hubungan budaya literasi dengan keterampilan...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN BUDAYA LITERASI
DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI SISWA KELAS IV
SDN SUDIRMAN II KECAMATAN UJUNG PANDANG
KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
IRFAN SAMSIR
10540 9491 14
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2020
vii
vii
vii
vii
vii
vii
vi
MOTO
Belajarlah Dalam Bersabar, dan Bersabarlah Dalam Belajar. Pada
Kesungguhan Ada Jalan Tuhan, dan Pada Kebenaran Ada Ridho
Tuhan.
Kebodohan yang paling bodoh bagi seorang mahasiswa ialah memilih
tunduk dan munafik terhadap ketidaktahuan.
“Saling Menasihatilah Untuk Kebenaran dan Saling Menasihatilah
Untuk Kesabaran,”
(QS Al-„Asr: 3)
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini sebagai tanda baktiku Kepada Ayah dan
Ibu yang senantiasa memberikan segala rasa cinta, kasih sayang dan
doa restu, dukungan dan semangat serta pengorbanan yang tulus dan
ikhlas.
Buat saudara”ku dan semua keluarga aku yang selalu memberikan
dukungan dan semangat guna tercapainya keberhasilan Penulis. End
Thanks For All Of My Friend, kalian adalah warna keindahan dalam
keseharianku dan yakinlah kita akan selalu menjadi idola bagi diri kita
sendiri.
vii
ABSTRAK
IRFAN SAMSIR, 2020. Hubungan Budaya Literasi Dengan Keterampilan
Menulis Narasi Siswa Kelas IV SDN Sudirman II Kec. Ujung Pandang Kota
Makassar. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing I Aliem Bahri dan pembimbing II Kaharuddin.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif (Exfo Facto) yang bertujuan
untuk mengetahui mengetahui hubungan (korelasi) antara budaya literasi dengan
keterampilan menulis narasi siswa IV SDN Sudirman II Kec. Ujung Pandang
Kota Makassar.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid kelas IV di SDN
Sudirman II pada Tahun pelajaran 2020/2021. Adapun dari kelas tersebut dipilih
sampel secara penuh, yaitu satu kelas sebagai sampel. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa angket dan tes keterampilan
keterampilan menulis narasi. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan tekhnik statistik deskriptif, yakni digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi.
Dari hasil analisis statistika deskriptif diperoleh nilai rata-rata variabel
budaya literasi berada pada kategori cukup baik, yaitu sebesar 40%, dan besaran
rata-rata variabel keterampilan menulis narasi siswa berada pada kategori baik,
yaitu sebesar 55%. Selain itu nilai koefien korelasi yang diperoleh adalah sebesar
0,430 dan setelah dikonsultasikan dengan nilai r tabel pada taraf signifikansi 5%
dan N= 55, sehingga dapat diketahui nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel (0,434
≥ 0,266) yang berarti terdapat hubungan antara budaya literasi dengan
keterampilan menulis narasi siswa kelas IV SDN Sudirman II Kec. Ujung
Pandang Kota Makassar.
Kata kunci: Budaya Literasi, Keterampilan Menulis Narasi Siswa
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil „Alamin puji dan syukur kehadirat Allah swt atas
segala limpahan rahmat dan segala nikmat yang selalu tercurahkan kepada
penulis, salam dan salawat kepada junjungan Nabi Muhammmad saw, keluarga,
sahabat dan seluruh ummat muslim yang tetap istiqomah pada ajarannya. Pada
kesempatan ini penulis mendapat nikmat yang luar biasa karena dapat
menyelesaikan proposal ini sebagai bagian tugas akhir untuk memenuhi salah satu
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Dalam penyusunan proposal ini, tidak sedikit mengalami hambatan, akan
tetapi atas berkat pertolongan sang Khalik Allah Swt penulis dapat mengatasinya
dengan baik. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan sebagaimana
layaknya sebuah karya ilmiah. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati,
penulis mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuannya baik berupa moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini
mulai dari awal sampai selesai. Ucapan terima kasih yang tak terhingga dan
teristimewa untuk yang penulis cintai dan mencintai penulis dengan sepenuh hati
viii
Bakri dan Ibunda Salmia, atas pengorbanannya yang tak akan pernah bisa penulis
balas walaupun sampai titik peluh yang terakhir. Aliem Bahri, S,Pd., M,Pd.
Pembimbing I dan Kaharuddin, M.Pd., Ph,D. Pembimbing II, yang di tengah
kesibukannya masih dapat meluangkan waktunya membantu dan membimbing
penulis.
Demikian juga ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya penulis
sampaikan kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D., Dekan FKIP
Universitas Muhammadiyah Makassar. Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd, Ketua Jurusan
dan Ernawati, S.Pd, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak dan Ibu Dosen pada Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar
yang telah memberikan bekal dan ilmu pengetahuan selama mengikuti
pendidikan. Dan tiada imbalan yang dapat diberikan oleh penulis, hanya kepada
Allah SWT penulis menyerahkan segalanya dan semoga bantuan yang diberikan
selama ini bernilai ibadah di sisi-Nya Amin.
Makassar, 01 Oktober 2020
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... iii
SURAT PERNYATAAN........................................................................ iv
SURAT PERJANJIAN ........................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................... vi
ABSTRAK .............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 9
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Pustaka ..................................................................... 10
B. Kerangka Pikir ..................................................................... 41
C. Hipotesis Penelitian ............................................................ 44
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................... 45
B. Populasi dan Sampel ............................................................ 45
ix
C. Prosedur Penelitian .............................................................. 46
D. Definisi Operasional Variabel ............................................. 47
E. Instrument Penelitian ........................................................... 48
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 48
G. Teknik Analisis Data .......................................................... 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian .................................................................... 53
B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................... 61
C. Keterbatasan Penelitian ....................................................... 65
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .............................................................................. 66
B. Saran .................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 68
RIWAYAT HIDUP PENULIS ............................................................... 70
LAMPIRAN ............................................................................................ 71
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perbandingan Persamaan dan Perbadaan Penelitan Relevan .. 13
Tabel 2.1 Kerangka Berpikir .................................................................. 43
Tabel 3.1 Populasi Siswa SDN Sudirman II ........................................... 46
Tabel 3.2 Indeks Interpretasi Koefisien Korelasi .................................... 53
Tabel 4.1 Kategori Budaya Literasi Siswa .............................................. 55
Tabel 4.2 Kategori Keterampilan Menulis Narasi .................................. 57
xi
DAFTAR GAMBAR
Diagram Batang Skor Budaya Lterasi..................................................... 55
Diagram Batang Skor Keterampilan Menulis Narasi.............................. 57
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Pendukung
Indikator Penilaian Keterampilan Menulis Narasi ...............................
Angket Budaya Literasi ........................................................................
Media Gambar Seri Tes Keterampilan Menulis ...................................
Data Perolehan Skor Siswa ..................................................................
Data Perolehan Angket Budaya Literasi ..............................................
Data Perolehan Skor Tes Keterampilan Menulis Narasi Siswa ...........
Data Analisis Korelasi Product Moment ..............................................
Lampiran 2 Persuratan
Berita Acara Ujian Proposal .................................................................
Surat Izin Penelitian Dari PTSP ...........................................................
Surat Izin Penelitian Dari Kesbangpol Kota Makassar ........................
Surat Pemberitahuan Izin Penelitian SDN Sudirman II .......................
Lembar Validasi Angket Budaya Literasi ............................................
Lampiran 3 Dokumentasi
Dokumentasi Observasi .......................................................................
Dokumentasi Pengisian Angket Budaya Literasi .................................
Dokumentasi Tes Menulis Narasi Siswa..............................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan pembelajaran yang sangat
penting dipelajari. Bahasa indonesia sebagai alat berkomunikasi memiliki peran
dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa kemampuan berbahasa indonesia
tentu tidak akan munkin seseorang dapat berkomunikasi secara baik dan benar,
sehingga menjadi perlu didalami dan dipahami serta dipelajari, khususnya
disekolah. Hal itu dapat dilihat dalam Kurikulum Tinkat Satuan Pendidikan itu
sendiri, dimana pembelajaran bahasa indonesia dihadirkan, kemudian diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik berkomunikasi menggunakan
bahasa indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang
Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, juga menegaskan bahwa
kompetensi bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta
didik terhadap penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif
terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Dengan demikian pembelajaran bahasa
Indonesia adalah pembelajaran yang penting untuk dipelajari dan dikuasai oleh
peserta didik.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, setidaknya ada empat keterampilan
yang harus diajarkan dan dikuasai oleh siswa. Ialah keterampilan menyimak,
berbicara, membaca dan keterampilan menulis (Henry Tarigan, 2008:1).
2
Keterampilan menulis merupakan tahapan akhir yang dikuasai siswa, karena
siswa dapat menulis dengan baik apabila keterampilan berbahasa lainnya seperti
(menyimak, berbicara dan membaca), telah dimiliki siswa. Pada dasarnya
penguasaan keterampilan menulis, itu lebih sulit dibandingkan dengan
keterampilan berbahasa lainnya. Dilihat dari sudut kemudahanya, penguasaan
keterampilan membaca, menyimak dan berbicara, akan lebih mudah dibanding
penguasaan terhadap keterampilan menulis.
Menulis itu sendiri adalah sebuah kegiatan menuangkan pikiran atau
gagasan kedalam bentuk atau simbol-simbol tulisan. Gagasan ditulis berdasarkan
pengetahuan, pandangan, pengalaman, keterampilan, perasaan, sikap, perilaku,
khayalan, kemauan, dan keyakinan (Sutanto Leo, 2017:2). Sementara terampil
berarti cakap, atau mampu, sehingga keterampilan menulis dapat diartikan
kemampuan atau kecakapan seseorang dalam menuangkan ide, gagasan,
pemikiran maupun perasaannya melalui lambang-lambang tulisan dengan sistem
bahasa yang berlaku.
Penguasaan keterampilan menulis memang bukan hal yang mudah,
menulis dipengaruhi banyak faktor. Sediktnya dibagi atas dua faktor, internal
maupun eksternal. Faktor internal meliputi dari kesulitan ejaan, penggunaan tanda
baca, pemilihan kosakata, penyusunan kalimat, paragraf hingga kesulitan
mengembangkan ide cerita kedalam bahasa tulis sedangkan faktor eksternal
meliputi sarana dan prasarana dalam menulis. Dalam prosesnya, tidak jarang
soerang penulis mendapati kesulitan dalam menulis. Terlebih lagi bagi seseorang
yang baru menulis atau ditinkat pemula seperti anak seusia sekolah dasar .
3
Di sekolah dasar, pembelajaran menulis ditemui pada mata pelajaran
bahasa indonesia. Menulis disekolah dasar umumnya dibagi atas dua. Menulis
menulis tingkat dasar dan menulis tinkat lanjut. Menulis tinkat dasar adalah
menulis pemulaan, yaitu siswa baru belajar menuliskan huruf abjad, kosa kata dan
kalimat. Sementara menulis tingkat lanjut adalah menulis tahap lanjutan. Menulis
lanjutan bisa ditemui pada mata pelajaran bahasa indonesia dikelas IV.
Sebagaimana dalam standar kompetensi pembelajaran bahasa Indonesia itu
sendiri, salahsatunya ialah siswa atau peserta didik mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk karangan,
pengumuman, dan pantun anak. Karenanya seorang siswa atau peserta didik
diharapkan mampu mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi secara
tertulis yang salah satunya dalam bentuk karangan narasi.
Karangan narasi adalah karangan yang berusaha menciptakan,
mengisahkan, dan merangkaikan tindak-tanduk manusia dalam sebuah peristiwa
atau pengalaman manusia dari waktu ke waktu, juga di dalamnya terdapat tokoh
yang menghadapi suatu konflik yang disusun secara sistematis (Dalman, 2016 :
106). Dengan kata lain Karangan narasi bertujuan untuk menyampaikan gagasan
dalam urutan waktu dengan maksud menghadirkan di depan mata angan-angan
pembaca serentetan peristiwa yang biasanya memuncak pada kejadian utama.
Bersesuaian dengan itu, Gorys Keraf (2010 : 136) menyatakan bahwa
karangan narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan
dengan jelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
Selanjutnya peristiwa yang dimaksud, ialah rentetan kejadian dari satu waktu ke
4
waktu, membentuk konflik dihadapi dan diselesaikan oleh suatu tokoh. Olehnya
seseorang yang hendak menulis sebuah karangan narasi, haruslah memiliki
kemampuan membaca peristiwa, kemudian meramuhnya kedalam bentuk teks
atau bahasa tulis, dan keduanya akan lebih mudah diwujudkan apabila seseorang
memiliki budaya literasi yang baik.
Yaya Suhendar (295: 2006) menjelaskan bahwa budaya literasi
membiasakan seseorang untuk melakukan kebiasaan berpikir yang diikuti proses
membaca dan menulis, yang pada akhirnya menciptakan karya. Kemampuan
seorang siswa dalam membuat narasi berkaitan erat dengan budaya literasi siswa.
Artinya Siswa cenderung bisa menghasilkan karangan narasi yang baik apabila
memiliki budaya literasi yang kuat. Sementara siswa yang tidak memiliki budaya
literasi cenderung lebih sulit merangkai karangan narasi. Adapun Budaya literasi
siswa dapat diartikan sebagai kebiasaan membaca dan menulis oleh seorang
siswa. Kebiasaan membaca dan menulis ini merupakan modal awal atas siswa
dalam membuat karya dalam bentuk tulisan narasi.
Seperti diketahui membaca merupakan kunci utama untuk mengetahui
segala sesuatu, termasuk informasi dan petunjuk sehari-hari yang berdampak
besar bagi kehidupan. Kebiasaan membaca menjadikan seseorang banyak tahu
akan hal, tidak berhenti sampai dengan meluasnya wawasan, tetapi juga
membantu mengembangkan pemikiran, memperdalam pemahaman serta
menguatkan memori dan imajinasi terhadap suatu kejadian. Selain itu kebiasaan
membaca juga memperkaya perbendaharaan kata, memperkaya ide, meningkatkan
5
kemapuan memahami gagasan yang tertuang dalam baris demi baris sebuah
bacaan, nantinya memudahkan seseoarang dalam proses menulis karangan.
Asma Nadia (dalam Wiediarti, 2005: 143) pernah menuturkan, tidak
mungkin seseorang menjadi penulis atau pengarang kalau tidak suka membaca.
Pernyataan tersebut selaras dengan ucapan karta negara (dalam Wiedarti, 2016:
142) yang mengatakan bahwa tradisi menulis tidak akan dicapai tanpa didahului
oleh tradisi membaca. Artinya semakin sesorang banyak membaca, maka semakin
banyak tahu, dan semakin banyak tahu, maka semakin mudah ketika ia sedang
menulis ataupun mengarang.
Begitupun dengan menulis, menulis memiliki kesamaan dengan membaca,
karena dalam proses menulis pasti diikuti dengan proses membaca, melibatkan
proses berfikir dan itu terjadi secara berulang. Kebiasaan menulis dapat
mengembangkan pemikiran, memperkuat daya ingat dan meningkatkan
pengetahuan. Kebiasaan menulis melatih seseorang untuk berfikir secara runtut
dan logis, menjadikan seseorang memahami struktur dan unsur kebahasaan,
menguasai banyak kosa kata, serta melatih menyajikan ide kedalam berbagai
ragam bahasa tulis sesuai kaidah penulisan yang berlaku.
Zainurrahman (2011: 8) mengatakan modal pokok yang diperlukan agar
menulis menjadi pekerjaan yang mudah adalah, logika berfikir, banyak membaca,
motivasi yang kuat dan ketekunan, serta banyak berlatih atau membiasakan
menulis. Senada dengan Badudu (1985: 100) secara tegas mengatakan
keterampilan menulis memerlukan banyak latihan. Dari penjabaran di atas dapat
disimpulkan bahwa keterampilan menulis narasi, tidak hanya dipengaruhi oleh
6
kebiasaan membaca, tetapi juga dipengaruhi oleh kebiasaan menulis atau latihan
menulis itu sendiri. Dengan sering membaca dan menulis, siswa bisa menguasai
banyak kata dan berbagai tipe dan model kalimat, yang semuanya itu merupakan
modal dan bahan dasar dalam proses kepenulisan narasi. Dengan kata lain,
kebiasaan membaca dan menulis dalam hal ini budaya literasi memudahkan siswa
dalam kegiatan menulis narasi.
