pengaruh budaya makan sirih terhadap status...
TRANSCRIPT
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
PENGARUH BUDAYA MAKAN SIRIH TERHADAP STATUS KESEHATAN PERIODONTAL PADA MASYARAKAT
SUKU KARO DI DESA BIRU-BIRU KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2009
TESIS
Oleh
JUL ASDAR PUTRA SAMURA 077030017 / IKM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
PENGARUH BUDAYA MAKAN SIRIH TERHADAP STATUS KESEHATAN PERIODONTAL PADA MASYARAKAT
SUKU KARO DI DESA BIRU-BIRU KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2009
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
JUL ASDAR PUTRA SAMURA 077030017 / IKM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2009
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Judul Tesis : PENGARUH BUDAYA MAKAN SIRIH TERHADAP STATUS KESEHATAN PERIODONTAL PADA MASUARAKAT SUKU KARO DI DESA BIRU-BIRU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2009
Nama Mahasiswa : JUL ASDAR PUTRA SAMURA Nomor Induk Mahasiswa : 077030017 Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku
Menyetujui Komisi Pembimbing :
(Prof. Dr. drg. Monang Panjaitan, MS)
Ketua Anggota
(Drs. Eddy Syahrial, MKes)
Ketua Program Studi,
(Dr. Drs. Surya Utama, MS)
Tanggal Lulus : 10 September 2009 Dekan,
(dr. Ria Masniari Lubis, MSi)
Telah diuji
Pada tanggal :
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. drg. Monang Panjaitan, MS
Anggota : 1. Drs. Eddy Syahrial, MKes
2. Dr. Firkarwin Zuska
3. drg. Iis Faizah Hanum, Mkes
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
PERNYATAAN
PENGARUH BUDAYA MAKAN SIRIH TERHADAP STATUS KESEHATAN PERIODONTAL PADA MASYARAKAT
SUKU KARO DI DESA BIRU-BIRU KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2009
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk rnemperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 10 September 2009
Jul Asdar Putra Samura
077030017/IKM
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
ABSTRAK
Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu jenis penyakit yang lazim
terjadi di masyarakat. Penyakit ini dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia yang paling utama adalah karies gigi dan penyakit periodontal. Penyebab terjadinya gangguan gigi dan mulut pada prinsipnya sama dengan penyebab terjadinya jenis penyakit lainnya baik penyebab langsung seperti bakteri, maupun penyebab tidak langsung seperti karakteristik penderita, komposisi, perilaku, dan faktor budaya. Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak diderita masyarakat adalah penyakit karies gigi kemudian diikuti oleh penyakit periodontal di urutan ke dua (Depkes RI, 2002).
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat suku Karo yang mempunyai kebiasaan makan sirih, berdomisili di desa Biru-biru, karena mayoritas penduduknya adalah suku Karo dengan jumlah populasi 1146 jiwa. Sampel dengan memakai rumus Taro Yamane berjumlah 92 orang. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini mencakup data primer dan data sekunder. Dan metode analisa menggunakan analisa univariat, bivariat, dan multivariat.
Hasil Penelitian, dari analisis bivariat didapat Status kesehatan peridontal masyarakat suku Karo Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang tahun 2008 adalah yang parah sebanyak 74 orang (80,4%) dan sangat parah sebanyak 18 orang (19,6%). Faktor tradisi, nilai, sikap fatalisme tidak ada pengaruh bermakna dengan kesehatan periodontal, sedangkan sikap ethnocentrisme dan komposisi makan sirih terdapat pengaruh yang bermakna dengan kesehatan periodontal. Dari analisis multivariat hanya variabel komposis makan sirih yang memenuhi pengaruh paling kuat.
Diharapkan baik Dinas Kesehatan maupun pelaksana program pelayanan kesehatan di bidang kesehatan gigi dan mulut di wilayah tersebut memberikan promosi kesehatan tentang kesehatan periodontal untuk meningkatkan derajat kesehatan dan dapat berjalan secara rutin. Kata kunci : Budaya, Status Kesehatan Periodontal
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
ABSTRACT
Dental and oral disease is one of the diseases commonly occured in the society and can attact all people of different age groups. Dental and oral disease such as dental carries and periodontal disease have become a major health problem in Indonesia. The cause of this disease is basically the same as that of the other diseases either the direct cause such as bacteria, or the indirect cause such as the characteristics of victims, habit, behavior, and cultural factor. The dental and oral diseases mostly developed in the society are dental carries and then periodontal disease (Depkes RI, 2002).
The population of this survey study with cross-sectional design was the Karonese with the habit of chewing sirih (betel vine) living in the village of Sibirubiru because the majority of the population there is Karonese (1146 persons) and 92 of the population were selected to be the samples for this study through the formula developed by Taro Yamane. The data for this study included primary and secondary data. The data obtained were analyuzed through univariate, bivariate, and multivariate analysis.
The result of this study shows that the status of periodontal health of the Karonese living in the village of Sibiru-biru, Deli Serang District in 2008 was severe (74 persons, 80.4%) and very severe (18 persons, 19.6%). The factors of tradition. values, attitude of fatalism had no significant relationship with periodontal health, while the attitude of ethnocentrism and the habit of chewing sirih had a significant relationship with periodontal health. The result of multivariate analysis shows that only the variable of chewing sirih that can influence the periodontal health.
Both Deli Serdang Health Service and the implementer of dental and oral health service program are expected to promote the periodontal health that improvement of the health level can last routinely. Key words : Culture, Periodontal Health Status
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini, yang
merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan
pendidikan pada Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi
Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara (USU) Medan.
Tesis ini berjudul “Pengaruh Budaya Makan Sirih terhadap Status Kesehatan
Periodontal pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kab. Deli Serdang Tahun
2009”.
Sesungguhnya tesis ini tidak akan terwujud tanpa izin dan Tuhan Yang Maha
Kuasa, serta bantuan dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengatasi
segala kendala dan menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada
Ayahanda tercinta K.D.B.Samura, Ibunda tersayang P.Br.Ginting dan seluruh
keluarga atas bantuan moral dan materi yang telah diberikan kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan tesis ini. Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada :
1. Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H., Sp.A(K), selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara (USU) Medan.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
2. dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
3. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) Medan
4. Prof. Dr. drg. Monang Panjaitan, MS, selaku pembimbing satu dan Drs. Eddy
Syahrial, M.Kes, selaku pembimbing dua yang telah banyak meluangkan waktu
dan kesempatan dalam membimbing dan memberikan masukan demi
kesempurnaan tesis ini.
5. Dr. Firkarwin Zuska dan drg. Iis Faizah Hanum, MKes, selaku penguji satu dan
dua yang telah memberikan banyak saran dan masukan untuk kesempurnaan tesis
ini.
6. Mahmud Ginting, selaku Kepala Desa Biru-Biru dan drg. Syamsinar selaku
Kepala Puskesmas Biru-Biru yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian di desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang.
7. Linda warni sebagai teman dekat yang telah memberi perhatian dan dukungan
kepada penulis untuk senantiasa berusaha dalam menyelesaikan studi.
8. Seluruh staf pengajar pada Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
9. Seluruh staf akademik / Administrasi Program Studi Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat yang telah turut membantu penulis dalam hal surat menyurat
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
10. Teman-teman mahasiswa-mahasiswi minat studi kesehatan dan ilmu perilaku
Universitas Sumatera Utara angkatan 2007 yang telah memberi dukungan kepada
penulis.
Akhirnya penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangannya, karena
penulis yakin bahwa tidak ada satupun karya dari tangan manusia yang lahir dalam
keadaan sempurna, maka segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari
berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Kiranya Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang melindungi dan
memberkati kita sekalian disetiap perjalanan hidup kita. Amin.
Deli Serdang, 10 September 2009
Penulis
Jul Asdar Putra Samura
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
RIWAYAT HIDUP
Nama penulis adalah Jul Asdar Putra Samura, lahir di Delitua tanggal 19 Juli
1978, jenis kelamin Laki-laki, agama Katolik. Alamat rumah jalan besar no.387/47
Delitua dan alamat kantor Komplek RSU Sembiring, jalan besar no.77 Delitua.
Riwayat pendidikan pada tahun 1985 s/d 1991 tamat dari SD RK Deli Murni
Delitua. Tahun 1991 s/d 1994 tamat dari SMP RK Deli Murni Delitua. Tahun 1994
s/d 1997 tamat dari SMA Santa Maria Medan. Tahun 1998 s/d 2001 tamat dari
AKPER Medistra Lubuk Pakam. Tahun 2002 s/d 2003 tamat dari DIV Perawat
Pendidik Universitas Sumatera Utara.
Riwayat Pekerjaan, pada tahun 2001 s/d 2002 bekerja di AKPER Medistra
Lubuk Pakam. Pada tahun 2002 s/d 2003 tugas belajar DIV Perawat Pendidik di
Universitas Sumatera Utara. Tahun 2003 s/d 2006 bekerja di AKPER DHDT. Tahun
2007 s/d sekarang tugas belajar pada Program Studi Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ........................................................................................................... i ABSTRACT.......................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2. Permasalahan ................................................................................. 7 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7 1.4. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 7 1.5. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kebudayaan ................................................................. 9 2.2. Culture Behaviorisme ................................................................... 11 2.3. Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan
Perilaku Kesehatan ....................................................................... 14 1. Tradisi ...................................................................................... 14 2. Nilai .......................................................................................... 14 3. Sikap Fatalisme ......................................................................... 15 4. Sikap Ethnocentrism ................................................................. 15
2.4. Budaya Makan Sirih ....................................................................... 15 2.5. Komposisi Makan Sirih ................................................................. 19 2.6. Status Kesehatan Gigi dan Mulut ................................................... 21
a. Aspek Fisik ................................................................................ 22 b. Aspek Mental ............................................................................. 22 c. Aspek Sosial .............................................................................. 22
2.7. Jaringan Periodontal ...................................................................... 23 2.8. Dampak Negatif Mengkonsumsi Sirih ........................................... 24 2.9. Indeks yang dipergunakan Untuk Survei Kesehatan Gigi dan
Mulut ............................................................................................ 25 2.10. Landasan Teori.............................................................................. 29
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
2.11. Kerangka Konsep .......................................................................... 31 BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian.............................................................................. 32 3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ......................................... 32 3.3. Populasi dan Sampel ..................................................................... 32 3.4. Metode Pengumpulan Data............................................................ 34 1. Uji Validitas ............................................................................. 34 2. Uji Reliabilitas ......................................................................... 35 3.5. Variabel dan Defenisi Operasional ................................................ 37 3.6. Metode Pengukuran....................................................................... 38 3.7. Metode Analisa Data ..................................................................... 42
BAB 4. HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 43 4.2. Analisis Univariat ......................................................................... 44 4.3. Karakteristik Responden ............................................................... 45 4.4. Budaya Makan Sirih ..................................................................... 48 4.5. Analisis Multivariat ...................................................................... 62
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1. Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 ............................. 72
5.2. Hasil Analisis Tradisi dengan Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 ......................................................................... 72
5.3. Hasil Analisis Nilai dengan Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 ......................................................................... 73
5.4. Hasil Analisis Sikap Fatalisme dengan Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 ...................................................... 73
5.5. Hasil Analisis Sikap Ethnocentrisme dengan Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 ...................................................... 74
5.6. Hasil Analisis Komposisi Makan Sirih dengan Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 ...................................................... 75
5.7. Hasil Analisis Frekuensi Makan Sirih dengan Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 ...................................................... 76
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
5.8. Hasil Analisis Lamanya Makan Sirih dengan Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 ...................................................... 76
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan........................................................................................ 78 6.2. Saran ........ ....................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Kuesioner Penelitian 2. Formulir Pemeriksaan Status Kesehatan Periodontal 3. Hasil Pengolahan Data
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman 2.1 Penilaian (skor) untuk tingkat kondisi jaringan Periodontal ....................... 28 3.1 Perhitungan besar sampel pada masing-masing Dusun di desa Biru- biru kec. Biru-biru ................................................................ 33 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas alat ukur ............................................... 35 4.1 Latar Belakang Etnis ................................................................................ 44 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009. ........................................................................................... 44 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 ....................................... 45 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 ..................... 46 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 ..................... 46 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Pada Masyarakat Suku
Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 .............................. 47 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 .............................. 47 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Menjaga Khazanah Budaya ...................................................................................................... 48 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Wajib Makan Sirih Setiap Hari ........... 48 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Harus Dilestarikan Sampai Anak Cucu ................................................................................... 49 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Tidak Boleh Dimakan
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Oleh Anak-Anak ....................................................................................... 49 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Hanya Diperbolehkan Dikonsumsi Oleh Orang Dewasa ....................................... 49 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Sirih Harus Dikombinasi Dengan Pinang dan Gambir .................................................. 50 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Tradisi Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 ....................................... 50 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Sirih Adalah Jenis Tumbuhan Yang Sakral ........................................................................................................ 51 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Menjaga Adat Istiadat Nenek Moyang ..................................................................... 51 4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Menjadi Suatu Kebanggaan Bagi Suatu Suku .................................................................... 51 4.18 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Harus Dilakukan Oleh Anggota Keluarga ............................................................................. 52 4.19 Distribusi Responden Berdasarkan Sirih Mempunyai Arti Tersendiri Dalam Budaya .......................................................................... 52 4.20 Distribusi Responden Berdasarkan Nilai Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 ..................... 53 4.21 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Untuk Pergaulan ............. 53 4.22 Distribusi Responden Berdasarkan Budaya Makan Sirih Harus Diajarkan Pada Anak Cucu ...................................................................................... 53 4.23 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Harus Ada Dalam Kegiatan Adat ................................................................................ 54 4.24 Distribusi Responden Berdasarkan Sirih Patut Dijaga dan Dikonsumsi Dalam Setiap Kegiatan Keagamaan ....................................... 54 4.25 Distribusi Responden Berdasarkan Sirih Hidangan Wajib Bagi Keluarga ........................................................................................... 55
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.26 Distribusi Responden Berdasarkan Setiap Keluarga Wajib Menanam Pohon Sirih ............................................................................... 55 4.27 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Fatalisme Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 ..................................................................................... 56 4.28 Distribusi Responden Berdasarkan Budaya Makan Sirih Mutlak Budaya Masyarakat Karo............................................................... 56 4.29 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Bermanfaat Bagi Kesehatan Tubuh .............................................................................. 57 4.30 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Berlebihan Menyebabkan Gangguan Pada Gigi dan Mulut.................................................................. 57 4.31 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Kapur, Gambir, Pinang dalam Sirih Menyebabkan Kesehatan Gigi dan Mulut................... 58 4.32 Distribusi Responden Berdasarkan Budaya Makan Sirih Bagian Dari Adat Istiadat Masyarakat........................................................ 58 4.33 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Ethnocentrisme Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 ............................................................................................ 59 4.34 Distribusi Responden Berdasarkan Komposisi Makan Sirih....................... 59 4.35 Distribusi Responden Berdasarkan Komposisi Makan Sirih pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru – Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 ............................................................................................ 60 4.36 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan Sirih ........................ 60 4.37 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan Sirih pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru – Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 ............................................................................................ 61 4.38 Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Makan Sirih ......................... 61 4.39 Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Makan Sirih pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru – Biru Kabupaten Deli
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Serdang 2009 ............................................................................................ 62
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.40 Distribusi Status Kesehatan Periodontal Menurut Tradisi .......................... 62 4.41 Distribusi Status Kesehatan Periodontal Menurut Nilai .............................. 63 4.42 Distribusi Status Kesehatan Periodontal Menurut Sikap Fatalisme ............. 64 4.43 Distribusi Status Periodontal Menurut Sikap Ethnocentrisme .................... 64 4.44 Distribusi Status Periodontal Menurut Komposisi Makan Sirih.................. 65 4.45 Distribusi Status Periodontal Menurut FrekuensiMakan Sirih .................... 66 4.46 Distribusi Status Periodontal Menurut Lamanya Makan Sirih .................... 67
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Sirih (Piper Betle L) ......................................................................... 16 2.2 Gambir (Uncaria Gambir) ............................................................... 19 2.3 Injet / Enjet atau Kapur Sirih ............................................................ 20 2.4 Areca Nut atau Betel Nut ................................................................. 20 2.5 Gambar Gigi ................................................................................... 21 2.6 Landasan Teori Penelitian ............................................................... 29 2.7 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................... 31
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Mulut adalah salah satu organ terpenting pada tubuh manusia, dimana mulut
mempunyai peran sebagai pintu masuknya berbagai jenis makanan, minuman serta
berbagai jenis kuman, bakteri dan virus. Di dalam mulut terdapat juga organ-organ
lain, salah satunya yaitu gigi, yang berfungsi sebagai penghancur atau
penguyah/pelumat makanan. Gigi juga berfungsi sebagai hiasan yang mencerminkan
citra diri seseorang.
Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu jenis penyakit yang lazim
terjadi di masyarakat. Penyakit ini dapat menyerang seluruh kelompok umur.
Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia
terutama karies gigi dan penyakit periodontal.
Penyakit periodontal dapat didefinisikan sebagai proses patologis yang
mengenai jaringan periodontal. Proses penyakit periodontal di mulai dari gusi.
Keradangan yang terjadi pada gusi ini disertai dengan tanda- tanda:
- Warna gusi berubah menjadi merah
- Gusi menjadi membengkak dan membulat
- Timbul bau napas yang tidak enak
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
- Pada keadaan yang lebih parah tampak adanya nanah diantara gigi dan gusi
(Boediardjo, 1985).
