digilibadmin.unismuh.ac.id · ii fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan universitas muhammadiyah...
TRANSCRIPT
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Rahma Rama Dani
Ayah : H. Kahar
Ibu : Hj. Martan
Tempat, Tanggal Lahir : Muara Badak 26 Januari 1997
Agama : Islam
Alamat : Jl. Al- Ashar Makassar
Nomor Telepon/HP : 085266664833
Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
SD 009 Muara Badak (2003-2009)
SMP Negeri 1 Muara Badak (2009-2012)
SMA Negeri 2 Samarinda (2012-2015)
Universitas Muhammadiyah Makassar (2016-2020)
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Skripsi, 25th
Februari 2020
RAHMA RAMA DANI (105421101816)
Asdar Tajjudin
Samhi Muawan Djamal
“HUBUNGAN CEDERA OTAK TRAUMATIK DENGAN PENINGKATAN
KADAR GULA DARAH DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
MAKASSAR”
ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Kejadian Cedera Otak Traumatik merupakan fenomena
yang tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi. Respon stres akan timbul setelah
kejadian cedera otak traumatik yang menyebabkan kadar glukosa meningkat dan
penurunan kesadaran. Penilaian kesadaran dilakukan untuk mengklasifikasi
derajat cedera otak traumatik dengan menghitung skor Glasgow Coma Scale
(GCS) yang bersifat objektif dengan nilai baku yang tertera.
TUJUAN :Mengetahui adanya Hubungan Cedera otak traumatik dengan
peningkatan kadar gula darah.
METODE: Penelitian ini menggunakan data sekunder, melihat data rekam medis
pasien instalasi gawat darurat (IGD) dengan sampel sebesar 58 sampel. Data
rekam medis dilihat skor GCS dan kadar glukosa pasien cedera kepala.
HASIL: Pasien dengan cedera otak traumatik ringan dan kadar gula darah
meningkat 8 pasien (13.8%). Selanjutnya pasien dengan cedera otak traumatik
sedang yang meningkat sebanyak 11 orang (26.2%). kemudian sebanyak 23 orang
pasien (39.7%) mengalami cedera otak traumatik berat dengan kadar gula darah
meningkat.
KESIMPULAN: Dengan menggunakan uji chi - square didapatkan p = 0,000 nya
yang terdapat hubungan cedera otak traumatik dengan peningkatan kadar gula
darah dan dilakukan uji Mann whitny U tes didapatkan p= 0.000 yang artinya
terdapat perbedaan rata rata peningkatan kadar gula darah pada cedera otak
traumatik ringan, sedang dan berat.
KEYWORD: Cedera otak, kadar gulah darah
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Thesis, 25th
February 2020
RAHMA RAMA DANI (105421101816)
ASDAR TAJJUDIN
SAMHI MUAWAN DJAMAL
“THE CORELATION BETWEEN TRAUMATIK BRAIN INJURY WITH
IMPROVEMENT OF BLOOD SUGAR LEVELS AT BHAYANGKARA
HOSPITAL IN MAKASSAR”
ABSTARCT
BACKGROUND: Traumatik Brain Injury is phenomena that cannot be predicted
when it shall occur. Stress responses will arise after the occurrence of traumatik
brain injuries that cause glucose levels to increase and decrease consciousness. An
awareness assesment is carried out to classify the degree of traumatik brain injury
by calculating an objective glasgow coma scale (GCS) score with the standard
values listed.
OBJECTIVE: Knowing the correlation of traumatik brain injury with increased
blood sugar levels.
METHOD: This study deployed secondary data, by looked at the medical record
data od Emergency Dapertment patient (eds) with the sample were 58. Medical
record data was seen at the GCS scores and blood levels in traumatik brain injury
patients.
FINDINGS: Patients with low traumatik brain injury and blood sugar levels
increased by 8 patients (13,8%) furthermore, patient with moderate traumatik
brain injury increased by 11 people (26,2%), then there are 23 patients (39,7%)
suffered severe brain injury with elevated blood sugar levels.
CONCLUSION : By using the chi- square test, it is found that p = 0,000 that
there is a correlation between brain injury and increasing of blood sugar levels and
the mann whitny U test obtained was p = 0,000, which means that there are
difference in the average increase in blood sugar levels in low, moderate and
severe traumatik brain injuries.
Keywords: Brain Injury, Blood Sugar Level
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT karena segala
rahmat dan karunia-Nya serta segala kemudahan yang diberikan dalam setiap
kesulitan hambnya-Nya dan tak lupa juga shalawat serta salam penulis panjatkan
kepada baginda Rasulullah SAW karena dialah yang membawa manusia dari
zaman jahiliyah ke zaman sekarang ini. Sehingga penulis bisa menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Hubungan Cedera Otak Traumatik dengan
Peningkatan Kadar Gula Darah” yang ditulis sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran pada program studi pendidikan
kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar. Syukur alhamdulillah ya
Allah.
Sebagai manusia biasa, penulis sangat menyadari bahwa skripsi yang
sederhana ini masih banyak terdapat kekeliruan dan masih memerlukan perbaikan
secara menyeluruh, hal ini tidak lain disebabkan karena keterbatasan ilmu dan
kemampuan yang dimiliki oleh penulis dalam menyelesaikan tugas yang bagi
penulis dirasakan cukup berat, karenanya berbagai masukan dan saran yang
sifatnya membangun sangatlah diharapkan demi sempurnanya skripsi ini
Oleh karenanya penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam menyusun penelitian ini. Pertama-
tama ucapan terima kasih saya hanturkan secara khusus kepada orang tua yang
saya hormati dan cintai ayahanda H. Kahar dan ibunda Hj. Martang yang telah
membesarkan saya dengan penuh kesabaran hingga penulis dapat menyelesaikan
iv
studi pada jenjang yang lebih tinggi juga saudara saudaraku, yang dengan
semangat serta dorongan selama ini.
Secara khusus penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
mendalam kepada dr. Asdar Tajuddin Sp. B dan Drs. Samhi Muawan Djamal,
M.Ag Selaku Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dengan tekun
dan sabar dalam membimbing memberikan arahan dan koreksi selama proses
skripsi ini hingga selesai.
Selanjutnya penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan
kesempatan penulis untuk menyelesaikan studi ini.
2. Dr. H. Machmud Gaznawi, Sp. PA(K) Selaku dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Makssar Beserta Jajarannya
3. dr. Asdar Tajuddin, Sp. B yang telah berkenan meluangkan waktu untuk
bimbingan serta masukan demi perbaikan skripsi ini
4. Drs. Samhi Muawan Djamal, M.Ag yang telah berkenan meluangkan
waktu untuk menjadi penguji dan membimbingan serta masukan demi
perbaikan skripsi ini
5. dr. Wahyudi, Sp. BS yang telah berkenan meluangkan waktu untuk
menjadi penguji sidang ujian skripsi dan atas bimbingan serta masukan
demi perbaikan skripsi ini.
6. Ibu Juliani Ibrahim, Ph.D yang telah berkenan meluangkan waktu untuk
membantu dan memberikan masukan demi perbaikan skripsi ini.
v
7. dr. Sumarni, Sp. JP Selaku pembimbing Akademik yang senantiasa
memberikan bimbingan dan motivasi untuk penulis
8. Rio Fatli Adnan yang tidak henti-hentinya memotivasi, memberikan
dukungan, Masukan, yang selalu ada dalam hal apapun, mendengarkan
keluh kesah serta menghibur penulis dalam menyelesaikan Skripsi dan
Studi ini .
9. Teman Satu bimbingan skripsian yang selalu kompak, saling menolong
dalam keadaan apapun Maftuha Al humaerah, Miftah Nurindah S, dan
Hafidah Audinah Ibrahim.
10. Saudaraku angkatan 2016 Rauvolfia yang selalu mendukung penulis serta
teman teman FK Unismuh Tanpa Terkecuali.
11. Teman- teman penulis dan pihak yang tidak sempat ditulis namanya yang
sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, serta selalu
memotivasi penulis untuk berjuang meraih cita cita.
12. Kepada semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak
langsung yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis .
Penulis Menyadari bahwa skirpsi ini masih jauh dari yang dihrapakan oleh
karena itu dengan kerendahan hati penulis akan senang menerima kritik dan saran
demi perbaikan dan kesempurnaan skirpsi ini.
vi
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 2
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 3
BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA
A. Cedera Otak Traumatik
1. Definisi Cedera Kepala ............................................................... 4
2. Epidemiologi ............................................................................... 4
3. Etiologi ....................................................................................... 5
4. Patofisiologi Cedera Kepala ....................................................... 5
5. Klasifikasi Trauma Kepala ......................................................... 11
6. Respon metabolisme pada cedera kepala ................................... 12
7.Hipermetabolisme ......................................................................... 13
B. Kadar Gula Darah
vii
1. Mekanisme hiperglikemia pada cedera kepala ........................... 15
C.Tinjauan Keislaman .......................................................................... 18
D. Kerangka Teori ................................................................................ 20
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep ............................................................................ 21
B. Variabel Penelitian .......................................................................... 21
C. Hipotesisi ........................................................................................ 22
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Penelitian ......................................................................................... 24
B. Waktu dan Lokasi ........................................................................... 24
C. Populasi dan Sampel ....................................................................... 24
D. Kriteria Sampel ................................................................................ 24
E. Cara pengambilan sampel ................................................................ 25
F. Jenis data dan instrument penelitian ................................................ 26
G. Management Penelitian ................................................................... 26
H. Etika Penelitian ............................................................................... 28
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Populasi/Sampel ............................................... 29
B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................ 29
C. Analisis
1. Analisis Univariat ........................................................................ 30
2. Analisis Bivariat .......................................................................... 31
BAB VI PEMBAHASAN
viii
A. Pembahasan ..................................................................................... 36
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 46
B. Saran ................................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 48
ix
Daftar Tabel
No. Tabel Judul Halam
Tabel 5.1 30
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4
Tabel 5.5
Tabel 5.6
Tabel 5.7
Distribusi frekuensi dan presentase
berdasarkan karakteristik responden
Distribusi derajat cedera otak traumatik
Distribusi nilai kadar gula darah
Hubungan Derajat cedera otak traumatis
dengan peningkatan kadar gula darah
pada pasien rumah sakit bhayangkara
Makassar Hubungan Perbedaan kadar Gula Darah
pada cedera otak traumatis Ringan
dengan Sedang pada Pasien Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar
Perbedaan kadar Gula Darah pada Cedera
Otak Traumatis Ringan dengan Berat
pada Pasien Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar.
Perbedaan kadar Gula Darah pada Cedera
Otak Traumatis sedang dengan Berat
pada Pasien Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar.