SDN Sudirman II adalah sekolah yang terletak dikecamatan Kec. Ujung
Pandang Kota Makasar tepat berada di Jl. Jenderal Sudirman No 7, merupakan
sekolah yang sejauh ini telah menerapkan gerakan literasi sekolah (GLS) sejak
ditetapakannya Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 yang bertujuan
munmbuhkan budaya literasi. Berdasarkan hasil observasi lapangan serta shering
bersama guru setempat, SDN Sudirman II dalam prosesnya mewujudkan budaya
literasi disekolah, dilengkapi sarana prasarana memadai yang menopang
pelaksanaan gerakan literasi, seperti perpustakaan, sudut baca, buku pelajaran dan
buku-buku non pelajaran, serta menjalangkan kegiatan literasi seperti membaca
buku non pelajaran selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai dan kegiatan-
kegiatan lain yang terfokus untuk meningkatkan budaya literasi disekolah. Dilain
hal keberedaan tim lierasi sekolah (TLS) di sekolah tesrebut yang melibatkan guru
sebagai pelaku utama semakin memastikan gerakan literasi sekolah selama dapat
berjalan dengan baik dan membuahkan hasil.
Tim literasi/Tim GLS literasi bertanggungjawab melakukan
pengembangan perpustakaan sekolah, mengembangkan sudut baca disekolah,
melaksanakan berbagai kegiatan/even literasi seperti kampanye literasi, mengawal
7
program 15 menit membaca setiap hari, dan kegiatan literasi lainnya
(mendongeng, membuat ringkasan, membaca nyaring, mengapresiasi karya sastra
dll). Dari berbagai kegiatan ataupun even literasi, pada akhirnya mampu
membiasakan seorang siswa agar dekat dengan buku, menjadikan anak cinta pada
kegiatan membaca dan itu dapat dilihat dimana secar garis besar siswa memiliki
buku teks non pelajaran sebagai bahan bacaannya yang dipinjam dari
perpustakaan sekolah tanpa harus ada pengwajiban menyelesaikan bacaan atau
menyetor berupa ringkasan dari buku yang ia pinjam. Biasanya guru hanya
menanyakan seputar buku apa yang sementara ia baca dan membuka kesempatan
bagi siapapun siswa yang ingin berbagi cerita atau berbagi informasi dari hasil
bacaan, ketika sebelum atau setelah pembelajaran. Tidak terhenti sampai disitu,
semenjak digalakkannya berbagai kegiatan literasi disekolah tersebut, peserta
didik pada umumnya mengalami peningkatan hasil belajar, khusunya pada mata
pelajaran bahasa indonesia dikelas IV.
Seperti halnya dalam pelajaran menulis karangan narasi, sebelumnya
sisiwa kelas IV dalam menulis, cenderung sulit menemukan ide menulis, sulit
mengembangkan ide tulisan, susah menentukan pilihan kata yang tepat (diksi),
menentukan alur dan penokohan serta kurang memahami ejaan, tata tulis dan cara
mengorganisasikan pesan kedalam bahasa tulis. Tetapi semenjak penerapan
gerakan literasi berjalan, siswa menjadi lebih mudah dan kerap menemukan solusi
dalam menghadapi „kebuntuan‟ ketika sedang menulis. Bahkan siswa lebih
percaya diri memajang hasil karangan, dipajang padan mading kelas ataupun
mading sekolahnya. Hanya saja bimbingan serta arahan dari guru tetap
8
diperlukan, diantaranya guru tetap membantu siswa menggali ide dari tema
karangan yang hendak dituliskan. Kadang-kadang, guru harus menggunakan
media pembelajaran yang inovatif dan kreatif, yang dapat memudahkan siswa
dalam proses mengarang, tujuannya untuk memantik ide siswa, agar mendapat
gambaran yang jelas dari tema yang hendak dibuatkan karangan.
Berangkat dari paparan dan pemikiran di atas, budaya literasi dalam arti
kebiasaan membaca dan menulis memiliki hubungan yang positif dengan
keterampilan menulis narasi. Dalam hali ini, semakin tinggi budaya literasi
seseorang, maka semakin baik pula keterampilan menulis narasinya. Begeitupulah
sebaliknya, semakin rendah budaya literasi seseorang maka semakin rendah pula
keterampilannya dalam menulis narasi. Atas dasar itu, peneliti terdorong umtuk
melakukan peneltiani dengan maksud membuktikan apakah budaya literasi
memiliki hubungan dengan ketrampilan menulis narasi siswa dengan mengangkat
sebuah judul “Hubungan Budaya Literasi dengan Keterampilan Menulis Narasi
Siswa Kelas IV di SDN Sudirman II Kec. Ujung Pandang Kota Makassar.”
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang yang dijabarkan di atas, peneliti mengajukan
rumusan masalah yaitu “ Adakah hubungan budaya literasi dengan keterampilan
menulis narasi siswa Kelas IV SDN Sudirman II Kec. Ujung Pandang Kota
Makassar?
9
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan budaya literasi dengan keterampilan menulis narasi siswa
Kelas IV SDN Sudirman II Kec. Ujung Pandang Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini terbagi atas dua sub bagian, baik secara
teoritis maupun secara praktis :
1. Manfaat teoretis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapakan menjadi bahan bahan,
referensi, dan kajian, serta dapat memperkaya khazanah seputar tentang
keterampilan menulis narasi dan budaya literasi.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada
siswa keterkaitan antara budaya literasi dengan keterampilan menulis
narasi serta mendorong siswa, agar tetap membudayakan membaca dan
terus berlatih menulis
b. Bagi guru, hasil penelitian ini peneliti dapat untuk menamba wawasan
dan menjadi rujukan serta pertimbangan dalam upaya peningkatan
budaya literasi dan peningkatan keterampilan menulis narasi siswa.
c. Bagi peneliti, hasil penelitian sebagai dasar, acuan dan refrensi bagi
penelitian lain di tempat dan pelajaran yang berbeda.
10
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Hasil Penelitian yang Relevan
a. Achmad Zakaria 2017 melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Budaya
Literasi Terhadap Prestasi Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Peserta Didik Di
SMP Iskandar Said Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh budaya literasi terhadap prestasi belajar. Berdasarkan
hasil pengumpulan data melalui angket yang dibagikan kepada peserta didik
dan setelah dianalisis diperoleh data dengan presentase 71,02%, hal ini
menunjukkan bahwa budaya literasi tergolong cukup tinggi. Sementara prestasi
pelajaran kebudayaan islam di SMP iskandar Said Surabaya juga tergolong
baik dan dilihat dari hasil rata-rata peserta didik adalah 86,77 dari 89 jumlah
peserta didik (responden). Selain itu, terdapat hubungan positif yang signifikan
antara pengaruh budaya literasi terhadap prestasi belajar peserta didik. Hal ini
dibuktikan dari hasil yang diperoleh menggunakan rumus korelasi product
moment, diperoleh angka indeks korelasi sebesar 0,33 yang berkisar antara
0,02-0,40 ini berarti terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X dan
Variabel Y.
b. Evi Rahmawati 2012 telah melakukan penelitian yang berjudul Hubungan
Kebiasaan Membaca Tajuk Rencana Dengan Keterampilan Menulis
Argumentasi pada Siswa Kelas XI SMA Negeri kota Yogyakarta yang
12
Berkategori Sedang. Penelitian ini menggunakan dua variabel. Yaitu kebiasaan
membaca tajuk rencana dan kemampuan menuis argumentasi. Populasi dalam
penelitian ini adalah 5 sekolah dengan jumlah kelas sebanyak 38. Sampel
penelitian ini diambil 50 % sehingga didapatkan sampel sebanyak 19 kelas
dengan jumlah siswa sebanyak 494. Hasil penelitian menujukkan terdapat
hubungan yang signifikan antara kebiasaan membaca tajuk rencana dengan
keterampilan menulis argumentasi siswa kelas XI SMA Negeri Yogyakarta.
c. Perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang dilakukan
Pada dasaranya bentuk dan model penelitian ini memiliki kesamaan yang
mencolok dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Zakaria dan Evi
Rahmawati. Hal yang dikatakan sama diantaranya terdapat pada jenis
penelitian yang terdapat pada penleitian ini menggunakan jesnis penelitian
experimen yang berkonsentrasi pada hubungan (korelasi) antar variabel-
variabel yang diteliti. Begitupun dengan jenis penelitian pada penelitian yang
dilakukan oleh Ahmad Zakaria dan Evi Rahmawati ialah menggunkan bentuk
dan model experimen dan jenis penleitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan korelasi antar variabel (X terhadap Y). Apakah terdapat hubungan
antara variabel X dan variabel Y, bagaimankah arah hubungannya, serta
besaran kontribusi variabel (X) terhadap variabel (Y).
Dilain hal variabel, instrumen dan teknik analisis data yang digunakan
pada penelitian ini, juga memiliki kesamaan. Bila dilihat variabel X (Budaya
Literasi) dalam penelitian ini memiliki kesamaan dengan variabel X dalam
penelitian yang diteliti oleh Ahmad Zakaria. Demikian pun penelitian oleh
13
Evy Rahmawati, yaitu mengkaji mempelajari varibel Y yang sama dengan
penelitian ini (Keterampilan menulis) dan meneliti variabel X yang memiliki
kemiripan (Kebiasaan membaca tajuk rencana) dengan variabel X pada
penelitian ini (Budaya Litrasi). Dalam hal instrumen dan teknik analisis data
secara garis besar memiliki kesamaan, seperti halnya angket (kuesioner) dan
tes yang digunakan, proses, isi dan muatan kurang lebih sama namun sudah
tentu berbeda tapi tujuan tetap sama yiatu memperoleh data kemudian
mengungkap korelasi antar variabel yang diteliti. Hanya saja pada penelitian
yang dilakukan Ahmad Zakaria tidak menggunakan tes dikarenakan variabel
(Y) sudah dapat diketahui nilainya tanpa harus dilakukan tes.
Sementara perbedaan mendasar dalam penelitian dengan penelitian yang
dilakukan Ahmad Zakaria dan Evy Rahmawati, yaitu populasi dan teknik
pengambilan sampel. Populasi pada penelitian Ahmad Zakaria adalah seluruh
jumlah siswa yang ada di SMP Iskandar Said Surabaya dengan menggunakan
teknik pengambilan sampel secara acak (random sampel) dari populasi atau
peserta didik SMP Iskandar Said Surabaya yang terdapat pada kelas (VII, VIII,
IX). Sedangkan populasi dan teknik pengambilan sampel dalam penelitian
yang dilakukan oleh Evi Rahmawati ialah seluruh jumlah siswa di 5 sekolah
SMA dikota yogyakarta dengan teknik sampel 50% dari populasi yang ada.
Sementara populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang ada di
SDN Sudirman II dengan sampel yaitu selurh jumlah siswa yang ada dikelas
IV (61). Jika dua peneltian sebelumnya, nantinya akan melakukan generalisasi
atas hasil yang diperoleh terhadap populasi. Sementara pada peneltian ini
14
generalisasi hasil penelitian lebih terfokus terhadap suatu kelompok belajar
yakni siswa kelas IV. Agar dapat dengan muda dipahami, berikut akan lebih
detil digambarkan perbedaan dan persamaan dari penelitian yang relevan
dengan penelitian ini:
No. Item Penelitian
Ahmad Zakaria
Penelitian
Evy Rahmawati
Penelitian Ini
(Irfan Samsir)
2. Variabel
Penelitian (X, Y)
Budaya
Literasi (X),
Hasil Belajara
Sejarah
Kebudayaan
Islam (Y)
Membaca Tajuk
Rencana (X),
Keterampilan
Menulis
Argumentasi (Y)
Budaya
Literasi (X),
Keterampilan
Menulis
Narasi (Y)
3. Jenis Penelitian Experimen
Korelasi
Eksperimen
Korelasi
Eksperimen
Korelasi
4. Populasi SMP Iskandar
Said 5 Sekolah SMA
SDN
Sudirman II
5.
Teknik
Pengumpulan
Data
Observasi,
Angket
Observasi,
Angket, Tes
Observasi,
Angket, Tes
7.
Teknik
Pengambilan
Sampel
Random
Sampling
50 % dari
populasi
Sampel Penuh
(Seluruh
Siswa Dikelas
IV)
6. Teknik Analisis
Data
Statistik
Deskriptif
Statistik
Deskriptif
Statistik
Deskriptif
15
2. Budaya Literasi
a. Pengertian Budaya Literasi
Budaya dalam kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai (1) sesuatu
mengenai kebudayaan yang sudah berkembang (beradab, maju), (2) sesuatu
yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar diubah. Budaya menurut Alo liliweri
(2012: 8) adalah perilaku yang telah tertanam, yang dipelajari sekelompok
orang, yang secara umum menerangkan sebuah tradisi kehidupan, diakui,
dipertahankan, kemudian diwariskan kegenerasi selanjutnya. Selanjutnya
Sulasman (2013: 17), mengatakan budaya meliputi pengetahuan, keyakinan,
kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, kemampuan serta kebiasaan yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Adapun literasi dalam kamus besar bahasa indonesia juga memiliki
beberapa arti, dua diantaranya adalah (1) kemampuan menulis dan membaca,
(2) kemampuan individu dalam mengelolah informasi dan pengetahuan untuk
kecakapan hidup. Sementara literasi menurut pandangan Yosal Iriantara (2009:
4) literasi terkait dengan huruf yang melibatkan kempampuan penguasaan
sistem-sistem tulisan dan konvensi-konvensi yang menyertainya. Berdasarkan
pengertian di atas, budaya literasi secara sederhana dapat disimpulkan sebagai
suatu pola hidup atau sikap serta kebiasaan indidvidu secara berkelompok,
yang dapat diterjemahkan dalam sebuah perilaku seseorang dalam melakukan
aktivitas membaca dan menulis.
Literasi dalam arti luas, bukan hanya berkaitang tentang kemampuan
membaca dan menulis saja. Dengan kata lain literasi lebih dari sekadar
16
kemampuan membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan berpikir
menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital,
dan auditori. Lebih jauh UNESCO 2003 menyebutkan bahwa literasi
menyangkut pula dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan,
menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi,
menggunakan dan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi bermacam-
macam persoalan.
Lebih jauh litrasi oleh Kemendibud dipandang sebagai salah satu indikator
kemajuan bangsa. Keberliterasian dalam konteks ini bukan hanya hanya
masalah bagaimana suatu bangsa bebas dari buta aksara, melaingkan juga yang
lebih penting bagaimana bangsa memiliki kecakapan hidup agar mampu
bersaing daan bersanding dengan bangsa lain untuk menciptakan kesejahteraan
dunia. Dengan kata lain, bangsa dengan budaya literasi tinggi menunjukkan
kemampuan bangsa tersebut berkolaborasi, berfikir kritis, kreatif, komunikatif
sehingga dapat memenangi persaingan global.
d. Dimensi Literasi
Adapun dimensi literasi dalam buku panduang Gerakan Literasi Nasional
dapetakan menjadi 6 poin yaitu, 1) literasi baca tulis, 2) literasi numerasi, 3)
literasi digital, 4) literasi sains, 5) literasi finansial, 6) literasi budaya dan
kewargaan.
1) Literasi baca tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk membaca,
menulis, mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami informasi
untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk
17
mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta
untuk berpartisipasi di lingkungan sosial.
2) Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk (a) bisa
memperoleh, menginterpretasikan, menggunakan, dan
mengomunikasikan berbagai macam angka dan simbol matematika
untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks
kehidupan sehari-hari; (b) bisa Menganalisis informasi yang
ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb.) untuk
mengambil keputusan.
