105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

86
i PENGARUH ETIKA PROFESI HAKIM PENGADILAN AGAMA DALAM MENEGAKKAN NILAI KEADILAN (STUDI OBJEK PENGADILAN AGAMA KOTA MAKASSAR) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Hukum Ekonomi Syariah (S.H) Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar ANDI SUHUFI NIM : 105251107616 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAM ISLAM UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H / 2019 M

Upload: others

Post on 30-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

i

PENGARUH ETIKA PROFESI HAKIM PENGADILAN AGAMA DALAMMENEGAKKAN NILAI KEADILAN (STUDI OBJEK PENGADILAN

AGAMA KOTA MAKASSAR)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh GelarSarjana Hukum Ekonomi Syariah (S.H) Pada Program Studi

Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama IslamUniversitas Muhammadiyah Makassar

ANDI SUHUFINIM : 105251107616

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAHFAKULTAS AGAM ISLAM

UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR1441 H / 2019 M

Page 2: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

ii

PENGARUH ETIKA PROFESI HAKIM PENGADILAN AGAMA DALAMMENEGAKKAN NILAI KEADILAN (STUDI OBJEK PENGADILAN

AGAMA KOTA MAKASSAR)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh GelarSarjana Hukum Ekonomi Syariah (S.H) Pada Program Studi

Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama IslamUniversitas Muhammadiyah Makassar

ANDI SUHUFINIM : 105251107616

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAHFAKULTAS AGAM ISLAM

UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR1441 H / 2019 M

Page 3: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id
Page 4: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id
Page 5: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id
Page 6: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id
Page 7: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

vii

ABSTRAK

Andi Suhufi. 105 251 1076 16. 2020. Pengaruh Etika Profesi Hakim PengadilanAgama Dalam Menegakkan Nilai Keadilan (Studi Objek Pengadilan Agama KotaMakassar). Dibimbing oleh bapak H. Muchlis Mappangaja, MP danHasanuddin.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan diPengadilan Agama Kelas 1A, jalan Perintis Kemerdekaan Km.14 Daya Makassaryang berlangsung selama 2 bulan yakni mulai 14 Maret 2020 –14 Mei2020.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh etika hakim pengadilanagama dalam menegakkan nilai keadilan serta mengetahui landasan hukum Islamdalam mengatur etika profesi hakim.

Dalam penelitian ini terdiri dari 3 variabel Etika Profesi Hakim,Pengadilan Agama dan Keadilan. Dengan total sampel dalam penelitian ini adalah60 orang pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyebar kuesioner atauangket dan wawancara. Selanjutnya data yang diperoleh tersebut diolah denganmenggunakan metode Smart PLS 2.0M3 Partial Least Square (PLS). Hasilpenelitian membuktikan bahwa variabel etika profesi hakim memiliki pengaruhyang sangat signifikan karena nilai thitung lebih besar dari ttabel terhadap variabelcash dan variabel grab berpengaruh signifikan positif dengan nilai thitung lebihkecil dari ttabel terhadap variabel Hukum Ekonomi Syariah.

Kata Kunci : Etika Profesi Hakim, Pengadilan Agama dan Keadilan.

Page 8: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, puji dan syukur senantiasa teriring do’a

dalam setiap hela nafas atas kehadirat Allah SWT. Tuhan yang senatiasa

melindungi hambanya dan segala Nikmat dan Rahmat-Nya yang diberikan

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik. Salawat

serta salam tercurah kepada baginda Rasulullah SAW. Para sahabat, dan

keluarganya serta ummat yang senantiasa istiqomah dijalan-Nya.

Tiada pencapaian yang sempurna dalam setiap langkah, karena rintangan

tak akan meninggalkan harapan dan cita-cita agung. Segalanya penulis lalui

dengan kesungguhan dan keyakinan untuk terus melangkah, akhirnya sampai

dititik akhir penyelesaian Skirpsi ini. Namun semua tidak lepas dari uluran

tangan berbagai pihak lewat dukungan, arahan, bimbingan, serta bantuan moril

dan materil.

Dan untuk kedua orang tua tercinta dan keluarga, yaitu Kr. Salahuddin

dan Saturia serta kakak Mursalim yang senantiasa mendo’akan, memberi

dukungan moril maupun materil selama menempuh pendidikan. Untukmu kedua

sosok yang luar biasa dalam hidupku, terimalah persembahan kecilku dari

pengorbanan besarmu, iringilah anakmu ini dengan do’a dalam setiap sujudmu.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga, peneliti hanturkan kepada:

1. Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE., MM. Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar;

2. Bapak Dr. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, Dekan Fakultas Agama Islam;

Page 9: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

viii

3. Bapak Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP. Ketua Prodi Hukum Ekonomi

Syariah dan bapak Hasanuddin, SE. Sy., Sekretaris Prodi Hukum Ekonomi

Syariah yang senantiasa memberikan arahan-arahan selama menempuh

pendidikan.

4. Bapak Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP (Pembimbing I) Bapak

Hasanuddin, SE. Sy., (Pembimbing II) yang memberikan bimbingan, nasehat

serta waktunya dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu para dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Makassar yang senantiasa membimbing penulis selama menempuh

pendidikan di Hukum Ekonomi Syariah.;

6. Keluarga Besar Himpunan Pelajar Mahasiswa Bantaeng (HPMB) yang

senantiasa memberi motivasi dan membangun karakter dan pola pikir sebagai

landasan dalam hidup ini.

7. Orang yang selalu setia mendampingi dan memberikan semangat serta

dorongan Mulya Ramadana yang menjadi semangat dan inspirasi dalam

menyelesaikan skripsi ini.

8. Dan terakhir penulis ucapkan terima kasih atas segala dao’a dan

dukungannya kepada keluarga besar, teman-teman Hukum Ekonomi Syariah

angkatan 2016 khusunya kelas C, serta mereka yang tidak sempat

disebutkan namanya satu-persatu.

Makassar, 1 Juli 2020

Penulis,ANDI SUHUFI

Page 10: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................................i

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................ii

PENGESAHAN SKRIPSI...........................................................................................iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH .........................................................................iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................................v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .....................................................vi

ABSTRAK ...................................................................................................................vii

KATA PENGANTAR .................................................................................................viii

DAFTAR ISI ................................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................1

A. Latar Belakang .................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................5

C. Tujuan Penelitian .............................................................................................6

D. Manfaat Penelitian ...........................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................7

A. Tinjauan Umum Peranan Hakim .....................................................................7

1. Pengertian Hakim ........................................................................................7

2. Dasar dan Syarat Pengangkatan Hakim .......................................................8

3. Tugas, Fungsi, dan Tanggung Jawab Hakim ................................................11

B. Kode Etik Profesi Hakim Dalam Islam ............................................................12

1. Pengertian Etika Islam .................................................................................12

2. Landasan Etika Profesi Dalam Islam ...........................................................13

3. Sistem Etika Islam Dalam Penegakan Hukum..............................................15

Page 11: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

xi

C. Peranan Etika Profesi Hakim Dalam Menegakkan Keadilan ............................15

D. Hipotesis............................................................................................................19

E. Kerangka Pikir ...................................................................................................20

F. Kerangka Konseptual ......................................................................................21

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................22

A. Jenis Penelitian .......................................................................................22

B. Objek Lokasi dan Penelitian ..................................................................22

C. Variabel Penelitian..................................................................................22

D. Definisi Operasional Variabel.................................................................23

E. Populasi dan Sampel ...............................................................................23

F. Instrumen Penelitian ...............................................................................24

G. Tekhnik Pengumpulan Data ...................................................................25

H. Tekhnik Analisis Data ............................................................................27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...............................29

A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar ...................29

B. Pengaruh Etika Hakim Dalam Menegakkan Keadilan di Pengadilan

Agama Makassar ....................................................................................47

C. Landasan Hukum Islam dalam Mengatur Etika Profesi Hakim di

Pengadilan Agama Makassar ..................................................................52

D. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................54

BAB V PENUTUP.............................................................................................66

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................68

RIWAYAT HIDUP...........................................................................................70

LAMPIRAN ......................................................................................................71

Page 12: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

xi

Page 13: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

21

F. KERANGKA KONSEPTUAL

Etika ProfesiHakim ( )

PengadilanAgama ( )

Keadilan (γ)

Perilaku Ketaatan Hukum dan Budaya

ProfesiMediaUU

Jabatan

Nurani

Harta

1

2

3

Page 14: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peradilan Agama merupakan lingkungan peradilan dibawah Mahkamah

Agung sebagai pelaku kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.

Eksistensi peradilan agama telah menjadikan ummat Islam Indonesia terlayani

dalam penyelesaian masalah perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, wakaf dan

sadaqah. Peradilan agama hendak menegakkan subtansi nilai-nilai hukum yang

mewarnai kehidupan ummat Islam.

Pengadilan, sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman, adalah salah satu

unsur penting dalam sebuah negara yang berdasarkan hukum (rechtsstaat).

Hanya pengadilan yang memenuhi kriteria mandiri (independen), netral (tidak

berpihak), dan kompeten yang dapat menjamin pemenuhan hak asasi manusia.

Oleh karena itu, posisi hakim sebagai aktor utama lembaga peradilan menjadi

amat vital, terlebih lagi mengingat segala kewenangan yang dimilikinya.

Hakim sebagai salah satu aparat penegak hukum (Legal Aparatus) yang

sudah memiliki kode etik sebagai standar moral atau kaedah seperangkat

hukum formal. Namun realitanya para kalangan profesi hukum belum

menghayati dan melaksanakan kode etik profesi dalam melaksanakan

profesinya sehari-hari, terlihat dengan banyaknya yang mengabaikan kode etik

profesi, sehingga profesi ini tidak lepas mendapat penilaian negatif dari

masyarakat.

Page 15: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

2

Nilai keadilan juga tercermin dari kewajiban hakim untuk

menyelenggarakan peradilan secara sederhana, cepat, dan biaya ringan, agar

keadilan tersebut dapat dijangkau semua orang. Dalam mengadili, hakim juga

tidak boleh membeda-bedakan orang dan wajib menghormati asas praduga tak

bersalah. Kewajiban menegakkan keadilan ini tidak hanya

dipertanggungjawabkan secara horizontal kepada sesama manusia, tetapi juga

secara vertikal kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Intervensi kekuasaan eksekutif terhadap kekuasaan kehakiman yang

telah menjadi aktor pemaksa hakim mengkhianati profesi, sebagaimana

diungkapkan di atas, kekuasaan kehakiman di dalam menjalankan tugas

yudisialnya masih dijangkiti oleh penyakit akut, yaitu merajalelanya korupsi

peradilan (judicial coruption).1

Dari peranannya yang sangat penting dan sebagai profesi terhormat

(Offilium nobile), atas kepribadiannya yang dimiliki. Hakim mempunyai tugas

sebagaimana dalam undang-undang pokok kekuasaan kehakiman adalah

Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai yang hidup dalam

masyarakat.2

Kode etik sendiri merupakan penjabaran tingkah laku atau aturan hakim

baik di dalam menjalankan tugas profesinya untuk mewujudkan keadilan dan

kebenaran maupun pergaulan dalam masyarakaat, yang harus dapat

memberikan contoh dan suri tauladan dalam kepatuhan dan ketaatan kepada

1 Muhammad Nuh, Etika Profesi Hukum (Cet. 1, Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 157.2 Sekretariat Negara, Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, bab IV

pasal 28 ayat 1.

Page 16: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

3

hukum. Melalui kode etik ini, para profesional hukum diharapkan memiliki

beberapa kualitas diri yang menjadi acuan penilaian dan sikap moralnya dalam

melaksanakan profesinya.3

Islam pun menjelaskan bahwa hakim adalah seorang yang diberi

amanah untuk menegakkan keadilan dengan nama Tuhan atas sumpah yang

telah diucapkan, dalam pandangan Islam kalimat tauhid adalah amalan yang

harus diwujudkan dalam bentuk satu kata dan satu perbuatan dengan niat lillahi

ta'alla.4 Sehingga pada setiap putusannya benar-benar mengandung keadilan

dan kebenaran.

Allah berfirman dalam QS An-Nisa/4: 58.