32
31
30
33
34
35
x
Daftar Gambar
Gambar Kerangka Teori .................................................................................. 20
Gambar Kerangka Konsep ............................................................................... 21
Gambar Alur Penelitian................................................................................... 28
xi
DAFTAR SINGKATAN
1. SWT = Subhanahu Wata’ala
2. SAW = Shallallahu ‘Alaihi Wassallam
3. WHO = World Health Organisation
4. DEPKES = Dapertemen Kesehatan
5. RS = Rumah Sakit
6. CDC = Centers For Disease Control And Prevention
7. TBI = Traumtik Brain Injury
8. CSF = Cairan Serebrospinal
9. CBF = Cerebral Blood Flow
10. CPP = Cerebral Perfusion pressure
11. ICP = Intra Cranial Pressure
12. MAP = Mean Arterial Pressure
13. ICE = Interleukin-1-Beta Converting Enzyme
14. COP = Cedera Otak Primer
15. COS = Cedera Otak Sekunder
16. GCS =Glasglow Coma Scale
17. ICU = Intensive Care Unit
18. ATP = Adenosin Trifosfat
19. MEE = Measured Energy Expenditure
20. CDA = Canadian Diabetes Association
21. GDS = Gula Darah Sewaktu
xii
22. CRH = Corticotropin Releasing Hormon
23. ACTH = Adrenocorticotropin Hormone
24. TNF = Tumor Necrosis Factor
25. QS = Quran Surah
26. IGD = Instalasi Gawat Darurat
27. Ha = Hipotesis Alternatif
28. Ho = Hipotesis Nol
29. HR = Hadist Riwayat
30. DKK = Dan Kawan Kawan
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Abstrak Bahasa inggris
2. Abstrak Bahasa Indonesia
3. Riwayat Hidup Penulis
4. Pernyataan tidak plagiat
5. Pernytaan persetujuan pembimbing
6. Pernyatan pengesahan
7. Foto bentuk rekam medik di Rumah sakit Bhayangkara
8. Hasil olah data menggunakan SPSS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 kecelakaan lalu
lintas merupakan penyebab kematian urutan kesebelas di seluruh dunia dan
menelan korban jiwa sekitar 1,25 juta manusia setiap tahun. 1
Trauma dapat
diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas. Trauma yang paling banyak terjadi pada
saat kecelakaan lalu lintas adalah cedera otak traumatik. Cedera otak traumatik
akibat kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab utama disabilitas dan
mortalitas di negara berkembang. Keadaan ini umumnya terjadi pada pengemudi
motor tanpa helm atau memakai helm yang tidak tepat dan yang tidak memenuhi
standar.2
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa kematian pada
cedera otak diakibatkan karena kecelakaan lalu lintas. WHO mencatat 2500
kasus kematian yang disebabkan karena kecelakaan lalu lintas pada tahun 2013.
Di Amerika Serikat, kejadian Cedera Otak Traumatis setiap tahun diperkirakan
mencapai 500.000 kasus dengan prevalensi kejadian 80% meninggal dunia
sebelum sampai rumah sakit, 80% cedera otak traumatis ringan, 10% cedera otak
traumatis sedang dan 10% cedera otak traumatis berat dengan rentang kejadian
berusia 15-44 tahun. Persentase dari kecelakaan lalu lintas tercatat sebesar 48-
58% diperoleh dari cedera otak traumatis, 20-28% dari jatuh dan 3-9%
disebabkan tindak kekerasan dan kegiatan olahraga.3
Proporsi bagian tubuh yang
2
paling sering terkena cedera adalah bagian anggota gerak bagian bawah yaitu
67,9% selanjutnya anggota gerak bagian atas 32,7% dan bagian kepala yaitu
11,9% Mneurut riset kesehatan Dasar 2018 4
Angka kejadian cedera otak traumatik di Indonesia pada tahun 2018 adalah
(11,9%) Sedangkan angka kejadian di Sulawesi selatan pada tahun 2018 (15%). 4
Hiperglikemia itu sendiri berkontribusi untuk morbiditas dan mortalitas
melalui lingkungan, menyebabkan penyimpangan elektrolit, dan menekan
kekebalan tubuh. Katekolamin meningkatkan glucagon dan menghambat sekresi
insulin setelah kerusakan dan stres. hiperglikemia yang menyebabkan masuk ICU
terkait peningkatan yang signifikan dalam kematian di rumah sakit pada pasien
dengan berbagai temuan medis dan bedah. 5
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka yang akan menjadi rumusan masalah dalam
penelitian adalah Apakah terdapat hubungan cedera otak traumatik dengan
peningkatan kadar gula darah di Rumah sakit Bhayangkara Makassar
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui adanya hubungan cedera otak traumatik dengan peningkatan
kadar gula darah.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah sewaktu pada penderita cedera
otak traumatis ringan dan sedang
3
b. Untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah sewaktu pada penderita cedera
otak traumatis ringan dan berat
c. Untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah sewaktu pada penderita cedera
otak traumatis sedang dan berat
D. Manfaat penelitian
1.Bagi peneliti
Sebagai sarana dalam mengembangkan pengetahuan dan mengimplentasikan ilmu
yang selama ini didapatkan
2.Bagi Universitas
Hasil penelitian dapat menjadi sarana dalam upaya pengembangan program
pendidikan
3.Bagi Sosial
Hasil penelitian diharapakan dapat menjadi bahan masukan demi meningkatkan
pengetahuan masyarakat dalam upaya pencapain keselarasan kehidupan dan
perilaku masyarakat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Cedera otak traumatis
1. Definisi
Cedera otak traumatis adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara
langsung ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis
yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik sementara maupun
permanen.6
Kerusakan dapat bersifat fokal, terbatas satu daerah di otak, atau
difus, melibatkan lebih dari satu daerah di otak. cedera otak traumatis dapat
merupakan hasil dari cedera otak traumatis tertutup atau cedera otak traumatis
tembus. cedera otak traumatis tertutup terjadi jika kepala secara tiba-tiba
menghantam suatu obyek dengan keras. namun obyek tersebut tidak menembus
tulang tengkorak. Cedera tembus terjadi jika obyek menembus tulang tengkorak
dan masuk jaringan otak. 7
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), mendefinisikan
cedera otak traumatis (TBI) sebagai gangguan pada fungsi normal otak yang
dapat disebabkan oleh benjolan, pukulan, atau sentakan pada kepala, atau
penetrasi cedera otak traumatis. Setiap orang beresiko terkena TBI, terutama
anak-anak dan orang dewasa yang lebih tua. 8
2. Epidemologi
Cedera Otak Traumatis merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering
dijumpai di hampir setiap rumah sakit. Mayoritas Cedera Otak Traumatis
5
diidentifikasi di departemen gawat darurat. Kasus Cedera Otak Traumatis
berperan dalam 1,4% dari total kasus yang ada departemen gawat darurat. Setiap
tahunnya di Amerika Serikat 1,7 juta orang didiagnosis Cedera Otak Traumatis,
1,3 juta orang atau 80% hanya dirawat di ruang gawat darurat dan dapat
dipulangkan. Sedangkan 275.000 orang atau 16% dirawat inap. 9
Trauma kepala lebih sering terjadi pada anak-anak, orang dewasa hingga 24
tahun, dan mereka yang lebih dari 75 tahun. Trauma brain injury 3 kali lebih
sering terjadi pada pria dari pada wanita. Meskipun hanya 10% dari Truma brain
injury terjadi pada populasi lansia, itu menyumbang hingga 50% dari kematian
terkait Trauma brain injury.7
3. Etiologi
Penyebab utama trauma kepala adalah cedera terkait kendaraan bermotor,
jatuh, dan Penyerangan.7
Berdasarkan mekanisme, trauma kepala diklasifikasikan sebagai tumpul
(mekanisme yang paling umum), Penetrasi (cedera paling fatal), ledakan.
Kebanyakan Trauma Brain Injury parah hasil dari tabrakan dan jatuh kendaraan
bermotor.7
4. Patofisiologi trauma otak
Perlu diketahui konsep konsep pengaturan aliran darah dan harus
dipertimbangkan dalam menangani pasien trauma kepala sebagai berikut yaitu: 7
a. Doktrin Monroe-Kellie
1. Terkait dengan pemahaman dinamika tekanan intrakranial (ICP).
6
2. Setiap komponen dari intrakranial dapat mengalami perubahan, tetapi
volume total isi intrakranial tetap konstan karena ruang dalam
tengkorak tetap. Dengan kata lain, otak memiliki mekanisme
kompensasi untuk mempertahankan keseimbangan sehingga menjaga
tekanan intrakranial normal.
3. Menurut ini, perpindahan cairan serebrospinal (CSF) atau darah terjadi
untuk mempertahankan ICP normal. Peningkatan ICP akan terjadi
ketika mekanisme kompensasi habis.
b. Regulasi Aliran Darah Serebral (CBF) (Autoregulasi)
1. Dalam keadaan normal, otak mempertahankan CBF melalui
pengaturan otomatis yang menjaga keseimbangan antara pengiriman
oksigen dan metabolisme.
2. Autoregulasi menyesuaikan tekanan perfusi serebral (CPP) dari 50
hingga 150 mm Hg.
3. Di luar kisaran ini, autoregulasi hilang, dan aliran darah hanya
bergantung pada tekanan darah.Cidera otak yang parah dapat
mengganggu autoregulasi CBF.
c. Tekanan Perfusi Serebral (CPP)
1. Perbedaan antara mean arterial pressure (MAP) dan ICP (CPP = MAP
- ICP)
a. CPP target adalah 55 mm Hg hingga 60 mm Hg
b.Peningkatan ICP dapat menurunkan CPP
7
c. Penurunan ICP dapat meningkatkan CPP
d.Ingat, menurunkan MAP pada pasien hipotensi dapat menurunkan
CPP.
e. minimum harus dipertahankan untuk menghindari penghinaan otak.
Ini tergantung pada usia dan sebagai berikut: Bayi - 50 mm Hg,
Anak-anak - 60 mm Hg, dan Dewasa - 70 mm Hg.
f. CBF cukup sensitif terhadap oksigen dan karbon dioksida.
g.Hipoksia menyebabkan vasodilatasi dan karenanya meningkatkan
CBF dan dapat memperburuk ICP.
h.Hypercarbia juga menghasilkan vasodilatasi dan dapat mengubah
ICP melalui efek pada pH CSF dan meningkatkan CBF.
d. Tekanan arteri rata-rata (MAP)
1. Pertahankan = 80 mm Hg
2. 60 mm Hg = pembuluh otak melebar maksimal
3. <60 mm Hg = iskemia serebral
4. > 150mmHg = peningkatan ICP
5. Tekanan intrakranial (ICP)
6. Peningkatan ICP dapat menurunkan CPP.
7. ICP tergantung pada volume kompartemen berikut:
8. Parenkim otak (<1300 mL)
9. Cairan serebrospinal (100 - 150 mL)
10. Darah intravaskular (100 - 150 mL)
8
11. Refleks cushing (hipertensi, bradikardia, dan ketidakteraturan
pernapasan) akibat peningkatan ICP
12. TIK normal tergantung pada usia (dewasa lebih muda dari sepuluh
tahun, anak 3-7 tahun, bayi 1,5-6 tahun)
13. > 20 mm Hg = peningkatan morbiditas dan mortalitas dan harus
diobati. Mungkin lebih penting untuk mempertahankan CPP yang
memadai.