3) Literasi sains adalah pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk mampu
mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru,
menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasarkan
fakta, memahami karakteristik sains, membangun kesadaran
bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam,
intelektual dan budaya, serta meningkatkan kemauan untuk terlibat dan
peduli dalam isu-isu yang terkait sains.
4) Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan
media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan,
mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan
memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh
hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam
kehidupan sehari-hari.
18
5) Literasi finansial adalah pengetahuan dan kecakapan untuk
mengaplikasikan (a) pemahaman tentang konsep dan risiko, (b)
keterampilan, dan (c) motivasi dan pemahaman agar dapat membuat
keputusan yang efektif dalam konteks finansial untuk meningkatkan
kesejahteraan finansial, baik individu maupun sosial, dan dapat
berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat.
6) Literasi budaya dan kewargaan pengetahuan dan kecakapan dalam
memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai
identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah pengetahuan
dan kecakapan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga
masyarakat.
Sementara Clay (2001: 8) membagi komponen literasi seperti sebagai
berikut:
1) Literasi dini (Early literacy) yaitu kemampuan untuk menyimak,
memahami bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan
yang dibentuk oleh pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya di rumah. Pengalaman peserta didik dalam berkomunikasi
dengan bahasa ibu menjadi fondasi perkembangan literasi dasar.
2) Literasi dasar (Basic literacy) kemampuan untuk mendengarkan,
berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan
dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating),
mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta
19
menggambarkan informasi (drawing) berdasarkan pemahaman dan
pengambilan kesimpulan pribadi.
3) Literasi perpustakaan (Library literacy) antara lain, memberikan
pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi,
memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey
Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan
dalam menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog
dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami
informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian,
pekerjaan, atau mengatasi masalah.
4) Literasi media (Media Literacy), merupakan kemampuan untuk
mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak,
media elektronik (media radio, media televisi), media digital (media
internet), dan memahami tujuan penggunaannya.
5) Literasi teknologi (Technology Literacy) yaitu kemampuan memahami
kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras
(hardware), peranti lunak (software), serta etika dan etiket dalam
memanfaatkan teknologi. Berikutnya, kemampuan dalam memahami
teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet.
Dalam praktiknya, juga pemahaman menggunakan komputer
(Computer Literacy) yang di dalamnya mencakup menghidupkan dan
mematikan komputer, menyimpan dan mengelola data, serta
mengoperasikan program perangkat lunak. Sejalan dengan
20
membanjirnya informasi karena perkembangan teknologi saat ini,
diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola informasi yang
dibutuhkan masyarakat.
6) Literasi visual (Visual Literacy) adalah pemahaman tingkat lanjut
antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan
kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi
visual dan audiovisual secara kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap
materi visual yang tidak terbendung, baik dalam bentuk cetak, auditori,
maupun digital (perpaduan ketiganya disebut teks multimodal), perlu
dikelola dengan baik.
e. Strategi menumbuhkan budaya literasi
Untuk membangun budaya literasi disekolah, sejak tahun 2016
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menggiatkan Gerakan Literasi
Nasional, yang didalam terdiri Gerakan Literasi Sekolah (GLS), (Gerakan
Literasi Keluarga), (Gerakan Literasi Masyarakat). Gerakan yang tidak hanya
melibatkan jajaran Kemendikbud, tetapi juga oleh para pemamngku
kepentingan seperti pegiat literasi, akademisi, organisasi profesi, dunia usaha,
dan kementrian lembaga lain. Pelibatan ekosistem pendidikan sejak
penyusunan konsep, kebijakan, penyediaan materi pendukung, sampai pada
kampanye literasi. Hal itu diharapakan keluarga, sekolah, dan masyarakat
mulai dari perkotaan sampai ke wilayah terjauh turut andil dalam
menumbuhkan budaya literasi.
21
Sebagaimana menurut Wiedarti, dkk. (2016:10) dalam konteks sekolah,
subjek dalam kegiatan literasi adalah peserta didik, pendidik, tenaga
kependidikan (pustakawan, pengawas), dan kepala sekolah. Semua komponen
warga sekolah ini berkolaborasi dalam mewujudkan budaya literasi disekolah.
Selain itu penyedian bahan bacaan dan kegiatan-kegiatan literasi juga tak kalah
penting untuk mendorong peningkatan minat baca serta tumbuhnya budaya
literasi. Kemendikbud dalam hal ini secara tegas menyatakan bahwa cara untuk
mengembangkan budaya literasi bangsa adalah melalui penyediaan bahan
bacaan dan peningkatan minat baca pada anak. Dengan minat baca yang tinggi,
didukung dengan ketersediaan bahan bacaan yang bermutu dan terjangkau,
akan mendorong pembiasaan membaca dan menulis, baik dieskolah maupun
dimasyarakat. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa
meningkatkan budaya literasi siswa disekolah tidak terlepas dari keterlibatan
semua pihak, khusunya warga sekolah serta sarana dan prasarana sebagai
fasilitas pendukung dalam upaya meningkatkan budaya literasi siswa
disekolah.
Selain itu, strategi serta perencenaan yang matang dalam menumbuhkan
budaya literasi, juga tak kalah pentingnya, sehingga implementasi peningkatan
budaya literasi dapat berjalan dengan baik, agar dapat diukur, dievaluasi guna
menutupi kekurangan-kekurangan untuk peninkatan yang lebih lanjut. Menurut
Beers, dkk (2009:12) ada beberapa strategi untuk menciptakan dan mengkatkan
budaya literasi disekolah :
1) Mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi
22
Lingkungan fisik adalah hal pertama yang dilihat dan dirasakan
warga sekolah. Oleh karena itu, lingkungan fisik perlu terlihat ramah
dan kondusif untuk pembelajaran. Sekolah yang mendukung
pengembangan budaya literasi sebaiknya memajang karya peserta
didik dipajang di seluruh area sekolah, termasuk koridor, kantor kepala
sekolah dan guru. Selain itu, karya-karya peserta didik diganti secara
rutin untuk memberikan kesempatan kepada semua peserta didik.
Selain itu, peserta didik dapat mengakses buku dan bahan bacaan lain
di sudut baca di semua kelas, kantor, dan area lain di sekolah. Ruang
pimpinan dengan pajangan karya peserta didik akan memberikan kesan
positif tentang komitmen sekolah terhadap pengembangan budaya
literasi.
2) Mengupayakan lingkungan sosial dan afektif sebagai model
komunikasi dan interaksi yang literat.
Lingkungan sosial dan afektif dibangun melalui model komunikasi dan
interaksi seluruh komponen sekolah. Hal itu dapat dikembangkan
dengan pengakuan atas capaian peserta didik sepanjang tahun.
Pemberian penghargaan dapat dilakukan saat upacara bendera setiap
minggu untuk menghargai kemajuan peserta didik di semua aspek.
Prestasi yang dihargai bukan hanya akademik, tetapi juga sikap dan
upaya peserta didik. Dengan demikian, setiap peserta didik mempunyai
kesempatan untuk memperoleh penghargaan sekolah. Selain itu,
literasi diharapkan dapat mewarnai semua perayaan penting di
23
sepanjang tahun pelajaran. Ini bisa direalisasikan dalam bentuk festival
buku, lomba poster, mendongeng, karnaval tokoh buku cerita, dan
sebagainya. Pimpinan sekolah selayaknya berperan aktif dalam
menggerakkan literasi, antara lain dengan membangun budaya
kolaboratif antarguru dan tenaga kependidikan. Dengan demikian,
setiap orang dapat terlibat sesuai kepakaran masing-masing. Peran
orang tua sebagai relawan gerakan literasi akan semakin memperkuat
komitmen sekolah dalam pengembangan budaya literasi.
3) Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat.
Lingkungan fisik, sosial, dan afektif berkaitan erat dengan lingkungan
akademik. Ini dapat dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan gerakan
literasi di sekolah. Sekolah sebaiknya memberikan alokasi waktu yang
cukup banyak untuk pembelajaran literasi. Salah satunya dengan
menjalankan kegiatan membaca dalam hati dan guru membacakan
buku dengan nyaring selama 15 menit sebelum pelajaran berlangsung.
Untuk menunjang kemampuan guru dan staf, mereka perlu diberikan
kesempatan untuk mengikuti program pelatihan tenaga kependidikan
untuk peningkatan pemahaman tentang program literasi, pelaksanaan,
dan keterlaksanaannya.
Berangkat dari beberapa paparan di atas, maka budaya literasi secara
ringkas dapat digambarkan sebagai suatu pola hidup atau sikap, maupun
perilaku yang sudah menjadi kebiasaan individu secara berkelompok dalam
melakukan kegiatan membaca dan menulis maupun melakukan kegiatan-
24
kegiatan lain bernuangsa literasi, yang pada pada hakikatnya melatih
kemampuan seseorang dalam mengidentifikasi, mengelolah, dan mengevaluasi
serta mengkomunikasikan informasi, melatih kemampuan seseorang berpikir,
yang berujung pada kemampuan seseorang dalam menciptakan karya.
Literasi dalam konteks yang luas, lebih dari sekedar membaca dan
menulis. Literasi juga merupakan salahsatu tolak ukur kemajuan suatu bangsa,
Keberliterasian bukan sekadar masalah bagaimana suatu bangsa bebas dari
buta aksara, melaingkan juga yang lebih penting bagaimana bangsa memiliki
kecakapan hidup agar mampu bersaing daan bersanding dengan bangsa lain
untuk menciptakan kesejahteraan dunia. Literasi memiliki tingkatan dan
tahapan dengan kata lain literasi memiliki dimensi dan ruang lingkup yang
luas. Pada umumnya setiap seseorang memilki literasi yang baik, namun tidak
semua orang memiliki literasi yang baik. Seseorang yang memiliki budaya
literasi yang baik, tentu memiliki kemampuan literasi yang tinggi. Dan
seseorang tidak memiliki kemampuan literasi yang baik, sudah tentu tidak
memilki budaya literasi rendah. Untuk meningkatkan budaya literasi
pemerintha melalui Kemdendikbud telah mengeluarkan kebijakan Gerakan
Literasi Nasional sejak tahun 2016, yang bertujuan untuk menumbuhkan
budaya literasi. Gerakan tersebut salahsatunya, merupakan Gerakan Literasi
Siswa (GLS) yang secara khusus dirancang untuk menjadikan sekolah sebagai
ekosistem yang literat, agar menumbuhkan budaya literasi siswa.
Kemampuan literasi tumbuh secara bertahap, tidak dengan tumbuh subur
begitu saja, membutuhkan proses dan melalui tingkatan-tingkatan literasi
25
tertentu, seperti literasi dasar, literasi baca-tulis dan lain-lain, sehingga dengan
demikian butuh latihan melalui pembiasaan sehari-sehari. Hal itu dapat
dilaksanakan dan diwujudkan melalui pembiasaan dirumah maupun disekolah.
Yaitu membentuk rumah ataupun sekolah menjadi ekosistem yang literat, agar
dapat mendorong peningkatan budaya literasi siswa. Dalam konteks ini pelaku,
strategi, perencenaan yang matang, kegiatan-kegiatan literasi, serta sarana dan
prasarana pendukung merupakan hal penentu, agar gerakan literasi benar-benar
berjalan secara konsisten, dapat dievaluasi dan dikembangkan sehingga
akhirnya dapat membuahkan hasil yang memuasakan. Dari gambaran di atas
penulis menyimpulkan seorang siswa dikatakan memiliki budaya literasi tinggi
atau kuat cirinya apabila, memiliki kedekatan dengan buku yang ditandai
dengan minat baca, kebutuhan bahan bacaan, kemudian memiliki wawasan
luas, memiliki perbendaharaan kata, kaya akan ide-ide, punya sikap ingin tahu
dan rasa penasaran tinggi, memiliki pemahaman kebahasaan serta pengalaman
menulis dan keterampilan berfikir kritis.
3. Keterampilan Menulis Narasi
a. Pengertian keterampilan menulis
Menulis merupakan kegiatan berbahasa secara tertulis. Menurut Dalman
(2016: 3) menulis dapat didefenisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian
pesan (komunikasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan
bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Aktivitas menulis melibatkan beberapa
unsur, yaitu penulis sebagai penyampaian pesan, isi tulisan, saluran atau media,
26
dan pembaca. Menulis juga dapat dikatakan sebagai kegiatan merangkai huruf
menjadi kata atau kalimat untuk disampaikan kepada orang lain, sehingga
orang lain dapat memahaminya. Dalam hal ini, dapat terjadinya komunikasi
antar penulis dan pembaca dengan baik.
Selaras dengan pandangan di atas, Tarigan (2008: 4) mengatakan bahwa
menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap mata dengan orang
lain. lebih lanjut, menulis juga merupakan kegiatan yang produktif dan
ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis haruslah terampil memanfaatkan
grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata.
Sementara menurut Sutanto Leo (2017: 2) dalam memberikan pengertian
tentang menulis lebih menekan kepada aspek ide dalam menulis. Ia
memandang menulis adalah sebuah kegiatan menuangkan pikiran atau gagasan
kedalam bentuk atau simbol-simbol tulisan. Gagasan ditulis berdasarkan
pengetahuan, pandangan, pengalaman, keterampilan, perasaan, sikap, perilaku,
khayalan, kemauan, dan keyakinan.
Adapun Endang Kasupardi (2010: 5) lebih rinci lagi dalam memberi
pengertian menulis, yakni melingkupi beberapa pengertian di atas. Menurut
endang, menulis pada hakikatnya adalah suatu proses yang menggunkan
lambang-lambang (huruf) untuk menyusun, mencatat, dan mengkomunikasikan
serta dapat menampung aspirasi yang dapat menghibur, memberi informasi,
dan menambah pengetahuan. Menurutnya menulis dapat pula disimpulkan
sebagai berikut :
27
1) Merupakan suatu bentuk komunikasi,
2) Merupakan suatu proses pemikiran yang dimulai dengan pemikiran
tentang gagasan yang akan disampaikan,
3) Adalah bentuk komunikasi yang berbeda dengan bercakap-cakap, dalam
tulisan tidak terdapat intonasi ekspresi wajah, gerak fisiki, serta situasi
yang menyertai percakapan,
4) Merupakan suatu ragam komunikasi yang perlu dilengkapi dengan alat-
alat penjelas serta aturan ejaan dan tanda baca,
5) Merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis
kepada khayalak pembaca yang dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.
Menulis sebagai keterampilan memiiliki pengertian tersendiri. Dengan
kata lain keterampilan menulis memiliki makna tersendiri. Keterampilan
berasal dari kata dasar trampil yang berarti cakap, mampu dan cekatan.
Terampil dalam kamus bahasa besar indonesia adalah cakap dalam
menyelesaikan tugas. Sedangkan keterampilan itu sendiri ialah, kecakapan
untuk menyelesaikan tugas. Dengan demikian apabila dihubungkan dengan
kegiatan menulis, maka keterampilan menulis dapat diartikan kemapuan atau
kecakapan seseorang dalam menuangkan ide, gagasan, pemikiran maupun
perasaannya melalui lambang-lambang tulisan dengan sistem bahasa yang
berlaku.
b. Manfaat dan tujuan menulis
Dalam proses menulis, penulis dituntut berfikir menemukan gagasan,
kemudian menuangkan gagasan atau hasil pikiran kedalam bentuk teks.
28
Perubahan dari ide kedalam bentuk teks, menunut penulis agar mampu
menerejmahkan ide kedalam bentuk huruf atau kata-kata, kemudian
menghubung-hubungkan kata demi kata, kalimat demi kalimat hingga paragraf
demi paragraf, membentuk kesatuan yang padu, selanjutnya melahirkan pesan
dan maksud tertentu, membentuk kesan dan pehaman kepada pembaca
terhadap suatu topik atau tema yang dibahas. Disini, penulis tidak hanya
berposisi sebagai penulis, kadang-kadang ia pula sebagai pembaca bagi tulisan
sendiri. Ia harus memahami kembali apa yang telah dituliskannya, dan
berusaha menemukan dan menutupi kekurangan apa saja yang masih terdapat
pada isi tulisannya. Kekurangan-kekurangan itu bisa berupa pilihan kata, tanda
baca, keseseuaian antara kalimat, keselarasan antar paragraf serta keabsahan
suautu ide tentu patut diprtanyakan dan dipikirkan ulang, apakah ide yang ada
dalam tulisan sudah sesuai dengan ide yang hendak kita sampaikan kepembaca.