۞ بین تم م ك ا ح إذ أھلھا و انات إلى م وا الأ د تؤ أن م ك ر یأم الله إن

الله إن ل د وا بالع كم تح ا الناس أن یع م س ان ك الله بھ إن م ظك ا یع م نع

یر ◌ بص

Terjemahnya:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yangberhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allahmemberi pengajaran yang sebaik -baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allahadalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.5

Kode etik profesi hakim bukanlah merupakan sesuatu yang datang dari

luar tetapi terwujud justru berasal dan diciptakan oleh anggota profesi sendiri,

sehingga merupakan pengaturan sendiri (self regulation). Karena kalau di

3 Nuh, Etika Profesi Hukum (Cet. 1, Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 149.4 Bismar Siregar, Hukum Hakim Dan Keadilan Tuhan, (Cet. 1, Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 18.5 Kementerian Agama RI, Al-Qur,an Dan Terjemahnya (Jakarta: Samad, 2014), h. 87.

Page 17: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

4

ciptakan dari luar instansi atau pemerintah, maka tidak akan dijiwai oleh nilai-

nilai yang hidup di kalangan profesi.6

Kode etik merupakan kesesuaian sikap yang harus dijunjung tinggi oleh

hakim dengan jiwa-jiwa pancasila. Padahal untuk menegakkan supremasi

hukum adalah menegakkan etika, profesionalisme serta disiplin.

Meskipun demikian kode etik profesi hakim sebagai standar moral

belum memberikan dampak yang positif, sehingga kode etik yang sudah sekian

lama perlu dikaji kembali untuk disesuaikan dengan perubahan kondisi,

sebagaimana yang diungkapkan oleh Komisi Hukum Nasional (KHN) yang

menilai bahwa banyak para kalangan profesi hukum belum menghayati dan

melaksanakan kode etik profesi dalam melaksanakan profesinya sehari-hari.

Oleh karena itu perlu dibentuk standar kode etik profesi hukum yang akan

menjadi pedoman untuk prilaku profesi. Dan sebagai cara untuk memulihkan

kepercayaan terhadap lembaga peradilan khususnya hakim yang sedang kacau.

Bertahapnya di dalam tingkatan penjelasan pada keadilan dan nilai

keduniaan adanya kesetaraan ditingkat nasional ke daeah terhadap nilai

keadilan yang masih berpengaruh pada struktural yang masih berlaku di

Pengadilan Agama diantaranya:

a. Jenis Perkara

b. Keputusan

c. Keadilan

d. Regulasi

6 K.Bertens, Etika (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), h. 148.

Page 18: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

5

Munculnya wacana pemikiran tentang kode etik profesi hakim ini yang

akan menjadi penelitian yang dititik beratkan pada analisis nilai-nilai yang

terkandung dalam kode etik profesi hakim. Penelitian ini penyusun anggap

penting karena didorong oleh realitas profesi hakim yang mengabaikan nilai-

nilai moralitas. Dan untuk membangun kembali kepercayaan publik terhadap

lembaga peradilan sebagai benteng terakhir keadilan yang merupakan cita-cita

dan tujuan (Khususnya Profesi hakim).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba menganalisis

secara Hukum Islam bagaimana etika profesi hakim dalam hukum Islam

kemudian mengangkatnya dalam sebuah judul “Pengaruh Etika Profesi

Hakim Pengadilan Agama Dalam Menegakkan Nilai Keadilan (Studi Objek

Pengadilan Agama Kota Makassar)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka pokok

permasalahan dari karya tulis ini adalah bagaimana kode etik profesi hakim

dalam perspektif hukum Islam dan adapun sub masalahnya yaitu sebagai

berikut:

1. Apakah Variabel Pengadilan Agama berpengaruh terhadap Variabel Etika

Profesi Hakim ?

2. Apakah Variabel Etika Profesi Hakim berpengaruh terhadap Variabel

Keadilan ?

3. Apakah Variabel Pengadilan Agama berpengaruh terhadap Variabel

Keadilan ?

Page 19: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

6

C. Tujuan Penelitiaan

a. Untuk mengetahui pengaruh etika Hakim Pengadilan Agama dalam

menegakkan nilai keadilan.

b. Untuk mengetahui landasan hukum Islam dalam mengatur etika profesi

hakim.

D. Manfaat Penelitian

a. Kegunaan teoritis

Menambah khazanah ilmu pengetahuan bidang hukum tentang pengaruh

etika profesi hakim pada umumnya, dan ilmu keislaman pada khususnya

sebagai bahan studi awal untuk penelitian lebih lanjut.

b. Kegunaan praktis

Memberikan masukan bagi pengambil kebijakan khususnya hakim dalam

menjalankan tugasnya agar selalu taat pada kode etik profesinya sebagai

wakil Tuhan di muka bumi demi tegaknya keadilan.

Page 20: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Peranan Hakim

1. Pengertian Hakim

Hakim berasal dari kata –مكاح –مكحي مكح : sama artinya dengan qadi

yang berasal dari kata –ض اق – artinya memutus. Sedangkan

menurut bahasa adalah orang yang bijaksana atau orang yang memutuskan

perkara dan menetapkannya.7 Adapun pengertian menurut syara’ yaitu

orang yang diangkat oleh kepala negara untuk menjadi hakim dalam

menyelesaikan gugatan, perselisihan-perselisihan dalam bidang hukum

perdata oleh karena penguasa sendiri tidak dapat menyelesaikan tugas

peradilan.

Sedangkan dalam undang-undang kekuasaan kehakiman, hakim dan

hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai

hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Dengan demikian

hakim adalah sebagai pejabat Negara yang diangkat oleh kepala Negara

sebagai penegak hukum dan keadilan yang diharapkan dapat menyelesaikan

permasalahan yang telah diembannya menurut undang-undang yang

berlaku.

7 Muhammad Salam Madkur, Al-Qadha’ Fi al-Islam, terj. Imran AM, Peradilan dalam Islam(Surabaya: Bina Ilmu, 1979), h. 11.

Page 21: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

8

2. Dasar dan Syarat Pengangkatan Hakim

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

menegaskan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan

dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Ditegaskan pula bahwa

negara Indonesia adalah negara hukum. Konsekuensi dari ketentuan

yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 adalah segala

bentuk yang berkaitan dengan menjalankan tujuan negara Indonesia

harus berlandaskan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku

dan hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Oleh karena

itu, untuk mewujudkan tujuan negara sebagai negara hukum, maka

dalam mencapai sasarannya, perlu dibentuk sebuah lembaga peradilan

yang mempunyai tugas menegakkan hukum di bumi Nusantara ini.8

Hakim sebagai salah satu unsur peradilan yang dipandang penting

dalam menyelesaikan perkara yang diperselisihkan antara sesama, oleh

sebab itu harus didukung oleh pengetahuan dan kemampuan yang

professional dengan syarat-syarat yang umum dan khusus yang di

tentukan oleh oleh Mahkamah Agung atas kekuasaan kehakiman yang

diatur oleh undang-undang tersendiri, terkecuali Mahkamah Konstitusi

yang kekuasaan dan kewenangannya oleh Mahkamah Konstitusi.

b. Adapun syarat menjadi hakim secara umum adalah :

a) Warga Negara Indonesia

8 Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia (Cet. II; Jakarta: Sinar Grafika,2008), h.107.

Page 22: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

9

b) Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa

c) Setia Pada Pancasila dan Undang-undang

d) Bukan anggota organisasi terlarang

e) Pegawai Negeri

f) Sarjana hukum

g) Berumur serendah-rendahnya 25 tahunBerwibawa, jujur, adil dan

berkelakuan baik.9

Mengenai ketentuan khususnya terdapat pada masing-masing

lembaga peradilan. Peradilan Agama mensyaratkan hakim harus beragama

Islam dan sarjana syari'ah atau sarjana hukum yang mempunyai keahlian

dalam bidang hukum Islam.

Sedangkan dalam literatur Islam atau fiqih ada beberapa persyaratan

yang menjadi persamaan dan perbedaan, persamaannya hakim harus

berakal, Islam, adil, berpengetahuan baik dalam pokok hukum agama dan

cabang-cabangnya, sehat pendengaran, penglihatan dan ucapan dan merdeka

bukan hamba sahaya.10 Adapun perbedaannya adalah pada fiqih Islam

disyaratkan hakim laki-laki dan tidak boleh perempuan yang terjadi

khilafiyah diantara para ulama dari empat mazhab kecuali Abu Hanifah

membolehkan selain dalam urusan had dan qisas, karena kesaksian dalam

dua hal tersebut tidak dapat diterima.

9 Sekretariat Negara, Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum, bab Ipasal 14 ayat 1.

10 Sekretariat Negara, Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, babII pasal 13 ayat 1 dan pasal 14 ayat 1 butir a-c.

Page 23: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

10

Dalam Hadis disebutkan :

أة ر ام ھم ر ا أم لو م و قو یفلح لنArtinya :

“Tidak akan dapat kemenangan sesuatu kaum yang menguasakan urusanmereka kepada perempuan”. Riwayat Bukhari, Tirmidzi dan Nasai.11

Hadis di atas menerangkan bahwa perempuan dianggap belum

mampu membawa kemenangan atau kemajuan. Ini merupakan pendapat

lama karena melihat kondisi perempuan yang berbeda dengan masa

sekarang, sehingga sekarang ini wanita boleh menjadi hakim asalkan

mempunyai keahlian serta memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh

hukum positif dan hukum Islam.

Dengan berbagai macam syarat tersebut diharapkan hakim dapat

bermoral tinggi dan tidak boleh melakukan perbuatan tercela, melanggar

sumpah jabatan atau melanggar larangan seperti menjadi pengusaha atau

penasehat hukum, karena syarat tersebut termasuk dalam ajaran yang

menuntut moral dan tanggungjawab sebagai seorang hakim setelah

disumpah sesuai agamanya masing-masing.

Adapun lafal sumpah dan janjinya sebagai berikut :

Sumpah: “Demi Allah saya bersumpah bahwa saya akan memenuhi

kewajiban hakim dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang

teguh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan

menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya

11 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Cet. XXVII; Jakarta: Attahiriyah, 1976) h .458.

Page 24: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

11

menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,

serta berbakti kepada nusa dan bangsa.”

Janji: “Saya berjanji bahwa saya dengan sungguh-sungguh akan

memenuhi kewajiban hakim dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya,

memegang teguh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, dan menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan

selurus-lurusnya menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, serta berbakti kepada nusa dan bangsa.”12

Maka jika seorang hakim melanggar, dapat diberhentikan secara

tidak hormat oleh Presiden dengan terlebih dahulu diberi kesempatan untuk

membela diri.

3. Tugas, Fungsi Dan Tanggung Jawab Hakim

Profesi hakim adalah suatu kemuliaan atau sesuatu officium mobile

(pedoman Mahkamah Agung mengutamakan lambang kartika, cakra,

candra, sari, dan tirta). Semuanya bertujuan melambangkan adanya

kewajiban pada hakim untuk berperilaku terhormat (honorable), murah hati

(generous), dan bertanggung jawab (responsible). Hal itu berarti bahwa

seorang hakim tidak saja harus berperilaku jujur dan bermoral tinggi, tetapi

harus pula mendapat kepercayaan publik, bahwa dia akan selalu berperilaku

demikian. Hakim menjadi tumpuan dan harapan bagi pencari keadilan.

a. Dalam undang-undang disebutkan tugas pengadilan adalah: tidak boleh

menolak untuk memeriksa, mengadili dan memutus suatu perkara yang

diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas,

12 Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia (Cet. II; Jakarta: SinarGrafika, 2008), h.112.

Page 25: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

12

melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.13 Artinya hakim

sebagai unsur pengadilan wajib menggali, mengikuti dan memahami

nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Nilai-

nilai hukum yang hidup dalam masyarakat tersebut seperti persepsi

masyarakat tentang tentang keadilan, kepastian, hukum dan kemamfaatan.

b. Fungsi hakim adalah menegakkan kebenaran sesungguhnya dari apa yang

dikemukakan dan dituntut oleh para pihak tanpa melebihi atau

menguranginya terutama yang berkaitan dengan perkara perdata,

sedangkan dalam perkara pidana mencari kebenaran sesungguhnya secara

mutlak tidak terbatas pada apa yang telah dilakukan oleh terdakwa,

melainkan dari itu harus diselidiki dari latar belakang perbuatan

terdakwa.14

c. Dengan demikian tugas hakim adalah melaksanakan semua tugas yang

menjadi tanggung jawabnya untuk memberikan kepastian hukum semua

perkara yang masuk baik perkara tersebut telah di atur dalam Undang-

undang maupun yang tidak terdapat ketentuannya.

B. Kode Etik Profesi Hakim Dalam Islam

1. Pengertian Etika Islam

Etika islam ialah tingkah laku manusia yang diwujudkan dalam

bentuk perbuatan, ucapan dan pikiran yang sifatnya membangun, tidak

merusak lingkungan dan tidak pula merusak tatanan sosial budaya dan tidak

13 Sekretariat Negara, Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman,bab I pasal 16 ayat 1 dan lihat Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Pengadilan Agama, bab IVpasal 56 ayat 1.