Cedera otak traumatis dapat dibagi menjadi dua fase utama: cedera neuron
awal (atau cedera primer) diikuti oleh penghinaan sekunder (cedera sekunder).
Cedera primer adalah cedera neuron awal yang terjadi segera dan merupakan
akibat langsung dari peristiwa traumatis. trauma kepala dicirikan dengan adanya
kerusakan jaringan secara langsung disertai regulasi Cerebral Blood Flow (CBF)
dan metabolisme terganggu. Pola 'mirip iskemia' ini menyebabkan akumulasi
asam laktat karena glikolisis anaerob, peningkatan permeabilitas membran, dan
pembentukan edema berturut-turut. Karena metabolisme anaerob tidak adekuat
untuk mempertahankan keadaan energi seluler, maka penyimpanan ATP terkuras
dan terjadilah kegagalan energi yang bergantung pada pompa ion membran. 8
Cedera sekunder berkembang selama berjam-jam, dan termasuk pelepasan
neurotransmitter (eksitotoksisitas), pembangkitan radikal bebas, kerusakan yang
dimediasi kalsium, aktivasi gen, disfungsi mitokondria, pengaruh massa, iskemia,
dan respons inflamasi. Tahap kedua dari jalur patofisiologi ini ditandai dengan
9
adanya depolarisasi membran terminal bersamaan dengan pelepasan rangsang
neurotransmitter yang berlebihan (misalnya glutamat, aspartat), aktivasi Nmetil-
D-aspartat, α-amino-3-hidroksi-5-metil-4-isoksazol propionat, dan tegangan yang
bergantung Ca2+ dan kanal Na+. Arus masuk Ca2+ dan Na+ berturut-turut
menyebabkan proses intraseluler mencerna diri sendiri (katabolik). Ca2+
mengaktifkan lipid peroksidase, protease, dan fosfolipase yang pada akhirnya
akan meningkatkan konsentrasi intraselular asam lemak bebas dan radikal bebas.
Selain itu, aktivasi kaspase protein mirip Interleukin-1-Beta Converting Enzyme
(ICE), translokasi, dan endonuklease memulai perubahan struktural progresif
membran biologis dan DNA nukleosom (fragmentasi DNA dan penghambatan
perbaikan DNA). Pada akhirnya, proses ini akan menyebabkan degradasi
membran struktur vaskular dan seluler, lalu diikuti kematian sel nekrotik atau
terprogram (apoptosis) 9
Cedera otak sekunder (COS) mempunyai jalur kaskade yang rumit dan belum
semuanya dapat terungkap. Penelitian secara klinis maupun eksperimental terus
mencoba untuk menjawab mekanisme sesungguhnya yang terjadi di otak setelah
trauma kepala. Pemahaman terhadap Cedera Otak Traumatis sekunder yang lebih
lengkap diharapkan dapat mengurangi tingkat kematian dan kecatatan akibat
trauma kepala. Tugas penelitian saat ini adalah menemukan terapi invasif maupun
noninvasif untuk mengurangi efek cederaotak sekunder. 10
Faktor penting yang harus diperhatikan untuk meningkatkan luasan pasien
oleh karena Cedera Otak Traumatis adalah kerusakan lebih lanjut pada otak
10
setelah kejadian. Tidak semua kerusakan otak terjadi pada saat cedera. Hal inilah
yang menjadi dasar pemikiran mekanisme dari trauma untuk mengklasifikasikan
kerusakan otak setelah Cedera Otak Traumatis antara fokal atau difus 10
cedera otak traumatis sekunder (COS) adalah cedera otak traumatis yang
terjadi segera setelah Cedera Otak Traumatis Hal ini bisa terjadi karena adanya
reaksi inflamasi, biokimia, gangguan neurotransmiter, dan gangguan autoregulasi.
Bila COP adalah fenomena mekanik, maka COS adalah fenomena metabolik.
Penyebab COS ada dua yaitu ekstrakranial (sistemik ) dan intrakranial. Penyebab
COS sistemik adalah: hipotensi, hipoksemia, anemia, koagulopati, hipoglikemia,
hiperglikemia, hipertermia, dan hiponatremia. Penyebab COS intrakranial adalah:
tekanan tinggi intrakranial, kejang, infeksi, dan vasospasme. 11
Setelah terjadi COP seperti diatas maka akan terjadi COS melalui tiga
mekanisme: (1) Kerusakan pada neuron otak yang akan menimbulkan efek
hipoksia dan iskemia dapat berlanjut menjadi edema sitotoksik, (2)Kerusakan
pada vaskular otak yang akan menimbulkan efek massa dan edema vasogenik dan
sitotoksik, (3) Kerusakan pada hipotalamus yang akan menimbulkan efek
sistemik berupa hiperglikemia, asidosis yang akan memperberat efek hipoksia
neuron yang telah ada11
Kegagalan pompa ion mengarahkan akumulasi natrium intraselular dan
kalium ekstraselular sehingga cairan bergerak kedalam intraselular. Rongga
intraselular membesar dan rongga ekstraselular mengkerut, pada awalnya tidak
mempengaruhi volume otak. Lebih lanjut lagi natrium dari darah masuk kedalam
11
otak dan kalium keluar dari otak masuk kedalam darah yang mengarahkan adanya
penumpukan cairan dalam otak. Pada umumnya edema otak terjadi oleh karena
respons dari injuri saraf pusat yang dapat diperberat oleh adanya kerusakan
pembuluh darah. 11
5. klasifikasi Trauma kepala
Cidera otak traumatis dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi atau
kerasnya. Klasifikasi berdasarkan etiologi termasuk tumpul tertutup Cedera Otak
Traumatis, Cedera Otak Traumatis tembus, dan ledakan. 12
Cedera otak traumatis juga dapat diklasifikasikan berdasarkan keparahan
menjadi ringan, sedang, dan berat. Koma Glasgow Skor (GCS) 13 hingga 15
dianggap ringan, 9 hingga 12 sedang, dan GCS 8 atau kurang parah. 7 Metode
alternatif klasifikasi membagi TBI menjadi fokus dan difus. Cidera fokus
merupakan hematoma ekstra aksial (subdural dan epidural), hematoma
intraparenchymal, dan memar hemoragik.9 cedera otak traumatis difus melibatkan
kerusakan luas pada akson, cedera mikro-vaskular difus, iskemik hipoksik cedera,
dan pembengkakan otak. Cedera aksonal (juga disebut sebagai cedera aksonal
difus) adalah hasil dari geser, tarik, dan kekuatan tekan dalam jaringan otak
karena heterogenitas dalam konsistensi jaringan dan tingkat fiksasi. Itu biasanya
terjadi dalam pengaturan kendaraan bermotor berkecepatan tinggi kecelakaan.
skor 8 atau kurang mendefinisikan koma. Garis besar ketidakresponsifan
(EMPAT) skor termasuk penilaian cahaya pupillary dan refleks kornea,
pemeriksaan pola pernapasan, dan ujian motorik dan mata; mungkin lebih unggul
12
dari GCS di memprediksi mortalitas di rumah sakit setelah TBI.13
Meskipun
demikian munculnya pemantauan multimodality, neurologis ujian tetap
diperlukan dalam pemantauan ICU TBI pasien dan melengkapi modalitas
lainnya.8
6. Respon metabolisme pada Cedera Otak Traumatis
Otak mengkonsumsi glukosa lebih banyak daripada organ lainnya. Pada
umumnya, pasien cedera akan terjadi perdarahan yang mengakibatkan kehilangan
glukosa darah sehingga kadar glukosa darah mengalami penurunan ataupun
normal. Tetapi hal tersebut berbeda pada kasus Cedera Otak Traumatis, respon
stres akan teraktivasi sehingga peningkatan kadar glukosa darah akan terjadi
akibat proses glikogenolisis dan glukoneogenesis 14
Pada cedera otak traumatis berat timbul banyak penambahan metabolisme dan
sekresi hormon yang merupakan mekanisme pertahanan tubuh. Terdapat kaitan
yang kompleks antara pengadaan energi, keseimbangan cairan dan elektrolit dan
aktivasi endokrin cedera otak traumatis biasanya diikuti dengan kenaikan
penggunaan energi dan metabolisme basal, yang setara dengan berat ringanya
cedera Energi diperoleh dari deposit di jaringan endogen lewat proses kenaikan
kecepatan glukoneogenesis, glukogenolisis dan proteolisis. Perubahan
metabolisme tersebut diatur oleh aktivasi neuroendokrin, ditandai kenaikan
ekskresi nitrogen urine, perubahan substrat plasma dan konsentrasi hormon. 14
Respon metabolisme pada cedera otak traumatis lebih intens dan lebih lama
dlbanding jenis cedera di organ lain, karena otak merupakan pusat pengendali
13
banyak proses fisiologis. Stimulus yang bereaksi sentral menimbulkan respon
yang lebih berat dibanding yang lebih berat dibanding yang di perifer. 15
7. Hipermetabolisme
Penderita cedera otak traumatis berat selalu mengalami 2 masalah pokok yaitu
kerusakan otak dan gangguan sistemik yang bersifat tidak langsung Salah satunya
adalah hipermetabolisme yang berkorelasi dengan berat ringannya cedera otak
traumatis berat. Metabolisme diukur dengan yang disebut measured energy
expenditure (MEE). Leblh den 15 peneliti mendapatkan kenaikan MEE pada
cedera otak traumatis berat. 40 % pendenta cedera otak traumatis mempunyai
MEE diatas normal, yang mencapai normal kembali setelah 2 mmggu tergantung
dan berat ringannya Cedera Otak Traumatis yang di alami, Pemberian nutrien,
steroid dan adanya infeksi secara stastik tidak signifikan menemukan tingkat
metaboilsme sedangkan kenaikan tekanan intrakranial dan peradangan otak
berkaitan erat dengan kenalkan metabolisme. 18
Akibat kenaikan metabolisme adalah kelemahan otot dan penurunanan berat
badan Juga terjadi peningkatan kebutuhan akan adenosin trifosfat (ATP) untuk
menyokong kerja jaringan dan organ. 18
Kerusakan di dalam Jaringan otak dapat meningkatkan respon terhadap
rangsangan dari perifer. Tonus otot yang meninggi dan hipertensi turut
meningkatkan metabollsme. Peningkatan metabolisme mencapai puncaknya,
dapat hingga 70% pada hari ke 5- 11 setelah trauma Metabolisme menurun pada
penderita Cedera Otak Traumatis yang mengalami kelumpuhan, yang mendapat
14
tempat terapi barbiturat dan obat-obat yang menghambat gerakan otot dan
penderita dengan penurunan kesadaran. 18
B. Kadar Gula darah
Glukosa darah berasal dari karbohidrat dari bahan makan yang dikonsumsi
sehari hari disamping itu juga diperoleh dari proses glukoneogenesis dan
glukogenolisis. 17
Glukosa dibentuk dari senyawa-senyawa glukogenik yang
mengalami glukoneogenesis. Senyawa ini dapat digolongkan kedalam 2
kategori: 15
1. Senyawa yang melibatkan konversi neto langsung menjadi glukosa tanpa daur
ulang yang bermakna, seperti beberapa asam aminoo serta propionat.
