasil yang akan didapat pada populasi secara keseluruhan.

    a. Uji Normalitas

    Uji Normalitas yang digunakan untuk mengetahui distribusi

    normal atau tidak. Cara yang digunakan untuk menguji normalitas data

    pada penelitian ini dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov.

    pada program statistik SPSS versi 25.0. Adapun analisis program SPSS

    memiliki taraf sig α = 0,05 yaitu jika nilai analisis data uji normalitas ˃

    α maka data tersebut dapat dikatakan normal sedangkan jika nilai

    analisis data uji normalitas ˂ α maka data tersebut dikatakan tidak

    normal.

    b. Uji Homogenitas

    Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang

    diperoleh homogen atau tidak.Uji homogenitas disebut juga dengan uji

    kesamaan varians. Untuk mengetahui homogenitas data peneliti

    menggunakan uji Homogenity of Variancetest pada One-way Anova

    program statistik SPSS versi 25.0. Adapun analisis program SPSS

  • memiliki taraf sig α = 0,05 yaitu jika nilai analisis data uji homogenitas

    ˃ α maka data tersebut dapat dikatakan homogen sedangkan jika nilai

    analisis data uji homogenitas ˂ α maka data tersebut dikatakan tidak

    homogen.

    c. Uji Hipotesis

    Untuk mengetahui uji hipotesis data peneliti menggunakan uji

    Independent sample t-test pada program statistik SPSS versi 25.0.

    Adapun analisis program SPSS memiliki taraf sig α = 0,05 yaitu jika

    nilai analisis data uji hipotesis dimana ˃ α maka data tersebut dapat

    dikatakan tidak ada perbedaan dua model pembelajaran tersebut

    sedangkan jika nilai analisis data uji homogenitas ˂ α maka data

    tersebut dikatakan terdapat perbedaan du