Artinya sebuah tulisan sudah benar-benar mewakili maksud penulisnya dari
apa yang hendak disampaikan kepembacanya.
Terlepas dari siapa pembacanya, penulis selaku yang menghasilkan tulisan
disini telah menyelesaikan tugasnya. Dengan kata lain penulis telah lepas dari
tulisannya, dan selanjutnya tulisan akan bergantung kepada siapa pembacanya.
Kualitas pemahan terhadap isi tulisan akan ditentukan oleh sipembaca.
Pembacalah atas pemahaman yang dia miliki yang berhak menentukan mau
bagaimana ia memahami isi tulisan dari hasil bacaannya. Dilain hal
pemahaman, wawasan, serta kebiasaan menuangkan ide kedalam tulisan, juga
turut menentukan kualitas dari tulisan yang dihasilkan.
29
Dari rangkaian proses perpindahan ide dia di atas, dari penulis kepembaca,
dari satu bentuk bentuk yang lainnya, dengan melaui media tulis. Dari proses
itulah seorang memperoleh banyak manfaat yang bisa diperoleh ketika
menulis. Menulis bukan hanya mengola pikir, tapi juga mengolah rasa.
Menulis melatih keberenanian, memperdalam pengetahuan. Menulis menuntut
seseorang berfikir kritis, dan menulis juga melatih imajinasi, bahkan kadang-
kadang menlis dipercaya mampu mengurangi strees.
Menulis bisa memperkuat ingatan, memperbanyak kosakata, memperluas
wawasan. Menulis juga melatih kesabaran, memperjelas apa yang belum jelas,
dapat menjernihkan pikiran, melatih konstrasi dan tentunya menulis melatih
kemampuan menulis itu sendiri yaitu kemampuan menuliskan pesan dengan
bahasa yang baik dan benar.
Pada dasaranya fungsi utama menulis ialah berkomunikasi tidak langsung.
Sebagaiaman hal itu dikatakan Henry G Tarigan (2008:22) bahwa fungsi utama
menulis pada dasarnya sebagai alat komunikasi tidak langsung. Akan tetapi
tidak sampai disitu saja. Ketika menulis, seseorang akan memperdalam daya
tangkap, mendapatkan solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi,
menyusun pengalaman atau belajar dari pengalaman orang lain.
Menurut Dalman (2016:6) menulis memiliki banyak manfaat yang dapat
dipetik dalam kehidupan ini, diantaranya ialah:
1) Peningkatan kecerdasan
2) Pengembangan daya inisiatif dan kreatifitas,
3) Penumbuhan keberanian dan,
30
4) Pendorongan kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi
Menulis bermanfaat bagi otak. Menurut Sutanto Leo (2017:8) dengan
menulis, pikiran atau otak penulis akan terus aktif atau tetap bekerja (berfikir).
Hal ini adalah cara untuk memelihara daya ingat dan memperlambat atau
mencegah tingkat kepikunan, menambah serta mengupdate ilmu pengetahuan.
Adapun menurut Endang Kasupriadi manfaat dari kegiatan menulis yaitu,
sebagai berikut:
1) Wawasan tentang suatu topik bertambah luas dan semakin dalam
2) Untuk menulis tentang sesuatu, anda terpaksa belajar tentang sesuatu itu
serta berfikir/bernalar. Anda mengumpulkan fakta-fakta, menghubung-
hubungkan, serta menarik kesimpulan;
3) Menulis berarti menyusun gagasan secara runtut dan sistematis. Dengan
demikian anda menjelaskan sesuatu yang semula masih samar bagi diri
anda.
4) Jika anda menulis, anda menuangkan gagasan anda ke atas kertas,
sehingga ada jarak antara anda dengan gagasan itu. Dengan demikian,
anda akan lebih muda dalam menilai gagasan anda.
5) Dengan menuliskan permasalahan di atas kertas, anda lebih muda
memecahkannya;
6) Tugas menulis mengenai suatu topik memaksa anda belajar secara aktif ;
7) Kegiatan menulis yang terencana akan membiassakan anda berfikir dan
berbahasa secara tertib.
31
Selain memiliki manfaat, menulis juga memiliki banyak tujuan. Dalman
berpendapat (2016:13) bahwa menulis memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai
berikut:
1) Tujuan Penugasan
2) Tujuan Estetis
3) Tujuan Penerangan
4) Tujuan Pernyataan diri
5) Tujuan Kreatif
6) Tujuan konsumtif
Sujanto dalam Endang Kasupardi (2010: 8) mengemukakan, bahwa tujuan
menulis sebagai berikut:
1) Mengekspresikan perasaan
2) Memberi informasi
3) Mempengaruhi pembaca dan,
4) Memberi hiburan
Merujuk uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan, kegiatan menulis
memiliki banyak manfaat. Menulis dapat memperluas wawasan, memperdalam
pemahaman, melatih seseorang berfikir, memperkuat ingatan, melatih
keberanian dan kesabaran, memperbanyak perbendaharaan kata dan melatih
imajinasi, serta memperkaya ide maupun gagasan. Sementara tujuan menulis
ialah mengungkapkan ide, gagasan, perasaan, pendapat melalui bahasa tulis
dengan baik dan benar agar mudah dipahami pembaca. Dengan kata lain tujuan
menulis, ialah mengeksperisikan ide, gasasan maupun perasaan kedalam
bentuk lambang-lambang bahasa, kepada pembaca dengan bahasa tulis yang
baik dan benar, yang mudah dmengerti oleh pembaca.
32
c. Pengertian Narasi
Dalman (2015: 106) menyebutkan karangan narasi adalah karangan yang
berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak-tanduk
manusia dalam sebuah peristiwa atau pengalaman manusia dari waktu ke
waktu, juga di dalamnya terdapat tokoh yang menghadapi suatu konflik yang
disusun secara sistematis. Dengan kata lain Karangan narasi bertujuan untuk
menyampaikan gagasan dalam urutan waktu dengan maksud menghadirkan di
depan mata angan-angan pembaca serentetan peristiwa yang biasanya
memuncak pada kejadian utama.
Senada dengan hal di atas, Bukhari (2010: 130) mengatakan narasi adalah
jenis karangan yang menceritakan proses kejadian tentang sesuatu peristiwa.
Sasarannya adalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada
pembaca mengenai fase, langkah urutan, atau rangkaian terjadinya ssesuatu
hal. Karangan narasi harus menceritakan peristiwa yang tersaji secara
kronologis. Lebih lanjut pernyataan serupa juga dinyatakan oleh Sutanto Leo
(2017: 94) mengatakan narasi adalah jenis tulisan yang mengisahkan sebuah
kejadian atau peristiwa secara kronologis atau berdasarakan urutan waktu.
Berdasarkan uraian di atas, narasi dapat diartikan sebagai jenis karangan yang
menyajikan kepada pembaca serangkaian peristiwa yang dialami tokoh dalam
menghadapi konflik dan urutan waktu tertentu atau secara kronologis.
d. Karakteristik dan Jenis Narasi
Bukhari (2010: 130) memetakan, karangan narasi biasanya mempunyai
karakteristik-karakteristik berikut:
33
1) Menceritakan sebuah cerita
2) Mempunyai permulaan
3) Mempunyai setting dan karakteristik
4) Biasanya di ceritakan dala suatu rangkaian waktu
5) Sering dimulai dengan sebuah masalah dan kemudian meliputi
serangkaian peristiwa yang mengarah pada suatu solusi.
Sementara menurut Keraf (2007:136) ciri-ciri karangan narasi yaitu:
1) Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan
2) Dirangkai dalam urutan waktu
3) Berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi?
4) Ada konflik. Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita
Adapun Jenis narasi mempunyai dua jenis, yaitu narasi ekspositori dan
narasi sugestif (Sutanto Leo 2017:97):
1) Narasi ekpositori adalah narasi yang mengisahkan serangkaian
peristiwa (faktual) dengan tujuan memperluas pengetahuan orang
tentang kisah seseorang. Orang tersebut sebagai pelaku diceritakan dari
awal kehidupan pada waktu kecil, berkembang sampai pada akhirnya
kehidupannnya. Tulisan berjudul ini menceritakan biografi,
autobiografi, riwayat perjalanan. Dalam contoh paragraf ekspositori di
bawah ini terdapat nama tokoh (karakter), waktu berurutan
menunjukkan perkembangan peristiwa yang terjadi.
2) Narasi sugestif ini adalah hasil khayalan, atau imajinasi penulis dengan
tujuan untuk memberi kesan terhadap peristiwa tersebut. Sugestif juga
berarti saran. Narasi yang berusaha memberikan saran tertentu,
menyampaikan pesan, ajakan, atau amanat kepada para pembaca atau
pendengar. Penulis mengajak pembaca untuk melakukan dan merasakan
apa yang seolah-olah dilakukan dan dirasakan penulis. Jenis dari
karangan narasi ini bersumber dari khayalan atau imajinasi penulis,
maka dari itu bersifat fiksi.
Sebuah jenis narasi memiliki cirinya masing-masing, baik ekspositori,
maupun sugestif. Adapun Endang Kasupriadi (2010: 31) mengatakan narasi
ekspositori memiliki ciri-ciri seperti tujuan untuk mengajak pembaca,
mempersoalkan tahap-tahap kejadian, bersifat lekas adalah khusus untuk
34
menceritakan cerita/peristiwa yang hannya suatuf kali terja, dan bersifat
generalisasi apabila kejadian itu berulang. Sementara narasi sugestif memilikik
ciri-ciri seperti melibatkan daya khayal (imajinasi), merangsang daya khayal
pembaca, dan tujuannya agar pembaca dapat menggali makna dan cerita.
Merunut dari pandangan-pandangan di atas, maka dapat simpulkan bahwa
karaktersitik narasi ialah adanya unsur perbuatan/tindakan, tokoh, urutan
waktu, konflik, sudut pandang, alur peritiwa dan konklusi. Sedangkan jenis
narasi secara umum terbagi atas dua jenis, yaitu ekspositoris dan sugestif.
Ekpositoris ialah narasi yang mengisahkan peristiwa faktual dan sugestif ialah
narasi yang bersifat khayal berasal dari hasil imajinasi.
e. Langkah-langkah menulis narasi
Menulis adalah proses. Tulisan tidak bisa langsung jadi begitu saja. Ibarat
sedang pergi kesuatu tempat, menulis membutuhkan proses, yang tidak bisa
sekali menulis langsung jadi. Agar menulis menjadi mudah, umumya
seseorang mulai menentukan tema yang akan ia bahas. Lalu tema tersebut ia
persempit menjadi judul. Selain itu bahkan membangun komitmen serta tujuan
menulis juga perlu dan sangat penting, agar tulisan benar-benar selesai dan
tulisan semakin terarah. Selanjutnya membuat kerangkah karangan sesuai tema
dan judul yang telah ditentukan juga tak kalah penting. Kerangkah karangan ini
nantinya akan menjadi peta petunjuk dalam menulis, serta berfungsi menjaga
tulisan agar-agar tidak melabar kemana-kemana.
Di sekolah dasar, pesrta didik sudah diarahkan untuk menulis. Warisidi,
Edi & Farika (2008: 60) menyebutkan langkah-langkah menulis sebagai
35
berikut: 1) menentukan topik karangan, 2) merumuskan tema, 3) menyusun
kerangkah karangan, dan 4) mengembangkan kerangkah karangan.
1) Menentukan Topik Karangan
Topik karangan adalah gagasan inti yang dijadikan landasan
pengembangan karangan.
2) Merumuskan Tema
Tema adalah suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan pembahasan
dari yang akan dicapai melalui topik yang sudah dirumuskan.
3) Menyusun Kerangkah Karangan
Kerangkah karangan adalah rencana kerja yang memuat garis-garis besar
karangan.
4) Mengembangkan Kerangkah Karangan
Pengembangan karangan adalah memaparkan bukti yang mendukung
dalam bentuk paragraf. Gagasan utama didukung kalimat penjelas. Dengan
demikian, paragraf menjadi utuh dan informasinya lengkap.
Irene Clark (Zainurrahman, 2013:12-32) membagi langkah-langakah
menulis kedalam tiga kelompok besar, yaitu: prewritng, writing, dan rewriting.
1) Prewriting atau plaining
Pada tahap ini, seseorang penulis menyiapkan ide yang akan
dituangkannya dalam bentuk tulisan. Prewriting melingkupi: 1) membuat
kerangkah ide, 2) mempertimbangkan pembaca, dan 3)
mempertimbangkan konteks.
2) Writing
Jika kerangkah ide telah dibuat, maka penulis tinggal memulai menulis
dari awal hingga akhir seseuai dengan ide yang sudah terstruktur oleh
kernagka. Dalam tahap ini, ada beberapa hal yang harus dijaga oleh
penulis, yaitu: 1) fokus, 2) konsistensi, 3) pengembangan ide yang
menarik, 4) pembacaan model, 5) pertahankan diri sebagai penulis, 6)
kejelasan, 7) tone atau nada, dan 8) pengembangan paragraf.
3) Rewriting
Proses revisi merupakan prosese membaca ulang tulisan yang telah ditulis
untuk mengidentifikasi kesalahan. Proses ini membutuhkan kemampuan
berfikir kritis, akan sulit melakukan proses identifikasi kesalahan,
kekurangan, dan proses revisi.
36
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan langkah-langkah menulis narasi
antara lain: 1) prewritng, 2) writing, 3) rewriting. Dalam ketiga tahapa tersebut
sudah mencakup, penentuan menentukan tema, menggambarkan rentetan
peristiwa, menntukan tokoh dan karakternya, menetukan alur dan sudut
pandang dan sudut pandang, serta mengembangkan cerita.
f. Pengertian Keterampilan Menulis Narasi
Berdasarkan pengertian menulis, dan pengertian narasi yang telah
dijelaskan sebulumnya, maka dapat disumpulkan pengertian keterampilan
keterampilan menulis narasi adalah kecakapan seseorang untuk mengisahkan
peristiiwa yang telah terjadi dengan sejlas-jelasnya kedala bahasa tulis
sehingga tampak seolah-seolah pembaca melihat atau merasakan sendiri
peristiwa itu.
g. Penilaian Keterampilan Menulis Narasi
Untuk memperoleh data tentang tingkat menulis narasi siswa, maka
penilaian penting dilakukan. Data tersebut bisa diperoleh melalui tes yang
diberikan kepada siswa atau responden. Tes sebagai insturmen pengumpulan
data, untuk merekam tingkat kemapuan menulis narasi siswa. Menurut
Sudaryono (2016: 89) tes adalah serangkaian pernyataan atau latihan yang
digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi,
kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Dalam hal ini penilaian keterampilan menulis, peserta didik dituntut untuk
berunjuk kerja bahasa, sebab menulis merupakan keterampilan memproduksi
bahasa melalui sarana tulis, maka siswa mesti melakukan praktik menulis
37
(sebagai tes untuk mengukur keterampilan menulis narasi siswa). Dari sanalah
siswa akan menerapkan kompetensi kebahasaannya dalam menulis dan dari
sana pula dapat dilihat ataupun diukur sejauh mana tinkat keterampilan narasi
oleh siswa. Sebagaiman dikatakan Nurgiayantoro (2011: 86) bahwa penilaian
keterampilan menulis adalah sebuah penilaian yang menuntut peserta didik
untuk berunjuk kerja bahasa. Dalam penilaian keterampilan menulis, peserta
didik harus berunjuk kerja bahasa, praktik mempergunakan bahasa target untuk
menerapkan kompetensi kebahasaan dan pengetahuannya tentang dunia dalam
sebuah penuturan.
Tes atau tugas menulis hendaknya memberi kesempatan bagi siswa untuk
bebas memilih dan mempergunakan bahasa serta mempertimbangkan bentuk
dan jenisnya. Tujuannya agar penilaian keterampilan menulis menjadi otentik,
benar-benar mengukur tingkat kemampuan siswa dalam menulis narasi.