14 Sekretariat Negara, Undang-Undang Nomor RI 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, bab IVpasal 56 ayat 1.

Page 26: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

13

pula bertentangan dengan ajaran agama Islam, namun berlandaskan al-

Quran dan Hadis.15

Sementara Suhrawardi K. Lubis menyatakan, istilah etika merupakan

bagian dari akhlak. Dikatakan merupakan bagian dari akhlak, karena akhlak

bukanlah sekadar menyangkut perilaku manusia yang bersifat perbuatan

yang lahiriah saja, akan tetapi mencakup hal-hal yang lebih luas, yaitu

meliputi bidang akidah, ibadah, dan syariah.

Dari pengertian di atas etika dan akhlak kalau dipahami adalah

merupakan dua kata yang mempunyai kesamaan dan juga perbedaan,

persamaanya adalah pada obyek yakni sama-sama membahas tentang baik

dan buruk tingkah laku manusia sedangkan perbedaanya adalah pada

parameternya yaitu etika terhadap akal, dan akhlak terhadap agama (al-

Qur'an dan Hadis).

2. Landasan Etika Profesi Dalam Islam

Etika Islam biasanya sering disebut sebagai dasar kesusilaan.

Kesusilaan dalam Islam ialah suatu cara hidup meliputi keseluruhan, tidak

hanya menentukan kepercayaan, tetapi juga peraturan adat kebiasaan sosial,

faktor dasar perbuatan manusia. Dasar etika Islam bersifat membimbing,

memandu, mengarahkan, membiasakan masyarakat, hidup yang sesuai

dengan norma sopan santun yang berlaku dalam masyarakat. Islam

menyatakan bahwa amal baik seseorang akan diterima, artinya diganjar

dengan pahala bilamana orang tersebut beragama Islam.

15 M. Yatimin Abdullah, Pengantar Studi Etika (Jakarta: Rajawali Pers, 2006), h. 319.

Page 27: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

14

Allah berfirman dalam surah QS. Ali Imran/3: 85.

ن ة م ر خ في الآ ھو نھ و م یقبل ینا فلن د م لا س الإ یر یبتغ غ ن م و

رین اس الخ

Terjemahnya:

“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kalitidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasukorang-orang yang rugi”.16

Dasar etika Islam merupakan suatu cara hidup yang meliputi

keseluruhan, tidak hanya menetukan kepercayaan, tetapi juga peraturan dan

adat kebiasaan, yang merupakan faktor dasar perbuatan manusia. Faktor-

faktor dasar perbuatan manusia tersebut adalah sebagai berikut:

1. Insting yaitu unsur jiwa yang pertama membentuk kepribadian manusia

dan harus dapat disalurkan dalam bentuk menolak dan menerima.

2. Adat kebiasaan yaitu semua perbuatan baik bagi perseorangan,

kelompok, masyarakat maupun daerah yang dilakukan secara terus-

menrus atau turun-temurun, menjadi undang-undang tidak tertulis.

3. Warisan atau keturunan. Setiap anak mewarisi asas dari orang tuanya,

yaitu sifat rohaniah dan jasmaniah.

4. Lingkungan, meliputi keluarga, masyarakat dan alam sekitarnya. Artinya

suatu yang hidup meliputi pergaulan sehari-hari di rumahnya sendiri, di

sekolah, di pasar, di alam terbuka dan apa yang mengelilinginya, yaitu

berupa udara, lautan, dan daratan.17

16 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Jakarta: Samad, 2014), h. 61.17 M. Yatimin Abdullah, Pengantar Studi Etika (Jakarta: Rajawali Pers, 2006), h. 323.

Page 28: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

15

3. Sistem Etika Islam Dalam Penegakan Hukum

Etika Islam sebagai landasan yang harus dijunjung oleh seorang

profesi dalam hal ini seorang hakim (Qadi) dalam menjalankan profesinya

adalah memberi keputusan ( Judgement ) bukan menghadiahkan keadilan

dan keputusan yang diberikan harus berdasarkan hukum. Hal ini dalam

konsep Islam, profesi hakim harus benar-benar menegakkan etika, dan

bagaimana etika yang harus ditegakkan dalam menjalani profesi dalam

Islam, atau yang disebut etika profesi dalam Islam.

Konsep profesi dalam Islam tersebut adalah:

1. Meletakkan kerja sebagai sebuah amal shaleh yang dilakukan dalam

kontek dan tahapan yang runtut atas iman, ilmu, dan amal. Disini kerja

terorientasi kepada dua pandangan: aktifitas yang bernilai ibadah dan

sebuah aktifitas untuk memperoleh keuntungan financial.

2. Menunaikan kerja sebagai suatu penunaian amanah yang harus

dilakukan secara professional.

3. Melakukan kerja dengan wawasan masa depan dan wawasan ukhrawi

artinya dalam melakukan kerja, seseorang harus mengingat

C. Peranan Etika Profesi Hakim Dalam Menegakkan Keadilan

Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau

segolongan orang, tapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan

kelompok yang paling kecil yaitu keluarga sampai pada kelompok yang

besar yaitu suatu bangsa atau negara. Dengan nilai-nilai etika tersebut, suatu

Page 29: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

16

kelompok diharapkan mempunyai tata nilai untuk mengatur kehidupan

bersama.

Dalam konsepsi Islam manusia diposisikan sebagai makhluk

Theomorfi yaitu makhluk dengan potensi yang dimiliki serta berbuat

menyerupai sifat-sifat Tuhan. Kegiatan moral, spiritual, dan keduniaan

manusia harus diintegrasikan untuk direfleksikan secara bersama dengan

kebebasannya. Kebebasan yang dapat dipertanggungjawabkan, artinya

kebebasan mutlak yang ada batasan terhadap dirinya dan orang lain.

Allah berfirman dalam QS At-Tin/95: 4-6.

تقویم ن س في أح ان لقنا الإنس خ ) ٤(لقد افلین س فل ناه أس د د ر ثم

لوا الص )٥( م ع نوا و آم ین إلا الذ نون م یر م ر غ أج ات فلھم )٦(الح

Terjemahnya:“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang

sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yangserendah-rendahnya (neraka). Kecuali orang- orang yang beriman danmengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”18.

Ungkapan di atas menunjukkan bahwa amal manusia harus

dipertanggung jawabkan dibawah hukum, manusia, masyarakat dan Tuhan.

Manusia adalah makhluk yang memiliki sifat tanggungjawab karena ia

memiliki untuk memilih secara sadar. Sadar melakukan berarti sadar akan

konsekuensinya yang ditimbulkan. Dalam kontek profesi hakim, hakim

sebagai profesi yang istimewa dan terhormat (Offilium Nobille) dalam

menjalankan tugasnya, karena berupaya merumuskan dan menggali nilai-

18 Kementerian Agama RI, Al-Qur,an Dan Terjemahnya (Jakarta: Samad, 2014), h. 597

Page 30: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

17

nilai hukum dengan menyelami perasaan hukum dan rasa keadilan di

masyarakat.

Seorang hakim haruslah memiliki kepribadian yang mandiri, yang

tidak mudah tergoyahkan bujuk-rayuan harta, tahta dan wanita. Selain itu,

hakim juga tidak mudah terpancing kemarahannya manakala dia mendapat

perlakuan yang kurang wajar dari pihak yang berperkara, termasuk dalam

hal ini adalah kemandirian dari sisi ekonomi.

Hakim sebagai suatu profesi yang cukup tua dan penting dalam

rangka penegakan hukum dalam masyarakat telah menetapkan kode etik

profesi sebagai pemandu dalam menjalankan profesi, sekaligus menjaga

keluhuran martabat profesi. Ada enam prinsip penting yang harus

dijadikan pegangan bagi para hakim di dunia sebagaimana tercantum

dalam The Bangalore Priciple, yaitu sebagai berikut.

1. Independensi (Independence Principle)

Independensi hakim merupakan jaminan bagi tegaknya hukum dan

keadilan, dan prasyarat bagi terwujudnya cita-cita Negara hukum.

2. Ketidakberpihakan (Impartiality Principle)

Ketidakberpihakan merupakan prinsip yang melekat dalam hakikat

fungsi hakim sebagai pihak yang diharapkan memberikan pemecahan

terhadap setiap perkara yang diajukan kepadanya.

3. Integritas (Integrity Principle)

Integritas hakim merupakan sikap batin yang mencerminkan keutuhan

dan keseimbangan kepribadian setiap hakim sebagai pribadi dan

sebagai pejabat Negara dalam menjalankan tugas jabatannya.

Page 31: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

18

4. Kepantasan dan kesopanan (Propriety principle)

Kepantasan dan kesopanan merupakan norma kesusilaan pribadi dan

norma kesusilaan antar pribadi yang tercermin dalam perilaku setiap

hakim, baik sebagai pribadi maupun sebagai pejabat Negara dalam

menjalankan tugas profesionalnya, yang menimbulkan rasa hormat,

kewibawaan, dan kepercayaan.

5. Kesetaraan (Equality Principle)

Kesetaraan merupakan prinsip yang menjamin perlakuan yang sama

terhadap semua orang berdasarkan kemanusiaan yang adil dan

beradab tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lain atas dasar

perbedaan agama, suku, ras, warna kulit, jenis kelamin, status

perkawinan, kondisi fisik, status sosial ekonomi, umur, pandangan

politik, ataupun alasan-alasan yang serupa.

6. Kecakapan dan kesamaan (Competence End Diligence Principle)

Kecakapan dan kesamaan hakim merupakan prasyarat penting dalam

pelaksanaan peradilan yang baik dan terpercaya. Kecakapan tercermin

dalam kemampuan profesional hakim yang diperoleh dari pendidikan,

pelatihan, dan/atau pengalaman dalam pelaksanaan tugas. Adapun

kesamaan merupakan sikap pribadi hakim yang menggambarkan

kecermatan, kehati-hatian, ketelitian, ketekunan, dan kesungguhan

dalam pelaksanaan tugas profesional hakim.

Page 32: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

19

D. HIPOTESIS

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut;

1. Pengadilan Agama berpengaruh terhadap Etika Profesi Hakim.

2. Etika Profesi Hakim berpengaruh terhadap Nilai Keadilan.

3. Pengadilan Agama berpengaruh langsung terhadap Nilai Keadilan.

Page 33: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

20

E. KERANGKA PIKIR

Al-Qur’an

QS. An-Nisa/4: 58

QS At-Tin/95: 4-6

As-Sunnah

HR. Bukhari, Tirmidzi dan Nasai

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Studi Empirik1. Muhammad Nuh, 2011

Etika Profesi Hukum.Hakim mempunyai tugassebagaimana dalamundang-undang pokokkekuasaan kehakiman.

2. Pengadilan Agamaadalah pengadilantingkat pertama yangmelaksanakan kekuasaankehakiman dilingkunganperadilan agama yangberkedudukan di ibukota, kabupaten ataukota.

3. Keadilan merupakankondisi kebenaran idelsecara moral mengenaisesuatu, baikmenyangkut bendamaupun orang.

Studi Teoritik1. Pengadilan Agama salah satu

pelaksana kekuasaankehakiman yang terpercayayang memberikan kepastianhukum kepada para pencarikeadilan.

2.Etika hukum Islam dibangunempat dasar yaitu pertamakebenaran, kedua keadilan,ketiga kehendak bebas,keempatpertanggungjawaban.

3.Hakim mempunyai moralyang tinggi, berbudi luhurdan menegakkan hukumsecara benar dan adil.

Studi

Rumusan Masalah

Hipotesis

Analisis Kuantitatif

Skripsi1. Pengembangan ilmu

2. Manfaat karya ilmiah

3. Motifasi penelitian

lanjutan

4. Kesimpulan dan

5. Rekomendasi

Page 34: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

21

Page 35: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif.

Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang

menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan

mengenai apa yang ingin diketahui.19

B. Objek dan Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Pengadilan Agama Kelas IA

Makassar, adapun waktu penelitian dilakukan selama 2 bulan dan objek

penelitian adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengaruh etika profesi

Hakim Pengadilan Agama dalam menegakkan nilai keadilan.

C. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independent variable), atau disebut juga variable

perubahan atau penyebab (change or course variable), adalah variabel

yang menyebabkan perubahan pada suatu fenomena. Peubah bebas juga

diistilahkan sebagai peubah yang menjelaskan (explanatory variables)

keragaman atau perubahan dari peubah tidak bebas (dependent

variables).20 Dalam penelitian ini, yang menjadi variable bebas adalah

variable preferensi nasabah.