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2004,
secara umum penduduk mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut, diantara
penduduk 15 tahun atau lebih yang mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut
hanya 29% menerima perawatan dari perawat gigi, dokter gigi atau dokter spesialis
gigi. Sebagian besar masalah gigi dan mulut terjadi di daerah pedesaan yaitu sebesar
40,6%, secara keseluruhan 7% penduduk kehilangan seluruh gigi, tertinggi pada
penduduk kelompok umur 65 tahun (30%). Dilihat dari pelayanan kesehatan gigi dan
mulut, sebagian besar pelayanan yang diberikan adalah pengobatan (85%), di susul
bedah gigi dan mulut serta tambal (45%), konseling (23%) serta pemasangan gigi
palsu hanya 9% diantara penduduk yang menerima perawatan (Depkes RI, 2005).
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa secara nasional permasalahan gigi dan mulut
masih merupakan masalah kesehatan.
Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang (2007), diketahui
jumlah kunjungan masyarakat ke poli gigi menempati urutan ke sembilan dari
sepuluh penyakit terbesar, dengan jumlah kunjungan sebanyak 1.482 kunjungan yang
terdiri dari 62,8% berusia lebih dari 15 Tahun, dan 37,2% kunjungan usia <15 tahun.
Kunjungan pasien ke poli gigi umumnya menderita gangguan gigi dan mulut, 43,9%
diantaranya menderita karies gigi, dan 56,1% lainnya menderita gangguan peridontal.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Penyebab terjadinya gangguan gigi dan mulut pada prinsipnya sama dengan
penyebab terjadinya jenis penyakit lainnya baik penyebab langsung seperti bakteri,
maupun penyebab tidak langsung seperti karakteristik penderita, kebiasaan, perilaku,
dan faktor budaya. Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak diderita masyarakat
adalah penyakit karies gigi kemudian diikuti oleh penyakit periodontal di urutan ke
dua (Depkes RI, 2002).
Makan sirih adalah bagian yang melengkapi struktur kebudayaan dan
biasanya berkaitan erat dengan kebiasaan yang terdapat pada masyarakat di daerah
tertentu. Kuantitas, frekwensi dan usia pada saat memulai makan sirih berubah oleh
tradisi setempat. Beberapa pengkonsumsi sirih melakukan setiap hari sementara
orang lain mungkin makan sirih sesekali. Frekuensi makan sirih mungkin berkaitan
dengan beberapa faktor, seperti: pekerjaan dan pertimbangan sosial ekonomi.
Frekwensi kebiasaan makan sirih dimulai pada saat anak-anak dan remaja, tetapi
aktifitas makan sirih tersebut lebih banyak dan lebih sering didapati pada orang
dewasa baik pria dan wanita (Dentika, 2004).
Makan sirih merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh berbagai suku di
Indonesia. Kebiasaan makan sirih ini merupakan tradisi yang dilakukan turun-
temurun pada sebagian besar penduduk dipedesaan yang mulanya berkaitan erat
dengan adat kebiasaan masyarakat setempat. Adat kebiasaan ini biasanya dilakukan
pada saat acara yang sifatnya ritual. Begitu juga dengan suku Karo yang memiliki
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
adat kebiasaan tersebut pada tradisi mereka. Kebiasaan ini dijumpai tersebar luas
dikalangan penduduk wanita suku Karo (Dentika, 2004).
Menyirih merupakan proses meramu campuran dari unsur-unsur yang telah
terpilih yang dibungkus dalam daun sirih kemudian dikunyah dalam waktu beberapa
menit. Menyirih dilakukan dengan cara yang berbeda dari satu negara dengan negara
lainnya dan satu daerah dengan daerah lainnya dalam satu negara. Meskipun begitu
komposisi terbesar relatif konsisten, yang terdiri dari biji buah pinang (Areca
Catechu), daun sirih (piper betle leaves), kapur (kalsium hidroksid) dan gambir
(Uncaria gambir).
Secara umum dilihat dari tinjauan geografis, budaya, dan rumpun bangsa,
suku Karo adalah salah satu etnis suku-suku bangsa Indonesia yaitu rumpun Batak
yang berdiam disebagian besar dataran tinggi Karo serta menganut sistem
kekerabatan yang disebut dengan ”Merga” dimana terdapat 5 cabang yaitu Perangin-
angin, Karo-karo, Ginting, Sembiring dan Tarigan. Karena kedekatan Pengaruh
kekerabatan itu, rumpun etnis Batak ini ada yang memiliki kesamaan kebiasaan yang
salah satunya yaitu mengunyah sirih dengan daun sirih, pinang, gambir dan kapur
sebagai bahan dasar (Boedihardjo, 1981).
Pada mulanya menyirih digunakan sebagai suguhan kehormatan untuk orang-
orang/tamu-tamu yang dihormati pada upacara pertemuan atau pesta perkawinan.
Dalam perkembangannya budaya menyirih menjadi kebiasaan memamah selingan di
saat-saat santai (Dentika, 2003).
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan hasil wawancara singkat dengan kepala Puskesmas Biru-biru
pada bulan Agustus 2008, bahwa pasien yang datang dengan keluhan gigi dan mulut
ke Puskesmas Biru-biru sebahagian adalah wanita yang sering mengkonsumsi sirih.
Keadaan ini dimaklumi karena mayoritas penduduknya adalah suku Karo (95,5%),
sehingga kebiasaan makan sirih menjadi budaya secara turun temurun, dan menjadi
suatu menu yang wajib dalam setiap kegiatan-kegiatan adat, atau pesta perkawinan
masyarakat Karo.
Para pemakan sirih memiliki alasan dan sebab mengapa kebiasaan tersebut
dilakukan secara terus menerus. Dilaporkan bahwa makan sirih memiliki beberapa
pengaruh yang menjadi daya tarik para pemakan sirih, seperti efek stimulan atau efek
euphoria, efek untuk menstimulasi air ludah, obat untuk saluran pernafasan dan
menghilangkan rasa lapar, serta kemungkinan memiliki efek untuk menguatkan gigi
serta gusi dan sebagai penyegar nafas. Kepercayaan bahwa makan sirih melawan
penyakit mulut kemungkinan telah benar-benar mendarah daging diantara para
pemakan sirih. Namun penggunaan sirih sebagai obat tradisional yang digunakan
sebagai pencegahan penyakit periodontal sedang diteliti di departemen
Periodontologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (Prayitno, 2003).
Pada beberapa studi penelitian diketahui bahwa sugi sirih dan bahan-bahannya
mampu menghasilkan sel-sel yang mampu bermutasi dan sel-sel penyebab tumor.
Pada sebuah penelitian di Taiwan ditemukan bahwa, makan sirih adalah penyebab
utama dari sub mucous fibrosis dan kanker mulut. Sedangkan di India, makan sirih
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
dengan daun tembakau dengan batangnya adalah sebab terbesar terjadinya sub
mucous fibrosis (www.indomedia.com, 2007).
Pada penelitian yang dilakukan Hiramaya ditemukan bahwa makan daun
tembakau berPengaruh dengan kanker mulut yang ditemukan di Asia Tenggara. Para
pemakan biji pinang di Taiwan tidak memakan daun tembakau dan biji pinang
bersamaan berbeda dengan para pengguna di India dan Sri Langka. Kebiasaan di
India yang disebut dengan Pan Supari menggunakan perlakuan lain seperti merendam
daun sirih kedalam air jeruk, dan beberapa orang juga menambahkan campuran lain
(tembakau, cardamon, cengkeh dan camphor) yang digunakan pada campuran
tersebut untuk menambah aroma. Perlakuan serta penggunaan bahan-bahan lain
selain bahan utama (daun sirih, buah pinang, kapur, gambir) diperkirakan
berPengaruh dengan penigkatan jumlah penyakit pada sekitar rongga mulut selain
faktor lain yang mungkin berpengaruh seperti frekwensi makan sirih dan cara
menjaga kebersihan mulut (www.indomedia.com, 2007).
Berdasarkan penelitian Suproyo bahwa tingkat keparahan penyakit
periodontal pada pemakan sirih lebih tinggi dibandingkan non pemakan sirih dan
semua sampel pemakan sirih menderita penyakit periodontal dengan perincian 63,7%
gingivitis dan disertai juga dengan kerusakan jaringan pendukung gigi yang lain
sebesar 36,3%. Derajat terjadinya karang gigi lebih tinggi pada pemakan sirih dari
pada non–pemakan sirih dan juga disertai terjadinya atrisi dan abrasi yang berlebihan
pada pemakan sirih dengan persentase 66,85% (Dentika, 2004).
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan konsep dan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa budaya
makan sirih di pandang dari aspek budaya merupakan kebiasaan yang di anggap
normatif dan sebagai bagian dari menjaga khazanah bangsa, namun di pandang dari
aspek kesehatan budaya makan sirih secara terus menerus dapat berdampak terhadap
kesehatan gigi dan mulut, seperti terjadinya penyakit periodontal.
Dari latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang pengaruh budaya makan sirih terhadap kesehatan periodontal pada
masyarakat suku Karo di wilayah Kerja Puskesmas Biru-biru Kabupaten Deli
Serdang, sehingga dapat memberikan kontribusi pemikiran terhadap upaya
pencegahan penyakit gigi dan mulut dan upaya promosi kesehatan lainnya.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimana pengaruh budaya makan sirih terhadap status kesehatan
periodontal pada masyarakat suku Karo di desa Biru-biru Kabupaten Deli Serdang?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh budaya
makan sirih terhadap status kesehatan periodontal pada masyarakat suku Karo di desa
Biru-biru Kabupaten Deli Serdang.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
1.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalalah :
Ada pengaruh signifikan faktor budaya makan sirih (Tradisi, Nilai, Sikap
Fatalisme, Sikap Ethnocentrism, Komposisi Makan Sirih, Frekuensi Makan Sirih, dan
Lmananya Makan Sirh) terhadap status kesehatan periodontal pada masyarakat suku
Karo di desa Biru-biru Kabupaten Deli Serdang.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dalam upaya
peningkatan promosi kesehatan di wilayah kerjanya khususnya di wilayah
pedesaan.
2. Memberikan informasi terhadap konsekwensi dari budaya makan sirih pada
masyarakat suku Karo.
3. Memberikan kontribusi referensi bagi penelitian selanjutnya.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan = cultuur (bahasa Belanda) = culture (bahasa Inggris), berasal
dari perkataan Latin ”Colere” yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan
mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini
berkembanglah arti culture sebagai ”segala daya dan aktivitas manusia untuk
mengolah dan mengubah alam” (Widagdho; dkk, 2008).
Pendapat lain mengatakan bahwa ”budaya” adalah sebagai suatu
perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, karena itu
mereka membedakan antara budaya dengan kebudayaan. Budaya adalah dari budi
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
yang berupa cipta, karsa dan rasa, dan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan
rasa tersebut (Widagdho; dkk, 2008).
Ada 2 sarjana Anthropologi yaitu: A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn yang
pernah mengumpulkan sebanyak mungkin defenisi tentang faham kebudayaan yang
termaksud dalam banyak buku dan yang berasal dari banyak pengarang dan sarjana.
Hasil penyelidikan itu diterbitkan dalam satu kitab bernama : ”Culture A Critical
Review of concept and Defenitions” (1952).
Pada masyarakat Kebudayaan sering diartikan sebagai The General Body of
The Arts, yang meliputi seni sastra, seni musik, seni pahat, seni rupa, pengetahuan
filsafat atau bagian-bagian yang indah dari kehidupan manusia. Akhirnya kesimpulan
yang didapat adalah hasil buah budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup.
Segala sesuatu yang diciptakan manusia baik yang konkrit maupun abstrak, itulah
kebudayaan.
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya
tersusun dalam kehidupan masyarakat. Untuk lebih jelas, dapat dirinci sebagai
berikut:
1. Bahwa kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan
manusia. Karena itu meliput i :
a. Kebudayaan material (jasmaniah), yang meliputi benda-benda ciptaan
manusia, misalnya : alat-alat perlengkapan hidup.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
b. Kebudayaan non material (rohaniah), yaitu semua hal yang tidak dapat
dilihat dan diraba, misalnya: religi, bahasa, ilmu pengetahuan.
2. Bahwa kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif (biologis), melainkan
hanya mungkin diperoleh dengan cara belajar.
3. Bahwa kebudayaan itu diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa
masyarakat akan sukarlah bagi manusia untuk membentuk kebudayaan.
Sebaliknya tanpa kebudayaan tidak mungkin manusia baik secara individual
maupun masyarakat, dapat mempertahankan kehidupannya.
4. Jadi kebudayaan itu adalah kebudayaan manusia. Dan hampir semua tindakan
manusia adalah kebudayaan, yang tidak perlu dibiasakan dengan cara belajar,
misalnya tindakan atas dasar naluri (instink), gerak reflek (Widagdho; dkk,
2009).
2.2 Culture Behaviorisme
Dalam teorinya, Berger menyebutkan tiga proses dalam proses konstruksi
sosial, yaitu eksternalisasi, objektivikasi, dan internalisasi. Sebuah komunitas sosial
terbentuk dari sekian banyak orang yang memiliki perbedaan latar belakang
pengetahuan dan status sosial sebelumnya.
Ketiga proses yang terjadi dalam konstruksi sosial di atas dapat disimpulkan
dalam tiga premis momen, yakni: masyarakat adalah produk manusia (eksternalisasi),
masyarakat adalah realitas obyektif (objektivasi), dan manusia adalah produk
masyarakat (internalisasi). Dialektika itu dimediasi oleh pengetahuan yang terdapat
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
dalam memori setiap individu, yang diperoleh melalui pengalaman-pengalaman
(Maliki, 2004).
Dengan demikian, proses kehidupan manusia yang berlangsung dalam
komunitas itu yang terbentuk baik secara sadar maupun tidak sadar dalam waktu yang
panjang merupakan hasil dari interaksi orang-orang di dalamnya. Hasil dari proses ini
dapat disebut sebagai kebiasaan, tradisi, bahkan budaya. Hal ini sejalan dengan
pendapat Koentjaraningrat yang menyebutkan budaya adalah produk dari interaksi
manusia. Menurutnya budaya adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan serta
karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan
miliknya melalui proses belajar (Koentjaraningrat, 2001).
Matsumoto menjelaskan bahwa budaya sebagai “the set of attitudes, values,
beliefs, and behaviors shared by a group of people, but different for each individual,
communicated from one generation to the next”. Lebih luas lagi Tylor
menggabungkan pendekatan antara pendekatan proses dan pendekatan struktural
fungsional dan mendefinisikan budaya sebagai “complex whole wich includes
knowledge, belief, art, morals, law, custom and any other capabilities and habits
acquired by man as a member of society.” Dari dua pengertian ini dapat dilihat isi
(content) atau dimensi dari budaya terdiri dari pengetahuan (knowledge), sikap
(attitude), nilai (value), moral (moral), keyakinan (belief), seni (art), hukum (law),
perilaku (behavior), kebiasaan (habit), dan tradisi (custom).
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak
saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavioris lebih
dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil
belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan.
Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional
atau emosional. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa
tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau
reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat
jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulusnya.
Prinsip-prinsip teori behaviorisme
- Obyek psikologi adalah tingkah laku
- Semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek
- Mementingkan pembentukan kebiasaan
Menurut J.J. Honigmann dalam bukunya The Word of Man yang dikutip oleh
Setiadi; Effendi (2008), membagi budaya dalam tiga wujud, yaitu:
1. Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma
dan peraturan.
Wujud tersebut dapat menunjukkan wujud ide dari kebudayaan, sifatnya
abstrak, tak dapat diraba, dipegang ataupun difoto dan tempatnya ada di alam pikiran
warga masyarakat di mana kebudayaan tersebut hidup. Kebudayaan ideal ini disebut
juga tata kelakuan atau disebut juga adapt istiadat yang mempunyai fungsi mengatur,
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
mengendalikan dan memberi arah kepada tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia
dalam masyarakat sebagai sopan santun.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat
Wujud tersebut dinamakan system social, karena menyangkut tindakan dan
kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini dapat diobservasi, difoto dan
didokumentasikan karena dalam system social ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia
yang berinteraksi dan berPengaruh serta bergaul satu dengan lainnya dalam
masyarakat. Dengan kata lain system social ini merupakan perwujudan kebudayaan
yang bersifat konkret dalam bentuk perilaku.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud ini disebut juga kebudayaan fisik. Wujud budaya ini hampir
seluruhnya merupakan hasil fisik (aktifitas perbuatan dan karya manusia dalam
masyarakat). Sifatnya paling konkret berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat
diraba, dilihat dan difoto yang berwujud besar ataupun kecil. Contohnya : Candi
Borobudur (besar), kain batik dan kancing baju (kecil).
2.3 Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku
Kesehatan Menurut G.M. Foster (1973), yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005), aspek
budaya dapat mempengaruhi kesehatan seseorang, antara lain adalah :
2. Tradisi
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Ada beberapa tradisi didalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif
terhadap kesehatan masyarakat. Di New Guinea, pernah terjadi wabah penyakit kuru
(penyakit ini menyerang susunan saraf otak dan penyebabnya adalah virus).
Penderitanya hanya terbatas pada wanita dan anak-anak kecil. Setelah dilakukan
penelitian ternyata penyakit ini menyebar luas karena adanya tradisi kanibalisme,
yaitu kebiasaan memenggal kepala orang, dan tubuh serta kepala manusia yang
dipenggal tersebut hanya dibagikan pada wanita dan anak-anak sehingga kasus
epidemi penyakit kuru ini hanya terbatas dikalangan wanita dan anak-anak.
3. Nilai
Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku
kesehatan. Nilai-nilai tersebut, ada yang menunjang dan ada yang merugikan
kesehatan. Beberapa nilai yang merugikan kesehatan misalnya, adanya penilaian yang
tinggi terhadap beras putih, meskipun masyarakat mengetahui bahwa beras merah
lebih banyak mengandung vitamin B1 dibandingkan dengan beras putih. Masyarakat
lebih memberikan nilai tinggi bagi beras putih, karena mereka menilai beras putih
lebih enak dan lebih bersih.