Sebagaimana hal tersebut juga dinyatakan Nurgiyantoro (2011: 99) bahwa tes
menulis haruslah yang menuntut peserta didik untuk berfikir memilih dan
mempergunakan bahasa secara tepat dan sekaligus memikirkan bahasa secara
tepat dan sekaligus memikirkan gagasan yang akan dikemukakan. Selain dari
pertimbangan dari segi kebahasaan dan gagasan, tes harus juga
mempertimbangkan bentuk, jenisnya, atau ragam tulisan yang secara nyata
dibutuhkan dalam kebutuhan di dunia nyata. Jadi tugas menulis tidak hanya
mempertimbangkan unsur bentuk (kebahasaan) dan isi (pesan) saja, melainkan
juga ragam tulisan yang akan dibuat. Tugas menulis yang mempertimbangkan
hal tersebut adalah tes menulis yang benar-benar otentik.
38
Selanjutnya, pemilihan jenis tulisan yang akan diguanakan sebagai tes
hendaknya memperhatikan kompetensi yang dimiliki dan jenjang pendidikan
peserta didik (Nurgiyantoro, 2011: 101). Dalam hal ini, anak usia kelas IV SD
yang akan mengerjakan tugas menulis narasi (tes), itu sebaikanya dipandu
dengan rangsangan tertentu, seperti buku, gambar, atau yang lain. seperti
halannya gambar. dengan gambar bisa jadi pemancing kognisi dan imajinasi
serta pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan. Dengan kata lain gambar bisa
dijadikan media dalam tes menulis yang dapat menyampaikan pesan dan ide
tertentu terhadap siswa. Salahsatunya media gambar seri sangat cocok
digunakan untuk tes keterampilan menulis narasi.
Media gambar seri merupakan serangkaian gambar yang terpisah antara
satu dengan yang lain tetapi memiliki satu-kesatuan urutan cerita. Media
Gambar seri yang dipakai dalam tes menulis karangan narasi, adalah rangkaian
gambar yang tersusun secara kronologis. Dari rangkaian gambar tersebut maka
akan membentuk sebuah cerita yang nantinya menjadi sumber ide bagi untuk
mengarang yang sesuai dengan imajinasi, dan kompetensi kebahasaan yang
dimiliki siswa.
4. Karakteristik Siswa Kelas IV Sekolah Dasar
Pada prinsipnya perkembangan setiap individu berjalan dengan normal, yaitu
melewati fase yang disebut dengan bayi, kanak-kanak, anak, remaja, dewasa, dan
masa tua. Setiap fase yang ditempuh tentu memiliki ciri dan karakteristik masing-
masing. Terkhusus pada anak diusia sekolah dasar, khususnya pada kelas IV SD
(9-12 tahun), ialah sebuah tahap perkembangan akhir kanak-kanak. Dimana
39
seorang anak, berikutnya akan memasuki masa usia remaja. Adapun
perkembangan terjadi, dapat ditinjau dari perkembangan fisik, kognitif, dan
bahasanya. Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut sebagaimana dikutip dari
Desmita (2010: 153-168) :
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan Fisik anak usia kelas IV SD, merupakan periode
pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi
perubaha-perubahan puberitas, kira-kira 2 tahun menjelang anak menjadi
matang secra seksual, pada masa ini pertumbuhan berkembang pesat.
Karena itu, masa ini sering juga disebut sebagai periode “tenang” sebelum
pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja. Meskipun merupakan
“masa tenang” , tetapi hal ini bukan berarti bahwa pada masa ini tidak
terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti.
b. Perkembangan Kognitif
Seiring dengan masuknya anak kesekolah dasar, maka kemampuan
kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan
masuk sekolah, berarti dunia dan minak anak bertambah luas, dan dengan
meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manuisa dan
objek-bjek yang seblumnya kurang berarti bagi anak. Dalam keadaan
normal, pikiran anak berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada
masa sebelumnya daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris.
Maka pada usia sekolah dasar ini daya pikir berkembang kearah berfikir
40
kongkrit, rasional, dan objektif. Daya ingatannya menjadi sangat kuat,
sehingga anak benar-benar berada dalam suatu stadium belajar.
Dalam upaya memahami alam sekitarnya , mereka tidak lagi terlalu
mengandalakan informasi yang bersumber dari pancaindra, karena ia
mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tanpak oleh
mata dengan kenyataan sesungguhnya, dan antara yang bersifat sementara
dan bersifat menetap. Misalnya mereka akan tahu bahwa air dalam gelas
besar pendek dipindahakan ke dalam gelas yang kecil tinggi, jumlahnya
akan tetap sama, karena tidak satu tetespun yang tumpah. Hal ini adalah
karena mereka tidak mengandalakan persepsi penglihatannya, melainkan
sudah mampu menggunakan logikanya, mereka dapat mengukur,
menimbang, dan menghitung jumlahnya.
c. Perkembangan bahasa.
Diusia sekolah dasar perkembangan bahasa terus meningkat.
Perbendahaaraan kosa kata anak meningkat dan cara anak-anak
menggunakan kata dan kalimat bertambah kompleks serta lebih
menyerupai orang dewasa. Dari berbagai pengalaman hidup, pelajaran
yang diberikan disekolah, bacaan, pembicaraan, dengan anak-anak lain,
serta melalui radio dan telvisi, anak-anak menambah perbendaharaan
kosakata yang ia pergunakan dalam percakapan dan tulisan. Ketika anak
masuk kelas 1 sekolah dasar perbendaharaan kosa katanya sekitar 20.000
hingga 24.000 kosa kata. Pada saat anak duduk dikelas 6, perbendaharaan
kosa katanya meningkat menjadi sekitar 50.000 kata.
41
Di samping peningkatan dalam jumlah perbendaharaan kosa kata ,
perkembangan bahasa, perkembangan bahasa anka juga terlihat dalam cara
berfikir tentang kata-kata. Pada masa ini anak-anak menjadi kurang terikat
dengan tindakan-tindakan dan dimensi-dimensi perceptual yang berkaitan
dengan kata-kata, serta pendekatan mereka lebih analitis terhadap kata-
kata. Peningkatan kemampuan anak dalam mengalisis kata-kata, menolong
mereka memahami kata-kata yang tidak berkaitan langsung dengan
pengalaman-pengalaman pribadinya. Ini memungkinkan anak menambah
kosa kata yang lebih abstrak kedalam perbendaharaan kata mereka.
Peningkatan kemampuan analitis terhadap akat-kata juga disertai dengan
kemajuan dalam tata bahasa. Anak usia 6 tahun sudah hampir menguasai
semua jenis struktur kalimat. Dari usia tahun hingga 9 atau 10 tahun,
panjang kalimat semakin bertambah. Pada usia 9 tahun secara bertahap
anak mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta
dapat menerapkan berbagai aturan tata bahasa secra tepat.
Senada dengan hal di atas, Piaget (Nurgyantoro 2018: 63) juga menjelaskan
anak usia 8 dan 9 tahun secara umum memiliki karakteristik: (i) penfungsian
tahap berfikir operasional kongkret, berfikir kini lebih fleksibel dan hati-hati ; (ii)
pengalaman pada tahap kepandaian versus perasaan rendah diri, (iii) penerimaan
konsep benar berdasarkan aturan; (iv) adanya perhatian dari kelompok kini lebih
penting, (v) mualai melihat dengan sudut pandang orang lain, dan semakin
berkurang sifat egosentris, (vi) mengembangkan konsep dan hubungan spasial;
(vii) menghargai petualangan imajinatif; (viii) menunjukkan keterampilan dan
42
minat yang berbeda dengan sekelompoknya, (ix) mempunyai ketertarikan pada
hobi dan koleksi yang bervariasi; (x) menunjukan peningkatan kemampuan
mengutarakan ide kedalam kata-kata; dan (xi) membentuk persahabatan yang
khusus.
B. Kerangka Pikir
Menulis merupakan kegiatan berkomunikasi antara penulis dengan
pembaca. Dengan kata lain menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa
penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Menulis berfungsi sebagai
wadah berkomunikasi untuk mengemukakan ide, gagasan, maupun perasaan.
Menulis merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa yang dipelajari pada
mata pembelajaran bahasa indonesia. Untuk bisa terampil dalam menulis,
seseorang membutuhkan wawasan luas, daya imjinasi dan penguasan kaidah
kebahasaan. Salahsatunya ialah menulis dalam bentuk karangan narasi. Karangan
narasi adalah suatu karya tulis yang didalamnya memuat sebuah kejadian atau
peristiwa yang dialami seseorang pada tempat dan waktu tertentu. Keterampilan
menulis narasi mensyratkan penguasaan penggunaan tanda baca, ejaan, diksi,
penyusunan kalimat dan dibutuhkan ide, dan kreatifitas serta pengalaman dalam
mengorganisasikan gagasan secara runtut dan logis sesuai maksud yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis, agar dapat dengan mudah
dimengerti oleh pembaca.
43
Penguasaan tersebut dapat dimiliki oleh seseorang apabila dilatari budaya
literasi yang baik. Begitupulah dengan ide, daya imajinasi dan wawasan yang
luas, dapat dimiliki seseorang bila ditopang oleh budaya literasi yang kuat.
Budaya literasi siswa secara sederhana diterjemahkan sebagai kebiasaan
membaca dan menulis yang dimiliki seseorang. Kebiasaan membaca dan menulis
ini merupakan modal awal atas siswa dalam membuat karangan dalam bentuk
tulisan narasi. Membaca bisa diartikan sebagai proses menyerap berbagai bentuk
dan jenis informasi didalam tulisan. Kebiasaan membaca menjadikan seseorang
banyak tahu akan suatu hal, tidak berhenti sampai dengan meluasnya wawasan,
tetapi juga membantu mengembangkan pemikiran, memperdalam pemahaman
serta menguatkan memori dan imajinasi terhadap suatu gagasan, peristiwa,
fenomena dan pemasalahan. Kebiasaan membaca informasi juga memperkaya
perbendaharaan kata, memperkaya ide, meningkatkan kemapuan memahami
gagasan yang tertuang dalam baris demi baris sebuah bacaan.
Begitupun dengan menulis, menulis memiliki kesamaan dengan membaca,
karena dalam proses menulis pasti diikuti dengan proses membaca, melibatkan
proses berfikir dan itu terjadi secara berulang. Kebiasaan menulis dapat
mengembangkan pemikiran, memperkuat daya ingat dan meningkatkan
pengetahuan. Kebiasaan menulis melatih seseorang untuk berfikir secara runtut
dan logis, menjadikan seseorang memahami struktur dan unsur kebahasaan,
menguasai banyak kosa kata, serta melatih menyajikan ide kedalam berbagai
ragam bahasa tulis sesuai kaidah penulisan yang berlaku. Kebiasaan menulis ini
juga terkait dengan pengalaman menulis. Semakin sering terbiasa seseorang
44
menuangkan ide maupun perasaan atau hal apa saja yang diketahui kedalam
bentuk tulisan, maka ia akan semakin terlatih dalam menulis. Berdasarkan uraian
di atas, dapat diduga, antara budaya literasi dengan keterampilan menulis narasi
terdapat hubungan yang positif dan signifikan. Dengan kata lain, semakin tinggi
budaya literasi seseorang, maka semakin baik keterampilannya dalam menilis
narasi. Begitupun sebaliknya, apabila ketrampilan menulis narasi siswa rendah,
menunjukkan rendahnya budaya literasi seseorang. Adapun bagan kerngakah
berfikir dapat digambarkan sebagai berikut:
Budaya Literasi (X) Ketrampilan Menulis Narasi (Y)
Indikator :
a. Kebiasaan membaca
b. Koleksi buku
c. Frekwensi kunjungan
keperpustakan
d. Kebutuhan terhadap bacaan
e. Tindakan untuk mencari
bacaan
f. Ketertarikan untuk selalu
membaca
g. Keaktifan peserta didik
mengikuti kegiatan literasi
(menyimak, membaca,
berbicara menulis seperti
cerpen, puisi, pantun dan
lain)
Indikator:
a. Ide/gagasan
b. Organisasi isi
c. Struktur tata bahasa
d. Gaya: pilihan dan diksi
e. Ejaan dan tata tulis
f. Alur
g. Penokohan
Hubungan budaya literasi dengan
keterampilan menulis narasi
45
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan, latar belakang, kajian pustaka dan kerangakah berfikir yang
diuraikan sebelumnya, maka adapun hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
H0: Tidak erdapat hubungan positif dan signifikan antara budaya literasi
dengan keterampilan menulis narasi siswa kelas IV di SDN Sudirman II
Kec. Ujung Pandang Kota Makassar.
H1: Terdapat hubungan positif dan signifikan antara budaya literasi dengan
keterampilan menulis narasi siswa kelas IV di SDN Sudirman II Kec.
Ujung Pandang Kota Makassar.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan masalah yang akan diteliti, jenis penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif yang mencari dan bertujuan untuk mengetahui hubungan
(korelasi) antara varibel-variabel penelitian, dalam hal ini yaitu hubungan antara
budaya literasi (X) sebagai variabel bebas dengan keterampilan menulis narasi
siswa (Y) sebagai variabel terikat, kemudian menjawab bagaaimanakah arah
hubungan tersebut dan mencari nilai koefisien koorelasi kedua dari kedua variabel
tersebut.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2017: 117) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Jadi populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek
yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh
subyek hanya orang, tetapi juga meliputi seluruh karakteristik/sifat yang
dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Adapun populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas IV SDN Sudirman II Kec. Ujung Pandang Kota
47
Makassar dengan jumlah siswa sebanyak 55 yang terdiri dari 33 siswa
perempuan dan 22 siswa laki-laki sebagaimana pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Jumlah Siswa SDN Sudirman II
No Kelas Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 Kelas 1 31 19 50
2 Kelas 2 24 32 56
3 Kelas 3 27 20 47
4 Kelas 4 22 33 55
5 Kelas 5 33 25 58
6 Kelas 6 30 33 63
Total 167 162 329
(Sumber: SDN Sudirman II)
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2017: 118) sampel adalah bagian dari jumlah yang
dimiliki populasi. Namun dalam penelitian ini, peneliti mengambil seluruh
anggota populasi untuk dijadikan sebagai sampel penelitian dengan teknik
sampling nonprobability sampling yaitu sampling jenuh atau biasa disebut total
sampling. Jadi sampel dalam penelitian ini, yaitu seluruh siswa kelas IV
dengan jumlah 55 siswa yang terdir dari 22 siswa perempuan dan 33 siswa
laki-laki.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan,
dalam penelitian ini masalah yang diteliti yaitu mengenai hubungan antara
budaya literasi dengan keterampilan menulis narasi siswa.
2. Membatasi dan merumuskan permasalahan.
48
3. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
4. Menentukan kerangka bepikir dan hipotesis dari penelitian.
5. Mendesain metode penelitian yang akan digunakan yaitu menentukan jenis dan
desain penelitian, populasi, sampel, dan teknik sampling.
6. Menyusun instrumen penelitian sebagai alat pengumpul data.
7. Penelitian ini menggunkan instrumen penelitian berbentuk angket dan tes.
8. Menentukan analisis data yang akan digunakan. Penelitian ini menggunakan
analisis data statistik deskriptif dan inferensial,
9. Mengorganisasi dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistika
yang relevan.
10. Membuat laporan penelitian. Setelah semua analisis data selesai, peneliti
menyusun laporan hasil penelitian.
D. Defenisi Operasional Variabel
1. Budaya literasi adalah suatu kebiasaan indidvidu dalam melakukan kegiatan
memahami, mengidentifikasi dan menkomunukasikan informasi. Selain itu
budaya literasi dalam arti yang kurang lebih sama, merupakan kebiasaan
seseorang dalam usaha untuk menyerap pengetahuan yang diikuti kebiasaan
berpikir yang pada akhirnya akan memperluas wawasan hingga mampu
menciptakan karya
2. Keterampilan menulis narasi merupakan kecakapan seseorang untuk
mengisahkan peristiiwa yang telah terjadi dengan sejelas-jelasnya kedalam
bahasa tulis sehingga tampak seolah-seolah pembaca melihat atau merasakan
sendiri peristiwa itu.