2. Variabel tidak bebas atau terikat (dependent variables) yang juga disebut

sebagai variable luaran akibat (outcome or effect variables), merupakan

19Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian (Malang : UIN-Maliki Press Malang, 2008) h.14920Abuzar Asra, dkk. Metode Penelitian Survei (Bogor : IN MEDIA, 2015), h.32

Page 36: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

23

variabel akibat dari variabel bebas.21 Dalam penelitian ini, yang menjadi

variabel terikat adalah Pengadilan Agama.

D. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel merupakan penjelas dari masing-

masing variabel yang digunakan dalam penelitian terhadap indicator-

indikator yang membentuknya.22

1.Variabel Pengadilan Agama merupakan tempat formal dalam memilih

informasi yang disukai dalam hal ini terkait dengan Etika Profesi Hakim.

2. Variabel Etika Profesi Hakim merupakan suatu perilaku yang terkait

dengan Fungsi dan Tanggung jawab sebagai hakim.

3. Variabel Keadilan merupakan suatu kebenaran yang menyangkut tentang

moral yang harus di tegakkan.

E. Populasi dan Sampel

1.Populasi

Secara sederhana. Sebuah populasi adalah kumpulan dari seluruh

unsur atau elemen atau unit pengamatan (observation unit) yang akan

diteliti.23 Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung Pengadilan

Agama Cabang Kota Makassar sebanyak 75 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari unsur atau elemen atau unit pengamatan

dari populasi yang sedang dipelajari.24 Adapun sampel dalam penelitian

21Ibid, h. 3222Zainab Zakiah Boni, op. cit., h.4523 Abuzar Asra, op. cit., h. 7024Ibid. h. 70

Page 37: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

24

ini adalah Etika Profesi Hakim di Pengadilan cabang Kota Makassar

sebanyak 75 orang. Pada saat penelitian akan berlangsung menggunan

rumus slovin, sebagai berikut :

Rumus Slovin : n = ( . )Keterangan :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

e = Tingkat error (5%)

Diketahui : n = 75

1+(0.05)2(75)

= 75

1.25

= 60 Responden

F. Instrumen Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Data primer, yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan secara

langsung objek yang diteliti, yang berupa angket. Sedangkan data sekunder,

yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung atau penelitian arsip yang

memuat peristiwa masa lalu yang dapat diperoleh dari jurnal, majalah, buku,

dan data statistic maupun internet. Selain itu data juga dapat diperoleh

dalam bentuk yang sudah dipublikasikan yang tersedia diperusahaan seperti

literature, company profile, jurnal, dan sebagainya. Selanjutnya dalam

kegiatan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa alat yang

Page 38: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

25

mendukung dalam melakukan penelitian ini, yaitu :handphone, alat tulis,

serta kamera.

G. Tekhnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor

penting demi keberhasilan penelitian. Metode pengumpulan data merupakan

teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Teknik yang

dipergunakan dalam proses pengumpulan data dalam penelitian ini tediri

atas metode :

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung atau peninjauan secara

cermat di lapangan atau lokasi penelitian yang sedang dilakukan.

Observasi dilakukan bertujuan untuk mendapatkan data-data konkret di

tempat penelitia. Observasi digunakan dalam melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan

juga ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih dalam.

2. Kuesioner (Angket)

Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data dengan

memberikan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan untuk dijawab oleh

para responden. Dalam hal ini, jumlah maupun kualifikasi para

responden ditentukan berdasarkan dengan metode pengambilan sampel.

Cara pengumpulan data ini di pilih dengan harapan bahwa peneliti,

melalui jawaban responden mampu memperoleh informasi yang relevan

dengan permasalahan yang dikaji dan mempunyai derajat yang tinggi.

Page 39: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

26

Jumlah pertanyaan yang ada, diambil dari masing-masing indikator

variabel, baik indikator independen maupun variabel dependen.

Angket diberikan langsung kepada responden dengan tujuan agar

lebih efektif dan efesien menjangkau jumlah sampel daan mudah

memberikan penjelasan berkenaan dengan pengisian angket tersebut.

Instrument yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian ini

menggunakan skala Likert dengan skor 1-5. Jawaban responden berupa

pilihan 5 (lima) alternatif yang ada yaitu :

Table 3.1 Skala Likert

ALTERNATIF JAWABAN

JAWABAN SKOR

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Netral (N) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

3. Wawancara

Dalam wawancara peneliti akan mencatat opini dan hal lain yang

berkaitan dengan penelitian yang ada didalam perusahaan. Dengan

demikian ada banyak informasi yang akan didapat dari hasil wawancara

tersebut. Dalam melakukan penelitian ini akan dilakukan dengan

wawancara langsung (Direct Interview). Metode data yang digunakan

Page 40: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

27

oleh peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara langsung dengan

pengunjung Pengadilan Agama Kelas IA Makassar.

4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data melalui metode

dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-

buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan dan sebagainya.25

Dokumentasi ini di gunakan untuk mendapatkan keterangan dan

penerangan pengetahuan dan bukti.

H. Tekhnik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara analisis kuantitatif dengan

menggunakan metode Smart PLS.2 0M3. Partial Least Square (PLS) adalah

suatu metode yang berbasis regresi yang dikenalkan oleh Herman O.A

Word untuk menciptakan dan pembangunan model dan metode untuk ilmu-

ilmu sosial dengan pendekatan yang berorientasi pada prediksi. PLS

memiliki asumsi penelitian bebas distribusi (Distriburion-Free), artinya data

penelitian tidak mengacuh pada salah satu distribusi tertentu (misalnya

distribusi normal). PLS merupakan pengembangan metode alternatif dari

Structural Equation Modeling (SEM) yang dapat digunakan untuk

mengatasi permasalahan hubungan antara variabel yang kompleksitas

namun ukuran sampel datanya yang kompleks datanya kecil (30 sampai 70),

mengingat SEM memilki ukuran sampel data minimal 70.

25Airkunto Suharsimi. Prosedur Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta 2010),h.149.

Page 41: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

28

PLS digunakan untuk mengetahui kompleksitas hubungan suatu

konstrak dan konstrak yang lain, serta hubungan suatu konstrak dan

indikator-indikatornya. PLS didefenisikan oeh dua persamaan, yaitu inner

model dan outer model. Inner model menentukan spesifikasi hubungan

antara konstrak dan konstrak yang lain sedangkan outer model menentukan

spesifikasi hubungan antara konstrak dan indikator-indikatornya. Konstrak

terbagi menjadi dua yaitu konstrak eksogen dan konstrak endogen. Konstark

eksogen merupakan konstrak penyebab, konstrak yang dipengaruhi oleh

konstrak lainnya. Konstrak endogen adalah efek dari konstrak eksogen. PLS

dapat bekerja untuk model hubungan konstrak dan indikator-indikatornya

yang bersifat reflektif dan formatif, sedangkan SEM hanya bekerja pada

model hubungan yang bersifat reflektif saja.26

26Imam Ghozali dan Hengky Latan, Partial least Square, Konsep, Teknik dan AplikasiMenggunakan Program Smart Pls 3.0 untuk penelitian empiris, (Semarang:BP Universitas Diponegoro,2015), h. 17-18

Page 42: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Kelas IA Makassar

a) Sejarah Pengadilan Agama Kelas IA Makassar

Pengadilan Agama merupakan salah satu lingkungan peradilan yang

diakui eksistensinya dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 1970

tentang pokok-pokok kekuasan kehakiman dan yang terakhir telah diganti

dengan Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan

kehakiman, merupakan lembaga peradilan khusus yang ditunjukan kepada

umat islam dengan lingkup kewenangan yang khusus pula, baik perkaranya

ataupun para pencari keadilannya.

1. Sebelum PP. No. 45 Tahun 1957

Sejarah keberadaan Pengadilan Agama Makassar tidak diawali

dengan Peraturan Pemerintah (PP. No. 45 Tahun 1957), akan tetapi sejak

zaman dahulu, sejak zaman kerajaan atau sejak zaman Penjajahan Belanda,

namun pada waktu itu bukanlah seperti sekarang ini adanya. Dahulu

Kewenangan Seorang Raja untuk mengankat seorang pengadil disebut

sebagai Hakim, akan tetapi setelah masuknya Syariah Islam, Maka Raja

kembali mengangkat seorang Qadhi.

Kewenangan Hakim diminimalisir dan diserahkan kepada Qadhi

atau hal-hal yang menyangkut perkara Syariah agama Islam. Wewenang

Qadhi ketika itu termasuk Cakkara atau Pembagian harta gono-gini karena

cakkara berkaitan dengan perkara nikah.

Page 43: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

30

Pada zaman penjajahan Belanda, sudah terbagi yuridiksi Qadhi,

yakni Makassar, Gowa dan lain-lain. Qadhi Pertama di Makassar adalah

Maknun Dg. Manranoka, bertempat tinggal dikampung laras, Qadhi lain

yang dikenal ialah K.H. Abd. Haq dan Ince Moh. Sholeh, dan Ince Moh.

Sholeh adalah Qadhi terakhir, jabatan Ince Moh. Sholeh disebut Acting

Qadhi. Qadhi dahulu berwenang dan berhak mengangkat sendiri para

pembantu-pembantunya guna menunjang kelancaran pelaksanaan fungsi dan

tugasnya, dan pada zaman pemerintahan Belanda saat itu dipimpin oleh

Hamente Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah Makassar terbentuk pada

tahun 1960, yang meliputi wilayah Maros, Takalar dan Gowa, karena pada

waktu itu belum ada dan belum dibentuk di ketiga daerah tersebut, jadi

masih disatukan dengan wilayah Makassar.

Sebelum terbentuknya Mahkamah Syariah yang kemudian

berkembang menjadi Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah, maka dahulu

yang mengerjakan kewenangan Pengadilan Agama adalah Qadhi yang pada

saat itu berkantor dirumah tinggalnya sendiri. Pada masa itu ada dua

kerajaan yang berkuasa di Makassar yaitu kerajaan Gowa dan Kerajaan

Tallo dan dahulu Qadhi diberi gelar Daengta Syeh kemudian gelar itu

berganti menjadi Daengta Kalia.

2. Sesudah PP. No. 45 Tahun 1957

Setelah keluarnya PP. No. 45 Tahun 1957, maka pada tahun 1960

terbentuklah Pengadilan Agama Makassar yang waktu itu disebut

Page 44: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

31

“Pengadilan Mahkamah Syariah” adapun wilayah Yurisdiksinya dan

keadaan gedungnya seperti diuraikan pada penjelasan berikut:

b) Letak Geografis

Semenjak dari awal berdirinya hingga sampai tahun 1999 Pengadilan

Agama Klas 1 A Makassar telah mengalami perpindahan gedung kantor

sebanyak enam kali. Pada tahun 1976 telah memperoleh gedung permanen

seluas 150 m2 untuk Rencana Pembangunan Lima Tahun, akan tetapi

sejalan dengan perkembangan zaman, peningkatan jumlah perkara yang

meningkat dan memerlukan jumlah personil dan SDM yang memadai maka

turut andil mempengaruhi keadaan kantor yang butuh perluasan serta

perbaikan sarana dan prasarana yang menunjang dan memadai, maka pada

tahun 1999 Pengadilan Agama Makassar merelokasi lagi gedung baru dan

pindah tempat ke Gedung baru yang bertempat di Jalan Perintis

Kemerdekaan Km.14 Daya Makassar dengan luas lahan (Tanah) 2.297 M2

dan Luas Bangunan 1.887,5 M2

c) Luas Wilayah

Wilayah Yurisdiksi Pengadilan Agama / Mahkamah Syariah

KotaMakassar mempunyai batas-batas seperti berikut:

Sebelah Barat berbatasan dengan selat Makassar

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Maros

Sebelat Timur berbatasan dangan kabupaten Bone

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa

Page 45: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

32

Wilayah Yurisdiksi Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah

Makassar dahulu hanya terdiri 9 (Sembilan) Kecamatan selanjutnya

berkembang menjadi 14 (Empat Belas) Kecamatan.

d) Visi Dan Misi Pengadilan Agama Kelas IA Makassar

a. Visi

“Terwujudnya pengadilan agama makassar yang bersih, berwibawa,

dan profesional dalam penegakan hukum dan keadilan menuju

supremasi hukum.”