4. Sikap Fatalism
Hal lain adalah sikap fatalism yang juga mempengaruhi kesehatan. Beberapa
anggota masyarakat dikalangan kelompok yang beragama Islam percaya bahwa anak
adalah titipan Tuhan, dan sakit ataupun mati adalah takdir, sehingga masyarakat
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang
sakit.
5. Sikap Ethnocentrism
Sikap ethnosentrism adalah sikap yang memandang kebudayaannya sendiri
yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. Misalnya, orang-
orang barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan tekhnologi yang dimilikinya
dan selalu beranggapan bahwa kebudayaannya yang paling maju, sehingga merasa
superior terhadap budaya dari masyarakat yang sedang berkembang. Tetapi disisi
lain, semua anggota lainnya menganggap bahwa apa yang dilakukan secara alamiah
adalah yang terbaik.
2.4 Budaya Makan Sirih
Makan sirih merupakan salah satu bentuk dari kebiasaan-kebiasaan yang ada
di masyarakat yang secara turun temurun dilakukan. Sirih adalah jenis tumbuhan
yang mirip dengan tanaman lada, dengan nama ilmiahnya adalah : Piper Betle. L ,
dan ada beberapa daerah di Indonesia memberikan nama lain terhadap sirih yaitu
Suruh, Sedah (Jawa), Seureuh (Sunda), Ranup (Aceh), Belo (Batak Karo), Cambai
(Lampung), Uwit (Dayak) Base (Bali), Nahi (Bima), Gapura (Bugis), Meta (Flores)
dan Afo (Sentani), sedangkan nama asing sirih adalah Ju jiang (Cina)(Muhlisah,
2006).
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Gambar 2.1 Daun Sirih
Sirih secara kimia mengandung minyak atrisi, hidroksivacikol, kavikol,
allypyrokatekol, karvakrol, eugenol, eugenol methyl other, P-cymene, Cineole,
Caryophyllene, cadinene, estragol, terpenena, sesquiterpena, fenil propana, tannin
diastase, gula, pati (Muhlisah, 2006).
Tradisi makan sirih merupakan warisan budaya silam, melebihi 3000 tahun
yang lalu atau zaman Neolitik dan meluas ke Asia Tenggara sampai sekarang ini.
Sirih disukai oleh berbagai golongan masyarakat. Pelayar terkenal Marcopollo di
abad 13 telah menulis dalam catatannya bahwa terdapat segumpal tembakau didalam
masyarakat India, pernyataan ini dijelaskan oleh penjelajah terdahulu, seperti Ibnu
Batuta dan Vasco Da Gamma yang menyatakan kebiasaan makan sirih juga terdapat
pada masyarakat sebelah timur. Kini sirih menjadi terkenal pada masyarakat Melayu,
selain dimakan oleh masyarakat juga dijadikan simbol adat istiadat pada beberapa
adat masyarakat tersebut, misalnya pada adat perkawinan (Sp-Asah, 2006).
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Sirih adalah sejenis tumbuhan yang terdapat di Malaysia juga dikawasan
tropika asia, Madagaskar, timur afrika dan hindia barat. Sirih yang terdapat
disemenanjung Malaysia terdiri dari 4 jenis, yaitu : sirih Melayu, sirih Cina, sirih
Keling dan sirih Udang.
Nama ilmiah dari sirih adalah Piper betle Linn dalam keluarga Piperaceae.
Nama Betle adalah dari bahasa Portugis-Betle, berasal sebelumnya dari bahasa
Malayalam di negeri Malabar yang disebut Vettila. Dalam bahasa Hindi lebih dikenal
Pan atau Paan dan dalam bahasa Sansekerta disebut sebagai Tambula. Dalam bahasa
Sinhala Sri Langka disebut Bulat. Bahasa Thai disebut sebagai Plu
(www.indomedia.com, 2007).
Sifat tumbuhan sirih adalah sejenis pepohonan yang menjalar dan merambat
pada batang pohon sekelilingnya. Bentuk daunnya agak membujur. Daun-daun sirih
yang subur berukuran antara 8 cm s/d 12 cm. Lebar daun 10 – 15 cm. Panjang sirih
sesuai umurnya, ditanam diatas tanah gembur yang tidak terlalu lembab dan
memerlukan cuaca tropis, agar tumbuh subur diperlukan jumlah air yang mencukupi.
Sirih Cina mempunyai rasa yang lebih lembut dari pada sirih Melayu. Sirih
Udang juga mempunyai urat daun dibelakang yang berwarna merah dan tangkainya
juga berwarna merah. Sirih Melayu adalah yang digemari dikalangan masyarakat
makan sirih dan sering juga digunakan didalam peradatan, daun sirih ini berdaun
lebar dan warnanya hijau pekat. Sementara sirih Keling juga berukuran sederhana dan
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
berwarna agak kehijauan, rasanya yang lebih pedas serta agak keras daunnya ketika
dimakan (www.indomedia.com, 2007).
Rasa sirih disebabkan oleh minyak uap yang mengandung fenol dan bahan-
bahan yang menyebabkannya pedas. Bahan-bahan yang terdapat dalam daun sirih
adalah kalsium nitrat sedikit gula dan tannin (www.indomedia.com, 2007).
Faktor-faktor yang menentukan enak atau tidaknya daun sirih adalah jenis
sirih itu, umurnya dan kecukupan cahaya matahari serta keadaan daun-daunnya. Sirih
hutan tidak boleh dimakan, selain daunnya yang keras, rasanya juga tidak enak. Ia
tumbuh dipohon yang terdapat di hutan hujan tropika. Daun-daunnya berukuran kecil
yang sering dibuat obat dan penawar oleh Dukun. Sirih bertemu urat adalah yang
paling sering menjadi pilihan pada ibu Bidan dalam ilmu perobatan tradisional. Pada
masa kini kegunaan sirih masih penting bagi masyarakat Melayu walaupun jumlah
orang yang memakannya mulai berkurang (www.indomedia.com, 2007).
Makan sirih mulai dilakukan masyarakat di China dan India, lalu menyebar ke
benua Asia termasuk Indonesia. Komposisi utama dari menyirih adalah buah pinang,
kapur sirih, gambir, dan sebagai bahan tambahan adalah kapulaga, cengkeh, kayu
manis dan tembakau. "Kegiatan makan sirih memiliki efek terhadap gigi, gingiva atau
gusi, dan mukosa mulut. Dan efek tersebut membawa dampak yang positif maupun
negatif”. Efek baiknya makan sirih terhadap gigi di antaranya untuk menghambat
proses pembentukan karies. Sedangkan efek negatif adalah bisa menyebabkan
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
penyakit periodontal yaitu penyakit inflamasi kronik rongga mulut yang umum
dijumpai dan pada mukosa mulut (http://m.okezone.com).
2.5 Komposisi Makan Sirih
Gambar 2.2 Gambir Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan yang berasal dari ekstrak
remasan daun dan ranting tumbuhan bernama Uncaria gambir. Kandungan penting
gambir adalah catechin satu bahan alami yang bersifat anti-oksidan. Kegunaan
gambir yang utama di Nusantara adalah dikenal luas sebagai salah satu komponen
menyirih. Dari Sumatera sampai Papua diperkirakan sudah 2.500 tahun lalu mengenal
gambir dengan kegunaan untuk menyirih (Wikipedia, 2007).
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Gambar 2.3 Kapur Sirih Kapur sirih/injet sering juga disebut dengan “Slaked Lime” yaitu satu bentuk
pasta yang dibuat dari menggiling atau menghancurkan cangkang kerang dan
membuatnya menjadi pasta.
Gambar 2.4 Pinang Buah mungil dari golongan palem ini biasanya dipotong kecil dan digulung
bersama dengan daun sirih, gambir dan injet, kemudian dikunyah bersama sehingga
menimbulkan warna merah.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Makan sirih di Jawa Tengah dan sekitarnya dilakukan dengan mecampurkan
semua bahan di atas: dauh sirih, injet/enjet, dan cuilan kecil gambir. Sedikit kapur
dioleskan di atas daun sirih, dan di atasnya ditaruh sedikit gambir, daun dilipat,
kemudian dimasukkan ke mulut dan mulai dikunyah. Tidak tahu reaksi apa yang
terjadi, tapi yang pasti makin lama warna di mulut berubah menjadi merah menyala.
Sesaat kemudian, ludah berwarna merah terang akan mulai diludahkan. Setelah
beberapa saat, akan disambung dengan gumpalan tembakau rajangan tadi untuk
membersihkan gigi dan bibir, serta dihisap-hisap (kompas.co.id).
Gambar 2.5 Gambar Gigi dan Mulut
Gigi merupakan salah satu organ terpenting pada tubuh manusia. Selain
sebagai alat menghancurkan/mengunyah makanan juga berfungsi sebagai pintu
masuknya kuman/bakteri. Gigi juga dapat mencerminkan citra diri seseorang.
2.6 Status Kesehatan Gigi dan Mulut
Dalam menganalisis faktor yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan
mulut seseorang tidak terlepas dari tiga aspek diatas, yaitu (Julianti, 2002):
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
a. Aspek Fisik
Aspek fisik merupakan aspek yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan
mulut yang disebabkan oleh keadaan yang terdapat didalam mulutnya sendiri,
misalnya karena pemberian gizi yang salah pada saat kehamilan menyebabkan
struktur gigi rentan terhadap kerusakan gigi, misalnya keadaan gigi yang berjejal
mengakibatkan mudahnya penumpukan plak dan sisa makanan sehingga
mempermudah timbulnya kerusakan gigi.
b. Aspek Mental
Aspek mental dapat mempengaruhi tingkah laku orang tersebut. Misalnya
apabila seseorang percaya bahwa penyakit gigi dan mulut disebabkan oleh pengaruh
guna-guna, tentunya untuk mengobati penyakit tersebut tidak akan pergi ke dokter
gigi melainkan pergi ke dukun. Dengan demikian penyakitnya akan bertambah parah.
c. Aspek Sosial
Aspek sosial yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan mulut biasanya
disebabkan oleh nilai budaya yang berkembang didaerahnya. Selain itu, dapat pula
disebabkan oleh pengaruh sosial ekonomi yang kurang, keadaan inipun akan
mempengaruhi tingkah laku orang tersebut.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
2.7 Jaringan Periodontal
Penyakit periodontal adalah sekelompok lesi(luka) yang terjadi pada jaringan
sekitar gigi yang mendukung keberadaan gigi dalam soket(kantong gusi). Penyakit
periodontal dapat didefinisikan sebagai proses patologis yang mengenai jaringan
periodontal (Prayitno, 2003).
Proses penyakit periodontal dimulai dari gusi. Keradangan yang terjadi pada
gusi ini disertai dengan tanda-tanda:
- Warna gusi berubah menjadi merah
- Gusi menjadi membengkak dan membulat
- Timbul bau napas yang tidak enak
- Pada keadaan yang lebih parah tampak adanya nanah diantara gigi dan gusi
(Boediardjo, 1985).
Penyakit periodontal adalah penyakit jaringan pendukung gigi yang terdiri
atas jaringan periodontal, sementum, tulang alveor, dan gusi. Pada umumnya
dikelompokkan: 1) Gingivitis, adalah suatu peradangan dari gingiva yang dapat
disebabkan oleh calculus, kuman-kuman dan plak pada free gingiva yang merusak
jaringan epitel pada gingiva. 2) Periodontitis, adalah peradangan pada jaringan
periodontal yaitu jaringan antara sementum dan tulang alveolar. Peradangan jaringan
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
periodontal merupakan keadaan lebih lanjut dari gingivitis maupun karies lanjut.
(Depkes RI, 1984).
Prevalensi dari gingivitis bentuk ringan atau periodontitis sedang
dihubungkan dengan kontrol plak dan kebiasaan pemeliharaan kebersihan mulut.
Walaupun dengan menggunakan standar kebersihan mulut yang bervariasi namun
prevalensi periodontitis lanjut pada orang dewasa di negara maju dan berkembang
berkisar antara 5% - 15%. CPITN (Community Periodontal Index of Treatment
Needs) adalah standart internasional yang telah disepakati untuk mengukur
epidemiologi penyakit Periodontal, dan belum ada standart internasional yang lain
disepakati (Prayitno, 2003).
2.8 Dampak Negatif Mengkonsumsi Daun Sirih
Kebiasaan makan sirih akan merugikan jaringan periodontal. Pendapat Freud
dkk (1964), menyatakan bahwa gigi menjadi coklat karena sirih, terjadi penimbunan
kapur pada gigi, leher gigi terpisah dari gusi dan gigi dapat tanggal. Balendra (1949)
mendukung bahwa kebiasaan makan sirih menyebabkan kerusakan jaringan
periodontal. Marsal Day (1955) dalam penelitian di beberapa negara di Asia antara
lain India dan Ceylon mengatakan bahwa pinang (jambe) mempunyai peranan yang
penting dalam kerusakan jaringan periodontium. Mehtha (1955) mengadakan
penelitian di India (Bombai) dari 1023 kasus diperoleh bahwa kerusakan jaringan
periodentium para pemakan sirih lebih tinggi daripada non pemakan sirih. Maka
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
dapat disimpulkan bahwa makan sirih merugikan jaringan periodontium (PDGI,
1995).
2.9 Indeks yang dipergunakan untuk survei kesehatan Gigi dan Mulut
Untuk mengetahui kesehatan gigi masyarakat, harus dilakukan survei
kesehatan gigi masyarakat. Dari hasil survei kesehatan gigi masyarakat didapatkan
data-data. Data-data yang dikumpulkan dari suatu survei apakah itu status kesehatan
gigi dan informasi untuk mendiagnosa keadaan gigi masyarakat. Data khusus
mengenai penyakit gigi didapat dengan cara menggunakan indeks (Julianti, 2002).
Indeks Periodontal
Indeks periodontal yang digunakan adalah indeks menurut Ramfjord.
Komponen yang digunakan untuk mengambarkan kemunculan dan keparahan
penyakit periodontal. Keenam gigi yang digunakan sebagai indeks yaitu : molar
pertama kanan maksila (gigi geraham besar kanan rahang atas), insisivus sentralis kiri
mandibula (gigi depan kiri rahang atas), molar pertama kiri maksila (gigi geraham
besar kiri rahang atas), molar pertama kiri mandibula (gigi geraham besar kiri rahang
atas), insisivus pertama kanan mandibula (gigi depan kanan rahang atas), molar
pertama kanan mandibula (gigi geraham besar kanan rahang atas).
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
CPITN dipergunakan untuk mendapatkan gambaran tingkat kondisi jaringan
periodontal. Prinsip kerja CPITN ada beberapa hal yaitu :
1. Memepergunakan sonde khusus yang disebut WHO Periodontal Examining
Probe
2. Terdapat sextan yang meliputi 6 buah sextan
3. Terdapat gigi indeks
4. Terdapat nilai (skor) untuk berbagai tingkatan kondisi jaringan periodontal
(Julianti, 2002).
a. Sonde khusus
Untuk mengetahui kondisi jaringan periodontal, dipergunakan sonde
khusus yang ujung sondenya merupakan sebuah bola kecil yang
berdiameter 0,5 mm.
Sonde ini dimasukkan ke dalam saku gusi untuk melihat adanya
perdarahan atau kedalaman pocket.
Alat ini dipakai juga sebagai alat peraba adanya karang gigi.
Bilamana dalamnya pocket antara 4 – 5 mm, sebagian warna hitam
masih terlihat.
Adapun kedalaman pocket 6 mm atau lebih, maka seluruh bagian
sonde yang berwarna hitam sudah tidak terlihat.
b. Sextan
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Untuk memperoleh penilaian CPITN dipergunakan Sextan yang
meliputi 6 regio, yaitu :
Sextan 1 : gigi 4, 5, 6, 7 kanan rahang atas
Sextan 2 : gigi 1, 2, 3 kanan rahang atas dan 1, 2, 3 kiri rahang atas
Sextan 3 : gigi 4, 5, 6, 7 kiri rahang atas
Sextan 4 : gigi 4, 5, 6, 7 kanan rahang bawah
Sextan 5 : gigi 1, 2, 3 kanan rahang bawah dan kiri rahang bawah
Sextan 6 : gigi 4, 5, 6, 7 kiri rahang bawah.
1 2 3
7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7
7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7
4 5 6
Suatu sextan dapat diperiksa bila sextan tersebut terdapat paling
sedikit 2 gigi dan tidak merupakan indikasi untuk pencabutan. Jika di
sextan hanya ada 1 gigi saja, gigi tersebut dimasukkan ke Sextan
sebelahnya. Dengan demikian Sextan dengan 1 gigi tidak diberi skor/nilai.
Penilaian untuk satu Sextan adalah keadaan yang terparah/skor yang
paling tinggi.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
c. Gigi Index
Untuk mendapatkan penilaian keadaan jaringan periodontal, tidak
semua gigi yang diperiksa. Melainkan hanya, beberapa gigi saja yang
disebut gigi index.