2. Senyawa yang merupakan produk metabolisme parsial glukosa pada janngan
tertentu dan yang diangkut ke hati: serta ginjal untuk disentetis kembali menjadi
glukosa.
Selalin itu proses glikogenolisis Juga menjadi sumber glukosa didalam darah.
Glikogenolisis berarti pemecahan glikogen yang disimpan sel untuk
menghasilkan kembali glukosa di dalam sel. 17
Untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal, tubuh
mempunyai mekanisme glukoregulasi yang mengatur kaserasian ketiga proses
tersebutdiatas. 17
Faktor faktor yang berperan dalam glukoregulasi `adalah :
1. autoregulasi.
15
2. regulasi hormonal
3. regulasi neural
Istilah "hiperglikemia" berasal dari bahasa Yunani hiper (tinggi) + glissi
(manis / gula) + haima (darah). Hiperglikemia adalah glukosa darah lebih besar
dari kadar normal glukosa. 18
Menurut Canadian Diabetes Association (CDA) tahun 2013, mengatakan
bahwa kadar normal setiap pemeriksaan. 18
Pemeriksaan Glukosa Kadar Normal :
1.Glukosa darah sewaktu (GDS) < 140 mg/dL atau < 7,8 mmol/L
2.Glukosa darah puasa 90 – 130 mg/dL 4 – 7 mmol/L
3.Glukosa postprandial 180 mg/dL 10 mmol/L
1. Mekanisme hiperglikemia pada Cedera Otak Traumatis
Dalam keadaan trauma, tubuh berusaha untuk mempertahankan kadar glukosa
darah Terdapat mekanisme kontrol dalam mempentahankan kadar glukosa darah
dan berbagai stres baik fisik maupun psikis misalnya pada Cedera Otak
Traumatis. 19
Hiperglikemia reaktif dapat tajadi sebagai reaksi non-spesifik terhadap
terjadinya stress akibat kerusakan Jaringan. Reaksi ini adalah fenomena yang
tidak berdirii sendiri dan merupakan salah satu aspek perubahan biokimawi
multipel yang berhubungan dengan Cedera Otak Traumatis fase akut. Keadaan ini
dapat pula dijumpai pada keadaan luka bakar, stroke, prosedur operasi, dan infark
miokard akut. Hiperglikemia yang terjadi tergantung pada lokasi serta beratya
16
kerusakan jaringan otak akibat Cedera Otak Traumatis. Dalarn keadaan stress, ada
3 komponen utama sebagai respon adaptasi terhadap stress yaitu : 19
l. Sistem saraf autonom simpatis
2. Sistem Corticotropin-releasing hormon (CRH)
3. Peningkatan Growth Hormon
Pusat sistem sunpatis terletak di batang otak. Aktivasi sistem ini akan
menyebabkan terjadinya pelepasan ketekolamim (epinefrin) yang mempunyai
efek sangat kuat terhadap reaksi glukogenolisis dan glukoneogenesis dalam hati,
sehingga akan meningkatkan pelepasan glukosa oleh hati masuk kedalam
sirkulasi, selain itu juga menghambat pemakain glukosa di jaringan perifer. Juga
akan menghambat sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Norepinefrin,
mempunyai efek lemah terhadap glikogenolisis dalam hati, tetapi dapat
merangsang glukoneogenesiss karena mempunyai efek lipolisis yang kemudian
memberi asupan gliserol bagi hati. Laktat jugs merupakan prekursor yang penting
bagi glukosa dalam hati dan merupakan refleksi peningkatan glukogenoilsis di
jaringan perifer dan kemungkinan down regulation dari piruvat dehidrogenase.
Laktat akan berfungsi sebagai substrat alternatif bagi prom glukoneogenesis
dalams kendaan stress katabolik. Gliserol akan masuk dalam hati untuk
berpartisipasi dalam prososes glukoneogenesis, setelah dilepas dan jaringan
adiposa, karena kecepatan lipolisis akan meningkat sebagai akibat sekresi hormon
counterregulatory. 20
17
Sistem CRH tersebar di seluruh begian otak tetapi paling banyak terdapat di
nukleus paraventriculer hipotalamus. Perangsangan sistem CRH akan
mengaktivasi aksis hipofisis-adrenal Hipofisis akan
menghasilkan adrenocorticotropin hormone (ACTH) , yang akan merangsang
korteks adrenal untuk melepas kortisol. Efek kortisol terhadap metabolisme
karbohidrat adalah perangsangan proses glukoneogenesis (6-10 kali lipat) dan
selanjutnya akan meningkatkan kadar glukosa dalam darah. 21
Selain itu, stres dan kerusakan jaringan juga akan merangsang sekresi hormon
pertumbuhan (growth hormon) yang juga mempunyai efek diabetogenik,
mengurangi pemakaian glukosa.21
Sitokin seperti tumor necrosis factor (TNF) mengubah metabolisme glukosa
dengan mempengaruhi fungsi sel-sel pankreas sehingga mengakibatkan terjadinya
Intolerensi glukosa. 21
Pada cedera otak traumatis metabolisme basal dapat meningkat hingga 30%.
Mekanisme mungkin bersifat neural, kimiawi atau hormonal. Katabolisme
meningkat dengnn kehilangan Nitrogen mencapai 100 mg/kgbb/24 Jam. Pada
keadaan ini protein lebih banyak diurai. Asam amino yang terurai dari proteolisis
diantaranya digunakan untuk pembentukan glukosa. Alanin, setelah keluar dari
otot di dalam hepar diubah menjadi glukosa dan dalam proses ini terbentuk
ureum. Di dalam otot glukosa dlubah menjadl asam piruvat yang kemudian
dirubah kembali menjadi alanin dengan proses transaminase dari valin, leusin dan
Isoleusin. Siklus alanin ini berperan memberikan glukosa. Sumber glukosa lain
18
ialah glutamin dengan deaminasi, dalam reaksi ini terbentuk amonia.
Pembentukan glukosa yang berlebihan oleh hepar dengan menggunakan alanin
yang berasal dari penguraian protein otot akan menyebabkan semakin
tingginya kadar glukosa dalam darah. 21
C. Tinjauan Keislaman
Ada beberapa factor yang menyebabkan seseorang dapat terkena musibah
kecelakan sehinga terjadi trauma yaitu dari factor manusia, kendaraan yang tidak
layak dipakai, kondisi lingkungan dan cuaca. Kebanyakan dari factor manusia
yang menyebabkan kecelakan atau terkena musibah :
Allah SWT berfirman:
ف خ يذي بي ؼمبج ارا ﴿ ا بافغ ا ى يغيش
حخ ا بم ل يغيش الل ا
ش الل ا يحفظ
اي د ا شد ءا فل ع بم (33: 31﴾ ) اشػذ/ اساد الل
Terjemahnya :
11. Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran,
dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak
ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Ar-Ra'd/13:11)
Allah telah memerintahkan kepada malaikat-malaikat untuk selalu mengikuti,
dimuka dan di belakang, dan menjaga manusia.Allah tidak akan merubah keadaan
manusia kecuali mereka mau merubah keadaan mereka sendiri, hal ini berarti jika
ingin terhindar dari musibah yang menyebabkan cedera otak traumatik maka
manusia harus memperhatikan dan mencegah hal hal yang dapat menyebabkan
trauma kepala sehingga mengancam keselamatannya.
19
Manusia tidak memiliki pelindung terhadap keburukan yang dikehendaki
Allah, artinya bahwa manusia tidak bisa menghindar dari keburukan yang telah
ditakdirkan oleh Allah untuk terjadi dalam hidup manusia. Tapi manusia berhak
untuk menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dari ancaman yang terjadi
dalam pekerjaannya, manusia harus tetap berusaha untuk menyelamatkan diri dari
berbagai bahaya yang mengintai di lingkungan sekitarnya. Masalah selamat atau
tidak, hal itulah yang kemudian menjadi kuasa Allah untuk menentukan garis
hidup manusia.
Islam sangat menganjurkan umatnya jika melakukan sesuatu atau aktivitas
sehari hari haruslah selalu dengan niat semata-mata karena Allah untuk mendapat
kebahagian, disamping tidak melupakan kehidupan hari akhirat. Kerana itu dalam
Islam hendaklah selalu mengingat Allah dalam melakukan aktivitas apapun,
lebih-lebih lagi sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan di akhirat yang kekal
abadi.
20
D. Kerangka Teori
Trauma kepala
Respon stress
Stimulasi proses
glukoneogenesi
Kortisol
meningkat
Pelepasan CRH
diabetogenik
Pelepesan growth
hormon
Stimulasi proses
glikogenolisis
Pelepasan
ketokolamin
Sistem simpatis
teraktivasi
Hiperglikemia
Massa dan edema
vasogenik dan sitotoksik
Cedera Otak
Sekunder
Hipoksia Dan
Iskemia
21
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN
(Variabel Bebas) (Variabel Terikat)
B. Variabel Peneltian
1. Variabel dependen
a. Penigkatan Gula Darah
Definisi : glukosa darah lebih besar dari kadar normal
Mecatat jumlah pasien trauma kepala yang mengalami peningkatan gula
darah dari data rekam medik
Hasil: Hiperglikemia
2. Variabel Independen
a. Trauma kepala ringan
Definisi : Sumber informasi : mencatat pasien yang mengalami trauma
kepala ringan dari data rekam medik.
Hasil diagnostik : Trauma kepala ringan
b. Trauma kepala sedang
Definisi : Sumber informasi : mencatat pasien yang mengalami trauma
kepala sedang dari data rekam medik.
Trauma kepala ringan sampai
berat
Peningkatan gula darah
22
c. Trauma kepala Berat
Definisi :Sumber informasi : mencatat pasien yang mengalami trauma
kepala berat dari data rekam medik.
C. Hipotesis
1.Hipotesis nol (H0)
a. Tidak terdapat hubungan trauma kepala ringan sampai berat dengan
peningkatan kadar gula darah di RS Bhayangkara Makassar.
b.Tidak ada perbedaan kadar gula darah sewaktu pada penderita cedera otak
traumatis dan sedang
c. Tidak ada perbedaan kadar gula darah sewaktu pada penderita cedera otak
traumatis ringan dan berat
d.Tidak ada perbedaan kadar gula darah sewaktu pada penderita cedera otak
traumatis sedang dan berat
2.Hipotesis alternatif (Ha)
a. Terdapat hubungan trauma kepala ringan sampai berat dengan
peningkatan kadar gula darah di RS Bhayangkara Makassar.
b.Terdapat perbedaan kadar gula darah sewaktu pada penderita cedera otak
traumatis ringan dan sedang
c. Terdapat perbedaan kadar gula darah sewaktu pada penderita cedera otak
traumatis ringan dan berat
d.Terdapat perbedaan kadar gula darah sewaktu pada penderita cedera otak
traumatis sedang dan berat
23
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Penilitian
Penilitian ini merupakan penilitian analitik deskriptif yang bertujuan untuk
mengatahui adanya hubungan trauma kepala ringan sampai berat dengan
peningkatan kadar gula darah. Desain penelitian menggunakan pendekatan
Retrospektif.