49
E. Instrumen Penelitian
Insturmen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur variabel-
variabel yang diteliti. instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa
angket (kuesioner) dan tes. Angket digunakan untuk mengukur variabel budaya
literasi berupa angket tertup yang memuat pernyataan/pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya. Dalam menyusun angket peneliti menggunakan
skala likert. Untuk mengukur budaya literasi siswa, skala likert sangat cocok
digunakan dalam penyusunan angket nantinya sebagaimana menurut Sugiyono
(2017: 92) bahwa skala likert cocok untuk digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Adapun bentuk tes yang digunakan yaitu dengan pemberian tugas kepada
siswa untuk membuat karya tulis, dalam hal ini menulis karangan narasi
berdasarkan rangsangan media gambar, yaitu gambar seri yang selanjutnya hasil
karangan narasi akan diberikan penilaian dengan mengacu pada rubrik penilaian
keterampilan menulis narasi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam penelitian adalah dan, tes, angket atau kusioner.
1) Angket atau Kuesioner
Yaitu peneliti melakukan penyebaran angket, berisi pertanyaan tertulis
untuk memperoleh informasi dari responden yang telah ditetapkan sebagai
sampel. Angket disebar kepada seluruh sampel untuk diisi dan dijawab
oleh siswa.
50
2) Tes
Tes adalah serangkaian pernyataan atau latihan yang digunakan untuk
mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes diberikan kepada sampel
adalah tugas menulis narasi. Tes diberikan setelah angket yang disebar
telah di jawab dan telah dianalisis datanya.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi (Sugiyono 2017: 147). Adapun analisis
dalam penelitian ini menggunakan interpretasi skor. Interpretasi skor
digunakan untuk memaparkan data angket budaya literasi dan data tes
keterampilan menulis narasi. Untuk menginterpretasikan pada masing-
masing varabel, haruslah diketahui terlebih dahulu nilai maksimal, nilai
minimal, mean, rentang dan standar deviasi pada masing-masing variabel.
Pada penelitian ini, tingkatan kategori budaya literasi dan tingkatan
kategori keterampilan menulis narasi dipetakan kedalam empat kategori,
dalam hal ini sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan rentang skor
menentukan kategori masing-masing variabel.
51
2) Analisis Statistik Inferensial
Analisis statistik inferensilal digunakan untuk menguji hipotesis
asosiatif, yaitu untuk mengetahui arah hubungan dan kuatnya hubungan
antara kedua variabel X dan Y. Berikut langkah dalam melakukan analisis
statistik inferensal:
a. Uji Prasyarat
Uji prasyarat merupakan uji yang dilakukan sebelum
melakukan uji hipotesis. Uji prasyarat terdiri atas uji normalitas
dan uji linearitas.
Uji normalitas bermaksud mengetahui distribusi antara kedua
variabel mempunyai distribusi normal atau tidak. Adapun uji
normalitas pada penelitian ini menggunakan One-Sample
Kolmogrov-Smirnov Tes. Kaidah yang digunakan ialah, jika
P>0,05 sebarannya dikatakan normal, dan sebaliknya jika p<0,05
sebarannya tidak normal. Adapun apabila nilai signifikansinya
>0,05 bahwa data berdistribusi normal.
Uji Linearitas bermaksud untuk mengungkap apakah kedua
variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak. Data dapat
dikatakan linear, apabila kenaikan skor variabel X di ikuti kenaikan
variabel Y. Pada penelitian ini, uji linearitas, mengggunakan test of
linearity pada taraf signifikansi 0,05. Kaidah pada uji linearitas,
yaitu apabila nilai P>0,05 dan sebaliknya apabila P<0,05 maka
dinyatakan tidak linear.
52
b. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui hubungan
anntara kedua variabel yaitu dengan berdasar nilai perolehan nilai
koefisien korelasi, yaitu dengan menggunkan rumus korelasi
product moment: Nilai koefisien korelasi ini nantinya dapat
menunjukkan keeratan hubungan dan arah hubungan dari kedua
variabel (berkontribusi positif atau negatif):
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑
√ ∑ ∑
Keterangan:
Koefisien korelasi antar X dengan Y
∑ : Jumlah skor tiap butir ∑ : Jumlah Skor Total ∑ : Jumlah hasil kali skor X dengan skor Y
∑
: Jumlah X
∑
: Jumlah Y : Banyak Subjek
(Kesumawati 2017: 107)
Statistik Hipotesis:
H0: tidak ada hubungan yang positif dan signifikan anatara budaya
literasi dengan keterampilan menulis narasi siswa kelas IV
SDN Sudirman II Kec. Ujung Pandang Kota Makassar.
H1: ada hubungan yang positif dan signifikan anatara budaya
literasi dengan keterampilan menulis narasi siswa kelas IV
SDN Sudirman II Kec. Ujung Pandang Kota Makassar.
Jika r hitung ≥ r tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Sebaliknya
jika rhitung < rtabel, maka H1 ditolak.
53
Selanjtnya untuk mengetahui besarnya tingkat keeratan
hubungan diantara kedua variabel budaya literasi (X) terhadap
keterampilan menulis narasi (Y), maka koefisien korlasi (rxy)
dikonsultasikan pada tabel/pedoman interpretasi koefisien korelasi
sebagai berikut:
Tabel 3.2 Indeks Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0, 199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1, 000 Sangat Kuat
Sumber: (Sugiyono, 2017: 184)
53
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskripftif digunakan untuk menganalisis data dan memaparkan
data hasil penelitan variabel budaya literasi dan keterampilan menulis narasi.
Berikut analisis deskriptif kedua variabel tersebut:
a. Budaya Literasi
Data terkait budaya literasi siswa yang diperolah dari angket disebar
kepada 55 siswa-siswi kelas IV SDN Sudirman II dalam hal ini selaku
responden. Angket disebar dengan metode daring menggunakan google
formulir (Terlampir). Terdapat sebanyak 25 pertanyaan, dan tiap
pertanyaan memiliki empat alternatif jawaban, sangat setuju, jawaban
setuju diberi skor 3, jawaban tidak setuju diberi skor 2, jawaban sangat
tidak setuju diberi skor 1.
Berdasarkan tabulasi data perolehan skor angket sebagaimana
terlampir, skor terendah yang diperoleh responden adalah 25, sementara
skor tertingi 90 dan total keseluruhan skor adalah sebanyak 3234.
Kemudian data dianalisis lebih lanjut, yaitu dengan menentukan
kualifikasi dan interval nilai sebagaimana di bawah ini:
Jumlah Butir Angket = 25
Skor Terendah = 1 x 25 Interval
Skor Tertinggi = 4 x 25
55
Dengan demikian, data perolehan skor siswa pada angket budaya
literasi dapat dikalsifikasikan dan dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Kategori Budaya Literasi Siswa
Kategori Interval F %
Sangat Baik 81 100 4 7%
Baik 62 80 19 35%
Cukup Baik 44 61 22 40%
Kurang 25 43 10 18%
Jumlah 55 100%
Adapun distribusi frekuensi data perolehan angket budaya literasi
siswa pada tabel tersebut dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram
batang sebagai berikut:
Selanjutnya untuk mencari besaran nila rata-rata dari varibel X, dapat
menggunkan rumus:
Mv= ∑
Mx=
58,8
Keterangan:
M= Rata-rata variabel (X atau Y)
V= Variabel
N= Jumlah responden
(Kesumawati 2017: 108)
7%
35% 40%
18%
0
5
10
15
20
25
Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang
Budaya Literasi Siswa
56
Dari perolehan nilai rata-rata variabel X, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa budaya literasi siswa kelas IV SD Sudirman II berada
dalam kategori cukup baik yang dapat dibuktikan dengan nilai rata-rata
58,8 yaitu berada pada interval 44 - 61.
b. Keterampilan Menulis Narasi
Data keterampilan menulis narasi, ialah data yang diperoleh dari hasil
tes keterampilan menulis narasi oleh sisiwa kelas IV SDN Sudirman II.
Dimana peneliti memberikan tes menulis narasi kepada 55 siswa melalaui
metode daring. Peneliti menggunakan media gambar seri, yang terdiri atas
potongan-potongan gambar yang terkait dan memuat peristiwa atau
kegiatan sehari-hari seorang anak mulai dari bangun tidur hingga
berangkat kesekolah (terlampir). Peneliti juga terlebih dahulu menjelaskan
kepada ketidak adanya kaitan antara tes menulis dengan nilai maupun
kenaikan kelas siswa. Dalam melakukan penilaian, peneliti melihat
beberapa aspek, yaitu ide/gagasan, organisasi isi, struktur tata bahasa,
diski, ejaan dan tata tulis, alur cerita dan penokohan. Adapun untuka
masing-masing aspek, itu mempunyai bobot skor penilaian yang berbeda,
disesuaikan dengan tingkat kesulitan masing-masing aspek. Sementara
untuk nilai keterampilan menulis narasi siswa, yaitu Nol (0) untuk nilai
minimal dan seratus (100) untuk nilai maksimal yang dapat diperoleh
siswa. Nantinya nilai-nilai tersebut, akan dikelompokkan kedalam empat
kategori yaitu sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang.
57
Berdasarkan skor perolehan tes keterampilan menulis narasi siswa,
skor terendah yang diperoleh responden adalah 24, sementara skor tertingi
92 dan adapun total keseluruhan skor adalah sebanyak 3047. Selanjutnya
data perolehan skor diklasifikasikan pada tabel berkut ini:
Tabel 4.2 Kategori Keterampilan Menulis Narasi
Kategori Interval F %
Sangat Baik 76 100 5 9%
Baik 51 75 30 55%
Cukup Baik 26 50 16 29%
Kurang 0 25 4 7%
Jumlah 55 100%
Distribusi frekuensi data keterampilan menulis narasi siswa pada tabel
tersebut dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram batang
sebagaimana dibawa ini:
Selanjutnya mencari besaran nila rata-rata dari varibel Y:
MY=
55,4
Dari nilai rata-rata di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
keterampilan menulis narasi siswa kelas IV SD Sudirman II berada dalam
kategori baik, karena dengan nilai rata-rata adalah 55,4 yang berada pada
interval 51-75.
9%
55%
29%
7%
0
10
20
30
40
Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang
Keterampilan Menulis Narasi
58
2. Analisis Statistik Inferensial
a. Uji Prasyrat
Uji prasyarat merupakan uji yang dilakukan sebelum melakukan uji
hipotesis. Uji prasyarat terdiri atas uji normalitas dan uji linearitas.
1) Uji normalitas bermaksud mengetahui distribusi antara kedua variabel
mempunyai distribusi normal atau tidak. Adapun uji normalitas pada
penelitian ini menggunakan One-Sample Kolmogrov-Smirnov Tes pada
program SPSS.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Budaya Literasi
Keterampilan
Menulis Narasi
N 55 55
Normal Parametersa Mean 58.8000 55.4000
Std. Deviation 16.49063 15.99838
Most Extreme
Differences
Absolute .092 .101
Positive .045 .071
Negative -.092 -.101
Kolmogorov-Smirnov Z .679 .753
Asymp. Sig. (2-tailed) .745 .623
a. Test distribution is Normal.
Kaidah yang digunakan ialah, jika nilai Sig>0,05 sebarannya dapat
dikatakan normal, maka dalam hal ini data kedua variabel dapat dikatakan
berdistribusi normal, karena nilai signifikansinya 0,623 yakni lebih besar
dari 0,05.
2) Uji Linearitas bermaksud untuk mengungkap apakah kedua variabel
mempunyai hubungan yang linear atau tidak secar signifikan. Data dapat
dikatakan linear, apabila kenaikan skor variabel X di ikuti kenaikan
variabel Y. Pada penelitian ini, uji linearitas, mengggunakan test of
linearity pada taraf signifikansi 0,05:
59
MANOVA Table
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Keterampilan
Menulis Narasi *
Budaya Literasi
Between
Groups
(Combined) 9126.117 32 285.191 1.336 .242
Linearity 2598.624 1 2598.624 12.177 .002
Deviation from Linearity 6527.493 31 210.564 .987 .522
Within Groups 4695.083 22 213.413
Total 13821.200 54
Berdasarkan tabel di atas, nilai signifkansi 0,522 lebih besar dari 0,05
sehingga dalam hal ini hubungan di antara kedua variabel dapat dikatakan
linear.
b. Uji Hipotesis
Uji hipotesis merupakan bagian yang paling penting dalam penelitian ini,
untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan oleh peneliti. Dalam hal
ini uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya korelasi,
tingkat keeratan dan arah hubungan di antara variabel budaya literasi siswa
dengan ketermapilan menulis narasi sisiwa. Yaitu dengan berdasar kepada
perolehan nilai koefisien korelasi, yang dengannnya dapat menggunkan
rumus korelasi product moment untuk mengetahui besaran nilai koefisen
korelasi:
∑ ∑ ∑
√[ ∑ ∑
] [ ∑
∑
]
Keterangan:
Koefisien korelasi antar X dengan Y
∑ : Jumlah seluruh skor X ∑ : Jumlah seluruh skor Y ∑ : Jumlah hasil kali skor X dengan skor Y
∑ : Jumlah hasi skor X kuadrat
∑ : Jumlah Y
: Jumlah Responden
(Kesumawati 2017: 107)
60
Berdaasarkan tabel kerja product momen didapatkan nilai sebagai
berikut:
∑ = 3234 ∑ = 3047 ∑ = 185341
∑ = 204844
∑ = 182625
∑ = 3234 x 3234 = 10458756
∑ = 3047 x 3047 = 10458756
= 55
Selanjutnya mengihitungnya dengan memasukkan ke dalam rumus:
∑ ∑ ∑
√[ ∑ ∑
] [ ∑
∑
]
√ √
√[ ] [ ]
√[ ] [ ]
√
4
Adapun pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui penerimaan atau
penolakan hipotesis dengan asumsi:
H0 : Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan anatara budaya
literasi dengan keterampilan menulis narasi siswa kelas IV SDN
Sudirman II Kec. Ujung Pandang Kota Makassar.
H1 : Ada hubungan yang positif dan signifikan anatara budaya literasi
dengan keterampilan menulis narasi siswa kelas IV SDN Sudirman
II Kec. Ujung Pandang Kota Makassar.
61
Jika r hitung ≥ r tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Sebaliknya jika
rhitung < rtabel, maka H1 ditolak. Adapun diketahui nilai rtabel berdasarakan hasil
analisis data ialah sebesara 0,434 dan nilai r tabel dengan N= 55 pada taraf
signifikansi 5% adalah sebesar 0,266. Sehingga dengan membandingkan
kedua nilai tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai r hitung lebih
besar dari nilai r tabel (0434 ≥ 0,266). Dengan demikian H0 ditolak dan H1
diterima.
Hal tersebut juga dapat diuji menggunakan program SPSS, sebaiamana di
bawah ini:
Correlations
Buadaya
Literasi
Keterampilan
Menulis Narasi
Buadaya Literasi Pearson Correlation 1 .434**
Sig. (2-tailed) .001
N 55 55
Keterampilan Menulis
Narasi
Pearson Correlation .434** 1
Sig. (2-tailed) .001
N 55 55
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
62
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasar kepada hasil analisis data di atas, menunjukkan bahwa budaya
literasi siswa kelas IV SDN Sudirman II, berada pada kategori cukup baik. Hal itu
terlihat dari frekwensi skor yang dicapai oleh siswa, yaitu sebesar 40%. Adapun
selanjutnya 35% berada dalam kategori baik, kemudian 18% pada kategori kurang
baik dan 7% sisanya berada pada kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa kelas IV SDN Sudirman II memiliki kesadaran akan pentingnya
membangun budaya literasi, utamanya dalam hal ketertarikan untuk selalu
mencari informasi serta keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan literasi
disekolah.