Gigi Index harus diperiksa :
Untuk orang dewasa usia 20 tahun keatas
76 1 67
76 1 67
Untuk usia 19 tahun ke bawah
6 1 6
6 1 6
Tabel 2.1 Penilaian (Skor) untuk Tingkat Kondisi Jaringan Periodental
Penilaian (skor) untuk tingkat kondisi jaringan Periodontal
Nilai Kondisi Jaringan Periodontal Keterangan
0 Sehat Periodontal sehat, tidak ada perdarahan
karang gigi dan pocket
1 Perdarahan Perdarahan tampak secara langsung atau
dengan kaca mulut setelah selesai
perabaan dengan sonde
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Perilaku
2 Ada Karang Gigi Perabaan dengan sonde terasa kasar,
adanya karang gigi
3 Pocket 4 – 5 mm Sebagian warna hitam pada sonde masih
terlihat dari tepi gusi pada daerah hitam
4 Pocket 6 mm atau lebih Seluruh warna hitam pada sonde tidak
terlihat, masuk ke dalam jaringan
periodontal
2.10 Landasan Teori
Persepsi
Pengetahuan
Pengalaman Fasilitas Keyakinan
Sosio Budaya Keinginan
Motivasi
Niat
Sikap
Gambar 2.6 Landasan Teori Penelitian
(Notoatmodjo, 2005)
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Dari skema tersebut dapat dijelaskan bahwa budaya terjadi diawali dengan
adanya pengalaman-pengalaman seseorang serta faktor-faktor diluar orang tersebut
(lingkungan), baik fisik maupun non fisik. Kemudian pengalaman dan lingkungan
tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini dan sebagainya sehingga menimbulkan
motivasi, niat untuk bertindak dan akhirnya terjadilah perwujudan niat tersebut yang
berupa perilaku (Notoatmodjo, 2005).
Budaya makan sirih adalah salah satu budaya yang terdapat pada masyarakat
Indonesia yang sudah dikenal ratusan tahun yang lalu, selain sebagai adat istiadat
juga dipercayai mempunyai khasiat, namun dipandang dari perspektif kesehatan,
makan sirih secara terus menerus apalagi dikombinasi dengan gambir, dan pinang
dapat merugikan kesehatan salah satunya adalah gangguan kesehatan gigi dan mulut.
Menurut G.M Foster (1973) aspek sosial budaya yang berkaitan dengan
perilaku kesehatan adalah tradisi, nilai, sikap fatalism, sikap ethnocentrism. Mengacu
pada konsep yang dikemukakan oleh G.M. Foster (1973), maka dapat dirincikan
bahwa tradisi makan sirih adalah adanya kebiasaan-kebiasaan makan sirih pada
masyarakat pada waktu-waktu tertentu secara terus menerus, adanya sikap
ethnocentrism yaitu mengakui bahwa makan sirih adalah budaya yang tidak dapat
dilepaskan dari kehidupan mereka sehari-hari, dan cenderung tidak mengakui bahwa
makan sirih merugikan kesehatan, dan sikap fatalisme adalah sikap yang tertanam
pada masyarakat bahwa makan sirih adalah salah satu bentuk kepercayaan yang
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
dianut dan merupakan salah satu syarat dalam acara adat yang ada dalam masyarakat,
serta perasaan bangga terhadap budaya makan sirih (Notoatmodjo, 2005).
Kebiasaan makan sirih dapat menyebabkan penyakit periodontal. Pada
beberapa penelitian telah diamati Pengaruhnya dengan penyakit periodontal.
Beberapa bukti yang menyatakan bahwa mengunyah sirih dapat berPengaruh dengan
tingginya prevalensi penyakit periodontal (Mehta et al).
Dengan kata lain status kesehatan gigi dan mulut adalah kondisi derajat
kesehatan gigi dan mulut hasil interaksi kondisi fisik, mental dan sosial yang dapat
dilihat dari tingkat keparahan penyakit gigi dan mulut melalui indikator-indikator
(Julianti, 2002).
2.11 Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori tersebut maka peneliti merumuskan kerangka
konsep penelitian sebagai berikut :
Status kesehatan periodontal : - Baik - Parah - Sangat Parah
BUDAYA MAKAN SIRIH (1) Tradisi makan sirih (2) Nilai makan sirih (3) Sikap Fatalisme terhadap
makan sirih (4) Sikap Ethnocentrisme
terhadap makan sirih (5) Komposisi makan sirih (6) Frekuensi makan sirih (7) Lamanya makan sirih
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Gambar 2.7 Kerangka Konsep Penelitian
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan cross sectional
study bertujuan menganalisis pengaruh budaya makan sirih terhadap status kesehatan
periodontal pada masyarakat suku Karo di desa Biru-biru Kabupaten Deli Serdang.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di desa Biru-biru kabupaten Deli Serdang, dengan
pertimbangan masih ditemukan masalah kesehatan gigi dan mulut, salah satunya
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
adalah masalah periodontal, dan desa ini juga merupakan daerah dengan penduduk
mayoritas suku Karo yang masih kental dengan budaya, diantaranya adalah budaya
makan sirih, serta belum pernah dilakukan penelitian. Penelitian ini terhitung dari
bulan November 2009 sampai Agustus 2009.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat suku Karo yang mempunyai
kebiasaan makan sirih, berdomisili di desa Biru-biru, karena mayoritas penduduknya
adalah suku Karo dengan jumlah populasi 1146 jiwa. Jumlah sampel dapat dihitung
dengan menggunakan rumus yang dikemukakan Taro Yamane, dikutip oleh
Natoatmodjo (2003), sebagai berikut:
N n = 1 + N (d)2
Keterangan : n = besarnya sampel N = jumlah populasi d = presisi sebesar 99% (d=0,1)
1146 n =
1 + 1146 (0.1)2
n= 92 Orang
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 92 orang yang diambil
dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel
bersifat non random yang didasarkan pada tujuan penelitian.
Tabel 3.1 Perhitungan besar sampel pada masing-masing Dusun di desa Biru-
biru kec. Biru-biru
No Dusun Laki – laki Perempuan Jumlah Jumlah sampel
1 I 104 112 216 17
2 II 121 133 254 20
3 III 130 141 271 22
4 IV 199 206 405 33
Jumlah 554 592 1146 92
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini mencakup data primer dan
data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden
melalui kuesioner yang telah dipersiapkan dan dibagikan kepada masyarakat serta
melalui observasi pada jaringan periodontal.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan dan profil Puskesmas Biru-
biru yang merupakan Puskesmas di wilayah kecamatan Biru-biru, Profil Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, data dari tiap kelurahan di kecamatan Biru-biru
serta data tentang kecamatan itu sendiri mengenai situasi kependudukan dan data
lainnya yang relevan dengan tujuan dan permasalahan penelitian.
3.4.1 Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana skor atau nilai ataupun ukuran yang
diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran atau pengamatan yang ingin
diukur. Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel atau item
dengan skor total variabel. Cara mengukur validitas data yaitu dengan mencari
korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total pada corrected
correlation item total pada hasil reability dengan ketentuan:
1. Jika nilai r hitung > r tabel (0,05), maka dinyatakan valid.
2. Jika nilai r hitung < r tabel (0,05), maka dinyatakan tidak valid.
Nilai r-Tabel untuk responden 10 orang murid SD adalah = 0,05. Hasil uji
validitas dapat dilihat pada tabel.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
3.4.2 Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas bertujuan untuk melihat bahwa sesuatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik. Teknik yang dipakai untuk menguji kuesioner penelitian, adalah tehnik
Alpha Cronbach yaitu dengan menguji coba instrumen kepada kelompok responden
pada satu pengukuran (Syahyunan,2004). Taraf kepercayaan pengujian adalah 95%,
maka nilai r-Tabel untuk sampel pengujian 10 orang adalah sebesar 0,05, maka
ketentuan dikatakan valid, dan reliabel jika:
1. Nilai r hitung variabel ≥ 0, 05 dikatakan valid dan relialibel.
2. Nilai r hitung variabel < 0, 05 dikatakan tidak valid dan relialibel.
Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
No Item Pertanyaan Nilai Corrected Item Total
Keterangan
01 Tradisi Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 6 Nilai Alpha Croncbach
0,5309 0,8333 0,4997 0,4607 0,2962 0,6591 0,7883
Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Reliabel 02 Nilai
Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Nilai Alpha Croncbach
0,3118 0,1796 0,3118 0,1173 0,1173 0.3966
Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Reliabel
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
03 Sikap Fatalisme Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 6 Nilai Alpha Croncbach
0,6138 0,5185 0,8405 0,6642 0,7387 0,3371 0,8352
Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Reliabel 04 Sikap Ethnocentrisme
Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Nilai Alpha Croncbach
0,3749 0,8032 0,3618 0,7100 0,4274 0,7522
Valid Valid Valid Valid Valid
Reliabel 05 Komposisi Makan Sirih
Pertanyaan 1 Nilai Alpha Croncbach
0,6202 0,7332
Valid
Reliabel 06 Frekuensi Makan Sirih
Pertanyaan 1 Nilai Alpha Croncbach
0,5339 0,7332
Valid
Reliabel 07 Lama Makan Sirih
Pertanyaan 1 Nilai Alpha Croncbach
0,5632 0,7332
Valid
Reliabel
Bedasarkan tabel 3.2. diketahui bahwa pada sampel 10 responden dengan
nilai r-hitung > 0,05, maka secara keseluruhan pertanyaan dalam kuesioner tersebut
layak untuk dijadikan sebagai instrumen penelitian ini.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
3.5 Variabel dan Definisi Operasional
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status kesehatan Periodontal
pada masyarakat suku Karo di desa Biru-biru akibat makan sirih yang diukur
berdasarkan pemeriksaan dengan hasil “Baik”, “Parah” dan ”Sangat Parah”.
Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Tradisi makan sirih adalah kebiasan-kebiasaan yang dilakukan oleh responden
dalam makan sirih baik dari waktu makan sirih atau jumlah sirih yang di makan;
2) Nilai makan sirih adalah penilaian responden terhadap sirih dan kebiasaan makan
sirih;
3) Sikap fatalisme adalah respon atau tanggapan responden terhadap sirih, dan
makan sirih dari sisi adat istiadat dan kepercayaan mereka;
4) Sikap ethnocentrism adalah respon atau tanggapan responden yang mengakui
bahwa makan sirih adalah budaya yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
mereka;
5) Komposisi makan sirih adalah isi dan kombinasi bahan lain yang ada dalam sirih
yang akan dikonsumsi;
6) Frekuensi makan sirih adalah rutinitas responden makan sirih dalam sehari;
7) Lama makan sirih adalah jumlah tahun responden makan sirih.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
3.6 Metode Pengukuran
Metode pengukuran variabel dependen dalam penelitian ini dilakukan dengan
pemeriksaan jaringan periodontal (observasi). Pemeriksaan dengan cara observasi
yaitu memeriksa gigi dan mulut (pemeriksaan intra oral) pada masyarakat suku Karo
yang makan sirih dengan menggunakan alat pemeriksaan yaitu periodontal probe,
hasil pemeriksaan dicatat dalam format yang telah disediakan.
a. Baik, jika kondisi jaringan periodontal dalam keadaan sehat, yaitu : tidak
ada perdarahan, tidak ada karang gigi dan tidak ada pocket.
b. Parah, jika kondisi jaringan periodontal dalam keadaan ada perdarahan dan
ada karang gigi atau salah satu diantaranya.
c. Sangat Parah, jika kondisi jaringan periodontal dalam keadaan ada pocket 4
– 5 mm dan ada pocket ≥ 6 mm, atau salah satu diantaranya.
Pengukuran variabel status kesehatan periodontal didasarkan pada skala
ordinal berdasarkan hasil pemeriksaan dokter gigi atau perawat gigi dengan
melakukan observasi langsung terhadap responden, yaitu : dengan menggunakan alat
pemeriksaan periodontal probe dan selanjutnya hasil pemeriksaan tersebut dicatat
pada formulir pemeriksaan.
Pengukuran variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran variabel tradisi makan sirih didasarkan pada skala nominal dari 6
pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban “ya” dan “tidak”, dan
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
masing-masing alternatif jawaban tersebut diberikan bobot nilai, jika responden
menjawab “Ya” diberi nilai 2, dan Jika responden menjawab “tidak” diberi nilai 1.
Kemudian diakumulasi dan dikategorikan menjadi:
a. Baik, jika responden memperoleh nilai ≥ median
b. Kurang, jika responden memperoleh nilai < median
2. Pengukuran variabel nilai makan sirih didasarkan pada skala nominal dari 5
pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban “ya” dan “tidak”, masing-
masing alternatif jawaban tersebut diberi bobot nilai, jika responden menjawab
‘Ya” diberi nilai 2, dan Jika responden menjawab “tidak” diberi nilai 1. Kemudian
diakumulasi dan dikategorikan menjadi:
a. Baik, jika responden memperoleh nilai ≥ median
b. Kurang, jika responden memperoleh nilai < median
3. Pengukuran variabel sikap fatalisme didasarkan pada skala ordinal dari 6
pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban “setuju” kurang setuju” dan
“tidak setuju”, dan masing-masing alternatif jawaban tersebut diberikan bobot
nilai, yaitu:
a. Setuju diberi bobot nilai 2
b. Kurang setuju diberi bobot nilai 1
c. Tidak Setuju diberi bobot nilai 0
Akumulasi dari total nilai tersebut variabel tradisi dikategorikan menjadi:
1) Baik, jika responden memperoleh nilai ≥ median
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
2) Kurang, jika responden memperoleh nilai < median
4. Pengukuran variabel sikap ethnocentrisme didasarkan pada skala ordinal dari 5
pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban “setuju” kurang setuju” dan
“tidak setuju”, dan masing-masing alternatif jawaban tersebut diberikan bobot
nilai, yaitu:
a. Setuju diberi bobot nilai 2
b. Kurang setuju diberi bobot nilai 1
c. Tidak Setuju diberi bobot nilai 0
Akumulasi dari total nilai tersebut variabel sikap ethnocentrisme dikategorikan
menjadi:
1) Baik, jika responden memperoleh nilai ≥ median
2) Kurang, jika responden memperoleh nilai < median
5. Pengukuran variabel frekuensi makan sirih didasarkan pada skala ordinal dari 1
pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban ”>5 kali” 4 – 5 kali” dan ”1 –
3 kali”, dan masing-masing alternatif jawaban tersebut diberikan bobot nilai, yaitu:
a. >5 kali diberi bobot nilai 0
b. 4 – 5 kali diberi bobot nilai 1
c. 1 – 3 kali diberi bobot nilai 2
Akumulasi dari total nilai tersebut variabel frekuensi makan sirih dikategorikan
menjadi:
1) Baik, jika responden memperoleh nilai ≥ median
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
2) Kurang, jika responden memperoleh nilai < median
6. Pengukuran variabel komposisi makan sirih didasarkan pada skala ordinal dari 1
pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban ”pinang, kapur, gambir,
tembakau” ”pinang, kapur, gambir” dan ”pinang, kapur”, dan masing-masing
alternatif jawaban tersebut diberikan bobot nilai, yaitu :
a. Kapur, pinang, gambir, tembakau diberi bobot nilai 0
b. Kapur, pinang, gambir diberi bobot nilai 1
c. Kapur, gambir diberi bobot 2
Akumulasi dari total nilai tersebut variabel komposisi makan sirih dikategorikan
menjadi:
1) Baik, jika responden memperoleh nilai ≥ median
2) Kurang, jika responden memperoleh nilai < median
7. Pengukuran variabel lamanya makan sirih didasarkan pada skala ordinal dari 1
pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban ”>10 tahun” 6 – 10 tahun”
dan ”1 – 5 tahun”, dan masing-masing alternatif jawaban tersebut diberikan bobot
nilai yaitu :
a. >10 tahun diberi bobot nilai 0
b. 6 – 10 tahun diberi bobot nilai 1
c. 1 – 5 tahun diberi bobot nilai 2
Akumulasi dari total nilai tersebut variabel lamanya makan sirih dikategorikan
menjadi:
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
1) Baik, jika responden memperoleh nilai ≥ median
2) Kurang, jika responden memperoleh nilai < median
Keterangan :
Jika sesudah analisis data yang telah dikategorisasi ditemukan hasil dengan data
berdistribusi normal maka akan digunakan nilai mean pada metode pengukuran.
3.7 Metode Analisa Data
1) Analisis univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal
variabel-variabel penelitian baik independen maupun dependen dalam bentuk
distribusi frekuensi dan dihitung persentasenya.
2) Untuk melihat pengaruh budaya makan sirih dengan status kesehatan
periodental secara bivariat dilakukan dengan uji Chi Square pada taraf
kepercayaan 95% (α=0,05) yang dilanjutkan dengan menggunakan uji regresi
logistik ganda.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Keadaan Geografis
Desa Biru-Biru merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Deli
Serdang. Luas wilayah menurut penggunaan adalah 150 ha/m2 yang meliputi luas
pemukiman, persawahan, perkebunan, kuburan, pekarangan, taman, perkantoran, dan
prasarana umum lainnya.
Dari segi jumlah penduduk, laki-laki bejumlah 610 orang dan perempuan
berjumlah 621 orang. Dari segi jumlah keluarga, jumlah kepala keluarga laki-laki
sebanyak 272 KK dan jumlah kepala keluarga perempuan sebanyak 42 KK.
Desa Biru-Biru berbatasan dengan :
- Sebelah Utara : Desa Tanjung Sena
- Sebelah Selatan : Desa Sarilaba Jahe
- Sebelah Barat : Desa Rumah Gerat
- Sebelah Timur : Desa Sarilaba Jahe
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-
Biru Kab. Deli Serdang 2009
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keadaan status kesehatan periodontal
masuk kategori parah sebanyak 74 orang (80,4%) dan sangat parah sebanyak 18
orang (19,6%), berarti seluruh responden menderita periodontal akibat makan sirih.
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartati Suproyo di Klaten
mendapatkan tingkat keparahan penyakit periodontal pada penguyah sirih. Yang
memiliki kebiasaan makan sirih ini dipengaruhi oleh aspek budaya yang berpengaruh
secara langsung terhadap perilaku.