B. Waktu dan lokasi penelitian
1.Waktu penelitian : Penilitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2019 –
Januari 2020
2.Lokasi penelitian : Penilitian dilaksanakan di RS Bhayangkara
C. Populasi dan sampel
1.Populasi : Populasi disini adalah pasien trauma kepala berat sampai ringan
dengan peningkatan gula darah di RSUD Labuang Baji Makassar
2.Sampel penilitian adalah pasien dengan diagnosis trauma kepala ringan sampai
berat yang memiliki rekam medik lengkap meliputi umur, jenis kelamin, dan
kadar gula darah.
D. Kriteria Sampel
24
1.kriteria inklusi
a.Semua pasien cedera otak traumatis yang telah terdata dalam rekam medik
pada tahun 2018 Sampai 2019
b.Pasien cedera otak traumatis yang telah diperiksa skor Glasgow Coma Scale
(GCS) oleh dokter di IGD RS Bhayngkara Makassar
c.Pasien cedera otak traumatis yang telah diperiksa gula darah sewaktu
2.kriteria eksklusi
a.Pasien cedera otak traumatis yang terdiagnosa Diabetes melitus
b. Pasien cedera otak traumatis yang mempunyai riwayat Diabetes melitus
E. Cara pengambilan sampel
Dengan menggunakan teknik nonprobability sampling yakni dengan
purposive sampling yang didasarkan pada pertimbangan tertentu yang dibuat
sendiri oleh penelitian berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya didapatkan sampel sebesar 42 Orang dengan rumus :
n1 = n2 = ( √ √
)²
Kesalahan tipe I = 10% hipotesis dua arah, Z = 1,282 untuk = 0,1
Keasalahn tipe II = 20%, maka Z = 0,842 untuk = 0,20
P2 = propris pajanan pada kelompok kasus sebesar 0,15
P1 – P2 = 0,2
P1 = P2 + 0,2 = 0,15 + 0,2
P1 = 0,35
Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,35 = 0,65
Q2 = 1 – P2 = 1 – 0,15 = 0,85
Q = 1 – P = 1 – 0,25 = 0,75
25
P =
=
=
= 0,25
Z = 1,282
Z = 0,842
n1 = n2 = ( √ √
)²
n1 = n2 = ( √ √
)²
n1 = n2 = (
)²
n1 = n2 = (
)² = (6,425)² = 41,2
Jadi, sampel minimal yang diteliti yaitu 42 orang.
F. Jenis data dan instrument penelitian
1. Jenis data
Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui
rekam medik subjek penelitian
2. Instrumen penilitian
Alat pengumpulan data dan instrumen penelitian yang dipergunakan dalam
penelitian ini terdiri dari lembar pengisian data dengan tabel - tabel tertentu
untuk mencatat data yang dibutuhkan dari rekam medik.
G. Manajemen penilitian
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan setelah memenuhi perizinan dari pihak kampus
dan pihak yang akan dilakukan penilitian, kemudian nomor rekam medik pasien
trauma kepala dalam periode yang telah ditentukan akan dikumpulkan. Setelah itu
dilakukan pengamatan dan pencatatan langsung ke dalam tabel yang di sediakan.
2. Pengolaan data dan analisa data
26
a. pengolaan data
Hasil pengolaan data akan dikumpulkan dan diolah menggunakan program
SPSS yang dilakukan dengan uji chi- square yaitu uji satistic yang digunakan
untuk menguji signifikan dua variabel dengan tingkat kemakmaknaan p< (0,05)
dan mengunakan uji Mann whitney U test yang digunakan untuk mengetahui
perbedaan rata rata kadar gula darah sewaktu pada penderita cedera otak traumatis
ringan, sedang dan berat dengan tingkat kemaknaan p < 0.05
b. Analisa data
1. Analisa univariat
Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari variabel
independen dan dependen. Keseluruhan data yang ada dalam rekam medik diolah
dan disajikan dalam bentuk tabel.
2. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat digunakan untuk melihat kemungkinan hubungan antara
variabel independen dan dependen. Melalui uji statistik chi- square dan uji mann
whitney U test akan diperoleh nilai p, dimana dalam penelitian ini digunakan
tingkat kemaknaan sebesar 0,005 . penelitian antara dua variabel diakatakan
bermakna jika mempunyai nilai p < 0,05 yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima
dan diakatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p>0,05 yang berarti H0
diterima dan Ha ditolak.
3. Penyajian data
Data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel untuk menggambarkan
27
Prevalensi pesien trauma kepala dengan peningkatan gula darah.
4. alur penelitian
Pengambilan data awal
Penetapan populasi
Penentuan sampel menggunakan consecutive sampling
Pengumpulan data menggunakan rekam medik
Pengelolaan data
Hasil dan pembahasan
Kesimpulan dan saran
H. Etika penelitian
1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada RS Bhayangkara makassar
2. Menjaga kerahasiaan data penderita yang terdapat pada rekam medik, sehingga
diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang
dilakukan.
28
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Populasi/Sampel
Telah dilakukan penelitian tentang Hubungan Derajat cedera otak traumatis
dengan Peningkatan kadar gula darah pada Pasien Rumah Sakit Bhayangkara.
Pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan pada Desember 2019 –
Januari 2020 di Rumah Sakit Bhayangkara. Data diperoleh dari pengambilan
rekam medik pasien Rumah Sakit Bhayangkara
Data yang telah terkumpul selanjutnya disusun dalam suatu table induk
(master table) dengan menggunakan program Microsoft Exel. Dari table induk
tersebutlah kemudian data dipindahkan dan diolah menggunakan program SPSS
di perangkat computer kemudian disajikan dalam bentuk tabel frekuensi maupun
tabel silang (cross table).
B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar Jl. Andi
Mappaodang No.63, Jongaya, Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan
90223
C. Analisis
Penelitian ini dilakukan di RS. Bhayangkara Makassar. Beberapa variabel
yang diteliti dalam penelitian ini adalah Hubungan trauma kepala Ringan Sampai
Berat dengan peningkatan kadar gula darah. Pengambilan sampel dilakukan
dengan menggunakan metode Observasional Analitik hingga didapatkan sampel
29
minimal sebanyak 42 orang.
Adapun hasil penelitian disajikan dalam tabel yang disertai penjelasan sebagai
berikut:
1. Analisis Univariat
a. Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan
karakteristik responden.
No. Variabel Subgrup Jumlah
n Persentase (%)
1. Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
37
21
64
36
Sumber : Data Sekunder 2020
Berdasarkan jenis kelamin, pasien yang berjenis kelamin laki-laki yang
didapat yaitu sebanyak 37 (64%) responden, sedangkan pasien yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 21 (36%) responden.
b. Tabel 5.2. Distribusi derajat Cedera otak traumatis
Sumber : Data Sekunder 2020
Didapatkan sebanyak 24 (41.4%) pasien mengalami cedera otak traumatis
Perilaku Frekuensi (n) Persentase (%)
cedera otak
traumatis Ringan
24 41.4
cedera otak
traumatis Sedang
11 19
cedera otak
traumatis Berat
23 39.7
Total 58 100
30
ringan, 11 (19%) Pasien dengan cedera otak traumatis sedang dan sebanyak
23 (39,7%) pasien dengan cedera otak traumatis bera
c. Tabel 5.3 Distribusi Nilai Kadar Gula Darah
Sumber :Data Sekunder 2020
Dari 58 data pasien yang telah didapatkan ditemukan sebanyak 28 (48.3%)
pasien mengalami Peningkatan kadar Gula Darah dan pasien dengan kadar Gula
Darah normal sebanyak 30 (51.7%)
2. Analisis Bivariat
a. Tabel 5.4 Hubungan Derajat cedera otak traumatis dengan peningkatan
kadar gula darah pada Pasien Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
Hasil yang diperoleh dari table 5.4, dapat dilihat pasien dengan cedera otak
traumatis ringan dan kadar gula darah yang normal sebanyak 16 orang (27.6%).
Pasien dengan cedera otak traumatis ringan dan kadar gula darah meningkat 8
pasien (13.8%). Selanjutnya pasien dengan cedera otak traumatis sedang dan
kadar gula darah yang normal didapatkan 0 orang (0.0%), untuk pasien dengan
cedera otak traumatis sedang dan kadar gula darah yang meningkat sebanyak 11
orang (26.2%). Sedangkan sebanyak 0 orang pasien (0.0%) dengan cedera otak
Perilaku Frekuensi (n) Persentase (%)
Normal 30 51.7
Meningkat 28 48.3
Total 58 100
31
traumatis berat dan kadar gula darah normal, kemudian sebanyak 23 orang pasien
(39.7%) mengalami cedera otak traumatis berat dengan kadar gula darah
meningkat. Hasil analisa menggunakan uji korelasi didapatkan nilai p=0.000 yang
menunjukkan bahwa adanya Hubungan Derajat cedera otak traumatis Ringan
Sampai berat Dengan Peningkatan kadar gula darah Pada Pasien RS Bhayangkara
Makassar.
Sumber : Data Sekunder 2020
Hasil analisa menggunakan uji korelasi didapatkan nilai p=0.000 yang
menunjukkan bahwa adanya Hubungan Derajat cedera otak traumatis Ringan
Sampai berat Dengan Peningkatan kadar gula darah Pada Pasien RS Bhayangkara
Makassar.
cedera otak
traumatis
Nilai Kadar Gula
Darah Total P Value R
Normal Meningkat
Ringan 16
(27.6%)
8
(13.8%)
24
(41.4%)
0.00 1.00
Sedang 0
(0.0%)
11
(26.2%)
11
(19%)
Berat 0
(0.0%)
23
(39.7%)
23
(39.7%)
Total 16
(100%)
42
(100%)
58
(100%)
32
b. Tabel 5.5 Hubungan Perbedaan kadar Gula Darah pada cedera otak
traumatis Ringan dengan Sedang pada Pasien Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar.