Pengadilan Agama Makassar yang bersih, mengandung makna

bahwa bersih dari pengaruh non hukum baik berbentuk kolusi, korupsi dan

nepotisme, maupun pengaruh tekanan luar dalam upaya penegakan hukum.

Bersih dan bebas KKN merupakan topik yang harus selalu dikedepankan

pada era reformasi. Terbangunnya suatu proses penyelenggaraan yang

bersih dalam pelayanan hukum menjadi prasyarat untuk mewujudkan

peradilan yang berwibawa.

Berwibawa, mengandung arti bahwa Pengadilan Agama Makassar

ke depan terpercaya sebagai lembaga peradilan yang memberikan

perlindungan dan pelayanan hukum sehingga lembaga peradilan tegak

dengan kharisma sandaran keadilan masyarakat.

Profesionalisme, mengandung arti yang luas, profesionalisme dalam

proses penegakan hukum, profesionalisme dalam penguasaan ilmu

pengetahuan hukum dan profesionalisme memanajemen lembaga peradilan

Page 46: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

33

sehingga hukum dan keadilan yang diharapkan dapat terwujud. Jika hukum

dan keadilan telah terwujud maka supremasi hukum dapat dirasakan oleh

segenap masyarakat.

Berdasarkan visi Pengadilan Agama Makassar yang telah ditetapkan

tersebut, maka ditetapkan beberapa misi Pengadilan Agama Makassar untuk

mewujudkan visi tersebut. Misi Pengadilan Agama tersebut adalah :

1. Mewujudkan Pengadilan Agama yang transparan dalam proses peradilan.

2. Meningkatkan efektivitas pembinaan dan pengawasan.

3. Mewujudkan tertib administrasi dan manajemen peradilan.

4. Meningkatkan sarana dan prasarana hukum.

b. Misi

1) “Mewujudkan Pengadilan Agama yang transparan dalam proses”

mengandung makna bahwa untuk mewujudkan lembaga peradilan yang

bersih, berwibawa dan profesionalisme, maka pelaksanaan proses

peradilan harus diwujudkan dengan transparan. Wujudnya nyata

transparan adalah proses yang cepat, sederhana dan biaya murah. Misi

tersebut merupakan langkah antisipatif terhadap euforia reformasi

hukum yang selalu didengungkan masyarakat. Apatisme masyarakat

terhadap peradilan yang selalu menganggap bahwa proses ke

Pengadilan akan selalu lama, berbelit-belit dan memakan waktu dan

biaya yang mahal harus ditepis dengan misi tersebut, misi tersebut juga

sesuai dengan kehendak peraturan perundang-undangan sebagaimana

Page 47: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

34

tercantum dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004

tentang Kekuasaan Kehakiman"

2) “Meningkatkan efektivitas pembinaan dan pengawasan”.

Pembinaan merupakan tindakan antisipatif, yang merupakan upaya

meningkatkan sumber daya manusia dalam memberikan pelayanan

hukum secara maksimal kepada masyarakat. Pengawasan merupakan

tindakan untuk :

(1). menjaga agar pelaksanaan tugas lembaga sesuai dengan rencana

dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (2).

mengendalikan agar administrasi peradilan dikelola secara tertib

sebagaimana mestinya dan aparat peradilan melaksanakan tugasnya

dengan sebaik-baiknya; (3). menjamin terwujudnya pelayanan publik

yang baik bagi para pencari keadilan yang meliputi : kualitas putusan,

waktu penyelesaian perkara yang cepat dan biaya perkara yang murah.

Peningkatan efektivitas pembinaan dan pengawasan merupakan upaya

preventif terhadap peluang atau kesempatan pelanggaran, sedangkan

pengawasan yang efektif mempunyai sasaran penyelesaian masalah

secara tepat dan cepat terhadap berbagai temuan penyimpangan dan

pengaduan dari masyarakat. Pengawasan yang terencana dan efektif

diharapkan dapat mengurangi sorotan dan kritikan terhadap lembaga

peradilan"

3) “Mewujudkan Tertib Administrasi dan Manajemen Peradilan”.

Page 48: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

35

Administrasi dan manajemen merupakan sarana pencapaian tujuan.

Pola administrasi dan manajemen yang baik akan mendorong

percepatan terwujudnya visi dan misi. Pengetatan dan disiplin terhadap

administrasi dan manajemen yang telah ditetapkan merupakan hal

urgen, perubahan birokrasi atau reformasi birokrasi dalam tubuh

lembaga peradilan merupakan jalan menuju reformasi hukum"

4) “Meningkatkan Sarana dan Prasarana Hukum”. Yang mengandung

makna bahwa tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak

mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana

dan prasarana tersebut mencakup sarana gedung, sarana organisasi yang

baik, sarana peralatan yang memadai, sarana keuangan yang cukup dan

lain-lain.

e) Deskripsi Uraian Kerja

Penyusunan Alur Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi)

1. Ketua

a. Memimpin pelaksanaan tugas Pengadilan Agama.

b. Menetapkan sasaran setiap tahun kegiatan.

c. Menetapkan dan menjadwalkan rencana kegiatan.

d. Membagi tugas dan menentukan penanggung jawab kegiatan.

e. Menggerakkan dan mengarahkan pelaksanaan kegiatan dilingkungan

Pengadilan Agama.

f. Memantau pelaksanaan tugas bawahan

g. Mengadakan rapat dinas.

Page 49: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

36

h. Menetapkan rumusan Pengadilan Agama. Meningkatkan koordinasi

dengan instansi terkait.

i. Menanggapi dan memecahkan masalah yang muncul dilingkungan

Pengadilan Agama.

j. Mengadakan konsultasi dengan atasan setiap saat diperlukan.

k. Menunjuk dan menetapkan tugas majelis hakim dan mengatur

pembagian tugas para hakim untuk melakukan sidang perkara.

l. Menetapkan dan memerintahkan eksekusi/sita eksekusi suatu

keputusan.

m. Mengitsbatkan dan menentukan tim hisab rukyat hilal di

PengadilanAgama.

n. Menunjuk dan menentukan rohaniwan untuk mendampingi

penyumpahan pejabat/pegawai serta memberikan nasehat tentang

hukum Islam sebagai upaya penyuluhan hukum kepada masyarakat.

o. Melaksanakan tugas khusus yang diberikan oleh atasan.

p. Mengevaluasi prestasi kerja para aparat di lingkunqan Pengadilan

Agama.

2. Wakil Ketua

Mewakili Ketua Pengadilan Agama dalam hal :

a. Memimpin pelaksanaan tugas Pengadilan Agama.

b. Menetapkan sasaran setiap tahun kegiatan.Menetapkan dan

menjadwalkan rencana kegiatan.

c. Membagi tugas dan menentukan penanggung jawab kegiatan.

Page 50: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

37

d. Menggerakkan dan mengarahkan pelaksanaan kegiatan dilingkungan

Pengadilan Agama.

e. Memantau pelaksanaan tugas bawahan.

f. Mengadakan rapat dinas.

g. Menetapkan rumusan Pengadilan Agama.

h. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait.

i. Menanggapi dan memecahkan masalah yang muncul dilingkungan

Pengadilan Agama.

j. Mengadakan konsultasi dengan atasan setiap saat diperlukan.

k. Menunjuk dan menetapkan tugas majelis hakim dan mengatur

pembagian tugas para hakim untuk melakukan sidang perkara.

l. Menetapkan dan memerintahkan eksekusi/sita eksekusi dalam suatu

keputusan.

m. Mengitsbatkan dan menentu tim hisab rukyat hilal di Pengadilan

Agama.

n. Menunjuk dan menentukan rohaniwan untuk mendampingi

penyumpahan pejabat/pegawai serta memberikan nasehat tentang

hukum Islam sebagai upaya penyuluhan hukum kepada masyarakat.

o. Melaksanakan tugas khusus yang diberikan oleh atasan.

p. Mengevaluasi prestasi kerja para aparat dilingkungan Pengadilan

Agama.

q. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Ketua Pengadilan Agama

3. Hakim

Page 51: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

38

a. Menjadi Ketua atau Anggota Majelis sidang atas penunjukan Ketua

Pengadilan Agama.

b. Meneliti dan mempelajari berkas yang akan disidangkan.

c. Sebagai mediator terhadap pihak yang berperkara untuk melakukan

mediasi kepada pihak yang berperkara.

d. Membantu Hakim Ketua Sidang dalam meyelesaikan konsep

putusan/penetapan Pengadilan Agama.

e. Membantu Hakim Ketua Pengadilan Agama dalam bidang hukum

Syara Hisab dan rukyat.

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Ketua Pengadilan

Agama.

g. Dalam pelaksanaan tugas, hakim bertanggungjawab kepada Ketua

Pengadilan Agama.

h. Hakim anggota pertama pada satu majelis, mengkonsep

putusan/penetapan dan hakim anggota kedua, memeriksa berita

acara sidang.

4. Panitera/Sekretaris

a. Memimpin pelaksanaan tugas kepaniteraan /kesekretariatan.

b. Menetapkan sasaran kegiatan kepaniteraan /kesekretariatan.

c. Menyusun dan menjadwalkan rencana kegiatan.

d. Membagi tugas kepada bawahan dan menetapkan penanggung

jawab kegiatan Kepaniteraan /Kesekretariatan.

Page 52: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

39

e. Menggerakkan dan mengarahkan pelaksanaan kegiatan di

lingkungan Kepaniteraan/ Kesekretariatan.

f. Memantau pelaksanaan tugas bawahan.

g. Mengadakan rapat dinas.

h. Menyiapkan konsep rumusan kebijaksanan pimpinan dibidang

Kepegawaian/Kesekretariatan.

i. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait.

j. Menanggapi dan memecahkan masalah yang muncul dibidang

Kepaniteraan/Kesekretariatan.

k. Mengadakan konsultasi dengan atasan setiap saat diperlukan.

l. Menyusun konsep pembinaan hukum agama dan melaksanakan

hisab rukyat.

m. Mengevaluasi prestasi kerja para aparat di lingkungan

kepaniteraan/kesekretariatan.

5. Wakil Panitera

a. Memberikan pelayanan teknis di bidang Administrasi perkara dan

administrasi peradilan lainnya berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

b. Bertanggung jawab terhadap administrasi perkara baik mengenai

pendaftaran perkara/persidangan, pengaturan arsipperkara dan hal-

hal lain yang berhubungan dengan perkara.

Page 53: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

40

c. Bertanggung jawab terhadap penyusunan statistik dan dokumentasi

pengadilan serta pelayanan dibidang hukum syara, pelayanan

sumpah, hisab dan rakyat.

d. Memberikan bimbingan dan petunjuk-petunjuk kepada

bawahannya dalam pelaksanaan tugas.

e. Sebagai koordinator Jurusita Pengganti dan bertanggung jawab

langsung atas kelancaran pelaksanaan tugas meja III.

f. Menjadi Panitera sidang atas penunjukan panitera.

g. Mengadakan rapat-rapat berkala baik sebagai pejabat fungsional

maupun dengan seluruh pegawai yang menjadi bawahannya.

h. Menjalin hubungan kerjasama dengan lembaga hisab rukyat

setempat.

i. Mempersiapkan tenaga-tenaga untuk itsbat syahidal hilal.

j. Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang ditentukan oleh

Ketua/Panitera.

6. Wakil Sekretaris

a. Memimpin pelaksanaan tugas kesekretariatan.

b. Meneetapkan sasaran kegiatan kesekretariatan setiap tahun

kegiatan.

c. Menyusun dan menjadwalkan rencana kegiatan.

d. Membagi tugas kepada bawahan dan menetapkan penanggung

jawab kegiatan kesekretariatan.

Page 54: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

41

e. Menggerakkan dan mengarahkan pelaksanaan kegiatan di

lingkugan kesekretariatan.

f. Memantau pelaksaan tugas bawahan.

g. Mengadakan rapat dinas.

h. Menyiapkan konsep rumusan kebijaksanan pimpinan dibidang

Kesekretariatan.

i. Meningkatkan koordinasi dengan instansi-instansi terkait.

j. Menanggapi dan memecahkan masalah yang muncul dibidang

Kesekretariatan.

k. Mengadakan konsultasi dengan atasan setiap saat diperlukan.

l. Melaksanakan tugas khusus yang diberikan oleh atasan.

m. Mengevaluasi prestasi kerja para aparat di lingkungan

Kesekretariatan.

n. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Sekretaris/Ketua Pengadilan

Agama.

7. Panitera Muda Gugatan

a. Melaksakan administrasi perkara gugatan.

b. Mempersiapkan persidangan perkara gugatan untuk itu harus

mengadakan koordinasi dengan Panitera Pengganti perkara

gugatan.

c. Menyiapkan berkas perkara gugatan yang masih berjalan.

d. Dan tugas lain yang berhubungan perkara perdata gugatan.