5.2 Hasil Analisis Tradisi dengan Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kab. Deli Serdang 2009
Hasil analisis bivariat, Pengaruh antara tradisi dengan status kesehatan
periodontal diperoleh nilai P=1,000 (P>0,05), sehingga dapat disimpulkan tidak ada
Pengaruh yang bermakna antara tradisi dengan status kesehatan periodontal. Sama
halnya dengan analisis multivariat, pada tahap awal nilai yang diperoleh adalah
P=0,690 (P>0,25), artinya tradisi tidak mempengaruhi terjadinya kesehatan
periodontal.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Ada beberapa tradisi di dalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif
terhadap kesehatan masyarakat. Tradisi dan budaya bersifat dinamis. Tradisi makan
sirih akan terjadi pergeseran bila tidak bermanfaat dan bisa merusak gigi. Pada
masyarakat mengatakan bahwa makan sirih dapat memperkuat gigi ternyata secara
teoritis tidak benar.
5.3 Hasil Analisis Nilai dengan Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kab. Deli Serdang 2009
Hasil analisis bivariat, Pengaruh antara nilai dengan status kesehatan
periodontal diperoleh nilai P=0,716 (P>0,05), sehingga dapat disimpulkan tidak ada
Pengaruh yang bermakna antara nilai dengan status kesehatan periodontal. Akan
tetapi berbeda dengan analisis multivariat, nilai yang diperoleh adalah P=0,181
(P<0,25), artinya variabel nilai kemungkinan dapat mempengaruhi status kesehatan
periodontal.
Setelah dilakukan analisis pembuatan model faktor penentu, variabel nilai
merupakan variabel yang tidak memiliki pengaruh kuat untuk terjadinya kesehatan
periodontal.
5.4 Hasil Analasis Sikap Fatalisme dengan Status Kesehatan Periodontal Pada
Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kab. Deli Serdang 2009
Hasil analisis bivariat, Pengaruh antara sikap fatalisme dengan status
kesehatan periodontal diperoleh nilai P=0,620(P>0,05), sehingga dapat disimpulkan
tidak ada Pengaruh yang bermakna antara sikap fatalisme dengan status kesehatan
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
periodontal. Sama halnya dengan analisis multivariat, nilai yang diperoleh adalah
P=0,620 (P>0,25), artinya sikap fatalisme tidak berpengaruh terhadap terjadinya
kesehatan periodontal.
5.5 Hasil Analisis Sikap Ethnocentrisme dengan Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kab. Deli Serdang 2009
Hasil analisis bivariat, Pengaruh antara sikap ethnocentrisme dengan status
kesehatan periodontal diperoleh nilai P=0,043 (P<0,05), sehingga dapat disimpulkan
ada Pengaruh yang bermakna antara sikap ethnocentrisme dengan status kesehatan
periodontal. Sama halnya dengan analisis multivariat, nilai yang diperoleh adalah
P=0,028 (P<0,25), artinya variabel sikap ethnocentrisme kemungkinan dapat
mempengaruhi status kesehatan periodontal.
Setelah dilakukan analisis pembuatan model faktor penentu, variabel sikap
ethnocentrisme merupakan variabel yang tidak berpengaruh kuat terhadap terjadinya
kesehatan periodontal.
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-
hari adalah reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sesuai dengan
tingkatan sikap berdasarkan intensitasnya yang dikutip dari Notoatmodjo (Menerima,
menanggapi, menghargai, bertanggung jawab).
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
5.6 Hasil Analisis Komposisi Makan Sirih dengan Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kab. Deli Serdang 2009
Hasil analisis bivariat, Pengaruh antara komposisi makan sirih dengan status
kesehatan periodontal diperoleh nilai P=0,011 (P<0,05), sehingga dapat disimpulkan
ada Pengaruh yang bermakna antara komposisi makan sirih dengan status kesehatan
periodontal. Sama halnya dengan analisis multivariat, nilai yang diperoleh adalah
P=0,028 (P<0,25), artinya variabel komposisi makan sirih kemungkinan dapat
mempengaruhi status kesehatan periodontal.
Hasil analisis multivariat, nilai yang diperoleh adalah P=0,0031 (P<0,005),
artinya komposisi makan sirih memiliki pengaruh kuat terhadap status kesehatan
periodontal.
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Lina Natamiharja dan Robert
tentang kebiasaan makan sirih bahwa kebiasaan makan sirih berpengaruh dengan
indeks peyakit periodontal.
Akibat kebiasaan makan sirih ini salah satunya dipengaruhi oleh kebudayaan,
yakni perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam
suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut kebudayaan.
Perilaku yang normal adalah salah satu dari aspek kebudayaan dan selanjutnya
kebudayaan mempunyai pengaruh terhadap perilaku.
Dari hasil penelitian, mayoritas responden berpendapat bahwa dengan makan
sirih dapat menguatkan gigi, menghilangkan bau nafas dan juga baik untuk kesehatan
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
giginya. Namun dari hasil peneliti menemukan bahwa pendapat masyarakat tersebut
salah, setelah dilakukan pemeriksaan terhadap responden pada umumnya terkena
penyakit periodontal. Sehingga perlu dilakukan pendekatan dalam hal binasuasana
untuk mengatasi penyakit periodontal akibat kebiasaan mengkonsumsi sirih.
Sebahagian kecil responden berpendapat, bahwa kebiasaan mengkonsumsi
sirih tersebut tidak perlu diteruskan, karena selain mengeluarkan biaya yang banyak,
juga memperburuk keadaan pencernaannya ketika mengalami sakit maagnya kambuh.
5.7 Hasil Analisis Frekuensi Makan Sirih dengan Status Kesehatan
Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kab. Deli Serdang 2009
Hasil analisis bivariat, Pengaruh antara frekuensi makan sirih dengan status
kesehatan periodontal diperoleh nilai P=0,064 (P>0,05), sehingga dapat disimpulkan
tidak ada Pengaruh yang bermakna antara frekuensi makan sirih dengan status
kesehatan periodontal. Berbeda halnya dengan analisis multivariat, nilai yang
diperoleh adalah P=0,087(P<0,25), artinya variabel frekuensi makan sirih
kemungkinan dapat mempengaruhi status kesehatan periodontal.
Hasil analisis multivariat, nilai yang diperoleh adalah P=0,900 (P>0,005),
artinya frekuensi makan sirih tidak mempengaruhi terjadinya kesehatan periodontal.
5.8 Pengaruh Lamanya Makan Sirih dengan Status Kesehatan Periodontal
Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kab. Deli Serdang 2009
Hasil analisis bivariat, Pengaruh antara lamanya makan sirih dengan status
kesehatan periodontal diperoleh nilai P=0,624 (P>0,05), sehingga dapat disimpulkan
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
tidak ada Pengaruh yang bermakna antara lamanya makan sirih dengan status
kesehatan periodontal. Sama halnya dengan analisis multivariat, nilai yang diperoleh
adalah P=0,508 (P>0,25), artinya variabel frekuensi makan sirih tidak mempengaruhi
status kesehatan periodontal.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Status kesehatan periodontal pada masyarakat suku Karo yang makan sirih di
Kecamatan Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang tahun 2009 adalah parah sebanyak 74
orang (80,4%) dan sangat parah sebanyak 18 orang (19,6%). Kemudian setelah dibuat
analisis chi square diperoleh dua variabel yang mempengaruhi terhadap status
kesehatan periodontal yaitu: sikap ethnocentrisme dan komposisi makan sirih.
Hasil selanjutnya dalam bentuk analisis multivariat. Dari hasil analisis
tersebut didapat hasil sebagai berikut: Ada pengaruh yang paling kuat antara
komposisi makan sirih terhadap status kesehatan periodontal.
Komposisi yang dikonsumsi oleh masyarakat Suku Karo berbeda-beda sesuai
keinginan mereka, pada umumnya menggunakan komposisi kapur, pinang, gambir,
dan tembakau.. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu makan sirih
dapat mempengaruhi terhadap status kesehatan periodontal. Namun dalam hal ini
peneliti tidak membahas komposisi mana yang paling berpengaruh terhadap status
kesehatan periodontal.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan promosi kesehatan secara terus menerus untuk merubah perilaku
masyarakat suku Karo terhadap bahaya makan sirih.
2. Perlu penelitian lanjutan dengan menggunakan uji laboratorium tentang
komposisi makan sirih, untuk mengetahui faktor mana yang paling dominan dari
komposisi makan sirih yang paling berpengaruh terhadap status kesehatan
periodontal.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, http// www, Indonesia.com/ Inti Sari/ 2001
Arikunto, 1998, Prosedur Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta Asah, s p, htm, 2006, Sirih Pinang, http// www, pnm, my/ Sirih Pinang Besford, J., 1996. Mengenal Gigi Anda, Arcan, Jakarta Boediardjo, 1985, Pemelihara Kesehatan Gigi Keluarga, Airlangga Universiti Press, Jakarta Dentika Dental, 2004, Jurnal Vol 9, No 2 Medan 2003, Jurnal Vol 8, No 2 Medan 2002, Laporan Survei Kesehatan Nasional 2001, Studi Morbilitas Dan Dissabilita Tim Surkenas, Jakarta Depkes, RI, 1995, Tata cara Kerja Pelayanan Asuhan kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas, Jakarta 2005, Pedoman Upaya Kesehatan Nasional 2001, Studi Morbilitas dan Dissabilita Tim Surkesnas Jakarta Foster, T D, 1999 Ortodonsi Jakarta, EGC Hartati, 1985, Kumpulan Makalah Ilmiah Denpasar, UGM Herijulianti, dkk, 2002, Pendidikan Kesehatan Gigi, EGC, Jakarta Ihromi, 1996, Antropologi Budaya, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta Notoatmodjo, S., 2005, Promosi Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta 2003, Pendidikan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
PDGI, 1994, Jurnal Kedokteran Gigi, No 3, Jakarta Pratiwi, 2007, Gigi Sehat, Kompas, Jakarta Prayitno, 2003, Periodontologi Klinik, Fondasi Kedokteran Gigi masa Depan, Balai penerbit FKUI, Jakarta Sarwono, 2007, Sosiologi Kesehatan, Gajah Mada University Prees, Jakarta Sauzlah, 2006, Tanaman Obat kelurga, pebebar Suadaya, Jakarta Schuurs, 1992, patologi Gigi Geligi, Gajah mada Prees,Yogyakarta Suwello, 1996, Karies Gigi pada Berbagai Faktor Etiologi kajian Pada Anak Usia Pra Sekolah, EGC, Jakarta Widaghdo, dkk, 2009, Ilmu Budaya Dasar, Bumi Aksara, Jakarta
World health Organization, 1997 oral Surveys Basic Methode edition, Geneva
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN PENGARUH BUDAYA MAKAN SIRIH TERHADAP STATUS KESEHATAN
PERIODONTAL PADA MASYARAKAT SUKU KARO DI DESA BIRU – BIRU KABUPATEN DELI SERDANG
NOMOR
RESPONDEN
KUNJUNGAN KE:
ALAMAT RESPONDEN
1. KARAKTERISTIK INDIVIDU
1. UMUR : _________ Tahun
2. JENIS KELAMIN 1. Laki-laki 2. Perempuan
3. STATUS PERKAWINAN : 1. Kawin 2. Belum Kawin 3. Duda/Janda
4. PENDIDIKAN 1. Tamat SD 2. Tamat SLTP 3. Tamat SLTA 4. Tamat D-3/S1
5. PEKERJAAN 1. Petani/Buruh
2. PNS/Polri
3. Pegawai Swasta/Wirawsata
4. Tidak Bekerja/Ibu Rumah Tangga
5. Pensiunan
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
2. FAKTOR BUDAYA
a. TRADISI
01 Makan sirih adalah salah satu cara menjaga khazanah budaya
a. Ya b. Tidak
02 Setiap hari wajib makan sirih a. Ya b. Tidak
03 Makan sirih harus dilestarikan sampai anak cucu a. Ya b. Tidak
04 Makan sirih tidak boleh dilakukan oleh anak – anak a. Ya b. Tidak
05 Makan sirih hanya diperbolehkan dikonsumsi oleh orang dewasa a. Ya b. Tidak
06 Sirih yang dikonsumsi harus dikombinasi dengan pinang dan gambir a. Ya b. Tidak
b. NILAI
01 Apakah menurut bapak/ibu sirih adalah jenis tumbuhan yang sakral dalam kehidupan
a. Ya b. Tidak
02 Apakah menurut bapak/ibu dengan makan sirih kita sudah menjaga adat istiadat dari nenek moyang
a. Ya b. Tidak
03 Apakah menurut bapak/ibu Makan sirih dapat menjadi suatu kebanggaan bagi suatu suku a. Ya b. Tidak
04 Apakah menurut bapak/ibu makan sirih harus dilakukan oleh setiap anggota keluarga a. Ya b. Tidak
05 Apakah menurut bapak/ibu sirih mempunyai arti tersendiri dalam budaya
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
a. Ya b. Tidak
c. SIKAP FATALISME
01 Makan sirih adalah bagian dari cara pergaulan dalam bermasyarakat a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju
02 Budaya makan sirih adalah kebiasaan yang harus diajarkan pada anak-cucu a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju
03 Makan sirih harus ada dalam setiap kegiatan – kegiatan adat a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju
04 Sirih adalah jenis tumbuhan yang dikaruniai Tuhan dan patut untuk dijaga dan dikonsumsi dalam setiap kegiatan keagamaan
a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju
05 Sirih adalah hidangan wajib dalam keluarga a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju
06 Setiap keluarga wajib menanam pohon sirih di kebun atau diladangnya a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju
d. SIKAP ETHNOCENTRISM
01 Budaya makan sirih adalah mutlak budaya masyarakat Karo a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju
02 Makan sirih sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju
03 Makan sirih secara berlebihan dapat menyebabkan gangguan kesehatan gigi dan mulut a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju
04 Penggunaan kapur, gambir, pinang dalam sirih dapat menyebabkan gangguan kesehatan gigi dan mulut
a. Setuju b. Kurang Setuju
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
c. Tidak Setuju 05 Budaya makan sirih adalah bagian dari adat istiadat masyarakat
a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju
3. KEBIASAAN a. KOMPOSISI MAKAN SIRIH
01 Apa saja bahan atau campuran makan sirih ibu/bapak? a. Kapur, pinang, gambir, tembakau b. Kapur, pinang, gambir c. Kapur, gambir
b. FREKWENSI MAKAN SIRIH
01 Berapa kali dalam satu hari ibu/bapak makan sirih ? a. >5 Kali sehari
b. 4 – 5 Kali sehari c. 1 – 3 kali sehari
c. LAMANYA MAKAN SIRIH
01 Berapa lama ibu/bapak sudah makan sirih ? a. >10 Tahun b. 6 – 10 Tahun c. 1 – 5 Tahun
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
LAMPIRAN 2
FORMULIR PEMERIKSAAN STATUS KESEHATAN PERIODONTAL
DATA UMUM Nomor Kuesioner : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Alamat :
STATUS PERIODONTAL (CPITN)
17/16 11 26/27
47/46 31 36/37
Status :
0 : Sehat Baik
1 : Perdarahan
2 : Ada karang gigi Parah
3 : Pocket 4 – 5 mm
4 : Pocket 6 mm atau lebih Sangat Parah
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Frequencies Frequency Table
umur
3 3,3 3,3 3,39 9,8 9,8 13,0
15 16,3 16,3 29,312 13,0 13,0 42,410 10,9 10,9 53,325 27,2 27,2 80,418 19,6 19,6 100,092 100,0 100,0
<35 tahun35-40 tahun41-45 tahun46-50 tahun51-55 tahun56-60 tahun>60 tahunTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
jenis kelamin
16 17,4 17,4 17,476 82,6 82,6 100,092 100,0 100,0
laki-lakiperempuanTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
status perkawinan
64 69,6 69,6 69,65 5,4 5,4 75,0
23 25,0 25,0 100,092 100,0 100,0
kawinbelum kawinjanda/dudaTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
pendidikan
36 39,1 39,1 39,130 32,6 32,6 71,717 18,5 18,5 90,2
9 9,8 9,8 100,092 100,0 100,0
tamat SDtamat SLTPtamat SLTAtamat D3/S1Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
pekerjaan
64 69,6 69,6 69,66 6,5 6,5 76,14 4,3 4,3 80,4
15 16,3 16,3 96,73 3,3 3,3 100,0
92 100,0 100,0
petani/buruhpns/polripeg.swasta/wiraswastatidak bekerja/IRTpensiunanTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
tradisi
84 91,3 91,3 91,38 8,7 8,7 100,0
92 100,0 100,0
baikkurangTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
nilai
88 95,7 95,7 95,74 4,3 4,3 100,0
92 100,0 100,0
baikkurangTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
sikap fatalisme
80 87,0 87,0 87,012 13,0 13,0 100,092 100,0 100,0
baikkurangTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
sikap ethnocentrism
78 84,8 84,8 84,814 15,2 15,2 100,092 100,0 100,0
baikkurangTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
komosisi makan sirih
32 34,8 34,8 34,860 65,2 65,2 100,092 100,0 100,0
baikkurangTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
frekuensi makan sirih
75 81,5 81,5 81,517 18,5 18,5 100,092 100,0 100,0
baikkurangTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
lama makan sirih
91 98,9 98,9 98,91 1,1 1,1 100,0
92 100,0 100,0
baikkurangTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
status peridontal
74 80,4 80,4 80,418 19,6 19,6 100,092 100,0 100,0
parahsangat parahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Crosstabs tradisi * status peridontal
Crosstab
68 16 8467,6 16,4 84,0
73,9% 17,4% 91,3%6 2 8
6,4 1,6 8,06,5% 2,2% 8,7%
74 18 9274,0 18,0 92,0
80,4% 19,6% 100,0%
CountExpected Count% of TotalCountExpected Count% of TotalCountExpected Count% of Total
baik
kurang
tradisi
Total
parah sangat parahstatus peridontal
Total
Chi-Square Tests
,164b 1 ,685,000 1 1,000,155 1 ,693
,652 ,490
,163 1 ,687
92
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only for a 2x2 tablea.