Sumber :Data Sekunder 2020
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata Kadar Gula Darah pada Cedera
Otak Traumatis Sedang adalah 27.6 (SD 301) lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai rata-rata Kadar Gula Darah Cedera Otak Traumatis ringan yaitu 13.71 (SD
329). Ada perbedaan yang bermakna antara kadar gula darah sewaktu pada
Cedera Otak Traumatis ringan dan berat (p=0.000).
c. Tabel 5.6 Perbedaan kadar Gula Darah pada Cedera Otak Traumatis
Ringan dengan Berat pada Pasien Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata Kadar Gula Darah pada Cedera
Otak Traumatis Berat adalah 35.74 (SD 306) lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai rata-rata Kadar Gula Darah Cedera Otak Traumatis ringan yaitu 12.75 (SD
306). Ada perbedaan yang bermakna antara kadar gula darah sewaktu pada
Cedera Otak Traumatis ringan dan berat (p=0.000)
TBI Ringan TBI Sedang
p*
Mean SD Mean SD
KDR Sewaktu
(mg/dl)
13.71 329 27.6 301 0.000
33
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata Kadar Gula Darah pada Cedera
Otak Traumatis Berat adalah 35.74 (SD 306) lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai rata-rata. Kadar Gula Darah Cedera Otak Traumatis ringan yaitu 12.75 (SD
306). Ada perbedaan yang bermakna antara kadar gula darah sewaktu pada
Cedera Otak Traumatis ringan dan berat (p=0.000)
S
s
Sumber : Data Sekunder 2020
d. Tabel 5.7 Perbedaan kadar Gula Darah pada Cedera Otak Traumatis
sedang dengan Berat pada Pasien Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata Kadar Gula Darah pada Cedera
Otak Traumatis Berat adalah 22.46 (SD 78.50) lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai rata-rata Kadar Gula Darah Cedera Otak Traumatis sedang yaitu 516.50 (SD
78.50). Ada perbedaan yang bermakna antara kadar gula darah sewaktu pada
Cedera Otak Traumatis ringan dan berat (p=0.000).
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata Kadar Gula Darah pada Cedera
Otak Traumatis Berat adalah 22.46 (SD 78.50) lebih tinggi dibandingkan dengan
CK Ringan Ck Berat
p*
Mean SD Mean SD
KDR Sewaktu
(mg/dl) 12.75 306 35.74 822 0.000
34
nilai rata-rata Kadar Gula Darah Cedera Otak Traumatis sedang yaitu 516.50 (SD
78.50). Ada perbedaan yang bermakna antara kadar gula darah sewaktu pada
Cedera Otak Traumatis ringan dan berat (p=0.000).
CK Sedang Ck Berat
p*
Mean SD Mean SD
KDR Sewaktu
(mg/dl) 7.14 78.50 22.46 516.50 0.000
Sumber : Data Sekunder 2020
35
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar. Beberapa variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah Hubungan
trauma kepala Ringan Sampai Berat dengan peningkatan Kadar gula darah.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Observasional
Analitik hingga didapatkan sampel minimal sebanyak 42 orang.
Berdasarkan jenis kelamin, pasien yang berjenis kelamin laki-laki yang
didapat yaitu sebanyak 37 (64%) responden, sedangkan pasien yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 21 (36%) responden.
Pasien dengan cedera otak traumatis ringan dan kadar gula darah yang normal
sebanyak 16 orang (27.6%). Pasien dengan cedera otak traumatis ringan dan
kadar gula darah meningkat 8 pasien (13.8%). Selanjutnya pasien dengan cedera
otak traumatis sedang dan kadar gula darah yang normal didapatkan 0 orang
(0.0%), untuk pasien dengan cedera otak traumatis sedang dan kadar gula darah
yang meningkat sebanyak 11 orang (26.2%). Sedangkan sebanyak 0 orang pasien
(0.0%) dengan cedera otak traumatis berat dan kadar gula darah normal,
kemudian sebanyak 23 orang pasien (39.7%) mengalami cedera otak traumatis
berat dengan kadar gula darah meningkat.
Terjadinya hiperglikemia pada Trauma berhubungan dengan
Hipermetabolisme, sedangkan Hipermetabolisme sendiri berkaitan erat dengan
berat ringannya cedera otak traumatis. Jeremitsky dkk. (2003), mengemukakan
36
bahwa hiperglikemia mempunyai hubungan dengan peningkatan angka mortalitas
dan lamanya perawatan dirumah sakit. 22
Dalam penelitian lain, disebutkan
tingginya kadar glukosa darah berhubungan dengan hasil luaran yang semakin
buruk karena glukosa darah mempunyai hubungan dengan asidosis jaringan
otak.23
Untuk mengetahui hubungan antara trauma kepala ringan sampai berat dengan
peningkatan kadar gula darah. peneliti menggunakan uji statistik chi-square.
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan nilai signifikansi 0,000 menunjukkan
korelasi bermakna, Terdapat hubungan antara trauma kepala ringan sampai berat
dengan peningkatan kadar gula darah yang berarti Hipotesis Alternitafi (Ha)
diterima dan Hipotesis Nol ditolak (Ho)
Pasien cedera otak traumatis sebagian besar akan mengalami peningkatan
kadar glukosa darah. Pasien cidera kepala yang mengalami peningkatan glukosa
darah memiliki resiko kematian lebih tinggi walaupun sudah dilakukan
penanganan pada pasien. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Aritonang (2007) bahwa pada fase akut, tubuh pasien cidera kepala akan
beradaptasi terhadap stress, yang mana keadaan tersebut akan merangsang
peningkatan sekresi hormon (pertumbuhan, katekolamin) dan perangsangan
sistem CRH.24
Perangsangan hormon tersebut akan menimbulkan peningkatan
kadar glukosa darah. Didukung penelitian lain yang dilakukan oleh Vogelzang, et
al (2006) bahwa peningkatan kadar glukosa darah terjadi hampir pada semua
pasien cidera kepala. Peningkatan kadar glukosa darah akan memacu terjadinya
37
cedera sekunder yang kemudian menyebabkan kerusakan sel. Hal tersebut yang
dapat Memperburuk defisit neurologik dan mengakibatkan prognosis pasien
cidera kepala sehingga menjadi lebih buruk. 25
Semakin berat cedera otak traumatis pasien maka semakin meningkat kadar
gula darahnya. Begitu juga sebaliknya, apabila pasien cidera kepala mengalami
penurunan kadar glukosa darah maka semakin meningkat cedera otak traumatis
pasien tersebut, Pasien yang mengalami cedera otak traumatis memiliki resiko
kematian yang lebih besar.
Kadar gula darah sewaktu berbeda secara bermakna antara penderita cedera
otak traumatis a ringan, sedang dan berat (p = 0.000). Ini mendukung hipotesis
Alternatif bahwa terdapat perbedaan kadar gula darah sewaktu pada penderita
cedera otak traumatis ringan dan sedang, rata-rata Kadar Gula Darah pada cedera
otak traumatis Sedang adalah 27.6 (SD 301) lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai rata-rata Kadar Gula Darah cedera otak traumatis ringan yaitu 13.71 (SD
329).
Sedang dan berat, rata-rata Kadar Gula Darah pada cedera otak traumatis
Berat adalah 22.46 (SD 78.50) lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata
Kadar Gula Darah cedera otak traumatis sedang yaitu 516.50 (SD 78.50)
Ringan dan berat, rata-rata Kadar Gula Darah pada cedera otak traumatis
Berat adalah 35.74 (SD 306) lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata
Kadar Gula Darah cedera otak traumatis ringan yaitu 12.75 (SD 306). Peninggian
kadar gula darah sewaktu pada cedera otak traumatis berat disebabkan oleh stress
38
hiperglikemia, sehingga terjadi perubahan dalam sistem immunologi, neural dan
sistem endrokin (Takala, 1999). Hal ini juga sesuai dengan yang dikatakan
Rosner, dkk, (1989), menyatakan terdapatnya hubungan yang signifikan antara
hiperglikemia dengan tingkat keparahannya cedera otak traumatis Begitu juga
yang dikatakan Byron, dkk (1989), hiperglikemia merupakan suatu hal yang
sering didapat sebagai respon tubuh terhadap cedera otak traumatis, dan dapat
dipakai sebagai tingkat keparahan dari cedera otak traumatis. 26,27,28
Dengan demikian kadar gula darah sewaktu dapat dipakai sebagai penyaring
terhadap cedera otak traumatis berat. Namun perlu penelitian lebih lanjut
mengenai prognosis peninggian kadar gula darah sewaktu pada Cedera Otak
Traumatis seperti yang dikatakan Byron, dkk, 1989, begitu juga mengenai
hubungan hiperglikemia dan cedera otak traumatis berat dengan tingkat mortalitas
(Merguerian,dkk,1981). 28
Setelah mengetahui penjelasan mengenai cedera otak traumatis yang diketahui
dari hasil penelitian maka hendaklah untuk selalu berhati hati dan selalu
mengingat Allah sebagai pelindung. Perkara yang setiap manusia hampir pasti
tidak mungkin menghindarinya dalam keseharian diantaranya adalah berkendara
dan beraktivitas. Begitu butuhnya manusia terhadap berkendara, pemerintah telah
memberikan sedemikian rupa regulasi agar keterlibatan dan keselamatan
penggunaan jalan benar-benar bisa diwujudkan, seperti dituangkan dalam undang-
undang No. 22 Tahun 2009 tentang aturan lalu lintas berkendara hal ini juga
selaras dengan sumber hukum Islam.
39
Dalam Al-Qur‟an QS. Al-Nisa: 59, Allah telah memerintahkan kita untuk taat
kepada pemimpin (ulil amri)
ي ايا﴿ ا ازي اغيؼا ااغيؼا الل ي ع ى اش ش ا ال ى فا شيء في حاصػخ اى فشد
ي الل ع اش ا خ و حؤ
بالل ي ا خش خيش ره ال احغ يل ء﴾ ) ٩٥ حأ (95: 4/اغا
Terjemahnya:
59. Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian,
jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.(An-
Nisa'/4:59)
Taat kepada pemimpin artinya, bahwa kita diperintahkan untuk mentaati
seluruh kebijakan dan peraturan yang telah dibuat oleh pemimpin, dalam hal ini
pemerintah, selama peraturan tersebut tidak didasari oleh kemaksiatan kepada
Allah. Peraturan lalu lintas dibuat oleh pemerintah dalam rangka untuk
menertibkan, memberi rasa nyaman, dan keselamatan dalam berkendara. Tujuan
ini tentu sangat sejalan dengan apa yang telah digariskan dalam maqasid al-
syari’ah (tujuan-tujuan syariat), yang di antaranya adalah untuk menjaga jiwa
(hifd al-nafs). Jika tidak ada peraturan lalu lintas, manusia yang berkendara
menjadi terancam yang bisa menyebabkan kecelakan lalu lintas sehingga terjadi
benturan, khususnya dikepela yang dapat menyebabkan cedera otak traumatik.
Alhamdulillah, islam sebagai jalan (wa of life) telah memberikan panduan
bagaimana berkendara yang tidak sekedar baik, tertib, selamat, tetapi juga
menjadi media mengingat Allah Ta‟ala, sehingga tidak saja mendorong kaum
muslimin terdepan dalam berkendara yang baik, tetapi juga menunjukkan
40
ketaatan pada regulasi pemerintah sekaligus implementasi dari komitemen diri
hidup secara baik, benar dan menginspirasi. Etika dalam berkendara sebenarnya
tidak jauh berbeda dengan etika berjalan. Keduanya mempunyai tujuan yang
sama, yaitu ingin mencapai satu tujuan tertentu. Adapun adab- adab berkendara :
1. Ketika berkendara, ada baiknya seseorang tidak tergesa-gesa.
Secara psikologis, sikap tergesa-gesa menunjukan ketidaksiapan mental dan
kurang ketelitian. Misal, kita takut terlambat, maka kita berkendara dengan
tergesa-gesa. Karena takut dimarahi atasan, kita tergesa-gesa. Kondisi ini
sebenarnya bisa membentuk pribadi yang kurang teliti sehingga berakibat
kecerobohan dan akhirnya berujung kecelakan saat berkendara.