Sedangkan hasil analis data keterampilan menulis narasi siswa kelas IV
SDN Sudirman II berada pada kategori baik. Dimana frekwensi terbanyak
perolehan skor keterampilan menulis narasi, itu berada pada kategori baik, yakni
sebesar 55%. Adapun 29 %, berada pada kategori cukup baik, kemudian 7% pada
kategori kurang baik dan 9% berada dalam kategori sangat baik. Dari nilai
tersebut, mampu menunjukkan bahwa siswa kelas IV SDN Sudirman II cukup
cakap dalam mengembangkan ide dan menuangkan gagasan kedalam sebuah
cerita atau karangan narasi.
Adapun berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan rumus uji
korelasi, dan ditemukan koefisien korealsi sebesar +0,434. Dari nilai
tersebut, dapat diketahui terdapat korelasi postif yang artinya terdapat hubungan
positif antara budaya literasi dengan keterampilan menulis narasi siswa.
Hubungan positif mengartikan semakin tinggi budaya literasi maka semakin
tinggi pula keterampilan menulis narasi siswa kelas IV SDN Sudirman II.
63
Begitupun sebaliknya, jika budaya literasi siswa rendah maka akan semakin
rendah pulah keterampilan siswa dalam menulis narasi.
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat hubungan antara variabel minat
membaca dengan keterampilan menulis narasi, yaitu dengan menggunakan
pedoman interpretasi terhadap koefisien korelasi sebagai berikut :
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0, 199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1, 000 Sangat Kuat
Sumber: (Sugiyono, 2017: 184)
Mengacu dengan demikian, dapat diketahui tingkat keeratan hubungannya
berada pada rentang interval 0,40 – 0,599, yaitu menunjukkan tingkat hubungan
kedua variabel yang berada pada kategori sedang.
Kemudian untuk mengetahui apakah hasil uji hipotesis dapat diberlakukan
generalisasi untuk seluruh anggota populasi dimana sampel diambil dalam hal ini
seluruh siswa SDN Sudirman II, maka dilakukan upaya membandingkan nilai
rhitung dengan nilai rtabel pada taraf signifikansi 5% dengan N= 55. Dimana bila
rhitung lebih besar dari rtabel maka nilai koefisien korelasi dapat berlaku terhadap
populasi, dan begitupun sebaliknya. Nilai r tabel dengan N= 55 pada taraf
signifikansi 5% adalah sebesar 0,266, sehingga dapat diketahui nilai r hitung lebih
besar dari nilai r tabel (0,434 ≥ 0,266). sehingga dapat disimpulkan bahwa budaya
literasi memiliki hubungan yang signifikan dengan keterampilan menulis narasi
dan dengan hasil perbandingan nilai rhitung dengan rhitung, maka nilai koefisien
64
korelasi dalam hal ini dapat digeneralisasi terhadap selurh anggota populasi
dimana sampel diambil.
Dengan demikian hal di atas dapat dikatakan membenarkan atas teori yang
dibangun, bahwa untuk bisa terampil dalam menulis, seseorang membutuhkan
wawasan luas, daya imjinasi dan penguasan kaidah kebahasaan. Salahsatunya
ialah menulis dalam bentuk karangan narasi. Karangan narasi adalah suatu karya
tulis yang didalamnya memuat sebuah kejadian atau peristiwa yang dialami
seseorang pada tempat dan waktu tertentu. Keterampilan menulis narasi
mensyaratkan penguasaan penggunaan tanda baca, ejaan, diksi, penyusunan
kalimat dan dibutuhkan ide, dan kreatifitas serta pengalaman dalam
mengorganisasikan gagasan secara runtut dan logis sesuai maksud yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis, agar dapat dengan mudah
dimengerti oleh pembaca.
Penguasaan tersebut dapat dimiliki oleh seseorang apabila tanpa dilatari
budaya literasi yang baik. Begitupulah dengan ide, daya imajinasi dan wawasan
yang luas, dapat dimiliki seseorang bila ditopang oleh budaya literasi yang kuat.
Budaya literasi siswa secara sederhana diterjemahkan sebagai kebiasaan
membaca yang dimiliki seseorang dalam memahami informasi. Kebiasaan
membaca ini merupakan modal awal atas siswa dalam membuat karangan dalam
bentuk tulisan narasi. Membaca bisa diartikan sebagai proses menyerap berbagai
bentuk dan jenis informasi atau ide dan gagasan didalam berbagai sumber dan
media apapun. Dilain hal budaya literasi juga dapat diartikan sebagai keaktifan
atau kebiasaan dalam melaksanakan kegitan-kegiatan yang dapat meningkatkan
kemampuan literasi yang dengannya akan semakin membiasakan seseorang dalam
65
memahami informasi. Dimana kebiasaan memahami informasi menjadikan
seseorang banyak tahu akan suatu hal, tidak berhenti sampai dengan meluasnya
wawasan, tetapi juga membantu mengembangkan pemikiran, memperdalam
pemahaman serta menguatkan memori dan imajinasi terhadap suatu gagasan,
peristiwa, fenomena dan permasalahan. Dengan terbiasa mengupayakan untuk
dapat memahami informasi, akan dapat memperkaya perbendaharaan kata,
memperkaya ide, meningkatkan kemampuan menemukan gagasan yang terdapat
didalam informasi.
Hal demikian terkait erat dalam kegitan menulis. Dalam proses menulis,
penulis dituntut berfikir menemukan gagasan, kemudian menuangkan gagasan
atau hasil pikiran kedalam bentuk teks. Perubahan dari ide kedalam bentuk teks,
menunut penulis agar mampu menerejmahkan ide kedalam bentuk huruf atau
kata-kata, kemudian menghubung-hubungkan kata demi kata, kalimat demi
kalimat hingga paragraf demi paragraf, membentuk kesatuan yang padu,
selanjutnya melahirkan pesan dan maksud tertentu, membentuk kesan dan
pehaman kepada pembaca terhadap suatu topik atau tema yang dibahas.
Sehingga semakin sering seseorang melatih kemampuan literasinya, maka
akan turut mentukan keterampilan dalam menuangkan ide maupuan gagasan
kedalam bentuk tulisan. Dengan kata lain, semakin baik budaya literasi seseorang,
akan memperbanyak wawasan dan pengetahuan, yang selanjutnya akan
memudahkan menemukan dan mengembangkan ide sehingga dapat pula
menuangkannya dengan baik dan benar kedalam sebuah tulisan yang berkualitas
lagi muda dipahami oleh pembaca. Termasuk jika dituangkan dalam bentuk
karangan narasi.
66
C. Keterbatasan Penelitian
Adalah wajar, bila dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan dan
keterbatasan. Hal yang mungkin terjadi ialah, yaitu pada saat pengisian angket dan
pengerjaan tes menulis narasi dimana peneliti tidak dapat melakukan kontroling
sebagaimana seharusnya oleh karena peneliti dalam pelaksanaan penelitan, itu
terpaksa menggunakan metode daring tanpa melalui tatap muka. Dengan kata lain
peneliti mengikuti situasi dan keadaan yang diberlakukan sekolah, yang
melakukan pembelajaran melaui daring ditengah-tengah situasi darurat pandemi.
Karenanya Peneliti sepenuhnya menyadari Angket dan tes disebar secara online,
membuka kemungkinan bagi siswa /responden dalam mengerjakannya tidak
berdasarkan keadaan sebenarnya.
Dilain hal jika mengacu kepada hasil uji korelasi, setidaknya dapat
menunjukkan tingkat hubungannya berada pada kategori sedang dan itu berarti
memungkinkan adanya variabel-variabel lain turut memberi pengaruh, bahkan
lebih memiliki hubungan, tetapi peneliti tidak melibatkannya pada penelitian ini.
Dengan demikian pada penelitian mendatang, sebaiknya agar dilibatkan variabel-
variabel lain untuk dapat menghasilkan penelitian yang maksimal.
66
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Mengacu kepada hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara budaya literasi
denga keterampilan menulis narasi siswa kelas IV SDN Sudirman II. Hal
demikian ditunjukan dari budaya literasi yang berada pada kategori cukup baik,
yaitu sebesar 40%, dan keterampilan menulis narasi siswa berada pada kategori
baik, yaitu sebesar 55%. Pun juga nilai koefien korelasi yang diperoleh adalah
sebesar 0,430 dan setelah dikonsultasikan dengan nilai r tabel pada taraf
signifikansi 5% dan N= 55, sehingga dapat diketahui nilai r hitung lebih besar dari
nilai r tabel (0,434 ≥ 0,266. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
semakin budaya literasi siswa Kelas IV SDN Sudirman II, maka semakin baik
pula keterampilan menulis narasinya. Adapun jika budaya literasi rendah, maka
keterampilan menulis narasi juga akan rendah). Adapun mengacu kepada
pedoman interpretasi koefisien korelasi, menunjukkan hubungan diantara kedua
variabel berada pada kategori sedang.
67
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka pada bagian ini peneliti hendak mengajukan beberapa saran
sebagaimana di bawah ini :
1. Bagi Guru
Untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa, sebaiknya guru
pertama-tama mengusahakan menggenjot budaya litarasi siswa. Terlebih
bagi siswa yang dalam hal ini keterampilan menulis narasinya masih
rendah sehingga penting bagi guru mengambil sebuah upaya untuk
meningkatakan budaya literasi siswa.
2. Bagi Siswa
Teruntuk siswa, agar seharus mungkin tetap meningkatkan budaya
literasi, yaitu dengan terus membiasakan diri melakukan kegiatan literasi.
Terutama terhadap kegiatan membaca, tetap harus senang tiasa dilatih dan
tetap dilaksanakan secara berkesinambungan. Di samping itu, siswa juga
tetap aktif mengikuti kegiatan literasi disekolah, seperti pembiasaan
membaca, belajar menulis, dan latihan mewarnai.
68
DAFTAR PUSTAKA
Alo Liliweri. 2012. Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta:
PT. LKiS Printing Cemerlang.
Achmad Zakaria. 2017. Pengaruh Budaya Literasi Terhadap Prestasi Belajar
Sejarah Kebudayaan Islam Peserta Didik di SMP Iskandar Said.
Surabaya: Universitas Isalam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Bukhari. 2019. Keterampilan Berbahasa (Membaca dan Menulis). Banda Aceh:
Pen Na Banda Aceh.
Burhan Nurgyantoro. 2018. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa.
Yogyakarta: UGM Press.
Burhan Nurgyantoro. 2018.Sastra Anak. Yogyakarta: UGM Press.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Sekolah Dasar, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Badudu, J.S. 1985. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Beers. C. S. 2009. A Principal’s Guide to Literacy Instruction. Newyourk:
Guilford Press.
Clay, M. M. 2001. Change Over Time in Children’s to Literacy Development.
Portsmouth: Heinemann.
Dalman. 2016. Keterampilan Menulis. Jakarta : Rajawali Pers.
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Evi Rahmawati. 2012. Hubungan Kebiasaan Membaca Tajuk Rencana dengan
Keterampilan Menulis Argumentasi pada Siswa Kelas XI SMA Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Endang K. Supardi. 2010.Pengembangan Keterampilan Menulis. Jakarta: Multi
Kreasi Satu Delapan.
Henry. G. Tarigan. 2008. Menulis sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Iriantara, Yosal. 2009. Literasi Media. Bandung: Simbiosa Reka Mata Media
69
Kemendikbud. 2016. Desain Induk Gerakan Literasi. Jakarta: Direktoral Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Keraf, G. 2010. Argumentasi dan Narasi. Jakarta : Gramedia
Pangesti Wiedarti. 2016. Menuju Budaya Menulis, Suatu Bunga Rampai.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Nila Kesumawati.2017. Pengantar Statistika Penelitian. Depok: PT Raja
Grafindo Persada.
Pangesti Wiedarti. 2017. Panduan Praktis Gerakan Literasi Jakarta: Dikdasmen.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. 2015. Jakarta: Direktoral
Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
Sulasman dan Gumiliar, Setia. 2013. Teori-Teori Kebudayaan. Bandung: Pustaka
Setia.
Sutanto Leo. 2017. Mencerahkan Bakat Menulis. Jakarta: Gramedi Pustaka
Utama.
Sutirna. 2014. Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta Didik. Jakarta: Penerbit
Anda
Sudaryono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
Sugyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Unesco. 2003. The Prague Declaration. “Toward an Information Literate
Society.”
Yaya Suhendar. 2006. Dinamika Informasi dalam Era Global. Jakarta: Fajar
Interpratama.
Zainurrahman. 2011. Menulis dari Teori Hingga Praktik. Bandung; Alfabeta.
70
RIWAYAT HIDUP
IRFAN SAMSIR, lahir di Pulau Sapuka, Kab. Pangkep pada tanggal 03 Maret
1995. Anak kedua dari empat (4) bersaudara yang merupakan buah kasih sayang
dari pasangan Ayahanda BAKRI dengan Ibunda SALMIA. Penulis menempuh
pendidikan dasar di SD Negeri 28 Sapuka 2002 sampai 2008. Pada tahun yang
sama penulis pendidikan di SMP Negeri 1 Liukang Tangaya dan tamat pada
tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan di SMA 1 Liukang
Tangaya, hingga akhirnya tamat pada tahun 2014. Kemudian pada tahun 2014
penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar dan terdaftar pada jurusan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Strata 1 (S1)
kependidikan. Pada tahun 2021 Penulis menyelesaikan studi dengan menyusun
karya ilmiah yang berjudul “Hubungan Budaya Literasi Dengan Keterampilan
Menulis Narasi Siswa Kelas IV SDN Sudirman II Kecamatan Ujung Pandang
Kota Makassar”.
LAMPIRAN I
D
A
T
A
P
E
N
D
U
K
U
N
G
Indikator Penilaian Keterampilan Menulis Narasi
No Aspek Indikator Skor Kriteria
1 Gagasan/i
de
1. Padat informasi, substantif, judul
sesuai dengan tema, pengembangan
tulisan lengkap, setting dikembangkan
secara detail dan menarik, sesuai
tema.
2. Informasi cukup, subtansi cukup,
pengembangan terbatas, judul sesuai
tema, setting dikembangkan secara
detail namun tidak menarik, relevansi
dengan tema tetapi tidak lengkap.
3. Informasi terbatas, substansi kurang,
pengembangan tulisan kurang,
pengembangan setting cukup lengkap,
judul tidak sesuai dengan tema.
4. Tidak berisi, tak ada substansi, tidak
ada pengembangan tulisan, setting
tidak lengkap dan tidak menarik, tidak
ada judul.
27-30
24-26
21-23
0-20
Sangat
baik
Baik
Sedang
Kurang
2 Organisas
i/Isi
1. Gagasan diungkapkan dengan jelas,
padat, terorganisisr dengan baik,
urutan logis, kohensif.
2. Kurang terorganisisr, tetapi ide utama
terlihat, urutan logis, tetapi tidak
lengkap.
3. Gagasan kacau, kurang terorganisisr,
terpotong-terpotong, urutan dan
pengembangan tidak logis.
4. Tidak terorganisir, tidak layak nilai.
17-20
14-16
11-13
8-10
Sangat
baik
Baik
Sedang
Kurang
Struktur
Tata
Bahasa
1. Konstruksi struktur tata bahasa pada
kalimat kompleks, efektif, hanya
terdapat sedikit kesalahan
penggunaan bentuk kebahasaan.
2. Konstruksi stuktur tata bahasa pada
kalimat sederhana, efektif, ada
kesalahan pada konstruksi, makna
tidak kabur.
3. Terjadi kesalahan serius dalam
konstruksi kalimat kalimat, terdapat
banyak kesalahan, makna
membingungkan atau kabur.
4. Konstruksi kalimat tidak beraturan,
tidak menguasai atauran sintaksis,
terdapat banyak sekali kesalahan,
tidak komunkiatif, tidaklayak nilai.
7-10
4-6
2-3
0-1
Sangat
baik
Baik
Sedang
Kurang
4 Gaya:
Pilihan dan
Diksi
1. Pemanfaatan potensi kata cangggih,
pilihan kata dan ungkapan tepat,
pengeuasai pembentukan kata.