1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is1,57.
b.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
nilai * status peridontal
Crosstab
70 18 8870,8 17,2 88,0
76,1% 19,6% 95,7%4 0 4
3,2 ,8 4,04,3% ,0% 4,3%
74 18 9274,0 18,0 92,0
80,4% 19,6% 100,0%
CountExpected Count% of TotalCountExpected Count% of TotalCountExpected Count% of Total
baik
kurang
nilai
Total
parah sangat parahstatus peridontal
Total
Chi-Square Tests
1,017b 1 ,313,133 1 ,716
1,786 1 ,181,582 ,412
1,006 1 ,316
92
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only for a 2x2 tablea.
2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is,78.
b.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
sikap fatalisme * status peridontal
Crosstab
65 15 8064,3 15,7 80,0
70,7% 16,3% 87,0%9 3 12
9,7 2,3 12,09,8% 3,3% 13,0%
74 18 9274,0 18,0 92,0
80,4% 19,6% 100,0%
CountExpected Count% of TotalCountExpected Count% of TotalCountExpected Count% of Total
baik
kurang
sikap fatalisme
Total
parah sangat parahstatus peridontal
Total
Chi-Square Tests
,259b 1 ,611,014 1 ,905,246 1 ,620
,697 ,429
,256 1 ,613
92
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only for a 2x2 tablea.
1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is2,35.
b.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
sikap ethnocentrism * status peridontal
Crosstab
66 12 7862,7 15,3 78,0
71,7% 13,0% 84,8%8 6 14
11,3 2,7 14,08,7% 6,5% 15,2%
74 18 9274,0 18,0 92,0
80,4% 19,6% 100,0%
CountExpected Count% of TotalCountExpected Count% of TotalCountExpected Count% of Total
baik
kurang
sikap ethnocentrism
Total
parah sangat parahstatus peridontal
Total
Chi-Square Tests
5,693b 1 ,0174,081 1 ,0434,858 1 ,028
,027 ,027
5,631 1 ,018
92
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only for a 2x2 tablea.
1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is2,74.
b.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
KMS * status peridontal
Crosstab
44 16 6048,3 11,7 60,0
47,8% 17,4% 65,2%15 0 15
12,1 2,9 15,016,3% ,0% 16,3%
15 2 1713,7 3,3 17,0
16,3% 2,2% 18,5%74 18 92
74,0 18,0 92,080,4% 19,6% 100,0%
CountExpected Count% of TotalCountExpected Count% of TotalCountExpected Count% of TotalCountExpected Count% of Total
kapur,pinang,gambir,tembakau
kapur,pinang,gambir
kapur,gambir
KMS
Total
parah sangat parahstatus peridontal
Total
Chi-Square Tests
6,229a 2 ,0449,049 2 ,011
3,448 1 ,063
92
Pearson Chi-SquareLikelihood RatioLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)
2 cells (33,3%) have expected count less than 5. Theminimum expected count is 2,93.
a.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
FMS * status peridontal
Crosstab
11 6 1713,7 3,3 17,0
12,0% 6,5% 18,5%38 10 48
38,6 9,4 48,041,3% 10,9% 52,2%
25 2 2721,7 5,3 27,0
27,2% 2,2% 29,3%74 18 92
74,0 18,0 92,080,4% 19,6% 100,0%
CountExpected Count% of TotalCountExpected Count% of TotalCountExpected Count% of TotalCountExpected Count% of Total
> 5 kali
4-5 kali
1-3 kali
FMS
Total
parah sangat parahstatus peridontal
Total
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Chi-Square Tests
5,258a 2 ,0725,494 2 ,064
5,197 1 ,023
92
Pearson Chi-SquareLikelihood RatioLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)
1 cells (16,7%) have expected count less than 5. Theminimum expected count is 3,33.
a.
LMS * status peridontal
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Crosstab
1 0 1,8 ,2 1,0
1,1% ,0% 1,1%11 4 15
12,1 2,9 15,012,0% 4,3% 16,3%
62 14 7661,1 14,9 76,0
67,4% 15,2% 82,6%74 18 92
74,0 18,0 92,080,4% 19,6% 100,0%
CountExpected Count% of TotalCountExpected Count% of TotalCountExpected Count% of TotalCountExpected Count% of Total
> 10 tahun
6-10 tahun
1-5 tahun
LMS
Total
parah sangat parahstatus peridontal
Total
Chi-Square Tests
,787a 2 ,675,943 2 ,624
,180 1 ,671
92
Pearson Chi-SquareLikelihood RatioLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)
3 cells (50,0%) have expected count less than 5. Theminimum expected count is ,20.
a.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Logistic Regression Case Processing Summary
92 100,00 ,0
92 100,00 ,0
92 100,0
Unweighted Casesa
Included in AnalysisMissing CasesTotal
Selected Cases
Unselected CasesTotal
N Percent
If weight is in effect, see classification table for the totalnumber of cases.
a.
Dependent Variable Encoding
01
Original Valueparahsangat parah
Internal Value
Categorical Variables Codings
84 1,0008 ,000
baikkurang
tradisiFrequency (1)
Paramete
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
74 0 100,018 0 ,0
80,4
Observedparahsangat parah
status peridontal
Overall Percentage
Step 0parah sangat parah
status peridontal PercentageCorrect
Predicted
Constant is included in the model.a.
The cut value is ,500b.
Variables in the Equation
-1,414 ,263 28,935 1 ,000 ,243ConstantStep 0B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Variables not in the Equation
,164 1 ,685,164 1 ,685
TRTOTK(1)VariablesOverall Statistics
Step 0Score df Sig.
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
,155 1 ,693,155 1 ,693,155 1 ,693
StepBlockModel
Step 1Chi-square df Sig.
Model Summary
90,799 ,002 ,003Step1
-2 Loglikelihood
Cox & SnellR Square
NagelkerkeR Square
Classification Tablea
74 0 100,018 0 ,0
80,4
Observedparahsangat parah
status peridontal
Overall Percentage
Step 1parah sangat parah
status peridontal PercentageCorrect
Predicted
The cut value is ,500a.
Variables in the Equation
-,348 ,862 ,163 1 ,686 ,706 ,130 3,827-1,099 ,816 1,810 1 ,178 ,333
TRTOTK(1)Constant
Step1
a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper95,0% C.I.for EXP(B)
Variable(s) entered on step 1: TRTOTK.a.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Logistic Regression
Case Processing Summary
92 100,00 ,0
92 100,00 ,0
92 100,0
Unweighted Casesa
Included in AnalysisMissing CasesTotal
Selected Cases
Unselected CasesTotal
N Percent
If weight is in effect, see classification table for the totalnumber of cases.
a.
Dependent Variable Encoding
01
Original Valueparahsangat parah
Internal Value
Categorical Variables Codings
88 1,0004 ,000
baikkurang
nilaiFrequency (1)
Paramete di
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
74 0 100,018 0 ,0
80,4
Observedparahsangat parah
status peridontal
Overall Percentage
Step 0parah sangat parah
status peridontal PercentageCorrect
Predicted
Constant is included in the model.a.
The cut value is ,500b.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Variables in the Equation
-1,414 ,263 28,935 1 ,000 ,243ConstantStep 0B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variables not in the Equation
1,017 1 ,3131,017 1 ,313
NLTOTK(1)VariablesOverall Statistics
Step 0Score df Sig.
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
1,786 1 ,1811,786 1 ,1811,786 1 ,181
StepBlockModel
Step 1Chi-square df Sig.
Model Summary
89,169 ,019 ,031Step1
-2 Loglikelihood
Cox & SnellR Square
NagelkerkeR Square
Classification Tablea
74 0 100,018 0 ,0
80,4
Observedparahsangat parah
status peridontal
Overall Percentage
Step 1parah sangat parah
status peridontal PercentageCorrect
Predicted
The cut value is ,500a.
Variables in the Equation
19,845 20096,496 ,000 1 ,999 4,2E+08 ,000 .-21,203 20096,496 ,000 1 ,999 ,000
NLTOTK(1)Constant
Step1
a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper95,0% C.I.for EXP(B)
Variable(s) entered on step 1: NLTOTK.a.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Logistic Regression
Case Processing Summary
92 100,00 ,0
92 100,00 ,0
92 100,0
Unweighted Casesa
Included in AnalysisMissing CasesTotal
Selected Cases
Unselected CasesTotal
N Percent
If weight is in effect, see classification table for the totalnumber of cases.
a.
Dependent Variable Encoding
01
Original Valueparahsangat parah
Internal Value
Categorical Variables Codings
80 1,00012 ,000
baikkurang
sikap fatalismeFrequency (1)
Paramete
Block 0: Beginning Block
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Classification Tablea,b
74 0 100,018 0 ,0
80,4
Observedparahsangat parah
status peridontal
Overall Percentage
Step 0parah sangat parah
status peridontal PercentageCorrect
Predicted
Constant is included in the model.a.
The cut value is ,500b.
Variables in the Equation
-1,414 ,263 28,935 1 ,000 ,243ConstantStep 0B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variables not in the Equation
,259 1 ,611,259 1 ,611
FATTOTK(1)VariablesOverall Statistics
Step 0Score df Sig.
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
,246 1 ,620,246 1 ,620,246 1 ,620
StepBlockModel
Step 1Chi-square df Sig.
Model Summary
90,708 ,003 ,004Step1
-2 Loglikelihood
Cox & SnellR Square
NagelkerkeR Square
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Classification Tablea
74 0 100,018 0 ,0
80,4
Observedparahsangat parah
status peridontal
Overall Percentage
Step 1parah sangat parah
status peridontal PercentageCorrect
Predicted
The cut value is ,500a.
Variables in the Equation
-,368 ,726 ,257 1 ,612 ,692 ,167 2,870-1,099 ,667 2,716 1 ,099 ,333
FATTOTK(1)Constant
Step1
a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper95,0% C.I.for EXP(B)
Variable(s) entered on step 1: FATTOTK.a.
Logistic Regression
Case Processing Summary
92 100,00 ,0
92 100,00 ,0
92 100,0
Unweighted Casesa
Included in AnalysisMissing CasesTotal
Selected Cases
Unselected CasesTotal
N Percent
If weight is in effect, see classification table for the totalnumber of cases.
a.
Dependent Variable Encoding
01
Original Valueparahsangat parah
Internal Value
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Categorical Variables Codings
78 1,00014 ,000
baikkurang
sikap ethnocentrismFrequency (1)
Paramete di
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
74 0 100,018 0 ,0
80,4
Observedparahsangat parah
status peridontal
Overall Percentage
Step 0parah sangat parah
status peridontal PercentageCorrect
Predicted
Constant is included in the model.a.
The cut value is ,500b.
Variables in the Equation
-1,414 ,263 28,935 1 ,000 ,243ConstantStep 0B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variables not in the Equation
5,693 1 ,0175,693 1 ,017
ETTOTK(1)VariablesOverall Statistics
Step 0Score df Sig.
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
4,858 1 ,0284,858 1 ,0284,858 1 ,028
StepBlockModel
Step 1Chi-square df Sig.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Model Summary
86,096 ,051 ,082Step1
-2 Loglikelihood
Cox & SnellR Square
NagelkerkeR Square
Classification Tablea
74 0 100,018 0 ,0
80,4
Observedparahsangat parah
status peridontal
Overall Percentage
Step 1parah sangat parah
status peridontal PercentageCorrect
Predicted
The cut value is ,500a.
Variables in the Equation
-1,417 ,625 5,147 1 ,023 ,242 ,071 ,825-,288 ,540 ,284 1 ,594 ,750
ETTOTK(1)Constant
Step1
a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper95,0% C.I.for EXP(B)
Variable(s) entered on step 1: ETTOTK.a.
Logistic Regression
Case Processing Summary
92 100,00 ,0
92 100,00 ,0
92 100,0
Unweighted Casesa
Included in AnalysisMissing CasesTotal
Selected Cases
Unselected CasesTotal
N Percent
If weight is in effect, see classification table for the totalnumber of cases.
a.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Dependent Variable Encoding
01
Original Valueparahsangat parah
Internal Value
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
74 0 100,018 0 ,0
80,4
Observedparahsangat parah
status peridontal
Overall Percentage
Step 0parah sangat parah
status peridontal PercentageCorrect
Predicted
Constant is included in the model.a.
The cut value is ,500b.
Variables in the Equation
-1,414 ,263 28,935 1 ,000 ,243ConstantStep 0B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variables not in the Equation
5,528 1 ,0195,528 1 ,019
KOMPVariablesOverall Statistics
Step 0Score df Sig.
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
6,402 1 ,0116,402 1 ,0116,402 1 ,011
StepBlockModel
Step 1Chi-square df Sig.
Model Summary
84,552 ,067 ,107Step1
-2 Loglikelihood
Cox & SnellR Square
NagelkerkeR Square
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Classification Tablea
74 0 100,018 0 ,0
80,4
Observedparahsangat parah
status peridontal
Overall Percentage
Step 1parah sangat parah
status peridontal PercentageCorrect
Predicted
The cut value is ,500a.
Variables in the Equation
1,696 ,786 4,653 1 ,031 5,455 1,168 25,481-4,404 1,489 8,744 1 ,003 ,012
KOMPConstant
Step1
a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper95,0% C.I.for EXP(B)
Variable(s) entered on step 1: KOMP.a.
Logistic Regression
Case Processing Summary
92 100,00 ,0
92 100,00 ,0
92 100,0
Unweighted Casesa
Included in AnalysisMissing CasesTotal
Selected Cases
Unselected CasesTotal
N Percent
If weight is in effect, see classification table for the totalnumber of cases.
a.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Dependent Variable Encoding
01
Original Valueparahsangat parah
Internal Value
Categorical Variables Codings
75 1,00017 ,000
baikkurang
frekuensi makansirih
Frequency (1)Paramete
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
74 0 100,018 0 ,0
80,4
Observedparahsangat parah
status peridontal
Overall Percentage
Step 0parah sangat parah
status peridontal PercentageCorrect
Predicted
Constant is included in the model.a.
The cut value is ,500b.
Variables in the Equation
-1,414 ,263 28,935 1 ,000 ,243ConstantStep 0B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variables not in the Equation
3,278 1 ,0703,278 1 ,070
FREK(1)VariablesOverall Statistics
Step 0Score df Sig.
Block 1: Method = Enter
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Omnibus Tests of Model Coefficients
2,929 1 ,0872,929 1 ,0872,929 1 ,087
StepBlockModel
Step 1Chi-square df Sig.
Model Summary
88,025 ,031 ,050Step1
-2 Loglikelihood
Cox & SnellR Square
NagelkerkeR Square
Classification Tablea
74 0 100,018 0 ,0
80,4
Observedparahsangat parah
status peridontal
Overall Percentage
Step 1parah sangat parah
status peridontal PercentageCorrect
Predicted
The cut value is ,500a.
Variables in the Equation
-1,052 ,597 3,102 1 ,078 ,349 ,108 1,126-,606 ,508 1,426 1 ,232 ,545
FREK(1)Constant
Step1
a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper95,0% C.I.for EXP(B)
Variable(s) entered on step 1: FREK.a.
Logistic Regression
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Case Processing Summary
92 100,00 ,0
92 100,00 ,0
92 100,0
Unweighted Casesa
Included in AnalysisMissing CasesTotal
Selected Cases
Unselected CasesTotal
N Percent
If weight is in effect, see classification table for the totalnumber of cases.
a.
Dependent Variable Encoding
01
Original Valueparahsangat parah
Internal Value
Categorical Variables Codings
91 1,0001 ,000
baikkurang
lama makansirih
Frequency (1)Paramete
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
74 0 100,018 0 ,0
80,4
Observedparahsangat parah
status peridontal
Overall Percentage
Step 0parah sangat parah
status peridontal PercentageCorrect
Predicted
Constant is included in the model.a.
The cut value is ,500b.
Variables in the Equation
-1,414 ,263 28,935 1 ,000 ,243ConstantStep 0B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Variables not in the Equation
,246 1 ,620,246 1 ,620
LAMA(1)VariablesOverall Statistics
Step 0Score df Sig.
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
,438 1 ,508,438 1 ,508,438 1 ,508
StepBlockModel
Step 1Chi-square df Sig.
Model Summary
90,516 ,005 ,008Step1
-2 Loglikelihood
Cox & SnellR Square
NagelkerkeR Square
Classification Tablea
74 0 100,018 0 ,0
80,4
Observedparahsangat parah
status peridontal
Overall Percentage
Step 1parah sangat parah
status peridontal PercentageCorrect
Predicted
The cut value is ,500a.
Variables in the Equation
19,803 40192,933 ,000 1 1,000 4,0E+08 ,000 .-21,203 40192,933 ,000 1 1,000 ,000
LAMA(1)Constant
Step1
a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper95,0% C.I.for EXP(B)
Variable(s) entered on step 1: LAMA.a.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Lampiran 3 Jadwal Penelitian
Kegiatan
November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Penelusuran
Pustaka
Penyusunan
Proposal
Kolokium Perbaikan Proposal
Pengumpulan data
Pengolahan data
Seminar Hasil
Perbaikan tesis
Komprehensif
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.1.2 Latar Belakang Etnis
Tabel 4.1 Latar Belakang Etnis
No. Etnis Laki-Laki Perempuan 1 Aceh 2 1 2 Batak 11 6 3 Betawi 2 - 4 Jawa 22 12 5 Karo 554 592 6 Melayu - 3 7 Mentawai/Mandailing 16 4 8 Minang 3 1
Jumlah Total 610 621
4.2 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan/mendeskripsikan
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti yaitu variabel dependen (status
kesehatan peridontal), variabel independen utama (faktor budaya dan kebiasaan
makan), serta variabel pendukung (umur, jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan). Gambaran karakteristik masing-masing variabel adalah
sebagai berikut :
4.2.1 Status Kesehatan Periodontal
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009.