Dalam QS. Luqman: 19
يش ح ث ا اث ص ىش الص ا حه ا ص اغعط شيه الصذ في ﴿ ٥ ﴾ ( (31: 13/م
Terjemahnya :
19. Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Luqman/31:19)
Ayat ini semakin memperjelas bahwa mengatur tempo dan ritme kecepatan
dalam berkendara menjadi hal yang sangat penting demi menciptakan
keselamatan bersama dan terhindar dari kecelakan yang dapat menimbul cedera
khususnya cedera otak traumatik
2. Dilarang Mengunggulkan Ego
Berkendara dengan mengunggulkan diri pada ego akan membahayakan diri
sendiri juga pengendara lain. Ego umumnya ingin memperlihatkan diri sebagai
yang terbaik, ingin dilihat orang lain, ingin agar orang lain kalah, ingin agar
menjadi terdepan, oleh karenanya, tipe berkendara yang lebih mengedepankan
41
ego umumnya akan membawa pengendara pada sikap brutal dan tidak terkendali
karna sifat ego tidak pernah mau mengalah. Sehingga rawan terjadi kecelakaan
bagi dirinya maupun pengendara disekitarnya. Dalam QS. al-Isra‟: 37, Allah telah
memperingatkan
ح شحا اه ش فى السض ل ح ل ﴿ جباي غ حبغ ا ء/ ٧٣خشق السض (11: 31﴾ ) العشا
Terjemahnya :
37. Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena
sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu
menjulang setinggi gunung. (Al-Isra'/17:37).
Dalam ayat lain, QS. Luqman: 18, Allah juga berpesan kepada makhluk-Nya,
س خخاي فخ ل يحب و الل شحا ا ش فى السض ل ح ش خذن اط ل حصؼ ﴿١ / (31: 13﴾ ) م
Terjemahnya:
18. Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong)
berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong dan membanggakan diri. (Luqman/31:18)
Dari ayat-ayat ini, kita bisa memetik pelajaran bahwa berjalan atau berkendara
sudah seharusnya tidak mengunggulkan ego personal. Ego personal yang bisa
menimbulkan sifat sombong yang ingin terlihat terdepan, terlihat hebat dalam
berkendara hanya dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.
3. Memberikan hak kepada diri, orang lain, dan kendaraan.
Ada kalanya ketika berkendara kita merasa lelah. Rasa lelah itu merupakan
petanda bahwa kita harus memberikan hak kepada tubuh untuk istirahat. Jika
diabaikan, hal ini bisa fatal. Umumnya kecelakaan terjadi karena mengabaikan
hal sepele. Rasa kantuk yang hanya berjalan seper sekian detik dapat
mengakibatkan kecelakaan. Maka, seorang pengendara harus waspada dan hati-
hati. Ingat, salah satu tujuan syari‟at (maqasid al-syari’ah) adalah menjaga jiwa
42
(hifd al-nafs). Jika berkendara dalam rasa kantuk dapat merusak tubuh, maka hal
itu jelas tidak sesuai dengan tujuan syari‟at Islam. Dengan demikian, istirahat atau
memberikan hak kepada tubuh menjadi sebuah kewajiban agar tidak mengundang
madarat yang lebih besar seperti yang Allah sebutkan dalam al- qur‟an QS. Hud :
85
ا فى ال ل حؼث ء ل حبخغا ااط اشيا مغػ با يضا ا ىياي فا ا ا يم ﴿ فغذي ﴾ ١٩سض
(18: 33) د/
Terjemahnya :
85. Dan wahai kaumku! Penuhilah takaran dan timbangan dengan adil, dan
janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan jangan kamu
membuat kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan. (Hud/11:85)
Hak yang sama pula harus kita berikan kepada kendaraan yang digunakan.
Jika kendaraan yang digunakan sudah jatuh tempo untuk diperbaiki (service),
maka merupakan sebuah kewajiban bagi pemilik kendaraan untuk
memperbaikinya. Karena kerusakan kendaraan dapat juga menimbulkan madarat
yang besar, dan bisa pula merusak jiwa jika kendaraan tersebut rusak di tengah
jalan dan mengakibatkan kecelakaan.
4. Fokus
Dalam teori “mindfulness”, ketika seseorang mampu memusatkan perhatian
hanya pada apa yang sedang dikerjakan, maka akan timbul energi positif. Energi
itulah yang akan membawa rasa bahagia dan tenang. Ketika jiwa berada dalam
kondisi tenang, maka proses berkendara akan bisa dinikmati. Ketika bisa
menikmati perjalanan, maka rasa syukur akan muncul Dalam bahasa al-Qur‟an,
teori mindfulness ini sering disebut dengan khusyuk. Hanya saja, khusyuk lebih
43
banyak diidentikan dengan masalah-masalah ubudiyyah (ibadah), seperti salat
didalam al-qur‟an QS. Al-Hadiid :16
ل يى حك ا ا ضي
زوش الل ب حخشغ ل ا ا ا زي يأ حا ﴿ ۞ ا ا ا وازي
ب ذ فمغج ل ال فطاي ػي لب ىخب ا فغم وثيش (31: 81﴾ ) احذيذ/ ١
Terjemahnya:
16. Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara
khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan
(kepada mereka), dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah
menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang
sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-
orang fasik. (Al-Hadid/57:16)
Pada esensinya, khusyuk merupakan sebuah sikap yang tidak mendua. Ia
merupakan sikap yang berusaha untuk menyatukan irama hati, tindakan dan
pikiran. Dalam konteks berkendara, seseorang harus fokus dengan kendaraannya,
tidak menyenyelingi dirinya dengan hal-hal yang menggangu, seperti bermain
handphone, makan dan bergurau.
5. Berdoa
Islam telah mengajarkan bahwa doa merupakan perisai bagi umat mukmin.
Dalam al-Qur‟an QS. Ghafir: 60
ج ػبادحي عيذخ ػ يغخىبش ازي ا ي اعخجب ى ادػ لاي سبى ﴿ ﴾ ١ داخشي
(14: 04/غافش)
Terjemahnya:
60. Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku
perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau
menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.”
(Gafir/40:60)
Allah memerintahkan kita untuk berdoa dalam hal apapun daintaranya
beraktivitas dan berkendara, doa menjadi salah satu sarana spiritual agar kita
terselamatkan dari bahaya. أبي شيبت حذثا ػبيذة ب ثا أب بىش ب حذ ابي صى الل ت أ ع أ ؼبي ػ اش صس ػ يذ ػ ح
أظ أصي أ أ أظ إي أػر به أ لاي ا ض إرا خشج وا ع أ ػي أج أ أظ أ
ػي يج
Artinya:
44
Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah
menceritakan kepada kami ['Abidah bin Humaid] dari [Manshur] dari [As Sya'bi]
dari [Ummu Salamah] bahwa apabila Nabi shallallahu 'alaihi wasallam keluar dari
rumahnya, beliau mengucapkan: "Allahumma inni a'uudzubika an adzilla au
azilla, au adzlima au udzlama, au ajhala au yujhala 'alaya
(Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ketersesatan atau ketergelinciran,
atau dari berbuat kedzaliman maupun di dzalimi atau berbuat kebodohan maupun
di bodohi.")
Adapun doa keluar sebagai berikut :
ػي يج أ أج أ أظ أ أظ أصي أ أ أظ إي أػر به أ اArtinya:
Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari menjadi sesat dan disesatkan, atau
daritergelincir dan digelincirkan, atau dari menganiaya dan dianiaya, atas dari
menjadi bodoh dan diperbodoh”
Doa Berkendara:
Dalam Islam sudah sangat jelas dijelaskan bahwa sepatutnya sebagai hamba
Allah selalu berdoa meminta pertolongannya agar terhindar dari bahaya yang
dapat mengancam keselamatan, terlebih lagi ketika melakukan aktifitas sehari
hari hendaknya melibatkan Allah berdoa sebelum melakukan aktifitas atau hal
apapun agar kecelakan yang dapat membahayakan tidak terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam skripsi ini sudah dijelaskan hal hal yang dapat menyebabkan
cedera otak traumatik diantaranya kecelakan saat berkendara, terjatuh, dan
penyerangan. Hal tersebut dapat dicegah agar tidak terjadi hal yang dapat
membahayakan diri seseorang dengan mematuhi aturan yang telah dibuat
pemerintah yaitu aturan lalu lintas dan mengaplikasikan adab adab berkendara
menurut islam.
Apabila seseorang sudah berikhtiar dan tetap mendapatkan musibah seperti
diejlaskan dalam Al- qur‟an QS.Ar- Ra‟d:11
ا ل يغيش الل ا
ش الل ا يحفظ ف خ يذي بي ؼمبج ى ﴿ حخ ارا بم فغ ا با ا يغيش
45
اي د ا شد ءا فل ع بم (33: 31﴾ ) اشػذ/ اساد الل
Terjemahnya:
11. Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran,
dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak
ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Ar-Ra'd/13:11)
Dan QS Al- Baqarah:106-107
بشش شث اث فظ ال اي ال مص ع ج ا ف خ ا بشيء ى ب ﴿ بشي اص
ا ٩٩ سجؼ اا اي ا اا لل صيبت لا ارا اصابخ ث ٩١زي ص ى ه ػي
ا
خذ ا ى ه ا ت سح ب س (381-388: 2﴾ ) ابمشة/ ٩٣
Terjemahnya:
155. Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira
kepada orang-orang yang sabar,
156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna
lillahi wa inna ilaihi raji„un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah
kami kembali).
157. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al-Baqarah/2:155-157)
Dari beberapa ayat tersebut dapat dipetik bahwa Musibah atau Ujian yang
Allah kehendaki terjadi Maka Pasti akan terjadi pada hambanya dan tidak ada
satupun yang dapat menolaknya, jadi sebagai hamba yang beriman ketika
mendapatkan musibah atau ujian hendaklah bersabar dan mengucapkan “Inna
lillahi wa inna ilaihi raji„un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah
kami kembali) maka Allah akan senantiasa memberikan Petunjuk, ampunanya
dan rahmatnya.
46
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan trauma kepala ringan sampai
berat dengan peningkatan kadar gula darah diperoleh hasil:
Terdapat hubungan trauma kepala ringan sampai berat dengan peningkatan
kadar gula darah di RS Bhayangkara Makassar. Hal ini berdasarkan uji statisik
yang menunjukan p= 0,000 hal ini menunjukan bahwa Ha diterima Ho ditolak
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini dapat menjadi landasan penelitian lanjutan di Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar mengingat penelitian dalam
bidang Trauma ini baru pertama kali dilakukan.