8. Panitera Muda Permohonan

Page 55: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

42

a. Melaksakan administrasi perkara permohonan.

b. Mempersiapkan persidangan perkara permohonan untuk itu harus

mengadakan koordinasi dengan Panitera Pengganti perkara

permohonan.

c. Menyiapkan berkas perkara gugatan yang masih berjalan.

d. Urusan lain yang berhubungan dengan masalah perkara perdata

permohonan.

9. Panitera Muda Hukum

a. Mengumpulkan, mengolah dan mengkaji data, menyajikan statistik

perkara, menyusun laporan perkara, menyimpanl arsip berkas

perkara serta melakukan pengurusan administrasi, pembinaan

hukum agama dan hisab rukyat dan tugas lain yang diberikan

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

b. Dalam pelaksanaan tugas Panitera Muda Hukum bertanggung

jawab kepada Wakil Panitera.

c. Menerima, menencatat, mengolah, menyalurkan surat-surat

masuk/keluar sub kepaniteraan perkara.

d. Menghimpun, mengola, membukukan dan mengajukan

pertimbangan hukum.

e. Mempersiapkan rencana rumusan nasehat dan pertimbangan

hukum.

f. Mempersiapkan penyelenggaraan islah terhadap pertentangan

faham dalam agama.

Page 56: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

43

g. Merumuskan pedoman penentuan arah kiblat, waktu shalat, awal

dan akhir bulan qamariah.

h. Mengatur dan mengurusi pengambilan sumpah menurut hukum

agama.

i. Mempersiapakn data perkara dan menyusun statistik dan

dokumentasi Pengadilan Agama.

j. Mempersiapkan pemberian bimbingan Pengadilan Agama di

bidang hukum Syara, statistik dan dokumentasi serta

ketatalaksanaannya.

k. Menyusun laporan kegiatan sub kepaniteraan Hukum

l. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Wakil Panitera.

m. Menghimpun Klipping hukum yang berkaitan dengan Pengadilan

Agama.

10. Sub Bagian Kepegawaian

a. Memimpin pelaksanaan tugas sub bagian Kepegawaian.

b. Menetapkan sasaran kegiatan setiap tahun.

c. Menyusun dan menjadualkan rencana kegiatan.

d. Membagi tugas kepada bawahan dan menetapkan penanggung

jawab kegiatan.

e. Menggerakkan dan mengarahkan pelaksanaan kegiatan bawahan.

f. Memantau pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan sub bagian

Kepegawaian.

g. Mengadakan rapat dinas.

Page 57: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

44

h. Menyiapkan bahan konsep rumusan kebijaksanaa pimpinan,

dibidang sub bagian kepegawaian.

i. Mengadakan koordinasi dengan satuan kerja terkait.

j. Menanggaapi dan memecahkan masalah yang muncul.

k. Mengadakan konsultasi dengan atasan setiap saat diperlukan.

l. Melaksanakan tugas khusus yang diberikan oleh atasan.

m. Mengevaluasi prestasi kerja bawahan.

n. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Wakil Sekretaris Pengadilan

Agama.

11. Kepala Sub Bagian Keuangan

a. Memimpin pelaksanaan tugas sub bagian Keuangan.

b. Menetapkan sasaran kegiatan setiap tahun.

c. Menyusun dan menjadualkan rencana kegiatan Membagi tugas dan

menentukan penanggung jawab kegiatan.

d. Menggerakkan dan mengarahkan pelaksanaan kegiatan.

e. Memantau pelaksanaan tugas bawahan.

g. Menyiapkan bahan konsep rumusan kebijaksanan pimpinan

dibidang sub bagian keuangan.

h. Mengadakan rapat dinas dengan bawahan.

i. Mengadakan koordinasi dengan satuan kerja terkait.

j. Menanggapi dan memecahkan masalah yang muncul di bidang

Keuangan

k. Mengadakan konsultasi dengan atasan setiap saat diperlukan.

Page 58: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

45

l. Melaksanakan tugas khusus yang diberikan oleh atasan.

m. Mergevaluasi prestasi kerja bawahan.

n. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Wakil Sekretaris Pengadilan

Agama.

12. Kepala Sub Bagian Umum

a. Memimpin pelaksanaan tugas sub bagian umum.

b. Menetapkan sasaran kegiatan setiap tahun.

c. Menyusun dan menjadualkan rencana kegiatan.

d. Membagi tugas dan menetukan penanggung jawab kegiatan.

e. Menggerakkan dan mengarahkan pelaksanaan kegiatan.

f. Memantau pelaksanaan tugas bawahan.

g. Menyiapkan bahan konsep rumusan kebijaksanaan pimpinan

dibidang surat menyurat, perlengkapan rumah tangga dan

perpustakaan.

h. Mengadakan rapat dinas dengan bawahan.

i. Mengadakan koordinasi dengan satuan kerja lain yang terkait.

j. Mengkonsep Laporan Tahunan (LT), Laporan Mutasi Barang

(LMBT) dan kartu inventaris barang (KIB).

j. Mengusulkan penghapusan milik/kekayaan Negara.

k. Menaggapi dan memecahkan masalah yang muncul.

l. Melaksanakan tugas khusus yang diberikan oleh atasan.

m. Mengevaluasi prestasi kerja bawahan.

Page 59: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

46

n. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Wakil Sekretaris Pengadilan

Agama

13. Panitera Pengganti

a. Membantu Hakim Majelis dalam persidangan dengan mencatat hal-

hal yang berkaitan dengan proses pemeriksaan perkara.

b. Bertanggung jawab atas kebenaran catatan tersebut berdasarkan

sumpah jabatan pada waktu melaksanakan tugas.

c. Mencatat selengkapnya segala yang terjadi berkaitan dengan para

pihak selama persidangan dalam bentuk berita acara yang

kemudian merupakan tanggung jawab segala isi dari berita acara

tersebut.

d. Menandatangani berita acara persidangan bersama-sama dengan

Ketua Majelis.

e. Membantu hakim dalam bentuk menyusun/ menyelesaikan

putusan/ penentapan.

f. Melaksanakan tugas lain dibidang perkara yang diberikan Panitera,

Wakil Panitera, Panitera Muda.

g. Menyusun dan menjahit berkas B terhadap perkara banding yang

ditangani.

14. Jurusita/Jurusita Pengganti

a. Mengetik panggilan pemberitahuan isi putusan.

b. Melaksanakan tugas pemanggilan, pemberitahuan kepada para

pihak pencari keadilan.

Page 60: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

47

c. Melaksanaan penyitaan.

d. Membuat berita acara penyitaan dan menghubungi pihak-pihak

yang terkait.

e. Melaksanakan eksekusi.

f. Membuat berita acara eksekusi dan menghubungi pihak-pihak yang

terkait.

B. Pengaruh Etika Hakim Dalam Menegakkan Keadilan di Pengadilan

Agama Makassar

Kaitan Hakim dengan pengadilan agama adalah tanpa hakim

pengadilan agama tidak lancar seperti sekarang ini karena hakim

mempunyai peran khusus dalam menjalankan tanggung jawab sebagai

seorang hakim yaitu hakim bertugas mempertahankan tahta hukum,

meentukan apa yang telah ditetapkan oleh hukum. Dalam suatu perkara dan

tugas pokok unutk seorang hakim yaitu menerima , memeriksa, yang

mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Drs.H. M. Alwi Thaha.S.H,.M.H

”Hakim juga memiliki kedudukan dalam pengadilan agama yaitusebagai pejabat yang melakukan kekuasaan kehakiman yang diatur olehUU dan setiap hakim harus memliki integritas dan kepribadian yang tidaktercelah, jujur, adil, profesional dan berpengalaman dalam bidang hukum.Karena nantinya seorang hukum akan dituntut dalam menjalankan tugasdan fungsinya.Maka dari itu hakim menjaga kemandirian peradilan”.27

Dalam pengaruh etika profesi hakim terhadap nilai keadilan yang

tentunya setiap hakim berpedoman atau berpatokan pada kode etik sebagai

hakim :

27 Hasil Wawancara dengan Pak Drs.H. M. Alwi Thaha.S.H,.M.H ( 20 Juni 2020)

Page 61: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

48

1. Berperilaku Adil

2. Berperilaku Jujur

3. Berperilaku Arif dan Bijaksana

4. Bersikap Mandiri

5. Berintegritas Tinggi

6. Bertanggung Jawab

7. Menjunjung Tinggi Harga Diri

8. Berdisiplin Tinggi

9. Berperilak Rendah Hati

10. Bersikap Profesional.

Dari 10 kode etik terdebut diberlakukan di pengadilan yang ada di

indonesia.

Pada dasarnya setiap putusan yang dikeluarkan oleh pengadilan

harus mewakili suara hati masyarakat pencari keadilan. Putusan hakim

diperlukan guna memeriksa, menyelesaikan, memutus perkara yang

diajukan ke pengadilan. Putusan tersebut jangan sampai memperkeruh

masalah atau bahkan menimbulkan kontroversi bagi masyarakat ataupun

praktisi hukum lainnya. Hal yang mungkin dapat menyebabkan kontroversi

pada putusan hakim tersebut karena hakim kurang menguasai berbagai

bidang ilmu pengetahuan yang saat ini berkembang pesat seiring perubahan

zaman serta kurang telitinya hakim dalam memproses suatu perkara.

Putusan hakim hakim yang baik mengandung beberapa unsur yakni :

Page 62: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

49

1. Putusan hakim merupakan gambaran proses kehidupan sosial sebagai

bagian dari kontrol sosial.

2. Putusan hakim merupakan penjelmaan dari hukum yang berlaku dan

berguna bagi setiap individu, kelompok maupun negara,.

3. Putusan hakim merupakan keseimbangan antara ketentuan hukum

dengan kenyataan yang ada di lapangan.

4. Putusan hakim merupakan gambaran kesadaran yang ideal antara hukum

dan perubahan sosial.

5. Putusan hakim harus memberikan manfaat bagi setiap orang yang

berperkara.

6. Putusan hakim semestinya tidak menimbulkan konflik baru bagi para

pihak berperkara dan masyarakat.

Putusan hakim yang mencerminkan keadilan memang tidak mudah

untuk dicarikan tolok ukur bagi pihak-pihak yang bersengketa. Karena adil

bagi satu pihak belum tentu adil bagi pihak yang lain. Tugas hakim adalah

menegakkan keasilan sesuai dengan irah-irah yang dibuat pada kepala

putusan yang berbunyi “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa”. Keadilan yang dimaksudkan dalam putusan hakim adalah yang tidak

memihak terhadap salah satu pihak perkara, mengakui adanya persamaan

hak dan kewajiban kedua belah pihak.

Dalam rangka menegakkan keadilan, putusan hakim di pengadilan

harus sesuai dengan tujuan sejatinya yaitu memberikan kesempatan yang

sama bagi pihak yang berperkara di pengadilan. Nilai keadilan juga bisa

Page 63: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

50

diperoleh ketika proses penyelesaian perkara dilakukan secara cepat,

sederhana, biaya ringan karena menunda-nunda penyelesaian perkara juga

merupakan suatu bentuk ketidakadilan.

Putusan hakim yang mencerminkan kepastian hukum tentunya dalam

proses penyelesaian perkara dalam persidangan memiliki peran untuk

menemukan hukum yang tepat. Hakim dalam menjatuhkan putusan tidak

hanya mengacu pada undang-undang saja, sebab kemungkinan undang-

undang tidak mengatur secara jelas, sehingga hakim dituntut untuk dapat

menggali nilai-nilai hukum seperti hukum adat dan hukum tidak tertulis

yang hidup dalam masyarakat. Dalam hal tersebut hakim wajib menggali

dan merumuskannya dalam suatu putusan.

Putusan hakim tersebut merupakan bagian dari proses penegakkan

hukum yang memiliki salah satu tujuan yakni kebenaran hukum atau

terwujudnya kepastian hukum. Kepastian hukum yang dituangkan dalam

putusan hakim merupakan produk penegak hukum yang didasarkan pada

fakta-fakta persidangan yang relevan secara yuridis dari hasil proses

penyelesaian perkara dalam persidangan.