Status Periodontal Jumlah Persentase (%) Parah Sangat Parah
74 18
80,4 19,6
Total 92 100,0
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan pengelompokan status kesehatan periodontal, didapat gambaran
responden yang terbanyak mempunyai status periodontal yang parah sebanyak 74
orang (80,4%), sedangkan status periodontal yang sangat parah sebanyak 18 orang
(19,6%).
4.3 Karakteristik Responden
4.3.2 Umur Responden
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009.
Umur Jumlah Persentase (%)
< 35 tahun 35 – 40 tahun 41 – 45 tahun 46 – 50 tahun 51 – 55 tahun 56 – 60 tahun > 60 tahun
3 9 15 12 10 25 18
3,3 9,8
16,3 13,0 10,9 27,2 19,6
Total 92 100,0 Berdasarkan pengelompokan umur responden, didapat gambaran responden
yang paling banyak ditemukan pada usia 56 – 60 tahun sebanyak 25 orang (27,2%),
sedangkan responden yang paling sedikit berusia < 35 tahun sebanyak 3 orang
(3,3%).
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.3.3 Jenis Kelamin Responden
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009.
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-Laki Perempuan
16 76
17,4 82,6
Total 92 100,0 Berdasarkan pengelompokan Jenis Kelamin responden, didapat gambaran
responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 16 orang (17,4%), sedangkan
responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 76 orang (82,6%).
4.3.4 Status Perkawinan Responden
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009.
Status Perkawinan Jumlah Persentase (%) Kawin Belum Kawin Janda/Duda
64 5 23
69,6 5,4
25,0 Total 92 100,0
Berdasarkan pengelompokan status perkawinan, didapat gambaran responden
yang paling banyak berstatus kawin sebanyak 64 orang (69,6%), kemudian berstatus
janda/duda sebanyak 23 orang (25,0%), sedangkan yang paling sedikit berstatus
belum kawin sebanyak 5 orang (5,4%).
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.3.5 Pendidikan Responden
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009.
Pendidikan Jumlah Persentase (%)
Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat DIII/S1
36 30 17 9
39,1 32,6 18,5 9,8
Total 92 100,0 Berdasarkan pengelompokan pendidikan, didapat gambaran responden yang
pendidikan tamat SD sebanyak 36 orang (39,1%), responden yang pendidikan tamat
SLTP sebanyak 30 orang (32,6%), responden yang pendidi kan tamat SLTA
sebanyak 17 orang (18,5%), dan responden yang pendidikan tamat DIII/S1 sebanyak
9 orang (9,8%).
4.3.6 Pekerjaan Responden
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009.
Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
Petani/Buruh PNS/POLRI Peg. Swasta/Wrsta Tidak Bekerja Pensiunan
64 6 4 15 3
69,6 6,5 4,3
16,3 3,3
Total 92 100,0
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan pengelompokan pekerjaan, didapat gambaran responden yang
pekerjaan Petani/Buruh adalah yang paling banyak sebesar 64 orang (69,6%),
responden yang pekerjaan PNS/POLRI sebanyak 6 orang (6,5%), responden yang
pekerjaan peg.swasta/wiraswasta sebanyak 4 orang (4,3%), responden yang tidak
bekerja sebanyak 15 orang (16,3%), dan responden yang paling sedikit sebagai
pensiunan sebanyak 3 orang (3,3%).
4.4 Budaya Makan Sirih
4.4.1 Tradisi Makan Sirih
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Menjaga Khazanah Budaya
Pertanyaan 1 Jumlah Persentase (%)
Ya Tidak
87 5
94,6 5,4
Total 92 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat makan
sirih menjaga khazanah budaya sebanyak 87 orang (94,6%), sedangkan responden
yang berpendapat makan sirih tidak menjaga khazanah budaya sebanyak 5 orang
(5,4%).
Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Wajib Makan Sirih Setiap Hari
Pertanyaan 2 Jumlah Persentase (%) 1. Ya 2. Tidak
67 25
72,8 27,2
Total 92 100,0
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat makan
sirih wajib setiap hari sebanyak 67 orang (72,8%), sedangkan responden yang
berpendapat makan sirih tidak wajib setiap hari sebanyak 25 orang (27,2%).
Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Harus Dilestarikan
Sampai Anak Cucu
Pertanyaan 3 Jumlah Persentase (%) 1. Ya 2. Tidak
71 21
77,2 22,8
Total 92 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat makan
sirih harus dilestarikan sampai anak cucu sebanyak 71 orang (77,2%), sedangkan
responden yang berpendapat makan sirih tidak harus dilestarikan sampai anak cucu
sebanyak 21 orang (22,8%).
Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Tidak Boleh
Dimakan Oleh Anak-Anak
Pertanyaan 4 Jumlah Persentase (%) 1. Ya 2. Tidak
35 57
38,0 62,0
Total 92 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat makan
sirih tidak boleh dimakan anak-anak sebanyak 35 orang (38,0%), sedangkan
responden yang berpendapat makan sirih boleh dimakan anak-anak sebanyak 57
orang (62,0%).
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Hanya Diperbolehkan Dikonsumsi Oleh Orang Dewasa
Pertanyaan 5 Jumlah Persentase (%)
1. Ya 2. Tidak
85 7
92,4 7,6
Total 92 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat makan
sirih hanya untuk orang dewasa sebanyak 85 orang (92,4%), sedangkan responden
yang berpendapat makan sirih tidak hanya untuk orang dewasa sebanyak 7 orang
(7,6%).
Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Sirih Harus
Dikombinasi Dengan Pinang dan Gambir
Pertanyaan 6 Jumlah Persentase (%) 1. Ya 2. Tidak
89 3
96,7 3,3
Total 92 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat Sirih
harus dikombinasi dengan Pinang dan Gambir sebanyak 89 orang (96,7%),
sedangkan responden yang berpendapat sirih tidak harus dikombinasi dengan pinang
dan gambir sebanyak 3 orang (3,3%).
Tabel 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Tradisi Pada Masyarakat Suku
Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009.
Tradisi Jumlah Persentase (%) 1. Baik 2. Kurang
84 8
91,3 8,7
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Total 92 100,0 Berdasarkan pengelompokan tradisi, didapat gambaran responden yang paling
banyak terdapat pada tradisi baik sebanyak 84 orang (91,3%), sedangkan responden
yang tradisi kurang sebanyak 8 orang (8,7%).
4.4.2 Nilai Makan Sirih
Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Sirih Adalah Jenis Tumbuhan Yang Sakral
Pertanyaan 1 Jumlah Persentase (%)
1. Ya 2. Tidak
80 12
87,0 13,0
Total 92 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat bahwa
sirih adalah jenis tumbuhan yang sakral sebanyak 80 orang (87,0%), sedangkan
responden yang berpendapat sirih bukan merupakan tumbuhan yang sakral sebanyak
12 orang (13,0%).
Tabel 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Menjaga Adat
Istiadat Nenek Moyang
Pertanyaan 2 Jumlah Persentase (%) 1. Ya 2. Tidak
90 2
97,8 2,2
Total 92 100,0
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat makan
sirih menjaga adat istiadat sebanyak 90 orang (97,8%), sedangkan responden yang
berpendapat makan sirih tidak menjaga adat istiadat sebanyak 2 orang (2,2%).
Tabel 4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Menjadi Suatu
Kebanggaan Bagi Suatu Suku
Pertanyaan 3 Jumlah Persentase (%) 1. Ya 2. Tidak
77 15
83,7 16,3
Total 92 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat makan
sirih dapat menjadi kebanggaan suku sebanyak 77 orang (83,7%), sedangkan
responden yang berpendapat makan sirih tidak menjadi kebanggaan suku sebanyak
15 orang (16,3%).
Tabel 4.18 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Harus Dilakukan
Oleh Anggota Keluarga
Pertanyaan 4 Jumlah Persentase (%) 1. Ya 2. Tidak
9 83
9,8 90,2
Total 92 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat makan
sirih harus dilakukan oleh setiap anggota keluarga sebanyak 9 orang (9,8%),
sedangkan responden yang berpendapat makan sirih tidak harus dilakukan oleh setiap
anggota keluarga sebanyak 83 orang (90,2%).
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Tabel 4.19 Distribusi Responden Berdasarkan Sirih Mempunyai Arti Tersendiri Dalam Budaya
Pertanyaan 5 Jumlah Persentase (%)
Ya 92 100 Total 92 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa semua responden berpendapat sirih
mempunyai arti tersendiri dalam budaya sebanyak 92 orang (100,0%).
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Tabel 4.20 Distribusi Responden Berdasarkan Nilai Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009.
Nilai Jumlah Persentase (%)
1. Baik 2. Kurang
88 4
95,7 4,3
Total 92 100,0 Berdasarkan pengelompokan nilai, didapat gambaran responden yang paling
banyak terdapat pada nilai baik sebanyak 88 orang (95,7%), sedangkan responden
yang nilai kurang sebanyak 4 orang (4,3%).
4.4.3 Sikap Fatalisme Terhadap Makan Sirih
Tabel 4.21 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Untuk Pergaulan
Pertanyaan 1 Jumlah Persentase (%) Setuju 92 100,0 Total 92 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa semua responden berpendapat setuju
bahwa makan sirih untuk pergaulan sebanyak 92 orang (100,0%).
Tabel 4.22 Distribusi Responden Berdasarkan Budaya Makan Sirih Harus
Diajarkan Pada Anak Cucu
Pertanyaan 2 Jumlah Persentase (%) 1. Setuju 2. Kurang Setuju 3. Tidak Setuju
50 29 13
54,3 31,5 14,1
Total 92 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat setuju
dengan budaya makan sirih harus diajarkan pada anak cucu sebanyak 50 orang
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
(54,3%), kurang setuju dengan budaya makan sirih harus diajarkan pada anak cucu
sebanyak 29 orang (31,5%), sedangkan responden yang tidak setuju dengan budaya
makan sirih harus diajarkan pada anak cucu sebanyak 13 orang (14,1%).
Tabel 4.23 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Harus Ada Dalam
Kegiatan Adat
Pertanyaan 3 Jumlah Persentase (%) 1. Setuju 2. Kurang Setuju
60 32
65,2 34,8
Total 92 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat setuju
dengan makan sirih harus ada dalam kegiatan adapt sebanyak 60 orang (65,2%),
sedangkan responden yang kurang setuju dengan makan sirih harus ada dalam
kegiatan adat sebanyak 32 orang (34,8%).
Tabel 4.24 Distribusi Responden Berdasarkan Sirih Patut Dijaga dan
Dikonsumsi Dalam Setiap Kegiatan Keagamaan
Pertanyaan 4 Jumlah Persentase (%) 1. Setuju 2. Kurang Setuju 3. Tidak Setuju
37 35 20
40,2 38,0 21,7
Total 92 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat setuju
dengan sirih patut dijaga dan dikonsumsi dalam setiap kegiatan keagamaan sebanyak
37 orang (40,2%), kurang setuju dengan sirih patut dijaga dan dikonsumsi dalam
setiap kegiatan keagamaan sebanyak 35 orang (38,0%), sedangkan responden yang
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
tidak setuju dengan sirih patut dijaga dan dikonsumsi dalam setiap kegiatan
keagamaan sebanyak 20 orang (21,7%).
Tabel 4.25 Distribusi Responden Berdasarkan Sirih Hidangan Wajib Bagi Keluarga
Pertanyaan 5 Jumlah Persentase (%)
1. Setuju 2. Kurang Setuju 3. Tidak Setuju
35 11 46
38,0 12,0 50,0
Total 92 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat setuju
dengan sirih hidangan wajib bagi keluarga sebanyak 35 orang (38,0%), kurang setuju
dengan sirih hidangan wajib bagi keluarga sebanyak 11 orang (12,0%), sedangkan
responden yang tidak setuju dengan sirih hidangan wajib bagi keluarga sebanyak 46
orang (50,0%).
Tabel 4.26 Distribusi Responden Berdasarkan Setiap Keluarga Wajib
Menanam Pohon Sirih
Pertanyaan 6 Jumlah Persentase (%) 1. Setuju 2. Kurang Setuju 3. Tidak Setuju
54 21 17
58,7 22,8 18,5
Total 92 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat setuju
dengan setiap keluarga wajib menanam pohon sirih sebanyak 54 orang (58,7%),
kurang setuju dengan setiap keluarga wajib menanam pohon sirih sebanyak 21 orang
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
(22,8%), sedangkan responden yang tidak setuju dengan setiap keluarga wajib
menanam pohon sirih sebanyak 17 orang (18,5%).
Tabel 4.27 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Fatalisme Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009.
Sikap Fatalisme Jumlah Persentase (%)
1. Baik 2. Kurang
80 12
87,0 13,0
Total 92 100,0 Berdasarkan pengelompokan sikap fatalisme, didapat gambaran responden
yang paling banyak terdapat pada sikap fatalisme baik sebanyak 80 orang (87,0%),
sedangkan responden yang sikap fatalisme kurang sebanyak 12 orang (13,0%).
4.4.4 Sikap Ethnocentrisme Terhadap Makan Sirih
Tabel 4.28 Distribusi Responden Berdasarkan Budaya Makan Sirih Mutlak Budaya Masyarakat Karo
Pertanyaan 1 Jumlah Persentase (%)
1. Setuju 2. Kurang Setuju 3. Tidak Setuju
67 13 12
72,8 14,1 13,0
Total 92 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat setuju
dengan budaya makan sirih mutlak budaya masyarakat karo sebanyak 67 orang
(72,8%), kurang setuju dengan budaya makan sirih mutlak budaya masyarakat karo
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
sebanyak 13 orang (14,1%), sedangkan responden yang tidak setuju dengan budaya
makan sirih mutlak budaya masyarakat karo sebanyak 12 orang (13,0%).
Tabel 4.29 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Bermanfaat Bagi Kesehatan Tubuh
Pertanyaan 2 Jumlah Persentase (%)
1. Setuju 2. Kurang Setuju 3. Tidak Setuju
67 18 7
72,8 19,6 7,6
Total 92 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat setuju
dengan makan sirih bermanfaat bagi kesehatan tubuh sebanyak 67 orang (72,8%),
kurang setuju dengan makan sirih bermanfaat bagi kesehatan tubuh sebanyak 18
orang (19,6%), sedangkan responden yang tidak setuju dengan makan sirih
bermanfaat bagi kesehatan tubuh sebanyak 7 orang (7,6%).
Tabel 4.30 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Berlebihan
Menyebabkan Gangguan Pada Gigi dan Mulut
Pertanyaan 3 Jumlah Persentase (%) 1. Setuju 2. Kurang Setuju 3. Tidak Setuju
18 14 60
19,6 15,2 65,2
Total 92 100,0
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat setuju
dengan makan sirih berlebihan menyebabkan gangguan kesehatan gigi dan mulut
sebanyak 18 orang (19,6%), kurang setuju dengan makan sirih berlebihan
menyebabkan gangguan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 14 orang (15,2%),
sedangkan responden yang tidak setuju dengan makan sirih berlebihan menyebabkan
gangguan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 60 orang (65,2%).
Tabel 4.31 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Kapur, Gambir, Pinang dalam Sirih Menyebabkan Gangguan Kesehatan Gigi dan Mulut
Pertanyaan 4 Jumlah Persentase (%)
1. Setuju 2. Kurang Setuju 3. Tidak Setuju
29 47 16
31,5 51,1 17,4
Total 92 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat setuju
dengan penggunaan kapur, gambir, pinang dalam sirih menyebabkan gangguan
kesehatan gigi dan mulut sebanyak 29 orang (31,5%), kurang setuju dengan
penggunaan kapur, gambir, pinang dalam sirih menyebabkan gangguan kesehatan
gigi dan mulut sebanyak 47 orang (51,1%), sedangkan responden yang tidak setuju
dengan penggunaan kapur, gambir, pinang dalam sirih menyebabkan gangguan
kesehatan gigi dan mulut sebanyak 16 orang (17,4%).
Tabel 4.32 Distribusi Responden Berdasarkan Budaya Makan Sirih Bagian
Dari Adat Istiadat Masyarakat
Pertanyaan 5 Jumlah Persentase (%)
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
1. Setuju 2. Kurang Setuju
89 3
96,7 3,3
Total 92 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat setuju
dengan budaya makan sirih bagian dari adat istiadat masyarakat sebanyak 89 orang
(96,7%), sedangkan responden yang kurang setuju dengan budaya makan sirih bagian
dari adat istiadat masyarakat sebanyak 3 orang (3,3%).
Tabel 4.33 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Ethnocentrisme Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009.
Sikap Ethnocentrisme Jumlah Persentase (%)
1. Baik 2. Kurang
78 14
84,8 15,2
Total 92 100,0 Berdasarkan pengelompokan sikap ethnocentrisme, didapat gambaran
responden yang paling banyak terdapat pada sikap ethnocentrisme baik sebanyak 78
orang (84,8%), sedangkan responden yang sikap ethnocentrisme kurang sebanyak 14
orang (15,2%).