2. Pemanfaatan potensi kata agak canggih,
pilihan kata dan ungkapan kadang-kdana
kurang tepat tetapi tidak mengganggu
3. Pemanfaatan potensi kata terbatas, sering
terjadi kesalahan penggunaan kosa kata
dan dapat mengaburkan makna.
4. Pemanfaatan potensi kata asal-asalan,
pengetahuan tentang kosa kata rendah,
tidak layak nilai.
7-10
4-6
2-3
0-1
Sangat baik
Baik
Sedang
Kurang
5 Ejaan dan
Tata Tulis
1. Menguasai aturan penulisan, hanya
terdapat beberapa kesalahan ejaan.
2. Kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan
namun tidak mengaburkan makna.
3. Sering terjadi kesalahan ejaan, makna
membingungkan.
4. Tidak menguasai aturan penulisan,
terdapat banyak kesalahan ejaan, tulisan
tidak terbaca, tidak layak nilai.
7-10
4-6
2-3
0-1
Sangat baik
Baik
Sedang
Kurang
6 Alur 1. Penyajian urutan cerita logis, runtut,
sesuai gambar, menarik.
2. Penyajian urutan cerita logis, tidak
runtut, sesuai gambar.
3. Penyajian urutan cerita logis, tidak
menarik, tidak seusai gambar.
4. Penyajian urutan cerita tidak logis, tidak
menarik, tidak sesuai gambar.
7-10
4-6
2-3
0-1
Sangat baik
Baik
Sedang
Kurang
7 Penokohan 1. Kreatif dalam mengembangkan tokoh,
karater dijelaskan secara jelas dan detail,
sesuai gambar.
2. Kurang kreatif dalam mengembangkan
tokoh, karakter jelas dan detail, sesuai
gambar.
3. Kurang kreatif dalam mengembangkan
tokoh, tidak ada penjelasan karakter
tokoh.
4. Tokoh dikembangkan secara terbatas,
tidak ada penjabaran karakter tokoh.
7-10
4-6
2-3
0-1
Sangat baik
Baik
Sedang
Kurang
68
Angket Budaya Literasi
Petunjuk!
1. Tuliskan nama, kelas dan asal sekolah Anda.
2. Bacalah pernyataan dengan tenang dan seksama.
3. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan keadaan Anda kemudian berilah tanda
cek (√) pada kolom :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No Indikator Pertanyaan SS S TS STS
1.
Kebiasaan membaca
Saya senang membaca
2. Saya membaca dari berbagai sumber
apa saja, seperti koran, majalah, dan
internet
3. Sebagai siswa kelas V, saya tidak perlu
membaca
4
Koleksi buku
Saya menggunakan uang tabunganku
untuk membeli buku.
5 Saya tidak suka mengoleksi buku.
6 Jika ulang tahun, Saya ingin
orangtuaku memberi hadiah
berupa buku.
7
Frekwensi
kunjungan
keperpustakan
Saya mengunjungi perpustakaan setiap
kali kesekolah
8 Saya memanfaatkan waktu
kosong/istrahat untuk membaca buku
diperpustakaan
9 Saya senang ketika berada
diperpustakaan
10
Kebutuhan
terhadap
bacaan
Saya sering meminjam buku bacaan
milik teman untuk dibaca.
11 Saya selalu meluangkan waktu untuk
membaca informasi atau tulisan setiap
hari.
12 Saya membaca, hanya saat disuruh oleh
guru disekolah atau orang tua dirumah
13
Tindakan
untuk mencari
bacaan
Setiap hari saya meluangkan waktu
untuk mencari informasi yang saya
butuhkan
14 Saya mencari bacaan hanya saat
disuruh oleh guru disekolah
15 Saya sering bertanya kepada teman,
guru, orang tua tentang informasi apa
yang bagus untuk dibaca.
16 Saya selalu tertarik membaca ulang
No Indikator Pertanyaan SS S TS STS
Ketertarikan
untuk selalu
membaca
bacaan yang saya senangi
17 Saya seringkali tertarik membaca suatu
tulisan jika melihat judul atau gambar
dari tulisan tersebut
18 Saya selalu tertarik melanjutkan
membaca tulisan yang belum habis
terbaca atau tertunda
19 Keaktifan
peserta didik
mengikuti
kegiatan
literasi
(menyimak
dan membaca
cerita, puisi,
pantun dan
lain)
Saya akan tampil membaca didepan
kelas, hanya saat ditunjuk oleh guru.
20 Bila guru membacakan tulisan 15 menit
pada sebelum dimulai pembelajaran
saya tidak terlau memperhatikannya
21 Saya senang bila disekolah guru setiap
hari membacakan cerita, pantun, dan
puisi diawa atau diakhir pembelajaran.
22. Dengan banyak membaca, menambah
kosa kata saya
23. Dengan banyak membaca, menambah
pemahaman saya terhadap suatu
peristiwa disekeliling saya
24. Dengan terbiasa membaca,
memudahkan saya ketika membuat
tulisan tentan sebuah kejaidan,
peristiwa serta kegiatan sehari-hari
25. Saya mencatat hal-hal penting yang say
lihat dan dengar dari guru, seseorang,
buku, maupun telvisi
Tugas Menulis Menulis Narasi
Buatlah sebuah tulisan tentang kegiatan yang sedang dilakukan oleh Heri berdasarkan
gambar di bawah ini dengan mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Siapkan selembar kertas, selanjutnya tulislkan nama anda
2. Perhatikan gambar seri di bawah ini.
3. Tulislah kedalam bentuk kalimat kegiatan yang sedang dilakukan Heri pada tiap-tiap
gambar
4. Gunakan kata-kata anda sendiri dalam menuliskannya
5. Kemudian rangkailah kalimat demi kalimat tersebut hingga membentuk tulisan yang
menceritkan keseluruhan kegiatan Heri.
5
2 3
4
1
6
7 8 9
Data Perolehan Skor Siswa
No. Nama Budaya Literasi Keterampilan
Menulis Narasi
1 Ange Salsabila Mangiri 79 74
2 Amira Afifah Mukhbitah Hafiza
Arif 82 92
3 Jihan Febriyanti Harus Wandi 55 69
4 Muh. Aqiel Mumtaz 43 75
5 Muh. Sakti Shafwan 61 77
6 Kyara Zhafira Rezky 60 77
7 Arya Dzaki Adhitama 26 39
8 Moch Rafli Sayudi 53 71
9 Nur Suci Susanti Ramadani
Wongkar 25 24
10 Sri Wahyuni Anwar 79 54
11 Talita Aulia Tryani 90 80
12 Syifa Kamila 75 68
13 Farah Qanitha Putri 60 56
14 Lin Rahma Dewaty 76 66
15 Muh. Azriel Putra Pratama 81 60
16 Nur Qalbi Afika 76 57
17 Rafka Aditiya 50 76
18 Reygita Rifda Aula Arsyad 58 73
19 Abu Maulana 39 50
20 Muhammad Luthfi Al Faith 30 55
21 Fitri Ramadani 51 73
22 Feby Syakinah 34 50
23 Neyla Az Shafa Priwijaya 84 63
24 Arumi Sekarningrum Baharsyah 66 46
25 Muhammad Aqil Haziq Ibrahim 49 25
26 Afham Affandi 78 55
27 Muh. Daffa Adelio Putra 63 40
28 Wira Hadipriyono 61 46
29 Hafizah Arif 58 40
30 Sofyan Alkharis 70 54
31 Gilbert Kristina Bolla 70 57
32 Muh. Saputra Sanjaya 60 57
33 Muh. Faiq Syahrir 69 48
34 Adytia Pratama 79 67
35 Alif Syahqi Rahman 78 61
36 Ubaidillah Ahror 70 56
37 Muh. Naufal Al-Fatih 63 71
38 Agni Damara Fauziah 52 70
39 St Rafeyfa Asyla 43 60
40 Reski Septiani Rizni 44 56
41 Afifa Salwa Safitri 27 25
42 Andi Ainun Khalilah 79 56
43 Emy Mariatush 47 65
44 ST Syahrani Zaskia 53 37
45 Airah Anugra Amelia 39 44
46 Ayla Muthia 57 70
47 Faustina Sisila Farus 44 24
48 Almitra Kirana Murdi 34 57
49 Shafira Zahra K 56 41
50 Meliani Daniel 69 40
51 ST Nurhafifah Fujiah W 51 35
52 Khalilah Thufailah 52 38
53 Safana Fauziyah A 75 58
54 Neisha Iffah Fakhira 66 40
55 Afdal Jabir 45 29
N=55 3234 3047
Tabel Data Perolehan Angket Budaya Literasi Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 4 2 4 3 2 4 2 4 3 2 79
2 3 4 4 4 4 2 3 3 3 4 3 4 2 1 4 3 3 3 2 4 4 4 4 4 3 82
3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 1 2 3 2 2 2 1 2 2 55
4 2 3 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 43
5 3 3 3 2 2 2 4 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 1 2 2 61
6 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 1 60
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 26
8 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 1 3 2 1 2 2 2 1 2 53
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25
10 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 79
11 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 3 90
12 4 4 4 3 2 2 4 2 4 2 3 3 2 4 3 3 2 3 4 3 2 2 3 3 4 75
13 4 3 2 3 3 3 3 3 4 2 3 2 3 2 3 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 60
14 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 3 2 2 3 4 4 3 3 3 3 4 76
15 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 2 4 2 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 2 3 81
16 3 4 3 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 76
17 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 50
18 2 2 3 2 3 2 2 3 1 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 1 2 3 2 2 3 58
19 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 3 1 2 2 1 2 1 2 1 39
20 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 30
21 3 2 3 4 2 3 3 2 2 2 2 3 2 1 3 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 51
22 1 3 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 3 34
23 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 84
24 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 66
25 3 3 2 2 3 2 2 1 2 1 2 3 2 2 1 3 2 1 2 2 1 3 1 2 1 49
26 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 78
27 4 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 63
28 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 61
29 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 1 3 1 2 3 2 2 1 3 2 3 1 2 58
30 3 3 3 4 3 2 3 3 3 4 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 70
31 4 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 70
32 3 3 2 3 2 3 2 3 4 4 2 2 3 2 2 1 2 1 3 2 3 2 3 2 1 60
33 4 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 69
34 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 2 79
35 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 78
36 3 4 3 4 3 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 70
37 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 4 2 2 3 3 63
38 2 1 2 3 2 3 2 2 1 2 1 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 52
39 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 43
40 3 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 3 1 3 1 3 1 2 2 44
41 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27
42 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 2 3 3 2 3 79
43 2 2 2 3 2 1 2 2 2 3 1 1 3 3 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 47
No
Res
Butir SoalSkor
44 3 3 3 2 3 3 3 4 4 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 3 1 2 2 2 1 53
45 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 39
46 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 57
47 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 3 3 2 1 2 2 2 2 1 2 2 44
48 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 34
49 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 1 2 1 2 56
50 4 3 4 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 69
51 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 51
52 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 1 1 2 3 2 2 2 2 1 52
53 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 75
54 2 2 3 3 4 3 4 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 1 3 3 3 66
55 2 1 2 2 1 2 2 1 3 2 2 1 2 1 2 3 1 3 2 2 1 2 1 2 2 45
3234Total Skor Keseluruhan (X)
Data Perolehan Skor Tes Keterampilan Menulis Narasi Siswa
1 2 3 4 5 6 7
1 28 19 7 6 5 4 5 74
2 29 20 9 9 8 9 8 92
3 26 17 6 5 6 5 4 69
4 25 18 8 5 7 5 7 75
5 27 19 7 8 6 5 5 77
6 27 18 8 7 5 7 5 77
7 20 9 3 2 1 2 2 39
8 25 13 9 9 5 5 5 71
9 9 8 1 2 1 1 2 24
10 22 15 5 2 3 3 4 54
11 28 16 8 7 7 8 6 80
12 27 17 7 5 4 3 5 68
13 21 11 4 4 7 6 3 56
14 23 16 5 6 5 5 6 66
15 24 13 9 4 4 4 2 60
16 24 14 3 3 5 2 6 57
17 25 17 9 5 6 6 8 76
18 26 15 8 6 7 6 5 73
19 21 12 4 3 3 4 3 50
20 20 17 4 4 3 5 2 55
21 26 18 7 6 5 5 6 73
22 22 13 4 3 3 2 3 50
23 24 16 7 5 4 4 3 63
24 18 11 3 4 5 3 2 46
25 8 7 3 2 2 1 2 25
26 22 14 5 3 3 4 4 55
27 15 8 5 2 3 3 4 40
28 22 9 3 4 3 3 2 46
29 18 8 3 5 2 2 2 40
30 23 8 6 6 4 3 4 54
31 23 9 8 6 4 3 4 57
32 22 9 6 5 6 4 5 57
33 19 9 3 4 4 3 6 48
34 23 15 5 4 8 8 4 67
35 26 8 9 5 5 4 4 61
36 21 15 3 4 5 5 3 56
37 24 19 9 4 6 4 5 71
38 26 16 7 6 4 6 5 70
39 20 14 7 3 5 5 6 60
40 27 14 4 2 5 2 2 56
41 9 9 2 1 2 1 1 25
42 20 8 6 7 6 4 5 56
43 25 10 6 7 5 7 5 65
44 21 9 1 2 1 2 1 37
45 20 6 4 5 4 3 2 44
No
Res
Nilai Juml
ah
46 26 17 5 7 4 6 5 70
47 7 8 2 3 1 2 1 24
48 21 16 5 3 5 4 3 57
49 16 12 3 3 2 3 2 41
50 13 10 3 4 3 4 3 40
51 13 8 2 4 2 3 3 35
52 14 9 3 4 3 2 3 38
53 26 16 4 4 3 3 2 58
54 20 8 2 3 2 3 2 40
55 9 9 3 2 1 3 2 29
3047Total
Tabel 4.5 Kerja Korelasi Product Moment
No X Y X2
Y2 X × Y
1 79 74 6241 5476 5846
2 82 92 6724 8464 7544
3 55 69 3025 4761 3795
4 43 75 1849 5625 3225
5 61 77 3721 5929 4697
6 60 77 3600 5929 4620
7 26 39 676 1521 1014
8 53 71 2809 5041 3763
9 25 24 625 576 600
10 79 54 6241 2916 4266
11 90 80 8100 6400 7200
12 75 68 5625 4624 5100
13 60 56 3600 3136 3360
14 76 66 5776 4356 5016
15 81 60 6561 3600 4860
16 76 57 5776 3249 4332
17 50 76 2500 5776 3800
18 58 73 3364 5329 4234
19 39 50 1521 2500 1950
20 30 55 900 3025 1650
21 51 73 2601 5329 3723
22 34 50 1156 2500 1700
23 84 63 7056 3969 5292
24 66 46 4356 2116 3036
25 49 25 2401 625 1225
26 78 55 6084 3025 4290
27 63 40 3969 1600 2520
28 61 46 3721 2116 2806
29 58 40 3364 1600 2320
30 70 54 4900 2916 3780
31 70 57 4900 3249 3990
32 60 57 3600 3249 3420
33 69 48 4761 2304 3312
34 79 67 6241 4489 5293
35 78 61 6084 3721 4758
36 70 56 4900 3136 3920
37 63 71 3969 5041 4473
38 52 70 2704 4900 3640
39 43 60 1849 3600 2580
40 44 56 1936 3136 2464
41 27 25 729 625 675
42 79 56 6241 3136 4424
43 47 65 2209 4225 3055
44 53 37 2809 1369 1961
45 39 44 1521 1936 1716
46 57 70 3249 4900 3990
47 44 24 1936 576 1056
48 34 57 1156 3249 1938
49 56 41 3136 1681 2296
50 69 40 4761 1600 2760
51 51 35 2601 1225 1785
52 52 38 2704 1444 1976
53 75 58 5625 3364 4350
54 66 40 4356 1600 2640
55 45 29 2025 841 1305
N=55 3234 3047 204844 182625 185341
LAMPIRAN II
P
E
R
S
U
R
A
T
A
N
LAMPIRAN III
D
O
K
U
M
E
N
T
A
S
I