Putusan hakim yang mencerminkan kemanfaatan adalah ketika

hakim tidak saja menerapkan hukum secara tekstual, akan tetapi putusan

tersebut dapat dieksekusi secara nyata sehingga memberikan kemanfaatan

bagi kepentingan pihak-pihak yang berperkara dan kemanfaatan bagi

masyarakat pada umumnya. Putusan yang dikeluarkan hakim merupakan

hukum yang mana harus memelihara keseimbangan dalam masyarakat, agar

Page 64: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

51

masyarakat kembali memiliki kepercayaan kepada aparat penegak hukum

secara utuh. Hakim dalam pertimbangan hukumnya dengan nalar yang baik

dapat memutus suatu perkara dengan menempatkan putusan kapan berada

lebih dekat dengan keadilan dan kapan lebih dekat dengan kepastian hukum.

Pada dasarnya asas kemanfaatan bertempat di antara keadilan dan

kepastian hukum, dimana hakim lebih menilai kepada tujuan atau kegunaan

dari hukum itu pada kepentingan masyarakat. Penekanan asas kemanfaatan

lebih cenderung bernuansa ekonomi. Dasar pemikirannya bahwa hukum

adalah untuk masyarakat atau orang banyak, oleh karena itu tujuan hidup

harus berguna untuk manusia.

Dengan demikian putusan hakim di peradilan perdata yang ideal

haruslah memenuhi ketiga asas tersebut. Akan tetapi dalam setiap putusan

hakim terkadang ada penekanan-penekanan tertentu terhadap salah satu

aspek yang dominan. Hal tersebut bukan berati putusan tersebut telah

mengabaikan asas-asas terkait lainnya. Tampak jelas ketiga asas tersebut

saling berhubungan erat agar menjadikan hukum sebagai pedoman perilaku

dalam setiap perbuatan hukum. Akan tetapi, jika ketiga asas tersebut

dikaitkan dengan realita yang ada sering sekali antara keadilan berbenturan

dengan kepastian hukum, ataupun kepastian hukum berbenturan dengan

kemanfaatan.

C. Landasan Hukum Islam dalam Mengatur Etika Profesi Hakim di

Pengadilan Agama Makassar

Page 65: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

52

Islam memerintahkan kepada setiap manusia untuk berbuat adil

atau menegakkan keadilan pada setiap tindakan dan perbuatan yang

dilakukan. Perintah untuk berlaku adil atau menegakkan keadilan dalam

menerapkan hukum tidak memandang perbedaan agama.

1. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat as-Syuura (42) ayat 15,

yakni:

نت آم قل و ھم اء أھو تتبع لا و ت ر ا أم م ك تقم اس ع و فاد لك فلذ

لنا م بك ر بنا و ر م الله بینك ل د ع لأ ت ر أم كتاب و ن م ل الله ا أنز بم

النا م إلیھ أع ع بیننا و م یج بینكم الله ة بیننا و ج ح لا م الك م أع م لك و

یر المص

Terjemahnya:

“Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplahsebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawanafsu mereka dan katakanlah:“Aku beriman kepada semua kitab yaigditurunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antarakamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidakada pertengkaran antara kami dan kamu Allah mengumpulkan antarakita dan kepada-Nyalah kebali (kita)”.

Begitu pentingnya berlaku adil atau menegakkan keadilan, sehingga

Tuhan memperingatkan kepada orang-orang yang beriman supaya jangan

karena kebencian terhadap suatu kaum sehingga memengaruhi dalam

berbuat adil,

2. Sebagaimana ditegaskan dalam A1-Qur’an Surat al-Maidah (5) ayat 8,

yakni:

Page 66: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

53

لوا د تع ألا لى ع م قو نآن ش إن اتقوا الله و ى للتقو ب أقر لوا ھو د اع

لون م ا تع بیر بم خ الله

Terjemahan :

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orangyang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksidengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatukaum, mendorong kamu Untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah karenaadil itu lebih dekat kepada takwa. Dan takwalah kepada Allah,sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

3. Keadilan dalam sejarah perkembangan pemikiran Filasafat Islam tidak

terlepas dan persoalan keterpaksaan dan kebebasan. Para Teolog muslim

terbagi dalam dua kelompok, yaitu

4. Kaum Mu’tazilah yang membela keadilan dan kebebasan, sedangkan

Kaum Asy’ari yang membela keterpaksaan. Kaum Asy’ari menafsirkan

keadilan dengan tafsiran yang khas yang menyatakan Allah itu adil, tidak

berarti bahwa Allah mengikuti hukum-hukum yang sudah ada

sebelumnya, yaitu hukum-hukum keadilan tetapi berarti Allah

merupakan rahasia bagi munculnya keadilan. Setiap yang dilakukan oleh

Allah adalah adil dan bukan setiap yang adil harus dilakukan oleh Allah,

dengan demikian keadilan bukan lah tolok ukur untuk perbuatan Allah

melainkan perbuatan Allah lah yang menjadi tolok ukur keadilan.

Adapun Kaum Mu’tazilah yang membela keadilan berpendapat bahwa

keadilan memiliki hakikat yang tersendiri dan sepanjang Allah mahabijak

Page 67: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

54

dan adil, maka Allah melaksanakan perbuatannya menurut kriteria

keadilan.

5. Para ahli tafsir menyebutkan bahwa pertama keadaan alam diciptakan

dan segala sesuatu dari setiap materi dengan kadar yang semestinya dan

jarak-jarak diukur dengan cara yang sangat cermat. Kedua, adil adalah

persamaan penafian terhadap perbedaan apa pun. Keadilan yang

dimaksudkan adalah memelihara persamaan ketika hak memilikinya

sama, sebab keadilan mewajibkan persamaan seperti itu, dan

mengharuskannya. Ketiga, adil adalah memelihara hak-hak individu dan

memberikan hak kepada setiap orang yang berhak menerimanya.

Keadilan seperti ini adalah keadilan sosial yang harus dihormati di dalam

hukum manusia dan setiap individu diperintahkan untuk menegakkannya.

Keempat, adil adalah memelihara hak atas berlanjutnya eksistensi.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

a. Analisis Data

Penelitian ini adalah analisis yang diperoleh Dari Pengaruh Etika

Profesi Hakim Pengadilan Agama Dalam Menegakkan Nilai Keadilan

(Studi Objek Pengadilan Agama Kota Makassar) dan diolah dengan

menggunakan model Smart PLS.

b. Deskripsi Hasil Penelitian

1). Etika Profesi Hakim ( )

Page 68: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

55

Tabel 4.1 Etika Profesi Hakim

No IndikatorPernyataan Responden

5 4 3 2 1

1 X1 (Perilaku) 17 39 4 - -2 X2 (Ketaatan) 16 37 7 - -3 X3 (Hukum dan Budaya) 18 37 5 - -

Kesimpulan:

X1= Untuk indikator (Kepercayaan) yang memiliki kategori setuju

sebanyak 39 responden atau 65%. Indikator ini mampu memengaruhi

variabel Etika Profesi Hakim.

X2= Untuk indikator (Hukum Islam) yang memiliki kategori setuju

sebanyak 37 responden atau 62%. Indikator ini mampu memengaruhi

variabel Etika Profesi Hakim.

X3= Untuk indikator (Hukum dan Budaya) yang memiliki kategori setuju

sebanyak 37 responden atau 62%. Indikator ini mampu memengaruhi

variabel Etika Profesi Hakim.

2). Pengadilan Agama ( )

Tabel 4.2 Pengadilan Agama

No IndikatorPernyataan Responden

5 4 3 2 1

1 X4 (Undang-Undang) 18 36 6 - -2 X5(Media) 23 32 5 - -3 X6(Profesi) 16 39 6 - -

Kesimpulan:

Page 69: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

56

X4= Untuk indikator (Undang-Undang) yang memiliki kategori setuju

sebanyak 36 responden atau 60%. Indikator ini mampu memengaruhi

variabel Pengadilan Agama.

X5= Untuk indikator (Media) yang memiliki kategori setuju sebanyak 32

responden atau 53%. Indikator ini mampu memengaruhi variabel

Pengadilan Agama.

X6= Untuk indikator (Profesi) yang memiliki kategori setuju sebanyak 39

responden atau 65%. Indikator ini mampu memengaruhi variabel

Pengadilan Agama.

3). Keadilan ( )

Tabel 4.3 Keadilan

No IndikatorPernyataan Responden

5 4 3 2 11 Y1 (Nurani ) 28 34 3 - -2 Y2 (Jabatan)

19 37 4 - -3 Y3 (Harta) 21 35 4 - -

Kesimpulan:

Y1= Untuk indikator (Nurani) yang memiliki kategori setuju sebanyak 34

responden atau 57%. Indikator ini mampu memengaruhi variabel

Keadilan.

Y2= Untuk indikator (Jabatan) yang memiliki kategori setuju sebanyak 37

responden atau 62%. Indikator ini mampu memengaruhi variabel

Keadilan.

Page 70: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

57

Y3= Untuk indikator (Harta) yang memiliki kategori setuju sebanyak 35

responden atau 58%. Indikator ini mampu memengaruhi variabel

Keadilan.

Model Specification adalah sebagia berikut :

Gambar 4.4 Model Specification

Tabel 4.5 Overview

AVE

Composite

Reliability

RSquare

Cronbachs Alpha

Communality

Redundancy

ETIKAPROFESIHAKIM

0,35715 0,577977 0,032629 0,052203 0,357149 0,011516

KEADILAN 0,429086 0,55241 0,23019

4 0,126199 0,429086 0,073007

PENGADILAN AGAMA

0,359003 0,583558 0,088313 0,359003

2. Evaluasi Model Pengukuran

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode PLS

yang merupakan metode analisis dengan structural equation modeling

(SEM) yang berbass variance. Keunggulan metode ini adalah tidak

memerlukan asumsi dan dapat diestimasi dengan jumlah sampel yang

relative kecil. Dalam peneltian ini terdapat tiga konstruk yang diukur

Etika ProfesiHakim ( )

Keadilan(ϑ)

PengadilanAgama (γ)

H2

H1

H3

Page 71: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

58

dengan 3 buah indicator, yaitu konstruk Etika Profesi Hakim, konstruk

Pengadilan Agama dan konstruk, dan Keadilan. Arah panah antara indicator

dengan konstruk laten adalah menunjukkan bahwa penelitian ini

menggunakan indicator reflektif yang relative untuk mengukur persepsi dan

hubungan yang akan diteliti (Hipotesis) dilambangkan dengan anak panah

antara konstruk.

1. Evaluasi measurement (outer) model

a. Uji Validitas

Suatu indicator dinyatakan valid jika mempunyai loading faktor diatas

0,5 terhadap konstruk yang dituju. Pengujian validitas untuk indikator

reflektif menggunakan korelasi antara skor item dengan skor konstruknya.

Pengukuran dengan indikator reflektif menunjukkan adanya perubahan pada

suatu indikator dalam suatu konstruk jika indikator lain pada konstruk yang

sama berubah (atau dikeluarkan dari model). Indikator reflektif cocok

digunakan untuk mengukur persepsi sehingga penelitian ini menggunakan

indikator reflektif.

Page 72: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

59

Gambar 1.Algoritma

Lebih lanjut, indikator reflektif juga perlu diuji discriminant

validity dengan cross loading sebagai berikut :

Tabel 4.6 RESULT FOR CROSS LOADING

ETIKAPROFESIHAKIM

KEADILAN PENGADILANAGAMA

X1 0,541818 0,231895 0,056288

X2 0,850747 0,350746 0,181019

X3 0,23262 0,117531 0,033958

X4 -0,07809 0,17585 0,367297

X5 0,21234 0,243712 0,892318

X6 0,066833 0,12057 0,381931

Y1 0,362975 0,793437 0,206775

Y2 0,086415 -0,1386 -0,21317

Y3 0,321348 0,799065 0,257806

Page 73: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

60

Suatu indikator dinyatakan valid jika mempunyai loading

factor tertinggi kepada konstruk yang dituju dibandingkan loading

factor kepada konstruk lain. Tabel di atas menunjukkan bahwa loading

factor untuk indikator Y (Y1 sampai dengan Y3) mempunyai loading

factor kepada konstruk Keadilan lebih tinggi dari pada dengan konstruk

yang lain. Sebagai ilustrasi loading factor Y1 kepada Y (Keadilan) adalah

sebesar 0.793437 yang lebih tinggi dari pada loading factor kepada Etaaika

Profesi Hakim (0.362975), dan Pengadilan Agama (0.206775). Hal serupa

juga tampak pada indikator-indikator yang lain.