4.4.5 Komposisi Makan Sirih
Tabel 4.34 Distribusi Responden Berdasarkan Komposisi Makan Sirih
Pertanyaan 1 Jumlah Persentase (%) 1. Kapur,Pinang,Gambir,Tembakau 2. Kapur,Pinang,Gambir 3. Kapur,Gambir
60 15 17
65,2 16,3 18,5
Total 92 100,0
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Dari di atas terlihat bahwa responden yang memakan sirih dengan komposisi
kapur, pinang, gambir, tembakau sebanyak 60 orang (65,2%), reesponden yang
memakan sirih dengan komposisi kapur, pinang, gambir sebanyak 15 orang (16,3%),
dan responden yang memakan sirih dengan komposisi hanya kapur dan gambir
sebanyak 17 orang (18,5%).
Tabel 4.35 Distribusi Responden Berdasarkan Komposisi Makan Sirih Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009.
Komposisi Makan Sirih Jumlah Persentase (%)
1.Baik 2.Kurang
32 60
34,8 65,2
Total 92 100,0 Berdasarkan pengelompokan komposisi makan sirih, didapat gambaran
responden yang paling banyak terdapat pada komposisi makan sirih yang kurang
sebanyak 60 orang (65,2%), sedangkan komposisi makan sirih yang baik sebanyak 32
orang (34,8%).
4.4.6 Frekuensi Makan Sirih
Tabel 4.36 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan Sirih
Pertanyaan 1 Jumlah Persentase (%) 1. 5 kali 2. 4 – 5 kali 3. 1 – 3 kali
17 48 27
18,5 52,2 29,3
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Total 92 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang memakan sirih
dengan frekuensi > 5 kali sebanyak 17 orang (18,5%), responden yang memakan sirih
dengan frekuensi 4-5 kali sebanyak 48 orang (52,2%), dan responden memakan sirih
dengan frekuensi 1-3 kali sebanyak 27 orang (29,3%).
Tabel 4.37 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan Sirih Pada
Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009.
Frekuensi Makan Sirih Jumlah Persentase (%)
1. Baik 2. Kurang
75 17
81,5 18,5
Total 92 100,0 Berdasarkan pengelompokan frekuensi makan sirih, didapat gambaran
responden yang paling banyak terdapat pada frekuensi makan sirih baik sebanyak 75
orang (81,5%), sedangkan responden yang frekuensi makan sirih kurang sebanyak 17
orang (18,5%).
4.4.7 Lamanya Makan Sirih Tabel 4.38 Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Makan Sirih
Pertanyaan 1 Jumlah Persentase (%) 1. 10 tahun 2. 6 – 10 tahun
1 15
1,1 16,3
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
3. 1 – 5 tahun 76 82,6 Total 92 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang memakan sirih
dengan lamanya makan sirih >10 tahun sebanyak 1 orang (1,1%), responden yang
memakan sirih dengan lamanya makan sirih 6-10 tahun sebanyak 15 orang (16,3%),
dan responden memakan sirih dengan lamanya makan sirih 1-5 tahun sebanyak 76
orang (82,6%).
Tabel 4.39 Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Makan Sirih Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009.
Lama Makan Sirih Jumlah Persentase (%) 1. Baik 2. Kurang
91 1
98,9 1,1
Total 92 100,0 Berdasarkan pengelompokan lamanya makan sirih, didapat gambaran
responden yang paling banyak terdapat pada lamanya makan sirih yang baik
sebanyak 91 orang (98,9%), sedangkan responden lamanya makan sirih yang kurang
sebanyak 1 orang (1,1%).
4.5 Analisis Bivariat
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Pengaruh antara variabel independen (fakor budaya dan kebiasaan makan
sirih) dengan variabel dependen (status kesehatan peridontal) dilihat dengan
melakukan analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-square.
4.5.1 Pengaruh Tradisi dengan Status Kesehatan Periodontal
Tabel 4.40 Distribusi Status Kesehatan Periodontal Menurut Tradisi
Tradisi Status Periodontal Total
Parah Sangat Parah N % N % N %
1.Baik 2.Kurang
68 6
73,9 6,5
16 2
17,4 2,2
84 8
91,3 8,7
Jumlah 74 80,4 18 19,6 92 100,0 p = 1,000
Dari tabel di atas terlihat bahwa responden yang paling banyak ditemukan
adalah yang berstatus periodontal parah yang tradisinya baik sebanyak 68 orang
(73,9%) sedangkan tradisinya kurang sebanyak 6 orang (6,5%). Untuk responden
yang status periodontal sangat parah dan tradisi baik adalah paling banyak ditemukan
yaitu sebanyak 16 orang (17,4%) sedangkan tradisi kurang sebanyak 2 orang (2,2%).
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 1,000 (P>0,05) dengan kata lain
Ho diterima, artinya tidak ada Pengaruh yang bermakna antara tradisi dengan status
kesehatan periodontal.
4.5.2 Pengaruh Nilai dengan Status Kesehatan Periodontal
Tabel 4.41 Distribusi Status Kesehatan Periodontal Menurut Nilai
Nilai Status Periodontal Total
Parah Sangat Parah
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
N % N % N % 1.Baik 2.Kurang
70 4
76,1 4,3
18 0
19,6 0,0
88 4
95,7 4,3
Jumlah 74 80,4 18 19,6 92 100,0 p = 0,716
Dari tabel di atas terlihat bahwa responden yang paling banyak ditemukan
adalah yang berstatus periodontal parah yang nilainya baik sebanyak 70 orang
(76,1%) sedangkan nilainya kurang sebanyak 4 orang (4,3%). Untuk responden yang
status periodontal sangat parah dan nilainya baik adalah paling banyak ditemukan
yaitu sebanyak 18 orang (19,6%) sedangkan tradisi kurang tidak ada (0,0%).
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,716 (P>0,05) dengan kata lain
Ho diterima, artinya tidak ada Pengaruh yang bermakna antara nilai dengan status
kesehatan periodontal.
4.5.3 Pengaruh Sikap Fatalisme dengan Status Kesehatan Periodontal
Tabel 4.42 Distribusi Status Kesehatan Periodontal Menurut Sikap Fatalisme
Sikap Fatalisme Status Peridontal Total
Parah Sangat Parah N % N % N %
1.Baik 2.Kurang
65 9
70,7 9,8
15 3
16,3 3,3
80 12
87,0 13,0
Jumlah 74 80,4 18 19,6 92 100,0 p = 0,905
Dari tabel di atas terlihat bahwa responden yang paling banyak ditemukan
adalah yang berstatus periodontal parah yang sikap fatalisme baik sebanyak 65 orang
(70,7%) sedangkan sikap fatalisme kurang sebanyak 9 orang (9,8%). Untuk
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
responden yang status peridontal sangat parah dan sikap fatalisme baik adalah paling
banyak ditemukan yaitu sebanyak 15 orang (16,3%) sedangkan sikap fatalisme
kurang sebanyak 3 orang (3,3%).
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,905 (P>0,05) dengan kata lain
Ho diterima, artinya tidak ada Pengaruh yang bermakna antara sikap fatalisme
dengan status kesehatan periodontal.
4.5.4 Pengaruh Sikap Ethnocentrisme dengan Status Kesehatan Periodontal
Tabel 4.43 Distribusi Status Periodontal Menurut Sikap Ethnocentrisme
Sikap Ethnocentrisme
Status Periodontal Total Parah Sangat Parah
N % N % N % 1.Baik 2.Kurang
66 8
71,7 8,7
12 6
13,0 6,5
78 14
84,8 15,2
Jumlah 74 80,4 18 19,6 92 100,0 p = 0,043
Dari tabel di atas terlihat bahwa responden yang paling banyak ditemukan
adalah yang berstatus periodontal parah yang sikap ethnocentrisme baik sebanyak 66
orang (71,7%) sedangkan sikap ethnocentrisme kurang sebanyak 8 orang (8,7%).
Untuk responden yang status periodontal sangat parah dan sikap ethnocentrisme baik
adalah paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 12 orang (13,0%) sedangkan sikap
ethnocentrisme kurang sebanyak 6 orang (6,5%).
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,043 (P<0,05) dengan kata lain
Ho ditolak, artinya ada Pengaruh yang bermakna antara sikap ethnocentrisme dengan
status kesehatan periodontal.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.5.5 Pengaruh Komposisi Makan Sirih dengan Status Kesehatan Peridontal
Tabel 4.44 Distribusi Status Periodontal Menurut Komposisi Makan Sirih
Komposisi Status Periodontal Total
Parah Sangat Parah N % N % N %
1.Kapur, Pinang, Gambir, Tembakau
2. Kapur, Pinang, Gambir 3. Kapur, Gambir
44
15 15
47,8
16,3 16,3
16
0 2
17,4
0,0 2,2
60
15 17
65,2
16,3 18,5
Jumlah 74 80,4 18 19,6 92 100,0
p = 0,011
Dari tabel di atas terlihat bahwa responden yang paling banyak ditemukan
adalah yang berstatus periodontal parah yang komposisi makan sirihnya terdiri dari
kapur, pinang, gambir, tembakau sebanyak 44 orang (47,8%), komposisi makan sirih
yang terdiri dari kapur, pinang, gambir dan kapur, pinang sama-sama berjumlah 15
orang (16,3%). Untuk responden yang status periodontal sangat parah dan komposisi
makan sirihnya terdiri dari kapur, pinang, gambir, tembakau adalah paling banyak
ditemukan yaitu sebanyak 16 orang (17,4%), komposisi makan sirih yang terdiri dari
kapur, pinang, gambir tidak ada (0,0%), dan komposisi makan sirih kapur, gambir
sebanyak 2 orang (2,2%).
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,011 (P<0,05) dengan kata lain
Ho ditolak, artinya ada Pengaruh yang bermakna antara komposisi makan sirih
dengan status kesehatan periodontal.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.5.6 Pengaruh Frekuensi Makan Sirih dengan Status Kesehatan Peridontal
Tabel 4.45 Distribusi Status Periodontal Menurut Frekuensi Makan Sirih
Frekuensi Status Periodontal Total
Parah Sangat Parah N % N % N %
1. > 5 kali 2. 4 – 5 kali 3. 1 – 3 kali
11 38 25
12,0 41,3 27,2
6 10 2
6,5 10,9 2,2
17 48 27
18,5 52,2 29,3
Jumlah 74 80,4 18 19,6 92 100,0 p = 0,064
Dari tabel di atas terlihat bahwa responden yang paling banyak ditemukan
adalah yang berstatus periodontal parah yang frekuensi makan sirihnya 4-5 kali
sebanyak 38 orang (41,3%), frekuensi makan sirih 1-3 kali sebanyak 25 orang
(27,2%), dan frekuensi >5 kali sebanyak 11 orang (12,0%). Untuk responden yang
status periodontal sangat parah dan frekuensi makan sirihnya 4-5 kali adalah paling
banyak ditemukan yaitu sebanyak 10 orang (10,9%), frekuensi makan sirih > 5 kali
sebanyak 6 orang (6,5%), dan frekuensi makan sirih 1-3 kali sebanyak 2 orang
(2,2%).
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,064 (P>0,05) dengan kata lain
Ho diterima, artinya tidak ada Pengaruh yang bermakna antara frekuensi makan sirih
dengan status kesehatan periodontal.
4.5.8 Pengaruh Lamanya Makan Sirih dengan Status Kesehatan Peridontal
Tabel 4.46 Distribusi Status Periodontal Menurut Lamanya Makan Sirih
Status Periodontal Total
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Parah Sangat Parah N % N % N %
1. > 10 tahun 2. 6 – 10 tahun 3. 1 – 5 tahun
1 11 62
1,1 12,1 67,2
0 4
14
0,0 4,3
15,2
1 15 76
1,1 16,3 82,6
Jumlah 74 80,4 18 19,6 92 100,0 p = 0,624
Dari tabel di atas terlihat bahwa responden yang paling banyak ditemukan
adalah yang berstatus periodontal parah yang lama makan sirihnya 1-5 tahun
sebanyak 62 orang (67,2%), lama makan sirihnya 6-10 tahun sebanyak 11 orang
(12,1%), dan lama makan sirihnya >10 tahun sebanyak 1 orang (1,1%). Untuk
responden yang status periodontal sangat parah dan lama makan sirihnya 1-5 tahun
adalah paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 14 orang (15,2%), lama makan sirih
6-10 tahun sebanyak 4 orang (4,3%), dan lama makan sirih >10 tahun sebanyak tidak
ada (0,0%).
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,624 (P>0,05) dengan kata lain
Ho diterima, artinya tidak ada Pengaruh yang bermakna antara frekuensi makan sirih
dengan status kesehatan periodontal.
4.6 Analisis Multivariat
Untuk memperoleh jawaban faktor mana yang paling berpengaruh terhadap
status kesehatan periodontal maka perlu dilakukan analisis multivariat. Tahapan
analisis multivariat meliputi: pemilihan variabel kandidat multivariat, pembuatan
model, dan analisis interaksi.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.6.1 Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat
Dalam penelitian ini ada beberapa variabel yang diduga berpengaruh terhadap
status kesehatan peridontal, yaitu Budaya Makan Sirih (tradisi, nilai, sikap fatalisme,
sikap ethnocentrisme, komposisi makan sirih, frekuensi makan sirih, dan lamanya
makan sirih). Untuk membuat model multivariat ketiga variabel tersebut terlebih
dahulu dilakukan analisis bivariat dengan dependen (status kesehatan periodontal).
Variabel tidak dapat di analisis karena nilainya konstan.
Menurut Mickey dan Greenland (1989), variabel yang pada saat dilakukan uji
G (Rasio log-likelihood) memiliki p<0,25 dan mempunyai kemaknaan secara
substansi dapat dijadikan kandidat yang akan dimasukkan kedalam model multivariat.
Hasil analissis bivariat antara independen dengan dependen disajikan dalam tabel di
bawah ini:
No. Variabel Log-Likelihood G P Value 1. Tradisi 90,799 00,155 0,690 2. Nilai 89,169 01,786 0,181 3. Sikap Fatalisme 90,708 00,246 0,620 4. Sikap Ethnocentrism 86,096 04,858 0,028 5. Komposisi Makan Sirih 84,552 06,402 0,019 6. Frekuensi Makan Sirih 88,025 02,929 0,087 7. Lama Makan Sirih 90,516 00,438 0,508
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa terdapat 4 variabel yang p valuenya <
0,25 yaitu nilai, sikap ethnocentrisme, komposisi makan sirih, dan frekuensi makan
sirih, sedangkan variabel tradisi, sikap fatalisme, dan lamanya makan sirih p valuenya
> 0,25. Dengan demikian variabel yang masuk ke model multivariat adalah nilai,
sikap ethnocentrisme, komposisi makan sirih, dan frekuensi makan sirih.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.6.2 Pembuatan Model Faktor Penentu Status Kesehatan Periodontal
Analisis multivariat bertujuan mendapatkan model yag terbaik dalam
menentukan determinan status kesehatan periodontal. Dalam permodelan ini semua
variabel kandidat dicobakan bersama-sama. Model terbaik akan mempertimbangkan
dua penilaian, yaitu nilai signifikansi ratio log-likelihood (p≤0,05) dan nilai
signifikansi p wald (p≤0,05). Pemilihan model dilakukan secara hirarki dengan cara
semua variabel independen (yang telah lulus sensor) dimasukkan ke dalam model,
kemudian variabel yang p-waldnya tidak signifikan dikeluarkan dari model secara
berurutan dimuali dari p-wald yang terbesar.
Hasil analisis model pertama Pengaruh ketiga variabel independen yang
meliputi nilai, sikap ethnocentrisme, dan kebiasaan makan sirih dengan dependen
disajikan dalam tabel di bawah ini:
Variabel B P Wald Nilai 19,765 0,999
Sikap Ethnocentrisme -1,327 0,301 Komposisi Makan Sirih -1,384 0,086 Frekuensi Makan Sirih 0,121 0,923
-2 Log Likelihood = 80,148 p value = 0,029
Dari hasil di atas terlihat bahwa signifikasi log-likelihood < 0,05 (p = 0,029).
Namun secara signifikan P Wald semua variabel p value nya > 0,05. Dengan
demikian perlu dilakukan pengeluaran variabel dari model. Pengeluaran variabel
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
dilakukan bertahap satu persatu dimulai dari variabel yang p value nya tertinggi.
Untuk hasil di atas terlihat bahwa variabel nilai mempunyai p-value terbesar,
sehingga proses model selanjutnya dengan tidak mengikuti variabel nilai. Hasil
modelnya terlihat pada model kedua berikut ini:
Variabel B P Wald Sikap Ethnocentrisme -1,226 0,344
Komposisi Makan Sirih -1,469 0,067 Frekuensi Makan Sirih 0,159 0,900
-2 Log Likelihood = 81,782 p value = 0,027
Hasil analisis di atas ternyata variabel frekuensi makan sirih mempunyai p
value sebesar 0,900. Dengan hasil ini berarti variabel frekuensi makan sirih
dikeluarkan dari model. Kemudian diproses lagi dengan hanya mengikuti variabel
sikap ethnocentrisme. Hasil modelnya terlihat pada model kedua berikut ini:
Variabel B P Wald Sikap Ethnocentrisme -1,085 0,092
Komposisi Makan Sirih -1,473 0,067 -2 Log Likelihood = 81,798 p value = 0,010
Hasil analisis di atas ternyata variabel sikap ethnocentrisme mempunyai p
value sebesar 0,092. Dengan hasil ini berarti variabel sikap ethnocentrisme
dikeluarkan dari model. Kemudian diproses lagi dengan hanya mengikuti variabel
komposisi makan sirih. Hasil modelnya terlihat pada model kedua berikut ini:
Variabel B P Wald Komposisi Makan Sirih -1,696 0,031
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
-2 Log Likelihood = 84,552 p value = 0,011