2. Bagi peneliti lain, sebaiknya dapat melanjutkan penelitian ini dengan meneliti
antara faktor prediktor (skor GCS dan kadar glukosa) dengan prognosis pasien
cedera otak traumatis agar dapat diketahui apakah terdapat hubungan yang
bermakna antara faktor prediktor dengan prognosis.
47
3. Bagi tenaga kesehatan bagian instalasi gawat darurat dan intensive care unit
agar dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap pasien cedera otak traumatis
dengan monitoring terkait Berat Ringannya dan kadar glukosa.
4. Perlu dilakukannya upaya pencegahan dengan cara peningkatan kepatuhan
masyarakat tentang berlalu lintas.
48
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun
2017. Jakarta :Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI;
2017.
2. WHO. World Health Statistics 2013: World Health Organization; 2013.
3. Depkes RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun
2018. Jakarta :Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI;
2018.
4. Punthakee, Z, Goldenberg, R & Katz, P 2018,‟ Definition, Classification and
Diagnosis of Diabetes, Prediabetes and Metabolic Syndrome, Canadian
Journal of Diabetes. Elsevier, hh 10-15
5. Patet C, Suys T, Carteron L, Oddo, P 2016 M. Cerebral Lactate Metabolism
After Traumatic Brain Injury..
6. Shaikh F, Waseem M. Head Trauma. [Updated 2018 Nov 15]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430854/
7. Betrus C, Kreipke CW. 2013. 'Historical Perspectives in Understanding
Traumatic Brain Injury and in Situating Disruption in CBF in the
Pathotrajectory of Head Trauma. Cerebral Blood Flow, Metabolism, and Head
Trauma. Springer. New York USA.
49
8. Faul M, Coronado V. 2015. Epidemiology of traumatic brain injury.
Handbook of Clinical Neurology .1st ed., Vol. 127. Elsevier
9. Guilliams K, Wainwright MS. Pathophysiology and management of moderate
and severe traumatic brain injury in children. J Child Neurol. 2016;31(1):35-
45. doi:10.1177/0883073814562626
10. Setti RS, Richard EG. Principle of neurosurgery: increase intracranial
pressure, cerebral edema, and brain herniation. Edisi ke-2. Philadelphia USA:
Elsevier Mosby; 2005.
11. Sheriff F, hinson H, 2015 Pathophysiology and clinical management of
moderate and severe traumatic brain injury in the icu. pp. 49
12. Werner C, Engelhard K. 2007. Pathophysiology of traumatic brain injury.
British Journal of Anaesthesia,, pp. 4–9.
13. Astrand R, Romner B. 2012. Classification of Head Injury. In Management of
Severe Traumatic Brain Injury. Vol. 8, pp. 11–17.
14. Adeolu A, Rabiu T, Orhorhoro O, Malomo A, Shokunbi M. 2015.
Relationship between injury severity, random blood glucose and management
outcome in a cohort of Nigerian patients with head injury. J Neurosci Rural
Pract. 6(2): 216–20.
15. McKee T, McKee JS. 2011. Biochemistry: the molecular basis of life. Edisi
ke-5. USA: Oxford University Press.
16. Guilliams K, Wainwright MS. Pathophysiology and management of moderate
and severe traumatic brain injury in children. J Child Neurol. 2016;31(1):35-
50
45. doi:10.1177/0883073814562626
17. Mouri MI, Badireddy M. Hyperglycemia. [Updated 2019 Jan 21]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019 Jan-
. Available from:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430900/
18. Aritonang S. 2007. Hubungan kadar glukosa darah dengan outcome cedera
kepala tertutup derajat sedang-berat dengan gambaran brain CT Scan dalam
batas normal [Tesis]. Semarang: Universitas Dipenogoro.
19. Yokobori S, Watanabe A, Matsumoto G, Onda H, Masuno T, Fuse A, et al.
2011. Lower extracellular glucose level prolonged in elderly patients with
severe traumatic brain injury: a microdialysis study. Neurol Med Chir.
51(4):265–71.
20. Kumar V, Shende N, Singh A, Sahu A. 2015. Blood glucose levels and
outcome in traumatic brain injury : an observational study. IJSR. 4(8):190–3.
21. Magistretti PJ, Pellerin L, Martin JL.Brain Energy Metabolism an Integrated
Cellular Perspective 2003.
22. Riahi D. Apoptosis pada cedera otak traumatika. Simposium: Apoptosis
charming to death. Hotel Borobudur Jakarta 2006.
23. Aritonang, S. 2007. Correlation Between Blood Glucose Level With Outcome
Of Moderate And Severe Closed Head Injury With Brain CT Scan Normally.
Semarang : Universitas Diponegoro Akbar
51
24. Vogelzang, M., Nijboer, J.M.M., Horst, I,C.C, Zijlstra, F., Duis, H.T, Nijsten,
M.W.N. 2006. Hyperglicemia has a stronger relation with outcome in trauma
patients than in other critically ill patients. J trauma. 60(4) : 873-7
25. Takala J, Roukonen E, Webster NR,et al,(1999), Increased Mortality
Assosiated With Growth Hormone Treatement in Critically III Adults, N
England J Med, 785-92.
26. Rosner MJ, Newsome HH, Becker DP, (1984), Mechanical Brain Injury the
Sympathoadrenal Response, J Neurosurgical, 76-68.
27. Byron Young,MD, Linda OTT, et al, (1989), Relationship Between
Admission Hyperglycemia and Neurologic Outcome of Severely
Brain0Injured Patients, Colorado,466-72.
28. Merguerian P, Perel A, Wald U,et al, (1981), Persistent Non Ketotic
Hyperglycemia as a Grave Prognostic Sign in Head-Injured Patients,
Crit.Care Med, 838-40
29. Al- Qur‟an Terjemahan Standar penulisan dan terjemahan kementrian Agama
Republik Indonesia.
30. Syaikh Sa‟id bin‟Ali Wahf Al-Qahthani. Hisnul Muslimaktab Dakwah dan
Bimbingan Jaliyah Rabwah.2010. Avaible:
https://Moslemkalijati.wordpress.com/2012/08/19/adab-adab-ketika-
berkendaraan/
LAMPIRAN 1
Analisis Univariat Uji Chi-Square
Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden.
Statistics
KADAR GULA
DARAH
TRAUMA
RINGAN
SEDANG BERAT
N Valid 58 58
Missing 0 0
KADAR GULA DARAH
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid NORMAL 16 27.6 27.6 27.6
MENINGKAT 42 72.4 72.4 100.0
Total 58 100.0 100.0
TRAUMA RINGAN SEDANG BERAT
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid TRAUMA KEPALA RINGAN 24 41.4 41.4 41.4
TRAUMA KEPALA SEDANG 11 19.0 19.0 60.3
TRAUMA KEPALA BERAT 23 39.7 39.7 100.0
Total 58 100.0 100.0
LAMPIRAN 2
Analisis Bivariat Uji Chi-Square
Hubungan Derajat Cedera Kepala dengan peningkatan kadar gula darah pada Pasien
Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
KADAR GULA DARAH * TRAUMA RINGAN SEDANG BERAT Crosstabulation
TRAUMA RINGAN SEDANG BERAT
Total
TRAUMA
KEPALA
RINGAN
TRAUMA
KEPALA
SEDANG
TRAUMA
KEPALA
BERAT
K
A
D
A
R
G
U
L
A
D
A
R
A
H
NORMAL Count 16 0 0 16
% within KADAR
GULA DARAH
100.0% 0.0% 0.0% 100.0%
% within TRAUMA
RINGAN SEDANG
BERAT
66.7% 0.0% 0.0% 27.6%
% of Total 27.6% 0.0% 0.0% 27.6%
MENINGKAT Count 8 11 23 42
% within KADAR
GULA DARAH
19.0% 26.2% 54.8% 100.0%
% within TRAUMA
RINGAN SEDANG
BERAT
33.3% 100.0% 100.0% 72.4%
% of Total 13.8% 19.0% 39.7% 72.4%
Total Count 24 11 23 58
% within KADAR
GULA DARAH
41.4% 19.0% 39.7% 100.0%
% within TRAUMA
RINGAN SEDANG
BERAT
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 41.4% 19.0% 39.7% 100.0%
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
KADAR GULA DARAH *
TRAUMA RINGAN
SEDANG BERAT
58 100.0% 0 0.0% 58 100.0%
Symmetric Measures
Value
Asymptotic
Standard
Errora
Approximate
Tb
Approximate
Significance
Nominal by
Nominal
Contingency
Coefficient
.592
.000
Ordinal by Ordinal Gamma 1.000 .000 6.602 .000
N of Valid Cases 58
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Pearson Chi-Square 31.302a 2 .000
Likelihood Ratio 37.772 2 .000
Linear-by-Linear Association 25.890 1 .000
N of Valid Cases 58
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 3.03.
LAMPIRAN 3
Analisis Bivariat Uji Mann Whitney U tes
Hubungan Perbedaan kadar Gula Darah pada Cedera Kepala Ringan dengan Sedang
pada Pasien Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
Ranks
TRAUMA KEPALA RINGAN
SEDANG N Mean Rank Sum of Ranks
KADAR GULA DARAH TRAUMA KEPALA RINGAN 24 13.71 329.00
TRAUMA KEPALA SEDANG 11 27.36 301.00
Total 35
Test Statisticsa
KADAR GULA DARAH
Mann-Whitney U 29.000
Wilcoxon W 329.000
Z -3.660
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000b
a. Grouping Variable: TRAUMA KEPALA RINGAN SEDANG
b. Not corrected for ties.
LAMPIRAN 4
Analisis Bivariat Uji Mann Whitney U tes
Hubungan Perbedaan kadar Gula Darah pada Cedera Kepala Ringan dengan Berat
pada Pasien Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
Ranks
TRAUMA KEPALA RINGAN
BERAT N Mean Rank Sum of Ranks
GDS2 TRAUMA KEPALA RINGAN 24 12.75 306.00
TRAUMA KEPALA BERAT 23 35.74 822.00
Total 47
Test Statisticsa
GDS2
Mann-Whitney U 6.000
Wilcoxon W 306.000
Z -5.746
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: TRAUMA KEPALA RINGAN BERAT
LAMPIRAN 5
Analisis Bivariat Uji Mann Whitney U tes
Hubungan Perbedaan kadar Gula Darah pada Cedera Kepala sedang dengan Berat
pada Pasien Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
Ranks
TRAUMA3 N Mean Rank Sum of Ranks
GDS3 TRAUMA KEPALA SEDANG 11 7.14 78.50
TRAUMA KEPALA BERAT 23 22.46 516.50
Total 34
Test Statisticsa
GDS3
Mann-Whitney U 12.500
Wilcoxon W 78.500
Z -4.198
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000b
a. Grouping Variable: TRAUMA3
b. Not corrected for ties.