Dengan demikian, konstruk laten memprediksi indikator pada blok

mereka lebih baik dibandingkan dengan indikator di blok yang lain. Metode

lain untuk melihat discriminant validity adalah dengan melihat nilai square

root of average variance extracted (AVE). Nilai yang disarankan adalah di

atas 0,5. Berikut adalah nilai AVE dalam penelitian ini:

Tabel 4.7 AVERAGE VARIANCE EXTRACTED (AVE)

AVE

ETIKAPROFESIHAKIM

0,35715

KEADILAN 0,429086

PENGADILANAGAMA 0,359003

Tabel di atas memberikan nilai AVE di bawah 0,5 untuk semua

konstruk yang terdapat pada model penelitian. Nilai terendah AVE adalah

sebesar 0.35715 (35%) pada konstruk Etika Profesi Hakim.

Page 74: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

61

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai composite

reliability dari blok indikator yang mengukur konstruk.

Hasil composite reliability akan menunjukkan nilai yang memuaskan jika di

atas 0,5. Berikut adalah nilai composite reliability pada output:

Tabel 4.8 COMPOSITE RELIABILITY

CompositeReliability

ETIKAPROFESIHAKIM

0,577977

KEADILAN 0,55241

PENGADILANAGAMA 0,583558

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai composite reliability untuk

semua konstruk adalah di atas 0,5 yang menunjukkan bahwa semua

konstruk pada model yang diestimasi memenuhi kriteria discriminant

validity. Nilai composite reliability yang terendah adalah sebesar 0.55241

(58%) pada konstruk Keadilan.

Uji reliabilitas juga bisa diperkuat dengan Cronbach’s Alpha di mana

output SmartPLS Versi 2 memberikan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.9 CRONBACH’S ALPHA

CronbachsAlpha

ETIKAPROFESIHAKIM

0,052203

KEADILAN 0,126199

Page 75: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

62

PENGADILANAGAMA 0,088313

Nilai yang disarankan adalah di bawah 0,5 dan pada tabel di atas

menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk semua kontruk berada di

bawah 0,5. Nilai terendah adalah sebesar 0.052203.

Pengukuran Communality dan Redundancy denganprogram SmartPLS

memberikan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.10 COMMUNALITY DAN REDUNDANCY

communality

ETIKAPROFESIHAKIM

0,357149

KEADILAN 0,429086

PENGADILANAGAMA 0,359003

Tampak bahwa nilai communality pada kontruk di bawah 0,5 yang

memperkuat hasil pengujian dengan Composite Reliability dan Cronbach’s

Alpha. Lebih lanjut, nilai Redundancy Etika Profesi Hakim adalah sebesar

0.011516 yang termasuk tinggi. Juga R untuk Keadilan di atas 0.073007 di

mana nilai tersebut adalah masuk pada kategori tinggi.

B. Pengujian Model Struktural

Tabel 4.11 R-SQUARE

RSquare

ETIKAPROFESIHAKIM

0,032629

KEADILAN 0,230194

redundancy

ETIKAPROFESIHAKIM

0,011516

KEADILAN 0,073007

PENGADILANAGAMA

Page 76: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

63

PENGADILANAGAMA

Tabel di atas memberikan nilai 0.032629 untuk konstruk Etika Profesi

Hakim yang berarti bahwa Pengadilan Agama mampu menjelaskan varian

Etika Profesi Hakim dengan Nilai R juga terdapat pada Keadilan yang

dipengaruhi oleh Pengadilan Agama, dan Etika Profesi Hakim yaitu sebesar

0.230194. Pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

Tabel 4.12 Path Coefficients

(Mean, STDEV, T-Values)

OriginalSample

(O)

SampleMean(M)

StandardDeviation(STDEV)

StandardError

(STERR)

T Statistics(|O/STERR|)

ETIKAPROFESIHAKIM ->KEADILAN

0,379693 0,369892 0,170077 0,170077 2,232475

PENGADILANAGAMA ->

ETIKAPROFESIHAKIM

0,180636 0,22225 0,220297 0,220297 0,819967

PENGADILANAGAMA ->KEADILAN

0,23263 0,234152 0,19309 0,19309 1,204774

1. Jawaban Hasil Penelitian

Uji Hipotesis pada bagan ini adalah dilihat dari tStatistik pada table path

coefisient dimana tStatistik > tTabel maka dapat dikatakan ada pengaruh

signifikan antara variable independent dan dependent, begitupun sebaliknya

apabila tidak signifikan. Tabel di atas menunjukkan bahwa hubungan antara

Page 77: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

64

Etika Profesi Hakim dengan Keadilan adalah signifikan dengan T-statistik

sebesar 2,232475 (> 0.67874). Nilai original sample estimate adalah Positif

yaitu 1,553735 yang menunjukkan bahwa arah hubungan antara Etika

Profesi Hakim dengan Keadilan adalah positif. Hipotesis H1 dalam

penelitian ini yang menyatakan bahwa “Etika Profesi Hakim berpengaruh

terhadap Keadilan”.

Uji Hipotesis ke-2 pada bagian ini adalah dilihat dari tStatistik pada

table path coefisient dimana tStatistik > tTabel maka dapat dikatakan ada

pengaruh signifikan antara variable independent dan dependent,begitupun

sebaliknya apabila tidak signifikan. Tabel di atas menunjukkan bahwa

hubungan antara Pengadilan Agama dengan Etika Profesi Hakim dengan T-

statistik sebesar 0,819967(>0.67874). Nilai original sample estimate adalah

Positif yaitu sebesar 0,141227 yang menunjukkan bahwa arah hubungan

antara Pengadilan Agama dengan Etika Profesi Hakim adalah Positif.

Dengan demikian hipotesis H2 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa

“Pengadilan Agama berpengaruh dengan Etika Profesi Hakim.”

Uji Hipotesis ke-3 pada bagian ini adalah dilihat dari tStatistik pada

table path coefisient dimana tStatistik > tTabel maka dapat dikatakan ada

pengaruh signifikan antara variable independent dan dependent,begitupun

sebaliknya apabila tidak signifikan. Tabel di atas menunjukkan bahwa

hubungan antara Pengadilan Agama dengan Keadilan adalah signifikan

dengan T-statistik sebesar 1,204774 (>0.67874). Nilai original sample

estimate adalah Positif yaitu sebesar 0,526034 yang menunjukkan bahwa

Page 78: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

65

arah hubungan Pengadilan Agama dengan Keadilan adalah Positif. Dengan

demikian hipotesis H3 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa

“Pengadilan Agama berpengaruh terhadap Keadilan.”

Berdasarkan nilai original sample estimate maka diperoleh bahwa

yang mempengaruhi Etika Profesi Hakim adalah Keadilan melalui

Pengadilan Agama. Dimana Etika Profesi Hakim adalah Keadilan lebih

tinggi pengaruhnya karena mempunyai nilai original sample estimate yaitu

sebesar 1,553735 dibandingkan variable Pengadilan Agama dengan

Keadilan.

Berikut adalah diagram nilai T statistic berdasarkan output dengan

Smart PLS .

Gambar 2

Output Bootstrapping

Page 79: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Variabel Etika Profesi Hakim dalam menegakkan keadilan berpengaruh

terhadap Keadilan hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara Etika

Profesi Hakim dapat mempengaruhi Keadilan secara signifikan.

2. Variabel Pengadilan Agama dalam menegakkan keadilan berpengaruh

terhadap Etika Profesi Hakim hal ini menunjukkan bahwa hubungan

Pengadilan Agama dapat mempengaruhi Etika Profesi Hakim secara

signifikan.

3. Variabel Pengadilan Agama dalam menegakkan keadilan berpengaruh

terhadap Keadilan hal ini menunjukkan bahwa Pengadilan Agama dapat

mempengaruhi Keadilan secara signifikan.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, perlu kiranya peneliti

memberikan beberapa masukan atau saran yang terkait dengan judul skirpsi

imi, yaitu :

1. Dalam membuat putusan, seorang Hakim sepatutnya dengan menimbang

dan memutus suatu perkara dengan memeperhatikan asas keadilan, asas

kepastian hukum dan asas kemanfaatan agar putusan yang dikeluarkan

menjadi putusan yang ideal.

2. Demi tercapainya keadilan bagi masyarakat hakim turut serta dalam

reformasi peradilan dan wajib baginya menemukan hukum melalui

Page 80: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

67

penafsiran peraturn maupun dengan menggali nilai-nilai yang hidup

dalam masyarakat. Sehingga rasa keadilan bagi masyarakat bisa

terpenuhi.

3. Skripsi ini masih memiliki kekurangan baik dari segi penulisan maupun

dari segi pengambilan data sehigga saya harapkan di kemudian hari bila

akan melakukan penelitian lebih lanjut kiranya dapat memberikan data

yang lebih memadai dari apa yang telah saya teliti dan saya tulis

sehingga dapat memberikan informasi yang lebih akurat guna

menambah wawasan bagi kita semua.

Page 81: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

68

.

Page 82: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

69

Page 83: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

68

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M.Yatimin. 2006. Pengantar Studi Etika. Jakarta: Rajawali Pers

Asra, Abuzar, dkk. 2015. Metode Penelitian Survei . Bogor : IN MEDIA

Bertens.K. 1994. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Agama

Kementrian Agama RI. 2014. Al-Qur’an Dan Terjemahnya. Jakarta: Samad

Kasiram, Moh. 2008. Metodologi Penelitian . Malang : UIN-Maliki Press Malang

Latan, Hengki dan Imam Ghozali. 2015. Partial least Square, Konsep, Teknik danAplikasi Menggunakan Program Smart Pls 3.0 untuk penelitian empiris.Semarang:BP Universitas Diponegoro.

Madkur, Muhammad Salam. 1979. Al-Qadha’ Fi al-Islam. terj. Imran AM,Peradilan Dalam Islam. Surabaya: Bina Ilmu

Ndraha, Taliziduhu. 1985. Research Teori Metodologi Administrasi. Jakarta: PT.Bina Aksara.

Nuh, Muhammad. 2011. Etika Profesi Hukum. Cet. 1 ; Bandung: Pustaka Setia. h.

Pak Drs.H. M. Alwi Thaha.S.H,.M.H, Hasil Wawancara 20 Juni 2020

Rasjid, Sulaiman. 1976. Fikih Islam. Cet. XXVII; Jakarta: Attahiriyah.

Suharsimi, Airkunto. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Sekretariat Negara. 2004. Undang-Undang RI Nomor 4 Tentang KekuasaanKehakiman, bab IV pasal 28 ayat 1.

Siregar, Bismar. 1995. Hukum Hakim Dan Keadilan Tuhan. Cet. 1; Jakarta: GemaInsani Press.

Supriadi. 2008. Etika Dan Tanggung Jawab Profesi Hakim di Indonesia. Cet. II;Jakarta: Sinar Grafika.h. 107

Sekretariat Negara. 1986. Undang-Undang RI Nomor 4 Tentang PeradilanUmum, bab 14 ayat 1.

Sekretariat Negara. 1989. Undang-Undang RI Nomor 4 Tentang PeradilanUmum, bab II pasal 13 ayat 1 dan pasal 14 ayat 1 butir a-c.

Supriadi. 2008. Etika Dan Tanggung Jawab Profesi Hakim di Indonesia. Cet. II;Jakarta: Sinar Grafika. h. 112

Page 84: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

68

Sekretariat Negara. 2004. Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun TentangKekuasaan Kehakiman,bab1 pasal 16 ayat 1 dan lihat Undang-UndangRI Nomor 7 1989 Tentang Pengadilan Agama,bab IV pasal 56 ayat 1.

Sekretariat Negara. 1989. Undang-Undang RI Nomor 7 Tentang PengadilanAgama,bab IV pasal 56 ayat 1.

Page 85: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

71

RIWAYAT HIDUP

Andi Suhufi, Lahir di Bantaeng pada tanggal 08 Agustus 1998, Putra Bungsu dari

pasangan KR. Salahuddin dan Saturia. Peneliti mengawali Riwayat Pendidikan di

SD Inpres Panrangngaji Tahun 2004-2010,

SMP Negeri 2 Tompobulu pada Tahun 2010-2013,

SMA Negeri 2 Bantaeng Tahun 2013-2016.

Kemudian penulis melanjutkan pendidikan S1 di

Universitas Muhammadiyah Makassar dengan

jurusan program studi Hukum Ekonomi Syariah

(HES), Fakultas Agama Islam (FAI). Dan penulis

menyelesaikan pendidikan S1 pada tahun 2020.

2016. Pernah menjadi bagian dari pengurus

Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Hukum

Ekonomi Syariah Periode 2017-2018. Hobi

Membaca buku dan Traveling.

Page 86: 105251107616 - digilibadmin.unismuh.ac.id

71

LAMPIRAN